• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR KUNCI PEREKONOMIAN

WILAYAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

REZKA FARAH WALIDA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

REZKA FARAH WALIDA. Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO. Pembangunan wilayah merupakan integrasi dari pembangunan nasional. Tujuan utama pembangunan wilayah sejak era otonomi daerah dimulai adalah megembangkan perekonomian wilayah dengan konsep local spesific dan inward looking. Suatu daerah dapat meningkatkan perekonomian wilayahnya dengan memanfaatkan keunggulan dari sektor perekonomian yang ada didaerah tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis penentuan sektor kunci atau sektor pemimpin pada daerah tersebut sehingga sumber daya yang digunakan menjadi efisien dan kebijakan pembangunan menjadi tepat sasaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Tabel Input Output Kabupaten Belitung Timur tahun 2010, klasifikasi 60 sektor yang di agregasi menjadi 9 sektor. Analisis tersebut terdiri atas analisis keterkaitan, analisis penyebaran dan analisis pengganda. Berdasarkan hasil analisis input-output, sektor kunci pada daerah Kabupaten Belitung Timur adalah sektor pertambangan serta sektor konstruksi dengan nilai total multiplier output dan total multiplier income yang signifikan.

Kata kunci: Analisis Input Output, Kabupaten Belitung Timur, Sektor Kunci

ABSTRACT

REZKA FARAH WALIDA. Identification Analysis of Regional Economic Key Sector of East Belitung District . Supervised by ARIEF DARYANTO

Regional development is the integration of national development. The main objectives of regional development is developing regional economic with local spesific and inward looking concept since the regional autonomy era. A region can improve its economic by taking advantages of economic sector in that area. Therefore it is necessary to analyze the determination of key sectors or leading sectors in the region, so resources in that area can be used effeciently and development policies be well targeted. The method of this research is input-output table analysis of East Belitung district in 2010, the classifiaction of 60 sectors aggregated into 9 sectors. The analysis consist of linkage analysis (forward and backward linkages), dispersions analysis (coefficient and sensitivity of dispersions), and multiplier analysis (output multiplier and income multiplier). Based on input-output analysis, key sectors in East Belitung District are mining and construction sector with significant total output multiplier output and total income multiplier .

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR KUNCI PEREKONOMIAN

WILAYAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

REZKA FARAH WALIDA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur

Nama : Rezka Farah Walida NIM : H14090042

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph.D Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk menganalisis struktur perekonomian Kabupaten Belitung Timur, keterkaitan, efek penyebaran, dan angka multiplier output serta income sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur serta mengidentifikasi sektor kunci pada daerah ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Fifi Fathoelbaary Sitepu dan Ibu Yati Haryati atas segala kasih sayang, dukungan moril, materil, semangat juang dan doa yang tidak pernah putus, semoga ini bisa menjadi kado bahagia yang dapat meringankan sakit Mama. Terima kasih untuk kedua adik penulis, M. Rubby Ramadhan Sitepu dan Rahmi Putri Salisa Sitepu atas semangat dan doanya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, M.A, Lc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

4. Seluruh staff BPS Pusat dan BPS Kabupaten Belitung Timur yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

5. Teman-teman sebimbingan, Rissa Fandi Febrina, Assrianti, Galuh Raga Pramana yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini

6. Sahabat penulis, Pandiwi, Friska, Farhana, Maria, Astrid, Nina, Kak Okty dan Kak Fitri atas dukungan dan doanya dalam penyelesaian skripisi ini.

7. Ihsan Adly atas semangat, motivasi dan perjuangan bersama selama tiga tahun di departemen Ilmu Ekonomi IPB

8. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48, terimakasih atas doa dan dukungannya. Fitria Nugrahaeni dan Prayoga Nur Imam serta kakak Ilmu Ekonomi 45 yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini 9. Adik-adik Praktikan Sosiologi Umum: Hanjin, Navia, Dhani, Intan, Vivi, Iin,

Imam, Mela dan Sidik, dan lain-lain atas semangat dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Konsep Pembangunan Ekonomi 5

Tabel Input Output (IO) 8

Sektor Kunci 11

Penelitian Terdahulu 12

Kerangka Pemikiran 13

METODE PENELITIAN 15

Jenis dan Sumber Data 15

Metode Analisis 15

Definisi Operasional Data 19

GAMBARAN UMUM 21

Letak Astronomis, Luas Wilayah, Topografi dan Iklim 21

Kependudukan dan Tenaga Kerja 23

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belitung Timur 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Struktur Perekonomian Kabupaten Belitung Timur 25

Analisis Keterkaitan 32

Analisis Dampak Penyebaran 34

Analisis Angka Pengganda (Multiplier) 35

Penentuan Sektor Kunci 37

Perbandingan Hasil Penelitian dengan RPJMD Kabupaten Belitung Timur

(10)

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 43

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Belitung Timur

Atas Dasar Harga Konstan 2000 3

2 Ilustrasi Tabel Input-Output Sederhana 10

3 Rumus Perhitungan Multiplier Effect Menurut Tipe Dampak 18 4 Klasifikasi Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Belitung Timur 22

5 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 23

6 Struktur Angkatan Kerja Kabupaten Belitung Timur 24 7 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010 24 8 Struktur Output Sektoral Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010 25 9 Struktur Permintaan Sektoral Kabupaten Belitung Timur 26 10 Konsumsi Rumah Tangga terhadap Sektor-sektor Perekonomian

Kabupaten Belitung Timur 2010 27

11 Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten

Belitung Timur 28

12 Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur 29 13 Net Ekspor Sektor-Sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur 30 14 Struktur Nilai Tambah Bruto Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010 30 15 Keterkaitan ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung

Timur 33

16 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian

Kabupaten Belitung Timur 33

17 Tabel Daya Penyebaran antar Sektor di Kabupaten Belitung Timur

Tahun 2010 34

18 Nilai Multiplier Output Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung

Timur 36

19 Nilai Multiplier Income Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung

Timur Tahun 2010 37

20 Total Multiplier Output dan Total Multiplier Income Seluruh Sektor

Ekonomi di Kabupaten Belitung Timur 37

21 Perbandingan Hasil penelitian dengan RPJMD Kabupaten Belitung

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva Lorenz 7

2. Comparative to Competitive Advantage Poter 7

3. Kerangka Pemikiran 14

4. Peta Administrativ Kabupaten Belitung Timur 22

5. Penentuan Sektor Kunci dengan Analisis Indeks Angka Multiplier 38

DAFTAR LAMPIRAN

1. Klasifikasi Sektor-sektor Kabupaten Belitung Timur berdasarkan tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 46 2. Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur Klasifikasi 9 Sektor 49 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor 52 4. Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 9 Sektor 53 5. Multiplier Output Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

Tahun 2010 54

6. Multiplier Income Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bentuk integrasi dari pembangunan nasional suatu negara yang diarahkan pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi setiap daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah sewajarnya dilaksanakan secara terpadu, selaras, seimbang dan sesuai dengan karakteristik dan prioritas pada daerah tersebut.

Pemberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan salah satu langkah konkrit pemerintah untuk mengakomodasikan pembangunan ekonomi dalam bentuk otonomi daerah. Otonomi daerah menciptakan pelimpahan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Oleh sebab itu pemerintah daerah dituntut kreatif dalam menciptakan kebijakan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya, sehingga diharapkan pembangunan yang dilakukan menjadi efektif dan efisien.

Konsep pembangunan pada suatu wilayah perlu memperhatikan karakteristik lokal (local specific) wilayah yang dapat meningkatkan potensi wilayah tersebut dan harus mengacu pada kondisi wilayah itu sendiri (inward looking). Pemilihan prioritas pembangunan yang mengacu pada kebutuhan masyarakat setempat pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat wilayah tersebut.

Masalah utama dalam pembanguanan adalah adanya keterbatasan sumber daya. Menurut Anwar dan Rustiadi (2000), akibat keterbatasan sumberdaya yang tersedia, perlu ada skala prioritas pembangunan. Skala prioritas dipandang dari sudut dimensi sektor pembangunan dan didasarkan atas suatu pemahaman bahwa: 1. Setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang

berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan (penyerapan tenaga kerja, pendapatan regional, dan lain-lain);

2. Setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda;

3. Aktivitas sektoral menyebar secara tidak merata dan spesifik; beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), dan sumberdaya sosial yang ada.

(14)

2

Pengembangan wilayah sudah sewajarnya menjadi isu yang sangat penting dalam era otonomi daerah saat ini, khususnya menyangkut otonomi kabupaten dan kota. Oleh sebab itu daerah kabupaten dan kota yang ada perlu mewujudkan strategi pengembangan wilayah yang tepat bagi wilayah dan masyarakat dalam rangka pencapaian kemandirian wilayah agar tujuan awal otonomi daerah terwujud. Salah satu daerah otonomi baru yang belum lama ini mengalami pemekaran adalah Kabupaten Belitung Timur. Awalnya Kabupaten Belitung Timur berada dalam wilayah administratif Kabupaten Belitung, kemudian dengan pertimbangan luas wilayah, persebaran dan pertumbuhan penduduk serta dinamika kehidupan masyarakat sebuah provinsi baru, perlu diatasi dengan mengurangi rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru. Pada tanggal 25 Februari 2003 terbentuklah daerah administratif baru Kabupaten Belitung Timur.

Daerah otonomi baru seperti Kabupaten Belitung Timur memerlukan kebijakan pembangunan yang terarah dan efisien. Kebijakan pembangunan Belitung Timur merupakan derivasi dari Kebijakan Pembangunan Nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang disesuaikan dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal. Kebijakan pembangunan Kabupaten Belitung Timur yang terdapat pada RPJM Daerah (RPJMD) tahun 2011-2015 bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan fokus tiga sektor utama yaitu pariwisata, industri pengolahan dan usaha mikro kecil menengahranca. Hal ini dikarenakan tiga sektor tersebut merupakan sektor tersier dengan pertumbuhan terhadap kontribusi PDRB sebesar rata-rata 0,688%. Sektor tersier dapat diprioritaskan dengan bantuan dari sektor pertambangan dan pertanian, sementara itu sektor primer dan sekunder mengalami penurunan rata-rata kontribusi masing-masing 0.445% dan 0.091% Oleh sebab itu Kabupaten Belitung Timur memerlukan kajian mengenai kebijakan pembangunan berbasis kewilayahan yang memprioritaskan keterkaitan fungsional antar sektor. Tujuan utamanya adalah agar konsep otonomi daerah dapat dimaknai dengan benar dan tepat.

Perumusan Masalah

(15)

3 Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Belitung Timur

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha

Tahun 2009 Tahun 2010* Tahun 2011** Jumlah

Pertambangan dan Penggalian 119 357 119 983 122 869

Industri Pengolahan 116 916 124 043 31 739

Listrik Gas dan Air Bersih 7 771 9 306 10 223

Konstruksi 57 682 60 029 66 418

Perdagangan, Hotel dan Restoran 134 494 139 937 148 595 Pengangkutan dan komunikasi 28 823 31 097 32 759 Keuangan, real estate dan jasa

perusahaan 36 740 40 315 43 974

Jasa 86 306 97 464 106 773

Sumber: BPS Kabupaten Belitung Timur 2011

Struktur perekonomian daerah ini di dominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi terhadap PDRB dari tahun ke tahun konstan mengalami peningkatan (Tabel 1). Sub sektor perikanan berperan penting dalam dominasi sektor pertanian. Kondisi geografis Belitung Timur yang dikelilingi oleh lautan menjadi salah satu alasan sektor perikanan daerah ini berpotensi.

Daryanto dan Harfizrianda (2010) menyatakan bahwa dalam perekonomian regional kontribusi suatu sektor dalam menciptakan PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja, padahal dampak pembangunan suatu sektor ekonomi tidak bisa dilihat sebatas pada kemampuannya menciptakan PDRB semata. Namun yang lebih penting adalah bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah dengan mengkaji keterkaitan serta efek sebar yang dapat diberikan oleh suatu sektor ekonomi yang dapat memberi efek lanjut kepada aktivitas pembangunan sektor lain. Hal inilah yang mengakibatkan selama ini sering terjadi kesalahan penempatan anggaran pembangunan dengan potensi sektor yang ada. Oleh sebab itu perlu direncanakan program kegiatan pembangunan daerah yang memprioritaskan sektor kunci sebagai penggerak roda perekonomian wilayah yang berbasis penyerasian kegiatan antar sektor di Kabupaten Belitung Timur. Identifikasi sektor kunci di Kabupaten Belitung Timur dilakukan dengan analisis Input-Output untuk dapat mengkaji keterkaitan, peranan dan efek sebar antar sektor perekonomian sehingga dapat membantu pihak pemerintah daerah dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi dan perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Belitung Timur, sehingga permasalahan regional daerah ini dapat diatasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(16)

4

2. Bagaimanakah keterkaitan dan daya penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur?

3. Bagaimana efek pengganda (multiplier ) output dan pendapatan sektor-sektor dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur?

4. Sektor manakah yang dapat menjadi sektor kunci bagi perekonomian Kabupaten Belitung Timur, ditinjau dari indeks aktual multiplier output dan pengganda income yang dihasilkan?

5. Apa sajakah kebijakan pembangunan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sektor kunci perekonomian wilayah Kabupaten Belitung Timur?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis struktur perekonomian Kabupaten Belitung Timur ditinjau berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, dan nilai tambah bruto.

2. Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang serta daya penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur.

3. Menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur terhadap kondisi ekonomi daerah berdasarkan efek pengganda (multiplier ) output dan pendapatan.

4. Menentukan sektor kunci dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur dilihat dari indeks aktual multiplier output dan pengganda income yang dihasilkan.

5. Menentukan kebijakan pembangunan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sektor kunci perekonomian wilayah Kabupaten Belitung Timur.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pembuat kebijakan dan pemerintah (pusat dan daerah), khususnya pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pembangunan secara terintegrasi

2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya

3. Sebagai wawasan bagi para pembaca mengenai analisis sektor kunci dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

5 perekonomian lainnya. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data pada tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur tahun 2010, klasifikasi 60 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor. Agregasi menjadi 9 sektor dilakukan dengan tujuan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor-sektor dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur. Agregasi sangat menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya yang bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam ke dalam satuan-satuan sektor yang memiliki persamaan

Data yang dianalisis dari tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestrik atas harga produsen. Pengolahan data menggunakan aplikasi Input Output Analysis for Practitioners (IOAP)dan Microsoft Excell 2007. Penelitian ini tidak dapat melihat efek pengganda (multiplier) tenaga kerja dari masing-masing sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi pada Tabel Input-Ouput tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan secara tradisional memiliki makna kapasitas dari perekonomian nasional suatu negara yang kondisi ekonomi awalnya bersifat statis dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (gross national income). Indeks ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun per kapita dan akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Kondisi seperti ini dikatakan sebagai prinsip „efek penetasan ke bawah‟ (trickle down effect) (Todaro dan Smith 2006).

(18)

6

Teori Pertumbuhan dan Pemerataan (Inclusive Growth)

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Persentase pertambahan output harus lebih besar dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan dalam jangka panjang pertumbuhan ini cenderung akan berlanjut (Priyarsono et al. 2007). Beberapa ahli ekonomi mengemukakan teori pertumbuhan yang langsung terkait dengan kebijakan pemerintah daerah.

Smith dalam Priyarsono et al. (2007) mengemukakan mengenai kebijakan pasar bebas atau laissez-faire, yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberikan kebebasan maksimal kepada pelaku perekonomian untuk melakukan kegiatan yang disukainya dan meminimalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Smith menjelaskan terdapat invisible hands atau kekuatan yang tidak terlihat dalam pasar persaingan sempurna, dimana kekuatan ini dapat mendorong efisiensi dan membawa ekonomi pada keadaan full employment. Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah antara lain: 1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.

2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi.

Teori Smith banyak mendapatkan kritikan karena asumsi yang tidal realistis tentang pasar bebas, karena pada kenyataannya pasar persaingan sempurna yang seratus persen bebas dari campur tangan pemerintah tidak ditemukan dalam perekonomian manapun. Smith juga tidak menyadari adanya hukum tambahan hasil yang makin berkurang (the law of diminishing return) dalam produksi.

Teori Harrod-Domar dalam Priyarsono et al. (2007) menjelaskan bahwa mekanisme perekonomoian adalah mengandalkan investasi demi mempercepat pertumbuhan ekonomi. Harrod-domar juga berpandangan bahwa tabungan dan investasi merupakan faktor penentu terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Asumsi yang mendasari Harrord Domar adalah sebagai berikut:

1. Perekonomian tertutup

2. Hasrat menabung (MPS =s) konstan

3. Produksi memiliki koefisien konstan atau bersifat constant return to scale (CRS)

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, Harrord-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, dimana seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dicapai jika memenuhi syarat keseimbangan berikut

g=k=n Keterangan:

g= tingkat pertumbuhan

(19)

7 Kurva Lorenz merupakan metode yang lazim digunakan untuk menganalisis statistik pendapatan perorangan. Kurva ini memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase penerima pendapatan dengan persentase pendapatan total yang diterima selama satu tahun

Sumber: Todaro dan Smith (2006)

.

Terlihat pada Gambar 1, sumbu X adalah % kumulatif penduduk sedangkan sumbu Y adalah % kumulatif pendapatan. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal 0E (yang merupakan garis pemerataan sempurna), semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya.

Teori pertumbuhan inklusif (growth with equity) merupakan konsep pertumbuhan yang tidak hanya menghasilkan peluang ekonomi tetapi juga menjamin akses yang sama kepada semua anggota masyarakat. Asian Development Bank (ADB) mencanangkan pentingnya kemajuan ekonomi yang dirasakan oleh semua komponen dalam masyarakat, dan melibatkan mereka juga dalam proses pencapaiannya. Oleh sebab itu ADB menganggap pentingnya pertumbuhan inklusif dengan berpegang pada dimensi: (i) mencapai pertumbuhan berkelanjutan yang akan menciptakan dan memerluas peluang ekonomi, dan (ii) menjamin akses yang lebih luas terhadap kesempatan ini sehingga anggota masyarakat dapat memeroleh manfaat dari pertumbuhan (ADB, 2010).

Tahapan Pembangunan Ekonomi

Porter (1990) mendefinisikan dayasaing sesuai dengan tahapan perkembangan negara tersebut.

Sumber: World Economic Forum 2009

Gambar 1 Kurva Lorenz

(20)

8

Berdasarkan Gambar 3, mereka membagi perkembangan daya saing negara menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

1. Factor Driven Economy/Agriculture Based Economy

 Kondisi faktor standar (upah rendah, sumberdaya alam, lokasi geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif dominan

 Teknologi diasimilasi melalui impor, FDI, dan imitasi

 Perusahaan bersaing dalam harga dan kurang akses langsung kepada konsumen

 Perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai, fokus pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya alam

 Perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia, harga komoditi dan nilai tukar.

2. Investment Driven Economy/Industrial Based Economy

 Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah sumber dominan keunggulan kompetitif

 Teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi

 Negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya

 Diamond nasional mendukung investasi besar dalam infrastruktur yang efisien dan proses produksi modern

 Perusahaan meningkatkan kapabilitas dalam rantai nilai

 Perekonomian terkonsentrasi pada pabrikasi dan ekspor dengan pelayanan yang dioutsource

3. Innovation Driven Economy/Innovation Based Economy

 Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif

 Diamond nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik

 Perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan yang seringkali global

 Perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan terhadap external shocks

Tabel Input Output (IO)

Tabel Input-Output pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontif pada tahun 1930-an. Model kuantitatif Input-Output dapat menunjukkan keterkaitan antar sektor dalam satu daerah. Dalam model Input-Output, pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu: pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total.

(21)

9 pembangunan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpin maka target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih baik.

Sritua Arif (1993) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) menjelaskan bahwa sektor kunci perekonomian suatu wilayah dapat dideteksi dengan empat cara, yaitu :

1. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi.

2. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan output bruto yang relatif lebih tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula.

3. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.

4. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan tabel Input-Output bagi perencanaan pembangunan daerah:

1. Dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional ataupun perekonomian regional dengan mengkuantifikasikan ketergantungan antarsektor dan asal (sumber) dari ekspor dan impor. 2. Untuk suatu perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output

dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya 3. Dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian baik yang

disebabkan oleh swasta ataupun pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan secara terperinci

4. Perubahan-perubahan terknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik.

Data dalam Tabel Input-Output memiliki informasi lengkap tentang input dan output yang mampu menjelaskan keterkaitan sektoral antarsektor dalam kegiatan ekonomi. Asumsi dasar Model Input-Output:

1. Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor

2. Linieritas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional, dan

3. Aditivitas ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.

Hal ini berarti bahwa semua pengaruh diluar sistem input-output diabaikan

Kelemahan Tabel Input-Output

(22)

10

dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kualitas dan harga output

Struktur Tabel Input Output

Tabel Input-Output menyediakan informasi mengenai transaksi barang dan jasa menurut sektor produksi dalam perekonomian dalam matriks yang berbentuk persen. Untuk transaksi antar sektor, tabel Input-Output mencatat keseimbangan konsumsi, upah tenaga kerja, nilai tambah bruto dan transaksi impor.

Dalam tabel 2 terdapat tiga matriks (Z, Y dan V). Tiga matriks tersebut dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan struktur output, struktur permintaan, nilai tambah bruto, ekspor dan impor ekonomi regional. Perhitungan tabel tersebut juga mencakup total keterkaitan nilai produksi; penyebaran dan multiplier untuk menentukan sektor mana saja yang memberikan kontribusi paling besar dalam produksi, atau yang disebut dengan sektor kunci dalam perekonomian.

Tabel 2 Ilustrasi Tabel Input-Output Sederhana

Output Input

Sektor Produksi Final Demand

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2010)

Jika dibaca menurut baris maka secara umum persamaannya adalah

i

j 1

zij + Yi = Xi ; untuk i= 1,2,3 dan seterusnya

Jika dibaca menurut kolom maka secara umum persamaannya adalah

j

i 1

zij + Vj = Xj ; untuk j=1,2,3 dan seterusnya

Pemahaman dasar mengenai tabel I-O terdiri dari: 1. Output

Pada tabel IO, output harus dinilai atas dasar harga produsen, yaitu harga yang sesungguhnya diterima oleh produsen. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda, karena penilaian output berdasarkan harga konsumen kurang tepat. Dalam harga konsumen terdapat margin perdagangan dan biaya transportasi yang seharusnya masuk ke sektor perdagangan dan pengangkutan.

2. Input antara

(23)

11 biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan sejenisnya. Dalam model I-O, penggunaan input antara diterjemahkan sebagai keterkaitan antarsektor dan dinotasikan dengan zij yang dapat dibaca untuk menghasilkan produksi sektor j dibutuuhkan input antara yang berasal dari sektor i sebanyak zij.

3. Input Primer

Pada tabel Input-Output, Input primer mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung.

4. Permintaan Akhir

Dalam Tabel Input-Output, permintaan akhir mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor.

5. Ekspor dan impor

Dalam Tabel Input-Output, ekspor dan impor meupakan transaksi barang dan jasa antara penduduk di dalam daerah dengan populasi di luar daerah, baik provinsi atau luar negeri.

Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel IO diberi nama kuadran yaitu kuadran I, II, III, IV. Pengertian dari masing-masing kuadran sebagai berikut:

1. Kuadran I

Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian.

2. Kuadran II

Kuadran II menunjukkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Total permintaan akhir merupakan penjumlahan total dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III

Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

Sektor Kunci

(24)

12

sektor kunci atau sektor pemimpin (leading sector). Menurut mereka, ada lima syarat yang harus dilihat sebagai kriteria sektor kunci dalam perekonomian, yaitu: 1. Strategis, dalam artian esensial dan besar konstribusinya dalam mewujudkan sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan ekonomi (PDRB) dan kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, pembangunan ekonomi daerah, dan sebagainya.

2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik maupun alam. 3. Artikulatif, yang berarti bahwa sektor unggulan harus memiliki kemampuan

besar sebagai dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan output disektor- sektor ekonomi lainnya dalam suatu spektrum yang luas.

4. Progresif, yang berarti sektor unggulan arus mampu memberi respon cepat dan besar terhadap kebijaksanaan pemerintah.

5. Responsif, dalam arti sektor unggulan harus mampu memberi respon cepat dan besar terhadap

Penelitian Terdahulu

Penelitian Tounsi et al. (2013) mengenai sektor kunci perekonomian Maroko dengan analisis input output menunjukkan bahwa sektor industri makanan dan tembakau merupakan sektor kunci perekonomian Maroko . Tounsi dkk menggunakan ukuran keterkaitan model Rasmussen dengan melihat nilai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang setiap sektor ekonomi Maroko. Model ini dipilih untuk merefleksikan pengaruh dari kenaikan permintaan akhir pada sektor j terhadap output perekonomian secara keseluruhan.. Hal ini terlihat dari nilai keterkaitan ke belakang sektor industri makanan dan tembakau sangat besar selama tahun 2007, yaitu 1,389. Sektor ini tetap bertahan sebagai sektor prioritas sejak tahun 1998 hingga tahun 2007. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan tembakau berperan sebagai sektor yang menggunakan input dari output sektor lainnya untuk proses produksi. Tetapi input yang digunakan masih berasal dari daerah itu sendiri

Penelitian Anwar (2008) mengenai penentuan sektor kunci dan dampaknya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja di kota Bandung tahun 2003 dengan analisis input output menunjukkan terdapat dua sektor yang menjadi sektor kunci yaitu sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan sektor komunikasi. Penelitian ini membandingkan kondisi perekonomian kota Bandung sebelum (tahun 2000) dan sesudah (2003) diberlakukan otonomi daerah. Penentuan sektor kunci ini dilihat dari besarnya nilai multiplier output, pendapatan dan kesempatan kerja sektor perekonomian Kota Bandung. Nilai multiplier output kedua sektor tersebut berada pada posisi atas. Sektor penginapan memiliki nilai multiplier output tipe I sebesar 1.778 dan nilai multiplier output tipe II sebesar 2.329, Sektor komunikasi memiliki nilai multiplier output tipe I sebesar 1.738 dan nilai multiplier output tipe II sebesar 2.030.

(25)

13 hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Penelitian ini menggunakan indeks pengganda aktual untuk melihat pengaruh perubahan variabel suatu sektor terhadap seluruh sektor perekonomian di Jambi. Berdasarkan nilai total multliplier output dan multiplier income, sektor industri pengolahan berada pada prioritas satu dengan total output multiplier 2,894 dan total income multiplier 3,711. Nilai ini mengindikasikan setiap perubahan satu satuan permintaan akhir pada sektor industri pengolahan akan mempengaruhi output seluruh sektor pada perekonomian Provinsi Jambi. Nilai total input multiplier mengindikasikan setiap perubahan pada satuan permintaan akhir akan mempengaruhi pendapatan seluruh sektor perekonomian di Provinsi Jambi.

Penelitian Wahyuni (2013) mengenai analisis identifikasi sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur tahun 2010 dengan analasis tabel input output dan model daya penyebaran Rasmussen menunjukkan terdapat tujuh belas sektor unggulan yaitu barang-barang-barang dari kertas dan karton; kimia dasar kecuali pupuk; barang-barang kimia lainnya; karet remah dan barang dari karet; logam dasar besi dan baja; kereta api dan perbaikannya; barang barang lainnya; listrik dan gas; air bersih; angkutan truk; angkutan laut; angkutan penyebrangan; bank; lembaga keuangan lainnya; jasa perusahaan; Jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan; serta jasa perbengkelan. Ketujuh belas sektor ini dapat dikatakan unggul karena memiliki kemampuan yang besar untuk menggerakan roda perekonomian lainnya baik itu dari segi sektor yang menjadi input maupun sektor yang memanfaatkan output dari sektor tersebut Penelitian ini menggunakan indeks daya penyebaran Rasmussen. Berdasarkan nilai daya penyebaran dan derajat kepekaan setiap sektor dipetakan kedalam empat kuadran dimana kuadran pertama memiliki karakteristik sektornaya memiliki nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan > 1; kuadran dua dengan karakteristik sektornya memiliki indeks daya penyebaran < 1 sedangkan indeks derajat kepekaan >1 ; kuadran ketiga merupakan sektor-sektor yang memiliki nilai indeks daya penyebaran >1 sedangkan nilai indeks derajat kepekaan < 1; dan kuadran 4 dengan ciri sektornya memiliki nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan < 1.

Kerangka Pemikiran

Pembentukan otonomi daerah baru Kabupaten Belitung Timur yang belum mapan, masih membutuhkan banyak pembenahan dalam pembangunan daerahnya. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan ruang kreatif bagi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam meningkatkan pembangunan ekonomi daerahnya. Kondisi ini sudah seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, syaratnya adalah adanya dukungan untuk mengembangkan sektor-sektor yang dapat menggerakkan roda perekonomian Kabupaten Belitung Timur.

(26)

14

Analisis Keterkaitan

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis

Multiplier

Sektor Kunci

- Struktur Output

- Struktur Permintaan

- Nilai Tambah Bruto

- Investasi

- Ekspor - Impor

Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

Analisis Input-Output Analisis Deskriptif Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

Sektor Kunci dalam Pembangunan Kewilayahan

Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010

distribusi anggaran pembangunan (missalocation) dan kegagalan dalam penanganan permasalahan pembangunan Kabupaten tersebut.

Identifikasi terhadap sektor-sektor kunci Kabupaten Belitung Timur dan dampaknya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja, penulis menggunakan model input output Kabupaten Belitung Timur. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinjauan pustaka dan mengacu pada tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat disimplifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4

(27)

15

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, antara lain berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2010 klasifikasi 60 sektor dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait. Penggunaan Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 tersebut dikarenakan tabel tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung. Analisis ini dilakukan dengan bantuan software Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis Input-Output yang dapat menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu wilayah berdasarkan pada analisis keterkaitan antar sektor ekonomi, efek sebar dan efek pengganda (multiplier ). Metode ini digunakan untuk menentukan sektor kunci pada perekonomian Kabupaten Belitung Timur.

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/ sektor dalam alokasi pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industry atau sektor dalam alokasi penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. 1. Keterkaitan Langusung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan dampak suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F(d)i =

n

j ij a 1 Keterangan:

F(d)i = forward linkage

(28)

16

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

aij = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007). Keterkaitan tipe ini

F(d+i)i = forward direct and indirect linkages

aij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n = jumlah sektor

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

B(d+i)i =

B(d+i)i = backward direct and indirect linkages

aij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n = jumlah sektor

Analisis Dampak Penyebaran

(29)

17 ditimbulkan seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran

Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) yang tinggi apabila nilai Pdj besar dari satu, sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu maka koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) sektor tersebut rendah atau lemah. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Pdj =

Pdj = koefisien penyebaran sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

2. Kepekaan Penyebaran

Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu (Priyarsono et al. 2007). Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

Analisis Angka Pengganda (Multiplier )

(30)

18

Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun untuk model tertutup (α*ij)

dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output dan pendapatan dan tenaga kerja (Tabel 3).

Tabel 3 Rumus Perhitungan Multiplier Effect Menurut Tipe Dampak

Nilai Pengganda Multiplier

Output Pendapatan

Efek Awal 1 pj

Efek Putaran Pertama Σaij Σaij pi

Efek Dukungan Industri Σgij -1-Σaij Σgij pi - pi - Σaij pi Efek Induksi Konsumsi Σ(g*ij - gij) Σ(g*ij pi - gij)

Efek Total Σg*ij Σg*pi

Efek Lanjutan Σg*ij– 1 Σg*ᵢⱼ pᵢ - pᵢ

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda 2010

Keterangan:

aij = koefisien input langsung

gij = koefisien invers Leontif terbuka g*ij = koefisien Leontif tertutup

pi = koefisien pendapatan rumah tangga

Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut:

�� �= ���

+ � � � � � �+ � � �

� ���

�� ��=

��� + � � � � � �+ �

� �+ � �� �

� ���

Analisis Sektor Kunci

(31)

19 Langkah ke-2 yaitu mencari nilai rata-rata dari total multiplier output dan total multiplier income dari seluruh sektor. Nilai rata-rata multiplier ini akan dijadikan batasan untuk multiplier setiap sektor yang membagi 4 kuadran klasifikasi sektor. Keempat sektor kuadran itu terdiri dari:

1. Kuadran I: sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai total income multiplier diatas rata-rata dan nilai total output multiplier yang juga diatas rata-rata. Sektor pada kuadran ini merupakan sektor andalan.

2. Kuadran II: sektor pada kuadran ini memiliki TOM diatas rata-rata, tetapi nilai TIM nya berada dibawah rata-rata. Sektor-sektor ekonomi pada kuadran ini dikategorikan pada sektor potensial.

3. Kuadran III: sektor pada kuadran ini memiliki TIM diatas rata-rata, tetapi nilai TOM nya dibawah rataan. Sektor pada kuadran ini termasuk sektor yang kurang berkembang sehingga memerlukan perhatian lebih dari pemerintah daerah.

4. Kuadran IV: sektor pada kuadran ini memiliki nilai TOM dan TIM yang sama-sama dibawah rata-rata. Sektor yang berada pada kuadran ini merupakan sektor jenuh dan membutuhkan banyak inovasi dalam pengembangannya

Langkah ke-3 adalah memplotkan nilai indeks pengganda aktual tiap sektor pada daerah yang telah dibagi menjadi 4 kuadran tersebut, maka akan terlihat sektor mana saja yang menjadi andalan dan sektor potensial yang dapat dijadikan sektor kunci pada perekonomian Kabupaten Belitung Timur.

Definisi Operasional Data

1. Output

Pengertian output dalam penelitian ini adalah nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam suatu daerah (domestic), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelakunya dapat berupa perusahaan dan perseorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perseorangan dari luar negeri.

2. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antar sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.

3. Permintaan Akhir dan Impor

(32)

20

pengeluaran komsumsi rumah tangga, pengeluaran komsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.

a. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran komsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran komsumsi rumah tangga mencakup komsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka komsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya komsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor.

b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran komsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

c. Perubahan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor termasuk barang modal bekas dari luar daerah.

d. Perubahan Stok

Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. e. Ekspor dan Impor

Berbeda dengan pengertian ekspor dan impor pada umumnya, pada Tabel Input-Output regional yang dimaksud dengan ekspor dan impor barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara/daerah dengan penduduk Negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor barang keluar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor, dan biaya pemuatan barang barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.

4. Input Primer

(33)

21 5. Upah Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.

6. Surplus Usaha

Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah/gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

7. Penyusutan

Penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.

8. Pajak Tak Langsung Netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara

GAMBARAN UMUM

Letak Astronomis, Luas Wilayah, Topografi dan Iklim

Kabupaten Belitung Timur resmi dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2003 dengan Ibukota Kabupaten Manggar. Secara geografis Kabupaten Belitung Timur terletak antara 02o30‟ LS sampai 03o15‟ LS dan 107o45‟ BT sampai 108o18‟ BT. Kabupaten Belitung Timur secara bagian dari Pulau Belitung yang berada pada bagian timur Pulau Sumatera dengan batas wilayas sebagai berikut:

Utara : Laut Cina Selatan Timur : Selat Karimata Selatan : Laut Jawa

Barat : Kabupaten Belitung.

(34)

22

Kecamatan Manggar sebanyak 9 desa. Hal ini adalah hal yang wajar karena Kecamatan Manggar merupakan Ibukota Kabupaten Belitung Timur

Tabel 4 Klasifikasi Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Belitung Timur

Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)

Manggar 262.42 10%

Damar 203.49 8%

Kelapa Kampit 498,50 20%

Gantung 546,30 22%

Simpang Renggiang 390,70 16%

Simpang Pesak 362,20 14%

Dendang 243,30 10%

T O T A L 2.506,91 100%

Sumber: BPS Kabupaten Belitung Timur 2011

Sumber: Pemerintah Kabupaten Belitung Timur 2010

Gambar 4 Peta Administrativ Kabupaten Belitung Timur

(35)

23 partikel bertekstur sedang (lempung). Komposisi partikel bertekstur sedang (lempung) mencapai 48,25 %, tekstur kasar (pasir) sebesar 27,43 % dan sisanya 24,13 % bertekstur halus (debu).

Kabupaten Belitung Timur beriklim tropis basah dengan variasi curah hujan bulanan pada tahun 2010 antara 19,5 hingga 347,1 mm dengan jumlah hari hujan antara 3 hari sampai 27 hari setiap bulannya. Curah hujan tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada bulan April. Rata-rata temperatur udara pada tahun 2010 bervariasi antara 25,8º Celcius hingga 27,3º Celcius, sementara kelembaban udaranya bervariasi antara 80 % sampai 91 %, dan tekanan udara antara 1008,8 mb sampai dengan 1011,0 mb.

Kependudukan dan Tenaga Kerja

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 sebanyak 110.315 jiwa, terdiri dari 56.969 jiwa laki-laki atau 51,64 % dan 53.346 jiwa perempuan atau 48,36 %. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 sebesar 44,00 jiwa per Km2, dengan penyebaran yang tidak merata, hal ini terlihat dari masih terpusatnya penduduk di kecamatan Manggar sebagai ibukota kabupaten dengan kepadatan penduduk hingga 101,20 jiwa per Km2 yang jauh lebih besar dibandingkan kecamatan lain yang relatif merata penyebarannya.

Tabel 5 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Kecamatan Jumlah

Laki Perempuan Jumlah

Dendang 4 243.30 4 846 4 419 9 265 38.08

Sumber: BPS Kabupaten Belitung Timur 2010

(36)

24

Jumlah angkatan kerja Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2011 sebanyak 53.796 orang dengan proporsi 52.448 orang atau sekitar 97,49 % bekerja dan 1.348 orang atau sekitar 2,5 % pengangguran. Selain itu data juga menunjukkan jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada Kabupaten Belitung Timur tahun 2011 mencapai 35.325 orang

Tabel 6 Struktur Angkatan Kerja Kabupaten Belitung Timur

No Status Jumlah Orang %

A Angkatan Kerja

Bekerja 52 448 97.49

Pengangguran 1 348 2.50

Jumlah A 53 796 100

B Bukan Angkatan Kerja 35 325

Jumlah A dan B 89 121

Sumber: BPS Kabupaten Belitung Timur 2010

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belitung Timur

Salah satu tujuan pembagunan adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Harapan dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dampak ganda yang diberikan semakin positif dengan tidak melupakan masyarakat bawah dan menengah. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan dapat memperkecil perbedaan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dihitung dari variabel PDRB atas dasar harga konstan, karena PDRB atas dasar harga konstan merupakan gambaran nyata dari berbagai sektor ekonomi.

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Belitung Timur pada Tahun 2010 secara keseluruhan mencapai 5,70% . Nilai ini mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 dengan nilai pertumbuhan sebesar 4,38%. Sektor dengan nilai pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada tahun 2010 adalah sektor Listrik, gas dan air bersih, sebesar 19,74 %, diurutan kedua terdapat sektor Jasa dengan persentase pertumbuhan sebesar12,93 %. Sektor dengan persentase pertumbuhan ekonomi paling rendah selama tahun 2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 7 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010

Lapangan Usaha %

Pertanian 5.99

Pertambangan dan Penggalian (1.65)

Industri Pengolahan 7.27

Listrik Gas dan Air Bersih 19.74

Konstruksi 4.07

Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.05

Pengangkutan dan Komunikasi 7.52

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 10.1

Jasa 12.93

Pdrb Kabupaten Belitung Timur 5.70

(37)

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010 dihasilkan gambaran umum mengenai struktur perekonomian wilayah Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010. Penjelasan mengenai struktur perekonomian Kabupaten Kabupaten Belitung Timur tersebut meliputi struktur input dan output sektoral, struktur investasi dan perubahan stok, struktur ekspor dan impor serta stuktur nilai tambah bruto (value added).

Struktur Output Sektoral

Output merupakan nilai produksi (baik barang dan jasa) yang dapat dihasilkan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Belitung Timur. Sektor-sektor penting dalam pembentukan output secara keseluruhan di Kabupaten Belitung Timur dapat diidentifikasi melalui besarnya output yang dihasilkan oleh masing-masing sektor.

Sektor-sektor ekonomi yang memiliki output terbesar di Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010, yaitu sektor industri pengolahan dengan nilai output sektoral sebesar Rp 1.17 triliun atau sebesar 25.90% dari keseluruhan output. Sektor Pertanian memiliki output terbesar kedua dengan nilai Rp 807.95 miliar atau sebesar 17.84%; sektor pertambangan memiliki output terbesar ketiga dengan nilai Rp 731.625 miliar atau sebesar 16.15 %; sektor perdagangan, hotel dan restoran pada urutan keempat dengan nilai output sektoral 704.24 atau sebesar 15.55% serta sektor konstruksi berada pada urutan kelima dengan Fnilai output sektoral sebesar Rp 416.95 miliar atau sebesar 9.21%. Total Output yang dihasilkan oleh Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 4 529 267 000 000 (Tabel 8).

Tabel 8 Struktur Output Sektoral Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010 Sektor

Nilai Output Sektoral Total

(Rp Juta) %

Pertanian 807 949 17.84

Pertambangan dan Penggalian 731 625 16.15

Industri Pengolahan 1 173 135 25.90

Listrik dan Air Bersih 53 441 1.18

Bangunan dan Konstrukssi 416 949 9.21

Perdagangan, Hotel dan Restoran 704 241 15.55

Pengangkutan dan Komunikasi 154 158 3.40

Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan 138 796 3.06

Jasa 348 973 7.70

Total 4 529 267 100.00

(38)

26

Struktur Permintaan

Total permintaan Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 sebesar Rp 4.529 triliun. Total Permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 1.39 triliun dan permintaan akhir sebesar 3.137 triliun (Tabel 9).

Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa dalam kegiatan proses produksi. Permintaan antara juga dapat diartikan sebagai permintaan suatu sektor terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor lain yang digunakan oleh sektor tersebut sebagai input untuk menghasilkan barang dan jasa akhir. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan konsumsi akhir. Konsumsi akhir dapat menunjukkan konsumsi oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, konsumsi untuk investasi dan ekspor.

Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Kabupaten Belitung Timur, dapat diidentifikasi, sektor yang memiliki kontribusi paling besar adalah sektor industri pengolahan dengan nilai total permintaan sebesar Rp 1.17 triliun atau sebesar 25.90% dari total permintaan Kabupaten Belitung Timur. Komposisi total permintaan sektor industri pengolahan terdiri dari permintaan antara senilai Rp 263,53 miliar dan permintaan akhir sebesar Rp 909,59 miliar. Berdasarkan komposisi tersebut, nilai permintaan akhir lebih besar dibandingkan nilai permintaan antara, hal ini mengindikasikan bahwa hasil produksi sektor industri pengolahan lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung bukan sebagai input pada sektor lain dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur.

Tabel 9 Struktur Permintaan Sektoral Kabupaten Belitung Timur

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur 2010 (diolah)

Sektor

Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Total Pertanian 312 275 22.44 495 674 15.80 807 949 17.84 Pertambangan dan

Penggalian 299 245 21.51 432 380 13.78 731 625 16.15 Industri

Pengolahan 263 536 18.94 909 599 28.99 1 173 135 25.90 Listrik dan Air

Bersih 28 570 2.05 24 871 0.79 53 441 1.18

Konstruksi 1 655 0.12 415 294 13.23 416 949 9.21 Perdagangan, Hotel

dan Restoran 261 571 18.80 442 670 14.11 704 241 15.55 Pengangkutan dan

Komunikasi 72 963 5.24 81 195 2.59 154 158 3.40 Keuangan, Real

Estate dan Jasa

Perusahaan 80.996 5.82 57 800 1.84 138 796 3.06

Jasa 70 517 5.07 278 456 8.87 348 973 7.70

(39)

27 Posisi kedua ditempati oleh sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp 807 miliar atau sekitar 17.84%, ketiga sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar Rp 731 miliar atau sekitar 16.15%, kemudian ditempat keempat terdapat sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan total permintaan Rp 704 miliar atau sekitar 15.55%. Selanjutnya, total permintaan yang paling sedikit jumlahnya yaitu pada sektor listrik dan air bersih, yaitu sebesar Rp 53.44 miliar atau sebesar 1.18%.

Struktur Konsumsi Rumah Tangga

Total konsumsi rumah tanga Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 mencapai Rp 608 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menghasilkan nilai konsumsi rumah tangga tertinggi, yaitu sebesar Rp 229.59 miliar atau sekitar 37.73% dari total konsumsi rumah tangga (Tabel 10). Kemudian pada posisi kedua ditempati oleh pertanian dengan nilai konsumsi rumah tangga sebesar Rp 124.36 miliar atau sebesar 20.44% dan ketiga sektor industri pengolahan sebesar Rp 103.08 miliar atau sebesar 16.94%.

Tabel 10 Konsumsi Rumah Tangga terhadap Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur 2010

Sektor Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Total (Rp Juta) %

Pertanian 124 359 20.44

Pertambangan dan Penggalian 0 0.00

Industri Pengolahan 103 078 16.94

Listrik dan Air Bersih 24 871 4.09

Konstruksi 0 0.00

Perdagangan, Hotel dan Restoran 229 587 37.73

Pengangkutan dan Komunikasi 44 769 7.36

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 57 800 9.50

Jasa 24 047 3.95

Total 608 511 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010 (diolah)

Struktur Konsumsi Pemerintah

Gambar

Tabel Input Output (IO)
Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Belitung Timur      Atas Dasar Harga Konstan 2000
Gambar 2 Comparative to Competitive Advantage Poter
Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan pada remaja awal di Dusun Perigi Parit Desa Sebagu dilakukan oleh orang tua dan masyarakat informan yaitu dengan memberikan nasihat

Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi

(1) Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan kepada Komisi Informasi Pusat dan/atau Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota sesuai

Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para pengurus pencak silat PSHT Cabang Yogyakarta dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Dalam kaitanya sebagai bagian

Bimbingan belajar nonformal dan kemampuan pemecahan masalah matematika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Sragen

Dalam penyusunan Renja tahun 2017 ini berpedoman pada program dan kegiatan yang tertuang pada Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pelayanan Perizinan dan Kantor

Apa yang dapat disimpulkan daripada perbincangan di atas ialah masih wujud konflik bidang kuasa antara Mahkamah Sivil dan Mahkamah Syariah dalam membicarakan

Hal ini mungkin terkait tidak adanya perluasan pergeseran jaringan otak dan obstruksi ventrikel, dua hal yang cenderung menyebabkan traksi struktur peka nyeri area