• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

TAHUN 2016

I. Identitas Informan 1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan untuk :

A. Kepala Puskesmas Pancur Batu B. Dokter di Puskesmas Pancur Batu

C. Penanggung Jawab Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang dilatih dalam pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing pihak tersebut ?

2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas ?

3. Sesuai dengan jabatan yang Bapak/Ibu emban, bagaimana proses tatalaksana diare (LINTAS DIARE) di puskesmas ?

4. Bagaimana pengelolaan logistik diare yang dilakukan di puskesmas ? 5. Bagaimana kegiatan promosi diare yang dilakukan puskesmas ?

6. Apakah penyuluhan diare telah dilakukan ? dan bagaimana hasil dari kegiatan sosialisasi tersebut?

7. Apakah program diare melibatkan semua sektor? Kepada siapa saja kordinasi yang dilakukan? Dan bagaimana dengan pelaksanaanya?

(2)

78

9..Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?

10.Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini berjalan ?

11.Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan program diare ?

(3)

Daftar pertanyaan untuk :

A. Pegawai di Kecamatan Pancur Batu B. Pegawai di Kelurahan Tanjung Anom

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas Pancur Batu ?

2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini?

3. Bagaimana kegiatan promosi diare yang dilakukan puskesmas ?

4. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat?

5. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat?

6. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada kerjasama atau kordinasi dilakukan dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ?

7. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?

8. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ?

9. Menurut Bapak/Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ?

(4)

80

Daftar pertanyaan untuk :

A. Anggota PKK B. Kader Posyandu C. Tokoh Masyarakat

D. Ibu balita yang anaknya menderita diare

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana tatalaksana diare (LINTAS DIARE) di Puskesmas Pancur Batu ?

2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini?

3. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat?

4. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat?

5. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada kordinasi dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ?

6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?

7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ?

8. Menurut Bapak/Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ?

(5)

Lampiran II

(6)

82

Lampiran III

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2014. Hubungan Perilaku Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare. SkripsiFakultas Keperawatan, Universitas Widya Mandala. Surabaya Astika,Riri. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Diare Di Puskesmas Medan

Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.SkripsiFKM, Universitas Sumatera Utara. Medan

Balitbangkes.2013.Riset Kesehatan Dasar,Departemen kesehatan, Jakarta 2014.Riset Kesehatan Dasar, Departemen kesehatan, Jakarta

Candra, Yennie. 2013. Hubungan Antara Keadaan Sanitasi Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Denbatas Tabanan. Jurnal Kesehatan lingkungan.4 (1), 112-11 (diakses pada tanggal 26 April 2016).

Depkes RI. 2007. Buku Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Jakarta

2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Sk/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan. Jakarta

2007.Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1216/Menkes/Sk/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta

2008. Pengantar Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta

Dinas kesehatan Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Medan

DinasKesehatan Kabupaten Deli Serdang. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2015.

Harianto, 2004. Analisis Penggunaan Oralit dalam Menanggulangi Diare. Skripsi Fakultas Keperawatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Salemba Humanika. Jakarta

(8)

75

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak 2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare

2011. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lngkungan tentang Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta

2011. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan tentang Situasi Diare di Indonesia.

2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012 (http://depkes.go.id). (20 februari 2016).

2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 (http://depkes.go.id). (20 februari 2016).

Kotrun. 2014. Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Terhadap Daya Tarik Vektor Musca Domestica dengan Risiko Diare pada Baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kedokteran dan ILmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah. Jakarta

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Permenkes 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

2014. Penanggulangan Penyakit Menular No. 82 Tahun 2014. Jakarta Setyoko, 2014. Hakikat Program. Trans Info Media. Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung

Syafrudin.2009. Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta

(9)

Winda. 2010. HubunganPemberian ASI Ekslusif dengan Angka Kejadian Diare. Skripsi Fakultas kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Wisna. 2014. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dan Pembuangan Sampah Terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita. Skripsi FKM. Universitas Negeri Gorontalo.

Wuryanto Arie. 2008. Surveilans Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Permasalahannya di Kota Semarang. Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis preventif dan promotif. Zulfikar, Ryan. 2014. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan studi deskriptif sebagai desain penelitian. Menggunakan metode kualitatif maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sebagai tujuan penelitian dapat dicapai.

Gambar 3.1 Tahapan desain penelitian 3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kulitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan mendalam tentang pelaksanaan program Diare di Puskemas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.

(11)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu, dengan pertimbangan berdasarkan data penderita diare 1021 orang (2013), 1539 orang (2014) dan 1782 orang 2015 yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. 3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2016. 3.4 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan

sampel yang diperlukan dengan memilih informan yang berada dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu pelaksanaan program diare di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu berjumlah 8 orang yang terdiri dari :

1. Kepala Puskesmas Pancur Batu 2. Dokter Puskesmas Pancur Batu

3. Penanggung jawab program diare di Puskesmas Pancur Batu 4. Pegawai Kecamatan Pancur Batu

5. Anggota PKK 6. Kader Posyandu 7. Tokoh Masyarakat

(12)

39

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu:

1. Data primer menggunakan wawancara mendalam kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

2 Data sekunder yang diperoleh dari profil puskesmas, data penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Pancur batu, profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan sumber-sumber lain yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian

3.6 Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2011).

3.7 Analisis Data

(13)

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pancur Batu

Puskesmas Pancur Batu terletak di Jalan Jamin Ginting km 17,5 Desa Tengah luas wilayah 93.12 ha Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu terdiri dari 22 desa yaitu : Desa Baru, Bintang Meriah, D.Simbelang, Durin Jangak, Durian Tonggal, Hulu, Lama, Namo Simpur, Namo Riam, Namo Rih, Namo Bintang, Pertampilen, Salam Tani, Simalingkar A, Semabahe Baru, Sugau, Tanjung Anom, Tuntungan I, Tuntungan II, Tiang Layar, Tengah, dan P.Simalingkar. Jumlah lingkungan adalah sebesar 96 lingkungan dengan jumlah penduduk adalah 77.723 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur

(14)

41

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2016

Tabel 4.3 Data Sarana di Puskesmas Pancur BatuTahun 2016

No Sarana Jumlah

Ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB ( Keluarga Berencana)

1

4.2 Karakteristik Informan

(15)

Tabel 4.4 Karakteristik Informan 4.3 Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Puskesmas Pancur Batu

Gambar 4.1 Alur Pengobatan Diare

4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas

Pancur Batu

Datang

Pendaftaran

di loket

Pemeriksaan Status gizi (oleh tenaga gizi)

Pengukuran berat badan dan tinggi badan

Tindakan Pengobatan di Ruang Poli Umum (oleh Dokter) : Bertanya tentang riwayat penyakit diare, Melakukan pemeriksaan, Terapi, Konseling, Penulisan resep.

(16)

43

4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat

dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

(17)

Informan Pernyataan Kepala puskesmas

Dokter

Banyak yang terlibat dalam program diare termasuk saya sebagai kepala puskesmas, dokter, pemegang program diare, Mtbs, Promkes tenaga UKS, tenaga kesehatan lingkungan dan surveilans epidemiologi, jadi semua itu terlibat dimana nanti masing-masing tenaga kesehatan itu akan melakukan tugasnya masing-masing.Bekerja sama juga dengan Dinas kesehatan yang biasanya juga melakukan pelatihan. seperti kepala puskesmas ya menanggungjawabi staf-staf nya, dokter tugasnya menangani pasien, kalau pemegang program diare itu tugasnya melakukan penyuluhan diare dan merekap data diare dalam bentuk mingguan baik kasus yang ada di puskesmas ataupun temuan kader di posyandu jadi setiap minggunya direkap dan dikirim ke Dinas Kesehatan, kalau surveilans epidemiologi tugasnya mendata jangan sampai ada KLB, sedangkan Tenaga UKS mereka memberikan penyuluhan PHBS ke sekolah.

Yang terlibat bukan hanya pemegang program diare tetapi juga kepala puskesmas, petugas surveilans, petugas kesehatan lingkungan, petugas gizi, petugas SP2TP dan dokter, jadi semua petugas kesehatan saling bekerjasama menyelesaikan permasalahan diare

Penanggung jawab program diare

semua tenaga kesehatan terlibat termasuk tenaga promkes, tenaga kesling,teanga surveilans epidemolgi dan yang laiinya. 4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia

dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

(18)

45

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan poskesdes MTBS di puskesmas, karena pertolongan pertama dari diare itu adalah pemberian oralit .

Obat-obatan seperti oralit, tablet zinc, cairan infuse, dll.

Kalau persediaan oralit ada, tapi biasanya kalau tidak ada tablet zinc di puskesmas diresepkan agar pasien bisa beli di luar. kalau poster-poster diare belum ada, peralatan lain yang mendukung juga lengkap tapi kalau

Sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas sudah cukup lengkap

Berdasarkan ukuran suatu puskemas yang tersedia sudah cukup lengkap.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan 6 informan menyatakan bahwa sarana kesehatan yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di puskesmas sudah lengkap, obat-obatan seperti oralit dan tablet zinc merupakan harus tersedia di setiap puskesmas, 2 informan menyatakan bahwa pojok oralit tidak ada di puskesmas padahal perlu ada.

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Pengelolaan Logistik di Puskesmas Pancur Batu

(19)

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengelolaan Logistik di

Oralit selalu tersedia di puskesmas

Oralit di puskemas selalu tersedia kadang yang tidak ada itu tablet zinc. Klw sedang tidak tersedia saya meresepkanny untuk beli diluar.

Oralit selalu tersedia di puskesmas

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa oralit selalu tersedia di puskesmas

4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Proses Tatalaksana Diare di Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang Proses Tatalaksana Diare di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Tatalaksana Diare di Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Proses tatalaksana dilakukan dimulai dengan pendafataran diloket, pemeriksaan oleh tenaga kesehatan kemudian diberikan tindakan sesuai indikasi nya misalnya pemberian oralit pada penderita diare

Ya dimulai dengan bertanya sudah berapa hari diarenya? Muntah atau demam? Ada darah ditinja atau tidak dsb sehingga Penderita dapat diperiksa untuk mengetahui apakah sudah dehidrasi agar dapat memberikan tindakan misalnya dengan Pemberian oralit dan tablet zinc untuk proses penyembuhan.

Penanggung jawab program diare

(20)

47

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa proses tatalaksana diare ( LINTAS DIARE) sudah dilakukan dengan pemberian oralit, pemberian tablet zinc dan nasihat pada ibu yang anaknya mederita diare.

4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Promosi Diare yang Dilakukan puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang promosi diare yang dilakukan puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Promosi Diare yang Dilakukan puskesmas Pancur Batu

Promosi kesehatan yang dilakukan itu salah satu nya pemberian informasi melalui poster yang ditempel, home visit dan penyuluhan di Posyandu pada masyarakat

Penjelasan sedikit tentang kesehatan saat mengobati pasien dan ada poster yang ditempel didinding puskemas.

Ya home visit yang dilakukan bidan desa dan penyuluhan di posyandu

Paling penyuluhan aja

Home visit jarang dikerjakan sih paling pembagian buku KIA saat posyandu aja Paling itu kalau saya bertanya ke dokter nya tentang apa yang saya derita dll lumayan ditanggapi dengan baik dan diberi masukan Seringan itu promosi nya itu penyuluhan aja jaran yang pendekatan pribadi ke masyrakat saat berobat ataupun kerumah ( home visit)

(21)

4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Penyuluhan Diare yang Selama ini Berjalan di puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang kegiatan penyuluhan diare yang selama ini berjalan di puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Penyuluhan

Diare yang Selama ini Berjalan di puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Penyuluhan dilakukan seperti ke sekolah-sekolah dan saat posyandu namun masih harus ditingkatkan.

Penyuluhan dilakukan dimasyarakat

Penyuluhan diare dilakukan di sekolah-sekolah dan posyandu.namun dua bulan terkahir ini belum dilakukan penyuluhan dari puskesmas kesekolah tentang diare karena yang harusnya penanggang jawab diare sudah pensiun saya baru dua bulan dialihtugaskan makanya kurang paham

Penyuluhan dilakukan namun belum rutin Kalau di masyarakat kemarin ada kegiatan fogging karena disini juga masih tinggi dbd Penyuluhan diare kurang karena masyarakat juga menganggap diare hal biasa dan masih bisa diobati dengan obat sembur.

Penyuluhan dilakukan sekali dalam sebulan disaat posyandu namun jarang tentang diare,dbd dan malaria lebih ke ibu hamil dan Kms. Penyuluhan dilakukan saat di meja ke 5 secara singkat dan memberikan buku tentang kesehatan ibu dan anak yang didalam buku terdapat tentang diare namun kurang ditanya apakah dibaca atau tidak.

Penyuluhan tentang diare jarang dilakukan bahkan hampir tidak pernah baik di posyandu maupun di puskesmas dan kalau anak saya menderita diare biasanya hanya saya kasih obat sembur ( temulawak,jahe) /obat tradisional sudah sembuh

(22)

49

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa penyuluhan dilakukan di sekolah-sekolah dan saat posyandu namun sangat jarang penyuluhan tentang diare di posyandu namun ada 2 informan yang menyatakan selama ini penyuluhan diare belum ada/hampir tidak ada lebih sering melakukan fogging.

4.4.7 Pernyataan Informan Tentang kordinasi dalam mendukung pelaksanaan program diare dimasyarakat di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang kordinasi dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kordinasi dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Masyarakat di Wilayah Kerja puskesmas Pancur Batu

(23)

Informan Pernyataan

Kordinasi yang dilakukan oleh puskesmas biasanya dengan pendidikan misalnya dalam hal penyuluhan tentang PHBS ke sekolah-sekolah, dengan kepala desa, posyandu dan dan keluraha untuk melaksanakan gotong royong ataupun ke guru uks di sekolah

Ya,puskemas sudah menjalin kerjasama baik dengan pendidikan ataupun posyandu.

Kerja sama cukup baik antara kelurahan dan puskemas tentang gotong royong .

Puskesmas sudah menjalin kordinasi ke posyandu ,bidan desa dan kelurahan

Ada,misalnya dalam hal gotong royong dan posyandu

Berkejasamalah baik dari kami anggota pkk ke puskemas dan ke posyandu ataupun ke kelurahan dalam kebersihan lingkungan namun kami hanya terlibat dalam kegiatan besar misalnya PIN.

4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Upaya yang dilakukan Dalam Penyehatan Lingkungan

Hasil penelitian yang dilakukan tentang upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Upaya yang dilakukan Dalam Penyehatan Lingkungan

(24)

51

Diare kan berhubungan dengan kebersihan lingkungan jadi kegiatan yang dilakukan gotong royong yang melibatkan masyarakat. Melakukan gotong royong

Dalam penyehatan lingkungan yang dilakukan ya kerjasama dengan pemerintah setempat untuk melakukan gotong royong biasanya tiap bulan.

Gotong royong dilakukan dengan masyarakat Ya,kami berkordinasi dengan puskemas dalam melakukan gotong royong dan mengumumkan kemasyarakat agar berpartisipasi

Melakukan gotong royong meskipun belum rutin dan satu bulan trakhir belum ada dilakukan

Kegiatan yang dilakukan disini ya gotong royong tapi satu/dua bulan terakhir ini belum ada dilakukan

Penyehatan lingkungan yang dilakukan yaitu gotong royong untuk mendukung program pemerintah Deli Serdang berseri,kampung hijau dan ada juga bulan bakti gotong royong ( april-mei) tiap tahun meskipun belum rutin dikerjakan.

4.4.9 Pernyataan Informan Tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung program diare

(25)

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare

Informan Pernyataan

Partisipasi masyarakat masih kurang dalam mendukung pelaksanaan program diare misalnya dalam gotong royong ataupun ikut dalam penyuluhan yang dilakukan.

Masyarakat masih mau aktif terlibat dalam gotong royong meskipun tidak keseluruhan Gotong royong kadang-kadang dilakukan dan bidan desa mewakili puskemas kalau gotong royong selalu di hayo hayokan namun hanya sedikit yang mau terlibat.

Masih banyak juga yang mau terlibat meskipun masih ada masyarakat kurang peduli dengan gotong royong. terlibat dalam hal gotong royong

Kalau ada gotong royong selalu di umumkan namun masih sedikit yang mau terlibat dengan berbagai alasan dari masyarakat

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare sudah lumayan baik meskipun belum keseluruhan masyarakat terlibat dan ada yang tidak aktif dalam kegiatan gotong royong.

4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Surveilans Epidemologi yang selama ini berjalan di Puskesmas Pancur Batu

(26)

53

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Surveilans Epidemologi yang selama ini berjalan di Puskesmas Pancur Batu

Dilakukan untuk memantau jumlah penderita diare apakah terjadi peningkatan sehingga mencegah adanya KLB

Ada petugas surveilans yang turun ke masyarakat

Kalau banyak yang menderita diare dalam satu kelurahan secara bersamaan kami akan turun ke lapangan namun sejauh ini belum pernah ada KLB

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa kegiatan surveilans epidemologi dilakukan terkhusus ketika jumlah nya bertambah banyak maka petugas akan turun kelapangan untuk memantau.

4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Monitoring dan Evaluasi di Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang monitoring dan evaluasi di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.15 berikut ini :

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Monitoring dan Evaluasi di Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program diare

Pelaksanaan program diare ya harus dipantau melalui laporan mingguan atau bulanan untuk memantau jumlah penderita dan jangan sampai KLB dan juga evaluasi kinerja petugas puskemas.

Pengawasan dan evaluasi dilakukan untuk melihat jumlah penderita diare berdasarkan laporan.

(27)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan bulanan ataupun mingguan

4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Hambatan yang Dirasakan Dalam Pelaksanaan Program Diare

Hasil penelitian yang dilakukan tentang hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut ini :

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan yang Dirasakan Dalam Pelaksanaan Program Diare

Informan Pernyataan

Hambatan tidak terlalu ada paling partisipasi masyarakat yangmasih kurang karena diare kan berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan perorangan.

Hambatan tidak ada yang dirasakan sejauh ini Masyarakat kurang peduli karena merasa diare adalah penyakit biasa aja bagi balita dan bisa ditangani sendiri dengan obat sembur Masyarakat lebih tertarik pada pengobatan dibandingkan dengan pencegahan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa hambatan dalam pelaksanaan program diare yaitu masyarakat yang kurang aktif atau peduli terhadap kebersihan lingkungan maupaun perorangan dan lebih tertarik pada pengobatan dibandingkan pencegahan.

4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Ouput Pelaksanaan Program Diare

(28)

55

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program Diare

Informan Pernyataan

Pegawai

Tokoh Masyarakat

Anggota pkk

Ibu yang anaknya menderita diare

Kader Posyandu

Menurunnya angka kesakitan/kematian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas pancur Batu

Ya kasus diare menurun lah dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang pencegahan diare

Penyakit diare semakin berkurang di masyarakat

Yang jelas penderita diare berkurang pada bayi dan balita

Penderita diare ini kita bisa atasi bersama terutama pada bayi dan balita jadi diharapkan pada masyarakat terutama ibu dapat terlibat dalam pencegahan diare

(29)
(30)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Masukan (input)

Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli yaitu : tenaga kesehatan dan sarana kesehatan.

5.1.1 Tenaga Kesehatan

Agar program diare dapat berjalan secara optimal, peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare bukan hanya tanggung jawab petugas diare saja tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat. Petugas diare tidak akan mampu mengatasi permasalahan diare tanpa adanya kerjasama/koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus diare, petugas diare berperan dalam melakukan penyuluhan dan membuat laporan rutin diare. Penyuluhan dilakukan di puskesmas maupun di luar puskesmas yaitu di posyandu melalui kader posyandu dan di sekolah. Petugas diare juga rutin membuat laporan diare dalam bentuk mingguan (W2) dan bulanan (LB) yang selanjutnya akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Deli Serdang.

(31)

diare cukup sibuk menangani pasien di bagian laboratorium sehingga tidak fokus pada pelaksanaan program diare.

Di Puskesmas Pancur Batu dalam mewaspadai peningkatan kasus diare, penanggung jawab diare telah menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, tenaga Uks dan Surveilans epidemologi. Tenaga kesehatan lingkungan berperan dalam hal memantau sanitasi dasar masyarakat, seperti : Persediaan air bersih (PAB), Jamban Keluarga (JAGA), Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan tempat sampah. Apabila di masyarakat terjadi peningkatan kasus diare karena pengaruh lingkungan yang buruk, maka petugas diare bersama dengan tenaga kesehatan lingkungan segera turun ke masyarakat untuk melakukan tindakan penanggulangan

(32)

58

5.1.2 Sarana Kesehatan

Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan suatu program. Dalam mendukung pelaksanaan program diare di puskesmas sarana yang dibutuhkan adalah logistik, pojok oralit, peralatan kesehatan dan media penyuluhan. Hasil penelitian Dwi (2013) menyatakan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan perilaku hidup sehat.

Dalam pengendalian penyakit diare, Logistik yang dibutuhkan adalah oralit, tablet zinc dan obat paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200 ml, tablet zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah oralit, Ringer Laktat 500 ml, giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg (Kemenkes RI,

2011).

(33)

MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi, dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Langkah pendekatan MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah kesakitan pada balita. Keberhasilan penerapan MTBS berkaitan dengan adanya monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan MTBS termasuk kecukupan obat-obatan.

Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Pancur Batu, Sarana kesehatan yang mendukung dalam pelaksanaan program diare adalah ruangan MTBS, sehingga penanganan balita sakit tidak digabungkan dengan pasien lainnya di ruangan poli umum. Tenaga kesehatan sudah dilatih dalam tatalaksana kasus balita sakit dengan pendekatan MTBS.

Penyuluhan yang dilakukan membutuhkan adanya media promosi kesehatan. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika (TV, Radio, komputer, dll) dan media luar ruang. Sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

(34)

60

pengobatan dapat dengan mudah membaca informasi dan penanganannya, namun poster diare tidak ada di puskesmas Pancur Batu. Pemberian konseling kepada penderita diare di puskesmas tenaga kesehatan tidak ada menggunakan media penyuluhan apapun. Konseling hanya dilakukan dengan komunikasi dua arah saja yaitu antara tenaga kesehatan dan pasien.

5.2 Proses (process)

Aspek yang terdapat dalam proses pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli adalah terdiri dari: Tatalaksana penderita diare, pengelolaan logistik, promosi kesehatan, pencegahan diare, dan surveilans epidemologi.

1. Tatalaksana penderita diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, termasuk penyakit diare. MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh (Depkes RI, 2008).

(35)

Depkes RI, 2008 menegaskan bahwa seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, bila jumlah kunjungannya tidak banyak (kurang dari 10 kasus per hari). Akan tetapi bila perbandingan jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah kunjungan balita sakit per hari cukup besar maka penerapan MTBS di puskesmas dilakukan secara bertahap.

Di Puskesmas Pancur Batu balita sakit diare yang datang ke puskesmas ditangani dengan pendekatan MTBS. Langkah-langkah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu menanyakan pada ibu mengenai masalah balita, melakukan pemeriksaan, menanyakan keluhan utama, menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan. Namun hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan alur pengobatan pada balita tanpa dehidrasi (Terapi A) dan balita dengan dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi B). Pada balita dengan dehidrasi ringan-sedang tidak ada diberikan oralit dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan. Ibu/keluarganya tidak ada diajarkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita.

Puskesmas Pancur Batu merupakan puskesmas perawatan yang melayani pasien berobat jalan dan rujukan juga pasien rawat inap. Pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Dalam penanganan balita dengan dehidrasi berat (Terapi C), tenaga kesehatan segera merujuk balita ke rumah sakit terdekat.

(36)

62

dehidrasi sehingga dapat menentukan rencana pengobatan yang sesuai. Penderita diare tanpa dehidrasi tenaga kesehatan menerangkan empat cara terapi diare dirumah, penderita diare dehidrasi ringan tenaga kesehatan memberikan oralit di sarana kesehatan dan penderita diare dehidrasi berat dengan memberikan cairan intravena atau merujuk ke sarana kesehatan lain ( Kemenkes RI,2011).

Berdasarkan hasil penelitian, Dalam hal memberikan konseling untuk menjelaskan kepada ibu balita tentang mengobati penderita diare dirumah bila anak tanpa dehidrasi dan memantau ibu balita untuk meneruskan ASI-makan masih kurang terlaksana sehingga secara umum pelaksanaan tatalaksana diare di Puskesmas Pancur Batu belum berjalan dengan maksimal.

2. Pengelolaan Logistik

Pengelolaan Logistik bertujuan untuk melakukan penyimpanan dan distribusi, persediaan sehingga tidak mengalami kekosongan dan memantau penyimpanan, distribusi dan persediaan dilapangan. Dalam pengendalian penyakit diare, Logistik yang dibutuhkan adalah oralit, tablet zinc dan obat paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200 ml, tablet zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah oralit, Ringer Laktat 500 ml, giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg (Kemenkes RI, 2011).

(37)

Pemberian tablet zinc penting diberikan segera setelah anak mengalami diare. Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes RI, 2011).

3. Promosi Kesehatan

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo, 2010).

Salah satu strategi promosi kesehatan yaitu pemberdayaan terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan perilaku baru yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktekkan misalnya dalam perilaku membuang air besar, Bina keluarga balita, dan upaya kesehatan lingkungan (Depkes RI, 2007).

(38)

64

Berdasarkan hasil wawancara dengan kader posyandu, pemberian informasi tentang diare dan penanganan terjadinya diare dilakukan melalui penyuluhan di posyandu yang bertujuan untuk penanggulangan diare. Kader posyandu juga memantau kejadian diare serta melakukan rujukan bila perlu.

Berdasarkan penelitian kegiatan penyuluhan diare yang dilakukan di posyandu dan di sekolah belum terprogram dengan baik dan kurang berjalan. Penyuluhan di posyandu hanya singkat ke masyarakat saat di meja 5 dan itupun seringan hanya tentang penjelasan kms dan hampir tidak maksimal penyuluhan tentang diare di posyandu.

Terkait dengan diare, informasi yang diterima masyarakat lebih dominan pada kegiatan kuratif sementara informasi tentang tindakan yang harus dilakukan untuk upaya preventif terjadinya diare kurang mendapat perhatian dari petugas kesehatan dan masyarakat. Masyarakat kurang memahami peranan lingkungan dalam terjadinya penyakit sehingga kurang ada usaha untuk meningkatkan kebersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya diare.

Hal ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat dalam menerima suatu informasi yaitu masyarakat lebih tertarik dengan penanganan diare karena informasi tersebut membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan akan menimbulkan akibat yang merugikan apabila tindakan penanganan tidak dilakukan.

(39)

dengan pengobatan dibandingkan pencegahan. Pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko terjadinya diare dari sisi lingkungan masih kurang sehingga kebutuhan masyarakat untuk mengetahui peranan lingkungan dalam pencegahan diare belum ada. Padahal berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam memengaruhi terjadinya diare di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terbiasa untuk melakukan pencegahan akan tetapi masyarakat terbiasa untuk melakukan tindakan setelah masalah muncul.

Dari hasil penelitian, masyarakat mengharapkan agar penyuluhan diare dilakukan rutin setiap bulan dan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat di suatu tempat tidak dengan hanya saat di posyandu yang kurang efektif. Untuk itu peran kader kesehatan dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi sumber pesan yang dipercayai dan dianggap mampu memberikan informasi. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan pelatihan kader kesehatan dan pembinaan rutin sehingga kader mampu menjadi penyuluh kesehatan yang handal.

(40)

66

dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat (Kemenkes RI, 2010)

4. Pencegahan Diare

Pencegahan diare bertujuan utuk penurunan angka kesakitan dan kematian akibat diare. Adanya hubungan kejadian diare dengan faktor lingkungan yaitu ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan hygiene perorangan. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya adalah penyakit diare.

Berdsarkan wawancara dengan petugas penanggung jawab diare diketahui bahwa sudah menjalin kerjasama dengan petugas lintas program dalam hal pencegahan diare salah satunya dengan petugas UKS dalam melaksnakan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah serta pembinaan kebersihan lingkungan kepada dokter kecil dan guru UKS.

Penggunaan jamban oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu sudah baik walaupun masih ada beberapa masyarakat yang tidak memiliki fasilitas jamban. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu dan kader PKK diketahui bahwa masih ada penduduk yang buang air besar (BAB) sembarangan seperti di parit, pekarangan rumah, sungai, dll.

(41)

penyuluhan PHBS dan menjalin kerjasama dengan lintas sektor yaitu Pihak Kecamatan dan Pihak Kelurahan. Kegiatan yang dilakukan adalah melalui kegiatan gotong royong.

Hambatan dalam kegiatan penceghan diare adalah rendahnya peran serta masyarakat untuk ikut bertanggungjawab menjaga kebersihan lingkungan dan Hygiene perseorangan. Masyarakat banyak yang tidak perduli dan beranggapan bahwa kebersihan lingkungan hanya merupakan tanggungjawab pemerintah setempat saja yaitu : Camat, lurah dan kepala lingkungan. Padahal seperti kegiatan gotong royong sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat.

Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini hanya berupa himbauan dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif. Tidak ada sanksi atau teguran yang tegas kepada masyarakat yang tidak rutin ikut gotong royong dan tidak menjaga fasilitas umum yang telah disediakan oleh pemerintah seperti parit yang sudah dibangun dan tempat sampah yang sudah disediakan.

Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan rendahnya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini. Masyarakat hanya sekedar tahu bahwa lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit tanpa mau dan mampu untuk berbuat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah harus lebih dekat dengan masyarakat dan menanamkan kesadaran masyarakat bahwa kebersihan itu penting untuk mencegah penularan penyakit dan keterlibatan masyarakat dalam hal itu sangat dibutuhkan.

(42)

68

peranan lingkungan dalam pencegahan diare belum ada. Padahal berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam memengaruhi terjadinya diare di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terbiasa untuk melakukan pencegahan akan tetapi masyarakat terbiasa untuk melakukan tindakan setelah masalah muncul.

5. Surveilans Epidemiologi Diare

(43)

Prosedur dari surveilans epidemiologi diare

Gambar 5.1 Prosedur surveilans epidemologi

Di Puskesmas Pancur Batu pemegang program diare belum rutin melakukan pencatatan penderita diare yang datang ke sarana kesehatan maupun temuan kader di poyandu. Laporan ini selanjutnya dikompilasi oleh penanggungjawab program diare di puskesmas kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan Deli Serdang melalui laporan bulanan (LB) setiap bulannya. Selanjutnya petugas diare Dinas Kesehatan Deli Serdang membuat rekapitulasi dari masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi. Dari tingkat propinsi direkap berdasarkan Kabupaten/Kota secara rutin (bulanan) dan dikirm ke Pusat dengan menggunakan Formulir Rekapitulasi Diare. Dari hasil wawancara dengan Pemegang Program Diare diperoleh keterangan bahwa belum pernah terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Puskesmas Pancur Batu. Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu : penyuluhan diare, pemberian oralit, penyelidikan epidemiologi (PE) diare, dan home visit.

Wuryanto, 2008 menyatakan bahwa surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular. Pelaksanaan suveilans epidemiologi yang

Pengumpulan Data Diare

Penyebarluasan Hasil Interpretasi Pengolahan, Analisis

(44)

70

belum berjalan dengan baik, tentunya akan berdampak pada proses penularan yang terus berlangsung di masyarakat.

Di tingkat Dinas Kesehatan Deli Serdang, surveilans epidemiologi hanya dipantau dari rekapitulasi laporan diare dari seluruh puskesmas setiap bulannya. Apabila terjadi peningkatan kasus diare hingga tiga kali lipat, Petugas Diare Dinas Kesehatan Deli Serdang bersama dengan Petugas Surveilans dan Petugas Kesehatan Lingkungan segera turun ke lapangan untuk melihat penyebab terjadinya KLB Diare dan cepat melakukan tindakan penanggulangan. Apabila tidak terjadi peningkatan kasus yang mencolok, maka pemantauan hanya berdasarkan laporan diare tiap bulan saja, tidak ada tindakan khusus yang dilakukan.

5.3 Keluaran (output)

Tujuan umum pengendalian penyakit diare adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait. Keluaran (output) dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu dapat dinilai dari upaya pencegahan dan upaya pengobatan yang telah dilakukan.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu dapat disimpulkan bahwa :

1. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam mendukung pelaksanaan program diare tidak hanya petugas diare saja. Petugas penanggung jawab diare di Puskemas Pancur Batu baru menjabat dikarenakan petugas diare sebelumnya baru pensiun dan penanggungjawab diare tersebut memiliki tugas lain sebagai petugas laboratorium. Penanggung jawab diare cukup sibuk menangani pasien di bagian laboratorium sehingga tidak fokus pada pelaksanaan program diare. 2. Pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Pancur Batu kurang

berjalan dengan maksimal sehingga mengakibatkan pelaksanaan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan DIare kurang berjalan dengan maksimal.

3. Pengelolaan logistik oralit di Puskesmas Pancur Batu dalam hal penyimpanan, distribusi dan persediaan oralit sudah sesuai ketentuan.

4. Penyuluhan diare belum rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan dan belum terprogram dengan baik. Pemasangan poster tentang diare di Puskesmas Pancur Batu untuk memberikan informasi kepada masyarakat belum ada.

(46)

72

terkelola dengan baik, dimana masyarakat masih ada yang buang sampah sembarangan ke sungai, parit dan pekarangan rumah.

6. Surveilans epidemiologi diare di Puskesmas Pancur Batu belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari belum rutinnya tenaga kesehatan merekapitulasi data diare yang di luar dan di dalam gedung puskesmas serta kurang terlaksananya deteksi secara dini terhadap peningkatan penderita diare. 6.2 Saran

1. Diharapkan kepada Kepala Puskesmas Pancur Batu agar lebih mempersiapkan pengganti tenaga kesehatan yang mau pensiun, sehingga setiap unit kerja berjalan dengan baik dan maksimal

2. Mengingat pentingnya kelengkapan dan ketersediaan sarana dalam mendukung pelaksanaan program diare, maka perlu untuk terus memantau penyimpanan, distribusi dan persediaan oralit.

3. Diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu agar melaksanakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Pancur Batu dengan maksimal sehingga tatalaksana diare lebih maksimal. Serta melakukan pelatihan tatalaksana diare terhadap kader posyandu sehingga pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dapat meningkat.

(47)

5. Diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu untuk lebih meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan lintas sektoral sehingga pelaksanaan program diare mendapat dukungan yang baik di masyarakat.

(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes 75, 2014).

2.1.2 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c. Hidup dalam lingkungan sehat dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.1.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas ada tiga yaitu

(49)

berwawasan kesehatan, keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan dan mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat yang berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan dan memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

c. Pusat pelayanan kesehatan pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan melalui pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskemas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan ). Upaya

(50)

9

harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten atau kota bidang kesehatan.

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011).

2.2.2 Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Kemenkes RI, 2011).

2.2.3 Jenis-Jenis Diare

Pembagian diare ada dua yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. (Kemenkes RI, 2011).

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diare

(51)

makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor penjamu dapat meningkatkan insiden. Faktor-faktor tersebut ialah tidak memberikan ASI esklusif, kurang gizi, campak dan imunodefesiensi. c. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare ( Kemenkes RI, 2011).

2.2.5 Derajat dehidrasi dalam Diare

a) Diare tanpa dehidrasi

Kehilangan cairan <5% berat badan penderita diare.Tanda-tandanya balita tetap aktif, memiliki keinginan minum seperti biasa, mata tidak cekung dan turgor kembali segera.

b) Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang

Kehilangan cairan 5-10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya gelisah atau rewel, mata cekung, inginan minum terus/rasa haus meningkat, dan turgor kembali lambat.

(52)

11

Kehilangan cairan >10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya lesu, tidak sadar, mata cekung, malas minum, dan turgor kembali sangat lambat ( Kemenkes RI, 2011).

2.2.6 Tanda-Tanda Diare

Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah (Kemenkes RI, 2011).

2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare

Program merupakan rangkaian kegiatan yang disusun dan dilaksanakan oleh perorangan,lembaga,organisasi,dan institusi. Program dapat berjalan baik harus diatur dan dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan dan pengawasan yang artinya mengintegrasikansumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi system total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Setyoko, 2014) .

2.3.1 Tujuan Pengendalian Penyakit Diare

Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait.

Tujuan Khusus

1. Tercapainya penurunan angka kesakitan 2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar

(53)

penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan.

4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistic dan pengelolaannya (Kemenkes RI, 2011).

2.3.2 Kebijakan Pengendalian Penyakit Diare

1. Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik disarana kesehatan maupun dirumah tangga/ masyarakat

2. Melaksanakan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) diare

3. Melaksanakan Surveilans epidemologi dan penanggulangan kejadian luar biasa

4. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare

5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program aspek managerial dan teknis medis

6. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor

7. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare

(54)

13

2.3.3 Strategi Pengendalian Penyakit Diare

1. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga

2. Melaksanakan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)

3. Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) diare dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

4. Meningkatkan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia)

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.4 Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Diare

1. Tatalaksana penderita diare 2. Pengelolaan logistik

3. Promosi kesehatan 4. Pencegahan Diare 5. Surveilans epidemologi

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.5 Melaksanakan Tatalaksana Penderita Diare

Prinsip dasar dalam tatalaksana penderita diare yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) terdiri atas

1. Berikan Oralit

(55)

Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.Bila diare segera beri oralit sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit dengan satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc), anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar dan anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.

2. Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%. Manfaat pemberian zinc yaitu mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 hari bulan setelah anak sembuh dari diare.

(56)

15

membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI dan untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10mg)/hari dan balita umur> 6 bulan: 1 tablet (20mg)/hari.

3. Teruskan ASI ( Air Susu Ibu ) dan pemberian Makan

Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Anak yang masih mendapatkan ASI harus diteruskan pemberian ASI dan anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering, dilakukan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Anak yang berusia kurang dari 2 tahun dianjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI.

4. Berikan antibiotik secara selektif

(57)

menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit). Kondisi ini berbahaya karena memerlukan tindakan operasi,oleh karena itu anti diare seharusnya tidak boleh diberikan.Resep antibiotik seharusnya hanya boleh dikeluarkan oleh dokter.

5. Berikan Nasihat pada Ibu / Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.

2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare

1. Riwayat Penyakit

a. Berapa lama anak diare ? b. Berapa kali diare dalam sehari ? c. Adakah darah dalam tinjanya ? d. Apakah ada muntah ? berapa kali ? e. Apakah ada demam ?

f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?

g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ? h. Obat apa yang sudah diberikan ?

(58)

17

2. Menilai Derajat Dehidrasi

Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi

PENILAIAN A B C

Bila ada 2 tanda atau lebih

Lihat :

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat (lebih dari

Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah

(59)

3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena

2.3.5.2 Sarana Rehidrasi

Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal nama pojok oralit.

1. Pojok Oralit

Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat. melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi oral.

a. Fungsi

1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral 2) Memberi pelayanan penderita diare

3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu) b. Tempat

(60)

Ringan-19

Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita.

c. Sarana Pendukung

1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih 2) Prasarana :

a) Tempat pendaftaran

b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare. 3) Cara membuat pojok oralit

a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :

- Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka yang tidak berdesakan

- Dekat dengan toilet atau kamar mandi - Nyaman dan baik ventilasinya

b) Pengaturan model di Pojok Oralit

- Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan

- Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan nyaman saat memangku anaknya

(61)

- Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus) - Botol susu/gelas ukur

- Gelas - Sendok

- Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau merawat anak diare

- Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah

Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.

d. Kegiatan Pojok Oralit

1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral

a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan bagaimana cara memberikannya

b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila ada muntah

(62)

21

d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke Puskesmas.

e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta cara pencegahan diare.

2) Pelayanan Penderita

Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :

a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit

c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)

d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan

e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.

2.3.6 Pengelolaan Logistik

(63)

yang dilayani suatu puskesmas adalah: Perkiraan penderita diare yang datang x angka kesakitan x jumlah penduduk

a. Perhitungan kebutuhan Oralit & Zinc

Oralit = target penderita diare x6 bungkus + cadangan – stok Zinc = jumlah penderita diare balita x 10 tablet

b. Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah kebutuhan.

Cadangan = Jumlah balita x episode (10% x jumlah penduduk x 2 kali). Ket: angka 10% adalah proporsi jumlah balita

2.3.7 Melakukan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah suatu proses/upaya agar masyarakat mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan atau upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu kelompok atau masyarakat sehingga berprilaku yang kondusif untuk kesehatan yaitu perubahan perilaku, pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku dari yang baik menjadi lebih baik. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan yang menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Notoadmojo, 2010).

Tujuan promosi kesehatan adalah tersosialisasinya program-program kesehatan, terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat ,serta terwujudnya gerakan hidup sehat dimasyarakat untuk menuju terwujudnya kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat.

(64)

23

1. Promosi kesehatan pada aspek promotif. Sasaran: kelompok orang sehat Tujuan: agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya

2. Promosi kesehatan pada aspek preventif. Sasaran: kelompok beresiko tinggi. Tujuan: tidak jatuh sakit

3. Promosi kesehatan pada aspek kuratif Sasaran: kelompok penderita penyakit. Tujuan : sembuh dan tidak menjadi parah

4. Promosi kesehatan pada aspek rehabilitative. Sasaran:kelompok orang yang baru sembuh. Tujuan : agar segera pulih kesehatannya (Syafrudin, 2009).

Mewujudkan visi dan misi promosi atau pendidikan kesehatan diperlukan cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Strategi adalah bagaimana cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi pendidikan kesehatan secara efektif dan efisien.

Strategi promosi kesehatan adalah cara atau langkah yang diperlukan untuk mencapai,memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan promosi kesehatan. Strategi promosi kesehatan ada 3 yaitu :

1. Advokasi

(65)

isu dan mencoba mendapatkan dukungan dari pihak lain. Tujuan advokasi kesehatan ialah mendapatkan dukungan, baik dalam bentuk kebijakan lisan atau tertulis dalam bentuk surat keputusan, surat edaran, himbauan, pembentukan kelembagaan, ketersediaan dan sarana, tenaga, mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan dan mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam pemecahan masalah.

Sasaran advokasi ada 3 yaitu

a) Pengambil keputusan tingkat pusat seperti DPR, Menteri, Dirjen departemen terkait, bappenas, lembaga donor, Lsm, internasioanal, partai politik

b) Pengambil kebijakan tingkat provinsi seperti DPRD, Bappeda, Gubernur dan kesejahteraan rakyat, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga swasta/industri, partai politik

c) Pengambil kebijakan tingkat kabupaten/kota seperti DPRD kabupaten/kota, komisi E, Bapedda, Bupati/walikota, Kepala Dinas Kesehatan, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga swasta/industri, partai politik.

2. Dukungan Sosial/Bina Suasana

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan desain penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur
Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pancur Batu
Tabel 4.4 Karakteristik Informan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, saran dalam pelaksanaan program diare adalah rutin melakukan penyuluhan diare di masyarakat, masyarakat dapat menjaga

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Matakali untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu penyehatan lingkungan dan penyuluhan yang dilakukan

Pelaksanaan diare tidak berjalan dengan maksimal serta Mengadakan Pelatihan tentang Penyakit Diare kepada tenaga kesehatan dalam monitoring pelaksanaan program

Dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan Kecamatan BaligeSkripsi.Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera

Apakah Bapak/ Ibu mengetahui adanya kegiatan penyuluhan kesehatan atau pelayanan pencegahan penyakit (program promotif dan preventif) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas

saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan. rawat inap karena tenaga kesehatan tidak mampu melakukan dan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, saran dalam pelaksanaan program diare adalah rutin melakukan penyuluhan diare di masyarakat, masyarakat dapat menjaga

Pelaksanaan diare tidak berjalan dengan maksimal serta Mengadakan Pelatihan tentang Penyakit Diare kepada tenaga kesehatan dalam monitoring pelaksanaan program