1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (In’am, 2012). Pentingnya matematika juga dibuktikan dengan pembelajaran matematika yang menjadi salah satu pelajaran yang diberikan di
setiap jenjang pendidikan di Indonesia dan bisa dilihat dari manfaat dan kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari, juga bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang mengarahkan
siswa untuk dapat berfikir secara logis dan sistematis. Tujuan diberikannya
pelajaran matematika kepada siswa tercantum dalam permendiknas No.22 tahun
2006 (Depdiknas, 2006) sebagai berikut: a) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, b)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh, d) mengkomunikasikan gagasan dengan
symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
dan, e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Namun, walaupun tujuan dari memberikan pelajaran matematika sudah
diketahui oleh khalayak umum, tetapi banyak orang yang memandang matematika
sebagai bidang studi yang paling sulit. Berdasarkan wawancara dengan Drs.
Achmad Romli selaku guru matematika kelas VIII C MTs Muhammadiyah 1
Malang pada tanggal 4 Maret 2015, pernyataan di atas juga dibenarkan oleh
beliau. Beliau mengatakan bahwa, pada kenyataannya di lapangan rata-rata siswa
tidak menyukai matematika dengan alasan pelajaran tersebut membosankan dan
sulit bagi mereka sehingga mereka malas untuk mempelajarinya. Terbukti dari
2 mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal/KKM yakni sesuai
dengan standar yang ditetapkan di sekolah. Padahal seorang siswa dinyatakan
telah tuntas belajar bila ia telah mencapai skor minimal sama dengan KKM pada
KD mata pelajaran yang bersangkutan. Beliau juga menjelaskan bahwa siswa
cenderung mengerjakan soal cerita tanpa memperhatikan prosedur yang
sistematis, sehingga peneliti disarankan agar melakukan analisis penyelesain
siswa agar diperoleh informasi mengenai langkah-langkah mana saja yang tidak
ditulis oleh siswa. Hal ini dikarenakan prosedur yang sistematis itu penting dalam
menyelesaikan soal cerita matematika guna mempermudah siswa dalam
mengecek kembali hasil yang diperolehnya. Bagi seorang guru hal tersebut juga
penting dianalis agar bisa digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran sehingga nilai siswa bisa mencapai nilai di atas KKM. Selain itu, di
sekolah ini juga belum pernah dilakukan penelitian yang sama terkait analisis
penyelesaian soal cerita matematika yang dilihat dari langkah-langkah secara
sistematis. Sehingga menjadi motivasi yang besar bagi peneliti untuk melakukan
penelitian analisis tersebut.
Hasil wawancara secara langsung juga dilakukan kepada beberapa siswa
kelas VIII C MTs Muhammadiyah 1 Malang. Siswa tersebut mengatakan bahwa
matematika itu sulit dan membosankan, teoritis, abstrak, rumusnya sangat banyak
yang akhirnya membuat para siswa merasa kebingungan memakai rumus yang
mana. Sehingga apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain, matematika
relatif dianggap lebih sulit karena dibutuhkan konsistensi dalam mempelajarinya.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Jannah, 2011) yakni banyak siswa yang
menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit bahkan
sebagian siswa mengatakan matematika merupakan mata pelajaran yang sangat
menakutkan. Padahal matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, juga berfungsi
sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi (B. Uno dan Kuadarat,
2010). Sehingga dengan melihat pentingnya pelajaran matematika maka seorang
guru harus mampu memilih strategi pembelajaran agar siswa dapat menerima
3 Seiring perkembangan dunia pendidikan maka banyak pula bermunculan
stategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengajaran di kelas yang sesuai
dengan kondisi siswa. Menurut Hamalik (2013) pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan
formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan
siswa. Jalinan interaktif yang harmonis inilah yang menjadi indikator suatu
aktivitas atau proses pembelajaran itu akan berjalan dengan baik. Agar proses
pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar, teratur, dan terhindar dari
hambatan dan kemungkinan-kemungkinan seperti ketidaksesuaian penerapan
stategi pembelajaran, keterasingan seorang siswa dalam suatu kelas pembelajaran,
dan lain-lain maka seorang guru harus mengerti, memahami, dan menghayati
berbagai prinsip pembelajaran sekaligus mengaplikasikannya pada waktu seorang
guru melaksanakan tugas mengajar di kelas.
Keberhasilan proses pembelajaran di kelas merupakan tujuan utama dalam
proses pendidikan di sekolah. Menurut Djamarah dan Zein (2010) indikator
keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah: a) daya serap terhadap
pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual
maupun kelompok dan, b) perilaku yang digariskan dalam tujuan
pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara
individual maupun kelompok. Namun pencapaian indikator di atas sangat sulit
untuk dicapai. Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak bisa mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran, diantaranya karena kesalahan dari siswa
maupun dari guru pengajar sendiri. Adapun faktor yang mendasari rendahnya
hasil belajar matematika yaitu: rendahnya pemahaman konsep siswa yang terjadi
karena rendahnya motivasi belajar matematika, tidak terdapat minat, kemandirian
dan bakat untuk mempelajari matematika, dan siswa tidak dilibatkan secara aktif
oleh guru.
Kenyataannya terbukti dalam memecahkan masalah sebagian siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya terlebih soal yang tersaji dalam
4 Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami maksud soal, lemah dalam
penguasaan bahasa atau belum mengetahui prosedur rutin yang seharusnya
digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut (Priyanto, 2010). Misalnya pada
materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) yang merupakan materi
yang tidak mudah dipelajari oleh siswa dan diajarkan di kelas VIII C. Hal ini
dapat dilihat dari kesalahan yang sering dilakukan siswa pada saat memahami
masalah pada soal dan mensubstitusikan pada persamaan. Sistem persamaan
linear dua variabel adalah satu kesatuan (sistem) dari dua persamaan linear dua
variabel. Apabila terdapat dua persamaan linear dua variabel yang berbentuk
dan atau biasa ditulis {
maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linear dua variabel.
Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut adalah pasangan
bilangan yang memenuhi kedua persamaan tersebut (Nuharini dan Wahyuni,
2008). Jika materi ini disajikan dalam bentuk soal cerita maka dibutuhkan
pemahaman yang ekstra untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan
tersebut, oleh karena itu siswa dituntut untuk memahami terlebih dahulu masalah
yang terdapat pada soal. Dengan memahami masalah dalam soal, maka siswa
akan dapat menentukan cara penyelesaian masalah dalam soal cerita. Artinya, soal
cerita pada materi persamaan linear dua variabel akan menuntut siswa untuk dapat
memecahkan masalah dalam soal.
Raharjo, dkk (2011) soal cerita adalah soal yang menyajikan suatu masalah
dalam bentuk cerita. Soal cerita yang diungkapkan adalah masalah kehidupan
sehari-hari atau masalah lainnya. Soal cerita sangat bermanfaat untuk
perkembangan proses berfikir siswa karena dalam menyelesaikan masalah yang
terkandung dalam soal cerita diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang
membutuhkan pemahaman dan penalaran. Penyelesaian soal cerita tidak hanya
memperhatikan jawaban akhir perhitungan, tetapi proses penyelesaiannya juga
harus diperhatikan. Siswa diharapkan menyelesaikan soal cerita melalui suatu
proses tahap demi tahap sehingga terlihat alur berfikirnya. Jika salah satu langkah
penyelesaian terdapat kesalahan, maka tentunya akan menyebabkan kesalahan
pada langkah selanjutnya dan akan mengakibatkan rendahnya hasil yang
5 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ardiansah (2013) dengan judul
Analisis Stategi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Bangun
Ruang Sisi Datar diperoleh hasil bahwa sebagian siswa belum mampu
menggunakan strategi dalam memecahkan masalah matematika pada bangun
ruang sisi datar ditinjau dari stategi Polya, sedangkan faktor penyebab siswa tidak
menggunakan langkah strategi dalam memecahkan masalah matematika adalah
adanya anggapan bahwa hasil akhir dari perhitungan yang diperoleh merupakan
penyelesaian dari soal sehingga mereka tidak mementingkan proses.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tiasma (2010) yang berjudul
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Pemecahan Masalah
Model Polya pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau menunjukkan
bahwa aktivitas siswa dengan indikator mental dengan kategori siswa
mengerjakan soal dengan langkah Polya didapatkan rata-rata 82,75% dan
dikategorikan baik. Hal ini terjadi karena hampir semua siswa dapat mengerjakan
soal dengan langkah Polya.
Selain itu hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4 Maret
2015, diperoleh informasi bahwa sebagaian besar siswa hanya mampu
menyelesaikan soal cerita tetapi tidak memperhatikan proses sehingga siswa tidak
mampu menjelaskan jawaban yang mereka berikan. Sebagian besar hanya
mampu menyelesaikan soal yang sudah ada contoh penyelesaiannya, siswa
hanya mengikuti langkah – langkah yang diberikan guru pada contoh soal. Namun
jika soal sedikit dirubah maka siswa akan mengalam kesulitan untuk mengerjakan
soal tersebut, terutama pada soal cerita. Hal ini terjadi karena siswa cenderung
sulit untuk memecahkan masalah khususnya yang menuntut siswa berfikir kritis
dan sistematis untuk menyelesaikannya. Sehingga pembelajaran matematika pun
akhirnya tidak menjadi media untuk melatih olah pikir, melainkan matematika
dipahami dengan cara menghafal.
Dalam proses pembelajaran metode pemecahan masalah dalam soal cerita
biasanya yang digunakan hanya berupa latihan–latihan soal yang harus
diselesaikan oleh siswa secara individu maupun kelompok tanpa menyusun
kerangka kerja terlebih dahulu, sehingga menyita waktu yang relatif lama. Hal ini
6 George Polya (1973), pemecahan masalah merupakan upaya menemukan jalan
keluar dari suatu yang sulit dan penuh rintangan untuk mencapai tujuan yang tidak
dengan segera dapat dicapai. Pada saat seseorang menyelesaikan masalah/soal
cerita tidak sekedar menerapkan berbagai pengetahuan dan kaidah yang
dimilikinya, tetapi juga menemukan kombinasi berbagai konsep dan kaidah yang
tepat serta mengontrol proses berfikirnya. Sehingga dalam penyelesaian soal
cerita dibutuhkan stategi tertentu supaya siswa terlatih dalam menyelesaikan
permasalahan, mampu menyeleksi informasi yang relevan, menganalisis dan
akhirnya mampu merefleksi kembali kebenaran hasil yang telah dicapai.
Menurut Tim MKPBM (2001) dalam pemecahan masalah khususnya soal
cerita dengan langkah-langkah Polya terdapat empat fase. Fase pertama yaitu
memahami masalah artinya siswa dituntut untuk mencari apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan dari soal. Fase kedua yaitu siswa membuat model
matematika sesuai dengan masalah yang ada. Kemampuan melakukan fase ini
sangat bergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Fase
ketiga yaitu membuat penyelesaian yang tepat. Hal ini dilakukan jika rencana
penyelesaian suatu masalah telah dibuat baik secara tertulis maupun tidak. Fase
terakhir dari langkah-langkah polya ini adalah melakukan pengecekan atas apa
yang telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase penyelesaian.
Adapun manfaat pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah Polya
diantaranya: a) dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah/soal
cerita karena pemecahan masalah tersebut terdiri dari empat tahap penyelesaian
yang jelas dalam setiap langkahnya sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, b) dapat membuat siswa berhati-hati
dalam mengenali tahap-tahap yang sesuai dengan proses pemecahan masalah
sehingga siswa lebih teliti dalam menyelesaikan soal cerita dan, c) dapat
menyelesaikan masalah/soal cerita yang kompleks dan panjang karena kerangka
kerja yang tersusun rapi sehingga membantu siswa untuk berfikir kreatif dalam
7 Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Penyelesaian Soal
Cerita Ditinjau dari Langkah – langkah Polya di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Malang”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana penyelesaian soal cerita ditinjau dari langkah
-langkah Polya di kelas VIII C MTs Muhammadiyah 1 Malang materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel?”
1.3Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti, sehingga penelitian ini
tidak meluas serta didapatkan data yang akurat, maka penulis membatasi
ruang lingkup dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan di MTs Muhammadiyah 1 Malang
2. Penyelesaian soal cerita dibatasi pada materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel ditinjau dari langkah-langkah Polya
3. Penelitian dilakukan di kelas VIII C.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai
hasil seperti yang diharapkan dan dapat dilaksanakan dengan baik dan teratur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelesaian soal cerita ditinjau
dari langkah-langkah Polya di kelas VIII C MTs Muhammadiyah 1 Malang
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi Guru
Menjadi salah satu media bagi guru dalam penyempurnaan dan perbaikan
pembelajaran matematika terutama pada penyelesaian soal cerita Sistem
8 2. Bagi Siswa
Sebagai salah satu informasi untuk mengetahui langkah-langkah
penyelesaian soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan
menggunakan langkah Polya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kompetensi peneliti sebagai
calon seorang pendidik dan sebagai bahan dokumentasi untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
1.6Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah penafsiran yang berbeda tentang judul
skripsi yang peneliti ajukan, maka peneliti perlu membuat penegasan istilah
sebagai berikut:
1. Soal cerita adalah soal yang menyajikan suatu masalah dalam bentuk cerita
(Raharjo dkk, 2011). Soal cerita yang diungkapkan adalah masalah
kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Sedangkan soal cerita
matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita
baik secara lisan maupun tulisan (Fauziah, 2011)
2. Pemecahan masalah matematika khususnya soal cerita ditinjau dari
langkah-langkah Polya (1973) merupakan upaya menemukan jalan keluar
dari sesuatu yang sulit dan penuh rintangan secara terstruktur melalui
empat tahap yaitu mamahami masalah atau soal cerita, menyusun rencana
penyelesaian masalah, membuat penyelesaian dan memeriksa
kembali/merefleksikan hasil yang diperoleh.
3. Sistem persamaan linear dua variabel adalah satu kesatuan (sistem) dari
dua persamaan linear dua variabel. Apabila terdapat dua persamaan linear
dua variabel yang berbentuk dan atau biasa
ditulis {
maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linear dua variabel. Penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel tersebut adalah pasangan bilangan
LAPORAN TUGAS AKHIR
Topik Tugas Akhir: Penelitian Pendidikan Matematika
ANALISIS PENYELESAIAN SOAL CERITA DITINJAU DARI LANGKAH-LANGKAH POLYA DI KELAS VIII MTs
MUHAMMADIYAH 1 MALANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai Salah Satu Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh:
ERMIN SUSILOWATI NIM: 201110060311011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
x DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Halaman Pernyataan Keaslian ... iv
Halaman Motto ... v
Halaman Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Abstrak ... viii
Daftar Isi ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Pembatasan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
1.6 Definisi Operasional ... 8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 9
2.2 Pemecahan Masalah... 11
2.3 Pemecahan Masalah Matematika ... 17
2.4 Tinjaun Materi yang Terkait dengan Penelitian ... 19
2.4.1 Persamaan Linear Dua Variabel ... 19
2.4.2 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 21
2.5 Penyelesaian Soal Cerita Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari Langakh-langkah Polya ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
xi 3.4 Subyek Penelitian ... 30
3.5 Instrumen Penelitian ... 31
3.6 Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Memahami Masalah... 38
4.1.1 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Tinggi yaitu Siswa CAP
dan Siswa ATV ... 39
4.1.2 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Sedang yaitu Siswa YF
dan Siswa FP ... 40
4.1.3 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Rendah yaitu Siswa AS
dan Siswa RA ... 42
4.2 Menyusun Rencana ... 44
4.2.1 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Tinggi yaitu Siswa CAP
dan Siswa ATV ... 44
4.2.2 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Sedang yaitu Siswa YF
dan Siswa FP ... 46
4.2.3 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Rendah yaitu Siswa AS
dan Siswa RA ... 47
4.3 Melaksanakan Rencana ... 48
4.3.1 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Tinggi yaitu Siswa CAP
dan Siswa ATV ... 48
4.3.2 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Sedang yaitu Siswa YF
dan Siswa FP ... 51
4.3.3 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Rendah yaitu Siswa AS
dan Siswa RA ... 53
4.4 Memeriksa Kembali ... 54
4.4.1 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Tinggi yaitu Siswa CAP
dan Siswa ATV ... 54
4.4.2 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Sedang yaitu Siswa YF
xii 4.4.3 Contoh Jawaban Siswa Berkemampuan Rendah yaitu Siswa AS
dan Siswa RA ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemungkinan Jawaban dari Soal Cerita Contoh 1 ... 20
Tabel 2.2 Alat Bantu Penyelesaian Contoh 4 ... 23
Tabel 3.1 Prosedur Penelitian ... 30
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 32
xiv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Sistem Persamaan ... 23 Gambar 4.1 Jawaban siswa CAP pada langkah memahami masalah
soal no.1 ... 39
Gambar 4.2 Jawaban siswa ATV pada langkah memahami masalah
soal no.2 ... 40
Gambar 4.3 Jawaban siswa YF pada langkah memahami masalah
soal no.1 ... 41
Gambar 4.4 Jawaban siswa FP pada langkah memahami masalah
soal no.2 ... 41
Gambar 4.5 Jawaban siswa AS pada langkah memahami masalah
soal no.2 ... 42
Gambar 4.6 Jawaban siswa RA pada langkah memahami masalah
soal no.2 ... 43
Gambar 4.7 Jawaban siswa CAP pada langkah menyusun rencana
soal no.1 ... 44
Gambar 4.8 Jawaban siswa ATV pada langkah menyusun rencana
soal no.2 ... 45
Gambar 4.9 Jawaban siswa YF pada langkah menyusun rencana
soal no.1 ... 46
Gambar 4.10 Jawaban siswa FP pada langkah menyusun rencana
soal no.2 ... 46
Gambar 4.11 Jawaban siswa AS pada langkah menyusun rencana
soal no.2 ... 47
Gambar 4.12 Jawaban siswa RA pada langkah menyusun rencana
soal no.2 ... 48
Gambar 4.13 Jawaban siswa CAP pada langkah melaksanakan rencana
soal no.1 ... 49
Gambar 4.14 Jawaban siswa ATV pada langkah melaksanakan rencana
xv Gambar 4.15 Jawaban siswa YF pada langkah melaksanakan rencana
soal no.1 ... 51
Gambar 4.16 Jawaban siswa FP pada langkah melaksanakan rencana
soal no.2 ... 52
Gambar 4.17 Jawaban siswa AS pada langkah melaksanakan rencana
[image:18.595.192.403.313.525.2]soal no.2 ... 53
Gambar 4.18 Jawaban siswa RA pada langkah melaksanakan rencana
xvi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nilai Ulangan Harian Kelas VIII C Materi SPLDV ... 61
Lampiran 2 Soal Tes ... 62
Lampiran 3 Lembar Jawaban Siswa ... 63
Lampiran 4 Rubrik Penyelesaian Tes SPLDV ... 64
Lampiran 5 Hasil Tes Penyelesaian Soal Cerita SPLDV ... 69
Lampiran 6 Skor Jawaban dari 6 Subyek Penelitian ... 70
Lampiran 7 Jawaban 6 Subyek Penelitian ... 71
Lampiran 8 Hasil Wawancara 6 Subyek Penelitian ... 77
57 DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Baity. 2014. Analisis Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Berdasarkan Gaya Kognitif. Skripsi S1. Universitas Muhammadiyah Malang
Ardiansah, Haris. 2013. Analisis Stategi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Bangun Ruang Sisi Datar. Skripsi S1. Universitas Muhammadiyah Malang
B.Uno, Hamzah dan Kuadrat, Masri. 2010. Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.
Jakarta: Bumi Aksara
Condro, Bagus. 2011. Analisis Kemampuan Pemecaahan Masalah Matematika melalui Group Investigaation pada Materi Sifat - sifat Bangun Datar Bagi Siswa Kelas V SDN Bareng 1 Malang. Skripsi S1. Universitas Muhammadiyah Malang
Darmawan, Deni dan Supriadie, Didi. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
Djamarah, Syaiful B dan Zein, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Fausiyah. 2011. Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Siswa Kelas VII SMP N 18 Malang. Skipsi tidak
diterbitkan
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hasratuddin. 2009. Berfikir Kritis dan Kecerdasan Emosi dalam Pembelajaran
Matematika: Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika
Sekolah, Universitas Negeri Medan, 6 Desember.
In’am, Akhsanul. 2012. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Metakognitif. Malang: Selaras
Jannah, R. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksak lainnya. Yogyakarta: DIVA Press.
58 Kesumawati, Nila. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendidikan
Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa KELAS IX SMP: Prosiding Seminar
Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah, Universitas PGRI
Palembang, 6 Desember: 211-212
Nasution. 1987. Berbagi Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nuharini, Dewi dan Wahyuni, Tri. 2008. Matematika: Konsep dan Aplikasinya
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: CV. Usaha Makmur
Priyanto, Nanang Eko. 2010. Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
dengan Langkah Polya pada Siswa Kelas VIII MTsM Nawangan.
Skripsi S1 Pendidikan Matematika UMM
Pratiwi, Titis Meriyana. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Matematika Kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Batu. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
Polia, G. 1973. How To Solve It. A new Aspect of Mathematical Method. Princeton and Oxford: Princeton University Press.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Raharjo, Marsudi dan Astuti Waluyati. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Diakses dari: http://p4tkmatematika.org/file/Bermutu%202011/SD/9.PEMBELAJARAN%2 0SOAL%20CERITA%20OPERASI%20HITUNG%20....pdf
Rahmanto. 2005. Pembelajaran Matematika Metode Pemecahan Masalah Topik Aproksimasi Kesalahan Pengukuran Di Kelas 1- Penjualan SMK
Negeri 1 Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak
Diterbitkan.
Rusman dan Dewi, Laksmi. 2011. Pendekatan, Stategi, dan Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Gafindo Persada.
59 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: CV. Alfabet.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sumardyono. 2009. Pengertian Dasar Problem Solving. Yogyakarta: P4TK Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tarhadi, dkk. 2006.“Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh dengan Mahasiswa
Pendidikan Tatap Muka” dalam jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak
Jauh. Vol.7 No.2 121-122
Tiasma, Raeni. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Model Polya pada Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah 6 Dau. Skripsi S1 Pendidikan Matematika UMM
Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Wigati, Wining. 2014. Analisis Strategi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Materi Pecahan di SD Negeri Dinoyo 2 Malang. Skripsi S1. Universitas Muhammadiyah Malang
Wulandari, Reny. 2014. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan soal Cerita Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada
Siswa Kelas X-1 SMA Negeri Plandaan Jombang. Skripsi S1