SKRIPSI
ANALISIS EFISIENSI BANK PEMERINTAH DAERAH DI
INDONESIA
OLEH
YOHANNES HAPOSAN RITONGA
080501103
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Efisiensi Bank Pemerintah Daerah Di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini saya bersedia sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2013 Penulis
Yohannes Haposan Ritonga
ABSTRAK
Sejumlah faktor sangat mempengaruhi terhadap efisiensi suatu bank. Untuk mengetahaui keberadaan efisiensi seperti NIM, CAR dan ROA diperlukan sebuah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi bank. Dalam rangka mewujudkan perbankan yang sehat untuk meningkatkan perekonomian setiap daerah melalui Bank Pemerintah daerah (BPD).
Metode penelitian studi kasus dengan teknik analisis regresi berganda. Dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial CAR, NIM dan ROA mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap BOPO. CAR dan NIM secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap BOPO. Secara bersamaan CAR, NIM, dan ROA berpengaruh terhadap BOPO.
Secara bersamaan variabel CAR, NIM dan ROA mampu memberikan penjelasan variabel BOPO sebesar 51,9% sedangkan sisanya 41,9 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada pada model estimasi.
ABSTRACT
Factors of influence the efficiency of a bank. To know where efficiency as NIM, ROA CAR and required a study. This study aims to determine the efficiency of the bank. In order to realize a healthy banking system to boost the economy of each region through the local Bank Pemerintah Daerah (BPD).
Case study method with regression analysis techniques. By using secondary data obtained from Bank Indonesia.
Results showed partial CAR, NIM and ROA has a significant and positive impact on ROA. CAR and NIM partially negative and significant effect on BOPO. Simultaneously CAR, NIM, ROA and ROA influence. CAR variables simultaneously, NIM and ROA ROA variable is able to provide an explanation of 51.9% while the remaining 41.9% is explained by other variables that do not exist in the estimation model.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Atas Berkat dan Perlindungannya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
akhirnya penulis dapat menyesaikan skripsi dengan judul “Analisis Efisiensi Bank
Pemerintah Daerah Di Indonesia”. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua
orangtua tersayang Ayahanda Syamsul Hasiholan Ritonga dan Ibunda Bestiana
Hutagalungatas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang serta kesabaran
yang luar biasa yang tidak terhingga kepada penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum. M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad, SE. M.Soc.Sc. Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
4. Bapak Prof. DR Ramli, SE, MS selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis selama masa
penyusunan skripsi.
5. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak selaku Dosen Pembaca Penilai Skripsi yang
telah memberikan arahan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi
ini.
6. Kepada Bapak/Ibu dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing
penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utrara
yang telah banyak membantu penulis dalam setiap administrasi yang
diperlukan oleh penulis.
8. Kepada Abang dan Kakakku yang selama ini memberi dukungan.
9. Kepada teman-teman di Ekonomi Pembangunan stambuk 2008.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan peneliti lainnya.
Medan, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
2.5 Faktor yang Menggurkan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 27
2.6 Variabel Penelitian ... 30
2.7 Penelitian Terdahulu ... 32
2.8 Kerangka Konseptual ... 34
2.9 Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BPD (Bank Pembangunan Daerah) . 44
4.1.1 Nama-nama BPD di Indonesia ... 44
4.1.2 Perkembangan BOPO pada BPD di Indonesia . 45 4.1.3 Perkembangan CAR pada BPD di Indonesia .... 47
4.1.4 Perkembangan NIM pada BPD di Indonesia .... 49
4.1.5 Perkembangan ROA pada BPD di Indonesia .... 51
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 53
4.2.1 Uji Normalitas ... 53
4.2.2 Uji Multikolineritas ... 55
4.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 56
4.2.4 Uji Autokolerasi ... 57
4.3 Hasil Uji Ketetapan Model (Test of Goodness Fit) ... 58
4.3.1 Uji-F ... 58
4.4 Analisis Hasil Estimasi ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 62
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1.1 Nama-nama Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 3
1.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 12
2.2 Predikat Kesehatan Bank ... 13
4.1 Nama-nama BPD di Indonesia ... 45
4.2 Perkembangan BOPO pada BPD di Indonesia ... 47
4.3 Perkembangan CAR pada BPD di Indonesia ... 53
4.4 Perkembangan NIM pada BPD di Indonesia ... 54
4.5 Perkembangan ROA pada BPD di Indonesia... 55
4.2.1 One Sampel Kolmogorov Smirnov Test ... 56
4.2.2 Uji Multikolineritas ... 56
4.3 Hasil Uji Heterokendasitas ... 57
4.3.1 Uji F ... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Konsep Efisiensi dari Pendekatan Sisi Input ... 19
2.2 Konsep Efisiensi dengan Pendekatan Output ... 21
2.3 Kerangka Konseptual ... 37
4.1 Analisis Grafik ... 52
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
Sejumlah faktor sangat mempengaruhi terhadap efisiensi suatu bank. Untuk mengetahaui keberadaan efisiensi seperti NIM, CAR dan ROA diperlukan sebuah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi bank. Dalam rangka mewujudkan perbankan yang sehat untuk meningkatkan perekonomian setiap daerah melalui Bank Pemerintah daerah (BPD).
Metode penelitian studi kasus dengan teknik analisis regresi berganda. Dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial CAR, NIM dan ROA mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap BOPO. CAR dan NIM secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap BOPO. Secara bersamaan CAR, NIM, dan ROA berpengaruh terhadap BOPO.
Secara bersamaan variabel CAR, NIM dan ROA mampu memberikan penjelasan variabel BOPO sebesar 51,9% sedangkan sisanya 41,9 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada pada model estimasi.
ABSTRACT
Factors of influence the efficiency of a bank. To know where efficiency as NIM, ROA CAR and required a study. This study aims to determine the efficiency of the bank. In order to realize a healthy banking system to boost the economy of each region through the local Bank Pemerintah Daerah (BPD).
Case study method with regression analysis techniques. By using secondary data obtained from Bank Indonesia.
Results showed partial CAR, NIM and ROA has a significant and positive impact on ROA. CAR and NIM partially negative and significant effect on BOPO. Simultaneously CAR, NIM, ROA and ROA influence. CAR variables simultaneously, NIM and ROA ROA variable is able to provide an explanation of 51.9% while the remaining 41.9% is explained by other variables that do not exist in the estimation model.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangBank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan). Industri perbankan memegang peranan penting bagi
pembangunan di bidang ekonomi. Bank memiliki peran sebagai financial
intermediary antara unit-unit lain yang mengalami kelebihan dana (surplus unit)
dan kekurangan dana (defisit unit). Melalui bank kelebihan tersebut dapat
disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat
pada kedua belah pihak.
Dalam perekonomian, sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai dua
peran yaitu sebagai transmisi dan sebagai lembaga perantara. Fungsi yang disebut
pertama berkaitan peranan lembaga keuangan dalam mekanisme pembangunan
dalam agen-agen ekonomi sebagai akibat adanya transaksi diantara mereka.
Sebagai contoh Bank Indonesia yang mencetak uang sebagai alat pembayaran
yang sah, ini dimaksudkan untuk mempermudah transaksi diantara masyarakat
dalam perekonomian Indonesia. Demikian juga bank-bank umum menerbitkan
cek dimaksudkan untuk memudahkan transaksi yang dilakukan nasabah disisi
lain, fungsi kedua dari lembaga keuangan berkaitan erat dengan fasilitas
/kemudahan mengenai aliran dana dari mereka yang kelebihan dana (penabung)
adalah sebagai broker, pialang/deealer dalam berbagai aktiva (asset) yang
berperan untuk meningkatkan efisiensi kedua belah pihak (save and borrower).
Mereka dapat membantu memindahkan/menyalurkan dana dari pemilik dana
(Lenders) kepada peminjam yang tidak terbatas dan tidak dikenal oleh pemilik
dana, dengan biaya transaksi dan informasi yang relatif rendah dibandingkan bila
mereka sendiri harus mencari dan melakukan transaksi langsung.
Berdasarkan kepemilikannya bank 5 jenis yaitu, bank milik pemerintah,
bank milik swasta nasional, bank milik koperasi, bank milik asing dan bank milik
campuran. Pada penelitian ini akan dibahas bank milik pemerintah. Bank milik
pemerintah adalah bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya
dimiliki oleh pemerintah indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki
oleh pemerintah pula. Contohnya adalah Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) , dan Bank Mandiri.
Disamping itu terdapat pula Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah
tingkat I dan tingkat II masing-masing propinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki
oleh pemda masing-masing tingkatan. Ada 26 Bank Pemerintah Daerah di
Tabel 1.1
Nama-nama Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
No Nama Bank No Nama Bank Sumber: Majalah Infobank (Januari 2013)
Bank Pembangunan Daerah (BPD) turut serta dalam menggerakkan roda
perekonomian daerah. Dikatakan demikian karna BPD sebagai pemegang kas
daerah dalam kegiatannya berfungsi melakukan pembiayaan bagi pelaksanaan
usaha kecil, kredit mikro dan sebagainya. Pasal 3 Keputusan Menteri Dalam
Negeri (Kepmendagri) Nomor 62 Tahun 1999 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) menjelaskan lebihlanjut mengenai
fungsi perbankan daerah. Perbankan daerah mendorong pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank Pembangunan Daerah juga menjadi penyimpan kas daerah serta salah satu
BPD adalah perbankan di mana lebih dari lima puluh persen sahamnya
milik pemerintah daerah. Potensi daerah dapat diangkat melalui bantuan modal
usaha dari BPD. Lingkup BPD relatif kurang luas karena umumnya hanya
melayani kebutuhan dana tingkat Propinsi, Kotamadya, maupun Kabupaten.
Kantor cabang BPD juga sedikit, hanya sebagian kecil saja yang mampu
membuka kantor cabang di Propinsi lain.
Di era otonomi daerah seperti saat ini, peran Bank Pembangunan Daerah
(BPD) memiliki potensi yang sangat besar, sebagai akselerator sekaligus
mendinamisasi perekonomian yang bertujuan untuk menggerakkan pembangunan
di daerah. Selama ini selain sebagai bank komersial, BPD dibebani fungsi sebagai
agen pendorong pembangunan daerah (regional agent of development). BPD
dituntut tetap memainkan peran dalam memberikan fasilitas dana pembangunan
daerah, baik proyek investasi maupun modal kerja. Namun, di sisi lain, sebagai
bagian dari kebijakan perbankan nasional, BPD juga wajib mengikuti regulasi
yang ditentukan Bank Indonesia (BI).
BPD dalam kerangka ikut berpartisipasi mendorong dan memfasilitasi
stimulus fiskal setidaknya harus berkonsentrasi pada beberapa hal, antara lain:
1) berspesialisasi pada sektor yang menguntungkan atau potensial di daerah
tersebut atau sektor yang terkait proyek-proyek pemda,
2) mulai memfokuskan usaha pada pembiayaan KMK dan KI, dan
3) memberikan proporsi kredit yang cukup besar bagi usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), termasuk di dalamnya penyederhanaan proses
4) penerapan linkage program dan skema penjaminan untuk UMKM yang kesulitan
dalam persyaratan pengajuan kredit.
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi.
Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi
dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output
yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang
minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi
input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab
ketidakefisiensian.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas
kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Sering kali,
perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk
dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui,
industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh
peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan Capital
Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement, Legal Lending Limit dan
kredibilitas para pengelola bank adalah contoh peraturan-peraturan yang sekaligus
menjadi kriteria kinerja di dunia perbankan. Selain itu pengukuran efisiensi
Envelopment Analysis (DEA), Stochastic Frontier Approach (SFA), dan
Distribution Free Approach (DFA).
Dengan demikian diharapkan BPD menjadi garda terdepan pembangunan
ekonomi daerah untuk mendukung program pemerintah menciptakan lapangan
kerja sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat daerah yang secara
kolektif akan menurunkan tingkat kemiskinan secara nasional dan meningkatkan
kesejahteraan bangsa.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti dengann judul
Analisis Efisiensi Bank Pemerintah Daerah di Indonesia.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengaruh CAR ( Capital Adequacy Ratio) terhadap BOPO (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) BPD di Indonesia.
2. Apakah pengaruh NIM (Net Interest Margin) terhadap BOPO (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) BPD di Indonesia.
3. Apakah pengaruh ROA (Return On Average Asset) terhadap BOPO (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) BPD di Indonesia.
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh CAR ( Capital Adequacy Ratio) terhadap
terhadap BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional)
2. Untuk mengetahui pengaruh NIM ( Net Interest Margin) terhadap
terhadap BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional)
BPD di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap terhadap
BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) BPD di
Indonesia.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat terutama nasabah Bank
pemerintah Daerah (BPD) di Indonesia.
2. Penelitian ini juga bermanfaat bagi Bank Pemerintah Daerah (BPD) yang
ada di Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan informasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbankan IndonesiaBank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan yang menyediakan berbagai jasa keuangan. Kegiatan utama dari bank
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam
perekonomian terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum bank
didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Stuart dalam anonim
(2009) mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan kredit baik dengan alat pembayarannya sendiri maupun
uang yang diperolehnya dari pihak lain maupun dengan jalan memperedarkan
alat-alat penukar baru berupa uang giral. Dengan demikian bank merupakan
perantara keuangan (financial intermediaries) sehingga menimbulkan interaksi
antara kreditur dan debitur. Menurut George dalam anonim (2008), Bank
memiliki tiga karakteristik khusus yang berbeda dalam fungsinya jika
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, pertama terkait dengan fungsi
bank sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana masyarakat, baik
dalam penciptaan uang dan dalam mekanisme pembayaran dalam sistem
perkenomian. Kedua sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan berperan
kredit dan pembiaayaan lain dalam dunia usaha. Ketiga sebagai lembaga
penanaman aset finansial, bank memiliki peranan penting dalam mengembangkan
pasar keuangan terutama pasar uang domestik dan valuta asing. Bank berperan
dalam mentransformasikan aset finansial seperti simpanan masyarakat ke dalam
bentuk finansial aset lain yaitu kredit dan surat-surat berharga yang dikeluarkan
pemerintah dan Bank Sentral. Bank Indonesia (2006) mengkategorikan fungsi
Bank sebagai financial intermedieries dalam 3 (tiga) hal yakni :
1. Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan.
2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
kredit.
3. Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Fungi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan
pelayanan jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahateraan rakyat banyak. Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998
tentang perbankan, bank didefinisikan sebagai Badan Usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam
bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan perbankan menurut
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
2.1.1 Fungsi Bank
Adapun secara spesifik bank-bank dapat berfungsi sebagai agent of trust,
agent of develovment dan agen of services (Arlan Widiantara:2012).
1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan
adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran
dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana-dananya di bank apabila dilandasi
kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak
penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut
kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam keadaan ini
semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana,
penampung dana maupun penerima penyaluran dana tersebut.
2. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan
bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan
konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan
konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping
melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan
penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan
bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
2.2 Efisiensi
Efisiensi merupakan salah satu parameter pengukur kinerja dari sebuah
organisasi yang didalam penelitian ini adalah bank. Efisiensi dapat juga
diterjemahkan sebagai kemampuan suatu organisasi dalam menyelesaikan
pekerjaan dengan benar dengan perhitungan rasio perbandingan antara input dan
output. Dimana efisiensi adalah bagaimana menggunakan input yang minimal
dengan menghasilkan output yang semaksimal mungkin.
Ada beberapa jenis efisiensi dalam perbankan, antara lain efisiensi dalam
skala dimana suatu bank dapat dikatakan efisiensi dalam skala adalah ketika suatu
bank mampu beroperasi dalam skala yang konstan, efisiensi dalam cakupan disini
agar efisiensi dalam cakupan tercapai adalah ketika suatu bank mampu beroperasi
pada diversifikasi lokasi, efisiensi teknis dimana suatu bank dalam menyatakan
suatu hubungan antara input dan output pada proses produksinya, dan efisiensi
alokasi dimana agar efisiensi alokasi ini tercapai suatu bank harus mampu untuk
menentukan berbagai output yang dapat memaksimalkan keuntungan.
Menurut Pernomo dan Darmawan (2000), suatu perusahaan dapat
dikatakan efisien apabila: (1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih
dengan menghasilkan jumlah output yang sama, (2) Menggunakan jumlah unit
input yang sama, tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar.
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang berkembang di
Indonesia dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu cara untuk
mengukur kinerja perbankan adalah efisiensi, dimana efisiensi perbankan dapat
dilihat dari penggunaan input dan output yang digunakan dalam kegiatan
operasional bank.
Menurut Pass dan Lowes (1997), efisiensi merupakan hubungan antara
faktor input (factor inputs) yang langka dengan output (outputs) barang dan jasa.
Hubungan ini dapat diukur secara fisik (efisiensi teknik (technological efficiency)
atau secara biaya (efisiensi ekonomi (economic efficiency)). Konsep efisiensi
dipergunakan sebagai kriteria dalam penilaian seberapa baik pasar
mengalokasikan sumberdaya.
Kinerja pasar merupakan efisiensi dari suatu pasar (market) dalam
menggunakan sumberdaya yang langka untuk memenuhi permintaan konsumen
akan barang dan jasa, yaitu seberapa baik suatu pasar telah memberikan kontribusi
pada optimisasi kesejahteraan ekonomi. Elemen-elemen kunci dari kinerja
(a) efisiensi produksi (productive efficiency)
(b) efisiensi distribusi (distributive efficiency), yaitu kemampuan suatu pasar
untuk memproduksi dan mendistribusikan produk-produknya dengan biaya yang
paling rendah.
(c) efisiensi alokasi (allocative efficiency), yaitu tingkat di mana harga pasar yang
dibebankan pada para pembeli konsisten dengan biaya penawaran termasuk
pengembalian suatu laba normal (normal profit) pada para pemasok.
(d) kemajuan teknologi (technological progressiveness), kemampuan para
pemasok untuk selalu memperkenalkan teknik-teknik distribusi dan produksi baru
yang hemat biaya dan memperkenalkan produk-produk superior.
(e) kinerja produk (product performance), yaitu kualitas dan keanekaragaman
produk yang ditawarkan oleh para pemasok. Dalam teori pasar (theory of
markets), kinerja pasar ditentukan oleh interaksi dari struktur pasar (market
structure) dan perilaku pasar (marketconduct), sementara kinerja pasar itu sendiri
memiliki pengaruh terhadap struktur dan perilaku pasar.
Efisiensi pengalokasian (allocative efficiency) merupakan suatu aspek dari
kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan pengalokasian yang
optimum dari sumberdaya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang
sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini dicapai ketika tingkat harga
pasardan keuntungan konsisten dengan biaya sumberdaya riil untuk menyediakan
produk tersebut. Lebih khusus, kesejahteraan konsumen optimum apabila harga
menyediakan produk tersebut, ditambah keuntungan normal yang diterima oleh
perusahaan.
Efisiensi produksi (productive efficiency) merupakan sebuah aspek dari
kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan efisiensi suatu pasar
dalam memproduksi produk-produk pada biaya yang serendah mungkin dalam
jangka panjang dengan menggunakan teknologi yang ada. Efisiensi produksi
tercapai apabila output diproduksi dalam pabrik dengan skala optimal dan terdapat
suatu keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar jangka panjang.
Efisiensi distribusi (distribution efficiency) merupakan suatu aspek dari
kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan efisiensi (efficiency) suatu
pasar dalam mendistribusikan output dari pemasok ke konsumen. Biaya distribusi
termasuk pengangkutan, pergudangan, biaya penanganan, bersama-sama dengan
margin keuntungan dari distributor. Sebagai tambahan, pemasok menimbulkan
biaya penjualan atau selling cost (periklanan atau advertising dan biaya-biaya lain
dari pembedaan produk atau product differentiation) dalam mengusahakan dan
mempertahankan secara terus menerus permintaan akan produk mereka. Efisiensi
distribusi yang optimal diperoleh apabila biaya distribusi fisik minimum dan biaya
penjualan dipertahankan pada tingkat yang paling rendah untuk mempertahankan
total permintaan pasar secara terus menerus.
Menurut Hadad, et. al (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter
kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh
kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal
pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau
mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerjayang cukup
populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan kesulitan
dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan tingkat
keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria“sehat”
atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan
adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus
menjadi ukuran kinerja dunia perbankan. Capital Adequacy Ratio(CAR), Reserve
Requirement, Legal Lending Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah
contoh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja didunia
perbankan. Sedangkan dengan menggunakan metode parametrik, ada dua
pendekatan untuk menghitung efisiensi, yaitu Stochastic Frontier Approach
(SFA) dan Distribution Free Approach (DFA).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Febryani dan Zulfadin (2003),
kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Dalam konteks perbankan, kinerja merupakan cerminan dari
kemampuan sebuah bank dalam mengelola dan mengalokasikan dananya
(Febryani dan Zulfadin, 2003). Ramli dalam Mirnawati (2007) menyatakan bahwa
efisiensi perbankanberperan bagi kehidupan makro dan mikro bangsa Indonesia.
Peranan efisiensi perbankan dari sisi makro yaitu melalui kegiatan utamanya
perbankan tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas dana tetapi juga dapat
mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Bahkan penyaluran
kredit konsumsi mempunyai dampak positif bagi dunia usaha karena ikut
membantu peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk dan jasa.
Peranan efisiensi perbankan ditinjau dari sisi mikro menggambarkan kemampuan
bank yang bersangkutan dalam mengelola input untuk menghasilkan output.
Bank-bank yang tidak efisien bisa tersingkir dari pasar karena tidak mampu
bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun kualitas
produk dan pelayanan (Mirnawati, 2007).
Menurut Farrel dalam Coelli et. al (1998), efisiensi teknis mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output yang maksimum dengan
jumlah input tertentu. Menurut Hassan (2003), sebuah perusahaan dikatakan lebih
efisien secara teknis daripada perusahaan lainnya jika perusahaan tersebut
menghasilkan output yang relatif lebih banyak dengan menggunakan input dalam
jumlah yang sama. Inefisiensi teknis disebabkan oleh manajemen dan dapat
dikendalikan dengan manajemen. Sumber inefisiensi teknis dapat berupa
inefisiensi teknis murni (terkait dengan input) atau skala inefisiensi (terkait
dengan output).
Menurut Farrel dalam Yudistira (2003), skala efisiensi adalah hubungan
antara biaya produksi rata-rata per unit dan volume bank. Jadi, suatu bank
dikatakan memiliki skala ekonomi saat peningkatan outputnya diikuti dengan
2.3 Konsep Efisiensi
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoretis
mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi dengan mengacu pada filosofi
“kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan input-nya yang ada,
adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan”. Dengan demikian ada
pemisahan antara harga dan unit yang digunakan (input) maupun harga dan unit
yang dihasilkan (output) sehingga dapat diidentifikasi berapa tingkat efisiensi
teknologi, efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dengan diidentifikasinya alokasi
input dan output, maka akan dapat dianalisis lebih jauh untuk melihat penyebab
inefisiensi suatu bank.
Konsep efisiensi pertama kali diperkenankan oleh Farrel (1957) yang
merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan
Koopmans (1951). Konsep pengukuran efisiensi Farrel dapat memperhitungkan
input majemuk (lebih dari 1 input). Farrel menyatakan bahwa efisiensi sebuah
perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis (technicalefficiency)
dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk mencapai output semaksimal mungkin dari
sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada
tingkat harga input tertentu. Kedua komponen ini kemudian dikombinasikan
untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi ekonomis (economic
Kumbhaker dan Lovell (2000), mengatakan bahwa efisiensi teknis
merupakan salah satu dari komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan.
Tetapi, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus
efisien secara teknis. Untuk mencapai tingkat keuntungan yang maksimal, sebuah
perusahaan harus dapat berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan
jumlah input tertentu (efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan
kombinasi yang tepat pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).
Konsep pengukuran efisiensi dapat dilihat baik dengan fokus pada sisi
input (input-oriented) maupun fokus pada sisi output (output-oriented). Kedua
pendekatan ini analog dengan konsep primal dan dual dalam teknik operations
research, yang bagaikan dua sisi mata uang, sehingga kedua pendekatan ini secara
konsisten akan menghasilkan kesimpulan yang sama tentang efisiensi relatif
sebuah perusahaan terhadap sekawannya. Berikut ini adalah ikhtisar tentang
kedua pendekatan ukuran efisiensi tersebut: Pendekatan sisi input adalah
diasumsikan sebuah perusahaan yang menggunakan dua jenis input, yaitu x1 dan
x2, untuk memproduksi satu jenis output (y) dengan asumsi constant returns to
scale (CRS). Asumsi CRS maksudnya adalah jika kedua jenis input, x1 dan x2,
ditambah dengan jumlah persentase tertentu, maka output juga akan meningkat
dengan persentase yang sama.
Konsep efisiensi dari pendekatan sisi input dapat digambarkan pada kurva
X2/y S
P
A Q
R
Q’
S’
0 A X1/y
Sumber: Coelli (2005)
Gambar 2.1
Konsep Efisiensi dari Pendekatan Sisi Input
Dari gambar di atas, kurva SS’ adalah kurva isoquant yang merupakan
himpunan titik-titik perusahaan yang paling efisien dalam kumpulan sekawannya
(fully efficient firms) atau perusahaan-perusahaan yang paling efisien secara teknis
(fully technically efficient). Perusahaan yang berada di titik P adalah perusahaan
yang tergolong kurang efisien. Perusahaan ini dapat menjadi perusahaan yang
lebih efisien jika ia dapat mengurangi kedua jenis inputnya, x1 dan x2, untuk
memproduksi 1 unit output sehingga perusahaan tersebut berada di titik Q. Jarak
PQ disebut sebagai potential improvement, yaitu berapa banyak kuantitas input
dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang
sama. Ukuran efisiensi teknis sebuah perusahaan dalam kelompok sekawan (TEi)
TEi = 1 – QP/OP = 0Q/0P
sehingga 0 ≤1 i TE . Nilai TEi = 1 menunjukkan bahwa perusahaan i adalah yang
paling efisien secara teknis diantara kelompok sekawannya.
Garis AA’ adalah garis isocost yang menunjukkan rasio harga (price ratio)
antara input 2 terhadap input 1. Efisiensi alokatif (AEi) perusahaan i yang berada
pada titik P, ditunjukkan oleh rasio:
AEi = 1 – RQ/0Q = 0R/0Q
dimana RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang akan terjadi jika
produksi dilakukan pada titik yang efisien baik secara teknis maupun secara
alokatif, yaitu Q. Titik Q adalah efisien secara teknis, namun tidak efisiens secara
alokatif.
Efisiensi Ekonomis (EEi) perusahaan i adalah merupakan produk atau
hasil kali antara Efisiensi Teknis (TEi) dengan Efisiensi Alokatif (AEi), secara
matematis:
EEi = TEi x AEi = (0Q/0P) x (0R/0Q) = 0R/0P
dimana 0 ≤ TEi , AEi , EEi ≤ 1
Pendekatan sisi output berlawanan dengan pendekatan sisi input yang
menjawab berapa banyak kuantitas input bisa dikurangi secara proporsional untuk
memproduksi kuantitas output yang sama, pendekatan sisi output menjawab
berapa banyak kuantitas output dapat ditingkatkan secara proporsional dengan
Asumsikan sebuah perusahaan dengan 2 jenis output (y1 dan y2) dan 1
jenis input (x) dalam ancangan CRS. Gambar 2 berikut ini akan menunjukkan
konsep ukuran efisiensi dengan pendekatan sisi output.
y2/x
D
Z C
B B’
A
D’
0 Z’ A’ y1/x
Sumber: Coelli (2005)
Gambar 2.2
Konsep Efisiensi dengan PendekatanSisi Output
Pada gambar di atas, kurva ZZ’ adalah Kurva Kemungkinan Produksi
(PPF) sedangkan garis DD’ adalah garis isorevenue yang menunjukkan rasio
harga kedua output. Titik B adalah titik yang efisien secara teknis sedangkan titik
A tidak efisien. Jarak AB adalah besarnya potential improvement yang mungkin
dilakukan perusahaan pada titik A untuk menjadi perusahaan yang efisien secara
teknis. Ukuran Efisiensi Teknis (TEi) untuk sebuah perusahaan adalah:
TEi = 1 – AB/0B = 0A/0B (4)
Jika kita memiliki informasi tentang harga output, maka Efisiensi Alokatif (AEi)
AEi = 1 – BC/0C = 0B/0C (5)
Improvement ke titik C memiliki makna bahwa perusahaan di titik B masih dapat
meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di titik yang efisien secara
teknis dan secara alokatif, yaitu di titik B’. Secara umum, Efisiensi Ekonomis
(EEi) merupakan produk atau hasil kali antara Efisiensi Teknis dengan Efisiensi
Alokatif, secara matematis:
EEi = TEi x AEi = 0A/0B x 0B/0C = 0A/0C (6)
Ukuran efisiensi relatif, baik dengan pendekatan sisi input maupun output
sama-sama membutuhkan pendefinisian garis pembatas (frontier) yang
menunjukkan perusahaan-perusahaan yang secara relatif paling efisien daripada
kelompok sekawannya.
Jemric dan Vujcic (2002) menganalisis tingkat efisiensi bank di Kroasia
dengan menggunakan pendekatan DEA selama periode 1995-2000. Pengukuran
efisiensi didasarkan atas ukuran bank, struktur kepemilikan, tahun berdiri, dan
kualitas aset. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing
memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi dan bank yang baru lebih efisien
daripada bank yang telah lama beroperasi. Secara umum bank yang kecil lebih
efisien, namun secara lokal bank yang besar lebih efisien. Penyebab utama dari
ketidakefisienan dalam perbankan di Kroasia adalah jumlah tenaga kerja dan aset
tetap.
Hadad et.al (2003), melakukan penelitian terhadap bank umum nasional
selama periode 1995-2003 menggunakan pendekatan DEA. Terdapat tiga poin
dan surat berharga mempunyai potensi pengembangan yang sangat tinggi untuk
meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, kedua, merger dari bank tidak
selamanya membuat bank menjadi lebih efisien, dan ketiga, kelompok bank
swasta nasional non devisa dapat dikatakan merupakan yang paling efisien selama
3 tahun (2001-2003) dalam kurun analisis 8 tahun (1996-2003) dibanding
bank-bank lainya. Bank asing campuran sempat menjadi yang paling efisien di tahun
1997, sedangkan bank swasta nasional devisa di tahun 1998 dan 1999.
Yudistira (2003) melakukan penelitian terhadap 18 bank syariah di seluruh
dunia selama periode 1997-2000 dengan menggunakan pendekatan DEA dan
spesifikasi input output berdasarkan pendekatan intermediasi. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan efisiensi 18 bank syariah yang
diobservasi mengalami sedikit inefisiensi di tingkat wajar 10 persen jika
dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini disebabkan karena periode
1998-1999 bank-bank tersebut mengalami krisis global sehingga mempengaruhi
kinerjanya. Bank syariah yang berskala kecil cenderung tidak ekonomis. Oleh
karena itu, dianjurkan agar bank-bank yang skala ekonominya masih kecil
melakukan merger atau akuisisi. Abdul Majid et al. (2003) menguji efisiensi biaya
bank komersial Malaysia selama periode 1993-2000 dengan membandingkan
efisiensi sebelum dan sesudah krisis keuangan. Hasilempiris menunjukkan bahwa
efisiensi bankMalaysia sebelum dan sesudah krisis tidak ada perbedaan secara
statistik. Studi juga menemukan bahwa bank yang dimiliki asing lebih efisien
Astiyah dan Husman (2006) melakukan penelitian untuk menganalisis
tingkat efisiensi perbankan di Indonesia dengan menggunakan derivasi fungsi
profit. Pengukuran profit efficiency dalam studi ini mencakup model dengan
penekanan fungsi intermediasi dan tanpa penekanan fungsi intermediasi. Estimasi
pengukuran efisiensi bank menggunakan metode stochastic frontier analysis
dengan data bulan selama periode 2001-2004 terhadap 20 bank dengan aset
terbesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai efisiensi dengan
model penekanan intermediasi lebih rendah dari model tanpa penekanan
intermediasi. Rata-rata efisiensi selama periode penelitian dengan menggunakan
model non-intermediasi adalah 92,4% dibandingkan dengan 91,4% dengan model
penekanan intermediasi. Lebih tingginya rata-rata tingkat efisiensi tanpa
penekanan intermediasi mengindikasikan bahwa komponen kredit memberikan
kontribusi yang lebih rendah kepada profitabilitas jika dibandingkan dengan
output lainnya. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa bank belum
menempatkan kredit sebagai komponen utama dalam kegiatan usahanya.
Abidin (2007) melakukan penelitian untuk mengevaluasi kinerja efisiensi
93 bank umum di Indonesia pada periode tahun 2002 hingga tahun 2005 dengan
menggunakan metode DEA. Hasil temuan menunjukan bahwa kelompok bank
asing dan bank pemerintah lebih efisien dibandingkan dengan kelompok bank
lain. Staikouras, et.al (2007), melakukan penelitian terhadap efisiensi biaya pada
sektor perbankan di enam negara-negara Eropa Tenggara (SouthEastern
European) selama periode 1998–2003. Menggunakan pendekatan SFA,
mengidentifikasikan tingkatefisiensi biaya yang rendah, dengan perbedaan
ketidakefisienan diantara negara Eropa Tenggara. Bank asing dan bank dengan
kepemilikan asing yang besar merupakan bank dengan tingkat inefisiensi yang
rendah.
Ariff, Mohamed, dan Can, Luc, (2008), melakukan penelitian efisiensi
biaya dan profit pada 28 bank komersial di Cina menggunakan teknik
nonparametrik selama periode 1995-2004. Penelitian ini menguji pengaruh jenis
kepemilikan, ukuran, profil risiko, profitabilitas dan perubahan lingkungan
terhadap efisiensi bank menggunakan regresi Tobit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat efisiensi profit lebih rendah dari efisiensi biaya. Hasil ini
mendukung bahwa yang paling penting dari ketidakefisienan adalah atas sisi
penerimaan. Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa joint-stock
banks (nationaland city-based), lebih efisien biaya dan profit dari pada bank milik
pemerintah sementara bank ukuran-menengah secara statistik lebih efisien dari
bank kecil dan besar. Dalam rangka meningkatkan efisiensi, penelitian ini
memberikan beberapa usulan antara lain; mempercepat reformasi keterbukaan
pasar perbankan, memperbaiki manajemen risiko, mengurangi subsidi modal
pemerintah dan menyebarkan kepemilikan bank-bank Cina.
2.4 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 5
faktor, yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset),
Manajemen, Rentabilitas(Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan
1. Aspek Permodalan (Capital)
Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai
permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan paa CAR (Capital Adequacy
Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko.
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Asset)
Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan
Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud
untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam
jenis aktiva produktif yaitu :
a. Kredit yang diberikan
b. Surat berharga
c. Penempatan dana pada bank lain
d. Penyertaan
Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan
antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu
juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif
yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan
3. Aspek Kualitas Manajemen (Management)
Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank.
Untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang
menyangkut manajem enbank yang bersangkutan. Kualitas ini juga akan melihat
dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani
berbagai kasus yang terjadi.
4. Aspek Rentabilitas (Earing)
Merupakan pengukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya,
juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank
yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi:
1. ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan
2. Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional
(BOPO)
5. Aspek Likuiditas (Likuidity)
Aspek kelima adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank
dukatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua
hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus
mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Penilaian dalam aspek ini meliputi :
a. Rasio kewajiabn bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro,
Tabel 2.1
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
No Faktor yang dinilai Komponen Bobot
1 Pemodalan Rasio modal terhadapat aktiva tertimbang
menurut resiko (ATMR)
25%
2 Kualitas Aktiva
Produktif
1. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasi-kan terhadap jumlah
aktiva produktif
2. Rasio cadangan penghapusan aktiva terhadaap aktiva
4 Rentabilitas 1. Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha
2. Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional
5% 5%
5 Likuiditas 1. Rasio kewajiban bersil call money
terhadap aktiva lancar
2. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga
5% 5%
Jumlah bobot untuk kelima faktor tersebut adalah 100%. Nilai kredit
kemudian digunakan untuk menentukan predikat kesehatan bank, ditetapkan
sebagai berikut :
Tabel 2.2
Pridikat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81-100 Sehat
66-<81 Cukup Sehat
51-<66 Kurang Sehat
Disamping penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi
hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :
1. Ketentauan pelaksanaan pemberian kredit Usaha Kesil (KUK) dan pelaksanaan
Kredit Eksport
2. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
atau sering disebut dengan Legal Lending Limit
3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto
2.5 Faktor yang Menggugurkan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pengguguran tingkat kesehatan
suatu bank yaitu:
• Perselisihan Intern
• Campur Tangan Pihak Luar Bank
• Window Dressing
• Praktek Bank dalam Bank
• Kesulitan yang Mengakibatkan Pengunduran dalam Kliring
• Praktek yang Membahayakan Usaha Bank
Hal-hal yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank umum antara lain
yaitu:
• Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit
• Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit
• Pelanggaran Ketentuan Know Your Customer
• Pelanggaran Transparansi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
• Pelanggaran Ketentuan Penyelesaian Pengaduan Nasabah.
Hasil penilaian tingkat kesehatan bank umum adalah sebagai berikut:
1. PK1 adalah Bank Tergolong Sangat Baik dan Mampu Mengatasi
Pengaruh Negatif Kondisi Perekonomian dan Industri
2. PK2 adalah Bank Tergolong Baik dan Mampu Mengatasi Pengaruh
Negatif Kondisi Perekonomian dan Industri Keuangan Namun Masih
memiliki Kelemahan Minor yang dapat Segera Diatasi oleh Tindakan
Rutin
3. PK3 adalah Bank Tergolong Cukup Baik Namun Terdapat Beberapa
Kelemahan yang Dapat Menyebabkan Peringkat Kompositnya
Memburuk Apabila Bank Tidak Segera Melakukan Tindakan Korektif.
4. PK4 adalah Bank Tergolong Kurang Baik dan Sangat Sensitif terhadap
Pengaruh Negatif Kondisi Perekonomian dan Industri Keuangan
5. PK5 adalah Bank Tergolong Tidak Baik dan Sangat Sensitif Terhadap
Pengaruh Negatif Perekonomian serta mengalami kesulitan yang
Membahayakan Kelangsungan Usahanya.
2.6 Variabel Penelitian
Ada beberapa variable dalam pebnelitian ini antara lain, yaitu:
1. BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional)
Salah satu rasio yang menunjukkan efisiensi bank adalah biaya
operasionalterhadap pendapatan operasional (BOPO). Efisiensi bank
mempengaruhi kinerja bank, yakni untuk menunjukkan apakah bank telah
Untuk mencapai keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat
berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu.
Dengan kata lain semakin rendah tingkat BOPO maka semakin tinggi tingkat
keuntungan bank.
2. CAR ( Capital Adequacy Ratio)
Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja bank tersebut. Semakin besar modal suatu bank,
maka masyarakat akan berasumsi bahwa bank tersebut dapat menutup resiko yang
mungkin terjadi. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang
disebabkan oleh aktiva beresiko. Disamping itu bank yang memiliki CAR yang
tinggi dapat dikatakan bahwa bank tersebut mempunyai cukup modal untuk
mengembangkan usahanya sehingga berpotensi mendapat laba yang lebih tinggi.
3. NIM (Net Interest Margin)
NIM yaitu rasio antara pendapatan bunga bersih terhadap jumlah kredit
yang diberikan (outstanding credit). Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga
dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM suatu bank dikatakan sehat apabila
mempunyai NIM diatas 2%.
4. ROA (Return On Average Asset)
Menutut Richard dalam Kusumanigrum (2011) “ROA yang selalu
meningkat, sangat bermanfaat bagi kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan
didapatpun semakin tinggi”. Profitabilitas tidak hanya penting bagi pengelola
bank, tapi bagi stakeholder lainnya. Bagi perusahaan, tentu profitabilitas berkaitan
langsung dengan tingkat pendapatan yang akan diperoleh. Bagi masyarakat,
khususnya deposen, tidak akan merasa waswas menyimpan uangnya di bank,
karena bank yang memiliki profitabilitas dapat dikatakan mempunyai modal yang
cukup dan jauh dari kebangkrutan. Dengan kata lain profitabilitas dapat
mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Bagi pemerintah bank yang memiliki
profitabilitas yang tinggi, maka bank tersebut tergolong bank sehat, maka akan
memperlancar lalu lintas ekonomi dan dapat menopang perekonomian suatu
negara. jumlah 3 bank yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan Bank Mandiri, sebanyak 2 bank tidak mencapai tingkat efisiensi atau hanya sebesar 33,3% bank yang mencapai tingkat efisiensi.
Raharja, Bank Permata, dan Bank Pundi Indonesia, sebanyak 4 bank tidak mencapai tingkat efisiensi atau sebesar 60% bank mencapai tingkat efisiensi. 3. Kelompok bank asing dan campuran tidak masuk ke dalam sampel sampling, sehingga Bank Asing dan Campuran tidak lebih efisien dibandingkan diterima. Hal ini berarti variabel yang digunakan
dan terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 90,12 %.
3. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan ada yang tidak berpengaruh terhadap laba perbankan syariah. Variabel tersebut adalah Dana Pihak Ketiga dan Penempatan pada bank lain. Sedangkan variabel yang
mempengaruhi laba pada perbankan syariah adalah Modal disetor, Penempatan pada Bank Indonesia, dan Pembiayaan yang
diberikan.
4. Meskipun modal disetor dalam penelitian ini 5. Secara umum efisiensi perbankan syariah di Indonesia selama periode yang diteliti (Januari 2003 – Desember 2006)
Oktober 2006. Bank Syariah Mega tidak efisien karna tingkat efisiensinya hanya 99,2 %
2.6 Kerangka Konseptual
1. BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya
yang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh
perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan ketentuan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
2. CAR ( Capital Adequacy Ratio)
CAR(Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi
menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin
tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung
risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka
bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi
3. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) atau marjin bunga bersih (NIM) adalah ukuran
perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga
keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka
(misalnya, deposito), relatif terhadap jumlah mereka (bunga produktif ) aset. Hal
ini mirip dengan margin kotor perusahaan non-finansial.
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang
digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. ROA adalah rasio
keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa
besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. (Bambang R,
1997). Reurn On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva
yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual Analisis Efisiensi Bank Pemerintah Daerah di Indonesia
2.7 Hipotesis
1. CAR ( Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif terhadap BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan)
2. NIM (Net Interest Margin) berpengaruh positif terhadapBOPO (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan)
3. ROA (Return on Asset) berpengaruh positif terhadap BOPO (Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan). Y
BOPO (Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan)
X2
Net Interest Margin (NIM)
X3 Return on Asset
(ROA)
X1
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang dilakukan dalam
pengumpulan data dan informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian dengan cara analisis regresi berganda.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menganalisis efisiensi Bank Pemerintah
Daerah (BPD) di Indonesia pada tahun 2011-2012. Sebagai variable Y adalah
BOPO, dan yang menjadi variable X adalak X1 adalah CAR, X2 adalah NIM dan
X3 adalah ROA.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
bentuk data cross sectionyang bersifat kuantitatif, pada Januari 2011- Desember
2012.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah
merupakan data yang dipublikasikan oleh Majalah Info Bank serta bahan-bahan
kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel
dan jurnal-jurnal.
3.3 Pengolahan Data
Sebagai alat bantu dalam proses mengerjakan penelitian ini, penulis
3.4 Analisis Data
Model analisis yamg digunakan dalam menganalisis data adalah model
ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least
Squares atau OLS.
Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
analisis statistik yaitu persamaan linear berganda. Model persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, ) ...(1)
Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan
regresi linear berganda dengan spesifikasi model sebagai berikut :
Y = α+ β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ e
Dimana:
Y = BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan) dalam satuan persen (%)
X1 = CAR ( Capital Adequacy Ratio) dalam satuan persen (%) X2 = NIM (Net Interest Margin) dalam satuan persen (%) X3 = ROA (Return on Asset) dalam satuan persen (%)
Α = Intercept
β1β2β3 = koefisien Regresi
e = Error Term
3.5 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) dilakukan untuk melihat adanya hubungan
yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel
independen akan diikuti oleh variabel dependen pada proporsi yang sama.
adalah antara 0 sampai dengan 1. Selanjutnya nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel
dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi dependent (Ghozali, 2005).
3.5.2 Uji Simultan (Uji-F)
Uji ini digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independent
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika nilai signifikansi< 0,05, maka variabel independen secara simultan
(bersama-sama) mempengaruhi variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi> 0,05, maka variabel independen secara simultan
(bersama-sama) tidak mempengaruhi variabel dependent.
3.5.3 Uji Parsial (Uji-t)
Uji ini digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika nilai signifikansi< 0,05, maka variabel independent secara parsial
mempengaruhi variabel dependent.
b. Jika nilai signifikansi> 0,05, maka variabel independent secara parsial tidak
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan varabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.
Dalam penelitian ini metode untuk menguji normalitas adalah dengan
menggunakan metode grafik dan dengan uji kolmogorov-smirnov. Dengan
metode grafik, hasil pengujian normalitas dengan menggunakan normal
probability plot. Apabila normal probability plot menunjukan titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena
memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan pada uji kolmogorov-smirnov,
distribusi data dikatakan normal jika nilai probabilitas > 0,05.
3.6.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Jika variable independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variable otogonal adalah variabel independen sama atau nol (Ghozali,
2005).
Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) Nilai tolerance dan (2) Variance
(independent variable) terjadi persoalan multikolinearitas dan sebaliknya bila VIF
kurang dari 10, maka antar variabel bebas (independent variable) tidak terjadi
persoalan multikolinearitas.
3.6.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi
yang lebih baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas karena data cross section mengandung berbagai ukuran
(Kecil,sedang, dan besar) (Ghozali, 2005).
Dalam penelitian ini metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode grafik dan dengan uji
Glejser. Dengan metode grafik, hasil pengujian normalitas dengan menggunakan
grafik Scatterplot. Apabila dari grafik tersebut menunjukan titik-titk menyebar
secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
dalam penelitian ini. Sedangkan pada uji Glejser, model regresi dikatakan
terbebas dari masalah heterokedastistas jika nilai probabilitas > 0,05.
3.7Defenisi Operasional
1. BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan) adalah merupakan rasio
perbandingan antara total beban operasional dengan total pendapatan operasional
2. CAR ( Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang mengukur perbandingan
antara modal dalam aktiva tertimbang menurut resiko pada BPD di Indonesia
dalam satuan persen (%)
3. .NIM (Net Interest Margin) ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang
dihasilkan oleh BPD di Indonesia dalam satuan persen (%).
4. ROA (Return on Asset) adalah rasio yang mengukur perbandingan antara laba
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BPD (Bank Pembangunan Daerah)Pengertian Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan
uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.
Kata bank berasal daribanca berarti tempat penukaran uang.
Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Pemerintah Daerah adalah bank-bank yang sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah. Bank milik Pemerintah Daerah yang umum dikenal adalah
Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang didirikan berdasarkan UU Nomor 13
Tahun 1962. Masing-masing Pemerintah Daerah telah memiliki BPD sendiri. Di
samping itu beberapa Pemerintah Daerah.
BPD memiliki tujuan untuk mendorong perekonomian suatau daerah
secara khususnya dan perekonomian nasional secara umumnya. BPD
mempercepat terlaksananya usaha-usaha pembangunan yang merata di seluruh
Indonesia perlu adanya pengerahan modal dan potensi di daerah-daerah untuk
4.1.1 Nama-nama Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ada 26, yaitu:
Tabel 4.1
Nama-nama Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
No Nama Bank No Nama Bank Sumber: Majalah Infobank (Januari 2013)
4.1.2 Perkembangan BOPO pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
Salah satu rasio yang menunjukkan efisiensi bank adalah biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Efisiensi bank
mempengaruhi kinerja bank, yakni untuk menunjukkan apakah bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna.
Untuk mencapai keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat
berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu.
Dengan kata lain semakin rendah tingkat BOPO maka semakin tinggi tingkat
keuntungan bank. Perkembangan BOPO pada Bank Pembangunan Daerah di
Tabel 4.2
BOPO pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
No Nama Bank 2011 2012
20 Bank PEMBANGUNAN
KALTENG
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perkembangan BOPO pada setiap
BPD sangat berbeda-beda, ada beberapa BPD yang mengalami peningkatan dan
ada pula yang mengalami penurunan. BPD yang paling banyak mengalami
peningkatan BOPO adalah Bank JATIM yaitu pada tahun 2011 sebesar 57,09%
mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 13,93% menjadi 70,02%.