PENINGKATAN
KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN
MELALUI SURVEY, QUESTION, READ, REFLECT,
RECITE, REVIEW (SQ4R) BERBANTUAN MEDIA
AUDIO VISUAL KELAS IV SD
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
FITRIA FATMAWATI
1401411281
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Peneliti yang bertanda tangan di bawah ini. Nama : Fitria Fatmawati
NIM : 1401411281
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Berbantuan Media Audio Visual Kelas IV SD
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Semarang, 16 April 2015
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Fitria Fatmawati, NIM 1401411281, berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Berbantuan Media Audio Visual Kelas IV SD” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Faklutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Kamis
tanggal : 16 April 2015
Semarang, 25 Maret 2015 Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing
Hartati, M.Pd Nuraeni Abbas, M.Pd.
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Fitria Fatmawati, NIM 1401411281, berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Berbantuan Media Audio Visual Kelas IV SD” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Faklutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Kamis tanggal : 16 April 2015
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Dekan, Sekretaris,
Drs. Moch Ichsan, M.Pd. NIP 19500612198431001 Penguji Utama
Hartati, M.Pd
NIP 19551005 198012 2 001
Penguji I Penguji II
Umar Samadhy, M.Pd. Nuraeni Abbas, M.Pd.
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan
pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-„Alaq: 3-5)
“Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat”
(HR. Muslim)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim Dengan mengucap rasa syukur atas segala tuntunan Allah SWT dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW karya ini saya persembahkan kepada:
Ibunda Murmini, kedua adik tersayang Noviana Indah Lestari dan Shofa Bagus Achmadi serta keluarga besarku yang senantiasa memberikan limpahan doa, kasih sayang,
dan dukungan untuk meraih cita-cita.
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan berkah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Berbantuan Media Audio Visual Kelas IV SD”. Skripsi merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan Pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Peneliti mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.
3. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan dosen penguji utama.
4. Umar Samadhy, M.Pd., Dosen penguji I
5. Nuraeni Abbas, M.Pd., Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyusun skripsi.
6. Sri Hartati, M.Pd., Kepala SDN Sekaran 01 Semarang.
7. Bekti Nanda P., S.Pd., guru kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang.
Semoga segala bantuan dan motivasi yang diberikan mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pembaca dan semua pihak.
Semarang, April 2015 Peneliti
vii
ABSTRAK
Fatmawati, Fitria. 2015. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Berbantuan Media Audio Visual Kelas IV SD. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakulas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Nuraeni Abbas, M.Pd.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Namun berdasarkan hasil refleksi terdapat permasalah-an dalam pembelajarpermasalah-an membaca pemahampermasalah-an yaitu proses pembelajarpermasalah-an ypermasalah-ang kurang bervariatif, kurangnya aktivitas siswa dan pada tingkat keberhasilan belajar siswa sebesar 46,15% dengan kriteria sedang. Untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang digunakan model SQ4R berbantuan media audio visual.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan SQ4R berbantuan media audio visual pada proses pembelajaran membaca pe-mahaman, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mendeskipsikan proses pembelajaran, meningkatkan aktivitas dan keterampilan siswa dalam pembelajar-an membaca pemahampembelajar-an melalui SQ4R berbantuan media audio visual kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap penelitian, yaitu perencanaan, pe-laksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non-tes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) proses pembelajaran pada siklus I sampai siklus III berlangsung dengan sangat baik. 2) aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata skor 19 dengan kategori baik, pada siklus II memperoleh rata-rata skor 22 dengan kategori sangat baik, pada siklus III memperoleh skor 23,9 dengan kategori sangat baik; 3) keterampilan membaca pemahaman siswa pada siklus I memperoleh rata-rata skor 10,9 dengan kategori baik, pada siklus II memperoleh skor 15,4 dengan kategori sangat baik, pada siklus III memperoleh skor 17,7 dengan kategori sangat baik.
Simpulan penelitian ini adalah melalui SQ4R berbantuan audio visual dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Saran dari peneliti adalah agar guru menerapkan SQ4R berbantuan media audio visual pada saat pembelajaran.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 16
2.1.1 Hakikat Bahasa ... 16
2.1.2 Keterampilan Berbahasa ... 18
2.1.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 34
2.2 Kajian Empiris ... 54
2.3 Kerangka Berpikir ... 57
2.4 Hipotesis Tindakan ... 59
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian ... 60
3.2 Variabel Penelitian ... 60
ix
3.4 Rancangan Penelitian ... 61
3.5 Siklus Penelitian ... 64
3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 76
3.7 Teknik Analisis Data ... 79
3.8 Indikator Keberhasilan ... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penerapan SQ4R Berbantuan Media Audio Visual dalam Proses Pembelajaran ... 87
4.1.2 Hasil Penelitian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui SQ4R Berbantuan Media Audio Visual ... 106
4.1.3 Hasil Penelitian Keterampilan Siswa dalam Pembelajaran MembacaPemahaman Siswa melalui SQ4R Berbantuan Media Audio Visual ... 124
4.1.4 Hasil Nontes ... 140
4.1.5 Rekapitulasi Data Prasiklus, Siklus Satu,Siklus Dua dan Siklus Tiga ... 143
4.2 Pembahasan 4.2.1 Penerapan SQ4R Berbantuan Media Audio Visual dalam Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman ... 145
4.2.2 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui SQ4R Berbantuan Media Audio Visual ... 151
4.2.3 Peningkatan Keterampilan Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui SQ4R Berbantuan Media Audio Visual ... 157
4.2.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 164
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 167
5.2 Saran ... 168
DAFTAR PUSTAKA ... 170
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 80
Tabel 3.2 Kategori Penilaian Kualitatif ... 83
Tabel 3.3 Kategori Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 83
Tabel 3.4 Kategori Tingkatan Nilai Aktivitas Siswa ... 84
Tabel 3.5 Ketuntasan Keterampilan Membaca Pemahaman ... 84
Tabel 3.6 Kategori Tingkatan Nilai Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dan Katerampilan Siswa pada Setiap Indikator ... 85
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus Satu ... 88
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus Dua ... 94
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus Tiga .... 100
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Satu ... 107
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Dua ... 113
Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Tiga ... 119
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Keterampilan Siswa Siklus Satu ... 125
Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Keterampilan Siswa Siklus Dua ... 130
Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Keterampilan Siswa Siklus Tiga ... 135
Tabel 4.10 Hasil Evaluasi ... 139
Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Prasiklus, Siklus Satu,Siklus Dua, dan Siklus Tiga ... 143
Tabel 4.12 Penerapan SQ4R Berbantuan Media Audio visual dalam Proses Pembelajaran Siklus Satu,Siklus Dua dan Siklus Tiga... 145
Tabel 4.13 Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus Satu,Siklus Dua dan Siklus Tiga ... 151
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... .... 62
Gambar 3.1 Rancangan Tindakan Penelitian Kelas ... .... 65
Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus Satu ... .... 96
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus Dua ... .... 102
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus Tiga ... .... 108
Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Satu ... .... 115
Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Dua ... .... 121
Gambar 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Tiga ... .... 127
Gambar 4.7 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus Satu ... .... 133
Gambar 4.8 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus Dua ... .... 138
Gambar 4.9 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus Tiga ... .... 143
Gambar 4.10 Hasil Evaluasi ... .... 147
Gambar 4.11 Rekapitulasi Data Prasiklus, Siklus Satu, Siklus Dua, dan Siklus Tiga ... .... 155
Gambar 4.12 Peningkatan Proses Pembelajaran Siklus Satu, Siklus Dua, dan Siklus Tiga ... .... 157
Gambar 4.13 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus Satu, Siklus Dua, dan Siklus Tiga ... .... 163
Gambar 4.14 Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus Satu, Siklus Dua, dan Siklus Tiga ... .... 169
Gambar 1 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus I ... .... 310
Gambar 2 Dokumentasi Aktivitas Siswa Siklus I ... .... 310
xii
Gambar 4 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus II ... .... 312 Gambar 5 Dokumentasi Aktivitas Siswa Siklus II ... .... 312 Gambar 6 Dokumentasi Keterampilan Membaca Pemahaman
Siklus II ... .... 313 Gambar 7 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus III ... .... 314 Gambar 8 Dokumentasi Aktivitas Siswa Siklus III ... .... 315 Gambar 9 Dokumentasi Keterampilan Membaca Pemahaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Kisi- Kisi Instrumen ... 184
Lampiran II Instrumen Penelitian ... 188
Lampiran III Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 219
Lampiran IV Hasil Penelitian ... 282
Lampiran V Catatan Lapangan dan Hasil Wawancara ... 315
Lampiran VI Foto Kegiatan Penelitian ... 325
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
ke-mampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta beranggung jawab (Sisdiknas, 2003:2).
Upaya untuk melaksanakan fungsi pendidikan dilakukan dengan
pe-ngembangan kurikulum yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan
Pe-merintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan dalam pasal
6 ayat 1 yang menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
jujuran; dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
lompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran
ke-warganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan (Hidayat, 2013: 95)
Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkakan
2
dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual
se-hingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan
ke-masyarakatan sehinga mampu menciptakan kebersamaaan yang harmonis (BSNP,
2006:8). Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kelompok mata pelajaran
estetika.
Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu peserta didik
mengenal dirinya, memahami budayanya dan budaya orang lain. Berbahasa dapat
berupa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif. Hal
tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar
kompetensi bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan
ber-bahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek, yaitu: (1) keterampilan
me-nyimak/mendengarkan; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca;
3
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting
di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal tersebut karena membaca
merupakan sarana untuk memperluas pengetahuan. Bekenaan dengan pentingnya
keterampilan membaca bagi peserta didik di sekolah dasar, perlu kita ketahui
tentang pengertian membaca itu sendiri. Bonomo (dalam Somadayo, 2011: 5)
menyatakan bahwa “reading is bringing“ yaitu membaca merupakan suatu proses
memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis.
Senada dengan pendapat Bonomo, Iskandarwassid dan Dadang (2013: 246) juga
menuturkan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari
apa yang terulis dalam teks. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu
kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang
ter-kandung di dalam suatu tulisan.
Walaupun demikian, membaca bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Mem-baca merupakan sebuah proses yang bisa dikembangkan dengan menggunakan
teknik-teknik yang sesuai dengan tujuan membaca tersebut. Nurhadi (dalam
Somadayo) menuturkan bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks dan
rumit. Kompleks berarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal
dan faktor eksernal pembaca. Faktor internal merupakan faktor intelegensi minat,
sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal dapat
berbentuk sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar
belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca (Somadayo, 2011: 5).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat merupakan
4
dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap aspek pembelajaran di sekolah dasar
me-libakan kegiatan membaca. Menurut Rahim (2008: 1) menyatakan bahwa proses
pembelajaran yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Peserta didik
yang gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang
akan semakin meningkat kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab
tantangan hidup pada masa-masa mendatang.
Menurut Broughton (dalam Tarigan, 2008: 13), terdapat dua aspek membaca
yaitu, keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat
pe-mahaman. Keterampilan yang bersifat mekanik merupakan aspek dasar yang ada
dalam membaca. Keterampilan yang bersifat mekanik berupa: (1) pengenalan
bentuk huruf; (2) pengenalan unsur-unsur linguistik; (3) pengenalan hubungan
pola ejaan dan bunyi. Sedangkan keterampilan yang bersifat pemahaman
merupa-kan aspek yang lebih tinggi yaitu mencakup: (1) memahami pengertian sederhana;
(2) memahami makna atau signifikasi; (3) evaluasi atau penilaian; (4) kecepatan
membaca yang fleksibel dan mudah yang sesuai dengan keadaan. Sehingga, upaya
mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan membaca, dapat dilakukan
dengan membiasakan diri melakukan aktivitas membaca.
Upaya untuk mencapai tujuan dari aspek yang lebih tinggi yaitu aspek
ke-terampilan yang bersifat pemahaman dapat dilakukan dengan aktivitas membaca
dalam hati. Tarigan (2008: 13) menyatakan bahwa membaca dalam hati terdiri
dari membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensive
5
Salah satu kegiatan dalam membaca intensif adalah membaca pemahaman.
Tarigan (2008: 58) berpendapat bahwa membaca pemahaman merupakan jenis
membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma
ke-sastraan (literaly standards), resensi kritis (criical review), drama tulis (printed
drama), pola-pola fiksi (patterns of fiction). Lebih lanjut, Gilet dan Temple (dalam Somadayo, 2011: 8) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah
suatu proses atau kegiatan yang mengacu pada aktivitas yang bersifat mental
maupun fisik yang melibatkan tiga hal pokok, yaitu: (1) pengetahuan yang telah
dipunyai oleh pembaca (prior knowledge); (2) pengetahuan tentang strukur teks
(knowledge of text structure) dan (3) kegiatan menemukan makna (active search
for informations). Sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan menghubungkan informasi baru dengan informasi lama
untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Menurut Tarigan (dalam Somadayo, 2008: 12) menyatakan bahwa tujuan
utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan.
Pernyataan tersebut tidak terlepas dari tujuan membaca utama itu sendiri yaitu
untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi, serta memahami
makna bacaan.
Burns dan kawan-kawan (dalam Rahim, 2008: 1) menyatakan bahwa peserta
didik yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi
untuk belajar. Menurut laporan Bank Dunia No. 16369-IND dan, dan Studi IEA
6
2011 di Asia Timur, Indonesia bedara pada posisi terendah untuk tingkat
mem-baca anak-anak. Hasil studi PIRLS (Progress in International Reading Literacy
Study) tahun 2011 dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia di bawah koordinasi IEA (The International Association for the Evaluation of
Edu-cational Achievement) yang diikuti 45 negara/ negara bagian, baik berasal dari negara maju maupun dari negara berkembang, hasilnya memperlihatkan bahwa
peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 dengan skor 482 di bawah
skor rata-rata yaitu 500 (OECD, 2011). Hal tersebut membuktikan bahwa
ke-terampilan membaca masih sulit untuk dikuasai siswa.
Permasalahan mengenai keterampilan membaca ini juga ditemukan di SDN
Sekaran 01. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca
pe-mahaman di kelas IV, sebanyak 21 siswa mendapakan nilai di bawah KKM yaitu
66 dan 18 siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Tingkat keberhasilan belajar
siswa sebesar 46,15% dengan kriteria sedang. Skor terendah yang didapat siswa
adalah 20 sedangkan skor tertingginya adalah 95. Pelaksanaan proses
pem-belajaran kurang bervariatif sehingga menyebabkan kurangnya aktivitas siswa
dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Berdasarkan permasalahan dan data yang diperoleh, peneliti bersama
ko-laborator memutuskan untuk memperbaiki tingkat keterampilan membaca
pe-mahaman siswa. Peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan
untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dengan
7
Ortlieb (2013. 6(2): 146) menyatakan bahwa, dibutuhkan adanya strategi
yang mendukung kemampuan membaca yang menetapkan pengalaman membaca
yang bermakna, dimana hal tersebut merupakan hal yang terpenting untuk
me-numbuh kembangkan kemampuan membaca. Model SQ4R merupakan cara
membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan
menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama dan cermat
(Suardani, dkk., 2013). Langkah-langkah model : (1) survey dengan mencermati
teks bacaan dan mencatat serta menandai kata kunci; (2) question dengan mem-buat pertanyaan (mengapa, bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar); (3) read dengan membaca teks dan cari jawabannya. (4) recite dengan mempertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama); (5)
review, dengan cara meninjau ulang menyeluruh; (6) reflect, yaitu aktivitas mem-berikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang
relevan (Shoimin, 2014: 190).
Terdapat beberapa kelebihan model SQ4R yaitu: (1) dengan adanya tahap survei pada awal pembelajaran, hal ini membangkitkan rasa ingin tahu siswa
tentang materi yang akan dipelajari sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam belajar; (2) siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan dan
mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan pertanyaannya sendiri dengan
melakukan kegiatan membaca. Dengan demikian, dapat mendorong siswa berpikir
kritis, aktif, dalam belajar dan pembelajaran yang bermakna; (3) materi yang
dipelajari siswa melekat untuk periode waktu yang lebih lama (Shoimin, 2014:
8
Kegiatan membaca bagi siswa sering kali dianggap sebagai kegiatan yang
membosankan. Oleh karena itu untuk menunjang model pembelajaran tersebut,
peneliti memutuskan untuk menggunakan media audio visual. Menurut Anitah
(2007: 6.30) sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi antara
audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. Penggunaan media
audio visual dapat mengoptimalkan penyajian bahan ajar kepada siswa. Selain itu
media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas
guru sehingga memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari
media audio visual antara lain, video atau televisi, program slide sound dalam Ms.
Power Point dan CD ineraktif. Lebih lanjut menurut Arsyad (2014: 146), gabungan slide (film bingkai) dengan sound (audio) dapat digunakan pada ber-bagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna
menginformasi-kan atau mendorong lahirnya respon emosional (motivasi) peserta didik. Media
audio visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah power point dan video.
Hasil penelitian yang memperkuat kegiatan penelitian dengan menggunakan
model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ruhyat pada tahun 2013, mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia dengan judul penelitian “Penerapan Teknik Speed Reading dalam Metode SQ4R untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dalam Menentukan Gagasan Utama Suatu Teks di Kelas V SDN Bojongjati Kecamatan
Jatinunggal Kabupatn Sumedang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan dalam membaca pemahaman pada pembelajaran siklus I sampai
9
orang (63%), pada siklus II jumlah siswa yang dinyatakan tuntas adalah 15 orang
(79%), dan pada siklus III jumlah siswa yang dinyatakan tuntas adalah 18 orang
(95%). Peningkatan hasil belajar dari siklus I sampai siklus III adalah 32%. Begitu
pula pada penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Suardani dan kawan-kawan
yang dilakukan pada tahun 2013 dengan judul penelitian “Pengaruh Model
Pembelajaran SQ4R terhadap Keterampilan membaca dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus I Denpasar Selatan”. Menunjukkan hasil
bahwa ada perbedaan ketrampilan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia
yang signifikan antara siswa yang melaksanakan model pembelajaran SQ4R dengan siswa yang me-laksanakan model pembelajaran konvensional. Nilai
rata-rata keterampilan mem-baca yang dibelajarkan dengan menerapkan model
pembelajaran SQ4R lebih tinggi dari siswa yang yang menggunakan model konvensional yaitu 81,48. Sedangkan rata-rata nilai siswa yang melaksanakan
model konvensional adalah 75,84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran SQ4R berpengaruh posiif terhadap keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Gugus I Denpasar
Selatan tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian lain juga dilakukan oleh Faizah
pada tahun 2014, mahasiswa Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat dengan
judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Media
Audio Visual Siswa Kelas V SD Negeri 15 Tanah Hitam Padangpanjang”. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai pada siklus I sampai
siklus ke II. Pada siklus I tercatat rata-rata nilai menunjukkan hasil 55,19 dan pada
10
menunjukkan bahwa media audio visual dapat meningkatkan pengeahuan siswa
tentang aspek rima pada proses pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti akan mengkaji
permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Survey, Question,
Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Berbantuan Media Audio Visual Kelas IV SD”.
1.2.
RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) berbantuan media audio visual dalam proses pembelajaran membaca pemahaman kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang ?
2. Bagaimanakah model pembelajaran Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) berbantuan media audio visual, dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman kelas IV SDN Sekaran 01
Semarang ?
3. Bagaimanakah model pembelajaran Survey, Question, Read, Reflect, Recite,
11 1.2.2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, peneliti bekerja sama dengan
kolaborator menetapkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan
me-laksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model SQ4R ber-bantuan media audio visual. Langkah-langkah pemecahan masalah antara lain.
Sintak SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect,
Recite, Review) (Shoimin, 2014: 191)
Sintak Media Audio Visual
(Kustandi, 2013: 105)
Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui SQ4R Berbantuan Media Audio
Visual 1. Survey, dengan
me-ninjau bacaan dari gambar-gambar dan judul.
1. Sajikan konsep-konsep dan gagasan-gagasan satu per satu. 2. Gunakan bidang pe-nayangan di layar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam me-nyampaikan pesan materi pelajaran. 3. Susunlah unsur-unsur
gambar dan atur hubungan antara unsur-unsur itu. 4. Pilih slide yang
berkualitas. 5. Perhatikan musik. 6. Gunakan efek suara
asli untuk memberi-kan bayangan realis-me dalam penyajian. 7. Jangan terlalu banyak
narasi.
8. Gunakan lebih dari satu suara dalam narasi.
1. Menyiapkan media audio visual dan bahan ajar untuk mengajar.
2. Siswa mengkondisikan diri dengan berbaris sebelum masuk kelas.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model SQ4R, dan pemberian apresepsi serta motivasi. 4. Siswa duduk sesuai
ke-lompoknya masing-masing. 5. Siswa memperhatikan
pen-jelasan guru.
12 Sintak SQ4R (Survey,
Question, Read, Reflect, Recite, Review) (Shoimin, 2014: 191)
Sintak Media Audio Visual
(Kustandi, 2013: 105)
Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui SQ4R Berbantuan Media Audio
Visual 2. Question, dengan
membuat pertanyaan (siapa, dimana, me-ngapa, bagaimana, kapan, berapa) tentang bahan bacaan (materi ajar) ber-dasarkan peninjauan.
7. Siswa membuat daftar per-tanyaan yang relevan tentang topik bacaan. (question)
8. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kata-kata sulit yang akan ditemukan dalam bacaan.
3. Read, dengan mem-baca teks dan men-cari jawaban dari pertanyaan yang telah disusun.
9. Siswa membaca teks bacaan dalam hati. (read)
10.Siswa membaca bacaan dengan menandai bagian-bagian teks yang dianggap penting. (read)
11.Siswa mencari jawaban atas pertanyaan dan kalimat utama yang terdapat pada bacan. (read)
4. Reflect, dengan aktivitas memberikan informasi yang ber-kaitan dengan ke-hidupan sehari-hari dan menghubungkan informasi tersebut dengan bacaan.
13 Sintak SQ4R (Survey,
Question, Read, Reflect, Recite, Review) (Shoimin, 2014: 191)
Sintak Media Audio Visual
(Kustandi, 2013: 105)
Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui SQ4R Berbantuan Media Audio
Visual 5. Recite, dengan
mengkomunikasikan setiap jawaban yang telah ditemukan dan membuat inti sari bacaan.
13.Siswa menjawab pertanyaan yang telah disusun tanpa membuka buku. (recite) 14.Siswa membuat inti sari
bacaan dengan diskusi kelompok. (recite)
15.Siswa perwakilan kelompok membaca inti sari bacaan di depan kelas.
6. Review, dengan cara membaca kembali bacaan dan menem-ukan kosa kata sulit.
16.Siswa mencari kata-kata sulit.
17.Siswa menyampaikan kata-kata sulit yang ditemukan. 18.siswa bersama-sama dengan
guru membahas arti dari kata-kata sulit yang ditemu-kan siswa dari bacaan. 19.Siswa membaca kembali
bahan bacaan dan meninjau ulang pertanyaan dan jawab-an secara singkat. (review)
1.3.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) berbantuan media audio visualdalam proses pembelajaran membaca pemahaman di kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang.
2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman
14
Recite, Review (SQ4R) berbantuan media audio visual di kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang.
3) Meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dalam pembelajaran
membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) berbantuan media audio visual di kelas IV SDN Sekaran 01 Semarang.
1.4.
MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1.4.1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti dan mendukung teori
kognitivisme dan teori kontruktivisme untuk dijadikan dasar dalam
penelitian-penelitian berikutnya tentang peningkatan keterampilan membaca pemahaman.
1.4.2. Manfaat Praktik
1.4.2.1. Bagi Siswa
Melalui penerapan model SQ4R berbantuan media audio visual, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang bervariasi dan bermakna, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat
15 1.4.2.2. Bagi guru
Penerapan model SQ4R berbantuan media audio visual dalam pembelajaran dapat memberikan wawasan dan pengalaman baru bagi guru tentang model
pembelajaran inovaif, sehingga guru termotivasi untuk menggunakannya dan
mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna.
1.4.2.3. Bagi sekolah
Penerapan model SQ4R berbantuan media audio visual dapat menambah
pe-ngetahuan guru-guru di SDN Sekaran 01 Semarang tentang pembelajaran inovatif,
sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran dan
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Hakikat Bahasa
Pada hakikanya manusia sudah mengenal bahasa sejak dahulu kala. Manusia
menggunakan ujaran-ujaran atau bunyi-bunyi yang disusun secara teratur
se-hingga membentuk bahasa yang menimbulkan makna tertentu.
Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan mengikuti dirinya dalam
se-tiap kegiatannya. Mulai dari pagi hingga malam hari ketika beristirahat, manusia
tidak akan pernah terlepas dari pemakaian/ penggunaan bahasa (Ngalimun dan
Alfulaila, 2014: 115).
2.1.1.1. Pengertian Bahasa
Bahasa disebut juga ujaran, karena media bahasa yang terpenting adalah
bunyi. Beliau juga mengemukakan bahwa tidak semua ujaran atau bunyi yang
di-hasilkan alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa. Ujaran manusia dapat
dikata-kan sebagai bahasa apabila ujaran tersebut mengandung makna, atau apabila dua
orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti
yang serupa (Faisal dan kawan-kawan, 2009: 3-4).
Keraf (dalam Ngalimun dan Alfulaila, 2014: 115) meyatakan bahwa bahasa
merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi
17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa
ada-lah suatu bunyi atau ujaran yang memiliki makna yang digunakan masyarakat
untuk berkomunikasi.
2.1.1.2. Fungsi Bahasa
Bahasa bersifat manusiawi karena berfungsi selama manusia
memanfaatkan-nya, dan juga bahasa bersifat komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah
se-bagai alat komunikasi atau alat perhubungan antara anggota-anggota masyarakat
(Faisal dan kawan-kawan, 2009: 5). Lebih jelas tentang fungsi bahasa adalah
sebagai berikut:
(1) bahasa resmi kenegaraan, dalam hal ini bahasa Indonesia dipergunakan
dalam administrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan, komunikasi
timbal balik antara pemerinah dengan masyarakat.
(2) Bahasa pengantar dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa
Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan baik formal atau
non-formal, dari tingkat aman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
(3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pem-bangunan nasional sera kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya dengan
fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hana dipakai sebagai alat komunikasi timbal
balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga
se-bagai alat per-hubungan di dalam masyarakat yang keadaaan sosial budaya dan
bahasanya sama.
(4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
18
membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga
ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah.
Lebih lanjut, bahasa Indonesia juga digunakan untuk pengembangan ilmu
pe-ngetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran,
penulis-an buku atau penerjemahpenulis-an, dilakukpenulis-an dalam bahasa Indonesia (Faisal dkk., 2009:
8).
Jadi menurut peneliti, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, keinginan, gagasan maupun
emosi kepada orang lain atau masyarakat.
2.1.2. Keterampilan Berbahasa
2.1.2.1. Hakikat Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (language art, language skill) dalam kurikulum
sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu.
(1) Keterampilan Menyimak/ Mendengarkan
Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang
bersifat represif. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas
mendo-minasi aktivitas belajar siswa daripada keterampilan yang lain. Namun,
keteram-pilan ini baru diakui sebagai komponen utama dal pembelajaran berbahasa pada
tahun 1970 (TPS) dari James Asher, The Natural Approach, dan Silent Period. Ketiga teori ini menyatakan bahwa menyimak bukanlah suatu kegiatan satu arah.
Langkah pertama dari kegiatan keterampilan menyimak ialah proses psikomotorik
untuk menerima gelombang suara melalui telinga dan mengirimkan
19
proses interaktif ketika otak bereaksi terhadap impuls-impuls tadi untuk
me-ngirimkan sejumlah mekanisme kognitif dan efektif yang berbeda
(Iskandarwas-sid dan Sunendar, 2013: 227). Tarigan (2008: 31), menjelaskan bahwa menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpreasi untuk memperoleh informasi,
menangkap ini atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
di-sampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Tujuan menyimak
dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) mendapatkan informasi, data, dan fakta;
(2) membedakan bunyi-bunyi bahasa;
(3) mendapatkan model lafal, tekanan kata, pemenggalan kalimat, intonasi
kalimat, dan pola dasar klaimat yang baik;
(4) memperlancar komunikasi; dan
(5) menunjang keterampilan berbicara dan membaca (Ngalimun dan Alfulaila,
2014: 16-17).
Menurut lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 dijelaskan bahwa keterampilan menyimak meliputi memahami wacana lisan
berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi
berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng,
puisi, cerita, drama, pantun dan cerita rakyat.
(2) Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan
20
perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Seperti halnya keterampilan
nyimak, keterampilan berbicara menduduki empat utama dalam memberi dan
me-nerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 241). Menurut Tarigan (2008: 3) berbicara
adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak,
yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah
ke-mampuan berbicara atau berujar dipelajari. Pembelajaran berbicara pada
tahap-tahap awal sekolah dasar sangat penting untuk diajarkan, daripada di kelas tinggi.
Adapun tuju-an pembelajaran berbicara di kelas awal/ kelas rendah dapat
di-rumuskan sebagai berikut:
1) berbicara melahirkan buah pikiran dan perasaan sendiri dengan bahasa yang
sederhana, sopan dan jelas;
2) melatih anak melahirkan pikiran, perasaan dan kemauannya dengan bahasa
sederhana yang baik dan benar;
3) siswa mampu mengungkapkan kata dengan lafal yang benar;
4) siswa mampu mengucapkan atau mengatakan kalimat dengan intonasi yang
wajar dan sesuai dengan konteksnya; dan
5) siswa mampu berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara
lisan (Ngalimun dan Alfulaila, 2014: 25).
Menurut lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006, keterampilan menyimak meliputi: menggunakan wacana lisan untuk
me-ngunggkapkan pikiran, perasaa, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur
des-21
kripsi peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita,
pelapo-ran hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbaai karya sastra untuk anak
berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi.
(3) Keterampilan Menulis
Akivitas menulis merupakan suau bentuk manifestasi kemampuan dan
kete-rampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajaran bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid dan Dadang
Sunendar, 2013: 248). Pada awalnya, anak mulai dengan menggambar, kemudian
menulis dengan membuat corat-coret tak beraturan, barulah mem-buat
bentuk-bentuk huruf. Kata-kata yang dikenalnya dengan baik, termasuk na-ma dirinya
dapat membantu anak dalam belajar mengenal huruf yang berbeda dan
melambangkan bunyi-bunyi yang berbeda (Ngalimun dan Alfulaila, 2014: 37).
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
ke-terampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid dan
Sunendar, 2013: 248).
Tujuan menulis antara lain yaitu: a) untuk memberitahukan atau mengajar
di-sebut wacana informatif; b) untuk meyakinkan atau mendesak didi-sebut wacana
persuasif; c) untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan
estetik disebut tulisan literer; d) mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat
atau berapi-api disebut wacana ekspresif (Tarigan, 2008: 24-25).
Terdapat dua teknik menulis yang efektif dan sangat menyenangkan yaitu
22
cara menulis pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan secepatnya
me-nuangkan di atas kertas, tanpa memperimbangkan kebenaran atau nilainya.
Se-dangkan fast writting atau menulis cepat, dilakukan dengan menggunakan timer sebagai pengatur waktu, misalnya 5 menit untuk memulai kemudian menuliskan
topik dan terus menulis hingga waktu habis. Hal ini berarti bahwa dalam waktu 5
menit, kita harus menulis secepat mungkin dan tidak terhenti untuk
mengumpul-kan gagasan, membentuk kalimat, memeriksa tata bahasa, mengulangi, atau
men-coret sesuatu sehingga kita mampu untuk mengambil inti dari tulisan tersebut
(Hamid, 2013: 162-164).
Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang diunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tersurat.
Ke-terampilan menulis membutuhkan latihan secara eratur agar dapat menghasilkan
tulisan yang baik dan dapat dipahami.
(4) Keterampilan Membaca
Membaca adalah kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi
atau pesan yang disampaikan melalui media tulis seperti buku, artikel, modul,
surat kabar, atau media tulis lainnya (Yunus dan kawan-kawan, 2008: 5).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 menjelaskan
bahwa keterampilan membaca meliputi: menggunakan berbagai jenis membaca
untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan berbaai karya sastra
untuk anak ber-bentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.
Membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang menyenangkan. Akan tetapi
23
menemukan kegagalan. Untuk itu siswa harus diberi motivasi dalam berlatih
membaca. Hal itu berhubungan dengan keterampilan membaca yang tidak
di-peroleh secara mendadak. Keterampilan membaca didi-peroleh melalui belajar, tahap
demi tahap dan terus menerus (Harjanti, 2012: 16-17).
Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Keterampilan berbahasa diperoleh melalui suatu urutan yang teratur.
Keterampil-an berbahasa yKeterampil-ang dipelajari pertama kali adalah menyimak atau mendengarkKeterampil-an
yang diikuti dengan keterampilan berbicara. Keterampilan menyimak atau
men-dengarkan dan berbicara dipelajari sebelum masuk sekolah. Setelah itu diikuti
dengan keterampilan membaca dan keterampilan menulis yang dipelajari di
sekolah (Tarigan, 2008: 1).
Berdarsarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan
berbahasa terdiri atas empat bidang yaitu keterampilan menyimak atau
men-dengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan
mem-baca. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan dan saling
mempengaruhi antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain.
2.1.2.2. Keterampilan Membaca
2.1.2.2.1. Hakikat Membaca
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami
arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Selain itu, membaca juga
merupakan suatu proses ang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
24
Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 246) juga menyatakan bahwa membaca
me-rupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks.
Lebih lanjut Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 7) menambahkan, bahwa membaca
merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan
suatu kesatuan akan terlibat dalm suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata
secara individual akan dapat diketahui.
Crawley dan Mountain menjelaskan bahwa membaca pada hakikatnya adalah
suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
meta-kognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan
simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir,
baca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi,
baca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa akivitas
mem-baca kata-kata dengan menggunakan kamus (Rahim, 2008: 2). Dari beberapa
pendapat yang telah dipaparkan para ahli, peneliti menyimpilkan bahwa membaca
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mmperoleh makna atau arti dari
se-buah tulisan sesuai dengan yang ingin disampaikan oleh penulis.
2.1.2.2.2. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca memiliki tujuan utama yaiu untuk memperoleh informasi
dari sebuah bacaan. Anderson (dalam Tarigan, 2008: 9-11) mengemukakan
be-berapa tujuan membaca yaitu: a) membaca untuk memperoleh perincian-princian
atau fakta-fakta (reading for details or facts); b) membaca untuk memperoleh
25
susunan, oranisasi cerita (reading for sequence or organization); d) membaca
untuk menyimpulkan, membaca referensi (reading for inference); e) membaca
untuk mengklasifikasi (reading to classify); f) membaca untuk mengevaluasi
(reading to evaluate); g) membaca untuk memperbandingkan atau
memper-tentangkan (reading to compare or contrast).
Iskandarwassid dan Dadang (2013: 289) juga mengemukakan tujuan umum
dari keterampilan membaca, yaiu: 1) mengenali naskah tulisan suatu bahasa; 2)
memaknai dan menggunakan kosakata asing; 3) memahami informasi yang
di-nyatakan secara eksplisit dan implisit; 4) memahami makna konseptual; 5)
me-mahami nilai komunikatif dari suatu kalimat; 6) meme-mahami hubungan dalam
kalimat, antar kalimat, antarparagraf; 7) menginterpretasi bacaan; 8)
meng-identifikasi informasi penting dalam wacana; 9) membedakan antara gagasan
utama dan gagasan penunjang; 10) menentukan hal-hal penting untuk dijadikan
rangkuman; 11) skimming; 12) scanning untuk mendapatkan informasi yang di-butuhkan.
Berdasarkan dari pendapat para ahli, peneliti berpendapat bahwa tujuan utama
dari membaca adalah untuk mencari informasi dan memahami isi dari sebuah
tulisan yang merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
2.1.2.2.3. Jenis-Jenis Membaca
Secara garis besar membaca dibedakan menjadi dua yaitu membaca nyaring
26 (1) Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat
bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
pen-dengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan
pe-ngarang. Dalam membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan yang aktif turut
juga ingatan pendengaran dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot di
dalam tubuh (Tarigan, 2008: 23).
Berhubungan dengan pendapat Tarigan, Harris dan sipay (dalam Rahim,
2008: 124) mengemukakan bahwa, membaca bersuara/ nyaring
mengkontribusi-kan seluruh perkembangan anak dalam banyak cara, di antaranya sebagai berikut:
(1) membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang tepat dan valid untuk
mengevaluasi kemajuan keterampilan membaca yang utama khususnya
pe-menggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang
spesifik; (2) membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk
pembaca dan bagi yang mendengarkan unuk meningkatkan keterampilan
me-nyimaknya; (3) membaca nyaring juga dapat melatih siswa untuk
mendramatisasi-kan ceritadan memamermendramatisasi-kan pelaku yang terdapat dalam cerita; (4) membaca
nyaring menyediakan suatu media di mana guru dengan bimbingan yang
bijak-sana, dapat bekerja untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, terutama
lagi dengan anak yang pemalu.
(2) Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mem-27
berikan kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca
siswa (Rahim, 2008: 121).
Membaca dalam hati mengutamakan ingatan visual (visual memory) yang
melibatkan pengaktifan organ mata dan ingatan.Tujuan utama membaca dalam
hati adalah untuk memperoleh informasi dari sebuah bacaan atau wacana. Secara
umum membaca dalam hai dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Tujuan uama membaca
ekstensif adalah untuk memahami isi bacaan yang penting-penting dengan cepat
sehingga dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana. Membaca
ekstensif meliputi: 1) membaca survey, yaitu membaca dengan meneliti bahan
bacaan; 2) membaca sekilas, yaitu membaca dengan cepat untuk mendapatkan
in-formasi; 3) membaca dangkal, yaitu membaca yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang bersifat dangkal atau hana bersifat luaran saja (Tarigan, 2008:
13).
b. Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk
me-ngetahui dan memahami bacaan secara mandalam. Membaca intensif dibagi
men-jadi dua yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi
bertujuan untuk mengetahui dan menelaah isi dari teks secara mendalam.
Mem-baca telaah bahasa meliputi: memMem-baca teliti, memMem-baca pemahaman, memMem-baca
kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa dibedakan menjadi dua yaitu
28
Dari uraian di atas, dapat kita ketahui tentang beberapa jenis membaca, yaitu
membaca nyaring dan membaca dalam hati. Pada dasarnya segala jenis membaca
tersebut bertujuan untuk mengetahui dan memahami isi teks bacaan. Keterampilan
membaca perlu diajarkan kepada siswa sejak dini agar mereka memiliki
ke-mampuan membaca yang baik. Pada penelitian difokuskan pada membaca
pe-mahaman yang merupakan bagian dari membaca intensif.
2.1.2.3. Membaca Pemahaman
2.1.2.3.1. Pengertian Membaca Pemahaman
Zidat dan Djoudi (2011, 8(1): 3) menyatakan bahwa “Reading comprehension can be defined as the level of understanding of a passage or text. It can be improved by: Training the ability to self assesses comprehension, actively test comprehension using questionnaires, and by improving met cognition”. Hal
ter-sebut berarti bahwa membaca pemahaman dapat didefinisikan sebagai tingkat
me-mahami suatu bagian atau keseluruhan teks. Untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman dapat dilakukan dengan melakukan latihan diri dalam
me-nilai pemahaman, aktif menguji pemahamn dengan menggunakan kuesioner, dan
memperbaiki aspek kognitif.
Membaca pemahaman merupakan jenis bacaan yang bertujuan untuk
me-mahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis dan pola-pola
fiksi (Tarigan, 2008: 58). Selanjutnya Somadayo (2011: 10) mengungkapkan
bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang
secara aktif melibatkan pe-ngetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh
29
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa membaca
pe-mahaman adalah proses membaca yang dilakukan dengan teliti untuk memahami
isi bacaan dan menghubungkanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
se-hingga mendapat pemahaman yang baik. Dalam membaca pmahaman harus
di-perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca pemahaman agar
dapat berjalan secara maksimal.
2.1.2.3.2. Tujuan Membaca Pemahaman
Tujuan utama membaca pemahaman adalah memperoleh pemahaman.
Ke-mampuan yang harus dimiliki seseorang agar dapat memahami bacaan secara
baik.
1) Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis.
2) Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat.
3) Kemampuan membuat simpulan.
Semua aspek kemampuan membaca tersebut dapat dimiliki oleh seseorang
yang memiliki tingkat kemampuan membaca tinggi. Namun tingkat
pemahaman-nya tentu saja terbatas. Artipemahaman-nya mereka belum dapat menangkap maksud persis
sama dengan yang dimaksud oleh penulis (Somadayo, 2011: 11).
Pada penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas IV SDN Sekaran 01
Semarang yang memang merupakan kelas tinggi. Siswa kelas IV memliki
ke-mampuan membaca yang lebih tinggi dari kelas I, II dan III.
2.1.2.3.3. Proses Membaca Pemahaman
Kegiatan membaca dapat dilakukan atas dua bagian yaitu proses membaca
30
yang sering dilakukan oleh pembaca dalam berkomunikasi secara aktif untuk
menghasilkan produk membaca. Sembilan produk membaca tersebut dapat
di-paparkan sebagai berikut:
(1) sensori, atau mengamati simbol-simbol tulisan,
(2) perseptual atau menginterpretasi apa yang diamati,
(3) sequential atau mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata yang tertulis, (4) eksperiential atau menghubungkan kata-kata dan maknanya dengan
pengetahuan yang dipunyai,
(5) thinking atau membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca,
(6) learning atau mengingat apa yang dipelajari sebelumnya, dan memasuki gagasan serta fakta-fakta baru,
(7) association atau membangun sosial,
(8) afective atau menyikapi secara personal tugas membaca, dan
(9) constructive atau mengumpulkan serta menata semua tanggapan sehingga dapat memahami semua materi yang dibaca (Somadayo, 2011: 15).
Dalam penelitian ini proses membaca pemahaman menggunakan model
SQ4R namun tetap tidak mengurangi esesnsi membaca pemahaman itu sendiri yaitu membaca secara mendalam dengan memperhatikan produk membaca seperti
yang dipaparkan di atas.
2.1.2.3.4. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman
Siadi pada tahun 2013 berpendapat bahwa, dengan bekal kemampuan
mem-baca, anak akan memperoleh pengetahuan, serta mempermudah pola pikir untuk
31
informasi dengan terampil dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya tentang
topik. Sebaliknya, pembaca yang tidak baik mungkin terlampau menekankan
simbol-simbol dalam teks atau terlampau pengetahuan sebelumnya tentang topik
(Somadayo, 2011: 17).
Brown (dalam Somadayo, 2011: 16) menambahkan bahwa prinsip utama
pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses
mem-baca.
2.1.2.3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Membaca Pemahaman Faktor yang paling berpengaruh dalam proses membaca pmahaman berasal
dari individu yang melakukan kegiatan membaca pemahaman. Menurut Lamb dan
Amol, faktor-faktor yang mempengaruhi proses membaca pemahaman antara lain:
1) faktor lingkungan, meliputi: latar belakang dan pengalaman siswa serta sosial
ekonomi; 2) faktor intelektual, meliputi: metode mengajar guru, dan prosedur,
kemampuan guru dan siswa; 3) faktor psikologis, meliputi: motivasi, minat, dan
kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri; 4) faktor fisiologis, meliputi:
kesehatan fisik, dan pertimbangan neurologis (Somadayo, 2011: 28).
Beberapa penelitian memperlihatkan banyak faktor yang mempengaruhi
ke-berhasilan membaca. McLaughlin & Allen (dalam Rahim, 2008: 3-4)
me-ngemukakan bahwa prinsip-prinsip yang dapat mempengaruhi pemahaman dalam
membaca, antara lain.
1) Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.
2) Keseimbangan kemahiraksaan adalah kerangka kerja kurikulum yang
32
3) Guru membaca yang profesional mempengaruhi belajar siswa.
4) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca.
5) Membaca hendakna terjadi dalam konteks yan bermakna.
6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada
berbagai tingkat kelas.
7) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman
mem-baca.
8) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
9) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
10) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemaham-an.
Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan adanya keterkaitan antara
pe-ngetahuan tentang kosa kata dengan membaca pemahaman. Kosa kata memiliki
kontribusi yang unik pada kemampuan membaca pemahaman yaitu menjadi salah
satu prediktor terbaik dari membaca pemahaman di kalangan anak-anak usia
seko-lah di SD, SMP, dan SMA dan tingkat perguruan tinggi. Seperti yang
diungkap-kan oleh Mokhtari dan Niederhauser dalam International Electronic Journal of Elementary Education (IEJEE) pada tahun 2013, bahwa:
33
Sehingga, berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
penge-tahuan tentang kosa kata merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
ke-terampilan membaca pemahaman. Semakin banyak kosa kata yang diketahui
siswa, maka tingkat pemahamannya akan semakin baik.
2.1.2.3.6. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman
Harjanti pada tahun 2012 berpendapat bahwa aktivitas membaca yang tepat
untuk memperoleh keterampilan membaca pemahaman adalah dengan membaca
dalam hati. Menurut Somadayo (2011: 33), proses pelaksanaan pembelajaran
membaca pemahaman melipui tiga tahapan, yaitu tahap prabaca, tahap baca dan
tahap pasca baca. Berikut ini dijelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam
ketiga tahap-an tersebut.
(1) Tahap Prabaca
Burns dkk. (dalam Rahim 2008: 99) mengemukakan bahwa kegiatan prabaca
adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiaan
membaca. Dalam kegiatan prabaca guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan
skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Menurut Mulyati (2009:
5.10) kegiatan prabaca akan memberikan pemahaman awal mengenai bahan
bacaan yang akan dibaca.
(2) Tahap saat baca
Menurut Abidin, beberapa kegiatan yang bisa dilakukan saat kegiatan
mem-baca antara lain: 1) menemukan inti gagasan; 2) mengidentifikasi kata kunci; 3)
mengutip bacaan; 4) menjaring data; 5) mengisi format isi bacaan; 6) merespon
34
prediksi; 10) menjaring kata sulit; 11) menguji opini, dan lain-lain (Wulandari,
2013: 21).
(3) Kegiatan pascabaca
Strategi yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah belajar
me-ngembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan
kembali dan presentasi visual (Rahim, 2008: 105).
2.1.3. Pembelajaran Bahasa Indonesia
2.1.3.1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
ke-sastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006: 317)
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa, sehingga
jenis pengajaran yang dapat dilakukan adalah melalui pengajaran aktivitas. Seperti
yang dinyatakan oleh Hamalik (2011: 172) bahwa dengan menggunakan
pe-ngajaran aktivitas, siswa memperoleh pengeahuan, pemahaman, dan aspek-aspek
tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk
hidup di masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat hal-hal penting yang
harus diperhatikan yaitu peran aktif siswa dalam pembelajaran dan keterampilan
35 2.1.3.2. Aktivitas Siswa
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan baik secara fisik maupun non fisik seperti intelektual,
emosi-onal maupun mental yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas siswa
selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan
siswa untuk belajar. Dierich (dalam Hamalik, 2011: 172-173) membagi kegiatan
belajar siswa menjadi 8 kelompok, yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities)
Meliputi: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities)
Meliputi: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
ke-jadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
ber-wawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities)
Meliputi: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkn suatu permainan instrument musik,
mendengar-kan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities)
Meliputi: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
36
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities)
Meliputi: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegitan motorik (motor activities)
Meliputi: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities)
Meliputi: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis
faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities)
Meliputi: minat, membedakan, berani, merasa bosan, gembira bersemangat,
bergairah, berani, tenang dan gugup.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas
siswa adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar
me-ngajar. Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan perubahan
perilaku belajar pada diri siswa secara progresif. Aktivitas siswa yang terarah
akan menjadikan pembelajaran semakin berkualitas. Aktivitas siswa ini juga
di-dukung keterampilan guru yang professional yang sama-sama akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas siswa
dalam penelitian ini yang difokuskan dalam pembelaja-ran membaca pe