• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pasar Modal sebagai media investasi publik membutuhkan pengaturan yang mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat investor maupun masyarakat pada umumnya. Aliran dana yang demikian kompleks di Pasar Modal menuntut

ketentuan-ketentuan yang komprehensif, termasuk tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang semakin kuat.18

“Keterbukaan ini diharuskan karena pada dasarnya para calon investor (pemodal) mempunyai hak untuk mengetahui secara detail mengenai segala sesuatu tentang bisnis perusahaan, dimana mereka akan menempatkan uangnya, maka untuk itu harus dapat dimengerti pula bahwa hal tersebut juga merupakan suatu tahap dari peralihan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik, yang merupakan suatu hal yang sangat menantang bagi pemilik dan manajemennya.”

Dikatakan oleh Asril Sitompul:

19

Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap potensi dana yang dimiliki masyarakat sangat penting artinya karena perusahaan yang bersangkutan akan memanfaatkan dana masyarakat yang relatif murah untuk kepentingannya sendiri.

Pasal 78 ayat (1) UU Pasar Modal mengharuskan keterbukaan fakta materil telah dimulai sejak prospektus perusahaan diajukan kepada Bapepam-LK dalam rangka penawaran perdana (Initial Public Offering atau IPO) di Bursa Efek.

20

18

Erman Rajagukguk, “Peranan Hukum dalam Pembangunan pada Era Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia,” disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 4 Januari 1997, hal.14.

19

Asril Sitompul, (I), Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal.56.

20

Penawaran umum akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pemilikan perusahaan. Ini disebabkan porsi pemilikan suatu perusahaan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan modal yang ditanamkan investor pada perusahaan tersebut. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.5. Pendapat ini senada dengan Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal.47, yang menyatakan besarnya pemilikan tergantung dari besarnya persentase saham yang dimiliki oleh penanam modal.

Setiap calon emiten (perusahaan publik) demi hukum secara institusional mempunyai tanggung jawab menyampaikan kebenaran informasi materil di dalam prospektus kepada publik sebelum adanya ijin melakukan penawaran umum oleh Bapepam-

LK.21

Keharusan keterbukaan (disclosure) dalam Hukum Pasar Modal

mengandung aspek yang cukup luas, sehingga Bapepam-LK mewajibkan pihak manajemen perusahaan untuk membuka seluruh informasi yang dibutuhkan publik. Keterbukaan mencakup pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan publik dan kemudian menyediakannya secara jelas, terbuka dan benar, guna meningkatkan minat investor. Prinsip keterbukaan ini salah satunya tampak dalam peraturan yang menegaskan bahwa setiap prospektus (dokumen penawaran) dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta materil (misrepresentation), atau tidak

memuat keterangan yang benar tentang fakta materil (omission), yang diperlukan

agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan (misleading).

Kewajiban ini bukan hanya dibebankan kepada direksi dan komisaris perusahaan, tetapi juga setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada Bapepam-LK, termasuk penjamin emisi efek dan profesi penunjang Pasar Modal yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran.

Ketentuan ini dapat diterima secara teoritis, sebab publik menilai kelayakan berinvestasi pada suatu perusahaan publik adalah berdasarkan prospektus yang diajukan perusahaan tersebut.

22

Dikatakan oleh Bismar Nasution, bahwa prinsip keterbukaan merupakan jiwa Pasar Modal, sedangkan fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan

21

Sri Redjeki Hartono, (I), Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hal.48-49.

22

tersebut.23

Ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal, yaitu:

Artinya, prinsip keterbukaan mengacu kepada analisis tuntas terhadap esensi dan batasan fakta materil.

24

1. Prinsip keterbukaan berfungsi memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Keputusan investor untuk melakukan investasi terbentuk oleh penilaian dan pilihan terhadap kelengkapan, kejelasan dan kepastian informasi yang diberikan oleh emiten, sehingga kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar ditentukan oleh adanya keterbukaan dalam Pasar Modal.

2. Prinsip keterbukaan berfungsi utama menciptakan mekanisme pasar yang efisien, baik dalam penciptaan harga, pengalokasian modal maupun perlindungan investor. Berfungsinya keterbukaan menyebabkan pelaku pasar dapat melakukan

market discipline, sebab terbukanya arus informasi berperan menciptakan

informasi yang benar dan akurat. Harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia, sehingga manajemen perusahaan harus menjaga harga pasar dan peluang penjualan saham dengan mengemukakan informasi yang relevan.

3. Prinsip keterbukaan berperan penting untuk mencegah penipuan (fraud),

termasuk mencegah terjadinya penyesatan dan kekeliruan informasi yang diperoleh investor.

23

Dikatakan Bismar Nasution, prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di Pasar Modal, sekaligus merupakan jiwa Pasar Modal itu sendiri. Lebih lanjut dikatakannya, karena prinsip keterbukaan adalah jiwa Pasar Modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang bagaimana sesungguhnya pelaksanaan prinsip keterbukaan dan penentuan fakta materil di Indonesia. Lihat, Bismar Nasution, (I), op.cit., hal. 1.

24

Perusahaan- perusahaan publik semakin banyak bergantung pada modal ekstern ( modal ekuitas dan pinjaman) guna pembiayaan aktifitas perusahaan, melakukan investasi dan menciptakan pertumbuhan. Untuk kepentingan pihak pemodal ekstern, perusahaan perlu meyakinkan mereka bahw a manajemen

akan melakukan tindakan terbaik untuk kepentingan perusahaan dengan menggunakan dana- dana tersebut secara tepat dan efisien.

Kepastian seperti ini diberikan oleh sistem “tata kelola perusahaan yang baik”, atau lebih dikenal dengan istilah “Go o d Co r p o r at e

Go v er n an ce”, dan selanjutnya akan dipakai singkatan “GCG”, yang

dapat diartikan sebagai:

“sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (sh ar eh o ld er s

v alu e) serta mengakomodasi berbagai pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan”.25

Pengertian ini menunjukkan bahw a GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, yaitu menyangkut seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus ( pengelola perusahaan) , pihak kreditor, pemerintah, karyaw an, serta para pemegang kepentingan intern

25

Eddi Wibowo, Tomo HS, dkk., Memahami Good Government Governance dan Good Corporate Governance, (Yogyakarta: Penerbit YPAPI, 2004), hal.85.

dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak- hak dan kew ajiban mereka.26

GCG mensyaratkan adanya struktur dan perangkat untuk mencapai tujuan dan pengaw asan atas kinerja. Penerapan GCG akan mampu memberikan insentif yang baik bagi manajemen

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki perusahaan dan pemegang saham, dan juga memfasilitasi pemonitoran yang efektif

guna mendorong perusahaan menggunakan sumber daya secara efisien.27

a. Fair n ess ( Kew ajaran) .

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting GCG ini, Or g an izat io n f or Eco n om ic Co r p o r at io n an d Dev elo p m en t ( OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip- prinsip GCG

yang dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi di masing- masing negara. Prinsip- prinsip yang

dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup empat bidang utama, yaitu:

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi

yang penting serta melarang pembagian untuk pihak

26

Lihat, I Nyoman Tjager, et.al., Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: Prenhallindo, 2003), hal.25-26.

27

sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (in sid er t r ad in g) .

b. Disclo su r e an d Tr an sp ar an cy ( Keterbukaan dan

Transparansi) .

Hak- hak para pemegang saham atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada w aktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan- perubahan

yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaaan.

c. Acco u n t ab ilit y ( Akuntabilitas) .

Tanggung jaw ab manajemen melalui pengaw asan yang efektif berdasarkan b alan ce o f p o w er ( keseimbangan kekuasaan) antara manajer, pemegang saham, Dew an

Komisaris, dan auditor, merupakan bentuk

pertanggungjaw aban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

d. Resp o n sib ilit y ( Pertanggungjaw aban) .

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara

perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, perusahaan yang

sehat dalam aspek keuangannya.28

Setiap perusahaan harus menyadari betapa pentingnya penerapan GCG karena manfaat GCG dapat dipetakan ke dalam

lima kelompok, yaitu:

Prinsip- prinsip ini diharapkan menjadi rujukan bagi pemerintah dalam membangun ruang lingkup bagi penerapan GCG. Bagi pelaku

usaha dan Pasar Modal, prinsip- prinsip ini dapat menjadi pedoman dalam menentukan tindakan terbaik untuk peningkatan nilai dan

keberlangsungan perusahaan.

28

a. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

b.Mendapatkan co st o f cap it al yang lebih murah.

c. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

d. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan sh ar eh o ld er s

dan st ak eh o ld er s terhadap perusahaan.

e. Melindungi Direksi, Komisaris/ Dew an Pengurus dari tuntutan hukum.29

Manfaat- manfaat yang akan diperoleh perusahaan dengan menerapkan GCG ini tentunya akan meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik dan yang paling

utama adalah menghasilkan kemajuan bagi perusahaan.

Dokumen terkait