• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pendidik Dalam Pengembangan Fitrah Sebagai Potensi Dasar Manusia Di Sma Dharma Karya Ut Pamulang, Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Pendidik Dalam Pengembangan Fitrah Sebagai Potensi Dasar Manusia Di Sma Dharma Karya Ut Pamulang, Tangerang Selatan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)

Disusun Oleh

MUHAMMAD ILZAM ASY’ARI

208011000027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)

Oleh,

Muhammad Ilzam Asy'ari

208011000027

Di bawah bimbingan,

Marhamah Saleh, Lc. MA

NIP, 19720313 200801 2 010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JAKARTA

(3)
(4)
(5)

Manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan.

Kata Kunci : Peran Pendidik (Guru), Fitrah, Potensi Dasar.

Peran pendidik (guru) di sekolah selain mengajar juga harus memahami dan mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan yakni menjadikan siswa yang dewasa, mandiri, cerdas dan bertanggung jawab atas keluarga, masyarakat atau bangsa dan negaranya.

Kurangnya perhatian dalam mengembangkan fitrah siswa ini akan menimbulkan kesenjangan sosial. Misalnya sekarang masih banyak siswa yang sering tawuran di sekolah, membuat anarki di jalan raya, balapan motor yang mengganggu ketertiban lalu lintas di jalan raya, bahkan sampai berbuat kriminal yang menewaskan nyawa seseorang.

Oleh karena permasalahan ini, peneliti ingin menelaah lebih dalam tentang perang pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan. Objek penelitian ini yaitu siswa kelas XI yang dijadikan populasi dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sehingga semuanya dapat di gambarkan sesuai dengan fenomena kondisi apa yang ada di lapangan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang Kota Tangerang Selatan di peroleh rxy sebesar 0,22. Hal ini menunjukkan korelasi antara variabel X (peran pendidik) dengan variabel Y (mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar) merupakan korelasi positif yang signifikan berada pada rentang 0,20 – 0,39 berarti terdapat korelasi positif yang lemah/rendah. Dengan hasil KD (coefficient of determination) 4,84%. Ini disebabkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator dinilai kurang oleh siswanya. Walaupun rendah/lemah yang terpenting ialah guru memberikan kontribusi untuk mengembangkan potensi dasar siswa karena tidak hanya peran pendidik di sekolah, peran dari keluarga dan masyarakat pun juga turut membantu jika ingin mencapai tujuan yang maksimal dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa.

(6)

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang

telah melimpahkan kekuatan lahir dan bathin kepada diri penulis, sehingga setelah

melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para

pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasulullah Saw. Amiin…Yaa Robbal

Alamin.

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,

baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan

dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan apresiasi dan

terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta

bapak Prof. Dr. H. Rif'at Syauqi, MA, selaku dosen seminar proposal beserta

seluruh staffnya.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M.Ag dan

sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag

beserta seluruh staafnya.

3. Marhamah Saleh, Lc yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu

dalam rahmat dan lindungan Allah Swt. Sehingga ilmu yang diajarkan dapat

(7)

Alfin fiqih dan Thoriq Hidayatul Haq yang dengan segala pengorbanannya

yang tak pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan

petunjuk dari mereka berdua kiranya merupakan dorongan moril yang paling

efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

6. Drs. Wahid Hasyim selaku kepala sekolah SMA Dharma Karya UT

Pamulang, Kota Tangerang Selatan beserta guru-guru dan stafnya yang telah

memberikan izin, bantuan, dorongan nasihat dan kerja samanya dalam

penelitian.

7. Ibu pimpinan perpustakaan utama beserta stafnya, Perpustakaan Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, segala kemudahan yang diberikan kepada

penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukunh penyelesaian skripsi

ini.

8. Teman-temanku mahasiswa UIN khususnya Jurusan Pendidikan Agama

Islam angkatan 2008, teman-teman dekatku Jumar, Fahru, Bangun

Parlindungan, Siti Hanifah, Khodijah, Fitri, Romadhon yang selalu

memberikan semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan pahala

dari rahmat Allah Swt. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak . Amiin Yaa Rabbal alamiin.

Jakarta, 2 Januari 2013

(8)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 7

C. Pembatasan Masalah ……… 8

D. Perumusan Masalah ………. 8

E. Tujuan Penelitian ………... 8

F. Manfaat Penelitian ……… 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Guru (Pendidik) ………. 10

1. Pengertian Guru …………... ……….………….. 10

2. Peran Guru ……….. 11

B. Fitrah dan Bentuk-Bentuknya ……….. 15

1. Pengertian Fitrah ………. 15

2. Struktur dan Komponen Fitrah ……… 16

3. Fungsi Fitrah ……… 19

4. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Fitrah ……… 20

(9)

F. Kerangka Berpikir ………. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 33

B. Metode Penelitian ……… 33

C. Variabel Penelitian ……….. 34

D. Populasi dan Sampel ……… 34

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35

F. Isntrumen Penelitian ……… 35

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Sekolah ……… 42

B. Pengolahan Data ………. 46

C. Analisa Data ……… 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 68

B. Saran-Saran ………. 69

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument penelitian ……… 36

Tabel 3.2 Skor item alternatif jawaban responden ………... 38

[image:10.595.113.508.277.565.2]

Tebel 3.3 Angka indeks korelasi "r" product moment……….40

Tabel 4.1 Rekapitulasi keadaan guru SMA Dharma Karya UT ………...45

Tabel 4.2 Keadaan siswa Tahun 2012-2013 ……….47

Tabel 4.3 – 4.15 Peran Guru (Pendidik) ………...48

Tabel 4.16 –4.27 Pengembangan Fitrah (Potensi dasar) ……… 57

(11)

Lampiran 2 . Hasil Wawancara

Lampiran 3 . Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 . Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 . Tabel Nilai Koefisien Korelasi "r" Product Moment

Lampiran 6 . Surat Keterangan Penelitian (Riset)

Lampiran 7 . Foto Sekolah Dharma Karya UT

Lampiran 8 . Surat Pernyataan Jurusan

Lampiran 9 . Surat Keterangan Bebas Biaya Kuliah

Lampiran 10 . Lembar Uji Referensi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud dengan kepribadian yang utama dan ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara.1

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini

untuk menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi saat ini dan

generasi yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan generasi-generasi muda

mempunyai sikap dan mental yang sangat tangguh, kuat dan istiqomah

sehingga tidak goyah dalam menghadapi segala masalah dan rintangan.

Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja sumber daya manusia

adalah hal yang utama yang perlu diperhatikan untuk menyiapkan SDM yang

handal dan berkualitas. Sebagai suatu upaya, pendidikan berusaha untuk

menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa

1

(13)

(Afektif), maupun dari segi karsa (psikomotorik). Pembinaan dari segi cipta

(kognitif) antara lain bisa dilakukan melalui peningkatan intelektualitas,

pendidikan dan logika dalam wujud penguasaan dan penerapan ilmu dan

teknologi. Pengembangan dari segi rasa dapat dilakukan melalui kegiatan dan

apersepsi kesenian dalam berbagai bentuk. Sedangkan karsa dikembangkan

melalui penanaman dan pengembangan etika, adat kebiasaan dan pendidikan

dalam rangka membangun kemampuan (potensi) manusia.

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan

merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan

kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan

nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar

nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan

tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai sifat hakiki dan ciri-ciri

kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian

usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa

kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar

menjadi pribadi yang bertanggung jawab.2

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan

memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan

pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan

pendidikan.3

Mungkin satu hal yang sangat penting perlu diingatkan kepada orang

tua dan para pendidik ialah bahwa yang terbentang di hadapan mereka

tidaklah mulus. Ada beberapa kendala besar yang menghadang mereka.

Kendala-kendala yang mereka hadapi dan harus dapat mereka taklukkan

misalnya seperti berupa ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung

keras kepala dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas nama

2

Ibid, h. 15 3

(14)

kebebasan, mereka berani mendebat, membantah, terutama dalam

masalah-masalah agama sampai pada ambang batas meragukan kebenarannya.

Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap

lapang dada dari kaum ayah dan para didik.4

Dalam permasalahan ini yang lebih di tekankan adalah para pendidik

yang berfungsi sebagai pusat ilmu dan juga berhak mengatur kepada siswa

yang ada di sekolah. Maksud pendidik dari permasalahan skripsi ini adalah

seorang guru yang mengajar di sekolah. Pendidik harus tau apa yang di

inginkan oleh siswa, sebab jika itu tidak terjadi maka dampaknya akan fatal

yang diperoleh siswa.

Dalam hal ini pendidik adalah guru yang professional, karenanya

secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Tatkala

orang tua menyerahkan anaknya kepada guru. Hal itupun kemudian

berimplikasi bahwa orang tua tidak bisa menyerahkan anaknya kepada

sembarang guru, karena tidak setiap orang tua dapat menjadi guru.

Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang

merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru

harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi

belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil

tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip

belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain

guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang

sebaik-baiknya.

Pendidik seharusnya memahami dan mengenal potensi atau

kemampuan siswa masing-masing, karena setiap siswa dilahirkan dengan

membawa fitrah suci yang berbeda-beda. Oleh karena itu bagi pendidik untuk

tidak melakukan pendidikan dengan cara kekerasan di sekolah, sebab sekolah

adalah tempat siswa untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi yang

4

(15)

mereka punya, bukan tempat pelatihan untuk menuntut mereka semua

sanggup dan mampu menguasai apa yang mereka pelajari dari sekolah

tersebut.

Sekolah merupakan tempat pengembangan potensi siswa, karena

siswa adalah manusia maka setiap manusia tidak lepas dari kekurangan dan

kelebihan masing-masing. Guru atau pendidik yang profesional harusnya

memahami itu semua. Tapi kenyataannya di lapangan paradoks dengan teori

dan konsep tadi. masih banyak guru atau pendidik yang belum memahami

potensi atau bakat yang dimiliki oleh siswa, Maka timbullah kekerasan yang

diperoleh oleh siswa dari gurunya. Padahal jelas guru dituntut mempunyai

komitmen yang tinggi dalam membimbing, membina, dan mendidik siswa,

bukan untuk menekan, merusak dan melakukan kekerasan fisik kepada siswa.

Semua itu terjadi karena salah satu sebab yaitu guru masih belum mempunyai

karakter kematangan emosional.

Dalam bukunya Nuraida dan Rihlah Nur Aulia yang berjudul "

Character Building Guru PAI" dijelaskan bahwa seorang guru di haruskan

mempunyai karakter kematangan emosional (EQ). Emosi adalah keadaan

perasaan yang banyak berpengaruh pada perilaku. Biasanya emosi

merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu.

Bedasarkan pengertian emosi diatas maka dapat dipahami bahwa

emosi sangat penting untuk kehidupan kita. Emosi bisa berbahaya jika tidak

dikendalikan, tetapi emosi akan cerdas jika ia dijalankan selaras dengan

akal.5

Mengenal potensi atau bakat anak sangat mudah dan praktis yaitu

dengan cara mendiagnosa bukan dengan cara menekan sampai siswa mampu

dan sanggup apa yang guru harapkan. Memahami potensi siswa sangatlah

penting sejak awal mereka dididik dan dibimbing, sebab untuk memperoleh

tercapainya manusia yang dewasa, pintar, cerdas dan jenius haruslah

mengenal dan memulai dari awal kemampuan (potensi) apa yang mereka

5

(16)

miliki lalu mereka tekuni hingga tercapailah titik terakhir dan tujuan apa yang

mereka harapkan. Salah satu sebabnya juga karena siswa tidak tahu bakat dan

potensi yang mereka punya, sehingga mereka tidak tepat dalam menentukan

pilihan yang sesuai dengan kemampuan (potensi) dan bakat yang mereka

miliki. "The Right Man The Right Of Job" orang yang tepat adalah orang

yang tepat menempatkan potensinya pada tempatnya dan pada bidangnya.

Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki

ranking tertinggi dari sekian kajian yang ada. Selain obyeknya unik, kajian

itu dapat menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi yang berbeda.

Fenomena seperti itu dapat dipahami, sebab keberadaan manusia didunia

bukan sekedar ada dan berbeda, tetapi lebih penting lagi, ia dapat mengada.

Ia berperan sebagai obyek dan subyek sejarah, bahkan mampu mengubahnya.

Kehidupannya dinamis dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai

kesempurnaan. Karena itulah maka kajian tentang manusia, tanpa mengenal

perbedaan zaman, selalu relevan dan tidak akan pernah mengalami

kadaluarsa.

Citra manusia disini adalah gambaran tentang diri manusia yang

berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut

merupakan sunnah Allah yang dibawa sejak ia dilahirkan. Kondisi citra

manusia secara potensial tidak dapat berubah, sebab jika berubah maka

eksistensi manusia menjadi hilang, namun secara aktual, citra itu dapat

berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.

Pada awalnya manusia di lahirkan dengan fitrah yang suci, yang

meliputi jasmani dan akal (ruh). Semua manusia bisa menjadi orang jujur dan

dusta, takut dan berani, rajin dan malas. Tergantung pada dari segi mana yang

lebih dominan dalam diri manusia tersebut. Jika jujurnya yang lebih dominan

maka orang tersebut dikatakan orang yang jujur begitu juga sebaliknya, jika

takutnya yang lebih dominan maka orang tersebut dikatakan penakut begitu

juga sebaliknya. Semua ini adalah sunnatullah yang telah diberikan oleh

(17)

fitrah itu dapat dikembangkan, baik di keluarganya, sekolahnya, maupun di

lingkungannya.

Sebagai lembaga pendidikan formal, SMA DK UT Tangerang

memiliki beberapa komponen-komponen yang saling terkait antara satu

dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut tentunya memiliki

peranan tersendiri dalam proses pendidikan di lembaga tersebut. peranan

tersebut akan berjalan dengan baik apabila guru dan siswa saling mengerti

dan menghargai tugas dan kewajiban masing-masing.

Dalam hal ini penulis melihat dan mendapati data dari salah satu

tenaga pendidik yang sudah lama bekerja di lembaga tersebut, menyatakan

bahwa ada hal-hal tertentu yang harusnya tidak terjadi dalam sebuah lembaga

pendidikan. Sehingga banyak siswa-siswi di sekolah tersebut yang tidak

patuh, atau tidak senang dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah

tersebut, penulis juga melihat dengan mata sendiri dan menyaksikan guru di

sekolah tersebut menghukum salah satu muridnya dengan menjewer

telinganya yang tidak sanggup mengerjakan tugas. Dan ada juga guru yang

meremehkan kemampuan siswa dan siswi di sekolah tersebut. karena guru

tersebut tidak memahami tentang fitrah manusia sebagai potensi dasar siswa.

Karena setiap manusia terdapat kekurangan dan kelebihan sesuai dengan

bakat yang mereka miliki masing-masing.

Dari latar belakang masalah di atas inilah penulis di sini akan

mengupas permasalahan yang berhubungan dengan fitrah manusia yang sejak

dini sudah mulai dikembangkan melalui pendidikan. Tidak lain pertama fitrah

itu dikembangkan melalui lingkungan keluarga terlebih dahulu dan itu sangat

menentukan potensi, bakat dan minat si anak dalam kepribadiannya sebelum

masuk pada fase permulaan remaja. Secara psikologis anak itu sangat

cenderung kuat potensinya dalam menangkap suatu pelajaran dari ekstern diri

anak tersebut. Yang jadi masalah disini ialah bagaimana semestinya dan

idealnya mengembangkan fitrah manusia tersebut. pendidik atau orang tua di

haruskan mengenal terlebih dahulu potensi dasar apa yang dimiliki oleh si

(18)

terjadi kontradiktif antara harapan orang tua atau pendidik dengan ideologi

yang diterapkan kepada anaknya. Oleh karena itu Penulis tertarik ingin

mengetahui secara komprehensif dengan mengangkat judul “PERANAN

PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN FITRAH SEBAGAI

POTENSI DASAR MANUSIA DI SMA DHARMA KARYA UT

PAMULANG, TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas yang dikemukakan pada latar belakang masalah,

maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai

berikut :

1. Pendidik yang masih banyak mengabaikan fitrah manusia dalam diri

seorang siswa SMA Dharma Karya UT.

2. Kurangnya kesadaran dari para pendidik akan perlunya memperhatikan

potensi yang dimiliki oleh seorang siswa SMA Dharma Karya UT.

3. Belum diketahui strategi pendidik yang efektif dan ideal dalam

mengembangkan fitrah atau kecenderungan potensi yang dimiliki oleh

seorang siswa SMA Dharma Karya UT.

4. Masih banyaknya siswa yang kurang berprestasi dan berprilaku negatif.

Seperti : Tawuran, malas, kurang tanggung jawab, bolos dll.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah dan spesifik,

maka penulis memberikan pembatasan masalah peranan pendidik sebagai

berikut :

1. Perencanaan strategi yang dibuat dalam mengembangkan fitrah sebagai

potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.

2. Pelaksanaan atau penerapan strategi yang telah dibuat untuk

pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya

(19)

3. Penelitian ini di batasi hanya pada siswa kelas XI SMA Dharma Karya

UT.

D. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai

potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?

2. Seberapa besar kontribusi peran pendidik dalam mengembangkan fitrah

sebagai potensi dasar yang dimiliki seorang siswa di SMA Dharma Karya

UT ?

3. Bagaimana langkah yang efektif dan idealnya untuk mengembangkan

fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian masalah yang akan dibahas dalam skripsi

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah

sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendidik (guru) dalam

mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma

Karya UT.

3. Untuk mengetahui langkah strategis yang efektif dan ideal dalam

mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar pada siswa SMA Dharma

Karya UT.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai

kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya

peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat merasakan

manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak

(20)

1. Tenaga pendidik (guru) di sekolah, sebagai bahan masukan dalam

meningkatkan pelaksanaan pengembangan fitrah manusia.

2. Orang tua di rumah, sebagai bahan masukan dalam mendidik anak sejak

usia permulaan anak-anak hingga usia kematangan remaja.

3. Seluruh masyarakat luas, di lingkungan yang penuh tantangan ini sehingga

hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan masukan dalam

mengembangkan pemuda dan pemudi sebagai harapan bangsa dan Negara.

4. Peneliti selanjutnya agar dapat membantu dalam menulis penelitian

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. GURU (PENDIDIK)

1. Pengertian Guru (pendidik)

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab

dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang

disebut guru adalah orang memiliki kemampuan merancang program

pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik

dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai

tujuan akhir dari proses pendidikan.1

Guru sebagai orang tua anak ke dua di sekolah. Orang tua adalah

yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak

baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.2 Pendidik pertama dan utama

adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas

kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak

sangat tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya. Kesuksesan anak

kandung merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah

Swt :

1

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, h.15

2

(22)















Artinya :" Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka " (QS. Al-Tahrim:6)3

Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan

seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),

maupun psikomotorik (karsa).4 Pendidik juga berarti orang dewasa yang

bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,

mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri

dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. Dan

mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk

individu yang mandiri.5

2. Peran Guru (Pendidik)

Peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus

menjadi fasilitator, kolaborator, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi

siswa. Karena guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar

kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran guru

sebagaimana dimaksud, maka peran siswa pun mengalami perubahan, dari

partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan

berbagi (sharing) pengetahuan/ keterampilan serta berpartisipasi sebanyak

mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat

3

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi 1, Cet-2, h. 88

4

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 74-75.

5

(23)

belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa

lain.6

Setiap guru harus tahu, bahwa dunia menghendaki pertumbuhan

yang melebihi “pengorbanan” pola-pola herediter dari struktur dan fungsi saja

dalam suatu lingkungan geografis. Pertumbuhan yang berat sebelah semacam

ini sama sekali tidak memperhatikan lembaga-lembaga kebudayaan kita dan

juga mengabaikan cita-cita serta nilai yang dapat mengangkat kehidupan

manusia keatas taraf kehidupan dihutan. Pendidikan yang sebenarnya selalu

berusaha menaikkan manusia ketingkat kehidupan yang tertinggi dan terbaik

sebagai makhluk sosial.7

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga

merupakan insan yang unik.

2. Individu yang sedang berkembang.

3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

manusiawi.

4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.8

Peran seorang pendidik juga berkedudukan tinggi dalam Islam,

karena pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang

memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan

meluruskan perilakunya yang buruk.9 Untuk mewujudkan pendidik yang

profesional berdasarkan roh Islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil

Rasulullah Saw sebagai pendidik yang ideal, karena hakikat diutusnya

Rasulullah ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat

lil-alamin. Semua sunnah Rasulullah menjadi panduan utama setelah al-Qur'an

bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama aspek pendidikan.

6

IIf Khoiru Ahmadi. Sofan Amri. Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cetakan Pertama, h. 191.

7

H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. M. Buchori, (Jakarta: Aksara Baru, 1978), h.143.

8

Umar, op. cit., h. 52 9

(24)

Keberadaannya sebagai pendidik merupakan sumber konsep pendidikan yang

kebenarannya direkomendasikan Allah Swt.10

Kebanyakan para pendidik berpendapat bahwa tanggung jawab

yang terpenting itu adalah :

1. Tanggung jawab pendidikan iman.

2. Tanggung jawab pendidikan akhlak.

3. Tanggung jawab pendidikan fisik.

4. Tanggung jawab pendidikan intelektual.

5. Tanggung jawab pendidikan psikis

6. Tanggung jawab pendidikan sosial.

7. Tanggung jawab pendidikan seksual.11

Peran seorang guru dalam proses balajar-mengajar antara lain

adalah :

1. Guru sebagai "pengawas"

Agar belajar dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar

dan mencapai tujuannya, disamping sebagai sumber informasi maka guru pun

harus bertindak sebagai pengawas dan penilai didalam proses belajar mengajar

lewat formasi diskusi. Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru

menentukan tujuannya dan prosedur untuk mencapainya.

2. Guru sebagai "Motivator"

Terutama bagi siswa – siswa yang belum cukup mampu untuk

mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan serta

mengeluarkan pendapatnya sendiri maka agar formasi diskusi dapat

diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong

setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan

kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin.12

10

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), Cetakan ke-1, h. 1.

11

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Dari

Tarbiyatul Aulad fil Islam (Edisi Bahasa Arab)Juz I oleh Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Ali, (Semarang: Asy-Syifa', 1981), Cetakan ke-3, h. 149

12

(25)

3. Guru sebagai "Pendidik"

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan

identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh Karena itu, guru

harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

4. Guru sebagai "Innovator"

Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis

berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan

diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi

peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses

belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.13

5. Guru sebagai "Mediator dan Fasilitator"

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

6. Guru sebagai "Evaluator"

Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini

bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu

tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.14

Guru memainkan peranan yang penting dalam menggalakkan

murid-murid cintakan pelajaran. Dia harus mempunyai sifat-sifat yang boleh

dipercayai untuk memikul tugas menjadi guru. Di samping mempunyai

kebolehan tentang mata pelajaran yang diajar. Oleh karena itu seorang guru

harus mempunyai kecintaan yang sungguh-sungguh terhadap kerjanya. Dia

harus mempunyai hasrat yang benar-benar ikhlas ingin menolong

murid-muridnya. Kemajuan murid-murid tidak syak lagi mempunyai hubungan rapat

dengan guru dan sekolah. Suasana disekolah mempunyai kesan yang besar

terhadap kejayaan murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi murid-murid dan

13

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet ke-7, h. 37

14

(26)

guru adalah ibu bapak kedua kepada mereka. Memang sudah menjadi

tanggung jawab seorang guru itu untuk menaikkan taraf muridnya agar

menjadi insan yang berguna kepada agama, Negara dan bangsa.15

B. FITRAH DAN BENTUK-BENTUKNYA

1. Pengertian Fitrah

Al-fitrah dalam kamus Al-Munawwir artinya sifat pembawaan

(yang ada sejak lahir), ciptaan, agama, sunnah dan dalam keadaan menurut

fitrahnya.16

Pada dasarnya, fitrah manusia adalah senantiasa tunduk kepada Zat

yang hanif (Allah) melalui agama yang disyari'atkan padanya. Fitrah

merupakan anugerah Allah yang telah diberikan-Nya kepada manusia sejak

dalam alam rahim. Ketika lahir, potensi anak belum diketahui. Pada masa ini

seorang anak hanya membawa insting (gharizah), seperti menangis,

merasakan haus, lapar dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan

psikisnya, potensi tersebut bertahap mengalami perkembangan ke arah yang

lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan

efisien adalah melalui pendidikan.17

Menurut bahasa fitrah berarti asal kejadian (ibda', khalq), kesucian

dan agama yang benar. Fitrah manusia menurut ajaran Islam adalah bebas dari

noda dan dosa, seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti

"agama yang benar", yaitu agama Allah, sebagaimana dijelaskan QS. Ar-rum

(30) ayat 30:

                                       15

Amina Noor, Mendidik anak Pintar Cerdas Bermula Dari Alam Rahim…, (Kuala Lumpur, Darul Nu'man, 1995), Cetakan Pertama, h. 133

16

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet ke-14, h. 1063.

17

(27)

Artinya: " Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ".

fitrah Allah pada ayat diatas maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada

manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak

beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.18

Dalam pandangan islam keberagamaan berarti fitrah (sesuatu

yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya).19 Dengan

demikian, secara sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula,

atau bawaannya sejak lahir.

Fitrah berarti “terbukanya sesuatu dan melahirkannya” , seperti

orang yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut maka berkembang

menjadi dua makna pokok; pertama, fitrah berarti al-insyiqaq atau al-syaqq

yang berarti al-inkisar (pecah atau belah)., kedua, fitrah berarti khilqah,

al-ijad atau al-ibda’ (penciptaan).

2. Struktur Dan Komponen Fitrah

Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat segera diketahui bahwa

struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 sebagai berikut :

Pertama, fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai

intinya. Faktor keturunan psikologis (heriditas kejiwaan) orang tua anak

merupakan salah satu aspek dari kemampuan dasar manusia.

Kedua, fitrah dalam bentuk bakat (mahabib) dan kecenderungan

(qabiliyat) yang mengacu kepada keimanan kepada Allah Swt. Dengan

demikian, fitrah mengandung komponen psikologis yang berupa keimanan

tersebut. Hal tersebut terjadi, karena iman bagi seorang mukmin merupakan

18

Ahsin w. Al-hafidz, Kamus Ilmu Al-qur'an, (Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset, 2008), Cet-3, h. 78.

19

(28)

daya penggerak utama (elan vital) dalam dirinya yang memberi semangat

untuk selalu mencari kebenaran hakiki dari Allah Swt.

Ketiga, fitrah berupa naluri dan kewahyuan (revilasi), yang

keduanya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam; keduanya saling

terpadu dalam perkembangan manusia. Mata uang itulah yang dapat

diibaratkan fitrah. Yakni dari satu sisi ia adalah potensi, dan dari sisi lain ia

adalah wahyu.20

Keempat, fitrah berupa kemampuan dasar untuk beragama secara

umum, yakni tidak terbatas pada agama islam saja, melainkan pada agama

lainnya. Dan dengan dasar kemampuan inilah manusia dapat dididik menjadi

orang Yahudi, Nasrani atau Majusi, namun tidak dapat di didik menjadi ateis

(anti tuhan).21

Sebuah sabda Nabi Saw yang populer, yang banyak disitir oleh para ulama’ antara lain sebagai berikut:

Artinya:“Dari Abu Hurairah ra., berkata: Rasulullah bersabda :

“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah

yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (H.R. Bukhari dan muslim)

Hadits di atas mengandung pengertian bahwa setiap anak

dilahirkan dengan membawa potensi. Baik atau buruknya potensi yang

dikeluarkannya kemudian tergantung kepada lingkungannya. Untuk itu proses

pendidikan sangat menentukan pengembangan potensi tersebut. maka kata

fitrah berarti kecendrungan beragama yang terdapat dalam diri manusia.

Kecendrungan beragama tersebut dapat terwujud menjadi Yahudi, Nasrani

atau Majusi, amat bergantung pada lingkungan dan proses pendidikan yang

20

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), c. I, h. 5.

21

(29)

diberikan kepadanya, terutama pendidikan yang diberikan oleh kedua orang

tuanya.22

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah

ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk

mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminologi Islam, dorongan ini

dikenal dengan hidayat al-diniyyat. Berupa benih-benih keberagaman yang

dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini

manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama.23

Demikianlah, sejak saat kelahirannya yang pertama, fitrah

keimanan kepada Allah menetap pada diri seorang anak, dan terbentuk atas

agama yang lurus, yang merupakan perkara yang menuntut perhatian dari kita

terhadap naluri ini dan penjagaan atasnya. Setiap bayi yang terlahir diatas

fitrah, hingga kedua orang tuanya menjadikannya yahudi atau nasrani.

Asal manusia terlahir atas fitrah yang bersih, mengimani Allah

dan mengarah kepada agama yang lurus. Apabila kita temui adanya

penyimpangan dari hal itu, maka itu karena pengaruh kedua orang tua. Orang

tua yahudi akan berpengaruh terhadap fitrah bayi yang terlahir, sehingga

kesiapannya menerima islam berubah menjadi menerima yahudi.24

Kelima, fitrah memiliki komponen yang meliputi 1). Bakat dan

kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan yang potensial yang mengacu

kepada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian

(professional) dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada

kemampuan kognitif (daya cipta), konasi (kehendak) dan emosi (rasa) yang

disebut dalam psikologi filosofis dengan istilah tri chotomi (tiga kekuatan

rohaniah), 2). Insting (naluri) atau gharizah, yaitu kemampuan barbuat atau

bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu.

Kemampuan insting ini merupakan pembawaan sejak lahir. Dalam psikologi

22

Ibid, h. 75.

23

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Revisi -12, h. 67

24

(30)

pendidikan, kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat

sesuatu dengan tanpa melalui belajar dahulu. Jenis-jenis tingkah laku yang

digolongkan kedalam insting ini adalah melarikan diri (flight), menolak

(repulse), ingin tahu (curiosity), melawan (pugnacity), merendahkan diri (self

absement), menonjolkan diri (self assertion), berhubungan seksual (

acquisition), mencari sesuatu (question), membangun sesuatu (contruktion)

dan menarik perhatian orang lain (appeal), intuisi (ilham), watak asli

(character), nafsu (drives) dan hereditas (keturunan).

Berbagai kecakapan yang dibawa sejak lahir ini dapat

ditumbuhkan, dikembangkan dan dibina lebih lanjut dan menjadi mahir dan

terampil melalui pendidikan dan pengajaran, dan disinilah salah satu letak

hubungan yang fungsional dan simbiotis antara fitrah dan kegiatan

pembelajaran.25

Dalam penelitian ini penulis memberikan interpretasi bahwa arti

fitrah yaitu kecenderungan potensi siswa yang bisa dikembangkan melalui

pendidikan agar menjadi nilai yang lebih di masyarakat, bangsa dan Negara.

3. Fungsi Fitrah

Konsep fitrah sebagaimana yang tergambar pada uraian diatas

menunjukkan citra unik manusia, yang mana citra unik itu menjadi landasan

bagi konstruksi psikologi Islam. Citra unik manusia dalam psikologi Islam

dapat disederhanakan dalam dua poin berikut ini:

Pertama, manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti

membawa potensi suci, ber-Islam, bertauhid, ikhlas dan mampu memikul

amanah Allah Swt. Untuk menjadi khalifah dan hamba-Nya dimuka bumi, dan

memiliki potensi dan daya pilih. Potensi baik tersebut di aktualisasikan dalam

tingkah laku yang nyata, citra baik tersebut pada mulanya disangsikan oleh

malaikat dan iblis, namun setelah Allah Swt meyakinkannya maka malaikat

percaya akan kemampuan manusia, sementara iblis dengan kesombongannya

25

(31)

tetap mengingkarinya. Jika terdapat aliran psikologi Islam yang masih

menentukan citra buruk manusia, berarti ia mengikuti persepsi iblis.

Kedua, melalui fitrah nafsani (psikofisik) dalam psikologi islam

maka :

a) Pusat tingkah laku adalah Qalbu, bukan otak atau jasmani manusia. Selain

hal itu didasarkan oleh hadits Nabi, Qalbu merupakan daya nafsani yang

paling dekat dengan natur ruh, yang mana ruh menjadi esensi manusia.

Jika kehidupan manusia dikendalikan oleh peran Qalbu, maka

kehidupannya akan selamat dan bahagia dunia-akhirat.

b) Manusia dapat memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti

pengetahuan intuitif dalam bentuk wahyu dan ilham.

c) Tingkat keperibadian manusia tidak hanya sampai pada humanitas atau

sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan. Tuhan merupakan asal dan

tujuan dari segala realitas Innalillahi Wainna Ilaihirajiuun (sesungguhnya

kita bagi Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali).26

Dari teori di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa fungsi

fitrah ialah sebagai bahan atau alat untuk mengemban amanah dari Allah Swt

yang di wajibkan kepada setiap manusia. Dan menjadikan manusia lebih

mudah dengan adanya fitrah ini. Karena setiap manusia yang terlahir di dunia

ini pasti membawa fitrah yang suci dengan tujuan berlomba-lomba dalam

kebaikan untuk mencapai ridho Allah Swt.

4. Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Fitrah

Yang dimaksud dengan masalah penghambat perkembangan

fitrah disini, adalah masalah yang timbul dalam lapangan pendidikan. Yang

berhubungan dengan keberhasilan dalam pelajaran dan penyesuaian diri

terhadapnya. Persoalan itu bermacam-macam, diantaranya lebih berpengaruh

segi mental seperti cocoknya antara bakat dan pelajaran, serta sebagiannya

dipengaruhi oleh segi emosi seperti penyesuaian diri dengan guru dan

26

(32)

teman. Sebagian lainnya timbul akibat kurangnya pengetahuan yang ada pada

individu dan sebagian menghendaki macam pelayanan atau pengobatan yang

sangat dekat dengan proses pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana halnya

dengan studi pengobatan, yang sebenarnya termasuk dalam bimbingan

pendidikan, namun ia memerlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang studi

dan cara pengobatan terhadap keterbelakangan.27

Dapat pula diklasifikasikan masalah penghambat perkembangan

fitrah di sini adalah sebagai berikut :

1. Masalah kurangnya informasi tentang macam studi yang dapat dimasuki

oleh individu.

2. Masalah bakat, kecondongan dan ciri-ciri lain yang mempengaruhi

keberhasilan pelajar dalam studinya.

3. Masalah masuk sekolah yang cocok.

4. Masalah penyesuaian diri dengan bidang studi.28

C. POTENSI DAN PEMBAGIANNYA

Potensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan,

kekuatan, kesanggupan atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk dapat

dikembangkan.29 Potensi adalah kekuatan, kesanggupan, kemampuan,

kekuasaan dan daya kefungsian.30

Macam-Macam Potensi yaitu :

a) Ranah Kognitif

Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan intelektual,

sehingga ia dapat menerima pelajaran dari Tuhan. Informasi tentang

manusia sebagai makhluk intelektual ini telah menarik perhatian para ahli

untuk menelitinya berbagai metode. Hasil kajian mereka terhadap

27

Attia Mahmud, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, (Jakarta: PT. Sumber Bahagia), h.14

28

Ibid, h. 15

29

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 697

30

(33)

kemampuan intelektual manusia itu, mereka rumuskan dalam sebuah istilah

yang disebut sebagai aspek kognitif manusia.

b)Ranah Afektif

Aspek afektif manusia pada dasarnya merupakan aspek keterampilan

dalam menghayati dan menyadari tentang berbagai hal yang diketahui

sehingga ia terdorong untuk mengerjakannya.

c) Ranah Psikomotorik

Aspek psikomotorik manusia pada dasarnya merupakan aspek

keterampilan dalam mempraktikkan sebuah konsep yang telah dipahami

dan dihayati.

Berbagai keterampilan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

tersebut pada intinya adalah merupakan pelaksanaan dari berbagai potensi

manusia sebagai makhluk yang dapat berfikir, belajar, berbudaya dan

berkreasi sebagaimana yang diharapkan.

Kemampuan manusia pada ketiga aspek tersebut sesungguhnya dapat

dijumpai dalam isyarat yang terdapat didalam Al-qur’an. Dalam hubungan ini

sejalan dengan firman Allah Swt. Sbb:

                             

Artinya: Dan Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.Al-Nahl (16) : 78).

Pada ayat tersebut Allah SWT menyebutkan karunia yang

dilimpahkan kepada para hamba-Nya, dengan mengeluarkan mereka dari

perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, lalu memberikan rezeki

kepada mereka berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Allah menjadikan

kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan

kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu

(34)

buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang

benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat

mendengar suara-suara. Lalu menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian

dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling kenal-mengenal

antara yang satu dengan yang lain. Dan kalian dapat membedakan mana yang

baik dan mana yang buruk. Dengan harapan kalian dapat bersyukur

kepada-Nya dengan menggunakan nikmat-nikmat-kepada-Nya dalam tujuannya yang untuk

itu ia diciptakan, dapat beribadah kepada-Nya dan agar dengan setiap anggota

tubuh kalian melaksanakan ketaatan kepada-Nya.31 Hal ini menunjukkan

bahwa sebelum diberikan pendidikan, ketiga potensi yang dimiliki manusia

tersebut tidak mengetahui segala sesuatu. Namun, setelah ketiga potensi

tersebut dididik dan diajar dengan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan

sebagainya melalui kegiatan pembelajaran, maka manusia mengetahui segala

sesuatu. Dengan demikian, bahwa pada diri manusia terdapat unsur kognitif,

afektif dan psikomotorik sejalan dengan pendapat para ahli.32

D. PERAN PENDIDIK DALAM MENGATASI PENGHAMBAT

PERKEMBANGAN FITRAH

Pengembangan optimum dapat dilaksanakan dalam rangka

pendidikan. Tetapi untuk dapat melaksanakan seluruhnya, maka pendidikan

harus diorganisir sesuai dengan prinsip pendidikan yang murni (The true

principles of education). Untuk dapat kepastian lebih lanjut, maka dalam

masyarakat perlu disusun suatu sistem umpanbalik (Feedback system) guna

memastikan sampai dimana pendidikan berhasil atau gagal. The true

principles of education dijelmakan dalam bentuk standardisasi minimum yang

lengkap dengan semua perhitungan dan implementasinya. Untuk dapat

mencapai "bertahan dalam masyarakat dengan terhormat" ada lima sifat harus

dipenuhi, yaitu : pandai, jujur, berdisiplin, tahu kemampuan dan mengenal

31

Ahmad Mustofa Al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy (Edisi Bahasa Arab) Juz XIII, Terj. K. Anshori Umar Sitanggal dkk, (Semarang: PT. Toha Putra, 1994), Cet-2, h. 211

32

(35)

batas kemampuan diri sendiri. Dan oleh karena itu memiliki rasa kehormatan

diri.33

Peran pendidik seharusnya mampu bersikap menerima terhadap

muridnya, maksudnya menerima murid seperti apa adanya. Dan ini

merupakan faktor penting untuk meningkatkan hubungan guru dengan murid,

mengembangkan kemampuan anak untuk mau mengubah diri sendiri secara

konstruktif, menggerakkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri,

mengarah ke kesehatan jiwa, menjadikan anak lebih produktif dan kreatif dan

merealisasikan potensi anak. Bila seseorang merasa diterima kemudian

(dipahami) orang-orang lain, orang itu akan bergerak lebih bebas dan mulai

berfikir untuk mengubah dirinya sendiri, menjadi lebih baik dari pada yang

dialami sekarang.34

Adapun langkah pertama Al-qur'an dalam pendidikan jiwa seseorang

adalah mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat. Serta

membersihkannya dari berbagai kotoran yang melekat dan diwarisi oleh

lingkungannya, serta dari berbagai khurafat dan taklid. Asas dari fitrah ini

adalah tauhid, karena pada dasarnya jiwa diciptakan untuk mengetahui

Tuhannya yang sering tertutupi oleh kealpaan, lingkungan dan taklid. Akan

tetapi akar-akar pengetahuan ini tertanam kuat didalam jiwa, dan tidak ada

alasan untuk mengingkarinya atau melepaskan diri darinya.35

Salah satu peran pendidik untuk mengatasi masalah-masalah yang

menghambat perkembangan fitrah yaitu dengan mengenal terhadap

perkembangan siswa yaitu dengan cara mendiagnosa. Pengertian dari

mendiagnosa adalah proses mengenal secara detail, apa dan bagaimana

mengenai anak tersebut.

Adapun cara mendiagnosa yaitu sebagai berikut :

1. Amati perilaku anak.

33

Slamet Iman Santoso, "Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan", (Jakarta: UI Press, 1981), c. ke-II, h.167

34

Thomas Gordon, Guru Yang Efektif, Terj. Dari Teacher Effectiveness Training oleh Mudjito, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.3, h.61

35

(36)

2. Lihat penampilannya.

3. Berikan pertanyaan dan perhatikan jawabannya.

4. Berikan tugas, perhatikan tanggapan, dan cara penyelesaiannya.

5. Goda anak tersebut dan perhatikan respon yang diberikan.

6. Ajak berkompetisi dan amati keseriusannya.

7. Berikan pilihan untuk memilih, amati apa yang dia pilih.36

Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya

perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut : 1) proses pematangan,

khususnya pematangan fungsi kognitif, 2) proses belajar, 3) pembawaan atau

bakat. Ketiga hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh

dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai

peserta didik. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar siswa dalam

keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami

proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang

menjanjikan seperti ini sebenarnya belum tentu terwujud, karena banyak

faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju

cita-cita bahagianya.

Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan

mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama.37

1. Aliran Nativisme

Aliran nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh

besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama

Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosofis jerman.38 Aliran

Nativisme juga bisa diartikan satu aliran yang menitikberatkan pandangannya

pada peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu

36

Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning Untuk Guru & Orang Tua, (Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2010), Cet.1, h.105

37

Muhibbinsyah, "Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru", (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet ke-15, h.42

38

(37)

perkembangan tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu

tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir.39 Para ahli

yang beraliran "Nativisime" berpendapat bahwa perkembangan individu itu

semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu

semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan.40 Aliran filsafat ini

konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu

dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut

aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh

pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh

apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut "pesimisme

pedagogis".

Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak

yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimaupun hanya akan

melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan

dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan

kehidupan anak-anaknya.41

2. Aliran Empirisme

Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan

tokoh utamanya ialah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah

"The school of British Empiricism" (aliran empirisme Inggris). Namun aliran

ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat. Sehingga

melahirkan sebuah aliran filsafat bernama "environmentalisme" (aliran

lingkungan) dan psikologi bernama "environmental psychology".42

Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia

lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan

kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.

39

Mujib, op. cit., h. 115

40

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cetakan Pertama, h. 173

41

Muhibbin Syah, loc.cit. 42

(38)

Perwujudan tingkah laku ditentukan oleh luar diri yang disebut dengan

lingkungan.43

Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yang mengikuti aliran

"Empirisme" berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya

ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan sedangkan faktor

dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empirisme ini

menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan

perkembangan seseorang individu.

3. Aliran Konvergensi

Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrem

diatas adalah "Aliran konvergensi" dengan tokohnya yang terkenal adalah

William Stern. Menurut aliran konvergensi, perkembangan individu itu

sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. baik faktor

dasar/pembawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara

convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang

individu.44

Dalam hal ini penulis lebih cenderung ke aliran Konvergensi, karena

bagi ketentuan perkembangan potensi dan kemampuan anak itu tergantung

dari faktor pembawaan dan faktor lingkungannya. Kedua-duanya ini saling

berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. agar tercapai perkembangan potensi

optimum pada diri anak, maka peran dari orang tua disini sebagai faktor

penentu arah potensi anak (pembawaan) dan guru atau pendidik lainnya

adalah faktor penentu keberhasilan perkembangan kemampuan atau potensi

anak dari pengaruh lingkungan sekitarnya.

Peran pendidik juga bisa membantu perkembangan potensi siswa

dengan cara mengenal karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah

keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil

dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas

dalam meraih cita-citanya.

43

Mujib, op. cit., h. 118 44

(39)

Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa,

yaitu :

1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau

prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai

pengalaman masing-masing siswa.

2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup,

dan status sosial (sociocultural).

3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian,

mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang

cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi guru akan

dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian

rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang lebih tepat, sehingga

akan terjadi interaksi dari masing-masing komponen belajar-mengajar secara

optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu kreatif dalam rangka

menciptakan kegiatan yang bervariasi, agar masing-masing individu siswa

dapat berpartisipasi secara maksimal dalam proses pembelajarannya.45

Adanya tantangan untuk dapat menemukan sistem serta metode

pendidikan yang layak bagi anak berbakat telah mendorong sejumlah pakar

untuk berusaha menemukan berbagai standar keberbakatan. Adanya standar

pengukuran kemampuan skolastik cenderung membuat sejumlah orang

beranggapan bahwa pengukuran kemampuan skolastik ini dapat dijadikan

landasan pendidikan anak-anak berbakat. Namun dengan diperkenalkannya

konsep intelegensi ganda (multiple intelligence) sejumlah pakar mulai

mempertanyakan kembali standar pengukuran kemampuan skolastik, dan

standar-standar pengukuran kemampuan lain yang dapat digunakan untuk

menganalisis bakat seseorang. Misalnya bahwa pengukuran kemampuan

seseorang yang memiliki kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu dalam

45

(40)

budaya tertentu belum tentu memiliki kemampuan yang sama tingginya pada

bidang yang sama tapi dalam budaya yang berbeda. Sebagai contoh misalnya,

ada individu yang mampu menguasai beberapa bahasa Eropa tetapi

mengalami kesulitan untuk mempelajari bahasa Negara-negara belahan dunia

timur. Ada juga individu yang mampu menjadi pemimpin pada budaya

masyarakat tertentu akan tetapi gagal memimpin orang lain pada budaya

masyarakat yang lainnya.46 Namun, jika ia terus berupaya menyesuaikan

kemampuannya dengan kondisi setempat, mungkin saja suatu saat ia akan

memperoleh keberhasilan yang sama dengan apa yang telah dicapainya di

budaya masyarakat yang berbeda. Karenanya masalah penyesuaian diri ini

juga merupakan hal yang penting dalam pengembangan bakat seseorang, dan

pengukuran kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri juga penting

untuk dikembangkan.47

E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Skripsi berjudul "Peranan Pendidikan Agama Islam dalam

Mengembangkan Fitrah Beragama" yang ditulis oleh Azhari Akbar di UIN

Jakarta berkesimpulan bahwa peran pendidikan Islam sangat besar dan

bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan potensi dasar manusia.

Pendidikan Islam merupakan salah satu media dalam mengembangkan fitrah

beragama pada manusia agar tercipta manusia dengan pribadi yang sempurna.

Skripsi yang berjudul "Peranan Guru PAI Dalam Mengembangkan

Ranah Afektif Siswa SMP Negeri 2 Karawang" yang ditulis oleh Lina

Anggreyani berkesimpulan bahwa peranan guru selain sebagai pengajar juga

sebagai pendidik dan pembimbing. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu

pengetahuan saja, akan tetapi juga harus dapat menumbuhkan,

mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik

dalam kehidupan sehari-hari. Ranah afektif ini merupakan tujuan yang

berhubungan dengan sikap, menilai, minat dan apresiasi. Agar peranannya

46

Monty & Waruwu, Op. cit., h. 80 47

(41)

dapat digunakan dengan tepat, maka cara yang baik adalah dengan tujuan

instruksional afektif sesuai dengan ketentuan yang ada.

Adapun Skripsi berjudul "Peran Perilaku Guru Agama Islam dalam

Pembentukan Kepribadian Islami Siswa di SMP Darussalam Ciputat

Tangerang" yang ditulis oleh Bermansyah di UIN Jakarta tahun 2010 M /

1431 H. Penulis tersebut berkesimpulan bahwa peran perilaku guru agama

Islam di SMP Darussalam Ciputat tidak banyak berpengaruh dalam

membentuk keperibadian Islami siswa. Hal ini disebabkan oleh jam belajar

agama Islam yang sangat minim yaitu hanya sekitar 80 sampai 90 menit saja.

Dalam seminggu 2 kali jam belajar. Sehingga ada pengaruh tapi tidak

signifikan antara perilaku guru agama Islam dalam membentuk kepribadian

islami siswa.

Dari hasil kesimpulan penelitian terdahulu yang relevan dengan

skripsi ini. Peneliti ingin menindak lanjuti tentang fitrah sebagai potensi dasar

manusia karena semakin maraknya kekerasan guru dan tidak tahu apa yang

siswa inginkan pada zaman modern sekarang ini. Penulis ingin memberikan

kontribusi pada pendidik yang ada di Indonesia utamanya berupa penulisan

skripsi ini yang pembahasannya lebih menekankan pada potensi dasar siswa

atau kemampuan siswa yang berbeda-beda di sekolah. Adapun obyek

penelitian ini adalah siswa kelas XI di sekolah SMA Dharma Karya UT yang

akan dijadikan populasi dalam penelitian ini.

F. KERANGKA BERFIKIR

Dalam penelitian ini yang diteliti oleh penulis ingin membuktikan

dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh peranan yang dilakukan oleh

pendidik dalam membangun fitrah yang ada pada anak.

Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak

didik ini tidak ada lain dengan tujuan untuk membangun fitrah yang dibawa

sejak lahir oleh si anak. Sehingga penulis ingin mengetahui keberhasilan

(42)

untuk membangun potensi anak didik, tetapi juga dibutuhkan tingkah laku

atau sikap yang baik dalam membangun akhlak anak.

Pada dasarnya kebutuhan peningkatan sumber daya manusia

memerlukan kinerja pendidik yang dinamis dan progresif untuk

mengkonstruksi atau mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, maka

dari itu masalah pengembangan sumber daya manusia sangat mempengaruhi

kinerja manusia itu dalam membangun fitrah yang ada pada anak. Terutama

guru pada khususnya yang tugasnya dan kewajiban membangun manusia

menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain juga bangsa

dan negaranya.

Dengan demikian kegiatan pendidikan yang dilaksanakan baik di

sekolah, rumah maupun di masyarakat sangat membantu keberhasilan

membangun fitrah yang dimiliki oleh anak. Penulis mengadakan penelitian ini

untuk mengetahui kontribusi peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah

(43)

SKEMA KERANGKA BERFIKIR

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi keadaan guru SMA Dharma Karya UT ………………...45
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Angka indeks korelasi "r" product momentTabel 3.3 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan penjabaran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian melalui penilaian pada aspek standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri di PT X,

Metode Least Square memanfaatkan data history penjualan untuk melakukan peramalan,semakin banyak data history yang digunakan untuk peramalan maka semakin akurat

Kesimpulan yang dihasilkan pada PKM ini adalah adanya antusiasme, kerjasama serta kerja keras dari tim pengabdian serta kedua UKM mitra dalam meningkatkan hasil

Diskusi dilak~~kan sebanyak dua kali, bertempat di kantor Desa Pangadegan dengan topik temu pengurus kelompok tani padi Saluyu yang d i i d i i i oleh tujuh

Herpes simpleks adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok

PURWOREJO, FP – Satu jam setelah melakukan penggrebegan permainan judi ceki di rumah Tri Suharto (49) warga Desa Jatingarang, Kecamatan Bayan Jumat (29/1/2016) lalu,

Berdasarkan temuan kelemahan yang terdapat pada aktivitas fungsi sumber daya manusia, maka diberikan saran yang dapat digunakan sebagai masukan bagi manajemen

Jadi kajian ini menyenaraikan sumber ketara dan tidak ketara yang strategik iaitu yang sesuai dengan kemampuan PKS dan mampu meningkatkan prestasi jenama mereka seperti