INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Menyatakan kesedian menjadi responden pada penelitian yang
dilaksanakan oleh
Nama peneliti : Julpansyah Simatupang
Judul penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Pingadi Medan
Saya yakin bahwa penelitian ini tidak mengakibatkan efek samping terhadap fisik dan
mental saya dan juga kerahasiaan identitas saya sangat dijaga oleh peneliti.
Karena itu saya tidak akan menuntut peneliti dan hasil penelitiannya di
kemudian hari.
Medan, Februari 2016
Responden
Kuesioner Penelitian
Tanggal : Kode :
1. Kuesioner Data Demografi
1. Usia : …. Tahun
2. Jenis Kelamin :
□Laki-laki □Perempuan
3. Pemasangan Infus
□Pertama Kali □Berulang
4. Lama hari rawat : ……. (hari)
5. Penyakit Yang Diderita
2. Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Saya pikir saya mengalami kesulitan tidur di rumah sakit
2 Saya lebih banyak tidur di rumah daripada di rumah sakit
3 Saya merasa kelelahan dan lemah saat terbangun di rumah sakit
4 Saya membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur lelap di rumah sakit
5 Sejak masuk rumah sakit saya sering terbangun di malam hari
6 Jika saya terbangun di tengah malam di rumah sakit, sayabutuh waktu lebih dari 30 menit untuk bisa tertidur kembali
7 Saya merasa terganggu karena jam tidur yang berbeda sekarang dari yang sering saya lakukan sebelumnya
8 Saya merasa terganggu dengan jam bangun yang berbeda dipagi hari
9 Petugas rumah sakit membangunkan saya saat sedang tidur
10 Saya dibangunkan di malam hari untuk keperluan
pengobatan
11 Di siang hari, sedikit waktu untuk istirahat
12 Saya terbangun karena suara bising dimalam hari
13 Saya terbangun karena cahaya dimalam hari
15 Bantal di rumah sakit mengganggu tidur saya
16 Mempunyai teman sekamar di rumah sakit mempengaruhi tidur saya
17
Saya tidur di ruangan yang cukup panas18
Saya merasakan nyeri di malam hari19
Saya Tidak bebas bergerak karena ada infus yang terpasang di tanganusia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
JK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perempuan 41 23.2 41.0 41.0
laki-laki 59 33.3 59.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
PI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid berulang 67 37.9 67.0 67.0
pertama kali 33 18.6 33.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
LHR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
29 1 .6 1.0 96.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kronik 28 15.8 28.0 28.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 22 12.4 22.0 22.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 35 19.8 35.0 35.0
1 65 36.7 65.0 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 45 25.4 45.0 45.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 26 14.7 26.0 26.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 20 11.3 20.0 20.0
1 80 45.2 80.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 38 21.5 38.0 38.0
1 62 35.0 62.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 47 26.6 47.0 47.0
1 53 29.9 53.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 60 33.9 61.2 61.2
1 38 21.5 38.8 100.0
Total 98 55.4 100.0
Missing System 79 44.6
Q9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 45 25.4 45.0 45.0
1 55 31.1 55.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 14 7.9 14.0 14.0
1 86 48.6 86.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 53 29.9 53.0 53.0
1 47 26.6 47.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Q12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 25 14.1 25.0 25.0
1 75 42.4 75.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 49 27.7 49.0 49.0
1 51 28.8 51.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 20 11.3 20.0 20.0
1 80 45.2 80.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Q15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 73 41.2 73.0 73.0
1 27 15.3 27.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 32 18.1 32.0 32.0
1 68 38.4 68.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 25 14.1 25.0 25.0
1 75 42.4 75.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Q18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 20 11.3 20.0 20.0
1 80 45.2 80.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 1.7 3.0 3.0
1 97 54.8 97.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Total 177 100.0
Q20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 6 3.4 6.0 6.0
1 94 53.1 94.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
Polatidur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 1 .6 1.0 1.0
cukup 45 25.4 45.0 46.0
buruk 54 30.5 54.0 100.0
Total 100 56.5 100.0
Missing System 77 43.5
LEMBAR BUKTI BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Julpansyah Simatupang
Nim : 141121105
Judul Penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit
Pirngadi Medan Tahun 2016.
Revisi Proposal Perbaikan Bab I, II dan III
2 02 Oktober
2015
Konsul Bab III Perbaikan Bab III
3. 09 Oktober 2015
Konsul Bab IV Perbaikan Bab IV
4. 16 Oktober 2015
Konsul Bab IV Perbaikan Bab IV
5 22 Juni 2016 Konsul Bab
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Julpansyah Simatupang
Tempat, Tanggal Lahir : Pangaribuan, 16 Maret 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Hutaginjang, Kecamatan Barus Utara, Kab. Tapanuli
Tengah
No.Telepon/Hp : 082276521920
Orang Tua (Ayah) : Asa Maruli Tua Simatupang
Orang Tua (Ibu) : Jubaidah Simanjuntak
Riwayat Pendidikan
• 1999-2005 : SD Negeri Sihorbo
• 2005-2008 : SMP Negeri 2 Barus
• 2008-2011 : SMA Swasta Katolik Sibolga
• 2011-2014 : D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Taksasi Dana
1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal
- Biaya Kertas Print Proposal Rp. 100,000
- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 150,000
- Biaya Internet Rp. 200,000
- Perbanyak Proposal dan Penjilitan Rp. 100,000
- Konsumsi saat sidang proposal Rp. 100,000
2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
- Izin Penelitian Rp. 200,000
- Pengadaan Kuesioner Rp. 100,000
- Transportasi Rp. 250.000
3. Persiapan skripsi
- Biaya kertas dan tinta print Rp. 200,000
- Pengadaan skripi dan penjilitan Rp 200,000
- Biaya sidang skripsi Rp. 300,000
4. Biaya Tak Terduga Rp 400,000
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat.A.A.A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Salemba medika.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto.S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Behrman,R.E. & Kliegman, R.M. (2002). Nelson essentials of pediatrics,4thEdition. Philadelphia: W.B. Sanders Company.
Guyton A.C, Hall J.E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Harsono, (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Yokyakarta : Gajah Mada University Press.
Hidayat. A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika.
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Johanna, Christa & Jachens. (2004). Sleep Disturbances & Healthy Sleep. The Association of Waldorf Schools of North America.
Japardi. I. (2002). Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.
Kozier. B. Et al.(2004). foudamental of nursing concept & procedures. California
:addison Wesley Publ.Comp.
Lumbantobing.S.M. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Maas. J. B. (2002). Power Sleep: Kiat–kiat sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi
puncak. Bandung: Kaifa
Mubarak,Wahid.I & Nurul.C. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni., Jakarta: Rineka Cipta
Mubarak, Wahid.I & Nurul.C. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Nugroho, W.H. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC
Patlak.M. (2005). Your Guide to Healthy Sleep. U. S. Department of Health and Human Services.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2007). Guideline Stroke 2007 .Jakarta: PERDOSSI.
Poter, Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2. Jakarta :EGC.
Potter, Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan volume 2. Edisi 4, Jakarta : EGC.
Ratna .(2012). Hospitalisasi Pada Anak
diakses tanggal 22/11/2012
Siallagan, A.M. (2010). Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Medan.
Sibarani.C.B. (2015). Pola Tidur Anak yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan
Smith. M. & Segal. 2010. How Much Sleep Do You Need? Sleep Cycles & Stages, Lack of Sleep, and Getting The Hours You Need. Diakses dari
www.helpguide.org/life/sleeping.htm pada tanggal 20 Mei 2016.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumadi.S. (2008). Metodologi Penelitian.Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tanjung.M.F.C , Sekartini.R. (2004) .Masalah Tidur pada Anak.Sari Pediatri.
Umi.N. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung:Agung Media.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Iskandar (2008) mengemukakan bahwa kerangka konseptual merupakan suatu
kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban
ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang
variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan
hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang
infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Usia
Jenis Kelamin
Pemsangan Infus
Lama Hari Rawat
Penyakit yang diderita
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Pola Tidur Pasien yang
Terpasang Infus
Baik
Skema 1 : Kerangka Konseptual Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenis Operasional Alat
Ukur
model, bentuk dan corak
tidur dalam waktu yang
dibutuhkan pasien untuk
tidur /istirahat sesuai yang
dibutuhkan dengan adanya
alat invasif (infuse) pada
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. DesainPenelitian
Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif
(Descriptive Design). Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu.
Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status
fenomena variabel atau kondisi situasi.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi
Populasi Pada Penlitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit
pirngadi medan yang terpasang infus. Dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.Pirngadi Medan Terdapat 2172-2500 pasien yang terpasang infus
perbulanya di rumah sakit umum daerah Dr.Pirngadi Medan.
4.2.2. Sampel
Notoatmodjo (2010), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yang
Kriteria Inklusi sampel dalam penelitian ini:
1. Pasien yang terpasang infus
2. Pasien yang menderita penyakit akut dan Kronik
3. Bersedia menjadi responden
Teknik pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin:
�
=
�
1 +
�
(
�
2)
Dengan keterangan :n = besar sampel
N = jumlah populasi
�2= derajat kesalahan (0.05)
Dengan menggunakan rumus tersebut maka di dapatkan jumlah sampel sebanyak 338
orang tetapi dengan adanya kriteria inklusi dan keterbatasan waktu dan biaya maka
jumlah sampel yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah 100 orang.
4.3 Lokasi danWaktuPenelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di Rumah Sakit Umum
Daerah dr.Pirngadi Medan dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari
sampao Februari 2016.
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian diterima/disetujui oleh
Fakultas Keperawatan USU dan pemberian izin oleh direktu rumah sakit Umum
Dr.pirngadi Medan. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip etik
penelitian yaitu: peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukannya penelitian. Saat melakukan penelitian, peneliti menghargai hak
kebebasan setiap orang. Artinya tetap memberikan kebebasan kepada responden
dalam menentukan dirinya apakah mau untuk diteliti. Peneliti tetap menghormati
pilihan responden mau atau tidak mau menjadi responden penelitian. Setelah itu
peneliti memberikan surat persetujuan (Informed consent) antara peneliti dan
responden setelah mengerti akan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Pada
saat penelitian, responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang penelitian yang
dilaksanakan. Pada lembar penelitian, nama responden juga tidak dicantumkan
(anonymity) dan hanya menggunakan inisial agar memberi jaminan kepada
responden bahwa data yang didapat dijaga kerahasiaannya (confidentiality). Peneliti
melakukan pendampingan kepada pasien selama beberapa menit setelah dilakukan
teknik relaksasi autogenic (Safety).
4.5 Intrumen Penelitian
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument notes yaitu angket
atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
hal-hal yang ia ketahui. Kuesioer yang digunakan peneliti adalah kuesiner yang sudah
digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu kuesioner dari Boby C. Sibarani.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner demografi dan kuesioner
pola tidur. Bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi meliputi usia,
jenis kelamin, pemasangan infus, lama hari rawat dan penyakit yang diderita. Pada
instrumen kedua berisi kuesioner kebutuhan tidur yang terdiri dari 20 pernyataan
meliputi faktor yang mempengaruhi tidur yang diadopsi dari kuesioner Potter & Perry
(2005). Instrumen ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang pola tidur yang terdiri
dari: masalah waktu tidur, tidur siang yang berlebihan, frekuensi terbangun di malam
hari, dan ketidak teraturan dan durasi tidur. Pernyataan nomor
1,2,3,4,6,9,10,15,16,17,19 merupakan pernyataan untuk masalah waktu tidur,
pernyataan nomor 11 merupakan pernyataan untuk tidur siang yang berlebihan,
pernyataan nomor 5,12,13,14,18,20 merupakan pernyataan untuk terbangun pada
malam hari serta penyataan nomor 7,8 merupakan pernyataan ketidakteraturan dan
durasi tidur. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Guttman dimana pengukuran ini dengan jawaban ya dan tidak (Hidayat, 2007).
Responden menjawab “ya” diberiskor 1 dan jika menjawab “tidak” diberiskor 0.
Total skor adalah 0-20. Pola tidur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:
Pola tidur Baik = 0-10
4.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke
validan dan kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebelum peneliti
melakukan penelitian sudah pernah dilakukan uji validitas pada intrumen penelitian
yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada dosen USU.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yang dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh
dianalisis untuk mengetahui reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2006). Uji reliabilitas
dilakukan di tempat yang sama yaitu rumah sakit umum Sari Mutiara Medan namun
pada responden yang berbeda sebanyak 20 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Uji reliabilitas ini diuji denganuji K-R 21 dengan rumus:
�
11=� ��−1��1−
�(�−� ��� �
Dengan keterangan:
�11= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Instrumen dikatakan reliable jika nilai reliable 0,7 (Arikunto, 2010). Hasil uj
ireliabilitas untuk kuisioner kebutuhan tidur sebesar 0,71.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan di rumah sakit umum daerah dr.Pirngadi
Medan. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Januari sampai Februari 2016.
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Rekomendasi dari fakultas keperawatan USU dikirim
kerumah sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan untuk dimulai penelitian. Kemudian
peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian kemudian memberikan informed consent untuk mendapatkan
persetujuan sebagai responden penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden yang diteliti dengan
menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup. Setelah responden
menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner, peneliti memeriksa
kelengkapannya.
4.8Analisa Data
Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau die editing untuk
memeriksa kelengkapan data kemudian diberi kode (Coding) terhadap pertanyaan
yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi. Data yang telah ditabulasi untuk
data demografi dan kuesioner kebutuhan tidur, hasilnya disajikan berdasarkan tabel
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pola tidur pasien
yang terpasang infus yang telah dilaksanakan penelitian ulang mulai Januari sampai
Februari 2016 terhadap 100 orang pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit umum
daerah dr.Pirngadi Medan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara
deskriptif yaitu pola tidur pasien yang terpasang infus.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan dengan jumlah responden 100 orang.
Adapun karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin,
Pemasangan infus, dan lama hai rawat dan penyakit yang diderita.
Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 5.1 dengan jumlah responden 100
orang responden dengan komposisi responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41
orang (41%), berjenis kelamin laki-laki yaitu 59 orang (59%), pemasangan infus yang
berulang 67 orang (67%), lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang (35%),
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi
paasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan pada
bulan Januari sampai Februari 2016 (n=100 orang)
Data Demografi Frekuensi Persentase
5.1.2. Pola tidur pasien yang Terpasang Infus Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan presentase pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan (n=100)
Pola tidur Frekuensi Percentase %
Baik 11 11.0
Buruk 89 89.0
Total 100 100.0
Pemenuhan pola tidur pasien yang dikategorikan menjadi baik dan buruk.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa pasien yang memiliki
pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang (89,0%) dan pasien yang memiliki pola
tidur yang baik sebanyak 11 orang (11,0%).
Tabel 5.3. Frekuensi dan Persentase Tiap Pertanyaan dari 100 orang responden di Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan 2016.
NO Peryataan YA TIDAK
F % F %
1 Mengalami kesulitan tidur dirumah sakit 78 78% 22 22%
2 Lebih banyak tidur di rumah dari pada di rumah sakit
65 65% 35 35%
3 Merasa kelelahan dan lemah saat terbangun dirumah sakit
55 55% 45 45%
4 Membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur lelap di rumah sakit
74 74% 26 26%
5 Sering terbangun dimalam hari sejak masuk rumah sakit
6 Bila terbangun dimalam hari, membutuhkan waktu 30 menit untuk bisa tertidur kembali
62 62% 38 38%
7 Merasa terganggu karena jam tidur yang berbeda sekarang dari yang sering diakukan sebelumnya
53 53% 47 47%
8 Merasa terganggu dengan jam bangun yang berbeda dipagi hari
40 40% 60 60%
9 Petugas rumah sakit membangun pada saat tidur 55 55% 45 45% 10 Dibangunkan di malam hari unruk keperluan
pengobatan
16 Mempunyai teman sekamar dirumah sakit mempengaruhi tidur
68 68% 32 32%
17 Tidur diruangan yang cukup panas 75 75% 25 25%
18 Merasakan nyeri pada malam hari 80 80% 20 20%
19 Tidak bebas bergerak karena ada infus yang terpasang di tangan
97 97% 3 3%
20 Penyakit yang diderita membuat tidak bisa tidur dimalam hari
94 94% 6 6%
Pada Tabel ini menunjukkan jawaban atas kuesioner yang dibagikan Oleh Peneliti kepada 100 orang pasien yang ada dirumah sakit daerah Dr. Pirngadi Medan 2016. Didapat 97 orang responden (97,0%) menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse dibagian tangan, 94 orang responden (94,0%)
5.2. Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan
membandingkan dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang
ada.Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan
pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi
Medan.
5.2.1. Pola Tidur Pasien Yang Terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan
Pola tidur merupakan kebutuhan dan kecukupan tidur yang dialami seseorang tiap
hari yaitu durasi tidur dan kualitas tidur dan reaksi pasien dalam pemenuhan
kebutuhan pola tidur berbeda setiap orang (Potter & Perry, 2005). Gangguan pola
tidur juga diartikan dengan adanya keluhan verbal dari kesulitan untuk tidur,
terbangun lebih cepat atau lebih lama dari keinginan, menunda tidur, keluhan verbal
akan tidak merasakan tidur yang baik., perubahan sikap dan penampilan (Bellack &
Edlund, 1992).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasilnya dengan pola tidur pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan sebanyak 89 orang
responden (89,0%) memiliki Pola tidur yang buruk dan 11 orang responden (11,0%)
pola tidur yang baik dari total jumlah responden 100 orang. Penelitian ini didukung
Baptis Kediri didapatkan 85% pasien mengalami stress hospitalisasi dan 62% pasien
mengalami gangguan pola tidur. Menurut Bellack & Edlund (1992), faktor yang
berhubungan dengan gangguan pola tidur adalah perubahan sensori; internal
(penyakit dan stress psikologi); eksternal (perubahan lingkungan dan isyarat sosial).
Berarti rawat inap dirumah sakit sangat mempengaruhi pada pemenuhan tidur pasien
tersebut. Didukung oleh data demografinya bawa hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41 orang
(41.0%). Dalam Suherman (2000) menyatakan bahwa semakin bertambah umur maka
waktu yang digunakan untuk tidur semakin berkurang karena kegiatan fisiknya
meningkat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah
laki-laki yaitu 59 responden (59,0%). Pada penelitian Sadeh, Reviv & Gruber (2000)
juga didapatkan bahwa responden juga lebih banyak laki-laki dibanding perempuan
yaitu 72 orang laki-laki dan 68 perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa mayoritas pemasangan infus yang berulang ada sebanyak 67 orang (67%) dan
penyakit yang diderita secara akut ada sebanyak 71 orang (71%) . Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa mayoritas responden dirawat selama 0-7 hari yaitu 35
orang (35,0%).
Pola tidur pasien terganggu ketika dirawat inap karena hadirnya suatu tempat yang
tidak biasanya ditempati yang mengakibatkan adanya ketidaknyamanan di tempat
tersebut dan juga semakin banyak waktu untuk hari rawat maka pasien akan
seperti infus juga dapat mengerungi rasa nyaman pasien sewaktu tidur baik tidur
malam maupun siang hari. Sesuai dengan tabel 5.3 bahwa 97 orang responden
(97,0%) menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse
dibagian tangan. Itu membuktikan bahwa posisi pemsangan abocat pada tubuh harus
diperhitungkan supaya tidak menggangu kenyamana tidur pasien. Sesuai teori
maslow yaitu rasa aman dan nyaman juga peneliti mendapatkan 94 orang responden
(94,0%) menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya membuat tidak bisa tidur
dimalam hari. Ini berarti penyakit yang diderita pasien merasa kesakitan atau terasa
perih sehingga membuat pasien tidak tidur dengan nyaman dan juga peneliti
mendapatkan 86 orang responden (86,0%) menyatakan bahwa dibangunkan pada
malam hari karena keperluan pengobatan. Aktivitas yang ada di rumah sakit juga
membuat pola tidur pasien terganggu seperti pemberian obat suntikan pada malam
hari. Artinya bahwa yang paling besar mempengaruhi pola tidur pasien yang sedang
dirwat dirumah sakit adalah ketiga pernyataan yang ada dikuesioner penelitian.
Sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Yusnesia (2013) meyatakan bahwa
penyakit yang diderita pasien mengakibatkan pola tidur pasien terganggu dan dia juga
mengatakan bahwa lingkungan rumah sakit seperti pemberian obat pada saat istirahat
sangat mempengaruhi pola tidur pasien yang menyebakan pasien sulit tidur kembali.
Tetapi bukan hanya itu masih banyak lagi penyebab lain yang mengakibatkan pola
tidur pasien mengalami gangguan yaitu keadaan lingkungan yang sangat ribut karena
bukan hanya satu pasian yang ada dirungan tersebut, aktivitas rumah sakit yang
yang sangat panas dengan fasiitas yang minim. Hanya ada satu kipas satu rungan
yang. Ini semua mempengaruhi pola tidur pasien yang dirawat di rumah sakit dan
juga memperlambat tingkat penyembuhan pasien yang ada di rumah sakit umum
daerah Dr.Pingadi medan. Bukan hanya itu peneliti juga mendapatkan keluhan lain
yang membuat pola tidur pasien terganggu yaitu seperti pasien sering merasa nyeri
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan
saran mengenai pola tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan.
1. Kesimpulan
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien
dengan pemasangan infus mengalami gangguan tidur selama dilakukan perwatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan disebabkan babrapa faktor yaitu:
1. Karena adanya alat invasife (Infus) yang terpasang dibagian tubuh
2. Keadaan lingkungan yang berubah
3. Penyakit yang diderita membuat suli tidur
4. Aktivitas yang ada di rumah sakit seperti pemberian obat pada saat tidur
2. Saran
2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Disarankan agar hasil penelitian ini menjadi suatu bahan referensi dalam
pelayanan kesehatan yaitu memperhatikan tempat-tempat penesukan abocat di
bagian tubuh yang tidak menggangu mobilisasi pada saat tidur pasien yang sedang
2.2. Bagi Publik
Bagi publik penelitian ini menjadi informasi supaya memperhatikan posisi
infus supaya elastis agar tidak menggangu mobilsasi pada saat tidur dan tidak
terbangun pada malam hari
2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya. Penelitian
lebih lanjut dapat dilakukan bagaimana tipe-tipe pemasangan infus supaya tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur
Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan
kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah proses yang diperlukan manusia
untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak
(natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun (Mubarak & Chayatin, 2008).
Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang
terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran
dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita
memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun
kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis
yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama
Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi
otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh
(Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak
dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan
kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak (Kozier, 2004).
Potter (2005) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam
memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM
tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan
energi selama tidur dan penurunan laju metaboli kbasal menyimpan persediaan energi
tubuh.
2.1.2 Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi
bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24
jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan
segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan
binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system(RAS) dan bulbar synchronizing regional(BSR) yang terletak pada
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan
bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran,
nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons
dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005)
2.1.3 Tahapan Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid
Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye
Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat
stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur
stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005)
a. Tidur stadium satu
Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot skeletal
menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata bergerak
bolak-balik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur pertama itu
memperlihatkan penurunan voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin
tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan
mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan
bergerak peralahan-lahan, dan aktivitasotot melambat (Patlak, 2005).
b.Tidur stadium dua
Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok
gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar yang
berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per detik itu
dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua
bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit.
Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada
tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).
c.Tidur Stadium Tiga
Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkanperubahan gelombang
dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali
diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga
dicirikan oleh lemahlunglai karena tonus muscular lenyap sama sekali (Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya
(Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun,
individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung
d. Tidur stadium empat
Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang
yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam
tahap tidur keempat badan lemahseperti pada tahap tidur ketiga (Perhimpunan
DokterSpesialis Saraf Indonesia, 1996). Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling
dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan
menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Kecepatan
jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan
mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 –8 jam (Kozier,2004).
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan
sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa
cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini
biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke
fase REM. Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai dengan
peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot –otot
relaksasi (Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Hidayat, 2006). Selama tidur
baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih
nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka
panjang (Potter & Perry, 2005). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler,
mata cepat tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat,
2.1.4 Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang
relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,
frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur
(Depkes dalam Siallagan,2010). Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup
termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah
pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang
medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang
berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6
kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan
menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup,
Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur (Potter & Perry, 2005)
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan
keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis
dapat terganggu (Potter & Perry, 2005). Pada tahap REM aktivitas korteks cukup
intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteksyang
digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi
elektroensefalografi (EEG). Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa
berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih
singkat lagi(Tanjung & Sekartini, 2004).
2.1.5. Jenis- Jenis atau Pola Tidur
Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. NREM (non rapid eye movement) atau Pola Tidur Biasa
Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya
kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang
lambat (slow wape sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat (Hidayat, 2004). Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana tidak ada gerakan
mata yang dapat diamati.
2. REM ( rapid eye movement) atau Pola Tidur Paradoksikal
Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal
dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak tertekan secara berarti
(Hidayat, 2006).Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang maasing- masing tahap
ditandai dengan pola gelombang otak.
2.1.6 Kebutuhan tidur dan pola tidur normal sesuai umur
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok
usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat tidur dengan 4 jam tidur,
1. Neonatus
Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi yang
lahir tanpa medikasi lahir keadaan terjaga mata terbuka lebar dan mengisap
kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif
terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit
sampai 2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali
menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus
lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur degan konstan.
Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak
tertinggi, hal ini di anggap esensia l bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga
cukup lama untuk menstimulasi eksternal yang yang bermakna.
2. Bayi
Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam
perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun
setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh
mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada
bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetap -kan pola tidur
siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih
awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak
1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.
Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan.
berdeguk dan batuk. Orang orang tua perlu memastikan bahwa bayi benar-benar
terbangun sebelum mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.
Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia antara 5 sampai 9
bulan.
3. Todler
Pada usia 2 tahun, anak-anak biasa nya tidur sepanjang malam dan tidur siang
setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam perhari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3
tahun. Hal yang umum bagi todler terbagun pada malam hari. Persentasi tidur REM
berlanjut menurun selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari
ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk otonomi, atau takut
perpisahaan. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan
keingin tahuannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba
untuk menunda waktu tidur.
4. Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia persekolah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20%
adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak persekolah jarang tidur siang. Kecuali pada
kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak usia persekolah biasa nya mengalami
kesulitan untuk rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif. Anak usia prsekolah juga
mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari,atau
mimpi buruk,orang tua paling berhasil untuk membawa anak prasekolah untuk tidur
5. Anak usia sekolah
Jumlah tidur yang di perlukan pada usia sekolah bersifat individual di
karenakan status aktifitas dan tingkat kesehatan berpariasi. Anak usia sekolah biasa
nya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malm rata-rata 11
sampai 12 jam,sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam. Anak
usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat di bujuk untuk tidur dengan mendorong
melakukan aktifitas yang tenang . Anak yang lebih tua sering kali menolak tidur
karena ketidak- sadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia
sekolah akan menjadi lelah pada hari berikut nya jika diizin kan untuk tinggal lebih
lama dari biasa nya.Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai
suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda.
6. Remaja
Remaja memperoleh sekitar 7 ½ jam untuk tidur setiap malam pada saat
kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah
perubahan yang sering kali mengurangi waktu tidur. Biasa nya orang tua tidak lagi
terlibat pada penataan waktu tidur yang spesipik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial
setelah sekolah,dan perkerjaan penuh waktu menekan waktu yang tersedia waktu
tidur. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah
atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur. Yang sedikit dari
7. Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 samapai 8 ½
jam,tetapi hal ini berpariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang dari
20% waktu tidur yang di habiskan yaitu tidur REM,yang tetap konsiten sepanjang
hidup. Dewasa muda muda yang sehat membutukan cukup tidur untuk berpastisipasi
dalam kesibukan aktivitas yang mngisi hari-hari mereka. Akan tetapi,adalah hal yang
umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stres
perkejaan, hubungan keluarga,dan aktivitas sosial dapat mngarah pada insomnia .
8. Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang di gunakan untuk tidur malam
hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan yang
berlanjut dengan bertambah nya usia. Gangguan tidur sering kali mulai di diagnosa
diantara orang-orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejola dari ganguan yang
telah ada untuk di sebabkan oleh penuaan oleh perubahan stress usia menengah.
Gangguan tidur dapat di sebabkan oleh kecemasan,depresi,atau penyakit pisik ringan
tertentu. Wanita yang mngalami gejala menopause dapat mngalamai
insomnia.anggota kelompok usia ini dapat terggantung pada obat tidur.
9. Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia.Akan tetapi,kualitas
tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur REM
lasia yang terbangun lebih sering di malam hari,dan membutuhkan banyak waktu
untuk jatuh tertidur. Akan tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap
perubahan pisiologis dan fisikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur
REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda.
Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan tentang kesulitan
tidur waktu malam sering kali terjadi diantara lansia,sering kali akibat keberadaan
penyakit kronik yang lain.Sebagai contoh,seorang lansia yang mngalami akritis
mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang
kelihatan nya meningkat secara progresif dengan bertambah nya usia. Peningkatan
waktu siang hari yang di pakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun
pada malam hari.
2.1.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang
memperbesar kebutuhan tidur. Keadaan sakit menjadikan kurang tidur dan bahkan
tidak bisa tidur.
b. Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat
tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya
diperpendek.
c. Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal
tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. Karena stress emosional, klien menunjukkan
penundaan untuk tidur, sedikitnya tidur REM, frekuensi terbangun meningkat,
peningkatan total untuk tidur, merasa kekurangan tidur dan cepat bangun.
d. Obat
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan
dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan
kesulitan untuk tidur, dan lain-lain.
f. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya
tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
g. Lingkungan
untuk mampu memulai dan mempertahankan tidur. Tempat tidur di rumah sakit
sangat berbeda dengan di rumah. Di rumah sakit, keributan menjadi masalah terhadap
pasien dan menjadikan pasien rawan untuk terbangun. Keributandi rumah sakit
biasanya baru dan asing. Masalah tersebut sangat tampak pada malam pertama rawat
inap.
h. Motivasi
Penundaan fase tidur tersebut dikarenakan adanya keterlambatan untuk tidur
akibat irama sirkardian yang tidak teratur ( Behrman & Kliegman, 2002).
2.2 Terapi Cairan Intravena (Pemasangan Infus) 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Terapi Intravena
Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat
intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan, pemantauan
hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal.
Menurut Perry & Potter (2006), pemberian cairan intravena adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau
mencegah gangguan cairan dan elektrolit,darah, maupun nutrisi. Terapi intravena
adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau
vitamin ke dalam tubuh pasien.
Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena
(pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus atau pengobatan, dengan tujuan agar
waktu tertentu.Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada
kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan
cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan
cairan dan elektrolit serta asam basa.
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah
mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
mengoreksi dan mencegah gangguan cairandan elektrolit, memperbaiki
keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk
pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.
2.2.2 Keuntungan dan Kerugian
Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena
adalah :
a. Keuntungan
Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai
karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total
memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan
pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau
lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinalis.
b. Kerugian
Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan
mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol
pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi
tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi
dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima
kebutuhan dasar yang paling penting meliputi : kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa
berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Perry & Potter, 2005).
Kebutuhan istirahat dan tidur telah dirumuskan sebagai salahsatu kebutuhan dasar
manusia oleh Virginia Henderson (Potter dan Perry, 2005).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam
kebutuhan fisiologis, tidur juga hal yang universal karena semua individu dimanapun
ia berada membutuhkan tidur (Kozier, 2004). Seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain.
Kebutuhan fisiologis tersebut diantaranya adalah istirahat dan tidur ( Mubarak
& Chayatin, 2008). Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang
cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur,
berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek
yang bagus terhadap kesehatan (Guyton & Hall, 1997).
Tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel yang rusak (natural healing mechanism), memberi
waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan biokimia tubuh (Maas, 2002). Energi tubuh juga dipertahankan
ketika tidur serta tulang dan otot menjadi tenang.
Berkurangnya kebutuhan tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
kondisi antara lain hospitalisasi atau rawat inap yang mengakibatkan kemampuan
untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan, berpartisipasi dalam beraktivitas
sehari-hari akan menurun. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan tidur.
Kebutuhan untuk tidur dan beristirahat penting dalam kualitas hidup setiap manusia
(Potter & Perry, 2003).
Istirahat dan tidur yang adekuat merupakan hal yang penting dalam
pertumbuhan anak dan kesembuhan dari sakit. Potter & Perry (2005) juga
menyatakan bahwa dalam penyembuhan penyakit sangat dibutuhkan istirahat dan
tidur yang cukup.
Terpasangnya infus pada bagian tubuh sangat mempengaruhi pola tidur
seseorang itu diakibatkan karena nyeri tusuk yang di akibatkan oleh abocat yang
nyeri sangat erat hubungannya dengan terganggunya pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur pada pasien.
Gangguan pola tidur normal tidak dapat dihindarkan dari perawatan
lingkungan yang kritis. Faktor yang biasanya mengakibatkan gangguan pola tidur
antara lain siklus tidur yang terganggu, lingkungan tidur yang tidak biasa, perubahan
dalam tidur normal/ siklus aktivitas, kekurangan waktu tidur sebelumnya dan
pengobatan. Faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh tidur yang
cukup adalah penyakit fisik, obat-obatan, gaya hidup, stress emosional, lingkungan,
masukan kalori (Potter & Perry, 2005).
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa
kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami
kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi,2002).
Pada penelitian Handayani (2008) diketahui bahwa responden yang paling banyak
mengalami gangguan tidur adalah pekerja yang berusia 38 tahun atau lebih sebanyak
41 orang (70,7%) dan yang paling sedikit adalah usia kurang dari 38 tahun sebanyak
18 orang (37,5%). Pada kelompok lanjut usia (enam puluh tahun), ditemukan (7%)
kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5
jam sehari). Hal yang sama ditemukan pada (22%) kasus pada kelompok usia 70
tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih
awal dari pukul 05.00. selain itu, terdapat (30%) kelompok usia 70 tahun yang
1.2 RumusanMasalah
Bagaimana pola tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
1.3 TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur pasien yang
terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
1.4 ManfaatPenelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai masukan untuk mengembangkan bentuk pelayanan kesehatan dan
meningkatkan mutu pelayanan dalam pemenuhan Pola tidur Paisen yang dirawat inap
2. BagiInstitusiPendidikan
Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terkhusus dalam
mengembangkan konsep asuhan keperawatan dalam meningkatkan pola tidur pasien
yang terpasang infus yang dirawat di rumah sakit
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai salah satu sumber untuk penelitian selanjutnya terkait dengan pola
tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat inap.
Judul Penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan 2016
Nama : Julpansyah Simatupang NIM : 141121105
Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur. Pola tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement
(REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement
(NREM). Kerangka konsep penelitian adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif dengan besar sampel yang diambil sebanyak 100 orang responden. Dengan hasil penelitian yang didapatkan data demografinya usia 26-35 tahun yaitu 41 orang (41%), berjenis kelamin laki-laki 59 orang (59%), pemasangan infus yang berulang 67 orang (67%), lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang (35%), penyakit yang diderita secara akut sebanyak 71 orang (71%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang (89,0%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang baik sebanyak 11 orang (11,0%)
POLA TIDUR PASIEN YANG TERPASANG INFUS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.PIRNGADI MEDAN
SKRIPSI
OLEH
Julpansyah Simatupang 141121105
FAKULTAS KEPERAWTAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Julpansyah Simatupang
NIM : 141121105
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumberny dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertangggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akadenik jika ternyata di kemudian hari peryataan itu tidak benar.
Medan, Agustus 2016
Yang menyatakan
Julpansyah Simatupang
Judul Penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan 2016
Nama : Julpansyah Simatupang
NIM : 141121105
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur. Pola tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement
(REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement
(NREM). Kerangka konsep penelitian adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif dengan besar sampel yang diambil sebanyak 100 orang responden. Dengan hasil penelitian yang didapatkan data demografinya usia 26-35 tahun yaitu 41 orang (41%), berjenis kelamin laki-laki 59 orang (59%), pemasangan infus yang berulang 67 orang (67%), lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang (35%), penyakit yang diderita secara akut sebanyak 71 orang (71%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang (89,0%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang baik sebanyak 11 orang (11,0%)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
penelitian dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien yang Terpasang Infus
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan”. Selama proses penulisan skripsi
ini, saya banyak mendapatkan bantuan, dukungan, arahan, motivasi, dan bimbingan
dari dosen pembimbing. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns. M.Kep selaku dosen
pembimbing saya. Dalam kesempatan yang sama pula penulis ucapkan terimakasih
kepada Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dan Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep,
Ns, M. Kep, Sp (KMB) selaku dosen penguji. Dan juga teman satu bimbingan yaitu
kak Novri, Kak Sindi dan Juga Mery yang telah banyak membantu dalam memberi
dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada orang tua saya AMT
simatupang dan J br. Simanjuntak yang banyak memberi dukungan berupa doa dan
moril yang sebesar-besarnya dan juga kepada kakak saya Julia Elisabet Simatupang.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembantu Dekan I Fakultas
3. Cholina T. Siregar,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp.KMB Selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Siti Saidah Nasution, SKp, M.Kep. Sp.Mat Selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi
semua pihak yang memerlukan.
Medan, Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI... i
DAFTAR SKEMA ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 5
2.1 Konsep Dasar Pola Tidur ... 5
2.1.1 Defenisi dan Fungsi Tidur ... 5
2.1.2 Fisiologi Tidur ... 6
2.1.3 Tahapan Tidur...……... 7
2.1.4 Pola Tidur ... 10
2.1.5 Jenis-Jenis atau Pola Tidur... 12
2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur ... 17
4.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 28
5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden ... 31
5.1.2 Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus... 33
5.2 Pembahasan ... 34
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN ... 41
6.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1. Tahapan Tidur ... 7
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data
demografi Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Pirngadi Medan... 32
Tabel 5.2. Frekuensi dan presentase Tiap Pertanyaan dari 100 orang responden
di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan …... 33
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan presentase Pola tidur pasien yang terpasang infus
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed consent
Lampiran 2 Instrumen penelitian
Lampiran 3 Surat Permohonan
Lampiran 4 Surat Survei Awal
Lampiran 5 Balasan Survei Awal
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 8 Master Tabel
Lampiran 9 Hasil Penelitian
Lampiran 10 Lembar Konsul
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup