JAWA BARAT
RAHMI FITRIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Produktivitas Armada Penangkapan
Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuharatu Jawa Barat adalah karya saya sendiri
dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
RAHMI FITRIA, C44080002. Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuharatu Jawa Barat. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHJU dan NIMMI ZULBAINARNI.
Pancing merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu, Sukabumi. Pengoperasian pancing dilakukan di daerah sekitar pemasangan rumpon. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi produktivitas pancing terhadap hasil tangkapan ikan pada musim paceklik sampai musim puncak, mengetahui lokasi penangkapan ikan menggunakan kapal PSP 01 pada musim penangkapan tertentu, dan menentukan jumlah hasil tangkapan kapal PSP 01 setiap posisi penangkapan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapang dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Sedangkan analisis yang digunakan yaitu analisis hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) dan analisis pendugaan daerah penangkapan ikan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa musim paceklik pada bulan Desember-Februari, musim sedang I pada Maret-Mei, musim sedang II bulan Oktober-November, dan musim puncak pada Juni-September. Rata-rata produktivitas per unit alat tangkap pancing dari musim paceklik meningkat sampai pada musim puncak. Selama tahun 2007 sampai 2011, rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik adalah sebesar 419,88 kg/trip, musim sedang I 582,07 kg/trip, musim sedang II 734,47 kg/trip, dan pada musim puncak meningkat sebesar 818,90 kg/trip. Daerah penangkapan dominan pada tahun ke tahun menggunakan kapal PSP 01 adalah wilayah selatan (07035’188 – 07059’874 LS dan 106018’096 – 106025’112 BT).
ABSTRACT
RAHMI FITRIA, C44080002. Productivity Of Fishing Line Operated Adjacent Rumpon (FADs), at Palabuhanratu, West Java. Supervised by RONNY IRAWAN WAHJU and NIMMI ZULBAINARNI
Fishing line with rumpon is the most widely used by fishermen in Palabuhanratu
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN PANCING DI
SEKITAR RUMPON, PALABUHARATU
JAWA BARAT
RAHMI FITRIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuhanratu Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Rahmi Fitria
NRP : C44080002
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil Dr. Nimmi Zulbainarni, S.Pi M.Si NIP 19610906 198703 1 002 NIP 19740625 199903 2 002
Diketahui
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc NIP 19621223 198703 1 001
iii
PRAKATA
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuhanratu
Jawa Barat.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1) Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil dan Dr. Nimmi Zulbainarni S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
masukan, kritikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi;
2) Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si sebagai penguji tamu yang telah memberikan
masukan dan kritikan yang membangun dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si
selaku Ketua Komisi Pendidikan yang telah membantu penulis dalam
mengoreksi kesalahan penulisan serta masukan yang membangun;
3) Pak Karma, di Pos Pelayanan Terpadu PPN Palabuhanratu serta Pak Eka
selaku kepala TU PPN Palabuhanratu yang telah banyak berkontribusi dalam
berbagi data dan ide dengan penulis. Kang Syarif, Kang Arik selaku teknisi
di Stasiun Lapang Kelautan IPB, Palabuhanratu yang telah membantu dalam
kelancaran pengambilan data;
4) Kedua orang tua (Syahrial B. dan Salmialis), kakakku (Yon Syafdil S.Kom),
adikku (Etriyaldi) atas kasih sayang, perhatian, motivasi agar selalu semangat
mengerjakan tulisan ini;
5) Teman-teman (Kus, Ida, Uwox, Udin, Ocid, Izza, Zabao, Behom, Cuk, Artol,
Ryan, Ristiani) serta teman-teman PSP 43, 44, 46, dan 47, khususnya PSP 45
atas kebersamaan yang indah selama ini;
6) Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Juli 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batusangkar pada tanggal 19 April 1990.
Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Syahrial B.
dan Ibu Salmialis. Penulis lulus dari SMA di SMAN 2
Padang Panjang pada tahun 2008. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) yang terdaftar sebagai
mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan
Tangkap.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam bidang organisasi.
Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Kewirausahaan dalam
Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) tahun
2009-2011. Penulis menjadi asisten di beberapa mata kuliah diantaranya
Teknologi Alat Penangkapan Ikan (Periode 2011-2012), Eksplorasi Penangkapan
Ikan (Periode 2011), dan Navigasi Kapal Perikanan tahun (Periode 2012). Penulis
juga mendapatkan beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) tahun
2010-2012.
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Produktivitas Armada
Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon di Palabuharatu Jawa Barat” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan
DAFTAR ISI
3.4.1 Analisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) ... 14
3.4.2 Analisis pendugaan daerah penangkapan ikan ... 15
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah PPN Palabuhanratu ... 16
4.1.1 Letak geografis ... 16
4.1.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu ... 16
4.2 Fasilitas PPN Palabuhanratu ... 22
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ... 25
5.1.1 Keragaan unit penangkapan ikan ... 25
5.1.2 Rumpon ... 30
5.1.3 Komposisi hasil tangkapan ... 32
5.1.4 Analisis tingkat produktivitas pancing rumpon setiap musim ... 33
5.1.5 Daerah penangkapan ikan pancing rumpon ... 42
5.2 Pembahasan ... 50
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54
6.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN ... 58
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah nelayan di Palabuhanratu tahun 2006-2011 ... 17
2 Jumlah alat tangkap (unit) di Palabuhanratu tahun 2006-2011 ... 17
3 Jumlah kapal penangkapan ikan di Palabuhanratu periode 2006-2011 ... 18
4 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu ... 20
5 Produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di Palabuhanratu tahun 2011 ... 21
6 Distribusi ikan segar, pindang, dan ikan asin dari PPN Palabuhanratu tahun 2006-2011 ... 22
7 Spesifikasi kapal pancing di sekitar rumpon ... 29
8 Jumlah hasil tangkapan unit pancing di sekitar rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011... 32
9 Komposisi hasil tangkapan unit pancing rumpon pada musim paceklik sampai dengan musim puncak tahun 2007-2011 ... 33
10 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2007 ... 36
11 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2008 ... 37
12 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2009 ... 37
13 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2010 ... 38
14 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2011 ... 38
15 Hasil tangkapan pancing menggunakan kapal PSP 01 tahun 2009 ... 43
16 Hasil tangkapan pancing menggunakan kapal PSP 01 tahun 2010 ... 45
17 Nilai CPUE pancing pada kapal PSP 01 ... 49
DAFTAR GAMBAR
6 Jumlah kapal yang beroperasi di Palabuhanratu ... 19
7 Pancing di Palabuhanratu ... 28
8 Kapal pancing di sekitar rumpon ... 29
9 Rumpon yang digunakan di Palabuhanratu ... 31
10 Komposisi hasil tangkapan pancing di PPN Palabuhanratu tahun 2011 ... 32
11 Produksi hasil tangkapan pancing periode 2007-2011 ... 34
12 Rata-rata produksi hasil tangkapan pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak pada tahun 2007-2011 ... 34
13 Upaya penangkapan unit pancing periode 2007-2011 ... 35
14 Rata-rata upaya penangkapan unit pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak pada tahun 2007-2011 ... 36
15 CPUE per musim penangkapan pada tahun 2007-2011 ... 39
16 Rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik tahun 2007-2011 ... 40
17 Rata-rata nilai CPUE pada musim sedang I tahun 2007-2011 ... 40
18 Rata-rata nilai CPUE pada musim sedang II tahun 2007-2011 ... 41
19 Rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik tahun 2007-2011 ... 41
v
27 Hasil tangkapan pada fishing ground IV tahun 2010 ... 48 28 CPUE dan lokasi penangkapan ikan kapal PSP 01 tahun
2009-2010 ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Peta lokasi penelitian ... 59
2 Hasil tangkapan, produksi, dan upaya penangkapan
pancing di Palabuhnaratu tahun 2007-2011 ... 60
3 Data lokasi trip penangkapan ikan menggunakan kapal PSP 01
tahun 2009-2011 ... 67
4 Dokumentasi ... 71
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan teluk Palabuhanratu merupakan salah satu perairan yang sangat
berpotensi dalam bidang perikanan, khususnya di bidang perikanan tangkap.
Operasi penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Palabuhanratu sangat berkontribusi dalam peningkatan pembangunan disektor
perikanan serta tingkat ekonomi masyarakat sekitar. Alat tangkap yang digunakan
dalam operasi penangkapan ikan di Palabuhanratu adalah bagan, pancing ulur,
pancing tonda, pancing layur, jaring insang, tuna longline, payang, dan lain-lain.
Akan tetapi pada umumnya nelayan lebih cenderung menggunakan pancing
dengan menggunakan alat bantu rumpon, karena dianggap lebih menguntungkan
dibandingkan dengan alat tangkap yang lain. Pada tahun 2010 tercatat sekitar 491
unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, 177 unit diantaranya
adalah pancing. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah alat tangkap 416 unit dengan
jumlah pancing 159 unit (PPN Palabuhanratu 2011). Selain itu pancing ini juga
efektif digunakan karena beroperasi disekitar rumpon sehingga tidak memerlukan
pencarian lokasi penangkapan dan dapat menghemat biaya operasi penangkapan.
Umumnya di Palabuhanratu pengoperasian pancing yang menggunakan
rumpon adalah pancing ulur (handline) dan pancing tonda (trolline). Nilai produktivitas atau CPUE dari pancing ini penting untuk diketahui karena
berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu alat tangkap dapat memberikan
hasil terhadap output atau hasil tangkapan serta seberapa efektif alat tangkap tersebut untuk memperoleh hasil tangkapan. Sehingga dengan mengetahui nilai
produktivitas pancing, kita dapat mengetahui apakah pancing layak dan dapat
memberi keuntungan untuk digunakan dalam operasi penangkapan atau tidak.
Nilai CPUE dijadikan parameter dalam menentukan produktivitas suatu alat
penangkapan ikan, dimana semakin tinggi nilai CPUE, maka semakin tinggi pula
produktivitas unit penangkapan (Damarjati 2001).
Hasil tangkapan pancing adalah berbagai jenis ikan tuna, cakalang
(Katsuwonus pelamis), setuhuk loreng (Tetrapturus audax), dan lain-lain. Ikan
cakalang merupakan komoditi perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk
konsumsi dalam negeri maupun sebagai komoditi ekspor. Agar proses
penangkapan ikan berjalan efektif dengan mengetahui nilai produktivitas alat
tangkapnya, maka penelitian ini perlu untuk dilakukan mengingat banyak hasil
tangkapan bersifat ekonomis penting.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengestimasi produktivitas pancing terhadap hasil tangkapan ikan;
2) Untuk menentukan lokasi penangkapan ikan menggunakan pancing di setiap
musim penangkapan pada kapal PSP 01;
3) Menentukan jumlah hasil tangkapan pancing pada kapal PSP 01 setiap
posisi dan musim penangkapan.
1.3 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi serta gambaran
mengenai produktivitas alat tangkap pancing dan lokasi penangkapan ikan pada
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang
diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya
produktivitas sama dengan perbandingan hasil keluaran dengan masukan yang
biasa juga disebut dengan perbandingan output dengan input. Ukuran produktivitas yang paling sering digunakan adalah berkaitan dengan tenaga kerja
dengan cara membagi pengeluaran dengan jumlah yang digunakan (Sinungan
2008). Produktivitas yang akan ditekankan dalam tulisan ini adalah produktivitas
alat tangkap pancing yang beroperasi di Palabuhanratu. Pancing diartikan sebagai
unit penangkapan yang digunakan selama proses penangkapan ikan di laut.
Selanjutnya perbandingan produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas alat
tangkap pancing yang beroperasi di suatu lokasi penangkapan ikan dengan lokasi
penangkapan yang lainnya.
Produktivitas alat tangkap dalam menangkap target spesies dapat
diterangkan dengan menggunakan CPUE. Perhitungan CPUE (Catch per Unit
Effort) dilakukan dengan rumus : h/e dimana h adalah jumlah hasil tangkapan (kg)
dan e adalah effort atau upaya penangkapan ikan. Upaya penangkapan ikan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti jumlah hari melaut, unit
penangkapan ikan, dan lain-lain. Perhitungan CPUE akan memudahkan kita
dalam membandingkan produktivitas suatu alat tangkap, karena produktivitas
suatu alat tangkap dapat dicerminkan dari nilai CPUE. Secara garis besar
produktivitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi daerah
penangkapan (fishing ground), ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan, musim, dan sumberdaya manusia (Manurung 2006).
2.2 Musim
Secara umum, kondisi oseanografi perairan di Indonesia dipengaruhi oleh
dua musim, yaitu musim barat dan musim timur sebagai akibat adanya pergantian
sistem tekanan udara di daratan Asia dan Australia. Kondisi oseanografi perairan
akan mempengaruhi produktivitas perairan yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap perilaku pengelompokan ikan (Syamsuri 2001).
Musim barat di Palabuhanratu terjadi pada bulan Oktober sampai dengan
bulan April, kondisi ini ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi dan
ombak yang besar. Sedangkan musim timur terjadi pada bulan bulan Mei sampai
bulan September. Pada musim timur keadaan perairan di Palabuhanratu biasanya
tenang, jarang terjadi hujan, dan ombak yang terjadi kecil, sehingga nelayan
menjadikan musim ini sebagai musim puncak untuk menangkap ikan.
Menurut Balai Riset Perikanan Laut (2004), pola musim penangkapan ikan
dibagi menjadi 3 berdasarkan jumlah hasil tangkapan dan berbagai pengaruh
kondisi alam, musim penangkapan ikan:
1) Musim paceklik, berlangsung pada saat musim barat, antara bulan
November hingga Februari. Pada bulan-bulan ini terdapat kondisi cuaca di
perairan bebas kurang menguntungkan bagi operasi penangkapan ikan
sehingga jarang nelayan pergi melaut;
2) Musim sedang, berlangsung pada bulan Maret hingga Juni;
3) Musim puncak, berlangsung selama bulan Juni hingga Oktober.
Sedangkan menurut Tampubolon (1990), musim penangkapan ikan di
Palabuhanratu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Musim banyak ikan (puncak) (Juni-September);
2) Musim sedang ikan (sedang) (Maret-Mei dan Oktober-November);
3) Musim kurang ikan (paceklik) (Desember-Februari).
2.3 Unit Penangkapan Ikan 2.3.1 Kapal
Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, membudidayakan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan perikanan, dan eksplorasi perikanan (Fyson 1985). Kapal pancing
rumpon merupakan salah satu kapal perikanan yang digunakan untuk kegiatan
penangkapan ikan. Konstruksi kapal pancing rumpon terbuat dari bahan kayu
5
dengan dimensi 6 x 0,6 x 0,7 m. Kekuatan mesin yang digunakan adalah 5,5 HP
berbahan bakar bensin (Nugroho 2002).
2.3.2 Nelayan
Jumlah nelayan yang bekerja pada pengoperasian pancing di sekitar rumpon
sebanyak 4-6 orang. Masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda yang
terdiri dari 1 orang juru mudi atau nahkoda, 1 orang juru mesin, dan 2-4 orang
anak buah kapal yang masing-masing mengoperasikan satu atau lebih pancing
(Sainsbury 1984). senar (plastik), benang katun, dan lain-lain. Sedangkan mata pancing dari kawat
baja, kuningan, dan bahan-bahan yang tahan dari karat. Ukuran mata pancing
yang digunakan berbeda-beda untuk setiap pancing, tergantung kepada ukuran
ikan yang tertangkap (Subani dan Barus 1989). Menurut Von Brandt (1968),
pancing ulur termasuk ke dalam klasifikasi fishing with line yang dilengkapi dengan mata pancing. Konstruksi pancing ulur pada setiap daerah umumnya
sama, hanya saja terdapat perbedaan pada ukuran tali, mata pancing, dan pemberat
yang digunakan.
Setiap pancing, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan umpan atau
tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Pancing ulur
dioperasikan menggunakan umpan. Jenis umpan yang digunakan pada
pengoperasian pancing ulur adalah ikan kembung (Rastreliger sp), layang
(Decapterus sp), dan cumi-cumi (Loligo sp) (Farid 1989 dalam Saputra 2002).
Umpan yang digunakan harus disesuaikan dengan kesukaan ikan yang menjadi
sasaran penangkapan dan kemampuan ikan mendeteksi umpan tersebut (Gunarso
Sumber: Rahmat E. 2007
Gambar 1 Pancing ulur
Pancing ulur terdiri dari 2 jenis, yaitu pancing ulur yang digunakan pada
perairan dalam hingga mencapai kedalaman tertentu, dan pancing ulur yang
dioperasikan di bagian permukaan air dengan cara menggerak-gerakkan umpan
buatan sehingga menarik perhatian ikan yang menjadi target penangkapan untuk
memangsa umpan tersebut. Pada umumnya nelayan menggunakan pancing
perairan dalam yang menggunakan ikan hidup (Rahmat 2007).
Operasi penangkapan menggunakan pancing ulur dimulai dengan
menentukan terlebih dahulu lokasi penangkapan ikan (fishing ground). Pada umumnya di daerah sekitar rumpon karena jenis-jenis ikan baik yang berukuran
kecil maupun besar berkumpul di sekitar rumpon (Departemen Pertanian 1993
dalam Rahmat E 2007). Rahmat (2007) manyatakan, dengan adanya rumpon ini
maka dapat memudahkan nelayan untuk mencari gerombolan ikan, sehingga
operasi penangkapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan menghemat
7
dipasang umpan dilepas dan diturunkan ke dalam perairan, tali diulur sampai pada
kedalaman tertentu. Mata pancing dibiarkan bergerak mengikuti gerakan umpan
hidup. Apabila ikan target memakan umpan, tali ditarik dengan teknik penarikan
sedemikian rupa. Ikan hasil tangkapan dimasukkan ke dalam palka.
Hasil tangkapan pancing ulur terdiri dari ikan pelagis dan ikan demersal.
Umumnya ikan pelagis kecil seperti ikan layur (Trichiurus sp), dan ikan tongkol. Selain itu ikan tuna mata besar (Thunnus obesus), madidihang (Thunnus
albacores), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan layaran (Istiophorus
platypterus).
2) Pancing tonda (troll line)
Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda adalah pancing yang
terdiri dari tali panjang, mata pancing, dan pemberat. Cara penangkapan ikan
dengan menarik (menonda) pancing tersebut baik dengan perahu layar maupun
perahu motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air. Sedangkan
Von Brandt (1984) mengatakan, pancing tonda adalah sejenis alat tangkap yang
dioperasikan dengan cara ditarik dengan kapal atau perahu. Alat tangkap ini
biasanya menggunakan umpan buatan dari plastik atau bulu ayam. Tujuan
penangkapan adalah menangkap ikan-ikan pelagis seperti tongkol, tenggiri, dan
lain-lain. Pada saat pengoperasiannya pancing dioperasikan secara bersamaan.
Pancing tonda dioperasikan menggunakan umpan, umpan menjadi
perangsang untuk mendekati mata pancing, sehingga umpan yang digunakan
adalah umpan yang mengkilat dan kuat atau tahan terhadap tarikan kapal. Banyak
umpan hidup yang tidak memenuhi kriteria tersebut, sehingga banyak nelayan
menggunakan umpan buatan untuk menunjang pengoperasian alat tangkap
pancing tonda. Selain itu dasar pemikiran menggunakan umpan buatan adalah :
1) Harga relatif murah dan mudah diperoleh;
2) Dapat digunakan secara berulang-ulang;
3) Tahan lama;
4) Warna memikat;
5) Ukuran dapat disesuaikan berdasarkan bukaan mulut ikan yang menjadi
Sumber: Fisheries and Aquaculture Department Gambar 2 Pancing tonda
Pengoperasian pancing tonda diawali dengan tahapan persiapan. Tahapan
persiapan terdiri dari mempersiapkan perahu, pengecekan mesin, bahan bakar, alat
tangkap dan alat bantu penangkapan. Persiapan yang dilakukan di kapal meliputi
pengaturan tali, pancing dan gulungan agar mudah ketika melakukan setting alat. Setelah itu dilakukan pencarian gerombolan ikan yang biasanya ditandai dengan
adanya burung-burung, buih di perairan, dan warna perairan. Setelah lokasi
ditemukan, pengoperasian dimulai dengan pemasangan alat tangkap (setting) kemudian mengulur alat secara perlahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada
ujung kanan atau kiri kapal (Handriana 2007).
Setelah pemasangan pancing, pancing ditarik oleh kapal dengan kecepatan
2-4 knot. Pancing ditarik menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan
konstan, tujuannya agar umpan buatan yang digunakan bergerak-gerak seperti
9
dipercepat dengan tujuan ikan yang memakan umpan tersangkut pada mata
pancing dan tidak dapat terlepas kembali. Kemudian dilakukan penarikan pancing
oleh ABK dengan menggulung tali pancing, ikan diangkat ke perahu dan
melepaskan ikan dari mata pancing. Pancing diulur kembali ke perairan sampai
mendapatkan tangkapan kembali, begitu seterusnya (Handriama 2007).
Target utama dari penggunaan alat tangkap pancing tonda ini adalah
ikan-ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan-ikan tuna dan cakalang.
Sehingga kedalaman mata pancing disesuaikan dengan swimming layer ikan yang menjadi target tangkapan.
2.3.4 Rumpon sebagai alat bantu penangkapan
Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Rumpon
telah digunakan di Indonesia sejak lama sekali dan telah diketahui digunakan
lebih dari 30 tahun dibanyak daerah sekitar wilayah Sulawesi, khususnya
Sulawesi Utara (Monintja, 1993). Berdasarkan pemasangan dan pemanfaatan
rumpon dibagi atas 3 jenis : rumpon perairan dasar, rumpon perairan dangkal dan
rumpon perairan dalam. Metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam
hampir sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi daerah
pemasangan serta bahan yang digunakan. Rumpon laut dangkal menggunakan
bahan dari alam seperti bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada
rumpon laut dalam sebagian besar bahan yang digunakan bukan dari alam
melainkan berasal dari bahan buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas,
tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon di Indonesia merupakan FAD skala kecil dan sederhana yang
umumnya dibuat dari bahan tradisional. Rumpon tersebut ditempatkan pada
kedalaman perairan yang dangkal dengan jarak 5 – 10 mil (9 – 18 km) dari pantai
dan umumnya tidak lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari pangkalan terdekat
(Mathews et al. 1996). Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu
tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan. Prinsip lain penangkapan
dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan,
tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap
dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan
mengejar gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan.
Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan
dalam penggunaan rumpon yakni: memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya
eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil. Desain
rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara garis besar
terdiri atas empat komponen utama yaitu: pelampung (float), tali (rope), pemikat
(atractor) dan pemberat (sinker).
Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada jarak tertentu
disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah
menjadi dua. Panjang tali bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali
kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani 1986).
Persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah
sebagai berikut :
1) Pelampung: Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian
yang mengapung diatas air 1/3 bagian), konstruksi cukup kuat, tahan
terhadap gelombang dan air, mudah dikenali dari jarak jauh, dan bahan
pembuatnya mudah diperoleh;
2) Pemikat: Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, tahan lama,
mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah,
melindungi ikan-ikan kecil, tahan lama, dan murah;
3) Tali temali: Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk, harganya
relatif murah, mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan
terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus, tidak bersimpul (less knot); 4) Pemberat: Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh, massa jenisnya
11
Sumber: Anonim. 2011
Gambar 3 Rumpon
2.4 Sumber Daya Ikan 2.4.1 Tuna
1) Morfologi ikan tuna
Ikan tuna termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis. Ikan tuna memiliki
warna tubuh biru kehitaman pada bagian punggung. Berwarna putih pada bagian
perut dan memiliki kulit yang licin. Tuna termasuk ke dalam ikan perenang cepat
ujungnya tirus, terletak agak ke pangkal atas dan melengkung (FAO dalam Anugrahawati 2005).
2) Klasifikasi ikan tuna
Menurut Saanin (1986), klasifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sobordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Sumber: Balai Penelitian Perikanan Laut
Gambar 4 Madidihang (Thunnus albacores)
3) Jenis-jenis ikan tuna
Menurut FAO (1983) terdapat tujuh spesies ikan tuna, antara lain:
Madidihang (Thunnus albacores), Tuna Mata Besar (Thunnus obesus), Albakora
(Thunnus alalunga), Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus maccoyii), Tuna Sirip
Hitam (Thunnus atlanticus), Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol), dan Tuna Sirip Biru Utara (Thunnus thynnus).
2.4.2 Cakalang
1) Morfologi ikan cakalang
13
Punggung berwarna biru keungu-unguan, bagian bawah perut berwarna
keperak-perakan, di bagian bawah gurat sisi terdapat 4-6 buah garis-garis hitam tebal yang
membujur seperti pita. Tapis insang berjumlah 53-62 buah. Terdapat dua buah
sirip punggung yang terpisah, jarak antara kedua sirip punggung tidak melebihi
diameter matanya. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari jeras, dan pada
sirip punggung kedua terdapat 12-16 sirip lemah, diikuti dengan 7-9 jari-jari sirip
tambahan. Sirip dada pendek dan diikuti oleh 7-8 buah finlet (Collete 1983 dalam Jungjunan 2009).
2) Klasifikasi ikan cakalang
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan cakalang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Sobordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Subfamili : Scombrinae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus pelamis
Sumber: Freitas RP. 2002
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai
dengan Februari 2012. Lokasi pengambilan data adalah di Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Lampiran 1).
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Kamera digital;
2) Perangkat lunak berupa Microsoft Office 2007; 3) Kuesioner.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei ke lapangan. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara terhadap nelayan berupa kuesioner, dengan jumlah responden
sebanyak 11 orang nelayan dan menggunakan teknik pengambilan purposive
sampling. Responden yang diwawancara adalah nelayan pemilik kapal dan ABK
kapal. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu kantor PPN
Palabuhanratu, serta dari literatur terkait. Data primer dan sekunder yang telah
dikumpulkan akan diolah, sehingga akan diperoleh dan dianalisis produktivitas
serta hasil tangkapan, dan dapat pula ditentukan daerah penyebaran ikan serta
lokasi penangkapan ikan yang potensial.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE)
Keterangan : CPUEi = Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke-i (kg/trip)
15
Nilai CPUE dihitung berdasarkan musim penangkapan ikan, yaitu musim
paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak. Berdasarkan
hasil wawancara dengan nelayan musim paceklik dihitung pada bulan Desember
sampai dengan bulan Februari, musim sedang I pada bulan Maret sampai bulan
Mei, musim sedang II pada bulan Oktober sampai dengan November, dan musim
puncak pada bulan Juni sampai dengan bulan September. Jumlah hasil tangkapan
ikan yang dihitung adalah total dari empat jenis ikan yang terdiri dari tuna
madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), cakalang
(Katsuwonus pelamis), dan setuhuk loreng (Tetrapturus audax).
3.4.2 Analisis pendugaan daerah penangkapan ikan
Pendugaan daerah penangkapan ikan dilakukan dengan cara mengumpulkan
data logbook penangkapan pada salah satu kapal pancing. Data diperoleh dari kapal PSP 01 yang merupakan salah satu kapal yang mengoperasikan pancing
dengan alat bantu pengumpul ikan adalah rumpon. Data logbook yang dikumpulkan adalah data setiap trip penangkapan ikan yang mencakup posisi
penangkapan dalam setiap lintang dan bujur serta jumlah hasil tangkapan ikan.
Kemudian data hasil tangkapan (kg) dikonversi menjadi nilai CPUE. Posisi
penangkapan ikan dan nilai CPUE pada setiap musim diolah menggunakan
perangkat lunak Microsoft Office 2007 (Windows 7). Hasil olahan data posisi penangkapan ikan dan nilai CPUE tersebut adalah berupa peta. Posisi
penangkapan ikan yang akan diplotkan adalah data lokasi dan posisi penangkapan
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Daerah PPN Palabuhanratu 4.1.1 Letak geografis
Secara astronomis Palabuhanratu terletak pada 6057’ LS – 7004’ LS dan 106031’ BT – 106037’ BT. Adapun batas-batas wilayah Palabuhanratu yang memiliki luas wilayah 8.124,2 ha ini adalah:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Cikidang;
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciemas dan Simpenan;
3) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara;
4) Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Teluk Palabuhanratu memiliki panjang garis pantai sekitar 105 km yang
merupakan teluk terbesar di sepanjang pantai selatan pulau Jawa (Rezki 2011).
Perairan Palabuhanratu merupakan tempat bermuaranya dua sungai besar dan lima
sungai kecil. Sungai yang tergolong besar adalah sungai Cimandiri dan sungai
Citarik. Sungai yang tergolong kecil yang bermuara di perairan Palabuhanratu
adalah sungai Cimaja, Cipelabuhan, Citepus, Cikantak, dan Cibuntu.
4.1.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu 1) Nelayan
Nelayan merupakan bagian penting dari unit penangkapan ikan. Hal ini
karena nelayan merupakan pelaku aktif dalam melakukan operasi penangkapan
ikan. Setiap tahun, jumlah nelayan yang ada di Palabuhanratu terus mengalami
perubahan. Dari tahun 2006-2011 jumlah nelayan terbanyak terdapat pada tahun
2007 yaitu sebesar 5.994 orang. Sedangkan pada tahun 2008 tercatat 3.900 orang
nelayan yang merupakan jumlah terkecil dalam kurun waktu tersebut. Perubahan
17
Tabel 1 Jumlah nelayan di Palabuhanratu tahun 2006-2011
No Tahun Jumlah Nelayan (orang) Fluktuasi (%)
1 2006 4.371 -
Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu 2011
2) Alat tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Palabuhanratu adalah pancing,
payang, rampus, gillnet, bagan, rawai tuna, dan purse seine. Perkembangan jumlah unit alat tangkap dalam rentang waktu enam tahun terakhir dapat dilihat
dari tabel berikut ini.
Tabel 2 Jumlah alat tangkap (unit) di Palabuhanratu tahun 2006-2011
No Tahun Jenis Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi
PYG PCG JR RWI BGN TML PRS GLN TLN (Unit) (%)
Ket: PYG=Payang, PCG=Pancing, JR=Jaring Rampus, BGN=Bagan, TML=Trammel
Net, PRS=Purse Seine, GLN=Gill Net, TLN=Tuna Longline.
Jenis alat tangkap yang paling dominan dalam kurun waktu enam tahun
terakhir adalah pancing, bagan, payang, dan tuna longline. Jumlah alat tangkap terbanyak dari tahun 2006-2011 adalah pancing, pancing ini terdiri dari pancing
tonda dan pancing ulur. Tahun 2011 terdapat 159 unit pancing, dimana 56% dari
unit pancing ini menggunakan alat bantu penangkapan rumpon. Jumlah unit alat
tangkap secara umum adalah mengalami kenaikan dari tahun 2006-2007, tetapi
dari tahun 2007-2011 jumlah alat tangkap terus menurun setiap tahunnya dengan
adalah tahun 2007 sebesar 1329 unit, sedangkan terendah pada tahun 2011 yaitu
260 unit. Penurunan jumlah alat tangkap ini dapat disebabkan karena bebepara
faktor yang salah satu diantaranya karena semakin berkurangnya sumberdaya ikan
yang menyebabkan semakin banyak armada penangkapan ikan yang tidak
beroperasi lagi.
3) Kapal
Kapal penangkap ikan adalah kapal perikanan yang secara khusus
digunakan untuk menangkap ikan termasuk segala aktivitas yang dilakukan
seperti penyimpanan, pendinginan, dan mengawetkan (PPN Palabuhanratu, 2010).
Kapal merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang sangat penting. Kapal
yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan di Palabuhanratu
terbagi menjadi dua bagian, yaitu Perahu Motor Tempel (PMT), dan Kapal Motor
(KM). Perahu motor tempel adalah perahu yang menggunakan mesin luar atau
meletakkan mesin di luar badan kapal (outboard). Kapal motor adalah kapal yang menggunakan mesin dalam atau meletakkan mesin di dalam badan kapal
(inboard). Berikut ini adalah Tabel jumlah kapal penangkapan ikan yang
digunakan di Palabuhanratu.
Tabel 3 Jumlah kapal penangkapan ikan di Palabuhanratu periode 2006-2011
No Tahun Kapal (Unit) Jumlah
Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Palabuhanratu
pada umumnya adalah menggunakan perahu motor tempel, tetapi pada tahun 2009
sampai tahun 2011 kapal motor lebih banyak dibandingkan dengan perahu motor
tempel yaitu sebanyak 394 unit untuk tahun 2009, 491 unit tahun 2010, dan
19
pada tahun 2011 sebesar 1.090 unit. Setiap tahunnya jumlah unit armada
penangkapan ini mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2008 yang
mengalami penurunan. Fluktuasi jumlah unit kapal dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
Gambar 6 Jumlah kapal yang beroperasi di Palabuhanratu
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa armada penangkapan baik
perahu motor tempel maupun kapal motor setiap tahunnya mengalami perubahan.
Perahu motor tempel rata-rata dari tahun ke tahun mengalami penurunan, kecuali
pada tahun 2011, sedangkan kapal motor mengalami peningkatan. Jumlah armada
penangkapan untuk kedua jenis kapal ini mengalami peningkatan dengan rata-rata
kenaikan sebesar 8,11%.
4) Volume dan nilai produksi
Volume produksi ikan adalah seluruh jumlah ikan, baik dalam satuan ekor
ataupun kg yang ditangkap dari suatu kegiatan industri perikanan tangkap.
Volume dihitung dari hasil tangkapan yang dijual termasuk juga hasil yang
dimakan atau diberikan sebagai upah kepada nelayan. Sedangkan nilai produksi
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu
No Tahun Pendaratan Ikan
Produksi (Ton) Nilai (Rp)
Sumber: Data statistik PPN Palabuhanratu 2011
Tabel 4 di atas memperlihatkan perkembangan volume dan nilai produksi
selama enam tahun terakhir yang dimulai dari tahun 2006 sampai tahun 2011.
Dari tahun ke tahun volume produksi terlihat sangat bervariasi, terdapat kenaikan
ataupun penurunan angka volume produksi. Pada tahun 2006 volume produksi
berada pada kisaran 5.462 ton. Tahun berikutnya terjadi kenaikan volume
produksi menjadi 6.056 ton atau naik sekitar 10,89% dari tahun 2006. Perbedaan
volume produksi setiap tahunnya merupakan hal yang tidak dapat dihindari, tahun
2007 sampai ke tahun 2009 volume produksi mengalami penurunan dari 6.056 ton
ke 4.581 ton, dan semakin turun di tahun 2009 yaitu 3.950 ton. Pada tahun 2010
angka volume produksi kembali naik menjadi 6.744 ton, dan pada akhirnya
kembali turun di tahun 2011 menjadi 6.539 ton. Volume Produksi terkecil dari
enam tahun terakhir ini adalah pada tahun 2009, hal ini dapat disebabkan karena
beberapa faktor, diantara faktor yang paling penting adalah faktor cuaca dan
musim.
Ikan yang paling dominan didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah ikan
tuna mata besar (Big eye tuna), tuna madidihang (Yellow fin tuna), tuna albakora
(Albacore), dan cakalang (Skipjack tuna). Hasil tangkapan yang didaratkan ini
didominasi oleh jenis ikan tuna, hal ini disebabkan karena sumberdaya ikan tuna
di Palabuhanratu cukup tinggi, selain itu nilai jual ikan tuna juga tinggi karena
merupakan komoditas ekspor. Berikut ini tabel produksi hasil tangkapan dominan
21
Tabel 5 Produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di Palabuhanratu tahun 2011
No Produksi/bulan Nama Ikan
(kg) Tuna Mata Besar Madidihang Albakora Cakalang
1 Januari 223.246 67.262 37.653 12.247
Jumlah 1.940.034 1.069.438 493.025 864.739
Sumber: PPN Palabuhanratu 2011
5) Distribusi dan pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu
Distribusi dan pemasaran ikan hasil tangkapan dari PPN Palabuhanratu
dapat berupa dua produk, yaitu produk ikan segar dan produk olahan (ikan
pindang dan ikan asin). Kota tujuan distribusi dan pemasaran produk ikan segar
yaitu Palabuhanratu, Sukabumi, Cibadak, Bandung, Cianjur, Bogor, Jakarta,
Surabaya, Jawa Tengah, dan untuk ekspor. Ikan pindang dipasarkan ke Cisolok,
Loji, Ujung Genteng, Binuangeun, Cianjur, Blanakan, Pameungpeuk, Cibareno,
Indramayu, Cilacap, dan Juwana. Ikan asin dipasarkan ke Palabuhanratu,
Sukabumi, Cicurug, Bogor, Cianjur, dan Bandung. Berikut ini akan disajikan
tabel mengenai produksi ikan segar, asin, dan pindang yang dipasarkan dari PPN
Palabuhanratu.
Jenis ikan segar adalah produk ikan yang paling banyak dipasarkan dari
PPN Palabuhanratu. Jumlah tertinggi pemasaran mencapai 6.001.876 kg di tahun
2010, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya rata-rata mencapai 2-3 juta kg.
Ikan pindang dan ikan asin merupakan produk olahan yang dipasarkan dari PPN
Palabuhanratu dengan rata-rata pemasaran sebesar 1.009.017 kg untuk ikan
Tabel 6 Distribusi ikan segar, pindang, dan ikan asin dari PPN Palabuhanratu tahun 2006-2010
No Tahun Produksi Ikan (kg)
Ikan Segar Ikan Pindang Ikan Asin
1 2006 2.752.693 1.819.502 889.366
Rata-rata 3.937.751 1.009.017 593.595
Sumber: PPN Palabuhanratu 2011
Jumlah tertinggi produksi ikan pindang adalah sebesar 1.819.693 kg pada
tahun 2006, sedangkan pada tahun berikutnya terus mengalami penurunan hingga
tahun 2010 hanya memproduksi 202.974 kg. Produksi ikan asin tertinggi adalah
pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.124.232 kg, kemudian pada tahun berikutnya
mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak merata.
4.2 Fasilitas PPN Palabuhanratu
PPN Palabuhanratu merupakan pelabuhan perikanan yang dikategorikan ke
dalam klasifikasi pelabuhan perikanan tipe B. Kelancaran kegiatan dan aktivitas
perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh ketersediaan serta kelengkapan
fasilitas di pelabuhan perikanan tersebut. Fungsi fasilitas disini adalah untuk
memenuhi pelayanan kepada publik, baik ke nelayan, pegawai pelabuhan,
maupun masyarakat sekitar. Fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu, fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan
fasilitas penunjang.
Fasilitas pokok merupakan fasilitas dasar untuk menunjang segala aktivitas
utama penangkapan ikan, baik kegiatan di darat maupun di laut. Fasilitas pokok
ini meliputi dermaga, kolam pelabuhan, breakwater. Dermaga berfungsi untuk tempat bertambat dan berlabuhnya kapal dalam melakukan bongkar muat hasil
tangkapan serta pengisian bahan bakar minyak kapal. Dermaga yang ada di
Palabuhanratu memiliki terdiri dari dua, yaitu dermaga 1 dan dermaga 2. Panjang
dermaga 1 adalah 509 m, sedangkan dermaga 2 memiliki panjang 410 m. Kolam
23
dan untuk berputar kapal. Sama dengan dermaga, kolam pelabuhan di PPN
Palabuhanratu terdiri dari dua yaitu kolam pelabuhan 1 dan kolam pelabuhan 2.
Kolam pelabuhan satu memiliki luas 3 ha, kedalaman 2-3 m, dan kolam
pelabuhan 2 dengan luas 2 ha dengan kedalaman 4 m. Fasilitas pokok yang ketiga
adalah breakwater. Breakwater (pemecah gelombang) berfungsi untuk melindungi wilayah darat dari terjangan ombak ataupun gelombang laut.
Breakwater pertama berada di sebelah utara memiliki panjang 125 m, yang kedua
di sebelah selatan 294 m, kemudian di sebelah timur 200 m, dan di sebelah barat
50 m.
Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang ada di PPN
Palabuhanratu terdiri dari TPI, kantor pelabuhan, syahbandar, depot air bersih,
tangki BBM, perbengkelan alat tangkap, galangan kapal, dan pasar ikan. TPI
merupakan tempat untuk pertemuan antara nelayan penjual dengan pembeli yang
melakukan transaksi lelang ikan. Bangunan TPI di Palabuhanratu memiliki luas
sebesar 920 m2.
Kantor pelabuhan merupakan tempat para pegawai pelabuhan melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kepada publik, evaluasi,
administrasi, koordinasi, dan lain-lain untuk mengatur aktivitas kepelabuhanan di
PPN Palabuhanratu. Syahbandar berfungsi mengawasi kelengkapan peraturan dan
melakukan penjagaan terhadap keselamatan dan keamanan dalam pelayaran lalu
lintas kapal di pelabuhan perikanan.
Depot air disalurkan melalui media truk tangki air yang mengangkut air
bersih dari PDAM ke tangki air bersih milik PPN Palabuhanratu. Kapasitas
tangki air bersih yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 5.000 liter. Tangki BBM
yang ada di PPN Palabuhanratu terdiri dari dua unit tangki dengan masing-masing
kapasitas tangki adalah sebesar 320 m3 dan 208 m3, tangki ini dilengkapi dengan pompa yang berfungsi untuk menyalurkan solar. Perbengkelan alat tangkap
merupakan fasilitas untuk memperbaiki alat tangkap yang rusak, areal yang
Galangan kapal disediakan untuk perbaikan dan perawatan kapal. Galangan
kapal dilengkapi dengan rel untuk mempermudah menaikkan kapal ke daratan
ketika kondisi air laut sedang surut. Pasar ikan merupakan tempat terjadinya jual
beli ikan antara pedagang ikan dengan pembeli atau tempat pemasaran hasil
tangkapan. Luas pasar ikan yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 352 m2.
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan
peranan pelabuhan dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas di pelabuhan
perikanan. Fasilitas penunjang yang ada di PPN Palabuhanratu terdiri dari rumah
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Keragaan unit penangkapan ikan 1) Pancing
Alat tangkap yang digunakan pada perikanan pancing di sekitar rumpon
terdiri dari beberapa jenis, yaitu pancing tonda, pancing layangan, pancing tomba,
dan pancing coping. Pancing layangan, pancing tomba, dan pancing coping
merupakan pancing yang diklasifikasikan ke dalam pancing ulur. Semua kegiatan
operasional dari keempat pancing tersebut dilakukan disekitar alat bantu
pengumpul ikan (rumpon), sehingga oleh nelayan di Palabuhanratu disebut
pancing rumpon. Metode yang digunakan dalam melakukan operasional
penangkapan ikan untuk setiap alat tangkap tersebut berbeda satu sama lainnya,
semuanya tergantung kepada konstruksi dan waktu penangkapan.
Pancing tonda adalah sejenis alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik dengan kapal atau perahu. Alat tangkap ini biasanya menggunakan umpan
buatan dari plastik atau bulu ayam. Alat tangkap ini terdiri dari mata pancing dan
tali, mata pancing yang digunakan merupakan mata pancing berkait yang terbuat
dari baja dan digabungkan 2-3 mata pancing nomor 7-8, sedangkan tali terbuat
dari nilon monofilamen. Tujuan utama pengoperasian alat tangkap pancing tonda
adalah mencari ikan untuk umpan. Operasi penangkapan ikan menggunakan
pancing tonda berlangsung di bagian belakang kapal (buritan). Waktu
penangkapan ikan dengan pancing tonda dilakukan pada pukul 05.00 WIB.
Kegiatan penangkapan pertama kali dilakukan dengan cara mengikatkan ujung tali
pancing ke bagian sayap kiri dan kanan kapal, serta pada bagian buritan. Panjang
tali pancing yang digunakan adalah sekitar 25-60 meter, tergantung kepada jarak
posisi rumpon dengan daerah pengoperasian. Kemudian tali pancing
direntangkan dan ditarik oleh kapal menyusuri daerah penangkapan ikan yang
telah ditentukan. Umpan yang digunakan pada operasi penangkapan ikan
menggunakan pancing ini adalah umpan buatan berupa sutera yang
berwarna-warni sehingga menarik perhatian ikan untuk memangsanya. Jika ikan target
pancing dan tidak bisa terlepas kembali. Umumnya ikan yang tertangkap dengan
menggunakan alat tangkap pancing tonda adalah ikan tongkol dan baby tuna. Ikan yang tertangkap ini sebagian akan digunakan sebagai umpan dalam operasi
penangkapan pancing tomba.
Pancing layangan merupakan alat tangkap yang terdiri dari layangan, tali
pancing, mata pancing, dan umpan buatan. Layangan yang digunakan adalah
layangan yang terbuat dari plastik dengan rangka bilah bambu, pada umumnya
layangan berwarna hitam, dan untuk sekali melaut membutuhkan 50-100
layangan. Tali pancing terbuat dari nilon monofilamen nomor 800 dan nomor
1.000, sedangkan panjang tali pancing adalah 15-20 m. Ukuran mata pancing
yang digunakan adalah mata pancing no 1 dan 2 karena pancing layangan
digunakan untuk menangkap tuna ukuran besar. Mata pancing ini merupakan
multiple hook yang dirakit menjadi satu terdiri dari 3 mata pancing dan diikat
dengan menggunakan nilon monofilamen. Umpan yang digunakan berbentuk
cumi-cumi yang merupakan umpan buatan. Umpan buatan tersebut memiliki
warna yang cerah agar menarik perhatian ikan.
Pancing layangan dioperasikan pada siang dan sore hari. Operasi
penangkapan ikan diawali dengan menurunkan umpan buatan yang telah dikaitkan
ke mata pancing ke dalam perairan, layangan diterbangkan dengan arah
menyamping agar umpan buatan menyusur di permukaan perairan. Karena warna
umpan yang dapat menarik perhatian ikan, maka ikan akan menyambar umpan
buatan dan akan menariknya ke perairan yang lebih dalam. Tarikan ikan ini akan
memberikan tanda kepada nelayan kalau umpan telah dimakan, sehingga nelayan
dapat menarik tali pancing dan menaikkan ikan hasil tangkapan ke atas kapal.
Resiko yang tidak dapat dihindari adalah putusnya layangan akibat tarikan ikan.
Pancing tomba merupakan pancing ulur yang dimodifikasi menggunakan
jerigen sebagai pelampungnya. Konstruksi alat tangkap pancing tonda terdiri dari
jerigen, tali pancing, pemberat, dan mata pancing. Jerigen yang digunakan
berwarna cerah agar mudah terlihat ketika penggunaan. Tali pancing terbuat dari
bahan nilon monofilamen, sama halnya dengan tali yang digunakan pada pancing
tonda. Panjang tali pancing dapat mencapai 35-55 meter. Selain itu, pancing
27
berat 1 kg. Pemberat berfungsi agar tali pancing tetap dalam keadaan lurus
vertikal atau tegak ketika dipasang di dalam air, tidak terbawa oleh arus. Mata
pancing yang digunakan adalah mata pancing nomor satu sampai nomor tiga,
tergantung ukuran ikannya. Mata pancing ini terbuat dari baja.
Umpan dari pancing tomba adalah ikan hidup yang biasanya diperoleh dari
hasil tangkapan pancing tonda. Jenis ikan yang digunakan untuk umpan adalah
ikan tongkol yang ukurannya kurang dari 2 kg. Hasil tangkapan utama yang
diharapkan dari penangkapan menggunakan pancing tomba adalah ikan tuna yang
berukuran sedang dan besar.
Metode penangkapan dimulai dengan penangkapan ikan untuk umpan,
kemudian umpan dikaitkan pada mata pancing dan umpan yang telah di pasang
harus dalam keadaan hidup. Setelah itu pancing dilepaskan ke dalam perairan
bersama dengan jerigen yang merupakan pelampung. Pemasangan atau setting dapat dilakukan sampai dengan 15 unit pancing tomba. Jika ikan target memakan
umpan dan tertangkap pada mata pancing maka jerigen diangkat ke atas kapal,
ikan hasil tangkapan dimasukkan ke dalam palka kapal. Ikan tuna yang
tertangkap pada umumnya adalah tuna madidihang.
Pancing coping merupakan pancing yang dioperasikan di sekitar rumpon.
Pengoperasian dilakukan di pinggir kapal saat kapal diam. Pancing coping ini
terdiri dari tali pancing, mata pancing, dan umpan. Ukuran tali pancing yang
digunakan mencapai 100 meter nilon monofilamen, tali terikat pada swivel dan pemberat. Pemberat yang digunakan memiliki massa 200 gram. Mata pancing
dipasang umpan yang biasanya terdiri dari barang-barang bekas yang mengkilat
seperti CD dan sendok bekas. Pengoperasian pancing coping diawali dengan
melemparkan mata pancing ke dalam perairan dan diikuti oleh pemberat. Mata
pancing akan bergerak karena adanya tarikan dari pemberat, sehingga seolah-olah
umpan yang terpasang bergerak layaknya ikan yang sedang berenang. Jika ikan
telah memakan umpan, maka tali ditarik secara cepat oleh nelayan dan hasil
Gambar 7 Pancing di Palabuhanratu
2) Kapal
Kapal yang beroperasi dalam penangkapan menggunakan pancing di sekitar
rumpon umumnya berbahan dasar kayu. Kapal ini memiliki 3 palka yang
berbahan fiber ataupun kayu dan terletak dibagian depan kapal. Biasanya satu
palka digunakan untuk meletakkan alat tangkap, sedangkan dua palka lainnya
digunakan untuk meletakkan hasil tangkapan. Kapal rumpon, nama kapal yang
biasa disebut oleh nelayan di Palabuhanratu ini memiliki dua mesin, yaitu mesin
utama dan mesin bantu. Mesin utama maupun mesin bantu menggunakan bahan
29
Tabel 7 Spesifikasi kapal pancing di sekitar rumpon
No Komponen kapal Keterangan
1 Panjang total (LOA) 12-17 m
2 Lebar kapal (B) 3-3,5 m
3 Dalam (d) 2-2,5 m
4 Tonase 6 GT
5 Kekuatan mesin utama dan mesin bantu 300 dan 24 PK
Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan pancing di sekitar rumpon
dapar terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 8 Kapal pancing di sekitar rumpon
3) Nelayan
Nelayan dalam pengoperasian alat tangkap pancing pada umumnya berasal
dari nelayan lokal Palabuhanratu. Banyak pula nelayan yang berasal dari daerah
luar, pada umumnya nelayan luar berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan dan
Pembagian tugas masing-masing nelayan berbeda-beda, diantaranya:
1) Juru mudi, merupakan nelayan yang bertugas dalam mengemudikan kapal,
mengatur jalan dan arah kapal. Juru mudi disebut juga sebagai tekong;
2) Juru masak, merupakan nelayan yang bertugas untuk memasak;
3) Juru mesin, merupakan nelayan yang bertugas untuk mengecek mesin kapal;
4) Pemancing, merupakan nelayan yang bertugas dalam memancing ikan.
Walaupun terdapat perbedaan tugas, ketika melakukan pemancingan mulai
dari persiapan, setting, sampai kepada hauling semua nelayan ikut serta kecuali juru mudi.
5.1.2 Rumpon
Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang terbuat dari bahan tali
rafia atau daun pepohonan seperti daun pohon kelapa. Alat bantu penangkapan
disini artinya rumpon membantu mengumpulkan ikan sehingga memudahkan
nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Komponen utama dari rumpon ini
adalah pelampung (terbuat dari ponton), tali, atraktor berupa daun kelapa atau tali
rafia, dan pemberat yang terbuat dari drum yang diisi dengan semen.
Berikut merupakan rincian dari komponen utama rumpon:
1) Ponton, merupakan pelampung yang terbuat dari besi ataupun busa dengan
dimensi panjang 2,5 meter; diameter 1 meter;
2) Atraktor, terbuat dari kumpulan ban bekas yang dirangkai menjadi satu
menggunakan tali. Pada tali dipasang tali rafia yang berumbai. Selain
menggunakan tali rafia, pada tali juga sering dipasang daun kelapa;
3) Tali utama, panjang tali utama yang digunakan adalah sekitar 1,5 kali
dalamnya perairan tempat dipasangnya rumpon tersebut. Tali ini juga
terbuat dari anyaman tali rafia. Pada umumnya memiliki diameter sebesar
20-24 milimeter;
4) Pemberat, terbuat dari beton yang berbentuk kubus yang diisi semen.
Penghubung antara tali utama dengan pemberat adalah karet ban bekas yang
dipasang melingkar di atas pemberat. Jumlah pemasangan pemberat adalah
31
5.1.3 Komposisi hasil tangkapan
Ikan yang tertangkap dalam operasi penangkapan ikan menggunakan
pancing adalah tuna madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus
obesus), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan setuhuk loreng (Tetrapturus audax).
Ikan yang dominan tertangkap adalah tuna madidihang, tuna mata besar, dan
cakalang, sedangkan setuhuk loreng merupakan hasil tangkapan sampingan.
Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan menggunakan pancing di
sekitar rumpon pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 8 dan komposisi hasil
tangkapan dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.
Tabel8 Jumlah hasil tangkapan unit pancing di sekitar rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011
No Nama Ikan Jumlah (kg)
1 Madidihang (Thunnus albacares) 349.547 2 Tuna mata besar (Thunnus obesus) 205.465 3 Cakalang (Katsuwonus pelamis) 385.175 4 Setuhuk loreng (Tetrapturus audax) 22.921
Jumlah 963.108
Sumber: Data hasil olahan 2012
Gambar 10 Komposisi hasil tangkapan pancing di PPN Palabuhanratu tahun 2011
Berdasarkan Gambar 10 di atas komposisi hasil tangkapan terbesar pada
unit perikanan pancing di sekitar rumpon pada tahun 2011 adalah cakalang, yaitu
sebesar 40%. Madidihang dan tuna mata besar tertangkap sebesar 36% dan 21%.
33
Sedangkan komposisi setuhuk loreng yang merupakan hasil tangkapan sampingan
tertangkap sebanyak 3%.
Tabel9 Komposisi hasil tangkapan unit pancing rumpon pada musim paceklik sampai dengan musim puncak tahun 2007-2011
No Jenis Ikan Musim (kg)
Tabel 9 di atas menjelaskan tentang komposisi hasil tangkapan pancing
dari musim paceklik sampai dengan musim puncak dari tahun 2007-2011. Ikan
yang paling banyak tertangkap pada musim paceklik adalah cakalang, yaitu
sebesar 175.311 kg atau 39,52%, kemudian diikuti oleh madidihang (39,17%),
tuna mata besar (17,96%), dan setuhuk loreng (3,34%). Sedangkan pada musim
sedang dan musim puncak madidihang mendominasi hasil tangkapan yaitu
sebesar 570.061 kg atau 44,34% dan 595.616 kg atau 49,81%.
5.1.4 Analisis tingkat produktivitas pancing rumpon setiap musim
Tingkat produktivitas suatu alat penangkapan ikan salah satunya dapat
ditentukan dengan menghitung Catch per Unit Effort (CPUE). Catch merupakan jumlah produksi yang dihasilkan oleh pancing dan Effort merupakan jumlah trip penangkapan ikan dalam musim tertentu. Sesuai dengan hasil wawancara
terhadap nelayan yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa musim di
Palabuhanratu yaitu musim paceklik (Desember-Februari), musim sedang I
(Maret-Mei), musim sedang II (Oktober-November), dan musim puncak
(Juni-September).
1) Produksi (Catch)
Produksi hasil tangkapan pancing di sekitar rumpon selama periode 2007
sampai dengan 2011 sangat berfluktuasi. Tetapi setiap tahunnya produksi
cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2011 yang menurun sekitar 10% dari
kg dan produksi terkecil tahun 2007 sebesar 275.504 kg. Fluktuasi ini dapat
disebabkan karena pengaruh musim pada setiap tahunnya dan kondisi daerah
penangkapan ikan.
Gambar 11 Produksi hasil tangkapan pancing periode 2007-2011
Jumlah produksi hasil tangkapan dari musim paceklik sampai musim
puncak semakin meningkat. Rata-rata produksi pada musim paceklik sebesar
88.990 kg, musim sedang I 201.832 kg, musim sedang II 91.158 kg, dan musim
puncak sebesar 296.356 kg. Kenaikan hasil tangkapan ikan pancing rumpon di
Palabuhanratu dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 12 Rata-rata produksi hasil tangkapan pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak tahun 2007- 2011
Musim paceklik Musim sedang I Musim sedang II Musim puncak
35
2) Upaya penangkapan (effort)
Upaya penangkapan hasil tangkapan ikan di Palabuhanratu dilakukan
menggunakan unit penangkapan pancing rumpon berupa jumlah trip melaut setiap
tahunnya. Sama halnya dengan produksi, upaya penangkapan juga mengalami
fluktuasi setiap tahun. Dari tahun 2008 hingga tahun 2010 terjadi kenaikan upaya
penangkapan yang cukup signifikan yaitu sekitar 179% pada tahun 2009 dan
117% pada tahun 2010. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan
yang juga meningkat dari tahun 2008 hingga 2010 sebesar 122% dan 64% dimana
pada tahun 2010 merupakan tahun dimana menghasilkan produksi terbesar pada
periode itu.
Gambar 13 Upaya penangkapan unit pancing periode 2007-2011
Upaya penangkapan unit pancing dari tahun 2007 hingga tahun 2011
rata-rata meningkat pada musim paceklik sampai pada musim puncak. Upaya
penangkapan pada musim sedang II adalah upaya terendah yaitu sebanyak 156
trip, dan pada musim puncak tertinggi 400 trip. Terjadi penurunan upaya
penangkapan ikan pada musim sedang II, penurunan ini adalah sebesar 153 trip
Gambar 14 Rata-rata upaya penangkapan unit pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak tahun 2007- 2011
3) Produksi per satuan upaya penangkapan ikan (catch/effort)
Produksi per upaya penangkapan ikan atau yang biasa disebut CPUE pada
pancing di sekitar rumpon dapat digambarkan pada setiap musim penangkapan
ikan (musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak) dari
tahun 2007 sampai tahun 2011. Nilai CPUE masing-masing dapat dilihat dari
keempat musim tersebut.
Tabel 10 Perkembangan nilai CPUE unit pancing tahun 2007
No Musim Catch (kg) Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1 Musim paceklik
(Desember-Februari) 69.670 105 663,52
2 Musim sedang I
(Maret-Mei) 52.609 88 597,83
3 Musim sedang II
(Oktober-November) 40.764 37 1.101,11
4 Musim puncak
(Juni-September) 112.461 141 797,60
Jumlah 275.504 371 3.160,68
Sumber: PPN Palabuhanratu 2007
Produksi hasil tangkapan terbesar terdapat pada musim puncak yaitu
sebesar 112.461 kg, dan nilai CPUE 797,60 kg/trip. Sedangkan produksi hasil
tangkapan terkecil terdapat pada musim sedang II yaitu sebesar 40.764 kg dengan
nilai CPUE adalah 1.101,11 kg/trip. Rata-rata CPUE tahun 2007 adalah sebesar
-Musim paceklik Musim sedang I Musim sedang II Musim puncak