Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Mencapai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : NURSYAMSIYAH
103046128235
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, pemberi segala potensi dalam diri manusia. Tuhan yang mempengaruhi kehidupan dalam semua fasilitasnya di bumi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW pembawa pesan suci Al-Qur’an, pemberi sugesti terhadap segala kebajikan. Rasul akhir zaman, suri tauladan para pejuang kebangsaan. Salam sejahtera semoga tercurahkan untuk para pengikutnya yang tetap konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung atau tidak langsung dalam menyusun skripsi ini tidak akan mendekati kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu penulis memberi ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
Konsentrasi Muamalat dan Bapak Ah. Azharudin Latif, M.Ag, Selaku sekretaris Program Studi Perbankan Syari’ah Konsentrasi Muamalat.
4. Bpk Prof . Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM dan Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, MM, AAIJ Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi arahan, koreksi, saran dan ilmu pengetahuan serta pengalamannya hingga penulisan skripsi ini terselesaikan.
5. Staff perpustakaan Utama dan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan buku – buku yang berkaitan dengan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kontribusi pemikiran ekonomi islam dalam perkuliahan.
7. Para staff Bank BNI Syari’ah cabang Sudirman yang telah memberikan data – data baik input ataupun out put serta arahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Teruntuk Divisi Unit Syari’ah bapak Iwan Kustiwan dan ibu Bayi Rohayati.
8. Teruntuk some one “Abd. Salam” yang selalu memberi support dan doanya, Aku ucapkan terima kasih. Semoga Allah mendengar doa kita, Amin..
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Kajian Pustaka ... 11
E. Metode Penelitian ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Manajemen Risiko ... 15
B. Konsep Pembiayaan Murabahah ... 27
BAB III GAMBARAN UMUM BANK BNI SYARIAH A. sejarah Pendirian Bank BNI Syariah ... 41
B. Tujuan Pendirian ... 43
C. Produk dan Jasa BNI Syariah ... 43
D. Struktur Organisasi BNI Syariah ... 47
E. Sumber Daya ... 48
C. Prosedur Penilaian Risiko Pada Bank BNI Syariah ... 61 D. Pengelolaan Risiko pada Bank BNI Syariah ... 67 E. Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Bank
BNI Syariah ... 73 F. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Bank BNI Syariah
... 78 BAB V PENUTUP
Kesimpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan adalah suatu lembaga keuangan yang melaksanakan 3 fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslim, fungsi – fungsi bank telah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Fungsi – fungsi tersebut adalah menerima titipan harta, meminjam uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis serta pengiriman uang.1
Pengertian bank syariah menurut UU perbankan No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip – prinsip syariah, yang mengacu kepada Al-qur’an dan Hadits. Artinya bahwa bank syariah secara operasional dan teoritis mengikut ketentuan – ketentan syariah yang terkandung di dalam Al-quran dan Hadits2, yaitu tata cara bermuamalah secara islami.
Fatwa MUI No. 1 Tahun 2004 tentang pengharaman bunga (interest) bank beberapa waktu lalu telah mampu menimbulkan optimisme yang cukup besar mengenai peranan dan prospek bank syariah dimasa depan. Bank syariah telah
1
Biro perbankan syariah bank indonesia, Islam dan perbankan syariah, (Jakarta: karim business consulting, 2001), h.1
2
Karnaen purwaatmaja dan muhammad syafi’i antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa), Cet.Ke-1,h.1
menjadi alternatif nasional diluar bank konvensional. Apabila bank konvensional beroperasi dengan sistem bunga (interest), maka bank syariah bekerja berdasarkan prinsip dasar rela sama rela atau suka sama suka (antaraddin minkum) dan tidak ada pihak yang mendzalimi dan didzalimi. Inilah mengapa bank syariah menjadi solusi yang tepat ditengah krisis moneter dan keuangan yang mengglobal sekarang ini.
Bank sebagai lembaga perantara atau financial intermediary memiliki 3 fungsi umum yaitu yang pertama adalah memasok dana pinjaman bagi para peminjam yang bonafit, kedua mengurangi risiko bagi para pemilik dana yang menginginkan kelebihan dana yang dimilikinya agar dapat ikut diputarkan dalam kegiatan usaha dan ketiga adalah meningkatkan likuiditas perekonomian tanpa mengurangi jaminan likuiditas para pemilik surat tagihan.3
Dalam jasa keuangan perbankan syariah dimana dana yang dikelola adalah dana masyarakat luas, dimana dalam konsep syariah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan dunia akhirat oleh pengelola dana yang dalam hal ini adalah bank syariah yang tidak hanya di tuntut untuk amanah dalam menjalankan tugasnya.
Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan refleksi dari meningkatnya minat konsumen perbankan di Indonesia akan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah islam. Dengan berkembangnya jumlah bank syariah, menuntut kesiapan sumber daya
3
Soedijono Reksoprajitno, Pengantar Manajemen Bank Umum,(Jakarta: Gunadarma, 2003), h.3
insani yang mampu bersaing dan mengemas kegiatan pemasarannya secara terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar, pemasaran harus dilakukan secara profesional sehingga kebutuhan dan keinginan pelanggan akan segera terpenuhi dan terpuaskan.
Dalam beberapa tahun terakhir perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat. Pesatnya pertumbuhan bank syariah telah mengilhami bank – bank konvensional untuk meniru dan menawarkan produk – produk bank syariah. Alasan mereka ikut menawarkan produk bank syariah semata – mata bersifat komersil, yaitu untuk melihat besarnya pasar umat islam yang pertumbuhannya diperkirakan mencapai 15% pertahun.4 Selain bank menyediakan produk – produk penghimpun dana, bank juga menawarkan produk pembiayaan yang sangat diminati oleh nasabah. Secara umum produk pembiayaan yang selama ini menjadi dominan dalam perbankan syariah adalah produk murabahah. Meski terdapat produk lainnya seperti
mudharabah dan musyarakah. Namun pada kenyataannya yang paling intensif digunakan adalah produk murabahah, karena produk tersebut lebih mudah digunakan dan menyerupai kredit pada bank konvensional. Disisi lain masyarakat tidak ingin disulitkan dengan perhitungan yang rumit, mereka hanya ingin tahu beberapa cicilan yang dibayar tiap bulannya secara pasti.
Dalam pelaksanaan pembiayaan bank syariah harus memiliki 2 aspek yaitu: Aspek syariah berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para nasabah bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat islam ( antara lain
4
Zainul Arifin, Dasar –dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,2005) hal.5
tidak mengandung unsur maisir, gharar dan riba serta bidang usahanya). Aspek ekonomi berarti disamping mempertimbangkan hal – hal syariah bank juga tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun nasabah.
Kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut aktiva produktif. Menurut ketentuan BI, aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara. Komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta SWBI. Untuk penggolongan kualitas aktiva produktif pada bank syariah terdiri dari: Pembiayaan Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), Macet (M). Kualitas aktiva produktif ini dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar nasabah.
Transaksi keuangan menurut syariah islam pada hakekatnya adalah suatu transaksi niaga cara penangguhan pembayaran (tidak tunai) atau transaksi pemberian pinjaman karena pada setiap transaksi keuangan akan timbul hak dan kewajiban keuangan. Yaitu: hak suatu pihak untuk mendapat pembayaran dan kewajiban pada pihak lain untuk memberikan pembayaran.
Produk murabahah yang ditawarkan kepada masyarakat sangat mirip dengan produk leasing yang ditawarkan oleh bank konvensional, malah
equivalent ratenya lebih tinggi konvensional. Dengan demikian dapat kita
nilai bahwa bank syariah di Indonesia tidak mau mengambil risiko, lalu mereka membuat produk yang aman.5
Akad jual beli risikonya kecil, namun bukan berarti akad – akad pembiayaan lainnya kurang diminati. Idealnya, pembiayaan bank syariah didominasi oleh akad mudharabah (bagi hasil). Sebab, memang itulah ruhnya perbankan syariah. Namun untuk sampai ketahap itu tidak mudah. Bahkan di negara – negara yang sudah lebih dahulu menerapkan syariah pun, pembiayaan murabahah (jual –beli) masih dominan.6
Seharusnya sebagai bank syariah yang berprinsip bagi hasil dari pembiayaannya seperti mudharabah dan musyarakah itu bisa lebih dominan tapi justru pembiayaan non bagi hasil yang lebih dominan.
Dominasi pembiayaan non bagi hasil jelas bukanlah kondisi ideal yang diinginkan. Industri perbankan syariah bersama – sama dengan pemerintah maupun BI harus terus mempersiapkan bagi hasil. Persiapan itu jelas tidak dapat dilakukan secara mendadak, melainkan mau tidak mau harus mulai dipersiapkan dari sekarang, karena perkembangan yang pesat yang sedang berlangsung perlu diarahkan agar tidak terlanjur berkembang kearah yang tidak diinginkan.
Mungkin karena risiko yang ada pada pembiayaan murabahah itu relatif kecil, karena bagi orang awam risiko berarti menghadapi kesulitan atau bahaya – bahaya yang mungkin menimbulkan musibah, cidera, atau hal – hal
5
Jafril Khalil, Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Menyiasati Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia
(Jakarta: P3EI, 2004), hal .65.
6
Robert Tampubolon, Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersil, (Jakarta: PT. Elekmedia,2004), hal.19
semacam itu yang bersifat akan merugikan. Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih beragam, hal ini perlu diperingatkan bahwa subyek risiko begitu komplek terdapat dalam berbagai bidang berbeda. Secara umum risiko didefinisikan sebagai bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya.
Konsep dari pembiayaan murabahah ini berbeda dengan pemberian pinjaman (kredit) pada bank konvensional. Pada bank konvensional pemberian pinjaman (kredit) dengan pengembangan modal pokok beserta modalnya (bunga berbunga) hal ini sangatlah berkaitan dengan praktek riba yang jelas – jelas dilarang dalam syariah islam. Oleh karena itu, diperlukan tata cara operasional bank syariah agar terhindar dari praktek perkreditan yang mengandung unsur riba yang diharamkan.
Pembiayaan murabahah ini muncul karena bank tidak memiliki barang yang diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus melakukan transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lain yang disebut sebagai
supplier. Dengan demikian, bank bertindak selaku penjual disatu sisi dan disisi lain bertindak sebagai pembeli. Kemudian bank akan menjual kembali kepada pembeli dengan harga jual yang disesuaikan yakni harga beli ditambah margin (mark up) atau keuntungan yang telah disepakati7. Sistem pembayaran
murabahah dapat dilakukan secara tunai, cicilan ataupun tangguh.
7
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), hal. 62.
Perbedaan pokok antara kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan pada bank syariah adalah dilarangnya riba atau bunga pada pembiayaan syariah. Pada pembiayaan murabahah sistem yang digunakan adalah adanya margin atau mark up keuntungan, sedangkan pada mudharabah
dan musyarakah adanya sistem bagi hasil antara shahibul maal selaku penyedia dana dengan mudharib atau nasabah (investor). Mark up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya pada suatu produk untuk menghasilkan harga jual.8
Kredit pada bank konvensional dilakukan melalui pemberian pinjaman uang kepada nasabah sebagai peminjaman, dimana pemberi pinjaman memperoleh imbalan berupa bunga yang harus dibayar oleh peminjam.
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena mengakibatkan keragu - raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap hasil - hasil yang akan terjadi dimasa mendatang. Salah satunya ketidakpastian ekonomi, yaitu kejadian - kejadian yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi.
Semua yang menyadari bahwa kehidupan penuh dengan ketidakpastian, kecuali kematian. Itupun juga mengandung ketidakpastian didalamnya seperti waktu dan sebab kematian tersebut. Ketidakpastian itulah yang mengakibatkan risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih-lebih dalam dunia bisnis (perbankan), dimana ketidakpastian dan risiko yang tidak
8
Bayu Swastha, Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta:Liberty, 2005), edisi 2, hal.256
dapat diabaikan begitu saja, bahkan harus diperhatikan secara cermat, bila menginginkan kesuksesan. Bahwa semakin besar keuntungan yang ingin didapat maka semakin besar pula risiko yang dihadapi.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang khususnya pengusaha selalu harus berusaha untuk menanggulanginya. Artinya berupaya untuk meminimalisir ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau paling tidak diminimumkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pengelolaan berbagai usaha cara penanggulangan risiko. Inilah yang disebut manajemen risiko.
Walaupun manajemen risiko bukanlah satu-satunya solusi dalam menyelesaikan masalah umumnya keuangan (financial problem) perbankan, tetapi sebagaimana yang tersirat dari ungkapan Miranda Goeltom, bahwa manajemen merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menjamin perbankan dan menjadi standar dari kelayakan operasional institusi perbankan.
Sistem manajemen risiko merupakan kemampuan manajerial sebuah organisasi (perusahaan) dalam mengidentifikasi, menilai serta menghadapi sebab-sebab dan akibat dari suatu hal atau kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan risiko dari hal atau kejadian tersebut. Dari kemampuan manajerial risiko yang baiklah kerugian dapat diminimalisir bahkan dihindari agar tidak terjadi dimasa yang akan datang. Ini terutama dalam jasa keuangan perbankan, dimana dana yang dikelola adalah dana masyarakat luas, dimana dalam konsep Syariah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan dunia akhirat . oleh pengelola dana yang dalam hal ini adalah Bank
Syariah, yang tidak hanya dituntut amanah dalam menjalankan tugasnya, tetapi juga dituntut profesionalisme dalam mengelola dana yang diamanahkan tersebut. Sebab keamanahannya tersebut tidak akan terwujud tanpa didukung oleh profesionalisme dalam berusaha terutama dalam perbankan.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mencoba menelaah dan meninjau lebih lanjut manajemen risiko dalam pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh bank syari'ah. Permasalahan tersebut penulis ungkap dalam skripsi yang berjudul : "PERAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH"
(STUDI KASUS PADA BANK BNI SYARIAH SUDIRMAN)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan pengadaan penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus). Dengan demikian, pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu panjang akan menimbulkan potensi risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada pihak ketiga.
Selain itu, risiko – risiko seperti pembayaran yang tertunda, risiko industri, risiko pasar (seperti kenaikan nilai tukar mata uang dan kenaikan suku bunga) maupun potensi lainnya yang berasal dari manajemen bank syariah itu sendiri, harus juga menjadi perhatian khusus bagi bank syariah dalam mengelola risiko – risiko tersebut, sehingga setiap pembiayaan yang dikeluarkan bisa lebih kompetitif dibanding kredit perbankan konvensional.
Secara empiris belum banyak kajian yang membahas detail mengenai hal ini, Oleh karena itu, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses manajemen risiko dan pengelolaannya terhadap pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah ?
2. Apa yang menjadi penyebab pembiayaan murabahah bermasalah pada Bank BNI syariah ?
3. Bagaimana cara penyelesaian pembiayaan Murabahah bermasalah pada Bank BNI syariah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian (tujuan yang diharapkan penulis sebagai berikut:)
a. Untuk mengetahui proses manajemen risiko serta pengelolaan terhadap pembiayaan murababahah pada Bank BNI Syariah.
b. Untuk mengetahui penyebab pembiayaan murabahah bermasalah pada Bank BNI Syariah.
c. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada Bank BNI Syariah.
Manfaat Penelitian:
1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai study awal dalam mengetahui peran manajemen risiko dalam pembiayan murabahah pada Bank BNI Syariah. 2. Bagi Fakultas, penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dalam literature pada fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sebagai evaluasi wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep
murabahah dan aplikasinya pada produk pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah.
D. Kajian Pustaka
Terdapat beberapa studi dengan tema yang sama. Diantaranya pertama: karya Alia yang berjudul Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Syariah (2004). Karya ini membahas tentang Produk-produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil dengan terperinci dan penerapannya dalam manajemen risiko pada Bank Syariah.
Kedua: Karya dengan tema yang sama dibahas oleh Silviyanti dengan judul Dominasi Murabahah pada Perbankan Syariah dalam Persepektif Manajemen Risiko (2006). Karya ini membahas dengan jelas dominasi produk Murabahah pada Bank Syariah. Ketiga: karya Asep Syaiful Bahri dengan judul Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank Muamalat (2008). Karya ini membahas tentang mekanisme manajemen risiko terhadap pembiayaan murabahah.
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, Diantaranya:
1. Metode Pengumpulan Data
a. Library Research (Riset Kepustakaan)
Adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku - buku, majalah, jurnal, karya ilmiah, makalah dll. Yang mengandung informasi
berkaitan dengan masalah yang dibahas, yang dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.
b. Field Research (Riset Lapangan)
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jenis primer yaitu data yang diperoleh dari bank BNI Syariah. Adapun teknik pengumpulan data primer ini, dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data lapangan yang di dapat dari BNI Syariah berupa annual report BNI Syariah, Profil BNI Syariah, Pedoman pembiayaan BNI Syariah, laporan keuangan, dan lain – lain. Selain itu penulis juga melakukan wawancara sebagai tindak lanjut untuk memperoleh keterangan atau data yang tidak didapat dari study dokumentasi. Wawancara ini dilakukan oleh tokoh lembaga atau para fungsionaris BNI Syariah : Iwan Kustiwan (Divisi Analis Risiko), Ibu Bayi Rohayati (Divisi analis Risiko)
2. Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah
Deskriptif Analysis Evaluatif. Deskriptif yaitu memberikan sebuah gambaran secara sistematik mengenai perkembangan produk pembiayaan murabahah diperbankan syariah. Analisis dimaksudkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan kajian secara mendalam terhadap fakta yang ada melalui beberapa penguraian dan Evaluatif yaitu memberikan penilaian terhadap masalah yang diangkat melalui interpretasi yang tepat dan akurat. 3. Metode Penulisan
Tehnik penulisannya berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi di
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan Fakultas tahun 2007. F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skirpsi maka disusun sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II Kerangka teori, yang terdiri dari Konsep manajemen risiko, Pengertian Manajemen Risiko, Jenis – Jenis Risiko Perbankan, Tujuan Manajemen Risiko, Fungsi Manajemen Risiko, Fungsi Pokok Manajemen Risiko. Konsep Pembiayaan Murabahah Pengertian Pembiayaan, Fungsi Pembiayaan, Prinsip Analis Pembiayaan, Pengertian Murabahah, Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah, Jenis – jenis Pembiayaan Murabahah, Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Murabahah, Tehknik Penyelesaian Pembiayaan Pada umumnya.
Bab III Profil Bank BNI Syariah, tujuan Pendirian, Produk dan Jasa, Struktur Organisasi, Sumber Daya, dan Refutasi.
Bab IV Manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah, prosedur pengajuan pembiayaan, Proses manajemen risiko, Proses penilaian risiko pada, Pengelolaan risiko, Penyelesaian pembiayaan
14
murabahah bermasalah. Bab V Penutup
Kesimpulan Saran
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Konsep Manajemen Risiko
1.Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen sangat luas, sehingga dalam kenyataannya
tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang.
Manajemen menurut james A.F. Stoner adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan sumber daya yang telah ditetapkan.1
Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha – usaha
individu untuk mencapai tujuan bersama.2
Bila kita lihat dari kedua pengertian di atas, maka akan tampak
beberapa pokok penting dalam definisi tersebut antara lain:3
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai
b. Tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain
c. Kegiatan – kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang
nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen
sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena – fenomena (gejala –
1
T. Hani Handoko, Manajemen: Edisi II (Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta dan Anggota IKAPI, 1993) Cet-7, h. 8
2
M. Manullang, Dasar – dasar Manajemen, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2004), Cet-17, h.17, h.3
3
gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi memberikan
penjelasan-penjelasan.4
Memperlihatkan pengertian manajemen yang diatas serta
kenyataan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni, maka
diberi definisi sebagai “ perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan”.5
2.Fungsi Manajemen
Sampai sekarang, masih belum ada konsesus baik di antara praktisi
maupun di antara para teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi –
fungsi manajemen, sering juga disebut unsur-unsur dari manajemen.6
Pada hakikatnya, fungsi – fungsi manajemen adalah sebagai
berikut:
a. Planning (Perencanaan) adalah penentuan serangkaian tindakan
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
b. Organizing adalah mengelompokkan kegiatan yang diperlukan,
yakni penetapan susunan organisasi, serta menetapkan kedudukan dan
sifat hubungan antara masing – masing unit tersebut.
c. Leading (Pengarahan dan Pemimpinan) merupakan fungsi dari
manajemen yang dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak.
4
M. Manullang, Dasar – Dasar Manajemen, h.4
5
M.Manullang, Dasar – Dasar Manajemen, h.5
6
d. Staffing merupakan penyusunan personalia pada suatu organisasi
sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan
usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada
organisasi.
e. Controling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan
penilaian dan koreksi sehingga apa yang dilakukan oleh pegawai dapat
diarahkan.
Atas dasar tersebut, Bisa kita simpulkan bahwa pada dasarnya
manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang – orang
untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan- tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
Pengorganisasian (organizing), Staffing (Penyusunan personalia atau
kepegawaian), Leading (pengarahan dan pemimpin), dan pengawasan
(controling).7
3.Pengertian Manajemen Risiko
Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan
sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan
orang. Konsep risiko itu sendiri timbul karena adanya pengajuan
tentang “Ketidakpastian” dimasa yang akan datang. Memahami konsep
risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial untuk
memahami konsep dan tehnik manajemen risiko. Oleh karena itu
7
dengan mempelajari definisi yang ditemukan dalam berbagai literatur
diharapkan pemahaman tentang risiko semakin jelas.
Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari,
Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap
beragam, yaitu antara lain:8
a.Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin
melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A. Abbas Salim).
b.Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dan
hasil yang diharapkan (Herman Darmawi).
Lebih jelas dan terfokus dari definisi di atas, BI mendefinisikan
manajemen risiko sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa (evens)
yang dapat menimbulkan kerugian bank. 9
Ketika bank mencoba mengaplikasikan definisi kedalam program
manajemen risiko, maka semua kegiatan atau usaha yang dilakukan
akan melibatkan kegiatan yang membutuhkan perhatian/kewaspadaan
penuh, pengetahuan yang terus dikembangkan, pengalaman yang
cukup memadai, dan kemampuan serta energi yang terus
diperbesar.Sedangkan manajemen risiko itu sendiri mempunyai
beberapa definisi diantaranya: risiko mempunyai arti yang lebih luas
yaitu semua risiko yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta,
8
Soeisno Djodosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,(jkt:Salemba 4,1999), cet. Ke1, h. 1-2
9
jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain).10Kemudian manajemen risiko
merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan
untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.11
Program manajemen risiko pertama-tama bertugas
mengidentifikasi risiko yang dihadapi, sesudah itu menghadapi,
mengukur atau menentukan besarnya risiko dan kemudian barulah
dapat dicarikan jalan untuk menghadapi dan menangani risiko itu.
Oleh karena itu jika risiko itu kecil maka harus cepat dikendalikan.
Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko nomor
5/8/PBI/2003 sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.Dari
beberapa definisi di atas BI menekankan pada mekanisme dari
manajemen risiko itu sendiri.
Sebagai Bank Syariah yang merupakan salah satu unit bisnis.
Dengan demikian, Bank Syariah juga akan menghadapi risiko
manajemen bank itu sendiri. Bahkan kalau dicermati mendalam, Bank
Syariah merupakan bank yang sarat dengan risiko. Karena dalam
menjalankan aktifitasnya yang banyak berhubungan dengan
produk-produk bank yang mengandung banyak risiko, seperti produk-produk
murabahah yang memiliki risiko yang relatif tinggi yang mungkin
10
Drs.H. Abbas Salim, Ma, Asuransi dan manajemen risiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), cet.ke.2, hal.199.
11
diakibatkan karena ketidakjujuran / kecurangan nasabah dalam
melakukan transaksi. Oleh karena itu, para pejabat Bank Syariah harus
dapat mengendalikan risiko seminimal mungkin dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan yang optimum.
4. Jenis-Jenis Risiko Perbankan
Risiko usaha (business risk) bank merupakan tingkat
ketidakpastian mengenai pendapatan (keuntungan bank) yang
diperkirakan akan diterima. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan
yang diperoleh suatu bank. Semakin besar kemungkinan risiko yang
dihadapi dan semakin tinggi pula risiko atau pandapatan yang
diinginkan. Bank Indonesia menyebutkan, risiko yang dihadapi bank
itu mencakup:
a. Risiko kredit (Credit Risk)
Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty
memenuhi kewajibannya. Risiko kredit sulit dikenali tanpa menguji
portofolio kredit. Faktor kunci bagi pengendalian risiko kredit adalah
diversifikasi dari tipe – tipe kredit, diversifikasi dalam wilayah
geografis dan jenis – jenis industri yang dibiayai, kebijakan agunan
dan sebagainya, dan yang paling penting adalah standar pengendalian
kredit yang diterapkan.
b. Risiko Pasar (Market Risk)
Adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar
dapat merugikan bank. Termasuk dalam variabel pasar ini adalah suku
bunga dan nilai tukar.
Bank syari’ah tidak akan menghadapi risiko tingkat bunga,
walaupun dalam lingkungan dimana berlaku dual banking system
meningkatnya tingkat bunga dipasar konvensional dapat berdampak
pada meningkatnya risiko likuiditas sebagai akibat adanya nasabah
yang menarik dana dari bank syari’ah dan berpindah kebank
konvensional.
c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Pengukuran risiko
likuiditas adalah komplek, Faktor kuncinya adalah bahwa bank tidak
dapat dengan leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya
desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu bank harus
memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Terlalu banyak likuiditas
akan mengorbankan tingkat pendapatan, dan terlalu sedikit akan
berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat
diketahui sebelumnya, yang akan berakibat meningkatnya biaya dan
akhirnya menurunkan profitabilitas. Lebih – lebih bagi bank syari’ah
yang dilarang melakukan peminjaman dana yang berbasis bunga, tentu
akan lebih sulit untuk memperoleh dana.
d. Risiko Operasional (Operating Risk)
Adalah risiko yang antara lain disebabkan karena ketidakcukupan
dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.
e. Risiko Hukum (Legal Risk)
Adalah risiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang – undangan yang mendukung
atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
f. Risiko Reputasi (Reputation Risk)
Adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negative yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi
negative terhadap bank.
g. Risiko Strategis (Strategis Risk)
Adalah risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.
h. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)
Adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak
yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui
penerapan risiko pengendalian intern secara konsisten.12
Dari delapan jenis risiko tersebut, terdapat jenis risiko yang
berkenaan langsung dengan pembiayaan murabahah yaitu risiko
kredit. Risiko Kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak
lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya, tidak bisa
memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang
diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya.
5. Tujuan manajemen Risiko
Menurut William T.Thornhill tujuan dari manajemen risiko adalah
untuk memproteksi asset dan laba sebuah organisasi dengan
mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan
pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi
besar atas kemungkinan bencana alam, keteledoran manusia, atau
karena keputusan pengadilan. Dalam prakteknya, proses ini mencakup
langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian risiko, pengukuran
dan penilaian atas ancaman yang telah diidentifikasi, pengendalian
ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan dan pembiayaan
ancaman yang tersisa agar apabila terjadi kerugian, organisasi dapat
terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya.13
Sedangkan menurut Drs. H. Agus Salim, MA tujuan manajemen
risiko ialah dalam mengelola perusahaan supaya mencegah perusahaan
12
PBI Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Pasal 4.
13
dari kegagalan mengurangi pengeluaran, menaikan keuntungan
perusahaan, menekan biaya produksi dan sebagainya.
Adapun saran-saran utama yang hendak dicapai oleh manajemen
risiko terdiri dari:
a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival)
b. Ketenangan dalam berpikir
c. Memperkecil biaya
d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan
e. Memperkecil/meniadakan gangguan dalam berproduksi
f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan
g. Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan
Guna memperoleh hasil yang maksimum dari program perusahaan,
maka diperlukan rencana yang mantap dan terarah.14
6. Fungsi Manajemen Risiko
Fungsi manajemen risiko untuk mengidentifikasikan atau
mendiagnosa risiko. Kemudian risiko itu mesti diukur, dianalisis dan
dievaluasi dalam ukuran frekuensi, keparahan dan variabilitasnya.
Selanjutnya keputusan harus diambil seperti memilih dan
menggunakan metode – metode untuk menangani masing – masing
risiko di identifikasikan itu. Sebagian risiko tertentu mungkin perlu
14
dihindarkan.Sebagian lagi mungkin perlu ditanggung sendiri, dan yang
lainnya mungkin perlu diasuransikan.15
Tujuan suatu perusahaan tidak bisa dicapai apabila fasilitas –
fasilitas yang dimiliki tidak dapat manfaatkan karena terjadinya
peristiwa atau kerugian.
Usaha – usaha untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
kerusakan atau kerugian tersebut serta bagaimana mengatasi atau
menekannya adalah merupakan bagian dari manajemen risiko. Dengan
makin kompleknya kegiatan usaha khususnya dalam sektor industri
besar. Maka dituntut adanya perhatian yang khusus terhadap
penanganan risiko sehingga peran manajer risiko semakin penting.
Fungsi manajemen risiko dijelaskan melalui langkah – langkah
dalam proses pengambilan keputusan. Proses itu dimulai dengan
mengenal berbagai risiko yang sedang dihadapi. Langkah itu disebut
mengidentifikasi atau mendiagnosa risiko. Risiko itu mesti diukur,
dianalisis dan dievaluasi dalam ukuran frekuensi, keparahan dan
variabilitasnya. Selanjutnya keputusan harus diambil seperti memilih
dan menggunakan metode – metode untuk menangani masing –
masing risiko yang telah diidentifikasikan itu. Sebagian risiko tertentu
mungkin perlu dihindarkan, sebagian lagi mungkin perlu ditanggung
sendiri, dan yang lainnya mungkin perlu diasuransikan.16
15
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, h.22
16
7. Fungsi Pokok Manajemen Risiko
a. Menemukan kerugian potensial, yaitu berupaya
mengidentifikasikan seluruh risiko murni yang dihadapi oleh
perusahaan.
b. Mengevaluasi kerugian potensial, yaitu melakukan evaluasi
terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan,
evaluasi dan penilaian ini meliputi perkiraan mengenai:
1) besarnya kemungkinan frekuensi terjadi kerugian dengan
memperkirakan jumlah kemungkinan terjadinya kerugian
selama periode tertentu.
2) besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian dengan menilai
besarnya kerugian yang diderita, yang biasanya dikaitkan
dengan besar pengaruh kerugian tersebut terhadap kondisi
finansial perusahaan.
3) memilih teknik/cara yang tepat atau menentukan suatu
kombinasi dari teknik-teknik yang tepat dalam
menanggulangi kerugian.
4) menurut Pardi Sudrajat, fungsi dari manajemen risiko
adalah sebagai pedoman tertulis dalam membentuk
kerangka kerja fungsional bank untuk mengimplemetasikan
manajemen risiko secara konsisten sesuai dengan tujuan
usaha perusahaan/bank. 17
17
B. Konsep Pembiayaan Murabahah
1.Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.18 Dan juga bisa diartikan
sebagai pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.19
2.Fungsi Pembiayaan.20
a. Meningkatkan daya guna uang, artinya: Para penabung menyimpan
uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang
tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
bank guna suatu usaha peningkatan produktifitas.
b. Meningkatkan peredaran uang, artinya: pembiayaan yang
disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan
pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet,
giro, wesel, dan sebagainya.
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002), Ed. Revisi, Cet-6, h. 92
19
Muhammad, Manajemen pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005), h. 17
20
c. Stabilitas ekonomi, artinya: dalam ekonomi yang kurang sehat,
langkah-langkah stabilisasi pada arus inflasi diarahkan pada
usaha-usaha untuk Pengendalian Inflasi, Peningkatan Ekspor,
Rentabilitasi prasarana dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
pokok rakyat
3. Prinsip Analisis Pembiayaan.21
Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan suatu tindakan. Pejabat pembiayaan bank syariah pada
saat melakukan analisis pembiayaan. Secara umum, prinsip analisis
pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu:
a. Character artinya sifat atau karakter nasabah pembiayaan
b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha
dan mengembalikan pembiayaan
c. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan pembiayaan
d. Colleteral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
nasabah kepada bank
e. Condition artinya keadaan usaha nasabah atau prospek usaha
nasabah
Selain 5C bank juga menerapkan prinsip 7P yaitu:
a. Kepribadian (Personality) Yaitu menilai nasabah dari segi
kepribadiaannya atau tingkah lakunya sehari-hari dan masa
lalunya.
21
b. Para Pihak (Party) Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam
klasifikasi tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
c. Tujuan (Purpose) Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam
mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang
diinginkannya.
d. Pembayaran (Payment) Merupakan ukuran bagaimana cara
nasabah mengembalikan pembiayaan dan sumber dana dari mana
saja untuk pengembalian pembiayaan.
e. Perolehan Laba (Profitability) Untuk menganalisis bagaimana
kemampuan nasabah dalam mencari laba.
f. Perlindungan (Protection) Tujuannya adalah bagaimana menjaga
agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
g. Ramalan kedepan (Prospect) Yaitu untuk menilai usaha nasabah
dimasa yang akan datang, mempunyai prospek atau sebaliknya.22
4. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual
harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.23
Fatwa DSN tentang murabahah No.04/DSN-MUI/IV/2000
mengenai ketentuan umum murabahah dalam bank syariah adalah:
Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
22
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, h. 106
23
a. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam.
b. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati klasifikasinya.
c. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
d. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
e. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya
dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
f. Nasabah membayar harga barang yang disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
g. Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
h. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
Dalam kitab fikih jual beli murabahah dilakukan oleh dua pihak
yaitu penjual dan pembeli, sedangkan dalam praktek perbankan
sebagai pembeli pertama dan penjual kedua, dan nasabah sebagai
pembeli kedua. Jadi sebenarnya yang diterapkan syariah adalah
al-murabbih yurabbih (pembeli yang menjual barang). Pada jual beli
pertama yaitu antara supplier dan bank, pembayaran dilakukan secara
tunai, sedangkan pada jual beli kedua yaitu antara bank dengan
nasabah, pembayaran dilakukan secara cicilan.24
Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya
untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus
menyediakan uang tunai terlebih dahulu, dengan kata lain nasabah
telah memperoleh pembiayaan murabahah dari bank untuk pengadaan
barang tersebut.
5. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah.
Jual beli dalam pengertian bahasa berarti menukar sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Jual beli dalam fikih Islam mempunyai banyak
bentuk, namun yang biasa diterpakan dan telah banyak dikembangkan
sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan (modal kerja dan investasi)
diperbankan syariah salah satunya yaitu murabahah.25 Landasan jual
beli ini dihalalkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 275 dan surat An-Nisa ayat 29, yaitu:
...
ﺎ ﱢﺮ ا
مﱠﺮﺣو
ﻊْﻴ ْا
ﻪﱠ ا
ﱠ ﺣأو
...
24
Adiwarman A. Karim, Pembiayaan Murabahah, Makalah Perbankan Syariah, h. 80
25
Artinya:
... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...
( Al-Baqarah : 275)
íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ áóÇ ÊóÃúßõáõæÇ
ÃóãúæóÇáóßõãú Èóíúäóßõãú ÈöÇáúÈóÇØöáö ÅöáøóÇ
Ãóäú
Êóßõæäó
ÊöÌóÇÑóÉð
Úóä
ÊóÑóÇÖò ãöäúßõãú æóáóÇ ÊóÞúÊõáõæÇ
ÃóäúÝõÓóßõãú Åöäøó Çááøóåó ßóÇäó Èößõãú
ÑóÍöíãðÇ (ÇáäÓÇÁ : 29)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa : 29)
Disamping itu beberapa hadis nabi juga mendukung keabsahan
murabahah, yaitu hadist riwayat Aisyah r.a. “Bahwa ketika Rasulullah
SAW ingin hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor unta kemudian
Rasulullah SAW berkata serahkan salah satunya untukku (dengan
harga yang sepada/tauliyah)? Abu bakar menjawab ‘ya dia untukmu
tanpa sesuatu apapun’ kemudian Rasulullah mengatakan’kalau tanpa
harga jual (tsaman), maka tidak jadi saya ambil” (HR. Bukhari dan
Ahmad).
Dari hadist di atas nabi mengutarakan adanya suatu keberkahan
dalam tiga hal salah satunya adalah secara tangguh, di mana dalam
bertransaksi jual beli dengan memberikan masa tenggang dalam hal
pembayaran (tangguh) karena di dalamnya tersirat sifat baik hati,
memberikan kemudahan dan memberikan pertolongan bagi orang yang
bahwa pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah digunakan
untuk membantu nasabah pembiayaan untuk pengadaan obyek tertentu
di mana nasabah tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup
untuk melakukan pembayaran secara tunai akan tetapi pembayaran
dapat dilakukan secara mengangsur atau secara tangguh.
6. Jenis-Jenis Pembiayaan Murabahah.
Jenis-jenis pembiayaan murabahah yang ditawarkan bank syariah
antara lain:
a. Murabahah Konsumtif Multiguna (MKM)
Murabahah Konsumtif Multiguna adalah pembiayaan bagi
pegawai/ pengusaha dan lain-lain untuk pembelian berbagai barang
yang tidak bertentangan dengan undang-undang/hukum yang berlaku
serta tidak termasuk kategori yang diharamkan oleh Syariah Islam.
Dengan besar pembiayaan di atas Rp.20 juta sampai dengan Rp.2
miliar jangka waktu pembiayaan ini adalah delapan tahun, dengan
jaminan tanah/apartemen/kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan
bukti-bukti kepemilikan.
b. Murabahah Konsumtif Rumah (MKR)
Murabahah Konsumtif Rumah adalah pembiayaan murabahah
yang diberikan untuk pembelian rumah tinggal disesuaikan dengan
kebutuhan pembiayaan dan kemampuan masing-masing pemohon,
dengan maksimum pembiayaan sebesar Rp.2 miliar dan jangka waktu
muka minimal sebesar 20% dari harga beli tanah plus bangunan,
jaminan dalam pembiayaan ini adalah tanah dan bangunan.
c. Murabahah Konsumtif Kendaraan (MKK)
Murabahah Konsumtif Kendaraan adalah pembiayaan murabahah
yang diberikan untuk pembelian kendaraan motor ataupun mobil yang
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan
masing-masing pemohon. Maksimal pembiayaan MKK ini adalah 80% dari
harga kendaraan, sedangkan untuk jangka waktu pembiayaan
dibedakan menurut jenisnya, untuk mobil jangka waktu
pembiayaannya: mobil baru maksimal 5 tahun dan mobil bekas
maksimal 2 tahun. Sedangkan untuk motor jangka waktu
pembiayaannya: motor baru maksimal tiga tahun dan motor bekas
maksimal dua tahun. Uang muka MKK ini sebesar 20% dari harga
kendaraan dan harus disetorkan sebelum pembiayaan direalisir. Objek
yang dijadikan jaminan adalah kendaraan yang dibiayai.
d. Murabahah Konsumtif Karyawan/Pegawai (MKP)
Murabahah konsumtif karyawan/pegawai ini yaitu pembiayaan
bagi karyawan/ pegawai suatu perusahaan/lembaga/instansi untuk
pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan dengan
undang-undang/hukum yang berlaku serta tidak termasuk kategori yang
diharamkan Syariah Islam dengan maksimum pembiayaan Rp.20 juta
jangka waktu untuk pembiayaan 3 tahun. Jaminan dari pembiayaan ini
syariah plus yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditanda
tangani oleh bendaharawan dan pimpinan perusahaan / instansi /
lembaga.
7. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Murabahah.
Pembiayaan murabahah memiliki beberapa tujuan dan manfaat
baik bagi nasabah maupun bagi bank syariah tersebut antara lain:
a. Tujuan pembiayaan murabahah bagi bank syariah sebagai berikut:
1. untuk meningkatkan peranan bank syariah dalam pemberian
pembiayaan serta untuk meningkatkan pelayanan pemberian
pembiayaan dengan prosedur yang lebih sederhana tanpa
menghilangkan prinsip kehati-hatian. Tumbuhnya perkembangan
bank syariah yang semakin pesat mengakibatkan timbulnya
persaingan antar bank-bank syariah tersebut baik dalam
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masing-masing
berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik untuk
nasabahnya salah satunya adalah dengan meningkatkan
pelayanan sehingga dapat memuaskan nasabahnya.
2. meningkatkan pendapatan bank syariah, seperti kita ketahui
bahwa pendapatan bank syariah diperoleh salah satunya dari
penyaluran dana termasuk di sini adalah pembiayaan murabahah.
Hampir semua bank syariah termasuk bank syariah didominasi
bank syariah dari pembiayaan ini cukup besar sehingga
pendapatan bank pun meningkat.
3. menolong nasabah yang tidak memiliki kemampuan finansial
yang cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai. Dengan
adanya pembiayaan murabahah ini maka nasabah dapat
memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki
barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai
terlebih dahulu.
b. Tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah adalah sebagai
berikut :
1) Mencari pembiayaan di mana dalam operasi perbankan syariah
motif pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan
alasan utama yang mendorong datang ke bank.
2) Mencari pengalaman di mana satu pihak yang berkontrak
(pemesan) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli
sebuah asset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli asset
tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem
pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih
karena ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan
yang mendesak terhadap asset tersebut.
3) Pada dasarnya tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah
adalah untuk memperoleh pembiayaan baik untuk tujuan
melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu alasan
bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai untuk bertransaksi
langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan
bank, maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan
pembayaran tangguh atau angsuran. Ini berarti penjual
(bank) akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas
pembeli (nasabah), dan sebaliknya pembeli punya utang uang
sebesar nilai transaksi kepada bank sebagai penjual. 26
c. Manfaat Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah memberi banyak manfaat ke pada bank
syariah salah satunya yaitu adanya keuntungan yang muncul dari
selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.
Selain itu, sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan
penanganan administrasinya. Sedangkan manfaat pembiayaan
murabahah bagi nasabah antara lain:
1) Menambah modal yang dapat digunakan untuk membiayai usaha
produktifnya, yaitu untuk memperkuat usaha yang telah ada atau
untuk membentuk usaha baru.
2) memperoleh sarana produksi secara terus menerus.
3) meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat
tambahan modal dalam usaha produksinya.
26
4) keuntungan tetap/pengembalian yang pasti tanpa adanya fluktuasi
bunga, karena harga yang telah disepakati sifatnya tetap dan tidak
berubah selama akad belum berakhir. Berbeda dengan bank
konvensional yang menetapkan imbalan atas kredit yang
diberikan berdasarkan prosentasi tertentu yang disesuaikan
dengan tingkat suku bunga. 27
8. Teknik Penyelesaian Pembiayaan pada Umumnya
Setiap pembiayaan itu pasti mengandung risiko pembiayaan
bermasalah, akibatnya pembiayaan tidak dapat ditagih sehingga
menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank. Sepandai
apapun analisis pembiayaan, kemungkinan pembiayaan tersebut
mengalami permasalahan. Hanya saja dalam hal ini, bagaimana
meminimalkan risiko tersebut seminimal mungkin. Dalam
praktiknya kemacetan suatu pembiayaan pada BNI disebabkan oleh 2
unsur sebagai berikut:
a. Dari Pihak Perbankan28
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti,
sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksikan
sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan.
Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan
27
Tim Depkop, Panduan Unit Simpan Pinjam Syariah, (Jakarta, Departemen koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah & BNI, 1998), Cet-2, h.48
28
pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subyektif dan akal-akalan.
b. Dari Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal
yaitu:
1) Adanya unsur kesengajaan: dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga
kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
kemauan untuk membayar, walaupun nasabah sebenarnya
mampu.
2) Adanya unsur tidak sengaja, artinya si debitur mau membayar
akan tetapi tidak mampu, sebagai contoh kredit yang dibiayai
mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan
sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak
ada.29
Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang
dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka
waktu atau angsuran terutama bagi kredit yang disengaja lalai untuk
membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya
dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.
29
Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara
lain:30
a. Rescheduling adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara
memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran.
b. Reconditioning adalah mengubah berbagai persyaratan seperti,
bunga dijadikan hutang pokok dan penundaan pembayaran bunga
pada jangka waktu tertentu dan bisa juga penurunan suku bunga
atau bahkan pembebasan bunga.
c. Restructuring adalah tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah
memang membutuhkan tambahan dana dan usaha nasabah
memang masih layak.
30
BAB
III
PROFIL BANK BNI SYARIAH
A. Sejarah Pendirian Bank BNI Syariah
Bank BNI syariah adalah divisi usaha yang berada pada PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk, BNI merupakan salah satu bank umum pemerintah terbesar pertama di Indonesia dilihat dari sisi jaringan memiliki 900 cabang lebih tersebar diseluruh Indonesia yang didirikan pada masa perjuangan tepatnya pada tanggal 5 Juli 1946. Dalam mewujudkan visinya menjadi
“universal banking”. Sesuai dengan undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 yang telah diperbaharui menjadi undang – undang 21 tahun 2008 yang juga mengatur tentang perbankan syariah dimana membolehkan bank umum membuka layanan syariah, sehingga bank BNI pun membuka layanan perbankan syariah yang sesuai prinsip-prinsip syariah dengan menggunakan konsep dual banking system.
Pendirian bank BNI syariah diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah pada tahun 1999, diantaranya yaitu naryono, mungin, Endan Kusnadi dan lain-lain. Kemudian bank Indonesia mengeluarkan izin prinsip dan usaha beroperasinya Unit Usaha Syariah Bank BNI. Keputusan bank BNI untuk membuka divisi usaha syariah merupakan jawaban terhadap tuntutan pasar. Hal ini ditunjang dengan landasan hukum yang jelas dan kondisi yang memungkinkan, mengingat pengalaman Bank BNI beroperasi sebagai bank
umum konvesional selama lebih dari 58 Tahun. Hal tersebut merupakan modal awal yang baik dalam upaya mengembangkan divisi baru ini.
Melalui pembukaan Unit Usaha Syariah yang sesuai dengan Undang-undang No. 21 tahun 2008 BNI merupakan salah satu pelopor dan turut aktif dalam rangka mengembangkan bank syariah di Indonesia. Bank BNI syariah beroperasi pertama kali pada tanggal 29 April tahun 2000 yang ditandai dengan dibukanya lima kantor cabang di Malang, Yogyakarta, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Pada tanggal 29 April tersebut sekaligus diperingati sebagai hari lahir atau Milad BNI Syariah. Pada tahun 2001 Bank BNI kembali membuka 5 kantor cabang syariah yang difokuskan dikota-kota besar di Indonesia, yakni di Jakarta, Bandung, Makasar dan padang. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk layanan perbankan syariah pada tahun 2002 BNI membuka 2 kantor cabang syariah baru yakni di Medan dan Palembang. Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan lain bisnis yang semakin memikat sehingga menuntut pelayanan kepada masyarakat, Bank BNI melakukan relokasi kantor cabang syariah di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat kota Jepara Bank BNI membuka kantor cabang pembantu syariah Jepara.
Melalui kerja keras dan dukungan dari stakeholder serta tetap berpedoman kepada prinsip prudensial bank, BNI syariah mengalami perkembangan bisnis yang baik.Untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik, BNI syariah menghadirkan layanan yang lebih eksklusif dan lebih pribadi khususnya bagi network individual melalui kantor cabang BNI syariah
prima, karena dikantor cabang ini nasabah Bank BNI Syariah prima juga akan mendapatkan, internet, galeri dilayani dengan financial advisor (FA) BNI Syari’ah prima yang ramah dan professional, akan memberikan solusi keuangan melalui layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.
B. Tujuan Pendirian
Tujuan pendiriran BNI Syariah tercermin dalam visi dan misi Bank BNI Syariah itu sendiri. Adapun visi dan misi BNI Syariah adalah:
1. Visi
Menjadi Bank Syariah yang dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai dengan kaidah sehingga insyaallah membawa berkah
2. Misi
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
C. Produk dan Jasa BNI Syariah
Produk dan jasa BNI Syariah adalah: 1. produk simpanan
Bank BNI Syariah menyediakan berbagai macam simpanan yang inovatif dengan investasi yang menguntungkan sesuai dengan prinsip syariah. Produk yang ditawarkan adalah:
a. Giro Wadiah
Giro wadiah merupakan simpanan nasabah berbentuk giro dengan prinsip
Wadiah Yad Dhamanah yang merupakan dana titipan murni yang dengan
seiring dari pemilik dana dapat dioperasikan oleh bank untuk mendukung sektor riil dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik sewaktu-waktu oleh pemilik dengan menggunakan media cek atau bilyet giro dan mendapatkan bonus yang menarik.
b. Tabungan Mudharabah
Tabungan Mudharabah adalah simpanan dana pihak ketiga berbentuk tabungan dengan prinsip Mudharabah Mutlqoh yang dapat disetor dan diambil kapan saja di seluruh cabang dan ATM BNI di Indonesia.
c. Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah merupakan investasi baik secara
individu maupun perusahaan dalam bentuk deposito yang sesuai dengan prinsip syariah yakni Mudharabah Mutlaqoh merupakan simpanan dana masyarakat yang oleh BNI syariah dapat dioperasikan untuk mendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dibagi hasilkan antara pemilik dan dan bank sesuai dengan nisbah yang disepakati. Dana nasabah akan diinvestasikan pada sektor riil yang menguntungkan untuk memajukan ekonomi umat.
d. Tabungan Haji Indonesia (THI) Mudharabah
THI Mudharabah BNI Syariah dapat mewujudkan niat nasabah untuk pergi haji. Dana tersebut akan dikelola secara aman dan sesuai syariah. e. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dan dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta (shahibul mall) untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi sebagai wakil shahibul mall menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. 2. Produk Pembiayaan
Pembiayaan syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan usaha nasabah sesuai prinsip syariah, yakni bagi hasil, jual beli dan sewa yang terbebas dari penetapan bunga. Adapun produk pembiayaan yang ditawarkan adalah:
a. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah memakai prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dengan pihak bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tanbahan dapat dilakukan secara angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama.
b. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan jenis pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil (Mudharabah Mutlaqoh) sesuai dengan kesepakatan, dimana pihak bank selaku penyedia modal menyediakan dana 100%.Sedangkan pihak nasabah bertindak selaku pengelola, dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka dan apabila rugi ditanggung oleh shahibul mall. Pembiayaan ini dapat disalurkan untuk barbagai jenis usaha yakni perdagangan, perindustrian, pertanian serta jasa.
c. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan porsi penyertaan. Pembiayaan ini cocok bagi nasabah yang memiliki usaha dan bermaksud mengembangkannya namun masih kekurangan dana untuk merealisasikan niat tersebut. Adapun pembiayaan musyarakah ini dapat diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan proyek dan modal ventura. d. Gadai Emas Syariah
Gadai Emas Syariah atau disebut juga pembiayaan Rahn merupakan penyerahan jaminan atau hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan (Qord) yang diterima. Gadai Emas Syariah dapat digunakan oleh nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang mendesak seperti kebutuhan modal kerja jangka pendek.
3. Produk Jasa
Dengan keunggulan teknologi perbankan on line Bank BNI Syariah
menyediakan jasa-jasa perbankan guna memberikan kemudahan bagi nasabah dalam bentuk:
a. Kiriman Uang
Dengan teknologi on line BNI, nasabah mendapatkan kemudahan pengiriman uang seketika, baik antar sesama kantor cabang BNI Syariah ataupun dengan kantor cabank BNI Konvesional.
b. Inkaso
Bagi nasabah yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang berasal dari kota-kota secara cepat dan aman bisa mengguanakan jasa inkaso kepada BNI Syariah.
D. Struktur Organisasi BNI Syariah
Sebagai pimpinan tertinggi yaitu: RUPS, kemudian DPS yang bertugas untuk memastikan dan menjaminkan operasional bisnis BNI sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.
Fungsi pokok DPS BNI Syariah
1. Memberikan divisi kepada manajemen perihal pengelolaan dan pengembangan bisnis syariah BNI dari sisi aspek syariah.
2. Melaporkan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis perbankan syariah baik BNI kepada DPS dan atau lembaga-lembaga ekternal lainnya yang terkait. Sementara itu dewan komisi membawahi Direktur Utama. Sedangkan divisi syariah merupakan bagian dari Strategi Businness Unit (SBU) ritel, yang berada dibawah penyediaan langsung Direktur ritel Bank BNI. Adapun fungsi pokok divisi syariah adalah sebagai divisi bank BNI yaitu:
1. Melakukan aktivitas-aktivitas antara divisi
2. Menunjang penyediaan logistik dan materai cabang syariah bekerjasama dengan unit-unit atau divisi terkait
3. Mengelola kebijakan manajemen SDM cabang syariah bekerjasama dengan unit atau divisi tersebut.
4. mengkoordinasi pengelolaan anggaran usaha syraiah
5. Menyusun laporan keuangan usaha syariah dan mengkoordinasi dengan divisi Pengendalian Keuangan (PKU)
6. Menunjang pengelolaan sistem teknologi usaha syariah bekerjasama dengan teknologi
Sedangkan fungsi divisi syariah sebagai kantor cabang-cabang syariah yaitu:
1. Sebagai kantor pusat cabang-cabang syariah
2. Melaksanakan fungsi treasury (Likuidits, placement, pricing) usaha syariah
3. Menyediakan organisasi bisnis cabang syariah bekerjasama dengan Satuan Pengawas Intern (SPI)
4. Memantau kualitas bisnis cabang syariah sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
5. Mengelola sistem akuntansi dan pembukuan keuangan usaha syariah 6. Mengembangkan produk atau jasa bank syariah sesuai tuntutan pasar Dibawah divisi syariah terdapat kelompok perbankan syariah yang langsung membawahi pengelolaan pengembangan bisnis syariah, pengelolaan treasury, dan investment serta pengelolaan penunjang bisnis syariah.
E. Sumber Daya
1. Sumber Daya Insani
Untuk mencapai tujuan dan sasaran bisnis, BNI syariah telah menetapkan
strategi Sumber Daya Manusia yang komprehensif serta rencana pengembangan SDM menuju SDM yang kompeten dan profesional. Model Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (Competence Based Human Reaseose Manajemen Model) telah dipilih sebagai kerangka dasar bagi pengembangan sub-sub modul lainnya serta manajemen personalia, pengelolaan kinerja, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, pengelolaan kerja, perencanaan jenjang karir serta penghargaan prestasi.
Untuk mendukung CBHRM secara penuh, dibutuhkan informasi
personalia yang akurat dan tepat waktu. Oleh karena itu diperlukan pembaharuan dan penyempurnaan system impormasi SDM yang ada. Hal ini telah dimulai sejak tahun 2005 dengan selalu memperbaharui data karyawan, mengembangkan modul pengelolaan kinerja dan modul pengkajian yang akan diikuti oleh modul lainnya seperti perencanaan sumber daya insani dan rekrutmen. Dalam proses rekrutmen, BNI syari’ah menilai kompetensi calon karyawan secara keseluruhan yaitu keahlian teoritis dan keterampilan praktis.
Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani BNI Syari’ah yang berjumlah 580 orang, BNI Syariah selalu melakukan kegiatan pelatihan
pengembangan karir. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya insani pada Bank BNI Syari’ah merupakan Human Invesment yang tiada terbatas waktunya mengingat ditangan sumber daya insani yang handal dan berkualitas BNI Syari’ah akan terus tumbuh dan berkembang. Memahami pentingnya mendapatkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sumber daya pada level manajer diikutsertakan dalam pelatihan ESQ &The art of
Happiness at Work yang terfokus pada peningkatan kompetisi yang bersifat “
soft skill”.
2. Sumber Daya Teknologi
Sejalan dengan sumber daya manusia, sumber daya teknologi merupakan penyangga utama sebuah bank modern. Teknologi informasi memungkinkan produk dan layanan dikembangkan da