• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuhanratu Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuhanratu Jawa Barat"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

JAWA BARAT

RAHMI FITRIA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Produktivitas Armada Penangkapan

Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuharatu Jawa Barat adalah karya saya sendiri

dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

(3)

RAHMI FITRIA, C44080002. Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuharatu Jawa Barat. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHJU dan NIMMI ZULBAINARNI.

Pancing merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu, Sukabumi. Pengoperasian pancing dilakukan di daerah sekitar pemasangan rumpon. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi produktivitas pancing terhadap hasil tangkapan ikan pada musim paceklik sampai musim puncak, mengetahui lokasi penangkapan ikan menggunakan kapal PSP 01 pada musim penangkapan tertentu, dan menentukan jumlah hasil tangkapan kapal PSP 01 setiap posisi penangkapan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapang dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Sedangkan analisis yang digunakan yaitu analisis hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) dan analisis pendugaan daerah penangkapan ikan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa musim paceklik pada bulan Desember-Februari, musim sedang I pada Maret-Mei, musim sedang II bulan Oktober-November, dan musim puncak pada Juni-September. Rata-rata produktivitas per unit alat tangkap pancing dari musim paceklik meningkat sampai pada musim puncak. Selama tahun 2007 sampai 2011, rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik adalah sebesar 419,88 kg/trip, musim sedang I 582,07 kg/trip, musim sedang II 734,47 kg/trip, dan pada musim puncak meningkat sebesar 818,90 kg/trip. Daerah penangkapan dominan pada tahun ke tahun menggunakan kapal PSP 01 adalah wilayah selatan (07035’188 – 07059’874 LS dan 106018’096 – 106025’112 BT).

(4)

ABSTRACT

RAHMI FITRIA, C44080002. Productivity Of Fishing Line Operated Adjacent Rumpon (FADs), at Palabuhanratu, West Java. Supervised by RONNY IRAWAN WAHJU and NIMMI ZULBAINARNI

Fishing line with rumpon is the most widely used by fishermen in Palabuhanratu

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(6)

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN PANCING DI

SEKITAR RUMPON, PALABUHARATU

JAWA BARAT

RAHMI FITRIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Penelitian : Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuhanratu Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Rahmi Fitria

NRP : C44080002

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil Dr. Nimmi Zulbainarni, S.Pi M.Si NIP 19610906 198703 1 002 NIP 19740625 199903 2 002

Diketahui

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc NIP 19621223 198703 1 001

(8)

iii

PRAKATA

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah

Produktivitas Armada Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon, Palabuhanratu

Jawa Barat.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1) Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil dan Dr. Nimmi Zulbainarni S.Pi, M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,

masukan, kritikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi;

2) Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si sebagai penguji tamu yang telah memberikan

masukan dan kritikan yang membangun dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si

selaku Ketua Komisi Pendidikan yang telah membantu penulis dalam

mengoreksi kesalahan penulisan serta masukan yang membangun;

3) Pak Karma, di Pos Pelayanan Terpadu PPN Palabuhanratu serta Pak Eka

selaku kepala TU PPN Palabuhanratu yang telah banyak berkontribusi dalam

berbagi data dan ide dengan penulis. Kang Syarif, Kang Arik selaku teknisi

di Stasiun Lapang Kelautan IPB, Palabuhanratu yang telah membantu dalam

kelancaran pengambilan data;

4) Kedua orang tua (Syahrial B. dan Salmialis), kakakku (Yon Syafdil S.Kom),

adikku (Etriyaldi) atas kasih sayang, perhatian, motivasi agar selalu semangat

mengerjakan tulisan ini;

5) Teman-teman (Kus, Ida, Uwox, Udin, Ocid, Izza, Zabao, Behom, Cuk, Artol,

Ryan, Ristiani) serta teman-teman PSP 43, 44, 46, dan 47, khususnya PSP 45

atas kebersamaan yang indah selama ini;

6) Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2012

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batusangkar pada tanggal 19 April 1990.

Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Syahrial B.

dan Ibu Salmialis. Penulis lulus dari SMA di SMAN 2

Padang Panjang pada tahun 2008. Pada tahun yang sama

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) yang terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan

Tangkap.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam bidang organisasi.

Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Kewirausahaan dalam

Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) tahun

2009-2011. Penulis menjadi asisten di beberapa mata kuliah diantaranya

Teknologi Alat Penangkapan Ikan (Periode 2011-2012), Eksplorasi Penangkapan

Ikan (Periode 2011), dan Navigasi Kapal Perikanan tahun (Periode 2012). Penulis

juga mendapatkan beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) tahun

2010-2012.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Produktivitas Armada

Penangkapan Pancing di Sekitar Rumpon di Palabuharatu Jawa Barat” sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi

Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

(10)

DAFTAR ISI

3.4.1 Analisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) ... 14

3.4.2 Analisis pendugaan daerah penangkapan ikan ... 15

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah PPN Palabuhanratu ... 16

4.1.1 Letak geografis ... 16

4.1.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu ... 16

4.2 Fasilitas PPN Palabuhanratu ... 22

(11)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil ... 25

5.1.1 Keragaan unit penangkapan ikan ... 25

5.1.2 Rumpon ... 30

5.1.3 Komposisi hasil tangkapan ... 32

5.1.4 Analisis tingkat produktivitas pancing rumpon setiap musim ... 33

5.1.5 Daerah penangkapan ikan pancing rumpon ... 42

5.2 Pembahasan ... 50

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 58

(12)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah nelayan di Palabuhanratu tahun 2006-2011 ... 17

2 Jumlah alat tangkap (unit) di Palabuhanratu tahun 2006-2011 ... 17

3 Jumlah kapal penangkapan ikan di Palabuhanratu periode 2006-2011 ... 18

4 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu ... 20

5 Produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di Palabuhanratu tahun 2011 ... 21

6 Distribusi ikan segar, pindang, dan ikan asin dari PPN Palabuhanratu tahun 2006-2011 ... 22

7 Spesifikasi kapal pancing di sekitar rumpon ... 29

8 Jumlah hasil tangkapan unit pancing di sekitar rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011... 32

9 Komposisi hasil tangkapan unit pancing rumpon pada musim paceklik sampai dengan musim puncak tahun 2007-2011 ... 33

10 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2007 ... 36

11 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2008 ... 37

12 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2009 ... 37

13 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2010 ... 38

14 Perkembangan nilai CPUE pancing tahun 2011 ... 38

15 Hasil tangkapan pancing menggunakan kapal PSP 01 tahun 2009 ... 43

16 Hasil tangkapan pancing menggunakan kapal PSP 01 tahun 2010 ... 45

17 Nilai CPUE pancing pada kapal PSP 01 ... 49

(13)

DAFTAR GAMBAR

6 Jumlah kapal yang beroperasi di Palabuhanratu ... 19

7 Pancing di Palabuhanratu ... 28

8 Kapal pancing di sekitar rumpon ... 29

9 Rumpon yang digunakan di Palabuhanratu ... 31

10 Komposisi hasil tangkapan pancing di PPN Palabuhanratu tahun 2011 ... 32

11 Produksi hasil tangkapan pancing periode 2007-2011 ... 34

12 Rata-rata produksi hasil tangkapan pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak pada tahun 2007-2011 ... 34

13 Upaya penangkapan unit pancing periode 2007-2011 ... 35

14 Rata-rata upaya penangkapan unit pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak pada tahun 2007-2011 ... 36

15 CPUE per musim penangkapan pada tahun 2007-2011 ... 39

16 Rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik tahun 2007-2011 ... 40

17 Rata-rata nilai CPUE pada musim sedang I tahun 2007-2011 ... 40

18 Rata-rata nilai CPUE pada musim sedang II tahun 2007-2011 ... 41

19 Rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik tahun 2007-2011 ... 41

(14)

v

27 Hasil tangkapan pada fishing ground IV tahun 2010 ... 48 28 CPUE dan lokasi penangkapan ikan kapal PSP 01 tahun

2009-2010 ... 50

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Peta lokasi penelitian ... 59

2 Hasil tangkapan, produksi, dan upaya penangkapan

pancing di Palabuhnaratu tahun 2007-2011 ... 60

3 Data lokasi trip penangkapan ikan menggunakan kapal PSP 01

tahun 2009-2011 ... 67

4 Dokumentasi ... 71

(16)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan teluk Palabuhanratu merupakan salah satu perairan yang sangat

berpotensi dalam bidang perikanan, khususnya di bidang perikanan tangkap.

Operasi penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Palabuhanratu sangat berkontribusi dalam peningkatan pembangunan disektor

perikanan serta tingkat ekonomi masyarakat sekitar. Alat tangkap yang digunakan

dalam operasi penangkapan ikan di Palabuhanratu adalah bagan, pancing ulur,

pancing tonda, pancing layur, jaring insang, tuna longline, payang, dan lain-lain.

Akan tetapi pada umumnya nelayan lebih cenderung menggunakan pancing

dengan menggunakan alat bantu rumpon, karena dianggap lebih menguntungkan

dibandingkan dengan alat tangkap yang lain. Pada tahun 2010 tercatat sekitar 491

unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, 177 unit diantaranya

adalah pancing. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah alat tangkap 416 unit dengan

jumlah pancing 159 unit (PPN Palabuhanratu 2011). Selain itu pancing ini juga

efektif digunakan karena beroperasi disekitar rumpon sehingga tidak memerlukan

pencarian lokasi penangkapan dan dapat menghemat biaya operasi penangkapan.

Umumnya di Palabuhanratu pengoperasian pancing yang menggunakan

rumpon adalah pancing ulur (handline) dan pancing tonda (trolline). Nilai produktivitas atau CPUE dari pancing ini penting untuk diketahui karena

berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu alat tangkap dapat memberikan

hasil terhadap output atau hasil tangkapan serta seberapa efektif alat tangkap tersebut untuk memperoleh hasil tangkapan. Sehingga dengan mengetahui nilai

produktivitas pancing, kita dapat mengetahui apakah pancing layak dan dapat

memberi keuntungan untuk digunakan dalam operasi penangkapan atau tidak.

Nilai CPUE dijadikan parameter dalam menentukan produktivitas suatu alat

penangkapan ikan, dimana semakin tinggi nilai CPUE, maka semakin tinggi pula

produktivitas unit penangkapan (Damarjati 2001).

Hasil tangkapan pancing adalah berbagai jenis ikan tuna, cakalang

(Katsuwonus pelamis), setuhuk loreng (Tetrapturus audax), dan lain-lain. Ikan

(17)

cakalang merupakan komoditi perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk

konsumsi dalam negeri maupun sebagai komoditi ekspor. Agar proses

penangkapan ikan berjalan efektif dengan mengetahui nilai produktivitas alat

tangkapnya, maka penelitian ini perlu untuk dilakukan mengingat banyak hasil

tangkapan bersifat ekonomis penting.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengestimasi produktivitas pancing terhadap hasil tangkapan ikan;

2) Untuk menentukan lokasi penangkapan ikan menggunakan pancing di setiap

musim penangkapan pada kapal PSP 01;

3) Menentukan jumlah hasil tangkapan pancing pada kapal PSP 01 setiap

posisi dan musim penangkapan.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi serta gambaran

mengenai produktivitas alat tangkap pancing dan lokasi penangkapan ikan pada

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang

diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya

produktivitas sama dengan perbandingan hasil keluaran dengan masukan yang

biasa juga disebut dengan perbandingan output dengan input. Ukuran produktivitas yang paling sering digunakan adalah berkaitan dengan tenaga kerja

dengan cara membagi pengeluaran dengan jumlah yang digunakan (Sinungan

2008). Produktivitas yang akan ditekankan dalam tulisan ini adalah produktivitas

alat tangkap pancing yang beroperasi di Palabuhanratu. Pancing diartikan sebagai

unit penangkapan yang digunakan selama proses penangkapan ikan di laut.

Selanjutnya perbandingan produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas alat

tangkap pancing yang beroperasi di suatu lokasi penangkapan ikan dengan lokasi

penangkapan yang lainnya.

Produktivitas alat tangkap dalam menangkap target spesies dapat

diterangkan dengan menggunakan CPUE. Perhitungan CPUE (Catch per Unit

Effort) dilakukan dengan rumus : h/e dimana h adalah jumlah hasil tangkapan (kg)

dan e adalah effort atau upaya penangkapan ikan. Upaya penangkapan ikan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti jumlah hari melaut, unit

penangkapan ikan, dan lain-lain. Perhitungan CPUE akan memudahkan kita

dalam membandingkan produktivitas suatu alat tangkap, karena produktivitas

suatu alat tangkap dapat dicerminkan dari nilai CPUE. Secara garis besar

produktivitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi daerah

penangkapan (fishing ground), ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan, musim, dan sumberdaya manusia (Manurung 2006).

2.2 Musim

Secara umum, kondisi oseanografi perairan di Indonesia dipengaruhi oleh

dua musim, yaitu musim barat dan musim timur sebagai akibat adanya pergantian

sistem tekanan udara di daratan Asia dan Australia. Kondisi oseanografi perairan

(19)

akan mempengaruhi produktivitas perairan yang selanjutnya akan berpengaruh

terhadap perilaku pengelompokan ikan (Syamsuri 2001).

Musim barat di Palabuhanratu terjadi pada bulan Oktober sampai dengan

bulan April, kondisi ini ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi dan

ombak yang besar. Sedangkan musim timur terjadi pada bulan bulan Mei sampai

bulan September. Pada musim timur keadaan perairan di Palabuhanratu biasanya

tenang, jarang terjadi hujan, dan ombak yang terjadi kecil, sehingga nelayan

menjadikan musim ini sebagai musim puncak untuk menangkap ikan.

Menurut Balai Riset Perikanan Laut (2004), pola musim penangkapan ikan

dibagi menjadi 3 berdasarkan jumlah hasil tangkapan dan berbagai pengaruh

kondisi alam, musim penangkapan ikan:

1) Musim paceklik, berlangsung pada saat musim barat, antara bulan

November hingga Februari. Pada bulan-bulan ini terdapat kondisi cuaca di

perairan bebas kurang menguntungkan bagi operasi penangkapan ikan

sehingga jarang nelayan pergi melaut;

2) Musim sedang, berlangsung pada bulan Maret hingga Juni;

3) Musim puncak, berlangsung selama bulan Juni hingga Oktober.

Sedangkan menurut Tampubolon (1990), musim penangkapan ikan di

Palabuhanratu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Musim banyak ikan (puncak) (Juni-September);

2) Musim sedang ikan (sedang) (Maret-Mei dan Oktober-November);

3) Musim kurang ikan (paceklik) (Desember-Februari).

2.3 Unit Penangkapan Ikan 2.3.1 Kapal

Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang

digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, mendukung operasi

penangkapan ikan, membudidayakan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

pelatihan perikanan, dan eksplorasi perikanan (Fyson 1985). Kapal pancing

rumpon merupakan salah satu kapal perikanan yang digunakan untuk kegiatan

penangkapan ikan. Konstruksi kapal pancing rumpon terbuat dari bahan kayu

(20)

5

dengan dimensi 6 x 0,6 x 0,7 m. Kekuatan mesin yang digunakan adalah 5,5 HP

berbahan bakar bensin (Nugroho 2002).

2.3.2 Nelayan

Jumlah nelayan yang bekerja pada pengoperasian pancing di sekitar rumpon

sebanyak 4-6 orang. Masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda yang

terdiri dari 1 orang juru mudi atau nahkoda, 1 orang juru mesin, dan 2-4 orang

anak buah kapal yang masing-masing mengoperasikan satu atau lebih pancing

(Sainsbury 1984). senar (plastik), benang katun, dan lain-lain. Sedangkan mata pancing dari kawat

baja, kuningan, dan bahan-bahan yang tahan dari karat. Ukuran mata pancing

yang digunakan berbeda-beda untuk setiap pancing, tergantung kepada ukuran

ikan yang tertangkap (Subani dan Barus 1989). Menurut Von Brandt (1968),

pancing ulur termasuk ke dalam klasifikasi fishing with line yang dilengkapi dengan mata pancing. Konstruksi pancing ulur pada setiap daerah umumnya

sama, hanya saja terdapat perbedaan pada ukuran tali, mata pancing, dan pemberat

yang digunakan.

Setiap pancing, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan umpan atau

tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Pancing ulur

dioperasikan menggunakan umpan. Jenis umpan yang digunakan pada

pengoperasian pancing ulur adalah ikan kembung (Rastreliger sp), layang

(Decapterus sp), dan cumi-cumi (Loligo sp) (Farid 1989 dalam Saputra 2002).

Umpan yang digunakan harus disesuaikan dengan kesukaan ikan yang menjadi

sasaran penangkapan dan kemampuan ikan mendeteksi umpan tersebut (Gunarso

(21)

Sumber: Rahmat E. 2007

Gambar 1 Pancing ulur

Pancing ulur terdiri dari 2 jenis, yaitu pancing ulur yang digunakan pada

perairan dalam hingga mencapai kedalaman tertentu, dan pancing ulur yang

dioperasikan di bagian permukaan air dengan cara menggerak-gerakkan umpan

buatan sehingga menarik perhatian ikan yang menjadi target penangkapan untuk

memangsa umpan tersebut. Pada umumnya nelayan menggunakan pancing

perairan dalam yang menggunakan ikan hidup (Rahmat 2007).

Operasi penangkapan menggunakan pancing ulur dimulai dengan

menentukan terlebih dahulu lokasi penangkapan ikan (fishing ground). Pada umumnya di daerah sekitar rumpon karena jenis-jenis ikan baik yang berukuran

kecil maupun besar berkumpul di sekitar rumpon (Departemen Pertanian 1993

dalam Rahmat E 2007). Rahmat (2007) manyatakan, dengan adanya rumpon ini

maka dapat memudahkan nelayan untuk mencari gerombolan ikan, sehingga

operasi penangkapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan menghemat

(22)

7

dipasang umpan dilepas dan diturunkan ke dalam perairan, tali diulur sampai pada

kedalaman tertentu. Mata pancing dibiarkan bergerak mengikuti gerakan umpan

hidup. Apabila ikan target memakan umpan, tali ditarik dengan teknik penarikan

sedemikian rupa. Ikan hasil tangkapan dimasukkan ke dalam palka.

Hasil tangkapan pancing ulur terdiri dari ikan pelagis dan ikan demersal.

Umumnya ikan pelagis kecil seperti ikan layur (Trichiurus sp), dan ikan tongkol. Selain itu ikan tuna mata besar (Thunnus obesus), madidihang (Thunnus

albacores), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan layaran (Istiophorus

platypterus).

2) Pancing tonda (troll line)

Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda adalah pancing yang

terdiri dari tali panjang, mata pancing, dan pemberat. Cara penangkapan ikan

dengan menarik (menonda) pancing tersebut baik dengan perahu layar maupun

perahu motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air. Sedangkan

Von Brandt (1984) mengatakan, pancing tonda adalah sejenis alat tangkap yang

dioperasikan dengan cara ditarik dengan kapal atau perahu. Alat tangkap ini

biasanya menggunakan umpan buatan dari plastik atau bulu ayam. Tujuan

penangkapan adalah menangkap ikan-ikan pelagis seperti tongkol, tenggiri, dan

lain-lain. Pada saat pengoperasiannya pancing dioperasikan secara bersamaan.

Pancing tonda dioperasikan menggunakan umpan, umpan menjadi

perangsang untuk mendekati mata pancing, sehingga umpan yang digunakan

adalah umpan yang mengkilat dan kuat atau tahan terhadap tarikan kapal. Banyak

umpan hidup yang tidak memenuhi kriteria tersebut, sehingga banyak nelayan

menggunakan umpan buatan untuk menunjang pengoperasian alat tangkap

pancing tonda. Selain itu dasar pemikiran menggunakan umpan buatan adalah :

1) Harga relatif murah dan mudah diperoleh;

2) Dapat digunakan secara berulang-ulang;

3) Tahan lama;

4) Warna memikat;

5) Ukuran dapat disesuaikan berdasarkan bukaan mulut ikan yang menjadi

(23)

Sumber: Fisheries and Aquaculture Department Gambar 2 Pancing tonda

Pengoperasian pancing tonda diawali dengan tahapan persiapan. Tahapan

persiapan terdiri dari mempersiapkan perahu, pengecekan mesin, bahan bakar, alat

tangkap dan alat bantu penangkapan. Persiapan yang dilakukan di kapal meliputi

pengaturan tali, pancing dan gulungan agar mudah ketika melakukan setting alat. Setelah itu dilakukan pencarian gerombolan ikan yang biasanya ditandai dengan

adanya burung-burung, buih di perairan, dan warna perairan. Setelah lokasi

ditemukan, pengoperasian dimulai dengan pemasangan alat tangkap (setting) kemudian mengulur alat secara perlahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada

ujung kanan atau kiri kapal (Handriana 2007).

Setelah pemasangan pancing, pancing ditarik oleh kapal dengan kecepatan

2-4 knot. Pancing ditarik menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan

konstan, tujuannya agar umpan buatan yang digunakan bergerak-gerak seperti

(24)

9

dipercepat dengan tujuan ikan yang memakan umpan tersangkut pada mata

pancing dan tidak dapat terlepas kembali. Kemudian dilakukan penarikan pancing

oleh ABK dengan menggulung tali pancing, ikan diangkat ke perahu dan

melepaskan ikan dari mata pancing. Pancing diulur kembali ke perairan sampai

mendapatkan tangkapan kembali, begitu seterusnya (Handriama 2007).

Target utama dari penggunaan alat tangkap pancing tonda ini adalah

ikan-ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan-ikan tuna dan cakalang.

Sehingga kedalaman mata pancing disesuaikan dengan swimming layer ikan yang menjadi target tangkapan.

2.3.4 Rumpon sebagai alat bantu penangkapan

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Rumpon

telah digunakan di Indonesia sejak lama sekali dan telah diketahui digunakan

lebih dari 30 tahun dibanyak daerah sekitar wilayah Sulawesi, khususnya

Sulawesi Utara (Monintja, 1993). Berdasarkan pemasangan dan pemanfaatan

rumpon dibagi atas 3 jenis : rumpon perairan dasar, rumpon perairan dangkal dan

rumpon perairan dalam. Metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam

hampir sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi daerah

pemasangan serta bahan yang digunakan. Rumpon laut dangkal menggunakan

bahan dari alam seperti bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada

rumpon laut dalam sebagian besar bahan yang digunakan bukan dari alam

melainkan berasal dari bahan buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas,

tali baja, tali rafia serta semen.

Rumpon di Indonesia merupakan FAD skala kecil dan sederhana yang

umumnya dibuat dari bahan tradisional. Rumpon tersebut ditempatkan pada

kedalaman perairan yang dangkal dengan jarak 5 – 10 mil (9 – 18 km) dari pantai

dan umumnya tidak lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari pangkalan terdekat

(Mathews et al. 1996). Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu

tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan. Prinsip lain penangkapan

dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan,

(25)

tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap

dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan

mengejar gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan.

Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan

dalam penggunaan rumpon yakni: memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya

eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil. Desain

rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara garis besar

terdiri atas empat komponen utama yaitu: pelampung (float), tali (rope), pemikat

(atractor) dan pemberat (sinker).

Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada jarak tertentu

disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah

menjadi dua. Panjang tali bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali

kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani 1986).

Persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah

sebagai berikut :

1) Pelampung: Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian

yang mengapung diatas air 1/3 bagian), konstruksi cukup kuat, tahan

terhadap gelombang dan air, mudah dikenali dari jarak jauh, dan bahan

pembuatnya mudah diperoleh;

2) Pemikat: Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, tahan lama,

mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah,

melindungi ikan-ikan kecil, tahan lama, dan murah;

3) Tali temali: Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk, harganya

relatif murah, mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan

terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus, tidak bersimpul (less knot); 4) Pemberat: Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh, massa jenisnya

(26)

11

Sumber: Anonim. 2011

Gambar 3 Rumpon

2.4 Sumber Daya Ikan 2.4.1 Tuna

1) Morfologi ikan tuna

Ikan tuna termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis. Ikan tuna memiliki

warna tubuh biru kehitaman pada bagian punggung. Berwarna putih pada bagian

perut dan memiliki kulit yang licin. Tuna termasuk ke dalam ikan perenang cepat

(27)

ujungnya tirus, terletak agak ke pangkal atas dan melengkung (FAO dalam Anugrahawati 2005).

2) Klasifikasi ikan tuna

Menurut Saanin (1986), klasifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sobordo : Scombroidea

Famili : Scombridae

Genus : Thunnus

Sumber: Balai Penelitian Perikanan Laut

Gambar 4 Madidihang (Thunnus albacores)

3) Jenis-jenis ikan tuna

Menurut FAO (1983) terdapat tujuh spesies ikan tuna, antara lain:

Madidihang (Thunnus albacores), Tuna Mata Besar (Thunnus obesus), Albakora

(Thunnus alalunga), Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus maccoyii), Tuna Sirip

Hitam (Thunnus atlanticus), Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol), dan Tuna Sirip Biru Utara (Thunnus thynnus).

2.4.2 Cakalang

1) Morfologi ikan cakalang

(28)

13

Punggung berwarna biru keungu-unguan, bagian bawah perut berwarna

keperak-perakan, di bagian bawah gurat sisi terdapat 4-6 buah garis-garis hitam tebal yang

membujur seperti pita. Tapis insang berjumlah 53-62 buah. Terdapat dua buah

sirip punggung yang terpisah, jarak antara kedua sirip punggung tidak melebihi

diameter matanya. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari jeras, dan pada

sirip punggung kedua terdapat 12-16 sirip lemah, diikuti dengan 7-9 jari-jari sirip

tambahan. Sirip dada pendek dan diikuti oleh 7-8 buah finlet (Collete 1983 dalam Jungjunan 2009).

2) Klasifikasi ikan cakalang

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan cakalang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sobordo : Scombroidea

Famili : Scombridae

Subfamili : Scombrinae

Genus : Katsuwonus

Spesies : Katsuwonus pelamis

Sumber: Freitas RP. 2002

(29)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai

dengan Februari 2012. Lokasi pengambilan data adalah di Palabuhanratu,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Lampiran 1).

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Kamera digital;

2) Perangkat lunak berupa Microsoft Office 2007; 3) Kuesioner.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei ke lapangan. Data yang

dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

wawancara terhadap nelayan berupa kuesioner, dengan jumlah responden

sebanyak 11 orang nelayan dan menggunakan teknik pengambilan purposive

sampling. Responden yang diwawancara adalah nelayan pemilik kapal dan ABK

kapal. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu kantor PPN

Palabuhanratu, serta dari literatur terkait. Data primer dan sekunder yang telah

dikumpulkan akan diolah, sehingga akan diperoleh dan dianalisis produktivitas

serta hasil tangkapan, dan dapat pula ditentukan daerah penyebaran ikan serta

lokasi penangkapan ikan yang potensial.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE)

Keterangan : CPUEi = Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke-i (kg/trip)

(30)

15

Nilai CPUE dihitung berdasarkan musim penangkapan ikan, yaitu musim

paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak. Berdasarkan

hasil wawancara dengan nelayan musim paceklik dihitung pada bulan Desember

sampai dengan bulan Februari, musim sedang I pada bulan Maret sampai bulan

Mei, musim sedang II pada bulan Oktober sampai dengan November, dan musim

puncak pada bulan Juni sampai dengan bulan September. Jumlah hasil tangkapan

ikan yang dihitung adalah total dari empat jenis ikan yang terdiri dari tuna

madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), cakalang

(Katsuwonus pelamis), dan setuhuk loreng (Tetrapturus audax).

3.4.2 Analisis pendugaan daerah penangkapan ikan

Pendugaan daerah penangkapan ikan dilakukan dengan cara mengumpulkan

data logbook penangkapan pada salah satu kapal pancing. Data diperoleh dari kapal PSP 01 yang merupakan salah satu kapal yang mengoperasikan pancing

dengan alat bantu pengumpul ikan adalah rumpon. Data logbook yang dikumpulkan adalah data setiap trip penangkapan ikan yang mencakup posisi

penangkapan dalam setiap lintang dan bujur serta jumlah hasil tangkapan ikan.

Kemudian data hasil tangkapan (kg) dikonversi menjadi nilai CPUE. Posisi

penangkapan ikan dan nilai CPUE pada setiap musim diolah menggunakan

perangkat lunak Microsoft Office 2007 (Windows 7). Hasil olahan data posisi penangkapan ikan dan nilai CPUE tersebut adalah berupa peta. Posisi

penangkapan ikan yang akan diplotkan adalah data lokasi dan posisi penangkapan

(31)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah PPN Palabuhanratu 4.1.1 Letak geografis

Secara astronomis Palabuhanratu terletak pada 6057’ LS – 7004’ LS dan 106031’ BT – 106037’ BT. Adapun batas-batas wilayah Palabuhanratu yang memiliki luas wilayah 8.124,2 ha ini adalah:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Cikidang;

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciemas dan Simpenan;

3) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara;

4) Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Teluk Palabuhanratu memiliki panjang garis pantai sekitar 105 km yang

merupakan teluk terbesar di sepanjang pantai selatan pulau Jawa (Rezki 2011).

Perairan Palabuhanratu merupakan tempat bermuaranya dua sungai besar dan lima

sungai kecil. Sungai yang tergolong besar adalah sungai Cimandiri dan sungai

Citarik. Sungai yang tergolong kecil yang bermuara di perairan Palabuhanratu

adalah sungai Cimaja, Cipelabuhan, Citepus, Cikantak, dan Cibuntu.

4.1.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu 1) Nelayan

Nelayan merupakan bagian penting dari unit penangkapan ikan. Hal ini

karena nelayan merupakan pelaku aktif dalam melakukan operasi penangkapan

ikan. Setiap tahun, jumlah nelayan yang ada di Palabuhanratu terus mengalami

perubahan. Dari tahun 2006-2011 jumlah nelayan terbanyak terdapat pada tahun

2007 yaitu sebesar 5.994 orang. Sedangkan pada tahun 2008 tercatat 3.900 orang

nelayan yang merupakan jumlah terkecil dalam kurun waktu tersebut. Perubahan

(32)

17

Tabel 1 Jumlah nelayan di Palabuhanratu tahun 2006-2011

No Tahun Jumlah Nelayan (orang) Fluktuasi (%)

1 2006 4.371 -

Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu 2011

2) Alat tangkap

Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Palabuhanratu adalah pancing,

payang, rampus, gillnet, bagan, rawai tuna, dan purse seine. Perkembangan jumlah unit alat tangkap dalam rentang waktu enam tahun terakhir dapat dilihat

dari tabel berikut ini.

Tabel 2 Jumlah alat tangkap (unit) di Palabuhanratu tahun 2006-2011

No Tahun Jenis Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi

PYG PCG JR RWI BGN TML PRS GLN TLN (Unit) (%)

Ket: PYG=Payang, PCG=Pancing, JR=Jaring Rampus, BGN=Bagan, TML=Trammel

Net, PRS=Purse Seine, GLN=Gill Net, TLN=Tuna Longline.

Jenis alat tangkap yang paling dominan dalam kurun waktu enam tahun

terakhir adalah pancing, bagan, payang, dan tuna longline. Jumlah alat tangkap terbanyak dari tahun 2006-2011 adalah pancing, pancing ini terdiri dari pancing

tonda dan pancing ulur. Tahun 2011 terdapat 159 unit pancing, dimana 56% dari

unit pancing ini menggunakan alat bantu penangkapan rumpon. Jumlah unit alat

tangkap secara umum adalah mengalami kenaikan dari tahun 2006-2007, tetapi

dari tahun 2007-2011 jumlah alat tangkap terus menurun setiap tahunnya dengan

(33)

adalah tahun 2007 sebesar 1329 unit, sedangkan terendah pada tahun 2011 yaitu

260 unit. Penurunan jumlah alat tangkap ini dapat disebabkan karena bebepara

faktor yang salah satu diantaranya karena semakin berkurangnya sumberdaya ikan

yang menyebabkan semakin banyak armada penangkapan ikan yang tidak

beroperasi lagi.

3) Kapal

Kapal penangkap ikan adalah kapal perikanan yang secara khusus

digunakan untuk menangkap ikan termasuk segala aktivitas yang dilakukan

seperti penyimpanan, pendinginan, dan mengawetkan (PPN Palabuhanratu, 2010).

Kapal merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang sangat penting. Kapal

yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan di Palabuhanratu

terbagi menjadi dua bagian, yaitu Perahu Motor Tempel (PMT), dan Kapal Motor

(KM). Perahu motor tempel adalah perahu yang menggunakan mesin luar atau

meletakkan mesin di luar badan kapal (outboard). Kapal motor adalah kapal yang menggunakan mesin dalam atau meletakkan mesin di dalam badan kapal

(inboard). Berikut ini adalah Tabel jumlah kapal penangkapan ikan yang

digunakan di Palabuhanratu.

Tabel 3 Jumlah kapal penangkapan ikan di Palabuhanratu periode 2006-2011

No Tahun Kapal (Unit) Jumlah

Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Palabuhanratu

pada umumnya adalah menggunakan perahu motor tempel, tetapi pada tahun 2009

sampai tahun 2011 kapal motor lebih banyak dibandingkan dengan perahu motor

tempel yaitu sebanyak 394 unit untuk tahun 2009, 491 unit tahun 2010, dan

(34)

19

pada tahun 2011 sebesar 1.090 unit. Setiap tahunnya jumlah unit armada

penangkapan ini mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2008 yang

mengalami penurunan. Fluktuasi jumlah unit kapal dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Gambar 6 Jumlah kapal yang beroperasi di Palabuhanratu

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa armada penangkapan baik

perahu motor tempel maupun kapal motor setiap tahunnya mengalami perubahan.

Perahu motor tempel rata-rata dari tahun ke tahun mengalami penurunan, kecuali

pada tahun 2011, sedangkan kapal motor mengalami peningkatan. Jumlah armada

penangkapan untuk kedua jenis kapal ini mengalami peningkatan dengan rata-rata

kenaikan sebesar 8,11%.

4) Volume dan nilai produksi

Volume produksi ikan adalah seluruh jumlah ikan, baik dalam satuan ekor

ataupun kg yang ditangkap dari suatu kegiatan industri perikanan tangkap.

Volume dihitung dari hasil tangkapan yang dijual termasuk juga hasil yang

dimakan atau diberikan sebagai upah kepada nelayan. Sedangkan nilai produksi

(35)

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu

No Tahun Pendaratan Ikan

Produksi (Ton) Nilai (Rp)

Sumber: Data statistik PPN Palabuhanratu 2011

Tabel 4 di atas memperlihatkan perkembangan volume dan nilai produksi

selama enam tahun terakhir yang dimulai dari tahun 2006 sampai tahun 2011.

Dari tahun ke tahun volume produksi terlihat sangat bervariasi, terdapat kenaikan

ataupun penurunan angka volume produksi. Pada tahun 2006 volume produksi

berada pada kisaran 5.462 ton. Tahun berikutnya terjadi kenaikan volume

produksi menjadi 6.056 ton atau naik sekitar 10,89% dari tahun 2006. Perbedaan

volume produksi setiap tahunnya merupakan hal yang tidak dapat dihindari, tahun

2007 sampai ke tahun 2009 volume produksi mengalami penurunan dari 6.056 ton

ke 4.581 ton, dan semakin turun di tahun 2009 yaitu 3.950 ton. Pada tahun 2010

angka volume produksi kembali naik menjadi 6.744 ton, dan pada akhirnya

kembali turun di tahun 2011 menjadi 6.539 ton. Volume Produksi terkecil dari

enam tahun terakhir ini adalah pada tahun 2009, hal ini dapat disebabkan karena

beberapa faktor, diantara faktor yang paling penting adalah faktor cuaca dan

musim.

Ikan yang paling dominan didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah ikan

tuna mata besar (Big eye tuna), tuna madidihang (Yellow fin tuna), tuna albakora

(Albacore), dan cakalang (Skipjack tuna). Hasil tangkapan yang didaratkan ini

didominasi oleh jenis ikan tuna, hal ini disebabkan karena sumberdaya ikan tuna

di Palabuhanratu cukup tinggi, selain itu nilai jual ikan tuna juga tinggi karena

merupakan komoditas ekspor. Berikut ini tabel produksi hasil tangkapan dominan

(36)

21

Tabel 5 Produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di Palabuhanratu tahun 2011

No Produksi/bulan Nama Ikan

(kg) Tuna Mata Besar Madidihang Albakora Cakalang

1 Januari 223.246 67.262 37.653 12.247

Jumlah 1.940.034 1.069.438 493.025 864.739

Sumber: PPN Palabuhanratu 2011

5) Distribusi dan pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu

Distribusi dan pemasaran ikan hasil tangkapan dari PPN Palabuhanratu

dapat berupa dua produk, yaitu produk ikan segar dan produk olahan (ikan

pindang dan ikan asin). Kota tujuan distribusi dan pemasaran produk ikan segar

yaitu Palabuhanratu, Sukabumi, Cibadak, Bandung, Cianjur, Bogor, Jakarta,

Surabaya, Jawa Tengah, dan untuk ekspor. Ikan pindang dipasarkan ke Cisolok,

Loji, Ujung Genteng, Binuangeun, Cianjur, Blanakan, Pameungpeuk, Cibareno,

Indramayu, Cilacap, dan Juwana. Ikan asin dipasarkan ke Palabuhanratu,

Sukabumi, Cicurug, Bogor, Cianjur, dan Bandung. Berikut ini akan disajikan

tabel mengenai produksi ikan segar, asin, dan pindang yang dipasarkan dari PPN

Palabuhanratu.

Jenis ikan segar adalah produk ikan yang paling banyak dipasarkan dari

PPN Palabuhanratu. Jumlah tertinggi pemasaran mencapai 6.001.876 kg di tahun

2010, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya rata-rata mencapai 2-3 juta kg.

Ikan pindang dan ikan asin merupakan produk olahan yang dipasarkan dari PPN

Palabuhanratu dengan rata-rata pemasaran sebesar 1.009.017 kg untuk ikan

(37)

Tabel 6 Distribusi ikan segar, pindang, dan ikan asin dari PPN Palabuhanratu tahun 2006-2010

No Tahun Produksi Ikan (kg)

Ikan Segar Ikan Pindang Ikan Asin

1 2006 2.752.693 1.819.502 889.366

Rata-rata 3.937.751 1.009.017 593.595

Sumber: PPN Palabuhanratu 2011

Jumlah tertinggi produksi ikan pindang adalah sebesar 1.819.693 kg pada

tahun 2006, sedangkan pada tahun berikutnya terus mengalami penurunan hingga

tahun 2010 hanya memproduksi 202.974 kg. Produksi ikan asin tertinggi adalah

pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.124.232 kg, kemudian pada tahun berikutnya

mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak merata.

4.2 Fasilitas PPN Palabuhanratu

PPN Palabuhanratu merupakan pelabuhan perikanan yang dikategorikan ke

dalam klasifikasi pelabuhan perikanan tipe B. Kelancaran kegiatan dan aktivitas

perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh ketersediaan serta kelengkapan

fasilitas di pelabuhan perikanan tersebut. Fungsi fasilitas disini adalah untuk

memenuhi pelayanan kepada publik, baik ke nelayan, pegawai pelabuhan,

maupun masyarakat sekitar. Fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu, fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan

fasilitas penunjang.

Fasilitas pokok merupakan fasilitas dasar untuk menunjang segala aktivitas

utama penangkapan ikan, baik kegiatan di darat maupun di laut. Fasilitas pokok

ini meliputi dermaga, kolam pelabuhan, breakwater. Dermaga berfungsi untuk tempat bertambat dan berlabuhnya kapal dalam melakukan bongkar muat hasil

tangkapan serta pengisian bahan bakar minyak kapal. Dermaga yang ada di

Palabuhanratu memiliki terdiri dari dua, yaitu dermaga 1 dan dermaga 2. Panjang

dermaga 1 adalah 509 m, sedangkan dermaga 2 memiliki panjang 410 m. Kolam

(38)

23

dan untuk berputar kapal. Sama dengan dermaga, kolam pelabuhan di PPN

Palabuhanratu terdiri dari dua yaitu kolam pelabuhan 1 dan kolam pelabuhan 2.

Kolam pelabuhan satu memiliki luas 3 ha, kedalaman 2-3 m, dan kolam

pelabuhan 2 dengan luas 2 ha dengan kedalaman 4 m. Fasilitas pokok yang ketiga

adalah breakwater. Breakwater (pemecah gelombang) berfungsi untuk melindungi wilayah darat dari terjangan ombak ataupun gelombang laut.

Breakwater pertama berada di sebelah utara memiliki panjang 125 m, yang kedua

di sebelah selatan 294 m, kemudian di sebelah timur 200 m, dan di sebelah barat

50 m.

Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang ada di PPN

Palabuhanratu terdiri dari TPI, kantor pelabuhan, syahbandar, depot air bersih,

tangki BBM, perbengkelan alat tangkap, galangan kapal, dan pasar ikan. TPI

merupakan tempat untuk pertemuan antara nelayan penjual dengan pembeli yang

melakukan transaksi lelang ikan. Bangunan TPI di Palabuhanratu memiliki luas

sebesar 920 m2.

Kantor pelabuhan merupakan tempat para pegawai pelabuhan melakukan

kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kepada publik, evaluasi,

administrasi, koordinasi, dan lain-lain untuk mengatur aktivitas kepelabuhanan di

PPN Palabuhanratu. Syahbandar berfungsi mengawasi kelengkapan peraturan dan

melakukan penjagaan terhadap keselamatan dan keamanan dalam pelayaran lalu

lintas kapal di pelabuhan perikanan.

Depot air disalurkan melalui media truk tangki air yang mengangkut air

bersih dari PDAM ke tangki air bersih milik PPN Palabuhanratu. Kapasitas

tangki air bersih yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 5.000 liter. Tangki BBM

yang ada di PPN Palabuhanratu terdiri dari dua unit tangki dengan masing-masing

kapasitas tangki adalah sebesar 320 m3 dan 208 m3, tangki ini dilengkapi dengan pompa yang berfungsi untuk menyalurkan solar. Perbengkelan alat tangkap

merupakan fasilitas untuk memperbaiki alat tangkap yang rusak, areal yang

(39)

Galangan kapal disediakan untuk perbaikan dan perawatan kapal. Galangan

kapal dilengkapi dengan rel untuk mempermudah menaikkan kapal ke daratan

ketika kondisi air laut sedang surut. Pasar ikan merupakan tempat terjadinya jual

beli ikan antara pedagang ikan dengan pembeli atau tempat pemasaran hasil

tangkapan. Luas pasar ikan yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 352 m2.

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan

peranan pelabuhan dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas di pelabuhan

perikanan. Fasilitas penunjang yang ada di PPN Palabuhanratu terdiri dari rumah

(40)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Keragaan unit penangkapan ikan 1) Pancing

Alat tangkap yang digunakan pada perikanan pancing di sekitar rumpon

terdiri dari beberapa jenis, yaitu pancing tonda, pancing layangan, pancing tomba,

dan pancing coping. Pancing layangan, pancing tomba, dan pancing coping

merupakan pancing yang diklasifikasikan ke dalam pancing ulur. Semua kegiatan

operasional dari keempat pancing tersebut dilakukan disekitar alat bantu

pengumpul ikan (rumpon), sehingga oleh nelayan di Palabuhanratu disebut

pancing rumpon. Metode yang digunakan dalam melakukan operasional

penangkapan ikan untuk setiap alat tangkap tersebut berbeda satu sama lainnya,

semuanya tergantung kepada konstruksi dan waktu penangkapan.

Pancing tonda adalah sejenis alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik dengan kapal atau perahu. Alat tangkap ini biasanya menggunakan umpan

buatan dari plastik atau bulu ayam. Alat tangkap ini terdiri dari mata pancing dan

tali, mata pancing yang digunakan merupakan mata pancing berkait yang terbuat

dari baja dan digabungkan 2-3 mata pancing nomor 7-8, sedangkan tali terbuat

dari nilon monofilamen. Tujuan utama pengoperasian alat tangkap pancing tonda

adalah mencari ikan untuk umpan. Operasi penangkapan ikan menggunakan

pancing tonda berlangsung di bagian belakang kapal (buritan). Waktu

penangkapan ikan dengan pancing tonda dilakukan pada pukul 05.00 WIB.

Kegiatan penangkapan pertama kali dilakukan dengan cara mengikatkan ujung tali

pancing ke bagian sayap kiri dan kanan kapal, serta pada bagian buritan. Panjang

tali pancing yang digunakan adalah sekitar 25-60 meter, tergantung kepada jarak

posisi rumpon dengan daerah pengoperasian. Kemudian tali pancing

direntangkan dan ditarik oleh kapal menyusuri daerah penangkapan ikan yang

telah ditentukan. Umpan yang digunakan pada operasi penangkapan ikan

menggunakan pancing ini adalah umpan buatan berupa sutera yang

berwarna-warni sehingga menarik perhatian ikan untuk memangsanya. Jika ikan target

(41)

pancing dan tidak bisa terlepas kembali. Umumnya ikan yang tertangkap dengan

menggunakan alat tangkap pancing tonda adalah ikan tongkol dan baby tuna. Ikan yang tertangkap ini sebagian akan digunakan sebagai umpan dalam operasi

penangkapan pancing tomba.

Pancing layangan merupakan alat tangkap yang terdiri dari layangan, tali

pancing, mata pancing, dan umpan buatan. Layangan yang digunakan adalah

layangan yang terbuat dari plastik dengan rangka bilah bambu, pada umumnya

layangan berwarna hitam, dan untuk sekali melaut membutuhkan 50-100

layangan. Tali pancing terbuat dari nilon monofilamen nomor 800 dan nomor

1.000, sedangkan panjang tali pancing adalah 15-20 m. Ukuran mata pancing

yang digunakan adalah mata pancing no 1 dan 2 karena pancing layangan

digunakan untuk menangkap tuna ukuran besar. Mata pancing ini merupakan

multiple hook yang dirakit menjadi satu terdiri dari 3 mata pancing dan diikat

dengan menggunakan nilon monofilamen. Umpan yang digunakan berbentuk

cumi-cumi yang merupakan umpan buatan. Umpan buatan tersebut memiliki

warna yang cerah agar menarik perhatian ikan.

Pancing layangan dioperasikan pada siang dan sore hari. Operasi

penangkapan ikan diawali dengan menurunkan umpan buatan yang telah dikaitkan

ke mata pancing ke dalam perairan, layangan diterbangkan dengan arah

menyamping agar umpan buatan menyusur di permukaan perairan. Karena warna

umpan yang dapat menarik perhatian ikan, maka ikan akan menyambar umpan

buatan dan akan menariknya ke perairan yang lebih dalam. Tarikan ikan ini akan

memberikan tanda kepada nelayan kalau umpan telah dimakan, sehingga nelayan

dapat menarik tali pancing dan menaikkan ikan hasil tangkapan ke atas kapal.

Resiko yang tidak dapat dihindari adalah putusnya layangan akibat tarikan ikan.

Pancing tomba merupakan pancing ulur yang dimodifikasi menggunakan

jerigen sebagai pelampungnya. Konstruksi alat tangkap pancing tonda terdiri dari

jerigen, tali pancing, pemberat, dan mata pancing. Jerigen yang digunakan

berwarna cerah agar mudah terlihat ketika penggunaan. Tali pancing terbuat dari

bahan nilon monofilamen, sama halnya dengan tali yang digunakan pada pancing

tonda. Panjang tali pancing dapat mencapai 35-55 meter. Selain itu, pancing

(42)

27

berat 1 kg. Pemberat berfungsi agar tali pancing tetap dalam keadaan lurus

vertikal atau tegak ketika dipasang di dalam air, tidak terbawa oleh arus. Mata

pancing yang digunakan adalah mata pancing nomor satu sampai nomor tiga,

tergantung ukuran ikannya. Mata pancing ini terbuat dari baja.

Umpan dari pancing tomba adalah ikan hidup yang biasanya diperoleh dari

hasil tangkapan pancing tonda. Jenis ikan yang digunakan untuk umpan adalah

ikan tongkol yang ukurannya kurang dari 2 kg. Hasil tangkapan utama yang

diharapkan dari penangkapan menggunakan pancing tomba adalah ikan tuna yang

berukuran sedang dan besar.

Metode penangkapan dimulai dengan penangkapan ikan untuk umpan,

kemudian umpan dikaitkan pada mata pancing dan umpan yang telah di pasang

harus dalam keadaan hidup. Setelah itu pancing dilepaskan ke dalam perairan

bersama dengan jerigen yang merupakan pelampung. Pemasangan atau setting dapat dilakukan sampai dengan 15 unit pancing tomba. Jika ikan target memakan

umpan dan tertangkap pada mata pancing maka jerigen diangkat ke atas kapal,

ikan hasil tangkapan dimasukkan ke dalam palka kapal. Ikan tuna yang

tertangkap pada umumnya adalah tuna madidihang.

Pancing coping merupakan pancing yang dioperasikan di sekitar rumpon.

Pengoperasian dilakukan di pinggir kapal saat kapal diam. Pancing coping ini

terdiri dari tali pancing, mata pancing, dan umpan. Ukuran tali pancing yang

digunakan mencapai 100 meter nilon monofilamen, tali terikat pada swivel dan pemberat. Pemberat yang digunakan memiliki massa 200 gram. Mata pancing

dipasang umpan yang biasanya terdiri dari barang-barang bekas yang mengkilat

seperti CD dan sendok bekas. Pengoperasian pancing coping diawali dengan

melemparkan mata pancing ke dalam perairan dan diikuti oleh pemberat. Mata

pancing akan bergerak karena adanya tarikan dari pemberat, sehingga seolah-olah

umpan yang terpasang bergerak layaknya ikan yang sedang berenang. Jika ikan

telah memakan umpan, maka tali ditarik secara cepat oleh nelayan dan hasil

(43)

Gambar 7 Pancing di Palabuhanratu

2) Kapal

Kapal yang beroperasi dalam penangkapan menggunakan pancing di sekitar

rumpon umumnya berbahan dasar kayu. Kapal ini memiliki 3 palka yang

berbahan fiber ataupun kayu dan terletak dibagian depan kapal. Biasanya satu

palka digunakan untuk meletakkan alat tangkap, sedangkan dua palka lainnya

digunakan untuk meletakkan hasil tangkapan. Kapal rumpon, nama kapal yang

biasa disebut oleh nelayan di Palabuhanratu ini memiliki dua mesin, yaitu mesin

utama dan mesin bantu. Mesin utama maupun mesin bantu menggunakan bahan

(44)

29

Tabel 7 Spesifikasi kapal pancing di sekitar rumpon

No Komponen kapal Keterangan

1 Panjang total (LOA) 12-17 m

2 Lebar kapal (B) 3-3,5 m

3 Dalam (d) 2-2,5 m

4 Tonase 6 GT

5 Kekuatan mesin utama dan mesin bantu 300 dan 24 PK

Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan pancing di sekitar rumpon

dapar terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 8 Kapal pancing di sekitar rumpon

3) Nelayan

Nelayan dalam pengoperasian alat tangkap pancing pada umumnya berasal

dari nelayan lokal Palabuhanratu. Banyak pula nelayan yang berasal dari daerah

luar, pada umumnya nelayan luar berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan dan

(45)

Pembagian tugas masing-masing nelayan berbeda-beda, diantaranya:

1) Juru mudi, merupakan nelayan yang bertugas dalam mengemudikan kapal,

mengatur jalan dan arah kapal. Juru mudi disebut juga sebagai tekong;

2) Juru masak, merupakan nelayan yang bertugas untuk memasak;

3) Juru mesin, merupakan nelayan yang bertugas untuk mengecek mesin kapal;

4) Pemancing, merupakan nelayan yang bertugas dalam memancing ikan.

Walaupun terdapat perbedaan tugas, ketika melakukan pemancingan mulai

dari persiapan, setting, sampai kepada hauling semua nelayan ikut serta kecuali juru mudi.

5.1.2 Rumpon

Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang terbuat dari bahan tali

rafia atau daun pepohonan seperti daun pohon kelapa. Alat bantu penangkapan

disini artinya rumpon membantu mengumpulkan ikan sehingga memudahkan

nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Komponen utama dari rumpon ini

adalah pelampung (terbuat dari ponton), tali, atraktor berupa daun kelapa atau tali

rafia, dan pemberat yang terbuat dari drum yang diisi dengan semen.

Berikut merupakan rincian dari komponen utama rumpon:

1) Ponton, merupakan pelampung yang terbuat dari besi ataupun busa dengan

dimensi panjang 2,5 meter; diameter 1 meter;

2) Atraktor, terbuat dari kumpulan ban bekas yang dirangkai menjadi satu

menggunakan tali. Pada tali dipasang tali rafia yang berumbai. Selain

menggunakan tali rafia, pada tali juga sering dipasang daun kelapa;

3) Tali utama, panjang tali utama yang digunakan adalah sekitar 1,5 kali

dalamnya perairan tempat dipasangnya rumpon tersebut. Tali ini juga

terbuat dari anyaman tali rafia. Pada umumnya memiliki diameter sebesar

20-24 milimeter;

4) Pemberat, terbuat dari beton yang berbentuk kubus yang diisi semen.

Penghubung antara tali utama dengan pemberat adalah karet ban bekas yang

dipasang melingkar di atas pemberat. Jumlah pemasangan pemberat adalah

(46)

31

(47)

5.1.3 Komposisi hasil tangkapan

Ikan yang tertangkap dalam operasi penangkapan ikan menggunakan

pancing adalah tuna madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus

obesus), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan setuhuk loreng (Tetrapturus audax).

Ikan yang dominan tertangkap adalah tuna madidihang, tuna mata besar, dan

cakalang, sedangkan setuhuk loreng merupakan hasil tangkapan sampingan.

Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan menggunakan pancing di

sekitar rumpon pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 8 dan komposisi hasil

tangkapan dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

Tabel8 Jumlah hasil tangkapan unit pancing di sekitar rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011

No Nama Ikan Jumlah (kg)

1 Madidihang (Thunnus albacares) 349.547 2 Tuna mata besar (Thunnus obesus) 205.465 3 Cakalang (Katsuwonus pelamis) 385.175 4 Setuhuk loreng (Tetrapturus audax) 22.921

Jumlah 963.108

Sumber: Data hasil olahan 2012

Gambar 10 Komposisi hasil tangkapan pancing di PPN Palabuhanratu tahun 2011

Berdasarkan Gambar 10 di atas komposisi hasil tangkapan terbesar pada

unit perikanan pancing di sekitar rumpon pada tahun 2011 adalah cakalang, yaitu

sebesar 40%. Madidihang dan tuna mata besar tertangkap sebesar 36% dan 21%.

(48)

33

Sedangkan komposisi setuhuk loreng yang merupakan hasil tangkapan sampingan

tertangkap sebanyak 3%.

Tabel9 Komposisi hasil tangkapan unit pancing rumpon pada musim paceklik sampai dengan musim puncak tahun 2007-2011

No Jenis Ikan Musim (kg)

Tabel 9 di atas menjelaskan tentang komposisi hasil tangkapan pancing

dari musim paceklik sampai dengan musim puncak dari tahun 2007-2011. Ikan

yang paling banyak tertangkap pada musim paceklik adalah cakalang, yaitu

sebesar 175.311 kg atau 39,52%, kemudian diikuti oleh madidihang (39,17%),

tuna mata besar (17,96%), dan setuhuk loreng (3,34%). Sedangkan pada musim

sedang dan musim puncak madidihang mendominasi hasil tangkapan yaitu

sebesar 570.061 kg atau 44,34% dan 595.616 kg atau 49,81%.

5.1.4 Analisis tingkat produktivitas pancing rumpon setiap musim

Tingkat produktivitas suatu alat penangkapan ikan salah satunya dapat

ditentukan dengan menghitung Catch per Unit Effort (CPUE). Catch merupakan jumlah produksi yang dihasilkan oleh pancing dan Effort merupakan jumlah trip penangkapan ikan dalam musim tertentu. Sesuai dengan hasil wawancara

terhadap nelayan yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa musim di

Palabuhanratu yaitu musim paceklik (Desember-Februari), musim sedang I

(Maret-Mei), musim sedang II (Oktober-November), dan musim puncak

(Juni-September).

1) Produksi (Catch)

Produksi hasil tangkapan pancing di sekitar rumpon selama periode 2007

sampai dengan 2011 sangat berfluktuasi. Tetapi setiap tahunnya produksi

cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2011 yang menurun sekitar 10% dari

(49)

kg dan produksi terkecil tahun 2007 sebesar 275.504 kg. Fluktuasi ini dapat

disebabkan karena pengaruh musim pada setiap tahunnya dan kondisi daerah

penangkapan ikan.

Gambar 11 Produksi hasil tangkapan pancing periode 2007-2011

Jumlah produksi hasil tangkapan dari musim paceklik sampai musim

puncak semakin meningkat. Rata-rata produksi pada musim paceklik sebesar

88.990 kg, musim sedang I 201.832 kg, musim sedang II 91.158 kg, dan musim

puncak sebesar 296.356 kg. Kenaikan hasil tangkapan ikan pancing rumpon di

Palabuhanratu dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 12 Rata-rata produksi hasil tangkapan pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak tahun 2007- 2011

Musim paceklik Musim sedang I Musim sedang II Musim puncak

(50)

35

2) Upaya penangkapan (effort)

Upaya penangkapan hasil tangkapan ikan di Palabuhanratu dilakukan

menggunakan unit penangkapan pancing rumpon berupa jumlah trip melaut setiap

tahunnya. Sama halnya dengan produksi, upaya penangkapan juga mengalami

fluktuasi setiap tahun. Dari tahun 2008 hingga tahun 2010 terjadi kenaikan upaya

penangkapan yang cukup signifikan yaitu sekitar 179% pada tahun 2009 dan

117% pada tahun 2010. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan

yang juga meningkat dari tahun 2008 hingga 2010 sebesar 122% dan 64% dimana

pada tahun 2010 merupakan tahun dimana menghasilkan produksi terbesar pada

periode itu.

Gambar 13 Upaya penangkapan unit pancing periode 2007-2011

Upaya penangkapan unit pancing dari tahun 2007 hingga tahun 2011

rata-rata meningkat pada musim paceklik sampai pada musim puncak. Upaya

penangkapan pada musim sedang II adalah upaya terendah yaitu sebanyak 156

trip, dan pada musim puncak tertinggi 400 trip. Terjadi penurunan upaya

penangkapan ikan pada musim sedang II, penurunan ini adalah sebesar 153 trip

(51)

Gambar 14 Rata-rata upaya penangkapan unit pancing pada musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak tahun 2007- 2011

3) Produksi per satuan upaya penangkapan ikan (catch/effort)

Produksi per upaya penangkapan ikan atau yang biasa disebut CPUE pada

pancing di sekitar rumpon dapat digambarkan pada setiap musim penangkapan

ikan (musim paceklik, musim sedang I, musim sedang II, dan musim puncak) dari

tahun 2007 sampai tahun 2011. Nilai CPUE masing-masing dapat dilihat dari

keempat musim tersebut.

Tabel 10 Perkembangan nilai CPUE unit pancing tahun 2007

No Musim Catch (kg) Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1 Musim paceklik

(Desember-Februari) 69.670 105 663,52

2 Musim sedang I

(Maret-Mei) 52.609 88 597,83

3 Musim sedang II

(Oktober-November) 40.764 37 1.101,11

4 Musim puncak

(Juni-September) 112.461 141 797,60

Jumlah 275.504 371 3.160,68

Sumber: PPN Palabuhanratu 2007

Produksi hasil tangkapan terbesar terdapat pada musim puncak yaitu

sebesar 112.461 kg, dan nilai CPUE 797,60 kg/trip. Sedangkan produksi hasil

tangkapan terkecil terdapat pada musim sedang II yaitu sebesar 40.764 kg dengan

nilai CPUE adalah 1.101,11 kg/trip. Rata-rata CPUE tahun 2007 adalah sebesar

-Musim paceklik Musim sedang I Musim sedang II Musim puncak

Gambar

Gambar 7  Pancing di Palabuhanratu
Gambar 9  Rumpon yang digunakan di Palabuhanratu
Tabel 8  Jumlah hasil tangkapan unit pancing di sekitar rumpon di PPN
Gambar 16  Rata-rata nilai CPUE pada musim paceklik tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “Pengembangan Sistem Human

 Pasal 96 ayat (3) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana dimana

pencipta lagu tidak mendapatkan hasil apa-apa atas karyanya tersebut yang dinikmati oleh orang lain, dan banyak sekali pihak yang menggunakan lagu tersebut tanpa

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data langsung berupa informasi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler,

Parenting berbasis Islami merupakan suatu program pendidikan yang diberikan kepada anggota keluarga, khususnya bagi orang tua yang memiliki kemampuan untuk mendidik

Dos sollen, yakni mengenai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan, terkait

Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, perencanaan SDM lebih menekankan adanya usaha peramalan (forecasting) mengenai ketersediaan tenaga kerja yang