(Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
YUSUP ABDUL AZIZ
NIM: 205011000318JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Tempat/ Tgl. Lahir : Lebak/ 20 Juli 1986
Nim : 205011000318
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Hubungan Disiplin Guru Terhadap Prilaku Keberagamaan
Siswa Menurut Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
(Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).
Dosen Pembimbing : Dr. Khalimi. MA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar
hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Jakarta, 15 Maret 2011 Penulis
i
di SMP adalah kedisiplinan guru dimana guru adalah orang yang dijadikan teladan
bagi anak didiknya ketika di Sekolah, namun ada pertanyaan sederhana apakah
disiplin guru itu sangat berpengaruh terhadap keberagamaan siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat disiplin guru dan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara disiplin
guru terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Islam YKS
Depok
Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan masalah dan agar penelitian ini
bisa terarah dengan baik, maka dalam hal ini penulis menggunakan kombinasi
pendekatan, yaitu pendekatan kuantitaf, dan dilengkapi dengan kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif Penelitian deskriptif dilakukan dengan menuturkan dan menafsirkan
data yang berkenaan dengan disiplin guru dalam hal KBM, juga fakta, keadaan,
dengan mengacu kepada kerangka pikir.
Dari perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa koefisien
determinasinya sebesar 5,76 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel X
(Kedisiplinan Guru) mempengaruhi atau memberikan kontribusi kepada avariabel
Y (Prestasi Belajar Pendidikan agama Islam Siswa) sebesar 5,76 %. Adapun
sisanya adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa dan tidak diteliti oleh penulis
Berdasarkan hasil perhitungan yang menguji pengaruh disiplin guru
terhadap prestasi belajar PAI siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat di
ketahui pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel sebesar 0,433 sedangkan pada taraf signifikan 1 % diperoleh “r” tabel sebesar 0,549. Ternyata rxy atau ro yang besarnya 0,24 jumlahnya lebih kecil dari pada “r” tabel yang besarnya 0,433 dan 0,549. Maka dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) ditolak. Walaupun
hipotesa alternatif ditolak namun melalui analisa determinasi kedisiplinan seorang
guru masih mempunyai kontribusi terhadap prestasi belajar pendidikan agama
ii
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN DISIPLIN GURU
TERHADAP PRILAKU KEBERAGAMAAN SISWA MENURUT
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).
Sholawat beserta salam semoga Allah SWT. curah limpahkan kepada
Baginda Rasul Muhammad SAW., keluarga, sahabat it’bauutabiin serta sampai kepada kita semua selaku umatnya. Amiin.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi kesulitan dan
hambatan namun, berkat bimbingan dan dukungan dari semua pihak penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini sehingga selesai pada waktunya, khusunya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan FITK sekaligus Dosen
Seminar Skripsi
2. Bapak Bahrisalim, M. Ag selaku Kajur Pendidikan Agama Islam
3. Bapak Drs. Safiuddin Shidiq, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan PAI
4. Bapak Dr. Khalimi. MA selaku Pembimbing Skripsi
5. Bapak. Firdaus H. M, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok
yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat
melaksanakan penelitian ini.
6. Bapak Marto S.Pd I selaku Urusan Kurikulum SMP Islam YKS Depok yang
banyak membantu dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan selama
penulis dalam penelitian.
iii berupa bentuk materilnya.
9. Rasa sayang kepada istriku yang membantu dan sabar menanti untuk
menyeleseikan skripsi ini, atas motivasi dan suportnya.
10.Seluruh kawan-kawan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis sehingga penulis bisa menyeleseikan skripsi ini.
11.Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang
tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyeleseikan skripsi.
Sebagai manusia dhoif, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik konstruktif kepada semua pihak demi perbaikan dimasa yang akan
datang.
Harapan terbesar penulis adalah semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi
siapa pun khususnya bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dan Keluarga Besar SMP Islam YKS
Depok, sehingga dapat menjadi shodaqotun jaariyah yang penulis dedikasikan teruntuk Ayah Bunda dan Guru-guru penulis. Aamiin.
“Membiasakan menjadi disiplin di mulai dari hal-hal yang terkecil"
"Jadilah pribadi Disiplin maka anda akan menjadi pribadi yang kuat”
Jakarta, 15 Maret 2011
iv
LEMBAR SAMPUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Maslah ... 5
C.Pembatasan Masalah ... 6
D.Perumusan Masalah ... 6
E.Tujuan Penelitian ... 6
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7
G.Sistematika Penulisan... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A.Disiplin Guru ... 8
1. Pengertian Disiplin ... 8
2. Pengertian Guru ... 11
3. Tugas dan Fungsi Guru ... 13
4. Kode Etik Guru ... 17
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Guru ... 19
B.Prilaku Keberagamaan Siswa ... 20
v
C.Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 28
1. Prestasi Belajar ... 28
1.1. Pengertian Prestasi ... 28
1.2. Pengertian Belajar ... 28
1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 29
2. Pendidikan Agama Islam ... 30
2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 30
2.2. Dasar-Dasar Pelaksanaan PAI... 32
2.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 33
D.Kerangka Konseptual ... 35
E.Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Metode Penelitian ... 38
C.Variabel Penelitian ... 38
D.Populasi dan Sampel ... 39
E. Instrumen Penelitian ... 39
F.Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Analisa Data ... 44
H. Hipotesa Statistik ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48
A. Gambaran Umum Sekolah ... 48
1. Sejarah Berdirinya SMP Islam YKS Depok ... 48
vi
6. Keadaan Guru dan Siswa SMP Islam YKS Depok ... 52
7. Struktur Organisasi SMP Islam YKS Depok ... 53
B. Deskripsi Data ... 53
1. Hasil Pernyataan Disiplin Guru ... 54
2. Hasil Pernyataan Prilaku Keagamaan Siswa dalam Perspektif Prestasi Belajar PAI ... 66
a. Aspek Kognitf ... 66
b. Aspek Afektif ... 67
c. Aspek Psikomotorik ... 75
C. Analisis Data ... 76
D. Interpretasi Data ... 79
BAB V PENUTUP ... 81
A.Kesimpulan ... 81
B.Saran ... 82
vii
Tabel. 4.1 Kondisi Sarana ... 51
Tabel. 4. 2 Keadaan Guru ... 52
Tabel. 4. 3 Guru anda datang tepat waktu ketika mengajar ... 54
Tabel. 4. 4 Guru anda sering terlambat ketika waktu mengajar ... 54
Tabel. 4. 5 Para guru jarang hadir ketika upacara bendera ... 55
Tabel. 4. 6 Guru anda ketika jama pelajaran berlangsung mendadak pulang ... 55
Tabel. 4. 7 Guru anda bila berhalangan hadir memberitahukan Terlebih dahulu ... 56
Tabel. 4. 8 Guru anda tiba-tiba tidak masuk ke sekolah tanpa ada keterangan ... 56
Tabel. 4. 9 Guru anda keluar kelas pada pertengahan jam pelajaran berlangsung ... 57
Tabel. 4. 10 Guru anda mengurangi jam pelajaran Di waktu belajar ... 57
Tabel. 4. 11 Ketika guru anda memberikan tugas, Tugas anda dikoreksi ... 58
Tabel. 4. 12 Guru anda ketika KBM tidur dikelas ... 58
Tabel. 4. 13 Guru anda ketika KBM memberikan tugas belebihan ... 59
Tabel. 4. 14 Sebelum KBM berlangsung guru memeriksa Daftar hadir siswa ... 59
Tabel. 4. 15 Guru anda memberi evaluasi sesudah mengajar ... 60
Tabel. 4. 16 Dalam proses KBM guru anda sering menegor Anda ketika berisik dikelas ... 60
Tabel. 4. 17 Guru objektif dalam memberikan nilai terhadap siswa ... 61
viii
Siswa, guru memberikan teladan terhadap
tingkah laku siswa yang ... 62
Tabel 4. 21 Guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar ... 63
Tabel. 4. 22 Guru anda memberi motivasi kepada siswa agar berprestasi ... 63
Tabel. 4. 23 Untuk membantu mengungkapkan pikiran dan perasaan siswa, guru mendiskusikan bersama pendapat siswa ... 63
Tabel. 4. 24 Dalam KBM guru anda tidak memberikan kesempatan untuk memberikan pendapat siswa ... 64
Tabel. 4. 25 Guru anda mengajar dengan tidak semangat ... 64
Tabel. 4. 26 Guru anda membaca majalah sewaktu mengajar ... 65
Tabel. 4. 27 Guru anda jarang hadir ketika jam mengajar ... 65
Tabel. 4. 28 Nilai Rata-Rata (mean) PAI Aspek Kognitif ... 66
Tabel. 4. 29 Saya suka membaca al-Qur’an ... 67
Tabel. 4. 30 Pada Bulan Ramdhan saya enggan membaca al-Qur’an karena cape dan ngantuk ... 67
Tabel. 4. 31 Setiap selesai shalat wajib saya menyempatkan untuk membaca al-Qur’an ... 68
Tabel. 4. 32 Dalam setiap tahunnya saya mengkhatamkan al-Quran minimal satu khataman ... 69
Tabel. 4. 33 Saya bangga mempunyai harta yang melimpah, sehingga saya dapat bersenang-senang ... 69
Tabel. 4. 34 Ketik saya sibuk berjualan, adzan telah berkumandang, saya bersiap-siap melaksankan shalat. ... 70
Tabel. 4. 35 Saya berputus asa ketika mendapatkan musibah ... 70
ix Tabel. 4. 39 Saya menghasud antara satu teman
dengan yang lainnya ... 72
Tabel. 4. 40 Saya menceritakan aib orang lain karena yang saya
ceritakan benar adanya ... 73
Tabel. 4. 41 Dalam setiap tahunnya saya melakukan
puasa Ramdahan ... 73
Tabel. 4. 42 Saya enggan melaksanakan puasa Ramadhan ... 74
Tabel. 4. 43 Saya berzakat fitrah untuk membersihkan diri
dari sifat kikir dan akhlak yang tercela ... 74
Tabel. 4. 44 Nilai Rata-Rata (Mean) Prestasi Belajar PAI
Aspek Psikomotorik ... 75
Tabel. 4. 45 Skor Kedisiplinan Guru ... 76
Tabel. 4. 46 Skor Prilaku Keberagamaan Siswa menurut
Prestasi Belajar PAI ... 77
Tabel. 4. 47 Tabel Perhitungan Angka Indeks Korelasi antara
Disiplin Guru (X) dan Prilaku Keberagamaan Siswa
x 2. Surat Keterangan Uji Referensi
3. Struktur SMP Islam YKS Depok Tahun Pelajaran 2009/ 2010
4. Struktur Komite Sekolah SMP Islam YKS Depok
5. Struktur Osis SMP Islam YKS Depok Tahun Pelajaran 2009/ 2010
6. Denah Sekolah SMP Islam YKS Depok (Bawah dan Lantai II)
7. Jadwal Pelajaran SMP Islam YKS Depok
8. Pembagian Tugas mengajar, kelas dan jumlah jam mengajar
9. Berita Wawancara Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok
10.Berita Wawancara Guru Agama Islam SMP Islam YKS Depok
11.Surat Keterangan melakukan penelitian di Sekolah SMP Islam YKS
Depok
12.Angket Untuk Guru dan Siswa SMP Islam YKS Depok
13.Kunci Jawaban Instrumen Angket SMP Islam YKS Depok
14.Tabel Skala Likert Disiplin Guru
15.Tabel Skala Likert Prestasi Belajar PAI; Afektif
16.Tabel Hasil Kognitif True-False
17.Tabel Hasil Matriks Psikomotorik
18.Tabel Distribusi Frekuensi Disiplin Guru
19.Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar PAI
20.Surat Pengajuan Judul Skripsi
21.Surat Bimbingan Skripsi Pertama
22.Surat Bimbingan Skripsi Kedua
23.Surat Permohonan Penelitian
24.Surat Permohonan Izin Obsevasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Bab II Pasal 6 menyatakan1:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dari Undang-Undang diatas jelas bahwa guru mempunyai tanggung
jawab secara profesional dalam profesinya sehingga guru sangat bertanggung
jawab dalam keberhasilan peserta didik.
Sebuah kejadian ditemukan di sebuah sekolah PN Timah yang
berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi
pagar besi tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi
pendidikan di Kampung Belitong dari cerita Laskar Pelangi yang menggugah para sastrawan dan masyarakat, dari kejadian di Belitong tersebut
bertentangan dengan undang-undang dimana para murid yang difasilitasi guru
yang profesional dan sarana prasarana yang lengkap telah kalah dalam lomba
1
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 4
cerdas cermat antar sekolah yaitu dengan sekolah SD Muhamadiyah yang
keadaannya jauh lebih ataupun sangat kurang dalam fasilitasi belajar
mengajar, tetapi sekolah SD Muhamadiyah menang dalam lomba cerdas
cermat tersebut2. Hal ini membuktikan bahwa guru yang profesional belum
menjadikan peserta didik berprestasi tetapi guru yang biasa menjadikan
peserta didik yang luar biasa.
Menurut Hamzah B. Uno menyatakan dalam bukunya Profesi Kependidikan bahwa “Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar yang dapat ditunjukan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila
seseorang ingin menjadi guru yang profesional maka sudah seharusnya ia selalu dapat meningkatkan wawasan pengetahuan akademis”3
.
Begitu juga dalam UU RI No. 14 tentang Guru dan Dosen bahwa
Seorang guru harus mempunyai beberapa kompetensi yaitu sebagai berikut: “Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”4.
Adapun guru yang profesional disini adalah guru yang mampu
menjalankan kewajiban dan tanggumg jawabnya, dan guru yang bisa disiplin
dan dapat mendisplinkan peserta didik. Bagaimana peserta didik dapat
berdisiplin kalau guru tidak berdisiplin karena pada dasarnya guru
mempunyai pengaruh terhadap perubahan prilaku peserta didik5.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi
peserta didik, dimana guru adalah representasi dari sekelompok orang pada
suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan,
yang dapat digugu dan ditiru6.
2
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), h. 35 dan 363-384 3
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan eformasi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. IV, h. 17
4
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14…, h. 5 5
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kepen..., h. 17 6
Seperti dijelaskan dalam al-Qur'an Q.S al-Ahzab, 33:21:
Q.S. Al-Ahzab: (33: 21)
(
بازحاا
/
:
)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Q.S. Al-Ahzab: (33: 21)
Salah satu tujuan pembangunan Nasional dibidang pendidkan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas mutu manusia
Indonesia seutuhnya, serta menjadikan masyarakat yang majemuk moderen dan
maju. Hal ini mendorong agar setiap warga masyarakat dapat mengembangkan
diri, baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah, yang
berhubungan dengan diri sendiri maupun dengan masyarakat setempat.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka salah satu ketercapaain kegiatan
pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang sering
mempengaruhi kegiatan pendidikan disuatu sekolah adalah seperti kurikulum,
metode belajar-mengajar, sarana dan prasarana guru maupun siswa, serta
adanya kedisiplinan semua pihak baik pihak sekolah seperti kepala sekolah
ataupun pendidik yaitu guru dan juga siswa itu sendiri, faktor yang paling
dominan yang mempengaruhi kegiatan pendidikan baik langsung ataupun tidak
langsung adalah guru, karena guru bagian yang terpenting yang sering
berhadapan langsung dengan siswa itu sendiri dibanding yang lain di
kehidupan sekolah.
Namun ketika penulis terjun kelapang sedikit menemukan hal yang
berberbeda antara teori dengan fakta yang ada.
Diantaranya yang harus disiapkan oleh seorang guru adalah
pengetahuan intelektual yang memadai, akhlak yang baik, bermoral, serta
Dengan demikian seorang guru dituntut untuk mengembangkan dirinya
seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, serta laju
perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat.
Agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan baik, maka
haruslah banyak intansi yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan
tersebut, diantaranya dukungan dan peranan tersebut beasal dari orang tua
siswa, masyarakat, intansi pemerintah, terutama para guru yang telibat
langsung di dunia pendidikan. Guru amatlah penting, namun pada
kenyataannya masih banyak kendala yang dihadapi guru untuk dapat
meningkatkan kualitas murid dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal,
dengan demikian perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas belajar
mengajar melalui kulitas disiplin guru
Pendidik atau guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting,
karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan
pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan agama ia mempunyai tanggung
jawab yang amat berat dibanding pendidik pada umumnya, karena selain
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juaga tanggung jawab terhadap Allah SWT.7
Saat ini guru merupakan salah satu penunjang mutu pedidikan. Mutu
pendiikan akan lebih baik bila ditunjang dengan mutu pengajaran yang baik
dan bermutu. Guru dituntut untuk menguasai materi dan berbagai macam
metode mengajar yang baik, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
demontrasi, resitasi, dan sebagainya. Dalam proses belajar mengajar metode
belajar sangat erat hubungannya dengan belajar mengajar yang ingin dicapai
serta hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan, guru harus
mempunyai metode yang disertai dengan kedisiplinan kerja sebagai
penyeimbang dalam menggunakan metode yang tepat dan dapat melihat
kemungkinan untuk menggunakan metode tersebut.
7
Peningkatan kualitas pendidikan tidak mungkin terbentuk tanpa adanya
pembinaan Performance dari guru, guru merupakan sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan, karena itu guru merupakan sumber yang
sangat erat hubungannya dengan anak didik dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah.
Guru adalah panutan bagi anak didiknya, oleh karena itu guru harus
bisa menjaga segala tingkahlakunya baik itu ucapannya, serta perbuatannya,
guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu guru
harus membekali dirinya dengan keperibadian nasional dan budi pekerti luhur,
sehinggga dalam pelaksanaan tugas mulianya mampu menyelesaikan
pembangunan budaya dengan memilih budaya asing yang kiranya perlu di ikuti
dan yang tidak perlu diikuti serta budaya yang tidak sesui atau bertentangan
dengan budaya Indonesia.
Bila seorang guru dapat melaksanakan kedisiplinan dalam tugasnya,
maka akan menghasilkan out put yang baik, dengan kata lain dapat menghasilkan kualitas belajar mengajar sesuai dengan apa yang ingin dicapai.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar adalah ada kedisiplinan guru yang profesional dalam melaksanakan
tugasnya, dengan demikian proses belajar mengajar KBM akan berjalan dengan
baik, sehingga tujuan yang sudah diprogramkan dapat tercapai baik tujuan
institusional maupun tujuan tujuan Nasional.8
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis paparkan
permasalahan yang muncul dan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masih banyak guru yang datang terlambat kesekolah
2. Masih adanya guru yang tidak membuat perlengkapan pembelajaran / RPP
3. Masih terlihat adanya keterlambatan pada pergantian jam pelajaran
4. Belum optimalnya pemberian pelajaran
8
5. Masih terlihat nilai yang minim untuk pelajaran PAI
6. Masih adanya penyimpangan akhlak/ moral siswa di sekolah
C.
Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan
guru serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dan agar pembahasan
ini lebih terarah dan tercapainya sasaran sebagaimana yang dimaksudkan
dalam judul tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah di SMP Islam YKS
Depok
2. Masih adanya guru yang tidak membuat perlengkapan pembelajaran / RPP
3. Masih terlihat nilai yang minim untuk pelajaran PAI
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan yang diteliti
adalah: APAKAH KEDISIPLINAN GURU BERHUBUNGAN POSITIF
TERHADAP PRILAKU KEBERAGAMAAN SISWA MENURUT PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM? (Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
kedisiplinan guru berhubungan positif terhadap prilaku keberagamaan siswa
menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam (studi kasus di SMP Islam
YKS Depok).
1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat disiplin guru SMP Islam YKS
Depok
2. Untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara disiplin guru terhadap
prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama
F.
Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan agar dapat berguna bagi pihak yang
membutuhkan yaitu sebagai berikut:
1. Sedikit banyaknya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
dunia pendidikan, khususnya terhadap disiplin guru
2. Menjadi bahan masukan bagi guru tentang pentingnya disiplin dalam
proses belajar mengajar
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi para mahasiswa yang sedang melakukan
penelitian untuk kasus yang sama.
G.
Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan skripsi berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi” oleh Tim Penyusunan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Adapun susunan skripsi
ini terdiri dari lima bab, setiap bab dirinci ke dalam beberapa sub bab sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori terdiri dari beberapa teori yaitu pengertian disiplin guru, prilaku keberagamaan dan prestasi belajar, serta pendidikan
agama Islam.
BAB III Metode Penelitian terdiri dari variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisa data, dan hipotesa statistik.
BAB IV Hasil Penelitian terdiri dari gambaran umum sekolah SMP Islam YKS Depok, deskripsi data, analisis data, interpretasi data yang
mengungkap hubungan disiplin guru terhadap prilaku
keberagamaan menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Disiplin Kerja Guru
1.
Pengertian Disiplin
Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Discrere” yang berarti berawal dari kita, dasar ini timbul kata “displus” yang artinya murid adalah
pelajaran, dan kata “disciplina” yang artinya latihan1. Mendikbud
menambahkan arti disiplin dengan pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan tabiat2.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah disiplin mengandung
beberapa arti yaitu: tata tertib, ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata
tertib di bidang studi yang dimiliki obyek, system dan metode tertentu3.
Sejalan dengan itu Drs. Peter Salim dan Yeny Salim dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mengartikan istilah disiplin “sebagai kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan4, sehingga dalam
1
Neiny Racmaningsih, Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2, Bandung: Srafindo Media Pratama, 1997., h. 58.
2
Morkijat, Manajemen Kepegawaian Personal Manajemen, Bandung: Alumni, 1987., h. 195.
3
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1970., h. 208.
4
Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991., h. 345.
pembicaraan sehari-hari istilah tersebut mengikuti pola-pola tertentu yang
terarah ditetapkan terlebih dahulu5.”
Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Prof. Komarudin, yaitu “suatu keadaan yang menunjukkan suatu yang ditertibkan dan teratur yang dihasilkan oleh orang-orang yang berada di bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan yang berlaku harus dihormati dan ditaati”.6
Dalam Kamus Ilmiah Populer Istilah disiplin mengandung arti yaitu tata tertib, ketaatan kepada peraturan7.
Sedangkan dalam Kamus Saku Bahasa Indonesia disiplin mengandung arti latihan batin dan watak supaya menaati tata tertib;
kepatuhan pada peraturan8.
Adapun dalam Kamus Bahasa Arab-Indonesia, disiplin adalah
diambil dari kata
ظا ت
–
َّ ت
–
ّتنإ
yang artinya menjadi tersusun, teratur,terangkum dan
ةايحلا ّن
yang artinya aturan hidup. Berasal dari kataّن
yang artinya pertaturan9.
Dari pengertian-pengertian disiplin menurut etimolgi maka penulis
paparkan beberapa pengertian disiplin menurut terminolgisnya.
Pengertian disiplin menurut beberapa pakar, yang dikutip dari website
tentang Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP No. 30
Tahun 198010.
Newstrom (1985: 87) menyatakan bahwa disiplin adalah tindakan manajemen untuk menegakan standar organisasi, Mathis Jackson (2002: 314) berpendapat disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakan peraturan-peratauran perusahaan. Sedangkan Simamora (1999: 749) mengatakan disiplin adalah prosedur yang
5
Soejono Soekanto, Remaja dan Masalahnya, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet-ke-2., h. 79.
6
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, Cet. ke-2., h.239. 7
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: GITAMEDIA, 2006), Cet-ke 1, h. 92
8
Pius Abdilah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya: ARKOLA, t.t), h. 89
9
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1435
10
mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanan organisasi.
Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi
secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi11.
Tidak jauh berbeda dengan Amir Achin dalam membahas pengertian
disiplin dalam bukunya “Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar”
dengan menyimpulkan disiplin sebagai pematuhan secara sadar adakan aturan
dengan ditetapkan”.12
Pematuhan secara sadar mengandung pengertian
menjunjung tinggi segala aturan yang berlaku baik di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat, hal ini disebabkan
antara lain dikatakan oleh Agus Suwanto bahwa tiap keluarga sekecil apapun
keluarga, misalnya kelompok bermain selalu mempunyai peraturan-peraturan
tertentu yang sedikit banyak berada antara satu dengan yang lainnya. Adanya
peraturan-peraturan itu tiada lain adalah untuk menjamin kehidupan yang
tertib dan tentang hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.13
Untuk menjaga dan memelihara peraturan-peraturan tersebut, maka
diperlukan sikap disiplin dalam arti sikap disiplin maupun dalam lingkungan
masyarakat luas.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal merupakan wadah
yang potensi untuk menyambungkan sikap disiplin. Bila dihubung dengan
sekolah
Soerganda berpendapat bahwa “disiplin di sekolah dapat diartikan
sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar)
dengan menggunakan system hukuman atau hadiah”.14
11
http//www.google.com. Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK. (Jakarta, 2010), h. 1
12
Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press), Cet-ke 2, hal 62
13
Agus Swasto, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Aksara Baru), ed. III, hal 118 14
Dari pernyataan di atas memberikan kesan bahwa disiplin di sekolah
didasarkan sebagai suatu hal yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan
tetapi sebagaimana dikatakan oleh Drs. Ahmad Rohani dan Drs. Abu Ahmadi
dalam bukunya pengelolaan Pangajaran. “bahwa bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharunsnya dipatuhi, secara sadar untuk
kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin sendiri (self discipline)”.15
Guru turut peran dalam melakanakan program dan kegiatan sekolah,
oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik, sehingga
dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini disiplin kerja
yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi belajar
mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.
2.
Pengertian Guru
Kata guru dalam bahasa Arab mempunyai banyak istilah diantaranya
guru disebut dengan murrabi (pemelihara), mu’allim (pemindahan ilmu pengetahuan), mu’addib (pendidik). Dari ketiga istilah itu mempunyai makna
yang berbeda tetapi arti yang sama yaitu orang yang memberikan ilmu
pengetahuan. Adapun guru dalam kamus Saku Bahasa Indonesia mempunyai
makna “Orang yang kerjanya mengajar”16
. Setelah mengetahui pengertian
guru secara etimologi, maka guru secara terminologis mempunyai banyak
arti, para pakar pendidikan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut:
Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti
mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi
konsep ideal mendidik17. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
15
Ahmad Rohani H. M. dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), Cet-ke-1, hal 139
16
Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya: ARKOLA Offset, tth), h. 121
17
dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah18.
Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima, dan memikul sebagian tanggungjawab yang
terpikul dipundak para orang tua19.
Adapun menurut Marimba sebagaimana yang telah dikutip oleh
Ramayulis bahwa guru atau pendidik adalah “Sebagai orang yang memikul
pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena
hak dan kewajibannya bertanggungjawab tentang pendidikan peserta didik”20
.
Guru merupakan profesi/ jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru21.
Sama dengan pendapat diatas menurut Laurence D. Hazkew dan
Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Learning, yang dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam
menata dan mengelola kelas22.
Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam
Foundation of Teaching, An Intruduction to Modern Education, dan juga dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah mereka yang secara sadar
mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga
terjadi pendidikan23.
Adapun menurut Hamzah B. Uno sendiri “Guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata
dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan”24
.
18
Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 2
19
Zakiah Deradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Ed. 1, Cet-ke 5, h. 39
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet-ke 4, h. 85 21
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2005), Cet-ke 17, h. 6
22
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, h. 15
23
H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan…, h. 15 24
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memilki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin25.
Menurut E. Mulyasa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata
tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas
untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus
memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilakunya26.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian guru secara terminologis adalah merupakan suatu profesi yang
membutuhkan keteladanan, keprofesionalan dan memiliki kemampuan untuk
menjadikan peserta didik mempunyai budi pekerti tinggi, dan mencapai
kedewasaan.
3.
Tugas dan Fungsi Guru
Keutamaan seorang guru disebabkan karena ada tugas mulia yang
diembannya dan tugas ini hampir sama kedudukannya dengan tugas Rasul
mengemban misi rahmatan lil alamin dan guru hendaklah bertolak dari amar ma’ruf nahyu al-munkar.
Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis bahwa
tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan
hati manusia untuk ber-taqarub kepada Allah
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur
yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru bertugas
mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan
membangun dirinya dan membangun bangsa negara.
25
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet-ke 7, h. 37
26
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya
sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan
kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru
sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik adalah tugas guru sebagai
suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai
pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada anak didik. “Tugas guru sebagai pelatih berarti
mengembangkan keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan demi masa
depan anak didik.”27
Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak bisa
guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan dimasyarakat
dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan
kepada anak didik dengan begitu anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan
sosial.
Guru turut bereperan dalam melakanakan program dan kegiatan
sekolah, oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik,
sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini
disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi
belajar mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan
di sekolah. Diantara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut28.
a. Sebagai pendidik dan pengajar
b. Sebagai anggota masyarakat
c. Sebagai pemimpin
27
Syaiful Fahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet-ke 1, hal. 42
28
d. Sebagai administrator
e. Sebagai pengelola pembelajaran.
Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II
pasal 4 dan pasal 6 menyebutkan tentang Fungsi dan Tujuan yaitu29:
Guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).
Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab (Pasal 6).
Dari DITJEN Dikti P2TK yang dikutip dari E. Mulyasa
menjabarkarkan beberapa tugas dan fungsi guru berikut uraian tugasnya:
TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS
I. Mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih
1. Sebagai Pendidik 1.1 Mengembangkan potensi/ kemampuan dasar peserta didik.
1.2 Menegembangkan kepribadian peserta didik 1.3 Memberikan ketekadanan 1.4 Menciptakan suasana
pendidikan yang kondusif 2. Sebagai Pengajar 2.1 Merencanakan
pembelajaran 2.2 Melaksanakan
pembelajaran yang
mendidik 2.3 Menilai proses
didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. 3. Sebagai
Pembimbing
1.1 Mendorong
berkembangnya prilaku positif dalampembelajaran
29
1.2 Membimbing peserta didik memecakan masalah dalam pembelajaran
4.Sebagai Pelatih 4.1 Melatih
keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam
pembelajaran
4.2 Membiasakan peserta didik berprilaku positif dalam pembelajaran II. Membantu Pengelolaan dan Pengembanga n program sekolah
5. Sebagai Pengembang program
5.1 Membantu
mengembangkan program pendidikan sekolah dan hubungan kerjasama intra sekolah
6.Sebagai pengelola program
6.1 Membantu secara aktif dalam menjalin hubungan dan kerjasama antar sekolah dan masyarakat III.Mengembang
kan
keprofesionala n
7.Sebagai tenaga professional
7.1 Melakukan upaya-upaya untuk meningkaktkan kemampuan profesional
Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas di sekolah, tetapi
juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bila dirinci lebih
jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N.K,
bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:
1. Memberikan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan,
dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar
Negara Pancasila.
3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-Undang
Pendidikan yang merupakan keputusan MPR NO. 11 Tahun 1983.
4. Sebagai perantara dalam belajar
5. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
6. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib
7. Guru sebagai administrator dan manajer.
Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata
usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji, dan
sebagainya, serta dapat mengkoordinasikan segala pekerjaan di sekolah
secara demokrasi, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa
kekeluargaan.
8. Pekerjaan guru sebagai profesi.
Guru harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.
9. Guru sebagai perencana kurikulum.
Guru membuat perencanaan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak
didiknya pada masa itu dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan
kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.
10.Guru sebagai pemimpin (guidance worker)
Sebagai pimpiman guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam
banyak hal seperti memberikan suri tauladan membimbing dan
memenejemen.
11. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Guru harus turut aktif dalam segala aktivitas anak, misalnya dalam
ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.30
Dari poin-poin di atas dapat kita ketahui bahwa tugas guru tidaklah
ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat
melaksanakan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan
haknya secara profesional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi
profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan
kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.
4.
Kode Etik Guru
Istilah kode etik terdiri dari dua kata, yakni “Kode” dan “Etik”. Etik berasal dari bahasa Yunani “ethos” berarti watak, adat atau cara hidup
30
dengan kata lain etik adalah cara berbuat yang menjadi adat, karena
persetujuan dari kelompok manusia. Dan etik biasanya dipakai untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa
yang disebut “kode etik”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika artinya tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan
dalam mnegerjakan suatu pekerjaan. Jadi kode etik guru diartikan sebagai
“aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gybson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statment formal yang merupakan norma (aturan tata
susila) dalam mengatur tingkah laku guru.
Karena itu, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik
guru” sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian kode etik guru. Ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dalam
perbuatan guru, jika guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral
berarti guru telah melanggar kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai
salah satu ciri yang ada pada profesi guru itu sendiri.
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai
ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam
melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari
pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulannya bahwa dalam
kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni31:
a.Sebagai landasan moral
b.Sebagai pedoman tingkah laku
Tujuan merumuskan kode etik dalam satuan profesi adalah untuk
kepentingan dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut32:
a. Menjungjung martabat profesi
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
c. Pedoman bertingkah laku.
31
E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h.43 32
d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
dosen tentang Organisasi dan Kode Etik Pasal 41 dan Pasal 42 yaitu sebagai
berikut:
Pasal 41 Menjelaskan bahwasanya guru merupakan suatu profesi yang
bersipat independen dan berfungsi meningkatkan kompetensi, karir, dan
pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan sesuai UUD 1945.
Sedangkan Pasal 42 menjelaskan hak dan perlindungan terhadap guru dan
profesinya.
Kemudian rumusan hasil kongres PGRI XIII menjelaskan bahwa guru
harus bekerja profesional, diantaranya bisa berinteraksi baik dengan
siswa-siwinya, masyarakat dan juga lembaga sekolah itu sendiri.33
Dari pengertian disiplin dan guru maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa disiplin guru adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua
aturan dan norma yang ada dalam lembaga pendidikan sekolah dan
menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap
pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga
kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap
atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan
memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Agar memiliki kedisiplinan yang tinggi, maka kepala sekolah
sebagai pemimpin harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin kerja guru diantaranya. kesejahteraan pegawai, ini merupakan faktor
yang harus diperhatikan sesuai dengan kinerjanya, juga tidak kalah
pentingnya teladan peminpin lembaganya, karena bagaimanapun seorang
pemimpin merupakan contoh bagi bawahannya, disamping itu juga
33
pengawasanpun harus terus dilakukan guna mengetahui seberapa tinggi
disiplinkah guru dalam menjalankan tugasnya, dan terakhir sangsi dan
hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melanggar tindak indisipliner.
Pada dasarnya ada dua dorongan yang mempengaruhi disiplin:
1. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia yaitu dikarenakan adanya
pengetahuan, kesadaran, keamanan untuk berbuat disiplin
2. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu dikarenakan adanya perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, sanksi, hukuman yang disesuikan
dengan tingkat indisipliner dan sebagainya seperti dalam firman Allah
SWT.
Q.S. At-Tin (95:8)
(
نيتلا
/
:
)
“Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”. Q.S. At-Tin (95:8)
B.
Prilaku Keberagamaan Siswa
1.
Pengertian Perilaku Keberagamaan Siswa
Perilaku dalam kamus bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan.34 Ini berarti pengertian
tentang perilaku diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku
adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dan dapat dilihat
atau bersifat konkrit. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap
seseorang. Perilaku dapat terjadi secara spontanitas tanpa melalui
pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembinaan
dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.
Sedangkan pengertian agama, menurut Harun Nasution: berdasarkan
asal kata yaitu al-Din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (Semit)
berarti undang-undang atau hukuman. Kemudian dalam bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.
34
Bertitik tolak dari pengertian tersebut menurut Harun Nasution intisarinya
adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang lurus dipegang
dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap
dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari-hari.35
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku keberagamaan adalah suatu kecenderungan atau keadaan pada
diri seseorang yang berdasarkan pendirian, ketaatan dan keyakinan mengenai
agamanya yang tampak dalam tingkah lakunya yang mencerminkan
nilai-nilai ajaran agamanya.
Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga
merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak
menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan
dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang
menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku
seseorang secara otomatis dari dalam.36 sebab perkembangan agama pada
masa anak-anak terjadi melalui pengalaman hidupnya waktu kecil, didalam
keluarga, di rumah dan dimasyarakat lingkungannya. Semakin banyak
pengalaman agama yang diperoleh, maka sikap, tingkah laku, kelakuan, dan
cara menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.37
Jadi pengertian perilaku keberagamaan anak dapat dibentuk melalui
pembinaan agama pada anak-anak yang dilaksanakan dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sehingga anak mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya.
35
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. Rev-9, h. 12
36
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Penerbit Gunung Agung, 1986), h.57
37
2.
Ruang Lingkup Perilaku Keberagamaan Siswa
Keberagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan seseorang
yang terdalam terhadap ajaran-ajaran agamanya yang kemudian
direalisasikan dalam setiap sikap dan perilaku hidupnya. Semua yang
dilakukan berdasarkan keyakinan hatinya yang dilandasi dengan keimanan
(keyakinannya).
Maka, ruang lingkup perilaku keberagamaan anak sejalan dengan isi
pendidikan agama Islam di sekolah dasar, yang menjadi materi pelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah, meliputi empat unsur pokok yaitu:
1. Aqidah adalah kebutuhan akan adanya Tuhan tidak serta merta karena
kebutuhan sesaat saja namun terus menerus secara kontinuitas.
2. Akhlak adalah perbuatan yang bisa dilakukan tanpa memerlukan pikiran.
3. Ibadah yaitu menyerahkan diri kepada Allah dan selalu mengikuti
perintah-Nya dan menuruti yang dikehendaki-Nya.
4. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia.
Ruang lingkup bahan pelajaran diatas merupakan usaha untuk
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan manusia
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar.38
2.1.
Aqidah
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu:
دقع
–
دقعي
–
ةدقع
–
ةديقع
yang artinya adalah ikatan atau perjanjian.Menurut istilah, aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang
harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.39
38
Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (CV. Karya Manunggal, 1982), h. 3
39
Manusia hidup berdasarkan kepercayaan terhadap suatu aqidah, tinggi
rendahnya kepercayaan memberikan corak bagi kehidupan, karena itulah
kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman.
2.2.
Akhlak
Kata akhlak menurut bahasa berarti “perangai, sikap, perilaku, watak, dan budi pekerti”.40
Sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Qalam: (68:4)
yang menggambarkan tentang akhlak terpuji yang terdapat pada Nabi
Muhammad SAW.
Q. S. Al-Qalam: (68:4):
(
قلا
/
:
)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Q. S. Al-Qalam: (68:4).
Sedangkan secara istilah akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.41
Definisi diatas memperlihatkan bahwa akhlak adalah sesuatu keadaan
yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan
secara langsung tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu
ada kalanya merupakan sifat alami (thabi’at) yang didorong oleh fitrah
manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti
rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana jiwa ada kalanya juga di
sebabkan oleh adat istiadat seperti yang membiasakan berkata benar secara
terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa.
Sehingga penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan
baik dan buruk, yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada orang lain
dengan menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Akhlak
40
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 11 41
merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak
dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat sebenarnya yang merupakan
gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.
Karena itu agama Islam sangat mengutamakan segi akhlak dalam
ajarannya, sehingga Nabi Muhammad menjelaskan bahwa risalahnya hanya
untuk menyempurnakan akhlak yang utama. Sabda Rasul:
قا خأا راك ِ ت ل تثعبا َنإ
.
(
د حأ ور
)
“Sesungguhnya aku diutus di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak”. (H.R. Ahmad).42
2.3.
Ciri-Ciri Akhlak Yang Baik
1) “Jujur/ benar” memberitakan tentang sesuatu sesuai dengan hakekat keadaan
yang sebenarnya. Benar atau jujur itu termasuk semulia sifat manusia yang
terpuji. Sikap ini membawa keselamatan dan manfaat bagi orang yang
bersangkutan dan bagi orang lain.43
2) “Sabar” yaitu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang
dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya
untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar
yang diumaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu lalu diakhiri
dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Tuhan.44
3) “Amanah” menunaikan segala hak-hak Allah, dan tidak membuka rahasia yang
dipercayakan kepadamu untuk menyimpannya. Termasuk pula contoh sifat
amanah, yaitu tidak mengurangi isi janji dari yang diucapkan oleh orang yang
berjanji; atau tidak mengurangi sesuatu barang yang dipercayakan kepadamu oleh
pemiliknya untuk menjaganya.45
42
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet-ke 2, h. 26 43
Abdurrahman Affandi Ismail, Pendidikan Budi Pekerti, (Semarang, CV. Toha Putra, 1982), h. 43
44
4) “Ikhlas” memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dari
berbagai tendensi pribadi. Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal saleh
yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.46
5) “Bersyukur” suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya; baik yang bersifat pisik
maupun nonpisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang
memberi nikmat, yaitu Allah SWT.47
6) “Pemaaf” sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas.48
7) “Malu” pencegahan diri dari segala perbuatan jelek, atau pemeliharaan diri,
karena rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dibenci, yaitu hal-hal yang bersifat universal dari syari’at, atau rasional atau kebiasaan.49
Sifat malu adalah
salah satu pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan
menjauhi yang buruk dan jahat, sehingga ia menjadi orang yang tingkah lakunya
dan sikapnya dalam bergaul bersih, sopan dan ramah tamah. Ia tidak akan
berdusta dalam percakapan, tidak akan mengkhianati orang dan tidak
memperturutkan bahwa nafsunya melakukan hal-hal yang tidak diridhoi oleh
Allah serta perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma moral
dan akhlak yang luhur.
2.4.
Ibadah
Ibadah, ahli lughat mengartikannya taat, menurut, mengikut, tunduk yang
setinggi-tingginya, dan doa.50 Dalam pengertian yang luas, ibadah ialah segala
bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat.
Semua perbuatan baik dan terpuji menurut norma ajaran Islam, dapat dianggap
ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Rupanya, niat itu merupakan
warna yang dapat membedakan perbuatan biasa dengan perbuatan ibadah. Niat yang
ikhlas karena Allah semata, membuat suatu pekerjaan berwarna ibadah, sehingga syari’at Islam melihat perbuatan itu sebagai suatu ibadat.
46
Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, (Surabaya: Risalah Gusti, 1993), h. 1 47 Mahjuddin… h. 12
48
Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), h. 35 49
Muhammad Abdl. Ghoffar, Malu dan Manfaatnya, (Jakarta: Media Dakwah, 1997) h. 7 50
Ibadat dalam arti yang khusus ialah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syari’at Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan rukunnya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya 51
Dengan demikian jelaslah bahwa cakupan ibadah sangat luas, shalat,
zakat, puasa, haji dan segala aktifitas lahir batin yang diniatkan untuk
mencari keridhaan-Nya dan mengikuti syari’at agama-Nya itu adalah ibadah.
Ibadah bertujuan memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia.
Ibadah juga bertujuan untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan
akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Selain itu juga mengingatkan
manusia bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan abadi
telah menanti yaitu kehidupan akhirat.
2.5. Al-
Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul
fiqh Al-Qur’an berarti “kalam (perkataan) Allah yang diturunkannya dengan perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dengan bahasa
Arab serta dianggap beribadah membacanya”. 52
Al-Qur’an adalah kitab
hidayah, yang berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Norma-norma tersebut tersusun secara sistematis dalam
suatu totalitas sehingga mempunyai hubungan fungsional dalam rangka
mengarahkan manusia kepada pembentukan individu yang sempurna.53
Al-Qur’an merupakan pedoman sekaligus menjadi dasarhukum bagi
manusia dalam mencapai kebahagiaandi dunia dan akhirat.
51
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, … h. 73
52
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ke-1, h. 79
53
3.
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Perilaku
Keberagamaan
Pembentukan dan perubahan perilaku di pengaruhi oleh dua faktor,
yaitu: faktor Intren dan faktor Ekstren.
1) Faktor Intren, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia,
kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.54
2) Faktor Ekstren, faktor ini yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya
lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga:
a) Lingkungan Keluarga, yang menjadi fase sosialisasi awal bagi
pembentukan jiwa keagamaan anak.
b) Lingkungan Institusional, baik formal seperti sekolah ataupun yang
nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah sebagai
institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu
perkembangan kepribadian anak. Melalui kurikulum yang berisi materi
pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan
antar temen di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang
baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya
dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c) Lingkungan Masyarakat, memiliki pengaruh pula dalam perkembangan
jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya
lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan
berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak.55
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perilaku keberagamaan seseorang
dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang berasal dari dalam diri seseorang
itu sendiri maupun dari luar diri seseorang.
54
Jalaluddin, Psikologi Agama,… h. 241 55
C.
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1.
Prestasi Belajar
1.1.
Pengertian Prestasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia prestasi ialah hasil yang telah
dicapai, dikerjakan dan sebagainya.56
Pengertian prestasi dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa
Belanda ialah “Prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia berubah menjadi kata prestasi yang artinya hasil usaha57.
Dalam kamus populer dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang
diperoleh dengan kerja keras58.
Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah
kognitif saja, prestasi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif, afektif dan
sikomotorik, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan hsil dari cermin
proses seseorang, tidak hanya aspek pengetahuan pada materi tertentu saja,
tetapi lewat sikap dan prilaku yang ditunjukan lewat pergaulan baik secara
formal maupun non formal.
1.2.
Pengertian Belajar
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia “Belajar” ialah berusaha
untuk mendapatkan pengetahuan.59 Sedangkan menurut kamus psikologi
belajar adalah:
1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah
laku, segai hasil dari praktek atau hasil pengamalan.
2. Proses mendapatkan reaksi-reaksi sebagai hasil dari pada praktik dan
latihan khusus.60
56
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Abditama,2001), Cet-ke 1, h. 330
57
Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur, (Bandung: Remaja