• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Bisnis Produk Olahan Daging Kelinci Dapur Kebita, Unit Usaha Kopnakci, di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Bisnis Produk Olahan Daging Kelinci Dapur Kebita, Unit Usaha Kopnakci, di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

KELINCI DAPUR KEBITA, UNIT USAHA KOPNAKCI, DI KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR

RAHMAHWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Strategi Bisnis Produk Olahan Daging Kelinci Dapur Kebita, Unit Usaha Kopnakci, di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

Dapur Kebita, Unit Usaha Kopnakci, di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HARIANTO.

Daging kelinci dapat berperan sebagai tonggak diversifkasi protein hewani. Daging kelinci merupakan daging sehat karena mengandung protein tinggi, lemak rendah, dan kolesterol rendah. Dapur Kebita dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu unit usaha Kopnakci yang bergerak dalam bidang pengolahan daging kelinci di Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal, menyusun alternatif strategi bisnis dan merancangnya ke dalam bentangan arsitektur strategi. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dianalisis secara deskriptif kemudian formulasi strategi menggunakan matriks IFE-EFE, matriks IE, dan matriks SWOT, serta arsitektur strategi untuk merancang alternatif strategi dari matriks SWOT. Hasil matriks IE memposisikan perusahaan berada pada kuadran lima, yaitu jaga dan pertahankan. Strategi yang paling tepat digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT menghasilkan sepuluh alternatif strategi kemudian dipetakan ke dalam rancangan arsitektur strategi yang dibentangkan selama empat tahun dimulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.

Kata kunci: arsitektur strategi, daging kelinci, matriks IE, matriks SWOT.

ABSTRACT

RAHMAHWATI. Business Strategy Analysis Product of Processed Meat Rabbit Kitchen Kebita, Kopnakci Business Unit, in Ciomas, Bogor Regency. Supervised by HARIANTO.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RAHMAHWATI

DEPARTEMEN AGRBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah manajemen strategi, dengan judul Analisis Strategi Bisnis Produk Olahan Daging Kelinci Dapur Kebita, Unit Usaha Kopnakci, di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Harianto, MSi selaku pembimbing, kepada Ibu Eva Yolynda Aviny, SP. MM. selaku dosen penguji utama, dan Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP. MM. selaku dosen penguji komisi pendidikan atas segala bimbingan, nasihat dan saran yang telah diberikan.. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Wahyu Darsonobeserta manajer unit usaha Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci), Ibu Nengsih Kumala Sari beserta karyawan Dapur Kebita, dan Ibu Ir. Lili Nus CholimahDinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data serta kepada bapak, ibu,seluruh keluarga, sahabat, teman-teman Agribisnis IPB 47, UKM Kopma IPB 2010-2014, HIPMA 2011-2013 atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Departemen Agribisnis yang meliputi Dosen-dosen, Tata usaha dan lain-lain atas bantuannya selama empat tahun penulis menuntut ilmu.

Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6 Gambaran Umum Komoditas Kelinci 6

Studi Terdahulu Agribisnis Kelindi dan Manajemen Strategis 8

KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 20

METODE PENELITIAN 21 Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Pengolahan dan Analisis Data 22

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 27 Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) 27

Dapur Kebita 32

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Analisis Lingkungan Dapur Kebita 36

Formulasi Strategi 55

Arsitektur Strategi 63

(10)

RIWAYAT HIDUP 100

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia daging dari beberapa jenis ternak 1 2 Perkembangan populasi ternak tahun 2011-2012 di Kabupaten Bogor 2

3 Zona pengembangan ternak di Kabupaten Bogor 3

4 Potensi biologis kelinci 7

5 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal perusahaan 23 6 Matriks Internal FactorEvaluation(IFE) dan External Factor

Evaluation(EFE) 25

7 Fasilitas sarana dan prasarana Dapur Kebita 36

8 Faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) Dapur Kebita 52 9 Faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) Dapur Kebita 55 10 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Dapur Kebita 56 11 Matriks External Factor Evaluation (EFE) Dapur Kebita 57

12 Analisis misi Dapur Kebita 64

13 Rekomendasi program kegiatan Dapur Kebita 71

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai penjualan Dapur Kebita bulan September tahun 2013-bulan

April 2014 4

2 Pohon industri kelinci 7

3 Hirarki strategi 12

4 Bauran pemasaran produk 14

5 Kerangka pemikiran operasional 21

6 Matriks Internal-Eksternal (IE) 26

7 Matirks SWOT 26

8 Tahapan perancangan arsitektur strategi 27

9 Struktur organisasi Kopnakci 29

10 Integrasi unit usaha Kopnakci 30

11 Struktur organisasi Dapur Kebita tahun 2014 33

12 Distribusi pemasaran Dapur Kebita 35

13 Distribusi pemasaran Dapur Kebita 39

(11)

18 Arsitektur Strategi Dapur Kebita tahun 2014-2018 73

DAFTAR LAMPIRAN

1Populasi kelinci di Kabupaten Bogor per kecamatan tahun 2012 77

2Unit integrasi usaha Kopnakci 78

3Kelompok binaan Kopnakci 79

4Proses pembuatan produk olahan daging kelinci 80 5Daftar produk, spesifikasi, dan harga Dapur Kebita 82

6Denah lokasi kios Dapur Kebita 83

7Kegiatan dan produk Kopnakci 84

8Dokumentasi penelitian 85

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Subsektor peternakan di Indonesia memegang peranan penting dalam pengembangan agribisnis di Indonesia, terutama dalam hal pembangunan dan perekonomian nasional. Bidang peternakan memiliki kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, yaitu dalam menyediakan sumber protein daging, telur, dan susu. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor menunjukkan sektor pertanian merupakan sektor dengan tingkat pertumbuhan tertinggi ketiga. Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2013 mencapai 9.39 persen dan pertumbuhan tersebut didukung oleh kenaikan semua subsektor, salah satunya, yaitu subsektor peternakan. Subsektor peternakan memberikan kontribusi pertumbuhan pada sektor pertanian mencapai 12.47 persen (BPS 2013).

Komoditas kelinci mempunyai peran penting sebagai alternatif sumber penyediaan daging. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Budidaya Ternak mengeluarkan kebijakan pengembangan budidaya ternak kelinci melalui pola

“Kampoeng Kelinci” dalam rangka peningkatan peran kelinci mendukung

pemenuhan kebutuhan protein hewani. Usaha budidaya ternak kelinci juga dapat meningkatkan pendapatan peternak karena kelinci merupakan ternak yang tumbuh dan bereproduksi cepat, serta dapat meningkatkan nilai tambah dengan adanya pengolahan hasil. Berdasarkan kemampuan berkembang biaknya, maka kelinci sangat memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kekurangan pasokan daging di Indonesia (Kementan 2012).

Kelinci mempunyai potensi besar sebagai ternak penghasil daging. Manfaat daging kelinci terlihat pada komposisi daging yang rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi protein. Seperti halnya dari segi kualitas makanan, daging kelinci ternyata relatif lebih baik daripada daging yang berasal dari ternak lain. Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi kimia daging kelinci lebih baik daripada daging ternak lainnya.

Tabel 1 Komposisi kimia daging dari beberapa jenis ternak Daging Sumber: Chan et al (1995), Puslitbang Ternak dalam Infovert Edisi 103 Tahun 2005,

Suradi (2005)

(14)

jenis ternak lainnya sehingga daging kelinci dapat dikategorikan daging sehat.Beberapa manfaat daging kelinci, yaitu menurunkan kolesterol, menyembuhkan penyakit jantung dan asma, menurunkan berat badan, dan mengatasi kemandulan dan meningkatkan kesuburan (Disnakkan 2012).

Besarnya keunggulan tersebut juga didukung dengan potensi biologis kelinci yang tinggi. Menurut Templeton (1968) yang dikutip oleh Suradi (2005), kelinci memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, cepat berkembang biak, interval kelahiran yang pendek, prolifikasi yang sangat tinggi, mudah pemeliharaan dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Pernyataan tersebut didukung oleh Raharjo (2005) yang menyebutkan bahwa kelinci mampu melahirkan 10 kali per tahun dengan jumlah anak kurang lebih 6 ekor per kelahiran dan mencapai berat 2-3 kg pada umur 4.5-6 bulan. Oleh sebab itu, kelinci layak jika diternakkan sebagai penghasil daging komersial.

Diwyanto et al. (1995) yang dikutip Wibowo (2005) menyatakan bahwa pengembangan ternak kelinci sudah dimulai sejak tahun 1980-an dan mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan masyarakat maupun pejabat pemerintah dalam mengatasi pemenuhan gizi. Ternak kelinci di Indonesia mempunyai kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan sumber daging lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (kebutuhan gizi) dan merupakan alternatif penyedia daging yang perlu dipertimbangkan di masa datang. Daging kelinci merupakan salah satu daging berkualitas baik dan layak dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Guna mendukung hal tersebut usaha peternakan kelinci telah berkembang menyebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia dengan pola pengelolaan yang relatif sederhana. Sentra produksi kelinci yang telah terbentuk berada di Brastagi, Bogor, Lembang, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Magelang, Semarang, Temanggung, Batu, Malang, Magetan, Blitar, Kediri, Bedugul-Tababan, dan Wamena di Papua.

Tabel 2 Perkembangan populasi ternak tahun 2011-2012 di Kabupaten Bogor

No. Jenis ternak Jumlah populasi (ekor)

tahun 2011 tahun 2012

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2012).

(15)

Pertumbuhan populasi ternak kelinci di Kabupaten Bogormenunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah populasi kelinci di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebanyak 37 892 ekor dan pada tahun 2012 menjadi 43 719 ekor, atau terjadi peningkatan sebesar 5 827 ekor dalam setahun. Tabel 2 menunjukkan perkembangan populasi ternak tahun 2011-2012 di Kabupaten Bogor.

Perkembangan populasi ternak kelinci di Kabupaten Bogor berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (Disnakkan 2012) tersebar di wilayah Kecamatan Cisarua, Kecamatan Tamansari, dan Kecamatan Tenjolaya. Zona pengembangan ternak di Kabupaten Bogor seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Zona pengembangan ternak di Kabupaten Bogor

No. Jenis ternak Zona pengembangan (Kecamatan)

1. Sapi Perah Ciawi, Megamendung, Cisarua, Caringin, Cijeruk, Pamijahan, Cibungbulang

2. Sapi Potong Jonggol, Cariu, Tanjungsari, Sukamakmur

3. Kerbau Leuwiliang, Pamijahan, Cibungbulang, Leuwisadeng, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Rumpin, Parung Panjang, Tenjo

4. Kambing

Perah (PE)

Ciawi, Caringin, Cijeruk, Tamansari

5. Domba Tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor

6. Kelinci Tamansari, Cisarua, Tenjolaya

7. Ayam Buras Tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2012).

Kecamatan Tamansari, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Tenjolaya merupakan kawasan inti yang menjadi lokasi pengembangan ternak kelinci, sehingga dapat diusulkan menjadi daerah khusus one village one product (OVOP). Walau demikian, pengembangan budidaya ternak kelinci juga tersebar di beberapa wilayah lainnya. Jumlah sebaran populasi ternak kelinci di Kabupaten Bogor per kecamatan tahun 2012 (Lampiran 1).

Upaya pengembangan budidaya ternak kelinci yang telah ada, belum mampu membuat daging kelinci menjadi populer di masyarakat Indonesia. Penyebabnya ialah pada umumnya kelinci dikenal sebagai hewan peliharaan yang cenderung dianggap lucu dan menggemaskan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar masyarakat masih takut atau tidak tega untuk mengonsumsinya. Salah satu cara mensosialisasikan daging kelinci sebagai makanan harian dan substitusi daging ternak lainnya, yaitu dengan cara menjadikannya berbagai bentuk olahan daging seperti nugget, baso, sosis, sate, abon, dan lain-lain (Rahardjo 2005).

(16)

dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Kegiatan usaha Kopnakci yang berkaitan dengan kegiatan usaha anggota, yaitu (1) menyediakan sarana produksi peternakan, khususnya komoditas kelinci dan kebutuhan primer-sekunder bagi anggota dan masyarakat pada umumnya, (2) kegiatan usaha peternakan (agribisnis dan agroindustri) kelinci yang meliputi pembibitan, budidaya, pabrik pakan, pengolahan hasil (daging, kulit, limbah, dan hasil lainnya), serta kegiatan perdagangan yang terkait secara langsung dan tidak langsung, (3) kerjasama antar koperasi, sektor pemerintah, dan atau swasta dalam bidang usaha lain yang saling menguntungkan. Selanjutnya untuk kegiatan usaha peternakan kelinci berupa pengolahan hasil daging, Kopnakci memiliki unit usaha Dapur Kebita (Kelompok Bina Tani). Dapur Kebita memproduksi beragam produk olahan daging kelinci dalam bentuk makanan beku (frozen food). Upaya mengenalkan produk baru tersebut kepada masyarakat perlu adanya strategi bisnis unit usaha Dapur Kebita. Adanya strategi bisnis dapat memberikan beberapa alternatif strategi dan peta strategi yang berguna sebagai panduan dalam menjalankan usaha, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Perumusan Masalah

Dapur Kebita merupakan salah satu unit usaha Kopnakci yang memproduksi beragam produk olahan daging kelinci dalam bentuk makanan beku (frozen food). Aplikasi teknologi pengolahan daging telah dilakukan oleh Dapur Kebita dengan harapan agar daging kelinci dapat diterima masyarakat dan menjadi populer. Dapur Kebita juga mengharapkan daging kelinci dapat menjadi makanan sehat harian dan alternatif subtitusi daging ternak lainnya. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan manajer usaha Dapur Kebita terkait usahanya, kendala terbesar ialah pada pemasaran produknya. Pemasaran daging kelinci diakui manajer masih mengalami kesulitan, sehingga nilai penjualan berfluktuatif. Nilai penjualan Dapur Kebita yang berfluktuatif ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Nilai penjualan Dapur Kebita bulan September tahun 2013- bulan April tahun 2014

Sumber: Dapur Kebita (2014) (diolah).

Rp-Rp500,000 Rp1,000,000 Rp1,500,000 Rp2,000,000 Rp2,500,000 Rp3,000,000

Bulan

(17)

Pendapatan penjualan Dapur Kebita dari bulan September 2013 sampai dengan bulan April 2014 cenderung berfluktuatif. Pendapatan penjualan perusahaan terbesar diperoleh pada bulan Oktober dan bulan Maret, yaitu masing-masing dapat mencapai Rp2 412 000 dan Rp2 743 500. Sebaliknya pada bulan November dan bulan April terjadi penurunan yang sangat tajam, yaitu masing-masing hanya dapat mencapai Rp741 000 dan Rp1 473 000. Pendapatan terendah terjadi pada bulan September dengan nilai penjualan sebesar Rp714 000 (Gambar 1). Tingkat fluktuatif yang terlihat signifikan ini dipengaruhi oleh kegiatan pameran yang diikuti oleh perusahaan. Hal ini mengakibatkan pendapatan perusahaan kecil karena tidak semua kegiatan pameran sifatnya tahunan.

Sulitnya pemasaran yang dialami Dapur Kebita diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya produk subtitusi, seperti daging ayam, yang lebih favorit dan lebih murah, serta pengetahuan masyarakat yang masih awam mengenai daging kelinci sebagai daging sehat dan lebih banyak yang merasa tidak ingin mengonsumsinya karena kelinci lebih terkenal sebagai hewan kesayangan. Hal lain yang juga menjadi permasalahan usaha Dapur Kebita ialah modal yang terbatas dan tingkat produksi daging kelinci di budidaya yang tidak stabil. Modal usaha Dapur Kebita lebih banyak berasal dari pihak internal perusahaan sehingga jumlahnya terbatas dan sifat ternak kelinci yang musiman sangat mempengaruhi jumlah produksi usaha Dapur Kebita.

Oleh karena itu, dengan adanya analisis strategi bisnis Dapur Kebita dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, sehingga dapat ditentukan beberapa alternatif strategi bisnis yang dapat diterapkan perusahaan dan bentuk perancangan strategi-nya dalam bentangan arsitektur strategi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam proses pengembangan usahanya.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang memengaruhi strategi bisnis Dapur Kebita?

2. Apa saja alternatif strategi bisnis yang dapat diterapkan dalam kegiatan usaha produk olahan daging kelinci yang diproduksi Dapur Kebita?

3. Bagaimana perancangan strategi bisnis Dapur Kebita dalam bentangan arsitektur strategi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang perlu diperhitungkan dalam penyusunan strategi bisnis Dapur Kebita.

2. Menyusun alternatif strategi bisnis yang dapat diterapkan oleh Dapur Kebita.

(18)

Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka manfaat penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi dan menjadi referensi sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pelaku usaha untuk pengambilan keputusan dalam menjalankan kegiatan usahanya. 2. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai manfaat kelinci, kegiatan bisnis produk olahan daging kelinci, dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan di unit usaha Kopnakci, Dapur Kebita, Puri Matahari Persada, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Responden untuk penelitian ini ialah pihak internal dari ketua umum Kopnakci dan manajer usaha Dapur Kebita serta pihak eksternal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kepala Seksi Pengembangan Usaha dan Pemasaran. Fokus penelitian ini ialah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di Dapur Kebita, memformulasikan alternatif strategi, sertamerumuskan strategi terpilih ke dalam bentangan arsitektur strategi. Tahap implementasi dan evaluasi sepenuhnya menjadi kewenangan perusahaan dalam pengambilan keputusan. Objek penelitian ini ialah produk olahan daging kelinci Dapur Kebita. Alat analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif, matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan arsitektur strategi.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Komoditas Kelinci

(19)

penduduk setiap tahunnya. Oleh sebab itu, kelinci dapat dijadikan harapan kedepan bagi pemerintah Indonesia dalam penyedia daging, khususnya sebagai tonggak diversifikasi protein hewani.

Gambar 2 Pohon industri kelinci Sumber: Wibowo, et. al. (2005).

Menurut Sarwono (2009) jenis kelinci untuk menghasilkan daging biasanya memiliki ukuran tubuh besar, bobot badan berat, dan tumbuh cepat. Beberapa jenis kelinci pedaging yang biasa dipelihara oleh para peternak kelinci di Indonesia, adalah jenis NZW, Flemish giant, hasil persilangan antara NZW dan Flemish giant, dan jenis kelinci lokal. Karakteristik daging kelinci lebih mendekati daging ayam. Daging kelinci berserat halus dan warna sedikit pucat sehingga dapat dikelompokkan dalam golongan daging putih seperti halnya daging ayam. Hal ini menjadikan daging kelinci dapat diolah menjadi berbagai macam olahan. Di samping itu, kelinci juga memiliki potensi biologis yang tinggi. Rincian mengenai potensi biologis kelinci seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Potensi biologis kelinci

Aspek Potensi

Reproduksi Kemampuan reproduksi tinggi, dapat beranak 10-11 kali per tahun dengan rataan jumlah anak 4-8 ekor per kelahiran

Genetika Keragaman tinggi antar breeed dan warna, memungkinkan banyak sekali variasi hasil silangan, potensi perbaikan tinggi Nutrisi Kemampuan memanfaatkan hijauan dan limbah industri pangan,

limbah pertanian, sehingga biaya pakan relatif murah Pertumbuhan Relatif cepat, di daerah tropis, 10-30 gram/ekor/hari

Pengelolaan Mudah dikelola, dapat diusahakan pada skala kecil maupun besar Daging Tinggi protein, rendah lemak jenuh, rendah kolesterol

Kulit-bulu Bermutu tinggi, kulit lemas, lembut, dan menarik Kotoran Tinggi kandungan N, P, K, baik untuk tanaman sayuran

Sumber: Cheeke et al. (1987), Lukefahr (1989), Raharjo dan Tangendjaja (1988), Raharjo (2005).

Ternak kelinci

Daging Kulit bulu Kotoran Peliharaan

Bahan pangan Bahan kerajinan Pupuk kompos

Nuget Sosis Burger Dendeng

Baso Sate Gule Tahu

(20)

Daging kelinci kini selain dapat dijual dalam bentuk segar, juga dalam bentuk olahan. Pasar daging kelinci domestik umumnya kepada penjual sate dan gulai yang berada di sekitar daerah wisata dataran tinggi. Disamping itu, peluang pasar daging kelinci lainnya juga dapat melalui kerjasama dengan hotel atau restoran yang bertaraf internasional dengan menyediakan steak daging kelinci sebagai salah satu menunya. Penyediaan steak daging kelinci sudah biasa tersedia di negara-negara Eropa. Daging kelinci hendaknya disajikan dalam bentuk potongan-potongan komersial yang cukup menarik, misalnya potongan kaki belakang atau paha, potongan pinggang, „Schnittzel‟ (bagian daging tanpa tulang yang berasal dari bagian kaki depan) dan „rol braten’ (bagian daging yang berasal dari pinggang dan tiga rusuk bagian dada, ditengahnya disi „schnittzel‟ kemudian digulung). Selain potongan komersial tersebut, sebaiknya dilakukan promosi penjualan olahan daging kelinci lainnya, seperti sate kelinci, steak kelinci, gulai kelinci, kelinci goreng, nugget kelinci, dan lain-lain (Sartika et. al. 1998).

Daging kelinci merupakan daging sehat yang memiliki kandungan gizi lebih baik dibandingkan daging ayam dan daging sapi. Keunggulan daging kelinci, yaitu protein tinggi (21 persen), lemak rendah (8 persen), kolesterol rendah (71 mg), serat lebih halus, daging lebih empuk, dan lembut. Keunggulan ini dapat mendukung promosi daging kelinci sebagai daging sehat yang mampu mewujudkan Indonesia pintar dan Indonesia sehat.

Studi Terdahulu Agribisnis Kelinci dan Manajemen Strategi

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan topik “Analisis Strategi Bisnis Produk Olahan Daging Kelinci Dapur Kebita, Unit Usaha Kopnakci, di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor”. Adapun penelitian yang terkait adalah sebagai berikut.

Penelitian Widagdho (2008) mengenai “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci Pada Asep’s Rabbit Projectdi Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”. Hasil analisis kelayakan yang meliputi aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis menghasilkan pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ketiga pola usaha layak untuk dilaksanakan dan berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial juga layak untuk dilaksanakan. Akan tetapi usaha yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, yaitu pola usaha satu karena memiliki nilai NPV tertinggi dibandingkan kedua pola lainnya. Hasil analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sensitif terhadap perubahan, sebaliknya peningkatan harga indukan dan harga pakan tidak sensitif terhadap perubahan.

(21)

persepsi konsumen terhadap daging kelinci ditinjau dari aspek budaya memberikan persepsi yang sangat baik ditinjau dari adat istiadat dan agama konsumen. Konsumen juga memberikan persepsi yang baik terhadap daging kelinci dari aspek sosial. Seperti halnya pada aspek psikologis konsumen memberikan persepsi yang baik, sebaliknya aspek bauran pemasaran mendapatkan persepsi tidak baik dari konsumen, terutama dalam hal promosi.Variabel yang memiliki pengaruh nyata dalam pembentukan persepsi konsumen terhadap daging kelinci adalah variabel jenis kelamin terutama konsumen berjenis kelamin perempuan yang memberikan persepsi yang baik 8.3 kali dibandingkan konsumen pria. Sebagai rekomendasi pengembangan usaha daging kelinci di Kota Bogor, pihak pemasar dapat menetapkan wanita sebagai target pasar dan diperlukan beberapa perbaikan terkait bauran pemasaran, yaitu harga, tempat, dan promosi.

Penelitian Ode (2012) tentang “Analisis Tataniaga Kelinci Pada Kampoeng Kelinci Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor”. Hasil saluran tataniaga kelinci hias jenis lokal terdiri dari lima saluran tataniaga, kelinci hias jenis luar terdiri dari tiga saluran tataniaga, dan tataniaga kelinci pedaging terdiri dari tiga saluran tataniaga. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga kelinci hias jenis lokal, luar, dan pedaging meliputi semua fungsi tataniaga, yaitu fungi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Struktur pasar yang dihadapi oleh peternak kelinci cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna, sedangkan untuk lembaga tataniaga mendekati struktur pasar persaingan tidak sempurna. Hasil margin tataniaga kelinci tertinggi terdapat pada kelinci jenis pedaging, yaitu antara Rp65 000-Rp84 000 per kilogram, sedangkan margin terendah terdapat pada tataniaga kelinci jenis hias lokal, yaitu antara Rp3 000-Rp16 875 per ekor kelinci. Nilai farmer’s share tertinggi diantara ketiga jenis kelinci adalah pada tataniaga kelinci hias jenis luarsedangkan nilai farmer’s share terendah terdapat pada tataniaga kelinci jenis pedaging. Hasil analisis keuntungan terhadap biaya, nilai ratio keuntungan dan biaya tertinggi terdapat pada tataniaga kelinci hias jenis lokal terutama pada saluran 2, sedangkan nilai ratio keuntungan dan biaya terendah terdapat pada tataniaga kelinci hias jenis pedaging. Analisis efisiensi teknis dapat dilihat dari ratio keuntungan terhadap biaya sehingga tataniaga kelinci yang paling efisien adalah pada tataniaga kelinci hias jenis lokal. Sebaliknya efisiensi dari sisi petani terdapat pada tataniaga kelinci hias jenis luar karena memiliki nilai rata-rata farmer’s share yang tinggi.

Penelitian oleh Maulida (2010) mengenai “Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia, Studi Kasus Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor”. Dalam penelitiannya, Maulida menganalisis kegiatan

(22)

product perusahaan, revitalisasi promosi melalui promosi penjualan dan direct marketing, dan mengoptimalkan networking perusahaan, serta kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek. Tahap akhir, rancangan arsitekur pemasaran perusahaan dibentangkan untuk rentang waktu tiga setengah tahun, meliputi penjabaran dari program-program pemasaran Ciapus Bromelia.

Penelitian oleh Kurniawan (2011) mengenai “Formulasi Strategi Pemasaran Produk Olahan Ikan Pada Ragajaya Mandiri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Dalam penelitiannya, Kurniawan mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Ragajaya Mandiri, memformulasikan alternatif strategi pemasaran dan menentukan prioritas strategi pemasaran yang sesuai dengan Ragajaya Mandiri. Alat bantu analisis untuk merumuskan strategi antara lain matriks IE, matriks EFE, matiks IE, analisis SWOT, dan matriks QSPM. Hasil identifikasi faktor internal, terdapat lima faktor kunci kekuatan dan tujuh faktor kunci kelemahan. Hasil analisis SWOT, strategi yang dapat diterapkan Ragajaya Mandiri adalah meningkatkan kegiatan promosi, menetapkan target pasar dalam penjualan produk, rekrutmen tenaga penjual sendiri, menggunakan sistem teknologi database terkomputerisasi dalam pemasaran produk, menetapkan jalur utama distribusi produk, menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing, dan menyediakan pemesanan produk secara online. Prioritas strategi pemasaran terbaik utama yang dapat dijalankan perusahaan adalah meningkatkan kegiatan promosi.

Penelitian Afief (2013) tentang “Analisis Strategi Pemasaran Produk Olahan Ikan Nila Balita, Studi Kasus Afief Agrobiz, Margajaya, Kota Bogor, Jawa Barat”. Dalam penelitiannya, Afief mengidentifikasi bauran pemasaran produk olahan ikan nila balita, menyusun alternatif strategi pemasaran, dan menentukan prioritas strategi pemasaran yang sesuai dengan Afief Agrobiz. Metode analisis yang digunakannya ialah analisis terhadap komponen-komponen bauran pemasaran dan strategi bersaing perusahaan yang dilihat dari segmentasi pasar, target pasar, dan posisi pasar dari produk olahan ikan nila balita yang diproduksi Afief Agrobiz, serta menggunakan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk merumuskan prioritas strategi pemasaran bagi perusahaan. Pada tingkat 1 yang menjadi fokus hirarki, yaitu memilih prioritas strategi bagi Afief Agrobiz, tingkat 2 alternatif strategi, tingkat 3 faktor bauran pemasaran, dan tingkat 4 subfaktor dari masing-masing faktor bauran pemasaran. Hasil pengolahan data Afief, menunjukkan prioritas strategi pemasaran Afief Agrobiz, yaitu melakukan penetrasi pasar. Prioritas faktor yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi, yaitu segmentasi pasar. Identifikasi segmen pasar, yaitu masyarakat dengan gaya hidup sehat karena hal itu menjadi faktor yang sangat memengaruhi kegiatan pemasaran ikan nila balita.

(23)

David (2009), yaitu matriks SWOT dan matriks IE, serta teori arsitektur strategioleh Yoshida (2005). Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu analisis deskriptif, matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan arsitektur strategi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Manajemen Strategi

Manajemen strategi ialah seni dan pengetahuan dalam merumuskan, meng-implementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya (David 2009). Strategi generik David dikelompokkan atas empat kelompok strategi, yaitu strategi integrasi vertikal, intensif, diversifikasi, dan bertahan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Manajemen strategi merupakan proses tiga lapis yang melibatkan para perencana di tingkat korporasi, bisnis, dan fungsional, serta personil-personil pendukung.

Menurut Porter (2006), jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip berbisnis, yaitu produk dengan harga tinggi atau produk dengan biaya rendah, bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsip tersebut, Porter menyatakan terdapat tiga strategi generik, yaitu strategi diferensional, kepemimpinan biaya menyeluruh, dan fokus. Strategi generik model Wheelen dan Hunger didasarkan atas daur hidup produk dan dikembangkan oleh General Electric. General Electric menyatakan bahwa pada prinispnya strategi generik dibagi atas tiga macam, yaitu strategi ekspansi, strategi stabilitas, dan strategi penciutan.

Proses manajemen strategi David terdiri atas tiga tahap, yakni perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian strategi. Model Pearce dan Robinson (1997), proses manajemen strategi terdiri dari formulasi, implementasi, dan pengendalian.Aktivitas perumusan, penerapan, dan penilaian strategi terjadi di tiga level hirarki di sebuah organisasi besar, yaitu korporat, divisional atau unit bisnis strategis, dan fungsional. Ketiga level tersebut ditujukan pada Gambar 3 hirarki strategi.

(24)

strategi pemasaran, strategi penelitian dan pengembangan, strategi sumber daya manusia) (Gambar 3).

Strategi Korporat Strategi Bisnis

Strategi

Fungsional Gambar 3 Hirarki strategi

Sumber: Rangkuti (2008).

Berdasarkan teori David diatas dan dengan mengaitkan penelitian yang akan dilakukan, maka fokus yang dikaji ialah strategi level bisnis atau divisi. Dapur Kebita merupakan salah satu unit usaha Kopnakci di bidang pengolahan daging kelinci atau meat processing. Dapur Kebita mengalami beberapa kendala dalam menjalankan usahanya. Produk usaha Dapur Kebita yang berupa olahan daging kelinci merupakan produk baru bagi masyarakat, sehingga diperlukan rencana strategi bisnis untuk mengenalkan produk tersebut ke masyarakat.

Berdasarkan tahapan manajemen stategi, penelitian ini hanya sampai pada perumusan strategi yang mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-trategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, tahapan penerapan strategi dan penilaian strategi merupakan wewenang manajemen Dapur Kebita.

Strategi Bisnis

Definisi perusahaan ialah sebuah organisasi yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi menjadi barang dan/atau jasa untuk memuas-kan atau memenuhi kebutuhan para pembeli, dengan harapan memberimemuas-kan laba bagi para pemilknya. Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada), dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar 2003). Berdasarkan istilah diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis lebih luas daripada perusahaan karena perusahan merupakan bagian dari bisnis.

Perusahaan yang mempunyai banyak anak perusahaan menandakan bahwa ia memiliki beberapa unit bisnis strategis atau strategic business unit (SBU). SBU didefinisikan sebagai suatu cara mengelola sebuah bisnis sehingga tiap unit menjual sekumpulan produk/jasa kepada sekumpulan pelanggan dalam persaingan dengan sekumpulan pesaing. Jadi, SBU adalah suatu unit bisnis yang memiliki produk, pembeli (target pasar), dan pesaing tersendiri yang berbeda dari unit bisnis lainnya. Strategi bisnis yang mengacu pada pendapat Porter (2006)

Kantor Pusat Perusahaan

Unit Bisnis Unit Bisnis Unit Bisnis

(25)

merupakan strategi generik yang terdiri dari tiga strategi, yaitu strategi diferensiasi, strategi kepemimpinan biaya menyeluruh, dan strategi fokus.

Manajemen strategis bisnis adalah tindakan yang dilakukan perusahaan atau organisasi yang di dalamnya terdapat proses memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan atau rencana fungsional dari suatu perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjangnya pada lingkungan yang dinamis.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi merupakan gambaran umum atau cita-cita tentang arah yang dituju organisasi di masa yang akan datang atau jangka panjang yang merupakan suatu konsep akan dibawa kemana dan menjadi apa suatu organisasi. Misi merupakan penjabaran visi secara tertulis agar visi dapat dicapai. Misi bisnis adalah fondasi bagi prioritas, strategi, rencana, dan penugasan kerja. Pernyataan misi yang baik terdiri dari sembilan komponen dasar, yaitu memaparkan konsumen, produk atau jasa, pasar, teknologi, fokus pada kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas, filosofi, konsep diri, fokus pada citra publik, dan pada karyawan suatu organisasi (David 2009).

Kopnakci sebagai pusat perusahaan telah memiliki visi dan misi secara tertulis. Hal yang sama juga terdapat di Dapur Kebita sebagai unit usahanya, yaitu telah memiliki visi dan misi secara tertulis. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya karena memiliki arah yang akan dituju dan langkah-langkah dalam mencapainya.

Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan perusahaan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan dengan menganalisis dan mendiagnosis secara menyeluruh faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh bagi perusahaan. Analisis lingkungan perusahaan terdiri atas analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal.

(26)

a. Pemasaran

Pemasaran dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan pemasaran sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Selanjutnya dalam menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran, perusahaan perlu merancangbauran pemasaran atau marketing mix yang terintegrasi.

Perancangan strategi pemasaran yang unggul diawali dengan melakukan analisis STP yang meliputi segmentation, targeting, and positioning. Segmentasi pasar mencakup pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang lebih kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri. Penetapan target atau penetapan sasaran merupakan proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki. Penetapan posisi merupakan pengaturan produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda, dan diinginkan dibandingkan produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran.Bagi pemasaran konsumen, variabel segmentasi utama adalah unsur geografis,demografis, pskiografis, dan perilaku. Terakhir, posisi produk adalah cara produk didefinisikan oleh konsumen terhadap atribut penting – tempat dimana produk berada dalam pikiran konsumen dibandingkan produk pesaing.

Bauran pemasaran merupakan salah satu alat yang digunakan untuk merumuskan strategi pemasaran. Bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali – produk, harga, tempat, promosi - yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Bagan bauran pemasaran ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Bauran pemasaran produk Sumber: Kotler dan Amstrong (2008).

b. Keuangan

Kondisi keuangan perusahaan perlu untuk diketahui karena faktor keuangan bisa mengubah strategi dan rencana implementasi strategi yang akan

(27)

dilakukan oleh perusahaan. Faktor keuangan terdiri dari modal perusahaan,likuiditas, pembukuan, dan pengelolaan keuangan.

c. Produksi dan Operasi

Fungsi produksi dan operasi suatu bisnis mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Strategi bidang produksi dan operasi berperan untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses, kapasitas, persediaan, angkatan kerja, dan kualitas.

d. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia perusahaan berperan dalam semua kegiatan perusahaan, sehingga perusahaan harus merekrut orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada perusahaan. Identifikasi sumber daya manusia pada perusahaan terdiri dari pekerjaan apa yang ada pada saat ini, berapa banyak orang yang mengerjakan setiap tugas, berapa pentingnya masing-masing tugas tersebut, pekerjaan manakah yang membutuhkan penerapan strategi perusahaan, dan apa saja karakteristik dari pekerjaan yang diharapkan.

e. Riset dan Pengembangan

Adanya riset dan pengembangan dapat membantu perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa yang superior dan memberikan keunggulan kompetitif. Fungsi dari litbang adalah mendukung bisnis yang sudah ada, membantu peluncuran bisnis baru, mengembangkan produk baru, memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi produk, serta memperdalam atau memperluas kapabilitas teknologi perusahaan.

Analisis Lingkungan Eksternal

Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa lingkungan eksternal adalah faktor-faktor di luar kendali perusahaan yang dapat memengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi, dan proses internal perusahaan. Lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan yang berada di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan, sehingga perusahaan dapat memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman. Lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan jauh dan lingkungan industri (David 2009).

a. Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh adalah lingkungan di luar perusahaan yang berkaitan dan berpengaruh dengan kegiatan perusahaan. Faktor-faktor lingkungan jauh perusahaan terdiri atas faktor politik, pemerintah,dan hukum, ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan teknologi. Untuk usaha Dapur Kebita, faktor lingkungan jauh yang memengaruhi usaha yang dijalankan hanya mencakup faktor pemerintah, ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan teknologi.

 Pemerintah

(28)

pemerintah. Usaha Dapur Kebita sangat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah atau peraturan pemerintah.

 Ekonomi

Faktor ekonomi memilik dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Variabel-variabel ekonomi yang penting untuk diperhatikan antara lain tingkat pendapatan yang dapat dibelanjakan, kecenderungan orang untuk belanja, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, tingkat pasar uang, tren produk domestik bruto, pola konsumsi, dan tren pengangguran. Faktor ekonomi yang berpengaruh pada usaha Dapur Kebita ialah tingkat pendapatan, tren produk domestik bruto regional, dan pola konsumsi.

 Sosial, budaya, demografi

Perubahan sosial, budaya, dan demografis memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Tren-tren sosial, budaya, dan demografis membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi. Tren-tren baru tersebut menciptakan jenis konsumen yang berbeda dan konsekuensinya menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. Faktor sosial yang memengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural atau budaya, alam, demografi, agama, pendidikan dan etnik. Usaha Dapur Kebita sangat berpengaruh dalam faktor ini terutama mengenai kepercayaan, opini, gaya hidup, budaya, alam, pendidikan, dan demografi.

 Teknologi

Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman besar yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Kemajuan teknologi dapat memengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi. Bagi Dapur Kebita, faktor teknologi berpengaruh besar dalam revolusi usaha yang dijalankannya.

b. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang memengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar. Faktor lingkungan industri memberi pengaruh yang lebih besar daripada lingkungan jauh. Lingkungan industri terdiri dari lima kekuatan bersaing Porter atau Model Lima Kekuatan Bersaing Porter (Porter’s Five Competitive Forces Model), yaitu:

 Persaingan antarperusahaan saingan

Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah, ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, produk mudah rusak, perusahaan pesaing berbeda dalam hal strategi, tempat asal, dan budaya.

 Potensi masuknya pendatang baru

(29)

ancaman masuk tergantung pada hambatan masuk dari peserta persaingan yang sudah ada (Pearce dan Robinson, 1997). Hambatan masuk tersebut diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tak menguntungkan terlepas dari skala.

 Produk pengganti

Produk pengganti yang menjadi ancaman bagi produk industri adalah ketika harga relatif produk pengganti tersebut turun dan manakala biaya peralihan konsumen juga turun. Kekuatan persaingan dari produk pengganti dapat diukur dengan pangsa pasar yang berhasil diraih produk pengganti tersebut.

 Daya tawar pemasok

Daya tawar pemasok memengaruhi intensitas persaingan di suatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok atau ketika hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke bahan mentah lain sangat tinggi. Pemasok kuat bila jumlah pemasok sedikit, produk yang ada adalah unik dan mampu menciptakan permintaan yang besar, tidak tersedia produk subtitusi, pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan oleh perusahaan.

 Daya tawar pembeli

Kekuatan tawar-menawar pembeli yang kuat terjadi ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja dalam jumlah volume atau jumlah besar, produk yang dibeli adalah standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli menerima laba yang rendah, sehingga sensitif terhadap harga dan diversifikasi pelayanan, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan mudah mencari subtitusi.

Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor internal yang diamati diperoleh dari pendekatan fungsional perusahaan, yaitu manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, serta penelitian dan pengembangan.Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor eksternal yang diamati diperoleh dari lingkungan jauh seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi serta dari lingkungan industri atau persaingan.

(30)

Matriks IE

Matriks Internal-Eksternal (IE) menggabungkan informasi dari matriks IFE dan matriks EFE untuk mendapatkan informasi mengenai posisi perusahaan berdasarkan kondisi internal dan eksternal perusahaan. Matriks ini juga merupakan matriks portofolio untuk menentukan posisi perusahaan atau untuk memetakan suatu unit bisnis strategis dalam sebuah perusahaan ke dalam diagram yang sistematis yang terdiri atas sembilan sel. Skor bobor IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1.0 sampai 1.99 menunjukan posisi internal yang lemah, skor 2.0 sampai 2.99 sedang, dan 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1.0 sampai 1.99 rendah, skor 2.0 sampai 2.99 sedang, dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah tinggi. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian dasar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. Pertama, ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan ber-kembang (grow and build). Kedua, sel III, V, atau VII digambarkan sebagai menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Ketiga, sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi (harvest or divest).

Analisis SWOT

Rangkuti (2008) menerangkan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths).Matriks SWOT adalah alat untuk merumuskan strategi dengan mencocokkan berbagai faktor eksternal dan internal kunci. Ada empat tipe strategi yang dapat dikembangkan dalam analisis SWOT (David 2009), yaitu:

a. Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi SO dibuat dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.

b. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan mengambil keuntungan dari peluang eksternal.

c. Strategi ST (Strength-Threats)

Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal.

d. Strategi WT (Weakness-Threats)

Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Arsitektur Strategi

(31)

strategi dengan pendekatan klasik (strategic fit) kurang mampu untuk meng-akomodir perubahan lingkungan yang begitu cepat. Arsitektur strategi tidak hanya mengakomodasi perubahan lingkungan yang telah dibakukan dalam bentuk asumsi, namun juga perubahan lingkungan yang bersifat memaksa organisasi untuk lebih adaptif lagi. Organisasi juga dapat dengan leluasa mengembangkan skenario yang diperkirakan akan memuluskan jalan menuju tercapainya visi dan misi organisasi (Yoshida 2006).

Oleh sebab itu, arsitektur strategi menurut Yoshida (2006) merupakan pendekatan yang lebih fleksibel dalam melakukan perencanaan strategi sekaligus sebagai solusi untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang begitu cepat. Lebih jauh lagi Yoshida menyatakan bahwa arsitektur strategi tersebut dibuat sebagai suatu rancangan peta strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas (blue print) rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya dalam bentangan waktu yang telah ditentukan. Organisasi yang akan menerapkan pendekatan arsitektur strategi, terlebih dahulu merumuskan visi dan misi organisasi, menganalisis lingkungan internal dan eksternal, mengidentifikasi dan menggambarkan industri yang akan atau yang telah dimasukinya lengkap dengan gambaran masa depan industri (industry foresight), serta merumuskan tantangan dan sasaran organisasi. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai industry foresight, tantangan (strategic challenge), dan sasaran.

a. Industry Foresight

Industry foresight (industri masa depan) memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam organisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan organisasi tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Penyusunan industry foresight (industri masa depan) sangat dipengaruhi oleh faktor perkembangan teknologi, regulasi yang dikeluarkan dan ancangan regulasi yang akan ditetapkan, demografi wilayah (faktor tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan), dan gaya hidup yang berlaku.

b. Tantangan Organisasi (StrategicChallenge)

Tantangan organisasi adalah sarana atau tata cara operasional yang harus dimiliki dan diaplikasikan oleh organisasi untuk memperoleh keunggulan-keunggulan bersaing baru secara bertahap (Hamel dan Prahalad 1995 dikutip Yoshida 2006). Tantangan organisasi mengidentifikasi titik fokus untuk pembangunan kapabilitas organisasi dalam jangka pendek dan menengah. c. Sasaran

(32)

Kerangka Pemikiran Operasional

Daging kelinci memiliki kandungan gizi yang kaya protein dan rendah kolesterol dibanding hewan ternak lain pada umumnya. Hal tersebutlah yang ditangkap oleh Dapur Kebita untuk mengolah daging kelinci tersebut menjadi makanan beku (frozen food) hidangan siap saji, seperti nugget, ungkep, rendang, tahu, dan baso kelinci. Olahan daging kelinci tersebut bertujuan agar daging kelinci dapat menjadi makanan sehat praktis siap saji yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya dan juga menjadi subtitusi ketika harga daging lain naik serta menjadi alternatif protein hewani bagi masyarakat. Walau demikian tujuan tersebut belum dapat tercapai oleh Dapur Kebita karena pengaruh psikologis masyarakat yang umumnya menganggap kelinci sebagai hewan peliharaan, sehingga sayang untuk dikonsumsi dan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui manfaat kandungan gizi daging kelinci. Hal inilah yang memengaruhi penjualan produk olahan daging kelinci Dapur Kebita, sehingga membutuhkan rumusan strategi bisnis untuk dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan penjualan dari produk olahan daging kelinci.

Penyusunan strategi bisnis yang tepat bagi Dapur Kebita memerlukan evaluasi mengenai kondisi internal dan eksternal perusahaan. Evaluasi mengenai kondisi internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Dapur Kebita dengan menganalisis manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, dan sumber daya manusia di perusahaan. Selanjutnya evaluasi mengenai kondisi eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi Dapur Kebita dengan menganalisis kondisi politik, sosial, ekonomi, dan teknologi (PEST), serta kondisi persaingan industri. Hasil dari analisis lingkungan internal dan eksternal berupa identifikasi faktor internal dan eksternal disajikan dalam bentuk matriks IFE dan matriks EFE. Berikutnya hasil dari matriks IFE dan matriks EFE dipetakan pada matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strateginya.

(33)

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dapur Kebita yang berlokasi di Perumahan Puri Matahari Persada Blok F No. 1A Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa Dapur Kebita merupakan salah satu unit usaha Kopnakci dan salah satu produsen olahan daging kelinci di Kabupaten Bogor yang berpotensi mengembangkan bisnisnya dengan pangsa pasar yang lebih luas. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2014.

Fenomena  Daging kelinci merupakan

alternatif bahan pangan sumber protein hewani

 Perkembangan teknologi Permasalahan

 Daging kelinci belum populer di masyarakat  Penjualan fluktuatif

Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan DAPUR KEBITA

Analisis Lingkungan Perusahaan

Analisis Lingkungan Internal - Manajemen

- Pemasaran - Keuangan

- Produksi & operasi - SDM

-R&D

Analisis Lingkungan Eksternal - Lingkungan jauh : politik, sosial, ekonomi,

teknologi

- Lingkungan industri : persaingan antarperusahaan saingan, potensi masuknya pendatang baru, potensi pengembangan produk pengganti, daya tawar pemasok, dan daya tawar pembeli

Matriks IFE Matriks EFE

Posisi perusahaan (Matriks IE)

Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT)

Rancangan Arsitektur Strategi

Rekomendasi Program Identifikasi

kekuatan&kelemahan

(34)

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pihak internal Dapur Kebita dan Kopnakci, serta pihak eksternal dengan pihak instansi terkait, yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Instrumen yang digunakan adalah daftar pertanyaan dan kuisioner yang ditujukan kepada responden. Data sekunder diperoleh dari penelusuran melalui literatur ataupun studi pustaka yang bersumber dari data laporan internal perusahaan, situs-situs internet, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, buku teks mengenai kelinci, manajemen strategi, strategi pemasaran, jurnal pengembangan kelinci, serta penelitian terdahulu.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pemilihan responden dilakukan secarajudgement sampling dengan pertimbangan bahwa responden tersebut ahli dalam bidangnya dan dianggap berkompeten, serta memiliki kapasitas yang berasal dari pihak internal dan eksternal. Responden dalam penelitian ini berjumlah empat orang, yaitu Ketua Umum Kopnakci, Manajer Usaha Dapur Kebita, Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, dan sekretaris Seksi Pemasaran dan Fasilitasi Permodalan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan panduan daftar pertanyaan dan pengisian kuisioner kepada pihak manajemen dan pengambil kebijakan. Selanjutnya metode observasi juga dilakukan untuk mengamati secara langsung terhadap aktivitas perusahaan seperti aktivitas budidaya, pemasaran, administrasi, manajemen, pengadaan input, dan kegiatan lain yang mendukung penelitian di lapangan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(35)

perusahaan saat ini menggunakan matriks IE. Analisis dilanjutkan dengan perumusan strategi melalui analisis SWOT. Hasil analisis SWOT berupa alternatif strategi kemudian dibentangkan dalam arsitektur strategi.

Analisis Matriks IFE dan EFE

Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan melalui pendekatan bidang fungsionalnya. Hasil dari analisis tersebut kemudian disajikan dalam bentuk matriks, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan untuk mengevaluasi dan mengetahui faktor-faktor penting yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan dapat digunakan matriks External Factor Evaluation (EFE). Tahapan-tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah:

a. Identifikasi faktor-faktor utama internal dan eksternal perusahaan

Tahap identifikasi dengan cara mendaftarkan faktor-faktor utama internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta peluang dan ancaman bagi perusahaan. Selanjutnya untuk penyajiannya faktor yang bersifat positif ditulis terlebih dahulu sebelum faktor yang bersifat negatif dan masukkan faktor-faktor tersebut pada kolom satu.

b. Pemberian bobot setiap faktor

Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen dengan menggunakan metode Paired Comparissonmenurut teori Kinnear dan Taylor (1992). Bobot setiap faktor menunjukkan kepentingan relatif dari setiap faktor agar berhasil dalam industri yang dijalankan. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan metode AHP, penilaian prioritas, dari teori Saaty (1983). Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

1 = Jika faktor horizontal sama penting dengan faktor vertikal 3 = Jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertical 1/3 = Jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal

Bentuk tabel penilaian bobot dengan metode Pairwise Comparison untuk matriks IFE dan matriks EFE ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal perusahaan

Faktor strategis A B C D ... Total Bobot

Internal

A Xi

B C D ...

Total ∑ Xi 1.00

Eksternal

A Xi

B C D ...

Total ∑ Xi 1.00

(36)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

��= ��

��

�=1

dimana:

αi = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i n = Jumlah data

i = 1,2,3,…..,n

Bobot yang diperoleh pada setiap faktor akan berkisar dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (sangat penting).

c. Penentuan peringkat atau rating

Penentuan peringkat atau rating antara 1 sampai 4 pada setiap faktor internal dan eksternal utama untuk menggambarkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor strategi yang ada. Pemberian rating untuk faktor internal (IFE) dengan skala 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan minor, dan 4 = kekuatan utama. Berikutnya untuk faktor eksternal (EFE) dengan skala 1 = respon perusahaan jelek, 2 = respon perusahaan rata-rata, 3 = respon perusahaan di atas rata-rata, dan 4 = respon perusahaan luar biasa.

d. Perkalian bobot dengan peringkat

Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat dari tiap faktor untuk menentukan skor bobot terhadap masing-masing faktor.

e. Penentuan skor bobot total

(37)

Tabel 6 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

Faktor-faktor utama Bobot Rating Skor bobot

Internal A. Kekuatan

1. 2. dst. B. Kelemahan

1. 2. dst.

Total 1.00

Eksternal C. Peluang

1. 2. dst. D. Ancaman

1. 2. dst.

Total 1.00

Sumber: David (2009).

Analisis Matriks IE

Matriks Internal-Eksternal (IE) berguna untuk menempatkan divisi organisasi dalam sebuah diagram sistematis dengan tampilan sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu skor bobot total IFE pada sumbu x dan skor bobot total EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot total IFE 1.0 sampai 1.99 menunjukan posisi internal yang lemah, skor 2.0 sampai 2.99 sedang, dan 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Pada sumbu y, skor bobot total EFE 1.0 sampai 1.99 rendah, skor 2.0 sampai 2.99 sedang, dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah tinggi.

(38)

Skor bobot IFE total

Tujuan dari setiap alat pencocokan adalah untuk menghasilkan strategi-strategi alternatif yang dapat dijalankan, bukan untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik. Matriks kekuatan–kelemahan–peluang-ancaman (Strengths–Weaknesses–Opportunities–Threats-SWOT) merupakan alat pencoco-kan untuk mengembangpencoco-kan empat jenis strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal, serta menghindari ancaman eksternal. Perumusan alternatif strategi dalam matriks SWOT (Gambar 7).

(39)

Arsitektur Strategi

Input arsitektur strategi diperoleh dari hasil identifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan. Di samping itu tantangan yang merupakan titik fokus dari hasil analisis lingkungan perusahaan, sasaran yang bersifat kuantitatif, dan alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis matriks SWOT kemudian dijabarkan dengan lebih rinci kedalam program-program untuk diimplementasikan dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu yang digunakan tidak memiliki standar baku tertentu, hanya disesuaikan dengan kebijakan maupun keputusan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Rentang waktu yang digunakan Dapur Kebita untuk mengimplementasikan arsitektur strategi pemasarannya adalah selama empat tahun. Pemilihan rentang waktu tersebut mempertimbangkan kondisi perusahaan saat ini. Tahapan dalam perancangan arsitektur strategi pemasaran Dapur Kebita (Gambar 8).

Gambar 8 Tahapan perancangan arsitektur strategi Dapur Kebita

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) Sejarah Kopnakci

Sektor peternakan komoditas kelinci kini telah dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) untuk mendukung program ketahanan pangan yang menjadi kebijakan dari Kementerian Pertanian RI. Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Peternakan dan Perikanan dalam upaya mendukung program ketahanan pangan tersebut mulai mengembangkan ternak kelinci melalui program peningkatan produksi hasil peternakan berbasis kawasan dan kelompok peternak. Bentuk realisasinya, maka dibangun pusat Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Malang, Kecamatan

Analisis Lingkungan Internal

Analisis Lingkungan Eksternal

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks SWOT

Tantangan dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan

Dapur kebita

Arsitektur Strategi

(40)

Tenjolaya sebagai pusat pengembangan atau sentra produksi kelinci. Selain pusat Kampoeng Kelinci, juga diperlukan suatu wadah sebagai payung bersama dalam menjalankan kegiatan usaha sebagai pusat informasi, akses pemasaran dan pembinaan kelembagaan usaha ternak kelinci. Koperasi merupakan wadah yang tepat karena sesuai dengan prinsip dan orientasi pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Hal ini seiring dengan tujuannya dalam rangka mencapai skala usaha ekonomis dan kapasitas produksi usaha peternakan kelinci yang besar.

Pioneer atau perintis pembentukan koperasi peternak kelinci (Kopnakci) adalah para sarjana membangun desa (SMD) tahun 2010. Pada awalnya, mereka diberi tugas pemberdayaan masyarakat peternak kelinci di wilayah Bogor dan beberapa petani peternak kelinci lainnya. Selanjutnya Kopnakci dibentuk dengan harapan akan menjadi wadah integrasi usaha ternak kelinci secara komprehenshif. Tujuannya ialah agar mampu mendukung daya saing dalam skala ekonomis yang sesuai dengan kondisi dan situasi pasar, serta relevan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Kopnakci berdiri secara resmi pada tanggal 17 Mei 2011. Jenis koperasi Kopnakci, yaitu koperasi serba usaha (KSU). Dasar pertimbangan dibentuknya koperasi ialah komoditas ternak kelinci saat ini sudah diandalkan sebagai substitusi penghasil protein hewani (daging) dalam peningkatan kualitas sumber daya masyarkat (SDM) masyarakat Indonesia. Di samping itu daging kelinci kini sudah menjadi perhatian pemerintah, serta telah dicanangkan dalam program pengembangan dan realisasinya melalui program Kampoeng Kelinci. Akhirnya koperasi merupakan wadah yang tepat karena sesuai dengan prinsip dan orientasi pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang oleh pemerintah juga mulai digalakkan kembali gerakan sadar koperasi ber-basis komoditas (one village one product). Visi dan Misi Kopnakci

Visi Kopnakci adalah “Menjadi gerakan ekonomi rakyat unggulan yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui kegiatan usaha peternakan kelinci dalam arti seluas-luasnya”. Selanjutnya misi yang dilakukan oleh Kopnakci dalam mencapai visi tersebut adalah menyelenggarakan beberapa kegiatan usaha yang berkaitan dengan kegiatan usaha anggota, yaitu:

a. Menyediakan sarana produksi peternakan, khususnya komoditas kelinci dan kebutuhan primer-sekunder bagi anggota dan masyarakat pada umumnya. b. Melakukan kegiatan usaha peternakan (agribisnis dan agroindustri) kelinci

yang meliputi pembibitan, budidaya, pabrik pakan, pengolahan hasil (daging, kulit, limbah, dan hasil lainnya), serta kegiatan perdagangan yang terkait secara langsung dan tidak langsung.

c. Mengutamakan kebutuhan anggota dan masyarakat.

d. Mengoptimalkan kerjasama antar koperasi, sektor pemerintah, dan atau swasta. Struktur Organisasi Kopnakci

Gambar

Tabel 1  Komposisi kimia daging dari beberapa jenis ternak
Tabel 2  Perkembangan populasi ternak tahun 2011-2012 di Kabupaten
Tabel 3  Zona pengembangan ternak di Kabupaten Bogor
Gambar 1  Nilai penjualan Dapur Kebita bulan September tahun 2013-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi strategi kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman hasil analisis matriks SWOT adalah (1) Melakukan promosi yang lebih intensif, (2)

Penelitian ini berupaya menggali informasi untuk menemukan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan usaha

perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal perusahaan (peluang.. dan ancaman) yang dianalisis dengan satu model analisis yaitu model matriks. SWOT untuk

 Tentukan Attractive Score atau daya tarik dari masing-masing faktor eksternal. (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi

Berdasarkan analisis faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal diketahui potensipo- tensi (kekuatan dan peluang) dan kendala / hambatan (kelemahan dan

Matriks IFE dan EFE adalah matriks faktor-faktor internal dan eksternal jagung hibrida hasil invensi yang disusun berdasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

Jaya Tani Faktor Internal dan Eksternal Kekuatan Strength Kelemahan Weakness Peluang Opportunity Ancaman Threats Matriks SWOT Strategi Pemasaran Pupuk Non Subsidi