ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Oleh : Kurrotul Aini NIM: 205082000225
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Kurrotul Aini
NIM: 205082000225
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Abdul Hamid, Prof, Dr., MS Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
“Analyze The Factors that Influence of Audit Quality (Empirical Study at Public Accountant Firm in Jakarta)”
By:
Kurrotul Aini
ABSTRACT
The research purposed to analyze the factors that are influencing of audit quality. This research use the primary data or research data which is obtained directly from publik accountant in jakarta by presenting direct question (questionnaires) to public accountans.
Result of the t test show signification of variable that are influencing of audit quality other things is independency, auditor interest, and also the auditor experience. While variable which do not have an effect on signification is duration process audit, sum up client, size measure of properties and health of client finance, and also make an audit fee.
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”
Oleh: Kurrotul Aini
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini menggunakan data primer atau data penelitian yang di peroleh secara langsung dari akuntan publik di jakarta dengan cara menyajikan daftar pertanyaan langsung (kuesioner) kepada akuntan publik.
Hasil uji t menunjukkan signifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas auditor diantaranya adalah independensi, kompetensi auditor, serta pengalaman auditor. Sedangkan variabel-variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Kurrotul Aini
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 30 Juli 1988
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Status : Belum menikah
6. Tinggi, berat badan : 165 cm, 46 Kg
7. Kesehatan : Sangat Baik
8. Agama : Islam
9. Alamat lengkap : Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung
Pondok Aren , Bintaro Jaya
10. Telepon : 08161377441
: 021 7341086
II. PENDIDIKAN Formal
1993 - 2000 : SD Arraisyiah, Jakarta
2000 - 2003 : SLTP Pamulang, Jakarta
2003 - 2005 : MA Ashri, Jember
2005 - 2009 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Non Formal
2008 - 2008 : Pelatihan Bisnis Tanpa Suap (CPA), Jakarta
III. PENGALAMAN KERJA
Praktek Kerja Lapangan:
o Praktek Kerja di PT. KARVAK NUSA GEOMATIKA, Jakarta
Periode: Juli 2008 - Agustus 2008 Tujuan : Persyaratan tugas perkuliahan Posisi : Staff Accounting
o Praktek Kerja di PT. CITRA SOFIE MANDIRI, Jakarta
Periode: Oktober 2008 - Desember 2008 Tujuan : Menambah pengalaman Posisi : Staff Accounting
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Syaiful Imam
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Ibu : Titin
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Alamat : Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung
Pondok Aren , Bintaro Jaya.
Segala puji bagi Allah yang karena nikmat-Nyalah telah sempurna segala
kebaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin para nabi,
sholihin, amilin, abiding dan para mujahid yang berjihat fisabilillah, baginda kita
nabi Muhammad Rosullullah SAW. Tiada yang pantas terucap selain syukur
Ahamdullillahi Robbil’alamin akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah
semata-mata hasil usaha penulis sendiri. Melainkan berkat bantuan, sokongan dan
bimbingan yang tidak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Penyejuk mata, jiwa dan hatiku : ibuku yang tiada pernah berhenti untuk
memberikan apa yang beliau miliki hanya untukku dan bapak jangan pernah
lelah karena aku akan menyenangkan kalian dengan kasih sayangku.
2. Motivasi hidupku yang membuatku semangat untuk terus berusaha untuk
menjadi contoh bagi adikku tercinta Ahmad Thoyib Siddiq. Semoga kita
selalu menjadi anak-anak dan saudara yang membahagiakan dan
membanggakan orang tua kita dengan akhlaq kita.
3. Bapak Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I sekaligus dekan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi
ini. Semoga Allah selalu mencintai beliau karena kebaikan hatinya.
6. Bapak Afif sulfa, SE.,Ak.,Msi, Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM, dan
Ibu Rahmawati., SE., MM. selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif
dan ujian sidang skripsi.
7. Seluruh dosen dan karyawan dan semua orang yang selalu memfasilitasi
penulis dalam mengembangkan pengetahuan saya.
8. Teman-teman seperjuangan ku di akuntansi A angkatan 2005, Maya,
Beda, Devi, Fuah, Ita, Teguh, Ajid, Ocul, Rendy, Mas iwan, Arya, Padank,
Bedul, Ferdi, Ega, Ardy, dan teman-teman yang lain yang belum disebut
namanya.
9. Special thanks to orang yang paling special di hatiku “yayank”, makasih yaa
kamu selalu ada buat aq kapanpun dan dimanapun.
10. Teman-teman di FEIS angkatan 2005 semoga kita terus bisa menjaga
silaturrahmi diantara kita.
11. Pimpinan dan segenap pegawai KAP yang dengan penuh
kebaikan memberikan penulis kesempatan untuk melakukan
riset dikantor bapak dan ibu.
12. semua pihak yang telah membantu penulis dan belum disebutkan namanya,
terima kasih atas semua bantuannya.
Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembeca agar
bisa memberi masukan untuk perbaikan kedepan. Akhir kata, terima kasih
atas semua kerja samanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.
Jakarta, 06 Agustus 2009
DAFTAR ISI
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit ... 18
1. Independensi Auditor ... 20
2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal ... 30
3. Pengalaman auditor ... 32
4. Lamanya Waktu/Proses Audit ... 33
5. Jumlah klien ... 33
6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien ... 33
7. Audit Fee ... 34
C. Penelitian Terdahulu... 39
D. Kerangka Pemikiran ... 41
E. Perumusan Hipotesis ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43
B. Metode Penelitian Sampel ... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Gambaran Umum Responden ... 57
B. Karekteristik Responden ... 58
C. Hasil Uji Kualitas Data... 60
1. Uji Validitas ... 60
2. Uji Realibilitas... 66
D. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 70
1. Uji Normalitas ... 70
2. Uji Multikolinearitas ... 71
BAB V PENUTUP ... 92
A. Kesimpulan... 92
B. Implikasi ... 93
C. Saran ... 94
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
3.1 Skala Likert ... 45
3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 52
4.1 Demografi Responden ... 58
4.2 Uji Validitas Variabel Independensi ... 60
4.3 Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor ... 62
4.4 Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor ... 62
4.5 Uji Validitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ... 63
4.6 Uji Validitas Variabel Jumlah Klien ... 63
4.7 Uji Validitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien ... 64
4.8 Uji Validitas Variabel Audit Fee... 64
4.9 Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ... 65
4.10 Uji Reabilitas Variabel Independensi ... 66
4.11 Uji Reabilitas Variabel Keahlian Auditor ... 66
4.12 Uji Reabilitas Variabel Pengalaman Auditor ... 67
4.13 Uji Reabilitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ... 67
4.14 Uji Reabilitas Variabel Jumlah Klien... 68
4.15 Uji Reabilitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien ... 68
4.16 Uji Reabilitas Variabel Audit Fee ... 69
4.17 Uji Reabilitas Variabel Kualitas Audit... 69
4.18 Uji Multikolinearitas ... 71
4.19 Uji Autokorelasi ... 73
4.20 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 74
4.21 Uji Koefisien Regresi dan Uji t ... 75
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 41
4.1 Output Pengujian Normalitas Data... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Keterangan Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 102
Lampiran 2 Hasil try out uji validitas dan reabilitas ... 103
Lampiran 3 Hasil uji validitas dan reabilitas ... 104
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara
adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan
hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu
negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal
dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul
berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya
berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang.
Melalui profesi akuntan publik inilah para investor dan para pemakai laporan
keuangan lainnya mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh seorang yang
independen untuk memastikan kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan
yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku dan kenyataan yang ada.
Seseorang yang independen tersebut dalam hal ini menyangkut profesi
akuntan publik. Peran akuntan publik diharapkan dapat bertindak sebagai
komunikator perkembangan usaha, dimana melalui siklus akuntansi yang tertata
baik, masyarakat berharap dapat menerima dan memahami informasi
perkembangan kegiatan usaha secara objektif dan lengkap. Selain dari itu
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan
alokasi sumber-sumber ekonomi. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
Laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, dan pada era
transparan dan terbuka saat ini, menuntut auditor untuk lebih bertanggung
jawab terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada
kode etik dan standar profesi. Kontribusi audit adalah untuk menyajikan
akuntabilitas, selama dia memberikan pendapat yang independen, apakah
laporan keuangan suatu entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang
wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa jenis auditor salah satunya adalah auditor eksternal atau
independen yang bekerja untuk kantor akuntan publik dan statusnya diluar
struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor eksternal
menghasilkan laporan atas financial audit atau audit laporan keuangan.
Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya
apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat
ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.
Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum
keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion,
Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.
Seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai
dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau
kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (1) pendidikan
universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan
pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi
berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus
mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu
penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang
diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam
penentuan opini audit. Agar opini audit tidak biasa maka pihak auditor dituntut
untuk bersikap bebas (independent) dari kepentingan manapun. Independensi
adalah syarat utama agar laporan audit objektif. Kompetensi saja tidak cukup,
karena auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit
serta dalam melaporkan temuan-temuannya. (Boynton, 2003:61).
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli di
bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan
formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit.
mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya
dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya
dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus
menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya.
(Heri, 2008).
Beberapa studi yang pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi
kualitas audit adalah diantaranya dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) dalam
Nasrullah (2003) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas
audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School
District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR)
yang diperoleh melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit.
Deis & Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas
audit, dari dua variabel tersebut dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan
korelasinya dengan kualitas audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu
auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit
usaha/perusahaan atau instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau
kesehatan keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah
(2003) menyatakan bahwa: 1) Ceteris paribus, auditor independen yang efisien
akan merencanakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan independen auditor yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi
fees yang lebih kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan
mengurangi overtime dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar
menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit
yang dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997).
Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan
bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini
berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi
yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu
pengalaman dan pengetahuan.
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992), Ramy
Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), dan Lilik (2008). Variabel
dalam penelitian ini meliputi independensi, kompetensi, pengalaman auditor,
lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan
klien, serta audit fee yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian
mereka.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis menambahkan variabel
pengalaman auditor sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas audit, kemudian dalam penelitian ini juga penulis mencoba
menggunakan variabel lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan
dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee yang dilakukan oleh Nasrullah
Ramy Elitzur & Haim Falk (1996). Maka dari itu penulis mencoba
menggunakan variabel-varibel tersebut dalam penelitian ini.
Pentingnya penelitian mengenai kualitas audit ini dilakukan adalah
karena pada saat ini sudah banyak sekali kasus-kasus di indonesia yang
membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan seperti kasus Telkom
tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (Securities and Exchange
Commision) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak
mengakui keberadaan KAP tersebut. Hal itu bisa saja terkait dengan
kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor masih diragukan SEC,
dimana kompetensi dan independensi merupakan karakteristik penting yang
harus dimiliki oleh auditor. Maka dari itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi kualitas audit, agar dapat membantu para auditor
dalam membangun audit yang lebih berkualitas dan terhindar dari kasus-kasus
tersebut.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka judul yang diambil oleh
penulis adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
B. Perumusan Masalah
a. Apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman
auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan
kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kualitas audit?
b. Dari beberapa variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan
dalam mempengaruhi kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian
auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien,
ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee berpengaruh
terhadap kualitas audit.
b. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan dalam
mempengaruhi kualitas audit.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis
Manfaat bagi penulis adalah agar penulis dapat membandingkan teori
yang didapat di bangku kuliah serta menambah wawasan tentang ilmu
audit.
b. Bagi Auditor
Sebagai bahan masukan, tentang bagaimana pengaruh keahlian,
terhadap kualitas audit dan untuk meningkatkan pemahaman auditor
tentang audit agar auditor dapat meningkatkan kualitas kerjanya.
c. Bagi Akademisi
Untuk membantu siapa saja yang ingin mengetahui dan memperdalam
tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan
pertimbangan untuk penelitian berikutnya.
d. Bagi masyarakat umum
Manfaat bagi masyarakat umum atau pihak yang tidak terkait langsung
adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat dijadikan
referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Audit
1. Definisi Audit
Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam
memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan
klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat
memungkinkan diketemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan
atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(Agoes, 2004:3).
Arens (2008:4), mendefinisikan auditing sebagai suatu proses
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Menurut Susan Irawati (2008), audit adalah suatu proses yang
sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit
mengenai kegiatan ekonomi yang mencerminkan dari informasi keuangan
suatu perusahaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh
orang-orang independen dan kompeten.
Pemeriksaan akuntansi bertujuan memberikan nilai tambah bagi
laporan keuangan perusahaan, karena tujuan akhir auditing adalah
memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan suatu
perusahaan. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi adalah
merupakan suatu komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan
mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab
dari pihak lainnya. Disamping itu auditing juga merupakan salah satu
bentuk jasa assurance (Agoes, 2004:1).
Dari definisi diatas, terdapat beberapa karakteristik dalam
pengertian auditing yaitu:
a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang telah ditetapkan
Dalam proses pemeriksaan, harus ditetapkan kriteria-kriteria informasi
yang diperlukan dan informasi tersebut Audit Finansial, Audit
Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern dapat diverifikasi
kebenarannya untuk dijadikan bukti audit yang kompeten.
b. Entitas Ekonomi (Economy Entity)
Proses pemeriksaan harus jelas dalam hal penetapan kesatuan ekonomi
dan periode waktu yang diaudit. Kesatuan ekonomi ini sesuai dengan
entity theory dalam Ilmu Akuntansi yang menguraikan posisi keuangan
suatu perusahaan terpisah secara tegas dengan posisi keuangan pemilik
c. Aktivitas Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bahan Bukti
Proses pemeriksaan selalu mencakup aktivitas mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang dianggap kompeten dan relevan dengan proses
pemeriksaan yang sedang dilakukan. Diawali dari penentuan jumlah
bukti yang diperlukan sampai pada proses evaluasi atau penilaian
kelayakan informasi dalam pencapaian sasaran kegiatan audit.
d. Independensi dan Kompetisi Auditor Pelaksana
Auditor pelaksana harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup.
Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi
dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut
menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini
publik tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas
(independent) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat
utama agar laporan audit objektif.
e. Pelaporan Audit
Hasil aktivitas pemeriksaan adalah pelaporan pemeriksaan itu. Laporan
audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor terhadap objek yang
diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat dimengerti maka
laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya. Artinya laporan
ini mampu menyampaikan tingkat kesesuaian antara informasi yang
2. Jenis-jenis Audit
Agoes (2004) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum
dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu :
a. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/ Manajemen)
Operasional/management audit merupakan pemeriksaan
atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu
organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya.
Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit
operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi
manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi
manajemen.
Amin Widjaja (2008:13), mendefinisikan audit operasional
adalah suatu proses yang sistematis sperti dalam audit laporan
keuangan, audit operasional harus mencakup langkah-langkah atau
prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup
perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif
menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
b. Compliance Audit ( Audit Ketaatan )
Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas
berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut.
telah menetapkan prosedur/peraturan dalam perusahaan sehingga hasil
audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern
manajemen.
c. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan )
Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara
keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara
umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi
lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria
yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti
prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan
keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified
Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.
1) Audit Laporan Keuangan dan Tanggung Jawab Auditor
Audit laporan keuangan memainkan peran yang sangat
diperlukan dalam ekonomi pasar bebas. Audit laporan keuangan
yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industri klien
serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan
laporan keuangan manajemen, sehingga memungkinkan auditor
meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut
untuk mematuhi standar auditing yang berlaku umum (GAAS)
dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, serta dalam
menerbitkan laporan yang memuat kesimpulan auditoryang
dinyatakan dalam bentuk pendapat atau opini atas laporan
keuangan.
Perlunya dilakukan audit independen atas laporan
keuangan dapat dilihat lebih lanjut pada empat kondisi berikut ini:
a) Pertentangan kepentingan (conflict of interest).
Banyak pengguna laporan keuangan yang memberikan
perhatian tentang adanya pertentangan kepentingan aktual
ataupun potensial antara mereka sendiri dan manajemen entitas.
Kekhawatiran ini berkembang menjadi ketakutan bahwa
laporan keuangan dengan data yang menyertainya telah disusun
sedemikian rupa oleh manajemen sehingga menjadi bias untuk
kepentingan manajemen. Pertentangan kepentingan juga dapat
terjadi diantara berbagai kelompok pengguna laporan keuangan
seperti para kreditor dan para pemegang saham. Oleh karena itu
para pengguna mencari keyakinan dari auditor independen luar
bahwa informasi tersebut telah (1) bebas dari bias untuk
kepentingan manajemen dan, (2) netral untuk kepentingan
berbagai kelompok pengguna (dengan perkataan lain, informasi
tidak disajikan sedemikian rupa sehingga menguntungkan salah
b) Konsekuensi (consequence)
Laporan keuangan yang diterbitkan menyajikan informasi
penting, dan dalam beberapa kasus, merupakan satu-satunya
sumber informasi yang digunakan untuk membuat keputusan
investasi yang signifikan, peminjaman, serta keputusan lainnya.
Oleh karena itu para pengguna menginginkan laporan keuangan
tersebut memuat sebanyak mungkin data yang relevan. Karena
keputusan yang dibuat akan membawa konsekuensi ekonomi,
social, dan konsekuensi lain yang signifikan, maka para
pengguna laporan akan melirik pada auditor independen untuk
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan GAAP, termasuk semua pengungkapan yang
memadai.
c) Kompleksitas (complexity)
Masalah akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan
telah menjadi demikian kompleks. Dengan meningkatnya
tingkat kompleksitas, maka risiko salah interprestasi dan risiko
timbulnya kesalahan yang tidak disengaja juga ikut meningkat.
Karena para pengguna merasa semakin sulit, atau bahkan
mustahil untuk mengevaluasi sendiri mutu laporan keuangan,
maka mereka mengandalkan auditor independen untuk menilai
d) Keterpencilan ( remoteness)
Para pengguna laporan keuangan, bahkan pengguna yang
paling pandai sekalipun menganggap tidak praktis lagi untuk
mencari akses langsung pada catatan akuntansi utama guna
melaksanakan sendiri verifikasi atas asersi laporan keuangan
karena adanya faktor jarak, waktu, dan biaya. Dari pada
mempercayai mutu data keuangan begitu saja, sekali lagi para
pengguna lebih mengandalkan laporan auditor independen
untuk memenuhi kebutuhannya. (Boynton, 2003:53).
2) Keterbatasan Audit Laporan Keuangan
Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai
dengan GAAS memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat.
Diantaranya adalah:
a) Biaya yang memadai
Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya
pengujian, atau penarikan sample dari catatan akuntansi atau
dqata pendukung yang dilakukan secara selektif .
b) Jumlah waktu yang memadai
Biasanya laporan auditor akan terbit dalam waktu tiga sampai
lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan waktu ini dapat
mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa
dan transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada
3. Jenis- jenis Auditor
Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis
yaitu:
a. Auditor Eksternal
Auditor eksternal bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya
diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor
ekstern menghasilkan laporan atas financial audit.
b. Auditor Internal
Menurut Mulyadi (2008:29), auditor internal adalah auditor
yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen puncak telah
dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
bagian berbagai organisasi.
Auditor internal bekerja untuk perusahaan yang mereka audit.
Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen
perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor
biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance
c. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak
yang diaudit terhadap undangundang perpajakan yang berlaku.
d. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi
keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu
audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik
pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan
dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan
pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit
atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas
menemukan adanya penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal
dari auditor tersebut yang dapat dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan,
profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas
melaporkan penyelewengan tersebut dalam laporan audit tergantung pada
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan
kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Deis
dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap
mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor
telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin
lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien,
semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena
auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga
reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan
klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit
akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya
akan direview oleh pihak ketiga.
Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit standardisasi dari bukti
audit yang diperoleh oleh auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan
juga sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi suatu
kesalahan material. Untuk meningkatkan kualitas audit maka kita harus
1. Perubahan accounting requirements terhadap Legislation dan Statements
of Standard Accounting Practice.
2. Perubahan lingkungan bisnis
3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi yang menggunakan
komputer.
Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti dengan baik apa
yang membuat suatu audit itu berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari
93 audit pemerintah yang dilakukan oleh American Institute of CPA Federal
assistance audit quality mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang
berhubungan dengan kualitas audit. Dari atribut tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas audit.
1. Independensi Auditor
Menurut Arens (2000), independensi dalam audit berarti cara
pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi
hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.
Secara umum independensi terdiri dari dua yaitu Independensi
dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan
merupakan sikap mental yang benar-benar ada dalam kenyataan ketika
auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang
pelaksanaan audit.
Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi auditor dalam
melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit
Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau presepsi
orang atau pihak lain mengenai independensi auditor. Walaupun auditor
dapat mempertahankan independensi dalam kenyataan, namun apabila
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa
auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil yang telah dibuat
oleh auditor tidak akan credible lagi.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi.
Bagaimana kompetennya seorang akuntan publik dalam melaksanakan
audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai
bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila akuntan publik
tersebut tidak independen. Dalam memberikan jasa-jasa tersebut para
anggota harus bersikap independen dalam segala hal, artinya para anggota
harus bertindak dengan integritas dan objektivitas. (Boynton, 2003:103).
a. Aspek Independensi
Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu:
1). Independensi sikap mental (independence of mind/independence of
mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran
akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
2). Independensi penampilan (image projected to the
public/appearance of independence), independensi penampilan
ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan
Menurut Supriyono (1988:34) yang dikutip dalam penelitian
Mayangsari (2003), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi
akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang
dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien
meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa
audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan
yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan
independensinya.
b. Faktor-Faktor Yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal
Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS
menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi
independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi,
gangguan yang bersifat ekstern dan gangguan yang
bersifat organisatoris. Para auditor, termasuk konsultan
yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta spesialis intern yang
melaksanakan tugas audit, perlu mempunyai pertimbangan terhadap
tiga macam gangguan ini terhadap independensi yaitu sebagai berikut:
1). Gangguan yang bersifat pribadi
Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana
auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau
dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat
dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang
bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut:
a) Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin
dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan
temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya
menjadi berat sebelah, dengan cara apapun
b) Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau
tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit
menjadi berat sebelah.
c) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang
berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas
yang sedang berjalan atau sedang diaudit.
d) Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau
sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetian
kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.
e) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya
pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji,
klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau
progam yang diaudit.
f) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya
g) Kepentingan keuangan secara langsung atau kepentigan
keuangan yang besar, meskipun tidak secara langsung pada
entitas atau program yang diaudit.
2). Gangguan yang bersifat ekstern.
Gangguan yang bersifat ekstern bagi organisasi/lembaga audit
dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi
kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan
auditnya secara independen dan obyektif. Gangguan independensi
yang bersifat ekstern, antara lain sebagai berikut:
a) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi
atau mengubah secara tidak semestinya atau secara gegabah,
terhadap lingkup audit
b) Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan
penerapan prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang
harus diperiksa.
c) Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian
suatu audit.
d) Campur tangan pihak luar terhadap organisasi/lembaga audit
mengenai penugasan penunjukkan, dan promosi staff pelaksana
audit.
e) Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi
organisasi/lembaga audit tersebut dalam melaksanakan
f) Wewenang untu menolak atau mempengaruhi peertimbangan
auditor terhadap isi semetinya dari suatu laporan audit.
g) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai
pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan
auditor atau dengan kebutuhan jasa audit.
3). Gangguan yang bersifat organisatoris.
Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh
kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat
auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang
dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau
audit terhadap entitas lain.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal.
Setiap auditor eksternal harus menjaga dan mempertahankan
independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat
merusak independensi. Oleh karena itu auditor eksternal harus
mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat merusak
independensinya. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal akan
dijelaskan dibawah ini:
1). Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan
komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling
banyak tujuh direktur yang bukan dari manajemen. ( Arens. Et. Al,
2003).
Hasil riset yang dilakukan oleh Gul (1989) menunjukkan
bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap persepsi independensi auditor eksternal.
Anggota komite audit terdiri dari non direktur eksekutif perusahaan
dan bertanggung jawab untuk menunjuk auditor dan menetapkan
Quasi judical body (seperti badan hukum) dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan keberadaan auditor independen yang
respek terhadap beberapa jasa yang disediakan oleh manajemen.
(Mautz dan Neary, 1979).
2). Kondisi Keuangan Perusahaan Klien.
Temuan Gul (1989) menunjukan bahwa, menurut persepsi
bankir kondisi keuangan perusahaan klien terhadap independensi
auditor tidak berpengaruh secara signifikan. Akan tetapi, penelitian
lain menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan klien
berpengaruh terhadap sebagian besar auditor untuk dapat
menghindari maupun tidak dapat menghindari dari tekanan
kliennya. Shuctz dan Gustavon (1987) menemukan bukti bahwa
aktuaris merasa bahwa resiko kewajiban hokum kantor akuntan
berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila
menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau
takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh
Knapp (1985) menemukan bukti bahwa pada saat kondisi
keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor
meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin
menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hokum
meningkat.
3). Jasa Konsultasi Manajemen
Menurut Boynton (2003), jenis utama jasa-jasa yang
diberikan oleh kantor akuntan publik adalah:
a) jasa akuntansi dan kompilasi
b) jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review,
prosedur yang disepakati
c) jasa-jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen,
perencanaan keuangan, serta jasa internasional.
Aktivitas kantor akuntan selain memberikan jasa audit,
juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini
memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena
akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan
kliennya. Menurut Supriono (1988), hal ini mungkin disebabkan
oleh beberapa alasan misalnya: (a) kantor akuntan yang
independensinya dalam melaksanakan pekerjaan audit. (b) kantor
akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain audit
tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya,
sehingga cenderung tidak independent didalam melaksanakan
audit. (c) pemberian jasa lain selain audit mungkin menghasurkan
kantor akuntan publik membuat keputusan tertentu untuk kliennya,
sehingga posisi akuntan publik menjadi tidak independen dalam
melaksanakan audit.
4). Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik
Persaingan antar kantor akuntan dapat diidentifikasi
sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan
jasa audit yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang
memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan
yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif.
Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan
mempunyai pengaruh besar terhadap independensi auditor
eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan
yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau
mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien.
5). Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik dengan Klien
Lamanya hubungan antara kantor akuntan dengan
kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor
kliennya. (Shockley, 1981). Tingkat lamanya hubungan antara
KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
lima tahun/kurang dan lebih dari lima tahun.
d. Indikator Independensi
Mautz dan sharaf (1982) memberikan beberapa indikator
independensi professional. Indikator-indikatornya adalah:
1). Independensi dalam program audit
a) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit
b) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit
c) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain
yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.
2). Independensi dalam verifikasi
a) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan
b) Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen
selama verifikasi audit
c) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan
bukti
d) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi
3). Independensi dalam pelaporan
a) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau
signifikasi dari fakta-fakta yang dilaporkan
b) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang
signifikan dalam laporan audit
c) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta,
opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor
d) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan
auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit.
2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal
Dalam audit laporan keuangan seorang auditor eksternal harus
mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan
suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh
tiga faktor yaitu: (a) pendidikan universitas formal untuk memasuki
profesi (b) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (c)
mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional
auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang
cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami
relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi
tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi
pekerja yang kemungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-
aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai
adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai
kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan,
dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan
yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi
kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman
(Mayangsari, 2003).
Menurut I Gusti Agung Rai (2008: 63), Supaya berhasil dalam
melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,
pengetahuan umum yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya.
Adapun mutu personal yang baik adalah:
1. Rasa ingin tahu
2. Berpikiran luas
3. Mampu menangani ketidakpastian
4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
5. Menyadari bahwa beberap temuan dapat bersifat subjektif
3. Pengalaman auditor
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang
dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan
meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja.
(Ratnadi, 2005)
Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan
dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Meifida (2006)
menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan
rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas
(job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang
dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar
melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam
Meifida (2006), menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak
beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton,
1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton (1991) dalam
Meifida (2006), sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit
memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.
Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002:483)
jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar
terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian
yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai
kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta
tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
4. Lamanya Waktu/Proses Audit
Lamanya waktu/proses auditor tersebut telah melakukan
pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi
disebut juga tenure. Peneliti berasumsi bahwa semakin lama dia telah
melakukan audit, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin
rendah. Karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan prosedur
audit yang dilakukan kurang inovatif atau mungkin gagal untuk
mempertahankan sikap professional skepticism. (Deis dan Giroux,1992
dalam Nasrullah, 2003).
5. Jumlah klien
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa semakin banyak
jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik. Karena auditor
dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya.
(Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003).
6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien
Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga
berkorelasi dengan kualitas audit. Dan korelasinya menunjukkan
hubungan yang negatif, dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan
klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk
gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah: (a) pernyataan
etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang
buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing
berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi
auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal
internasional profesi auditor. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah,
2003).
7. Audit Fee
Menurut Abdul Halim (2001:89), Audit fee adalah biaya yang
harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah
KAP. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya didalam
penerimaan penugasan. Oleh sebab itu, penentuan audit fee perlu
disepakati antara klien dengan auditor. Penentuan fee tidak boleh terlalu
besar atau terlalu kecil. Ada beberapa cara dalam penentuan atau
penetapan fee audit, antara lain:
a. Per diem basis
Pada cara ini, fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang
digunakan oleh tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan,
kemudian dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan
oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda-
b. Flat atau kontrak basis
Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa
memperhatikan waktu audit yang dihabiskan, yang penting pekerjaan
terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.
c. Maksimum fee basis
Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama
kali tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu
tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar
auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu
kerja.
Besarnya fee audit ditentukan oleh banyak faktor. Namun
demikian, pada dasarnya terdapat 4 faktor dominan yang menentukan
besarnya fee audit, yaitu (Abdul Halim, 2001: 89):
1) Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva,
modal, dan lain-lain.
2) Lingkungan, seperti persaingan pasar, tenaga profesional, dan lain-
lain.
3) Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi
perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain.
4) Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi
Di Indonesia, khususnya di Surabaya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sodik dalam Abdul Halim, (2001:89) yang meneliti
masalah ini pada tahun 1993 menunjukkan bahwa faktor yang dominan
dalam penentuan fee audit berturut-turut adalah lamanya waktu audit,
jumlah lokasi, jumlah laporan klien, frekuensi audit, ruang lingkup
audit, penggunaan jasa pihak lain, jenis industri klien, kepemilikan
klien, total aktiva klien, dan modifikasi laporan.
Lebih lanjut dijelaskan dalam Surat Keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Yang
dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam
jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan
tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa
yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang
dikenakan oleh auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh
auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan dan kompetensi Anggota dalam menerapkan standar teknis
dan standar profesional yang berlaku.
Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, Akuntan Publik
harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit, sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan audit antara lain : pendahuluan perencanaan,
pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman
melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas, membuat
program audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion
dengan management.
b. Tahap pelaksanaan audit antara lain : pengujian pengendalian
internal, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian detail transaksi.
c. Tahap pelaporan antara lain : review kewajiban kontijensi, review
atas kejadian setelah tanggal neraca, pengujian bukti final, evaluasi
dan kesimpulan, komunikasi dengan klien, penerbitan laporan audit,
dan capital commitment.
Selain itu, dalam menetapkan fee audit, Akuntan Publik harus
juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kebutuhan klien
b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties)
c. Independensi
d. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang
melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas
pekerjaan
e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan
oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan
Imbalan jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan
bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan.
Dalam hal imbalan jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu
pengerjaan, Anggota harus menyampaikan Surat Perikatan
(Engagement Letter) yang setidaknya memuat : (1) tujuan, lingkup
pekerjaan serta pendekatan dan metodologinya; dan (2) basis penetapan
dan besaran imbalan jasa (atau estimasi besaran imbalan jasa) serta cara
dan/atau termin pembayarannya.
Anggota diharuskan agar selalu : (1) memelihara dokumentasi
lengkap mengenai basis pengenaan imbalan jasa yang disepakati; dan
(2) menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten
dengan praktek yang lazim berlaku.
Untuk mempertahankan independensinya, Anggota sudah harus
menerima imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum
memulai pekerjaan untuk periode berikutnya. Anggota tidak
diperkenankan menerima perikatan apabila klien belum membayar
lunas kewajiban kepada auditor terdahulu.
Praktek yang baik mengharuskan dilakukannya penagihan secara
bertahap atas pekerjaan yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu
bulan. Penagihan harus segera dilakukan begitu termin yang disepakati
Setiap Kantor Akuntan Publik wajib menerapkan ketentuan
mengenai panduan penetapan imbalan jasa (fee) audit sebagaimana
diatur dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini. Kebijakan penentuan fee
audit oleh Kantor Akuntan Publik menjadi salah satu aspek dalam hal
dilakukannya review mutu terhadap Kantor Akuntan Publik tersebut.
(Aron simanjuntak, 2008).
C. Penelitian Terdahulu
1. De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung
berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk
ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar
adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak
memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan
jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan
kehilangan klien.
2. Deis dan Giroux (1992) yang melakukan investigasi tentang determinan
dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of
Independen School District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality
Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran langsung
melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan kualitas
audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau
instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau kesehatan
keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut
mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
3. Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) menyatakan bahwa:1)
Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencakan tingkat
kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor
yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan
audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit fees yang lebih
kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan mengurangi
over time dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar menunjukkan
kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang
dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997; Teoh dan Wong, 1993)
4. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan bahwa
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti
bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang
baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu
pengalaman dan pengetahuan.
5. Heri (2008), memberi kesimpulan dalam penelitiannya bahwa akuntan
publik menyatakan sangat penting untuk bersikap independen terhadap
D. Kerangka Pemikiran
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini akan
dikembangkan dalam sebuah kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai