• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran manajemen risiko dalam pemberian murabahah : studi kasus pada bank bni syariah sudirman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran manajemen risiko dalam pemberian murabahah : studi kasus pada bank bni syariah sudirman"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Mencapai Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh : NURSYAMSIYAH

103046128235

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, pemberi segala potensi dalam diri manusia. Tuhan yang mempengaruhi kehidupan dalam semua fasilitasnya di bumi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW pembawa pesan suci Al-Qur’an, pemberi sugesti terhadap segala kebajikan. Rasul akhir zaman, suri tauladan para pejuang kebangsaan. Salam sejahtera semoga tercurahkan untuk para pengikutnya yang tetap konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung atau tidak langsung dalam menyusun skripsi ini tidak akan mendekati kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu penulis memberi ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

(3)

Konsentrasi Muamalat dan Bapak Ah. Azharudin Latif, M.Ag, Selaku sekretaris Program Studi Perbankan Syari’ah Konsentrasi Muamalat.

4. Bpk Prof . Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM dan Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, MM, AAIJ Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi arahan, koreksi, saran dan ilmu pengetahuan serta pengalamannya hingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

5. Staff perpustakaan Utama dan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan buku – buku yang berkaitan dengan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kontribusi pemikiran ekonomi islam dalam perkuliahan.

7. Para staff Bank BNI Syari’ah cabang Sudirman yang telah memberikan data – data baik input ataupun out put serta arahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Teruntuk Divisi Unit Syari’ah bapak Iwan Kustiwan dan ibu Bayi Rohayati.

8. Teruntuk some one “Abd. Salam” yang selalu memberi support dan doanya, Aku ucapkan terima kasih. Semoga Allah mendengar doa kita, Amin..

(4)
(5)

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Manajemen Risiko ... 15

B. Konsep Pembiayaan Murabahah ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM BANK BNI SYARIAH A. sejarah Pendirian Bank BNI Syariah ... 41

B. Tujuan Pendirian ... 43

C. Produk dan Jasa BNI Syariah ... 43

D. Struktur Organisasi BNI Syariah ... 47

E. Sumber Daya ... 48

(6)

C. Prosedur Penilaian Risiko Pada Bank BNI Syariah ... 61 D. Pengelolaan Risiko pada Bank BNI Syariah ... 67 E. Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Bank

BNI Syariah ... 73 F. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Bank BNI Syariah

... 78 BAB V PENUTUP

Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan adalah suatu lembaga keuangan yang melaksanakan 3 fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslim, fungsi – fungsi bank telah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Fungsi – fungsi tersebut adalah menerima titipan harta, meminjam uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis serta pengiriman uang.1

Pengertian bank syariah menurut UU perbankan No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip – prinsip syariah, yang mengacu kepada Al-qur’an dan Hadits. Artinya bahwa bank syariah secara operasional dan teoritis mengikut ketentuan – ketentan syariah yang terkandung di dalam Al-quran dan Hadits2, yaitu tata cara bermuamalah secara islami.

Fatwa MUI No. 1 Tahun 2004 tentang pengharaman bunga (interest) bank beberapa waktu lalu telah mampu menimbulkan optimisme yang cukup besar mengenai peranan dan prospek bank syariah dimasa depan. Bank syariah telah

1

Biro perbankan syariah bank indonesia, Islam dan perbankan syariah, (Jakarta: karim business consulting, 2001), h.1

2

Karnaen purwaatmaja dan muhammad syafi’i antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa), Cet.Ke-1,h.1

(8)

menjadi alternatif nasional diluar bank konvensional. Apabila bank konvensional beroperasi dengan sistem bunga (interest), maka bank syariah bekerja berdasarkan prinsip dasar rela sama rela atau suka sama suka (antaraddin minkum) dan tidak ada pihak yang mendzalimi dan didzalimi. Inilah mengapa bank syariah menjadi solusi yang tepat ditengah krisis moneter dan keuangan yang mengglobal sekarang ini.

Bank sebagai lembaga perantara atau financial intermediary memiliki 3 fungsi umum yaitu yang pertama adalah memasok dana pinjaman bagi para peminjam yang bonafit, kedua mengurangi risiko bagi para pemilik dana yang menginginkan kelebihan dana yang dimilikinya agar dapat ikut diputarkan dalam kegiatan usaha dan ketiga adalah meningkatkan likuiditas perekonomian tanpa mengurangi jaminan likuiditas para pemilik surat tagihan.3

Dalam jasa keuangan perbankan syariah dimana dana yang dikelola adalah dana masyarakat luas, dimana dalam konsep syariah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan dunia akhirat oleh pengelola dana yang dalam hal ini adalah bank syariah yang tidak hanya di tuntut untuk amanah dalam menjalankan tugasnya.

Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan refleksi dari meningkatnya minat konsumen perbankan di Indonesia akan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah islam. Dengan berkembangnya jumlah bank syariah, menuntut kesiapan sumber daya

3

Soedijono Reksoprajitno, Pengantar Manajemen Bank Umum,(Jakarta: Gunadarma, 2003), h.3

(9)

insani yang mampu bersaing dan mengemas kegiatan pemasarannya secara terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar, pemasaran harus dilakukan secara profesional sehingga kebutuhan dan keinginan pelanggan akan segera terpenuhi dan terpuaskan.

Dalam beberapa tahun terakhir perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat. Pesatnya pertumbuhan bank syariah telah mengilhami bank – bank konvensional untuk meniru dan menawarkan produk – produk bank syariah. Alasan mereka ikut menawarkan produk bank syariah semata – mata bersifat komersil, yaitu untuk melihat besarnya pasar umat islam yang pertumbuhannya diperkirakan mencapai 15% pertahun.4 Selain bank menyediakan produk – produk penghimpun dana, bank juga menawarkan produk pembiayaan yang sangat diminati oleh nasabah. Secara umum produk pembiayaan yang selama ini menjadi dominan dalam perbankan syariah adalah produk murabahah. Meski terdapat produk lainnya seperti

mudharabah dan musyarakah. Namun pada kenyataannya yang paling intensif digunakan adalah produk murabahah, karena produk tersebut lebih mudah digunakan dan menyerupai kredit pada bank konvensional. Disisi lain masyarakat tidak ingin disulitkan dengan perhitungan yang rumit, mereka hanya ingin tahu beberapa cicilan yang dibayar tiap bulannya secara pasti.

Dalam pelaksanaan pembiayaan bank syariah harus memiliki 2 aspek yaitu: Aspek syariah berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para nasabah bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat islam ( antara lain

4

Zainul Arifin, Dasar –dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,2005) hal.5

(10)

tidak mengandung unsur maisir, gharar dan riba serta bidang usahanya). Aspek ekonomi berarti disamping mempertimbangkan hal – hal syariah bank juga tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun nasabah.

Kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut aktiva produktif. Menurut ketentuan BI, aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara. Komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta SWBI. Untuk penggolongan kualitas aktiva produktif pada bank syariah terdiri dari: Pembiayaan Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), Macet (M). Kualitas aktiva produktif ini dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar nasabah.

Transaksi keuangan menurut syariah islam pada hakekatnya adalah suatu transaksi niaga cara penangguhan pembayaran (tidak tunai) atau transaksi pemberian pinjaman karena pada setiap transaksi keuangan akan timbul hak dan kewajiban keuangan. Yaitu: hak suatu pihak untuk mendapat pembayaran dan kewajiban pada pihak lain untuk memberikan pembayaran.

Produk murabahah yang ditawarkan kepada masyarakat sangat mirip dengan produk leasing yang ditawarkan oleh bank konvensional, malah

equivalent ratenya lebih tinggi konvensional. Dengan demikian dapat kita

(11)

nilai bahwa bank syariah di Indonesia tidak mau mengambil risiko, lalu mereka membuat produk yang aman.5

Akad jual beli risikonya kecil, namun bukan berarti akad – akad pembiayaan lainnya kurang diminati. Idealnya, pembiayaan bank syariah didominasi oleh akad mudharabah (bagi hasil). Sebab, memang itulah ruhnya perbankan syariah. Namun untuk sampai ketahap itu tidak mudah. Bahkan di negara – negara yang sudah lebih dahulu menerapkan syariah pun, pembiayaan murabahah (jual –beli) masih dominan.6

Seharusnya sebagai bank syariah yang berprinsip bagi hasil dari pembiayaannya seperti mudharabah dan musyarakah itu bisa lebih dominan tapi justru pembiayaan non bagi hasil yang lebih dominan.

Dominasi pembiayaan non bagi hasil jelas bukanlah kondisi ideal yang diinginkan. Industri perbankan syariah bersama – sama dengan pemerintah maupun BI harus terus mempersiapkan bagi hasil. Persiapan itu jelas tidak dapat dilakukan secara mendadak, melainkan mau tidak mau harus mulai dipersiapkan dari sekarang, karena perkembangan yang pesat yang sedang berlangsung perlu diarahkan agar tidak terlanjur berkembang kearah yang tidak diinginkan.

Mungkin karena risiko yang ada pada pembiayaan murabahah itu relatif kecil, karena bagi orang awam risiko berarti menghadapi kesulitan atau bahaya – bahaya yang mungkin menimbulkan musibah, cidera, atau hal – hal

5

Jafril Khalil, Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Menyiasati Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia

(Jakarta: P3EI, 2004), hal .65.

6

Robert Tampubolon, Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersil, (Jakarta: PT. Elekmedia,2004), hal.19

(12)

semacam itu yang bersifat akan merugikan. Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih beragam, hal ini perlu diperingatkan bahwa subyek risiko begitu komplek terdapat dalam berbagai bidang berbeda. Secara umum risiko didefinisikan sebagai bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya.

Konsep dari pembiayaan murabahah ini berbeda dengan pemberian pinjaman (kredit) pada bank konvensional. Pada bank konvensional pemberian pinjaman (kredit) dengan pengembangan modal pokok beserta modalnya (bunga berbunga) hal ini sangatlah berkaitan dengan praktek riba yang jelas – jelas dilarang dalam syariah islam. Oleh karena itu, diperlukan tata cara operasional bank syariah agar terhindar dari praktek perkreditan yang mengandung unsur riba yang diharamkan.

Pembiayaan murabahah ini muncul karena bank tidak memiliki barang yang diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus melakukan transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lain yang disebut sebagai

supplier. Dengan demikian, bank bertindak selaku penjual disatu sisi dan disisi lain bertindak sebagai pembeli. Kemudian bank akan menjual kembali kepada pembeli dengan harga jual yang disesuaikan yakni harga beli ditambah margin (mark up) atau keuntungan yang telah disepakati7. Sistem pembayaran

murabahah dapat dilakukan secara tunai, cicilan ataupun tangguh.

7

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), hal. 62.

(13)

Perbedaan pokok antara kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan pada bank syariah adalah dilarangnya riba atau bunga pada pembiayaan syariah. Pada pembiayaan murabahah sistem yang digunakan adalah adanya margin atau mark up keuntungan, sedangkan pada mudharabah

dan musyarakah adanya sistem bagi hasil antara shahibul maal selaku penyedia dana dengan mudharib atau nasabah (investor). Mark up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya pada suatu produk untuk menghasilkan harga jual.8

Kredit pada bank konvensional dilakukan melalui pemberian pinjaman uang kepada nasabah sebagai peminjaman, dimana pemberi pinjaman memperoleh imbalan berupa bunga yang harus dibayar oleh peminjam.

Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena mengakibatkan keragu - raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap hasil - hasil yang akan terjadi dimasa mendatang. Salah satunya ketidakpastian ekonomi, yaitu kejadian - kejadian yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi.

Semua yang menyadari bahwa kehidupan penuh dengan ketidakpastian, kecuali kematian. Itupun juga mengandung ketidakpastian didalamnya seperti waktu dan sebab kematian tersebut. Ketidakpastian itulah yang mengakibatkan risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih-lebih dalam dunia bisnis (perbankan), dimana ketidakpastian dan risiko yang tidak

8

Bayu Swastha, Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta:Liberty, 2005), edisi 2, hal.256

(14)

dapat diabaikan begitu saja, bahkan harus diperhatikan secara cermat, bila menginginkan kesuksesan. Bahwa semakin besar keuntungan yang ingin didapat maka semakin besar pula risiko yang dihadapi.

Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang khususnya pengusaha selalu harus berusaha untuk menanggulanginya. Artinya berupaya untuk meminimalisir ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau paling tidak diminimumkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pengelolaan berbagai usaha cara penanggulangan risiko. Inilah yang disebut manajemen risiko.

Walaupun manajemen risiko bukanlah satu-satunya solusi dalam menyelesaikan masalah umumnya keuangan (financial problem) perbankan, tetapi sebagaimana yang tersirat dari ungkapan Miranda Goeltom, bahwa manajemen merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menjamin perbankan dan menjadi standar dari kelayakan operasional institusi perbankan.

Sistem manajemen risiko merupakan kemampuan manajerial sebuah organisasi (perusahaan) dalam mengidentifikasi, menilai serta menghadapi sebab-sebab dan akibat dari suatu hal atau kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan risiko dari hal atau kejadian tersebut. Dari kemampuan manajerial risiko yang baiklah kerugian dapat diminimalisir bahkan dihindari agar tidak terjadi dimasa yang akan datang. Ini terutama dalam jasa keuangan perbankan, dimana dana yang dikelola adalah dana masyarakat luas, dimana dalam konsep Syariah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan dunia akhirat . oleh pengelola dana yang dalam hal ini adalah Bank

(15)

Syariah, yang tidak hanya dituntut amanah dalam menjalankan tugasnya, tetapi juga dituntut profesionalisme dalam mengelola dana yang diamanahkan tersebut. Sebab keamanahannya tersebut tidak akan terwujud tanpa didukung oleh profesionalisme dalam berusaha terutama dalam perbankan.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mencoba menelaah dan meninjau lebih lanjut manajemen risiko dalam pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh bank syari'ah. Permasalahan tersebut penulis ungkap dalam skripsi yang berjudul : "PERAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH"

(STUDI KASUS PADA BANK BNI SYARIAH SUDIRMAN)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan pengadaan penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus). Dengan demikian, pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu panjang akan menimbulkan potensi risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada pihak ketiga.

Selain itu, risiko – risiko seperti pembayaran yang tertunda, risiko industri, risiko pasar (seperti kenaikan nilai tukar mata uang dan kenaikan suku bunga) maupun potensi lainnya yang berasal dari manajemen bank syariah itu sendiri, harus juga menjadi perhatian khusus bagi bank syariah dalam mengelola risiko – risiko tersebut, sehingga setiap pembiayaan yang dikeluarkan bisa lebih kompetitif dibanding kredit perbankan konvensional.

(16)

Secara empiris belum banyak kajian yang membahas detail mengenai hal ini, Oleh karena itu, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses manajemen risiko dan pengelolaannya terhadap pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah ?

2. Apa yang menjadi penyebab pembiayaan murabahah bermasalah pada Bank BNI syariah ?

3. Bagaimana cara penyelesaian pembiayaan Murabahah bermasalah pada Bank BNI syariah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian (tujuan yang diharapkan penulis sebagai berikut:)

a. Untuk mengetahui proses manajemen risiko serta pengelolaan terhadap pembiayaan murababahah pada Bank BNI Syariah.

b. Untuk mengetahui penyebab pembiayaan murabahah bermasalah pada Bank BNI Syariah.

c. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada Bank BNI Syariah.

Manfaat Penelitian:

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai study awal dalam mengetahui peran manajemen risiko dalam pembiayan murabahah pada Bank BNI Syariah. 2. Bagi Fakultas, penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

dalam literature pada fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(17)

3. Sebagai evaluasi wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep

murabahah dan aplikasinya pada produk pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah.

D. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa studi dengan tema yang sama. Diantaranya pertama: karya Alia yang berjudul Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Syariah (2004). Karya ini membahas tentang Produk-produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil dengan terperinci dan penerapannya dalam manajemen risiko pada Bank Syariah.

Kedua: Karya dengan tema yang sama dibahas oleh Silviyanti dengan judul Dominasi Murabahah pada Perbankan Syariah dalam Persepektif Manajemen Risiko (2006). Karya ini membahas dengan jelas dominasi produk Murabahah pada Bank Syariah. Ketiga: karya Asep Syaiful Bahri dengan judul Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank Muamalat (2008). Karya ini membahas tentang mekanisme manajemen risiko terhadap pembiayaan murabahah.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, Diantaranya:

1. Metode Pengumpulan Data

a. Library Research (Riset Kepustakaan)

Adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku - buku, majalah, jurnal, karya ilmiah, makalah dll. Yang mengandung informasi

(18)

berkaitan dengan masalah yang dibahas, yang dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

b. Field Research (Riset Lapangan)

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jenis primer yaitu data yang diperoleh dari bank BNI Syariah. Adapun teknik pengumpulan data primer ini, dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data lapangan yang di dapat dari BNI Syariah berupa annual report BNI Syariah, Profil BNI Syariah, Pedoman pembiayaan BNI Syariah, laporan keuangan, dan lain – lain. Selain itu penulis juga melakukan wawancara sebagai tindak lanjut untuk memperoleh keterangan atau data yang tidak didapat dari study dokumentasi. Wawancara ini dilakukan oleh tokoh lembaga atau para fungsionaris BNI Syariah : Iwan Kustiwan (Divisi Analis Risiko), Ibu Bayi Rohayati (Divisi analis Risiko)

2. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah

Deskriptif Analysis Evaluatif. Deskriptif yaitu memberikan sebuah gambaran secara sistematik mengenai perkembangan produk pembiayaan murabahah diperbankan syariah. Analisis dimaksudkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan kajian secara mendalam terhadap fakta yang ada melalui beberapa penguraian dan Evaluatif yaitu memberikan penilaian terhadap masalah yang diangkat melalui interpretasi yang tepat dan akurat. 3. Metode Penulisan

Tehnik penulisannya berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi di

(19)

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

diterbitkan Fakultas tahun 2007. F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skirpsi maka disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II Kerangka teori, yang terdiri dari Konsep manajemen risiko, Pengertian Manajemen Risiko, Jenis – Jenis Risiko Perbankan, Tujuan Manajemen Risiko, Fungsi Manajemen Risiko, Fungsi Pokok Manajemen Risiko. Konsep Pembiayaan Murabahah Pengertian Pembiayaan, Fungsi Pembiayaan, Prinsip Analis Pembiayaan, Pengertian Murabahah, Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah, Jenis – jenis Pembiayaan Murabahah, Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Murabahah, Tehknik Penyelesaian Pembiayaan Pada umumnya.

Bab III Profil Bank BNI Syariah, tujuan Pendirian, Produk dan Jasa, Struktur Organisasi, Sumber Daya, dan Refutasi.

Bab IV Manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah, prosedur pengajuan pembiayaan, Proses manajemen risiko, Proses penilaian risiko pada, Pengelolaan risiko, Penyelesaian pembiayaan

(20)

14

murabahah bermasalah. Bab V Penutup

Kesimpulan Saran

(21)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konsep Manajemen Risiko

1.Pengertian Manajemen

Pengertian manajemen sangat luas, sehingga dalam kenyataannya

tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang.

Manajemen menurut james A.F. Stoner adalah proses perencanaan,

pengorganisasian dan penggunaan sumber daya yang telah ditetapkan.1

Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai

sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha – usaha

individu untuk mencapai tujuan bersama.2

Bila kita lihat dari kedua pengertian di atas, maka akan tampak

beberapa pokok penting dalam definisi tersebut antara lain:3

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai

b. Tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain

c. Kegiatan – kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi

Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang

nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen

sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena – fenomena (gejala –

1

T. Hani Handoko, Manajemen: Edisi II (Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta dan Anggota IKAPI, 1993) Cet-7, h. 8

2

M. Manullang, Dasar – dasar Manajemen, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2004), Cet-17, h.17, h.3

3

(22)

gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi memberikan

penjelasan-penjelasan.4

Memperlihatkan pengertian manajemen yang diatas serta

kenyataan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni, maka

diberi definisi sebagai “ perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,

pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan”.5

2.Fungsi Manajemen

Sampai sekarang, masih belum ada konsesus baik di antara praktisi

maupun di antara para teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi –

fungsi manajemen, sering juga disebut unsur-unsur dari manajemen.6

Pada hakikatnya, fungsi – fungsi manajemen adalah sebagai

berikut:

a. Planning (Perencanaan) adalah penentuan serangkaian tindakan

untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

b. Organizing adalah mengelompokkan kegiatan yang diperlukan,

yakni penetapan susunan organisasi, serta menetapkan kedudukan dan

sifat hubungan antara masing – masing unit tersebut.

c. Leading (Pengarahan dan Pemimpinan) merupakan fungsi dari

manajemen yang dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak.

4

M. Manullang, Dasar – Dasar Manajemen, h.4

5

M.Manullang, Dasar – Dasar Manajemen, h.5

6

(23)

d. Staffing merupakan penyusunan personalia pada suatu organisasi

sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan

usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada

organisasi.

e. Controling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian

adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan

penilaian dan koreksi sehingga apa yang dilakukan oleh pegawai dapat

diarahkan.

Atas dasar tersebut, Bisa kita simpulkan bahwa pada dasarnya

manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang – orang

untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan- tujuan

organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),

Pengorganisasian (organizing), Staffing (Penyusunan personalia atau

kepegawaian), Leading (pengarahan dan pemimpin), dan pengawasan

(controling).7

3.Pengertian Manajemen Risiko

Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan

sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan

orang. Konsep risiko itu sendiri timbul karena adanya pengajuan

tentang “Ketidakpastian” dimasa yang akan datang. Memahami konsep

risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial untuk

memahami konsep dan tehnik manajemen risiko. Oleh karena itu

7

(24)

dengan mempelajari definisi yang ditemukan dalam berbagai literatur

diharapkan pemahaman tentang risiko semakin jelas.

Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari,

Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap

beragam, yaitu antara lain:8

a.Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin

melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A. Abbas Salim).

b.Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dan

hasil yang diharapkan (Herman Darmawi).

Lebih jelas dan terfokus dari definisi di atas, BI mendefinisikan

manajemen risiko sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa (evens)

yang dapat menimbulkan kerugian bank. 9

Ketika bank mencoba mengaplikasikan definisi kedalam program

manajemen risiko, maka semua kegiatan atau usaha yang dilakukan

akan melibatkan kegiatan yang membutuhkan perhatian/kewaspadaan

penuh, pengetahuan yang terus dikembangkan, pengalaman yang

cukup memadai, dan kemampuan serta energi yang terus

diperbesar.Sedangkan manajemen risiko itu sendiri mempunyai

beberapa definisi diantaranya: risiko mempunyai arti yang lebih luas

yaitu semua risiko yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta,

8

Soeisno Djodosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,(jkt:Salemba 4,1999), cet. Ke1, h. 1-2

9

(25)

jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain).10Kemudian manajemen risiko

merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta

mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan

untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.11

Program manajemen risiko pertama-tama bertugas

mengidentifikasi risiko yang dihadapi, sesudah itu menghadapi,

mengukur atau menentukan besarnya risiko dan kemudian barulah

dapat dicarikan jalan untuk menghadapi dan menangani risiko itu.

Oleh karena itu jika risiko itu kecil maka harus cepat dikendalikan.

Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko nomor

5/8/PBI/2003 sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.Dari

beberapa definisi di atas BI menekankan pada mekanisme dari

manajemen risiko itu sendiri.

Sebagai Bank Syariah yang merupakan salah satu unit bisnis.

Dengan demikian, Bank Syariah juga akan menghadapi risiko

manajemen bank itu sendiri. Bahkan kalau dicermati mendalam, Bank

Syariah merupakan bank yang sarat dengan risiko. Karena dalam

menjalankan aktifitasnya yang banyak berhubungan dengan

produk-produk bank yang mengandung banyak risiko, seperti produk-produk

murabahah yang memiliki risiko yang relatif tinggi yang mungkin

10

Drs.H. Abbas Salim, Ma, Asuransi dan manajemen risiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), cet.ke.2, hal.199.

11

(26)

diakibatkan karena ketidakjujuran / kecurangan nasabah dalam

melakukan transaksi. Oleh karena itu, para pejabat Bank Syariah harus

dapat mengendalikan risiko seminimal mungkin dalam rangka untuk

memperoleh keuntungan yang optimum.

4. Jenis-Jenis Risiko Perbankan

Risiko usaha (business risk) bank merupakan tingkat

ketidakpastian mengenai pendapatan (keuntungan bank) yang

diperkirakan akan diterima. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan

yang diperoleh suatu bank. Semakin besar kemungkinan risiko yang

dihadapi dan semakin tinggi pula risiko atau pandapatan yang

diinginkan. Bank Indonesia menyebutkan, risiko yang dihadapi bank

itu mencakup:

a. Risiko kredit (Credit Risk)

Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty

memenuhi kewajibannya. Risiko kredit sulit dikenali tanpa menguji

portofolio kredit. Faktor kunci bagi pengendalian risiko kredit adalah

diversifikasi dari tipe – tipe kredit, diversifikasi dalam wilayah

geografis dan jenis – jenis industri yang dibiayai, kebijakan agunan

dan sebagainya, dan yang paling penting adalah standar pengendalian

kredit yang diterapkan.

b. Risiko Pasar (Market Risk)

Adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar

(27)

dapat merugikan bank. Termasuk dalam variabel pasar ini adalah suku

bunga dan nilai tukar.

Bank syari’ah tidak akan menghadapi risiko tingkat bunga,

walaupun dalam lingkungan dimana berlaku dual banking system

meningkatnya tingkat bunga dipasar konvensional dapat berdampak

pada meningkatnya risiko likuiditas sebagai akibat adanya nasabah

yang menarik dana dari bank syari’ah dan berpindah kebank

konvensional.

c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu

memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Pengukuran risiko

likuiditas adalah komplek, Faktor kuncinya adalah bahwa bank tidak

dapat dengan leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya

desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu bank harus

memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Terlalu banyak likuiditas

akan mengorbankan tingkat pendapatan, dan terlalu sedikit akan

berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat

diketahui sebelumnya, yang akan berakibat meningkatnya biaya dan

akhirnya menurunkan profitabilitas. Lebih – lebih bagi bank syari’ah

yang dilarang melakukan peminjaman dana yang berbasis bunga, tentu

akan lebih sulit untuk memperoleh dana.

(28)

d. Risiko Operasional (Operating Risk)

Adalah risiko yang antara lain disebabkan karena ketidakcukupan

dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi

operasional bank.

e. Risiko Hukum (Legal Risk)

Adalah risiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek yuridis.

Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan

hukum, ketiadaan peraturan perundang – undangan yang mendukung

atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya

kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

f. Risiko Reputasi (Reputation Risk)

Adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi

negative yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi

negative terhadap bank.

g. Risiko Strategis (Strategis Risk)

Adalah risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan

strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan

eksternal.

h. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak

(29)

yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui

penerapan risiko pengendalian intern secara konsisten.12

Dari delapan jenis risiko tersebut, terdapat jenis risiko yang

berkenaan langsung dengan pembiayaan murabahah yaitu risiko

kredit. Risiko Kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak

lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya, tidak bisa

memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang

diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya.

5. Tujuan manajemen Risiko

Menurut William T.Thornhill tujuan dari manajemen risiko adalah

untuk memproteksi asset dan laba sebuah organisasi dengan

mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan

pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi

besar atas kemungkinan bencana alam, keteledoran manusia, atau

karena keputusan pengadilan. Dalam prakteknya, proses ini mencakup

langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian risiko, pengukuran

dan penilaian atas ancaman yang telah diidentifikasi, pengendalian

ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan dan pembiayaan

ancaman yang tersisa agar apabila terjadi kerugian, organisasi dapat

terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya.13

Sedangkan menurut Drs. H. Agus Salim, MA tujuan manajemen

risiko ialah dalam mengelola perusahaan supaya mencegah perusahaan

12

PBI Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Pasal 4.

13

(30)

dari kegagalan mengurangi pengeluaran, menaikan keuntungan

perusahaan, menekan biaya produksi dan sebagainya.

Adapun saran-saran utama yang hendak dicapai oleh manajemen

risiko terdiri dari:

a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival)

b. Ketenangan dalam berpikir

c. Memperkecil biaya

d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan

e. Memperkecil/meniadakan gangguan dalam berproduksi

f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan

g. Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan

Guna memperoleh hasil yang maksimum dari program perusahaan,

maka diperlukan rencana yang mantap dan terarah.14

6. Fungsi Manajemen Risiko

Fungsi manajemen risiko untuk mengidentifikasikan atau

mendiagnosa risiko. Kemudian risiko itu mesti diukur, dianalisis dan

dievaluasi dalam ukuran frekuensi, keparahan dan variabilitasnya.

Selanjutnya keputusan harus diambil seperti memilih dan

menggunakan metode – metode untuk menangani masing – masing

risiko di identifikasikan itu. Sebagian risiko tertentu mungkin perlu

14

(31)

dihindarkan.Sebagian lagi mungkin perlu ditanggung sendiri, dan yang

lainnya mungkin perlu diasuransikan.15

Tujuan suatu perusahaan tidak bisa dicapai apabila fasilitas –

fasilitas yang dimiliki tidak dapat manfaatkan karena terjadinya

peristiwa atau kerugian.

Usaha – usaha untuk menghadapi kemungkinan terjadinya

kerusakan atau kerugian tersebut serta bagaimana mengatasi atau

menekannya adalah merupakan bagian dari manajemen risiko. Dengan

makin kompleknya kegiatan usaha khususnya dalam sektor industri

besar. Maka dituntut adanya perhatian yang khusus terhadap

penanganan risiko sehingga peran manajer risiko semakin penting.

Fungsi manajemen risiko dijelaskan melalui langkah – langkah

dalam proses pengambilan keputusan. Proses itu dimulai dengan

mengenal berbagai risiko yang sedang dihadapi. Langkah itu disebut

mengidentifikasi atau mendiagnosa risiko. Risiko itu mesti diukur,

dianalisis dan dievaluasi dalam ukuran frekuensi, keparahan dan

variabilitasnya. Selanjutnya keputusan harus diambil seperti memilih

dan menggunakan metode – metode untuk menangani masing –

masing risiko yang telah diidentifikasikan itu. Sebagian risiko tertentu

mungkin perlu dihindarkan, sebagian lagi mungkin perlu ditanggung

sendiri, dan yang lainnya mungkin perlu diasuransikan.16

15

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, h.22

16

(32)

7. Fungsi Pokok Manajemen Risiko

a. Menemukan kerugian potensial, yaitu berupaya

mengidentifikasikan seluruh risiko murni yang dihadapi oleh

perusahaan.

b. Mengevaluasi kerugian potensial, yaitu melakukan evaluasi

terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan,

evaluasi dan penilaian ini meliputi perkiraan mengenai:

1) besarnya kemungkinan frekuensi terjadi kerugian dengan

memperkirakan jumlah kemungkinan terjadinya kerugian

selama periode tertentu.

2) besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian dengan menilai

besarnya kerugian yang diderita, yang biasanya dikaitkan

dengan besar pengaruh kerugian tersebut terhadap kondisi

finansial perusahaan.

3) memilih teknik/cara yang tepat atau menentukan suatu

kombinasi dari teknik-teknik yang tepat dalam

menanggulangi kerugian.

4) menurut Pardi Sudrajat, fungsi dari manajemen risiko

adalah sebagai pedoman tertulis dalam membentuk

kerangka kerja fungsional bank untuk mengimplemetasikan

manajemen risiko secara konsisten sesuai dengan tujuan

usaha perusahaan/bank. 17

17

(33)

B. Konsep Pembiayaan Murabahah

1.Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.18 Dan juga bisa diartikan

sebagai pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain

untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri

maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan.19

2.Fungsi Pembiayaan.20

a. Meningkatkan daya guna uang, artinya: Para penabung menyimpan

uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang

tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh

bank guna suatu usaha peningkatan produktifitas.

b. Meningkatkan peredaran uang, artinya: pembiayaan yang

disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan

pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet,

giro, wesel, dan sebagainya.

18

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002), Ed. Revisi, Cet-6, h. 92

19

Muhammad, Manajemen pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005), h. 17

20

(34)

c. Stabilitas ekonomi, artinya: dalam ekonomi yang kurang sehat,

langkah-langkah stabilisasi pada arus inflasi diarahkan pada

usaha-usaha untuk Pengendalian Inflasi, Peningkatan Ekspor,

Rentabilitasi prasarana dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

pokok rakyat

3. Prinsip Analisis Pembiayaan.21

Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam

melaksanakan suatu tindakan. Pejabat pembiayaan bank syariah pada

saat melakukan analisis pembiayaan. Secara umum, prinsip analisis

pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu:

a. Character artinya sifat atau karakter nasabah pembiayaan

b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha

dan mengembalikan pembiayaan

c. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan pembiayaan

d. Colleteral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan

nasabah kepada bank

e. Condition artinya keadaan usaha nasabah atau prospek usaha

nasabah

Selain 5C bank juga menerapkan prinsip 7P yaitu:

a. Kepribadian (Personality) Yaitu menilai nasabah dari segi

kepribadiaannya atau tingkah lakunya sehari-hari dan masa

lalunya.

21

(35)

b. Para Pihak (Party) Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam

klasifikasi tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.

c. Tujuan (Purpose) Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam

mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang

diinginkannya.

d. Pembayaran (Payment) Merupakan ukuran bagaimana cara

nasabah mengembalikan pembiayaan dan sumber dana dari mana

saja untuk pengembalian pembiayaan.

e. Perolehan Laba (Profitability) Untuk menganalisis bagaimana

kemampuan nasabah dalam mencari laba.

f. Perlindungan (Protection) Tujuannya adalah bagaimana menjaga

agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

g. Ramalan kedepan (Prospect) Yaitu untuk menilai usaha nasabah

dimasa yang akan datang, mempunyai prospek atau sebaliknya.22

4. Pengertian Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual

harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan

suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.23

Fatwa DSN tentang murabahah No.04/DSN-MUI/IV/2000

mengenai ketentuan umum murabahah dalam bank syariah adalah:

Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

22

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, h. 106

23

(36)

a. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah

Islam.

b. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang

yang telah disepakati klasifikasinya.

c. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

d. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

e. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya

dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok

barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

f. Nasabah membayar harga barang yang disepakati tersebut pada

jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

g. Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

h. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Dalam kitab fikih jual beli murabahah dilakukan oleh dua pihak

yaitu penjual dan pembeli, sedangkan dalam praktek perbankan

(37)

sebagai pembeli pertama dan penjual kedua, dan nasabah sebagai

pembeli kedua. Jadi sebenarnya yang diterapkan syariah adalah

al-murabbih yurabbih (pembeli yang menjual barang). Pada jual beli

pertama yaitu antara supplier dan bank, pembayaran dilakukan secara

tunai, sedangkan pada jual beli kedua yaitu antara bank dengan

nasabah, pembayaran dilakukan secara cicilan.24

Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya

untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus

menyediakan uang tunai terlebih dahulu, dengan kata lain nasabah

telah memperoleh pembiayaan murabahah dari bank untuk pengadaan

barang tersebut.

5. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah.

Jual beli dalam pengertian bahasa berarti menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain. Jual beli dalam fikih Islam mempunyai banyak

bentuk, namun yang biasa diterpakan dan telah banyak dikembangkan

sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan (modal kerja dan investasi)

diperbankan syariah salah satunya yaitu murabahah.25 Landasan jual

beli ini dihalalkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah

ayat 275 dan surat An-Nisa ayat 29, yaitu:

...

ﺎ ﱢﺮ ا

مﱠﺮﺣو

ﻊْﻴ ْا

ﻪﱠ ا

ﱠ ﺣأو

...

24

Adiwarman A. Karim, Pembiayaan Murabahah, Makalah Perbankan Syariah, h. 80

25

(38)

Artinya:

... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

( Al-Baqarah : 275)

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ áóÇ ÊóÃúßõáõæÇ

ÃóãúæóÇáóßõãú Èóíúäóßõãú ÈöÇáúÈóÇØöáö ÅöáøóÇ

Ãóäú

Êóßõæäó

ÊöÌóÇÑóÉð

Úóä

ÊóÑóÇÖò ãöäúßõãú æóáóÇ ÊóÞúÊõáõæÇ

ÃóäúÝõÓóßõãú Åöäøó Çááøóåó ßóÇäó Èößõãú

ÑóÍöíãðÇ (ÇáäÓÇÁ : 29)

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa : 29)

Disamping itu beberapa hadis nabi juga mendukung keabsahan

murabahah, yaitu hadist riwayat Aisyah r.a. “Bahwa ketika Rasulullah

SAW ingin hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor unta kemudian

Rasulullah SAW berkata serahkan salah satunya untukku (dengan

harga yang sepada/tauliyah)? Abu bakar menjawab ‘ya dia untukmu

tanpa sesuatu apapun’ kemudian Rasulullah mengatakan’kalau tanpa

harga jual (tsaman), maka tidak jadi saya ambil” (HR. Bukhari dan

Ahmad).

Dari hadist di atas nabi mengutarakan adanya suatu keberkahan

dalam tiga hal salah satunya adalah secara tangguh, di mana dalam

bertransaksi jual beli dengan memberikan masa tenggang dalam hal

pembayaran (tangguh) karena di dalamnya tersirat sifat baik hati,

memberikan kemudahan dan memberikan pertolongan bagi orang yang

(39)

bahwa pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah digunakan

untuk membantu nasabah pembiayaan untuk pengadaan obyek tertentu

di mana nasabah tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup

untuk melakukan pembayaran secara tunai akan tetapi pembayaran

dapat dilakukan secara mengangsur atau secara tangguh.

6. Jenis-Jenis Pembiayaan Murabahah.

Jenis-jenis pembiayaan murabahah yang ditawarkan bank syariah

antara lain:

a. Murabahah Konsumtif Multiguna (MKM)

Murabahah Konsumtif Multiguna adalah pembiayaan bagi

pegawai/ pengusaha dan lain-lain untuk pembelian berbagai barang

yang tidak bertentangan dengan undang-undang/hukum yang berlaku

serta tidak termasuk kategori yang diharamkan oleh Syariah Islam.

Dengan besar pembiayaan di atas Rp.20 juta sampai dengan Rp.2

miliar jangka waktu pembiayaan ini adalah delapan tahun, dengan

jaminan tanah/apartemen/kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan

bukti-bukti kepemilikan.

b. Murabahah Konsumtif Rumah (MKR)

Murabahah Konsumtif Rumah adalah pembiayaan murabahah

yang diberikan untuk pembelian rumah tinggal disesuaikan dengan

kebutuhan pembiayaan dan kemampuan masing-masing pemohon,

dengan maksimum pembiayaan sebesar Rp.2 miliar dan jangka waktu

(40)

muka minimal sebesar 20% dari harga beli tanah plus bangunan,

jaminan dalam pembiayaan ini adalah tanah dan bangunan.

c. Murabahah Konsumtif Kendaraan (MKK)

Murabahah Konsumtif Kendaraan adalah pembiayaan murabahah

yang diberikan untuk pembelian kendaraan motor ataupun mobil yang

disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan

masing-masing pemohon. Maksimal pembiayaan MKK ini adalah 80% dari

harga kendaraan, sedangkan untuk jangka waktu pembiayaan

dibedakan menurut jenisnya, untuk mobil jangka waktu

pembiayaannya: mobil baru maksimal 5 tahun dan mobil bekas

maksimal 2 tahun. Sedangkan untuk motor jangka waktu

pembiayaannya: motor baru maksimal tiga tahun dan motor bekas

maksimal dua tahun. Uang muka MKK ini sebesar 20% dari harga

kendaraan dan harus disetorkan sebelum pembiayaan direalisir. Objek

yang dijadikan jaminan adalah kendaraan yang dibiayai.

d. Murabahah Konsumtif Karyawan/Pegawai (MKP)

Murabahah konsumtif karyawan/pegawai ini yaitu pembiayaan

bagi karyawan/ pegawai suatu perusahaan/lembaga/instansi untuk

pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan dengan

undang-undang/hukum yang berlaku serta tidak termasuk kategori yang

diharamkan Syariah Islam dengan maksimum pembiayaan Rp.20 juta

jangka waktu untuk pembiayaan 3 tahun. Jaminan dari pembiayaan ini

(41)

syariah plus yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditanda

tangani oleh bendaharawan dan pimpinan perusahaan / instansi /

lembaga.

7. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Murabahah.

Pembiayaan murabahah memiliki beberapa tujuan dan manfaat

baik bagi nasabah maupun bagi bank syariah tersebut antara lain:

a. Tujuan pembiayaan murabahah bagi bank syariah sebagai berikut:

1. untuk meningkatkan peranan bank syariah dalam pemberian

pembiayaan serta untuk meningkatkan pelayanan pemberian

pembiayaan dengan prosedur yang lebih sederhana tanpa

menghilangkan prinsip kehati-hatian. Tumbuhnya perkembangan

bank syariah yang semakin pesat mengakibatkan timbulnya

persaingan antar bank-bank syariah tersebut baik dalam

penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masing-masing

berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik untuk

nasabahnya salah satunya adalah dengan meningkatkan

pelayanan sehingga dapat memuaskan nasabahnya.

2. meningkatkan pendapatan bank syariah, seperti kita ketahui

bahwa pendapatan bank syariah diperoleh salah satunya dari

penyaluran dana termasuk di sini adalah pembiayaan murabahah.

Hampir semua bank syariah termasuk bank syariah didominasi

(42)

bank syariah dari pembiayaan ini cukup besar sehingga

pendapatan bank pun meningkat.

3. menolong nasabah yang tidak memiliki kemampuan finansial

yang cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai. Dengan

adanya pembiayaan murabahah ini maka nasabah dapat

memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki

barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai

terlebih dahulu.

b. Tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah adalah sebagai

berikut :

1) Mencari pembiayaan di mana dalam operasi perbankan syariah

motif pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan

alasan utama yang mendorong datang ke bank.

2) Mencari pengalaman di mana satu pihak yang berkontrak

(pemesan) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli

sebuah asset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli asset

tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem

pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih

karena ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan

yang mendesak terhadap asset tersebut.

3) Pada dasarnya tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah

adalah untuk memperoleh pembiayaan baik untuk tujuan

(43)

melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu alasan

bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai untuk bertransaksi

langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan

bank, maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan

pembayaran tangguh atau angsuran. Ini berarti penjual

(bank) akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas

pembeli (nasabah), dan sebaliknya pembeli punya utang uang

sebesar nilai transaksi kepada bank sebagai penjual. 26

c. Manfaat Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah memberi banyak manfaat ke pada bank

syariah salah satunya yaitu adanya keuntungan yang muncul dari

selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.

Selain itu, sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan

penanganan administrasinya. Sedangkan manfaat pembiayaan

murabahah bagi nasabah antara lain:

1) Menambah modal yang dapat digunakan untuk membiayai usaha

produktifnya, yaitu untuk memperkuat usaha yang telah ada atau

untuk membentuk usaha baru.

2) memperoleh sarana produksi secara terus menerus.

3) meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat

tambahan modal dalam usaha produksinya.

26

(44)

4) keuntungan tetap/pengembalian yang pasti tanpa adanya fluktuasi

bunga, karena harga yang telah disepakati sifatnya tetap dan tidak

berubah selama akad belum berakhir. Berbeda dengan bank

konvensional yang menetapkan imbalan atas kredit yang

diberikan berdasarkan prosentasi tertentu yang disesuaikan

dengan tingkat suku bunga. 27

8. Teknik Penyelesaian Pembiayaan pada Umumnya

Setiap pembiayaan itu pasti mengandung risiko pembiayaan

bermasalah, akibatnya pembiayaan tidak dapat ditagih sehingga

menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank. Sepandai

apapun analisis pembiayaan, kemungkinan pembiayaan tersebut

mengalami permasalahan. Hanya saja dalam hal ini, bagaimana

meminimalkan risiko tersebut seminimal mungkin. Dalam

praktiknya kemacetan suatu pembiayaan pada BNI disebabkan oleh 2

unsur sebagai berikut:

a. Dari Pihak Perbankan28

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti,

sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksikan

sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan.

Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan

27

Tim Depkop, Panduan Unit Simpan Pinjam Syariah, (Jakarta, Departemen koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah & BNI, 1998), Cet-2, h.48

28

(45)

pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara

subyektif dan akal-akalan.

b. Dari Pihak Nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal

yaitu:

1) Adanya unsur kesengajaan: dalam hal ini nasabah sengaja untuk

tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga

kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur

kemauan untuk membayar, walaupun nasabah sebenarnya

mampu.

2) Adanya unsur tidak sengaja, artinya si debitur mau membayar

akan tetapi tidak mampu, sebagai contoh kredit yang dibiayai

mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan

sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak

ada.29

Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,

sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang

dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka

waktu atau angsuran terutama bagi kredit yang disengaja lalai untuk

membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya

dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

29

(46)

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara

lain:30

a. Rescheduling adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara

memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran.

b. Reconditioning adalah mengubah berbagai persyaratan seperti,

bunga dijadikan hutang pokok dan penundaan pembayaran bunga

pada jangka waktu tertentu dan bisa juga penurunan suku bunga

atau bahkan pembebasan bunga.

c. Restructuring adalah tindakan bank kepada nasabah dengan cara

menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah

memang membutuhkan tambahan dana dan usaha nasabah

memang masih layak.

30

(47)

BAB

 

III

 

PROFIL BANK BNI SYARIAH

A. Sejarah Pendirian Bank BNI Syariah

Bank BNI syariah adalah divisi usaha yang berada pada PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk, BNI merupakan salah satu bank umum pemerintah terbesar pertama di Indonesia dilihat dari sisi jaringan memiliki 900 cabang lebih tersebar diseluruh Indonesia yang didirikan pada masa perjuangan tepatnya pada tanggal 5 Juli 1946. Dalam mewujudkan visinya menjadi

“universal banking”. Sesuai dengan undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 yang telah diperbaharui menjadi undang – undang 21 tahun 2008 yang juga mengatur tentang perbankan syariah dimana membolehkan bank umum membuka layanan syariah, sehingga bank BNI pun membuka layanan perbankan syariah yang sesuai prinsip-prinsip syariah dengan menggunakan konsep dual banking system.

Pendirian bank BNI syariah diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah pada tahun 1999, diantaranya yaitu naryono, mungin, Endan Kusnadi dan lain-lain. Kemudian bank Indonesia mengeluarkan izin prinsip dan usaha beroperasinya Unit Usaha Syariah Bank BNI. Keputusan bank BNI untuk membuka divisi usaha syariah merupakan jawaban terhadap tuntutan pasar. Hal ini ditunjang dengan landasan hukum yang jelas dan kondisi yang memungkinkan, mengingat pengalaman Bank BNI beroperasi sebagai bank

(48)

umum konvesional selama lebih dari 58 Tahun. Hal tersebut merupakan modal awal yang baik dalam upaya mengembangkan divisi baru ini.

Melalui pembukaan Unit Usaha Syariah yang sesuai dengan Undang-undang No. 21 tahun 2008 BNI merupakan salah satu pelopor dan turut aktif dalam rangka mengembangkan bank syariah di Indonesia. Bank BNI syariah beroperasi pertama kali pada tanggal 29 April tahun 2000 yang ditandai dengan dibukanya lima kantor cabang di Malang, Yogyakarta, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Pada tanggal 29 April tersebut sekaligus diperingati sebagai hari lahir atau Milad BNI Syariah. Pada tahun 2001 Bank BNI kembali membuka 5 kantor cabang syariah yang difokuskan dikota-kota besar di Indonesia, yakni di Jakarta, Bandung, Makasar dan padang. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk layanan perbankan syariah pada tahun 2002 BNI membuka 2 kantor cabang syariah baru yakni di Medan dan Palembang. Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan lain bisnis yang semakin memikat sehingga menuntut pelayanan kepada masyarakat, Bank BNI melakukan relokasi kantor cabang syariah di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat kota Jepara Bank BNI membuka kantor cabang pembantu syariah Jepara.

Melalui kerja keras dan dukungan dari stakeholder serta tetap berpedoman kepada prinsip prudensial bank, BNI syariah mengalami perkembangan bisnis yang baik.Untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik, BNI syariah menghadirkan layanan yang lebih eksklusif dan lebih pribadi khususnya bagi network individual melalui kantor cabang BNI syariah

(49)

prima, karena dikantor cabang ini nasabah Bank BNI Syariah prima juga akan mendapatkan, internet, galeri dilayani dengan financial advisor (FA) BNI Syari’ah prima yang ramah dan professional, akan memberikan solusi keuangan melalui layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.

B. Tujuan Pendirian

Tujuan pendiriran BNI Syariah tercermin dalam visi dan misi Bank BNI Syariah itu sendiri. Adapun visi dan misi BNI Syariah adalah:

1. Visi

Menjadi Bank Syariah yang dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai dengan kaidah sehingga insyaallah membawa berkah

2. Misi

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.

C. Produk dan Jasa BNI Syariah

Produk dan jasa BNI Syariah adalah: 1. produk simpanan

Bank BNI Syariah menyediakan berbagai macam simpanan yang inovatif dengan investasi yang menguntungkan sesuai dengan prinsip syariah. Produk yang ditawarkan adalah:

a. Giro Wadiah

Giro wadiah merupakan simpanan nasabah berbentuk giro dengan prinsip

Wadiah Yad Dhamanah yang merupakan dana titipan murni yang dengan

(50)

seiring dari pemilik dana dapat dioperasikan oleh bank untuk mendukung sektor riil dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik sewaktu-waktu oleh pemilik dengan menggunakan media cek atau bilyet giro dan mendapatkan bonus yang menarik.

b. Tabungan Mudharabah

Tabungan Mudharabah adalah simpanan dana pihak ketiga berbentuk tabungan dengan prinsip Mudharabah Mutlqoh yang dapat disetor dan diambil kapan saja di seluruh cabang dan ATM BNI di Indonesia.

c. Deposito Mudharabah

Deposito Mudharabah merupakan investasi baik secara

individu maupun perusahaan dalam bentuk deposito yang sesuai dengan prinsip syariah yakni Mudharabah Mutlaqoh merupakan simpanan dana masyarakat yang oleh BNI syariah dapat dioperasikan untuk mendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dibagi hasilkan antara pemilik dan dan bank sesuai dengan nisbah yang disepakati. Dana nasabah akan diinvestasikan pada sektor riil yang menguntungkan untuk memajukan ekonomi umat.

d. Tabungan Haji Indonesia (THI) Mudharabah

THI Mudharabah BNI Syariah dapat mewujudkan niat nasabah untuk pergi haji. Dana tersebut akan dikelola secara aman dan sesuai syariah. e. Reksadana Syariah

Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dan dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta (shahibul mall) untuk

(51)

selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi sebagai wakil shahibul mall menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. 2. Produk Pembiayaan

Pembiayaan syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan usaha nasabah sesuai prinsip syariah, yakni bagi hasil, jual beli dan sewa yang terbebas dari penetapan bunga. Adapun produk pembiayaan yang ditawarkan adalah:

a. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah memakai prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dengan pihak bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tanbahan dapat dilakukan secara angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama.

b. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah merupakan jenis pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil (Mudharabah Mutlaqoh) sesuai dengan kesepakatan, dimana pihak bank selaku penyedia modal menyediakan dana 100%.Sedangkan pihak nasabah bertindak selaku pengelola, dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka dan apabila rugi ditanggung oleh shahibul mall. Pembiayaan ini dapat disalurkan untuk barbagai jenis usaha yakni perdagangan, perindustrian, pertanian serta jasa.

(52)

c. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan porsi penyertaan. Pembiayaan ini cocok bagi nasabah yang memiliki usaha dan bermaksud mengembangkannya namun masih kekurangan dana untuk merealisasikan niat tersebut. Adapun pembiayaan musyarakah ini dapat diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan proyek dan modal ventura. d. Gadai Emas Syariah

Gadai Emas Syariah atau disebut juga pembiayaan Rahn merupakan penyerahan jaminan atau hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan (Qord) yang diterima. Gadai Emas Syariah dapat digunakan oleh nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang mendesak seperti kebutuhan modal kerja jangka pendek.

3. Produk Jasa

Dengan keunggulan teknologi perbankan on line Bank BNI Syariah

menyediakan jasa-jasa perbankan guna memberikan kemudahan bagi nasabah dalam bentuk:

a. Kiriman Uang

Dengan teknologi on line BNI, nasabah mendapatkan kemudahan pengiriman uang seketika, baik antar sesama kantor cabang BNI Syariah ataupun dengan kantor cabank BNI Konvesional.

(53)

b. Inkaso

Bagi nasabah yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang berasal dari kota-kota secara cepat dan aman bisa mengguanakan jasa inkaso kepada BNI Syariah.

D. Struktur Organisasi BNI Syariah

Sebagai pimpinan tertinggi yaitu: RUPS, kemudian DPS yang bertugas untuk memastikan dan menjaminkan operasional bisnis BNI sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.

Fungsi pokok DPS BNI Syariah

1. Memberikan divisi kepada manajemen perihal pengelolaan dan pengembangan bisnis syariah BNI dari sisi aspek syariah.

2. Melaporkan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis perbankan syariah baik BNI kepada DPS dan atau lembaga-lembaga ekternal lainnya yang terkait. Sementara itu dewan komisi membawahi Direktur Utama. Sedangkan divisi syariah merupakan bagian dari Strategi Businness Unit (SBU) ritel, yang berada dibawah penyediaan langsung Direktur ritel Bank BNI. Adapun fungsi pokok divisi syariah adalah sebagai divisi bank BNI yaitu:

1. Melakukan aktivitas-aktivitas antara divisi

2. Menunjang penyediaan logistik dan materai cabang syariah bekerjasama dengan unit-unit atau divisi terkait

3. Mengelola kebijakan manajemen SDM cabang syariah bekerjasama dengan unit atau divisi tersebut.

(54)

4. mengkoordinasi pengelolaan anggaran usaha syraiah

5. Menyusun laporan keuangan usaha syariah dan mengkoordinasi dengan divisi Pengendalian Keuangan (PKU)

6. Menunjang pengelolaan sistem teknologi usaha syariah bekerjasama dengan teknologi

Sedangkan fungsi divisi syariah sebagai kantor cabang-cabang syariah yaitu:

1. Sebagai kantor pusat cabang-cabang syariah

2. Melaksanakan fungsi treasury (Likuidits, placement, pricing) usaha syariah

3. Menyediakan organisasi bisnis cabang syariah bekerjasama dengan Satuan Pengawas Intern (SPI)

4. Memantau kualitas bisnis cabang syariah sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

5. Mengelola sistem akuntansi dan pembukuan keuangan usaha syariah 6. Mengembangkan produk atau jasa bank syariah sesuai tuntutan pasar Dibawah divisi syariah terdapat kelompok perbankan syariah yang langsung membawahi pengelolaan pengembangan bisnis syariah, pengelolaan treasury, dan investment serta pengelolaan penunjang bisnis syariah.

E. Sumber Daya

1. Sumber Daya Insani

Untuk mencapai tujuan dan sasaran bisnis, BNI syariah telah menetapkan

(55)

strategi Sumber Daya Manusia yang komprehensif serta rencana pengembangan SDM menuju SDM yang kompeten dan profesional. Model Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (Competence Based Human Reaseose Manajemen Model) telah dipilih sebagai kerangka dasar bagi pengembangan sub-sub modul lainnya serta manajemen personalia, pengelolaan kinerja, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, pengelolaan kerja, perencanaan jenjang karir serta penghargaan prestasi.

Untuk mendukung CBHRM secara penuh, dibutuhkan informasi

personalia yang akurat dan tepat waktu. Oleh karena itu diperlukan pembaharuan dan penyempurnaan system impormasi SDM yang ada. Hal ini telah dimulai sejak tahun 2005 dengan selalu memperbaharui data karyawan, mengembangkan modul pengelolaan kinerja dan modul pengkajian yang akan diikuti oleh modul lainnya seperti perencanaan sumber daya insani dan rekrutmen. Dalam proses rekrutmen, BNI syari’ah menilai kompetensi calon karyawan secara keseluruhan yaitu keahlian teoritis dan keterampilan praktis.

Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani BNI Syari’ah yang berjumlah 580 orang, BNI Syariah selalu melakukan kegiatan pelatihan

pengembangan karir. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya insani pada Bank BNI Syari’ah merupakan Human Invesment yang tiada terbatas waktunya mengingat ditangan sumber daya insani yang handal dan berkualitas BNI Syari’ah akan terus tumbuh dan berkembang. Memahami pentingnya mendapatkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sumber daya pada level manajer diikutsertakan dalam pelatihan ESQ &The art of

(56)

Happiness at Work yang terfokus pada peningkatan kompetisi yang bersifat “

soft skill”.

2. Sumber Daya Teknologi

Sejalan dengan sumber daya manusia, sumber daya teknologi merupakan penyangga utama sebuah bank modern. Teknologi informasi memungkinkan produk dan layanan dikembangkan da

Gambar

Tabel 1 (Customer Risk Rating) CRR
Rating Jaminan atas Rasio Pemenuhan JaminanTabel 3  (RPJ)
Tabel 4
Penggolongan Tabel 5 Collectability
+4

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya presentase berdasarkan jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Bagi hasil tergantung keuntungan/kerugian proyek yang dijalankan. Pembayaran bunga tetap seperti yang

Sedangkan variabel Suku Bunga, Nilai Tukar Valas, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah tidak berpengaruh signifikan terhadap

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Bank BRI Syariah Sidoarjo, mekanisme pilar pertama dari Manajemen Risiko, risiko pasar hanya dalam artian pengukuran fluktuasi nilai tukar

Rendahnya tingkat return bank dibandingkan dengan tingkat return yang berlaku di pasar, juga berakibat pada munculnya risiko fidusial (fiduciary risk), yaitu ketika deposan

Bank Islam tidak akan menghadapi risiko tingkat bunga, walaupun dalam lingkungan dimana berlaku dual banking system meningkatnya tingkat bunga di pasar konvensional dapat

kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan variabel pasar ( adverse movement ) berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko jenis ini

pihak bank akan adanya inflasi dan kenaikan suku bunga di pasar.

Tingkat suku bunga cenderung meningkat maka akan terjadi kenaikan pendapatan bunga lebih besar dari biaya bunga sehingga pengaruh IRR terhadap risiko pasar