• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM KETENTUAN FAKTA MATERIL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL

INDONESIA

TESIS

OLEH

JOHAN ALAMSYAH

057005011/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS HUKUM KETENTUAN FAKTA MATERIL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL

INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

JOHAN ALAMSYAH

057005011/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM KETENTUAN FAKTA MATERIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL INDONESIA

Nama Mahasiswa : Johan Alamsyah

Nomor Pokok : 057005011

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ningrum N. Sirait, SH, MLI Ketua

)

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH Anggota

) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Dekan

) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ningrum N. Sirait, SH, MLI

Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS

(5)

ABSTRAKSI

Pasar modal adalah wahana investasi tidak langsung (indirect investment) yang dibutuhkan investor untuk mencari keuntungan dan dibutuhkan pula oleh perusahaan publik untuk memperoleh dana guna memperkuat permodalan perusahaan. Telah banyak kasus yang terjadi di Indonesia mengenai pelanggaran di bidang pasar modal yang melibatkan para pelaku pasar modal dan perusahaan publik itu sendiri, yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan publik dan masyarakat investor. Oleh karena itu, peraturan hukum harus memberikan kepastian bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal, dan sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek yang merugikan. Salah satu kepastian hukum yang harus dijamin oleh hukum pasar modal adalah mengenai ketentuan fakta materil.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai ketentuan fakta materil yang diatur dalam hukum pasar modal Indonesia. Ada tiga rumusan masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu pertama, mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum Pasar Modal di Indonesia, kedua, bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, dan ketiga, bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia.

Berdasarkan rumusan permalahan tersebut, ada 3 (tiga) tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini, yaitu, pertama, untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia, kedua, untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia,dan ketiga, untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Berdasarkan tujuan yang berhasil dicapai tersebut, penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan hukum mengenai keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia, memberikan input bagi aparat penegak hukum, pembuat kebijakan dan pembuat peraturan perundang-undangan, serta diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaharui atau menyempurnakan ketentuan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia.

(6)

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengaturan keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia berperan penting dalam mewujudkan mekanisme pasar modal yang efisien, yang mampu melindungi investor dari praktek pelanggaran hukum dan sekaligus mewujudkan tata kelola perusahaan publik yang baik. Ruang lingkup informasi penting yang dikategorikan sebagai fakta materil terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu fakta materil sebagaimana ditentukan secara tegas dan limitatif di dalam UUPM dan berbagai peraturan Bapepam-LK, dan fakta materil sebagaimana standar penentuan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UUPM. Dalam hal ini, UUPM telah menentukan berbagai bentuk pelanggaran terhadap fakta materil yang harus dipertanggungjawabkan pelakunya, yaitu penipuan (fraud), pernyataan menyesatkan (misleading statement), baik pernyataan tidak benar mengenai fakta materil (misrepresentation) maupun tidak mengungkap fakta materil yang benar (ommission), serta manipulasi pasar (market manipulation) dan perdagangan orang dalam (insider trading). Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa pengaturan mengenai fakta materil perlu disempurnakan dan ditegakkan secara tegas, dan penanganan kasus pelanggaran fakta materil harus dilakukan secara terbuka kepada publik.

(7)

ABSTRACT

Capital market is a means of indirect investment which needs investors to gain profit and is needed by public businesses to obtain funds to strengthen their capital. There have been many cases in capital market in Indonesia; that is, the violation against capital market which involves the agents of capital market and the public businesses themselves so that it will harm public businesses and investors. Therefore, legal provisions should provide legal certainty for those who are involved in capital market and, at the same time, protect the investors’ interest from financial loss. One of the legal certainties which should be guaranteed by UUPM (Law on Capital Market) is the provision of material fact.

Based on the explanation above, the research on the provision of material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia needs to be studied. There were three problems which have to be answered in this research; first, why transparency in material facts needed to be regulated in UUPM in Indonesia, secondly, how about the scope of the regulation on material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, how about the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia.

Based on the formula of the problems above, there were three objectives which have to be achieved in this research; first, to know and to understand the need for the principle of transparency in material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia, secondly, to know and to understand the scope of the provision of material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, to know and to understand the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia. Based on the objectives which have to be achieved in the research, this research was expected to be beneficial for enriching the jurisprudence in the transparency in material facts in UUPM, to give input to law enforcement agencies, policy and law makers, and to be used as food for thought in renewing or completing the provision of material facts in UUPM in Indonesia.

In order to find the answer for the three formulations above, the research used the principles of scientific research method which is commonly used in the type of judicial normative research. The research was descriptive analytic with judicial normative approach. The main data were secondary data which came from the library research which comprised primary, secondary, and tertiary legal materials. The collected secondary data were then selected, classified, and arranged systematically and processed qualitatively so that they could be presented in the clear and systematic description as the result of the research.

(8)

UUPM has regulated various violations against material facts which have to be justified by the doers such as fraud, misleading statement, misrepresentation, omission, market manipulation, and insider trading. Based on the conclusions above, it is recommended that the provision of material facts should be completed and enforced strictly, and the handling of violation against the cases on material facts should be done transparently so that the public know them.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul

“Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal

Indonesia” ini merupakan syarat terakhir yang harus penulis penuhi untuk meraih gelar

Magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian tesis ini tak bisa penulis pisahkan dengan jasa, dukungan, doa dan

bantuan banyak orang, dan untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada mereka semua. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM), SP.A(K), selaku

Rektor Univesitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., Ph.D., selaku Pembantu Rektor I

Univesitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan kesempatan besar

kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Univesitas

Sumatera Utara, yang banyak memberikan dukungan moril kepada penulis untuk

(10)

4. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH.,MLI. selaku Pembimbing Utama

penulisan tesis ini, yang senantiasa mengkonfirmasi kesiapan tesis penulis dan

terus memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat

berterima kasih kepada beliau yang dalam kesibukan beliau yang sangat padat

sebagai Pembantu Rektor IV Universitas Sumatera Utara, konsultan hukum dan

pengajar di berbagai perguruan tinggi, beliau senantiasa respek dan memberikan

agenda waktu yang cukup kepada penulis untuk membimbing penyelesaian

tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H.,M.H., Pembimbing penulisan tesis ini, dan sekaligus

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara, atas segala arahan dan dorongan yang diberikan kepada penulis, baik selama

penulisan tesis ini maupun selama penulis menuntut ilmu di Program Studi

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum., Pembimbing penulisan tesis ini, dan

seklaigus Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, yang selalu memberikan motivasi, koreksi dan

masukan yang sangat berarti bagi penulis selama penulis menyelesaikan tesis ini

untuk membuat tesis ini menjadi lebih baik.

7. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello,S.H.,M.S. dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A,

S.H.,C.N.,M.Hum., sebagai Penguji atas penulisan tesis ini, yang telah banyak

memberikan masukan, koreksi dan dukungan kepada penulis untuk dapat

(11)

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H., mantan Ketua Sekolah Pasca Sarjana

Ilmu Hukum, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada

penulis pada masa-masa kehidupan yang sangat sulit selama menjadi mahasiswa di

Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Guru Besar dan para staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan arahan

selama penulis menimba ilmu di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Dr. H. Ibrahim Siregar, M.C.L., selaku Ketua STAIN Padangsidimpuan

tempat penulis bekerja, yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan

motivasi kepada penulis untuk fokus dan menyelesaikan studi S-2 penulis.

11. Bapak Dr. Sumper Mulia Harahap, M.A., selaku Ketua Jurusan Syariah STAIN

Padangsidimpuan, yang telah banyak memberikan banyak dukungan, motivasi, dan

diskusi agar penulis dapat segera menyelesaikan tesis ini.

12. Rekan-rekan kerja di STAIN Padangsidimpuan, Bang Irwan, Bang Rafiq,

Pak Nijar, Zakir, Fatah, Bu Asnah, Magdalena, Fauziah, bang Aswadi, dan seluruh

rekan-rekan lainnya yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk

segera menyelesaikan tesis ini.

13. Rekan-rekan sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fitri, Juli, Fika,

Kak Ganti, Hendra, Hendri, Zulhiman, Udin, Hendra, dan Kak Niar,

14. Sahabat-sahabat penulis di Prodi. Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara,

Boy Laksamana, S.H., M.Hum., Faisal, S.H., M.Hum., Azwir Agus, S.H., M.Hum.,

dan kawan-kawan lain yang senantiasa menjadi sahabat yang baik bagi penulis, baik

(12)

15. Keluarga penulis, Ucok, Sunggul, Ompung Fitri, Adinda Feri Sahputra,

Adinda Erwinsyah Nasution, Adinda M. Thohir Ritonga, dan seluruh keluarga

penulis yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama ini.

16. Teman-teman penulis, Hasan, Kadir, bang Edi Pur, Umri, dan seluruh teman-teman

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan arti

kepada penulis dalam menjalani kehidupan dan studi penulis.

Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang penuh hormat dan kasih

sayang tak terhingga kepada:

1. Ayah dan Emak, almarhum Adamsyah Nasution dan almarhumah Nuraini

Nasution, yang telah menyayangi, melindungi dan mendidik penulis sejak dari

kandungan hingga akhir hayat beliau, dengan harapan penulis dapat menjadi anak

yang berbakti, semoga harapan ayah dan emak agar penulis dapat membaktikan

ilmu yang bermanfaat dikabulkan Allah SWT, dan penulis senantiasa mendoakan

agar Allah SWT mengampunkan seluruh dosa-dosa ayah dan emak, dilapangkan

dalam kuburnya dan ditempatkan Allah di surga-Nya pada hari berbangkit kelak,

dan penulis berharap dapat membalas seluruh kasih sayang dan jasa-jasa ayah dan

emak.

2. Tulang dan Nantulang, yang senantiasa menyayangi dan mendoakan penulis dalam

penyelesaian tesis ini dan dalam kehidupan keluarga penulis, semoga Allah

menjadikan penulis sebagai anak menantu yang dapat membaktikan diri kepada

(13)

3. Anak-anak tercinta, Fateh Alrido Nasha dan Fatiya Alisa Nasha, yang senantiasa

memberikan kegembiraan dan penawar lelah kepada penulis dalam mengatasi

seluruh persoalan hidup dan kerja penulis, ayah memohon maaf atas waktu-waktu

kita bersama yang ayah lewatkan guna menyelesaikan tesis ini, dan sekaligus atas

waktu-waktu kita bersama yang ayah lewatkan karena tuntutan pekerjaan ayah

yang jauh dari rumah kediaman kita bersama, semoga ananda berdua selalu

menjadi anak yang berbakti kepada orangtua dan Allah SWT.

4. Isteri tercinta, Helmilawati,S.H.I.,M.A., yang senantiasa memberikan dorongan,

bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dan juga

senantiasa dengan dengan sabar dan senyum mendampingi penulis dalam

menuntaskan seluruh tuntutan hidup dan pekerjaan penulis, semoga kita selalu

dapat menjadikan rumah kediaman kita sebagai surga untuk kita dan anak-anak

serta keluarga kita, dan mudah-mudahan Allah meridhoi kita mewujudkan

keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah, amin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini,

untuk itu Penulis tetap membuka diri atas masukan dan kritikan yang sifatnya membangun.

Akhir kata, penulis bereserah diri kepada Allah swt, semoga tulisan ini memberi

manfaat yang sebesar-besarnya bagi siapapun yang membacanya. Amin.

Medan, 27 Mei 2013

Penulis

(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : JOHAN ALAMSYAH

Suku/Marga : Mandailing / Nasution

Tempat/Tgl. Lahir : Binjai, 20 September 1971

Domisili saat ini : Jalan Puti Sangkar Bulan – Nagari Tanjung Beringin Kota

Lubuk Sikaping Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Pekerjaan : Dosen STAIN Padangsidimpuan

Alamat Pekerjaan : Jalan Imam Bonjol KM. 4,5 Sihitang Kota Padangsidimpuan

Provinsi Sumatera Utara

Agama/Jenis Kelamin: Islam / Laki-laki

Riwayat Pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri 023903 Binjai, 1984

- Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Binjai, 1987

- Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Binjai, 1990

- Universitas Sumatera Utara, Medan, Fakultas Hukum

Jurusan Perdata, tamat tahun 1997

- Universitas Sumatera Utara, Medan, Fakultas Hukum

Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Bisnis, tamat tahun 2013

Nama Istri : Helmilawati, S.H.I., M.A

Nama Anak-anak : 1. Fateh Alrido Nasha (10 thn), 2. Fatiya Alisa Nasha (7 thn)

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI……… i

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… x

DAFTAR ISI……… xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

1. Kerangka Teori ... 12

2. Konsepsi ... 18

G.Metode Penelitian ... 20

BAB II. PENTINGNYA KETERBUKAAN FAKTA MATERIL DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA ... 26

A.Mekanisme Perdagangan Efek di Pasar Modal ... 26

1. Penawaran Umum di Pasar Perdana ... 28

2. Pasar Sekunder ... 39

(16)

B. Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal Indonesia ... 45

1. Pengertian Pasar Modal dan Prinsip Keterbukaan ... 45

2. Pentingnya Pengaturan Keterbukaan Fakta Materil ... 48

C. Hubungan Prinsip Keterbukaan Fakta Materil dengan Good Corporate Governance ... 52

D.Pasar Modal yang Efisien Berdasarkan Keterbukaan Fakta Materil 55 BAB III. RUANG LINGKUP PENGATURAN FAKTA MATERIL DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA ... 60

A.Pengertian Fakta Materil ... 60

B. Pengaturan Fakta Materil dalam Peraturan Perundang-undangan ... 62

1. Dalam Rangka Penawaran Umum ... 64

2. Setelah Penawaran Umum ... 74

BAB IV. PELANGGARAN KETENTUAN FAKTA MATERIL ... 83

A.Pelanggaran Ketentuan Fakta Materil ... 83

1. Penipuan (Fraud) ... 84

2. Pernyataan Menyesatkan (Misleading Statement) ... 90

3. Manipulasi Pasar ... 93

4. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading) ... 101

B. Pengawasan dan Pertanggungjawaban ... 106

1. Pengawasan ... 106

2. Pertanggungjawaban Pidana ... 109

3. Pertanggungjawaban Perdata ... 115

(17)

C. Penegakan Hukum atas Pelanggaran Fakta Materil setelah Berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) ... 126

1. Latar Belakang Lahirnya OJK ... 127

2. Tugas dan Wewenang OJK ... 135

3. Kedudukan Bapepam setelah Dibentuknya OJK ... 143

4. Pengawasan Pasar Modal oleh OJK ... 148

BAB V. PENUTUP ... 159

A.Kesimpulan ... 159

B. Saran ... 160

(18)

ABSTRAKSI

Pasar modal adalah wahana investasi tidak langsung (indirect investment) yang dibutuhkan investor untuk mencari keuntungan dan dibutuhkan pula oleh perusahaan publik untuk memperoleh dana guna memperkuat permodalan perusahaan. Telah banyak kasus yang terjadi di Indonesia mengenai pelanggaran di bidang pasar modal yang melibatkan para pelaku pasar modal dan perusahaan publik itu sendiri, yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan publik dan masyarakat investor. Oleh karena itu, peraturan hukum harus memberikan kepastian bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal, dan sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek yang merugikan. Salah satu kepastian hukum yang harus dijamin oleh hukum pasar modal adalah mengenai ketentuan fakta materil.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai ketentuan fakta materil yang diatur dalam hukum pasar modal Indonesia. Ada tiga rumusan masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu pertama, mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum Pasar Modal di Indonesia, kedua, bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, dan ketiga, bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia.

Berdasarkan rumusan permalahan tersebut, ada 3 (tiga) tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini, yaitu, pertama, untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia, kedua, untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia,dan ketiga, untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Berdasarkan tujuan yang berhasil dicapai tersebut, penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan hukum mengenai keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia, memberikan input bagi aparat penegak hukum, pembuat kebijakan dan pembuat peraturan perundang-undangan, serta diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaharui atau menyempurnakan ketentuan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia.

(19)

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengaturan keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia berperan penting dalam mewujudkan mekanisme pasar modal yang efisien, yang mampu melindungi investor dari praktek pelanggaran hukum dan sekaligus mewujudkan tata kelola perusahaan publik yang baik. Ruang lingkup informasi penting yang dikategorikan sebagai fakta materil terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu fakta materil sebagaimana ditentukan secara tegas dan limitatif di dalam UUPM dan berbagai peraturan Bapepam-LK, dan fakta materil sebagaimana standar penentuan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UUPM. Dalam hal ini, UUPM telah menentukan berbagai bentuk pelanggaran terhadap fakta materil yang harus dipertanggungjawabkan pelakunya, yaitu penipuan (fraud), pernyataan menyesatkan (misleading statement), baik pernyataan tidak benar mengenai fakta materil (misrepresentation) maupun tidak mengungkap fakta materil yang benar (ommission), serta manipulasi pasar (market manipulation) dan perdagangan orang dalam (insider trading). Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa pengaturan mengenai fakta materil perlu disempurnakan dan ditegakkan secara tegas, dan penanganan kasus pelanggaran fakta materil harus dilakukan secara terbuka kepada publik.

(20)

ABSTRACT

Capital market is a means of indirect investment which needs investors to gain profit and is needed by public businesses to obtain funds to strengthen their capital. There have been many cases in capital market in Indonesia; that is, the violation against capital market which involves the agents of capital market and the public businesses themselves so that it will harm public businesses and investors. Therefore, legal provisions should provide legal certainty for those who are involved in capital market and, at the same time, protect the investors’ interest from financial loss. One of the legal certainties which should be guaranteed by UUPM (Law on Capital Market) is the provision of material fact.

Based on the explanation above, the research on the provision of material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia needs to be studied. There were three problems which have to be answered in this research; first, why transparency in material facts needed to be regulated in UUPM in Indonesia, secondly, how about the scope of the regulation on material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, how about the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia.

Based on the formula of the problems above, there were three objectives which have to be achieved in this research; first, to know and to understand the need for the principle of transparency in material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia, secondly, to know and to understand the scope of the provision of material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, to know and to understand the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia. Based on the objectives which have to be achieved in the research, this research was expected to be beneficial for enriching the jurisprudence in the transparency in material facts in UUPM, to give input to law enforcement agencies, policy and law makers, and to be used as food for thought in renewing or completing the provision of material facts in UUPM in Indonesia.

In order to find the answer for the three formulations above, the research used the principles of scientific research method which is commonly used in the type of judicial normative research. The research was descriptive analytic with judicial normative approach. The main data were secondary data which came from the library research which comprised primary, secondary, and tertiary legal materials. The collected secondary data were then selected, classified, and arranged systematically and processed qualitatively so that they could be presented in the clear and systematic description as the result of the research.

(21)

UUPM has regulated various violations against material facts which have to be justified by the doers such as fraud, misleading statement, misrepresentation, omission, market manipulation, and insider trading. Based on the conclusions above, it is recommended that the provision of material facts should be completed and enforced strictly, and the handling of violation against the cases on material facts should be done transparently so that the public know them.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar Modal (Capital Market) adalah salah satu sektor investasi di Indonesia

yang menarik minat banyak investor. Pasar Modal merupakan kegiatan yang

bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik

yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan Efek.1 Benda-benda yang diperdagangkan di Pasar Modal adalah efek

atau surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,

obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak

berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.2 Melalui benda-benda yang

diperdagangkan tersebut, Pasar Modal (capital market) merupakan tempat atau sistem

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana bagi modal suatu perusahaan.3

Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di bidang Pasar Modal,

Pemerintah harus memberikan payung hukum yang jelas dan landasan hukum yang Oleh

karena itu, Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional

sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan sekaligus sebagai wahana

investasi tidak langsung (indirect investment) bagi masyarakat pemodal.

1

Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 13.

2

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 5.

3

Lihat, A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1991), hal.169.

(23)

kokoh untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi pihak-pihak yang melakukan

kegiatan di Pasar Modal, serta sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek

yang merugikan.4

Dalam rangka menciptakan Pasar Modal yang efisien, yaitu adil, teratur,

terbuka dan melindungi kepentingan investor dan masyarakat, Pasal 101 ayat (1)

UUPM memberikan kewenangan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (Bapepam-LK) selaku otoritas Pasar Modal untuk melakukan pemeriksaan

dan penyidikan terhadap pelanggaran yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan

Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat.

Untuk merealisasikan maksud tersebut, pada tanggal 1 Januari 2006

Pemerintah Indonesia memberlakukan secara efektif Undang-undang No. 8 tahun 1995

tentang Pasar Modal, selanjutnya disingkat UUPM.

5

Hasil

tindakan represif yang dilakukan Bapepam-LK ini ditindaklanjuti dengan pengenaan

sanksi administratif, atau diserahkan kepada Pengadilan dalam rangka penegakan

hukum dan penerapan sanksi terhadap pelaku Pasar Modal yang telah melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yuridis UUPM.6

Salah satu perangkat hukum yang perlu dianalisis dalam Hukum Pasar Modal

adalah mengenai ketentuan fakta materil. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 UUPM, yang

dimaksud dengan fakta atau informasi materil adalah informasi atau fakta penting dan

4

Lihat, Penjelasan Umum UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Konsiderans bagian Menimbang huruf b dan huruf c.

5

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 101 ayat (1) secara lengkap berbunyi: “Dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat, Bapepam menetapkan dimulainya tindakan penyidikan”.

6

(24)

relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek

pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang

berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.7

Fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal.8

Yang dimaksud prinsip keterbukaan adalah keharusan bagi setiap Emiten, Perusahaan

Publik, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM untuk menginformasikan kepada

masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi atau fakta materil mengenai

usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap

Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.9 Prinsip keterbukaan tidak

terpisahkan dari kepentingan berfungsinya arus informasi fakta materil dari emiten ke

Pasar Modal sehingga tercipta informasi yang akurat. Jadi, keterbukaan fakta materil

akan sangat menentukan setiap keputusan yang diambil oleh investor secara rasional.10

Hukum Pasar Modal di Indonesia dipandang oleh Bismar Nasution masih

belum jelas dan belum lengkap mengatur persoalan mengenai fakta materil.11

Pengertian fakta materil di dalam Pasal 1 angka 7 UUPM hanya menggunakan

pendekatan “sesuatu yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan

investor”, tanpa membuat kualifikasi bobot investor dan unsur “kepercayaan

investor”12

7

Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7.

8

Bismar Nasution, (I), Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 1.

9

Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25.

10

Bismar Nasution, (I), log.cit.

11

Ibid., hal.273.

12

Ibid., hal.72.

(25)

mempengaruhi perusahaan di masa mendatang, “penghilangan” informasi material

tertentu yang dibutuhkan investor untuk melakukan pertimbangan yang matang, dan

suatu fact-specific secara case-by-case.13

Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan pengaturan mengenai ketentuan fakta

materil jelas akan mempengaruhi penerapan prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal,

dalam arti belum adanya ketegasan untuk mengimplementasikan prinsip keterbukaan

tersebut.14 Kewajiban menyampaikan informasi (duty to disclosure) ditentukan oleh

apakah suatu kejadian atau peristiwa terkualifikasi sebagai fakta materil atau tidak,15

sehingga tidak terperincinya standar penentuan fakta materil sangat berpotensi

menyebabkan terjadinya pelanggaran prinsip keterbukaan yang merugikan investor.

Wajar jika kemudian investor asing sering menuduh tingkat kualitas keterbukaan

perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cukup rendah.16

Ketidakjelasan batasan atau standar penentuan mengenai fakta materil dalam

hukum positif di bidang Pasar Modal juga akan menyebabkan tidak adanya persamaan

persepsi atau penafsiran mengenai fakta materil itu sendiri. Apa yang dimaksud

mengenai fakta materil dan bagaimana batasan atau standar penentuannya, serta ruang

lingkup yang tercakup di dalamnya, dengan mudah dapat mengalami perbedaan Untuk mengatasi

kelemahan ini, analisis terhadap ketentuan fakta materil sangat penting dilakukan guna

menjamin dilaksanakannya prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal Indonesia dalam

konteks perkembangan ekonomi global saat ini.

13

Ibid., hal.66-71.

14

Ibid., hal.273.

15

Ibid., hal.11.

16

(26)

penafsiran antara emiten, investor, Bapepam-LK dan bahkan para akademisi dan

praktisi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa kepastian hukum mengenai ketentuan

fakta materil sangat dibutuhkan dalam Hukum Pasar Modal.

Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan pengaturan mengenai ketentuan fakta

materil juga akan mempengaruhi kualitas penegakan hukum (law enforcement) di

bidang Pasar Modal, padahal kegiatan Pasar Modal rawan dengan pelanggaran dan

kejahatan. Sebagaimana sering dikemukakan, kejahatan di bidang Pasar Modal adalah

kejahatan kerah putih, dengan modus dan strategi yang sangat halus dan sulit dideteksi

secara “hitam-putih” mengenai klasifikasi kejahatannya. Kondisi ini akan bertambah

mengkhawatirkan jika kita bersandar kepada peringatan Kehoe, bahwa

internasionalisasi Pasar Modal melahirkan konsekuensi meningkatnya jumlah

kejahatan Pasar Modal yang melampaui batas-batas negara (cross-border).17

Kelemahan pengaturan ketentuan fakta materil mengakibatkan tidak semua

informasi yang menyesatkan (misleading information) dan tindakan manipulasi pasar,

penipuan dan perdagangan orang dalam (insider trading) dapat dengan mudah

terdeteksi oleh hukum atau dibuktikan secara hukum. Tindakan yang pada mulanya

dicurigai sebagai pelanggaran dan kejahatan Pasar Modal, pada akhirnya menjadi

samar dan tidak dapat lagi secara jelas dikategorikan sebagai pelanggaran dan

kejahatan Pasar Modal, sehingga penegakan hukumnya seringkali tidak dapat

dilakukan secara tepat dan tuntas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk

menganalisis ketentuan fakta materil sebagai landasan dalam upaya penyidikan dan

17

(27)

pembuktian pelanggaran dan kejahatan di Pasar Modal, agar upaya penegakan

hukumnya dapat dilaksanakan secara tegas oleh otoritas Pasar Modal, yaitu Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Berdasarkan pemikiran tersebut, penting melakukan penelitian terhadap

ketentuan fakta materil di dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, baik konsepsinya,

pengaturannya maupun penegakan hukumnya (law enforcement). Penelitian ini tidak

hanya bermaksud melakukan analisis terhadap ketentuan fakta materil yang berlaku

secara positif di dalam Hukum Pasar Modal Indonesia, tetapi juga berupaya

menemukan suatu batasan atau standar penentuan fakta materil yang jelas, baik dalam

perumusan hukumnya (law making) maupun dalam penegakan hukumnya (law

enforcement).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum

Pasar Modal di Indonesia?

2. Bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di

Indonesia?

3. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum

(28)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka

yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta

materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia

2. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam

Hukum Pasar Modal di Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta

materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis,

sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

ilmu pengetahuan hukum mengenai Hukum Pasar Modal, khususnya yang

berkaitan dengan fakta materil sebagai esensi prinsip keterbukaan Pasar Modal.

2. Dari sudut pandang praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau

tawaran yang berharga bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya

Bapepam-LK, dalam menyelesaikan permasalahan fakta materil dalam kegiatan

(29)

3. Dari sudut pandang kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pembuat kebijakan (policy maker) dalam memperbaharui atau

menyempurnakan peraturan perundang-undangan mengenai Pasar Modal,

khususnya yang menyangkut pengaturan fakta materil.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan terhadap hasil-hasil

penelitian yang telah pernah dilaksanakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara

(USU), penelitian tesis berjudul “Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam

Perspektif Hukum Pasar Modal” belum pernah dilakukan dalam topik dan masalah

yang sama. Objek penelitian ini belum dibahas secara komprehensif dalam suatu

penelitian ilmiah. Oleh karenanya, penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan asli

sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka, sehingga

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritik

yang bersifat membangun terhadap topik dan permasalahan dalam penelitian ini.

Ada beberapa penelitian tesis di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara yang membahas aspek-aspek hukum tertentu dari Hukum Pasar Modal dan

prinsip keterbukaan di Pasar Modal, dan pembahasannya bukanlah mengulas

pengaturan fakta materil sebagai fokus utama penelitian tesis. Beberapa penelitian tesis

hanya membahas suatu perbuatan tertentu yang dilarang dalam kegiatan di pasar

(30)

dengan menjadikan fakta materil sebagai salah satu pisau bedah analisis. Beberapa

penelitian tesis yang berhasil penulis periksa adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tesis berjudul “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan

yang Menyesatkan dalam Pernyataan Pendaftaran di Pasar Modal” oleh Murzal,

diselesaikan pada tahun 2003. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa

pengaturan mengenai larangan perbuatan menyesatkan dan sanksinya dalam UUPM

masih sederhana dan belum memadai, khususnya mengenai elemen-elemen

perbuatan menyesatkan untuk menentukan suatu perbuatan adalah misrepresentation

dan omission, dan hal ini berbeda dengan praktek di pasar modal Amerika Serikat

yang telah merinci elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Akuntan publik

bertanggungjawab secara pidana, perdata dan administrasi atas laporan keuangan

yang menyesatkan, meskipun pertanggungjawaban administrasi lebih dominan

diterapkan oleh Bapepam.

2. Penelitian tesis berjudul “Manipulasi Transaksi Saham oleh Perusahaan Publik

dalam Pasar Modal” oleh R. Deddy Harryanto, diselesaikan pada tahun 2003.

Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa batasan manipulasi pasar di Indonesia

belum begitu jelas dan memadai, sehingga terjadi banyak lubang-lubang hukum

(loop hole) yang dapat dipergunakan untuk melakukan perbuatan manipulasi pasar,

sedangkan Bapepam belum pernah menyeret pelaku manipulasi pasar ke pengadilan.

Tindakan manipulasi pasar harus dipertanggungjawabkan secara pidana, dengan

(31)

dirugikan, dengan salah satu saran seharusnya dianut strict liability dalam

pertanggungjawaban perdata tindakan manipulasi pasar.

3. Penelitian tesis berjudul “Penentuan Standar Penipuan dalam Pasar Modal

Indonesia: Analisis Juridis terhadap Putusan Bapepam dan Perbandingannya dengan

Putusan Pengadilan di Negara Common Law” oleh Abdurrahman, diselesaikan pada

tahun 2005. Berdasarkan kesimpulan dan abstraknya, penelitian tesis ini menyatakan

bahwa penentuan standar penipuan dalam UUPM yang dipakai oleh Bapepam

diukur berdasarkan fakta materil, yaitu apabila terjadi penyimpangan terhadap fakta

materil yang disajikan, dan hal ini mirip dengan standar penipuan menurut putusan

pengadilan di negara Common Law yang juga ditentukan berdasarkan fakta materil,

tetapi di negara Common Law sanksi yang dijatuhkan sangat tergantung pada sifat

perkara, apakah penipuan itu sebagai tort atau criminal.

4. Penelitian tesis berjudul “Analisis Hukum atas Pertanggungjawaban Perusahaan

Publik terhadap Investor yang Dirugikan Akibat Kesalahan Prospektus” oleh

Maswandi, diselesaikan pada tahun 2005. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan

bahwa perusahaan publik wajib memuat prospektus dalam melakukan penawaran

umum, yang di dalamnya harus memuat informasi yang sebenarnya dan tidak

menyesatkan mengenai keadaan emiten sehingga menjadi dasar investor melakukan

investasi. Bilamana prospektus memuat informasi yang tidak benar, hal ini

merupakan pelanggaran prinsip keterbukaan, yaitu merupakan suatu penipuan, yang

membawa dampak terhadap pasar modal dan pihak-pihak lain, yaitu

(32)

Manakala hal ini terjadi, emiten harus bertanggungjawab terhadap kesalahan

prospektus yang dilakukannya, baik pertanggungjawaban pidana, perdata maupun

administrasi. Pihak-pihak yang membantu dan ikut menandatangani pernyataan

pendaftaran dan prospektus juga ikut bertanggung jawab sepanjang tugas yang

mereka lakukan tidak sesuai dengan pekerjaannya secara profesional.

5. Penelitian tesis berjudul “Aspek Hukum Perlindungan Investor dalam Perdagangan

Saham Bank Mandiri Menjelang Pasar Perdana” oleh Tama Ulinta Tarigan,

diselesaikan pada tahun 2005. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa

pengaturan prinsip keterbukaan dalam UUPM belum diatur secara jelas, khususnya

terhadap perusahaan perbankan seperti Bank Mandiri, yaitu tidak ada ketentuan

yang tegas yang menjadi pedoman mengenai informasi apa yang diperlukan dalam

Pernyataan Pendaftaran di Bapepam, sehingga Prospektus Bank Mandiri belum

menunjukkan keakuratan yang tinggi tentang informasi dari sebuah emiten yang

besar. Go publicnya Bank Mandiri lebih didominasi oleh kepentingan politik

keuangan negara yang menargetkan percepatan privatisasi BUMN, sehingga

keterbukaan dalam go publicnya Bank Mandiri belum tersentuh secara substansial.

Perlindungan investor belum terjamin dalam go publicnya Bank Mandiri ini, yaitu

karena prospektus Bank Mandiri kurang akurat dalam mengungkap pernyataan

utang, kecukupan modal, resiko usaha dan prospek usaha, tetapi Bapepam

meloloskannya. Kesimpulan dalam penelitian tesis ini juga mengemukakan

mengenai perbedaan masa tenang menjelang IPO antara Hukum Pasar Modal di

(33)

6. Penelitian tesis berjudul “Prinsip Keterbukaan dalam Laporan Keuangan Perusahaan

Penanaman Modal Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal” oleh R.A. Dyna Ramadhani, diselesaikan pada tahun 2008.

Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa keterbukaan berlaku bagi perusahaan

penanaman modal dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk keterbukaan

dalam laporan keuangan. Perlunya prinsip keterbukaan ini didasarkan kepada 6

(enam) pertimbangan mendasar. Laporan keuangan merupakan salah satu aspek

penting dalam penerapan asas keterbukaan di perusahaan penanaman modal.

Laporan keuangan tidak saja merupakan informasi penting bagi pemegang saham

(penanam modal) untuk mengukur kinerja pengurusan perusahaan, tetapi juga bagi

pemerintah dalam pemenuhan kewajiban fiskal perusahaan penanaman modal

tersebut dan untuk meningkatkan kepercayaan investor, dan juga penting bagi

masyarakat untuk pertanggungjawaban sosial dan lingkungan yang berasal dari

alokasi beban biaya perusahaan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pasar Modal sebagai media investasi publik membutuhkan pengaturan yang

mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat investor maupun masyarakat pada

(34)

ketentuan-ketentuan yang komprehensif, termasuk tuntutan pelaksanaan prinsip

keterbukaan yang semakin kuat.18

“Keterbukaan ini diharuskan karena pada dasarnya para calon investor (pemodal) mempunyai hak untuk mengetahui secara detail mengenai segala sesuatu tentang bisnis perusahaan, dimana mereka akan menempatkan uangnya, maka untuk itu harus dapat dimengerti pula bahwa hal tersebut juga merupakan suatu tahap dari peralihan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik, yang merupakan suatu hal yang sangat menantang bagi pemilik dan manajemennya.”

Dikatakan oleh Asril Sitompul:

19

Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap potensi dana yang dimiliki

masyarakat sangat penting artinya karena perusahaan yang bersangkutan akan

memanfaatkan dana masyarakat yang relatif murah untuk kepentingannya sendiri.

Pasal 78 ayat (1) UU Pasar Modal mengharuskan keterbukaan fakta materil

telah dimulai sejak prospektus perusahaan diajukan kepada Bapepam-LK dalam

rangka penawaran perdana (Initial Public Offering atau IPO) di Bursa Efek.

20

18

Erman Rajagukguk, “Peranan Hukum dalam Pembangunan pada Era Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia,” disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 4 Januari 1997, hal.14.

19

Asril Sitompul, (I), Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal.56.

20

Penawaran umum akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pemilikan perusahaan. Ini disebabkan porsi pemilikan suatu perusahaan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan modal yang ditanamkan investor pada perusahaan tersebut. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.5. Pendapat ini senada dengan Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal.47, yang menyatakan besarnya pemilikan tergantung dari besarnya persentase saham yang dimiliki oleh penanam modal.

Setiap

calon emiten (perusahaan publik) demi hukum secara institusional mempunyai

tanggung jawab menyampaikan kebenaran informasi materil di dalam prospektus

(35)

Bapepam-LK.21

Keharusan keterbukaan (disclosure) dalam Hukum Pasar Modal

mengandung aspek yang cukup luas, sehingga Bapepam-LK mewajibkan pihak

manajemen perusahaan untuk membuka seluruh informasi yang dibutuhkan publik.

Keterbukaan mencakup pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan publik

dan kemudian menyediakannya secara jelas, terbuka dan benar, guna meningkatkan

minat investor. Prinsip keterbukaan ini salah satunya tampak dalam peraturan yang

menegaskan bahwa setiap prospektus (dokumen penawaran) dilarang memuat

keterangan yang tidak benar tentang fakta materil (misrepresentation), atau tidak

memuat keterangan yang benar tentang fakta materil (omission), yang diperlukan

agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan (misleading).

Kewajiban ini bukan hanya dibebankan kepada direksi dan komisaris perusahaan,

tetapi juga setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran yang diajukan

kepada Bapepam-LK, termasuk penjamin emisi efek dan profesi penunjang Pasar

Modal yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat

dalam pernyataan pendaftaran.

Ketentuan ini dapat diterima secara teoritis, sebab publik menilai kelayakan

berinvestasi pada suatu perusahaan publik adalah berdasarkan prospektus yang

diajukan perusahaan tersebut.

22

Dikatakan oleh Bismar Nasution, bahwa prinsip keterbukaan merupakan

jiwa Pasar Modal, sedangkan fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan

21

Sri Redjeki Hartono, (I), Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hal.48-49.

22

(36)

tersebut.23

Ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal, yaitu:

Artinya, prinsip keterbukaan mengacu kepada analisis tuntas terhadap

esensi dan batasan fakta materil.

24

1. Prinsip keterbukaan berfungsi memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

Keputusan investor untuk melakukan investasi terbentuk oleh penilaian dan

pilihan terhadap kelengkapan, kejelasan dan kepastian informasi yang diberikan

oleh emiten, sehingga kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar ditentukan

oleh adanya keterbukaan dalam Pasar Modal.

2. Prinsip keterbukaan berfungsi utama menciptakan mekanisme pasar yang efisien,

baik dalam penciptaan harga, pengalokasian modal maupun perlindungan

investor. Berfungsinya keterbukaan menyebabkan pelaku pasar dapat melakukan

market discipline, sebab terbukanya arus informasi berperan menciptakan

informasi yang benar dan akurat. Harga saham sepenuhnya merupakan refleksi

dari seluruh informasi yang tersedia, sehingga manajemen perusahaan harus

menjaga harga pasar dan peluang penjualan saham dengan mengemukakan

informasi yang relevan.

3. Prinsip keterbukaan berperan penting untuk mencegah penipuan (fraud),

termasuk mencegah terjadinya penyesatan dan kekeliruan informasi yang

diperoleh investor.

23

Dikatakan Bismar Nasution, prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di Pasar Modal, sekaligus merupakan jiwa Pasar Modal itu sendiri. Lebih lanjut dikatakannya, karena prinsip keterbukaan adalah jiwa Pasar Modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang bagaimana sesungguhnya pelaksanaan prinsip keterbukaan dan penentuan fakta materil di Indonesia. Lihat, Bismar Nasution, (I), op.cit., hal. 1.

24

(37)

Perusahaan- perusahaan publik semakin banyak bergantung

pada modal ekstern ( modal ekuitas dan pinjaman) guna

pembiayaan aktifitas perusahaan, melakukan investasi dan

menciptakan pertumbuhan. Untuk kepentingan pihak pemodal

ekstern, perusahaan perlu meyakinkan mereka bahw a manajemen

akan melakukan tindakan terbaik untuk kepentingan perusahaan

dengan menggunakan dana- dana tersebut secara tepat dan efisien.

Kepastian seperti ini diberikan oleh sistem “tata kelola perusahaan

yang baik”, atau lebih dikenal dengan istilah “Go o d Co r p o r at e

Go v er n an ce”, dan selanjutnya akan dipakai singkatan “GCG”, yang

dapat diartikan sebagai:

“sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan

tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (sh ar eh o ld er s

v alu e) serta mengakomodasi berbagai pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan”.25

Pengertian ini menunjukkan bahw a GCG merupakan suatu sistem

yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, yaitu menyangkut

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus ( pengelola perusahaan) , pihak kreditor,

pemerintah, karyaw an, serta para pemegang kepentingan intern

25

(38)

dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak- hak dan kew ajiban

mereka.26

GCG mensyaratkan adanya struktur dan perangkat untuk

mencapai tujuan dan pengaw asan atas kinerja. Penerapan GCG

akan mampu memberikan insentif yang baik bagi manajemen

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki perusahaan dan

pemegang saham, dan juga memfasilitasi pemonitoran yang efektif

guna mendorong perusahaan menggunakan sumber daya secara

efisien.27

a. Fair n ess ( Kew ajaran) .

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting GCG

ini, Or g an izat io n f or Eco n om ic Co r p o r at io n an d Dev elo p m en t

( OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip- prinsip GCG

yang dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan,

budaya dan tradisi di masing- masing negara. Prinsip- prinsip yang

dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup empat bidang

utama, yaitu:

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi

yang penting serta melarang pembagian untuk pihak

26

Lihat, I Nyoman Tjager, et.al., Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: Prenhallindo, 2003), hal.25-26.

27

(39)

sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (in sid er t r ad in g) .

b. Disclo su r e an d Tr an sp ar an cy ( Keterbukaan dan

Transparansi) .

Hak- hak para pemegang saham atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada w aktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan- perubahan

yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaaan.

c. Acco u n t ab ilit y ( Akuntabilitas) .

Tanggung jaw ab manajemen melalui pengaw asan yang efektif berdasarkan b alan ce o f p o w er ( keseimbangan kekuasaan) antara manajer, pemegang saham, Dew an

Komisaris, dan auditor, merupakan bentuk

pertanggungjaw aban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

d. Resp o n sib ilit y ( Pertanggungjaw aban) .

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara

perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, perusahaan yang

sehat dalam aspek keuangannya.28

Setiap perusahaan harus menyadari betapa pentingnya

penerapan GCG karena manfaat GCG dapat dipetakan ke dalam

lima kelompok, yaitu:

Prinsip- prinsip ini diharapkan menjadi rujukan bagi pemerintah

dalam membangun ruang lingkup bagi penerapan GCG. Bagi pelaku

usaha dan Pasar Modal, prinsip- prinsip ini dapat menjadi pedoman

dalam menentukan tindakan terbaik untuk peningkatan nilai dan

keberlangsungan perusahaan.

28

(40)

a. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

b.Mendapatkan co st o f cap it al yang lebih murah.

c. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

d. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan sh ar eh o ld er s

dan st ak eh o ld er s terhadap perusahaan.

e. Melindungi Direksi, Komisaris/ Dew an Pengurus dari tuntutan hukum.29

Manfaat- manfaat yang akan diperoleh perusahaan dengan

menerapkan GCG ini tentunya akan meningkatkan nilai

perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik dan yang paling

utama adalah menghasilkan kemajuan bagi perusahaan.

2. Konsepsi

Penulis akan mengemukakan beberapa konsepsi untuk

menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah- istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1.Modal adalah adalah efek atau sekuritas (secu r it ies) , yaitu setiap

surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,

obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights,

w aran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap

29

(41)

instrumen yang ditetapkan sebagai sekuritas atau efek oleh

pihak yang berw enang di bidang Pasar Modal.30

2.Pasar Modal, atau sering pula disebut bursa efek, adalah “suatu

pasar yang terorganisir dimana berbagai jenis efek- efek

diperdagangkan”.31

3.Emiten, yang sering pula disebut perusahaan publik, adalah

Pihak yang melakukan Penaw aran Umum di Pasar Modal.

Pasar Modal merupakan tempat bertemunya

investor dengan emiten untuk mengadakan transaksi jual beli

efek.

32

4.I nvestor ( pemodal) adalah pihak yang membeli sekuritas yang

diterbitkan oleh emiten sebagai cara untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan emiten tersebut.

5.Saham adalah selembar catatan yang memuat nilai nominal

sebagaimana telah ditetapkan oleh emiten yang menunjukkan

jumlah batas hak dan tanggung jaw ab dari pemiliknya terhadap

perusahaan.

6.Fakta materil adalah informasi atau fakta penting dan relevan

mengenai peristiw a, kejadian atau fakta, yang dapat

mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek ( Pasar Modal) dan

30

Asril Sitompul, (I), op.cit., hal.3.

31

Ibid.

32

(42)

atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang

berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.33

7.Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan

Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada

Undang- undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat

dalam w aktu yang tepat seluruh informasi material mengenai

usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari

Efek tersebut.34

G. Metode Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian ini, sejak pengumpulan data hingga analisis data,

dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah.

Kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah tersebut terdiri dari jenis penelitian, sifat penelitian,

jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian berfungsi menjelaskan jenis penelitian, pendekatan

penelitian dan sifat penelitian. Ketiga aspek ini merupakan acuan dalam merumuskan

aspek-aspek lain dari metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.

33

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7.

34

(43)

Sesuai karakteristik rumusan permasalahan, penelitian ini tergolong ke dalam

jenis “penelitian hukum normatif”. Yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif,

atau disebut juga penelitian hukum doktrinal (doctrinal research), adalah suatu

penelitian yang menganalisis permasalahan yang ada berdasarkan norma-norma hukum

yang tertulis dalam berbagai literatur (law in written in book) maupun hukum yang

diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it decided by the judge

through judicial process).35

Penelitian ini bersifat “deskriptif analitis”, artinya penelitian ini bertujuan

mendeskripsikan ketentuan-ketentuan dan permasalahan-permasalahan hukum

mengenai pengaturan ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia,

dan sekaligus menganalisis ketentuan dan permasalahan tersebut guna menemukan Oleh karena itu, penelitian ini menjadikan kaidah hukum

sebagai premis utama dan sebagai hasil penelitian.

Berdasarkan jenis penelitian tersebut di atas, penelitian ini menggunakan

“pendekatan yuridis normatif” dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang

berlaku dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Dalam penelitian ini, hukum

dipandang sebagai kaidah atau norma yang bersifat otonom, bukan sebagai sebuah

fenomena sosial. Penelitian mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat di

dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan, yaitu mengumpulkan

dan menganalisis kecukupan dan kejelasan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pasar

Modal mengenai ketentuan fakta materil.

35

(44)

solusi yang dapat digunakan dalam penyempurnaan ketentuan yang ada. Spesifikasi ini

menunjukkan bahwa penelitian ini membatasi kerangka studi pada suatu pemberian,

suatu analisis atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk menguji

hipotesa-hipotesa atau teori-teori.36

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari studi kepustakaan (library research). Oleh karena itu, data sekunder

dalam penelitian ini berfungsi sebagai data utama atau data pokok penelitian.37

Data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan terdiri dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier,

38

a. bahan hukum primer, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Kitab Undang-Undang-Undang-Undang

Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Peraturan Menteri

Keuangan, Peraturan Bapepam-LK, Keputusan Kepala Bapepam-LK, dan peraturan

perundang-undangan lainnya yang relevan;

sebagai berikut:

36

Alvi Syahrin, (I), Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hal. 17.

37

Bambang Sunggono, Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal.194-195.

38

(45)

b. bahan hukum sekunder, terdiri dari buku-buku karya para ahli hukum, jurnal dan

artikel ilmiah, hasil penelitian, majalah, surat kabar, situs internet dan lain-lain;

c. bahan huku m tertier, terdiri dari kamus-kamus hukum, ensiklopedi, dan lain-lain.

Keseluruhan data sekunder yang diperoleh ditujukan untuk mendapatkan

konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi mengenai permasalahan yang akan dibahas.

Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, dan tidak menggunakan data

primer berdasarkan hasil wawancara terhadap para ahli hukum, ahli ekonomi dan

praktisi Pasar Modal yang berkiprah di Bursa Efek Indonesia. Keberadaan penulis yang

sejak 4 (empat) tahun terakhir ini berdomisili Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman

Provinsi Sumatera Barat menyebabkan peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya

dan tenaga untuk melakukan penelitian lapangan (field research) guna mendapatkan

data primer yang relevan dan signifikan dalam menyempurnakan analisis penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan studi pustaka (library research) sebagai alat

pengumpul data untuk memperoleh data sekunder. Studi pustaka sebagai teknik

pengumpulan data dilakukan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada, termasuk

peraturan perundang-undangan dan surfing di internet. Studi pustaka dilakukan dengan

memperhatikan beberapa karakteristik, yaitu relevansi dengan penelitian, akurasi data

dan aktualitas masalahnya.

Bahan-bahan hukum yang dikumpulkan melalui studi pustaka adalah data-data

(46)

sebagai perbandingan dan pedoman dalam menguraikan permasalahan yang dibahas.

Semua data yang telah dikumpulkan selanjutnya diseleksi dan diolah.

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang

didukung logika berpikir deduktif. Pendekatan kualitatif dalam analisis data ini

merupakan usaha menganalisis data secara mendalam dan integral (holistic), untuk

kemudian dilakukan penafsiran. Sesuai spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif

analitis, analisis data ditujukan untuk menggambarkan dan mengungkapkan

permasalahan yang terjadi dan sekaligus memahaminya, dan selanjutnya diharapkan

dapat memberikan solusi dalam penelitian ini.

Metode analisis kualitatif digunakan karena berbagai pertimbangan, sebagai

berikut:

Pertama, analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan. Kedua, data yang dianalisis beraneka ragam serta memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic), yang menuntut tersedianya informasi yang mendalam (indepth information).39

Berdasarkan pertimbangan ini, penggunaan metode analisis kualitatif diharapkan dapat

memberikan jawaban yang memuaskan atas permasalahan penelitian tesis ini.

39

(47)

5. Jalannya Penelitian

Penelitian tesis ini dimulai dengan penelitian kepustakaan (library research)

untuk memperoleh data sekunder. Seluruh data sekunder yang diperoleh dalam

penelitian ini dikumpulkan berdasarkan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data

terhadap bahan pustaka yang ada. Studi pustaka terutama ditujukan untuk terlebih

dahulu memahami berbagai teori, doktrin, peraturan perundang-undangan dan

konsepsi-konsepsi yang relevan dengan masalah penelitian ini.

Pengumpulan dan pengolahan data sekunder dimulai berdasarkan literatur dan

peraturan perundang-undangan yang relevan, baik yang langsung mengenai masalah

yang akan diteliti maupun yang dinilai berkaitan atau berhubungan. Pengumpulan dan

pengolahan data ditujukan guna memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis ilmiah

dan bahan-bahan yang bersifat yuridis normatif sebagai pedoman dan perbandingan

dalam memahami dan menguraikan permasalahan yang dibahas.

Data sekunder yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, selanjutnya

diseleksi, diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, dan kemudian diolah supaya

dapat dihindarkan kesalahan dan kekurangan pada data-data tersebut. Dengan cara

demikian, diharapkan data yang diperoleh adalah reliable dan valid.

Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan

dengan tetap berada dalam lingkup permasalahan yang akan dijawab, yaitu dengan

mengaplikasikan teori, konsep dan norma hukum yang relevan untuk menjelaskan dan

menunjukkan hubungan atau komparasi terhadap data-data yang diperoleh di dalam

(48)

dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan hubungan

antara berbagai jenis data, sehingga selain mampu menggambarkan dan

mengungkapkan permasalahan yang terjadi, juga sekaligus diharapkan akan dapat

(49)

BAB II

PENTINGNYA KETERBUKAAN FAKTA MATERIL

DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA

A.Mekanisme Perdagangan Efek di Pasar Modal

Penjual dan pembeli di pasar modal (bursa efek) harus terdaftar dan menjadi

anggota sebelum melakukan jual-beli, dan sekuritas yang diperjualbelikan juga harus

merupakan sekuritas yang terdaftar. Anggota pasar modal di Indonesia adalah

pemegang saham dari pasar modal tersebut, sebab pasar modal Indonesia didirikan

dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor

1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, yang saat ini telah diganti dengan

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 8 UUPM menetapkan

bahwa yang dapat menjadi pemegang saham bursa efek adalah perusahaan efek yang

telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang

efek, dan izin tersebut dikeluarkan oleh Bapepam-LK.

Perdagangan efek berarti perdagangan surat berharga berbentuk efek yang

merupakan aset keuangan. Perdagangan efek ditandai dengan penyerahan fisik tanda

bukti penyerahan, antara lain saham, obligasi, waran, opsi dan rights. Hal yang sangat

menonjol dan merupakan ciri khas perdagangan efek dibandingkan perdagangan pada

umumnya adalah masalah informasi yang bersifat dominan dan krusial karena

Referensi

Dokumen terkait

Saran : Dari hasil penelitian ini disarankan kepada perawat untuk lebih meningkatkan kualitas pemberian discharge planning yang diberikan dengan meningkatkan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai

Setelah melihat pandangan Marx tentang pekerjaan manusia, kita akan melihat lebih jauh bagaimana manusia merasa terasing dalam pekerjaannya yang seharusnya

Demikian yang ditawarkan UPN Veteran dengan pembelajaran non – akademis yang dapat membentuk karateristik para mahasiswa-mahasiswinya dalam dunia kerja, dengan karakteristik

Tesis Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air PDAM Sumber ..... ADLN - Perpustakaan

Masih banyak kelemahan yang dihadapi UKM di Indonesia, kelemahan itu antara lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Return on asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba bersih sebelum pajak ). Semakin besar ROA,semakin besar pula

Pembuktian yang dilakukan oleh penuntut umum terhadap kasus penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri telah sesuai dengan ketentuan Pasal 184 ayat 1 huruf a, c, d