• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi antarpribadi pengasuh dan santri pondok pesantren Al-Idrus KalangAnyar Lebak Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi antarpribadi pengasuh dan santri pondok pesantren Al-Idrus KalangAnyar Lebak Banten"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Komunikasi antarpribadi dalam sebuah lembaga pendidikan berbasis pesantren yang merupakan akar budaya pendidikan tradisional islam di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian pembinaan yang diberikan pada peserta didiknya. Santri yang notabene adalah remaja masih labil dari segi kematangan psikologis, sosiologis maupun biologis memerlukan bimbingan yang intens dan mendalam, agar mereka bisa dituntun menghadapi dunia yang sbenarnya.

Dalam proses belajar mengajar, tentunya dinamika prilaku santri perlu diperhatikan. Santri yang notabene adalah para remaja mengalami perkembangan dan pertumbuhan secara fisik dan nonfisik atau psikisnya. Hal ini memerlukan bimbingan yang intens dan efektif. Bagaimana pesantren menghadapi dan mengatasi prilaku santri, menjadi menarik untuk diamati dan diteliti

Beberapa teori komunikasi yang digunakan adalah strategi komunikasi, fungsi Komunikasi, bentuk komunikasi dan teori tentang pesantren, elemen pesantren, latar belakang berdirinya pesantren serta metode pembelajaran pesantren.

Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan fenomena lapangan dengan melakukan observasi langsung, melakukan wawancara dan mencari data-data pendukung, seperti data-data pesantren mengenai jumlah santri, program pesantren dan lain-lain.

(2)

KATA BPENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin ribuan puji dan syukur nampaknya tidak akan cukup mengungkapan rasa terimakasih yang begitu mendalam atas karunia yang diberikan Allah SWT kepada penulis.

Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan alam, pembawa kabar gembira, pengibar bendera kedamaian untuk seluruh dunia melalui agama islam yang sempurna.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini penuli haturkan kepada:

1. Bapak Dr.Arief Subhan,M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Drs.Jumroni,M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 3. Ibu Umi Musyarofah,M.A. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam

2. Kepala beserta staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu menyediakan buku-buku referensi.

3. Ibu Dr.Roudhonah,M.A. selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk membantu penulis menyelesaikan skrpsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan banyak bimbingan dan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis.

(3)

tercinta, Zahriyah, Zahrudin, Daelami Jalaluddin Zaenul Arifin dan si bungsu Tobibuddin. paman bibi dan saudara yang banyak mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan KPI 2005 A B C D, Kikim, Zul, Lefi, Gofur, tedi, silma, Makhsis, Fauzan, rijal dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

7. KH. Tata Fathurrachman selaku Ketua umum YPI Al-Idrus yang telah memberikan izin dan meluangkan waktu untuk penulis guna keperluan Penelitian di lapangan.

8. Guru dan senua orang yang telah memberikan pelajaran bagi penulis dari kecil hingga penulis menjadi seperti sekarang ini.

9. Tim Penguji siding Munaqasah yang telah melakukantugasnya dengan baik serta memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis.

Mudah-mudahan jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan dan ikut serta membantu kearah kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dan juga bermanfaat bagi orang banyak dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat.

Akhirnya kesempurnaan hanya milik Allah dan kita sebagai manusia tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu, begitu pula skripsi ini yang tidak luput

(4)

iv

dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap semoga dari ketidak sempurnaan itu akan hadir kebaikan untuk semua Amin .

(5)

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metode Penelitian... 7

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KOMUNIKASI DAN PESANTREN A. Komunikasi Antarpribadi... 10

1. Pengertian Komunikasi ... 10

2. Komunikasi Antarpribadi... 12

3. Strategi Kendali Komunikasi ... 14

4. Unsur-unsur Komunikasi ... 16

5. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi... 19

6. Gaya Komunikasi... 20

B. Pesantren ... 22

1. Pengertian Pesantren ... 22

2. Elemen Pesantren ... 24

3. Bentuk-bentuk Pondok Pesantren ... 28

(6)

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-IDRUS

A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Idrus ... 30

B. Rekapitulasi Santri, Ustad dan Staf Pengurus ... 32

C. Alamat Pondok Pesantren Al-Idrus ... 33

D. Visi, Misi, Tujuan dan Motto ... 33

E. Aktifitas Pesantren... 34

F. Jenjang Pendidikan ... 35

G. Aktifitas Harian Pesantren Al-Idrus... 35

H. Aktifitas Tahunan... 36

I. Susunan Kepengurusan... 37

BAB IV PELAKSANAAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PENGASUH DAN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-IDRUS A. Komunikasi Antarpribadi Pengasuh dan Santri Pondok Pesantren Al-Idrus... 40

1. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarpribadi ... 40

2. Bentuk Pesan... 49

3. Jaringan Komunikasi... 51

B. Penghambat dan Pendukung ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Saran-saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN...

(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari satu sumber atau komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Masih banyak definisi mengenai komunikasi yang di sampaikan oleh beberapa ahli komunikasi, masing-masing mempunyai definisi dan cirri khas tersendiri.

Komunikasi menjadi sesuatu yang amat penting, hidup manusia tidak bisa lepas dari komunikasi, karena manusia sendiri adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi. Posisi komunikasi juga menjadi sangat penting di dunia pendidikan, karena dalam mentransformasikan sebuah ilmu pengetahuan, seorang guru menggunakan komunikasi kepada murid.

Dalam kehiupan sehari-hari, Komunikasi merupakan salah satu karunia yang diberikan Allah SWT kepada manusia, hal tersebut termaktub di dalam al-Qur’an surat ar-Rahman ayat 1-4 :

(9)

(Tuhan) yang Maha pemurah,Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia

menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.1”

Manusia diajarkan berkomunikasi melalui bahasa, baik itu berupa bahasa lisan maupun bahasa tubuh. Dengan karunia ini tercipta hubungan antara satu manusia dengan manusia lain. Interaksi berjalan dengan kemampuan komunikasi yang diberikan oleh Allah SWT.

Komunikasi dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Salah satunya pada aspek pendidikan, terjadi interaksi antara guru dan murid sebagai proses penyampaian informasi berupa ilmu pengetahuan. komunikasi yang dilakukan bukan hanya berfokus pada penyampaian pelajaran. Di samping itu juga diperlukan pembinanan mental dan akhlakul karimah supaya anak didik bukan hanya cerdas secara emosional namun secara spiritual juga.

Apabila komunikasi yang dilakukan bertujuan memberikan pengaruh positif pada tingkatan psikologis, maka penanganannya akan sangat sesuai dilakukan antara hati kehati. Dalam bidang ilmu komunikasi pendekatan antar satu individu dengan individu lain disebut komunikasi antarpribadi, maka amat penting komunikasi antarpribadi di lakukan pada dunia pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun nonformal, tradisional ataupun modern.

Di Indonesia, kita mengenal pendidikan berbasis Islam yaitu pesantren. Pesantren dilihat dari fungsinya sebagai lembaga pendidikan tradisional, tempat

1

(10)

3

pembelajaran, pendalaman penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam yang menerapkan pentingnya moral keagamaan2.

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki corak yang khas, yaitu nuansa keagamaan yang kental. Sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia yang dapat dihubungkan pertalian keilmuan dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam di berbagai belahan dunia.

Dari masa ke masa pesantren masih bisa bertahan dengan kekhasannya tersebut, pembelajaran di dalam pesantren, selain mempelajari ilmu agama pada perekmbangannya kini mulai memperbaharui wawasan santri didiknya dengan ilmu pengetahuan umum, tujuannya tidak lain memberikan santri didik yang siap menghadapi masa yang semakin maju disegala bidang pengetahuan dan teknologi.

Situasi zaman yang semakin maju juga berdampak pada kehidupan masyarakat. Dampak yang sangat dikhawatirkan adalah ketika generasi muda diterpa arus kemajuan zaman yang masuk kedalam sendi-sendi kehidupan, dari mulai cara pandang sampai dengan prilaku generasi penerus tersebut. Tradisi dan budaya barat yang tidak sesuai dengan adat ketimuran semakin mudah di transformasikan pada remaja melalui media.

Dampak dari perkembangan teknologi informasi dan transportasi, dunia dewasa ini mengalami perubahan yang sering disebut era globa3, dalam kondisi seperti ini dunia sangat transparan, tidak ada lagi penghalang antara Negara satu dengan Negara lain, benua satu dengan benua lain. Factor ini yang kemudian akan menghawatirkan sekali ketika budaya dan pengaruh negatif suatu bangsa

2

Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : Inis, 1994) h.55

3

(11)

disusupkan ke bangsa lain. Dalam hal ini bangsa Indonesia yang sangat menghormati nilai luhur dan budi pekerti, lebih khusu lagi nilai keagamaan.

Agama Islam sebagi salah satu bagian dari komunitas penduduk dunia yang memiliki paradigma rahmatan lil alamin, tentu memiliki tanggung jawab atas berbagai benturan akibat konsekwensi modernisasi, diantaranya dampak negatif yang ditimbulkan modernisasi.

Pesantren yang termasuk bagian dari tataran kebudayaan Islam dan merupakan anggota masyarakat secara keseluruhan juga mau tidak mau harus ikut merasakan dampak tersebut, karena imbas dari modernisasi juga menjadi sebuah penghambat peradaban doktrin-doktrin pesantren. Hal ini juga menjadi sebuah ujian bagi dunia psantren sekaligus menjadi tantangan eksistensi masa depan pesantren.

Ulama atau kiyai sebagai salah satu bagian yang sangat penting bagi keberadaan pesantren, bila dilihat dari kemampuannya sebagai orang yang pandai atau faham masalah agama secara dalam,mereka taat beribadah, memiliki sifat-sifat wara’(sungguh dan rendah hati) memiliki integritas pribadi yang tinggi, berperan penting dalam proses pembelajaran santri disebuah pesantren, karena kiyai sebagai sosok sentral pada tatanan pendidikan pesantren.

(12)

5

Proses pendidikan di Pesantren tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal lainnya, maka pembekalan ilmu agama yang belakangan disesuikan dengan kebutuhan masa kini seperti teknologi informasi, dan bila pembekalan agama dan ilmu pengetahuan secara sinergis akan melahirkan santri-santri yang tidak hanya siap pakai tapi juga bisa melanjutkan kejenjang yang mereka inginkan, untuk bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat.

Dalam proses pembinaan terhadap para santri diperlukan pendekatan yang intens guna mengkontrol, mengarahkan dan memecahkan masalah-masalah yang dianggap kecil hingga dapat mengakibatkan masalah yang lebih besar. Disinilah komunikasi antarpribadi sangat diperlukan oleh para santri. Dengan komunikasi antarpribadi santri dapat diajak berdialog, konsultasi dan berbagi masalah, tujuannya adalah menciptakan suasana harmonis dan pemecahan masalah yang dapat mengakibatkan penurunan motivasi belajar santri didik.

(13)

Dalam proses belajar mengajar, tentunya dinamika prilaku santri perlu diperhatikan. Santri yang notabene adalah para remaja mengalami perkembangan dan pertumbuhan secara fisik dan nonfisik atau psikisnya. Hal ini memerlukan bimbingan yang intens dan efektif. Bagaimana pesantren menghadapi dan mengatasi prilaku santri, menjadi menarik untuk diamati dan diteliti.

Dari latar belakang di atas, penulis ingin mengangkat sebuah judul yaitu “Komunikasi Antarapribadi Pengasuh dan Santri di Pondok Pesantren Al-Idrus Kalanganyar, Lebak Prov. Banten ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada komunikasi antarpribadi kiayi dan ustad terhadap santri, dan santri yang dimaksud adalah santri tingkat Wusto’. Adapun pembatasan masalahnya yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan komunikasi antar pribadi pengasuh terhadap santri?

2. Apa pendukung dan penghambat komunikasi antarpribadi pengasuh terhadap santri?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian :

a. Mengetahui Bagaimana komunikasi antar pribadi pengasuh terhadap santri di Pondok Pesantren Al-Idrus

(14)

7

2. Manfaat Penelitian : a. Manfaat Akademis

1) Untuk tambahan referensi atau bahan perbandingan bagi pengembangan keilmuan yang sesuai dengan bidangnya

2) Menambah Studi mengenai pola Komunikasi pada lembaga pendidikan Islam, khususnya jurusan KPI dan fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi pada umumnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bahan panduan dan pertimbangan bagi para Pengasuh dan semua elemen Pesantren

2) Memberikan sumbangsih bagi pengembangan wacana dakwah.

D. Metodologi Penelitian 1) Metode Penelitian

Menurut Arikunto pedekatan kualitatif menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara4. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif, Pada penelitian ini digambarkan sebuah fenomena lapangan terhadap Pondok Pesantren Al-Idrus melalui pengamatan langsung dan dilakukan wawancara pada subyek yang telah ditentukan yaitu kiayi, ustad dan santri. kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil untuk mendapatkan tujuan penelitian.

2) Tempat Penelitian

4

(15)

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Idrus Ds.Aweh Kec. Kalanganyar Kab.Lebak Propinsi Banten

3) Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini elemen dari pondok pesantren secara keseluruhan, dan sample yang di pakai adalah kiayi, satu orang ustad dan delapan orang santri.

4) Subyek dan obyek Penelitian

Obyek Penelitian ini adalah Pondok Pesantren Al-Idrus sedangkan subyek penelitiannya adalah Pengurus dan Santri Al-Idrus

5) Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data di lapangan dilakukan beberapa tehnik, diantaranya:

a) Observasi, yaitu pengamatan secara langsung di Pondok Pesantren Al-Idrus selama kurang lebih satu bulan oleh peneliti.

b) Wawancara, yaitu percakapan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh oleh penulis kepada kiayi, ustadz dan beberapa santri Pondok pesantren Al-Idrus,.

(16)

9

Adapun penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang di susun oleh tim penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan secara singkat mengenai pembahasan Skripsi, maka disusunlah menjadi lima bab, yang masing-masing dirinci sebagai garis besar sebagai berikut :

Bab I : Kesatu berisikan pendahuluan yang Membahas latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian.

Bab II : Kedua memuat tentang kerangka teori, seputar teori-teori Komunikasi, unsur komunikasi, fungsi dan gaya komunikasi. Karakteristik, pengertian dan fungsi Pesantren, elemen dan bentuk-bentuk pesantren

Bab III : Memuat gambaran umum pondok pesantren,seperti sejarah berdiri, visi misi , motto dan profil struktur pengurus pondok pesantren.

Bab IV : Memuat analisis teori, komunikasi antarpribadi pengasuh dan santri di pondok pesantren Al-idrus. Penghambat dan pendukung komunikasi antarpribadi

(17)
(18)

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PESANTREN

A. Komunikasi Antar Pribadi 1. Pengertian Komunikasi.

Secara etimologis kata komunikasi berasal dari kata latin yaitu cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa Inggris menjadi communion yang berarti kebersamaan, persatuan, gabungan, persekutuan pergaulan, hubungan.5 Karena untuk melakukan communion diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahu sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran. Kata kerja

communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communication, atau dalam bahasa Inggris communication, dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi. 6 Kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication

secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu Communicare yang berarti “Partisipasi atau memberitahukan”.7

5

Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2000) Cet.ke-4.h.3-4

6

Agus M. Hardjana. Komunikasi interpersonal dan intra personal. 2003. PT KANISIUS (Anggota IKAPI)Yogyakarta.. Hal-9

7

Astrid. S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek. (Bandung: Bandar Maju, 1992).Cet ke-1.h.67.

(19)

Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal kata komunikasi, maka secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran fikiran atau hubungan.8

Menurut William Albig (1939) komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.9 Kemudian Hoveland merumuskan komunikasi merupakan proses dimana seorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk merubah prilaku orang lain.10

Komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang. Gagasan itu diolahnya menjadi pesan dan dikirimkan melalui media kepada orang lain sebagai penerima, penerima menerima pesan, dan sesudah mengerti isi pesan itu pengirim pesan dapat menilai efektifitas pesan yang dikirimkannya. Berdasarkan tanggapan itu pengirim dapat mengetahui apakah pesannya dapat dimengeti dan sejauh mana pesannya dimengerti oleh orang yang dikirimi pesan itu.

Secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai “kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh mana kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya”.11

8

Astrid. S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek……..., Hal-10

9

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas.2006, Jakarta.PT.RajaGrafindo Persada. Hal-25

10

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas………., Hal-26

11

(20)

12

Pertukaran makna menjadi bagian yang terdalam pada kegiatan komunikasi, karena yang disampaikan orang dalam komunikasi bukan sekedar kata-kata, tetapi arti dari suatu simbol kata-kata. Yang ditanggapi oleh orang dalam komunikasi bukan kata-kata, tetapi makna dari kata tersebut. Karena dalam prosesnya komunikasi merupakan interaksi, maka komunikasi merupakan kegiatan yang dinamis.12

Dari pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan dari satu individu kepada individu lain dan bisa menghasilkan umpan balik atau respon. Komunikasi merupakan alat untuk mewujudkan interaksi antara sesama manusia dalam rangka saling memberi informasi demi terciptanya saling memahami dan sebagai bentuk penyatuan persepsi dari berbagai hal atau masalah yang dihadapi dalam setiap sendi kehidupan umat manusia.

Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita hidup bersahabat, mengemukakan pendapat belajar dan lain-lain.

2. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi dipandang dari segi jumlah komunikan dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu: komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.13 Jika komunikasi dititik beratkan pada sifat pesan, maka komunikasi dapat dibagi pada dua

12

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas………., Hal.11

13

(21)

jenis yaitu komunikasi persona (isinya bersifat pribadi) dan komunikasi massa (komunikasi yang menggunakan media massa).14

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung tatap muka , bisa juga melalui medium telepon.15

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antar orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik sedangkan makna, yaitu sesuatu yang di pertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.16

Menurut Devito, komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.17

Dari beberapa definisi komunikasi antarpribadi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara individu dan efek yang dihasilkan sangat efektif untuk mempengaruhi lawan bicara, karena respon dari pesan yang

14

Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas…….., hal-31

15

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Lembaga Penelitian(Jakarta. UIN Jakarta dan UIN Press.2007.)cet-1 hal. 7

16

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Lembaga Penelitian……., hal. 7

17

(22)

14

disampaikan bersifat langsung hingga komunikator dapat langsung mengembangkan pesan selanjutnya untuk semakin memperlancar tujuan yang diinginkan.

3. Strategi Kendali Komunikasi

Budiyatna dan Nina Mutmainah menyatakan dalam bukunya komunikasi Antarpribadi, untuk mendapatkan respon yang diinginkan dari komunkator lain dalam transaksional komunikasi maka sebagai komunikator harus mengerti strategi-strategi kendali komunikasi utama, diantaranya :

a) Strategi Wortel Berayun

Strategi ini digunakan untuk dapat menambah probabilitas untuk mendapatkan respon yang diinginkan apabila kita mampu untuk memberikan imbalan kepada seseorang supaya ia memberikan respon yang diinginkan, dan penambahan probabilitas respon yang diinginkan dengan asumsi komunikator akan mengulangi perilaku yang sama dengan perilaku yang mendapatkan imbalan. Contoh hadiah, pujian dan

b) Strategi Pedang Tergantung

Strategi ini digunakan untuk mengurangi probabilitas respon yang tidak diinginkan. Maksud dari strategi ini adalah seorang komunikator bisa menghukum pihak lainnya supaya orang tersebut mengurangi atau membatasi perilaku yang tidak disenangi si penghukum. Contohnya adalah ancaman

(23)

Strategi ini digunakan hanya untuk mengingatkan lawan bicara agar mau melakukan apa yang dikatakan, lawan bicara diharapkan untuk berbuat atas dasar kesadarannya sendiri tanpa ada imbalan atau hukuman. Komunikator memberikan rangkaian pesan untuk merangsang suatu proses namun tindakan selanjutnya sepenuhnya ditentukan pihak yang jadi lawan bicara. Contohnya adalah nasihat.

d) Strategi Kembar Siam

Strategi ini hanya bisa diterapkan pada hubungan yang telah terbina, dalam arti kedua belah pihak sangat bergantung satu sama lain. Strategi ini berlaku bagi dua komunikator yang memiliki jumlah kendali yang sama..

e) Strategi Dunia Peri

Strategi yang mengharapkan respon yang dihasilkan sesuai dengan keinginannya, walaupun pada kenyataannya semua itu hanya hayalan. Khayalan semacam ini memberikan semacam hiburan dari rasa cemas, tetapi memiliki sedikit dasar realitas dan tidak dapat dianggap sebagai pengganti dari strtegi kendali. Komunikator yang menggunakan strategi ini sulit menerima keterbatasan kemampuannya untuk mendapatkan respon yang diinginkan. Contohnya selalu menganggap baik semua orang. Cara yang digunakan strategi ini adalah mengabaikan respon yang tidak diinginkan dan memutarbalikkan respon yang tidak diinginkan dengan memberikan penafsiran positif. 18

18

(24)

16

4. Unsur-unsur Komunikasi

Menurut Agus M. Hardjana, Dalam komunikasi terdapat tujuh unsur pokok19, yaitu :

a). Pihak yang mengawali komunikasi

Pihak disebut pengirim (sender) pengirim ini menjadi sumber atau asal pesan. Pengirim adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain, dalam kelompok kecil(small group), atau kelompok besar (mass).

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi.20

b). Pesan yang di komunikasikan

Pesan yang dikomunikasikan adalah pesan yang berarti dan informatif. Arti dapat bersifat material, informatif bila pesan itu mengandung peristiwa, data, fakta atau penjelasannya.

c). Saluran yang digunakan dalam komunikasi

Setelah dikemas pesan itu dapat disampaikan melalui saluran atau media, pengirim dapat memilih media lisan, tertulis atau elektronik

d). Situasi saat komunikasi dilakukan

Komunikasi terjadi pada situasi, tempat, waktu, cuaca, iklim dan keadaan psikologis tertentu. Situasi merupakan konteks atau arena tempat

19

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intra personal dan Interpersonal, hal. 12

20

(25)

komunikasi berlangsung. Situasi itu dapat ilmiah, terjadi dengan sendirinya. atau direkayasa dibuat oleh manusia. Situasi itu dapat resmi-formal, tetapi jga dapat tidak resmi-formal. Dengan kata lain keadaan dimana manusia berhubungan bisa terjadi sengaja atau tidak disengaja. Dan situasi dimana komunikasi berlangsung akan sangat berpengaruh terhadap hasil, atau tujuan yang ingin dicapai masing-masing komunikan.

e). Pihak yang menerima pesan

Orang atau pihak yang menerima pesan dalah orang yang diajak bicara, biasa disebut penerima (receiver) pihak ini termasuk salah satu unsur yang penting, karena tidak akan tercipta sebuah komunikasi apabila tidak ada penerima, bila tidak ada penerima pesan maka tidak akan ada umpan balik.

Penerima menerima pesan dengan indra terutama melalui pendengaran dan penglihatan, begitu menerima kode, lambang baik verbal ataupun non verbal, penerima membuka memori yang didapat dari pengalaman , seperti pendidikan, pergaulan, pengasuhan yang pernah dirasakan. Dan berdasarkan memori tersebut maka penerima menafsirkan kode yang diterimanya.

f). Umpan balik

(26)

18

serta mengerti isi pesan dengan baik serta memberi tanggapansebagaimana yang diinginkan pengirim. Negatif apabila penerima menunjukan bahwa penerima tidak bisa menerima dengan baik pesan yang diterimanya, hal ini bisa benar bisa salah, benar jika isi atau penyampaian pesan dilakukan secara benar, serta penafsiran dan penerjemahan penerima juga benar. Salah jika isi pesan dan cara penyampaian disampaikan dengan benar, namun penafsiran dan penerjemahan penerima salah. Umpan balik negatif ini bisa menjadi sebuah bahan pertimbangan bagi pengirim pesan, untuk memperbaiki pesan atau bahkan membatalkannya.

g). Gangguan yang terjadi waktu komunikasi berlangsung

Dalam proses komunikasi dua arah ini tentu akan ada gangguan yang dapat menghambat kelancaran komunikasi. Gangguan komunikasi ini menurut hardjana, meliputi:

1) Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, udara atau iklim, hingga mengganggu salah satu atau dua pihak yang berkomunikasi.

(27)

5. Fungsi Komunikasi

Masih menurut Agus M. Hardjana.21 fungsi komunikasi dapat dilihat dalam hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, ditempat kerja dan dalam masyarakat.

Kaitannya dengan komunikasi antarpribadi, maka dalam hidup pribadi melalui komunikasi kita dapat:

a. Menjelaskan perasaan, isi pikiran, dan perilaku kita sendiri.

b. Semakin menganal diri, dengan komunikasi kita dapat mengenal isi hati, pikiran dan perilaku kita, dan mendapat umpan balikdari rekan komunikasi kita tentang emosi, pikiran, kehendak, cita-cita dan perilaku kita.

c. Mengungkapkan perasaan dan gagasan kita, komunikasi bisa menjadi alat untuk melepaskan beban mental dan psikologis sehingga kita mendapatkan keseimbangan hidup kembali.

6. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

Diantara bentuk komunikasi memiliki masing-masing karakteristik, maka karakteristik komunikasi antarpribadi bisa dilihat sebagai berikut:

Menurut Roudhonah ada lima karakteristik dalam komunikasi antarpribadi, Diantaranya:

a. Sifatnya yang dua arah/ timbal balik (two way traffic communication). Karena dilakukan secara langsung sehingga masalah dapat cepat diatasi dan dipecahkan bersama.

21

(28)

20

b. Feedbacknya langsung, tidak tertunda. Karena berlangsungnya komunikasi tersebut langsung, maka umpan baliknya pun dapat seketika itu di ketahui.

c. Komunikator dan komunikan dapat bergantian fungsi, sekali waktu menjadi komunikator dan sekali waktu pula menjadi komunikan.

d. Bisa dilakukan secara spontanitas, maksudnya tanpa direncanakan terlebih dahulu.

e. Tidak terstruktur, maksudnya masalah yang dibahas tidak mesti berfokus, melainkan mungkin hal-hal yang tidak dalam rencana juga masuk dalam pembicaraan.

f. Komunikasi ini lebih banyak terjadi antara dua orang, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada pada sekelompok kecil orang22

7. Gaya Komunikasi

Setiap individu memiliki cara untuk berkomunikasi menurut cara masing-masing. Cara tersebut mempengaruhinya dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Ada individu yang berpikiran sempit, kaku dan simplistic, ada pula individu yang berpikiran terbuka dan mampu melihat perbedaan yang ada diantara para pelaku komunikasi dan menyesuaikan diri dengan apa yang dihadapinya, cara penyesuaian seperti ini disebut gaya kognitif. Gaya kognitif adalah cara-cara yang khas dimana individu membangun atau membentuk keyakinan dan

22

(29)

sikapnya tentang dunia sekitarnya dengan cara-cara individu tersebut memberk reaksi atas informasi yang masuk atau diterima23

Adapun gaya kognitif itu sendiri terbegi menjadi dua yang pertama gaya kognitif tertutup dan gaya kognitif terbuka.

a. Gaya Kognitif tertutup

Gaya kognitif tertutup adalah gaya pemikiran yang sempit, kaku dan simplistis. Gaya kognitif tertutup ini memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1) Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi.

2) Berpikir simplistic, artinya berpikir hitam putih tanpa nuansa. 3) Berpikir lebih banyak pada sumber pesan dari pada isi pesan.

4) Mencari informasi tentang kepercayaaan orang lain bukan dari sumber kepercayaan orang lain.

5) Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh system kepercayaannya.

6) Menolak, mengabaikan dan mendistorsi juga menolak pesan yang tidak konsisten dengan kepercayaannya.24

b. Gaya Kognitif terbuka

Yaitu gaya yang melihat perbedaan-perbedaan yang ada diantara pelaku komunikasi dan menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut, adapun karakteristik gaya kognitif terbuka diantaranya:

23

M. Budiatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi……., h. 102

24

(30)

22

1) Menilai pesan secara obyektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.

2) Membedakan dengan mudah, melihat nuansa dan lai-lain. 3) Berorientasi pada isi.

4) Mencari informasi dari berbagai sumber

5) Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

6) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.

B. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh Yasmadi, Pesantren bila dirunut dari bentuk kata, berasal dari kata santri dengan diapit awalan pe- dan akhiran –an ini mngindikasikan pesantren sebagai tempat tinggal para santri.25 Sedangakan kata “santri”, menurut Nurcholis Madjid kata santri ini bisa dilihat dari dua pendapat.26 Pertama, pendapat yang yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari bahasa sansakerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan pada kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa arab. Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, kata santri berasal dari bahasa India yang berarti orang-orang

25

Clifford Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Pandangan Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin (judul asli ; The Religion of Java), cet. Ke-2, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983), hal. 268

26

(31)

yang tahu buku-buku suci agama Hindu,27 atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci agama atau buku tentang pengetahuan umum.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berartiseseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guruini pergi menetap.28

Di Indonesia sebutan Pesantren lebih popular disebut pondok pesantren, berbeda dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa arab yaitu Funduq, yang berarti asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.29

Dari pengertian terminologi Pesantren secara historis kultural lahir dari budaya Indonesia. Menurut Nurcholis Madjid pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, namun juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, cikal bakal pesantren sudah ada sejak masa hindu-budha, dan Islam datang dan tinggal meneruskan. Melestaraikan, dan mengIslamkannya. 30

Pesantren disamping sebuah asrama atau tempat tinggal santri, juga menjadi sebuah lembaga pengembangan studi keIslaman, diman banyak ilmu agama baik dibidang Fiqih, nahwu, sharaf dan ilmu lainnya di kaji dan didalami pemahamannya untuk kemudian di bawa pada masyarakat melalui santrinya sebagai duta pesantren.

27

Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-6 (Jakarta: LP3ES, 1994), hal.18

28

Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005) Cet. Ke-2

29

Hasbullah, SejarahPendidikan Islam di Indonesia; Lintasan sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 138

30

(32)

24

Hal ini menjadi nilai tambah bagi keberadaan pesantren ditengah semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia.

2. Elemen Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan , memiliki elemen yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen dari pesantren tersebut meliputi kiyai, santri, pondok, masjid dan pengajaran kitab-kitab klasik atau sering disebut kitab kuning.31

M. Arifin mengklasifikasikan perangkat pesantren meliputi pelaku pesantren seperti kiyai, santri. Perangkat keras pesantren meliputi asrama, pondok, masjid dan sebagainya. Dan perangkat lunak lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya.32

Adapun mengenai elemen pesantren yang disebutkan diatas, akan dibicarakan sebagai berikut :

a) Kiayi

Kiayi atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren di Jawa dan Madura

Menjadi sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, dan berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat dilingkungan pesantren. Disamping

31

Amin Haedari, Abdullah Hanif dkk. Masa depan Pessantren. Dalam tantangan modernitas dan tantangan kompleksitas global.(Jakarta: IRD PRESS.2004) Cet. Ke-1

32

(33)

itu, kiayi pondok pesantren biasanya juga sekaligus sebagai pendiri dari pesantren yang bersangkutan. Oleh karena itu sangat relevan jika dalam perkembangannya, kiayi menjadi sosok yang sangat berperan penting bagi pesantren.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, perkataan kiyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda. Pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap saktidan kramat. Misalnya Kiyai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta. Kedua sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agamaIslam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren.dalam hal ini pengertian ketiga disebut sebagai acuan bagi pengertian kiayi yakni sebagai apresiasi masyarakat kepada seorang pimpinan pesantren.

b) Pondok

Sesuai dengan pengertian pondok pesantren yang telah dikemukakan di awal. Pondok bisa didefinisikan sebagai asrama atau tempat tinggal para santri, sarana yang berada di sekitar komplek pesantren, seperti rumah kiayai, tempat pengajian, dan ruang bagi keiatan agama lain yang dipergunakan oleh pihak pesantren. Pondok kemudian menjadi sebuah ciri khas bagi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya.

(34)

26

untuk tidur bagi santri namun juga digunakan sebagai tempat memasak dan mengaji sesam santri. Berbeda dengan pesantren modern yang menggunakan pondok hanya untuk tempat tidur, karena kegiatan makan diberikan fasilitas kantin.

c) Masjid

Masjid pada masa nabi menjadi pusat kegiatan agama, maka dalm hal ini pesantren yang diasuh oleh kiayai yang merunut system yang dilakukan nabi menjadikan masjid sebagai tempat pusat kegiatan, beberapa kegiatan kajian agama seperti pengajian, sehubungan dengan itu pula umat Islam dimanapuh berada selalu menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan mereka khususnya yang berkaitan dengan agama misalnya untuk perkumpulan, kajian, usyawarah dan lainnya.

d) Santri

(35)

santri yang berasal dari desa sekitar pesantren. Mereka tidak menetap dipesantren mereka berada dipesantren hanya bila ada tugas pesantren atau kegiatan pesantren saja.Apabila sebuah pondok pesantren memiliki santri mukim lebih banyak, maka pesantren tersebut dikategorikan pesantren besar.33

e) Pengajaran Kitab Kuning

Pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam tradisional, telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab tanpa syakal stau sering disebut kitab Gundul.kitab kuning ini satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas pesantren di Indonesia.

3. Bentuk-bentuk Pondok Pesantren

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional dalam perkembangannya dikelompokan menjadi beberapa bentuk. Pembagian ini berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilaksanakan oleh pondok pesantren tersebut.

Dalam penyelenggaraan system pengajaran dan pembinaannya pondok pesantren dewasa ini dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu:

33

(36)

28

a. Pondok Pesantren Tradisional.

Pondok pesantren tradisional adalah lembaga penddikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (system bandongan dan sorogan) dimana seorang kiayi mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa araboleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal didalam pondok atau asrama dalam pesantren tersbut.

Pesantren model ini masih memegang teguh penyampaian dengan pola tradisional dalam mengajarkan nilai-nilai Islam. Cara-cara yang digunakan telah turun temurun dipraktekan. Ilmu yang dipelajari umumnya sama disemua pesantren model ini, demikian juga kitb yang dikaji, perbedaan hanya terletak pada kadar ilmu yang dimiliki oleh kiayi pada tiap pesantren.34 Ciri lain dari pesantren model ini adalah kemutlakan kiayi sebagai pemegang kekuasaan dan penentu kepuusan dan menejemen pun biasanya menggunakan menejemen keluarga, hal seperti ini bisa saja terjadi pada pesantren model lain.

b. Pondok Pesantren Tradisional Modern.

Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang menggabungkan system madrasi (klasikal)35 yang mengarah kepada system atau pola modern dari segi pengajaran dan penyampaiannya. Ciri pesantren

34

Sudjuko Prasadjo, Profil Pesantren, (Jakarta: P3M, 1982), h. 90

35

(37)

model ini adalah peran seorang kiayi tidak mutlak lagi, akan tetapi telah ada pembagian tugas diantara pengasuh atau pembinanya.

Dari segi pengajarannya disamping menggunakan cara-cara tradisional (system sorogan, bandongan atau wetonan) juga memakai sistem modern ( sistem pembagian kelas) dengan menggunakan tingkatan-tingkatan kemampuan santri. Pesantren ini juga mengadakan kegitan pendidikan formal untuk memberikan keseimbangan antara tuntunan duniawi dan ukhrowi.

c. Pondok Pesantren Modern.

Pesantren modern adalah pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi dan pengajaran materinya.36 Cirri-ciri pesantren ini adalah:

1) Memakai cara diskusi dan Tanya jawab dalam setiap penyampaian materinya.37

2) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan dialamioleh mereka dalam masyarakat ketika mereka berbaur dengan masyarakat, mengenai hal-hal yang nanti akan dijumpai Masyarakatmengenai pelajaran mereka.38

3) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas mereka, segala sesuatu mengenai kehidupan mereka diatur dan diselenggarakansendiri oleh

36

Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Depag, 1992/1993), h. 928

37

J. L. Mursell, Succesful Teaching, disusun oleh Nasution M.A, “Mengajar Dengan Khusus” (Bandung: I Jemmars, tth), h. 28

38

(38)

30

mereka dengan cara demokrasi, gotong royong dan dalam suasana ukhuwah yang dalam, tapi itu juga tidak terlepas dari bimbingan dan pengawasan pengasuh-pengasuh atau Pembina-pembinanya.39

4) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan sehari-hari, tata tertib, disiplin. Masing-masing dapat mengutarakan pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terikat dengan system pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

Adapun peran dan fungsi pondok pesantren sendiri berkembang dari masa ke masa. Pada taraf yang paling awal, pondok pesantren ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan namun juga menjadi pusat penyiaran agama Islam.

Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan keagamaan, pada perkembangan selanjutnya pendidikan pondok pesantren membuka lembaga pendidikan formal, baik yang berafiliasi dengan pendidikan agama maupun dengan pendidikan umum, atau sekuler.40

39

J. L. Mursell, Succesful Teaching……, H. 932

40

(39)

A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Idrus

Pendiri pertama Pondok Pesantren Al-Idrus adalah KH. Saiyyid Abdullah pada tahun 1920 dengan Nama Pesantren Rancagawe, kemudian dilanjutkan puteranya KH. Idrus pada tahun 1953 sampai tahun 1974. Setelah Wafatnya KH. Idrus Pondok Pesantren yang sudah berubah nama menjadi Pesantren At-Thoriqiyyah dilanjutkan oleh putranya yaitu KH Thablawi Idrus.

Pada tahun 1983 mulai resmi didirikan dengan akta Notaris Nomor : 246 tanggal 26 Maret 1983 dengan nama baru yaitu Yayasan Pendidikan Islam “Al-Idrus”. Tahun 1998 KH. Thablawi Wafat, kepengurusan dan tanggung jawab Pondok Pesantren dikelola oleh KH. Akhyaruddin sebagai adik ipar Almarhum sampai saat ini.

Selain Pondok Pesantren Salafiyah yang sudah ada, dikembangkan juga lembaga Pendidikan Formal. Dimulai tahu 1987 dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Umum. Saat itu masih menumpang di gedung Sekolah Dasar. Pada tahun 1988 Yayasan Al-Idrus memiliki Gedung sendiri sebanyak tiga Lokal dengan biaya dari para donatur dan Masyarakat, sehingga pada tahun itu juga Seluruh siswa tidak menumpang lagi di Gedung SD. Pada tahun 1991 mulai dibuka kembali pendidikan Formal Madrasah Aliyah dan Statusnya sudah diakui sejak tahun 1999, termasuk Madrasah Tsanawiyah.

Fasilitas yang dimiliki Pondok Pesantren, baik Asrama maupun ruang belajar sebagiannya masih dalam bentuk panggung dan sebagian lainnya bentuk permanen yang sudah mulai harus direnofasi, karena kondisinya sudah muali rusak.

(40)

32

Sistem yang digunakan di Pondok Pesantren Al-Idrus adalah sistem Pesantren Salafiyah sejak berdirinya sebelum didirikan Yayasan sebagai wadah lembaganya sanpai saat ini belum berubah, terutama dalam sistem Pengajiannya.1

B. Rekapitulasi, Santri Ustad Dan Staf Pengurus

Jenis Kelamin No. Jenis Personil

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Santri 133 112

245

2.. Ustad 15 10 25

3. Staf 3 2 5

Jumlah 151 124 275

C. Alamat Pondok Pesantren Al-Idrus

Pondok Pesantren Al-Idrus berdomisili di Jl. Maulana Hasanudin Kp. Rancagawe Desa Aweh RT 03/02 Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Kode Pos 42312. Tlp. (0252) 202856 – 202033 – 208691 - 081317608683.

1

(41)

D. Visi, Misi, Tujuan dan Motto 1. Visi Pesantren Al-Idrus

Menjadikan Pondok Pesantren Al-Idrus sebagai Pesantren Salafi terbaik di Kabupaten Lebak.

2. Misi Pesantren Al-Idrus

Mencetak kader-kader Muda Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan sanggup mengemban Amanah Allah dan Amanah Ummat.

3. Tujuan

a. Mengembangkan dan meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia sebagai Khalifah di muka bumi.

b. Mencetak Alumni Pesantren Al-Idrus sebagai Alumni yang siap pakai dalam kehidupan sosial masyarakat.

c. Menyiapkan Lulusan Pesantren yang berbudi pekerti luhur yang mampu mentauladani Akhlaq Nabi Muhammmad sekaligus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Mencetak Santri yang memiliki Pemahaman yang luas dalam Ilmu-ilmu Agama Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi masa kini.

(42)

34

f. Menyiapkan santri yang Kreatif, Sabar, Tawadlu` dan beramal atas dasar ikhlas semata-mata mencari Ridla Allah SWT.

4. Motto Pesantren

Motto dari Pondok Pesantren Al-Idrus adalah:

“ Ilmu Itu Cahaya Bodoh itu Gelap “

E. Aktifitas Pesantren

Untuk mencapai Visi, Misi dan Tujuan di atas, maka dilakukan aktifitas – aktifitas sebagai berikut :

1. Kajian terhadap kitab-kitab kuning ( salafi ) dengan menggunakan methode Bandungan, Sorogan dan Klasikal.

2. Pendalaman Ilmu Seni Baca Al-Qur an dan Ilmu Tajwid

3. Latihan Ceramah/Muhadlarah.

4. Keorganisasian dan Kepramukaan.

5. Kegiatan Seni Bela Diri.

6. Kursus Komputer dengan sertifikasi dari Depnaker Kabupaten Lebak.

7. Diskusi – diskusi Keagamaan.

8. Seni Qasidah (telah meraih Juara I Tingkat Propinsi Banten 2001, 2002,2003).

(43)

F. Jenjang Pendidikan

Pesantren Salafiyah Al-Idrus Rangkasbitung menggunakan sistim jenjang :

1. Ula 2. Wushtha 3. `Ulya.

Disamping itu pula ada beberapa jenjang pendidikan Formal dengan tingkatan : 1. Madrasah Ibtidaiyah dan Diniyah.

2. Madrasah Tsanawiyah 3. Madrasah Aliyah.

G. Aktifitas Harian Pesantren Al-Idrus

1. 04.00 - 05.00 Bangun pagi dan Shalat Subuh Berjama`ah

2. 05.00 – 06.30 Sorogan Kitab Ilmu Alat ( Awamil, Al-Ajrumiyah, Sharaf) 3. 06.30 – 07.00 Sarapan Pagi

4. 07.00 – 12.00 Masuk Madrasah Pendidikan Formal 5. 12.00 – 13.30 Shalat Dhuhur Berjamaah dan makan siang

6. 13.30 – 15.30 Masuk Kelas kajian Kitab Kuning ( Ula, Wushtha, `Ulya) 7. 15.00 – 16.00 Sholat Ashar berjamaah, baca Qur an.

8. 16.00 – 17.30 Kursus Komputer, Latihan Qasidah, Olah Raga.

9. 17.30 - 19.30 Mandi Sore, Persiapan Shalat Maghrib berjama`ah, makan malam.

10.19.30 – 20.00 Shalat Isya berjamaah, baca Qur an.

11.20.00 – 22.00 Bandungan Kajian Kitab Kuning, Muhadlarah ( Kamis malam ), Latihan Seni Bela Diri ( Rabu Malam ).

(44)

36

Pengujian Wajib Hafalan Ilmu – ilmu Alat ( Awamil, Al-Ajrumiyah, Sharaf ), dilakukan setiap Bulan Rabi`ul Awwal. Pentas Uji Kemampuan Membaca dan membahas isi Kitab – kitab kuning ( Riyadlul Badi`ah, Syarah Sittin, Fathul Qarib, Fathul Mu`in ). Kegiatan ini dilakukan setahun sekali pada bulan rabiul awal, tujuannya adalah evaluasi kemampuan belajar santri.

Pengujian ini didasarkan pada tingkat kemampuan santri sendiri, yaitu bagi santri tingkat ula diberikan pengujian kitab kitab dasar seperti kitab Safinatun Naja

untuk ilmu fiqih dan tahfidz kitab Awamil untuk ilmu nahwu. Bagi santri tingkat wustho’ diberikan ujian berupa tahfidz kitab Awamil namun disertai penjelasan murad dan contoh juga pertanyaan seputar ilmu nahwu, untuk ujian ilmu fiqih diberikan ujian dengan kitab Syarah Sittin. Bagi santri tingkat ulya’ ujian ilmu nahwu diberikan tugas tahfidz kitab Nadzmul Maksud atau kitab Nadzmul Imrithidisertai penjelasan dan pertanyaan seputar ilmu nahwu shorof, dengan pembacaan kitab fiqih kitab Fathul Qorib disertai penjelasan dan pertanyaan.2

I. Susunan Kepengurusan 1. Dewan pembina :

1. Bupati Kabupaten Lebak 2. Ketua MUI Kabupaten Lebak 3. Kepala KANDEPAG Lebak

2. Dewan Penasehat : 1. KH. Yas`a Sayyid

2. KH. Mukhtar Sayyis

3. KH. Omang Abdurrachman 4. KH. Nakhrawi

2

(45)

5. H. Agus Arjawi

3. Dewan Pendiri : 1. KH. Madali

2. Hj. Ucu Sundusiyah Thablawi 3. KH. Akhyaruddin Ilyas

4. Pengurus Harian :

1. Ketua Umum : KH. Tata Fathurrachman 2. Ketua I : KH. Akhyaruddin Ilyas 3. Ketua II : Aang Anshori

4. Sekretaris Umum : Drs. H. Ahmad Hudori, M.PdI 5. Sekretaris I : Gugun Nugraha

6. Sekretaris II : M. Haris

7. Bendahara Umum : Aceng Thowili, S.PdI 8. Bendahara I : Aryanto

9. Bendahara II : H. Thohir

5. Bidang Pendidikan Formal :

1. Ketua : H. Nanda, SE, MM

2. Anggota : 1. A. Yani, S.Ag

2. Ubed Juweni

6. Bidang Pendidikan Non Formal :

1. Ketua : Drs. H. Ubik Baehaqie, M.Si 2. Anggota : 1. Bubun Bunyati

(46)

38

7. Bidang Pembangunan Dan Perlengkapan :

1. Ketua : H. A. Suminta

2. Anggota : 1. H. Ahmad Sanuri 2. H. Kasmin

8. Bidang Usaha :

1. Ketua : Nana Sujana

2. Anggota : 1. Dayat Hidayat

2. Mahfud

9. Bidang Penelitian Dan Pengembangan :

1. Ketua : H. Cece Ahmad Hidayat, S.Ag 2. Anggota : 1. Ahmad Hafiji, S.Ag

2. Ishak, S.Ag

10. Bidang Umum :

1. Ketua : Ma`mun Romli

2. Anggota : 1. Ucu Thobi`i

(47)

A. Komunikasi AntarPribadi Pengurus dan Santri di Pondok Pesantren Al- Idrus

Komunikasi antarpribadi yang berjalan antara pengurus dan santri pada Pondok Pesantren Al-Idrus merupakan kegiatan yang di jadikan metode penunjang dalam proses pembinaan santri didik. Proses komunikasi antarpribadi dijalankan kiayi dan ustad untuk membimbing santri dalam memahami ilmu-ilmu agama dan meningkatkan kualitas hidup menjadi insan kamil yang berilmu dan berakhlak mulia.

Selanjutnya setelah dilakukan observasi di lapangan, di temukan beberapa fenomena lapangan yang cukup menarik mengenani komunikasi antarpribadi,.

1. Bentuk Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pengurus dan santri dapat dikelompokan dalam dua bentuk, yaitu komunikasi yang dilakukan pada waktu pengajian berjalan dan komunikasi yang dilakukan diluar waktu pengajian. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Komunikasi antarpribadi yang terjalin dalam pengajian

Sebelum dijelaskan komunikasi yang terjalin di dalam lingkup pengajian, sebelumnya akan di jelaskan terlebih dahulu bentuk-bentuk pengajian

(48)

41

yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Idrus. Penjelasan bentuk –bentuk pengajian ini akan mendukung pemaparan komunikasi di dalam lingkup pengajian, karena sebelum memahami komunikasi yang diterapkan dalam pengajian ada baiknya dipahami dahulu bentuk pengajiannya. Adapun bentuk-bentuk pengajian dilihat dari model penyajiannya di bagi kedalam dua bentuk-bentuk, yaitu :

Dilihat dari waktu pelaksanaannya, pengajian bisa dibagi pada tiga bagian. Pertama pengajian malam, kedua pengajian siang dan ketiga pengajian pagi. Dari tiga waktu ini masing-masing mempunyai unsur komunikasi antarpribadi sendiri-sendiri didalamnya. Adapun tiga bentuk Pengajian dilihat dari segi waktu tersebut adalah sebagai berikut:

Komunikasi Antarpribadi pada pengajian Pagi

(49)

Pengajian Sorogan

pengajian sorogan yaitu santri mengaji pada ustad secara individual, satu santri mengaji pada satu ustad. Santri membaca dan menjelaskan kitab yang dikaji dan ustad mendengarkan, apabila terjadi kekeliruan terhadap penjelasan dan hapalan santri maka ustad akan mengkoreksi dan meluruskan kesalahan santri tersebut.komunikasi yang digunakan adalah komunikasi antarpribadi karena pada pengajian pagi ini santri melakukan komunikasi tatap muka dan respon dari komunikator lain yaitu ustad bersifat langsung. metode pengajian sorogan di rancang dalam bentuk pengajian individu, yaitu seorang santri belajar mengaji secara tatap muka kepada seorang ustad atau kiayi. Santri menjadi komunikator yang aktif karena dalam metode ini santri membacakan kitab, menjelaskan qowaid dan bahkan menjelaskan materi yang sedang dikaji sementara kiayi mendengarkan dan mengkoreksi.1 Kiayi dan ustad masing-masing mendapatkan porsi yang sama dalam tugas membina pengajian sorogan, santri dibagi beberapa kelompok untuk mengikuti sorogan kepada guru yang telah ditentukan, kiayi dan beberapa ustad menjadi pengajar tetap bagi beberapa kelompok yang telah ditentukan jumlah dan nama santri untuk menjadi kolompok didiknya setiap hari. Metode ini bersifat dua arah dan timbal balik, dimana ketika santri keliru dalam memahami materi maka sang ustad atau kiayi akan langsung memberikan koreksi saat itu juga dan meluruskan kekeliruan tersebut. Kitab-kitab yang menggunakan metode sorogan adalah kitab-kitab yang membahas ilmu nahwu dan shorof seperti kitab Awamil, Jurumiyah, Matan Bina’, Nadhm Imrithi, Nadzhm Maksud,

1

(50)

43

fiyah Ibn Malik dan lain sebagainya. . Pada aplikasinya metode pengajian sorogan juga dimanfaatkan sebagai sarana interaksi santri dengan pengurus, disamping sebagai sarana pengajian juga sebagai sarana komunikasi antarpribadi pengasuh dengan santri.

Disamping membahas pelajaran santri, metode sorogan dimanfaatkan sebagai saluran komunikasi oleh Kiayi dan santri, Pengajian yang menggunakan metode sorogan lebih memberikan ruang komunikasi, karena jarak antara kiyai dengan santra begitu dekat. Hubungan yang dibangun lebih dekat dan hangat. Kiyai dan ustad memanfaatkan momen kedekatan ini untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi santri. Beberapa santri mengutarakan masalah dan meminta saran kepada ustad dan kiyai pada saat pengajian sorogan. Salah satunya adalah kiat belajar yang efektif. Diantara masalah yang diutarakan oleh santri adalah masalah pelajaran, pergaulan dan masalah ekonomi.

Masalah pada pelajaran terdapat pada daya tangkap santri yang agak lemah pada pelajaran tertentu di pesantren. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa santri pelajaran yang sering dianggap cukup sulit untuk di mengerti adalah pemahaman santri pada ilmu nahwu shorof.

Ustad memberikan beberapa evaluasi kepada santri dengan cara mengintruksikan santri untuk menghafal beberapa kitab tentang nahwu shorof seperti kitab

Al-Awamil, Al-Jurumiyyah, Najmu Al-maksud. Daya hafal yang kurang baik ini

(51)

yang haram). Dengan melaksanakan saran dari pengasuh tersebut ada sebuah jalan keluar yang dirasakan oleh santri. Menurut KH. Tata Faturrachman selaku pimpinan pesantren, konsultasi atau meminta nasehat secara pribadi jauh lebih barokah dari pada dialog biasa pada keadaan umum.

b. Komunikasi yang terjalin diluar pengajian

Komunikasi ini berjalan lebih santai dan interaktif, karena ada timbal balik dari pesan yang disampaikan, komunikasi ini dilakukan biasanya terkait dengan permasalahan kehidupan santri di pesantren meliputi masalah ekonomi santri, masalah hubungan santri dengan sesama santri , hubungan dengan lingkungan pesantren, hubungan santri dengan masyarakat sekitar. Disamping itu komunikasi yang berjalan diluar jam pengajian juga menjadi media bagi santri untuk berkonsultasi terhadap gangguan dan kesulitan santri terhadap kemampuan atau daya tangkap santri dalam mempelajari dan memahami beberapa bidang ilmu tertentu misalnya, santri belum begitu paham dalam pengajian ilmu nahwu shorof, ilmu qiroat, ilmu dakwah dan lain-lain. Momen tersebut dijadikan sebagai media konsultyasi oleh para santri untuk bertanya dan meminta penjelasan lebih mengenai hal yang mereka belum pahami sepenuhnya.

Adapun bentuk komunikasi antarpribadi pengasuh terhadap santri adalah sebagai berikut:

1) konsultasi masalah pribadi

(52)

45

yang mereka percayai. Seorang santri bernama Sarmi salah satunya, ketika ditanya apa yang akan dilakukan bila ia mempunyai masalah di pesantren jawabannya adalah berkonsultasi dengan ustad atau rekan sesama santri. Ustad ubed adalah salah satu ustad yang membantu kiayi dalam mengajarkan kitab-kitab nahwu shorof. Beliau adalah sosok yang santun dan lemah lembut, gurauan dan candaannya sering mencairkan suasana pengajian yang membosankan. Sebagai seorang ustad , beliau dikenal sangat dekat dengan para santri, hal itulah yang membuat Sarmi mendatangi ustad ubed juweni di kamarnya untuk mengadukan berbagai masalah yang dianggapnya tidak mampu ia selesaikan sendiri. Ustad ubeh menerima sarmi dan mendengarkan keluhan sarmi dengan seksama kemudian memberikan beberapa solusi dan dorongan motivasi agar sarmi mampu menghadapi kesulitannya. Ustad juga memberikan nasihat dan rasa simpati agar sarmi mampu mengahadapi semua masalah karena masalah itu adalah sebagai sebuah ujian yang harus dihadapi setiap manusia. Ustad mencoba memberikan keadaan dan tempat yang nyaman agar santri bisa mengutarakan masalahnya tanpa merasa risih dan malu, batasan sebagai santri dengan ustad untuk saat itu sedikit dihilangkan, suasana yang diciptakan lebih seperti seorang teman atau sanudara yang memberikan bantuan bagi santri. Komunikasi ini berjalan dua arah dan interaktif .

(53)

sehinga santri memutuskan untuk berkonsultasi dengan kiayai, atau bahkan kiayi sendiri yang berinisiatif mendatangi atau memanggil santri yang bersangkutan untuk diajak berdialog untuk memecahkan permasalahan yang ada. komunikasi ini dilakukan dirumah kiayi dan waktunya diluar pengajian

Situasi dalam komunikasi ini lebih santai, santri mendatangi kiayi di kediaman kiayai, atau di sebuah gubuk yang berada didepan rumah kiayi, gubuk ini biasa dipakai oleh kiayi untuk bersantai dan berbicang-bincang dengan tamu atau santri, suasananya sejuk karena dibuat dari bahan alami seperti bambu, nyaris tidak ada bahan bangunan buatan toko seperti batu-bata atau semen.

(54)

47

2). pembinaan keterampilan

Kegiatan ini berkaitan dengan program pesantren untuk memberikan keterampilan tambahan atau seperti ekstra kurikuler bagi santri sebagai bekal hidup di masyarakat, diantaranya seni pidato, seni baca al-qur’an dan seni musik islami yaitu qosidah rebana. Bagi santri yang ingin memperdalam kemampuan dibidang-bidang tertentu bisa menggunakan waktu luang diluar jadwal pengajian. Karena pembinaan pada jadwal yang sudah ditentukan dibatasi oleh waktu dan pembahasan yang sudah ditentukan. Untuk berdiskusi tentang teknik untuk lebih mendalami bidang yang di minati, maka santri dipersilahkan untuk melakukan konsultasi diluar kegiatan tersebut, Salah satu dari kegiatan tersebut adalah pembinaan seni qiroatul quran atau seni lagu Al-qur’an. Metode dalam pembinaan ini bersifat instruksional dimana ustad terlebih dahulu membacakan contoh salah satu jenis lagu kemudian santri menirukan contoh tersebut, setelah itu ustad memberikan pengarahan tentang tehnik dan tatacara yang benar untuk mendalami seni baca al-qur’an tersebut. Pemaparan secara pribadi ini lebih meluas, sesuai kebutuhan yang diminati santri. Suasana yang dibangun jauh lebih lebih santai karena kadang dibumbui dengan humor ringan.

3) Konsultasi Khusus

(55)

dan amalan yang bisa membantu memperlancar pemahaman agama dan kemampuan ilmu batin (khususnya untuk beladiri) untuk keperluan amar ma’ruf nahi mungkar sebagai bekal bagi santri hidup di masyarakat.

4) Melayani kiyai

Konsultasi juga bisa dilakukan pada momen lain seperti, ketika seorang santri diminta memijat oleh kiayi. Situasi seperti ini dapat menghasilkan suasana yang lebih santai antara seorang santri dengan kiayi. Tanpa disadari terjadi komunikasi dua arah, dimulai dengan menanyakan kabar santri hingga pada hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar santri, sehingga kiayi bisa memahami masalah dan hambatan santri.

Komunikasi yang terjalin saat konsultasi pribadi ini kiayi memberikan nasehat berupa tata cara dan kiat belajar yang baik dan efektif. Bagaimana cara untuk mempertajam daya pikir santri dalam memahami pelajaran pesantren. kelancaran otak dalam belajar, beberapa amalan atau zikir untuk mempermudah memudahkan rizki. Atau bahkan doa-doa lain yang bermanfaat dalam kehidupan santri di masa depan.

2. Bentuk-Bentuk Pesan

(56)

49

Penyampaian pesan bersifat take and give yaitu saling memberi dan menerima pesan, obrolan bersifat dua arah dan tidak ada pihak yang lebih menguasai pembicaraan. Ini memberikan kelancara bagi dua pihak yanitu santri dan pengasuh, bagi santri dapat menghilangkan kecanggungan dan bagi pengasuh memudahkan respon dari santri.

Pada realisasinya, bentuk pesan yang digunakan pada pondok pesantren yaitu dari pengasuh kepada santri atau sebaliknya dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Bentuk Verbal

Pesan verbal adalah pesan yang dikirim dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan. Kiayi dan ustad selaku pengasuh menyampaikan pesan dengan bahasa lisan, seperti ucapan-ucapan nasehat, teguran dan hiburan dengan maksud agar santri yang diajak berkomunikasi melakukan apa yang di inginkan pengurus yakni menjadi santri yang berwawasan islam dan berakhlak mulia. Bahasa verbal ini menjadi bentuk yang paling sering di kirimkan baik itu dalam hal komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok.

b. Bentuk Non verbal

(57)

bahasa tubuh atau suara seperti bentakan, sebagai contoh, pada satu malam pengajian ada seorang santri yang diajak berdialog oleh ustad tantang alasan perbuatan santri yang melanggar peraturan, namun si santri yang bersangkutan belum juga memberikan respon yang diharapkan, maka ustad meninggikan sedikit nada bicaranya, namun masih juga belum ada respon berupa jawaban. Kemudian ustad membentak si santri agar lebih memperjelas keinginan ustad mendapatkan respon dari santri, akhirnya santri memberikan jawaban.

Pesan yang disampaikan dalam bentuk verbal dan nonverbal tersebut bersifat ajakan, nasihat atau bahkan teguran. Tergantung dari tindakan santri yang memerlukan tanggapan. Pesan dibingkis sedemikian rupa agar dapat diterima dan dilaksanakan oleh santri.

3. Jaringan Komunikasi

Komunikasi terbangun antara santri dengan ustad dan santri dengan kiayi untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan di pondok pesantren. Komunikasi antarpribadi yang terkait masalah ysng dapat mengakibatkan penurunan semangat santri, keberadaan, kenyamanan dan kualitas belajar santri, di tanggapi sesuai dengan jalurnya. Ada dua jaringan komunikasi yang dibangun, yaitu jaringan formal dan nonformal.

Jaringan Formal adalah jaringan yang dibentuk oleh aturan-aturan organisasi.2 Santri melakukan komunikasi melalui jaringan formal dalam pengajian, karena komunikasi dalam pengajian telah diatur dan disediakan oleh

2

(58)

51

pengasuh sebagai sarana komunikasi antara santri dengan pihak pengasuh. Penyampaian pesan dan bentuk pesan yang disampaikan bersifat formal menggunakan bahasa yang sopan dan baik. Pesan yang disampaikan berupa keluhan santri seputar sarana asrama, kebersihan lingkungan dan pertanggung jawaban ketua kamar santri.3

jaringan ini digunakan pada saat komunikasi tersebut berjalan dalam lingkup waktu pengajian. Para ustad dan kiayi tidak hanya memberikan pelajaran berupa ilmu agama saja pada waktu pengajian berlangsung, namun momen pengajian ini juga digunakan sebagai media komunikasi untuk berdialog dengan santri baik secara kolektif atau individual terhadap masalah yang dapat mengganggu proses pembinan santri.

Kedua adalah jaringan informal, jaringan informal adalah Jaringan merupakan saluran komunikasi informal yang terbentuk melalui kontak atau interaksi yang terjadi antara anggota organisasi setiap farinya.4 Jaringan informasi ini terbentuk dengan senirinya diluar pengajian, diantaranya komunikasi antarpribadi yang dilakukan santri dengan ustad untuk meminta saran atau bahkan bantuan secara lamgsung, seperti masalah dengan teman, masalah kiat-kiat belajar yang baik atau bahkan masalah ekonomi. Komunikasi yang dilakukan santri dengan kiayi secara informal dilakukan diluar pengajian, seperti waktu setelah pengajian pagi selesai santri kembali mendatangi kiayi di kediaman kiayi untuk meminta solusi bahkan dukungan yang bersifat lebih mendesak, seperti konsultasi masalah dengan teman yang lebih pelik, masalah ekonomi yang sangat

3

Wawancara pribadi ustad ubed juweni.

4

(59)

berat hingga mengakibatkan santri tidak bisa melanjutkan keberadaannya di pesantren. Menurut kiayi komunikasi yang bersifat pribadi ini jauh lebih barokah

atau manfaat yang ditimbulkan lebih baik daripada komunikasi yang bersifat biasa, karena kedekatan dan kehangatan antara pihak yang berkomunikasi lebih terasa, hingga solusi yang diharapkan lebih mudah disampaikan.5

berbeda dengan jaringan formal, komunikasi yang dibangun lewat jaringan

informal digunakan diluar waktu pengajian. Sifatnya lebih santai karena suasana

psikologis santri sedang dalam masa tenang, tidak sedang memikirkan pelajaran

agama, hokum-hukum dan lainnya. Hal ini dilakukan agar santri tidak jenuh

dengan suasana pesantren yang melulu belajar dan belajar.

B. Penghambat dan pendukung

dalam proses pembinaan santri tentu pengasuh mengalami berbagai hal kesulitan dan tantangan. Disamping itu ada pula beberapa hal yang mempermudah pengurus untuk memberikan pelajaran bagi para santrinya di pondol pesantren ini. Setelah melakukan pengamatan, terlihat ada Beberapa penghambat komunikasi antarpribadi di pondok pesantren Al-Idrus diantaranya:

1. Kurangnya minat santri untuk berdialog dengan pihak pengasuh pesantren 2. masih ada rasa canggung pada santri apabila berhadapan dengan pihak

pengasuh pesantren

3. Sarana dan prasarana bagi santri untuk berdialog dengan pihak pengasuh belum begitu di sediakan dengan baik.

5

(60)

53

4. Kurangnya rasa kepercayaan santri terhadap pengurus

5. belum terciptanya hubungan yang harmonis antara seluruh elemen pengasuh pesantren dengan santri.

Selain factor penghambat, ada pula beberapa factor yang mendukung terciptanya komunikasi antarpribadi pengasuh dengan santri, yaitu :

1. Instruksi kiayi terhadap santri agar berkonsultasi dengan pihak pengasuh, apabila menghadapi kesulitan dalam hal apapun.

2. Kredibilitas para ustad dan kiayi masih terjaga.

3. Adanya usaha dari pihak pengasuh untuk membuka diri terhadap keluhan santri.

4. rasa empati pengasuh terhadap santri.

5. lingkungan pesantren yang dibangun dengan asas persaudaraan dan kekeluargaan.

6. psikologis santri yang masih labil membutuhkan bimbingan dari pengasuh.

(61)

Pelaksanaan Komunikasi Antarpribadi dilakukan oleh pengasuh terhadap santri adalah pada saat pengajian dan diluar pegajian. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan didalam pengajian bersifat formal dan resmi, sebaliknya komunikasi yang dilakukan diluar pengajian bersifat informal. Pesan yang disampaikan berupa nasehat, motivasi, teguran dan saran yang bertujuan meningkatkan semangat belajar santri. Komunikasi dilakukan oleh kiayi dan ustad sebagaimana tugasnya masing-masing. Kiayi sebagai pimpinan pesantren berkewajiban membangun hubungan komunikasi yang hangat agar semua permasalahan yang di hadapi oleh santri dapat diatasi dengan baik. Ustad sebagai pembantu kiayi bertugas sama yaitu membina santri, perbedaannya hanya pada tingkat kesulitan masalah. Masalah sehari-hari yang dianggap cukup ringan bisa di tangani oleh Ustad, sedangkan masalah yang dianggap berat akan ditanggulangi oleh kiayi juga dengan bantuan ustad. pengasuh dalam hal ini elemen pengajar dan pengurus pesantren melakukan Komunikasi Antarpribadi dengan santri untuk mengatasi beberapa hal seperti :

1. Masalah Ekonomi 2. Masalah Lingkungan 3. Masalah Pendidikan 4. Masalah Pergaulan

Referensi

Dokumen terkait

(3) perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid dapat dilihat dari segi pendidikan yang dulunya hanya pendidikan non formal kini berkembang dengan adanya pendidikan

1) Sebagai identitas dan citra suatu lembaga pendidikan yang membedakan antara pesantren yang satu dengan pesantren yang lain. Identitas ini terbentuk oleh berbagai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan formal di Yayasan Pesantren pada umumnya sudah menerapkan pada fungsi-fungsi

Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda pengembangan pendidikan formal di pondok pesantren .... Formulasi kebijakan kiai dalam pengembangan pendidikan formal di pondok

Karena berdasarkan pengamatan penulis, peran kepemimpinan kyai yang dominan dalam tata kelola pesantren menyebabkan proses penyelenggaraan pendidikan baik non formal

Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Annida Al Islamy Bekasi mengintegrasikan pendidikan formal (MTs, MA, dan STIT) dengan sistem pendidikan diniyah non formal

Dalam penelitian ini, pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai

Sistem pendidikan pesantren assunniyyah ini adalah keterpaduan integrasi dari suatu kegiatan pendidikan baik itu pendidikan formal dan diniyah yang berkaitan satu sama lain untuk