SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)
Disusun Oleh
MUHAMMAD ILZAM ASY’ARI
208011000027
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)
Oleh,
Muhammad Ilzam Asy'ari
208011000027
Di bawah bimbingan,
Marhamah Saleh, Lc. MA
NIP, 19720313 200801 2 010
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JAKARTA
Manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan.
Kata Kunci : Peran Pendidik (Guru), Fitrah, Potensi Dasar.
Peran pendidik (guru) di sekolah selain mengajar juga harus memahami dan mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan yakni menjadikan siswa yang dewasa, mandiri, cerdas dan bertanggung jawab atas keluarga, masyarakat atau bangsa dan negaranya.
Kurangnya perhatian dalam mengembangkan fitrah siswa ini akan menimbulkan kesenjangan sosial. Misalnya sekarang masih banyak siswa yang sering tawuran di sekolah, membuat anarki di jalan raya, balapan motor yang mengganggu ketertiban lalu lintas di jalan raya, bahkan sampai berbuat kriminal yang menewaskan nyawa seseorang.
Oleh karena permasalahan ini, peneliti ingin menelaah lebih dalam tentang perang pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan. Objek penelitian ini yaitu siswa kelas XI yang dijadikan populasi dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sehingga semuanya dapat di gambarkan sesuai dengan fenomena kondisi apa yang ada di lapangan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang Kota Tangerang Selatan di peroleh rxy sebesar 0,22. Hal ini menunjukkan korelasi antara variabel X (peran pendidik) dengan variabel Y (mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar) merupakan korelasi positif yang signifikan berada pada rentang 0,20 – 0,39 berarti terdapat korelasi positif yang lemah/rendah. Dengan hasil KD (coefficient of determination) 4,84%. Ini disebabkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator dinilai kurang oleh siswanya. Walaupun rendah/lemah yang terpenting ialah guru memberikan kontribusi untuk mengembangkan potensi dasar siswa karena tidak hanya peran pendidik di sekolah, peran dari keluarga dan masyarakat pun juga turut membantu jika ingin mencapai tujuan yang maksimal dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa.
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang
telah melimpahkan kekuatan lahir dan bathin kepada diri penulis, sehingga setelah
melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para
pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasulullah Saw. Amiin…Yaa Robbal
Alamin.
Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,
baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan
dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan apresiasi dan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta
bapak Prof. Dr. H. Rif'at Syauqi, MA, selaku dosen seminar proposal beserta
seluruh staffnya.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M.Ag dan
sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag
beserta seluruh staafnya.
3. Marhamah Saleh, Lc yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu
dalam rahmat dan lindungan Allah Swt. Sehingga ilmu yang diajarkan dapat
Alfin fiqih dan Thoriq Hidayatul Haq yang dengan segala pengorbanannya
yang tak pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan
petunjuk dari mereka berdua kiranya merupakan dorongan moril yang paling
efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
6. Drs. Wahid Hasyim selaku kepala sekolah SMA Dharma Karya UT
Pamulang, Kota Tangerang Selatan beserta guru-guru dan stafnya yang telah
memberikan izin, bantuan, dorongan nasihat dan kerja samanya dalam
penelitian.
7. Ibu pimpinan perpustakaan utama beserta stafnya, Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, segala kemudahan yang diberikan kepada
penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukunh penyelesaian skripsi
ini.
8. Teman-temanku mahasiswa UIN khususnya Jurusan Pendidikan Agama
Islam angkatan 2008, teman-teman dekatku Jumar, Fahru, Bangun
Parlindungan, Siti Hanifah, Khodijah, Fitri, Romadhon yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan pahala
dari rahmat Allah Swt. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak . Amiin Yaa Rabbal alamiin.
Jakarta, 2 Januari 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ………. ii
DAFTAR ISI ………. iv
DAFTAR TABEL ……… vi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……….. 7
C. Pembatasan Masalah ……… 8
D. Perumusan Masalah ………. 8
E. Tujuan Penelitian ………... 8
F. Manfaat Penelitian ……… 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Guru (Pendidik) ………. 10
1. Pengertian Guru …………... ……….………….. 10
2. Peran Guru ……….. 11
B. Fitrah dan Bentuk-Bentuknya ……….. 15
1. Pengertian Fitrah ………. 15
2. Struktur dan Komponen Fitrah ……… 16
3. Fungsi Fitrah ……… 19
4. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Fitrah ……… 20
F. Kerangka Berpikir ………. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 33
B. Metode Penelitian ……… 33
C. Variabel Penelitian ……….. 34
D. Populasi dan Sampel ……… 34
E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35
F. Isntrumen Penelitian ……… 35
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 38
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Sekolah ……… 42
B. Pengolahan Data ………. 46
C. Analisa Data ……… 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 68
B. Saran-Saran ………. 69
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument penelitian ……… 36
Tabel 3.2 Skor item alternatif jawaban responden ………... 38
[image:10.595.113.508.277.565.2]Tebel 3.3 Angka indeks korelasi "r" product moment……….40
Tabel 4.1 Rekapitulasi keadaan guru SMA Dharma Karya UT ………...45
Tabel 4.2 Keadaan siswa Tahun 2012-2013 ……….47
Tabel 4.3 – 4.15 Peran Guru (Pendidik) ………...48
Tabel 4.16 –4.27 Pengembangan Fitrah (Potensi dasar) ……… 57
Lampiran 2 . Hasil Wawancara
Lampiran 3 . Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 . Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 . Tabel Nilai Koefisien Korelasi "r" Product Moment
Lampiran 6 . Surat Keterangan Penelitian (Riset)
Lampiran 7 . Foto Sekolah Dharma Karya UT
Lampiran 8 . Surat Pernyataan Jurusan
Lampiran 9 . Surat Keterangan Bebas Biaya Kuliah
Lampiran 10 . Lembar Uji Referensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud dengan kepribadian yang utama dan ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara.1
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini
untuk menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi saat ini dan
generasi yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan generasi-generasi muda
mempunyai sikap dan mental yang sangat tangguh, kuat dan istiqomah
sehingga tidak goyah dalam menghadapi segala masalah dan rintangan.
Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja sumber daya manusia
adalah hal yang utama yang perlu diperhatikan untuk menyiapkan SDM yang
handal dan berkualitas. Sebagai suatu upaya, pendidikan berusaha untuk
menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa
1
(Afektif), maupun dari segi karsa (psikomotorik). Pembinaan dari segi cipta
(kognitif) antara lain bisa dilakukan melalui peningkatan intelektualitas,
pendidikan dan logika dalam wujud penguasaan dan penerapan ilmu dan
teknologi. Pengembangan dari segi rasa dapat dilakukan melalui kegiatan dan
apersepsi kesenian dalam berbagai bentuk. Sedangkan karsa dikembangkan
melalui penanaman dan pengembangan etika, adat kebiasaan dan pendidikan
dalam rangka membangun kemampuan (potensi) manusia.
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan
merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan
nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar
nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan
tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai sifat hakiki dan ciri-ciri
kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian
usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa
kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar
menjadi pribadi yang bertanggung jawab.2
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.3
Mungkin satu hal yang sangat penting perlu diingatkan kepada orang
tua dan para pendidik ialah bahwa yang terbentang di hadapan mereka
tidaklah mulus. Ada beberapa kendala besar yang menghadang mereka.
Kendala-kendala yang mereka hadapi dan harus dapat mereka taklukkan
misalnya seperti berupa ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung
keras kepala dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas nama
2
Ibid, h. 15 3
kebebasan, mereka berani mendebat, membantah, terutama dalam
masalah-masalah agama sampai pada ambang batas meragukan kebenarannya.
Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap
lapang dada dari kaum ayah dan para didik.4
Dalam permasalahan ini yang lebih di tekankan adalah para pendidik
yang berfungsi sebagai pusat ilmu dan juga berhak mengatur kepada siswa
yang ada di sekolah. Maksud pendidik dari permasalahan skripsi ini adalah
seorang guru yang mengajar di sekolah. Pendidik harus tau apa yang di
inginkan oleh siswa, sebab jika itu tidak terjadi maka dampaknya akan fatal
yang diperoleh siswa.
Dalam hal ini pendidik adalah guru yang professional, karenanya
secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Tatkala
orang tua menyerahkan anaknya kepada guru. Hal itupun kemudian
berimplikasi bahwa orang tua tidak bisa menyerahkan anaknya kepada
sembarang guru, karena tidak setiap orang tua dapat menjadi guru.
Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang
merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru
harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil
tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip
belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain
guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang
sebaik-baiknya.
Pendidik seharusnya memahami dan mengenal potensi atau
kemampuan siswa masing-masing, karena setiap siswa dilahirkan dengan
membawa fitrah suci yang berbeda-beda. Oleh karena itu bagi pendidik untuk
tidak melakukan pendidikan dengan cara kekerasan di sekolah, sebab sekolah
adalah tempat siswa untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi yang
4
mereka punya, bukan tempat pelatihan untuk menuntut mereka semua
sanggup dan mampu menguasai apa yang mereka pelajari dari sekolah
tersebut.
Sekolah merupakan tempat pengembangan potensi siswa, karena
siswa adalah manusia maka setiap manusia tidak lepas dari kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Guru atau pendidik yang profesional harusnya
memahami itu semua. Tapi kenyataannya di lapangan paradoks dengan teori
dan konsep tadi. masih banyak guru atau pendidik yang belum memahami
potensi atau bakat yang dimiliki oleh siswa, Maka timbullah kekerasan yang
diperoleh oleh siswa dari gurunya. Padahal jelas guru dituntut mempunyai
komitmen yang tinggi dalam membimbing, membina, dan mendidik siswa,
bukan untuk menekan, merusak dan melakukan kekerasan fisik kepada siswa.
Semua itu terjadi karena salah satu sebab yaitu guru masih belum mempunyai
karakter kematangan emosional.
Dalam bukunya Nuraida dan Rihlah Nur Aulia yang berjudul "
Character Building Guru PAI" dijelaskan bahwa seorang guru di haruskan
mempunyai karakter kematangan emosional (EQ). Emosi adalah keadaan
perasaan yang banyak berpengaruh pada perilaku. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu.
Bedasarkan pengertian emosi diatas maka dapat dipahami bahwa
emosi sangat penting untuk kehidupan kita. Emosi bisa berbahaya jika tidak
dikendalikan, tetapi emosi akan cerdas jika ia dijalankan selaras dengan
akal.5
Mengenal potensi atau bakat anak sangat mudah dan praktis yaitu
dengan cara mendiagnosa bukan dengan cara menekan sampai siswa mampu
dan sanggup apa yang guru harapkan. Memahami potensi siswa sangatlah
penting sejak awal mereka dididik dan dibimbing, sebab untuk memperoleh
tercapainya manusia yang dewasa, pintar, cerdas dan jenius haruslah
mengenal dan memulai dari awal kemampuan (potensi) apa yang mereka
5
miliki lalu mereka tekuni hingga tercapailah titik terakhir dan tujuan apa yang
mereka harapkan. Salah satu sebabnya juga karena siswa tidak tahu bakat dan
potensi yang mereka punya, sehingga mereka tidak tepat dalam menentukan
pilihan yang sesuai dengan kemampuan (potensi) dan bakat yang mereka
miliki. "The Right Man The Right Of Job" orang yang tepat adalah orang
yang tepat menempatkan potensinya pada tempatnya dan pada bidangnya.
Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki
ranking tertinggi dari sekian kajian yang ada. Selain obyeknya unik, kajian
itu dapat menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi yang berbeda.
Fenomena seperti itu dapat dipahami, sebab keberadaan manusia didunia
bukan sekedar ada dan berbeda, tetapi lebih penting lagi, ia dapat mengada.
Ia berperan sebagai obyek dan subyek sejarah, bahkan mampu mengubahnya.
Kehidupannya dinamis dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai
kesempurnaan. Karena itulah maka kajian tentang manusia, tanpa mengenal
perbedaan zaman, selalu relevan dan tidak akan pernah mengalami
kadaluarsa.
Citra manusia disini adalah gambaran tentang diri manusia yang
berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut
merupakan sunnah Allah yang dibawa sejak ia dilahirkan. Kondisi citra
manusia secara potensial tidak dapat berubah, sebab jika berubah maka
eksistensi manusia menjadi hilang, namun secara aktual, citra itu dapat
berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.
Pada awalnya manusia di lahirkan dengan fitrah yang suci, yang
meliputi jasmani dan akal (ruh). Semua manusia bisa menjadi orang jujur dan
dusta, takut dan berani, rajin dan malas. Tergantung pada dari segi mana yang
lebih dominan dalam diri manusia tersebut. Jika jujurnya yang lebih dominan
maka orang tersebut dikatakan orang yang jujur begitu juga sebaliknya, jika
takutnya yang lebih dominan maka orang tersebut dikatakan penakut begitu
juga sebaliknya. Semua ini adalah sunnatullah yang telah diberikan oleh
fitrah itu dapat dikembangkan, baik di keluarganya, sekolahnya, maupun di
lingkungannya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, SMA DK UT Tangerang
memiliki beberapa komponen-komponen yang saling terkait antara satu
dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut tentunya memiliki
peranan tersendiri dalam proses pendidikan di lembaga tersebut. peranan
tersebut akan berjalan dengan baik apabila guru dan siswa saling mengerti
dan menghargai tugas dan kewajiban masing-masing.
Dalam hal ini penulis melihat dan mendapati data dari salah satu
tenaga pendidik yang sudah lama bekerja di lembaga tersebut, menyatakan
bahwa ada hal-hal tertentu yang harusnya tidak terjadi dalam sebuah lembaga
pendidikan. Sehingga banyak siswa-siswi di sekolah tersebut yang tidak
patuh, atau tidak senang dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah
tersebut, penulis juga melihat dengan mata sendiri dan menyaksikan guru di
sekolah tersebut menghukum salah satu muridnya dengan menjewer
telinganya yang tidak sanggup mengerjakan tugas. Dan ada juga guru yang
meremehkan kemampuan siswa dan siswi di sekolah tersebut. karena guru
tersebut tidak memahami tentang fitrah manusia sebagai potensi dasar siswa.
Karena setiap manusia terdapat kekurangan dan kelebihan sesuai dengan
bakat yang mereka miliki masing-masing.
Dari latar belakang masalah di atas inilah penulis di sini akan
mengupas permasalahan yang berhubungan dengan fitrah manusia yang sejak
dini sudah mulai dikembangkan melalui pendidikan. Tidak lain pertama fitrah
itu dikembangkan melalui lingkungan keluarga terlebih dahulu dan itu sangat
menentukan potensi, bakat dan minat si anak dalam kepribadiannya sebelum
masuk pada fase permulaan remaja. Secara psikologis anak itu sangat
cenderung kuat potensinya dalam menangkap suatu pelajaran dari ekstern diri
anak tersebut. Yang jadi masalah disini ialah bagaimana semestinya dan
idealnya mengembangkan fitrah manusia tersebut. pendidik atau orang tua di
haruskan mengenal terlebih dahulu potensi dasar apa yang dimiliki oleh si
terjadi kontradiktif antara harapan orang tua atau pendidik dengan ideologi
yang diterapkan kepada anaknya. Oleh karena itu Penulis tertarik ingin
mengetahui secara komprehensif dengan mengangkat judul “PERANAN
PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN FITRAH SEBAGAI
POTENSI DASAR MANUSIA DI SMA DHARMA KARYA UT
PAMULANG, TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas yang dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Pendidik yang masih banyak mengabaikan fitrah manusia dalam diri
seorang siswa SMA Dharma Karya UT.
2. Kurangnya kesadaran dari para pendidik akan perlunya memperhatikan
potensi yang dimiliki oleh seorang siswa SMA Dharma Karya UT.
3. Belum diketahui strategi pendidik yang efektif dan ideal dalam
mengembangkan fitrah atau kecenderungan potensi yang dimiliki oleh
seorang siswa SMA Dharma Karya UT.
4. Masih banyaknya siswa yang kurang berprestasi dan berprilaku negatif.
Seperti : Tawuran, malas, kurang tanggung jawab, bolos dll.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah dan spesifik,
maka penulis memberikan pembatasan masalah peranan pendidik sebagai
berikut :
1. Perencanaan strategi yang dibuat dalam mengembangkan fitrah sebagai
potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.
2. Pelaksanaan atau penerapan strategi yang telah dibuat untuk
pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya
3. Penelitian ini di batasi hanya pada siswa kelas XI SMA Dharma Karya
UT.
D. Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai
potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?
2. Seberapa besar kontribusi peran pendidik dalam mengembangkan fitrah
sebagai potensi dasar yang dimiliki seorang siswa di SMA Dharma Karya
UT ?
3. Bagaimana langkah yang efektif dan idealnya untuk mengembangkan
fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian masalah yang akan dibahas dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah
sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.
2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendidik (guru) dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma
Karya UT.
3. Untuk mengetahui langkah strategis yang efektif dan ideal dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar pada siswa SMA Dharma
Karya UT.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai
kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat merasakan
manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak
1. Tenaga pendidik (guru) di sekolah, sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan pelaksanaan pengembangan fitrah manusia.
2. Orang tua di rumah, sebagai bahan masukan dalam mendidik anak sejak
usia permulaan anak-anak hingga usia kematangan remaja.
3. Seluruh masyarakat luas, di lingkungan yang penuh tantangan ini sehingga
hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan masukan dalam
mengembangkan pemuda dan pemudi sebagai harapan bangsa dan Negara.
4. Peneliti selanjutnya agar dapat membantu dalam menulis penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI
A. GURU (PENDIDIK)
1. Pengertian Guru (pendidik)
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab
dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang
disebut guru adalah orang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik
dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan.1
Guru sebagai orang tua anak ke dua di sekolah. Orang tua adalah
yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak
baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.2 Pendidik pertama dan utama
adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas
kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak
sangat tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya. Kesuksesan anak
kandung merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah
Swt :
1
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, h.15
2
Artinya :" Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka " (QS. Al-Tahrim:6)3
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
maupun psikomotorik (karsa).4 Pendidik juga berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. Dan
mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri.5
2. Peran Guru (Pendidik)
Peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus
menjadi fasilitator, kolaborator, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi
siswa. Karena guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar
kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran guru
sebagaimana dimaksud, maka peran siswa pun mengalami perubahan, dari
partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan
berbagi (sharing) pengetahuan/ keterampilan serta berpartisipasi sebanyak
mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat
3
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi 1, Cet-2, h. 88
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 74-75.
5
belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa
lain.6
Setiap guru harus tahu, bahwa dunia menghendaki pertumbuhan
yang melebihi “pengorbanan” pola-pola herediter dari struktur dan fungsi saja
dalam suatu lingkungan geografis. Pertumbuhan yang berat sebelah semacam
ini sama sekali tidak memperhatikan lembaga-lembaga kebudayaan kita dan
juga mengabaikan cita-cita serta nilai yang dapat mengangkat kehidupan
manusia keatas taraf kehidupan dihutan. Pendidikan yang sebenarnya selalu
berusaha menaikkan manusia ketingkat kehidupan yang tertinggi dan terbaik
sebagai makhluk sosial.7
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
2. Individu yang sedang berkembang.
3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.8
Peran seorang pendidik juga berkedudukan tinggi dalam Islam,
karena pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilakunya yang buruk.9 Untuk mewujudkan pendidik yang
profesional berdasarkan roh Islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil
Rasulullah Saw sebagai pendidik yang ideal, karena hakikat diutusnya
Rasulullah ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat
lil-alamin. Semua sunnah Rasulullah menjadi panduan utama setelah al-Qur'an
bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama aspek pendidikan.
6
IIf Khoiru Ahmadi. Sofan Amri. Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cetakan Pertama, h. 191.
7
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. M. Buchori, (Jakarta: Aksara Baru, 1978), h.143.
8
Umar, op. cit., h. 52 9
Keberadaannya sebagai pendidik merupakan sumber konsep pendidikan yang
kebenarannya direkomendasikan Allah Swt.10
Kebanyakan para pendidik berpendapat bahwa tanggung jawab
yang terpenting itu adalah :
1. Tanggung jawab pendidikan iman.
2. Tanggung jawab pendidikan akhlak.
3. Tanggung jawab pendidikan fisik.
4. Tanggung jawab pendidikan intelektual.
5. Tanggung jawab pendidikan psikis
6. Tanggung jawab pendidikan sosial.
7. Tanggung jawab pendidikan seksual.11
Peran seorang guru dalam proses balajar-mengajar antara lain
adalah :
1. Guru sebagai "pengawas"
Agar belajar dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar
dan mencapai tujuannya, disamping sebagai sumber informasi maka guru pun
harus bertindak sebagai pengawas dan penilai didalam proses belajar mengajar
lewat formasi diskusi. Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru
menentukan tujuannya dan prosedur untuk mencapainya.
2. Guru sebagai "Motivator"
Terutama bagi siswa – siswa yang belum cukup mampu untuk
mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan serta
mengeluarkan pendapatnya sendiri maka agar formasi diskusi dapat
diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong
setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan
kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin.12
10
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), Cetakan ke-1, h. 1.
11
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Dari
Tarbiyatul Aulad fil Islam (Edisi Bahasa Arab)Juz I oleh Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Ali, (Semarang: Asy-Syifa', 1981), Cetakan ke-3, h. 149
12
3. Guru sebagai "Pendidik"
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh Karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
4. Guru sebagai "Innovator"
Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis
berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi
peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses
belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.13
5. Guru sebagai "Mediator dan Fasilitator"
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
6. Guru sebagai "Evaluator"
Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.14
Guru memainkan peranan yang penting dalam menggalakkan
murid-murid cintakan pelajaran. Dia harus mempunyai sifat-sifat yang boleh
dipercayai untuk memikul tugas menjadi guru. Di samping mempunyai
kebolehan tentang mata pelajaran yang diajar. Oleh karena itu seorang guru
harus mempunyai kecintaan yang sungguh-sungguh terhadap kerjanya. Dia
harus mempunyai hasrat yang benar-benar ikhlas ingin menolong
murid-muridnya. Kemajuan murid-murid tidak syak lagi mempunyai hubungan rapat
dengan guru dan sekolah. Suasana disekolah mempunyai kesan yang besar
terhadap kejayaan murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi murid-murid dan
13
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet ke-7, h. 37
14
guru adalah ibu bapak kedua kepada mereka. Memang sudah menjadi
tanggung jawab seorang guru itu untuk menaikkan taraf muridnya agar
menjadi insan yang berguna kepada agama, Negara dan bangsa.15
B. FITRAH DAN BENTUK-BENTUKNYA
1. Pengertian Fitrah
Al-fitrah dalam kamus Al-Munawwir artinya sifat pembawaan
(yang ada sejak lahir), ciptaan, agama, sunnah dan dalam keadaan menurut
fitrahnya.16
Pada dasarnya, fitrah manusia adalah senantiasa tunduk kepada Zat
yang hanif (Allah) melalui agama yang disyari'atkan padanya. Fitrah
merupakan anugerah Allah yang telah diberikan-Nya kepada manusia sejak
dalam alam rahim. Ketika lahir, potensi anak belum diketahui. Pada masa ini
seorang anak hanya membawa insting (gharizah), seperti menangis,
merasakan haus, lapar dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan
psikisnya, potensi tersebut bertahap mengalami perkembangan ke arah yang
lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan
efisien adalah melalui pendidikan.17
Menurut bahasa fitrah berarti asal kejadian (ibda', khalq), kesucian
dan agama yang benar. Fitrah manusia menurut ajaran Islam adalah bebas dari
noda dan dosa, seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti
"agama yang benar", yaitu agama Allah, sebagaimana dijelaskan QS. Ar-rum
(30) ayat 30:
15
Amina Noor, Mendidik anak Pintar Cerdas Bermula Dari Alam Rahim…, (Kuala Lumpur, Darul Nu'man, 1995), Cetakan Pertama, h. 133
16
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet ke-14, h. 1063.
17
Artinya: " Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ".
fitrah Allah pada ayat diatas maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.18
Dalam pandangan islam keberagamaan berarti fitrah (sesuatu
yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya).19 Dengan
demikian, secara sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula,
atau bawaannya sejak lahir.
Fitrah berarti “terbukanya sesuatu dan melahirkannya” , seperti
orang yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut maka berkembang
menjadi dua makna pokok; pertama, fitrah berarti al-insyiqaq atau al-syaqq
yang berarti al-inkisar (pecah atau belah)., kedua, fitrah berarti khilqah,
al-ijad atau al-ibda’ (penciptaan).
2. Struktur Dan Komponen Fitrah
Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat segera diketahui bahwa
struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 sebagai berikut :
Pertama, fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai
intinya. Faktor keturunan psikologis (heriditas kejiwaan) orang tua anak
merupakan salah satu aspek dari kemampuan dasar manusia.
Kedua, fitrah dalam bentuk bakat (mahabib) dan kecenderungan
(qabiliyat) yang mengacu kepada keimanan kepada Allah Swt. Dengan
demikian, fitrah mengandung komponen psikologis yang berupa keimanan
tersebut. Hal tersebut terjadi, karena iman bagi seorang mukmin merupakan
18
Ahsin w. Al-hafidz, Kamus Ilmu Al-qur'an, (Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset, 2008), Cet-3, h. 78.
19
daya penggerak utama (elan vital) dalam dirinya yang memberi semangat
untuk selalu mencari kebenaran hakiki dari Allah Swt.
Ketiga, fitrah berupa naluri dan kewahyuan (revilasi), yang
keduanya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam; keduanya saling
terpadu dalam perkembangan manusia. Mata uang itulah yang dapat
diibaratkan fitrah. Yakni dari satu sisi ia adalah potensi, dan dari sisi lain ia
adalah wahyu.20
Keempat, fitrah berupa kemampuan dasar untuk beragama secara
umum, yakni tidak terbatas pada agama islam saja, melainkan pada agama
lainnya. Dan dengan dasar kemampuan inilah manusia dapat dididik menjadi
orang Yahudi, Nasrani atau Majusi, namun tidak dapat di didik menjadi ateis
(anti tuhan).21
Sebuah sabda Nabi Saw yang populer, yang banyak disitir oleh para ulama’ antara lain sebagai berikut:
Artinya:“Dari Abu Hurairah ra., berkata: Rasulullah bersabda :
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (H.R. Bukhari dan muslim)
Hadits di atas mengandung pengertian bahwa setiap anak
dilahirkan dengan membawa potensi. Baik atau buruknya potensi yang
dikeluarkannya kemudian tergantung kepada lingkungannya. Untuk itu proses
pendidikan sangat menentukan pengembangan potensi tersebut. maka kata
fitrah berarti kecendrungan beragama yang terdapat dalam diri manusia.
Kecendrungan beragama tersebut dapat terwujud menjadi Yahudi, Nasrani
atau Majusi, amat bergantung pada lingkungan dan proses pendidikan yang
20
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), c. I, h. 5.
21
diberikan kepadanya, terutama pendidikan yang diberikan oleh kedua orang
tuanya.22
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah
ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk
mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminologi Islam, dorongan ini
dikenal dengan hidayat al-diniyyat. Berupa benih-benih keberagaman yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini
manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama.23
Demikianlah, sejak saat kelahirannya yang pertama, fitrah
keimanan kepada Allah menetap pada diri seorang anak, dan terbentuk atas
agama yang lurus, yang merupakan perkara yang menuntut perhatian dari kita
terhadap naluri ini dan penjagaan atasnya. Setiap bayi yang terlahir diatas
fitrah, hingga kedua orang tuanya menjadikannya yahudi atau nasrani.
Asal manusia terlahir atas fitrah yang bersih, mengimani Allah
dan mengarah kepada agama yang lurus. Apabila kita temui adanya
penyimpangan dari hal itu, maka itu karena pengaruh kedua orang tua. Orang
tua yahudi akan berpengaruh terhadap fitrah bayi yang terlahir, sehingga
kesiapannya menerima islam berubah menjadi menerima yahudi.24
Kelima, fitrah memiliki komponen yang meliputi 1). Bakat dan
kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan yang potensial yang mengacu
kepada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian
(professional) dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada
kemampuan kognitif (daya cipta), konasi (kehendak) dan emosi (rasa) yang
disebut dalam psikologi filosofis dengan istilah tri chotomi (tiga kekuatan
rohaniah), 2). Insting (naluri) atau gharizah, yaitu kemampuan barbuat atau
bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu.
Kemampuan insting ini merupakan pembawaan sejak lahir. Dalam psikologi
22
Ibid, h. 75.
23
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Revisi -12, h. 67
24
pendidikan, kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat
sesuatu dengan tanpa melalui belajar dahulu. Jenis-jenis tingkah laku yang
digolongkan kedalam insting ini adalah melarikan diri (flight), menolak
(repulse), ingin tahu (curiosity), melawan (pugnacity), merendahkan diri (self
absement), menonjolkan diri (self assertion), berhubungan seksual (
acquisition), mencari sesuatu (question), membangun sesuatu (contruktion)
dan menarik perhatian orang lain (appeal), intuisi (ilham), watak asli
(character), nafsu (drives) dan hereditas (keturunan).
Berbagai kecakapan yang dibawa sejak lahir ini dapat
ditumbuhkan, dikembangkan dan dibina lebih lanjut dan menjadi mahir dan
terampil melalui pendidikan dan pengajaran, dan disinilah salah satu letak
hubungan yang fungsional dan simbiotis antara fitrah dan kegiatan
pembelajaran.25
Dalam penelitian ini penulis memberikan interpretasi bahwa arti
fitrah yaitu kecenderungan potensi siswa yang bisa dikembangkan melalui
pendidikan agar menjadi nilai yang lebih di masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Fungsi Fitrah
Konsep fitrah sebagaimana yang tergambar pada uraian diatas
menunjukkan citra unik manusia, yang mana citra unik itu menjadi landasan
bagi konstruksi psikologi Islam. Citra unik manusia dalam psikologi Islam
dapat disederhanakan dalam dua poin berikut ini:
Pertama, manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti
membawa potensi suci, ber-Islam, bertauhid, ikhlas dan mampu memikul
amanah Allah Swt. Untuk menjadi khalifah dan hamba-Nya dimuka bumi, dan
memiliki potensi dan daya pilih. Potensi baik tersebut di aktualisasikan dalam
tingkah laku yang nyata, citra baik tersebut pada mulanya disangsikan oleh
malaikat dan iblis, namun setelah Allah Swt meyakinkannya maka malaikat
percaya akan kemampuan manusia, sementara iblis dengan kesombongannya
25
tetap mengingkarinya. Jika terdapat aliran psikologi Islam yang masih
menentukan citra buruk manusia, berarti ia mengikuti persepsi iblis.
Kedua, melalui fitrah nafsani (psikofisik) dalam psikologi islam
maka :
a) Pusat tingkah laku adalah Qalbu, bukan otak atau jasmani manusia. Selain
hal itu didasarkan oleh hadits Nabi, Qalbu merupakan daya nafsani yang
paling dekat dengan natur ruh, yang mana ruh menjadi esensi manusia.
Jika kehidupan manusia dikendalikan oleh peran Qalbu, maka
kehidupannya akan selamat dan bahagia dunia-akhirat.
b) Manusia dapat memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti
pengetahuan intuitif dalam bentuk wahyu dan ilham.
c) Tingkat keperibadian manusia tidak hanya sampai pada humanitas atau
sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan. Tuhan merupakan asal dan
tujuan dari segala realitas Innalillahi Wainna Ilaihirajiuun (sesungguhnya
kita bagi Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali).26
Dari teori di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa fungsi
fitrah ialah sebagai bahan atau alat untuk mengemban amanah dari Allah Swt
yang di wajibkan kepada setiap manusia. Dan menjadikan manusia lebih
mudah dengan adanya fitrah ini. Karena setiap manusia yang terlahir di dunia
ini pasti membawa fitrah yang suci dengan tujuan berlomba-lomba dalam
kebaikan untuk mencapai ridho Allah Swt.
4. Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Fitrah
Yang dimaksud dengan masalah penghambat perkembangan
fitrah disini, adalah masalah yang timbul dalam lapangan pendidikan. Yang
berhubungan dengan keberhasilan dalam pelajaran dan penyesuaian diri
terhadapnya. Persoalan itu bermacam-macam, diantaranya lebih berpengaruh
segi mental seperti cocoknya antara bakat dan pelajaran, serta sebagiannya
dipengaruhi oleh segi emosi seperti penyesuaian diri dengan guru dan
26
teman. Sebagian lainnya timbul akibat kurangnya pengetahuan yang ada pada
individu dan sebagian menghendaki macam pelayanan atau pengobatan yang
sangat dekat dengan proses pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana halnya
dengan studi pengobatan, yang sebenarnya termasuk dalam bimbingan
pendidikan, namun ia memerlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang studi
dan cara pengobatan terhadap keterbelakangan.27
Dapat pula diklasifikasikan masalah penghambat perkembangan
fitrah di sini adalah sebagai berikut :
1. Masalah kurangnya informasi tentang macam studi yang dapat dimasuki
oleh individu.
2. Masalah bakat, kecondongan dan ciri-ciri lain yang mempengaruhi
keberhasilan pelajar dalam studinya.
3. Masalah masuk sekolah yang cocok.
4. Masalah penyesuaian diri dengan bidang studi.28
C. POTENSI DAN PEMBAGIANNYA
Potensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan,
kekuatan, kesanggupan atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk dapat
dikembangkan.29 Potensi adalah kekuatan, kesanggupan, kemampuan,
kekuasaan dan daya kefungsian.30
Macam-Macam Potensi yaitu :
a) Ranah Kognitif
Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan intelektual,
sehingga ia dapat menerima pelajaran dari Tuhan. Informasi tentang
manusia sebagai makhluk intelektual ini telah menarik perhatian para ahli
untuk menelitinya berbagai metode. Hasil kajian mereka terhadap
27
Attia Mahmud, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, (Jakarta: PT. Sumber Bahagia), h.14
28
Ibid, h. 15
29
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 697
30
kemampuan intelektual manusia itu, mereka rumuskan dalam sebuah istilah
yang disebut sebagai aspek kognitif manusia.
b)Ranah Afektif
Aspek afektif manusia pada dasarnya merupakan aspek keterampilan
dalam menghayati dan menyadari tentang berbagai hal yang diketahui
sehingga ia terdorong untuk mengerjakannya.
c) Ranah Psikomotorik
Aspek psikomotorik manusia pada dasarnya merupakan aspek
keterampilan dalam mempraktikkan sebuah konsep yang telah dipahami
dan dihayati.
Berbagai keterampilan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
tersebut pada intinya adalah merupakan pelaksanaan dari berbagai potensi
manusia sebagai makhluk yang dapat berfikir, belajar, berbudaya dan
berkreasi sebagaimana yang diharapkan.
Kemampuan manusia pada ketiga aspek tersebut sesungguhnya dapat
dijumpai dalam isyarat yang terdapat didalam Al-qur’an. Dalam hubungan ini
sejalan dengan firman Allah Swt. Sbb:
Artinya: Dan Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.Al-Nahl (16) : 78).
Pada ayat tersebut Allah SWT menyebutkan karunia yang
dilimpahkan kepada para hamba-Nya, dengan mengeluarkan mereka dari
perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, lalu memberikan rezeki
kepada mereka berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Allah menjadikan
kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan
kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu
buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang
benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat
mendengar suara-suara. Lalu menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian
dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling kenal-mengenal
antara yang satu dengan yang lain. Dan kalian dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Dengan harapan kalian dapat bersyukur
kepada-Nya dengan menggunakan nikmat-nikmat-kepada-Nya dalam tujuannya yang untuk
itu ia diciptakan, dapat beribadah kepada-Nya dan agar dengan setiap anggota
tubuh kalian melaksanakan ketaatan kepada-Nya.31 Hal ini menunjukkan
bahwa sebelum diberikan pendidikan, ketiga potensi yang dimiliki manusia
tersebut tidak mengetahui segala sesuatu. Namun, setelah ketiga potensi
tersebut dididik dan diajar dengan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan
sebagainya melalui kegiatan pembelajaran, maka manusia mengetahui segala
sesuatu. Dengan demikian, bahwa pada diri manusia terdapat unsur kognitif,
afektif dan psikomotorik sejalan dengan pendapat para ahli.32
D. PERAN PENDIDIK DALAM MENGATASI PENGHAMBAT
PERKEMBANGAN FITRAH
Pengembangan optimum dapat dilaksanakan dalam rangka
pendidikan. Tetapi untuk dapat melaksanakan seluruhnya, maka pendidikan
harus diorganisir sesuai dengan prinsip pendidikan yang murni (The true
principles of education). Untuk dapat kepastian lebih lanjut, maka dalam
masyarakat perlu disusun suatu sistem umpanbalik (Feedback system) guna
memastikan sampai dimana pendidikan berhasil atau gagal. The true
principles of education dijelmakan dalam bentuk standardisasi minimum yang
lengkap dengan semua perhitungan dan implementasinya. Untuk dapat
mencapai "bertahan dalam masyarakat dengan terhormat" ada lima sifat harus
dipenuhi, yaitu : pandai, jujur, berdisiplin, tahu kemampuan dan mengenal
31
Ahmad Mustofa Al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy (Edisi Bahasa Arab) Juz XIII, Terj. K. Anshori Umar Sitanggal dkk, (Semarang: PT. Toha Putra, 1994), Cet-2, h. 211
32
batas kemampuan diri sendiri. Dan oleh karena itu memiliki rasa kehormatan
diri.33
Peran pendidik seharusnya mampu bersikap menerima terhadap
muridnya, maksudnya menerima murid seperti apa adanya. Dan ini
merupakan faktor penting untuk meningkatkan hubungan guru dengan murid,
mengembangkan kemampuan anak untuk mau mengubah diri sendiri secara
konstruktif, menggerakkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri,
mengarah ke kesehatan jiwa, menjadikan anak lebih produktif dan kreatif dan
merealisasikan potensi anak. Bila seseorang merasa diterima kemudian
(dipahami) orang-orang lain, orang itu akan bergerak lebih bebas dan mulai
berfikir untuk mengubah dirinya sendiri, menjadi lebih baik dari pada yang
dialami sekarang.34
Adapun langkah pertama Al-qur'an dalam pendidikan jiwa seseorang
adalah mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat. Serta
membersihkannya dari berbagai kotoran yang melekat dan diwarisi oleh
lingkungannya, serta dari berbagai khurafat dan taklid. Asas dari fitrah ini
adalah tauhid, karena pada dasarnya jiwa diciptakan untuk mengetahui
Tuhannya yang sering tertutupi oleh kealpaan, lingkungan dan taklid. Akan
tetapi akar-akar pengetahuan ini tertanam kuat didalam jiwa, dan tidak ada
alasan untuk mengingkarinya atau melepaskan diri darinya.35
Salah satu peran pendidik untuk mengatasi masalah-masalah yang
menghambat perkembangan fitrah yaitu dengan mengenal terhadap
perkembangan siswa yaitu dengan cara mendiagnosa. Pengertian dari
mendiagnosa adalah proses mengenal secara detail, apa dan bagaimana
mengenai anak tersebut.
Adapun cara mendiagnosa yaitu sebagai berikut :
1. Amati perilaku anak.
33
Slamet Iman Santoso, "Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan", (Jakarta: UI Press, 1981), c. ke-II, h.167
34
Thomas Gordon, Guru Yang Efektif, Terj. Dari Teacher Effectiveness Training oleh Mudjito, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.3, h.61
35
2. Lihat penampilannya.
3. Berikan pertanyaan dan perhatikan jawabannya.
4. Berikan tugas, perhatikan tanggapan, dan cara penyelesaiannya.
5. Goda anak tersebut dan perhatikan respon yang diberikan.
6. Ajak berkompetisi dan amati keseriusannya.
7. Berikan pilihan untuk memilih, amati apa yang dia pilih.36
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya
perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut : 1) proses pematangan,
khususnya pematangan fungsi kognitif, 2) proses belajar, 3) pembawaan atau
bakat. Ketiga hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh
dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai
peserta didik. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar siswa dalam
keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami
proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang
menjanjikan seperti ini sebenarnya belum tentu terwujud, karena banyak
faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju
cita-cita bahagianya.
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan
mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama.37
1. Aliran Nativisme
Aliran nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh
besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama
Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosofis jerman.38 Aliran
Nativisme juga bisa diartikan satu aliran yang menitikberatkan pandangannya
pada peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu
36
Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning Untuk Guru & Orang Tua, (Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2010), Cet.1, h.105
37
Muhibbinsyah, "Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru", (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet ke-15, h.42
38
perkembangan tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu
tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir.39 Para ahli
yang beraliran "Nativisime" berpendapat bahwa perkembangan individu itu
semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu
semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan.40 Aliran filsafat ini
konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu
dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut
aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh
pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut "pesimisme
pedagogis".
Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak
yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimaupun hanya akan
melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan
dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan
kehidupan anak-anaknya.41
2. Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan
tokoh utamanya ialah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
"The school of British Empiricism" (aliran empirisme Inggris). Namun aliran
ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat. Sehingga
melahirkan sebuah aliran filsafat bernama "environmentalisme" (aliran
lingkungan) dan psikologi bernama "environmental psychology".42
Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia
lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan
kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.
39
Mujib, op. cit., h. 115
40
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cetakan Pertama, h. 173
41
Muhibbin Syah, loc.cit. 42
Perwujudan tingkah laku ditentukan oleh luar diri yang disebut dengan
lingkungan.43
Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yang mengikuti aliran
"Empirisme" berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya
ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan sedangkan faktor
dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empirisme ini
menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan
perkembangan seseorang individu.
3. Aliran Konvergensi
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrem
diatas adalah "Aliran konvergensi" dengan tokohnya yang terkenal adalah
William Stern. Menurut aliran konvergensi, perkembangan individu itu
sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. baik faktor
dasar/pembawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara
convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang
individu.44
Dalam hal ini penulis lebih cenderung ke aliran Konvergensi, karena
bagi ketentuan perkembangan potensi dan kemampuan anak itu tergantung
dari faktor pembawaan dan faktor lingkungannya. Kedua-duanya ini saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. agar tercapai perkembangan potensi
optimum pada diri anak, maka peran dari orang tua disini sebagai faktor
penentu arah potensi anak (pembawaan) dan guru atau pendidik lainnya
adalah faktor penentu keberhasilan perkembangan kemampuan atau potensi
anak dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
Peran pendidik juga bisa membantu perkembangan potensi siswa
dengan cara mengenal karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah
keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil
dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya.
43
Mujib, op. cit., h. 118 44
Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa,
yaitu :
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau
prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai
pengalaman masing-masing siswa.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup,
dan status sosial (sociocultural).
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian,
mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang
cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi guru akan
dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian
rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang lebih tepat, sehingga
akan terjadi interaksi dari masing-masing komponen belajar-mengajar secara
optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu kreatif dalam rangka
menciptakan kegiatan yang bervariasi, agar masing-masing individu siswa
dapat berpartisipasi secara maksimal dalam proses pembelajarannya.45
Adanya tantangan untuk dapat menemukan sistem serta metode
pendidikan yang layak bagi anak berbakat telah mendorong sejumlah pakar
untuk berusaha menemukan berbagai standar keberbakatan. Adanya standar
pengukuran kemampuan skolastik cenderung membuat sejumlah orang
beranggapan bahwa pengukuran kemampuan skolastik ini dapat dijadikan
landasan pendidikan anak-anak berbakat. Namun dengan diperkenalkannya
konsep intelegensi ganda (multiple intelligence) sejumlah pakar mulai
mempertanyakan kembali standar pengukuran kemampuan skolastik, dan
standar-standar pengukuran kemampuan lain yang dapat digunakan untuk
menganalisis bakat seseorang. Misalnya bahwa pengukuran kemampuan
seseorang yang memiliki kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu dalam
45
budaya tertentu belum tentu memiliki kemampuan yang sama tingginya pada
bidang yang sama tapi dalam budaya yang berbeda. Sebagai contoh misalnya,
ada individu yang mampu menguasai beberapa bahasa Eropa tetapi
mengalami kesulitan untuk mempelajari bahasa Negara-negara belahan dunia
timur. Ada juga individu yang mampu menjadi pemimpin pada budaya
masyarakat tertentu akan tetapi gagal memimpin orang lain pada budaya
masyarakat yang lainnya.46 Namun, jika ia terus berupaya menyesuaikan
kemampuannya dengan kondisi setempat, mungkin saja suatu saat ia akan
memperoleh keberhasilan yang sama dengan apa yang telah dicapainya di
budaya masyarakat yang berbeda. Karenanya masalah penyesuaian diri ini
juga merupakan hal yang penting dalam pengembangan bakat seseorang, dan
pengukuran kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri juga penting
untuk dikembangkan.47
E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Skripsi berjudul "Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mengembangkan Fitrah Beragama" yang ditulis oleh Azhari Akbar di UIN
Jakarta berkesimpulan bahwa peran pendidikan Islam sangat besar dan
bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan potensi dasar manusia.
Pendidikan Islam merupakan salah satu media dalam mengembangkan fitrah
beragama pada manusia agar tercipta manusia dengan pribadi yang sempurna.
Skripsi yang berjudul "Peranan Guru PAI Dalam Mengembangkan
Ranah Afektif Siswa SMP Negeri 2 Karawang" yang ditulis oleh Lina
Anggreyani berkesimpulan bahwa peranan guru selain sebagai pengajar juga
sebagai pendidik dan pembimbing. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan saja, akan tetapi juga harus dapat menumbuhkan,
mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik
dalam kehidupan sehari-hari. Ranah afektif ini merupakan tujuan yang
berhubungan dengan sikap, menilai, minat dan apresiasi. Agar peranannya
46
Monty & Waruwu, Op. cit., h. 80 47
dapat digunakan dengan tepat, maka cara yang baik adalah dengan tujuan
instruksional afektif sesuai dengan ketentuan yang ada.
Adapun Skripsi berjudul "Peran Perilaku Guru Agama Islam dalam
Pembentukan Kepribadian Islami Siswa di SMP Darussalam Ciputat
Tangerang" yang ditulis oleh Bermansyah di UIN Jakarta tahun 2010 M /
1431 H. Penulis tersebut berkesimpulan bahwa peran perilaku guru agama
Islam di SMP Darussalam Ciputat tidak banyak berpengaruh dalam
membentuk keperibadian Islami siswa. Hal ini disebabkan oleh jam belajar
agama Islam yang sangat minim yaitu hanya sekitar 80 sampai 90 menit saja.
Dalam seminggu 2 kali jam belajar. Sehingga ada pengaruh tapi tidak
signifikan antara perilaku guru agama Islam dalam membentuk kepribadian
islami siswa.
Dari hasil kesimpulan penelitian terdahulu yang relevan dengan
skripsi ini. Peneliti ingin menindak lanjuti tentang fitrah sebagai potensi dasar
manusia karena semakin maraknya kekerasan guru dan tidak tahu apa yang
siswa inginkan pada zaman modern sekarang ini. Penulis ingin memberikan
kontribusi pada pendidik yang ada di Indonesia utamanya berupa penulisan
skripsi ini yang pembahasannya lebih menekankan pada potensi dasar siswa
atau kemampuan siswa yang berbeda-beda di sekolah. Adapun obyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI di sekolah SMA Dharma Karya UT yang
akan dijadikan populasi dalam penelitian ini.
F. KERANGKA BERFIKIR
Dalam penelitian ini yang diteliti oleh penulis ingin membuktikan
dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh peranan yang dilakukan oleh
pendidik dalam membangun fitrah yang ada pada anak.
Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak
didik ini tidak ada lain dengan tujuan untuk membangun fitrah yang dibawa
sejak lahir oleh si anak. Sehingga penulis ingin mengetahui keberhasilan
untuk membangun potensi anak didik, tetapi juga dibutuhkan tingkah laku
atau sikap yang baik dalam membangun akhlak anak.
Pada dasarnya kebutuhan peningkatan sumber daya manusia
memerlukan kinerja pendidik yang dinamis dan progresif untuk
mengkonstruksi atau mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, maka
dari itu masalah pengembangan sumber daya manusia sangat mempengaruhi
kinerja manusia itu dalam membangun fitrah yang ada pada anak. Terutama
guru pada khususnya yang tugasnya dan kewajiban membangun manusia
menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain juga bangsa
dan negaranya.
Dengan demikian kegiatan pendidikan yang dilaksanakan baik di
sekolah, rumah maupun di masyarakat sangat membantu keberhasilan
membangun fitrah yang dimiliki oleh anak. Penulis mengadakan penelitian ini
untuk mengetahui kontribusi peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah