• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Swface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Swface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE SURFACE RELATED MULTIPLE

ELIMINATION (SRME) UNTUK MEREDUKSI PANTULAN

MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT

LIA BADRIYAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Penerapan Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Lia Badriyah

(4)

ii

ABSTRAK

LIA BADRIYAH. Penerapan Metode Surface Reated Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut. Dibimbing oleh HENRY M. MANIK

Teknologi seismik merupakan suatu metode perolehan data mengenai struktur bawah permukaan bumi dengan menggunakan prinsip akustik. Hasil perekamannya tidak hanya berupa sinyal primer, tetapi juga terdapat gangguan yang nantinya akan berpengaruh pada interpretasi hasil. Refleksi (pantulan) multipel merupakan salah satu dari gangguan yang ada pada data seismik. Dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung. Metode yang digunakan dengan Surface Related Multiple Elimination

(SRME) yang berasumsi bahwa data yang mengandung multipel permukaan akan dibuatkan suatu prediksi multipel kemudian dieliminasi multipel dari data input. Hasil penelitian dengan SRME menunjukan adanya perbedaan dengan tidak menggunakan SRME pada tampilan penampang seismik. Pada data sebelum di SRME secara kasat mata terlihat bahwa data masih memiliki multipel. Pada data setelah di SRME multipel berhasil direduksi. Multipel yang ada pada data termasuk multipel lintasan panjang. Berdasarkan hasil tersebut menyatakan bahwa SRME merupakan metode yang efektif dalam menekan keberadaan multipel.

Kata Kunci: Multipel, Seismik, SRME, Refleksi

ABSTRACT

LIA BADRIYAH. Application of Surface Related Multiple Elimination (SRME) Method to reduce multiple reflection in Marine Seismic Data. Supervised by HENRY M. MANIK.

Seismic technology is a method of acquiring data on the structure of the earth's subsurface using acoustic principles. Results of the recording not only of primary signal, but also a noise that will affect the interpretation. Multiple reflection is one of the existing noise in the seismic data. In this study using data obtained from the Center for Research and Development of Marine Geology (PPPGL) Bandung. The method used by a Surface Related Multiple Elimination (SRME) have assumes that the data contains multiple related to surface than made a file multiple prediction and then subtraction the multiple. Results with and without SRME processing shows the differences in seismic display. Data before SRME seen that the data still has multiple. After using SRME the multiple was reduced. Multiple still exist in the data path including multiple long path multiple. Based on these results that the SRME is an effective method to reduce the presence of multiple.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

PENERAPAN METODE SURFACE RELATED MULTIPLE

ELIMINATION (SRME) UNTUK MEREDUKSI PANTULAN

MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT

LIA BADRIYAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Penerapan Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut

Nama : Lia Badriyah

NIM : C54090008

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh

Dr Henry M Manik SPi MT Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya MSc. Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr Henry M. Manik, SPi MT selaku pembimbing skripsi.

2. Bapak Adriyan Willyan Djaja selaku pembimbing lapang dan seluruh staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung yang telah membantu penulis selama pengolahan data.

3. Bapak Ir. Lili Sarmili dan Tim Cekungan Bone atas data penelitian Teluk Bone lintasan 7-1 yang digunakan dalam penelitian ini.

4. Kedua orang tua penulis Muhammad Bawing dan Icah Aisyah atas do’a restu dan dukungannya selalu sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

5. Saudara penulis Lisa Latifah, Aldiansyah, dan Ahmad Baidowi. 6. Teman-teman Kosan Wisma QQ.

7. Teman-teman seperjuangan ITK 46 yang selalu memberikan semangat. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu perlulah kiranya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan pada masa mendatang. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan dan Alat 4

Prosedur Pengolahan Data 4

Input data 5

Geometri 5

Dekonvolusi 5

Filter 5

Analisis kecepatan 5

Penerapan SRME 6

Stacking 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Analisis kecepatan 7

Surface Related Multiple Elimination (SRME) 8

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Parameter Pengambilan Data Lapangan Bone Lintasan 7-1 5

2 Pengolahan SRME di ProMAX 18

3 Parameter modul SRME Regularization pada data Bone Lintasan 7-1 18 4 Parameter modul SRME Macro pada data Bone Lintasan 7-1 19 5 Parameter modul SRME Match filter pada data Bone Lintasan 7-1 20 6 Parameter modul SRME Adaptive subtraction pada data Bone Lintasan 7-1 20

DAFTAR GAMBAR

1 Jenis Multipel Berdasarkan Klasifikasinya 2

2 Peta Akuisisi data Perairan Teluk Bone 3

3 Diagram alir pemprosesan data 4

4 Pemilihan analisis kecepatan pada salah satu CDP Gather 6

5 Picking Velocity Terhadap Semblance 8

6 Penampang Seismik berupa Prediksi Multipel data Bone Lintasan 7-1 9 7 Penampang seismik dengan pembagian sedimen berdasarkan lapisan 11

8 Penampang Input Data Bone Lintasan 7-1 13

9 Penampang Output Data Bone Lintasan 7-1 13

10 Agoritma Metode SRME 20

11 Model Refleksi Seismik pada Permukaan 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 18

2 Lampiran 2 21

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya alam khususnya minyak bumi (hidrokarbon) adalah sumber daya energi yang paling dicari dan dibutuhkan oleh umat manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu dibutuhkan metode yang tepat guna untuk meningkatkan akurasi dari hasil eksplorasi tersebut (Verschuur 2006). Metode seismik adalah metode yang paling populer dalam eksplorasi minyak bumi. Kecanggihan teknologinya dalam bidang akuisisi data, pengolahan data maupun penunjang interpretasi akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu eksplorasi.

Teknologi seismik adalah suatu metode untuk memperoleh data mengenai struktur bawah permukaan dengan menggunakan prinsip akustik. Metode perekaman seismik ada dua, yaitu seismik refleksi (pantul) dan seismik refraksi (bias) . Secara umum yang biasa digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas, lebih menggunakan metode seismik refleksi karena informasi rekaman yang diberikan lebih lengkap dan lebih baik (Oktavinta 2008). Namun dalam kenyataannya data seismik yang terekam tidak hanya mengenai sub-dasar perairan, tetapi juga terdapat derau. Salah satu derau yang sering terekam pada data seismik adalah derau multipel. Keberadaan multipel sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam pengolahan data seismik laut, karena energi multipel menyebabkan energi gelombang primer menjadi tidak fokus, sehingga akan sulit membedakan antara gelombang primer dengan multipel. Padahal model dasar dalam pengolahan data seismik semestinya hanya berupa sinyal primer (Hill et al. 1999).

Selain itu salah satu pekerjaan penting dalam eksplorasi hidrokarbon adalah mengidentifikasi dan menekan keberadaan multipel. Oleh karena itu perlu dilakukannya studi untuk menerapkan teknik atau metode yang secara efektif dapat mereduksi multipel. Banyak metode yang sudah dikembangkan dalam menekan keberadaan multipel. Pada umumnya, metode eliminasi multipel diklasifikasikan dalam dua kategori (Wiggins, 1988) : (1) metode berdasarkan perbedaan antara refleksi primer dan multipel, dan (2) metode yang memprediksi dan mengurangkan energi multipel dari input data seismik.

Metode pada kategori pertama menyatakan pengurangan multipel berdasarkan keberkalaan seperti Dekonvolusi (Besta 2012) dan pembedaan moveout seperti Metode Tau-P (Abdullah 2001) Stacking, F-K filter, dan filter Radon (Brisbane 2001), sedangkan pengurangan multipel pada kategori kedua berdasarkan pada hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara refleksi primer dengan refleksi multipel. Sederhananya, multipel didefinisikan sebagai kejadian yang nampak seperti refleksi primer dengan kedalaman dua kali dari refleksi primer dalam TWT (lampiran 3).

(13)

dan Berkhout 1997), dengan memanfaatkan refleksi (Rahadian 2011) dan dengan secara efektif melakukan penekanan dengan membuat model multipel dari data seismik (Verschuur et al. 1992). Multipel memiliki beberapa jenis berdasarkan klasifikasinya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis Multipel yang merupakan klasifikasi dari multipel permukaan (a) Water Bottom Multiple (b) Peg-Leg Multiple (c)

Second – Order Multiple (d) Refracted Multiple (e) Diffracted Multiple (f) Hybrid Multiple (Dragoset et al. 2010)

Prosedur SRME yang diterapkan berdasarkan konsep bahwa seluruh kejadian refleksi multipel adalah disusun oleh konvolusi dari refleksi primer (Wiggins 1988). Hal ini diimplementasikan ke dalam dua langkah : pertama adalah melakukan prediksi dari multipel melalui auto-konvolusi trace

(lampiran 3); dan yang kedua melakukan pengurangan multipel hasil prediksi dengan data input (Verschuur et al. 1992), karena metode SRME ini tidak bergantung pada perbedaan jarak antara sumber dan penerima, maka atenuasi multipel permukaan akan dapat menghilangkan refleksi multipel secara efektif tanpa mempengaruhi refleksi primer, bahkan jika pola antara keduanya mirip.

(14)

3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode SRME untuk mereduksi multipel pada data seismik laut.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan akuisisi data dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi kelautan (PPPGL) Bandung dengan kapal Geomarin III pada November 2011. Lokasi survei terletak di perairan Bone Propinsi Sulawesi Selatan dengan koordinat 120° 30’ BT - 120° 30’ BT dan 04° 00’ LS - 06° 00’ LS. Teluk Bone memiliki potensi hidrokarbon, sehingga perlu kajian seismik untuk mengetahui potensinya. Selama survei, terdapat 17 lintasan seismik dengan panjang 967.100 Km. Namun hanya lintasan 7-1 yang digunakan dalam penelitian ini (Gambar 2). Lintasan 7-1 memiliki panjang 63.850 m. Pengolahan data dilakukan selama ± 3 bulan yakni April – Juni 2013. Lokasi pengolahan data di laboratorium Promax, PPPGL, Bandung.

(15)

Bahan dan Alat

Penelitian menggunakan bahan berupa data seismik yang berekstensi SEG - D. Peralatan yang digunakan terdiri dari perangkat keras yang meliputi satu PC dengan sistem operasi LINUX. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan yaitu ProMAX 2D Versi R5000.0.2.9 (software

dikembangkan oleh Bryan Research and Enginering yang merupakan produk dari ©Landmark Graphics Corporation) dan ArcGIS 10.

Prosedur Pengolahan Data

Tahap penelitian yang dilakukan antara lain tahap sebelum pemprosesan (Input data, Geometri, Dekonvolusi, Filter, Muting); dan tahap pemprosesan dengan menggunakan metode SRME. Pada penelitian ini lebih ditekankan pada Metode SRME yang diharapkan dapat mereduksi multipel yang berkaitan dengan lapisan permukaan laut. Gambar 3 merupakan diagram alir pemprosesan data seismik laut 2D pada software ProMAX. Alur Pemprosesan mengacu pada Nimamulla (2010), Rahadian (2011), Santoso (2007), dan Verschuur et al. (1992).

(16)

5

Input Data

Input data merupakan proses pemasukkan data kedalam software. Data yang digunakan berekstensi SEG-D. Format perekaman data

Demultiplexed yang berarti penyusunan dan penggabungan data diatur kembali berdasarkan saluran. Tipe sercel yang digunakaan 408 XL.

Geometri

Proses geometri merupakan proses penyesuaikan data input dengan informasi data di lapangan ketika akuisisi berlangsung. Geometri perlu dilakukan agar data rekaman sesuai dengan keadaan di lapangan (Victor 2010). Koreksi dilakukan dengan memberi alamat pada setiap titik tembak agar kedudukan atau posisinya tepat, atau dapat terdefinisi sesuai dengan informasi data di lapangan. Informasi geometri data yang dipakai di dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Pengambilan Data Lapangan Bone Lintasan 7-1

Parameter Nilai

Proses Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi agar kembali seperti data yang sebenarnya dengan amplitudo yang tinggi dan tajam. Selain itu Dekonvolusi merupakan tahapan untuk meningkatkan resolusi temporal dari data seismik.

Filter

Pada proses filter, masukan berupa data Pre-Stack yang kemudian di

Top muting. Proses Top muting dilakukan untuk memotong sinyal yang berada di kolom perairan yang berfungsi untuk memotong ganguan yang bercampur dengan data ataupun membuang data yang rusak.

Analisis Kecepatan

(17)

Gambar 4 menunjukan proses pemilihan analisis kecepatan CDP 123 dengan gerbang waktu dari ± 1.000 ms sampai ± 7.500 ms. Titik-titik berwarna merah merupakan titik pilih, daerah yang di-pick merupakan daerah dengan respon amplitudo terkuat yang menunjukkan kesamaan, yaitu ditandai dengan warna merah pada semblance panel (panel kemiripan). Garis merah menggambarkan hiperbolik dari kecepatan seismik, semakin mendekati inti bumi maka nilai kecepatan semakin bertambah. Kesulitan dalam tahap ini terkadang sulit untuk membedakan antara reflektor yang sebenarnya dengan multipel. Multipel juga memiliki gambaran refleksi yang sama kuat dengan reflektor sinyal primer, sehingga diperlukan konsentrasi

Gambar 4. Pemilihan analisis kecepatan pada salah satu CDP Gather tinggi pada proses analisis kecepatan untuk memilih titik-titik reflektor dengan kecepatan yang membentuk pola hiperbolik serta membedakan antara kecepatan reflektor dan multipel. Pada CDP terdapat lima titik pick

pada CDP 123 dan dapat dilihat bahwa nilai kecepatan pada titik-titik pick

tersebut selalu bertambah besar seiring meningkatnya kedalaman.

Alur dalam pembuatan analisis kecepatan terdiri dari Supergather Formation dan Velocity analysis. Setelah pemilihan kecepatan selesai dilakukan, simpan dengan File kemudian Save as picks, dan dapat dilihat kembali melalui perintah Velocity Viewer/Point Editor*. Hal ini dapat digunakan untuk melihat proses pemilihan kecepatan yang telah dilakukan sudah baik atau belum pada setiap CDP. Analisis kecepatan ini dibutuhkan dalam modul SRME yakni pada modul SRME Regularization yang berguna untuk melakukan interpolasi dan ekstrapolasi ke Zero offset dalam keadaan

gather terkoreksi NMO (lampiran 3).

Penerapan Surface Related Multiple Elimination (SRME)

SRME pada ProMAX Versi 5000.0.2.9 ada lima modul, yakni Modul SRME Regularization, SRME Macro, SRME Un-Regularization, SRME

Match-Filter, dan SRME Adaptive Substraction (lampiran 1).

(18)

7

Modul SRME memberikan langkah yang efektif dalam mengestimasi multipel yang berhubungan dengan permukaan pada data seismik laut (Rahadian 2011). Tahap awal yang dilakukan pada proses ini yakni dengan meregularisasi data untuk mengisi kekosongan pada offset data seismik, kemudian melakukan pemodelan multipel dengan menggunakan data masukan dalam Prestack yang sudah teregularisasi. Proses pembuatan model pada tahap ini menggunakan algoritma pembuatan model (lampiran 2).

Alur kerja SRME melalui tiga tahapan yaitu persiapan data untuk diregularisasi, pembuatan model prediksi multipel, dan proses subtraksi antara data masukan dengan model prediksi multipel dari data masukan tersebut. Data keluaran dari proses ini adalah suatu data yang sudah bebas multipel permukaan.

Stacking

Stacking merupakan proses penjumlahan antar data seismik setelah terkoreksi oleh NMO. Proses ini berfungsi untuk meningkatkan SNR (lampiran 3). Penjumlahan dari setiap sample data menggunakan stacking NMO dilakukan untuk mendapatkan penampang seismik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kecepatan

Analisis kecepatan dilakukan untuk membenarkan kecepatan agar berada di posisi yang sebenarnya (Victor 2010). Pemilihan yang dilakukan adalah berdasarkan kecepatan yang ditampilkan pada tampilan kemiripan yang menunjukkan kisaran kecepatan pada setiap batas lapisan. Pemilihan yang dilakukan tidak hanya dengan melihat kisaran kecepatan pada time window, namun diperkirakan juga kisaran yang tepat pada titik picking yang dapat meluruskan reflektor (Yilmaz 1998). Jadi meskipun interpretasi warna pada semblance tinggi, belum tentu dilakukan picking pada titik tersebut. Selain itu, dalam picking velocity data yang dianggap sebagai multipel sebaiknya tidak di picking. Multipel yang didapatkan pada data Bone Lintasan 7-1 yang offsetnya pendek ini terdapat pada kisaran kedalaman 2000 ms dalam TWT (Gambar 5).

Analisis kecepatan prosedur kerjanya adalah membuat perhitungan dan penentuan fungsi kecepatan menggunakan koreksi Normal Move Out

(NMO). Menurut Hubral dan Krey (1980), data yang akan dianalisis kecepatan berupa CDP gather, hasil analisis kecepatan tergantung pada hasil

(19)

membentuk pola hiperbolik, karena pada dasarnya pola kecepatan di gelombang seismik adalah mencari persamaan hiperbola yang sesuai dengan sinyal yang dihasilkan. Semakin jauh jarak suatu penerima maka semakin besar waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari sumber ke penerima.

Gambar 5. Picking Kecepatan terhadap Semblance dengan Nilai Kecepatan yang Tinggi Ditunjukkan dengan Warna Merah.

Analisis kecepatan dilakukan pada tahap procesing untuk membenarkan kecepatan agar seolah-olah antara sumber dan penerima berada pada titik yang sama dan tidak hiperbolik lagi, kemudian energi yang dihasilkan digunakan sebagai indikasi kecepatan stack yang sesuai (Victor 2010). Pada Gambar 5 terlihat bahwa rentang kecepatan melebar, akibat

offset yang pendek saat akuisisi data sehingga derau yang ada cukup kuat. File analisis yang sudah dilakukan selanjutnya digunakan dalam proses reduksi multipel dengan menggunakan SRME.

Penerapan SRME

Proses yang dilakukan pada penelitian adalah untuk mengurangi multipel permukaan dengan menggunakan metode Surface Related Multiple Elimination (SRME). Berikut ini akan dijelaskan analisis dari hasil pengolahan data dengan pemprosesan tersebut.

Berdasarkan pengolahan data dari Preprocessing sampai Processing

(20)

9

Gambar 6 merupakan prediksi multipel dari data Bone lintasan 7-1, Gambar 8 merupakan data masukan sebelum dilakukan proses reduksi multipel dengan SRME, dan Gambar 9 merupakan data yang telah dilakukan proses reduksi multipel dengan SRME. Pada Gambar 8 secara kasat mata terlihat jelas bahwa data input masih memiliki derau berupa multipel. Perbedaan multipel dengan sinyal primer dilihat dari offsetnya. Semakin besar offset maka akan terjadi perbedaan diantara keduanya, dan akan jelas sekali jika far offset (lampiran 3). Selain itu keberadaan multipel juga dapat dibedakan dengan melihat spektrum kecepatannya, multipel memiliki kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan refleksi primer. Multipel pada data terlihat ada 2 orde yaitu multipel orde 1 dan orde 2. Multipel orde 1 terdapat pada kedalaman sekitar 1500 ms dalam TWT, Sedangkan multipel orde-2 pada kedalaman sekitar 2500 ms dalam TWT. Daerah yang berpanah merah menunjukan adanya multipel, jenis multipel tersebut merupakan multipel lintasan panjang (long path multiple). Menurut Besta (2012) Jenis mutipel lintasan panjang hadir sebagai sinyal yang terpisah dengan sinyal primer atau multipel yang memiliki waktu tiba yang sangat besar dari pada waktu tiba gelombang primer, sehingga akan tergambarkan jauh dari refleksi primer.

Gambar 6. Penampang Seismik berupa Prediksi Multipel

SRME yang diaplikasikan secara historikal memang bertujuan untuk menekan multipel (Rahadian 2011). Hal ini terlihat bahwa SRME dapat memodelkan multipel dengan sangat baik khususnya multipel permukaan (Satrio 2012). Metode SRME menggunakan pendekatan pada data yang berhubungan langsung dengan data permukaan sehingga metode ini cukup efektif dalam menghilangkan multipel terutama multipel yang terdapat pada

(21)

tidak ikut termodelkan (Gambar 8), sehingga data keluaran yang dihasilkan (Gambar 9) merupakan hasil pengurangan antara data dengan prediksi multipel.

Ketidakjelasan di reflektor pertama kemungkinan dikarenakan kekuatan gelombang seismik yang digunakan pada saat akuisisi kurang kuat, sehingga tidak sampai menembus kelapisan bawah bumi, atau sedimen yang ada di lokasi tersebut yang menyebabkan kekuatan gelombang tidak dapat menembus lapisan bumi. Kemungkinan lain karena kuatnya multipel akibat sedimen atau litologi yang ada pada perairan Bone.

Menurut Abdullah (2001), variasi kuat dan lemahnya multipel dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya perubahan litologi sedimen dasar laut. Jenis pasir dan tanah liat mampu menghasilkan multipel yang kuat sedangkan lumpur merupakan reflektor yang lemah. Multipel pada Gambar 9 termasuk jenis multipel yang kuat sehingga kemungkinan besar sedimen dasar lautnya adalah pasir atau tanah liat.

Berdasarkan informasi akuisisi data (Sarmili dan Tim Bone 2011) menyatakan bahwa dari sebelah timur daerah Bone merupakan daerah yang terdapat batuan dasar yang membentuk tebing dengan lereng yang cukup curam. Batuan tersebut ditafsirkan sebagai batuan yang padat dan keras sehingga menyebabkan tidak terlihat tanda-tanda pola reflektor.

Pada gambar 7 terbagi dari beberapa tipe sedimen (garis hitam menunjukan batas lapisan), Pada lapisan A merupakan lapisan yang diwakili oleh sedimen berfraksi halus. Di atas lapisan A, ditutupi secara tidak selaras oleh lapisan B yang dapat ditafsirkan sebagai sedimen berfraksi halus sampai kasar. Lapisan C terbagi menjadi C1 dan C2. Lapisan C1 ditafsirkan berfraksi halus, sedangkan lapisan C2 diperkirakan berupa endapan delta yang mengalir dari barat ke timur dan sebagian lagi berupa sedimen berfraksi halus hingga sedang. Di atas lapisan C diendapkan lapisan D yang berupa sedimen termuda dan endapan tersebut biasanya mengisi cekungan-cekungan kecil hasil erosi laut. Berdasaran hasil analisis penampang seismik (Sarmili dan Tim Bone 2011), lapisan ini ditafsirkan sebagai endapan sungai yang mungkin dulunya pernah menjadi daratan pada zaman es dan pada saat itu es mulai mencair dan aktifitas sungai aktif, sehingga pada saat mengalir, batuan tererosi sambil mengangkut dan mengendapkan sedimen di dalamnya. Menurut Sarmili dan Tim Bone (2011) disimpulkan bahwa daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki sedimen berupa berfraksi halus yakni pasir dan lempung.

(22)

11

jika disertai dengan metode lain seperti Filter Radon, output yang dihasilkan akan jauh lebih baik (Rahadian, 2011).

Sebelumnya sudah terdapat beberapa metode dalam menekan keberadaan multipel pada data seismik. Salah satunya Dekonvolusi dan Filter Radon. Menurut Rahadian (2011) masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari Metode SRME adalah kurang efektif dalam menghilangkan multipel permukaan yang berada pada Offset

yang jauh akibat adanya feather angle pada data seismik, sedangkan kelebihan SRME dapat menekan multipel pada offset dekat karena SRME tidak bergantung pada moveout.

Gambar 7 . Penampang seismik dengan pembagian sedimen berdasarkan lapisan

Keterangan :

A : Sedimen berfraksi halus B : Sedimen berfraksi halus sampai kasar C1: Sedimen berfraksi halus C2: Endapan delta

D : Sedimen termuda hasil erosi

(23)
(24)

13

(25)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode SRME mampu mereduksi multipel pada data Bone Lintasan 7-1 yang beroffset pendek, walaupun belum memperlihatkan apapun di reflektor pertama.

Saran

Proses SRME yang dilakukan agar lebih efektif dalam menghilangkan multipel, dapat lebih diperbaiki proses pre-processing. Atau dengan menerapkan metode multipel lainnya, seperti Radon hiperbola, Metode IRME (Internal Related Multiple Elimination) dan metode IDP (Invers Data Processing).

DAFTAR PUSTAKA

Asparini D. 2011.Penerapan Metode Stacking dalam Pemprosesan Sinyal Seismik di Perairan Barat Aceh. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Abdullah A. 2001. Ensiklopedia Seismik Online [internet].[diunduh 2013 Apr 12]. Tersedia pada: http//ensiklopediseismik.blogspot.com/

Besta 2012 . Penerapan Metode Dekonvolusi pada Data Seismik. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Skripsi.Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Brisbane 2001. Surface-Related Multiple Elimination – Applications to an offshore Australia data set. ASEG 15th Geophysical Conference and Exhibition.

Dragoset W, Jericevic Z. 2010. Some remarks on Surface Multiple Attenuation : Suplement to Geophysics, 63:772-789

Hill, Stephen J, Dragoset B, Weglein. 1999. The New World of Multiple Attenuation.

The Leading Edge. No.18

Hubral P, Krey T. 1980. Internal Velocities from seismic reflection traveltime measurements : Soc.Expl. Geophysics

Nimamulla R. 2010.Atenuasi multiple menggunakan kombinasi SRME dan Radon.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Skripsi.Depok (ID) : Universitas Indonesia

Oktavinta A. 2008. Konsep Gelombang Seismik [internet].[diunduh 2012 Des 27]. Tersedia pada: http//duniaseismik.blogspot.com/

PGS 2008. True-Azimuth 3-D Surface-Related Multiple Elimination. A Publication of Petroleum Geo-Services. Vol 8 No 11.

ProMAX 2D Version 5000.0.2.9. Promax Reference. Landmark Graphics Corporation. Houston

(26)

15

Santoso P. 2007. 2 D Surface-Related Multiple Elimination (SRME) : Application on Real 3D Marine Seismic Data. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tesis.Depok (ID) : Universitas Indonesia

Sarmili L, Tim Bone. 2011. Laporan akhir penelitian Cekungan Bone. Kelompok pelaksana penelitian dan pengembangan sumber daya geologi kelautan. 66/LAP/P2K/P3GL/XII/2011

Satrio I. 2012. Penggunaan CRS Gather untuk Meningkatkan Akurasi Model Multipel SRME. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Skripsi. Depok (ID) : Universitas Indonesia

Victor 2010. Seismic Method IV. [internet].[Diunduh : 2013 Jan 22]. Tersedia pada: http//www.docstoc.com/docs/30492489/Seismic-Method-IV

Verschuur D, Berkhout A. 1997a. Estimation of multiple scattering by iterative inversion, Part I: Theoretical considerations: Geophysics, 62:1586-1595

Verschuur D, Berkhout A. 1997b. Estimation of multiple scattering by iterative inversion, Part II: Practicalaspects and examples: Geophysics, 62:1596-1611

Verschuur D, Berkhout A, Wapernaar C. 1992. Adaptife Surface Related Multiple Elimination. Geophysics 57:1166-1177

Verschuur D. 2006. Seismic multiple removal techniques – past, present and future: EAGE Publications.

Wiggins J. 1988. Attenuation of complex water-bottom multiples by wave-equation-based prediction and subtraction: Geophysics 53:1527-1539.

(27)
(28)

17

(29)

Lampiran 1

Penerapan SRME menggunakan Software ProMAX 2D Versi R5000.0.2.9 SRME pada ProMAX Versi 5000.0.2.9 ada lima modul, yakni Modul SRME

Regularization, SRME Macro, SRME Un-Regularization, SRME Match-Filter, dan SRME Adaptive Substraction. Di bawah ini merupakan langkah-langkah dalam Pengolahan Surface Related Multiple Elimination (SRME) di ProMAX Versi 5000.0.2.9

Tabel 2. Pengolahan Surface Related Multiple Elimination (SRME) di ProMAX

Add Delete Execute View Exit

Disk Data Input (Masukan data Filter yang telah di Top Muting (Prestack))

SRME Regularization (Masukan File Velocity Analysis) Disk Data output

Disk Data Input (Masukan data hasil keluaran SRME Regularization) SRME Macro

Disk Data output

Disk Data Input (Masukan data Filter yang telah di Top Muting (Prestack)) Disk Data Insert (Masukan Data keluaran SRME Macro)

SRME Un - Regularization (Masukan File Velocity Analysis) Disk Data output

Disk Data Input (Masukan data hasil keluaran SRME Un - Regularization) SRME Match Filter

Disk Data output

Disk Data Input (Masukan data hasil keluaran SRME Match Filter) SRME Adaptive Subtraction

Disk Data output

1. SRME Regularization

Pada modul ini akan dibuat suatu ensamble baru dengan spasi offset yang teratur dan dilakukan ekstrapolasi trace dari offset minimum hingga offset nol. Pada tahap ini juga terjadi interpolasi trace yang berdekatan sehingga tiap satu poin tembak terdapat satu penerima. Modul regularisasi ini membutuhkan Picking Velocity dari data input yang sudah dilakukan sebelumnya pada proses analisis kecepatan.

a. Input yang digunakan pada SRME menggunakan data Pre-Stack atau filter yang telah di Top muting.

b. ParameterSRME Regularization sebagai berikut (Tabel 3) :

Tabel 3. Parameter modul SRME Regularization pada Data Bone Lintasan 7-1

SRME Regularizatin

Offset Increment 12.5 m

Maximum Offset 600 m

Get RMS Velocity From database Yes

Selesct Velocity parameter file Velan-Table Predict

c. Output dari modul ini adalah ensamble – ensamble yang telah teratur spasi

(30)

19

2. SRME Macro :

Tahapan pada Modul SRME Macro merupakan modul dengan proses perhitungan matematis yang cukup panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan modul SRME lainnya. Modul tersebut membutuhkan waktu prosesing lama karena terjadi proses perhitungan yang secara matematis antar data seismik sehingga keluaran yang diperoleh merupakan data prediksi multipel. a. Data input yang digunanakan merupakan keluaran SRME Regularization

dalam Shot gather.

b. ParameterSRME Macro sebagai berikut (Tabel 4) :

Tabel 4. Parameter modul SRME Macro pada Data Bone Lintasan 7-1

SRME Macro Primary of regularization SIN

Maximum Trace time 8000 ms (berdasarkan tampilan Data input di Trace Display)

Maximum Number Of Shots 2545

Select Velocity parameter file Velan-Table Predict Maximum Frequency to process 0

Length of Spacial Taper 20

Frequency Taper 10

Input shot/receiver 2:1 (interval shot 25 m dan interval receiver 12.5)

c. Hasil keluaran dari Modul SRME Macro berupa prediksi multipel. 3. SRME Un-Regularization :

Modul SRME Un-Regularization merupakan upaya untuk mengembalikan data baik dari trace dan zero offset agar kembali seperti semula atau seperti data input awal.

a. Data input yang digunakan merupakan data masukan SRME Regularization

dalam shot gather. b. Data Insert :

Insertion mode : Merged

Primary ordering : Ascending

Secondary ordering : Ascending

Tertiary ordering : Ignore

Maximum traces per output ensemble : 9999

Read data from other lines/surveys : No

Select dataset : Output Macro

Propagate input file history : Yes

Trace read option : urutan berdasarkan SIN

c. Parameter yang digunakan berupa file kecepatan RMS pada analisis kecepatan. d. Keluaran merupakan gabungan dari kedua data input yang berupa Prediksi

(31)

4. SRME Match Filter :

Modul ini berfungsi untuk me-matchkan model estimasi multipel sesungguhnya yang terdapat pada data awal. Tahapan pada modul ini menggunakan Filter Least Square, mencari parameter untuk mendapatkan parameter terbaik agar model mendekati multipel sesungguhnya baik besar amplitude maupun fasenya.

a. Data input yang digunakan berupa hasil dari SRME Un-regularization dalam

shot gather. Pada modul menggunakan file picking dari data Pre-Stack

kemudian di Picking Other horizon selanjutnya diberi nama Water bottom.

b. ParameterSRME Match filter sebagai berikut (Tabel 5) :

Tabel 5. Parameter modul SRME Match filter pada Data Bone Lintasan 7-1

SRME Match filter

Input data Organization DDD…NNN (Panel data input dan panel model prediksi multipel)

Start Time -100

Add to start time Yes

Select top time parameter file Water bottom Mute Noise Above Start Time Yes

Windows Length 2000

Adjustment velocity 0

Minimum Offset 12.5

Maximum Offset 600

Filter length 400

c. Keluaran data berupa file yang telah cocok antara multipel sebenarnya dengan model prediksi multipel.

5. SRME Adaptive Substraction :

Pada modul ini terjadi proses pengurangan data pre-stack dengan model multipel yang telah dicocokkan dengan data multipel sesungguhnya melalui proses penapisan. Pada tahap ini diharapkan data telah bebas dari multipel permukaan. a. Data input yang digunakan berupa hasil dari SRME Un-regularization dalam

shot gather.

b. Parameter SRME Adaptive Substraction sebagai berikut (Tabel 6) :

Tabel 6. Parameter modul SRME Adaptive Substraction pada Data Bone Lintasan 7-1

SRME Adaptive Substraction

Input data Organization DDD…NNN (Panel data input dan

panel model prediksi multipel)

Output option signal

Temporal windows length 1000 (panjangnya lebih sedikit lima kali panjang filter)

Filter length 200 (panjangnya tidak melebihi 20% panjang windowtemporal)

Spatial averaging size 25

Maximum filter coefficient 1:5

(32)

21

Lampiran 2

Teori SRME

Algoritma perhitungan model multipel (Gambar 10) pada metode SRME bermula dari pemodelan forward pada data seismik.

Gambar 10. Algoritma Metode SRME Pemodelan forward tersebut sebagai berikut (Berkhout, 1982):

Dengan

dimana menyatakan medan gelombang yang menuju ke atas dan ke bawah, menyatakan perambatan gelombang ke atas dan ke bawah, menyatakan operator refleksi untuk rambatan gelombang ke atas dan ke bawah , dan menyatakan sumber medan gelombang yang mengarah ke bawah pada saat akuisisi permukaan , termasuk efek shot pattern dan juga ghost.

Apabila internal multipel dapat diabaikan, maka untuk nilai m≥ 1 dianggap nol, maka persamaan (1.1), (1.2) dan (1.3) dapat dijadikan

Operator merepresentasikan fungsi transfer dari bawah permukaan dengan asumsi . Operator merepresentasikan fungsi transfer dengan asumsi dan dengan mengabaikan internal multipel.

Menyatakan bahwa adanya kehadiran menyebabkan proses looping (Gambar 10). Sementara operator merepresentasikan efek ghost.

(33)

Gambar 11. Model Refleksi Seismik pada Permukaan

Dari persamaan (1.3), (1.4), (1.5) dan (1.6) diketahui persamaan untuk data refleksi dapat dituliskan

Di mana merepresentasikan data primary dan multipel dari suatu data. Persamaan di bawah menunjukan gelombang primary menimbulkan respon primary.

Dan gelombang secondary menimbulkan respon multipel

Sehingga dapat disimpulkan bahwa :

Dengan

Sehingga dapat diketahui algoritma untuk melakukan eliminasi terhadap multipel yang berada pada suatu gather bercampur dengan data primer persamaannya sebagai berikut :

(34)

23

Lampiran 3

 CDP (Common Mid Point): merupakan jejak rekaman seismik yang dihasilkan memberikan informasi dari suatu titik bawah permukaan yang sama pada suatu reflektor horisontal.

 NMO (Nomal MoveOut): Koreksi pada penampang seismik untuk menghilangkan efek jarak.

Offset : Jarak antara sumber dengan penerima.

Near Offset : Jejak rekaman seismik yang terdekat dengan sumber getar.  Far Offset : Jejak rekaman seismik yang terjauh dengan sumber getar.

 SNR (Signal Noise Ratio): Perbandingan antara daya sinyal yang diinginkan terhadap daya noise yang diterima pada suatu titik pengukuran. SNR adalah suatu parameter untuk menunjukkan tingkat kualitas sinyal penerimaan pada sistem komunikasi analog, dimana semakin besar harga SNR maka kualitas semakin baik. Satuan dari SNR ini adalah dalam dB.

 TWT (Two Way Travel time) : merupakan waktu tempuh yang dilalui oleh gelombang seismik ke lapisan bumi kemudian dipantulkan dan diterima oleh penerima.

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 17 Oktober 1992 dari pasangan Muhammad Bawing dan Icah Aisyah. Penulis adalah Putri Pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2003 Penulis Lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Kayu Bongkok. Tahun 2006 Lulus dari SMP Negeri 1 Sepatan. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sepatan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (PMDK - IPB) dan Alhamdulillah diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Biologi Laut pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti organisasi diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-C) sebagai Staf pada tahun kepemimpinan Ekspansi Biru tahun 2010/2011, dan pada tahun yang sama juga menjabat sebagai Sekertaris divisi Akustik dan Instrumentasi Kelautan HIMITEKA. Tahun 2011/2012 melanjutkan kembali di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-C) sebagai Sekretaris Umum II pada kepemimpinan Biru Bersatu. Bulan Juni-Juli 2012 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Cilacap Jawa Tengah dengan judul Upaya Kelestarian Ekosistem Mangrove di Segara Anakan sebagai Langkah Awal Program Ekowisata.

Gambar

Gambar 1. Jenis Multipel yang merupakan klasifikasi dari multipel
Gambar 2. Peta Akuisisi data Perairan Teluk Bone, Sulawesi Indonesia
Gambar 3. Diagram alir pemprosesan data seismik menggunakan ProMAX
Tabel 1. Parameter Pengambilan Data Lapangan Bone  Lintasan 7-1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ultimately, for the restoration of Yudaganwa dagoba, a concrete hollow stupa and a solid brick stupa can be proposed with proper connection at the interfaces of new

Semoga dengan adanya Laporan Layanan Informasi Publik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Universitas Brawijaya ini, dapat memberikan manfaat dan

mengenai tugas-tugas, latihan dan ujian yang akan dihadapi mahasiswa berkaitan dengan mata kuliah ini 5 1,2 1,2 1,4, 2 II Mahasiswa mampu menjelaskan istilah

Menurut saya, isi pesan iklan yang disampaikan melalui SMS memberikan informasi tentang cara yang harus dilakukan oleh konsumen (misalnya: memperlihatkan SMS saat berkunjung

Berdasarkan pra penelitian yang telah dilakukan juga ditemukan alasan yang menguatkan siswa untuk melakukan perilaku menyontek karena, ingin memperoleh nilai yang baik, takut

Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Sri Edi Swasono [ed.], UI Press, Jakarta, hal.. struktural telah begitu lama dirasakan oleh rakyat banyak. Dengan kepemilikan diharapkan agar bangsa

Sebelum pembaiatan, Utsman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam calon yang ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab saat menjelang ajalnya, karena pada saat itu

Arah aliran air tanah di Kecamatan Tanjung Morawa berawal datang dari arah barat daya menuju ke arah timur laut dan utara selanjutnya aliran air berbelok menuju