• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONALTERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT INAP SA’AD IBNU ABI WAQQASH RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONALTERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT INAP SA’AD IBNU ABI WAQQASH RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PASIEN PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONALTERHADAP

PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI

RAWAT INAP SA’AD

IBNU ABI WAQQASH

RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : Diah Ayu Latifah NIM. 6411411119

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

i

PERSEPSI PASIEN PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONALTERHADAP

PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI

RAWAT INAP SA’AD

IBNU ABI WAQQASH

RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : Diah Ayu Latifah NIM. 6411411119

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(3)

ii

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Juni 2015 ABSTRAK

Diah Ayu Latifah

Persepsi Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap Pelayanan Kesehatan di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

XV + 113 halaman + 10 tabel + 5 gambar + 14 lampiran

Mutu pelayanan rumah sakit dapat mempengaruhi penilaian dari pasien sebagai customer rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi peserta JKN terhadap pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan responden purposive sampling.

Responden berjumlah 5 pasien peserta JKN Non-PBI kelas 3, Kepala Rekam Medis, dan Wakil Kepala Perawat. Teknik pengambilan data menggunakan teknik observasi dan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan analisis data deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan pasien tentang program JKN terbatas. pasien tidak mengetahui banyak mengenai program JKN. Persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit, baik pelayanan administrasi, medis, keperawatan, serta penunjang medis sudah baik. Berdasarkan hasil penelitian, pelayanan yang diberikan rumah sakit sudah baik. Namun, rumah sakit harus tetap melakukan evaluasi terkait fasilitas yang disediakan, karena hal tersebut menyangkut kenyamanan pasien.

Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Pelayanan Rumah Sakit, Persepsi Pasien

(4)

iii

Public Health Science Departement

Faculty of Sport Science Semarang State University June 2015 ABSTRACT

Diah Ayu Latifah

Patient’s Perception of Jaminan Kesehatan Nasional’s Member for Health Service in Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Room, Sunan Kudus Muslim Hospital

XV + 113 pages + 10 tables + 5 images + 14 attachments

Hospital services quality may affect the assessment of hospital patients as customers. Research purposes was to describe the perception of JKN participants for health care in Sa'ad Ibnu Abi Waqqahs Inpatient Unit, Sunan Kudus Islamic Hospital. This study used qualitative research methods with capturing-respondent technique used purposive sampling. Respondents were 5 patients who JKN participants grade 3, a Head of Medical Record, and a Deputy Head of Nursing. Data collection technique used observation and in-depth interviews, then descriptive data analysis and presented in narrative form. The results showed that patients generally did not know to much about JKN program. Patients perception about provided services by the hospital, whether administrative services, medical services, nursing services, medical support services was good. Based on the research result, provided services by the hospital was good. However, the hospital must conduct an evaluation about the facilities, because it was concern the patient's comfort.

Keywords : National Health Insurance, Hospital Service, Patient’s Perception

(5)

iv

(6)
(7)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. (Ibu Kartini )

2. Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau

sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.

(Q.S Al Insyirah : 6-8).

3. Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan

dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah

petunjuk-Nya.

4. You can do anything you set your mind to...

Persembahan :

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada

Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini

untuk :

1. Kedua Orang Tua tercinta ( Bapak Alm.

H. Farkhan dan Ibu Muslimah ) yang

telah membesarkan, mendidik dengan

rasa sayang penuh kesabaran serta

pengorbanannya.

2. Keluarga besar yang ada di Jepara

3. Sahabat-sahabat ku tercinta

4. Almamater tercinta jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, yang telah melimpahkan rahmat kepada setiap hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Persepsi Pasien Peserta Jaminan

Kesehatan Nasional terhadap Pelayanan Kesehatan di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus “.Skripsi ini disusun untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak sekali memperoleh bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Dr. Harry Pramono, M.Si., atas izin penelitiannya.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Irwan Budiono, SKM., M.Kes (Epid), atas izin penelitiannya.

3. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes., yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

(9)

viii

6. Seluruh responden penelitian, atas bantuannya dalam penelitian ini.

7. Alm. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a, motivasi, dan segala pengorbanan serta bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Mbak In, Mbak Sun, Mas Ais, dan seluruh keluarga besar saya, atas doa, motivasi dan bantuannya.

9. Sahabat-sahabat tersayang ( Asni, Ndari, Fay, Wiran, Ulfa, Rizsa, Budi, Adit, Astri, Hamid, Iqbal ), teman-teman Peminatan AKK, dan teman-teman Jurusan IKM angkatan 2011, atas motivasi, do’a, dan bantuannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

10.Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat 2012 dan 2013 atas do’a, motivasi, dan bantuannya.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis sendiri.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan.

Semarang, Juni 2015

(10)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ... 9

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu... 10

(11)

x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Persepsi ... 11

2.1.2 Pelayanan Kesehatan ... 17

2.1.3 Rumah Sakit ... 19

2.1.4 Jaminan Kesehatan Nasional ... 26

2.2 Kerangka Teori ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Pikir ... 44

3.2 Fokus Penelitian ... 44

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 45

3.4 Sumber Informasi ... 45

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ... 48

3.6 Prosedur Penelitian ... 49

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data ... 50

3.8 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum ... 53

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Islam SunanKudus... 53

4.1.2 Visi, Misi, Tujuan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus ... 54

4.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Sunan Kudus ... 55

4.1.4 Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Islam SunanKudus ... 55

(12)

xi

4.2.1 Karakteristik Responden ... 57

4.2.2 Pengetahuan Responden mengenai Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 60

4.2.3 Pelayanan Administrasi Rumah Sakit ... 65

4.2.4 Pelayanan Medis Rumah Sakit ... 68

4.2.5 Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit ... 73

4.2.6 Pelayanan Penunjang Medis Rumah Sakit ... 78

4.2.7 Pelayanan Rujukan Rumah Sakit ... 80

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ... 85

5.1.1 Karakteristik Responden ... 85

5.1.2 Identitas Informan Triangulasi Sumber ... 87

5.1.3 Pengetahuan Responden tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional 88 5.1.4 Persepsi Responden tentang Pelayanan Administrasi Rumah Sakit ... 94

5.1.5 Persepsi Responden tentang Pelayanan Medis Rumah Sakit ... 96

5.1.6 Persepsi Responden tentang Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit ... 98

5.1.7 Persepsi Responden tentang Pelayanan Penunjang Medis Rumah Sakit 99 5.1.8 Persepsi Responden tentang Pelayanan Rujukan Rumah Sakit... 100

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ... 102

5.2.1 Hambatan Penelitian ... 102

5.2.2 Kelemahan Penelitian ... 103

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ... 105

(13)

xii

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini ... 8

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kerja Rumah Sakit Islam Sunan Kudus ... 55

Tabel 4.2 Dokter Prakter Rumah Sakit Islam Sunan Kudus ... 56

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Kategori Umur ... 58

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Kategori Agama ... 58

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Kategori Pekerjaan... 59

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Menurut Kategori Pendidikan Terakhir. 59 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Utama ... 85

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi ... 12

Gambar 2.2 Alur Pelayanan Kesehatan ... 42

Gambar 2.3 Kerangka Teori ... 43

Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian ... 44

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Surat Ehtical Clearance

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 4 Surat Persetujuan Ijin Penelitian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus Lampiran 5 Lembar Persetujuan Keikutsertaan Responden dalam Penelitian Lampiran 6 Daftar Responden

Lampiran 7 Daftar Informan Triangulasi Lampiran 8 Lembar Checklist Observasi Lampiran 9 Lembar Panduan Wawancara

Lampiran 10 Lembar Panduan Triangulasi Sumber Lampiran 11 Lembar Validitas Data

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Mengambil Data dari Tempat Penelitian Lampiran 13 Lembar Persetujuan Keikutsertaan dalam Penelitian

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

(18)

Kesehatan, meskipun demikian data yang peneliti peroleh dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pada 6 Januari 2015 jumlah peserta BPJS baru 133.610.852 orang (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2015).

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini bertujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.Melalui program ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat Indonesia sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

Program Jaminan Kesehatan Nasional menjamin beberapa pelayanan kesehatan di beberapa fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).Sesuai Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009, Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

(19)

Saat ini, sesuai data yang peneliti dapatkan dari BPJS, dari total 2.300 Rumah Sakit di Indonesia (Swasta maupun Pemerintah), sebanyak 1.613 Rumah Sakit yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan per 6 Januari 2015, termasuk Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

Rumah Sakit Islam “Sunan Kudus” merupakan institusi pelayanan

kesehatan milik Yayasan Islam Kudus (YAKIS).Tujuan utama didirikan Yayasan Islam Kudus (YAKIS) adalah penyelenggara usaha kesehatan masyarakat sebagai perwujudan amaliyah sesuai dengan ajaran Islam, turut membantu pemerintah dalam rangka menyediakan sarana dan prasarana kesehatan di Kudus. Tepat pada tanggal 01 Oktober 1990 M / 12 Rabi’ul

Awal 1411 H Rumah Sakit Islam “Sunan Kudus” dioperasikan pertama kali

yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak H. Moh. Ismail Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Status dari Rumah Sakit Islam “Sunan Kudus” adalah Rumah Sakit Umum swasta type Madya (type C) berdasarkan

penetapan kelas oleh Dirgen Yanmed Nomer : YM.00.02.3.4.312 tanggal 28 April 1990 M.

(20)

Sakit Umum Daerah Kudus. Pada bulan Januari 2014 Bed Occupation Rate

(BOR) Rumah Sakit Islam Sunan Kudus hanya sebesar 62,26 %. Hingga pada bulan November 2014 BOR tersebut masih sebesar 69,53 %. Sedangkan BOR Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash pada bulan Januari 2014

sebesar 57,98% dan pada bulan November 2014 sebesar 65,89% (SIRS Rumah Sakit Islam Sunan Kudus). Hal tersebut menunjukkan bahwa BOR Rumah Sakit Islam Sunan Kudus masih dibawah stadar nasional asuhan kesehatan RSU di Indonesia, yakni sebesar 75-85% (Muninjaya Gde, 2013: 164).

Bed Occupation Rate merupakan prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur yang menjadi salah satu hal penting dalam penilaian mutu efisiensi rumah sakit (Sabarguna, BS, 2008: 36).SalahsatupenyebabrendahnyaBORadalahpasien

yangpernahdirawatmerasakurangpuaskemudianmemutuskantidakakanmengg unakanjasapelayananrumahsakititulagibaikbagidirinyamaupunkeluargayang akhirnyamembentukpersepsikurangbaikterhadappelayananrawatinaprumahsa kittersebut. Meskipun demikian rendahnya BOR tidak menjadi indikator mutlak jeleknya mutu pelayanan suatu rumah sakit.

(21)

secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya (Husein Umar, 2005: 42). Mutu ditentukan sebagian oleh kenyataan, maka pengukuran mutu diukur dengan menggunakan persepsi pelanggan, dalam hal ini pasien, tentang jasa yang diterima (Supranto J, 2011: 6).

Hasil kesimpulan Kuat Mustarom (2005) yang melakukan penelitian pada Instalasi Rawat Inap Umar Bin Khattab Rumah Sakit Islam Sunan Kudus bahwa secara umum, pelayanan di RSI Sunan Kudus belum sampai pada taraf memuaskan, namun juga tidak sampai menyebabkan keluhan pada pasien. Terdapat beberapa atribut yang harus segera diperbaiki, yaitu keramahan dan kesopanan dokter, perawat, maupun staf RS dalam melayani pasien atau pengunjung; keluasan tempat parkir di RS; kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu di RS; kebersihan toilet/wc di ruang rawat inap; tampilan dan letak fasilitas penunjuk informasi (untuk memudahkan pasien dalam mengetahui ruangan, waktu pelayanan, dan dokter yang bertugas); serta kemudahan pasien dalam menghubungi dokter bila diperlukan.Sampai pada tahun 2015 belum dilakukan penelitian lagi mengenai mutu maupun kepuasan pelayanan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

1.2 RUMUSAN MASALAH

(22)

1. Bagaimana persepsi pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasionalterhadap pelayanan administrasi di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus?

2. Bagaimana persepsi pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pelayanan medis di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah

Sakit Islam Sunan Kudus?

3. Bagaimana persepsi pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash

Rumah Sakit Islam Sunan Kudus?

4. Bagaimana persepsi pasien peserta JKN terhadap pelayanan penunjang medis di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus?

1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Persepsi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash yang diberikan oleh Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

Tujuan Khusus

(23)

2. Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKN terhadap pelayanan medis yang diberikan oleh dokter di instalasi rawat inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

3. Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKN terhadap pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

4. Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKN terhadap pelayanan penunjang klinis di instalasi rawat inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah

Sakit Islam Sunan Kudus

1.4 MANFAAT HASIL PENELITIAN 1. Bagi Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

Sebagai masukan kepada pihak manajemen rumah sakit tentang persepsi pasien peserta JKN di RSI Sunan Kudus mengenai pelayanan kesehatan yang telah dirasakan dan diterima oleh pasien serta sebagai evaluasi dari pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional.

2. Bagi Peneliti

Bermanfaat untuk menambah pengalaman tentang manajemen pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

3. Bagi Masyarakat

(24)

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini

No. Judul 1. Analisa Kualitas

Pelayanan

Siti Chotimah 2008

(25)

Jawa Tengah Pasien

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah Penelitianmengenai persepsi pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit belum pernah dilakukan.

1.6 RUANG LINGKUP

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

(26)

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2015.

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

(27)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1. Persepsi

2.1.1.1. Pengertian Persepsi

Menurut Suranto (2010: 197) Persepsi merupakan proses internal yang dilalui individu dalam menyeleksi dan mengatur stimuli yang datang dari luar. Stimuli itu ditangkap oleh indera, dan secara spontan pikiran dan perasaan kita akan memberi makna atas stimuli tersebut. informasi atau stimuli ditangkap oleh indera dengan cara mendengar, melihat, meraba, mencium, dan merasa. Stimuli dikirim ke otak untuk dipelajari dan diinterpretasikan.

(28)

2.1.1.2. Proses Terjadinya Persepsi

Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya objek/stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera (objek tersebut menjadi perhatian panca indera) (Widayatun TS, 2009: 111), kemudian stimulus/objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya “kesan” atau jawaban (response) adanya stimulus, berupa kesan atau

response dibalikkan ke indera kembali berupa “tanggapan” atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak.

Gambar 2.1. Proses Terjadinya Persepsi

(Sumber :Ilmu Perilaku, 2009, 111) 2.1.1.3. Bentuk-Bentuk Persepsi

Menurut Widyatun TS (2009: 112) terdapat beberapa bentuk persepsi, yakni:

a. Persepsi bentuk  yang dipersepsi bentuk obyek b. Persepsi kedalaman

Ada mono dan bi atau disebut dengan Monoculer Cues

c. Persepsi gerak

Persepsi gerak ini terdiri dari gerak nyata dan gerak maya d. Persepsi terhadap diri sendiri

(29)

e. Persepsi dengan berbagai jenis yang berhubungan dengan gerak motoris

1. Persepsi auditif/suara 2. Persepsi vision/penglihatan 3. Persepsi bau/penciuman 4. Persepsi motoris/gerak 5. Persepsi pengecap/lidah/rasa 6. Persepsi peraba/kulit

f. Persepsi yang dilihat dari konstansinya 1. Persepsi warna

2. Persepsi bentuk

3. Persepsi besar/kecil (persepsi ukuran) 4. Persepsi tempat

5. Persepsi jauh/dekat (objek) 2.1.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

(30)

a. Faktor Eksternal 1. Kontras

Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan. 2. Perubahan Intensitas

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian kita.

3. Pengulangan (Repetition)

Iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita, walaupun seringkali kita merasa jengkel dibuatnya.

4. Sesuatu yang baru (novelty)

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak

Suatu stimulus yang menarik perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.

b. Faktor Internal

1. Pengalaman/pengetahuan

(31)

telah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.

2. Harapan atau Expectation

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebutdapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara berbeda. 4. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. 5. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.

6. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja. Inilah yang membentuk terjadinya stereotip.

(32)

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

2.1.1.5. Pentingnya Persepsi

(33)

1. Bagian dari mutu pelayanan

Kepuasan pasien merupakan bagian dari mutu pelayanan, karena upaya pelayanan harus dapat memberikan kepuasan, tidak hanya untuk kesembuhan saja.

2. Berhubungan dengan pemasaran rumah sakit

a.Pasien yang puas akan member tahu pada teman, keluarga, dan tetangga

b. Pasien yang puas akan datang lagi control atau membutuhkan pelayanan yang lain

c.Iklan dari mulut ke mulut akan menarik pelanggan baru

3. Berhubungan dengan prioritas peningkatan pelayanan dalam dana yang terbatas, peningkatan pelayanan harus selektif, dan sesuai dengan kebutuhan pasien

2.1.2. Pelayanan Kesehatan

2.1.2.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

(34)

Pelayanan kesehatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat (Satrianegara MF dan Sitti, 2009: 29).Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar.

2.1.2.2. Jenis Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007: 104), jenis pelayanan kesehatan dapat dibedakan menjadi :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.Oleh karena jumlah kelompok ini di dalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health service), atau juga merupakan pelayanan primer atau utama (primary health care).Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, dan Balkesmas.

b. Pelayanan kesehatan tigkat kedua (secondary health service)

(35)

ini misalnya Rumah Sakit tipe C, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health service)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditanganni oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks,dan membutuhkan tenaga-tenagan super spesialis.

2.1.3. Rumah Sakit

2.1.3.1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Sesuai UU RI No. 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

(36)

farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah,

laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A; b. Rumah Sakit Umum Kelas B; c. Rumah Sakit Umum Kelas C; d. Rumah Sakit Umum Kelas D. 2.1.3.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

2.1.3.2.1.Tugas Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

2.1.3.2.2.Fungsi Rumah Sakit

Untuk menjalankan tugasnya, Rumah Sakit mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan danpemulihan kesehatan

sesuai dengan standarpelayanan rumah sakit;

(37)

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam rangka peningkatankemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan sertapenapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangkapeningkatan pelayanan kesehatan denganmemperhatikan etika ilmu pengetahuan bidangkesehatan;

2.1.3.3. Jenis Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C merupakan rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

(38)

kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit

Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

d. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan. e. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan

Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. f. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan

keperawatan dan asuhan kebidanan.

g. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

2.1.3.4. Pelayanan Administrasi

(39)

2.1.3.5. Pelayanan Medis

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1045 tahun 2006, Pelayanan medis adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan kepada pasien oleh tenaga medis sesuai dengan standard pelayanan medisdengan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas secara optimal. Sedangkan pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan medik spesialistik penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatan anak.

2.1.3.6. Pelayanan Keperawatan

Menurut John Griffith (1987) dalam Aditama TY (2010), kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari :

a. Pelayanan keperawatan personal (Personal nursing care), yang antara lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian obat, dan lain-lain.

b. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medis, c. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien

d. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan

(40)

Sedangkan manajemen keperawatan di rumah sakit tuugas perawat yang harus dilakukan adalah :

a. Penanganan administratif

b. Membuat penggolongan pasien sesuai berat ringannya penyakit c. Memonitor mutu pelayanan pada pasien

d. Manajemen ketenagaan dan logistic keperawatan. 2.1.3.7. Pelayanan Penunjang Medis

Menurut John R Griffith (1987) dalam Aditama TY (2010) jenis pelayanan penunjang medis meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik, dan kegiatan di masyarakat umum. Pelayanan penunjang medis diagnostik meluputi :

a. Laboratorium b. Diagnostik imaging

c. Laboratorium kardiopulmoner

d. Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi, audiologi Pelayanan penunjang medis terapeutik meliputi :

a. Farmasi b. Ruang operasi c. Ruang persalinan d. Unit Gawat Darurat e. Bank darah

(41)

Sedangkan pelayanan penunjang medis di masyarakat umum adalah :

a. Imunisasi

b. Program skrining penyakit tertentu

c. Keluarga Berencana dan KIA, dan lain-lain. 2.1.3.8. Pelayanan Rujukan

Sistem rujukan yaitu suatu sistem penyelengaaraan pelayanan kesehatan yang melakukan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal maupun secara horizontal (Mubarok WI dan Nurul, 2009: 143). Terdapat dua macam rujukan dalam sistem kesehatan nasional :

a. Rujukan kesehatan

Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat.Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.

b. Rujukan medis

Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran. Rujukan ini dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit

2.1.3.9. Rawat Inap

(42)

sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya.

2.1.4. Jaminan Kesehatan Nasional

2.1.4.1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional

Berdasarkan Perpres No. 12 Tahun 2013 Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

2.1.4.2. Tujuan

Sesuai UU No. 40 Tahun 2004 Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

2.1.4.3. Manfaat

Sesuai Peraturan Presiden RI No. 12 tahun 2013, Jenis manfaat yang didapat oleh peserta JKN adalah :

1. Peserta mendapat manfaat medis dan manfaat non medis (akomodasi dan ambulan)

(43)

a. Penyuluhan kesehatan perorangan

Meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Imunisasi dasar

Meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG). Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana

Meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

d. Skrining kesehatan

Diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko selektif yang ditujukan untuk mendetekdi risiko penyakit tertentu.

2.1.4.4. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan

Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mengacu pada prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu:

1. Kegotongroyongan

(44)

mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk.

2. Nirlaba

Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya. 4. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kepesertaan bersifat wajib

(45)

6. Dana Amanah

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta. 7. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.1.4.5. Kepesertaan

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.

Sesuai Perpres No. 12 Tahun 2013 Peserta Jaminan kesehatan meliputi :

1. Penerima Bantuan Iuran(PBI) Jaminan Kesehatan

(46)

2. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

a.Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya (Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai pemerintar non pegawai negeri, pegawai swasta);

b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri); dan

c.Bukan pekerja dan anggota keluarganya (investor, pemberi kerja, penerima pension, veteran, perintis kemerdekaan).

2.1.4.6. Besaran Iuran

Sesuai Perpres No. 12 Tahun 2013 Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta PBI jaminan kesehatan dibayar oleh pemerintah, dimana peserta berhak mendapatkan layanan rawat inap pada ruang perawatan kelas III.

Iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja penerima upah dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja, dimana peserta berhak mendapatkan layanan rawat inap pada ruang perawatan kelas III.

(47)

Peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:

a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III. b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang

per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II. c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I. 2.1.4.7. Fasilitas Kesehatan yang Dijamin

Berdasarkan Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan terdiri dari:

1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan (Puskesmas dengan Tempat Tidur).

b. Fasilitas Kesehatan milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) 1) TNI Angkatan Darat : Poliklinik kesehatan dan Pos

Kesehatan.

(48)

3) TNI Angkatan Udara : Seksi kesehatan TNI AU, LembagaKesehatan Penerbangan dan Antariksa (Laksepra) danLembaga Kesehatan Gigi & Mulut (Lakesgilut).

c. Fasilitas Kesehatan milik Polisi Republik Indonesia (POLRI), terdiridari Poliklinik Induk POLRI, Poliklinik Umum POLRI, PoliklinikLain milik POLRI dan Tempat Perawatan Sementara (TPS) POLRI.

d. Praktek Dokter Umum / Klinik Umum, terdiri dari Praktek Dokter Umum Perseorangan, Praktek Dokter Umum Bersama, Klinik Dokter Umum / Klinik 24 Jam, Praktek Dokter Gigi, Klinik Pratama, RS Pratama.

2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan :

a. Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum (RSU), RS Umum Pemerintah Pusat (RSUP), RS Umum Pemerintah Daerah (RSUD), RS Umum TNI, RS Umum Bhayangkara (POLRI), RS Umum Swasta, RS Khusus, RS Khusus Jantung (Kardiovaskular), RS Khusus Kanker (Onkologi), RS Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin, RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa, RS Khusus Lain yang telah terakreditasi, RS Bergerak dan RS Lapangan.

(49)

3. Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak bekerjasama secara langsung dengan BPJS Kesehatan namun merupakan jejaring dari fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, meliputi: a. Laboratorium Kesehatan

b. Apotek

c. Unit Transfusi Darah d. Optik

2.1.4.8. Pelayanan Kesehatan yang Dijamin

Pelayanan kesehatan yang dijamin sesuai dalam Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan terdiri atas :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup :

1. Administrasi pelayanan;

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

7. Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pertama; dan

(50)

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup :

1. Rawat jalan tingkat lanjutan, meliputi :

a. Administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk pembuatan kartu pasien;

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis;

c. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis; d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. Pelayanan alat kesehatan;

f. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

g. Rehabilitasi medis; h. Pelayanan darah;

i. Pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik; dan

(51)

2. Rawat inap tingkat lanjutan

Cakupan pelayanan rawat inap tingkat lanjutan adalah sesuai dengan seluruh cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan akomodasi yaitu perawatan inap non intensif dan perawatan inap intensif dengan hak kelas perawatan sebagaimana berikut: a. Ruang perawatan kelas III bagi:

1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan

2) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

b. Ruang perawatan kelas II bagi:

1) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

2) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

3) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

(52)

pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan

5) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.

c. Ruang perawatan kelas I bagi:

1) Pejabat Negara dan anggota keluarganya;

2) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

3) Anggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

4) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

5) Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;

6) janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;

(53)

tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan

8) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

3. Persalinan. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal.

4. Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien.

2.1.4.9. Prosedur Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

1. Ketentuan Umum

a. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar

b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:

1) Berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar; atau

2) Dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

(54)

pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat tujuan, maka peserta wajib membawa surat pengantar dari kantor BPJS kesehatan tujuan.

d. Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.

e. Peserta yang melakukan mutasi padatanggal 1 s/d akhir bulan berjalan, tidak dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang baru sampai dengan akhir bulan berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.

f. Peserta dapat memilih untuk mutasi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama selain Fasilitas Kesehatan tempat Peserta terdaftar setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.

g. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan sudah membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar. 2. Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan Gigi

(55)

b. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta.

c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian tindakan.

d. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.

e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat.

f. Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum.

g. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang berlaku.

(56)

Dokter yang menangani memberi surat keterangan masih dalam perawatan.

i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan. j. Ketentuan Khusus Pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan

pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)

1) Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada fasilitas kesehatan tingkat pertama atau jejaringnya sesuai dengan prosedur pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama; 2) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca

melahirkan (PNC) diharapkan dilakukan pada satu tempat yang sama, misalnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan pada bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) juga dilakukan pada bidan jejaring tersebut;

3) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) pada tempat yang sama dimaksudkan untuk :

a) Monitoring terhadap perkembangan kehamilan; b) Keteraturan pencatatan partograf;

(57)

3. Rawat Inap Tingkat Pertama

a. Peserta datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki fasilitas rawat inap.

b. Fasilitas kesehatan dapat melayani peserta yang terdaftar maupun peserta yang dirujuk dari fasilitas kesehatan tingkat pertama lain. c. Peserta menunjukkan identitas BPJS kesehatan.

d. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta.

e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan, obat dan bahan medis habis pakai (BMHP). f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti

pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.

g. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS kesehatan h. Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila

secara indikasi medis diperlukan. 4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis

a. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan;

(58)

2.1.4.10.Alur Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.2. Alur Pelayanan Kesehatan

(Sumber : Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, 2013, 32)

2.2. KERANGKA TEORI

(59)

Rumah Sakit Islam Sunan Kudus merupakan salah satu rumah sakit yang bekerjasama dengan Badan Pemeliharaan Jaminan Sosial (BPJS) memberikan pelayanan yang dijamin oleh program JKN sesuai dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit kelas C.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit merupakan stimulus bagi pasien dalam mempersepsikan pelayanan kesehatan yang telah pasien terima selama menjadi pasien di RSI Sunan Kudus.Selain itu persepsi pasien juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Keterkaitan antar faktor-faktor ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3. Kerangka Teori

( Sumber : Ilmu Perilaku, 2009, 111. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, 2010, 104. Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, 2014, 30 ) 4. Sesuatu yang baru 5. Sesuatu yang mejadi

(60)

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALUR PIKIR

Gambar 3.1. Alur pikir penelitian

( Sumber : Ilmu Perilaku, 2009, 111. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, 2010, 104. Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, 2014, 30 )

3.2 FOKUS PENELITIAN

Menurut Moleong Lexy (2005: 93) masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus.Tujuan ditetapkannya fokus penelitian adalah agar dapat membatasi studi serta untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi informan.

Fokus permasalahan pada penelitian ini adalah Persepsi pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pelayanan medis, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang klinis, serta pelayanan administratif di

(61)

Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Menurut Bogdan dan Taylor (1993) dalam Prastowo Andi (2012) Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong Lexy, 2007: 6).

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran persepsi peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

3.4 SUMBER INFORMASI

(62)

a. Data Primer

Sumber informasi penelitian ini berasal dari informan penelitian.Informan penelitian adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian (Prastowo Andi, 2012: 195).

Pada penentuan informan penelitian, peneliti menggunakan prosedur

purposive.Prosedur purposive informan dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. (Prastowo Andi, 2012: 197).

Informan menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian.Oleh sebab itu ada persyaratan tertentu yang harus calon informan miliki untuk layak ditetapkan sebagai informan penelitian. Menurut Moleong (2006) dalam Prastowo Andi (2012) terdapat lima persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang agar layak dijadikan informan :

1. Harus jujur dan bisa dipercaya 2. Memiliki kepatuhan pada peraturan

3. Suka berbicara, bukan orang yang sukar berbicara ataupun pendiam 4. Bukan termasuk salah satu anggota kelompok yang bertikai dalam

latar penelitian

5. Memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi

(63)

eksklusi.Menurut Nursalam (2003) dalam Abd. Nasir dkk (2011) Kriteria inklusi merupakan penentuan sampel yang didasarkan atas karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pasien merupakan peserta Jaminan Kesehatan Nasional

2. Pasien merupakan peserta Jaminan Kesehatan Nasional bukan Penerima Bantuan Iuran

3. Pasien merupakan pasien rujukan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat 1

4. Pasien merupakan pasien rawat inap yang sudah dirawat minimal 3 hari masa perawatan di instalasi rawat inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash

Kriteria eksklusi merupakan kriteria untuk menghilangkan / mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi oleh karena beberapa hal. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pasien yang telah diperbolehkan pulang pada hari ketiga keperawatan 2. Pasien yang pada hari ketiga telah dipindahkan ke instalasi rawat inap

lain atau telah dirujuk ke rumah sakit lain. b.Data Sekunder

(64)

Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA Adapun instrumen dan teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian iniadalah :

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian (Ghony MD dan Fauzan A, 2012: 165).

Instrument penelitian yang digunakan saat observasi adalah kamera, lembar / checklist observasi dan alat tulis.

b. Wawancara

Menurut Prastowo (2010) dalam Prastowo Andi (2012) Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat di bangun makna dalm suatu topik tertentu.

Pada proses Tanya jawab sekaligus bertatap muka antara pewawancara dengan responden, peneliti menggunakan guide interview

(65)

3.6 PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur atau tahap penelitian memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis data, penafsiran data, sampai penulisan laporan (Moleong Lexy, 2007: 126). Tahap-tahap penelitian ini terdiri dari:

a. Tahap Pra Lapangan

Kegiatan pada tahap pra-lapangan meliputi : 1. Menyusun rancangan penelitian

2. Memilih penelitian

3. Mengurus perizinan penelitian

4. Menjajaki dan menilai lokasi penelitian 5. Memilih dan memanfaatkan informan 6. Menyiapkan perlengkapan penelitian b.Tahap pekerjaan lapangan

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2. Memasuki lapangan

3. Berperan serta sambil mengumpulkan data c. Tahap analisis data

1. Analisis domein. Dilakukan terhadap data yang diperoleh melalui pengamatan

(66)

3. Analisis komponen. Dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan

4. Analisis tema. Seperangkat prosedur untuk memahami secara holistik persoalan yang sedang diteliti.

3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Pada penelitian kualitatif, ada empat bentuk uji keabsahan data, yaitu: kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (Reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal / generalisasi), dan uji konfirmabilitas (objektivitas) data (Prastowo Andi, 2012: 265). Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah melalui Uji Dependabilitas dan Uji Kredibilitas dengan menggunakan teknik Member Checkdan Triangulasi Sumber.

Pengujian dependabilitas dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian (Prastowo Andi, 2012: 274).Pada penelitian ini auditor tersebut adalah dosesn pembimbing penelitian.

(67)

Triangulasi sumber adalah suatu teknik pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber (Prastowo Andi, 2012: 269). Pada penelitian ini untuk menguji kredibilitas data tentang persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit, pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dilakukan kepada staf administrasi, staf keperawatan, dokter, dan staf yang bertanggungjawab terhadap bagian yang menjadi pelayanan penunjang klinis.

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Bogdan dan Bikle (1982) dalam Moleong Lexy (2007), Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman.Miles dan Huberman menawarkan suatu teknik analisis yang lazim disebut dengan interactive model(Prastowo Andi, 2012: 242). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yakni :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

(68)

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Penarikan Kesimpulan

Peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, dan proposisi.

(69)

105

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran persepsi pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Sa’ad Ibnu Abi Waqqash belum mempunyai pengetahuan

yang cukup mengenai program Jaminan Kesehatan Naisonal (JKN), seperti definisi, tujuan, maupun alur pelayanan JKN. Meskipun demikian, responden tetap menggunakan kartu BPJS dibantu oleh keluarga dengan alasan karena dengan adanya program JKN responden merasa dibantu dalam keringanan biaya pengobatan di rumah sakit. 2. Persepsi responden terkait pelayanan administrasi yang diberikan oleh

pihak rumah sakit sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penilaian responden bahwa jumlah petugas administrasi yang cukup memadai dalam memberikan pelayanan administrasi. Tidak ada kontras pelayanan yang diberikan oleh petugas administrasi antara pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional maupun pasien umum, serta kemampuan petugas yang cukup baik dalam memberikan pelayanan serta informasi terkait pelayanan administrasi.

(70)

responden bahwa pelayanan medis yang diberikan kepada responden dilakukan oleh dokter spesialis sesuai jenis penyakit. Keramahan dokter, kesigapan dokter, serta kemampuan dokter dalam memberikan pelayanan medis yang baik.

4. Persepsi responden terkait pelayanan keperawatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penilaian responden bahwa responden mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan dan kebutuhan responden. Keramahan perawat, kesigapan perawat ketika dibutuhkan oleh responden serta kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.

5. Persepsi responden terkait pelayanan penunjang medis yang diberikan oleh pihak rumah sakit sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penilaian responden bahwa responden merasa tidak dipersulit dalam memperoleh pelayanan penunjang karena sudah disediakan oleh petugas serta kemampuan petugas dalam memberikan penjelasan terkait pelayanan penunjang tersebut sudah baik.

(71)

7. Meskipun penilaian responden tentang pelayanan kesehatan yang diberikan sudah baik, akan tetapi terdapat koreksi , kritik, dan saran terkait fasilitas yang disediakan oleh rumah sakit, yakni ruang rawat inap yang berupa bangsal dengan satu ruangan berisi dua puluh pasien tanpa disediakan penyekat antara masing-masing tempat tidur, tidak disediakannya kipas, serta pasien merasa jarak antar masing-masing tempat tidur relatif sempit.

6.2 SARAN

1. Bagi Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

Rumah Sakit Islam Sunan Kudus diharapkan dapat dengan segera menyediakan survey kepuasan pasien agar setiap periode tertentu dapat diketahui penilaian pasien rumah sakit terhadap pelayanan maupun sarana-dan prasarana yang disediakan oleh rumah sakit, sebagai bahan evaluasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

Dinas Kesehatan dapat melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak hanya dari pihak pemberi pelayanan kesehatan, tetapi juga dari pasien.

3. Bagi Badan Pelayanan Jaminan Sosial

(72)

masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui secara jelas tentang program-program JKN.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan lebih aktif mencari tahu tentang program Jaminan Kesehatan Nasional, agar sebagai peserta JKN bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(73)

109

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY, 2010, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, UI-Press, Jakarta.

Alrubaiee, L, Alkaa’ida, F, 2011, The Mediating Effect of Patient Satisfaction in the Patients' Perceptions of Healthcare Quality – Patient Trust Relationship,

International Journal of Marketing Studies, Volume 3, No 1, Februari 2011, hlm. 103-127.

Aw, Suranto, 2010, Komunikasi Sosial Budaya, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jumlah Fasilitas Kesehatan, Tues 6 Januari 2015, diakses tanggal 14 Februari 2015, (http://bpjs-kesehatan.go.id).

Badan Penyelengaran Jaminan Sosial Kesehatan, 2013, Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Jakarta.

Badan Penyelengaran Jaminan Sosial Kesehatan, 2013, Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Jakarta.

Chotimah, Siti, 2008, Persepsi Pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Dewi, NKSS, 2014, Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, Skripsi, Universitas Mahasaraswati

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini
Gambar 2.1. Proses Terjadinya Persepsi
Gambar 2.2. Alur Pelayanan Kesehatan (Sumber : Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, 2013, 32)
Gambar 2.3. Kerangka Teori
+2

Referensi

Dokumen terkait

rasa yang dijadikan resep pembuatan dengan substitusi tepung suweg dengan kombinasi factor, dan level yaitu perbandingan komposisi tepung terigu, dan tepung suweg adalah sebesar

cause broken capillaries). 3) Make sure to remove eye makeup with a proper makeup remover. The area around the eye is delicate so don't pull or rub too hard. 4) You can also use

The writer's aim of study is to describe the students’ mastery of character based writing of the eleventh year students of SMK Pracimantoro 7 Wonogiri in academic year

After analyzing the data, the writer found that the teacher neither provided the students with enough comprehensible verbal input nor created enough modified

Untuk dapat menggunakan buku petunjuk ini dengan baik tentu harus disertai dengan materi praktikum yang telah tersedia dalam CD, materi praktikum multimedia ilmu

Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan didukung dengan landasan teori maka penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kegawatdarutan Pada Balita Dengan Tindakan

Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciri-ciri kepribadian pokok sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk berpikir rasional dan mampu menjadi hidup

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Diet Rendah Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat Adapun skripsi ini bukan milik