• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah menengah terpadu : tema kualitas pencahayaan dalam ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sekolah menengah terpadu : tema kualitas pencahayaan dalam ruang"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: tema porak sekolah

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Kikin Binnur Andriansyah Tempat, Tanggal Lahir : Bandung , 16 Mei 1982 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Riung Saluyu XVI - A No. 323 Bandung

Telepon : 022 7547 5127

E-mail : kusanagi_kei2005@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan

1994 – 1997 : SMPN 4 Bandung 1997 – 2000 : SMUN 5 Bandung

2007 – 2013 : Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Komputer Indonesia

Kemampuan

• Kemampuan Perancangan (Preliminary Design to Design Development, Structural Logics, and Natural Daylight Calculation)

• Kemampuan Komputer (3DS Max, AutoCAD, ArchiCAD, Ecotect Analysis, Adobe Photoshop, MS Word, MS PowerPoint, Openkore, dan Internet)

• Kemampuan Bahasa Asing (Inggris : Dasar, Jepang : Dasar)

(5)

Pengalaman Kerja

Kerja Praktek :

Nama Perusahaan : PT Garis Hijau Semesta Tipe Perusahaan : Konsultan Perancangan

Alamat Perusahaan : Griya Cinunuk Indah B-II No. 2 Cileunyi Bandung Periode : Juli 2012 - September 2012

Tujuan : Persyaratan kelulusan mata kuliah Kerja Praktek Posisi : Asisten Arsitek/3-D modeller

Rincian Pekerjaan:

- 3-D modeling Lombok Epicentrum Square

(6)

- 3-D modeling Rumah Tinggal di Lembang

- 3-D modeling Rumah Tinggal di Situsari, Buah Batu

(7)

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, 14 September 2013

(8)

SEKOLAH MENENGAH TERPADU

Tema

KUALITAS PENCAHAYAAN DALAM RUANG

LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER XII TAHUN 2012/2013

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

K.B. ANDRIANSYAH 104.07.704

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Tugas Akhir dengan baik dan lancar.

Studio Tugas Akhir merupakan proses yang panjang, dari mencari gagasan, proses merancang, hingga selesainya produk akhir. Proses studio yang panjang tersebut penulis coba tuangkan ke dalam bentuk Laporan Tugas Akhir.

Selesainya Proyek Tugas Akhir hingga tersusunnya Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Rahy R. Sukardi, MT. selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar dan ikhlas membimbing kami dalam menyusun Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Salmon P. Martana, ST., MT. selaku dosen penguji, yang telah memberikan masukan-masukan yang bermanfaat terhadap desain ketika sidang.

3. Segenap dosen Program Studi Teknik Arsitektur FTIK UNIKOM yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

4. Rekan-rekan seperjuangan Studio Tugas Akhir semester genap 2013. 5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

(10)

Bandung, 25 Agustus 2013

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Masalah Perancangan ... 2

1.4 Pendekatan Perancangan ... 2

1.5 Batasan Perancangan ... 3

1.6 Kerangka Berpikir ... 3

1.7 Sistematika Laporan ... 4

BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 6

2.1 Profil Proyek ... 6

2.2 Pengertian Sekolah Menengah Terpadu ... 7

2.3 Konsep dan Model Sekolah Menengah Terpadu ... 7

2.4 Program Kegiatan ... 8

2.5 Kebutuhan Ruang ... 12

2.5.1 Satuan Pendidikan ... 13

2.5.2 Kelengkapan Sarana dan Ptasarana ... 13

2.6 Studi Banding Proyek Sejenis ... 22

2.6.1 Sekolah Terpadu Pahoa Tangerang ... 22

(12)

BAB III ELABORASI TEMA ... 31

3.1 Pengertian dan Teori Dasar Cahaya ... 31

3.1.1 Pengertian Cahaya ... 31

3.1.2 Teori Dasar Cahaya ... 31

3.1.3 Istilah Umum tentang Cahaya ... 33

3.2 Pengertian Pencahayaan Alami ... 34

3.3 Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari ... 35

3.4 Tingkat Kenyamanan Visual dalam Ruang ... 36

3.5 Gangguan Pencahayaan ... 37

4.1.1 Analisis Organisasi Ruang ... 46

4.1.2 Program Ruang ... 46

4.1.3 Persyaratan Teknis ... 48

4.2 Analisis Kondisi Lingkungan ... 48

(13)

5.2.3 Konsep Gubahan Massa ... 55

5.2.4 Konsep Pencapaian ... 56

5.2.5 Konsep Hierarki Ruang ... 57

5.2.6 Konsep Sirkulasi ... 57

5.2.7 Konsep Parkir ... 57

5.2.8 Konsep Penghijauan ... 58

5.3 Konsep Bangunan ... 59

5.3.1 Bentuk... 59

5.3.2 Fasad ... 59

5.3.3 Sirkulasi ... 60

5.3.4 Struktur dan Konstruksi... 60

5.4 Konsep Utilitas... 61

5.4.1 Jaringan Listrik ... 61

5.3.2 Sistem Pencahayaan ... 61

5.3.3 Penghawaan Udara ... 61

5.3.4 Jaringan Air Bersih ... 61

5.3.5 Jaringan Air Kotor ... 61

5.3.6 Penanggulangan Bahaya Kebakaran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 FOTO MAKET

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ashihara, Yoshinobu. 1981. Exterior Design in Architecture. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Frick, Heinz. 2011. Ilmu Fisika Bangunan.Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hajrina, Marisa. 2011. Sekolah Islam Terpadu di Peureulak. Tugas Akhir

tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Neufert, Ernst.2002. Data Arsitek. Jakarta : Erlangga.

Nikrirotin, Latifah. 2007. Sekolah Pendidikan Dasar Terpadu di Semarang. Tugas Akhir tidak dipublikasikan, Fakultas Teknik Prodi Arsitektur Universitas Negeri Semarang.

Peraturan Daerah No. 14 tahun 1998 tentang Bangunan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung.

Perkins, Bradford. 2001. Building Type Basic for Elementary and Secondary School. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Permendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

RSNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung.

(15)

dipublikasikan, Jurusan Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya.

dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_19538.html http: //www.wikipedia.com/Daylight_factor.html http: //www.gandhibali.org/

http: //www.pahoa.or.id/

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan diyakini sebagai faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kemajuan bangsa. Pendidikan yang baik dapat melahirkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat membangun suatu bangsa di segala aspek kehidupan.

Salah satu tolak ukur yang dapat menunjukkan baik tidaknya mutu pendidikan di suatu negara adalah kualitas sistem pendidikan itu sendiri. Namun, sistem pendidikan saja masih belum cukup dalam menilai mutu pendidikan karena masih perlu didukung oleh faktor-faktor yang lain. Salah satu faktor yang juga mendukung kualitas sistem pendidikan adalah keberadaan sarana pendidikan atau sekolah.

Sekolah merupakan tempat untuk melakukan aktivitas belajar mengajar. Sebagus apapun sistem pendidikan yang ada, tidak akan berjalan dengan lancar tanpa didukung oleh bangunan sekolah yang baik. “Baik” yang dimaksud adalah bahwa bangunan sekolah tersebut memiliki prasarana dan sarana minimal memenuhi standar-standar yang telah diakui.

Selain itu, kenyamanan kegiatan belajar-mengajar juga ditentukan oleh faktor kualitas pencahayaan. Dalam hal ini, pencahayaan alami lebih diutamakan ketimbang pencahayaan buatan. Pemanfaatan cahaya alami sebagai sumber pencahayaan ruang dapat menekan penggunaan energi listrik sehingga dapat menekan biaya operasional sekolah.

(17)

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari perancangan sekolah terpadu ini adalah untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan menengah yang lengkap dan ideal di kota Bandung dengan mengutamakan kualitas pencahayaan demi kenyamanan dalam belajar.

Sedangkan tujuan perancangan sekolah terpadu ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang sekolah terpadu yang terdiri atas SMP dan SMU dalam satu kawasan.

2. Merancang sekolah terpadu yang dapat mendukung optimalisasi proses belajar-mengajar.

3. Merancang fasilitas pendukung sebagai wadah untuk menyalurkan bakat, keahlian dan potensi anak-anak.

1.3. Masalah Perancangan

Kualitas Pencahayaan alami di gedung-gedung sekolah menengah masih rendah. Akibatnya, ruang-ruang masih menggunakan pencahayaan dari lampu walaupun pada siang hari. Hal ini berdampak pada semakin

besarnya pengeluaran operasional sekolah untuk iuran listrik.

1.4. Pendekatan Perancangan Pendekatan yang dilakukan antara lain:

(18)

2. Studi literatur untuk mencari standar-standar pencahayaan alami terutama pada bangunan sekolah.

3. Studi lapangan, yakni melakukan survey terhadap salah satu sekolah menengah di kota Bandung yang kemudian sekolah tersebut dijadikan sampel dalam menguji kualitas pencahayaan alami.

4. Melakukan perhitungan manual dalam menentukan luas bukaan pada ruang-ruang yang ada pada proyek.

5. Uji kualitas pencayahaan (uji spektrum) dengan bantuan software

Autodesk Ecotect Analysis.

1.5. Batasan Perancangan

Berdasarkan tema yang diangkat, maka perlu kiranya untuk menetapkan beberapa batasan dalam perancangan diantaranya:

1. Kualitas pencahayaan alami siang hari pada proyek ini ditargetkan sebesar 75 % dari jumlah total ruang-ruang yang ada.

2. Optimalisasi pencahayaan alami siang hari dalam ruang akan diprioritaskan untuk ruang-ruang yang digunakan untuk aktivitas belajar siswa.

3. Adapun untuk ruang-ruang lainnya, akan sedapat mungkin diusahakan agar mendapatkan pencahayaan alami pada siang hari.

1.6. Kerangka Berpikir

(19)

1.7. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan dalam Laporan Tugas Akhir ini dibagi menjadi 5 bagian utama, antara lain:

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang hal-hal yang melatarbelakangi penyusunan Laporan Tugas Akhir, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan perancangan, batasan perancangan, kerangka berpikir, dan sistematika laporan.

BAB II Deskripsi Proyek

Bab ini berisi tentang profil proyek, pengertian sekolah menengah terpadu, konsep dan model sekolah menengah terpadu, program kegiatan,

kebutuhan ruang, studi banding proyek sejenis. Gambar 1.1. Kerangka Berpikir

(20)

BAB III Elaborasi Tema

Bab ini menguraikan tentang pengertian tema serta bagaimana tema tersebut diaplikasikan pada proyek

BAB IV Analisa

Bab ini berisi tentang analisa fungsional dan analisa kondisi lingkungan BAB V Konsep

(21)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Profil Proyek

1. Sifat Proyek : Fiktif

2. Lokasi : Jalan Patuha Bandung

3. Luas Lahan : ± 28000 m²

4. Ketinggian : ± 689 m dpl

5. Topografilahan : Relatif datar 6. Batas-batas Lahan :

 Utara : Perumahan penduduk,

 Selatan : Bangunan kantor, perumahan penduduk

 Timur : Perumahan penduduk

 Barat : Bangunan kantor, hotel, pabrik kue

7. GSB : 5 m

8. KDB : 30 %

9. KLB : 1.5

10. Tinggi Bangunan : 5 lantai 11. Pemilik : Swasta

(22)

2.2. Pengertian Sekolah Menengah Terpadu

Sekolah Menengah Terpadu adalah SMP dan SMA yang diselenggarakan berada dalam satu komplek dan dikelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru, sarana dan prasarana, manajemen, dan evaluasi, sehingga menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas. Kualitas yang dimaksud adalah sekolah tersebut minimal memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya, meliputi kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian.

2.3. Konsep dan Model Sekolah Menengah Terpadu

Sekolah Mengengah Terpadu mengedepankan prinsip seamless education yaitu pendidikan yang saling berkesinambungan dan terpadu.

Building image menjadi satu, sehingga SMP dan SMA merupakan satu bagian yang utuh. Guru, staf, lab, ruang kelas, gedung atau sumber daya sekolah lainnya merupakan milik bersama (resources sharing).

Ada beberapa keunggulan dari sekolah menengah terpadu diantaranya: 1. Adanya keterpaduan dan proses yang berkesinambungan antara

pelaksanaan pembelajaran antara SMP dan SMA.

2. Sarana-prasarana yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, sehingga penggunaannya lebih efisien dan efektif.

3. Guru dan staf dapat saling memperkuat dan mensinkronkan isi dan model pembelajaran, sehingga prosesnya menjadi berkelanjutan atau tidak terputus pada jenjang yang berikutnya.

(23)

2.4. Program Kegiatan

Pelaku yang terdapat pada Sekolah Menengah Tepadu ini nantinya akan terdiri atas beberapa pihak:

1. Siswa SMP 2. Siswa SMA

3. Tenaga pengajar/guru 4. Kepala Sekolah/Wakil

Kepala Sekolah 5. Ketua Yayasan

6. Manager Yayasan 7. Staf Tata Usaha 8. Staf Laboratorium 9. Staf Perpustakaan 10. Staf Pembantu sekolah

di mana alur kegiatan untuk masing-masing pelaku akan dijabarkan sebagai berikut:

Alur Kegiatan Siswa SMP

(24)

Alur Kegiatan Siswa SMA

Alur Kegiatan Tenaga Pengajar/Guru

Gambar 2.2. Alur Kegiatan Siswa SMA (Sumber : Data Pribadi)

(25)

Alur Kegiatan Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah

Alur Kegiatan Ketua Yayasan

Alur Kegiatan Manager Yayasan

Gambar 2.4. Alur Kegiatan Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 2.5. Alur Kegiatan Ketua Yayasan (Sumber : Data Pribadi)

(26)

Alur Kegiatan Staf Tata Usaha

Alur Kegiatan Staf Laboratorium

Gambar 2.7. Alur Kegiatan Staf Tata Usaha (Sumber : Data Pribadi)

(27)

Alur Kegiatan Staf Perpustakaan

Alur Kegiatan Staf Pembantu Sekolah

2.5. Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang-ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu ini mengacu pada Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Mengengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Gambar 2.9. Alur Kegiatan Staf Perpustaaan (Sumber : Data Pribadi)

(28)

2.5.1. Satuan Pendidikan

1. Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 24 rombongan belajar.

2. Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.

3. Satu SMA/MA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.

4. Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMA/MA baru.

2.5.2. Kelengkapan Prasarana dan Sarana

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan, 3. ruang laboratorium IPA, 4. ruang pimpinan,

(29)

9. ruang UKS,

10. ruang organisasi kesiswaan, 11. jamban,

12. gudang,

13. ruang sirkulasi,

14. tempat bermain/berolahraga

Sedangkan sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan, 3. ruang laboratorium biologi, 4. ruang laboratorium fisika, 5. ruang laboratorium kimia, 6. ruang laboratorium komputer, 7. ruang laboratorium bahasa, 8. ruang pimpinan,

9. ruang guru,

10. tempat beribadah, 11. ruang konseling, 12. ruang UKS,

(30)

15. gudang,

16. ruang sirkulasi,

17. tempat bermain/berolahraga.

Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut:

1. Ruang kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.

d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

g. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

2. Ruang perpustakaan

a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

(31)

pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.

3. Ruang laboratorium IPA (SMP)

a. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.

d. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

4. Ruang laboratorium biologi (SMA)

a. Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium biologi 5 m.

d. Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

(32)

a. Ruang laboratorium fisika berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran fisika secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium fisika dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum ruang laboratorium fisika 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar ruang laboratorium fisika minimum 5 m.

d. Ruang laboratorium fisika memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

6. Ruang laboratorium kimia (SMA)

a. Ruang laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran kimia secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium kimia dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum ruang laboratorium kimia 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar ruang laboratorium kimia minimum 5 m.

d. Ruang laboratorium kimia memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

7. Ruang laboratorium komputer (SMA)

(33)

b. Ruang laboratorium komputer dapat menampung minimum satu rombongan belajar yang bekerja dalam kelompok @ 2 orang. c. Rasio minimum luas ruang laboratorium komputer 2 m2/peserta

didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang laboratorium komputer 30 m2. Lebar minimum ruang laboratorium komputer 5 m.

8. Ruang laboratorium bahasa (SMA)

a. Ruang laboratorium bahasa berfungsi sebagai tempat mengembangkan keterampilan berbahasa, khusus untuk minimum ruang laboratorium bahasa 5 m.

9. Ruang pimpinan

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.

b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m. c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah,

(34)

luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan. 11. Ruang tata usaha

a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan administrasi sekolah.

b. Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2.

c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

12. Ruang beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.

b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan, dengan luas minimum 12 m2.

13. Ruang konseling

a. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

b. Luas minimum ruang konseling 9 m2.

c. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik.

14. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah. b. Luas minimum ruang UKS 12 m2.

15. Ruang organisasi kesiswaan

a. Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.

(35)

16. Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil. b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik

e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban. 17. Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

b. Luas minimum gudang 21 m2. c. Gudang dapat dikunci.

18. Ruang sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah.

b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m.

(36)

d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.

e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.

f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.

g. Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.

h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

19. Tempat bermain/berolahraga

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

b. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x 20 m.

c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan.

d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.

e. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir. f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar,

(37)

2.6. Studi Banding Proyek Sejenis 2.6.1. Sekolah Terpadu Pahoa Tangerang

Latar Belakang

Semula Sekolah Terpadu Pahoa yang terletak di Gading Serpong, Tangerang berdiri pada tahun 1901 dan kemudian didirikan kembali pada tahun 2008. Sekolah yang didirikan kembali oleh para alumni Pa Hoa ini merupakan sekolah nasional plus trilingual yaitu sekolah yang di dalam proses belajar-mengajarnya menggunakan tiga bahasa yakni bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Tak hanya menerapkan sistem trilingual, Sekolah Terpadu Pahoa juga memberikan kepada para siswanya pendidikan moral yang berlandaskan ajaran kebajikan universal

Confucius. Dengan motto Belajar untuk Diamalkan, Sekolah Terpadu Pahoa telah sejak dini menanamkan kepada setiap siswanya nilai-nilai berupa sikap disiplin, mandiri, berdaya juang tinggi, menghargai diri sendiri dan orang lain dalam bertindak, peduli pada sesama, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

(38)

Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan di Sekolah Terpadu Pahoa mengikuti sistem pendidikan nasional, dari TK, SD, SMP, dan SMA.

Kurikulum

Sekolah Terpadu Pahoa menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang disesuaikan dengan karakteristik sekolah, kebutuhan siswa, dan juga budaya sekolah. Siswa tidak hanya dibekali dengan berbagai macam ilmu dan teknologi, melainkan juga disadari bahwa pertumbuhan karakter sangat diperlukan. Oleh sebab itu disertakan juga pelajaran pendidikan moral yang didasarkan kepada ajaran Confucius yang universal.

Fasilitas

Berikut ini fasilitas-fasilitas yang terdapat di Sekolah Terpadu Pahoa:

(39)

Pelataran Parkir

Berikut ini dokumentasi fasilitas-fasilitas di Sekolah Terpadu Pahoa:

(40)

2.6.2. Gandhi Memorial International School Bali

Latar Belakang

Gandhi Memorial Internasional School (GMIS) berdiri pada tanggal 23 Juli 2007 di Renon Bali dan merupakan satu-satunya cabang dari GMIS Jakarta. Siswa-siswi GMIS berasal dari 40 negara yang berbeda. Oleh karena itu, bahasa pengantar yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah bahasa Inggris, sementara bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi pelajaran Bahasa Asing bersama dengan bahasa Mandarin, Perancis, dan Hindi berdasarkan kurikulum yang dipakai di sekolah tersebut.

Gambar 2.13. Fasilitas Perpustakaan, Lab. Komputer, Loker, Lab. Tataboga, Kantin (Sumber : www.pahoa.or.id)

(41)

Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan di GMIS Bali terdiri dari:

a. Nursery-KG-Preparatory , setara dengan PAUD, pendidikan pra-sekolah dan Taman Kanak-kanak (3 sampai 5 tahun).

b. Primary Education (Grades 1 to 5), setara dengan SD, hanya saja lama pendidikannya 5 tahun (6 sampai 11 tahun).

c. Secondary Education (Grades 6 to 10), setara dengan SMP dengan lama studi 4 tahun (12 sampai 16 tahun).

d. Junior College (Grades 11 & 12). Board of Secondary Education Indian Schools, Indonesia, setingkat SMA ditempuh dalam 2 tahun (17 sampai 18 tahun)

e. International Baccalaureate (IB) Diploma Programme (Grades 11 & 12), IBO Geneva, Switzerland, juga setingkat SMA ditempuh dalam 2 tahun (17 sampai 18 tahun).

(42)

Kurikulum

Gandhi Memorial International School menerapkan sistem kurikulum terpadu, yakni Kurikulum Nasional dan Kurikulum Cambridge. Keinternasionalan GMIS lebih pada pemberian pengayaan untuk para siswa dengan materi yang diadopsi dari University of Cambridge, London. Pengayaan diberikan oleh tenaga guru yang profesional di bidangnya dalam bentuk mata pelajaran tambahan dalam bahasa Inggris yang terdiri dari:

1. Literature

Di sini siswa diajarkan tentang sastra dunia mulai yang klasik hingga modern

2. Grammar

Di samping mata pelajaran bahasa Inggris yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, pendalaman tata bahasa diberikan dengan intens

kepada siswa. Diharapkan siswa dapat berbahasa Inggris dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya. Tidak hanya secara lisan namun juga tulisan.

3. Maths

Begitu pula pelajaran matematika diberikan pengayaan dalam bahasa Inggris tanpa mengenyampingkan pelajaran matematika dalam kurikulum yang berlaku di Indonesia.

4. General Science

(43)

5. Computer Science

Gandhi School telah memasukkan pelajaran komputer dan menyediakan sarana laboratorium komputer yang sangat nyaman.

Setelah siswa mahir berbahasa Inggris, di kelas 8 siswa ditawarkan untuk mengikuti program O’Level dan dilanjutkan dengan A’Level di kelas 11. Semua fasilitas itu diberikan agar mempermudah siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri, namun jika tidak pun keahlian siswa dalam berbahasa Inggris tetap dapat dipergunakan untuk kehidupan praktis mereka.

Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di GMIS Bali terdiri atas: 1. Ruang Kelas

2. Lab IPA 3. Lab Komputer 4. Lab Bahasa 5. GSG

6. Area Bermain 7. Ruang Seminar 8. Perpustakaan 9. Ruang Seni Musik 10. Ruang Seni Kriya 11. Ruang Kesehatan

12. Food Court

13. Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan

(44)

Foto-foto

Berikut ini dokumentasi fasilitas-fasilitas di GMIS Bali:

Gambar 2.16. Fasilitas Lab. Fisika, Lab. Kimia, Lab Komputer, Lab. Bahasa (Sumber : www.gandhibali.org)

(45)
(46)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya

Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya ialah, cahaya bergerak lurus ke semua arah. Cahaya juga dapat dipantulkan. Keadaan ini disebut sebagai pantulan cahaya. Cahaya terdiri dari partikel halus yang memancar ke semua arah dari sumbernya. Cahaya dipancarkan ke semua arah sebagai gelombang.

Cahaya juga merupakan suatu gejala fisis. Ketika suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang elektro magnetik. Jadi, cahaya merupakan suatu gejala getaran. Gejala-gejala getaran yang sejenis dengan cahaya adalah gelombang panas, gelombang radio, gelombang teleisi, gelombang radar, dan lain sebagainya. Letak perbedaan antara gelombang-gelombang ini adalah pada frekuensinya saja.

3.1.2. Teori Dasar Cahaya

(47)

Pijar

Dalam wujud padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000 K. intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik.

Muatan Listrik

Jika arus listrik dilewatkan melalui gas, maka atom dan molekul memancarkan radiasi di mana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.

Electro Luminescence

Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semi konduktor atau bahan yang mengandung fosfor.

Photoluminescence

Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan dan dipancarkan kembali sebagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau

phosphorescence.

(48)

3.1.3. Istilah Umum tentang Cahaya

Berikut ini adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan cahaya serta pengaplikasiannya:

Lumen

Satuan flux cahaya; flux dipancarkan di dalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (Lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata

“pengamat standar”. 1 watt = 683 lumen pada panjang gelombang 555

nm.

Efficacy Beban Terpasang

Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum di dalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/W/m2.

Indeks Ruang

Merupakan perbanding yang berhubungan dengan ukuran bidang keseluruhan terhadap tingginya di antara tinggi bidang kerja dengan bidang titik lampu.

Intensitas Cahaya dan Flux

(49)

Luminaire

Satuan sahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-lampu ke pasokan daya.

Lux

Merupakan satuan metrik cahaya pada suatu permukaan, cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata-rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.

Perbandingan Effifacy Beban Terpasang

Merupakan perbandingan effifacy beban target dari beban terpasang. Suhu Ruang

Suhu warna, dinyatakan dalam skala Kelvin (K), adalah penampakan warna lampu itu sendiri dan cahaya yang dihasilkannya. Bayangkan sebuah balok baja yang dipanaskan secara terus-menerus hingga berpijar, awalnya berwarna oranye kemudian kuning dan seterusnya hingga menjadi “putih panas”. Hal ini merupakan dasar teori untuk suhu warna. Suhu warna lampu membuat sumber cahaya akan tampak “hangat”, “netral”, atau “sejuk”. Umumnya makin rendah suhu, makin hangat sumber dan sebaliknya

Tinggi Mounting

(50)

3.2. Pengertian Pencahayaan Alami

Cahaya alami merupakan cahaya yang bersumber dari energi maupun material alam yang dapat kita peroleh melalui cahaya matahari, sinar bulan, cahaya api, maupun melalui mineral fosfor.

Cahaya alami memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh cahaya buatan, antara lain:

1. Mencegah kelembaban berlebih dalam ruang 2. Menghemat energi

3. Memberi kehangatan dalam ruang (suhu kenyamanan ruang) 4. Sinar UV dapat membunuh kuman dalam ruang

Cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruang dan memberikan penerangan yang cukup melalui bukaan-bukaan yang ada, misalnya melalui:

1. Jendela aktif (bisa dibuka) dan juga jendela pasif (pada bagian tertentu kadang menggunakan glass block)

2. Pintu

3. Void bangunan dan juga pada area yang tidak memungkinkan dipasang jendela, dapat juga menggunakan langi-langi yang transparan, biasanya disebut skylight.

3.3. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

(51)

cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi:

1. Komponen langit (faktor langit-fl)

Komponen pencahayaan yang berasal langsung dari cahaya langit 2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar-frl)

Komponen pencahayaan berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.

3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam-frd)

Komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit.

3.4. Tingkat Kenyamanan Visual dalam Ruang

Kenyamanan dalam sebuah ruangan harus memperhatikan faktor kenyamanan visual. Kenyamanan visual dipengaruhi oleh peletakan sumber cahaya. Kenyamanan visual sangat berhubungan dengan luminansi objek. Luminansi dapat dihubungkan dengan silau. Kenyamanan visual dapat diklasifikasikan menjadi empat tingkat, yaitu: 1. Tidak dapat dipersepsikan (inperceptible)

Pada tingkat ini, mata belum dapat atau tidak dapat melakukan tugas visualnya karena luminansi dari sekeliling objek terlalu rendah sehingga mata tidak merasakan kekontrasan.

2. Kenyamanan visual yang dapat diterima (acceptable)

(52)

3. Kondisi visual yang tidak nyaman (uncomfortable)

Pada kondisi ini, mata menerima cahaya dengan luminansi yang cukup tinggi sehingga menyebabkan kekontrasan yang membuat mata lelah. 4. Gangguan visual yang tidak dapat ditolerir mata (intolerable)

Pada kondisi ini, mata sama sekali tidak dapat menerima cahaya karena luminansi sekeliling objek yang terlalu tinggi.

3.5. Gangguan pencahayaan

1. Glare

Glare atau silau merupakan faktor pengganggu penglihatan. Silau didefinisikan sebagai kondisi penglihatan di mana terjadi ketidaknyamanan ataupun pengurangan kemampuan melihat objek karena adanya ketidaksesuaian distribusi atau rentang iluminansi, maupun karena nilai kontras yang terlalu besar.

Silau dapat terjadi karena radiasi langsung sumber cahaya ke mata maupun karena pantulan cahaya dari suatu permukaan ke mata yang dapat mengurangi kemampuan mata melakukan tugas visualnya. Besarnya sensasi silau dipengaruhi oleh besarnya sumber cahaya, posisi objek dan sudut pandang terhadap sumber cahaya serta luminansi latar belakang ruangan tersebut di mana mata telah beradaptasi. Menurut sumbernya, silau dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu silau langsung dan tidak langsung. Menurut efeknya, silau dibagi menjadi disability glare

dan dicomfort glare.

2. Silau langsung

(53)

kejelasan dalam melihat suatu objek. Silau langsung dapat dihindari dengan mengatur tata letak sumber cahaya terhadap sudut pandang mata.

3. Silau tidak langsung

Silau tidak langsung disebabkan oleh pantulan dari suatu permukaan yang mengakibatkan berkurangnya kejelasan dalam melihat objek, silau tidak langsung biasanya terjadi pada permukaan mengkilat. Contohnya adalah pantulan dari monitor komputer.

4. Disability glare

Disability glare yaitu silau yang menyebabkan ketidakmampuan melihat.

Disability glare disebabkan oleh radiasi langsung dari sumber cahaya ke mata, maupun pantulan langsung. Gangguan ini dapat diatasi dengan mengatur distribusi intensitas cahaya terpusat menjadi difus, atau distribusi tidak langsung.

5. Discomfort glare

Discomfort glare yaitu silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat.

Discomfort glare dapat menurunkan kemapuan mata dalam melakukan tugas visualnya dan dapat menyebabkan kelelahan mata. Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi dapat pula terjadi setelah mata terpapar oleh sumber silau dalam jangka waktu yang lebih lama.

3.6. Studi Banding Tema 3.6.1. Detail Proyek

Nama Proyek : Ben Franklin Elementary School, Kirkland WA Pemilik : Lake Washington School District

(54)

Teknisi : Stantec

Lama Perancangan : 2002-2004 Lama Pembangunan : 2004-2005

Luas Lahan : 57,000 SF

Biaya : $10,000,000

3.6.2. Konsep Rancangan

Gambar 3.3. Potongan Bangunan yang memperlihatkan konsep rancangan (Sumber: http://www.discoverdesign.org/discover/spaces)

(55)

Kedua gambar di atas menjelaskan bahwa konsep yang digunakan pada bangunan sekolah ini adalah mengoptimalkan pencahayaan alami siang hari pada ruang-ruang dengan cara:

1. Memasukkan langsung cahaya langit (indirect sunlight) pada ruangan melalui bukaan-bukaan berupa jendela.

2. Memasukkan cahaya matahari langsung (direct sunlight) dengan cara dipantulkan dahulu kepada suatu bidang pantul sebelum dimasukkan ke dalam ruangan.

3.6.3. Foto-foto

Berikut akan diperlihatkan hasil dokumentasi foto bagaimana implikasi tema pada desain Ben Franklin Elementary:

(56)

Gambar 3.5. Break Room dan Perpustakaan (Sumber: http://www.discoverdesign.org/discover/spaces)

Gambar 3.6. Sports Hall

(57)

Gambar 3.7. Sun Shading

(Sumber: http://www.discoverdesign.org/discover/spaces)

Gambar 3.8. Ruang Kelas dan Ruang Guru (Sumber: http://www.discoverdesign.org/discover/spaces)

Gambar 3.9. Sketsa Tampak Bangunan

(58)

3.7. Metode yang Digunakan

Berikut metode yang digunakan dalam menentukan kualitas pencahayaan alami pada ruang-ruang Sekolah Menengah Terpadu yang akan dirancang

1. Perhitungan nilai Faktor Langit Minimum (FLmin) pada Titik Ukur Utama/TUU (dan Titik Ukur Samping/TUS) - SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung, dengan tujuan untuk memperoleh dimensi bukaan.

2. Mensimulasikan ruang yang dianalisa dalam bentuk 3-d model dengan bantuan software ArchiCAD 15.

3. Uji Spektrum dengan bantuan software Ecotech Analysis yang nantinya akan memperlihatkan kualitas pencahayaan dalam ruang berdasarkan tingkatan yang dijelaskan seperti gambar di bawah.

Ruangan tidak mendapat cahaya alami dengan baik, penerangan ruang harus dibantu pencahayaan buatan.

Ruangan cukup mendapat cahaya alami, namun penerangan buatan sewaktu-waktu diperlukan

Kualitas pencahayaan alami ruangan sangat baik, tidak memerlukan bantuanlampu, namun perlu diperhatikan masalah silau dll.

(59)

3.8. Studi Kasus

Studi kasus dilakukan untuk mengetahui kualitas pencahayaan di suatu

sekolah, terutama untuk mengetahui apakah ruang-ruang yang ada di

sekolah tersebut masih memakai lampu di siang hari atau tidak. Selain itu,

studi kasus ini dilakukan sebagai sarana untuk mencoba software Ecotect

Analysis. Sekolah yang dipilih adalah SD dan SMP Alfa Centauri yang

beralamat di jalan Palasari Bandung.

Terdapat empat hal utama yang dilakukan terhadap sekolah yang

dijadikan sebagai studi kasus ini, yaitu:

1. Dokumentasi, untuk mengetahui kondisi aktual dari setiap

ruang-ruang yang ada di sekolah tersebut terutama dari segi kualitas

penerangannya

2. Pengukuran, untuk mengetahui dimensi (panjang, lebar, dan tinggi)

ruang-ruang yang ada, serta untuk mengetahui luas dan posisi

bukaan (pintu dan jendela) di setiap ruang.

3. Pemodelan ulang, yaitu membuat ulang model 3-D secara skematik

berdasarkan hasil pengukuran. Berikut merupakan hasil dari

pemodelan beserta beberapa foto dokumentasi:

(60)

4. Pengetesan dengan software, yaitu meng-import model 3-D ke dalam

Ecotect Analysis untuk dilakukan analisis pencahayaan alami dengan

hasil sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis pencahayaan alami yang dilakukan, terlihat

dengan jelas bahwa untuk penerangan ruang di SD dan SMP Alfa

Centauri ternyata masih memerlukan bantuan lampu pada waktu siang

hari. Dengan kata lain, kualitas pencahayaan alami di sekolah tersebut

tidak baik.

Gambar 3.12. Hasil Uji Spektrum yang Memperlihatkan Kualitas Pencahayaan Alami di SD dan SMP Alfa Centauri

(61)

BAB IV ANALISIS

4.1. Analisis Fungsional

4.1.1. Analisis Organisasi Ruang

Pengorganisasian ruang-ruang pada proyek ini dikelompokkan berdasarkan fungsi ruangnya. Ruang-ruang dengan fungsi yang sama sedapat mungkin akan dibuat berdekatan sehingga menjadi satu kelompok fasilitas.

4.1.2. Program Ruang

Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

Nama Ruang Kapasitas Luas Satuan

Sirkulasi Jumlah Luas Total

RUANG KELAS

Ruang Kelas SMP 32 peserta didik 64 m² +20 % 24 kelas 1843.20 m² Ruang Kelas SMA 32 peserta didik 64 m² +20 % 24 kelas 1843.20 m²

RUANG LABORATORIUM PRAKTIKUM IPA Ruang Laboratorium

(62)

Perpustakaan

RUANG STAF PENGAJAR DAN KONSELING Ruang Kepala AREA KANTIN DAN KOPERASI

Kantin 1571 orang/394 meja/4 kursi

(63)

Bermain/Berolahraga didik

AULA OLAHRAGA Aula Olahraga 1440,00

Persyaratan-persyaratan teknis yang digunakan dalam proyek sebagai acuan dasar dalam menentukan standar merujuk kepada beberapa sumber, antara lain:

Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

RSNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung.

Data Arsitek karya Ernst Neufert.

4.2. Analisis Kondisi Lingkungan 4.2.1. Lokasi

Lahan perancangan beralamat di jalan Patuha Kelurahan Malabar Kecamatan Lengkong Kotamadya Bandung. Berikut diperlihatkan peta lokasi lahan:

(64)

4.2.2. Kondisi dan Potensi Lahan

Lahan perancangan saat ini digunakan sebagai area pendidikan di mana terdapat beberapa sekolah yang berdiri antara lain SD dan SMP Alfa Centauri, serta SMP dan SMA Muslimin.

Apabila dikaitkan dengan tema pencahayaan, maka lahan perancangan ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi area pendidikan yang ideal karena lahan ini memberikan tantangan tersendiri kepada perancang dalam hal mengoptimalisasi penggunaan cahaya alami pada hasil rancangan.

4.2.3. Peraturan

Berikut adalah beberapa peraturan yang terkait dengan lahan perancangan:

GSB : 5 m

KDB : 30 %

KLB : 1.5

4.2.4. Bangunan Sekitar

Batas-batas lahan perancangan antara lain: Gambar 4.1. Lokasi Perancangan

(65)

Sebelah utara dibatasi oleh perumahan penduduk dengan ketinggian rata-rata 2 lantai. Selain itu terdapat pula area hijau berupa taman. Sebelah timur juga dibatasi oleh perumahan penduduk dengan ketinggian rata-rata 2 lantai.

Sebelah selatan dibatasi oleh bangunan kantor dan perumahan penduduk dengan ketinggian rata-rata 2 lantai. Terdapat juga bangunan kantor, yakni Gedung PGRI, dengan ketinggian mencapai 5 lantai.

Sebelah barat dibatasi oleh Kantor Pemerintahan, Pabrik kue, juga hotel dengan ketinggian rata-rata 4 lantai.

Sebaran bangunan di sekitar lahan dapat dilihat pada gambar di bawah.

Ketinggian bangunan di sekitar tapak diperlihatkan pada gambar di bawah.

(66)

Dengan bervariasinya ketinggian bangunan-bangunan di sekitar, maka kualitas pencahayaan alami pada tapak pun bervariasi seperti yang akan dijelaskan pada gambar di bawah.

Gambar 4.4. Kualitas Pencahayaan Alami pada Lahan (Sumber : Hasil Survey)

(67)

4.2.5. Prasarana

Prasarana yang terdapat pada dan di sekitar lahan antara lain adalah: Jalan raya

Sumber energi listrik Sumber air bersih Jalur komunikasi Saluran air

4.2.6. Karakter Lingkungan

Lahan perancangan berada di kawasan urban. Hal ini akan berdampak kepada bagaimana bangunan yang dirancang akan merespon lingkungan sekitarnya. Selain itu, hal tersebut akan sangat mempengaruhi dalam melakukan analisis pencahayaan.

4.2.7. Orientasi

Lahan perancangan berorientasi (memanjang) ke arah timur dan barat. Hal ini menyebabkan sinar matahari langsung menjadi faktor yang harus diperhatikan dalam merancang bangunan.

4.2.8. Lalu Lintas

Lahan perancangan dibatasi oleh jalan raya antara lain:

Jalan Palasari di sebelah barat dengan kondisi lalu lintas padat.

Jalan Talaga Bodas di sebelah selatan dengan kondisi lalu lintas padat.

(68)

4.2.9. Sirkulasi

(69)

BAB V

KONSEP-KONSEP

5.1. Konsep Dasar

Konsep dasar perancangan adalah mengoptimalkan cahaya alami sebagai sumber utama pencahayaan alami siang hari pada ruang-ruang yang terdapat pada bangunan sekolah.

5.2. Konsep Tapak

5.2.1. Konsep Pemintakatan

Membagi zoning tapak menjadi area publik dan privat. Dalam hal ini, dinding bangunan sebelah luar menjadi pemisah yang tegas antara kedua area tersebut. Dengan demikian, area yang dilingkupi oleh dinding tersebut merupakan area privat sementara di luar itu merupakan area publik.

5.2.2. Konsep Tata Letak

Setback bangunan dibuat lebih dalam daripada GSB yang ditentukan terutama untuk mengurangi masalah kebisingan lalu lintas (10-15 meter).

AREA PRIVAT

AREA PUBLIK

(70)

Menyatukan ruang-ruang dengan fungsi yang sama sehingga menjadi satu kelompok fasilitas.

Ruang-ruang dengan dimensi besar sedapat mungkin diletakkan di daerah yang kualitas pencahayaan alaminya dinilai bagus/baik.

5.2.3. Konsep Gubahan Massa

Massa bangunan berupa singlebuilding

Gambar 5.2. Skema Setback Bangunan (Sumber : Data Pribadi) SETBACK

Gambar 5.3. Skema Pengelompokan Ruang (Sumber : Data Pribadi)

KELOMPOK RUANG KELAS SMA

KELOMPOK RUANG KELAS SMP

KELOMPOK RUANG LAB KOMPUTER

KELOMPOK RUANG LAB IPA

KELOMPOK RUANG EKSKUL

Gambar 5.4. Skema Penempatan Ruang Ukuran Besar (Sumber : Data Pribadi)

(71)

Bentuk massa memanjang sebagai akibat dari bentuk lahan yang memanjang.

Bentuk melengkung pada ujung selatan bangunan sebagai respon terhadap sudut.

Terdapat area inner court yang dapat membantu memasukkan cahaya alami ke dalam ruang.

5.2.4. Konsep Pencapaian

Pencapaian ke dalam tapak dari jalan Patuha bagian timur mengingat kondisi lalu lintas di jalan tersebut cukup lengang.

Untuk pencapaian ke dalam bangunan:

 Pejalan kaki dapat langsung masuk melalui jalur yang disediakan.

 Yang membawa kendaraan harus memarkir kendaraan dahulu di tempat parkir, kemudian masuk ke dalam bangunan dengan berjalan kaki.

Gambar 5.5. Ilustrasi 3-D yang Menjelaskan Konsep Gubahan Massa (Sumber : Data Pribadi)

Bentuk

(72)

5.2.5. Konsep Hierarki Ruang

Hierarki ruang kelas: menempatkan ruang-ruang kelas vii dan x di lantai dasar, kelas viii dan xi di lantai 1, dan kelas ix dan xii di lantai 2. 5.2.6. Konsep Sirkulasi

Menyediakan jalur pedestrian yang nyaman di sekeliling tapak dengan dilengkapi pepohonan sebagai peneduh.

Pemisahan antara jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki.

Menyediakan jalur untuk truk pemadam kebakaran di dalam tapak.

5.2.7. Konsep Parkir

Lahan parkir diletakkan di depan, sebelum masuk ke dalam bangunan.

Mengakomodasi parkir untuk kendaraan bermotor (bagi guru, staf/karyawan sekolah dan para siswa yang telah memiliki SIM) sebanyak 900 tempat.

Parkir mobil hanya diakomodasi untuk para pejabat sekolah dan tamu sebanyak 10 tempat.

Gambar 5.7. Ilustrasi 3-D yang Menjelaskan Konsep Sirkulasi (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 5.8. Ilustrasi 3-D yang Memperlihatkan Jalur Truk Pemadam (Sumber : Data Pribadi)

(73)

5.2.8. Konsep Penghijauan

Menyediakan jalur hijau di sepanjang jalur pedestrian. Menyediakan penghijauan di area inner court.

Pada area yang menghadap dinding luar bangunan, pohon jangan ditanam telalu dekat dengan dinding karena dapat menghalangi cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan.

Pada area yang menghadap dinding luar bangunan, ketinggian pohon jangan sampai menghalangi masuknya cahaya alami ke dalam ruangan.

Gambar 5.9. Skema Konsep Parkir (Sumber : Data Pribadi)

Akomodasi parkir mobil untuk 10 unit.

Akomodasi parkir motor untuk 900 unit.

Penghijauan di jalur pedestrian

(74)

5.3. Konsep Bangunan 5.3.1. Bentuk

Bentuk lahir sebagai hasil dari proses analisa tapak, proses menggubah massa, dan proses analisa pencahayaan alami.

5.3.2. Fasad

Mengaplikasikan konsep overtexture (Ashihara) pada fasade bangunan.

Penggunaan shading device pada dinding yang juga turut mempengaruhi fasad.

Gambar 5.11. Ilustrasi 3-D yang menunjukkan Penghijauan Inner Court

(Sumber : Data Pribadi)

Tekstur jarak jauh yang dibentuk dari bidang dinding dan kolom-balok yang

di-expose

Tekstur jarak dekat di mana dinding terlihat memiliki tekstur bata ekspos

Gambar 5.12. Ilustrasi 3-D yang menunjukkan Aplikasi Konsep

Overtexture

(75)

5.3.3. Sirkulasi

Sirkulasi horizontal berupa sistem selasar yang kontinu.

Sirkulasi vertikal berupa tangga, dengan mengikuti standar yang ditentukan.

5.3.4. Struktur dan Konstruksi

Sistem struktur yang digunakan adalah struktur rangka kaku dengan metode konstruksi konvensional.

Gambar 5.13. Ilustrasi 3-D yang menunjukkan Pengaruh Shading

terhadap Fasad Bangunan (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 5.14. Ilustrasi 3-D yang Menunjukkan Contoh Sirkulasi Horizontal pada Bangunan

(Sumber : Data Pribadi)

Gambar 5.15. Ilustrasi 3-D yang Menunjukkan Contoh Sirkulasi Vertikal pada Bangunan

(76)

5.4. Konsep Utilitas 5.4.1. Jaringan Listrik

Sumber listrik utama berasal dari PLN. Listrik dari PLN diterima oleh trafo untuk menstabilkan tegangan, yang diteruskan ke Main Distribution Panel (MDP), lalu diteruskan ke Secondary Distribution Panel (SDP), untuk kemudian diterima oleh peralatan listrik.

5.4.2. Sistem Pencayahaan

Sistem pencahayaan utama pada siang hari mengutamakan pencahayaan alami. Cahaya alami masuk ke dalam ruangan melalui bukaan berupa jendela.

5.4.3. Penghawaan Udara

Sistem penghawaan udara menggunakan system penghawaan alami, yaitu memanfaatkan sirkulasi udara alami dengan cross ventilation. 5.4.4. Jaringan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM. Air bersih yang didapat dipompa ke atas untuk disimpan di reservoir atas, kemudian dialirkan dengan mengandalkan gravitasi.

5.4.5. Jaringan Air Kotor

Air hujan dialirkan ke luar tapak melalui saluran kota dengan dilengkapi bak kontrol pada jarak tertentu dan pada pertemuan saluran.

Gambar 5.16. Ilustrasi 3-D yang Menunjukkan Sistem Struktur yang Digunakan

(77)

Kotoran padat langsung dialirkan ke septic tank yang berhubungan langsung dengan sumur resapan.

Air kotor dari wastafel dan lavatory dialirkan ke saluran kota. 5.4.6. Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Fire Hydrant diletakkan di ruang luar dan mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran.

Menyediakan portable fire extinguisher di beberapa titik di setiap lantai.

Gambar

Gambar 2.11. Logo Sekolah Terpadu Pahoa (Sumber : www.pahoa.or.id)
Gambar 2.12. Fasilitas Ruang Kelas, Aula, Lapangan OR, Lab. Komputer, Lab. IPA(Sumber : www.pahoa.or.id)
Gambar 2.15. Logo Sekolah GMIS Bali
Gambar 2.16. Fasilitas Lab. Fisika, Lab. Kimia, Lab Komputer, Lab. Bahasa (Sumber : www.gandhibali.org)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dimenangkan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, konsumen lain yang tidak ikut menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi berdasarkan putusan pengadilan tersebut... DAGANG

pemikiran tentang batas- batas pertumbuhan (limits to growth) yang arahnya menggambarkan bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam secara terus-menerus akan

The purposes of this research are to investigate whether or not the use of English song to improve students’ vocabulary achi evement in teaching English vocabulary and

Pada Studi pendahuluan terhadap 10 orang mahasiswa, ditemukan 6 mahasiswa memiliki kadar hemoglobin rendah dari 9 mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKES Widya

shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf Medan tahun 2014, serta untuk melihat. hubungan antara volume, pH dan kadar ion kalsium pada saliva

Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran finansial, melainkan dijabarkan lebih lanjut kedalam bagaimana unit usaha

Pada umumnya, karyawan contact center Garuda Indonesia area BandungB. memiliki beban kerja, kepuasan kerja, dan intensi berhenti bekerja

Penulisan ilmiah ini membahas tentang system akuntansi penjualan tunai pada Apotek Pondok Gede Farma, serta kemungkinan kemungkinan untuk melakukan pengembangan / perubahan