• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP

SIFAT KIMIA DAN FISIK ANDISOL CISARUA, BOGOR

FADHILAH TRI UTAMI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Fadhilah Tri Utami

(4)

ABSTRAK

FADHILAH TRI UTAMI. Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor. Dibimbing oleh DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS dan HERMANU WIDJAJA.

Pertanian saat ini umumnya menggunakan pupuk berupa pupuk kimia. Namun, penggunaan pupuk tersebut secara terus menerus cenderung dapat menurunkan kualitas tanah yang dapat menyebabkan penurunan produksi tanaman. Maka dari itu, penggunaan pupuk yang berasal dari bahan organik merupakan salah satu solusi dalam mencegah penurunan kualitas tanah selain memberi tambahan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2013 sampai Januari 2014. Sampel tanah diambil dari Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh pemberian bahan organik dalam jangka waktu yang lama pada Andisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik selama 26 tahun meningkatan C-organik, kapasitas tukar kation (KTK), basa-basa dapat dipertukarkan, N-total, total dan P-tersedia tanah. C-organik tanah meningkat dari 2.82% (tanpa pemberian bahan organik) hingga 5.10% pada pemberian bahan organik selama 26 tahun. KTK tanah dari 26.29 me/100g meningkat menjadi 36.56 me/100g. Basa-basa dapat dipertukarkan seperti K+ meningkat dari 0.47 me/100g menjadi 2.11 me/100g dan Na+ dari 0.34 me/100g menjadi 0.94 me/100g. N-total tanah meningkat dari 0.16% (tanpa pemberian bahan organik) hingga 0.33% dan 0.41% berturut-turut pada pemberian bahan organik selama 8 dan 26 tahun. Selanjutnya P-total meningkat dari 8.04 me/100g menjadi 15.90 me/100g dan P-tersedia mengalami peningkatan dari 11.85 ppm menjadi 65.55 ppm pada pemberian bahan organik selama 26 tahun. Selain itu, perbaikan kualitas tanah juga ditunjukkan oleh sifat fisik tanah. Pemberian bahan organik membuat struktur tanah lebih granular, warna tanah lebih gelap dengan agregat yang lebih stabil dibandingkan dengan tanah tanpa pemberian bahan organik.

(5)

ABSTRACT

FADHILAH TRI UTAMI. The application of Organic Matter on Chemical and Physical Properties of Andisol Cisarua, Bogor. Supervised by DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS and HERMANU WIDJAJA.

Agriculture practices generally use chemical fertilizers. Application of chemical fertilizers continuously can degrade the soil quality and decrease crop production. The application of organic fertilizers is probably can reduce land degradation. The study was conducted from May 2013 to January 2014. Soil samples were collected from Tugu Selatan village, Cisarua, Bogor. The aims of the study was to investigate the effect of long term organic matter application on Andisol, included its effect on soil chemical and physical properties. The results showed that the 26 years application of organic matter have better effect on soil organic matter (SOM), cation exchange capacity (CEC), exchangeable bases, total N, total and available P in soils. The soil organic matter (SOM) increase from 2.82% to 5.10% with 26 year organic matter application. The CEC value increased up to 36.56 me/100g, while the exchangeable bases such as K+ increased from 0.47 me/100g to 2.11 me/100g and Na+ raised from 0.34 me/100g to 0.94 me/100g. Total N increased from 0.16% to 0.33% and 0.41% respectively on organic matter application for 8 and 26 years. Total P value was 8.04 me/100g increased to 15.90 me/100g, while available P increased from 11.85 ppm to 65.55 ppm within 26 years of organic matter application. Meanwhile, improvement of soil quality also showed by soil physical properties. Soil with long term organic matter application has a more granular soil structure, a darker color and also stable aggregates as shown by the SEM photographs.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

FADHILAH TRI UTAMI

APLIKASI PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP

SIFAT KIMIA DAN FISIK ANDISOL CISARUA, BOGOR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor

Nama : Fadhilah Tri Utami NIM : A14090090

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Dr Ir Dyah Tjahyandari, S. MApplSc Pembimbing I

(10)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr Ir Dyah Tjahyandari, S. MApplSc selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa kuliah, penelitian hingga penulisan skripsi.

2. Ir Hermanu Widjaja, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan yang diberikan penulis selama penelitian hingga akhir penulisan skripsi. 3. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi saran dalam penulisan skripsi.

4. Kedua orang tua, kakak, dan adik atas segala kasih sayang, doa, dan nasihat serta bantuan material maupun spiritual yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

5. Staff Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.

6. Staff dan petani Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua, Bogor. 7. Staff BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko, Bogor.

8. Seluruh teman dari mayor Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, khususnya angkatan 46 yang telah memberi doa dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

(11)

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Andisol 2

Bahan Organik Tanah 2

Kompos 3

METODOLOGI 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan dan Alat 4

Prosedur Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Wilayah Penelitian 6

Sifat Kimia Tanah 11

Sifat Morfologi dan Fisik Tanah 15

Pembahasan Umum 17

KESIMPULAN DAN SARAN 17

Kesimpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(12)

DAFTAR TABEL

1 Metode analisis tanah 6

2 Data curah hujan (mm) dan suhu udara (°C) rata-rata tahun 2000-2011 7

3 Konsentrasi hara kompos pertanian organik BSB 9

4 Konsentrasi hara dari beberapa sumber pupuk kandang 9

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 4

2 Denah wilayah penelitian; blok N, K, dan I 5

3 Foto wilayah penelitian yang diambil dari arah timur 5

4 Curah hujan rata-rata (mm) tahun 2000-2011 7

5 Lahan pertanian organik BSB 8

6 Proses pengomposan (a); Pemberian kompos (b);

Tumpukan sisa tanaman (c) 9

7 Jenis pupuk hijau di pertanian organik BSB; Sesbania sesban (a),

Tithonia sp (b) dan Centrossema pubescens (c) 10

8 Kombinasi antara tanaman wortel dan daun bawang 10

9 pH tanah blok N, K, dan I 11

17 Penampang profil Andisol Cisarua 24

DAFTAR LAMPIRAN

1Data sifat kimia tanah 19

2 Data sifat fisik tanah 20

3 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983) 21

4 Data curah hujan (mm) tahun 2000-2011 22

5 Data suhu udara (°C) tahun 2000-2001 23

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian saat ini sangat tergantung pada penggunaan pupuk dalam mendukung kebutuhan hara bagi tanaman, karena tidak bisa hanya mengandalkan suplai unsur hara dari dalam tanah. Pada umumnya, pupuk yang digunakan berupa pupuk kimia sintetik. Namun, penggunaan pupuk tersebut secara terus menerus cenderung dapat menurunkan kualitas tanah yang dapat menyebabkan penurunan produksi tanaman. Maka dari itu, penggunaan pupuk yang berasal dari bahan organik merupakan salah satu solusi dalam mencegah penurunan kualitas tanah selain memberi tambahan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman.

Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang menekankan pada penggunaan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik. Pertanian organik menghindari penggunaan pupuk kimia sintetik untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk yaitu sisa-sisa tanaman, kotoran hewan, maupun bahan organik lainnya.

Para peneliti umumnya berpendapat bahwa bahan organik memberikan banyak manfaat terhadap perbaikan sifat tanah baik sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah. Menurut Hanafiah (2008), bahan organik mempengaruhi kondisi fisik tanah diantaranya menyebabkan warna tanah menjadi coklat sampai hitam, merangsang granulasi, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil. Secara kimiawi bahan organik mampu menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia, dan secara biologis bahan organik merupakan sumber energi dan hara bagi jasad mikro tanah.

Sumber pupuk organik bermacam-macam seperti kompos, pupuk hijau, pupuk kandang dengan karakteristik yang sangat beragam, sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap tanah dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk kandang relatif lebih kaya hara dan mikroba dibandingkan limbah pertanian lainnya. Cara pemberian pupuk organik yaitu dapat diberikan di permukaan tanah lalu dicampur dengan tanah agar tidak menjadi kering, atau dibenamkan ke dalam lubang tanam yang sudah ditugal.

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas dan mencegah penurunan kualitas lahan. Hal tersebut yang mendasari penelitian ini, yaitu melihat sejauh mana pupuk organik mampu mencegah penurunan kualitas tanah pada suatu pertanian organik dengan perbedaan lama penggunaan pupuk yaitu 0 tahun, 8 tahun, serta 26 tahun.

Tujuan Penelitian

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Andisol

Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan induk abu volkan yang tersebar di Indonesia pada daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata 2000 mm sampai 7000 mm dengan variasi temperatur antara 18°C–22°C (Soepardi 1983). Kenampakkan morfologi yang khas dan sangat menonjol pada Andisol adalah horison A yang tebal dan berwarna coklat sampai hitam, disebabkan oleh akumulasi dan stabilitasi humus (Hardjowigeno, 2003).

Umumnya Andisol mempunyai kejenuhan basa yang relatif rendah, tetapi mempunyai kandungan Al yang dapat ditukar relatif tinggi. Andisol juga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup besar, porositas tinggi, bobot isi rendah, gembur, tidak lengket dan plastis serta kemampuan fiksasi fosfat yang tinggi (Hardjowigeno 2003). Menurut Lukito et al. (1998) Andisol memiliki struktur tanah dan porositas yang sangat baik, kapasitas menahan air dan permeabilitas yang baik.

Sifat kimia dan fisik Andisol sangat ditentukan oleh mineral alofan (Hardjowigeno 2003). Alofan merupakan mineral utama dalam fraksi klei Andisol. Alofan berbeda dengan mineral lainnya karena kandungan aluminium yang diikat dalam struktur koordinat tetrahedral. Hal ini diduga menjadi penyebab utama dari beberapa sifat kimia dan fisik Andisol yang unik, misalnya fiksasi fosfat, daya menahan air, dan pembentukan humus yang stabil (Tan 1984).

Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah berasal dari jaringan makhluk hidup. Pada tanah yang diusahakan, sebagian dari bahan tanaman diangkut ketika panen, tetapi sebagian lainnya tertinggal dalam bentuk akar atau dedaunan yang jatuh. Bahan tersebut mengalami pelapukan dan terangkut ke lapisan yang lebih dalam, selanjutnya menjadi satu dengan tanah. Selain dari jaringan tanaman, bahan organik juga berasal dari binatang. Binatang biasanya dianggap sebagai penyumbang bahan organik sekunder setelah tumbuhan, yang bila binatang tersebut mati jazadnya merupakan sumber bahan organik baru (Soepardi 1983). Secara fisik bahan organik berperan dalam mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam, membentuk granulasi, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan serta kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil. Secara kimiawi bahan organik merupakan bagian yang mudah terurai melalui proses mineralisasi dan akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara ke dalam tanah.

Secara biologis, bahan organik merupakan sumber energi dan hara bagi jasad mikro tanah terutama heterotrofik (Hanafiah 2008). Selama proses dekomposisi sejumlah hara tersedia akan diakumulasikan ke dalam sel-sel mikroba yang apabila mikroba ini mati mudah dimineralisasikan kembali, sehingga menghindarkan ion-ion hara ini dari koloidal anorganik (klei dan

mineral oksida berdiameter < 1 μm). Perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah

(15)

3

Pemberian bahan organik dapat dilakukan melalui pemberian pupuk kandang, pupuk hijau, pengembalian sisa-sisa tanaman dan kompos. Cara pemberiannya yaitu dimasukkan ke dalam tanah langsung atau dibenamkan kedalam tanah (Hardjowigeno 2003).

Kompos

Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman maupun hewan). Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono 2005). Kompos yang sudah jadi dan siap digunakan untuk memupuk tanaman mengandung sebagian besar dari 3 golongan unsur hara antara lain: 1) unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K); 2) unsur hara makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedang, seperti Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg); 3) unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn), dan Molibdenum (Mo). Unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya (Yuwono 2005).

Menurut Kartika (2006), penggunaan kompos sebagai sumber nutrisi tanaman merupakan salah satu program bebas bahan kimia, walaupun kompos mempunyai kandungan hara lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kimia. Bahan-bahan kompos mudah ditemukan, sehingga kompos berpotensi sebagai penyedia unsur hara yang dapat menggantikan pupuk kimia, namun dosis pemberian kompos lebih besar daripada pupuk kimia.

Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi (penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan merupakan salah satu metoda pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil (kompos). Kompos apabila dimasukan kedalam tanah, maka bahan organik yang ada didalammya dapat digunakan sebagai sumber energi mikroorganisme untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah sekaligus sebagai tambahan unsur hara bagi tanaman.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

4

Gambar 1 Lokasi penelitian

Sumber : Google Earth

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah Andisol yang diambil dari pertanian organik BSB. Pada tahap analisis laboratorium digunakan bahan-bahan kimia seperti H2SO4, H2O2, HCl, NH4OAc, kalium bikromat, ferroin dan bahan lainnya sesuai kebutuhan analisis. Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi alat pengambilan contoh tanah (sekop, kantong plastik, dan label) serta alat laboratorium seperti timbangan digital, gelas piala, pipet volumetrik, tabung reaksi, sudip, labu takar, dan peralatan pendukung lainnya sesuai kebutuhan analisis.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, pengumpulan informasi dari pertanian organik BSB, pengambilan contoh tanah, dan analisis tanah.

Pengambilan contoh tanah

(17)

5

dilakukan persiapan contoh tanah, diantaranya contoh tanah dikering udarakan ± 3 hari, kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk. Tanah disaring dengan saringan 2 mm. Tanah yang tidak lolos saringan dihaluskan kembali dan disaring sampai jumlah contoh tanah mencukupi untuk kebutuhan analisis. Tanah lolos saringan 2 mm disaring lagi menggunakan saringan 0.5 mm sesuai dengan kebutuhan analisis. Tanah yang telah lolos saringan disimpan ke dalam plastik tertutup.

Gambar 2 Denah wilayah penelitian; blok N, K, dan I

Sumber : Pertanian organik BSB

(18)

6

Analisis Tanah

Analisis tanah meliputi analisis sifat kimia dan sifat fisik. Jenis dan metode analisis yang dilakukan disajikan dalam Tabel 1. Hasil analisis digunakan untuk mempelajari karakteristik tanah.

Contoh tanah yang digunakan untuk analisis mikromorfologi adalah tanah dari blok I teras 7 sebagai contoh tanah dengan pemberian bahan organik dan dari blok N sebagai contoh tanah tanpa pemberian bahan organik. Analisis mikromorfologi tanah menggunakan alat Scanning Electron Microscope (SEM) pada perbesaran 2.5 x 103, 5 x 103, dan 1 x 104. Contoh tanah yang akan dianalisis ditempelkan menggunakan conducting glue pada aluminium stubs. Lalu dilakukan

coating dengan unsur karbon/emas agar contoh tanah dapat diamati saat discanning yaitu memberikan konduktivitas pada permukaan tanah yang disinari elektron.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Pertanian organik BSB terletak di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, lahan pertanian organik BSB berada pada ketinggian ± 920 m di atas permukaan laut di lereng Gunung Pangrango dengan kemiringan 3-5%. Lahan pertanian organik BSB digunakan untuk tanaman jenis hortikultur.

Jenis tanah di lahan pertanian ini menurut taksonomi tanah (Soil Survey Staff 1998) diklasifikasikan dalam Acrudoxic Hapludands. Pada lampiran 6 tertera deskripsi profil tanah Andisol yang diamati dari salah satu lahan pertanian organik BSB. Secara geologis bahan induk Andisol Cisarua berasal dari letusan Gunung Pangrango yang berumur kuarter zaman holosen-pleistosen berupa bahan endapan lahar dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksen, dan hornblenda (Efendi et al. 1998).

(19)

7

menunjukkan bahwa daerah tersebut termasuk daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Tabel 2 Data curah hujan (mm) dan suhu udara (°C) rata-rata tahun 2000-2011

Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko Bogor

Jumlah bulan basah dari tahun 2000 hingga 2011 sebanyak 113, jumlah bulan kering sebanyak 19 dan jumlah bulan lembab sebanyak 12. Nilai Q yaitu perbandingan bulan kering dengan bulan basah dalam persen sebesar 16.81%, sehingga dalam klasifikasi iklim tergolong iklim basah (klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson dalam Handoko 1995).

Gambar 4 Curah hujan rata-rata (mm) tahun 2000-2011

(20)

8

tahun 2006 mulai menanam tanaman produksi. Blok N merupakan lahan baru yang belum diusahakan sebagai pertanian intensif.

Gambar 5 Lahan pertanian organik BSB

Tanaman yang dibudidayakan di pertanian organik BSB terdapat 5 jenis, yaitu :

1. Sayur daun, contohnya pakchoi, brokoli, bayam, buncis, caisim, dan selada.

2. Sayur buah, contohnya tomat, jagung, oyong, ketimun dan terung. 3. Umbi, contohnya wortel, lobak, ubi, dan bit.

4. Kacang-kacangan, contohnya kacang tanah, kacang merah, dan kacang kapri.

Keempat jenis tanaman tersebut dibudidayakan dengan cara rotasi dan kombinasi.

a. Rotasi atau pergiliran tanaman

Rotasi tanaman adalah pengaturan sistem penanaman tanaman budidaya secara bergantian pada suatu areal dalam waktu yang berlainan dan berurutan, dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan input-output berbagai unsur hara di dalam tanah dan memutus siklus hidup hama-penyakit. Pola rotasi tanaman awalnya dimulai dengan menanam kacang-kacangan untuk memfiksasi nitrogen, lalu sayuran daun, kemudian menanam sayuran buah dan terakhir menanam umbi. Rencana rotasi merupakan elemen kunci dari sistem perencanaan pertanian secara keseluruhan, yang merupakan hal utama dalam memenuhi persyaratan sertifikasi organik (Gershuny and Smillie 1999). Rotasi tanaman umumnya meningkatkan produktivitas tanah. Menurut Laegreid et al. (1999), rotasi tanaman dapat meningkatkan pengendalian gulma dan mencegah infeksi dari satu tanaman ke tanaman berikutnya, juga meningkatkan struktur tanah, kapasitas memegang air dan ketersediaan hara.

b. Kombinasi yang dilakukan dengan 4 cara, yaitu :

1. Relay Cropping, kombinasi tanaman yang ditanam secara berurutan. Kombinasi ini dilakukan pada lahan dengan luas terbatas.

2. Alley Cropping, kombinasi dengan membentuk lorong pada tanah berkontur yang tandus. Kombinasi ini dilakukan untuk memanfaatkan lahan dan mencegah erosi.

(21)

9

4. Repellent Cropping, kombinasi dengan tanaman penolak Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Contoh : kubis dan daun bawang. Daun bawang dapat mengurangi hama bunga kol.

Pupuk yang digunakan di pertanian ini bersumber dari bahan organik yaitu pupuk kompos sebagai penyedia unsur utama. Kompos di BSB dibuat dari campuran kotoran ayam, kotoran kambing, dan limbah media jamur dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Proses pengomposan berlangsung selama ± 3 bulan. Kompos yang dihasilkan mempunyai kandungan hara kalium yang lebih baik (Tabel 3) jika dibandingkan dengan pupuk kandang (Tabel 4). Dosis kompos yang digunakan ± 15–30 Kg/10 m². Cara pemberiannya dimasukkan ke dalam lubang yang sudah ditugal atau disebar secara merata pada bedengan (Gambar 6b).

Tabel 3 Konsentrasi hara kompos pertanian organik BSB Kompos

N P K⁺ Na⁺ Ca2+ Mg2+ ………%……… A + K + J ( 2 : 1 : 1) 1.83 0.71 1.48 0.50 0.38 0.08

Keterangan : A (kotoran ayam); K (kotoran kambing); J (limbah media jamur)

Tabel 4 Konsentrasi hara dari beberapa sumber pupuk kandang Sumber Pupuk

* Sumber : Tan (1993) dalam Geomuriandari (2008)

**Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Balitnak (2006) dalam Dianawati dan Supriyadi (2008)

(a) (b) (c) Gambar 6 Proses pengomposan (a); Pemberian kompos (b); Tumpukan sisa

tanaman (c)

(22)

10

7). Pupuk hijau tidak selalu ditanam pada semua blok, tetapi tergantung pada kondisi tanah dan ditanam sebagai tanaman pagar. Menurut Poole (2001) dalam Munawar (2011) pupuk hijau mampu menahan erosi, membantu mengikat hara, menekan gulma, mandaur hara, dan menyediakan hara bagi tanaman yang ditanam kemudian. Selain itu, sisa tanaman hasil panen berupa serasah atau rumput hasil tebasan dapat digunakan sebagai pupuk yang dicampurkan dengan menumpuk bahan-bahan tersebut di ujung bedengan dan didiamkan selama 6 bulan (Gambar 6c).

(a) (b) (c)

Gambar 7 Jenis pupuk hijau di pertanian organik BSB; Sesbania sesban (a),

Tithonia sp (b) dan Centrossema pubescens (c)

Salah satu contoh hasil panen dari pertanian organik BSB yaitu wortel. Tanaman wortel dalam 10 m2 dibuat 4 baris tanaman dengan 1 baris tanaman daun bawang di tengahnya (Gambar 8). Umumnya di pertanian organik BSB, tanaman wortel dikombinasikan dengan daun bawang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi hama pada tanaman wortel dengan aroma yang dikeluarkan dari daun bawang. Kompos yang diberikan sebanyak 15 ton/ha. Hasil panen menunjukkan bahwa pada blok I yang diutamakan sebagai blok produksi, mampu menghasilkan wortel rata-rata 259,7 Kg/ha dan pada blok K yang lebih diutamakan sebagai blok pembenihan tanaman, mampu menghasilkan wortel rata-rata 156,25 Kg/ha.

(23)

11

Sifat Kimia Tanah

Pada penelitian ini, penilaian sifat kimia tanah dilakukan berdasarkan kategori dalam kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983), seperti tertera pada Lampiran 3. Hasil analisis sifat kimia tanah disajikan pada Lampiran 1. Berikut ini penjelasan sifat kimia tanah dari blok N, K dan I.

Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah (pH) menunjukkan tingkat kemasaman tanah yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur bagi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan pH tanah dengan ekstrak H₂O pada blok N sebesar 6.5 dan blok K sebesar 6.4-6.5 (Gambar 9) termasuk dalam kategori agak masam (Pusat Penelitian Tanah 1983). Menurut Efendi et al. (1998) Andisol Cisarua berkembang dari bahan induk basal andesit yang bersifat cenderung agak masam sehingga menghasilkan tanah-tanah yang bereaksi agak masam. Namun, pH tanah pada blok I yang mendapat pasokan bahan organik secara kontinu selama 26 tahun yang memiliki nilai sebesar 6.5-7.0 termasuk kategori netral (Pusat Penelitian Tanah 1983). Hal ini disebabkan oleh bahan organik yang mampu mengikat ion sumber kemasaman seperti hidrogen atau aluminium (Evangelou 1998 dalam Napoleon et al. 2012). Bahan organik yang diberikan ke dalam tanah menyumbangkan asam-asam organik yang mampu mengikat kation-kation sumber kemasaman tersebut.

Gambar 9 pH tanah blok N, K, dan I

C-organik dan N-total Tanah

Kadar C-organik tanah pada blok N sebesar 2.82% termasuk kategori sedang (Pusat Penelitian Tanah 1983). Pemberian bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan kualitas tanah, yang ditunjukkan oleh peningkatan kriteria C-organik tanah dari sedang menjadi tinggi pada blok K sebesar 3.14-4.20% dan blok I sebesar 3.50-5.10% (Gambar 10). Menurut Shoji dan Saigusa (1977) dalam Kurniati (1992), bahan organik dapat membentuk kompleks dengan mineral alofan yang terdapat dalam Andisol sehingga proses dekomposisi berjalan lambat.

(24)

12

Rasio C-organik dan N-total tanah (lampiran 1) menunjukkan kecepatan dekomposisi bahan organik. Rasio C/N tanah termasuk dalam kategori sedang sampai tinggi yaitu berkisar antara 17.10-23.13 yang menunjukkan keberagaman tingkat dekomposisi. Semakin tinggi rasio C/N mengindikasikan dekomposisi bahan organik yang lambat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniati (1992) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Gambar 10 C-organik (A) dan N-total (B) tanah blok N, K dan I

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah kemampuan koloid tanah yang bermuatan negatif untuk memegang kation pada permukaannya. KTK pada tanah blok N, K dan I berturut-turut sebesar 26.29 me/100g, 28.08 sampai 30.88 me/100g dan 30.26 sampai 36.56 me/100g semuanya termasuk dalam kategori tinggi (Pusat Penelitian Tanah 1983). Hal ini didukung oleh penelitian Geomuriandari (2008), bahwa KTK Andisol Cisarua (28.49 me/100g) termasuk kategori tinggi (Pusat Penelitian Tanah 1983).

Gambar 11 KTK tanah blok N, K, dan I

Peningkatan nilai KTK (Gambar 11) berkaitan dengan peningkatan C-organik (Gambar 10A). Semakin tinggi bahan C-organik, maka semakin bertambah sumber muatan negatif yang menyebabkan KTK tanah meningkat. Sumber muatan negatif berasal dari koloidal organik yaitu gugus karboksil dan fenol. KTK tanah yang meningkat akan mengakibatkan tanah memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyimpan hara kation, yang berpotensi tersedia bagi tanaman (misalnya Ca2⁺, Mg2⁺, K⁺) dan mengurangi kerugian pencucian (Carey et al. 2009).

Basa-Basa Dapat Dipertukarkan (K, Na, Ca2, Mg2)

(25)

13

mengandung Kdd pada blok N sebesar 0.47 me/100g (sedang), blok K sebesar

1.24-1.25 me/100g (sangat tinggi), dan blok I sebesar 1.45–2.11 me/100g (sangat tinggi). Kadar Nadd pada blok N sebesar 0.34 me/100g (rendah), blok K sebesar

0.55-0.57 me/100g (sedang), dan blok I berkisar antara 0.56–0.94 me/100g (sedang) kecuali pada teras 7 sebesar 0.94 me/100g (tinggi). Kadar Cadd pada blok

N sebesar 1.08 me/100g, blok K sebesar 1.42-1.48 me/100g (sangat rendah), dan blok I sebesar 1.68–2.15 me/100g (rendah). Kadar Mgdd dari blok N, K, dan I

berturut-turut yaitu 4.16 me/100g, 5.08-5.19 me/100g, dan 5.53-7.59 me/100g (tinggi).

Gambar 12 Kadar Kdd (A), Nadd (B), Cadd (C) dan Mgdd (D) tanah

blok N, K, dan I

Pada tanah tanpa pemberian bahan organik (blok N) mengandung Kdd

kategori sedang dan Mgdd kategori tinggi. Berdasarkan Efendi et al. (1998)

Andisol Cisarua mengandung oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksen dan hornblenda. Kation K⁺ berasal dari pelapukan mineral yang termasuk dalam kelompok mineral plagioklas yang terdiri dari oligoklas-andesin dan labradorit. Pelapukan mineral-mineral ini menyumbangkan K⁺ dan sedikit Ca2⁺ (Dixon and Weed 1989). Selain plagioklas, Andisol Cisarua juga mengandung mineral kelompok feromagnesium yang terdiri dari hornblenda, olivin, dan piroksen. Pelapukan mineral kelompok feromagnesium menyumbangkan banyak kation terutama Mg2⁺ (Kerr 1959).

(26)

14

Kejenuhan Basa (KB)

Kejenuhan basa (KB) menunjukkan persentase perbandingan antara jumlah kation basa (K⁺, Na⁺, Ca2⁺ dan Mg2⁺) dengan jumlah seluruh kation yang terikat pada tanah dalam kompleks jerapan koloid tanah. Kejenuhan basa pada blok N, K dan I berturut-turut 22.29%, 27.48-29.56%, dan 29.55-34.96% Kejenuhan Basa (KB) pada ketiga blok termasuk kategori rendah. Hal ini didukung oleh Dudal dan Jahja (1957), yang menyatakan bahwa KB Andisol berkisar antara 20-40%. Terjadi peningkatan KB akibat pemberian bahan organik (Gambar 13), hal ini disebabkan oleh sumbangan basa-basa yang berasal dari bahan organik.

Gambar 13 Kejenuhan Basa tanah blok N, K, dan I

P-total dan P-tersedia Tanah

P-total tanah adalah jumlah total unsur fosfor yang terdapat di dalam tanah. P-total pada tanah blok N sebesar 8.04 me/100g dan blok K sebesar 7.84-9.00 me/100g termasuk dalam kategori sangat rendah, sedangkan blok I berkisar antara 10.34-15.90 me/100g termasuk dalam kategori rendah. P-total yang rendah menunjukkan jumlah fosfor yang rendah di dalam tanah. Namun, terjadi peningkatan P-total akibat pemberian bahan organik (Gambar 14A). Hal ini disebabkan oleh penambahan P yang berasal dari bahan organik yang menyumbangkan P sebesar 0.71% (Tabel 3).

Pada umumnya P Andisol berada dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, karena P difiksasi oleh mineral alofan. P tersedia tanah pada blok N sebesar 11.85 ppm (rendah), blok K sebesar 30.65-33.46 ppm (sedang), dan blok I berkisar antara 15.34-65.55 ppm (rendah sampai sangat tinggi). Bahan organik memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ketersediaan P (Gambar 14B). Bahan organik dalam Andisol mampu mengkompleks mineral alofan, sehingga P dilepaskan dan menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

(27)

15

Sifat Morfologi dan Fisik Tanah Horison Tanah

Deskripsi profil Andisol Cisarua pada lokasi penelitian tertera pada lampiran 6. Horison dengan simbol Bw1, Bw2, dan Bw3 merupakan horison B yang telah mengalami perkembangan, ditunjukkan melalui warna maupun struktur tanah dengan kedalaman cukup tebal. Selain itu, horison dengan simbol A merupakan horison permukaan dimana terjadi akumulasi bahan organik yang relatif tinggi dan terbentuk struktur tanah remah. Proses humifikasi dan meningkatnya aktivitas mikroorganisme menyebabkan mulai terjadinya pembentukan agregat dan perkembangan struktur tanah.

Warna Tanah

Warna tanah pada blok N yaitu coklat (7.5 YR 4/3) lebih terang dibandingkan dengan blok K dan I yaitu coklat gelap (7.5 YR 3/2). Pemberian bahan organik menyebabkan warna tanah menjadi semakin gelap. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kroma pada Soil Munshell Color Cart yang lebih rendah.

Tekstur Tanah

Penetapan tekstur tanah menunjukkan bahwa tanah pada blok N bertekstur lom klei berdebu, sedangkan pada blok K dan I bertekstur lom berklei (Lampiran 2). Pemberian bahan organik tidak mempengaruhi tekstur tanah. Blok K dan I terdapat pada satu transek, sedangkan blok N berada pada transek yang berbeda. Jarak dari blok K ke blok I ± 5 m yang tidak terlalu jauh, namun jarak dari blok K dan I ke blok N cukup jauh, ± 600 m dan posisi blok N lebih rendah daripada blok K dan I.

Struktur Tanah

Struktur tanah antara blok N, K, dan I adalah granular. Pada blok N ukuran butir-butir sebesar 5-10 mm (besar), sedangkan pada blok K dan I sebesar 2-5 mm (sedang). Granulasi tanah terbentuk akibat meningkatnya aktivitas jasad mikro. Hal ini disebabkan oleh pemberian bahan organik (Soepardi, 1983).

Analisis Mikromorfologi Tanah dengan Scanning Electron Microscope (SEM)

Analisis mikromorfologi tanah menggunakan alat Scanning Electron Microscope (SEM). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik secara intensif dan berkelanjutan terhadap mikromorfologi tanah. Hasil analisis contoh tanah blok N (tanpa pemberian bahan organik) dan blok I (dengan pemberian bahan organik secara intensif selama 26 tahun) ditunjukkan pada Gambar 15 dan Gambar 16 dengan perbesaran 2.5 x 103, 5 x 103 dan 1 x 104. Secara kualitatif pengaruh pemberian bahan organik terlihat pada struktur agregat dan warna tanah.

(28)

16

organik. Hal ini disebabkan oleh bahan humus seperti asam fulfat, asam humat, dan humin yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik (Stevenson 1982).

(a) (b)

(c)

Gambar 15 Hasil SEM contoh tanah blok N pada perbesaran 25 x 102 (a), 50 x102 (b) dan 100 x102 (c)

(a) (b)

(c)

(29)

17

Pembahasan Umum

Pemberian bahan organik memberikan pengaruh terhadap karakteristik tanah secara kimia dan fisik tanah. Perubahan sifat kimia tanah diantaranya terjadi pada pH tanah, C organik, N total, Basa-basa dapat tukar, Kejenuhan Basa, Kapasitas Tukar Kation, P total dan P tersedia yang meningkat dengan pemberian bahan organik. Secara fisik, tanah dengan pemberian bahan organik menunjukkan warna yang lebih gelap, dengan struktur yang lebih remah.

Perbaikan sifat-sifat tanah akibat pemberian bahan organik juga memberikan pengaruh terhadap kualitas produksi tanaman. Salah satu contohnya tanaman wortel. Wortel hasil produksi pertanian organik BSB mempunyai karakteristik antara lain warna orange, tidak bercabang, tidak mudah busuk, tidak berakar dan tidak keras, diameter 2.5-2.8 cm dan panjang 14-22 cm. Pertanian organik lebih menekankan terhadap kualitas produksi tanaman dibandingkan dengan kuantitas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian bahan organik meningkatkan kualitas sifat kimia dan fisik tanah. Hal ini ditunjukkan oleh pH, KTK, KB, C-organik, N-total, basa-basa yang dapat dipertukarkan, P-total, dan P-tersedia yang meningkat akibat pemberian bahan organik yang terus menerus. Pemberian bahan organik juga mampu memperbaiki sifat fisik tanah yang ditunjukkan oleh struktur yang granular, warna tanah yang lebih gelap, dan agregat yang lebih stabil dibandingkan dengan tanah tanpa pemberian bahan organik.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan produksi tanaman dengan kondisi tanah yang mendapat pengaruh pemberian bahan organik secara intensif dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2014. Informasi Data Klimatologi. Stasiun Meteorologi Klas III Citeko. Bogor.

Buckman, HO dan NC Brady. 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Carey PL, Benge JR, Haynes RJ. 2009. Comparison of soil quality and nutrient budgets between organic and conventional kiwifruit orchards.

Agricultural,Ecosystems and Environment 132, 7-15.

(30)

18

Dixon JB, Weed SB. 1989. Minerals in Soil Environtments (2nd Edition). SSA Book Series 1. Soil Science Society of America, USA.

Dudal R dan H. Jahja. 1957. Soil Survey in Indonesia. Pemberitaan Balai Besar Penyelidikan Pertanian. Bogor, Indonesia No. 147-149.

Efendi, Kusnama, Hermanto. 1998. Peta Geologi Bersistem, Indonesia. Lembar Bogor 9.XIII-D Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Geomuriandari ANA. 2008. Pengelolaan Unsur Hara Pada Budidaya Tumpangsari Sayuran Organik : Pertumbuhan dan Serapan K dan S Tanaman Brokoli (Brassica oleracea) dan Petsai (Brassica pekinensis) Akibat Pemberian Beberapa Pupuk Organik [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gershuny G, Smillie J. 1999. A Soil-Building Guide for Master Gardeners and

Farmers. Chelsea Green Publishing Company, United States.

Google Earth. 2013. Explore, Search, and Discover.

Http:// www.earthgoogle.com

Hanafiah KA. 2008. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Handoko 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta : Pustaka Jaya.

Hardjowigeno S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Ed. Rev. Akademika Pressindo. Jakarta.

Kartika ST. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat(Lycopersicum esculentum Mill. JI Progressif, Vol.3 No.9, Desember 2006.

Kerr PF. 1959. Optical Mineralogy (3rd Edition). McGraw-Hill Book Company Inc. New York, USA.

Kurniati N. 1992. Pemupukan NPK dan Bahan Organik Tanaman Teh Muda (Camellia sinensis L.) pada Tanah Seri Pasir Kelar Malabar-Pangalengan [SKRIPSI]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Laegreid M, Bockman OC, Kaarstad O. 1999. Agriculture Fertilizers & The Environtment. CABI Publishing, New York.

Lukito HP, Kouno K, Ando T. 1998. Phosphorus Requirements of Microbial Biomass in a Regosol and An Andosol. J Soil Biol. Biochem. Vol. 30, No.7 pp. 865-872.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor. Napoleon A, Fitri SNA. 2012. Respon tanaman selada terhadap pupuk organik

pada ultisol dan inceptisol. Di dalam: Cahyani VR, Ariyanto DP, Dewi WS, Mulyanto B, editor. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional XHimpunan Ilmu Tanah Indonesia (HTI): Tanah untuk Kehidupan yang Berkualitas; 2011 Des 6-8; Surakarta, Indonesia. Surakarta (ID): Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia bagi KeperluanSurvey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. PPT. Bogor.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.

Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia, 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat., Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Stevenson FJ. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reactions (2nd Edition). John Wiley & Sons, Inc. New York.

(31)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data sifat kimia tanah Basa-basa dapat dipertukarkan

Kode pH KTK K⁺ Na⁺ Ca2+ Mg2+ KB C-org N-total C/N P₂O₅ Tersedia P₂O₅ Total

……….(me/100 gram)……….…… ….……..(%)…………. (ppm) (me/100 gram)

N 6.5 26.29 0.47 0.34 1.08 4.16 22.29 2.82 0.16 17.1 11.85 8.04

KT1 6.5 30.88 1.24 0.57 1.48 5.19 27.48 3.14 0.16 19.09 33.46 9.00

KT2 6.4 28.08 1.25 0.55 1.42 5.08 29.56 4.20 0.33 12.75 30.65 7.84

IT1 6.5 31.63 1.47 0.72 1.85 5.53 30.25 3.55 0.25 14.38 15.34 11.30

IT2 6.7 34.30 1.45 0.66 1.76 6.26 29.55 3.81 0.16 23.13 15.44 10.97

IT3 6.6 30.26 1.27 0.56 1.68 5.94 31.25 3.68 0.33 11.17 18.13 10.34

IT4 6.7 35.78 1.47 0.72 1.92 6.54 29.77 3.50 0.25 14.17 33.47 11.87

IT5 6.9 35.71 1.70 0.73 2.12 6.55 31.08 4.89 0.25 19.79 48.80 14.74

IT6 7.0 33.01 1.60 0.77 1.91 6.44 32.47 4.46 0.33 13.53 50.23 14.56

IT7 6.9 36.56 2.11 0.94 2.15 7.59 34.96 5.10 0.33 15.47 65.55 15.90

IT8 6.8 34.02 1.45 0.65 1.98 6.76 31.85 4.80 0.41 11.67 64.19 13.99

(32)

19

Lampiran 2 Data sifat fisik tanah

Kode Pasir Debu Klei Kelas Tekstur Struktur Warna

….…%... Bentuk Ukuran (mm)

N 17.74 41.02 41.24 Lom klei berdebu Granular 5-10 7.5 YR 4/3 (Coklat) KT1 25.58 40.81 33.61 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) KT2 29.16 41.46 29.37 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT1 19.51 38.96 41.53 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT2 21.62 39.01 39.37 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT3 21.13 38.14 40.72 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT4 22.93 36.01 41.07 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT5 21.23 38.11 40.66 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT6 22.66 41.50 35.84 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT7 21.40 40.58 38.02 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap) IT8 23.47 35.76 40.76 Lom berklei Granular 2-5 7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)

(33)

23

Lampiran 3 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)

Sifat Tanah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

C-organik (%) < 1.0 1.0- 2.0 2.10-3.00 3.01-5.00 >5.00

N-total (%) < 0.1 0.1- 1.2 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75

C/N < 5.0 5.0-10.0 11.0-15.0 16-25 >25

P₂O₅ Total (me/100gram) <10.0 10.0-20.0 21.0-40.0 41-60 >60

P₂O₅ Tersedia (ppm) <10.0 10.0-25.0 26.0-45.0 46-60 >60

KTK (me/100gram) < 5.0 5.0-16.0 17.0-24.0 25-40 >40

K⁺ (me/100gram) < 0.1 0.1- 0.2 0.3- 0.5 0.6-1.0 >1.0

Na⁺ (me/100gram) < 0.1 0.1- 0.3 0.4- 0.7 0.8-1.0 >1.0

Ca2⁺ (me/100gram) < 2.0 2.0- 5.0 6.0-10.0 11-20 >20

Mg2+ (me/100gram) < 0.4 0.4- 1.0 1.1- 2.0 2.1-8.0 >8.0

KB (%) <20.0 20.0- 35.0 36.0-50.0 51-70 >70

pH H2O < 4.5 sangat masam 4.5-5.5 masam 5.6-6.5 agak masam 6.6-7.5 netral 7.6-8.5 agak alkalis >8.5 alkalis

(34)

24

Lampiran 4 Data curah hujan (mm) tahun 2000-2011

BULAN TAHUN

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

JANUARI 448.8 578.0 633.9 136.9 289.6 684.8 692.7 399.5 320.5 416.2 604.1 389.2 FEBRUARI 337.8 698.5 658.5 581.9 511.1 414.7 446.8 927.9 513.6 534.2 531.0 263.4 MARET 293.7 498.9 337.6 245.1 269.4 318.4 157.3 395.2 516.3 386.4 470.7 223.6 APRIL 376.1 367.9 339.6 262.8 354.9 125.6 308.8 384.7 405.3 220.3 81.5 216.0 MEI 246.4 281.9 28.4 165.9 242.3 163.6 134.5 113.6 155.9 368.7 288.7 175.1 JUNI 120.9 134.1 151.2 21.1 39.8 237.8 41.0 130.1 63.9 128.4 254.8 140.7 JULI 220.0 70.3 185.9 0.6 72.0 140.1 13.7 8.2 3.3 87.2 137.2 38.9 AGUSTUS 35.7 50.7 81.4 206.9 7.8 206.1 6.6 73.6 101.8 14.9 304.9 8.8 SEPTEMBER 97.7 117.0 22.6 246.7 154.8 202.4 20.5 62.7 161.4 64.6 373.8 57.4 OKTOBER 219.0 374.2 47.1 289.7 135.1 192.3 98.4 166.0 225.8 356.1 424.9 254.6 NOVEMBER 337.7 439.3 216.9 264.0 187.6 263.3 158.1 234.5 471.9 308.6 285.5 394.5 DESEMBER 118.5 75.9 262.2 372.2 466.4 282.2 550.7 583.5 252.5 229.9 290.5 251.8 Rata-Rata 237.7 307.2 247.1 232.8 227.6 269.3 219.1 290.0 266.0 259.6 337.3 201.2

Bulan Basah (BB) 10 9 8 10 9 12 7 9 10 9 11 9

Bulan Kering (BK) 1 1 3 2 2 0 4 1 1 1 0 3

Bulan Lembab (BL) 1 2 1 0 1 0 1 2 1 2 1 0

Q (%) 16.81

Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko Bogor

(35)

Lampiran 5 Data suhu udara (°C) tahun 2000-2011

BULAN TAHUN Rata-Rata

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

JANUARI 20.3 21.6 20.4 21.4 20.9 20.6 20.7 21.4 21.1 20.1 20.6 20.5 20.8 FEBRUARI 21.2 20.4 20.6 20.7 19.8 19.5 20.8 19.1 18.5 20.2 21.3 20.9 20.3 MATERT 21.5 21.2 20.9 21.7 21.5 21.1 21.4 21.2 20.8 21.0 21.6 21.1 21.3 APRIL 21.2 21.6 21.2 21.6 21.7 21.6 21.6 21.2 21.0 21.8 22.5 21.3 21.5 MEI 21.7 21.8 21.3 21.8 21.6 21.7 21.7 21.7 21.1 21.7 22.4 21.5 21.7 JUNI 21.6 21.7 21.3 21.4 20.9 21.4 21.3 20.6 20.4 21.7 21.5 21.3 21.3 JULI 21.3 21.3 20.9 21.0 20.0 21.0 21.2 21.2 21.0 21.2 21.3 20.9 21.0 AGUSTUS 21.3 21.3 20.6 21.0 20.6 21.2 20.3 20.9 20.7 21.3 21.3 21.1 21.0 SEPTEMBER 21.5 21.5 21.0 21.0 21.0 21.3 21.5 21.2 21.3 21.9 21.2 21.0 21.3 OKTOBER 21.5 21.5 22.2 21.2 21.5 21.3 21.7 21.3 21.5 21.8 21.3 21.9 21.6 NOVEMBER 21.2 21.1 21.9 21.3 21.5 21.6 21.8 21.5 21.6 21.7 21.5 21.1 21.5 DESEMBER 21.6 21.1 21.7 20.7 21.0 21.1 21.4 21.1 21.6 22.0 21.1 22.0 21.4 Rata-Rata 21.3 21.3 21.2 21.2 21.0 21.1 21.3 21.0 20.9 21.4 21.5 21.2 21.2

Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko Bogor

(36)

23

Lampiran 6 Deskripsi profil tanah Nama Tanah : Acrudoxic Hapludands (Soil Survey Staff 1998)

Lokasi : Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Fisiografi : Perbukitan volkan

Tinggi dpl : 920 m Kemiringan lereng : 3-5%

Vegetasi : Pinus (asli), kebun sayuran Penampang : lereng atas

Catatan : Perakaran halus sedikit sampai kedalaman 20 cm, Pecahan batuan ditemukan pada kedalaman >36 cm

Gambar 17 Penampang profil Andisol Cisarua Simbol

lom klei berpasir; struktur remah, halus, sedang; agak lekat, agak plastis, gembur; bergelombang, jelas

Bw1 32/34-72/73 Coklat kuat (7,5 YR 4/6);

lom klei berdebu; struktur gumpal bersudut, halus, sedang; agak lekat, agak plastis, gembur; bergelombang, baur

Bw2 72/73-81/83 Coklat gelap (7,5 YR 3/4);

lom klei berpasir; struktur gumpal bersudut, halus, sedang; agak lekat, agak plastis, gembur; bergelombang, jelas

Bw3 >81/83 Coklat kuat (7,5 YR 5/6);

(37)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 16 Agustus 1991 dari ayah Mushbir Amnur dan ibu Rifdaleni Rusli. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan dari Sekolah Dasar ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Ciawi dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke SMAN 4 Bogor. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 4 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM IPB) dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai staff divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah.

Gambar

Gambar 1  Lokasi penelitian
Gambar 2  Denah wilayah penelitian; blok N, K, dan I
Gambar 4  Curah hujan rata-rata (mm) tahun 2000-2011
Tabel 3  Konsentrasi hara kompos pertanian organik BSB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan lokasi stasiun didasarkan atas pertimbangan bahwa Perairan Utara Jayapura, memiliki variasi kondisi perairan yang unik, yang mana daerah perairan Utara Jayapura

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengembangan model pembelajaran Predict, Observe, Discuss, dan Explain (PODE) untuk mata pelajaran IPA di SDN

yang tidak dapat diingat lagi dengan pasti antara bulan Nopember 2016 sampai dengan Desember 2016 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya lah, sehingga skripsi yang berjudul “Kajian Bivalvia di

Jumlah balita yang ditimbang di posyandu dibagi balita yang ada di satu wilayah kerja dikalikan 100% Penyuluhan mengenai penimbangan balita di posyandu Untuk meningkatkan

100 % (seratus persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan bagi Analis Kepegawaian yang melaksanakan tugas satu tingkat di bawah jenjang  jabatannya (terampil

Penggunaan matrik pektin diharapkan dapat menghasilkan sifat fisis granul dan tablet yang baik serta kemampuan bahan matrik yang baik juga dalam membawa

Teknis analisa data ini dilakukan untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperlukan. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis data kualitatif dengan