• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dan Musuh Alami Telur Penggerek Batang Jagung Asia Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) di Wilayah Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Populasi dan Musuh Alami Telur Penggerek Batang Jagung Asia Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) di Wilayah Bogor"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

POPULASI DAN MUSUH ALAMI TELUR PENGGEREK

BATANG JAGUNG ASIA Ostrinia furnacalis Guenée

(LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE)

DI WILAYAH BOGOR

IHSAN NURKOMAR

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Populasi dan Musuh Alami Telur Penggerek Batang Jagung Asia Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) di Wilayah Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Ihsan Nurkomar

(4)
(5)

ABSTRAK

IHSAN NURKOMAR. Populasi dan Musuh Alami Telur Penggerek Batang Jagung Asia Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh TEGUH SANTOSO.

Ostrinia furnacalis Guenée merupakan salah satu hama utama jagung. Namun, infestasi O. furnacalis di Bogor tercatat rendah yang disebabkan oleh keberadaan musuh alami berupa parasitoid, predator, maupun patogen. Penelitian bertujuan mempelajari populasi telur dan faktor biotik yang memengaruhi perkembangannya di lapang. Pengamatan terhadap tanaman terinfestasi telur O. furnacalis dilakukan di 10 lahan pertanaman jagung milik petani yang tersebar di 6 kecamatan, wilayah Bogor. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dalam lahan seluas 371 m2 ditemukan 6 kelompok telur. Tidak ada korelasi antara jumlah telur dan umur tanaman. Persentase parasitisme oleh Trichogramma sp. mencapai 19.90%. Sementara infeksi cendawan entomopatogen Fusarium sp. mencapai 25.16% dari seluruh populasi telur. Musuh alami lainnya adalah tungau predator.

Kata kunci: Fusarium sp., Ostrinia furnacalis, parasitisasi, parasitisme, penetasan telur, Trichogramma sp.

ABSTRACT

IHSAN NURKOMAR. Population and Natural Enemy of Asian Corn Borer Egg

Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) in Bogor. Supervised by TEGUH SANTOSO.

Ostrinia furnacalis Guenée is one of the most important pests of corn in Asia. However, the infestation by this pest in Bogor is low and it is supposed that

O. furnacalis population is lowered by natural enemy such parasitoid, predator, or pathogen. This research studied the egg population and biotic factors affecting its development in the field. Observations have been carried out in six villages of six sub-district of Bogor regency. The result showed that six egg clusters have been found in 371 m2 corn field. No differences have been showed by different plant age. Percentage of parasitism by Trichogramma sp. reached 19.90%. While entomopathogenic fungi Fusarium sp. attacked 25.16% egg population. Other minor natural enemy is predatory mite.

(6)
(7)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)
(9)

POPULASI DAN MUSUH ALAMI TELUR PENGGEREK

BATANG JAGUNG ASIA Ostrinia furnacalis Guenée

(LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE)

DI WILAYAH BOGOR

IHSAN NURKOMAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Populasi dan Musuh Alami Telur Penggerek Batang Jagung Asia Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) di Wilayah Bogor

Nama Mahasiswa : Ihsan Nurkomar

NIM : A34090087

Disetujui,

Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA Dosen Pembimbing

Diketahui,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Populasi dan Musuh Alami Telur Penggerek Batang Jagung Asia Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Crambidae) di Wilayah Bogor”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan berbagai macam bantuan kepada penulis baik berupa pikiran, materi, waktu, dan hal lainnya. Dr. Ir. Widodo, MS selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta Ayah, Ibu, Kakak, Adik, beserta keluarga yang lainnya untuk kasih sayang, dukungan, serta doa yang selalu diberikan. Seluruh petani yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan pengamatan di lahannya. Teman-teman Dramaga Regency B22 (Reza, Dito, Adit, Luthfy, Anggar, dan Iqbal) atas pertemanan selama kuliah di IPB dan segala macam dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Teman-teman laboratorium Patologi Serangga (Tia, Daniar, Yugih, Ibu Diana, dan Ibu Tuti) atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian. Mahardika Gama Pradana atas bantuan yang selalu diberikan kepada penulis ketika menempuh studi maupun selama penelitian. Teman-teman seperjuangan di Departemen Proteksi Tanaman, serta pihak lain yang turut membantu dalam pelaksanaan tugas akhir ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Ihsan Nurkomar

(14)
(15)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu Pelaksanaan 3

Metode Penelitian 3

Pengambilan Contoh Kelompok Telur 3

Penyiapan Wadah Pemeliharaan Telur 4

Pengamatan dan Penghitungan Persentase Parasitisasi, Persentase Parasitisme, dan Persentase Penetasan Telur 4

Identifikasi Musuh Alami 4

Wawancara 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Sebaran Telur O. furnacalis 6

Perkembangan Telur 9

Penetasan, Parasitisasi, dan Parasitisme 10

Penetasan Telur 11

Parasitisasi Telur dan Parasitisme 12

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Keberadaan dan jumlah telur O. furnacalis di setiap lahan pengamatan 6

2 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O.furnacalis 11

3 Kelompok musuh alami yang ditemukan di setiap lahan pengamatan 13

DAFTAR GAMBAR

1 Contoh lahan pertanaman jagung tempat dilakukannya pengambilan kelompok telur O. furnacalis 3

2 Cawan petri yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan telur O. furnacalis 4

3 Letak telur O. furnacalis pada tanaman 7

4 Tingkat populasi telur O. furnacalis di setiap lahan 7

5 Pola penyebaran kelompok telur O. furnacalis di lahan 8

6 Tanaman jagung dengan dua lubang gerek O. furnacalis 9

7 Kondisi Telur O. furnacalis dari lapang 10

8 Perubahan warna telur O. furnacalis 10

9 Larva O. furnacalis yang hendak menetas dari telur, tampak kepala yang baru keluar 11

10 Larva O. furnacalis yang baru menetas aktif mencari makan, tampak sedang mengigiti daun jagung tempat telur menempel 12

11 Parasitoid yang ditemukan 13

12 Satu butir telur O. furnacalis yang terparasit dua Trichogramma sp. 13

13 Gejala telur O. furnacalis yang terserang musuh alami 14

14 Telur yang gagal menetas karena terserang parasitoid dan parasitoid gagal berkembang karena infeksi cendawan Fusarium sp. 14

15 Cendawan Fusarium sp. 14

16 Pertumbuhan Fusarium sp. pada media PDA 15

17 Perkembangan infeksi cendawan Fusarium sp. pada telur O. furnacalis 15

(18)
(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis korelasi umur tanaman dengan jumlah telur O. furnacalis 21 2 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 1 22 3 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 2 22 4 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 3 23 5 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 4 23 6 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 6 24 7 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 7 24 8 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 8 25 9 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi

parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 10 25

(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ostrinia furnacalis Guenée atau lebih dikenal dengan nama penggerek batang jagung asia merupakan salah satu hama utama dalam praktik budidaya jagung di Indonesia (Nonci 2005). Selain di Indonesia, hama ini menyerang di wilayah Asia lainnya seperti Asia Tengah, Asia Timur, dan juga Australia (Mutuura dan Munroe 1970 dalam Adnan 2011). Di Indonesia, serangga hama ini terdapat di daerah Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa (Ditjen Tanaman Pangan 2013). Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh kepadatan

populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang (Nonci 2004).

Hama ini mampu menggerek batang sehingga tanaman menjadi patah dan nutrisi tidak dapat dialokasikan keseluruh bagian tanaman. Sedangkan kerusakan pada daun dapat mengurangi proses asimilasi sehingga dapat menurunkan produksi jagung (Surtikanti 2006).

Kehilangan hasil jagung yang mampu disebabkan hama ini berkisar antara 20-80% (Bato et al. 1983). Di Filipina kehilangan bervariasi dari 20 sampai 80% (Javier et al. 1993), sedangkan di Taiwan kehilangan hasil dapat mencapai 95% (Nafus dan Schreiner 1991). Penelitian Abdullah dan Rauf (2011) di Kabupaten Bogor melaporkan bahwa dari 309 batang tanaman contoh, sekitar 98% tanaman jagung terserang O. furnacalis. Data survey jagung bulan Maret-April 2013 di

Sulawesi menunjukan intensitas serangan O. furnacalis antara 1.19%-14.54% dan

di Jawa Tengah sebesar 1.61%-8.89% (Ditjen Tanaman Pangan 2013). Di Bogor,

tingkat serangan hama penggerek batang jagung asia pun tergolong rendah, hanya mencapai 52% (Heryana 2013).

Populasi O. furnacalis dapat berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat

ke tempat. Salah satu faktor yang memengaruhi populasi O. furnacalis adalah

musuh alami yang meliputi parasitoid, predator, dan patogen. Musuh alami yang

diketahui berpotensi dalam menghambat atau mengatur populasi penggerek batang jagung O. furnacalis di antaranya parasitoid telur Trichogramma evanescens Westwood (Nonci 2005), cendawan entomopatogen Fusarium sp. (Melina et al. 2008), serta nematoda entomopatogen (Rahmawati 2012).

Melalui penelitian ini, dipelajari populasi telur O. furnacalis di lapangan di wilayah Bogor dan faktor biotik yang mempengaruhi perkembangan telur tersebut. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai potensi musuh alami yang dijumpai di lapang sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengendalian serangan penggerek batang jagung asia O. furnacalis.

Tujuan Penelitian

(22)

2

Manfaat Penelitian

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan penelitian dimulai dari bulan April 2013 sampai bulan Mei 2013. Pengamatan tanaman terinfestasi telur penggerek batang jagung dilaksanakan di 10 lahan pertanaman jagung milik petani di enam kecamatan wilayah Bogor. Penelitian perkembangan telur dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian Pengambilan Contoh Kelompok Telur

Lokasi pengambilan contoh kelompok telur dilakukan di enam kecamatan. Dari tiap kecamatan ditentukan satu desa contoh. Di setiap desa ditentukan dua lahan untuk pengamatan kecuali Desa Bantar Jaya dan Desa Semplak Barat yang masing-masing diwakili satu lahan. Masing-masing kecamatan dan desa tersebut adalah Kecamatan Dramaga Desa Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat Desa Situ Gede, Kecamatan Tenjolaya Desa Situ Daun, Kecamatan Ciampea Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ranca Bungur Desa Bantar Jaya, dan Kecamatan Kemang Desa Semplak Barat.

Gambar 1 Contoh lahan pertanaman jagung tempat dilakukannya pengambilan kelompok telur O. furnacalis

(24)

4

Penyiapan Wadah Pemeliharaan Telur

Tempat yang digunakan untuk pemeliharaan telur adalah cawan petri (d=10 cm) yang dialasi kertas saring yang dilembabkan. Kelompok telur yang didapatkan dari lapang diletakan di dalam cawan petri tersebut kemudian disimpan di dalam rak pemeliharaan yang ditutupi kain berwarna hitam. Fungsi kain penutup adalah untuk mencegah sinar terang dari luar yang dapat menganggu aktivitas hama O. furnacalis.

Pengamatan dan Penghitungan Persentase Parasitisasi, Persentase Parasitisme, dan Persentase Penetasan Telur

Telur yang telah diisolasi diamati dengan menggunakan mikroskop stereo untuk dihitung jumlahnya kemudian dilakukan pengamatan setiap hari sampai menetas ataupun muncul musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen). Persentase parasitisme dan parasitisisasi telur O. furnacalis dihitung dengan menggunakan rumus (Purnomo 2006):

Persentase Parasitisme =

× 100%

Untuk menghitung persentase parasitisasi dihitung dengan menggunakan rumus:

Persentase Parasitisasi =

× 100%

Larva yang telah keluar selanjutnya dipindahkan ke dalam wadah plastik berukuran 35 cm × 25 cm yang telah diberi pakan berupa jagung muda. Apabila yang keluar adalah musuh alami baik parasitoid ataupun predator, musuh alami tersebut dipindahkan ke dalam cawan petri berukuran 6 cm untuk memudahkan penghitungan jumlah musuh alami yang keluar. Untuk keperluan identifikasi lebih lanjut, parasitoid atau predator disimpan dalam ethanol 70%.

Identifikasi Musuh Alami

Musuh alami yang telah dihitung dan disimpan dalam cawan petri (d=6 cm) kemudian dipindahkan ke dalam tabung koleksi serangga berisi ethanol 70% untuk kemudian dibuat menjadi preparat sementara. Preparat sementara serangga

(25)

5

musuh alami yang telah dibuat selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop compound dan diidentifikasi dengan kunci identifikasi Meilin (1999) untuk identifikasi parasitoid dan kunci identifikasi Krantz (1978) untuk identifikasi predator. Sedangkan, apabila musuh alami yang ditemukan berupa cendawan patogen, cendawan diambil menggunakan jarum inokulasi dan diletakan di atas gelas preparat yang diberi air steril kemudian diamati di bawah mikroskop compound dan diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi Barnett dan Hunter (1998).

Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung kepada petani pada saat pengamatan di lapang. Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai penggarap lahan, usia tanam, varietas tanaman, status serangan penggerek batang jagung di lahan petani yang bersangkutan, serta pengendalian yang dilakukan. Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai data pendukung penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Telur O. furnacalis

Hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan pada berbagai umur tanaman dari tanaman berumur 20-75 hari menunjukan hasil yang berbeda-beda. Pada tanaman berumur 20 dan 23 hari tidak ditemukan satupun kelompok telur pada dua lahan dan lokasi pengamatan yang berbeda. Akan tetapi, pada tanaman berumur 30-75 hari di setiap lahan dan lokasi pengamatan yang berbeda ditemukan adanya kelompok telur baik dalam keadaan segar maupun telah terparasit. Pada tanaman berumur 75 hari seluruh kelompok telur telah terparasit dan tidak ditemukan adanya kelompok telur yang masih segar. Menurut Nonci dan Baco (1987) imago O. furnacalis mulai meletakan telur pada tanaman jagung sejak berumur dua minggu. Di Filipina, O. furnacalis meletakkan telur pada pertanaman jagung berumur 15 hari dan serangan berakhir pada umur 75 hari (Lit

et al. 1987 dalam Nonci 2004). Hasil analisis korelasi antara umur tanaman dengan jumlah telur yang ditemukan menunjukan bahwa umur tanaman tidak berkorelasi terhadap jumlah telur O. furnacalis (Lampiran 1).

Tabel 1 Keberadaan dan jumlah telur O. furnacalis di setiap lahan pengamatan

berkelompok baik di bagian permukaan atas atau permukaan bawah daun, maupun di batang tanaman jagung. Posisi peletakan telur tersebut berada di dekat buku, hal ini mungkin untuk memudahkan larva yang baru menetas untuk berjalan mengikuti tulang daun dan sampai pada batang untuk melakukan penggerekan (Gambar 3). Kalshoven (1981) mengatakan bahwa larva yang baru keluar dari telur menggerek tulang daun atau tangkai bunga jantan untuk kemudian menggerek batang.

(27)

7

daun dan 70.73% di permukaan bawah daun.Hampir semua telur diletakkan pada

daun, terutama daun yang terkulai dan pucuk. Puncak peletakan telur penggerek batang terjadi pada saat terbentuknya bunga jantan dan berakhir pada saat pematangan biji (Nafus dan Schreiner 1987).

Gambar 3 Letak telur O. furnacalis pada permukaan atas daun (a), permukaan bawah daun (b), dan batang (c)

Setiap kelompok telur berukuran 0.30-1.30 cm dengan jumlah 4-78 butir telur/kelompok telur. Di laboratorium, jumlah telur beragam dari 2-200 butir telur (Kalshoven 1981) dengan ukuran kelompok telur ± 1.12 cm (Heryana 2013). Dari seluruh lokasi pengamatan yang diamati terdapat tingkat populasi jumlah telur yang tinggi dengan nilai lebih dari 300 jumlah telur yang ditemukan pada lokasi L1, L4, L7, dan L8 (Gambar 4). Perbedaan tingkat populasi ini tidak dipengaruhi oleh umur tanaman seperti yang dijelaskan sebelumnya (Lampiran 1).

Gambar 4 Tingkat populasi telur O. furnacalis di setiap lahan

Kelompok telur O. furnacalis pada setiap tanaman di setiap lahan memiliki

(28)

8

penyebaran kelompok telur O. furnacalis dapat dideskripsikan seperti pada

gambar 5. Tidak semua tanaman dalam satu lahan terinfestasi telur O. furnacalis.

Demikian juga dalam satu baris tidak semua terinfestasi telur O. furnacalis

bahkan ada yang sama sekali tidak dijumpai adanya telur O. furnacalis (Gambar 5a, 5b,5c). Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menemukan adanya kelompok telur yang ditemukan dengan jumlah lebih dari satu dalam satu baris tanaman, hal ini dapat pada tanaman yang berdekatan dalam baris maupun antar baris. Ada juga kelompok telur yang ditemukan pada tanaman yang berada dalam baris yang sama pada jarak yang berjauhan (Gambar 5b dan 5c). Begitupun hal nya dalam satu tanaman, setiap satu tanaman yang terinfestasi telur O. furnacalis

hanya ditemukan satu kelompok telur. Dari seluruh jumlah total tanaman contoh hanya satu contoh tanaman yang diinfestasi dua kelompok telur O. furnacalis

sekaligus.

(a) (b)

(c)

Gambar 5 Pola penyebaran kelompok telur O. furnacalis di lahan. Pola penyebaran di lahan 1, 2, 3, 6, 8 (a); lahan 7, 10 (b); dan lahan 4 (c). ●: tanaman terinfestasi telur O. furnacalis, ○: tanaman contoh

(29)

9

Gambar 6 Tanaman jagung dengan dua lubang gerek O. furnacalis

(tanda panah)

Perkembangan Telur

Kondisi telur yang didapatkan dari lapang memiliki karakteristik yang berbeda-beda terutama dalam hal warna. Kelompok telur tersebut ada yang berwarna putih bening (Gambar 7a), putih kekuningan (Gambar 7b), hitam seluruhnya (Gambar 7c), hitam sebagian (Gambar 7d), dan ada yang hanya tinggal cangkangnya saja (Gambar 7e ) atau bahkan tanda bekas telur yang masih menempel pada daun (Gambar 7f). Semua kelompok telur tersebut tetap dihitung sebagai data jumlah telur yang ditemukan untuk mengetahui tingkat populasinya di lapangan. Perbedaan warna telur tersebut disebabkan adanya perbedaan waktu peletakan telur dan parasitisasi oleh musuh alami baik dari kelompok parasitoid maupun predator yang telah terjadi sejak sebelum diambil dari lapang.

Pada awal peletakan, telur tersebut berwarna bening lalu berubah menjadi putih kekuningan dan menjelang penetasan berubah menjadi kehitaman yang mengindikasikan bakal kepala larva (Granados 2000; Heryana 2013). Akan tetapi, telur yang ditemukan dalam keadaan berwarna putih atau putih kekuningan tidak selalu menunjukan bahwa telur tersebut sehat. Telur tersebut mungkin telah terparasit, namun parasitoid belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga inang tampak masih sehat. Setelah diisolasi selama lebih dari 4 hari, telur tersebut berubah menjadi hitam (Gambar 8a) karena terparasit, tanda ini berbeda dengan telur menjelang menetas yang berwarna hitam hanya bakal kepala

larva (Gambar 8b). Rata-rata masa inkubasi telur O. furnacalis di laboratorium

adalah 4 hari (Heryana 2013). Penelitian lain oleh Granados (2000) melaporkan

bahwa telur O. furnacalis menetas 3-5 hari setelah diletakan.

(30)

10

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 7 Ragam warna telur O. furnacalis di lapangan. Telur berwarna putih (a), putih kekuningan (b), hitam (c), hitam sebagian (d), cangkang (e), dan bekas telur pada daun (f)

(a)

(b)

Gambar 8 Perubahan warna telur O. furnacalis. Perubahan warna menjadi hitam karena terparasit (a) dan menjelang penetasan (b)

Penetasan, Parasitisasi, dan Parasitisme

(31)

11

Tabel 2 Persentase penetasan, parasitisasi, dan parasitisme telur O. furnacalis

Hasil pengamatan di bawah mikroskop stereo terhadap telur yang berubah warna menjelang penetasan menunjukan adanya aktivitas pergerakan larva. Larva tersebut mengigiti lapisan cangkang telur yang berada di depan kepalanya sampai lubang gigitan tersebut cukup untuk keluar (Gambar 9), kemudian tubuh keluar secara berurutan mulai dari kepala sampai bagian tubuh paling belakang. Larva yang telah keluar langsung aktif bergerak dan mencari makan. Hal ini terlihat dari perilaku larva yang memakan daun tempat menempel telur tersebut (Gambar 10).

Persentase penetasan telur O. furnacalis terendah sebesar 8.13% disebabkan penekanan oleh musuh alami dengan tingkat parasitisme sebesar 91.87%. Adapun presentase penetasan 0% dan persentase parasitisasi 100% pada lokasi L8 disebabkan seluruh telur telah terparasit sejak diambil dari lahan. Hasil ini merupakan hasil rata-rata dari seluruh kelompok telur yang ditemukan dari setiap lokasi lahan. Beberapa kelompok telur dari seluruh kelompok telur yang ada memiliki nilai persentase keberhasilan penetasan 100%. Keberhasilan penetasan ini diperoleh karena telur tidak menemukan penghambat masa perkembangannya seperti parasitisasi oleh parasitoid, predasi oleh predator, maupun infeksi cendawan entomopatogen. Telur yang telah terparasit baik oleh parasitoid ataupun patogen masih mempunyai peluang untuk menetas karena parasitisasi tidak terjadi pada seluruh telur dalam satu kelompok telur.

(32)

12

Gambar 10 Larva O. furnacalis yang baru menetas aktif mencari makan, tampak sedang mengigiti daun jagung tempat telur menempel keluar dari telur O. furnacalis adalah Trichogramma sp. dengan persentase parasitisasi 9.53%-38.50%. Nonci (2005) melaporkan bahwa berdasarkan hasil survey terhadap musuh alami O. furnacalis pada beberapa sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan didapatkan persentase parasitasi telur O. furnacalis oleh T. evanescens cukup tinggi yaitu antara 71.56-89.80%. Pada lokasi pengamatan L1 didapatkan nilai persentase parasitisasi sebesar 135.89% (Lampiran 2). Hal ini sangat mungkin terjadi karena Trichogramma sp. mampu memarasit telur lebih dari satu kali, sehingga dari satu telur dapat keluar parasitoid dengan jumlah lebih dari satu (Gambar 12). Semakin besar ukuran telur inang, maka akan semakin banyak parasitoid yang diparasitkan pada telur tersebut. Parasitoid yang telah masuk ke dalam telur belum tentu berhasil melakukan parasitisasi. Nilai parasitisasi ditunjukan oleh jumlah parasitoid yang keluar dari telur. Lokasi pengamatan L1, L2, L4, L6, L7, dan L10 memiliki nilai parasitisasi lebih kecil dari nilai parasitismenya (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena selain telur terparasit oleh parasitoid, telur juga mengalami predasi oleh tungau dan adanya infeksi cendawan entomopatogen. Cendawan entomopatogen memiliki peran yang penting dalam pengaturan populasi serangga. Spora cendawan yang melekat pada kutikula serangga akan bergerminasi dan melakukan penetrasi pada dinding kutikula. Penetrasi akan berlanjut dan akan menyebar di dalam rongga tubuh, membentuk koloni serta dapat menghasilkan toksin. Bila cendawan tidak menghasilkan toksin, maka kematian serangga dapat diakibatkan oleh hilangnya nutrisi tubuh yang diserap oleh cendawan tersebut (Santoso 1993).

Di lokasi pengamatan L3 tidak dijumpai parasitoid telur Trichogramma sp.

(33)

13

Tabel 3 Kelompok musuh alami yang ditemukan di setiap lahan pengamatan Lokasi Musuh alami yang teridentifikasi

L1 Parasitoid, predator, cendawan

L2 Parasitoid, cendawan

L3 Cendawan

L4 Predator, cendawan

L5 -

L6 Parasitoid, predator, cendawan

L7 Predator, cendawan

L8 Tidak teridentifikasi

L9 -

L10 Predator, cendawan

(a) (b)

Gambar 11 Parasitoid yang ditemukan. Trichogramma sp. yang baru keluar dari telur O. furnacalis (a), Trichogramma sp. (b)

Gambar 12 Satu butir telur O. furnacalis yang terparasit dua individu Trichogramma sp. (tanda panah)

Indikator parasitoid keluar dari telur O. furnacalis dicirikan dengan adanya lubang sebagai tempat keluar parasitoid dari telur inang. Kondisi telur seperti ini dijumpai juga pada beberapa kelompok telur di lokasi pengamatan L8. Diduga telur ini terserang oleh parasitoid telur yang sama karena memiliki karakterisitik dengan telur yang telah keluar parasitoidnya.

(34)

14

Gambar 13 Gejala telur O. furnacalis yang terserang musuh alami: telur menjadi keriput karena terserang tungau (a) dan ditumbuhi

miselia cendawan (b)

Kegagalan telur O. furnacalis untuk menetas selain karena terparasit parasitoid telur Trichogramma sp., dapat pula disebabkan adanya infeksi oleh cendawan entomopatogen. Cendawan ini selain mengagalkan penetasan larva O. furnacalis juga menganggu proses parasitisme sehingga baik parasitoid maupun inangnya sama-sama mengalami kematian. Kegagalan perkembangan parasitoid telur Trichogramma sp. ini terlihat dari tidak adanya perubahan warna telur menjadi hitam (Gambar 15).

Gambar 14 Telur yang gagal menetas karena terserang parasitoid dan parasitoid gagal berkembang karena infeksi cendawan Fusarium sp.

Gambar 15 Cendawan Fusarium sp. (A) : a). Makrokonidia, dan b). Mikrokonidia. Infeksi pada telur (B)

Pengamatan mikroskopik menunjukan adanya konidia cendawan Fusarium sp. (Gambar 15A). Pada telur, cendawan ini tumbuh disekitar permukaan cangkang

(a) (b)

(A) (B) b

(35)

15

luar telur yang dicirikan dengan adanya miselia berwarna putih seperti benang dan mengakibatkan telur berstruktur keras (Gambar 15B). Cendawan Fusarium sp. diketahui mampu memberikan mortalitas sebesar 36.7% pada larva serta menghambat persentase pembentukan pupa dan persentase kemunculan imago O.

furnacalis (Melina et al. 2008). Cendawan Fusarium sp. ditemukan menyerang secara alami dan menyebabkan kematian pada beberapa serangga hama dari famili Lepidoptera (Melina 1999 dalam Melina et al. 2008).

Pada media biakan, miselium Fusarium sp. tumbuh seperti kapas tetapi berwarna merah, merah lembayung, atau oranye. Cendawan ini memiliki makrokonidia berbentuk seperti perahu kano atau bulan sabit, biasanya lebih dari satu sekat. Sedangkan mikrokonidia bersel satu, lebih kecil dari makrokonidia dan berbentuk bulat telur atau seperti buah pir (Gunawan et al. 2009). Hasil isolasi cendawan Fusarium sp. yang berasal dari kelompok telur O. furnacalis pada media PDA menunjukan karakteristik pertumbuhan berupa miselium seperti kapas berwarna oranye (Gambar 16). Setelah diinfeksikan kembali pada kelompok telur

O. furnacalis yang masih bening, hitam menjelang penentasan, dan cangkang menunjukan bahwa cendawan tumbuh dan mampu menginfeksi kelompok telur O.

furnacalis yang masih bening. Mulanya cendawan ini tumbuh disekitar kelompok telur dan menyebabkan telur mengalami perubahan morfologi menjadi tidak jelas antara batas telur yang satu dengan telur yang lain dalam kelompok telur itu sendiri (Gambar 17a). Telur tetap berkembang menjadi hitam menjelang penentasan namun larva tidak menetas (Gambar 17a dan 17b) dan kolonisasi cendawan semakin berkembang (Gambar 17c).

Gambar 16 Pertumbuhan Fusarium sp. pada media PDA

(a) (b) (c)

Gambar 17 Perkembangan infeksi cendawan Fusarium sp. pada telur O.

(36)

16

Selain parasitoid telur Trichogramma sp. ditemukan juga musuh alami dari kelompok predator yaitu tungau (Acari: Phytoseiidae) (Gambar 18). Terdapat perbedaan akibat predasi oleh tungau pada telur yang telah terparasit oleh

Trichogramma sp. Terkadang telur yang belum terparasit, telur habis dimakan oleh tungau sehingga tidak terlihat bekas ataupun sisa-sisa cangkang telur pada daun yang telah diisolasi sebelumnya. Pada telur yang telah terparasit selain telur tersebut menjadi keriput terdapat telur yang hancur karena telah dimangsa oleh tungau (Gambar 13a).

(a)

Gambar 18 Tungau (Acari: Phytoseiidae). Predator yang ditemukan memakan telur O. f urnacalis. Foto dengan mikroskop compound

Rekapitulasi hasil survey menunjukan data jumlah kelompok telur sebanyak 6 kelompok telur dengan jumlah telur/kelompok telur sebanyak 34 telur pada lahan seluas 371 m2, setara dengan 167 kelompok telur/ha. Persentase penetasan telur hama sebesar 26.15% dengan penekanan parasitoid telur sebesar 19.90%, dan infeksi cendawan entomopatogen sebesar 25.16%.

Aplikasi pestisida tidak begitu berpengaruh terhadap populasi telur di lapangan. Dari seluruh lokasi pengamatan, lokasi L2, L5, L6, L7, L8, dan L9 merupakan lahan yang dilakukan aplikasi pestisida. Namun di antara lahan-lahan tersebut tidak terdapat perbedaan yang begitu signifikan dengan populasi telur yang ditemukan pada lahan tanpa aplikasi pestisida. Di antara lahan-lahan tersebut pun terdapat perbedaan jumlah telur yang ditemukan seperti pada L2 dan L6 yang memiliki tingkat populasi telur O. furnacalis lebih sedikit dibandingkan L7 dan L8 yang memiliki tingkat populasi telur O. furnacalis lebih tinggi. Sementara baik L2, L6, L7, dan L8 sama-sama dilakukan aplikasi pestisida. Heryana (2013) melaporkan bahwa penggunaan insektisida pun tidak berkorelasi terhadap tingkat serangan O. furnacalis.

(37)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Populasi telur O. furnacalis di Bogor mencapai 167 kelompok telur/ha dengan keberhasilan penetasan 26.15% dan penekanan parasitoid 19.90%.

Musuh alami yang ditemukan pada telur O. furnacalis berasal dari 3 kelompok yaitu parasitoid telur Trichogramma sp., tungau predator (Acarina: Phytoseiidae), dan cendawan entomopatogen Fusarium sp.

Predasi oleh tungau tidak menunjukan tingkat penekanan yang nyata. Infeksi cendawan entomopatogen Fusarium sp. mencapai 25.16%.

Saran

Perlu dilakukan pengamatan berkala berdasarkan pertambahan usia tanam jagung untuk mengetahui dinamika populasi telur O. furnacalis.

Berdasarkan temuan adanya infeksi cendawan entomopatogen Fusarium sp. pada telur, perlu dilakukan uji infektifitas cendawan ini terhadap telur O. furnacalis.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah T, Rauf A. 2011. Karakteristik populasi dan serangan penggerek batang jagung Asia, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae), dan hubungannya dengan kehilangan hasil. Fitomedika. 7(3): 175-181.

Adnan AM. 2011. Manajemen utama musuh alami hama utama jagung. Di dalam:

Prosiding Seminar Nasional Serealia; 2011 Jun 15; Maros. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Anggraini T, Wiriawan A, Umrah. 2011. Perbandingan efektivitas cendawan Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarhizium anisopliae (Metschnikoff) dalam mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti (linnaeus). Jurnal Eukariotik. (9)1:1-2.

Baco D, Yasin M. 2001. Pengendalian penggerek jagung (O. furnacalis) dengan predator dan pathogen [Laporan Tahunan Penelitian Hama dan Penyakit]. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Bato SM, Everett TR, Malijan OO. 1983. Integrated Pest Management for Asian Corn Borer Control. Phillippine (PH): National Crop Protection Centre Series.

Barnett HL, Hunter BB. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. St. Paul (US): APS Press.

[Kementan] Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Peta sebaran OPT utama tanaman jagung: Data survey 26 Februari - 01 Maret 2013 [internet]. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.[diunduh 2013 Mei 18]. Tersedia pada: tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/47_Data Survey jagung 26 Februari - 01 Maret 2013 - Google Maps.pdf

[Kementan] Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Peta sebaran OPT

utama tanaman jagung: Data survey 16 - 19 April 2013 [internet]. Jakarta (ID):

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.[diunduh 2013 Mei 18]. Tersedia pada: tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/47_Data Survey jagung1 16 - 19 April 2013 - Google Maps.pdf

Granados G. 2000. Maize Insects. Tropical Maize. Improvement and Production.

Roma (IT): Food and Agriculture Organization.

Gunawan AW, Rahayu G, Dharmaputra OS, Sudirman LI, Sukarno N, Listiyowati S. 2009. Cendawan dalam Praktik Laboratorium. Bogor(ID): IPB Press. Heryana RTS. 2013. Penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis Guenée

(Lepidoptera: Crambidae): tingkat serangan di wilayah Bogor dan siklus hidupnya di laboratorium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Javier PA, Morallo B, Dayaoen C. 1993. Seasonal abundance of the natural

enemies of the Asian corn borer, Ostrinia furnacalis (Guenée) at Los Banos, Laguna. Phillippine Agriculture. 76:299-312.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

(39)

19

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Ed. Ke-2. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Meilin A. 1999. Keragaman karakter morfologi dan genetik populasi parasitoid telur, Trichogamma spp. dan Trichogrammatoidea spp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae) dari daerah geografis yang berbeda di Pulau Jawa [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Melina, Gassa A, Madika DP, Yumarto. 2008. Pengujian cendawan entomopatogen Fusarium spp. terhadap penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Pyralidae). Di dalam: Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan; 2008 Nov 5; Maros. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Nafus DM, Schreiner IH. 1987. Location of Ostrinia furnacalis (Lepidoptera; Pyralidae) eggs and larvae on sweet corn in relation to plant growth stage. Journal Economic Entomology. 80(1):411-416.

Nonci N, Baco D. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

Guenée pada berbagai tingkat umur tanaman jagung (Zea mays L.). Agrikam. 6(3):95−101.

Nonci N, Tandiabang J, Masmawati, Muis A. 2000. Inventarisasi musuh alami penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) di sentra produksi Sulawesi Selatan. Penelitian Pertanian. 19(3):38−49.

Nonci N, Masmawati. 2005. Kemampuan jelajah Trichogramma evanescens

Westwood, parasitoid telur penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis). Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Jagung; 2005 Sep 29-30; Maros. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Nonci N. 2005. Pemanfaatan parasitoid telur Trichogramma evanescens

Westwood untuk pengendalian penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis Guenée. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Jagung; 2005 Sep 29-30; Maros. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Nonci N. 2004. Biologi dan musuh alami penggerek batang Ostrinia furnacalis

Guenée (Lepidoptera: Pyralidae) pada tanaman jagung. Jurnal Litbang Pertanian. 23(1):9-10.

Nonci N, Baco D. 1987. Pengamatan waktu infestasi dan jumlah larva Ostrinia furnacalis Guenée terhadap kerusakan pada tanaman jagung. Agrikam. 2(2): 49-59.

Nonci N, MasmawatiA. Jabbar, Baco D. 2001. Waktu pelepasan Trichogramma

evanescens Westwood dalam pengendalian penggerek batang jagung

(Ostrinia furnacalis Guenée). Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia.

Pabbage MS, Adnan AM, Nonci N. 2008. Pengelolaan Hama Prapanen Jagung. Maros (ID): Balai penelitian Tanaman Seralia.

Pabbage MS, Mas’ud S. 2006. Tingkat parasitasi Trichogramma evanescens pada berbagai suhu pembiakan dan pemberian makanan terhadap hama penggerek batang jagung. Jurnal Pertanian Tanaman Pangan. 25(3): 190-193.

(40)

20

Tahunan Penelitian Hama dan Penyakit]. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Purnomo. 2006. Parasitisasi dan kapasitas reproduksi Cotesia flavipes Cameron (Hymenoptera: Braconidae) pada inang dan instar yang berbeda di laboratorium. Jurnal HPT Tropika. 6(2):87-91.

Rahmawati LT. 2012. Distribusi nematoda entomopatogen pada pertanaman jagung (Zea mays) di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saenong MS, Alfons JB. 2009. Pengendalian hayati hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Pyralidae). Jurnal Budidaya Pertanian. 5(1):1.

Saenong MS. 2007. Penanganan OPT penggerek batang jagung dengan pestisida biologi. Di dalam: Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel; 2007 Nov 24; Maros. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Saenong MS. 2005. Pengelolaan hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis Guenée (Lepidoptera: Pyralidae). Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Jagung; 2005 Sep 29-30; Maros. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Santoso T. 1993. Dasar-dasar patologi serangga. Di dalam: Martono E, Mahrub NS, Putra, Trisetyawati Y (editor). Prosiding Makalah Simposium Patologi Serangga 1 (PEI); 19 Okt 12-13; Yogyakarta. Bogor (ID): Perhimpunan Entomologi Indonesia.

Sulaeman C. 2004. Pemangkasan bunga jantan dalam mengendalikan hama penggerek batang jagung di lahan kering beriklim basah. Di dalam:

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian; 2004 Agu 3; Bogor. Bogor (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Surtikanti. 2006. Potensi parasitoid telur sebagai pengendali hama penggerek

(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis korelasi umur tanaman dengan jumlah telur O. furnacalisa

No(n) Umur

Tanaman (X)

Jumlah

Telur (Y) X 2

Y2 XY r r2 T-hitung T-tabel

t(0.05/2, 8) 1 20 0 400 0 0 0.412 0.169 1.278 2.306 2 23 0 529 0 0

3 26 370 676 136900 9620

4 30 174 900 30276 5220

5 30 371 900 137641 11130

6 50 199 2500 39601 9950

7 50 114 2500 12996 5700

8 50 153 2500 23409 7650

9 60 360 3600 129600 21600

10 75 328 5625 107584 24600

Jumlah 414 2069 20130 618007 95470

Rata-Rata 41.4 206.9 Kesimpulan: T-hitung < T-tabel

Cukup bukti untuk menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara umur tanaman dan jumlah telur pada taraf nyata 5%. r=

T-hitung=

T-tabel diperoleh dengan menggunakan tabel t (Matjik dan Sumertajaya 2006)

a

(42)

22

Lampiran 2 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 1

Kode kel.

Lampiran 3 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 2

(43)

23

Lampiran 4 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 3

Kode

Lampiran 5 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 4

(44)

24

Lampiran 6 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 6

Kode

Lampiran 7 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 7

(45)

25

Lampiran 8 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 8a

a

Telur yang didapatkan pada lahan pengamatan ini sudah terparasit semua oleh parasitoid sejak dari lapang, dicirikan dengan telur yang berwarna hitam dan adanya lubang pada telur

Lampiran 9 Persentase penetasan, parasitisasi, dan keberhasilan reproduksi parasitoid telur O. furnacalis pada lahan pengamatan 10

(46)

26

Lampiran 10 Hasil Wawancara

(47)

27

Lokasi Kec Ds NP V ST UT L JT AP P Status O.

furnacalis

L5 Ciampea Cihideung Udik

(48)
(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 08 Mei 1991, sebagai putra ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak. H. M. O. Abdul Kodir dan Ibu N. Eti Fatimah, S. Ag. Penulis memiliki seorang kakak dan adik perempuan bernama Ima Halimatusadiah dan Itsna Nurhidayah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama setelah lulus diterima pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama tahun 2010 sebagai Staff Komisi 1, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2011 sebagai staff Departemen Internal, Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman 2012 sebagai Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa, Anggota Entomologi club, Organisasi Mahasiswa Daerah Purwakarta (Puscom), Anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia (PPI UPM) – Malaysia karena pada tahun 2012 penulis berkesempatan mengikuti kegiatan pertukaran pelajar selama 5 bulan di Universiti Putra Malaysia Program Studi Sains Pertanian. Aktifitas luar kampus yang penulis ikuti adalah Gerakan Masyarakat Jawa Barat (GEMA JABAR) sejak tahun 2012.

Gambar

Tabel 1  Keberadaan dan jumlah telur O. furnacalis di setiap
Gambar  3  Letak telur O. furnacalis pada permukaan atas daun (a), permukaan
gambar 5. Tidak semua tanaman dalam satu lahan terinfestasi telur O. furnacalis.
Gambar 6  Tanaman jagung dengan dua lubang gerek  O. furnacalis
+6

Referensi

Dokumen terkait

Langkah atau tugas tidak dikerjakan secara benar, atau dalam urutan yang salah (bila diperlukan) atau diabaikan.. 2 Cukup Langkah atau tugas dikerjakan secara benar, dalam

Hasil belajar siswa yang belum memuaskan pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh fase-fase dalam model pembelajaran team quiz, tetapi juga sangat dipengaruhi

Kami akan melakukan promosi via media sosial melalui akun Small Garden maupun akun dari setiap anggota tim, baik itu Facebook, Instagram dan lain-lain. Di dalam akun.. tersebut

Jika dilihat dari pendidikan terakhir, sebagian besar editor mempunyai pendidikan terakhir jenjang Strata 1 (S-1) sehingga akan merasa termotivasi jika diberikan

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4)

Hasil pengamatan terhadap intensitas penyakit busuk batang yang disebabkan oleh S.rolfsii pada berbagai konsentrasi inokulum dilihat pada Tabel 3... Persentase

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN