• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam Proses Bioremediasi Limbah Bahan Organik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam Proses Bioremediasi Limbah Bahan Organik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KIJING LOKAL (

Pilsbryoconcha exilis

) DALAM

PROSES BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK

BUDIDAYA IKAN SIDAT (

Anguilla

sp.)

DUDI MUHAMMAD WILDAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peran Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam Proses Bioremediasi Limbah Bahan Organik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)” adalah benar hasil karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Dudi Muhammad Wildan

(4)

ABSTRAK

DUDI MUHAMMAD WILDAN. Peran Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam Proses Bioremediasi Limbah Bahan Organik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla

sp.). Dibimbing oleh RIDWAN AFFANDI dan NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI.

Kegiatan budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) menghasilkan limbah organik yang relatif tinggi. Pelepasan limbah bahan organik dalam jumlah berlebih akan menyebabkan meningkatnya kesuburan perairan atau eutrofikasi. Selain itu juga akan memicu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara cepat yang selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Kijing lokal (P. exilis) dapat digunakan sebagai agen bioremediasi limbah organik hasil budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) karena kemampuan biofiltrasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kijing mampu mereduksi bahan organik, waktu efektif kijing lokal (P. exilis) mereduksi limbah organik hasil budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) adalah pada 6 hari pertama. Perlakuan yang paling efektif adalah penggunaan konsentrasi limbah 100% dan kijing berukuran kecil. Perlakuan tersebut mampu menurunkan nilai COD sebesar 66,1 mg/L (28%), kekeruhan sebesar 187,2 NTU (16%), TSS sebesar 134 mg/L (36%), dan amonia sebesar 0,004 mg/L (24%) serta meningkatkan biomassa sebesar 7,21 gram (3%).

Kata kunci: Bioremediasi, Kijing lokal (P. exilis), dan Limbah Organik

ABSTRACT

DUDI MUHAMMAD WILDAN. The Role of mussel (Pilsbryoconcha exilis) in Bioremediation Process of Organic Waste from Eel (Anguilla sp.) Rearing Activity. Supervised by RIDWAN AFFANDI and NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI.

Eel (Anguilla sp.) rearing activity produces high organic waste. Organic waste materials will lead to increase eutrophication, and cause rapid growth of microalgae and aquatic plants and disturbs the balance of aquatic ecosystems. Freshwater mussel (P. exilis) can be used as bioremediation agent of organic waste from eel (Anguilla sp.) culture, because of its bio-filtration ability. The results showed that mussel can reduce organic matter and effective time of mussel (P. exilis) to reduce organic waste from eel (Anguilla sp.) culture is the first 6 days. 100% waste concentration and small size of freshwater mussel (P. exilis) is the most effective treatment. The treatment be able to reduce the COD 66,1 mg/L (28%), turbidity of 187,2 NTU (16%), TSS of 134 mg/L (36%), and ammonia of 0,004 mg/L (24% ), however biomass increased 7,21 grams (3%).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DUDI MUHAMMAD WILDAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PERAN KIJING LOKAL (

Pilsbryoconcha exilis

) DALAM

PROSES BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK

(6)
(7)
(8)
(9)

Judul Skripsi : Peran Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam Proses Bioremediasi Limbah Bahan Organik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)

Nama : Dudi Muhammad Wildan

NIM : C24090009

Disetujui oleh

Dr Ir Ridwan Affandi, DEA Pembimbing I

Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi Plh. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang

berjudul “Peran Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam Proses Bioremediasi Limbah Bahan Organik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr Ir Ridwan Affandi, DEA dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.

2. Dr Ir Sigid Hariyadi, M.Sc selaku penguji tamu dan Ir Agustinus M Samosir, M.Phil selaku komisi pendidikan S1 Departemen MSP, FPIK, IPB.

3. Dr Ir Fredinan Yulianda, M.Sc selaku pembimbing akademik.

4. Keluarga tercinta Ayahanda Drs Hamdani, MM dan Ibunda Ucu Nursalamah, S.Pd serta adik-adik (Dede Rahmatulloh dan Dika Muhammad Ramadhan) yang selalu mendukung dan mendoakan.

5. Keluarga besar Laboratorium Biomikro, Produktivitas dan Lingkungan Perairan MSP, serta seluruh staf Tata Usaha Departemen MSP, FPIK, IPB. 6. Teman-teman MSP dan non-MSP.

7. Semua pihak yang sudah memberi dukungan dan membantu, baik dari penelitian di lapang hingga analisis di laboratorium, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Pelaksanaan Penelitian ... 5

Analisis Data ... 6

Persen Perubahan Nilai Kualitas Air ... 6

Uji Anova RK ... 6

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ... 7

Penentuan Perlakuan yang Efektif dalam Mereduksi Limbah Organik Ikan Sidat (Anguilla sp.) ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Hasil ... 8

Parameter Fisika Air ... 8

Padatan tersuspensi total atau total suspended solid (TSS) ... 8

Padatan terlarut total atau total dissolved solid (TDS) ... 9

Kekeruhan ... 10

Suhu ... 10

Parameter Kimia Air ... 11

Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand (COD) ... 11

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) ... 12

Amonia (NH3-) ... 13

pH ... 13

Parameter Biologi Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) ... 14

(13)

DAFTAR TABEL

1. Rancangan penelitian ... 5

2. Parameter yang diamati ... 6

3. Analis sidik ragam RK ... 7

4. Nilai hasil perhitungan matrik setiap parameter ... 16

5. Hasil pengukuran parameter yang termasuk rangking 3 besar ... 16

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan alir perumusan masalah ... 2

2. Skema akuarium dengan sistem resirkulasi, (2a) akuarium berkanal (carrousel) dan (2b) akuarium tanpa sekat ... 3

3. Kijing Lokal (P. exilis) ... 4

4. Limbah organik budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) ... 4

5. Grafik nilai TSS selama penelitian ... 9

6. Grafik nilai TDS selama penelitian ... 9

7. Grafik nilai kekeruhan selama penelitian ... 10

8. Nilai suhu selama penelitian ... 11

9. Grafik nilai COD selama penelitian. ... 11

10. Nilai DO pada pagi hari selama penelitian ... 12

11. Nilai DO pada siang hari selama penelitian ... 12

12. Grafik nilaiamonia (NH3-) selama penelitian ... 13

13. Nilai pH pada pengamatan pagi hari selama penelitian ... 14

14. Nilai pH pada pengamatan siang hari selama penelitian ... 14

15. Grafik biomassa kijing ... 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Wadah yang digunakan pada penelitian ini ... 22

2. Hasil analisis sidik ragam dari parameter TSS ... 22

3. Hasil analisis sidik ragam dari parameter TDS ... 22

4. Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut BNT dari parameter kekeruhan ... 23

5. Nilai suhu selama penelitian ... 23

6. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut BNT dari parameter COD ... 24

7. Nilai oksigen terlarut (Dissolved oxygen atau DO) selama penelitian ... 24

8. Hasil analisis sidik ragam dari parameter amonia ... 25

9. Nilai pH selama penelitian ... 25

10. Nilai kelangsungan hidup kijing lokal (P.exilis) ... 26

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting, yang saat ini menjadi komoditas ekspor dari Indonesia. Upaya untuk memenuhi kebutuhan ekspor ikan sidat (Anguilla sp.) dilakukan melalui kegiatan budidaya. Pada kegiatan budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) digunakan pakan buatan dalam bentuk pelet atau pasta dengan kandungan protein yang tinggi, berkisar 45%-50% (Afrianto dan Liviawaty 2005). Pakan yang masuk ke dalam wadah budidaya tidak seluruhnya dimanfaatkan oleh sidat (Midlen dan Redding 2000). Menurut Beveridge (2004) dari total jumlah pakan yang diberikan pada ikan hanya 80% yang masuk ke dalam tubuh dan 20% pakan mengendap di dasar perairan atau leaching.

Limbah dari kegiatan budidaya perairan umumnya berupa limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi. Pelepasan limbah bahan organik dalam jumlah berlebih akan menyebabkan meningkatnya kesuburan perairan atau eutrofikasi,

yang akan memicu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara cepat. Oleh sebab itu, hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan (Bureau dan Hua 2010).

Salah satu upaya untuk menurunkan kandungan bahan organik di perairan adalah dengan menggunakan metode bioremediasi (Sharma 2012). Pengolahan limbah organik dengan menggunakan metode bioremediasi akan memberikan keuntungan ganda, yakni terjadinya reduksi limbah organik di perairan serta terjadinya peningkatan biomassa sebagai hasil biotransformasi oleh agen bioremediasi. Dalam hal ini biota memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai bahan makanannya, sehingga limbah organik masih dapat termanfaatkan untuk meningkatkan biomassa biota tanpa mengeluarkan biaya pakan sebagai sumber proteinnya (Perelo 2010).

(15)

2

Rumusan Masalah

Limbah budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) memiliki kandungan bahan organik berupa nitrogen dengan konsentrasi tinggi berkisar 45-50% (Afrianto dan Liviawaty 2005). Pelepasan limbah bahan organik ke perairan dalam jumlah berlebih akan menyebabkan meningkatnya kesuburan perairan atau eutrofikasi

(Akinrotimi et al. 2011). Selain itu, juga akan memicu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara cepat yang selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Salah satu upaya untuk menurunkan kandungan bahan organik dari limbah budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) adalah dengan pendekatan secara biologis (bioremediasi) menggunakan kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis). Bahan organik yang terkandung dalam limbah budidaya akan dimanfaatkaan secara langsung oleh kijing lokal (P. exilis) yang merupakan filter feeder. Penurunan bahan organik dari limbah budidaya dapat dilihat dari hasil analisis kualitas air dan peningkatan biomassa kijing lokal (P. exilis).

Gambar 1. Bagan alir perumusan masalah

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keberadaan kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) sebagai agen bioremediasi terhadap kondisi kualitas air yang tercemar bahan organik budidaya ikan sidat (Anguilla sp.).

Manfaat

(16)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2013 hingga Juni 2013. Kegiatan penelitian dilakukan pada skala laboratorium, bertempat di Laboratorium Riset Plankton serta Laboratorium Fisika dan Kimia Lingkungan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Wadah perlakuan yang digunakan adalah akuarium (30x30x30cm) dan akuarium yang menyerupai carrousel (sistem pengolahan air limbah). Peralatan untuk pengukuran in situ meliputi DO meter, pH meter, dan termometer maks-min. Peralatan untuk pengukuran di laboratorium meliputi spektrometer, TDS meter, turbidity meter, dan timbangan. Percobaan dilakukan pada wadah berupa akuarium yang telah didesain untuk sistem budidaya resirkulasi disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 1. Akuarium yang berfungsi sebagai wadah penampungan untuk resirkulasi berada di bawah (Gambar 2b), sedangkan akuarium yang berfungsi sebagai wadah perlakuan bioremediasi atau tempat kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) diletakkan berada di atas (Gambar 2a). Sketsa wadah percobaan yang digunakan selama penelitian disajikan pada Gambar 2.

(Sumber: Faturochman 2012)

Gambar 2. Skema akuarium dengan sistem resirkulasi, (2a) akuarium berkanal (carrousel) dan (2b) akuarium tanpa sekat

2a

(17)

4

Wadah yang akan digunakan untuk perlakuan bioremediasi berupa akuarium yang disekat hingga membentuk kanal-kanal. Hal ini mengacu pada sistem

carrousel yang umumnya dijumpai pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) serta mengacu pada kanal perifiton yang diperkenalkan oleh Nofdianto (2010). Sistem ini bertujuan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut di perairan dan meningkatkan retention time.

Bahan

Bahan yang digunakan berupa kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) berjumlah 200 ekor dan limbah organik ikan sidat (Anguilla sp.). Kijing lokal (P. exilis) berasal dari Situ Gede, Kecamatan Dramaga (Gambar 3). Limbah organik ikan sidat (Anguilla sp.) berasal dari Desa Ciseeng, Kecamatan Parung, Bogor (Gambar 4). Bahan yang digunakan untuk analisis parameter kimia perairan meliputi fenol (C6H5OH), natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O), sodium hipoklorid, alkaline, kalium dikromat, asam sulfat, feroin, akudes dan larutan FAS.

Gambar 3. Kijing Lokal (P. exilis)

(18)

5

Tahapan Penelitian Tahapan Persiapan

Penelitian dipersiapkan dengan rancangan kelompok (RK) Rancangan kelompok digunakan pada penelitian ini disebabkan adanya perlakuan berupa perbedaan konsentrasi limbah organik serta adanya kelompok yang berupa perbedaan ukuran kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) (kecil, sedang dan besar).

Rancangan kelompok sangat baik digunakan jika keheterogenan unit percobaan berasal dari suatu sumber keragaman. Kelompok yang dibentuk harus merupakan kumpulan dari unit-unit percobaan yang relatif homogen sedangkan keragaman antar kelompok diharapkan cukup tinggi (Mattjik dan Sumertajaya 2000). Rancangan penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan penelitian buah), alat tulis dan tandon serta besi penyangga akuarium (8 buah). Kijing lokal (P.exilis) dibersihkan dari kotoran yang menempel pada cangkang dan dilakukan penomoran dengan menggunakan spidol permanen. Pengukuran dan penimbangan dilakukan setelah kijing dikeringkan dari air dengan cara mengelap cangkangnya. Kijing lokal (P. exilis) yang digunakan yang berukuran panjang berkisar 5,44-11,46 cm, dan bobot berkisar antara 6,68-80,57 gram. Ukuran kijing kecil bekisar 6,68-31,31 gram, kijing sedang 31,32-55,95 gram dan kijing besar 55,96-80,59 gram. Limbah budidaya ikan sidat (Anguila sp.) dibuat pada konsentrasi 25% (9 liter limbah + 27 liter akuades), 50% (18 liter limbah + 18 liter akuades), 75% (27 liter limbah + 9 liter akuades), dan 100% (36 liter limbah).

Pelaksanaan Penelitian

(19)

6

Tabel 2. Parameter yang diamati

Parameter Unit Alat/ Metode Lokasi

Parameter Fisika Air

Suhu ºC Termometer digital

Termometer maks-min In situ

TDS mg/L TDS meter Laboratorium

TSS mg/L Gravimetri Laboratorium

Kekeruhan NTU Turbidity meter Laboratorium

Parameter Kimia Air

pH - pH meter In situ

DO mg/L DO meter In situ

COD mg/L Refluks terbuka Laboratorium

NH3

-mg/L Phenate Laboratorium

Biologi Kijing

Kelangsungan hidup kijing lokal

(Pilsbryochonca exilis) Individu Perhitungan Laboratorium Biomassa kijing lokal

(P. exilis) Gram Penimbangan bobot basah Laboratorium

Sumber : Eaton et al. 2005

Analisis Data Persen Perubahan Nilai Kualitas Air

Perubahan nilai kualitas air yang diukur dan dianalisis untuk mengetahui persentase perubahan yang terjadi pada akhir pengamatan. Rumus persentase perubahan yang diacu dari Arifin (2000) adalah sebagai berikut.

Uji Anova RK

Uji Anova digunakan untuk mengetahui pengaruh antara perlakuan dan kelompok terhadap penurunan bahan organik (COD) serta terhadap beberapa parameter kualitas air (kekeruhan, TSS, TDS, suhu, pH, dan DO). Serta pengaruh perlakuan terhadap laju pertumbuhan relatif biota uji. Analisis data menggunakan Rancangan Kelompok (RK) biasanya disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam atau yang lebih dikenal dengan sebutan tabel anova (Mattjik & Sumertajaya 2000).

Keterangan:

a = nilai awal parameter

(20)

7

Tabel 3. Analis sidik ragam RK Sumber organik serta terhadap perubahan beberapa parameter kualitas air).

H1: paling sedikit ada satu perlakuan dimana τi ≠ 0 (perlakuan memberikan pengaruh terhadap penurunan bahan organik serta terhadap perubahan beberapa parameter kualitas air).

H0= Fhitung<Ftabel (P<0.05) H1= Fhitung>Ftabel (P>0.05)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Uji BNT merupakan prosedur pengujian perbedaan di antara rata-rata perlakuan yang paling sederhana dan umum digunakan. Uji BNT digunakan untuk menguji perlakuan secara berpasang-pasangan.

√ )

Penentuan Perlakuan yang Efektif dalam Mereduksi Limbah Organik Ikan Sidat (Anguilla sp.)

Penentuan ukuran kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) dan konsentrasi limbah yang memungkinkan terjadinya proses bioremediasi paling efektif dilakukan dengan menggunakan matrik. Kolom matrik berupa parameter kualitas air dan biologis kijing, sedangkan lajur matrik adalah perlakuan. Matrik dibuat dengan memberikan skor kepada setiap parameter. Data yang digunakan pada matrik adalah data mulai pengamatan H0 (pengamatan awal) hingga H6 (hari pengamatan ke-6). Nilai perubahan setiap parameter dikelompokkan ke dalam 5 kelas. Pengelompokan bertujuan dalam pemberian skor. Penurunan tertinggi pada parameter kualitas air diberi poin tertinggi 5. Sebaliknya peningkatan tertinggi pada parameter biologis kijing diberi poin 5, dan untuk parameter pH pemberian skor disesuaikan dengan kisaran toleransi kijing lokal (P. exilis) menurut Komarawidjaja (2006) dengan kisaran pH 4,4 – 9,8.

Parameter kualitas air (COD, TDS, TSS, kekeruhan, amonia dan pH) diberi proporsi 70%, sedangkan parameter biologi kijing lokal (P. exilis) diberi proporsi 30%. Parameter kualitas air mendapat proporsi 70% karena merupakan indikator proses bioremediasi yang terjadi. Selanjutnya masing-masing parameter diberi

Keterangan:

n = jumlah ulangan

t (α/2) = tabel BNT

(21)

8

bobot, COD diberi bobot 4; TDS, TSS, dan kekeruhan diberi bobot 3; amonia dengan bobot 2; dan pH mendapat bobot1. Parameter biologi kijing lokal (P. exilis) diberi bobot masing-masing 15, baik untuk ∆Biomassa maupun kelangsungan hidup.

Parameter COD diberi bobot 4 karena COD merupakan gambaran bahan organik sehingga menjadi fokus utama. Parameter TDS, TSS, dan kekeruhan diberi bobot 3 karena ketiga parameter ini masih berhubungan dengan nilai COD. Amonia diberi bobot 2 karena kijing menghasilkan amonia sehingga dapat mempengaruhi amonia di media. Parameter pH diberi bobot 1 karena pengaruhnya terhadap kualitas air relatif rendah. Setelah penentuan bobot dilakukan perhitungan nilai terboboti yang didapat dengan rumus sebagai berikut.

ilai Bobot setiap parameterBobot total parameter roporsi parameter

Perhitungan nilai acuan penentuan peringkat dilakukan dengan mengalikan skor dengan nilai terboboti. Berdasarkan tiga peringkat tertinggi dilakukan pembandingan nilai perubahan parameter kualitas air dan biologi kijing. Melalui perbandingan tersebut peringkat 1 (bioremediasi paling efektif) ditentukan berdasarkan jumlah item yang memenuhi kriteria yang diinginkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter yang terkait dengan keberadaan kijing sebagai bioremediator secara langsung atau parameter utama meliputi COD, tingkat kelangsungan hidup kijing, dan perubahan biomassa. Parameter TSS, TDS, kekeruhan, suhu, DO, amonia, dan pH merupakan pendukung.

Parameter Fisika Air

Padatan tersuspensi total atau total suspended solid (TSS)

Nilai TSS menjelaskan banyaknya padatan tersuspensi (diameter >1 µm) yang terdapat di perairan (Daphne et al. 2011). Pengamatan nilai TSS dilakukan setiap 2 hari sehingga didapatkan 8 data TSS. Nilai TSS yang digunakan untuk penelitian ini adalah nilai TSS perlakuan dikurangi nilai TSS kontrol. Nilai TSS selama penelitian disajikan pada Gambar 5.

(22)

9

Gambar 5. Grafik nilai TSS selama penelitian

Padatan terlarut total atau total dissolved solid (TDS)

Nilai TDS mencerminkan banyaknya jumlah keseluruhan partikel yang terlarut pada suatu perairan (Duffy et al. 2007). Partikel yang terlarut dapat berupa bahan organik maupun bahan anorganik. Pengamatan nilai TDS dilakukan setiap 2 hari selama 14 hari pengamatan. Nilai TDS yang digunakan untuk penelitian ini adalah nilai TDS perlakuan dikurangi nilai TDS kontrol. Nilai TDS selama penelitian disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik nilai TDS selama penelitian

Nilai TDS memiliki pola yang relatif sama untuk setiap perlakuan. Nilai TDS memiliki pola peningkatan pada setiap waktunya. Peningkatan nilai TDS berkisar 18,53-153,04 mg/L. Nilai peningkatan tertinggi dimiliki oleh perlakuan

(23)

10

[100]B sebesar 153,04 mg/L atau 47,6%, sedangkan nilai peningkatan terendah dimiliki oleh [25]S sebesar 18,53 mg/L atau 22,34%.

Kekeruhan

Kekeruhan adalah salah satu parameter fisika perairan yang menjadi indikator keberadaan partikel-partikel dalam perairan, baik yang terlarut maupun yang tersuspensi (Davis dan Cornwell 1991). Nilai kekeruhan yang digunakan merupakan nilai kekeruhan hasil perlakuan dikurangi nilai kekeruhan kontrol. Pengamatan nilai kekeruhan dilakukan setiap 2 hari sehingga didapatkan 8 data pada penelitian ini. Nilai kekeruhan selama penelitian disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik nilai kekeruhan selama penelitian

Nilai kekeruhan memiliki pola yang relatif sama untuk setiap perlakuan. Semua perlakuan memiliki nilai kekeruhan yang menurun mulai H0 hingga H6, kemudian mengalami peningkatan mulai H6 hingga H14. Nilai kekeruhan berkisar 42,5-214 NTU. Nilai penurunan tertinggi dimiliki oleh perlakuan [75]K dengan nilai 214 NTU atau 26%, sedangkan untuk penurunan terendah dimiliki oleh perlakuan [100]S dengan nilai 42,5 NTU atau 3,6%.

Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter lingkungan yang memengaruhi metabolisme organisme akuatik (Haslam 1995). Pengamatan suhu dilakukan 2 kali sehari dan dilakukan setiap hari. Nilai suhu selama penelitian disajikan pada Gambar 8 dan Lampiran 5. Nilai suhu selama penelitian berkisar 18-23⁰C, suhu terendah terjadi pada H10 dengan nilai 18⁰C sedangkan tertinggi terjadi pada H2 dengan nilai 23⁰C. Kisaran suhu pada penelitian ini masih sesuai dengan kisaran

(24)

11

toleransi kijing menurut Storer (1961) yang menyatakan bahwa kisaran toleransi suhu pada kijing berkisar 11-29ºC.

Gambar 8. Nilai suhu selama penelitian

Parameter Kimia Air

Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand (COD)

Jumlah perubahan bahan organik yang tereduksi dapat dilihat dari nilai COD (Kawabe dan Kawabe 1997). Pengamatan nilai COD dilakukan setiap 2 hari sehingga didapatkan 8 data COD. Nilai COD selama penelitian disajikan pada Gambar 9.

(25)

12

Nilai COD berdasarkan Gambar 9 memiliki pola yang relatif sama untuk setiap perlakuan. Nilai COD mengalami penurunan nilai mulai H0 hingga H6, dan kemudian mengalami perubahan nilai yang fluktuatif mulai H6 hingga H14. Nilai penurunan tertinggi dimiliki oleh perlakuan [50]S sebesar 69,2 mg/L atau 46%, sedangkan pada perlakuan [100]S hanya mengalami penurunan nilai COD sebesar 1,2 mg/L atau 0,3%.

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air (Rouse 1979). Pengamatan DO dilakukan 2 kali sehari dan dilakukan untuk setiap hari. Nilai DO selama penelitian disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11 serta Lampiran 7.

Gambar 10. Nilai DO pada pagi hari selama penelitian

(26)

13

Nilai DO mengalami fluktuasi di setiap perlakuan. Kisaran DO hasil pengamatan pada pagi hari berkisar 2,6-5,4 mg/L, sedangkan pada siang hari berkisar 2,1-5,5 mg/L. Kisaran tersebut diluar kisaran toleransi kijing yang berkisar 3,8-5,5 mg/L (Suwignyo 1981 dalam Sidhi 1998).

Amonia (NH3-)

Dekomposisi bahan organik yang mengandung nitrogen ditandai dengan terbentuknya amonia. Amonia dapat menjadi racun pada konsentrasi tertentu (Rouse 1979). Pengamatan nilai amonia dilakukan setiap 2 hari, sehingga didapatkan 8 data pada penelitian ini. Nilai amonia yang digunakan untuk penelitian ini adalah nilai amonia perlakuan dikurangi nilai amonia kontrol. Nilai amonia selama penelitian disajikan pada Gambar 12

Gambar 12. Grafik nilai amonia (NH3-) selama penelitian

Nilai NH3- memiliki pola yang relatif sama untuk setiap perlakuan. Nilai NH3- mengalami peningkatan mulai H0 hingga H4 Setelah itu nilai NH3- mengalami fluktuasi hingga akhir pengamatan. Peningkatan nilai NH3- terbesar dimiliki oleh perlakuan [100]K dengan nilai 0,43 mg/L atau 38% peningkatan, sedangkan peningkatan terendah dimiliki oleh perlakuan [50]B dengan nilai 0,03 mg/L atau 11,7% mengalami peningkatan.

pH

Nilai pH berkaitan dengan karbondioksida bebas dan alkalinitas di perairan yang akan mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Mackereth et al. 1989). Pengamatan pH dilakukan 2 kali sehari dan dilakukan setiap hari. Nilai kisaran pH hasil pengamatan disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14 serta Lampiran 9. Nilai pH selama penelitian pada pagi hari berkisar 4,22-6,82 sedangkan pada siang hari berkisar 3,84-6,82. Kisaran pH pada penelitian ini diluar kisaran toleransi kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) yang berkisar 4,8-9,8 (Storer 1961).

(27)

14

Gambar 13. Nilai pH pada pengamatan pagi hari selama penelitian

Gambar 14. Nilai pH pada pengamatan siang hari selama penelitian

Parameter Biologi Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis)

Kelangsungan hidup atau survival rate (SR) kijing lokal (P. exilis)

Kegiatan bioremediasi dapat berjalan dengan baik apabila kelangsungan hidup kijing lokal (P. exilis) tetap terjaga. Pengambilan data kelangsungan hidup kijing lokal (P. exilis) dilakukan sebanyak 2 kali (awal dan akhir). Kelangsungan

0 1 2 3 4 5 6 7 8

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14

pH

Waktu Pengamatan

K 25 25 K 25 S 25 B K 50 50 K

50 S 50 B K 75 75 K 75 S 75 B

K 100 100 K 100 S 100 B

0 1 2 3 4 5 6 7 8

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14

pH

Waktu Pengamatan

K 25 25 K 25 S 25 B K 50 50 K

50 S 50 B K 75 75 K 75 S 75 B

(28)

15

hidup kijing lokal (P. exilis) mencapai 100% untuk semua perlakuan, kecuali perlakuan [50]S yang hanya mencapai 88% (Lampiran 10).

Perubahan biomassa kijing lokal (P. exilis)

Keberhasilan mereduksi limbah organik yang dilakukan oleh kijing lokal (P. exilis) tidak hanya dilihat dari penurunan bahan organik di perairan, tetapi juga dilihat dari peningkatan biomassa kijing. Pengambilan data biomassa kijing dilakukan sebanyak 2 kali (awal dan akhir). Biomassa kijing lokal (P. exilis) setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 15 dan Lampiran 11.

Diketahui berdasarkan Gambar 6, selama pemeliharaan terjadi perubahan biomassa, berupa peningkatan dan penurunan biomassa kijing. Perlakuan [25]B mengalami peningkatan biomassa yang paling besar dengan nilai 15,02 gram atau 4% dari biomassaa awal, sedangkan pada perlakuan [50]S mengalami penurunan biomassa terbesar dengan nilai 39,03 gram atau -11% dari bobot awal.

Gambar 15. Grafik biomassa kijing

Penentuan Perlakuan yang Paling Efektif dalam Mereduksi Bahan Organik Limbah Sidat (Anguilla sp.)

Penentuan ukuran kijing lokal (P. exilis) dan konsentrasi limbah didapat dengan melalui uji anova dan uji BNT yang dilanjutkan dengan pembuatan matrik. Hasil uji anova dan uji BNT (Lampiran 6) menunjukkan bahwa pada selang 95% diketahui perlakuan 100% limbah memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan bahan organik. Oleh sebab itu perlakuan 100% limbah merupakan media yang paling cocok untuk kijing lokal (P. exilis) dalam mereduksi limbah organik. Pembuatan matrik bertujuan untuk mengetahui ukuran kijing lokal (P. exilis) yang paling efektif dalam mereduksi limbah organik budidaya ikan sidat (Anguilla sp.). Matrik tersebut disajikan pada Tabel 4.

280

(29)

16

Tabel 4. Nilai hasil perhitungan matrik setiap parameter Perlakuan

Nilai perhitungan matrik pada Tabel 4 menjelaskan bahwa perlakuan [100]K menjadi perlakuan yang memiliki total nilai terbesar dengan nilai 751 dan menjadi rangking ke-1. Perlakuan [100]S memiliki nilai terbesar kedua dengan nilai 657 dan menjadi rangking ke-2. Selanjutnya perlakuan [100]B memiliki nilai terbesar ketiga dengan nilai 622 dan menjadi rangking ke-3. Perlakuan yang menjadi rangking 1 hingga 3 berpotensi menjadi perlakuan yang baik untuk mereduksi bahan organik ikan sidat (Anguilla sp.). Akan tetapi perlu dilihat perubahan yang terjadi pada setiap parameter dari ketiga perlakuan tersebut. Nilai parameter hasil pengukuran pada setiap perlakuan yang memiliki rangking 3 besar disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil pengukuran parameter yang termasuk rangking 3 besar PERLAK

Keterangan : *perubahan yang tidak diinginkan

(30)

17

Pembahasan

Parameter TSS terdiri dari bahan-bahan tersuspensi (diameter >10-6mm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Daphne et al. 2011). Penurunan ini terjadi mulai dari H0 hingga H6, setelah itu pada H6 hingga H14 nilai TSS mengalami fluktuasi. Nilai TSS yang didapat berdasarkan analisis statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) untuk setiap perlakuan (Lampiran 2).

Penurunan pada H0 hingga H6 diduga akibat filter feeder yang dilakukan kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) dan proses pengendapan. Penurunan nilai TSS akibat filter feeder kijing, sesuai dengan pernyataan Karkaukav (1979) yang menjelaskan penurunan TSS akibat mekanisme filter feeder. Selain itu Walne (1956) juga menjelaskan bahwa pada air keruh, aktifitas filtrasi lebih cenderung mengakumulasi lumpur halus secara cepat. Penurunan TSS terjadi akibat adanya pengendapan. Pola fluktuasi yang terjadi diduga karena kijing lokal (P. exilis) terus melakukan filtrasi, akan tetapi kemampuannya mulai menurun dan aktivitas ekskresi kijing lokal (P. exilis) tetap terjadi. Maulana (2007) menyatakan bahwa kijing lokal (P. exilis) menghasilkan bahan terlarut melalui proses ekskresinya.

Nilai TDS berasal dari bahan-bahan terlarut (diameter<10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm hingga 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring 0,45 µm (Duffy et al.

2007). Nilai TDS tidak mengalami penurunan bahkan relatif meningkat pada setiap waktu pengamatan. Berdasarkan analisis statistik peningkatan nilai TDS tidak berbeda nyata (P>0.05) (Lampiran 3). Peningkatan nilai TDS terjadi mulai H0 hingga H14 (Gambar 6). Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya proses perubahan bahan organik yang berasal dari TSS menjadi TDS. Selain itu peningkatan TDS terjadi diduga karena proses pemanfaatan bahan organik oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi tidak berjalan dengan baik (Kuswytasari 2012).

Nilai kekeruhan berasal dari bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Davis dan Cornwell 1991). Nilai kekeruhan terjadi pada semua perlakuan yang diberikan. Berdasarkan analisis statistik nilai kekeruhan berbeda nyata (P<0.05) (Lampiran 4). Penurunan terjadi mulai dari H0 hingga H6, yang kemudian berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat hingga akhir pengamatan. Penurunan ini disebabkan oleh adanya peran kijing lokal (P. exilis) dalam mereduksi bahan organik. Penurunan nilai kekeruhan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Nugroho (2006) yang mendapatkan hasil bahwa kijing lokal (P. exilis) dapat menurunkan nilai TSS sehingga mengurangi nilai kekeruhan. Nilai kekeruhan mulai H6 hingga H14 yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat, diduga terjadi karena ekskresi kijing lokal (P. exilis) tetap terjadi namun kemampuan kijing (P. exilis) dalam memanfaatkan limbah menurun. Kijing lokal (P. exilis) mampu memanfaatkan bahan tersuspensi dan menghasilkan bahan tersuspensi melalui kegiatan ekskresi (Maulana 2007).

(31)

18

hidup pada kisaran suhu 11-29°C. Kisaran pH yang terukur selama penelitian berkisar antara 3,84-6,82 (Lampiran 9). Kisaran hidup kijing pada parameter pH menurut Storer (1961) berkisar antara 4,8-9,8. Nilai DO pada penelitian ini berkisar 2,1-5,5 mg/L (Lampiran 7). Kisaran DO tersebut berada diluar kisaran toleransi. Suwignyo (1981) dalam Sidhi (1998) menyatakan bahwa kisaran toleransi DO untuk kijing adalah 3,8-12,5 mg/L. Nilai suhu, pH, dan DO meskipun beberapa berada diluar kisaran toleransi kijing, masih mendukung kehidupan kijing. Hal ini dibuktikan dengan nilai kelangsungan hidup yang berkisar antara 88%-100% (Lampiran 10) atau hanya ada satu individu kijing saja yang mengalami kematian.

Parameter COD menggambarkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi (Kawabe dan Kawabe 1997). Berdasarkan analisis statistik (P<0.05) untuk nilai COD (Lampiran 6). Nilai COD pada penelitian ini memiliki pola penurunan mulai H0 hingga H6 kemudian mengalami peningkatan mulai H6 hingga H14. Penurunan nilai COD diduga akibat aktifitas filter feeder yang dilakukan oleh kijing. Hal ini sesuai dengan penelitian Nugroho (2006) yang mendapatkan hasil, kijing lokal (P. exilis) mampu menurunkan bahan organik yang terdapat di perairan. Peningkatan nilai COD diduga akibat kemampuan kijing lokal (P. exilis) dalam mereduksi bahan organik mengalami penurunan akan tetapi aktifitas ekskresi tetap berlangsung. Hal ini sesuai dengan penyataan Maulana (2007) bahwa kijing tidak hanya mampu menurunkan bahan organik tetapi juga menghasilkan bahan organik melalui aktivitas ekskresinya.

Hasil uji BNT untuk parameter COD menunjukan perlakuan dengan 100% limbah merupakan media yang cocok untuk kijing lokal (P. exilis) dalam mereduksi limbah organik. Hal ini diduga akibat pada perlakuan ini sumber protein yang dibutuhkan kijing lokal (P. exilis) tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mendukung kehidupan kijing. Hal ini sesuai dengan perhitungan matrik yang menunjukkan perlakuan limbah 100% memiliki peringkat tertinggi. Selain itu perhitungan matrik juga menunjukkan bahwa ukuran kijing lokal (P. exilis) kecil merupakan ukuran yang paling baik dalam mereduksi limbah organik. Oleh sebab itu dapat disimpulkan perlakuan [100]K atau limbah 100% dan kijing ukuran kecil merupakan perlakuan yang paling baik dalam mereduksi limbah organik. Hal ini diduga karena pada perlakuan ini kijing mampu mentoleransi limbah 100%. Kemampuan kijing lokal (P. exilis) tersebut berasal dari jumlah kijing yang relatif lebih banyak dibandingkan perlakuan besar dan sedang.

(32)

19

Grafik nilai biomassa kijing lokal (P. exilis) (Gambar 15) menunjukkan adanya perubahan biomassa sebelum dan sesudah perlakuan. Grafik tersebut menjelaskan bahwa biomassa dipengaruhi oleh konsentrasi limbah dan ukuran kijing yang digunakan. Pola peningkatan biomassa kijing ukuran kecil seiring dengan semakin tingginya konsentrasi limbah. Pola perubahan biomassa tersebut berbeda dari kijing ukuran sedang dan besar yang memiliki pola penurunan biomassa seiring dengan semakin tingginya konsentrasi limbah. Hal ini sesuai dengan penelitian Sulistiawan (2007) yang mendapatkan hasil peningkatan biomassa kijing seiring dengan peningkatan konsentrasi kijing. Kijing yang digunakan pada penelitian Sulistiawan (2007) sebanding dengan kijing ukuran kecil hingga sedang pada penelitian ini. Perbedaan tersebut diduga terjadi akibat perbedaan jumlah kijing yang digunakan. Selain itu kijing berukuran kijing kecil memiliki pertumbuhan yang lebih cepat berada pada fase eksponensial menurut kurva pertumbuhan sigmoid (Campbell 2002). Berbeda halnya dengan penelitian Nugroho (2006) bahwa kijing besar merupakan ukuran paling efektif dalam mereduksi limbah organik. Perbedaan ini disebabkan penggunaan ukuran kijing yang berbeda dengan biomassa yang sama, sehingga jumlahnya berbeda pada penelitian ini. Sedangkan pada penelitian Nugroho (2006) digunakan ukuran yang berbeda dan jumlah individu yang sama sehingga biomassanya berbeda.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penerapan kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) ukuran kecil (6,68-31,31 gram) sebagai agen bioremediasi pada media limbah budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) menunjukkan penurunan bahan organik paling besar dalam jangka waktu 6 hari.

Saran

(33)

20

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan dan Pengembangannya. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Akinrotimi OA, Abu OMG, Aranyo AA. 2011. Environmental Friendly Aquaculture Key to Sustainable Fish Farming Development In Nigeria.

Journal Fisheries and Aquatic Science. 5(2): 17 – 31.

Arifin M. 2000. Pengolahan Limbah Hotel Berbintang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Beverigde MC. 2004. Cage Aquaculture. Third Edition. London (UK): Blackwell Publishing.

Bureau DP, K Hua. 2010. Towards Effective Nutritional Management of Waste Outputs in Aquaculture, with Particular Reference to Salmonid Aquaculture Operations. Review article. Journal Aquaculture Research. 41: 777-792.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi Jilid 1. Edisi ke-5. Jakarta (ID): Erlangga

Daphne LHX, Utomo HD, Kenneth LZH. 2011. Correlation between Turbidity and Total Suspended Solids in Singapore Rivers. Journal of Water Sustainability. 1:313-322.

Davis ML, Cornwell DA. 1991. Introduction to Enviromental Engineering. Second edition. New York (AS): Mc-Graw-Hill Inc. 822p.

Duffy LK, Scannell W, K Phyllis. 2007. Effects of Total Dissolved Solids on Aquatic Organisms: A Review of Literature and Recommendation for Salmonid Species. Journal of Environmental Sciences. 3(1): 1-6

Eaton DA, Clebceri SL, Greenberg EA. 2005. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 21st edition. Washington DC (US): American Public Health Association,.

Karkaukav VN. 1979. The Role of Filtrator Molluska Rich in Caretinoid in The Self Cleaning of Freshwater. Journal Symp Biology. 19:151-167

Kawabe M, Kawabe M. 1997. Factors Determining Chemical Oxygen Demandin Tokyo Bay. Journal of Oceanography. 53: 443-453

Komarawidjaja W. 2006. Kajian Adaptasi Kijing Pilsbryoconcha exilis sebagai Langkah Awal Pemanfaatannya dalam Biofiltrasi Pencemar Organik di Perairan Waduk. Jurnal Teknik Lingkungan. 7(2): 160-165.

(34)

21

Mackereth FJH, Heron J, and Talling JF. 1989. Water Analysis. Cumbria (UK): Freshwater Biological Association. 120 p.

Mattjik AA, M Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.

Maulana B. 2007. Efektivitas kijing taiwan (Anodonta woodiana) dalam menyerap limbah organik pada budidaya ikan sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Midlen A, TA Redding. 2000. Environmental Management for Aquaculture. Dordrecht, Nedherland (NL): Kluwer academic Publisher.

Nofdianto. 2010. Prospek Kanal Perifiton Eksterior sebagai Media Pemantau Dampak Antropogenik dan Perubahan Iklim pada Ekosistem Perairan Lentik.

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010: 272-280.

Nugroho AE. 2006. Tingkat Biofiltrasi Kijing Air Tawar (P. exilis) terhadap Bahan Organik [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Perelo LW. 2010. Review: In situ and Bioremediation of Organic Pollutants in Aquatic Sediments. Journal of Hazardous Materials. 177 : 81–89

Rouse DR. 1979. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Journal of Research and Development. Series No. 22

Sharma S. 2012. Bioremediation: Features, Strategies and Applications. Journal of Pharmacy and Life Science. 2: 2

Sidhi MP. 1998. Kijing Taiwan sebagai Biomonitoring Pencemaran Perairan oleh Herbisida Glifosat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Storer TI, RL Usinger. 1961. General Zoology. New York (US): McGraw-Hill. Sulistiawan RSN. 2007. Potensi kijing (Pilsbryoconcha exilis, Lea) Sebagai

Biofilter Perairan Di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

(35)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Wadah yang digunakan pada penelitian ini

Lampiran 2. Hasil analisis sidik ragam dari parameter TSS

Sumber Keragaman dB JK KT Fhit Ftab

Konnsentrasi limbah 3 5826,917 1942,306 2,044951 4,75706 Ukuran kijing 2 2155,167 1077,583 1,13453 5,14325

Sisa 6 5698,833 949,8056

Total 11 13680,92

Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam dari parameter TDS

Sumber Keragaman dB JK KT Fhit Ftab

Konnsentrasi limbah 3 477,014 159,0047 1,29818 4,757063 Ukuran kijing 2 381,6867 190,8433 1,558124 5,143253

Sisa 6 734,8967 122,4828

(36)

23

Lampiran 4. Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut BNT dari parameter kekeruhan

a. Analisis sidik ragam kekeruhan (H0-H6)

Sumber Keragaman dB JK KT Fhit F tab BNT

Konnsentrasi limbah 3 18748,26 6249,42 8,39 4,76 33,07 Ukuran kijing 2 3167,54 1583,77 2,13 5,14

Sisa 6 4468,14 744,69

Total 11 26383,94

b. Uji lanjut BNT antar perlakuan kekeruhan

Perlakuan Limbah 100% Limbah 50% Limbah 75% Limbah 25%

Limbah 100% 0

Limbah 50% 80,37* 0

Limbah 75% 94,03* 13,67 0

Limbah 25% 96,20* 15,83 2,17 0

Keterangan : * beda nyata: [Yi-Yi’]>BNT

Lampiran 5. Nilai suhu selama penelitian

Perlakuan Suhu pagi Suhu siang

25 21,43±1,01 20,97±1,10

[25] K 21,23±1,07 20,97±1,16

[25] S 22,07±0,78 21,79±0,92

[25] B 21,33±1,02 20,97±1,11

50 21,07±1,03 20,69±1,16

[50] K 22,13±0,68 22,07±0,77

[50] S 21,41±0,91 21,21±0,99

[50] B 21,19±0,99 20,64±1,14

75 21,17±1,03 20,59±1,18

[75] K 22,42±0,60 22,24±0,71

[75] S 21,63±0,90 21,25±1,00

[75] B 21,22±1,01 20,71±1,13

100 21,12±1,02 20,54±1.23

[100] K 21,32±0,97 20,83±1,08

[100] S 21,8±0,78 21,8±0,83

(37)

24

Lampiran 6. Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut BNT dari parameter COD a. Analisis sidik ragam COD

Sumber Keragaman Df JK KT Fhit Ftab BNT

Konnsentrasi limbah 3 3785,539 1261,846 5,469658 4,757063 18,40822 Ukuran kijing 2 221,8563 110,9281 0,480834 5,143253

Sisa 6 1384,196 230,6993

Total 11

b. Uji lanjut BNT antar perlakuan COD

Perlakuan Limbah 100% Limbah 75% Limbah 25% Limbah 50%

Limbah 100% 0

Limbah 75% 19,60533* 0

Limbah 25% 37,74933* 18,144 0

Limbah 50% 46,17333* 26,568 8,424 0

Keterangan = *beda nyata:[Yi-Yi’]>B T

Lampiran 7. Nilai oksigen terlarut (Dissolved oxygen atau DO) selama penelitian

Perlakuan DO pagi DO siang

25 4,39±0,43 4,45±0,41

[25] K 4,37±0,33 4,21±0,55

[25] S 4,26±0,52 3,89±0,72

[25] B 4,20±0,55 3,90±0,54

50 4,49±0,45 4,23±0,49

[50] K 4,41±0,48 4,0±0,70

[50] S 4,53±0,44 4,22±0,63

[50] B 4,26±0,54 3,94±0,51

75 4,09±0,34 4,05±0,42

[75] K 4,04±0,63 3,69±0,63

[75] S 4,48±0,55 4,73±0,50

[75] B 4,17±0,45 4,09±0,43

100 4,05±0,46 3,95±0,45

[100] K 3,99±0,65 3,77±0,67

[100] S 4,41±0,52 4,18±0,62

(38)

25

Lampiran 8. Hasil analisis sidik ragam dari parameter amonia

Sumber Keragaman dB JK KT Fhit Fftab

Konnsentrasi limbah 3 0,007742 0,002581 0,400823 4,757063 Ukuran kijing 2 0,008672 0,004336 0,673486 5,143253

Sisa 6 0,038631 0,006438

Total 11 0,055045

Lampiran 9. Nilai pH selama penelitian

Perlakuan pH pagi pH siang

25 5,13±0,47 4,67±0,62

[25] K 5,04±0,56 4,88±0,59

[25] S 5,29±0,49 5,04±0,54

[25] B 4,99±0,53 4,70±0,65

50 5,36±0,55 5,17±0,60

[50] K 5,62±0,46 5,55±0,48

[50] S 5,33±0,51 5,11±0,59

[50] B 5,47±0,53 5,26±0,58

75 5,64±0,56 5,41±0,61

[75] K 5,88±0,47 5,87±0,44

[75] S 5,83±0,46 5,30±0,55

[75] B 5,45±0,50 5,08±0,64

100 5,67±0,58 5,45±0,59

[100] K 5,85±0,48 5,69±0,53

[100] S 5,83±0,47 5,74±0,50

(39)

26

Lampiran 10. Nilai kelangsungan hidup kijing lokal (P.exilis)

Perlakuan SR

[25] K 100%

[25] S 100%

[25] B 100%

[50] K 100%

[50] S 88%

[50] B 100%

[75] K 100%

[75] S 100%

[75] B 100%

[100] K 100%

[100] S 100%

[100] B 100%

Lampiran 11. Nilai perubahan biomassa kijing lokal (P.exilis)

Perlakuan Bobot awal (Gram)

Bobot akhir (Gram)

Perubahan bobot

(Gram) %

[25] K 349,78 344,48 -5,30 -2%

[25] S 350,37 352,87 2,50 1%

[25] B 352,7 367,72 15,02 4%

[50] K 350,68 353,9 3,22 1%

[50] S 350,96 311,93 -39,03 -11%

[50] B 352,9 358,34 5,44 2%

[75] K 350,15 353,27 3,12 1%

[75] S 350,58 342,79 -7,79 -2%

[75] B 351,45 348,01 -3,44 -1%

[100] K 350,4 357,61 7,21 2%

[100] S 350,09 340,98 -9,11 -3%

(40)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dudi Muhammad Wildan, anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Karawang pada tanggal 20 April 1991. Penulis tinggal di Jalan Rangga Gede no.44. Perumahan Gempol Permai, Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ayah penulis bernama Drs. H. Hamdani, MM berasal dari daerah Karawang, Jawa barat dan Ibu bernama Ucu Nursalamah, S.Pd berasal dari daerah Karawang, Jawa Barat. Penulis memiliki dua saudara bernama Dede Rahmatulloh dan Dikka Muhammad Ramadhan.

Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Sebelumnya penulis menimba ilmu di SD Negeri 1 Tanjung Pura dari tahun 1998-2003, SMP Negeri 3 Karawang dari tahun 2003-2006, dan SMA Negeri 5 Karawang dari tahun 2006-2009.

Gambar

Gambar 1. Bagan alir perumusan masalah
Gambar 2.
Gambar 4. Limbah organik budidaya ikan sidat (Anguilla sp.)
Gambar 6. Grafik nilai TDS selama penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menguraikan tentang proses analisis data seperti analisis penetuan lokasi penelitian, analisis data hujan, analisis debit banjir, pemodelan kolam retensi, perhitungan

Dengan pemilihan metode tutor sebaya yang mempunyai ciri khas belajar berkelompok dan yang menjadi gurunya adalah teman sebaya diharapkan siswa semakin semangat

ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara individu dan klasikal. Hasil Belajar Siswa Gambar 1menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas sampel

disalurkan pemerintah pusat ke daerah adalah dana alokasi khusus (DAK). DAK yang diterima Kota Pekalongan sebagian dapat digunakan untuk menutupi biaya pengelolaan

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan pertolongan dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul

Van Lange, Handsbook of Theories of Social Psychology Vol.2 (pp. London: SAGE Publications. Teori dan Praktek Konseling&amp; Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Methods

Kesimpulan yang didapat dari evaluasi sistem web ini adalah: (1) Penggunaan user interface berbasiskan web mempermudah administrator untuk mengatur penggunaan hak akses internet;

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Erika Pratiwi meneliti tentang gaya bahasa pada berita serta rancangan terhadap