2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes 75, 2014).
2.1.2 Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c. Hidup dalam lingkungan sehat dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.1.3 Fungsi Puskesmas
Fungsi puskesmas ada tiga yaitu
berwawasan kesehatan, keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan dan mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat yang berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan dan memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
c. Pusat pelayanan kesehatan pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan melalui pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskemas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan ). Upaya
harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten atau kota bidang kesehatan.
2.2 Diare
2.2.1 Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011).
2.2.2 Penyebab Diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Kemenkes RI, 2011).
2.2.3 Jenis-Jenis Diare
Pembagian diare ada dua yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. (Kemenkes RI, 2011).
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diare
makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor penjamu dapat meningkatkan insiden. Faktor-faktor tersebut ialah tidak memberikan ASI esklusif, kurang gizi, campak dan imunodefesiensi. c. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare ( Kemenkes RI, 2011).
2.2.5 Derajat dehidrasi dalam Diare
a) Diare tanpa dehidrasi
Kehilangan cairan <5% berat badan penderita diare.Tanda-tandanya balita tetap aktif, memiliki keinginan minum seperti biasa, mata tidak cekung dan turgor kembali segera.
b) Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
Kehilangan cairan 5-10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya gelisah atau rewel, mata cekung, inginan minum terus/rasa haus meningkat, dan turgor kembali lambat.
Kehilangan cairan >10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya lesu, tidak sadar, mata cekung, malas minum, dan turgor kembali sangat lambat ( Kemenkes RI, 2011).
2.2.6 Tanda-Tanda Diare
Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah (Kemenkes RI, 2011).
2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare
Program merupakan rangkaian kegiatan yang disusun dan dilaksanakan oleh perorangan,lembaga,organisasi,dan institusi. Program dapat berjalan baik harus diatur dan dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan dan pengawasan yang artinya mengintegrasikansumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi system total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Setyoko, 2014) .
2.3.1 Tujuan Pengendalian Penyakit Diare
Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait.
Tujuan Khusus
1. Tercapainya penurunan angka kesakitan 2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar
penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan.
4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistic dan pengelolaannya (Kemenkes RI, 2011).
2.3.2 Kebijakan Pengendalian Penyakit Diare
1. Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik disarana kesehatan maupun dirumah tangga/ masyarakat
2. Melaksanakan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) diare
3. Melaksanakan Surveilans epidemologi dan penanggulangan kejadian luar biasa
4. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program aspek managerial dan teknis medis
6. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor
7. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare
2.3.3 Strategi Pengendalian Penyakit Diare
1. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga
2. Melaksanakan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
3. Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) diare dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
4. Meningkatkan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia)
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.4 Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Diare
1. Tatalaksana penderita diare 2. Pengelolaan logistik
3. Promosi kesehatan 4. Pencegahan Diare 5. Surveilans epidemologi
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.5 Melaksanakan Tatalaksana Penderita Diare
Prinsip dasar dalam tatalaksana penderita diare yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) terdiri atas
1. Berikan Oralit
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.Bila diare segera beri oralit sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit dengan satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc), anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar dan anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
2. Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%. Manfaat pemberian zinc yaitu mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 hari bulan setelah anak sembuh dari diare.
membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI dan untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10mg)/hari dan balita umur> 6 bulan: 1 tablet (20mg)/hari.
3. Teruskan ASI ( Air Susu Ibu ) dan pemberian Makan
Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Anak yang masih mendapatkan ASI harus diteruskan pemberian ASI dan anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering, dilakukan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Anak yang berusia kurang dari 2 tahun dianjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI.
4. Berikan antibiotik secara selektif
menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit). Kondisi ini berbahaya karena memerlukan tindakan operasi,oleh karena itu anti diare seharusnya tidak boleh diberikan.Resep antibiotik seharusnya hanya boleh dikeluarkan oleh dokter.
5. Berikan Nasihat pada Ibu / Pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.
2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare
1. Riwayat Penyakit
a. Berapa lama anak diare ? b. Berapa kali diare dalam sehari ? c. Adakah darah dalam tinjanya ? d. Apakah ada muntah ? berapa kali ? e. Apakah ada demam ?
f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?
g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ? h. Obat apa yang sudah diberikan ?
2. Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
PENILAIAN A B C
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat :
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat (lebih dari
Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena
2.3.5.2 Sarana Rehidrasi
Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal nama pojok oralit.
1. Pojok Oralit
Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat. melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi oral.
a. Fungsi
1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral 2) Memberi pelayanan penderita diare
3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu) b. Tempat
Ringan-Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung
1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih 2) Prasarana :
a) Tempat pendaftaran
b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare. 3) Cara membuat pojok oralit
a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :
- Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka yang tidak berdesakan
- Dekat dengan toilet atau kamar mandi - Nyaman dan baik ventilasinya
b) Pengaturan model di Pojok Oralit
- Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan
- Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan nyaman saat memangku anaknya
- Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus) - Botol susu/gelas ukur
- Gelas - Sendok
- Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau merawat anak diare
- Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah
Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.
d. Kegiatan Pojok Oralit
1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral
a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan bagaimana cara memberikannya
b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila ada muntah
d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke Puskesmas.
e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta cara pencegahan diare.
2) Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :
a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
2.3.6 Pengelolaan Logistik
yang dilayani suatu puskesmas adalah: Perkiraan penderita diare yang datang x angka kesakitan x jumlah penduduk
a. Perhitungan kebutuhan Oralit & Zinc
Oralit = target penderita diare x6 bungkus + cadangan – stok Zinc = jumlah penderita diare balita x 10 tablet
b. Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah kebutuhan.
Cadangan = Jumlah balita x episode (10% x jumlah penduduk x 2 kali). Ket: angka 10% adalah proporsi jumlah balita
2.3.7 Melakukan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah suatu proses/upaya agar masyarakat mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan atau upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu kelompok atau masyarakat sehingga berprilaku yang kondusif untuk kesehatan yaitu perubahan perilaku, pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku dari yang baik menjadi lebih baik. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan yang menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Notoadmojo, 2010).
Tujuan promosi kesehatan adalah tersosialisasinya program-program kesehatan, terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat ,serta terwujudnya gerakan hidup sehat dimasyarakat untuk menuju terwujudnya kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat.
1. Promosi kesehatan pada aspek promotif. Sasaran: kelompok orang sehat Tujuan: agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya
2. Promosi kesehatan pada aspek preventif. Sasaran: kelompok beresiko tinggi. Tujuan: tidak jatuh sakit
3. Promosi kesehatan pada aspek kuratif Sasaran: kelompok penderita penyakit. Tujuan : sembuh dan tidak menjadi parah
4. Promosi kesehatan pada aspek rehabilitative. Sasaran:kelompok orang yang baru sembuh. Tujuan : agar segera pulih kesehatannya (Syafrudin, 2009).
Mewujudkan visi dan misi promosi atau pendidikan kesehatan diperlukan cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Strategi adalah bagaimana cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi pendidikan kesehatan secara efektif dan efisien.
Strategi promosi kesehatan adalah cara atau langkah yang diperlukan untuk mencapai,memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan promosi kesehatan. Strategi promosi kesehatan ada 3 yaitu :
1. Advokasi
isu dan mencoba mendapatkan dukungan dari pihak lain. Tujuan advokasi kesehatan ialah mendapatkan dukungan, baik dalam bentuk kebijakan lisan atau tertulis dalam bentuk surat keputusan, surat edaran, himbauan, pembentukan kelembagaan, ketersediaan dan sarana, tenaga, mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan dan mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam pemecahan masalah.
Sasaran advokasi ada 3 yaitu
a) Pengambil keputusan tingkat pusat seperti DPR, Menteri, Dirjen departemen terkait, bappenas, lembaga donor, Lsm, internasioanal, partai politik
b) Pengambil kebijakan tingkat provinsi seperti DPRD, Bappeda, Gubernur dan kesejahteraan rakyat, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga swasta/industri, partai politik
c) Pengambil kebijakan tingkat kabupaten/kota seperti DPRD kabupaten/kota, komisi E, Bapedda, Bupati/walikota, Kepala Dinas Kesehatan, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga swasta/industri, partai politik.
2. Dukungan Sosial/Bina Suasana
di semua tatanan. Dukungan sosial dilakukan agar kegiatan atau promosi kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Tujuan dukungan sosial /bina suasana dilakukan yaitu
a) Adanya ajuran atau contoh positif dan petugas kesehatan atau pemuka masyarakat
b) Adanya dukungan lembaga-lembaga masyarakat c) Adanya dukungan media massa / pembuat opini umum d) Adanya kesiapan penyelenggara kesehatan dan sektor terkait e) Tersedianya sasaran dan sumber daya lainnya
f) Sasaran penyelenggaran dukungan sosial /bina suasana
g) Tenaga professional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, organisasi masa, organisasi promosi kesehatan
h) Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM )
i) Para pemuka dan orang –orang yang berpengaruh di masyarakat, kelompok media massa
j) Kelompok pengusaha yang terkait kesehatan,kelompok peduli kesehatan. 3. Pemberdayaan Masyarakat
masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan keterampilan dalam rangka meningkat pendapatan keluarga.
Gerakan masyarakat yaitu memberi kemampuan pada individu/kelompok untuk memberdayakan sasaran primer adan sekunder agar berperan aktif dalam kegiatan kesehatan. Tujuan gerakan masyarakat ialah untuk meningkatkan perilaku sehat di masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan masyarakat. Sasaran pemberdayaan masyarakat yaitu masyarakat secara perorangan/kelompok, masyarakat pengguna, tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan karyawan.
2.3.8 Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare bertujuan untuk mencegah penyakit (mengurangi morbiditas) dan mencegah komplikasi (mengurangi mortalitas). Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah
1. Perilaku Sehat a) Pemberian ASI
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain.ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Berdasarkan penelitian Winda (2010) bahwa adanya hubungan antara pemberian ASI Eklusif dengan angka kejadian diare. Pada bayi yang diberi ASI Ekslusif presentase bayi yang tidak diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami diare.
b) Makanan Pendamping ASI
c) Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare dilakukan melalu face-oral melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja. Masyarakat yang terjangkau penyediaan air bersih mempuyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dan kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Berdasarkan penelitian Candra (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keadaan sanitasi sarana air bersih dengan kejadian diare, dengan tingkat kekuatan hubungan termasuk dalam kategori sedang.
d) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan. Berdasarkan penelitian Ali (2014) menyatakan bahwa adanya hubungan antara variabel perilaku mencuci tangan dengan variabel kejadian diare p= 0.015 dimana perilaku mencuci tangan yang baik kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan perilaku mencuci tangan yang kurang baik semakin besar kemungkinan untuk terkena diare.
e) Menggunakan Jamban
membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban .hal yang perlu diperhatikan yaitu keluarga harus mempunyai jamban,bersihkan jamban secara teratur dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
f) Membuang Tinja Bayi yang Benar
Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya, tinja bayi harus dibuang dengan benar. Keluarga harus memperhatikan beberapa hal yaitu kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban ,bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya, bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja seperti didalam lubang atau kebun kemudian ditimbun.
g) Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola Sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis. Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman secara rutin harus dibersihakan agar air limbah dapat mengalir sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
h) Pemberian Imunisasi Campak
Berdasarkan penelitian Wisna (2014) menyatakan bahwa adannya hubungan antara kelengkapan imunisasi terhadap kejadian diare p=0,003.
2. Penyehatan Lingkungan
a) Penyediaan Air Bersih
Penyedian air bersih baik secara kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Setiap rumah tangga harus tersedia sehingga perilaku hidup bersih harus terlaksana.
b) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ketempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun dan dibakar. Berdasarkan penelitian Kotrun (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pemisahan sampah dan penyimpanan sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.
2.3.9 Surveilans epidemologi
Tujuan meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB yaitu
a) Menumbuhkan sikap tanggap terhadap adanya perubahan dalam masyrakat yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian
b) Mengarahkan sikap tanggap tersebut terhadap tindakan penanggulangan secara cepat dan tepat untuk mengurangi/mencegah kesakitan/kematian c) Memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
2.3.9 Prosedur Surveilans
Pengumpulan data diare ada tiga cara yaitu ; 1. Laporan rutin
2. Laporan KLB Diare
Setiap terjadi KLB /Wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam
(W1) dan Dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi kronologi terjadinya KLB, cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, keadaan epidimiologis penderita, hasil penyelidikan yang telah dilakukan dan hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut.
3. Pengumpulan data melalui studi kasus
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali misalnya pada pertengahan atau akhir Tahun tujuannya untuk mengetahui base line data sebelum atau sesudah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.
Data –data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel atau grafik kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat sehingga kalau terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya.
Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang dikumpulkan, diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan di daerah untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan penanganannya .
KLB yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah .
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam,hari atau minggu.
c) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam,hari atau minggu berturut-turut.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya
e) Rata-rata jumalah kejadian kesakitan perbulan salaam satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya .
f) Angka kematian kasus dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus pada suatu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Manajemen KLB/Wabah diare dapat dibagi 3 fase yaitu 1. Pra-KLB/Wabah
membentuk tim gerak cepat (TGC), meningkatkan uapaya promosi kesehatan dan meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor.
2. Saat KLB/Wabah
Kegiatan saat KLB/Wabah yaitu penyelidikan KLB.Tujuan nya adalah untuk memutus rantai penularan, menegakkan diagnosa penderita yang dilaporkan, mengidentifikasi etiologi diare, memastikan terjadinya KLB diare, mengetahui distribusi penderita menurut waktu/tempat/orang,
Mengidentifikasi sumber dan cara penularan penyakit diare dan mengidentifikasi populasi rentan yaitu
a) Pemutusan rantai penularan meliputi peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang mencakup air bersih, jamban, pembuangan sampah, dan air limbah dan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban, air bersih dan minum air yang sudah dimasak dan pengendalian serangga/lalat
b) Penanggulangan KLB dengan mengaktifkan tim gerak cepat yang terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor dan pembentukan pusat rehidrasi untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Tempat yang dapat dijadikan sebagai pusat rehidrasi adalah tempat yang terdekat dari lok.asi KLB diare dan terpisah dari pemukiman
3. Pra dan saat KLB/Wabah
melihat kemungkinan timbulnya kasus baru, perbaikan sarana lingkungan yang diduga penyebab penularan dan promosi kesehatan tentang PHBS.
2.4. Fokus penelitian
Pelaksanaan program dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process) dan luaran (output).
Gambar 2.1 Fokus penelitian
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan definisi fokus penelitian sebagai berikut:
1.` Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program diare dengan baik
a. Tenaga adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu.
b. Sarana adalah seluruh bahan, peralatan serta fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu.
2. Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu
a. Tatalaksana penderita diare ialah kegiatan yang dilakukan dalam tuntaskan diare meliputi riwayat penyakit, menilai derjat dehidrasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan
b. Pengelolaan logistik ialah perhitungan kebutuhan logistik diare bagi jumlah penderita diare.
c. Promosi kesehatan ialah pemberian informasi tentang diare kepada masyarakat.
d. Pencegahan diare ialah proses mencegah diare melalui peningkatan kesehatan lingkungan dan penyuluhan tentang perilaku sehat.
e. Surveilans epidemologi ialah pengamatan diare dan kegiatan pengumpulan data melalui laporan rutin, laporan KLB diare dan melalui studi kasus. f. Melaksanakan monitoring&evaluasi ialah melakukan analisis informasi
dan proses penilaian pencapaian.