• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum Perdana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum Perdana"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABNORMAL

RETURN SAHAM PADA KINERJA JANGKA PANJANG

PENAWARAN UMUM PERDANA

(Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Properti, Real Estate & Kontruksi Bangunan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012)

OLEH

FRISKA TRISNAWATY ARITONANG NIM 120521058

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham pada kinerja jangka panjang setelah 12 bulan IPO pada perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan di Bursa Efek Indonesia.Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Firm dan Age of Firm. Variabel dependen adalah Abnormal Return saham setelah 12 bulan IPO. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan di sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 yaitu sebanyak 10 perusahaan. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskesdastisitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial Initial Return dan Age of Firm berpengaruh positif dan signifikan terhadap Abnormal Return. Money Raised dan Size of Firm berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Market Return berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Kemampuan dari kelima variabel independen tersebut mampu menjelaskan variasi pada variabel dependen sebesar 81%, sedangkan sisanya sebesar 19% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini..

(3)

ABSTRACT

The aims of this study is to understand and analyzing the factors that affect of stock abnormal return on long-term performance after 12 months of the IPO company in property, real estate, and construction building sector in Indonesia Stock Exchange. The independent variable in this research consisting of initial return, money raised, market return, size of firm and the age of firm. Dependent variable is stock abnormal return of 12 months after the IPO. The samples used in this study is the companies in property, real estate, and construction buildings sector listed at the Indonesian Stock Exchange on 2008-2012 period as many as 10 companies. Sampling method is purposive sampling method. The analysis technique used is multiple regression analysis and the model has been tested in classic assumption test which include normality test, multicollinearity test, autocorrelation test, and heteroskesdasticity. The results of the study showed that the partial evaluation initial return and the age of firm have a positive affect and significantly to abnormal return. Money raised and size of firm affect positively and not significantly to abnormal return. Market return affect negatively and not significantly to abnormal return. The ability of the fifth independent variable is able to explain variation on the dependent variable amounted to 81%, while the rest equal to 19 % explained by the other variable that are not described in this research.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Strata-1 Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum Perdana”.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Hotman Aritonang dan Ibunda tercinta Rusmawan Silalahi, juga kepada abang/adik tersayang Chandra, Shena, Maria dan Renaldi atas kasih sayang, dukungan, serta doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia S.E., M.E., dan Ibu Dra. Marhayanie M.Si., selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Drs. Syahyunan M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu

meluangkan waktu dan memberikan saran demi penyempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Nuthobe Manurung, Amd yang senantiasa memberi waktu dan perhatiannya dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Melva F. Banjarnahor, Lora Yana Hutagalung, Rizky M. Sihaloho, Thomy Albert Siahaan) dan teman-teman manajemen ekstensi 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu di jurusan Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Februari 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal ... 9

2.2 Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) ... 11

2.3 Return Saham ... 14

2.4 Kinerja Jangka Panjang Saham Perdana ... 17

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Saham Perdana ... 26

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 51

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 60

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 60

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 63

4.2.3 Evaluasi Model Statistilk ... 68

4.2.4 Hasil Uji Regresi ... 73

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 75

4.2.6 Pembahasan Hasil Regresi ... 80

4.2.6.1 Pengaruh Initial Return Terhadap Abnormal Return Saham ... 80

4.2.6.2 Pengaruh Money Raised Terhadap Abnormal Return Saham ... 81

4.2.6.3 Pengaruh Market Return Terhadap Abnormal Return Saham ... 82

4.2.6.4 Pengaruh Size of Firm Terhadap Abnormal Return Saham ... 83

4.2.6.5 Pengaruh Age of Firm Terhadap Abnormal Return Saham ... 84

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Abnormal return Setelah Satu Tahun pada Beberapa Perusahaan di Sektor Properti, Real Estate & Kontruksi

Bangunan yang Melakukan IPO Periode 2008-2012. ... 4

1.2 Tingkat Initial Return, Benchmark, Money Raised, Size of Firm, Age of Firm pada Beberapa Perusahaan di Sektor Poperti Real Estate & Kontruksi Bangunan yang Melakukan IPO ... 6

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 23

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.2 Kriteria Sampel ... 40

3.3 Nama-nama Perusahaan Sampel ... 41

3.4 Lima Pedoman Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 46

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 60

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test ... 63

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 66

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 68

4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Logaritma Natural (Ln) ... 69

4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dengan Model Logaritma Natural (Ln) ... 71

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Model Logaritma Natural (Ln) ... 72

4.8 Hasil Uji regresi ... 74

4.9 Hasil Uji F ... 76

4.10 Hasil Uji t ... 77

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual. ... 33

4.1 Hasil Uji Normalitas (Histogram) ... 64

4.2 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot) ... 65

4.3 Hasil Uji Heteroskedatisitas (grafik scatterplot) ... 67

4.4 Hasil Uji Normalitas (Histogram) dengan Model Logaritma Natural ... 70

4.5 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot) dengan Model Logaritma Natural ... 70

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Tabulasi Data ... 91 Lampiran 2 Hasil Output SPSS Sebelum Model Regresi Logaritna

Natural(Ln) ... 94 Lampiran 3 Hasil Output SPSS Sesudah Model Regresi Logaritma

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham pada kinerja jangka panjang setelah 12 bulan IPO pada perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan di Bursa Efek Indonesia.Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Firm dan Age of Firm. Variabel dependen adalah Abnormal Return saham setelah 12 bulan IPO. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan di sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 yaitu sebanyak 10 perusahaan. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskesdastisitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial Initial Return dan Age of Firm berpengaruh positif dan signifikan terhadap Abnormal Return. Money Raised dan Size of Firm berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Market Return berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Kemampuan dari kelima variabel independen tersebut mampu menjelaskan variasi pada variabel dependen sebesar 81%, sedangkan sisanya sebesar 19% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini..

(12)

ABSTRACT

The aims of this study is to understand and analyzing the factors that affect of stock abnormal return on long-term performance after 12 months of the IPO company in property, real estate, and construction building sector in Indonesia Stock Exchange. The independent variable in this research consisting of initial return, money raised, market return, size of firm and the age of firm. Dependent variable is stock abnormal return of 12 months after the IPO. The samples used in this study is the companies in property, real estate, and construction buildings sector listed at the Indonesian Stock Exchange on 2008-2012 period as many as 10 companies. Sampling method is purposive sampling method. The analysis technique used is multiple regression analysis and the model has been tested in classic assumption test which include normality test, multicollinearity test, autocorrelation test, and heteroskesdasticity. The results of the study showed that the partial evaluation initial return and the age of firm have a positive affect and significantly to abnormal return. Money raised and size of firm affect positively and not significantly to abnormal return. Market return affect negatively and not significantly to abnormal return. The ability of the fifth independent variable is able to explain variation on the dependent variable amounted to 81%, while the rest equal to 19 % explained by the other variable that are not described in this research.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan pasar modal pada saat ini menjadi perhatian penting di berbagai negara. Hal ini dikarenakan aktivitas yang tinggi di pasar modal maupun pasar uang akan mencirikan adanya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di suatu negara tersebut. Untuk itu banyak para ahli keuangan yang telah memfokuskan penelitiannya untuk menganalisis instrumen-instrumen di pasar modal. Dalam hal ini Indonesia selaku negara berkembang turut mengikuti perkembangan pasar modal tersebut. Sebuah situs berita dunia

dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008-2009 namun hingga kini Indonesia mampu bertahan dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

(14)

yang melakukan penawaran efek-efeknya pertama kali ke pasar publik. Bentuk penawaran umum perdana (Initial Public Offering) ini dinamakan dengan kegiatan go public.

Perusahaan yang go public menawarkan penawaran umum perdananya ke pasar perdana (pasar primer) dan nantinya akan berlangsung di pasar sekunder. Perusahaan yang melakukan penawaran perdana akan mendapatkan tambahan modal, guna ekspansi usahanya dengan menawarkan kepemilikan perusahaan dalam bentuk penanaman modalnya dan juga akan menjalankan keterbukaan dalam pengelolaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan citranya di hadapan publik. Hal ini tentunya akan membantu perusahaan dalam pengembangan bisnisnya.

(15)

Return yang diperoleh investor ada dalam dua bentuk yaitu capital gain yang merupakan keuntungan dari selisih penjualan dan dividen yang merupakan return yang diperoleh berdasarkan pembagian keuntungan para pemegang saham. Return yang diperoleh dari capital gain dapat memberikan abnormal return saham yang menjadi perhatian penting bagi investor. Karena belum pernah tercatat di bursa maka harga sekuritas sebelumnya belum diketahui. Informasi yang diperoleh dari prospektus menjadi informasi penting yang harus diketahui investor sebelum membeli saham IPO. Namun adanya asymetric information menyebabkan nilai intrinsik dari sebuah saham sulit diketahui oleh investor. Dimana underwriters (penjamin emisi) yang lebih menguasai informasi pasar daripada perusahaan yang akan IPO bisa jadi mengakibatkan keberhasilan underwriters dalam memasarkan IPO dengan menjadikan nilai IPO menjadi undervalue.

(16)

Demikian halnya yang terjadi pada beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di sektor Poperti, Real Estate & Kontruksi Bangunan. Detik

finance, Senin (2/6/2014) memberikan informasi dari semua sektor di lantai bursa, indeks sektoral yang menguat paling tinggi adalah sektor properti. Indeks sektor ini mampu bertumbuh hingga 29,02% sejak awal tahun. Jadi investor yang sudah menyimpan uangnya di saham-saham properti rata-rata sudah meraup keuntungan hampir 30% sejak awal tahun ini. Selain itu, investor yang ingin menginvestasikan dana untuk saham-saham yang berprospek jangka panjang lebih memilih untuk berinvestasi pada sektor tersebut. Namun terlihat pada Tabel 1.1 bahwa abnormal return juga terjadi di beberapa perusahaan sektor Poperti, Real Estate, & Kontruksi Bangunan seperti berikut:

Tabel 1.1

Abnormal return Selama Satu Tahun pada Beberapa Perusahaan di Sektor Poperti, Real Estate & Kontruksi Bangunan yang Melakukan IPO Periode

2008-2012

Sumber:www.idx.co.id ( Data Diolah)

(17)

real estate, dan kontruksi bangunan yaitu Agung Podomoro Land, Tbk (APLN), Greenwood Sejahtera, Tbk (GWSA), dan Waskita Karya (Persero), Tbk (WSKT). Terlihat pada akhir bulan selama setahun, ketiga perusahaan tersebut mengalami penurunan return actual yang cukup signifikan. Perusahaan Agung Podomoro Land, Tbk menerima return actual satu bulan setelah IPO adalah sebesar 5,48% meskipun return pasar bernilai negatif sebesar -1,10% sehingga abnormal return yang diperoleh bernilai positif, namun pada jangka waktu setahun setelah penawaran umum perdana terlihat bahwa return actual menjadi bernilai negatif sebesar -20,55% diikuti return pasar sebesar -0,79% dan pada akhirnya menghasilkan abnormal return saham sebesar -19,92%.

(18)

Tabel 1.2

Tingkat Initial Return, Market Return, Money Raised, Size of Firm, Age of Firm pada Beberapa Perusahaan di Sektor Poperti Real Estate dan

Kontruksi Bangunan yang Melakukan IPO

No. Perusahaan IR Benchmark Money Sumber:www.idx.co.id ( Data Diolah)

Berdasarkan informasi pada Tabel 1.2 maka diketahui bahwa Agung Podomoro Land, Tbk dan Waskita Karya (Persero), Tbk menerima initial return yang positif dan cukup tinggi diawal perdagangan saham walaupun nilai indeks pasar menunjukkan return pasar yang negatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh hasil pengolahan informasi yang diterima oleh para investor dimana kedua perusahaan tersebut memiliki umur perusahaan (age of firm) yang lebih lama, dan menghasilkan pendapatan kotor (money raised) yang cukup besar sehingga diharapkan mampu membantu perusahaan untuk menjalankan usahanya dalam jangka panjang. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset yang dimiliki perusahan juga menjadi pertimbangan dimana Agung Podomoro Land, Tbk dengan total aset paling tinggi diikuti dengan Greenwood Sejahtera, Tbk. Informasi yang diterima pada saat penawaran umum perdana menjadi bahan pertimbangan penting bagi para investor dalam menginvestasikan sahamnya pertama kali.

(19)

IPO tersebut khususnya kinerja jangka panjang yang dimilikinya. Kinerja jangka panjang penawaran umum perdana dimaksudkan sebagai periode beberapa tahun (atau minimal satu tahun) setelah menerbitkan saham baru di pasar perdana. Daripada mencoba untuk memanfaatkan harga tinggi diawal, investor sekarang lebih cenderung untuk berhati-hati meneliti prospek jangka panjang.

Bagi investor yang memiliki fokus jangka panjang, menemukan IPO yang memiliki prospek baik menjadi cukup sulit. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor apa yang perlu dipahami pada saat menilai abnormal return jangka panjang dari saham IPO agar para investor dapat memprediksikan bagaimana kinerja jangka panjang dari IPO tersebut. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return pada kinerja jangka panjang saham penawaran perdana ini telah banyak dilakukan namun masih menarik untuk diteliti karena banyaknya keterbatasan penelitian yang dilakukan khususnya di Indonesia pada sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Faktor–faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum Perdana”

1.2Perumusan Masalah

(20)

kinerja jangka panjang di perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Initial Return,Money Raised, Market Return, Size of Firm, dan Age of Firm, terhadap Abnormal Return saham pada kinerja jangka panjang di perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan khususnya yang berkaitan dengan masalah investasi pada saham-saham perdana.

2. Bagi Perusahaan (Emiten)

Sebagai bahan pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi apabila akan melakukan initial public offering (IPO) untuk memperoleh harga yang optimal.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(21)

Lanjutan Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun Judul Penelitian Variabel

Metode

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka Panjang Saham Perdana

Fenomena kinerja yang kurang dari IPO dalam jangka panjang terjadi pada saham-saham yang ada di pasar modal. Penurunan kinerja yang terjadi dalam jangka panjang akan merugikan investor karena akan memperoleh return yang negatif. Salah satu fungsi prospektus adalah memperingatkan investor tentang risiko yang terkandung dalam segala investasi dalam perusahaan tersebut (Brealey et al., 2008: 415). Hasil dari kinerja penawaran umum perdana juga dapat membantu investor dalam menilai kinerja jangka panjang suatu saham perdana. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham pada kinerja IPO jangka panjang yaitu:

2.6.1 Initial Return

(22)

saham IPO. Namun sering kali initial return yang cukup tinggi akan menghasilkan kinerja return saham yang negatif dalam jangka panjang. Seperti yang dikatakan oleh Frensidy (2013: 94) bahwa sebuah mitos dimana pada saat harga saham sudah meroket tinggi maka tidak mungkin akan naik lagi. Nilai saham yang dinilai cukup tinggi dan tidak sesuai dengan nilai intrinsiknya akan memberikan return yang cukup tinggi diawal perdagangan saham.

Bodie et al. (2006: 506) menyatakan bahwa pada saat suatu informasi yang baik disampaikan kepada publik maka harga saham akan segera meningkat. Namun setelah memperoleh imbal hasil (initial return) yang terlalu tinggi di awal, banyak investor akan membeli saham tersebut. Sehingga reaksi pasar yang berlebihan terhadap suatu berita yang relevan mendorong kinerja baik dari saham perdana pada saat menghasilkan return perdananya, tetapi akan berdampak negatif dalam rentang waktu yang lebih panjang. Bessler dan Thies (2006) menyatakan bahwa magnitude of underpricing adalah keuntungan awal (initial return) dari besaran penetapan harga. Initial return adalah selisih dari harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham perdana (IPO) dibagi dengan harga saham perdana (Manurung, 2012).

2.6.2 Money Raised

(23)

Hal ini dikarenakan ketika investor optimis membeli saham, maka initial proceeds yang diterima oleh perusahan akan semakin tinggi. Namun semakin banyak informasi yang tersedia, maka para investor akan semakin mudah mengetahui nilai intrinsik saham. Sehingga sebagai konsekuensinya, harga akan bergerak turun menuju harga sebenarnya dalam jangka panjang dan return akan rendah.

Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian seperti yang diungkapkan oleh Widoatmodjo (2004: 139), yaitu menjual sedikit efek namun banyak dana yang bisa diperoleh yaitu dengan menekan penjamin emisi untuk menjual efek ke sebanyak mungkin investor. Banyak investor dengan masing-masing memegang sedikit efek akan membuat perdagangan efek dinamis sehingga nilai intrinsik saham dapat terjaga dan return yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.6.3 Market Return

(24)

Di Indonesia, biasanya return indeks pasar dapat diukur dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menggambarkan pergerakan harga saham secara keseluruhan di pasar modal. Menurut Manurung (2013: 86) bagi para ekonom maupun analis finansial, IHSG merupakan indikator utama ekonomi. Artinya kenaikan IHSG menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi dimasa mendatang dan sebaliknya penurunan IHSG menunjukkan adanya penurunan ekonomi.

2.6.4 Size of Firm

Banyak investor yang menilai kemampuan suatu saham untuk menghasilkan laba dengan melihat seberapa besar ukuran perusahaan tersebut. Variabel ini menjelaskan pengaruh ukuran perusahaan, yang mana ukuran perusahaan dapat dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki suatu perusahaan terhadap return yang akan diperoleh investor.

(25)

2.6.5 Age of Firm

Tidak jauh berbeda dengan ukuran perusahaan, umur perusahaan juga menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh publik. Umur perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya. Sahoo dan Rajib (2010) menjelaskan bahwa umur perusahaan (age of firm) mencerminkan besarnya sejarah operasional perusahaan IPO. Asmalindar (2011) juga menggunakan indikator umur perusahaan sebagai bagian dari analisis faktor fundamental yang menjadi variabel indikator dalam penelitiannya.

2.7 Kerangka Konseptual

Para manajer investasi menganggap bahwa harga saham sangat dekat dengan nilai wajarnya atau nilai intrinsik saham tersebut, dan hanya manajer dengan portofolio yang besar akan mendapatkan laba perdagangan yang cukup untuk memanfaatkan kesalahan harga yang sangat kecil. Namun peristiwa tersebut tidak dapat dianggap sebagai pasar yang efisien oleh para manajer portofolio profesional. Bodie et al. (2006: 495) menyebutkan bahwa terdapat sejumlah isu yang menjadi perdebatan pasar efisien, yaitu isu besaran (magnitude issue), isu bias pemilihan (selection bias issue) dan isu peristiwa keberuntungan (lucky event issue).

(26)

information yang sampai pada pasar maka akan menyebabkan reaksi pasar yang tidak normal. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang dapat diukur dengan abnomal return ataupun ketidaksesuaian antara actual return dengan expected return.

Penawaran umum perdana (initial public offering) merupakan salah satu peristiwa yang dapat mempengaruhi reaksi pasar efisien. Samsul (2006: 272) menyatakan bahwa perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun irrasional. Salah satu pengaruh yang sifatnya rasional adalah kinerja perusahaan dan kondisi pasar pada saat penawaran perdana yaitu antara lain, initial return, money raised, Market Return, size of firm, dan age of firm.

Penelitian Zamanian et al. (2013) dan Abid (2013) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa initial return berpengaruh signifikan terhadap abnormal return pada kinerja jangka panjang dari penawaran umum perdana. Initial return yang positif atau cukup tinggi diawal perdagangan saham akan berdampak pada kinerja saham dalam jangka panjangnya. Semakin pasar menguasai informasi mengenai nilai intrinsik suatu saham maka return yang diperoleh dalam jangka panjang adalah berupa abnormal return yang negatif.

(27)

penjamin emisi. Demikian sebaliknya apabila jumlah saham yang ditawarkan tidak mencukupi permintaan investor maka nilai saham akan semakin meningkat.

Abid (2013) dan Suherman (2009) meneliti pengaruh benchmark terhadap abnormal return saham pada kinerja jangka panjang penawaran umum perdana. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa benchmark yang diukur dengan return pasar berpengaruh positif signifikan untuk menghasilkan abnormal return positif dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang akan berpengaruh negatif. Artinya indeks pasar yang semakin menurun akan mengakibatkan semakin menurunnya minat pasar terhadap saham-saham yang terdapat di bursa. Frensidy (2013: 197) menyatakan bahwa investor jangka panjang percaya dalam jangka panjang, nilai portofolio sahamnya akan bergerak mengikuti indeks pasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Market Return berpengaruh negatif terhadap abnormal return saham pada kinerja jangka panjang penawaran umum perdana.

(28)

Umur Perusahaan dapat diukur dari waktu perusahaan mulai didirikan sesuai akte sampai perusahaan melakukan IPO. Sahoo dan Rajib (2010) menjelaskan bahwa umur perusahaan (age of firm) mencerminkan besarnya sejarah operasional perusahaan IPO. Semakin lama umur perusahaan maka informasi mengenai perusahaan tersebut semakin besar sehingga investor semakin mudah pula dalam menilai nilai intrinsik dari suatu saham. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu dapat diperoleh variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu: initial return, money raised, Market Return, size of firm, dan age of firm diperkirakan memiliki pengaruh terhadap abnormal return saham pada kinerja perusahaan jangka panjang IPO. Berikut bentuk gambar kerangka pemikiran:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Initial Return

Money Raised

Market Return

Size of Firm

Age of Firm

(29)

2.8 Hipotesis

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh atau hubungan antara satu variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs

dengan waktu penelitian dimulai dari bulan

November 2014 sampai dengan Februari 2015.

3.3 Batasan Operasional

Adapun batasan masalah yang dilakukan agar menetapkan arahan pembahasan masalah, yaitu:

1. Objek dari penelitian ini adalah initial return, money raised, market return, size of firm,age of firm, abnormal return saham.

2. Subjek penelitian ini adalah perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terlisting di Bursa Efek Indonesia dan melakukan IPO selama periode Januari 2008-Desember 2012.

(31)

3.4 Operasionalisasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan adalah abnormal return saham pada kinerja jangka panjang penawaran umum perdana dan variabel independen yang digunakan adalah initial return, money raised, market return, size of firm, dan age of firm. Adapun uraian dari setiap variabel tersebut adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan adalah abnormal return saham pada kinerja jangka panjang IPO. Kinerja jangka panjang yang diukur adalah kinerja satu tahun setelah IPO. Besarnya abnormal return yaitu perbandingan antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Model perhitungan abnormal return dengan menggunakan persamaan yang digunakan oleh Pertiwi (2003) yaitu dengan menggunakan market adjusted abnormal return. Metode ini digunakan karena melihat pasar modal di Indonesia yang sangat rentan dipengaruhi oleh fenomena-fenomena ekonomi.

Dengan mengestimasi return ekspektasi yang menggunakan return indeks pasar, maka return yang diharapkan akan dapat diperhitungkan lebih tepat. Adapun langkah-langkah menghitung abnormal return yaitu (Pertiwi, 2003 dan Meidiaswati, 2008):

(32)

Rit

=

Pio Pit

-

1

Keterangan:

Rit = return saham i pada saat t

Pit = price, yaitu harga saham pada saat t

Pio = price, yaitu harga saham pada saat penawaran

2. Menghitung return pasar yang terjadi:

Rmt=Pmt Pmo-1

Keterangan:

Rmt = return pasar pada saat t

Pmt = indeks harga saham gabungan pada saat t

Pmo = indeks harga saham gabungan pada saat penawaran

3. Menghitung market adjusted abnormal return

ARit=�(1+Rit)

(1+Rmt)�-1 x 100%

Keterangan :

ARit = market adjusted abnormal return

Rit = return saham i pada saat t

Rmt = return pasar pada saat t

(33)

Variabel initial return adalah selisih dari harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham perdana (IPO) dibagi dengan harga saham perdana. Harga penutupan pada hari pertama dipasar sekunder yang dipergunakan adalah closing price pada transaksi hari pertama. Adapun rumus Initial Return adalah (Manurung, 2012):

IR

=

P1- P0

P0 x 100%

Keterangan: IR = Initial Return

P1 = Harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder (Closing Price)

P0 = Harga penawaran perdana (Offering Price)

b. Money Raised (X2)

Kinerja jangka panjang dari suatu IPO bergantung pada jumlah uang (initial proceeds) yang meningkat dalam sebuah perdangangan saham. Jumlah uang yang diperoleh merupakan pendapatan kotor yang diperoleh. Sehingga adapun rumus money raised adalah sebagai berikut (Abid, 2013):

IP = PE × Ss

Keterangan:

IP = Pendapan Awal (initial proceeds)

PE = Harga penawaran umum atau ipo price saham Ss = Jumlah saham yang diterbitkan

(34)

Variabel ini menghitung kinerja pasar dimana kinerja pasar juga akan mempengaruhi kinerja jangka panjang saham perdana. Market Return merupakan suatu tolak ukur yang digunakan untuk menghitung abnormal return. Return yang diperoleh investor jika melakukan investasi pada portofolio pasar dalam jangka waktu tertentu disebut return indeks pasar (Rmt). Return indeks pasar dapat diukur dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menggambarkan pergerakan harga saham secara keseluruhan di pasar modal. Menghitung return pasar setiap periode dengan rumus (Bessler dan Thies, 2006):

Rmt=Pmt Pmo - 1

Keterangan:

Rmt = Return Indeks Pasar

Pmt = Nilai Indeks Pasar pada saat t

Pmo = Nilai Indeks Pasar saat Penawaran

d. Size of Firm (X4)

Untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah dengan melihat total assets dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO. Perhitungan total aset yang digunakan dapat menggunakan total aset yang tercantum dalam prospektus yang diterbitkan oleh emiten.

e. Age of Firm (X5)

(35)

dihitung dengan pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya perusahaan, atau melalui rumus sebagai berikut:

Umur Perusahaan = Tahun IPO - Tahun berdiri perusahaan

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Parameter Skala

Ukur 1 Abnormal

Return (Y)

Besarnya abnormal return yaitu selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan

Selisih dari harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham perdana (IPO) dibagi dengan harga saham perdana.

Jumlah dana yang diperoleh dalam sebuah Initial Public Offering (IPO)

IP = PE × Ss Rasio

4 Market Return (X3)

Nilai indeks pasar pada saat t dibagi dengan nilai indeks pasar saat penawaran

Besarnya skala atau ukuran dari perusahaan.

Total Assets Rasio 6 Age of Firm

(X5)

Pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahunberdirinya perusahaan.

Tahun IPO -Tahun berdiri perusahaan

Rasio

3.5 Skala Pengukuran Variabel

(36)

yaitu dimana seluruh teknik analisis statistik baik parametric maupun nonparametric dapat digunakan untuk menganalisa variabel berskala rasio.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yangdigunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2008 sampai Desember 2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009). Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagaiberikut:

1. Sampel merupakan perusahaan-perusahaan di sektor Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangunan yang melakukan Initial Public Offering periode tahun 2008-2012.

2. Masih listing di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012.

3. Data harga penawaran perdana, harga penutupan, dan jumlah saham yang ditawarkan tersedia.

4. Data harga penutupan setiap bulan selama satu tahun setelah penawaran umum perdana tersedia.

Berikut adalah sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan diatas: Tabel 3.2

Kriteria sampel

(37)

Bangunan yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.

2 Masih listing di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012 dan Data harga penawaran perdana, harga penutupan, serta umlah saham yang ditawarkan tersedia.

13

3 Data harga penutupan setiap bulan selama satu tahun setelah penawaran umum perdana tersedia

10

Sehingga berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan pada Tabel 3.2 dapat diperoleh, jumlah populasi sampel yaitu perusahaan pada sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan yang melakukan penawaran umum perdana periode 2008-2012 sebanyak 16 perusahaan dan populasi sasarannya sebanyak 10 perusahaan. Adapun nama-nama perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Nama-nama perusahaan sampel No. Kode

Emiten Nama Perusahaan Tanggal IPO

1 APLN Agung Podomoro Land Tbk. 11 Nov 2010 2 BCIP Bumi Citra Permai Tbk. 11 Des 2009 3 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate 10 Apr 2012 4 EMDE Megapolitan Developments Tbk. 12 Jan 2011 5 GAMA Gading Development Tbk. 11 Jul 2012

3.7 Jenis Data dan Sumber Data

(38)

harga saham gabungan, total aset perusahaan, tahun perusahaan berdiri dan melakukan penawaran umum perdana yang dipublikasikan di

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, skripsi, dan internet, untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti.

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi berganda (multiple regression). Dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan program software SPSS. Berdasarkan jumlah variabel yang digunakan peneliti maka penelitian ini merupakan penelitian multivariat dengan tujuan mengetahui hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen. Metode statistik untuk menguji hubungan satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen disebut analisis regresi (Ghozali, 2013: 9). Dikarenakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu variabel independen maka analisis regresi yang digunakan adalah regresi berganda (multiple regression).

(39)

dilakukan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni initial return, money raised, Market Return, size of firm, dan age of firm terhadap variabel terikat yaitu abnormal return saham pada kinerja jangka panjang penawaran perdana yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan persamaan linear sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +�

Keterangan:

Yi,t = Abnormal return saham

a = Konstanta

b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi variabel X1 = Initial Return

X2 = Money Raised

X3 = Market Return

X4 = Size of Firm

X5 = Age of Firm

� = Disturbance term

(40)

regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih juga menunjukkan kekuatan arah hubungan anatara variabel dependen dengan variabel independen.

Dalam menggunakan analisis regresi, perlu melakukan pemilihan taraf nyata (significance level). Didalam melakukan pemilihan taraf nyata ini tidak ada ukuran yang pasti. Beberapa nilai taraf nyata yang banyak digunakan adalah 10 persen, 5 persen, dan 1 persen. Sebelum dilakukan pengujian dan regresi berganda, variable-variabel penelitian diuji apakah memenuhi asumsi klasik persamaan regresi berganda, yaitu memenuhi asumsi normalitas, tidak adanya heterokesdatisitas, dan multikolinearisitas.

3.9.1 Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi linear berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Ghozali (2013: 160) menyebutkan ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

(41)

garis diagonal dan mengikuti garis diagonalnya, maka regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan dengan menggunakan uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual ataupun dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji statistik dengan melihat nilai kurtosis dilihat dari nilai Z hitung yang mana jika nilai Z hitung > Z tabel maka distribusi tidak normal. Untuk uji K-S maka dalam menguji normalitas dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0: Data residiual berdistribusi normal H1: Date residual tidak berdistribusi normal

Penelitian ini memiliki sampel yang tidak cukup besar sehingga uji normalitas yang tepat untuk digunakan adalah dengan uji grafik dan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov-Smirnov(K-S). 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali 2013: 139). Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisias.

3. Uji Autokorelasi

(42)

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order auticorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada lagi diantara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: tidak ada autokorelasi (r = 0) HA: ada autokorelasi (r ≠ 0)

Menurut Ghozali (2013: 111), pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi ada lima pedoman yaitu :

Tabel 3.4

Lima Pedoman Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

Sumber: Ghozali (2013: 111)

4. Uji Multikolinearitas

(43)

tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah tiap – tiap variabel independen saling berhubungan secara linear atau tidak.

3.9.2 Uji Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi. Hipotesis nol yang dikemukakan dalam pengujian ini adalah bahwa semua variabel independen yang dipergunakan dalam model persamaan regresi serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka pedoman yang digunakan adalah jika nilai signifikan lebih kecil maka kesimpulan yang diambil adalah menolak hipotesis nol yang berarti koefisien signifikan secara statistik. Ghozali, (2013: 98) pengambilan keputusan didasarkan pada:

a. Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

(44)

Nilai probabilitas dari uji F dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.

2. Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)

Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013: 98). Uji t menguji signifikasi konstanta dan variabel independen.

Hipotesis:

H0 = Koefisien regresi tidak signifikan H1 = Koefisien regresi signifikan Berdasarkan probabilitas

a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Persamaan regresi yang akan terjadi adalah sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +�

dimana:

Y = Abnormal Return a = Konstanta

X1 = Initial Return

X2 = Money Raised

(45)

X4 = Size of Firm

X5 = Age of Firm

b1 = Koefisien regresi Initial return

b2 = Koefisien regresi Money Raised

b3 = Koefisien regresi Market Return

b4 = Koefisien regresi Size of Firm

b5 = Koefisien regresi Age of Firm ε = disturbance term

Dimana b1 sampai b5 adalah koefisien predictor yang diketahui dari nilai unstandardized coefficient b.

3. Pengujian Ketepatan Perkiraan atau Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi berganda menunjukkan

seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependennya (Ghozali 2013: 97). Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda maka masing-masing variabel independen yaitu Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Firm, dan Age of Firm secara parsial dan secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu abnormal return yang dinyatakan dengan R2 untuk menyatakan koefisien determinasi variabel independen terhadap tingkat abnormal return.

(46)
(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Saham-saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 saham yang diterbitkan oleh 10 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana. Gambaran umum perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. PT Agung Podomoro Land Tbk.

PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik dan pengelola real estate terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real estate. APLN adalah entitas bisnis unggulan Agung Podomoro Group (APG) dan merupakan salah satu pengembang real estate terbesar di Indonesia. APLN didirikan pada tanggal 30 Juli 2004 dengan nama PT Tiara Metropolitan Jaya. Pada 11 November 2010 APLN melakukan penawaran umum perdana dan 14.350.000.000 saham APLN milik pendiri perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Jumlah Saham yang ditawarkan pada saat perdagangan umum perdana adalah 6.150.000.000 (enam miliar seratus lima puluh juta). Nilai nominal sahamnya adalah Rp100 (seratus rupiah) dengan harga penawaran sebesar Rp365 (tiga ratus enam puluh lima rupiah) sehingga nilai emisinya adalah Rp2.244.750.000.000 (dua triliun dua ratus empat puluh empat miliar tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

(48)

beredar yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada 31 Desember 2011 adalah sebanyak 20.500.000.000 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang ditawarkan dalam rangka penawaran umum perdana ini seluruhnya adalah saham baru yang dikeluarkan dari portepel.

2. PT Bumi Citra Permai Tbk.

Perjalanan PT Bumi Citra Permai Tbk. (BCIP) dimulai sejak didirikan dengan akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Bumi Citra Permai Tbk No. 2 Tanggal 3 Mei 2000. Perusahaan bergerak dalam pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan luas area yang dimiliki seluas ± 310 Ha, bernama Millennium Industrial Estate yang terletak di Kabupaten Tangerang. Millennium Industrial Estate terletak di Km 36 dari pusat Jakarta tepatnya di Cikupa Tigaraksa, Tangerang, Banten yang dapat diakses melalui jalan tol Jakarta–Merak, dan dapat dengan mudah dicapai dari Bandara Internasional dan Pelabuhan Laut.

Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 11 Desember 2009, dengan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia. Adapun jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 500.000.000 lembar saham dengan harga penawaran Rp 110 per lembar saham. 3. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.

(49)

Industrial Development (“MMID”), mengembangkan dan merintis kawasan industri di daerah Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, yang dikenal dengan Kota Industri MM2100 (“MM2100”). Perseroan menjual kepemilikan saham MMID kepada PT Jatiwangi Utama pada tahun 2011, setelah seluruh pembangunan MM2100 oleh MMID selesai. Sejak didirikan, Perseroan fokus pada bidang properti yang kegiatan utamanya adalah pengembangan, pembangunan, dan pengelolaan kawasan industri termasuk pembangunan serta pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana pendukung di kawasan industri.

Perseroan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai Perusahaan Terbuka pada tanggal 10 April 2012 dengan kode saham (ticker code) 'BEST', seiring dengan Surat Pernyataan Efektif tanggal 29 Maret 2012 dan Sertipikat Pencatatan tanggal 10 April 2012. Saham yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari portepel Perseroan, serta akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari Perseroan.

4. PT Megapolitan Developments Tbk.

(50)

Para pendiri meyakini bahwa pemilihan nama harus mencerminkan mimpi yang akan dicapai di masa mendatang. Nama “Megapolitan” lahir sebagai wujud dari besarnya mimpi para pendiri untuk membangun kota yang lebih dari sebuah kota metropolitan Jakarta dan pada tahun 1979 Perseroan meningkatkan usahanya menjadi pengembang properti. Perjalanan panjang Perseroan yang disertai pencapaian yang sukses dalam mengembangkan proyek – proyek inilah yang akhirnya memicu manajemen untuk meningkatkan kinerja dan strategi usaha, sehingga pada 12 Januari 2011 Perseroan tercatat dan diperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Saham Perdana (IPO). Dengan profi l keuangan yang sehat, portofolio bisnis yang beragam, dan cadangan lahan strategis yang luas, Megapolitan akan terus bertumbuh seiring dengan pengembangan proyeknya di tahun-tahun mendatang. Penawaran Umum Saham Perdana pada tanggal 12 Januari 2011 dengan saham terakumulasi 3.350.000.000 dan nominal saham terakumulasi adalah 335.000.000.000.

5. PT Gading Development Tbk.

(51)

mencatatkan juga sejumlah 6,005 miliar lembar saham atau 60,02% (enam puluh koma nol dua persen). Saham tersebut adalah milik PT Gading Investment sebanyak 3,603 milyar lembar saham dan saham milik PT Multi Daya Industri sebanyak 2,402 milyar lembar saham

Pada tanggal 29 Juni 2012 Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dengan Surat Keputusan No.S-8146/BL/2012 untuk melakukan penawaran umum saham kepada masyarakat sebanyak 4 milyar lembar saham dengan nilai nominal Rp.100 (seratus rupiah) per lembar saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp.105 (seratus lima rupiah) dan disertai 2 milyar waran seri I (satu) yang diberikan secara cuma-cuma, dimana setiap pemegang dua saham biasa berhak memperoleh satu waran seri I (satu) yang dapat dikonversi menjadi saham baru mulai tanggal 13 Januari 2013 sampai dengan 16 Juli 2015 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp.105 (seratus lima rupiah) per lembar saham.

6. PT Greenwood Sejahtera Tbk.

(52)

Saham yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari portepel Perseroan, serta akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS, hak atas pembagian saham bonus dan hak memesan Efek terlebih dahulu. Saham-saham perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 23 Desember 2011. Dengan visi Perseroan menjadi pemimpin dalam industri pengembangan properti melalui inovasi dan perbaikan secara terus menerus, dengan menghadirkan proyek-proyek baru dan menuntut manajemen untuk senantiasa melakukan berbagai terobosan untuk menciptakan sejumlah produk yang berkualitas tinggi sehingga memberikan nilai yang optimal bagi para investor.

7. PT Metropolitan Land Tbk.

(53)

PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) telah melaksanakan Penawaran Umum Saham pada tanggal 9 Juni 2011 dengan jumlah hasil penawaran umum mencapai Rp454.759.920.000. Kegiatan tersebut mencatat biaya pelaksanaan Penawaran Umum mencapai Rp27.406.926.342 sehingga hasil bersih dana perolehan Penawaran Umum Saham yang diperoleh Perusahaan adalah sebesar Rp427.352.993.658.

8. PT Nirvana Development Tbk.

Perseroan didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dengan nama “PT Adipura Artha Pratama”, yang berkedudukan di Jakarta berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Nomor 43 tanggal 18 Desember 2003. Perseroan bergerak dalam bidang pembangunan, jasa, perdagangan, industri, investasi. Untuk kegiatan perdagangan Perseroan melakukan perdagangan berupa komoditi bahan baku material berupa batu kapur untuk pengeras jalan (aspal), dimana batu kapur ini berfungsi sebagai penyerap air. Perseroan dalam melakukan perdagangannya selama ini dilakukan secara cash delivery dimana Perseroan mengambil bahan baku batu kapur dari pemasok dan langsung mengirimkannya ke konsumen. Perseroan tidak mempunyai ketergantungan kepada pelanggan dan pemasok tertentu. Perusahaan berdomisili di Jakarta Selatan dan Entitas Anak berkedudukan di Jakarta, Cirebon, Sukoharjo, Pangkalan Bun dan Sampit. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 2009.

(54)

2012, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah saham sebanyak 6.000.000.000 saham, yang merupakan saham baru dari portepel yang ditawarkan ke pada masyarakat dengan nilai nominal Rp100,- per saham. Harga penawaran sebesar Rp 105 per saham dan Pada tanggal 13 September 2012, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

9. PT PP (Persero) Tbk.

PT PP (Persero) Tbk telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai Perusahaan Terbuka pada tanggal 9 Februari 2010, dengan kode saham (ticker code) PTPP, seiring dengan Surat Pernyataan Efektif No. S.858/BL/2010 dari Ketua Bapepam-LK tanggal 29 Januari 2010. Persetujuan tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara Melalui Penerbitan Saham baru PT PP (Persero) Tbk dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2009, tanggal 28 Desember 2009. Tahun 2010 menjadi momentum baru bagi pertumbuhan dan prestasi Perseroan yang ditandai dengan pelaksanaan IPO dan pencapaian kinerja usaha yang memuaskan.

(55)

pertumbuhan berkelanjutan sekaligus memperkuat posisinya sebagai Market Leader.

10. PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Perusahaan didirikan pertama kali sebagai perusahaan asing dengan nama “Volker Aanemin Maatschappij NV” yang kemudian dinasionalisasi menjadi Perusahaan Negara (PN) Waskita Karja berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 62 tahun 1961 pada tanggal 29 Maret 1961, serta diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 83 tahun 1961 dan Tambahan Lembaran Negara No. 2217, yang berlaku surut hingga tanggal 1 Januari 1961. Pada saat itu, Perusahaan berkedudukan di Jakarta. Setelah dinasionalisasi, Perusahaan kemudian berubah menjadi Perusahaan Terbatas dengan nama PT Waskita Karya berdasarkan Akta Pendirian No. 80 tanggal 15 Maret 1973.

Untuk memenuhi rencana strategis perusahaan yang tertuang dalam Rencana Kerja Jangka Panjang, yaitu melakukan pengembangan bisnis, maka perusahaan memandang perlu untuk merevisi capital structure dengan menerbitkan obligasi II, serta IPO di tahun 2012. Sebagai salah satu diantara BUMN Konstruksi terbesar di Indonesia, PT Waskita Karya memutuskan untuk mengambil langkah menawarkan sahamnya kepada publik melalui bursa.

(56)

saham dijual dengan harga Rp380,- per lembar saham. Harga tersebut mengalami kenaikan sebesar 18,42% atau menjadi Rp450,- per lembar saham pada hari penutupan tanggal 28 Desember 2012.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai data penelitian. Statistik deskriptif data sampel keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Abnormal Return 120 -.5892 3.8491 .737165 1.0569677 Initial Return 120 -.1800 .6952 .257970 .3384206 Money Raised 120 55000000000 2244750000000 688266646000.00 588631627590.977 Market Return 120 -.0896 .4877 .110513 .1233506 Size of Firm 120 124143000 4125551000000 1012655870902.60 1350026853985.859

Age of firm 120 16 677 273.22 214.260

Valid N (listwise) 120

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 ( Data Diolah)

(57)

nilai terendah abnormal return saham sebesar -58,92% pada perusahaan PT PP (Persero) Tbk. Dan rata-rata abnormal return saham yang menunjukkan kinerja jangka panjang IPO setelah 12 bulan mengalami overperformed sebesar 73,71%.

Rata-rata Initial Return pada penelitian ini memiliki nilai sebesar 0.257970 dengan nilai maksimum sebesar 0.6952, nilai minimum sebesar -0.1800, dan standar deviasi nilai initial return sebesar 0.3384206. Hal ini menunjukkan selisih antara harga penutupan waktu hari pertama dipasar sekunder dengan harga penawaran perdana setelah itu dibagi dengan harga penawaran perdana pada perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008 sampai 2012 selama 12 bulan setelah IPO memiliki initial return tertinggi sebesar 69,52% pada perusahaan PT Gading Development Tbk., sedangkan nilai initial return terendah sebesar -18,00% pada perusahaan PT Greenwood Sejahtera Tbk., dan rata-rata initial return dari seluruh sampel memiliki nilai sebesar 25.79%.

Rata-rata money raised pada penelitian ini memiliki nilai sebesar Rp 688.266.646.000. dengan nilai maksimum sebesar Rp 2.244.750.000.000 pada perusahaan PT Agung Podomoro Land Tbk., nilai minimum sebesar Rp 55.000.000.000 pada perusahaan PT Bumi Citra Permai Tbk., dan standar deviasi nilai money raised sebesar Rp 588.631.627.590.977. Money raised ini menunjukkan perkalian antara harga penawaran umum dengan jumlah saham yang diterbitkan pada perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008 sampai 2012.

(58)

standar deviasi nilai market return sebesar 0.1233. Hal ini menunjukkan pembagian antara nilai indeks pasar pada selama 12 bulan setelah IPO dibagi dengan nilai indeks pada saat penawaran pada perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008 sampai 2012 memiliki market return tertinggi sebesar 48,77% diatas nilai indeks pasar saat penawaran pada perusahaan PT PP (Persero) Tbk., sedangkan nilai market return terendah sebesar -8,96% dibawah nilai indeks pasar saat penawaran terdapat pada perusahaan Agung Podomoro Land Tbk., dan rata-rata market return dari seluruh sampel memiliki nilai sebesar 11.05%.

Rata-rata Size of Firm (Ukuran Perusahaan) pada penelitian ini memiliki nilai sebesar Rp 1.012.655.870.903 dengan nilai maksimum sebesar Rp 4.125.551.000.000, nilai minimum sebesar Rp 124.143.000, dan standar deviasi nilai Size of Firm sebesar Rp 1.350.026.853.985.859. Hal ini menunjukkan nilai Total Aset yang menggambarkan ukuran perusahaan pada perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008 sampai memiliki size tertinggi sebesar Rp 4.125.551.000.000 pada perusahaan PT PP (Persero) Tbk., sedangkan nilai size terendah sebesar Rp 124.143.000 pada perusahaan PT Bumi Citra Permai Tbk., dan rata-rata size of firm dari seluruh sampel memiliki nilai sebesar Rp 1.012.655.870.903

(59)

standar deviasi nilai Age of Firm sebesar 214.260. Age of Firm ini menunjukkan umur perusahaan yang melakukan IPO selama 12 bulan setelah IPO pada perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008 sampai 2012.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi memenuhi kriteria BLUE (best linear unbiased estimator). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kolmogorov-Smirnov Z 1.289

Asymp. Sig. (2-tailed) .072

(60)

Adapun hasil analisis menggunakan statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) pada uji non parametrik (non parametric test) sebagai berikut:

Berdasarkan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.2 menunjukkan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,289 dan nilai signifikasi sebesar 0,072 lebih besar dari 0,05 yang artinya data residual terdistribusi normal. Selain menggunakan analisis statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) uji normalitas dilakukan dengan analisis grafik seperti berikut ini.

b. Calculated from data.

(61)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas (Histogram)

Grafik histogram pada Gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi normal sebab

memperlihatkan grafik mengikuti sebaran kurva normal (ditunjukkan dengan kurva

(62)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas (P-P Plot)

Grafik normal probability plot pada Gambar 4.2. diatas menunjukkan pola distribusi normal dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti H0 diterima yang mengindikasikan data

(63)

2. Uji Multikolinierisitas

Pengujian multikolinierisitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat colliniearity statistic dan nilai koefisien korelasi diantara variabel bebas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinierisitas terjadi apabila (1) nilai tolerance (Tolerance < 0,10 dan (2) Variance inflation faktor (VIF>10). Hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.3. di bawah ini:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinierisitas

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 ( Data Diolah)

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai VIF tertinggi yaitu sebesar 1,763. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala multikolonieritas antar variabel independen ataupun tidak ditemukan korelasi antar variabel independen yang cukup besar sehingga dapat dikatakan bebas dari masalah multikolonieritas.

(64)

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Grafik scatterplot dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar 4.3.

Hasil Uji Heteroskedastisitas (grafik scatterplot)

(65)

4. Uji Autokorelasi

Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin -Watson (DW). Menurut Ghozali (2013:110) untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin -Watson (DW).

Tabel 4.4

a. Predictors: (Constant), Age of firm, Money Raised, Size of Firm, Market Return, Initial Return

b. Dependent Variable: Abnormal Return Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 0,712 dimana dari tabel DW k=5 sesuai banyaknya variabel bebas, n=120 pada tingkat

signifikasi α=5% maka nilai dl=1.6164, dan du=1.7896. Dikarenakan nilai

d=0,712 berada dibawah dl (d<dl) maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif.

4.2.3 Evaluasi Model Statistik

(66)

kedalam bentuk logaritma natural (ln). Sehingga dapat diperoleh model regresi sebagai berikut:

LnY= a + b1LnX1+ b2LnX2 + b3LnX3+ b4LnX4+ b5LnX5 +�

Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dapat dilakukan regresi kembali dan menghasilkan output spss sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi Model Logaritma Natural (Ln) Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .910a .828 .810 .44655 1.877

a. Predictors: (Constant), LnAge, LnMarReturn, LnMonraised, LnSize, LnIR b. Dependent Variable: LnAbreturn

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Tabel 4.5 menunjukkan nilai Durbin Watson (dw) menjadi 1.877 atau berada diatas du (dw>du). Nilai dw tersebut terletak diantara du < dw < 4-du (1.7896 < 1.877 < 2.2104) yang artinya memenuhi kriteria dan tidak lagi terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

(67)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) Gambar 4.4

Hasil Uji Normalitas dengan Model Logaritma Natural (Histogram)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar 4.5

(68)

Kedua gambar hasil uji normalitas baik histogram maupun normal p-p plot menunjukkan bahwa data dapat dikatakan terdistribusi normal ataupun mendekati normal, dimana bentuk kurva pada histogram masih berbentuk lonceng dan pada grafik normal probability plots, titik-titik menyebar disekitar garis diagonal ataupun mengikuti garis diagonal. Sehingga dapat dikatakan bahwa residual terdistribusi normal.

Hal tersebut dibuktikan pula oleh Uji Kolmogorov-Smirnov yang tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dengan Model Logaritma Natural (Ln)

Kolmogorov-Smirnov Z 1.231

Asymp. Sig. (2-tailed) .096

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.3 Nama-nama perusahaan sampel
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Aktifitas, Rasio Pasar, Firm Size, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Makanan

Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji T) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Initial Return Setelah Initial Public Offering (IPO) Perusahaan Yang Terdaftar

Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis Secara Bersama (Uji F) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Initial Return Setelah Initial Public Offering (IPO) Perusahaan Yang Terdaftar

yang menyatakan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Han9da (2010) menyatakan bahwa ukuran aset perusahaan dapat mengurangi asimetri

Price Earning Ratio (PER), Struktur Aktiva ( Fixed Asset Ratio ), dan Ukuran Perusahaan ( Firm Size ) terhadap Keputusan Pendanaan, maka penulis menyusun kerangka konseptual

Hasil ini mendukung temuan Suroso (2005) yang mengungkapkan bahwa kinerja jangka panjang IPO underperformed sebesar 18,95% pada tahun pertama ketika disesuaikan dengan return

Sedangkan Widiyanti dan Kusuma (2013) menyatakan EPS dan LEV memiliki pengaruh negatif pada initial return. Penelitian ini perlu dilakukan karena fenomena underpricing di

Dapat disimpulkan bahwa variabel Ukuran perusahaan (SIZE) dan Reputasi Auditor (RUA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap initial return 1 (satu) bulan