• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di Pt X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di Pt X"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI TEKNIK TATA CARA KERJA DALAM

PENENTUAN WAKTU STANDAR PADA LINI

PENGEMASAN DI PT X

ARI ADINUGRAHA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ARI ADINUGRAHA. Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X. Dibimbing oleh HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

Waktu standar merupakan salah satu cara dalam pemberian sebuah stimulan pada pekerja untuk mencapai target produksi industri. Waktu yang distandarkan kepada pekerja akan mempermudah perusahaan untuk memperkirakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu standar bagi pekerja di lini pengemasan yang dapat diterapkan agar mampu mencapai target produksi. Penentuan waktu standar dilakukan melalui beberapa tahapan yakni pengukuran pendahuluan sebanyak 40 data, penentuan waktu siklus terhadap 3 pekerja, penambahan faktor penyesuaian, dan penambahan kelonggaran. Waktu standar yang telah diperoleh divalidasi melalui pengukuran terhadap 3 pekerja lain. Waktu standar yang diperoleh adalah sebesar 456,73 detik atau sekitar 7 menit 36 detik untuk satu bungkus isi 30 pcs. Hal ini berarti bahwa 7 jam kerja per hari, dalam kondisi tunak PT X akan mampu memroduksi 3.300 bungkus dengan 60 pekerja karena produktivitas pekerja yang mampu menghasilkan 55 bungkus. Peningkatan produksi yang tercapai setelah simulasi penerapan waktu standar sebesar 28,73%.

Kata kunci: waktu standar, pencapaian target, teknik tata cara kerja

ABSTRACT

ARI ADINUGRAHA. Application of Engineering Procedures for Work in Determining The Standard Working-Time on Packaging Line in PT X. Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

The standard working-time is one way to stimulate workers to gain production target of the industry. Standardized working-time of workers will support the company to estimate the amount of production in a certain period of time. The purpose of this research is to determine the standard working-time for workers in the packing line that would be apply so gain the production target. Determining the standard time working can be done through several consecutive stages; the preliminary measurement as much as 40 data, determination of cycle-time on 3 workers, addition of the adjustment factor, and addition of the allowance. The standard working-time obtained then will be validated through comparison to other 3 workers. The result of standard working-time is 456.73 seconds, or about 7 minutes 36 seconds for a pack which contains 30 pcs. This means for 7 working-hours a day, in a steady-state condition PT X will be able to produce 3,300 packs with 60 workers, hence the productivity is 55 packs/worker. The increase of production after simulation is as much as 28,73%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

APLIKASI TEKNIK TATA CARA KERJA DALAM

PENENTUAN WAKTU STANDAR PADA LINI

PENGEMASAN DI PT X

ARI ADINUGRAHA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X

Nama : Ari Adinugraha NIM : F34110023

Disetujui oleh

Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah waktu standar, dengan judul Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo atas bimbingannya selama ini, serta Dr Ika Amalia Kartika, STP, MT dan Ir M. Arif Darmawan, MT atas saran yang telah diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Yudhi selaku CEO tempat penulis melakukan penelitian serta Bapak Rizal selaku Kepala Bagian Produksi yang banyak membantu secara langsung saat penulis melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman yang sudah menjadi seperti keluarga sendiri atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODOLOGI 2

Waktu dan Tempat 2

Metode 2

Penentuan Siklus Kerja 3

Penelitian Pendahuluan 4

Pengambilan Data Waktu Siklus 5

Penentuan Faktor Penyesuaian 5

Penentuan Kelonggaran 6

Perhitungan Waktu Standar 7

Validasi Waktu Standar 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penentuan Siklus Kerja 8

Penelitian Pendahuluan 10

Pengambilan Data Waktu Siklus 11

Penentuan Faktor Penyesuaian 12

Penentuan Kelonggaran 13

Perhitungan Waktu Standar 15

Validasi Waktu Standar 15

Waktu Standar 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

(10)

LAMPIRAN 20

RIWAYAT HIDUP 32

DAFTAR TABEL

1. Hasil pengukuran penelitian pendahuluan 10

2. Pengelompokan data ke dalam subgrup 10

3. Penentuan faktor penyesuaian 12

4. Penentuan kelonggaran 13

5. Hasil simulasi perbandingan sebelum dan sesudah penerapan waktu 17 standar

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir penelitian 3

2. Lembar pengamatan 5

3. Produk yoghurt PT X 8

4. Diagram alir proses pengemasan 9

5. Elemen pekerjaan 9

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan penelitian pendahuluan 20

2. Tabel penentuan penyesuaian secara obyektif 21

3. Tabel penentuan kelonggaran 23

4. Data pengukuran waktu siklus 25

5. Data pengukuran waktu siklus untuk validasi 27

6. Perhitungan waktu standar 29

7. Perhitungan waktu standar untuk validasi 30

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap perusahaan tentu menginginkan untuk mencapai target produksi yang telah ditentukan. Tercapainya target produksi secara langsung maupun tidak langsung akan mempermudah perusahaan untuk mengetahui bagaimana etos kerja yang dimiliki oleh pekerjanya. Etos kerja yang tinggi dapat dibuktikan dengan kesungguhan pekerja dalam melakukan pekerjaannya (keinginan untuk mencapai target yang telah ditetapkan) dan begitu pun sebaliknya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memacu pekerja dalam mencapai target produksi dan salah satunya adalah melalui penentuan waktu standar dalam bekerja (Elnekave dan Gilad 2006). Waktu yang diukur tersebut nantinya akan dibakukan dalam sebuah bentuk waktu standar di mana pekerja yang bekerja dalam perusahaan tersebut

haruslah mencapai standar waktu yang ada (Suma’mur 1976).

Pengukuran waktu dilakukan dengan tujuan mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh pekerja agar mampu bekerja secara normal dan wajar. Waktu standar ini menjadi penting untuk diukur karena memiliki kegunaan dan keuntungan. Pertama pekerja yang mampu secara normal dan wajar tentu akan memiliki konsistensi waktu yang tinggi dibandingkan dengan pekerja yang yang bekerja secara malas dan tentunya akan menghindarkan pekerja dari bekerja lembur. Apabila pekerja bekerja lembur maka secara tidak langsung akan merugikan perusahaan karena harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pekerja yang bekerja di luar waktu kerja yang normal sehingga perlu ada waktu standar agar perusahaan tidak merugi karena membayar pekerja lembur. Terakhir waktu kerja yang distandarkan secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan produktivitas bagi lini kerja atau stasiun kerja yang ada khususnya bagi pekerjaan yang masih dilakukan secara manual (Wetik 1983).

Pengukuran waktu standar secara umum terbagi menjadi 2 cara yakni pengukuran secara langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan mendatangi langsung stasiun atau lini kerja yang ingin distandarkan waktunya dengan menggunakan alat stopwatch yang kemudian dicatat pada lembar pengamatan (Sutalaksana dkk. 1979). Kedua cara pengukuraan waktu standar tersebut meliputi pengukuran waktu siklus, waktu normal, dan akhirnya diperoleh waktu standar (Syamsi 2004).

(12)

2

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan menghitung waktu standar yang dapat diterapkan pada lini pengemasan produk

frozen yoghurt di PT X untuk menyamaratakan kecepatan dan waktu kerja

pekerja. Adanya waktu standar pun akan menghindarkan perusahaan dari kerugian untuk membayar pekerja yang bekerja melebihi waktu normal (lembur) serta akan meningkatkan produktivitas pekerja di PT X.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu standar yang dapat diterapkan di PT X dengan menggunakan pengukuran secara langsung sehingga meningkatkan kesungguhan pekerja untuk mencapai target produksi PT X.

Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini adalah penentuan waktu standar bagi pekerja lini pengemasan frozen yoghurt di PT X dan bukan waktu kerja pada umumnya (shift normal). Waktu standar adalah waktu yang distandarkan atau dibakukan bagi pekerja untuk menyelesaikan pekerjannya secara normal dan wajar sedangkan waktu kerja pada umumnya adalah durasi atau lamanya waktu yang diterapkan bagi pekerja untuk bekerja (misal: sehari 8 jam kerja terdiri dari 7 jam kerja dan 1 jam istirahat) (Wignjosoebroto 2008). Bagian pengemasan frozen yoghurt yang dikerjakan secara manual memiliki peluang cukup besar untuk memunculkan kerugian akibat lembur sehingga perlu untuk ditetapkan waktu standar. Waktu standar diterapkan untuk menyamaratakan kemampuan pekerja sehingga produktivitas perusahaan dapat diketahui dengan lebih mudah. Selain itu, agar menciptakan budaya disiplin kerja yang lebih baik di PT X.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Maret hingga April 2015. PT X merupakan perusahaan produsen olahan susu berupa yoghurt. Penelitian dilakukan pada lini pengemasan frozen yoghurt. Stasiun pengemasan ini bertugas untuk mengemas produk ke dalam kemasan primer dan dilanjutkan dengan kemasan sekunder. Alasannya karena pekerjaan tersebut masih dilakukan secara manual dan dengan kondisi kecepatan dan waktu kerja yang belum merata sehingga besar kemungkinan kerugian PT X muncul di sini karena adanya pekerja yang bekerja lembur.

Metode

(13)

3

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Penentuan Siklus Kerja

(14)

4

pengambilan waktu dilakukan berdasarkan pembagian elemen-elemen kerja dan menjumlahkannya untuk dijadikan data waktu keseluruhan.

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kecukupan dan keseragaman data. Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan beberapa kali pengukuran (biasanya sepuluh kali atau lebih) yang banyaknya ditentukan sendiri oleh pengukur (Wignjosoebroto 2008). Di dalam penelitian ini jumlah data yang diambil untuk penelitian pendahuluan sebanyak 16 data dari 16 orang pekerja. Alasannya untuk mempermudah perhitungan saat data dikelompokkan ke dalam sub grup (Sutalaksana dkk. 1979). Pekerja yang akan diukur waktunya dipilih oleh kepala bagian produksi. Data pengamatan yang telah terkumpul dikelompokkan ke dalam sub grup untuk dihitung nilai rata-rata, standar deviasi, batas kontrol atas, dan batas kontrol bawah melalui rumus berikut:

�̅ = ∑ �

... (1)

SD =

∑ ��− �̅

... (2) BKA =

�̅

+ 3(SD.

�̅

... (3)

BKB =

�̅

- 3(SD.

�̅

... (4)

Persamaan (1) digunakan untuk mencari rata-rata dari data yang terkumpul, persamaan (2) untuk standar deviasi, persamaan (3) untuk mencari nilai batas kontrol atas, dan persamaan (4) untuk batas kontrol bawah. Hasil perhitungan digunakan sebagai acuan apakah data yang telah diperoleh telah seragam. Data yang telah seragam diolah lebih lanjut dengan uji kecukupan data melalui persamaan berikut:

N’ =

[

√ ∑� − ∑�

∑ �

]

... (5) Persamaan (5) digunakan dengan nilai tingkat ketelitian 5% dan keyakinan 95%. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran waktu penyelesaian sebenarnya sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil pengukuran yang diperoleh telah memenuhi tingkat ketelitian sebelumnya. Jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur diperbolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan dengan kemungkinan berhasil sebesar 95%. Data dianggap cukup apabila nilai N > N’.
(15)

5 banyaknya data yang harus diukur/diamati. Apabila nilai N < N’ maka perlu dilanjutkan pengukuran kedua sebanyak data pengukuran pertama. Apabila masih

sama maka pengukuran dilanjutkan hingga N > N’ yakni kondisi data yang dianggap cukup (Sutalaksana dkk. 1979).

Pengambilan Data Waktu Siklus

Waktu siklus diperoleh melalui pengukuran langsung sebanyak hasil perhitungan dari penelitian pendahuluan untuk kecukupan kerja terhadap pekerja yang dipilih oleh kepala bagian produksi. Pengukuran waktu siklus dilakukan dengan menggunakan jam henti. Data waktu siklus yang telah diperoleh ditulis ke lembar pengamatan. Banyaknya data yang diukur bergantung pada penelitian pendahuluan sebelumnya dimana pada pengukuran waktu siklus ini hanya mengukur sebanyak data pada penelitian pendahuluan atau menambah kekurangan data. Lembar pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Lembar Pengamatan

Penentuan Faktor Penyesuaian

Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati dan mengukur kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh pekerja. Ketidakwajaran bisa saja terjadi misalnya pekerja melakukan pekerjaannya tanpa kesungguhan, atau melakukannya dengan cepat seolah diburu waktu, atau juga bisa karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang kurang baik. Sebab-sebab seperti itu akan mempengaruhi kecepatan kerja yang dapat berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal tersebut tentu tidak diinginkan karena waktu standar yang dicari merupakan waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku dan diselesaikan secara wajar, sehingga pengukur perlu menambahkan faktor penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang mungkin terjadi seperti uraian di atas (Sutalaksana dkk. 1979).

(16)

6

Besarnya harga p tentunya perlu ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil kali yang diperoleh akan mencerminkan waktu yang sewajarnya atau merupakan waktu yang normal. Bila pengukur berpendapat pekerja bekerja di atas waktu normal (terlalu cepat) maka harga p-nya akan lebih besar dari 1 (p > 1); sebaliknya jika pekerja bekerja di bawah waktu normal (terlalu lambat) maka harga p akan lebih kecil dari 1 (p < 1); dan jika pekerja bekerja dengan wajar maka harga p-nya akan sama dengan 1 (p = 1) (Niebel 1972). Penentuan faktor penyesuaian ini dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya adalah cara persentase, cara Schumard, cara Westinghouse, dan cara obyektif. Cara persentase merupakan cara yang paling mudah dan sederhana yaitu hanya dengan menambahkan nilai hasil perhitungan dalam persen. Cara Schumard melakukan penilaian dengan menyesuaikan pekerja ke dalam kelas-kelas performasi. Cara Westinghouse melakukan penilaian dengan menyesuaikan pekerja ke dalam 4 kelompok penilaian yaitu berdasarkan keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Cara obyektif melakukan penilaian berdasarkan 2 hal yaitu tingkat kecepatan kerja dan tingkat kesulitan kerja (Barnes 1980).

Faktor penyesuaian ditentukan secara obyektif karena cara obyektif dapat meminimalisir subjektifitas dari pengukur. Penentuan faktor penyesuaian secara obyektif mempertimbangkan kecepatan kerja (p1) dan kesulitan kerja (p2) (Sutalaksana dkk. 1979). Penilaian tingkat kesulitan kerja (p2) diukur dengan pengamatan langsung. Hasilnya dikonversikan menjadi nilai berdasarkan tabel pada Lampiran 2.

Penentuan Kelonggaran

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengukuran waktu standar yaitu kelonggaran. Kelonggaran diberikan kepada pekerja sebagai bentuk pemenuhan hak pribadi bagi pekerja saat bekerja. Secara umum kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan selama pengukuran tidak diamati ataupun dihitung, sehingga seusai pengukuran dan mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan agar diperoleh waktu standar (Quick 1962).

Penentuan nilai kelonggaran diberikan kepada pekerja berdasarkan tenaga yang harus dikeluarkan oleh pekerja, sikap pekerja saat melakukan pekerjaan, pergerakan tubuh saat melakukan pekerjaan, kelelahan mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer (sirkulasi udara), dan keadaan lingkungan sekitar (kebersihan dan kebisingan). Kelonggaran yang diberikan kepada pekerja dibedakan berdasarkan jenis kelamin pekerja (Sutalaksana dkk. 1979).

(17)

7 Perhitungan Waktu Standar

Waktu standar adalah waktu yang distandarkan atau dibakukan bagi pekerja untuk menyelesaikan pekerjannya secara normal dan wajar (tidak terburu-buru atau lambat). Jika pengukuran-pengukuran sebelumnya telah selesai dan semua data yang diperoleh memiliki keseragaman yang dikehendaki serta jumlahnya telah memenuhi tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu tersebut. Langkah selanjutnya adalah mengolah data waktu tersebut sehingga diperoleh waktu standar. Pertama-tama dari data di atas perlu dihitung terlebih dahulu waktu siklus kerja melalui persamaan berikut: Waktu siklus = ∑ ��

� ... (6) Berdasarkan persamaan (6) di atas nilai xi adalah data yang diperoleh sejumlah i dan N adalah jumlah banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. Waktu siklus yang telah diperoleh dilanjutkan dengan perhitungan untuk memperoleh waktu normal dengan persamaan berikut:

Waktu normal = Waktu siklus × penyesuaian (p) ... (7) Melalaui persamaan (7) terlihat adanya penambahan faktor penyesuaian melalui proses perkalian terhadap waktu siklus yang telah dihitung sebelumnya. Faktor penyesuaian ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar maka perlulah untuk disesuaikan agar bisa bekerja dengan kecepatan yang wajar. Apabila waktu normal telah diperoleh maka tahap akhir dari pengukuran ini adalah melakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya waktu standar yang akan diterapkan. Waktu standar dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:

Waktu standar = Waktu normal + (Waktu normal × kelonggaran) ... (8) Berdasarkan persamaan (8), waktu normal yang telah dihitung sebelumnya akan ditambahkan dengan kelonggaran yang telah dihitung juga sebelumnya. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal yang bersifat pribadi bagi pekerja seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan tidak dapat dihindari oleh pekerja. Umumnya kelonggaran ini dinyatakan dalam persen dari waktu normal. Akhirnya setelah melalui proses perhitungan di atas maka akan didapat berapa besarnya waktu standar yang dapat diterapkan (Sutalaksana dkk. 1979).

Validasi Waktu Standar

(18)

8

ketelitian yakni sebesar 5% maka waktu standar yang telah dihitung dapat dianggap valid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Siklus Kerja

Sebelum memulai pengukuran, ditentukan terlebih dahulu bagaiman siklus kerja yang terjadi di lini pengemasan PT X. PT X merupakan perusahan produsen yoghurt. Yoghurt adalah salah satu produk hasil olahan susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Yoghurt mempunyai nilai gizi yang tinggi sesuai dengan bahan bakunya yaitu susu. Nilai gizinya terutama terletak pada protein, lemak dan semua zat-zat di dalam susu seperti asam laktat, vitamin-vitamin, garam-garam yang semuanya mudah diserap oleh tubuh setelah menjadi yoghurt. Yoghurt mempunyai kemampuan stimulasi yang efektif terhadap fungsi lambung dan usus kecil (Djaafar dan Rahayu 2006). Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara penambahan bakteri-bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptoccus thermophillus. Melalui fermentasi ini maka rasa yoghurt akan menjadi asam, karena adanya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut. Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan cita rasa yoghurt (Usmiati 2007). Proses fermentasi yoghurt berlangsung melalui penguraian protein susu. Sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan energi dan memecah laktosa tersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa

dengan bantuan enzim β-galaktosidase. Proses fermentasi akhirnya akan mengubah glukosa menjadi produk akhir berupa asam laktat (Hidayat dkk. 2013).

Proses produksi yang ada di PT X di antaranya adalah pemasakan susu, penambahan skim, fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermopilus, penyaringan, penambahan gula, pengemasan, dan

pendinginan. Produk yang dihasilkan ada 2 jenis yaitu frozen yoghurt dalam plastik LDPE 25 ml dan yoghurt cair dalam kemasan botol 300 ml. Ilustrasi produk dapat dilihat pada Gambar 3.

(19)

9

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada lini pengemasan masih dilakukan secara manual dan belum ada waktu standar yang berlaku khususnya untuk produk frozen yoghurt. Pekerjaan pada lini pengemasan terbagi ke dalam 3 elemen kerja. Pertama melakukan pengisian yoghurt ke dalam jar, kedua mengisi kemasan primer dengan yoghurt sebanyak 30 kali, dan ketiga mengemas produk akhir ke dalam kemasan sekunder berupa plastik. Diagram alir proses pada lini pengemasan bisa dilihat pada dan Gambar 4, sedangkan proses pekerjaan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4 Diagram alir proses pengemasan

(a) (b) (c)

(d)

Gambar 5 Elemen pekerjaan: (a) Pengisian jar; (b) Pemberian perisa; (c) Pengisian yoghurt ke dalam kemasan; (d) Pengemasan

(20)

10

Penelitian Pendahuluan

Pengukuran ini diawali dengan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan keseragaman dan kecukupan data. Penelitian pendahuluan pertama kali dilakukan dengan mengamati pekerjaan yang ada di PT X sebagaimana yang telah dipaparkan pada subbab sebelumnya.

Hasil pengukuran waktu untuk elemen kerja yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengukuran waktu untuk penelitian pendahuluan

Siklus Elemen Kerja (detik) Total

1 2 3

1 10 365 11 386

2 10 370 11 391

3 11 366 10 387

4 9 365 10 384

5 9 366 10 385

6 11 368 11 390

7 10 370 11 391

8 10 370 10 390

9 9 369 11 389

10 9 370 10 389

11 10 368 10 388

12 10 367 11 388

13 10 367 11 388

14 9 370 10 389

15 11 365 11 387

16 11 365 11 387

Rata-rata 9,9375 367,5625 10,5625 388,0625

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat data hasil pengukuran waktu dari elemen kerja yang dilakukan oleh pekerja sebanyak 16 orang. Pekerja tersebut dipilih secara acak oleh kepala bagian produksi. Hasilnya akan diolah lebih lanjut ke dalam bentuk subgrup-subgrup sebagaimana pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengelompokan data ke dalam subgrup

Sub

Grup Waktu Rata-rata

1 386 391 387 384 387

2 385 390 391 390 389

3 389 389 388 388 388,5

4 388 389 387 387 387,75

(21)

11 Pada Tabel 2, data pengukuran pada Tabel 1 dikelompokkan ke dalam sub grup sebanyak 4 sub grup. Masing-masing sub grup berisi 4 data pengukuran secara berurutan yang kemudian dirata-ratakan dan dilanjutkan dengan perhitungan standar deviasi dengan menggunakan persaman (1) dan (2). Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah saat akan membandingkan data pengukuran dengan hasil perhitungan rentang batas kontrol. Perhitungan batas kontrol dilakukan dengan menggunakan persamaan (3) dan (4).

Berdasarkan pengolahan data pada Lampiran 1 diketahui bahwa data waktu yang perlu dikumpulkan berada pada rentang 385,04 - 391,09 detik. Data pengukuran yang berada dalam rentang batas kontrol tersebut dapat menunjukkan bahwa data pengukuran pada Tabel 1 dan Tabel 2 seragam. Perhitungan nilai N’ menunjukkan nilai sebesar 40,465. Nilai N’ tersebut lebih besar dari jumlah data yang diambil (40,465 > 16). Hasil tersebut memiliki arti bahwa data pengukuran yang dikumpulkan masih kurang dan akan dianggap cukup jika mengukur sebanyak 24 data tambahan agar diperoleh data minimal sebanyak 40 data pengukuran.

Pengambilan Data Waktu Siklus

Penelitian dilanjutkan dengan pengamatan dan pengambilan data waktu siklus terhadap 3 orang pekerja yang telah dipilih secara acak oleh kepala bagian produksi. Banyaknya data yang diukur adalah sebanyak 40 data pengukuran terhadap ketiga orang pekerja yang telah dipilih oleh kepala bagian produksi PT X sebagaimana hasil perhitungan pada penelitian pendahuluan di atas. Hasil pengukuran waktu siklus dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengambilan waktu sikus dilakukan dengan menggunakan jam henti. Siklus kerja yang diukur terbagi menjadi 3 elemen kerja sebagaimana pada pembahasan sebelumnya yaitu berupa pengisian jar filler, pengisian yoghurt ke dalam kemasan primer, dan pengemasan frozen yoghurt ke dalam kemasan sekunder. Ketiga pekerja yang dipilih oleh kepala bagian produksi tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan dimana ketiganya memiliki pengalaman kerja yang tidak terlalu jauh berbeda antara 1,5 – 2 tahun. Selain itu berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pun menunjukkan bahwa ketiga pekerja tersebut memiliki kemampuan kerja yang hampir serupa.

(22)

12

Penentuan Faktor Penyesuaian

Tahapan selanjutnya berdasarkan metode yaitu penentuan faktor penyesuaian. Cara yang digunakan adalah cara objektif dimana membagi nilai faktor penyesuaian ke dalam 2 nilai yaitu kecepatan kerja (p1) dan kesulitan kerja (p2). Pekerja melakukan pekerjaannya dengan kecepatan normal, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat sehingga untuk kecepatan kerja (p1) dapat dinyatakan nilainya sebesar 1. Hal tersebut bisa dilihat dari waktu siklus masing-masing pekerja yang tidak terlalu berbeda jauh. Untuk tingkat kesulitan kerja (p2), dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pekerja yang kemudian dikonversikan ke dalam nilai yang tertera pada Lampiran 2, memberikan hasil seperti pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Perhitungan nilai faktor penyesuaian Penentuan p2

Bagian badan yang

digunakan: C = 0,02

Penggunaan pedal kaki: F = 0

Cara menggunakan kekuatan tangan: H = 0 Kontak mata:

J = 0,02

Penggunaan peralatan: N = 0

Beban kerja: B-1 = 0,02 +

Jumlah

0,06 p2 = 1 + 0,06 = 1,06

sehingga faktor penyesuaiannya: p = p1 x p2

p = 1 x 1,06 = 1,06

Berdasarkan pada Gambar 5 yakni dari ketiga elemen kerja berupa pengisian yoghurt ke dalam jar, mengisi kemasan primer dengan yoghurt sebanyak 30 kali, dan terakhir mengemas produk akhir ke dalam kemasan sekunder berupa plastik terlihat bahwa bagian tubuh yang digunakan untuk bekerja saat mengemas produk

frozen yoghurt adalah lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari saja sehingga

(23)

13 nilai B-1 = 0,02. Dengan demikian total nilai untuk tingkat kesulitan kerja (p2) adalah 1,06. Nilai akhir dari faktor penyesuaian adalah nilai kecepatan kerja (p1) dikalikan dengan nilai tingkat kesulitan kerja sehingga faktor penyesuaian memiliki nilai sebesar 1,06.

Nilai faktor penyesuaian sebesar 1,06 memiliki arti bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja perlu adanya penyesuaian yang diterapkan. Penyesuaian tersebut adalah berupa penambahan kecepatan bekerja. Hal tersebut terlihat dari nilai perhitungan faktor penyesuaian yang lebih besar dari 1 (p > 1) sehingga pekerja perlu menambah kecepatan pekerjaannya sampai 1,06 kali dari kecepatan sebelumnya.

Penentuan Kelonggaran

Penentuan besarnya nilai kelonggaran pun perlu diukur untuk ditambahkan dalam perhitungan waktu standar. Tujuan penambahan kelonggaran ini adalah sebagai bentuk pemberian hak pribadi pekerja dari perusahaan terhadap pekerja. Tidak bisa dipungkiri pula bahwasanya kelonggaran ini memang dibutuhkan karena pekerja perlu untuk melakukan hal-hal seperti mengobrol dengan sesama pekerja untuk menghilangkan kejemuan, minum jika haus, pergi ke toilet, menghilangkan rasa kelelahan, ataupun menghadapi hambatan-hambatan lainnya yang tidak bisa dihindari. Penentuan dan penambahan kelonggaran ini pun nantiya akan mengantarkan waktu normal yang ada menjadi sebuah waktu standar.

Penentuan kelonggaran dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan faktor kelonggaran yakni melalui pengamatan langsung terhadap pekerja. Hasil yang diperoleh nantinya akan dikonversikan ke dalam nilai seperti yang tertera pada Lampiran 3, dan berikut adalah hasilnya:

Tabel 4 Perhitungan nilai kelonggaran Nilai kelonggaran:

Tenaga yang dikeluarkan: 6,50%

Sikap kerja: 0,50%

Gerakan kerja: 0%

Kelelahan kerja: 2%

Temperatur tempat kerja: 2%

Keadaan atmosfer: 0%

Keadaan lingkungan yang baik: 0% +

Jumlah 11%

Kelonggaran yang diberikan sebesar 11% atau 0,11

(24)

14

Untuk sikap kerja pekerja sendiri seperti terlihat pada Gambar 5 yakni pekerja bekerja dalam kondisi duduk. Alas duduk yang digunakan berupa kursi yang terbuat dari kayu sehingga untuk waktu kerja yang lama (7 jam kerja) terasa kurang nyaman. Pada Lampiran 3 untuk sikap duduk memiliki rentang nilai 0,0 – 1,0. Rentang nilai tersebut dijabarkan menjadi 3 yakni 0,0 untuk sikap duduk nyaman, 0,5 kurang nyaman, dan 1,0 tidak nyaman. Berdasarkan hasil pengamatan kelonggaran untuk sikap duduk nilai yang diberikan 0,5%.

Selanjutnya ruang untuk pergerakan saat bekerja dianggap normal. Normal di sini memiliki arti bahwa ruang kerja tidak mengganggu atau membatasi gerak maupun jangkauan dari anggota tubuh pekerja. Berdasarkan Lampiran 3 untuk ruang kerja yang normal tanpa adanya hambatan mengganggu diberi nilai 0%.

Untuk kelelahan yang ditimbulkan saat bekerja khususnya pada bagian mata menilai kontak mata saat bekerja berdasarkan kondisi pencahayaan tempat bekerja. Tempat bekerja bagian pengemasan memiliki pencahayaan baik karena menggunakan cahaya matahari dan apabila mendung masih bisa menggunakan lampu neon tabung dengan watt yang cukup terang yakni sebesar 30 watt dan untuk pandangan pekerja terputus-putus namun cukup dekat yakni antara 20 – 25 cm. Berdasarkan Lampiran 3 rentang nilai untuk kelelahan mata dengan pandangan terputus-putus dan kondisi pencahayaan yang baik memiliki rentang nilai antara 0,0 – 6,0. Rentang nilai tersebut dijabarkan per jarak kontak mata sebesar 5 cm yang diawali dengan jarak normal yaitu sebesar 30 cm dan untuk 20 cm berada pada nilai 2% sehingga kelonggaran untuk kelelahan mata bernilai 2%.

Temperatur kerja berada pada kondisi yang normal suhu ruang untuk daerah Ciapus yaitu sebesar 25oC. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa rentang nilai untuk temperatur normal 0 – 5 dengan kelemahan normal. Rentang nilai tersebut dijabarkan menjadi bernilai 0 untuk suhu 22oC – 23oC, bernilai 1 untuk suhu 24oC, bernilai 2 untuk suhu 25oC, bernilai 3 untuk suhu 26oC, bernilai 4 untuk suhu 27oC, dan bernilai 5 untuk suhu 28oC. Suhu ruang yang terukur menunjukkan nilai 25oC sehingga kelonggaran untuk temperatur kerja bernilai 2%.

Keadaan atmosfer sendiri dalam kondisi yang baik karena tempat kerja telah dilengkapi dengan ventilasi udara yang memadai sehingga sirkulasi udara berjalan dengan baik dan nilai yang diberikan adalah 0%. Keadaan lingkungan kerja pun baik di mana cukup bersih dan sehat dimana tempat kerja jauh dari tempat pembuangan sampah dan selalu dibersihkan setiap selesai bekerja dengan dibuat sistem piket kebersihan. Kondisi baik lainnya didukung oleh keadaan pencahayaan yang baik serta kebisingan yang rendah sehingga nilai kelonggaran untuk keadaan lingkungan kerja bernilai 0%.

(25)

15 Perhitungan Waktu Standar

Perhitungan waktu standar diawali dengan menghitung waktu siklus rata-rata. Waktu siklus rata-rata diperoleh melalui perhitungan jumlah data waktu siklus dibagi dengan banyak data waktu siklus. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa waktu siklus rata-rata adalah sebesar 388,18 detik.

Perhitungan selanjutnya yaitu mengalikan waktu siklus rata-rata dengan faktor penyesuaian yang telah dihitung yakni sebesar 1,06. Perhitungan tersebut akan menghasilkan waktu normal (Lampiran 6). Hasil perhitungan waktu normal menghasilkan nilai sebesar 411,47 detik. Hal tersebut memiliki arti bahwa pekerja memiliki waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya secara normal atau telah menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang ada pada Lampiran 2 yakni anggota tubuh yang terpakai, penggunaan pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan, kemampuan menggunakan peralatan, dan beban kerja sebesar 411,47 detik.

Waktu normal yang telah diperoleh dihitung lebih lanjut dengan menambahkan kelonggaran. Kelonggaran yang telah diketahui nilainya selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu standar dengan menggunakan persamaan (7) (perhitungan pada Lampiran 6). Nilai waktu normal yang telah dihitung sebelumnya ditambahkan dengan waktu normal yang dikalikan dengan kelonggaran sehingga didapatlah waktu standar. Besarnya waktu standar yang telah dihitung adalah sebesar 456,73 detik. Waktu standar tersebut akan diterapkan untuk menyelesaikan pekerjaan pekerja berupa pengemasan sebuah bungkus produk frozen yoghurt yang didalamnya berisi 30 bungkus yoghurt dengan volume ± 25 ml.

Validasi Waktu Standar

Waktu yang akan dijadikan standar kerja tersebut apabila akan diterapkan tentu perlu divalidasi. Validasi ini dilakukan dengan menerapkan waktu standar yang telah dihitung sebelumnya terhadap pekerja lain. Jumlah pekerja yang dijadikan objek validasi sebanyak 3 orang pekerja. Ketiga pekerja tersebut dipilih oleh kepala bagian produksi. Proses validasi ini hampir sama dengan proses penentuan waktu standar sebelumnya yakni dengan melakukan pengukuran waktu siklus sebanyak 40 kali, menghitung waktu siklus, waktu normal, dan akhirnya diperoleh waktu hasil yang akan dibandingkan dengan data waktu standar yang telah dihitung sebelumnya. Apabila nilai data validasi berada pada rentang nilai ketelitian sebesar 5% maka data akan dianggap valid.

Proses validasi diawali dengan pengamatan waktu siklus 3 orang pekerja lain dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Data pengukuran waktu siklus yang terkumpul dirata-ratakan sebagaimana yang tertera pada persamaan (6). Hasilnya diketahui bahwa waktu siklus rata-rata dari 3 orang pekerja lainnya adalah 388,23 detik.

(26)

16

rata-rata dengan faktor penyesuaian sehingga menghasilkan waktu normal. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa waktu normal yang dihasilkan sebesar 411,52 detik.

Waktu normal tersebut ditambahkan dengan kelonggaran yang telah ditentukan melalui perhitungan sebelumnya pada Tabel 4 yakni sebesar 0,11 dengan menggunakan persamaan (8). Waktu normal ditambah dengan waktu normal yang dikalikan dengan nilai kelonggaran. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilainya sebesar 456,78 detik (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7). Data perhitungan untuk validasi yang telah diperoleh tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan dengan data penentuan waktu standar sebelumnya di mana tidak jauh berbeda 5% dari 456,73 detik sehingga data yang diperoleh dapat dianggap valid.

Waktu Standar

Waktu standar merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam meningkatkan kesungguhan pekerja dalam mengerjakan pekerjaannya. Kesungguhan tersebut pun akan memberi dampak positif kepada perusahaan yakni tercapainya target produksi yang diinginkan oleh perusahaan. Terlebih perusahaan yang masih menggunakan jasa pengerjaan manual atau tanpa mesin (Ousnamer 2013). Oleh sebab itu, dilakukan pengukuran waktu standar terhadap lini pengemasan PT X.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesugguhan pekerja sehingga mampu memberikan stimulan untuk mencapai target produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah menerapkan sebuah waktu standar. Waktu kerja yang distandarkan akan menyamaratakan kecepatan serta kemampuan kerja bagi para pekerja. Penerapan waktu standar sendiri dapat meningkatkan pencapaian produksi kurang lebih antara 20 – 30% (Lin dkk. 2009). Hasil pengukuran waktu standar setelah penambahan faktor penyesuaian dan kelonggaran menunjukkan nilai sebesar 456,73 detik atau setara dengan 7 menit 36 detik untuk setiap pengerjaan satu bungkus produk per pekerja. Hal ini berarti bahwa selama 7 jam kerja per hari, dalam kondisi tunak PT X akan mampu memroduksi 3.300 bungkus dengan 60 pekerja karena produktivitas pekerja yang mampu menghasilkan 55 bungkus. Nilai tersebut tentu masih sebatas dugaan atau teori semata.

(27)

17

Tabel 5 Hasil simulasi perbandingan sebelum dan sesudah penerapan waktu standar

Sebelum Sesudah Keterangan

Tanggal Jumlah Produk (bungkus)

Tanggal Jumlah Produk (bungkus) 11 Mei 2015 1.980 25 Mei 2015 2.980 12 Mei 2015 2.020 26 Mei 2015 3.020 13 Mei 2015 2.360 27 Mei 2015 3.060 14 Mei 2015 2.100 28 Mei 2015 3.100 15 Mei 2015 2.450 29 Mei 2015 3.150

Kondisi sebelum dilakukannya simulasi penerapan waktu standar merupakan kondisi yang umum terjadi pada perusahaan dimana pekerja dengan kemampuan yang sungguh-sungguh sehingga sering kali target produksi tidak tercapai. Padahal perusahaan sangat berkeinginan untuk mencapai target produksi yang ditetapkan. Pencapaian target produksi dilakukan agar perusahaan terhindar dari pengeluaran lebih untuk membayar pekerja yang bekerja lembur (di luar waktu kerja normal), meningkatnya sampah akibat bahan yang terbuang percuma (mudah rusak/basi), dan pengeluaran berlebih untuk energi (listrik, air, pemanas, dsb.). Oleh sebab itu, menjadi penting hukumnya bagi perusahaan untuk mencapai target produksi (Jovanovic 2014).

Pengamatan sebelum dilakukan simulasi penerapan waktu standar dilakukan senormal mungkin. Maksudnya adalah bahwa pekerja melakukan pekerjaannya sebagaimana biasanya bekerja sehari-hari tanpa ada arahan khusus. Hasilnya terlihat seperti pada Tabel 5 dimana produk yang dihasilkan fluktuatif (tidak tetap). Setelah itu, dilakukan simulasi penerapan waktu standar terhadap pekerja. Simulasi dilakukan dengan memberi arahan khusus yang disampaikan kepala bagian produksi dimana tiap pekerja harus bekerja dengan standar waktu 455,73 detik untuk satu bungkus frozen yoghurt dan dilakukan pengawasan yang lebih ketat dari biasanya terhadap pekerja. Hasilnya Penerapan waktu standar memberikan dampak positif terhadap tingkat produksi pada PT X. Hal ini terbukti pada data yang terlihat di Tabel 5. Artinya waktu standar mampu memberikan dorongan terhadap pekerja untuk bekerja secara disiplin dan mempermudah perusahaan dalam mengontrol kinerja pekerjanya khususnya di bagian pengemasan dalam PT X.

(28)

18

terlalu lama atau asyik mengobrol, bermain telepon seluler, dan bekerja secara tidak sungguh-sungguh.

Simulasi penerapan waktu standar pun benar adanya memberi peningkatan sebesar 20 – 30% sebagaimana yang disampaikan oleh Lin dkk. (2009). Pada lini pengemasan PT X mengalami peningkatan produksi sebesar 28,74% (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8). Hal tersebut tentu merupakan hal yang positif bagi PT X.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pengukuran waktu standar yang telah dilakukan menunjukkan hasil sebesar 456,73 detik. Nilai waktu standar tersebut divalidasi dengan menerapkan waktu standar tersebut terhadap tiga orang pekerja yang berbeda dalam satu lini pengemasan. Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh sebesar 5% dari tingkat ketelitian sehingga waktu standar tersebut dapat dinyatakan valid.

Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa waktu standar yang dapat diterapkan pada lini pengemasan PT X adalah sebesar 456,73 detik atau sekitar 7 menit 36 detik untuk satu bungkus isi 30 pcs. Hal ini memiliki arti bahwa 7 jam kerja per hari, dalam kondisi tunak PT X akan mampu memroduksi 3.300 bungkus dengan 60 pekerja karena produktivitas pekerja yang mampu menghasilkan 55 bungkus dan akan meningkatkan produktivitas produksi sebesar 28,73%.

Saran

Penerapan waktu standar yang telah diperoleh ini sebaiknya segera diterapkan agar perusahaan lebih mudah mengontrol pekerjanya agar dapat mencapai target produksi yang diterapkan. Pada penerapannya nanti sebaiknya pekerja diberi pelatihan terlebih dahulu sebagai bentuk penyesuaian terhadap waktu standar yang ada. Selain itu, melalui data waktu standar tersebut pun akan memberi kemudahan kepada perusahaan untuk mengatur sistem penggajian bagi pekerjanya. Pada penelitian ini pun masih jauh dari kata sempurna sehingga masih perlu dilakukan kajian lebih mendalam agar dihasilkan waktu standar yang lebih aktual dengan kondisi pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

19 Barnes, R M. 1980. Motion and Time Sudy Design and Measurement of Work.

United States : John Wiley & Sons.

Djaafar, T F dan E S Rahayu. 2006. Karakteristik yogurt dengan inoculum Lactobacillus yang diisolasi dari makanan fermentasi tradisional. Agros. 8 (1): 73-80.

Elnekave, M dan I Gilad. 2006. Time-based approach to obtain quantitative measures for ergonomics hazard analysis. International Journal of Production

Research, Vol. 44, No. 23, 1 Desember 2006, 5147–5168.

Hidayat, I R, Kusrahayu, dan S Mulyani. 2013. Total bakteri asam laktat, nilai pH, dan sifat organoleptik drink yoghurt dari susu sapi yang diperkaya dengan ekstrak buah mangga. Animal Agriculture Journal Vol. 2 (1): 163.

Jovanovic, J R. 2014. Manufacturing cycle time analysis and scheduling to optimize its duration. Journal of Mechanical Engineering Vol. 60 (7-8), 512-52.

Lin, L dkk. 2009. Real time production improvement through bottleneck control. International Journal of Production Research, Vol. 47, No. 21, 1 November 2009, 6145–6158.

Madyana, A M. 1996. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Universitas Atmajaya. Yogyakarta.

Niebel, B W. 1972. Motion and Time Study. Georgetown: Irwin Dorsey Ltd. Ousnamer, M. 2013. Time standards as an innovative technique that make use of a

conventional IE skill. Journal of Engineering and Management Vol. 15 (2): 28-31.

Prawira, S Y. 1998. Studi Gerak dan Waktu Pembuatan Kerupuk Putih dan Kerupuk Merah di Perusahaan Doa Ibu, Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Quick, J H. 1962. Work Factor Time Standards. New York: Mc Graw-Hill Book Co.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar

Suma’mur. 1976. Manusisa dan Pekerjaannya. Jakarta: PT. Gunung Agung. Sutalaksana, I Z¸ Anggawisastra, R¸ Tjakraataja, J H. 1979. Teknik Tata Cara

Kerja. Jurusan Teknik Industri ITB. Bandung.

Syamsi, I. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta: Bumi Aksara. Usmiati, S. 2007. Yoghurt, susu fermentasi dengan rasa menyegarkan. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 29(2):23-27. Wetik, J L. 1983. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja.Jakarta:Erlangga. Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi Keempat.

(30)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Penelitian Pendahuluan Nilai rata-rata (

�̅

waktu siklus = 388,0625 detik Nilai standar deviasi (SD) =

∑ �− �̅

= 2,015564

Nilai SD.

�̅

=

��

√ � � = 1,007782 BKA =

�̅

+ 3(SD.

�̅

= 391,09

BKB =

�̅

- 3(SD.

�̅

= 385,04

Nilai N’ =

[

√ ∑� − ∑�
(31)

21 Lampiran 2 Tabel Penentuan Penyesuaian secara Obyektif

Keadaan Lambang Penyesuaian (%)

Anggota tubuh terpakai

Jari A 0

Pergelangan tangan dari jari B 1

Lengan bawah, pergelangan tangan, dan

jari C 2

Lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan, dan jari D 5

Badan E 8

Mengangkat beban dari lantai dengan

kaki E2 10

Pedal kaki

Tanpa pedal, atau satu pedal dengan

sumbu di bawah kaki F 0

Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak

di bawah kaki G 5

Penggunaan tangan

Keadaan tangan saling membantu atau

bergantian H 0

Kedua tangan mengerjakan gerakan

yang sama pada saat yang sama H2 18

Koordinasi mata dengan tangan

Sangat sedikit I 0

Cukup dekat J 2

Konstan dan dekat K 4

Sangat dekat L 7

Lebih kecil dari 0,04 cm M 10

Peralatan

Dapat ditangani dengan mudah N 0

Sedikit kontrol O 1

Perlu kontrol dan penekanan P 2

Perlu penanganan dan hati-hati Q 3

Mudah pecah dan patah R 5

Beban (kg) Tangan Kaki

0,45 B-1 2 1

0,90 B-2 5 1

1,35 B-3 6 1

1,80 B-4 10 1

2,25 B-5 13 1

2,70 B-6 15 3

(32)

22

3,60 B-8 19 5

4,05 B-9 20 6

4,50 B-10 22 7

4,95 B-11 24 8

5,40 B-12 25 9

5,85 B-13 27 10

(33)

23 Lampiran 3 Tabel Penentuan Kelonggaran

Faktor Kelonggaran (%)

A. Tenaga yang dikeluarkan beban (kg) Ekivalen Pria Wanita 1. Dapat diabaikan Tanpa beban 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0 2. Sangat ringan 0,00 - 2,25 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5

3. Ringan 2,25 - 9,00 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0

4. Sedang 9,00 - 18,00 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0

5. Berat 19,00 - 27,00 19,0 - 30,0

6. Sangat berat 27,00 - 50,00 30,0 - 50,0

7. Luar biasa berat > 50

B. Sikap kerja

1. Duduk 0,0 - 1,0

2. Berdiri di atas dua kaki 1,0 - 2,5

3. Berdiri di atas satu kaki 2,5 - 4,0

4. Berbaring 2,5 - 4,0

5. Membungkuk 4,0 - 10,0

C. Gerakan kerja

1. Normal 0

2. Agak terbatas 0 – 5

3. Sulit 0 – 5

4. Pada anggota-anggota

badan terbatas 5 – 10

5. Seluruh anggota badan

terbatas 10 – 15

D. Kelelahan mata Pencahayaan baik Pencahayaan buruk 1. Pandangan terputus-putus 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0 2. Pandangan yang hampir

terus-menerus 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5

3. Pandangan terus-menerus

dengan fokus tak tetap 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0 4. Pandangan terus-menerus

dengan fokus tetap 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0

E. Temperatur tempat kerja Temperatur (oC)

Kelemahan

normal Berlebihan

1. Beku < 0 < 10 < 12

2. Rendah 0 – 13 10 – 0 12 – 5

3. Sedang 13 – 22 5 – 0 8 – 0

4. Normal 22 – 28 0 – 5 0 – 8

5. Tinggi 28 – 38 5 – 40 8 – 100

(34)

24

F. Keadaan atmosfer

1. Baik Ruang dengan ventilasi baik,

udara segar 0

2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada

bau-bauan (tidak bahaya) 0 – 5 3. Kurang baik Banyak debu beracun atau

tidak beracun 5 – 10

4. Buruk

Ada bau-bauan berbahaya yang mengahruskan menggunakan alat bantu pernapasan

10 – 20

G. Keadaan lingkungan 1. Bersih, sehat, cerah dengan

kebisingan rendah 0

2. Siklus kerja berulang antara

5-10 detik 0 – 1

3. Siklus kerja berulang antara

0-5 detik 1 – 3

4. Sangat bising 0 – 5

5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh menurunkan kualitas

0 -5 6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10 7. Keadan luar biasa

(35)

25 Lampiran 4 Data Pengukuran Waktu Siklus

LEMBARAN PENGAMATAN hal 1

dari 2 hal.

Pekerjaan: Pengemasan Yoghurt

Nama Mesin: Tanpa Mesin

Stasiun Kerja: Pengemasan Yoghurt

Nama Pabrik: PT Mutiara Mandiri Jaya

Pengukuran ke- Elemen Total Waktu Keterangan

1 2 3

1 10 370 11 391

2 10 368 10 388

3 9 368 10 387

4 10 370 11 391

5 10 369 10 389

6 10 369 11 390

7 9 367 11 387

8 10 367 10 387

9 9 368 10 387

10 9 367 10 386

11 10 368 10 388

12 9 370 10 389

13 10 369 10 389

14 9 368 11 388

15 9 368 10 387

16 10 368 10 388

17 9 368 10 387

18 9 368 10 387

19 10 367 11 388

20 10 367 11 388

21 11 368 10 389

22 11 366 10 387

23 9 370 10 389

24 10 370 10 390

25 11 368 10 389

26 11 369 10 390

27 9 369 10 388

28 9 368 11 388

29 11 367 11 389

30 10 368 10 388

31 10 368 11 389

32 9 367 10 386

(36)

26

34 10 368 11 389

35 10 367 11 388

36 9 369 10 388

37 9 368 11 388

38 11 367 10 388

39 11 366 10 387

(37)

27 Lampiran 5 Data Pengukuran Waktu Siklus untuk Validasi

LEMBARAN PENGAMATAN hal 2

dari 2 hal.

Pekerjaan:

Pengemasan Yoghurt

Nama Mesin: Tanpa Mesin

Stasiun Kerja:

Pengemasan Yoghurt

Nama Pabrik: PT Mutiara Mandiri Jaya

Pengukuran ke- Elemen Total Waktu Keterangan

1 2 3

1 9 368 10 387

2 9 368 10 387

3 10 367 11 388

4 10 367 11 388

5 11 368 10 389

6 11 366 10 387

7 9 370 10 389

8 10 370 10 390

9 11 368 10 389

10 11 369 10 390

11 9 369 10 388

12 9 368 11 388

13 11 367 11 389

14 10 368 10 388

15 10 368 11 389

16 9 367 10 386

17 10 370 11 391

18 10 368 10 388

19 11 368 10 389

20 10 368 11 389

21 9 369 10 388

22 11 368 10 389

23 9 367 10 386

24 10 367 10 387

25 9 368 10 387

26 9 367 11 387

27 10 368 10 388

28 9 370 10 389

29 10 369 10 389

30 10 366 11 387

31 9 370 10 389

(38)

28

33 9 369 10 388

34 9 368 11 388

35 11 367 10 388

36 9 370 10 389

37 9 369 10 388

38 11 370 10 391

39 11 366 10 387

(39)

29 Lampiran 6 Perhitungan Waktu Standar

 Waktu siklus rata-rata = ∑ �� = 388,175 detik

 Waktu normal = Ws x p = 388,175 x 1,06 = 411,47 detik

 Waktu standar = Wn + (Wn*kelonggaran)

(40)

30

Lampiran 7 Perhitungan Waktu Standar untuk Validasi

 Waktu siklus rata-rata = ∑ �� = 388,225 detik

 Waktu normal = Ws x p = 388,225 x 1,06 = 411,52 detik

 Waktu kerja = Wn + (Wn*kelonggaran)

(41)

31 Lampiran 8 Perhitungan Peningkatan Produksi

%Peningkatan =∑ � � ℎ � �− ∑ � � � �

∑ � � ℎ � � x 100%

= . − .9

(42)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 Januari 1993 dari ayah Sutrisno (alm) dan ibu Laela Relawati SE. Penulis adalah putra satu-satunya. Penulis memulai pendidikan di TK Indria (1997-1998), melanjutkan ke SD Negeri Panaragan 1 (1999-2004), SMP Negeri 1 Bogor (2005-2007), dan SMA Negeri 1 Bogor (2008-2010). Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kampus seperti kepanitiaan Masa Pekenalan Departemen dan Masa Perkenalan Himpunan (HAGATRI) 2013. Penulis juga aktif dalam himpunan profesi (HIMALOGIN) sebagai Wakil Ketua pada periode 2012/2013 dan sebagai Ketua pada periode 2013/2014. Penulis juga aktif mengikuti pogram yang diadakan oleh pihak kampus yakni Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) sebanyak 2 kali yakni PKM bidang pengabdian masyarakat pada tahun 2012 (PKM-M) dan PKM bidang penelitian pada tahun 2014 (PKM-P).

Gambar

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 2 Lembar Pengamatan
Gambar 4 Diagram alir proses pengemasan
Tabel 2 Pengelompokan data ke dalam subgrup
+4

Referensi

Dokumen terkait

“PENERAPAN SANKSI TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DI PENGADILAN NEGERI REMBANG” dalam rangka memenuhi syarat

AHMAD SUKRI No KP 602A6B9801 T5 IBN AL-RAZI MEOR MUHAMMAD IKMAL BIN MD RAJEH No KP meorensem T5 IBN AL-RAZI MOHAMAD NUR ARIF BIN MOHD NORDIN No KP izzuddin17 T5 IBN AL-RAZI MUHAMMAD

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.B DENGAN MASALAH UTAMA GOUT ARTRITIS (ASAM URAT) PADA Tn.B DI JAMUR RT 02 RW VII, TRANGSAN, DI WILAYAH.. PUSKESMAS GATAK, SUKOHARJO (Ikhsan

Mengenai tindak pidana ringan, dalam Pasal 205 ayat (1) KUHAP, dikatakan bahwa yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam

Analisis ragam juga menunjukkan bahwa pengaruh interaksi dua faktor (lokasi x varietas) nyata atau sangat nyata terhadap tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur

Dengan asumsi teknik yang sama, jaringan, dan faktor yang berpengaruh lainnya, respon jaringan pada seluruh jenis benang jahit relatif sama pada hari ke lima hingga hari ke

Berdasarkan hasil wawancara dengan generasi pertama yaitu pendiri perusahaan dan manajer pemasaran serta generasi kedua yaitu manajer personalia menunjukkan bahwa

kaalaman at kasanayan sa pagbasa at pag- iisip at nagagamit ang mga ito depende sa sinasabi ng awtor at paano ito sinasabi.. Nakapagsasarili – nakagagawa