• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Menyatakan kesedian menjadi responden pada penelitian yang

dilaksanakan oleh

Nama peneliti : Julpansyah Simatupang

Judul penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr.Pingadi Medan

Saya yakin bahwa penelitian ini tidak mengakibatkan efek samping terhadap fisik dan

mental saya dan juga kerahasiaan identitas saya sangat dijaga oleh peneliti.

Karena itu saya tidak akan menuntut peneliti dan hasil penelitiannya di

kemudian hari.

Medan, Februari 2016

Responden

(2)

Kuesioner Penelitian

Tanggal : Kode :

1. Kuesioner Data Demografi

1. Usia : …. Tahun

2. Jenis Kelamin :

□Laki-laki □Perempuan

3. Pemasangan Infus

□Pertama Kali □Berulang

4. Lama hari rawat : ……. (hari)

5. Penyakit Yang Diderita

(3)

2. Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Saya pikir saya mengalami kesulitan tidur di rumah sakit

2 Saya lebih banyak tidur di rumah daripada di rumah sakit

3 Saya merasa kelelahan dan lemah saat terbangun di rumah sakit

4 Saya membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur lelap di rumah sakit

5 Sejak masuk rumah sakit saya sering terbangun di malam hari

6 Jika saya terbangun di tengah malam di rumah sakit, sayabutuh waktu lebih dari 30 menit untuk bisa tertidur kembali

7 Saya merasa terganggu karena jam tidur yang berbeda sekarang dari yang sering saya lakukan sebelumnya

8 Saya merasa terganggu dengan jam bangun yang berbeda dipagi hari

9 Petugas rumah sakit membangunkan saya saat sedang tidur

10 Saya dibangunkan di malam hari untuk keperluan

pengobatan

11 Di siang hari, sedikit waktu untuk istirahat

12 Saya terbangun karena suara bising dimalam hari

13 Saya terbangun karena cahaya dimalam hari

(4)

15 Bantal di rumah sakit mengganggu tidur saya

16 Mempunyai teman sekamar di rumah sakit mempengaruhi tidur saya

17

Saya tidur di ruangan yang cukup panas

18

Saya merasakan nyeri di malam hari

19

Saya Tidak bebas bergerak karena ada infus yang terpasang di tangan

(5)

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(6)

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perempuan 41 23.2 41.0 41.0

laki-laki 59 33.3 59.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

PI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid berulang 67 37.9 67.0 67.0

pertama kali 33 18.6 33.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(7)

LHR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(8)

29 1 .6 1.0 96.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kronik 28 15.8 28.0 28.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 22 12.4 22.0 22.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 35 19.8 35.0 35.0

1 65 36.7 65.0 100.0

(9)

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 45 25.4 45.0 45.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 26 14.7 26.0 26.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 11.3 20.0 20.0

1 80 45.2 80.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(10)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 38 21.5 38.0 38.0

1 62 35.0 62.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 47 26.6 47.0 47.0

1 53 29.9 53.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 60 33.9 61.2 61.2

1 38 21.5 38.8 100.0

Total 98 55.4 100.0

Missing System 79 44.6

(11)

Q9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 45 25.4 45.0 45.0

1 55 31.1 55.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 14 7.9 14.0 14.0

1 86 48.6 86.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 53 29.9 53.0 53.0

1 47 26.6 47.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(12)

Q12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 25 14.1 25.0 25.0

1 75 42.4 75.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 49 27.7 49.0 49.0

1 51 28.8 51.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 11.3 20.0 20.0

1 80 45.2 80.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(13)

Q15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 73 41.2 73.0 73.0

1 27 15.3 27.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 32 18.1 32.0 32.0

1 68 38.4 68.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 25 14.1 25.0 25.0

1 75 42.4 75.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(14)

Q18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 11.3 20.0 20.0

1 80 45.2 80.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 1.7 3.0 3.0

1 97 54.8 97.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

Total 177 100.0

Q20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 6 3.4 6.0 6.0

1 94 53.1 94.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(15)

Polatidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 1 .6 1.0 1.0

cukup 45 25.4 45.0 46.0

buruk 54 30.5 54.0 100.0

Total 100 56.5 100.0

Missing System 77 43.5

(16)

LEMBAR BUKTI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Julpansyah Simatupang

Nim : 141121105

Judul Penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit

Pirngadi Medan Tahun 2016.

Revisi Proposal Perbaikan Bab I, II dan III

2 02 Oktober

2015

Konsul Bab III Perbaikan Bab III

3. 09 Oktober 2015

Konsul Bab IV Perbaikan Bab IV

4. 16 Oktober 2015

Konsul Bab IV Perbaikan Bab IV

5 22 Juni 2016 Konsul Bab

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Julpansyah Simatupang

Tempat, Tanggal Lahir : Pangaribuan, 16 Maret 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Rumah : Hutaginjang, Kecamatan Barus Utara, Kab. Tapanuli

Tengah

No.Telepon/Hp : 082276521920

Orang Tua (Ayah) : Asa Maruli Tua Simatupang

Orang Tua (Ibu) : Jubaidah Simanjuntak

Riwayat Pendidikan

• 1999-2005 : SD Negeri Sihorbo

• 2005-2008 : SMP Negeri 2 Barus

• 2008-2011 : SMA Swasta Katolik Sibolga

• 2011-2014 : D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan

(18)

Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal

- Biaya Kertas Print Proposal Rp. 100,000

- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 150,000

- Biaya Internet Rp. 200,000

- Perbanyak Proposal dan Penjilitan Rp. 100,000

- Konsumsi saat sidang proposal Rp. 100,000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin Penelitian Rp. 200,000

- Pengadaan Kuesioner Rp. 100,000

- Transportasi Rp. 250.000

3. Persiapan skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp. 200,000

- Pengadaan skripi dan penjilitan Rp 200,000

- Biaya sidang skripsi Rp. 300,000

4. Biaya Tak Terduga Rp 400,000

(19)
(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat.A.A.A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Salemba medika.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto.S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Behrman,R.E. & Kliegman, R.M. (2002). Nelson essentials of pediatrics,4thEdition. Philadelphia: W.B. Sanders Company.

Guyton A.C, Hall J.E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Harsono, (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Yokyakarta : Gajah Mada University Press.

Hidayat. A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Johanna, Christa & Jachens. (2004). Sleep Disturbances & Healthy Sleep. The Association of Waldorf Schools of North America.

Japardi. I. (2002). Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.

Kozier. B. Et al.(2004). foudamental of nursing concept & procedures. California

:addison Wesley Publ.Comp.

Lumbantobing.S.M. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Maas. J. B. (2002). Power Sleep: Kiat–kiat sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi

puncak. Bandung: Kaifa

(22)

Mubarak,Wahid.I & Nurul.C. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni., Jakarta: Rineka Cipta

Mubarak, Wahid.I & Nurul.C. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nugroho, W.H. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC

Patlak.M. (2005). Your Guide to Healthy Sleep. U. S. Department of Health and Human Services.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2007). Guideline Stroke 2007 .Jakarta: PERDOSSI.

Poter, Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2. Jakarta :EGC.

Potter, Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan volume 2. Edisi 4, Jakarta : EGC.

Ratna .(2012). Hospitalisasi Pada Anak

diakses tanggal 22/11/2012

Siallagan, A.M. (2010). Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Medan.

Sibarani.C.B. (2015). Pola Tidur Anak yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan

Smith. M. & Segal. 2010. How Much Sleep Do You Need? Sleep Cycles & Stages, Lack of Sleep, and Getting The Hours You Need. Diakses dari

www.helpguide.org/life/sleeping.htm pada tanggal 20 Mei 2016.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sumadi.S. (2008). Metodologi Penelitian.Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tanjung.M.F.C , Sekartini.R. (2004) .Masalah Tidur pada Anak.Sari Pediatri.

Umi.N. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung:Agung Media.

(23)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Iskandar (2008) mengemukakan bahwa kerangka konseptual merupakan suatu

kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban

ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang

variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan

hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang

infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Usia

Jenis Kelamin

Pemsangan Infus

Lama Hari Rawat

Penyakit yang diderita

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Pola Tidur Pasien yang

Terpasang Infus

Baik

(24)

Skema 1 : Kerangka Konseptual Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenis Operasional Alat

Ukur

model, bentuk dan corak

tidur dalam waktu yang

dibutuhkan pasien untuk

tidur /istirahat sesuai yang

dibutuhkan dengan adanya

alat invasif (infuse) pada

(25)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. DesainPenelitian

Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif

(Descriptive Design). Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu.

Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status

fenomena variabel atau kondisi situasi.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi Pada Penlitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit

pirngadi medan yang terpasang infus. Dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum

Daerah Dr.Pirngadi Medan Terdapat 2172-2500 pasien yang terpasang infus

perbulanya di rumah sakit umum daerah Dr.Pirngadi Medan.

4.2.2. Sampel

Notoatmodjo (2010), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yang

(26)

Kriteria Inklusi sampel dalam penelitian ini:

1. Pasien yang terpasang infus

2. Pasien yang menderita penyakit akut dan Kronik

3. Bersedia menjadi responden

Teknik pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin:

=

1 +

(

2

)

Dengan keterangan :

n = besar sampel

N = jumlah populasi

�2= derajat kesalahan (0.05)

Dengan menggunakan rumus tersebut maka di dapatkan jumlah sampel sebanyak 338

orang tetapi dengan adanya kriteria inklusi dan keterbatasan waktu dan biaya maka

jumlah sampel yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah 100 orang.

4.3 Lokasi danWaktuPenelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di Rumah Sakit Umum

Daerah dr.Pirngadi Medan dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari

sampao Februari 2016.

(27)

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian diterima/disetujui oleh

Fakultas Keperawatan USU dan pemberian izin oleh direktu rumah sakit Umum

Dr.pirngadi Medan. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip etik

penelitian yaitu: peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan

dilakukannya penelitian. Saat melakukan penelitian, peneliti menghargai hak

kebebasan setiap orang. Artinya tetap memberikan kebebasan kepada responden

dalam menentukan dirinya apakah mau untuk diteliti. Peneliti tetap menghormati

pilihan responden mau atau tidak mau menjadi responden penelitian. Setelah itu

peneliti memberikan surat persetujuan (Informed consent) antara peneliti dan

responden setelah mengerti akan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Pada

saat penelitian, responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang penelitian yang

dilaksanakan. Pada lembar penelitian, nama responden juga tidak dicantumkan

(anonymity) dan hanya menggunakan inisial agar memberi jaminan kepada

responden bahwa data yang didapat dijaga kerahasiaannya (confidentiality). Peneliti

melakukan pendampingan kepada pasien selama beberapa menit setelah dilakukan

teknik relaksasi autogenic (Safety).

4.5 Intrumen Penelitian

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument notes yaitu angket

atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

(28)

hal-hal yang ia ketahui. Kuesioer yang digunakan peneliti adalah kuesiner yang sudah

digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu kuesioner dari Boby C. Sibarani.

Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner demografi dan kuesioner

pola tidur. Bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi meliputi usia,

jenis kelamin, pemasangan infus, lama hari rawat dan penyakit yang diderita. Pada

instrumen kedua berisi kuesioner kebutuhan tidur yang terdiri dari 20 pernyataan

meliputi faktor yang mempengaruhi tidur yang diadopsi dari kuesioner Potter & Perry

(2005). Instrumen ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang pola tidur yang terdiri

dari: masalah waktu tidur, tidur siang yang berlebihan, frekuensi terbangun di malam

hari, dan ketidak teraturan dan durasi tidur. Pernyataan nomor

1,2,3,4,6,9,10,15,16,17,19 merupakan pernyataan untuk masalah waktu tidur,

pernyataan nomor 11 merupakan pernyataan untuk tidur siang yang berlebihan,

pernyataan nomor 5,12,13,14,18,20 merupakan pernyataan untuk terbangun pada

malam hari serta penyataan nomor 7,8 merupakan pernyataan ketidakteraturan dan

durasi tidur. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Guttman dimana pengukuran ini dengan jawaban ya dan tidak (Hidayat, 2007).

Responden menjawab “ya” diberiskor 1 dan jika menjawab “tidak” diberiskor 0.

Total skor adalah 0-20. Pola tidur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

Pola tidur Baik = 0-10

(29)

4.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke

validan dan kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebelum peneliti

melakukan penelitian sudah pernah dilakukan uji validitas pada intrumen penelitian

yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada dosen USU.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yang dilakukan

dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh

dianalisis untuk mengetahui reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2006). Uji reliabilitas

dilakukan di tempat yang sama yaitu rumah sakit umum Sari Mutiara Medan namun

pada responden yang berbeda sebanyak 20 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Uji reliabilitas ini diuji denganuji K-R 21 dengan rumus:

11=

�−1��1−

�(�−� ��� �

Dengan keterangan:

�11= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

(30)

Instrumen dikatakan reliable jika nilai reliable 0,7 (Arikunto, 2010). Hasil uj

ireliabilitas untuk kuisioner kebutuhan tidur sebesar 0,71.

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan di rumah sakit umum daerah dr.Pirngadi

Medan. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Januari sampai Februari 2016.

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Rekomendasi dari fakultas keperawatan USU dikirim

kerumah sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan untuk dimulai penelitian. Kemudian

peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian kemudian memberikan informed consent untuk mendapatkan

persetujuan sebagai responden penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden yang diteliti dengan

menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup. Setelah responden

menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner, peneliti memeriksa

kelengkapannya.

(31)

4.8Analisa Data

Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau die editing untuk

memeriksa kelengkapan data kemudian diberi kode (Coding) terhadap pertanyaan

yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi. Data yang telah ditabulasi untuk

data demografi dan kuesioner kebutuhan tidur, hasilnya disajikan berdasarkan tabel

(32)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pola tidur pasien

yang terpasang infus yang telah dilaksanakan penelitian ulang mulai Januari sampai

Februari 2016 terhadap 100 orang pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit umum

daerah dr.Pirngadi Medan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara

deskriptif yaitu pola tidur pasien yang terpasang infus.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan dengan jumlah responden 100 orang.

Adapun karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin,

Pemasangan infus, dan lama hai rawat dan penyakit yang diderita.

Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 5.1 dengan jumlah responden 100

orang responden dengan komposisi responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41

orang (41%), berjenis kelamin laki-laki yaitu 59 orang (59%), pemasangan infus yang

berulang 67 orang (67%), lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang (35%),

(33)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi

paasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan pada

bulan Januari sampai Februari 2016 (n=100 orang)

Data Demografi Frekuensi Persentase

(34)

5.1.2. Pola tidur pasien yang Terpasang Infus Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan presentase pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan (n=100)

Pola tidur Frekuensi Percentase %

Baik 11 11.0

Buruk 89 89.0

Total 100 100.0

Pemenuhan pola tidur pasien yang dikategorikan menjadi baik dan buruk.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa pasien yang memiliki

pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang (89,0%) dan pasien yang memiliki pola

tidur yang baik sebanyak 11 orang (11,0%).

Tabel 5.3. Frekuensi dan Persentase Tiap Pertanyaan dari 100 orang responden di Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan 2016.

NO Peryataan YA TIDAK

F % F %

1 Mengalami kesulitan tidur dirumah sakit 78 78% 22 22%

2 Lebih banyak tidur di rumah dari pada di rumah sakit

65 65% 35 35%

3 Merasa kelelahan dan lemah saat terbangun dirumah sakit

55 55% 45 45%

4 Membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur lelap di rumah sakit

74 74% 26 26%

5 Sering terbangun dimalam hari sejak masuk rumah sakit

(35)

6 Bila terbangun dimalam hari, membutuhkan waktu 30 menit untuk bisa tertidur kembali

62 62% 38 38%

7 Merasa terganggu karena jam tidur yang berbeda sekarang dari yang sering diakukan sebelumnya

53 53% 47 47%

8 Merasa terganggu dengan jam bangun yang berbeda dipagi hari

40 40% 60 60%

9 Petugas rumah sakit membangun pada saat tidur 55 55% 45 45% 10 Dibangunkan di malam hari unruk keperluan

pengobatan

16 Mempunyai teman sekamar dirumah sakit mempengaruhi tidur

68 68% 32 32%

17 Tidur diruangan yang cukup panas 75 75% 25 25%

18 Merasakan nyeri pada malam hari 80 80% 20 20%

19 Tidak bebas bergerak karena ada infus yang terpasang di tangan

97 97% 3 3%

20 Penyakit yang diderita membuat tidak bisa tidur dimalam hari

94 94% 6 6%

Pada Tabel ini menunjukkan jawaban atas kuesioner yang dibagikan Oleh Peneliti kepada 100 orang pasien yang ada dirumah sakit daerah Dr. Pirngadi Medan 2016. Didapat 97 orang responden (97,0%) menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse dibagian tangan, 94 orang responden (94,0%)

(36)

5.2. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan

membandingkan dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang

ada.Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan

pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi

Medan.

5.2.1. Pola Tidur Pasien Yang Terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan

Pola tidur merupakan kebutuhan dan kecukupan tidur yang dialami seseorang tiap

hari yaitu durasi tidur dan kualitas tidur dan reaksi pasien dalam pemenuhan

kebutuhan pola tidur berbeda setiap orang (Potter & Perry, 2005). Gangguan pola

tidur juga diartikan dengan adanya keluhan verbal dari kesulitan untuk tidur,

terbangun lebih cepat atau lebih lama dari keinginan, menunda tidur, keluhan verbal

akan tidak merasakan tidur yang baik., perubahan sikap dan penampilan (Bellack &

Edlund, 1992).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasilnya dengan pola tidur pasien yang

dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan sebanyak 89 orang

responden (89,0%) memiliki Pola tidur yang buruk dan 11 orang responden (11,0%)

pola tidur yang baik dari total jumlah responden 100 orang. Penelitian ini didukung

(37)

Baptis Kediri didapatkan 85% pasien mengalami stress hospitalisasi dan 62% pasien

mengalami gangguan pola tidur. Menurut Bellack & Edlund (1992), faktor yang

berhubungan dengan gangguan pola tidur adalah perubahan sensori; internal

(penyakit dan stress psikologi); eksternal (perubahan lingkungan dan isyarat sosial).

Berarti rawat inap dirumah sakit sangat mempengaruhi pada pemenuhan tidur pasien

tersebut. Didukung oleh data demografinya bawa hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41 orang

(41.0%). Dalam Suherman (2000) menyatakan bahwa semakin bertambah umur maka

waktu yang digunakan untuk tidur semakin berkurang karena kegiatan fisiknya

meningkat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah

laki-laki yaitu 59 responden (59,0%). Pada penelitian Sadeh, Reviv & Gruber (2000)

juga didapatkan bahwa responden juga lebih banyak laki-laki dibanding perempuan

yaitu 72 orang laki-laki dan 68 perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa mayoritas pemasangan infus yang berulang ada sebanyak 67 orang (67%) dan

penyakit yang diderita secara akut ada sebanyak 71 orang (71%) . Hasil penelitian ini

juga menunjukkan bahwa mayoritas responden dirawat selama 0-7 hari yaitu 35

orang (35,0%).

Pola tidur pasien terganggu ketika dirawat inap karena hadirnya suatu tempat yang

tidak biasanya ditempati yang mengakibatkan adanya ketidaknyamanan di tempat

tersebut dan juga semakin banyak waktu untuk hari rawat maka pasien akan

(38)

seperti infus juga dapat mengerungi rasa nyaman pasien sewaktu tidur baik tidur

malam maupun siang hari. Sesuai dengan tabel 5.3 bahwa 97 orang responden

(97,0%) menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse

dibagian tangan. Itu membuktikan bahwa posisi pemsangan abocat pada tubuh harus

diperhitungkan supaya tidak menggangu kenyamana tidur pasien. Sesuai teori

maslow yaitu rasa aman dan nyaman juga peneliti mendapatkan 94 orang responden

(94,0%) menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya membuat tidak bisa tidur

dimalam hari. Ini berarti penyakit yang diderita pasien merasa kesakitan atau terasa

perih sehingga membuat pasien tidak tidur dengan nyaman dan juga peneliti

mendapatkan 86 orang responden (86,0%) menyatakan bahwa dibangunkan pada

malam hari karena keperluan pengobatan. Aktivitas yang ada di rumah sakit juga

membuat pola tidur pasien terganggu seperti pemberian obat suntikan pada malam

hari. Artinya bahwa yang paling besar mempengaruhi pola tidur pasien yang sedang

dirwat dirumah sakit adalah ketiga pernyataan yang ada dikuesioner penelitian.

Sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Yusnesia (2013) meyatakan bahwa

penyakit yang diderita pasien mengakibatkan pola tidur pasien terganggu dan dia juga

mengatakan bahwa lingkungan rumah sakit seperti pemberian obat pada saat istirahat

sangat mempengaruhi pola tidur pasien yang menyebakan pasien sulit tidur kembali.

Tetapi bukan hanya itu masih banyak lagi penyebab lain yang mengakibatkan pola

tidur pasien mengalami gangguan yaitu keadaan lingkungan yang sangat ribut karena

bukan hanya satu pasian yang ada dirungan tersebut, aktivitas rumah sakit yang

(39)

yang sangat panas dengan fasiitas yang minim. Hanya ada satu kipas satu rungan

yang. Ini semua mempengaruhi pola tidur pasien yang dirawat di rumah sakit dan

juga memperlambat tingkat penyembuhan pasien yang ada di rumah sakit umum

daerah Dr.Pingadi medan. Bukan hanya itu peneliti juga mendapatkan keluhan lain

yang membuat pola tidur pasien terganggu yaitu seperti pasien sering merasa nyeri

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan

saran mengenai pola tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan.

1. Kesimpulan

Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien

dengan pemasangan infus mengalami gangguan tidur selama dilakukan perwatan di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan disebabkan babrapa faktor yaitu:

1. Karena adanya alat invasife (Infus) yang terpasang dibagian tubuh

2. Keadaan lingkungan yang berubah

3. Penyakit yang diderita membuat suli tidur

4. Aktivitas yang ada di rumah sakit seperti pemberian obat pada saat tidur

2. Saran

2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Disarankan agar hasil penelitian ini menjadi suatu bahan referensi dalam

pelayanan kesehatan yaitu memperhatikan tempat-tempat penesukan abocat di

bagian tubuh yang tidak menggangu mobilisasi pada saat tidur pasien yang sedang

(41)

2.2. Bagi Publik

Bagi publik penelitian ini menjadi informasi supaya memperhatikan posisi

infus supaya elastis agar tidak menggangu mobilsasi pada saat tidur dan tidak

terbangun pada malam hari

2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya. Penelitian

lebih lanjut dapat dilakukan bagaimana tipe-tipe pemasangan infus supaya tidak

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur

Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan

kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah proses yang diperlukan manusia

untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak

(natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun

untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status

perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan

menurun (Mubarak & Chayatin, 2008).

Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang

terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran

dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita

memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun

kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis

yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama

(43)

Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi

otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh

(Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak

dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan

kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak (Kozier, 2004).

Potter (2005) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam

memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM

tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan

memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan

energi selama tidur dan penurunan laju metaboli kbasal menyimpan persediaan energi

tubuh.

2.1.2 Fisiologi Tidur

Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi

bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24

jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan

segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan

binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).

Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular

activating system(RAS) dan bulbar synchronizing regional(BSR) yang terletak pada

(44)

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan

saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan

bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran,

nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk

rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan

melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,

disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons

dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005)

2.1.3 Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid

Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye

Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat

stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur

stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM

terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005)

a. Tidur stadium satu

Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot skeletal

menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata bergerak

bolak-balik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur pertama itu

memperlihatkan penurunan voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin

(45)

tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan

mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan

bergerak peralahan-lahan, dan aktivitasotot melambat (Patlak, 2005).

b.Tidur stadium dua

Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok

gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar yang

berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per detik itu

dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua

bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara (Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit.

Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada

tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

c.Tidur Stadium Tiga

Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkanperubahan gelombang

dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali

diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga

dicirikan oleh lemahlunglai karena tonus muscular lenyap sama sekali (Perhimpunan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya

(Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun,

individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung

(46)

d. Tidur stadium empat

Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang

yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam

tahap tidur keempat badan lemahseperti pada tahap tidur ketiga (Perhimpunan

DokterSpesialis Saraf Indonesia, 1996). Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling

dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan

menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Kecepatan

jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan

mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 –8 jam (Kozier,2004).

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan

sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa

cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini

biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke

fase REM. Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai dengan

peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot –otot

relaksasi (Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Hidayat, 2006). Selama tidur

baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih

nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka

panjang (Potter & Perry, 2005). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler,

mata cepat tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat,

(47)

2.1.4 Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang

relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur

(Depkes dalam Siallagan,2010). Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup

termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah

pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang

medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang

berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6

kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan

menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan

emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup,

(48)

Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur (Potter & Perry, 2005)

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus

dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan

keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis

dapat terganggu (Potter & Perry, 2005). Pada tahap REM aktivitas korteks cukup

intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteksyang

digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi

elektroensefalografi (EEG). Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa

(49)

berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih

singkat lagi(Tanjung & Sekartini, 2004).

2.1.5. Jenis- Jenis atau Pola Tidur

Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

1. NREM (non rapid eye movement) atau Pola Tidur Biasa

Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya

kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang

lambat (slow wape sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat (Hidayat, 2004). Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana tidak ada gerakan

mata yang dapat diamati.

2. REM ( rapid eye movement) atau Pola Tidur Paradoksikal

Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal

dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak tertekan secara berarti

(Hidayat, 2006).Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang maasing- masing tahap

ditandai dengan pola gelombang otak.

2.1.6 Kebutuhan tidur dan pola tidur normal sesuai umur

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok

usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat tidur dengan 4 jam tidur,

(50)

1. Neonatus

Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi yang

lahir tanpa medikasi lahir keadaan terjaga mata terbuka lebar dan mengisap

kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif

terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit

sampai 2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali

menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus

lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur degan konstan.

Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak

tertinggi, hal ini di anggap esensia l bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga

cukup lama untuk menstimulasi eksternal yang yang bermakna.

2. Bayi

Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam

perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun

setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh

mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada

bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetap -kan pola tidur

siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih

awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak

1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.

Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan.

(51)

berdeguk dan batuk. Orang orang tua perlu memastikan bahwa bayi benar-benar

terbangun sebelum mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.

Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia antara 5 sampai 9

bulan.

3. Todler

Pada usia 2 tahun, anak-anak biasa nya tidur sepanjang malam dan tidur siang

setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam perhari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3

tahun. Hal yang umum bagi todler terbagun pada malam hari. Persentasi tidur REM

berlanjut menurun selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari

ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk otonomi, atau takut

perpisahaan. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan

keingin tahuannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba

untuk menunda waktu tidur.

4. Prasekolah

Rata-rata tidur anak usia persekolah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20%

adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak persekolah jarang tidur siang. Kecuali pada

kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak usia persekolah biasa nya mengalami

kesulitan untuk rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif. Anak usia prsekolah juga

mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari,atau

mimpi buruk,orang tua paling berhasil untuk membawa anak prasekolah untuk tidur

(52)

5. Anak usia sekolah

Jumlah tidur yang di perlukan pada usia sekolah bersifat individual di

karenakan status aktifitas dan tingkat kesehatan berpariasi. Anak usia sekolah biasa

nya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malm rata-rata 11

sampai 12 jam,sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam. Anak

usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat di bujuk untuk tidur dengan mendorong

melakukan aktifitas yang tenang . Anak yang lebih tua sering kali menolak tidur

karena ketidak- sadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia

sekolah akan menjadi lelah pada hari berikut nya jika diizin kan untuk tinggal lebih

lama dari biasa nya.Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai

suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda.

6. Remaja

Remaja memperoleh sekitar 7 ½ jam untuk tidur setiap malam pada saat

kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah

perubahan yang sering kali mengurangi waktu tidur. Biasa nya orang tua tidak lagi

terlibat pada penataan waktu tidur yang spesipik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial

setelah sekolah,dan perkerjaan penuh waktu menekan waktu yang tersedia waktu

tidur. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah

atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur. Yang sedikit dari

(53)

7. Dewasa muda

Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 samapai 8 ½

jam,tetapi hal ini berpariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang dari

20% waktu tidur yang di habiskan yaitu tidur REM,yang tetap konsiten sepanjang

hidup. Dewasa muda muda yang sehat membutukan cukup tidur untuk berpastisipasi

dalam kesibukan aktivitas yang mngisi hari-hari mereka. Akan tetapi,adalah hal yang

umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stres

perkejaan, hubungan keluarga,dan aktivitas sosial dapat mngarah pada insomnia .

8. Dewasa tengah

Selama masa dewasa tengah total waktu yang di gunakan untuk tidur malam

hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan yang

berlanjut dengan bertambah nya usia. Gangguan tidur sering kali mulai di diagnosa

diantara orang-orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejola dari ganguan yang

telah ada untuk di sebabkan oleh penuaan oleh perubahan stress usia menengah.

Gangguan tidur dapat di sebabkan oleh kecemasan,depresi,atau penyakit pisik ringan

tertentu. Wanita yang mngalami gejala menopause dapat mngalamai

insomnia.anggota kelompok usia ini dapat terggantung pada obat tidur.

9. Lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia.Akan tetapi,kualitas

tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur REM

(54)

lasia yang terbangun lebih sering di malam hari,dan membutuhkan banyak waktu

untuk jatuh tertidur. Akan tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap

perubahan pisiologis dan fisikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur

REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda.

Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan tentang kesulitan

tidur waktu malam sering kali terjadi diantara lansia,sering kali akibat keberadaan

penyakit kronik yang lain.Sebagai contoh,seorang lansia yang mngalami akritis

mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang

kelihatan nya meningkat secara progresif dengan bertambah nya usia. Peningkatan

waktu siang hari yang di pakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun

pada malam hari.

2.1.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang

memperbesar kebutuhan tidur. Keadaan sakit menjadikan kurang tidur dan bahkan

tidak bisa tidur.

b. Latihan dan Kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur

untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat

(55)

tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya

diperpendek.

c. Stres Psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal

tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami

kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. Karena stress emosional, klien menunjukkan

penundaan untuk tidur, sedikitnya tidur REM, frekuensi terbangun meningkat,

peningkatan total untuk tidur, merasa kekurangan tidur dan cepat bangun.

d. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat

mempengaruhi proses tidur adalah menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan

dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan

kesulitan untuk tidur, dan lain-lain.

f. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.

Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya

tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian

sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,

bahkan terkadang sulit untuk tidur.

g. Lingkungan

(56)

untuk mampu memulai dan mempertahankan tidur. Tempat tidur di rumah sakit

sangat berbeda dengan di rumah. Di rumah sakit, keributan menjadi masalah terhadap

pasien dan menjadikan pasien rawan untuk terbangun. Keributandi rumah sakit

biasanya baru dan asing. Masalah tersebut sangat tampak pada malam pertama rawat

inap.

h. Motivasi

Penundaan fase tidur tersebut dikarenakan adanya keterlambatan untuk tidur

akibat irama sirkardian yang tidak teratur ( Behrman & Kliegman, 2002).

2.2 Terapi Cairan Intravena (Pemasangan Infus) 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Terapi Intravena

Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat

intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan, pemantauan

hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal.

Menurut Perry & Potter (2006), pemberian cairan intravena adalah pemberian

sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau

mencegah gangguan cairan dan elektrolit,darah, maupun nutrisi. Terapi intravena

adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau

vitamin ke dalam tubuh pasien.

Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena

(pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus atau pengobatan, dengan tujuan agar

(57)

waktu tertentu.Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada

kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan

cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan

cairan dan elektrolit serta asam basa.

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,

vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,

mengoreksi dan mencegah gangguan cairandan elektrolit, memperbaiki

keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk

pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena

adalah :

a. Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai

karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total

memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan

pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun

dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau

(58)

lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus

gastrointestinalis.

b. Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan

mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol

pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi

tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi

dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas

(59)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima

kebutuhan dasar yang paling penting meliputi : kebutuhan fisiologis, kebutuhan

keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa

berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Perry & Potter, 2005).

Kebutuhan istirahat dan tidur telah dirumuskan sebagai salahsatu kebutuhan dasar

manusia oleh Virginia Henderson (Potter dan Perry, 2005).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam

kebutuhan fisiologis, tidur juga hal yang universal karena semua individu dimanapun

ia berada membutuhkan tidur (Kozier, 2004). Seseorang yang memiliki beberapa

kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya

dibandingkan kebutuhan yang lain.

Kebutuhan fisiologis tersebut diantaranya adalah istirahat dan tidur ( Mubarak

& Chayatin, 2008). Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang

cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur,

(60)

berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek

yang bagus terhadap kesehatan (Guyton & Hall, 1997).

Tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel

tubuh yang baru, perbaikan sel-sel yang rusak (natural healing mechanism), memberi

waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan

metabolisme dan biokimia tubuh (Maas, 2002). Energi tubuh juga dipertahankan

ketika tidur serta tulang dan otot menjadi tenang.

Berkurangnya kebutuhan tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

kondisi antara lain hospitalisasi atau rawat inap yang mengakibatkan kemampuan

untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan, berpartisipasi dalam beraktivitas

sehari-hari akan menurun. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan tidur.

Kebutuhan untuk tidur dan beristirahat penting dalam kualitas hidup setiap manusia

(Potter & Perry, 2003).

Istirahat dan tidur yang adekuat merupakan hal yang penting dalam

pertumbuhan anak dan kesembuhan dari sakit. Potter & Perry (2005) juga

menyatakan bahwa dalam penyembuhan penyakit sangat dibutuhkan istirahat dan

tidur yang cukup.

Terpasangnya infus pada bagian tubuh sangat mempengaruhi pola tidur

seseorang itu diakibatkan karena nyeri tusuk yang di akibatkan oleh abocat yang

(61)

nyeri sangat erat hubungannya dengan terganggunya pemenuhan kebutuhan istirahat

tidur pada pasien.

Gangguan pola tidur normal tidak dapat dihindarkan dari perawatan

lingkungan yang kritis. Faktor yang biasanya mengakibatkan gangguan pola tidur

antara lain siklus tidur yang terganggu, lingkungan tidur yang tidak biasa, perubahan

dalam tidur normal/ siklus aktivitas, kekurangan waktu tidur sebelumnya dan

pengobatan. Faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh tidur yang

cukup adalah penyakit fisik, obat-obatan, gaya hidup, stress emosional, lingkungan,

masukan kalori (Potter & Perry, 2005).

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa

kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami

kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi,2002).

Pada penelitian Handayani (2008) diketahui bahwa responden yang paling banyak

mengalami gangguan tidur adalah pekerja yang berusia 38 tahun atau lebih sebanyak

41 orang (70,7%) dan yang paling sedikit adalah usia kurang dari 38 tahun sebanyak

18 orang (37,5%). Pada kelompok lanjut usia (enam puluh tahun), ditemukan (7%)

kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5

jam sehari). Hal yang sama ditemukan pada (22%) kasus pada kelompok usia 70

tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih

awal dari pukul 05.00. selain itu, terdapat (30%) kelompok usia 70 tahun yang

(62)

1.2 RumusanMasalah

Bagaimana pola tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

1.3 TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur pasien yang

terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.

1.4 ManfaatPenelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Sebagai masukan untuk mengembangkan bentuk pelayanan kesehatan dan

meningkatkan mutu pelayanan dalam pemenuhan Pola tidur Paisen yang dirawat inap

2. BagiInstitusiPendidikan

Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terkhusus dalam

mengembangkan konsep asuhan keperawatan dalam meningkatkan pola tidur pasien

yang terpasang infus yang dirawat di rumah sakit

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai salah satu sumber untuk penelitian selanjutnya terkait dengan pola

tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat inap.

(63)
(64)

Judul Penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan 2016

Nama : Julpansyah Simatupang NIM : 141121105

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur. Pola tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement

(REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement

(NREM). Kerangka konsep penelitian adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif dengan besar sampel yang diambil sebanyak 100 orang responden. Dengan hasil penelitian yang didapatkan data demografinya usia 26-35 tahun yaitu 41 orang (41%), berjenis kelamin laki-laki 59 orang (59%), pemasangan infus yang berulang 67 orang (67%), lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang (35%), penyakit yang diderita secara akut sebanyak 71 orang (71%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang (89,0%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang baik sebanyak 11 orang (11,0%)

(65)

POLA TIDUR PASIEN YANG TERPASANG INFUS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr.PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

OLEH

Julpansyah Simatupang 141121105

FAKULTAS KEPERAWTAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(66)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Julpansyah Simatupang

NIM : 141121105

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumberny dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertangggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akadenik jika ternyata di kemudian hari peryataan itu tidak benar.

Medan, Agustus 2016

Yang menyatakan

Julpansyah Simatupang

(67)
(68)
(69)

Judul Penelitian : Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan 2016

Nama : Julpansyah Simatupang

NIM : 141121105

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur. Pola tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement

(REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement

(NREM). Kerangka konsep penelitian adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif dengan besar sampel yang diambil sebanyak 100 orang responden. Dengan hasil penelitian yang didapatkan data demografinya usia 26-35 tahun yaitu 41 orang (41%), berjenis kelamin laki-laki 59 orang (59%), pemasangan infus yang berulang 67 orang (67%), lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang (35%), penyakit yang diderita secara akut sebanyak 71 orang (71%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang (89,0%) dan pasien yang memiliki pola tidur yang baik sebanyak 11 orang (11,0%)

(70)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

penelitian dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien yang Terpasang Infus

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan”. Selama proses penulisan skripsi

ini, saya banyak mendapatkan bantuan, dukungan, arahan, motivasi, dan bimbingan

dari dosen pembimbing. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan

terimakasih kepada Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns. M.Kep selaku dosen

pembimbing saya. Dalam kesempatan yang sama pula penulis ucapkan terimakasih

kepada Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dan Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep,

Ns, M. Kep, Sp (KMB) selaku dosen penguji. Dan juga teman satu bimbingan yaitu

kak Novri, Kak Sindi dan Juga Mery yang telah banyak membantu dalam memberi

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada orang tua saya AMT

simatupang dan J br. Simanjuntak yang banyak memberi dukungan berupa doa dan

moril yang sebesar-besarnya dan juga kepada kakak saya Julia Elisabet Simatupang.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembantu Dekan I Fakultas

(71)

3. Cholina T. Siregar,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp.KMB Selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Siti Saidah Nasution, SKp, M.Kep. Sp.Mat Selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi

semua pihak yang memerlukan.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(72)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI... i

DAFTAR SKEMA ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 5

2.1 Konsep Dasar Pola Tidur ... 5

2.1.1 Defenisi dan Fungsi Tidur ... 5

2.1.2 Fisiologi Tidur ... 6

2.1.3 Tahapan Tidur...……... 7

2.1.4 Pola Tidur ... 10

2.1.5 Jenis-Jenis atau Pola Tidur... 12

(73)

2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur ... 17

4.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 28

(74)

5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden ... 31

5.1.2 Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus... 33

5.2 Pembahasan ... 34

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN ... 41

6.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(75)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Tahapan Tidur ... 7

(76)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data

demografi Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah

dr.Pirngadi Medan... 32

Tabel 5.2. Frekuensi dan presentase Tiap Pertanyaan dari 100 orang responden

di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan …... 33

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan presentase Pola tidur pasien yang terpasang infus

(77)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed consent

Lampiran 2 Instrumen penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan

Lampiran 4 Surat Survei Awal

Lampiran 5 Balasan Survei Awal

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 9 Hasil Penelitian

Lampiran 10 Lembar Konsul

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan presentase pola tidur pasien yang terpasang infus
Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur (Potter & Perry, 2005)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan bahwa berdasarkan surat Penetapan Penyedia Barang/Jasa Pengadaan Server dan Komputer untuk Inventaris Kantor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM tahun 2013

[r]

Bagi peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang pelelangan tersebut di atas diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan kepada Panitia Pengadaan

Nogotirto, Modinan, Gamping,

Bagi peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang pelelangan tersebut di atas diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan kepada Panitia Pengadaan

WIRA DARMA NUSA. Alamat :

Pada umumnya para guru juga masih ragu atas implementasi yang dilakukan berdasarkan tuntunan kurikulum 2013, ini terjadi disebabkan pemahaman Kompetensi Inti baik sikap

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan