• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan manjerial kepala M.A.At-Tahiriyah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan manjerial kepala M.A.At-Tahiriyah Jakarta"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MANAJERIAL

KEPALA M.A. AT-TAHIRIYAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Jamal Ripani

NIM: 104018200614

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYTULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya milik Allah swt. Kepada-Nya semua makhluk tunduk atas keperkasaan kuasa-Nya, dan semua hamba saleh mengabdikan diri dihadapan keagungan kehendak-Nya. Shalawat dan salam semoga terus tercurah bagi baginda Muhammad saw., Sang Trainer Sejati, motivator tiada tanding, beserta para keluarga, segenap sahabat, dan semua pengikutnya yang setia.

Dengan rahmat dan inayah-Nya, akhirnya penulisan Skripsi ini dapat dirampungkan, meski jalan yang ditempuh begitu panjang, yang kadang menikung dan mendaki, dan bahkan tak jarang berbalik arah dan berhenti.

Penulis menyadari, penulisan skripsi ini tak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah menanamkan jasa dan kebaikan budi kepada penulis, diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs. H. Mu‟arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan..

3. Bapak Drs. Mudjahid AK. M,Sc. dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Abdurrahman Sholeh serta Bapak Akbar Zainuddin yang banyak

memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis.

(7)

6. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah memberikan pelayanan, bimbingan berupa pengatahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan profesinalisme yang tinggi

7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Drs. Syamsuri Halim M.Ag beserta para dewan guru dan staf tata usaha M.A. At-Tahiriyah Jakarta yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani dalam mencari dan menghimpun data yang

diperlukan selama penulisan skripsi.

9. Thabib Muhammad Syah Al-Batawi dan keluarga besar Ibnu-Halim Kalibata atas do‟a dan arahannya.

10.Papa, mama, yang selalu menanyakan kapan skripsi selesai, (akhirnya selesai juga), Ato dan Nek Mami, Om Joy, Mama Cun, Om Ido, Mama Ning, Om Untung, Mama Dida, Om Ihsan, Mana Sila, dan semua keluarga yang ada di Jakarta, Pangkal Pinang dan Banjarmasin yang senantiasa mendo‟akan kesuksesan, kelancaran penyelesaian skripsi ini.

11.K.H Imron Mahmud dan seluruh ustadz serta teman-teman di pesantren yatim Darul Ilmi Banjarbaru atas bantuan dan arahan rohaninya sehingga penulis bisa tenang dan mampu melewati lika-liku dalam penyelesaian skripsi ini. 12.Bapak Fauzi Aseri dan keluarga yang selalu memberi dorongan agar skripsi

ini bisa cepat selesai.

(8)

14.Teman-teman Kakamban dan teman-teman di Asrama Mahasiswa Banjar, Nasir, Udin, Fuad, Pani, Indra, Hikam, Hasan, Syafruddin Prawira Negara, Athaillah, Tajud, semoga asrama kita makin maju dan jaya selalu.

Akhirnya, kepada Allah swt. jualah penulis serahkan segala urusan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan ilmu pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Penulis juga sangat mengharapkan saran, pendapat beserta kritikan atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Cipinang, 1 Mei 2011 M 27 Jumadil Awal 1432 H

(9)

ABSTRAKSI

Kemampuan manajerial merupakan kunci utama bagi seorang Kepala Sekolah dalam kepemimpinannya agar tujuan dari sekolah tersebut bisa tercapai. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengevaluasi. Dengan tujuan tujuan organisasi dapat tercapai.

Sebagai seorang manajer Kepala Sekolah perlu memiliki keterampilan-keterampilan khusus agar kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik. Di antara

keterampilan khusus tersebut, keterampilan teknis, keterampilan hubungan antar pribadi, dan keterampilan konseptual.

Kemampuan manajerial Kepala M.A. At-Tahiriyah Jakarta dengan rumusan masalah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan.

Tujuaannya adalah untuk mengetahui Kemampuan manajerial Kepala M.A. At-Tahiriyah Jakarta dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Data diperoleh dari M.A. At-Tahiriyah Jakarta. Sedangkan pengumpulan data diperoleh dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan manajerial Kepala M.A. At-Tahiriyah Jakarta dalam kepemimpinannya sudah cukup baik. Dengan melakukan segala macam upaya agar mutu pendidikan di M.A. At-Tahiriyah dapat meningkat.

Kendala utama yang dihadapi Kepala M.A. At-Tahiriyah Jakarta adalah anggaran dana yang kurang memadai. Sehingga banyak rencana-rencana yang mau dilaksanakan tidak terlaksana.

Dari uraian di atas sebaiknya kepala sekolah hendaknya lebih bertanggung jawab dalam bertugas membimbing dan mengarahkan para guru. Begitu juga dengan kepala sekolah agar senantiasa melaksanakan perannya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, dan leader.

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ……….. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 8

C. Pembatasan Masalah ……….… 8

D. Perumusan Masalah ……….. 8

E.Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Manajerial ………10

1. Pentingnya Manajemen ………10

2. Keterampilan Manajemen ………17

3. Fungsi Manajerial ………. 20

a. Fungsi Perencanaan ………20

b. Fungsi Pengorganisasian……… 23

c. Fungsi Kepemimpinan……… 25

d. Fungsi Pengawasan atau Supervisi……… 28

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Objek Penelitian ………. 31

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………..31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ………..32

D. Metode Penelitian ……….32

E. Teknik Pengumpulan Data ………32

F. Teknik Analisis Data ………33

G. Instrumen Penelitian ……… 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………35

B. Paparan Hasil Penelitian ……….. 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 54

B. Saran ……… 54

DAFTAR PUSTAKA ………. 56

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia berimbas kepada perubahan model pemerintahan. Begitu pula dalam dunia pendidikan, otonomi daerah telah merubah paradigma dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai perbaikan, antara lain manajemen berbasis sekolah.

Manajemen berbasis sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kesempatan yang besar bagi sekolah untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengelola sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Hal ini juga memberikan kesempatan kepada masyarakat agar berperan lebih aktif dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah diperlukan adanya kemampuan manajerial yang cukup dan memadai dari kepala sekolah didukung dengan kinerja guru yang professional dalam mengelola pendidikan di sekolah.

Madrasah sebagai elemen penting dalam dunia pendidikan di Indonesia juga merasakan dampak dan konsekuensi dari manajemen berbasis sekolah

(13)

Adanya tuntutan pendidikan pada Era Globalisasi tidak terbatas pada aspek kecerdasan spritual saja, tapi lebih dari itu, siswa juga diharapkan mempunyai kecerdasan emosional, dan intelektual. Karena dengan ketiga kecerdasan inilah seorang manusia disebut ”insan kamil” yang siap bersaing di Era Globalisasi.

Mengingat kebutuhan masyarakat terutama siswa di Era Globalisasi dan pasar bebas seperti saat ini bukan hanya terfokus pada kebutuhan spritual saja. Namun tuntutan zaman “memaksa” lembaga pendidikan seperti M.A. At -Tahiriyah agar bisa menghasilkan lulusan yang cerdas secara spritual, intelektual, dan emosional.

Karena dengan memiliki tiga kecerdasan tersebut diharapkan lulusan M.A. At-Tahiriyah akan mampu bersaing dan memberikan sumbangsih yang besar bagi masyarakat. Dan semua itu akan bisa dicapai jika ada kemauan bersama dari semua pihak yang terkait dengan manajemen di M.A. At-

Tahiriyah untuk bersama-sama melakukan reformasi dalam lembaga pendidikan tersebut.

“Ketidaksiapan madrasah” aliyah dalam menghadapi tuntutan Globalisasi inilah yang kemudian menyebabkan masyarakat beralih ke sekolah-sekolah yang lebih siap dalam menghadapi tuntutan zaman. Salah satu madrasah aliyah yang mengalami penurunan jumlah murid secara signifikan adalah M.A. At-Tahiriyah.

Pada awal berdirinya, yaitu tahun 1968, M.A At-Tahiriyah merupakan madrasah yang cukup terkenal untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pada saat itu jumlah murid mencapai 250 orang pada angkatan pertama. Animo masyarakat dengan penuh kebanggaan mendaftarkan anak-anak mereka untuk di didik di M.A At-Tahiriyah dari wilayah Jakarta, Bekasi, Bogor, Tangerang,

dan kota-kota lainnya.

(14)

orang, tahun 2008 adalah 19 orang, tahun 2009 adalah 10 orang, dan tahun 2010 adalah 18 orang.

Penurunan jumlah murid seharusnya tidak terjadi di madrasah aliyah seperti At-Tahiriyah. Karena madrasah aliyah mempunyai kurikulum yang “lebih unggul” mengintegrasikan kurikulum dari Departemen Agama dengan kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional, semestinya madrasah menjadi “pilihan utama” dibandingkan sekolah-sekolah umum lainnya. Secara historis M.A. At-Tahiriyah berada di bawah naungan lembaga yang dipimpin

oleh tokoh sangat terkenal di Jakarta dan sekitarnya, yaitu K.H. Tohir Rohili. Dengan keunggulan yang dimiliki, sangat disayangkan jika kemudian M.A. At-Tahiriyah harus ditinggalkan masyarakat. Islam juga mempunyai pandangan yang sangat luas terhadap model pendidikan. Hal ini seharusnya bisa dijadikan alasan bagi para kepala madrasah aliyah agar lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi siswanya agar mendapat bekal yang cukup dan memadai ketika selesai menempuh pendidikan dari madrasah aliyah.

Pendidikan Islam bukanlah hanya untuk mewariskan paham atau pola keagamaan hasil internalisasi generasi tertentu kepada anak didik. Pendidikan Islam jangan memperlakukan anak didik sebagai konsumen dari sebuah paham atau gugusan ilmu-ilmu tertentu, melainkan harus mampu memberikan fasilitas yang memungkinkan dia menjadi produsen ilmu dan membentuk pemahaman agama dalam dirinya yang kondusif dengan zaman. 1

Menghadapi tuntutan zaman yang semakin komplek, M.A. At-Tahiriyah diharapkan mampu untuk mereformasi diri agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Dalam arti mampu berupaya untuk memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai menjadi sesuai dengan kebutuhan. Mengingat kebutuhan masyarakat, terutama siswa, di era globalisasi dan persaingan bebas seperti saat ini bukan hanya terfokus pada kebutuhan spiritual saja, namun tuntutan zaman “memaksa” lembaga pendidikan Islam

1

(15)

seperti M.A. At-Tahiriyah agar bisa menghasilkan lulusan yang cerdas secara spiritual, intelektual, dan emosional.

Ketiga kecerdasan tersebut haruslah selaras dan seimbang agar tidak ada ketimpangan. Siswa yang cerdas secara spiritual saja tidak akan maksimal dalam pengabdiannya di masyarakat karena hanya menguasai persoalan agama saja. Begitu pula siswa yang cerdas secara intelektual saja, kecerdasannya terasa hampa tanpa dilandasi dengan ilmu agama yang memadai. Kecerdasan emosional penjadi pelengkap bagi kecerdasan spiritual

dan intelektual. Di samping keterampilan teknis untuk mendukung pelaksanaan tugasnya.

Lembaga pendidikan diharapkan mampu untuk memberikan pendidikan yang dibutuhkan. Untuk itu perlu dilakukan reformasi dalam model pendidikan tersebut sehingga kebutuhan-kebutuhan dunia pendidikan pada saat ini dapat terpenuhi.

Beberapa karakteristik reformasi dalam suatu bidang tertentu, yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu, keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan (aktor) reformasi, adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah maupun dalam skala besar seperti negara sekalipun.2

Kepala sekolah merupakan aktor yang bisa memulai perubahan di sekolah. Kepala M.A. Tahiriyah mempunyai peran penting agar M.A.

At-Tahiriyah kembali menjadi sekolah yang diperhitungkan di Jakarta. Kemampuan manajerial sangat diperlukan agar semua potensi yang dimiliki sekolah dapat dikelola dan dimanfaatkan demi kemajuan pendidikan di M.A. At-Tahiriyah.

Kemampuan manajerial kepala M.A. At-Tahiriyah sangat diharapkan untuk meningkatkan kembali jumlah murid di M.A. At-Tahiriyah. Peran dari seorang kepala sekolah dengan kemampuan manajerial yang mencukupi sangat dibutuhkan sebagai agen perubahan di lingkungan M.A.At-Tahiriyah

2

(16)

agar terjadi reformasi menuju At-Tahiriyah yang lebih bermutu dan “merebut” kepercayaan masyarakat.

Masyarakat sebagai user sekaligus sebagai mitra M.A. At-Tahiriyah tentu sangat berharap melihat perubahan-perubahan yang signifikan di lingkungan M.A. At-Tahiriyah. Dan perubahan-perubahan tersebut bisa dimulai dari kepala M.A. At-Tahiriyah.

Segala macam upaya perbaikan perlu dilakukan agar M.A. At-Tahiriyah kembali menjadi pilihan utama orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Upaya-upaya tersebut memang telah dilakukan oleh kepala M.A. At-Tahiriyah, namun sampai saat ini upaya-upaya tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan. Penurunan jumlah murid terus terjadi.

Sebagai seorang pemimpin di sekolah, kepala M.A. At-Tahiriyah diharapkan mampu mengelola agar proses perbaikan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah bisa memberikan pengaruhnya terhadap bawahan agar melakukan hal-hal positif bagi kemajuan sekolah. Keberadaan kepala sekolah dengan kepemimpinannya akan bisa membawa dampak besar bagi kemajuan M.A. At-Tahiriyah. Kepala sekolah, selaku pemimpin seharusnya mampu “menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi.”3

Kemajuan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan manajerial kepala sekolah. Dengan kemampuan manajerial yang dimiliki kepala sekolah ia akan mampu untuk mengarahkan bawahannya untuk mengikuti petunjuk dan arahan yang ia berikan. Sehingga cita-cita pendidikan yang diinginkan bisa tercapai dengan hasil maksimal.

Bawahan atau karyawan tidak bisa dipandang sebagai robot yang harus

bekerja sesuai dengan keinginan atasan. Kemampuan seorang manajer dalam “memanusiakan” karyawan sangat penting agar kepuasan kerja dapat dicapai. Bawahan tentu tidak hanya semata-mata mengharapkan bayaran dari pekerjaan yang dilakukan. Karyawan yang sudah mapan dalam ekonomi akan

3

(17)

menjadikan bayaran sebagai sesuatu yang tidak penting dalam pekerjaannya, tapi kepuasan dalam bekerja menjadi tujuan. Kalau kita perhatikan di pesantren-pesantren tradisonal banyak ustadz yang mengajar hanya bermodalkan keikhlasan. Namun mereka tidak pernah mengeluh dan tetap semangat mengajar. Mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika santrinya lulus dan sukses mengabdi di masyarakat. Sebaliknya karyawan yang taraf ekonomi lemah mengharapkan bayaran yang sesuai dan tepat waktu.

Setelah bertahun-tahun, penaksiran tentang pentingnya bayaran untuk memanajemeni organisasi mengalami berbagai perubahan. Pertama, bayaran dianggap sebagai cara utama, atau satu-satunya cara untuk memotivasikan orang-orang untuk bekerja. Kemudian bayaran dianggap tidak terlalu penting. Akhir-akhir ini, para ahli ilmu keperilakuan sekali lagi menunjukan kesadaran akan pentingnya bayaran. Barangkali sebagai akibat perubahan dalam pandangan, ada kemungkinan untuk melihat bayaran dengan pandangan yang lebih realistik dan seimbang. Bayaran dapat dia dianggap sebagai penting dalam dua hal:

1. Untuk memelihara perdamaian industri, untuk menghindari rasa ketidakadilan dan kekecewaan.

2. Untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan para anggota organisasi jika diurus dengan baik. 4

Kemampuan manajerial kepala sekolah sangat penting artinya demi kemajuan sekolah. Output dari sekolah diharapkan mampu bersaing di segala bidang. Sayang sekali sebagian sekolah seperti M.A At-Tahiriyah akhir-akhir ini mulai ditinggalkan masyarakat.. Padahal madrasah menjanjikan kemampuan lebih bagi lulusannya. Lulusan madrasah diharapkan tidak hanya menguasai di bidang agama saja, tapi juga mampu bersaing dalam bidang keilmuan lainnya.

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman, tuntutan masyarakat terhadap sebuah lembaga pendidikan semakin tinggi pula. M.A. At-Tahiriyah tidak hanya dituntut untuk bisa melahirkan generasi yang mempunyai bekal imtaq saja, namun juga menguasai iptek sebagai bekal menghadapi tantangan Era Elobalisasi. Ketidaksiapan sekolah dalam

4

(18)

menghadapi persaingan di Era Globalisasi inilah yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah murid di M.A. At-Tahiriyah.

Kondisi tersebut tentunya merupakan tantangan dan tanggung jawab yang besar bagi kepala sekolah yang ada sekarang untuk mengembalikan kejayaan dan kebesaran M.A At-Tahiriyah sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas yang dulu pernah dimiliki.

Jumlah murid yang sedikit merupakan tantangan tersendiri bagi kepala sekolah. Ini akan memicu kreatifitasnya agar bisa memajukan M.A.

At-Tahiriyah kembali. Kemampuan manajerial merupakan hal mutlak yang harus dimiliki agar bisa mengarahkan bawahannya untuk bekerja lebih baik lagi.

Apa pun jenis pekerjaan yang dilakukan, profesi apa pun, di mana pun pekerjaan dan profesi dilaksanakan, keberhasilan ditentukan oleh ketegaran dalam melewati tantangan, dan tidak surutnya tekad untuk memecahkan permasalahan. Permasalahanlah yang memberikan peluang kepada setiap orang untuk mencapai keberhasilan.5

Dengan adanya permasalahan maka akan menjadikan kreatifitas dan kemampuan seseorang semakin bertambah. Pengalaman merupakan guru terbaik untuk mencapai kemajuan. Jadi permasalahan yang ada harus dipandang sebagai bahan pelajaran yang akan menjadikan hidup lebih maju di masa yang akan datang.

Permasalahan yang dihadapi M.A. At-Tahiriyah yang disebabkan oleh semakin menurunnya jumlah murid justru merupakan sebuah tantangan bagi segenap personel yang ada di M.A. At-Tahiriyah. Kepala sekolah sebagai manajer berada di garda terdepan untuk memimpin para guru dalam memajukan sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Kemampuan Manajerial Kepala M.A. At

-Tahiriyah Jakarta”

5

Erry Riyana, Hardjapamekas, Esensi Kepemimpinan Mewujudkan Visi Menjadi Aksi,

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah yaitu: Bagaimana Kepala Sekolah M.A. At-Tahiriyah dalam melakukan fungsinya sebagai manajer yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan dalam usaha meningkatkan jumlah murid di M.A. At-Tahiriyah.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penulis pada penelitian ini dan untuk menghindari kesalahan penafsiran. Maka penulis perlu membatasi penelitian ini pada aspek perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan yang dilaksanakan Kepala M.A. At-Tahiriyah.

D. Perumusan Masalah

Mengingat beragamnya permasalahan yang ada, untuk memudahkan pemprosesan penelitian ini, penuis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Kemampuan manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan yang dilaksanakan kepala M.A. At-Tahiriyah.

E. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi kepala M.A. At-Tahiriyah, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan masukan yang positif untuk dapat melaksanakan kepemimpinan dengan lebih baik agar madrasah yang dipimpin lebih maju lagi dan berkontribusi yang berarti bagi bangsa ini.

(20)
(21)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Manajerial 1. Pentingnya Manajemen

Kemampuan manajerial yang dimiliki seorang kepala madrasah merupakan hal penting dalam upaya meningkatkan kualitas dan kemajuan madrasah yang dipimpinnya. Dengan kemampuan manajerial yang cukup, yang meliputi kemampuan teknik, kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, serta kemampuan untuk membuat konsep yang jelas bagi kemajuan madrasah yang dipimpinnya maka kepala madrasah akan mampu menggerakan seluruh potensi yang dimiliki madrasah demi kemajuan yang diharapkan. Kemampuan berinteraksi dengan para guru juga sangat penting agar kualitas kinerja serta profesionalitas para guru di madrasah bisa terus ditingkatkan untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Salah satu kunci suksesnya kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk berinteraksi.

(22)

tertentu saja, maka kemungkinan besar saya akan ”menirunya”, dan bahkan memanipulsainya!6

Mempunyai kemampuan berinteraksi yang baik dengan guru atau bawahan sangat penting bagi kepala madrasah agar mampu mencapai hasil

yang maksimal dalam kepemimipinannya. Tanpa adanya interaksi yang baik akan sulit bagi kepala madrasah meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran para guru di sekolah.

Adapun tentang gaya kepemimpinan yang efektif adalah mampu memelihara hubungan baik dengan bawahannya. Ia harus mengenal bawahannya dengan mengetahui kepentingan-kepentingan yang dapat menimbulkan motivasi bekerja untuk memperoleh kepuasan kerja.7

Kepuasan merupakan motivasi utama manusia dalam beraktifitas. Tidak semua motivasi berhubungan dengan materi. Salah satu kepuasan guru adalah ketika melihat kesuksesan yang diraih muridnya. Baik itu kesuksesan ekonomi mau pun dari prestasi yang diraihnya. Begitu pula dalam pendirian madrasah ada motivasi yang melandasinya.

Madrasah pada awal berdirinya didasari dari berbagai macam motivasi. Motivasi yang paling mendasar adalah untuk menyebarkan ajaran agama, motivasi ekonomi karena berkaitan dengan ketenagakerjaan, dan juga motivasi politik.

Berbicara tentang asal mula didirikannya madrasah maka kita tidak akan bisa melupakan sejarah berdirinya madrasah tertua yaitu Madrasah Nizamiyah. Madrasah ini didirikan pada abad kelima Hijriyah (ke-11 Masehi) oleh Nizam Al-Mulk.

Dari kajian tentang pertumbuhan Madrasah Nizamiyah, dan mengikuti sejarah perkembangannya, kami dapat menentukan tiga tujuan utamanya: Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi pemikiran Syi‟ah; Kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan madzhab Sunni dan menyebarkannya ke

6

Erry Riyana, Hardjapamengkas, Esensi Kepemimpinan Mewujudkan Visi Menjadi Aksi, ( Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000), h.60

7

(23)

tempat lain; Ketiga, membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan dan manajemen.8

Sejak awal berdirinya madrasah telah jelas bahwa pendidikan di madrasah bukan hanya bertujuan untuk membentuk manusia yang cerdas secara spritual saja, tapi kecerdasan intelektuan dan emosional juga diberikan. Oleh karenanya madrasah-madrasah di zaman sekarang diharapkan lebih maju dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan zaman. Hal ini bisa terwujud dengan pengorganisasian yang

baik di madrasah.

Organisasi, baik itu yang bergerak dalam bidang bisnis, pendidikan, pemerintahan atau dalam bidang apapun, tidak akan bisa lepas dari manajemen. Manajemen berfungsi untuk mengarahkan semua potensi yang ada dalam organisasi agar bisa bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Berbicara tentang pentingnya manajemen, T. Hani Handoko menjelaskan ada tiga alasan diperlukannya manajemen.

a. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.

b. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

c. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas.9

Efisiensi adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dengan maksimal dengan menggunakan sumber daya yang sesuai. Sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih alat atau sumber daya yang

8

H. Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. II), h. 61

9

(24)

sesuai untuk mencapai tujuan. Melakukan sesuatu yang benar dengan cara yang benar sangat penting bagi sebuah organisasi, karena hal ini akan bisa mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu. Manajemen berfungsi untuk mengatur semua itu.

Melalui sebuah organisasi maka potensi-potensi yang ada disatukan untuk kemudian diatur agar bisa menghasilkan gol yang diinginkan. Dalam sebuah organisasi tentu ada aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan secara bersama-sama.

Organisasi terbentuk karena adanya tujuan yang ingin dicapai secara bersama-sama. Namun di dalam organisasi itu sendiri terdapat orang-orang yang mempunyai kepentingan yang beragam. Manajer berfungsi untuk mengarahkan tujuan-tujuan pribadi agar tidak bertolak belakang dengan tujuan organisasi.

”Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. ‟‟10

Manajemen adalah ”proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”11

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.12

10

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 8, h.103

11

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

h. 93

12

(25)

Manajemen adalah fungsi dewan manajer (biasanya dinamakan manajemen), untuk menetapkan kebijakan (policy) mengenai apa macam produk yang akan dibuat, bagaimana pembiayaannya, memberikan servis serta melatih pegawai, dan lain-lain faktor yang mempengaruhi kegiatan suatu usaha. Lebih-lebih lagi manajemen bertanggung jawab dalam membuat suatu susunan organisasi untuk melaksanakan kebijakan itu.13

Dari beberapa pengertian tentang manajemen yang dikemukakan para ahli di atas, dapat dipahami bahwa definisi manajemen hampir sama. Yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan merupakan hal penting dalam manajemen. Tujuan dari manajemen adalah agar sasaran atau tujuan organisasi bisa tercapai.

Manajemen merupakan hal penting dalam proses pencapaian hasil yang diinginkan. Organisasi terdiri dari individu-individu yang mempunyai keinginan yang berbeda-beda pula. Namun dalam organisasi yang yang harus diutamakan adalah kepentingan dan tujuan organisasi. Manajemen berperan untuk mengarahkan agar potensi yang ada dalam

organisasi efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah berperan sebagai manajer mempunyai tugas mengarahkan guru agar mampu memberikan pembelajaran yang maksimal agar anak didik dapat mencapai hasil yang diinginkan, baik ke dunia kerja atau pun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ini sangat ditentukan oleh perencanaan pendidikan yang dibuat oleh kepala sekolah yang dibantu dengan kinerja para guru yang maksimal.

Kepala sekolah mempunyai peran sentral dalam organisasi sekolah. Kemajuan dan kemunduran sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan manajerial kepala sekolah. Dengan kemampuan manajerial yang baik, maka semua potensi yang dimiliki sekolah akan dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sekolah.

13

(26)

Kemampuan manajerial tidak hanya sebatas mengatur kerja karyawan saja. Seorang manajer juga mempunyai kemampuan untuk memahami keadaan psikologis bawahan. Pandai untuk merasakan apa yang dirasakan oleh bawahan. Sehingga karyawan akan merasakan atmosfer kerja yang nyaman dan tidak tertekan.

Namun bukan berarti tekanan dalam pekerjaan menjadi tidak penting. Karena banyak karyawan yang tidak bisa berprestasi sebelum ditekan oleh atasan. Hal ini menuntut manajer agar bisa mengelola tekanan dengan

sebaik-baiknya agar menghasilkan energi yang positif bagi kemajuan organisasi.

Kemajuan organisasi tidak akan tercapai hanya bermodalkan sumber daya yang berkualitas saja. Tapi yang terpenting adalah bagaimana manajer mampu mengelola sumber daya tersebut dengan baik. Artinya menempatkan seseorang dengan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

Untuk menempatkan orang yang tepat dengan pekerjaan yang sesuai manajer terlebih dahulu melakukan analisis terhadap pekerjaan tersebut. Setelah dilakukan analisis terhadap pekerjaan maka akan bisa ditentukan deskripsi jabatan.

Deskripsi jabatan adalah pernyataan-pernyataan tertulis yang meliputi tugas-tugas, wewenang, tanggung-jawab dan hubungan-hubungan lini ( baik ke atas atau ke bawah ). Sedangkan spesifikasi jabatan merupakan pernyataan-pernyataan tertulis yang menunjukkan kualitas minimum karyawan yang dapat diterima agar mampu menjalankan suatu jabatan dengan baik. Spesifikasi jabatan berisi identifikasi jabatan, kondisi-kondisi pekerjaan suatu jabatan, dan kualifikasi-kualifikasi personalia ( atau persyaratan-persyaratan kerja ) yang diperlukan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan sukses. Bagi pekerjaan-pekerjaan rutin dan tingkatan manajemen rendah, sebaiknya juga dinyatakan standar maksimum yang dapat diterima untuk mencegah seseorang menjadi ”overqualified” dan muncul ketidak-puasan.14

14

(27)

Dalam lingkup M.A. At-Tahiriyah, potensi yang dimiliki sekolah untuk maju cukup besar. At-Tahiriyah sudah mempunyai nama dan dikenal dikalangan masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Lokasi sekolah sangat strategis, yaitu dekat dari stasiun kereta dan terminal bus. Kemudian M.A. At-Tahiriyah secara struktural berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Islam At-Tahiriyah yang mempunyai sekolah dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Potensi-potensi ini merupakan modal untuk kemajuan M.A. At-Tahiriyah. Kepala sekolah sebagai manajer di

sekolah berperan untuk mengarahkan semua potensi yang dimiliki tersebut agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam hal pendanaan, At-Tahiriyah sebagai madrasah dibawah lembaga yang sudah cukup terkenal dan mempunyai jaringan yang luas baik itu di kalangan masyarakat biasa mau pun kalangan pemerintah tentunya bukan merupakan hal yang sulit untuk menggalang dana bagi keperluan madrasah. Peran kepala sekolah sebagai manajer sangat penting agar dana yang ada bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemajuan madrasah.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.15

Keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan sangat penting agar program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan maksimal. Keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan akan menambah rasa memiliki dalam diri setiap tenaga kependidikan sehingga mereka akan lebih memberikan kontribusi yang besar bagi suksesnya keberhasilan program yang dilaksanakan.

15

(28)

Kepala sekolah sebagai manajer akan mengarahkan sumber daya yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk meningkatkan kemampuan personel, maka kepala sekolah dapat memberikan kesempatan bagi tenaga kependidikan mengikuti pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.

Dengan kemampuan manajerial yang baik, kepala sekolah akan dapat mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh anggota organisasinya dan bisa merumuskan tindakan apa yang harus dilakukan

agar kekurangan tersebut bisa diatasi. Disinilah kemampuan konseptual seorang manajer berperan untuk melihat kebijakan yang akan dilaksanakan.

Pentingnya manajemen dalam organisasi sudah mutlak adanya. Tidak akan tercipta kemajuan organisasi tanpa adanya manajemen yang baik. Manajemen berfungsi untuk mengarahkan organisasi agar dapat mencapai sasaran yang diinginkan.

2. Keterampilan Manajemen

Pemimpin tidak sama dengan bawahan dari bidang keahlian dan keterampilan. Pemimpin dipilih karena ia memiliki kelebihan dari yang dipimpin. Karena seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar dari bawahannya.

Tugas utama seorang pemimpin adalah bagaimana ia bisa untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Cita-cita dan tujuan sebuah organisasi adalah amanah dan tanggung jawab yang besar untuk bisa diwujudkan dengan keterampilan manajemen dari seorang pemimpin.

Karena itu ada keterampilan khusus yang harus dimilikinya, yaitu:

1. Keterampilan Teknis: Pengetahuan tentang metode, proses, prosedur

(29)

menggunakan peralatan dan perangkat yang relevan dengan aktivitas tersebut.16

Manajer yang baik adalah manajer yang bisa melakukan atau setidaknya memahami apa yang ia perintahkan kepada bawahan. Sebelum memberikan perintah kepada bawahan seorang pemimpin terlebih dahulu memahami dan mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.

Penguasaan terhadap hal-hal teknis akan menjadikan seorang

manajer lebih dihargai dan dihormati oleh bawahannya. Selain itu, penguasaan terhadap keterampilan teknis juga berguna agar manajer bisa mengawasi, dan mengevaluasi program yang dilaksanakan. Selain berguna untuk mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan yang telah diberikan, penguasaan terhadap hal-hal teknis juga berguna agar pemimpin mengetahui dan memahami tingkat kesulitan dari pekerjaan tersebut. Sehingga dalam memberikan tugas bisa memilih orang yang tepat dan sesuai untuk pekerjaan tersebut.

Keterampilan teknis merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh para manajer dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa penguasaan terhadap keterampilan teknis, maka sangat sulit bagi manajer dapat melaksanakan tugas-tugasnya.

2. Keterampilan Hubungan Antar Pribadi: Pengetahuan tentang

perilaku manusia dan proses hubungan antarpribadi; kemampuan untuk memahami perasaan, sikap, dan motif dari orang lain dari apa yang mereka katakan dan lakukan. (empati, sensitivitas sosial,); kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif (kefasihan bicara, persuasif); dan kemampuan untuk membuat hubungan yang efektif dan kooperatif (kebijaksanaan, diplomasi, keterampilan mendengarkan, pengetahuan tentang perilaku sosial yang dapat diterima).17

Kesuksesan kerja organisasi diawali dari kenyamanan hubungan antar pribadi yang ada dalam organisasi. Manajer berperan untuk

16

Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi ,h.213

17

(30)

membuat suasana menjadi nyaman. Pengetahuan yang baik terhadap suasana hati karyawan sangat penting agar manajer dapat mengambil tindakan yang tepat. Selain itu manajer juga dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik terhadap semua komponen yang ada di lingkungan organisasi.

Pemahaman terhadap suasana hati bawahan sangat penting bagi pimpinan. Dengan memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh bawahan maka pimpinan akan bisa memperlakukan bawahan dengan

bijaksana dan adil sehingga tidak menilai bawahan semata-mata dari prestasi yang diraihnya. Hubungan emosional sangat penting bagi keharmonisan antara pimpinan dan bawahan.

Alasan utama kenapa banyak kantor tidak memiliki emosi yang sehat atau stabil adalah bahwa manajemen tidak tahu apa yang dipikirkan karyawan atau bagaimana mereka merasakan terhadap lingkungan kerja. Peluang jarang diberikan kepada karyawan untuk membicarakan cara membuat hubungan kantor lebih baik dan apa yang diperlukan untuk membuat tim kerja. Jika kondisi kantor memungkinkan untuk berbagi rasa, karyawan biasanya punya banyak saran tentang bagaimana mencapai iklim kerja yang lebih baik.18

Suasana kerja yang penuh dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan sangat penting untuk membangun rasa kesetiaan dalam organisasi. Komunikasi yang terjalin harmonis akan menjadikan karyawan lebih terbuka dengan permasalahan yang dihadapi sehingga manajer akan lebih mudah mencari solusi.

3. Keterampilan Konseptual: kemampuan analitis umum; pemikiran

logis; kefasihan dalam pembentukan konsep dan konseptualisasi hubungan yang kompleks dan ambigu; kreatifitas dalam pembuatan ide dan pemecahan masalah; dan kemampuan untuk menganalisis peristiwa dan merasakan tren, antisipasi perubahan, dan mengenali kesempatan dan potensi masalah (pemikiran induktif dan deduktif).19

18

Patricia Patton, EQ Keterampilan Kepemimpinan ( Mitra Media, 2002), h 72.

19

(31)

Manajer merupakan ujung tombak terdepan dalam sebuah organisasi. Karena itu kepekaan dan kemampuan seorang manajer dalam membuat sebuah kebijakan sangat penting. Kepekaan dalam melihat keadaan yang sedang terjadi akan menjadikan organisasi bisa mengatasi hal-hal terburuk yang mungkin akan terjadi.

Menghadapi era globalisasi dan pasar bebas, kreatifitas dan ide-ide baru dari manajer sangat diperlukan agar organisasi yang dipimpinnya

dapat terus bersaing. Globalisasi menyebabkan kebutuhan masyarakat juga berubah. Perubahan-prubahan seperti inilah yang harus diantisipasi oleh manajer dengan ide-ide baru dan menghadirkan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat.

Keterampilan konseptual akan menjadikan manajer mampu untuk mengenali masalah-masalah atau tantangan yang ada. Dengan tantangan itulah manajer mendapatkan ide-ide baru dan memberikan pelayanan kreatif yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kreatifitas manajer akan menghasilkan ide dan gagasan yang berkualitas dalam rangka mengenali masalah dan mencari solusi dari masalah tersebut.

3. Fungsi Manajerial

Seorang kepala sekolah harus memahami fungsi-fungsi manajerial agar ia dapat menerapkan dalam kepemimpinannya di sekolah. Penguasaan terhadap fungsi-fungsi manajerial sangat penting sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan seorang kepala sekolah.

Fungsi-fungsi manajerial itu meliputi; perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan atau supervisi.

a. Fungsi Perencanaan

(32)

kepemimpinan, dan pengawasan atau supervisi tidak akan bisa dilaksanakan. Dengan perencanakan maka tujuan organisasi dapat terlihat dengan jelas sehingga akan mempermudah mengatur strategi dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.

Kegiatan apapun yang dilakukan memerlukan sebuah perencanaan yang baik agar apa yang dilakukan bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Tanpa perencanaan sebuah kegiatan tidak akan mencapai hasil maksimal dan bisa sangat mmngkin mengalami kegagalan.

Dalam membuat perencanaan, yang harus dilakukan adalah semua komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Manajer sebelum membuat perencanaan harus mengumpulkan data, menganalis data, dan membuat keputusan.

Perencanaan berarti bahwa para manajer memikirkan

kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan-kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat.20

Perencanaan (planning), adalah 1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 21

Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu faktor tujuan dan faktor sarana, baik sarana personel maupun material.22

Perencanaan sangat penting artinya dalam sebuah kegiatan organisasi. kesuksesan sebuah kegiatan berawal dari perencanaan. Perencanaan berfungsi sebagai alat kontrol dan petunjuk arah kegiatan.

(33)

Dari perencanaan akan bisa dilihat sumber daya apa yang diperlukan untuk menunjang kesuksesan apa yang akan dilaksanakan.

Perencanaan terkait dengan apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakan, siapa yang akan mengerjakan, kapan akan dikerjakan, dan dimana akan dikerjakan. Dengan demikian dapat ditetapkan apa dan siapa saja yang harus dilibatkan dalam sebuah kegiatan.

Organisasi perencanaan berhubungan dengan penetapan tujuan organisasi, penentuan sumber, dan hambatan dalam mencapai tujuan,

dan penentuan langkah untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Secara jelas, langkah-langkah untuk menentukan perencanaan adalah:

1. Menentukan tujuan yang akan dicapai. 2. Mengadakan penelitian masalah. 3. Mengumpulkan data.

4. Menentukan langkah yang akan ditempuh dalam upaya pencapaian tujuan.

5. Mencari upaya pemecahan masalah dan penyelesaian pekerjaan.

Adapun syarat-syarat dalam membuat perencanaan adalah:

1. Memliki tujuan yang jelas, namun sederhana, dan bersifat praktis. 2. Menghindari sikap untung-untungan dalam menentukan

perencanaan dan menghindari adanya penduplikasian perencanaan. 3. Mengoordinasikan kegiatan yang akan dilakukan sehingga dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Mengatur pelaksanaan kegiatan berdasarkan urutan kepentingan masing-masing sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara satu kegiatan dengan keiatan yang lainnya.

5. Melakukan penghematan tenaga, biaya, dan waktu dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan sebaik-baiknya dan menyesuaikan kegiatan dengan jumlah dana yang tersedia.23

Perencanaan bisa mengantisipasi akibat yang akan timbul dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan perencanaan bisa diukur

kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Sejak awal kegiatan, kendala yang akan dihadapi sudah diantisipasi sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dan mencapai hasil yang diinginkan.

23

(34)

Agar tercapai hasil yang maksimal dalam sebuah kegitana, manajer terlebih dahulu menentukan metode atau cara yang sesuai dengan kegiatan. Metode yang baik akan bisa mencapai hasil yang maksimal jika dilaksanakan oleh orang yang sesuai dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

b. Fungsi Pengorganisasian

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Hal itulah menyebabkan manusia cenderung untuk mengelompokkan diri dalam satu organisasi. Setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya kelompok, yaitu aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan sentimen-sentimen ( perasaan atau emosi ). Tiga elemen pembentuk kelompok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain ( shared ), semakin beraneka interaksi-interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.

2. Semakin banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan ( shared ) pada orang lain.

3. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.24

Kumpulan individu-individu yang membentuk kelompok organisasi ini membutuhkan seorang pemimpin atau manajer untuk mengarahkan dan mengorganisir agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tanpa adanya pemimpin atau manajer kelompok individu tersebut belum dapat dinyatakan sebagai organisasi.

Seorang manajer tidak bekerja sendirian. Ia dibantu oleh bawahannya dalam melakukan pekerjaan. Maka agar pekerjaan itu bisa

24

(35)

berjalan dengan baik manajer harus bisa memanfaatkan semua sumber daya manusia yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan. manajer diharapkan mampu menempatkan seseorang sesuai dengan keahliannya. Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya inilah salah satu manfaat pengorganisasian.

Organisasi-organisasi adalah peralatan sosial dan teknologi yang dapat dicapai untuk mencapai tujuan-tujuan yang kompleks yang tidak mungkin dilaksanakan oleh orang perorangan. Organisasi-organisasi tersebut dapat dipandang sebagai unit-unit di mana terjadi proses input-input tertentu dari suatu lingkungan untuk tujuan penciptaan output-output khusus yang diperlukan oleh masyarakat berupa barang-barang dan jasa-jasa.25

Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi yang di dalamnya terjadi proses pembelajaran untuk menghasilkan output-output yang nantinya berguna di masyarakat. Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang jasa sekolah diharapkan mampu memberikan kepuasan

bagi masyarakat.

Dalam sekolah, pengorganisasian semua potensi sekolah untuk mencapai kemajuan sangat diperlukan. Kepala sekolah bisa bekerjasama dengan oran tua murid dalam rangka upaya meningkatkan prestasi murid. Bisa juga memanfaatkan alumnus untuk menambah kegiatan di sekolah. Potensi-potensi yang dimiliki sekolah hanya akan berdaya guna jika mampu didayagunakan dengan baik oleh kepala sekolah sebagai manajer.

Kreatifitas dan kepekaan kepala sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sekolah sangat penting bagi kemajuan sekolah. Sumber daya sekecil apa pun harus bisa berguna bagi kemajuan sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam membuat konsep terhadap apa yang akan dilakukannya demi kemajuan sekolah merupakan modal penting yang harus dimiliki.

25

(36)

c. Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi perilaku seseorang pengikut atau

para pengikut dalam suatu situasi.26

Pemimpin berperan agar semua potensi yang ada dalam organisasi dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin agar dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan manusia, karena manusia merupakan sumber daya terpenting dalam sebuah organisasi. Manusia yang menetapkan tujuan organisasi, dan manusia pula yang mengupayakan agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Kompleksitas sifat manusia inilah yang kemudian harus diarahkan oleh seorang pemimpin agar dapat secara bersama-sama menuju tujuan yang telah ditetapkan. Inilah yang menjadikan adanya seorang pemimpin dalam organisasi sangat penting. Namun pemimpin itu sendiri tidak lahir dengan sendirinya.

Pemimpin bisa lahir dari beberapa faktor. Seorang pemimpin bisa lahir dari lingkungan, artinya lingkungan seseorang menjadikannya sebagai pemimpin. Ini bisa terjadi jika seseorang aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi. ini biasanya disebut teori tabularasa. Pemimpin bisa juga karena memang ia dilahirkan untuk menjadi pemimpin.

Artinya sejak lahir ia sudah mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin. Ini disebut dengan teori bakat. Atau pemimpin bisa lahir

(37)

dari dua faktor tersebut. Artinya, seseorang yang mempunyai bakat sejak lahir menjadi pemimpin kemudian lingkungan juga mendukung bakat tersebut.

Dalam organisasi sekolah terdapat berbagai macam latar belakang individu dengan berbagai macam keahlian dan keterampilan masing-masing. Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk mengarahkan semua potensi yang ada untuk bisa dimanfaatkan dengan maksimal dalam upaya mencapai tujuan-tujuan organisasi. Walaupun

sebuah organisasi mempunyai sumber daya yang berkualitas. Namun jika tidak ada kepemimpinan yang baik maka sumber daya tersebut tidak akan efektif dalam mencapai tujuan.

Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja, tapi dalam kepemimpinan modal yang paling penting adalah kecerdasan emosional. Para pemimpin besar bekerja dengan melibatkan emosi.

Seperti yang diingatkan oleh Albert Einstein,” Kita harus berhati -hati agar kita tidak mendewakan intelek. Tentu saja intelek mempunyai kekuatan tetapi tidak memiliki kepribadian. Intelek tidak bisa memimpin, intelek hanya bisa melayani.”27

Pemimpin yang ingin sukses tidak cukup hanya memiliki kecerdasan intelektual saja. Orang yang cerdas secara intelektual saja tidak akan mampu untuk menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin (leader) yang sukses adalah pemimpin yang melibatkan emosi dalam kepemimpinannya. Dengan emosi seorang pemimpin akan bisa membawa dampak positif bagi kemajuan organisasi.

Salah satu contoh pemimpin sukses adalah Napoleon Bonaparte

yang sukses memimpin Perancis selama 14 tahun. Napoleon bukanlah seorang yang terkenal, ia hanya perwira rendah. Salah satu kunci

(38)

keberhasilan dari kepemimpinannya adalah kemampuan menyampaikan perintah dengan cepat dan tepat.

Kecepatan dalam bertindak adalah syarat utama keberhasilan dalam peperangan. Kecepatan dalam perencanaan dan pelaksanaan. Kecepatan akan hilang akibat keraguan terhadap persiapan dan pendistribusian perintah yang diperlukan. Perintah panjang yang memerlukan waktu persiapan, pembacaan dan pemahaman yang lebih lama adalah musuh kecepatan. Napoleon mampu mengeluarkan perintah dalam sejumlah kalimat pendek tetapi dapat menggambarkan keinginannya dan hanya memerlukan waktu singkat untuk dipahami.28

Kemampuan pemimpin untuk membaca situasi dan mengambil tindakan terhadap situasi tersebut sangat penting. Yang lebih penting lagi adalah kecepatan dan ketepatan pimpinan dalam menyampaikan perintah terhadap bawahan.

Perintah yang cepat dan tepat adalah awal dari keberhasilan pekerjaan yang akan diberikan. Banyak bawahan yang gagal dalam melaksanakan tugas bukan disebabkan karena ketidakmampuannya, tapi karena perintah yang diberikan tidak jelas sehingga membuat bingung bawahan. Hal yang tidak kalah penting dari seorang pimpinan adalah kemampuannya untuk menjadi contoh bagi bawahannya dengan sifat-sifat yang baik dan terpuji.

Pendekatan sifat-sifat sangat diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan, mengingat bahwa kepala sekolah dan guru-guru ataupun para pendidik lainnya perlu memiliki sifat-sifat yang baik yang sesuai dengan norma-norma yang dituntut oleh pendidikan. Sebagai pendidik, guru dan pendidik lainnya diharapkan dapat menjadi suri teladan, dapat memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak-anak didiknya. Kepala sekolah dituntut agar memiliki sifat-sifat yang baik untuk dapat memberikan bimbingan dan sekaligus memberi contoh kepada guru-guru dan para siswanya. 29

28

Conrad H. Lanza, Napolen dan Strategi Perang Modern,( Jakarta : Komunitas Bambu, 2010 ), h.19

29

(39)

Sudah menjadi sifat manusia bahwa mencontoh sifat-sifat yang dilihat lebih mudah dilakukan daripada harus melakukan hal yang belum pernah dilihat. Karena itu seorang pimpinan adalah contoh terbaik bagi bawahannya.

d. Pengawasan atau Supervisi

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.30

Efektifitas pembelajaran di sekolah akan dapat dirasakan jika ada pengawasan yang cukup dari kepala sekolah. Dengan adanya pengawasan maka akan diketahui kendala dan permasalahannya apa saja yang ada dalam pelaksanaan program-program pendidikan yang telah direncanakan.

Pengawasan dalam pendidikan akan berdampak pada perbaikan hal-hal yang belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kalau dalam pengawasan ternyata guru-guru belum maksimal dalam memberikan pelajaran maka kepala sekolah bisa mengambil tindakan dengan menambah sarana yang mendukung pembelajaran atau bisa juga dengan memberikan peatihan kepada guru-guru. Karena tujuan pengawasan dalam pendidikan pada dasarnya adalah ingin menciptakan perbaikan dalam proses pendidikan.

Memimpin merupakan sebuah pekerjaan yang tidak hanya mengandalkan kecerdasan intelektual saja. Pemimpin yang baik adalah yang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh bawahannya.

Kepekaan terhadap situasi dan kondisi yang sedang dihadapi bawahan akan menjadikan pimpinan lebih dihargai dan disegani bawahannya.

(40)

B. Tugas Kepala Sekolah

Pengertian kepala sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Kepala sekolah adalah orang yang memimpin suatu sekolah, guru sekolah”.31

Sedangkan pengertian kepala sekolah menurut penulis adalah seseorang yang mempunyai keterampilan khusus yang telah ditetapkan oleh sekolah maupun pemerintah untuk melaksanakan kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program-program di sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1999 dikemukakan bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah seperti dalam konteks saat ini, akan lebih mudah melakukan pengembangan terhadap berbagai potensinya yang ada. Akan tetapi pengembangan itu memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat tercapai tujuan sesuai dengan

visi dan misi yang diemban sekolahnya.

Keberhasilan program-program yang dijalankan sekolah tidak lepas

dari peran kepala sekolah untuk mengoptimalkan peran guru-guru di sekolah. Agar guru-guru dapat memberikan pembelajaran yang baik maka pengetahuan dan kemampuan guru-guru perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan.

Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima dalam arti efektif dan efisien menempatkan pekerjaan atau jabatan guru dan dosen sebagai sebuah profesi. Sehubungan dengan itu, relevan sekali penegasan bahwa profesionalisme dalam suatu jabatan/pekerjaan ditentukan oleh tiga faktor penting; pertama, memiliki keahlian khusus

(41)

yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi;kedua, kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus yang dikuasai); ketiga, penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang dimilikinya.32

Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dengan perincian sebagai berikut:

a. Mengatur proses belajar mengajar:

1. Program tahunan, semesteran, caturwulan berdasarkan kalender pendidikan.

2. Jadwal pelajaran tahunan, per semesteran, per caturwulanan termasuk penetapan jenis mata pelajaran/keterampilan dan pemabagian tugas baru.

3. Program satuan pelajaran ( teori dan praktek ) berdasarkan buku kurikulum.

4. Pelaksanaan jadwal satuan pelajaran ( teori dan praktek ) menurut alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kalender pendidikan. 5. Pelaksanaan ulangan/tes hasil evaluasi belajar untuk kenaikan EBTA. 6. Penyusunan kelompok murid/siswa berdasarkan norma kepengurusan. 7. Penyusunan nama penilaian.

8. Penetapan kenaikan kelas.

9. Laporan kemajuan hasil belajar murid/siswa.

10.Penetapan dalam peningkatan proses belajar mengajar.

h. Mengatur pembinaan kemuridan / kesiswaan. i. Mengatur hubungan dengan masyarakat.33

32Asroru Ni’a Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), h. 101

33

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terkait di dalam masalah yang sedang penulis angkat antara lain Kepala Sekolah, guru, dan karyawan di M.A At-Tahiriyah Jakarta.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegunaan manajemen yang telah dilaksanakan oleh Kepala sekolah M.A. At-Tahiriyah dalam usaha untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di lingkungan M.A.At-Tahiriyah. Penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam rangka menerapkan manajemen sekolah agar sekolah yang dipimpin menjadi sekolah yang berkualitas sesuai dengan harapan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini manajemen di M.A. At-Tahiriyah semakin berkembang dan sesuai dengan harapan. Sehingga M.A. At- Tahiriyah bisa maju dan berkembang seperti yang diharapkan dan memberikan sumbangsih yang berarti bagi pendidikan di

(43)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di M.A. At-Tahiriyah Jakarta. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2010- Maret 2011.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian lapangan terhadap obyek yang dituju untuk memperoleh dan mengumpulkan

data yang diperlukan. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah obsevasi, dokumentasi dan wawancara

Data yang ingin diperoleh melalui observasi langsung ini adalah pemerincian tentang kegitan, tindakan dan interaksi petugas perpustakaan. Adapun data yang ingin diperoleh melalui dokumentasi adalah catatan dan tulisan tentang kegiatan yang terjadi di M.A. At-Tahiriyah Jakarta.

E. Sumber Data

Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait langsung serta mengetahui terhadap permasalahan, yaitu kepala sekolah, guru, dan karyawan di lingkungan M.A. At- Tahiriyah Jakarta.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

0bservasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadinya atau

berlangsungnya peristiwa.34

34

(44)

Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi di M.A. At- Tahiriyah Jakarta.

Dalam melakukan observasi peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Adapun pengamatan dan pencatatan yang dilakukan tidak pada saat peristiwa berlangsung yang akan diteliti. Observasi dilakukan pada saat penelitian sebelum penelitian dimulai sebagai data awal. Dan pada saat penelitian berlangsung.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ditunjukkan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber yang outentik atau dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dilapangan. Teknik ini diperlukan untuk memperkuat data yang diperoleh dengan upaya menelaah data yang berkaitan dengan kinerja Kepala M.A. At- Tahiriyah Jakarta.

Data yang diperoleh dari dokumen ini berupa catatan dan tulisan, seperti arsi-arsip. Dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3. Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian kualitatif. Dalam teknik ini, peneliti melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait serta mengetahui terhadap permasalahan yang sedang dibahas di M.A. At- Tahiriyah Jakarta.

(45)

wawancara tidak terstruktur ditujukan kepada Kepala M.A. At- Tahiriyah Jakarta.

G. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data peneliti akan menggunakan teknik analisis non statistik. Hal ini disebabkan karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif akan mengajak orang untuk melihat hal yang diteliti secara mendasar dan mendalam.

Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif analisis untuk data atau informasi yang diperoleh dari lapangan yang berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara disajikan dalam bentuk diskripsi tentang kegiatan yang terjadi ditempat penelitian yaitu di M.A. At- Tahiriyah Jakarta.

G. Instrumen Penelitian

Kisi-kisi Instrumen

Fokus Dimensi Indikator

Kemampuan

Manajerial

Kepala Sekolah

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Kepemimpinan

d. Evaluasi

 Program Sekolah  Penetapan kebutuhan

 Penempatan SDM

 Program pembinaan

 Penerimaan dan penempatan

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya M.A. At-Tahiriyah Jakarta

Madrasah Aliyah At-Tahiriyah yang berlokasi di Jl. KH Abdullah Syafii no 68 Bukit duri Tebet Jakarta Selatan adalah lembaga pendidikan yang berdiri tahun 1968. Saat ini pendidikan tersebut dilengkapi dengan fasilitas 7 lokal ruang kelas, 2 ruang laboratorium, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala madrasah, dan 1 kantor guru.

Fasilitas-fasilitas yang ada tersebut digunakan untuk menunjang proses belajar-mengajar di M.A. At-Tahiriyah. Dengan fasilitas yang memadai diharapkan pembelajaran semakin mudah dan dapat memenuhi kebutuhan siswa tidak hanya dibidang ilmu pengetahuan saja tapi juga nilai-nilai agama. Sesuai dengan prinsip madrasah untuk memberikan nilai-nilai-nilai-nilai baik ditengah masyarakat kita, dan mencegah hal-hal buruk dengan memberikan pengertian-pengertian dengan pendekatan ajaran agama terutama akhlakul karimah (budi pekerti yang baik).

(47)

jenjang-jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Islam Ad-Diniyah At-Tahiriyah (LPIAA).

Lembaga Pendidikan Islam Ad-Diniyah At-Tahiriyah (LPIAA) merupakan lembaga pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan baik pendidikan formal mau pun nonformal. Dalam menyebarkan dakwah Islam, Lembaga Pendidikan Islam Ad-Diniyah At-Tahiriyah selain menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal juga melakukan dakwah melalui media radio. Pengajian umum juga dilaksanakan setiap

Sabtu pagi yang dihadiri oleh kaum ibu yang datang dari Jakarta dan sekitarnya. Untuk lebih memberikan pelayanan yang baik dalam bidang dakwah LPIAA juga menyelenggarakan jasa bimbingan haji dan umroh.

Nama Lembaga Pendidikan Islam Ad-Diniyah At-Tahiriyah (LPIAA) ini sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu KH. Muhammad Thohir Rohili. Pada awal berdirinya tanggal 21 Januari tahun 1951 lembaga pendidikan ini diberi nama Madrasah Diniyah. Tanggal tersebut kemudian menjadi tahun lahirnya Lembaga Pendidikan Islam Ad-Diniyah At-Tahiriyah (LPIAA). Lulusan pertama yang dikeluarkan Madrasah Diniyah yaitu pada tahun 1957 dengan mengikuti ujian di Sekolah Rakyat (sekolah pemerintah).

Lembaga pendidikan mulai berkembang pada dekade enam puluhan. Pada tahun 1966 didirikan Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SMP. Pada tahun 1967 juga didirikan pesantren yang khusus mengkaji kitab kuning, namun pada saat ini pesantren kitab kuning tersebut sudah ditutup. Pada tahun 1968 didirikan Raudatul Athfal atau Taman Kanak-Kanak. Pada tahun 1968 juga didirikan pengajian umum bagi kaum bapak dan kaum ibu. Pada tahun tersebut juga didirikan Madrasah Aliyah At-Tahiriyah.

(48)

pada tahun 1987 dapat dibuka Fakultas Syari‟ah, Ushuluddin, Hukum, Ekonomi, dan Teknik.

Untuk lebih melebarkan dakwah, dengan bantuan para donator maka pada tahun 1972 didirikan cabang di Cipinang Besar dengan menyelenggarakan Madrasah Ibtidaiyah. Pada tahun 1974 dibuka cabang di Pejaten, menyelenggarakan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Pada tahun 1975 dibuka cabang di Cakung dengan menyelenggarakan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah,

dan kursus Bahasa Arab. Pada tahun 1979 dibuka cabang di Ciracas dengan menyelenggarakan Madrasah Diniyah Awaliyah dan Taman Kanak-Kanak.

Dari gambaran umum diatas kita dapat melihat bahwa Madrasah Aliyah At-Tahiriyah berada dibawah naungan lembaga pendidikan yang besar. History tentang kejayaan At-Tahiriyah harus dijaga dan dibangun kembali oleh generasi penerus. Madrasah Aliyah At-Tahiriyah sebagai salah satu unsur pembangun kejayaan LPIAA juga harus dapat menjaga kualitas dan kuantitas pendidikan.

Profil M.A. At-Tahiriyah

PROFILE MADRASAH

Nama Madrasah : MA Attahiriyah

Alamat : Jl. KH Abdullah Syafii no 68 Bukit Duri Tebet Jakarta Selatan

NPSN : 20102822

NSM : 312317170023

Nama Kepala MA : Drs. Syamsuri Halim MAg Nama Bank : BRI Kebon Baru

No Rekening : 3307-01-000961-50-6

Referensi

Dokumen terkait

Buah pinang sudah tidak diragukan lagi akan manfaatnya yang menjadi salah satu buah yang fenomenal karena khasiatnya yang sangat beragam, seperti keluar darah

Ada pengaruh pemberian tumbukan daun sirih terhadap percepatan proses penyembuhan luka insisi pada hewan coba mencit dengan tepi luka yang seluruh bagiannya menyatu pada

Spekulan membeli banyak obligasi pada saat harga murah (dana banyak dalam bentuk surat berharga dan uang tunai sedikit) dan menjual pada saat harga tinggi (dana dalam bentuk

SYAIKHUNA Volume 9 Nomor 1 Maret 2018 99 pengintegrasian yaitu model pembelajaran yang memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus pada

Sesuai dengan hasil penjajakan / observasi awal terhadap kinerja kebijakan Bupati tentang pengangkatan tenaga honorer yang memiliki tujuan untuk meningkatkan

H0 students fully attend English course program, didn’t get the higher the level of student

Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi minat beli konsumen atau dapat dikatakan bahwa diskon harga,

Langkah- langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data adalah mendeskripsikan penentuan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan, mendeskipsikan penentua n harga jual