• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usaha Serat Kelapa (Coco Fiber)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usaha Serat Kelapa (Coco Fiber)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

a. Kelapa

Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman kelapa telah

dibudidayakan di sekitar Lembah Andes di Kolumbia, Amerika Selatan sejak

ribuaSn tahun Sebelum Masehi. Catatan lain menyatakan bahwa tanaman kelapa

berasal dari kawasan Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat.

Selanjutnya, tanaman kelapa menyebar dari pantai yang satu ke pantai yang lain.

Cara penyebaran buah kelapa bisa melalui aliran sungai atau lautan, atau dibawa

oleh para awak kapal yang sedang berlabuh dari pantai yang satu ke pantai yang

lain (Warisno, 1998).

Cara membudidayakan kelapa yang tertua banyak ditemukan di daerah Philipina

dan Srilangka. Di daerah tersebut tanaman kelapa dikenal sejak 3000 tahun yang

lalu. Ada sementara ahli berpendapat bahwa tanaman kelapa berasal dari

Philipina. Philipina juga merupakan salah satu perintis dalam teknologi

pengolahan berbagai macam produk kelapa (Warisno, 1998).

Kelapa termasuk tumbuhan berkeping satu (monocotyledoneae), berakar serabut,

dan termasuk golongan palem (palmae). Kelapa (Cocos nucifera L), di Jawa

Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan sebutan kelopo atau krambil. Di Belanda

masyarakat mengenalnya sebagai kokosnot atau klapper, sedangkan bangsa

(2)

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai :

Divisio : Spermatophyta,

Klas : Monocotyledoneae,

Ordo : Palmales,

Familia : Palmae,

Genus : Cocos,

Spesies : Cocos nucifera (Suhardiman, 1994).

b. Serat Kelapa (Coco Fiber)

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2003), usaha kelapa

memiliki keunggulan komparatif yang dapat dicapai dengan cara berproduksi

yang efisien melalui penerapan teknologi anjuran di bidang budidaya dan

penerapan diversifikasi usahatani, baik horizontal maupun vertikal. Diversifikasi

usahatani secara horizontal berarti perubahan pola usahatani kelapa yang tadinya

monokultur menjadi pola usahatani campuran dengan menanam tanaman sela,

seperti kakao, lada, kopi robusta, panili, kapulaga, nenas dan pisang. Sementara

itu diversifikasi vertikal dalam usahatani berarti menganekaragamkan produk

secara efisien, antara lain :

1. Daging buah dapat dibuat kopra, minyak klentik, minyak mentah, minyak

dimurnikan, produk lemak dan turunannya, santan awet, santan serbuk, protein

kelapa, desiccated coconut, yoghurt berbasis kelapa, minuman dan skim

kelapa,

2. Air kelapa dapat dibuat nata de coco, cuka air kelapa, kecap air kelapa dan

(3)

3. Nira kelapa dapat dibuat gula merah cetak, gula semut, cuka nira, sirup nira

dan minuman ringan,

4. Tempurung atau batok kelapa dapat dibuat arang, arang aktif dan tepung

5. lempung,

6. Sabut kelapa dapat dibuat coir fiber dan coir dust,

7. Batang kelapa dapat dibuat furniture dan kerajinan.

Serat kelapa (coco fiber) merupakan produk yang berasal dari proses pemisahan

serat dari bagian kulit buah. Bagian kulit buah merupakan bagian terbesar dari

buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari total bobot. Ekstrak sabut kelapa ini

merupakan hasil samping dari suatu industri pengolahan kelapa. Serat kelapa ini

dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu serat kelapa putih (white coir fiber) dan

serat kelapa coklat (brown coir fiber) (Pusat Penelitian Perkebunan Marihat –

Bandar Kuala, 1995).

a. Serat Kelapa Putih (white coir fiber)

Serat kelapa putih yang sering disebut juga yarn fiber, mat fiber atau retted fiber

merupakan jenis serat berwarna kuning cerah dan diperoleh dengan cara

merendam sabut segar, biasanya dalam air garam selama 6 – 12 bulan. Serat

kelapa putih (white coir fiber) hampir seluruhnya dipintal menjadi yarn fiber yang

selanjutnya digunakan untuk bahan karpet, pelapis dinding, tali dan lain-lain.

b. Serat Kelapa Coklat (brown coir fiber)

Jenis serat ini diperoleh dari ekstraksi sabut kering (brown husk) secara mekanik,

(4)

lebih luas bila dibandingkan serat kelapa putih (white coir fiber). Serat kelapa ini

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bristle fiber dan mattres fiber.

Bristle fiber secara tradisional banyak digunakan untuk bahan perlengkapan

rumah tangga, seperti sikat, sapu dan lain-lain. Sementara itu matres fiber secara

tradisional sering digunakan untuk keset, matras olahraga, bahan penyekat dan

lain-lain. Bristle fiber dan matres fiber dapat dicampur dengan lateks dan bahan

kimiawi yang lain untuk membuat serat kelapa berkaret (rubberized coir) yang

banyak digunakan untuk perlengkapan rumah tangga, penyaring, penyekat dan

lain-lain.

Landasan Teori

a. Analisis Finansial

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau

produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain karena

disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang

baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu

juga sebaliknya kualitas produksi kurang baik bila usaha tani tersebut

dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).

Analisis finansial yaitu suatu analisis terhadap suatu proyek dimana proyek dilihat

dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dalam

suatu proyek, terutama menyangkut pada perbandingan antara pengeluaran uang

(5)

Dalam analisis finansial suatu usaha yang penting ialah usaha tersebut

memberikan manfaat (benefit) yang lebih besar daripada biayanya kepada

pengusaha. Oleh karena itu, yang perlu dibandingkan ialah arus manfaat (benefit)

dari usaha tersebut dengan arus biayanya (Kadariah dkk, 1999)

Kriteria investasi (investment criteria) yang digunakan dalam kelayakan finansial

usaha serat kelapa (coco fiber) ialah meliputi analisis break even point (BEP),

imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio), pay-back period (PBP), dan

return on investment (ROI). Analisis break even point digunakan untuk melihat

batas minimal produksi yang harus diproduksi agar perusahaan bisa mendapatkan

keuntungan. Imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio) dilakukan

untuk mengetahui seberapa jauh nilai rupiah biaya yang digunakan dalam usaha

dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Pay-back

period dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan waktu pengembalian modal atau

investasi yang ditanamkan untuk kegiatan usaha (Djamin, 1984). Return on

investment dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh

dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Rangkuti, 1997).

b. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan

yang dapat dimanfaatkan dan daftar kelemahan yang harus diatasi. Lingkungan

internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan mutu sumber daya manusia,

fisik, finansial dan juga dapat memperkirakan kelemahan dan kekuatan struktur

(6)

Ada beberapa unsur yang perlu untuk dianalisis dalam lingkungan internal

organisasi menurut Pearce and Robinson (1997) dan Saputrayadi (2004), yaitu:

1. Struktur organisasi perusahaan yang merupakan pola hubungan, bentuk formal

peraturan dan hubungan antar orang dalam perusahaan.

2. Budaya perusahaan merupakan sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai

yang dipahami, serta dilaksanakan oleh setiap anggota perusahaan yang akan

membentuk suatu perilaku.

3. Sumber daya perusahaan, diantaranya SDM, sumber daya produksi, sumber

daya keuangan, pemasaran, penelitian dan pengembangan.

Menurut David (2006) dan Hubeis (2011) menyebutkan ada beberapa faktor

internal yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu:

1. Manajemen

2. Pemasaran

3. Sumber Daya Manusia

4. Produksi dan operasi

5. Keuangan

c. Analisis Lingkungan Eksternal

Tujuan dari analisis eksternal adalah untuk mengembangkan suatu daftar peluang

yang dapat dimanfaatkan dan daftar ancaman yang harus dihindari. Lingkungan

eksternal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan mikro dan lingkungan

makro. Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang

(7)

perusahaan untuk melayani pasar. Lingkungan makro terdiri dari pesaing,

pemasok, pendatang baru, produk substitusi dan konsumen.

Ada beberapa faktor eksternal menurut David (2006) dan Hubeis (2011) yang

dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu:

1. Ekonomi

2. Kebijakan Pemerintah dan Politik

3. Teknologi

4. Pesaing

5. Ancaman pendatang baru

6. Kekuatan tawar menawar konsumen

7. Kekuatan tawar menawar pemasok

8. Ancaman produk substitusi

d. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty (1991), metode Analyitical Hierarchy Process (AHP) adalah cara

menganalisis situasi yang rumit dan tidak terstruktur, mengatur bagian-bagian

kedalaman suatu hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif

tentang relatif pentingnya setiap variabel, mensintesis berbagai kriteria yang ada

guna menetapkan alternatif atau pilihan yang memiliki tingkat prioritas paling

tinggi serta bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak

terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata suatu

hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara

(8)

variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan

sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan

untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).

Menurut Marimin (2004), secara grafis persoalan keputusan AHP dapat

dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan soal atau

sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. AHP

memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria

majemuk secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan

(pairwise comparison).

e. Analisis Matriks Internal Eksternal (IE)

Matriks Internal Eksternal merupakan gabungan antara matriks Internal dan

matriks Eksternal yang berisikan sembilan macam sel dan akan memperlihatkan

suatu kombinasi total nilai yang terboboti dari matriks IFE dan matriks EFE.

Tujuan dari penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi

pengembangan yang lebih rinci. Diagram tersebut dapat mengidentifikasi

sembilan sel strategi perusahaan. Menurut David (2006) kesembilan sel tersebut

dapat dikelompokan menjadi tiga strategi utama, yaitu:

1. Growth Strategy merupakan pertumbuhan dan pembangunan perusahaan itu

sendiri (sel I, II dan IV). Strategi yang cocok adalah strategi intensif (penetrasi

pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) dan integrasi.

2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah

(menjaga dan mempertahankan) strategi yang sudah ditetapkan (sel III, V dan

(9)

3. Retrenchment Strategy adalah usaha memperkecil (penciutan) atau

mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel VI, VIII dan IX).

Gambar 1. Matriks Internal Eksternal (IE)

f. Analisis SWOT (Strengths – Weaknesses – Opportunities - Threats)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman

(Threats). Proses pengambilan keputusanstratgeis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Perencanaan

strategis harus menganlisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, peluang,

(10)

Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) merupakan

matching tool yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe

strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah: Strategi SO

Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST

(Strength-Threat), dan strategi WT (Weakness-Threat).

1. Strategi SO, Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang dengan sebesar-besarnya.

2. Strategi ST, Strategi ini dilakukan untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki

untuk mengatasi ancaman yang ada.

3. Strategi WO, Strategi ini dilaksanakan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT, Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif

dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta untuk

menghindari ancaman.

IFE EFE

Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O) Strategi S-O Strategi W-O

Threat (T) Strategi S-T Strategi W-T

(11)

Kerangka Pemikiran

Serat kelapa (coco fiber) memiliki potensi untuk dikembangkan karena sebagai

bahan baku untuk barang-barang industri lainnya. Secara tradisional serat sabut

kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat

rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan

kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa

dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, kasur, bantal, jok dan

dashboard kendaraan.

Usaha serat kelapa (coco fiber) adalah usaha pengolahan sabut kelapa yang bagi

sebagian orang dianggap limbah untuk diproduksi menjadi serat kelapa (coco

fiber). Dalam proses produksinya tentunya membutuhkan input produksi yaitu

bahan baku, tenaga kerja dan peralatan. Input produksi tersebut akan menjadi

biaya produksi dalam usaha serat kelapa (coco fiber). Jumlah produksi akan

menjadi penerimaan bagi perusahaan setelah dikalikan dengan harga jual produk.

Pendapatan yang diterima pengusaha merupakan jumlah penerimaan dari usaha

serat kelapa (coco fiber) yang dikurangi oleh total biaya produksi. Usaha

pengolahan sabut kelapa menjadi serat kelapa (coco fiber) ini nantinya akan

dianalisis dengan alat analisis finansial BEP (break even point), imbangan

penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio), PBP (pay-back period) dan ROI

(return on investment) untuk mengetahui apakah usaha ini layak atau tidak.

Dalam menjalankan usaha serat kelapa (coco fiber), terdapat juga faktor internal

(12)

dan ancaman) yang dianalisis dengan satu model analisis yaitu model matriks

SWOT untuk menciptakan strategi pengembangan usaha serat kelapa (coco fiber).

Secara skematis, kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

= Menyatakan hubungan

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran USAHA SERAT

Layak Tidak Layak

(13)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis dirumuskan sebagai

berikut :

1. Usaha serat kelapa (coco fiber) di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli

Gambar

Gambar 1. Matriks Internal Eksternal (IE)
Gambar 2. Matriks SWOT
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merancang Data warehouse dimulai dengan kebutuhan berdasarkan proses bisnis suatu organisasi atau perusahaan yang kemudian menentukan model Data warehouse

Dalam rangka meningkatkan keamanan personal komputer Banyak hal yang bisa terjadi pada komputer, misalnya ada orang yang baik sengaja atau pun tidak sengaja menghapus file-file

Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;.. Alokasi

Karena kurangnya minat masyarakat umum dan siswa SMU khususnya jurusan IPA untuk membaca buku, yang dikarenakan keterbatasan pembahasan mengenai pengklasifikasian serangga yang

Maintainability suatu peralatan dapat didefinisikan sebagai probabilitas dari komponen atau sistem yang gagal tersebut untuk bisa dipulihkan atau diperbaiki pada suatu kondisi

Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam satu satuan waktu

Pada penelitian Rinaldi (2015) telah ditemu- kan, dibakukan dan diterapkan sejumlah daftar tutur kata bahasa Indonesia sebagai uji kejelasan pengucapan pada oklusi klas I

Dalam perkembangan anak yang memiliki disfungsi minimum otak dengan sindrom Autis dan ADD/ADHD membutuhkan sarana yang dapat membantu mereka mengatasi kesulitan