Tesis
PENGARUH STEEL FIBER PADA SIFAT MEKANIS BETON DAN
KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG PASCA KEBAKARAN
dipersiapkan dan disusun oleh
Emilia Kadreni
10486/1-1/930/98
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal :
30 APRIL 2001
Ph.D.
Susunan Dewan Penguji
Anggota Dewan
ー ・ セ
Lain
セ
/ 'O |
.,5 I. r
z>::
dr. Inq;1r. Andreas Triwiyono
G>-'
Pembimbing Utama
I
Pembimbing Pendamping
N セ
[
O エセ LNOO
;
T
Ir. Barnban
Suhendro M.Sc.
Ir. Sudarmoko, M.Sc.
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister
.=-
.
Pengelola Program Studi : Teknik Sipil
I
II
I
l,
t
i
_ _ _B B G セ セ _ _. _ . _ .⦅ N ⦅ L セ ᄋ L セ BM セ .._''"''''•...,...NNLNNN セ...''''',...__W_,">,.,,....⦅ GGG セ N ...GGGGGGGGGNN N BB N セ NNNLNN NNNNNLL セ B LNN N セ...セ ...,...LNNLNNNLN セ LG セ NBN イ....セ NMBG '-..-'NNL セセセセ e[AN セセ ォ イ^[ NG イ NBLBB セセ ZM セ G ゥ G[Z ッォ \[ N セセ GB _セZfZMZ[ イセ Qゥ L エZセセ G ゥ[J セセ [セ ゥヲ NND ZGTセ wUZ イ KK
ABSTRACT
This research was conducted to study the influence of steel fiber addition
on structural behavior, ductility, stiffness, flexural capacity, first crack load, a
crack pattern and propagation of reinforced concrete beam after fire.
The mix proportion of fiber concrete was 1 cement; 100,008 sand; 80,007
gravel; 22,171 water; 0,5 superplasticizer, by weight with fiber volume fraction,
Vr
=0,635% while for the normal concrete was 1 cement; 100 sand; 79,99
gravel; 22,49 water, by weight. The mechanical properties ofthe normal and fiber
concrete were obtained by performing standard split tensile strength, flexural tests
and compressive strength test. Two models of reinforced concrete beams, with
their dimension 15 em x 25 cm x 180 em, were prepared for normal and fiber
concrete. After 3 months, the beam models were put in fire with temperature of
400
0C and 800
0C for about three hours. The beams were then tested flexurally
3 days later.
For temperature of 25° C, 400° C and 800° C, the addition of steel fiber
increased tensile strength of 24,35%, 19,44%, 61,4%; compressive strength of
54,432%,63,033%, 102,56% ; the first crack load of 12,5%, 57,14%, 50 % and
the maximum load of 5,41 %, 3,03%, 3,22% respectively. The increase of
temperature would result in decreasing tensile strength and compressive strength
of 61,31% and 26,502% (fiber concrete), 58,79% and 30,379% (plain concrete)
when the temperature is 400° C; 89,73% and 67,623% (fiber concrete), 94,76%
and 75,316% (plain concrete) when the temperature is 800
0C.
There was a
significant difference between MoR experiment with MoR theory up to 36,94%
(BF-25); 45,29% (BN-25); 38,29% (BF-400); 60,61% (BN-400); 77,60%
(BF-800) and 93,54% (BN-800). The decreasing of beam ductility was 3,64%
(BN-400); 38,31% (BF-400);16,88% (BN-800) and 42,21% (BF- 800). The
stiffness degradation of the normal concrete beams was 36,95% and 51,32% for
400°C and 800°C; while that of fiber concrete beams was 47,03% and 57,92%.
The amount of crack occur
in
concrete beams was significantly less than the
normal concrete beam.
Key words: steel fiber-concrete-after fire-mechanical properties-beam capacity
XVIINTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat
baja terhadap kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, perilaku struktural, daktilitas,
kekakuan, kapasitas lentur, beban retak awal
(first
crack load),
pola retak dan
proppagasi retak balok bertulang dengan dan tanpa dibakar serta membandingkan
hasil laboratorium yang di dapat dengan rumusan yang telah ada
Proporsi eampuran beton dihitung berdasarkan
specific gravity
bahan
penyusun beton, dengan grafik-grafik dari penelitian Suhendro (1991) untuk beton
normal dan beton serat dengan penambahan
steel fiber,
dengan Vr
=0,635 %
(50 kg/nr'). Setiap jenis beton dibuat 2 buah silinder 15 x 30 em untuk pengujian
kuat tarik belah; 2 buah balok ukuran 15 x 15 x 60 em untuk pengujian kuat lentur
dan kuat tekan serta 2 buah model balok beton bertulang ukuran 15 x 25 x 180 em
untuk pengujian lentur balok dengan variasi pembakaran 400
0C dan 800
0C .
Penambahan serat baja pada temperatur kamar (25
0C),
400
0C, 800
0C
dapat meningkatkan kuat tarik belah silinder berturut - turut sebesar 24,35%,
19,44%, 61,4 % ; kuat tekan beton sebesar 54,432 % ,63,033% , 102,56 % ;
beban retak awal
(first crack load)
12,5 %,7,14 % , 50 % dan beban maksimum
sebesar
5,41 % , 3,03 % , 3,22 %. Pertambahan temperatur mengakibatkan
penurunan kuat tarik belah sebesar 61,31 % (beton serat) ; 58,79 % (beton normal)
pada temperatur 400
0C ; 89,73 % (beton serat) ; 94,76 % (beton normal) pada
temperatur 800
0C serta kuat tekan beton sebesar 26,502
%;
(beton serat) ;
30,379 % (beton normal) pada temperatur 400
0C
dan 67,623
%
(beton serat);
75,316 % (beton normal) pada temperatur 800°C. Terjadi perbedaan yang
signifikan antara MoR eksperimen dan MoR teoritis sebesar 36,94 % (BF-25);
45,29 % (BN-25), 38,29 % (BF-400); 60,61% (BN-400); 77,60 % (BF-800) dan
93,54 % (BN-800). Penurunan daktilitas beton sebesar 21,61 % (BN-400) ;
15,95 % (BF-400) ; 32,25 % (BN-800) dan 39,78 % (BF- 800). Penurunan
kekakuan terbesar pada temperatur 800
0C pada beton serat maupun beton normal
sebesar satu setengah kali dibandingkan balok pengontrol. Retak pada benda uji
balok terjadi pada daerah lentur dengan pola mengikuti (meneruskan) retak
rambut yang telah ada akibat panas api dan propagasi (penyebaran retak) pada
beton serat lebih sedikit dibandingkan pada beton normal dengan dan tanpa
dibakar,
Kata kunei :
steel fiber
beton pasea bakar sifat sifat mekanis kuat lentur
-Kapasitas balok - pola retak
XVIL