SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI CREDIT
UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, 1988 - 1998
Skripsi Sarjana
Disusun Oleh,
ODORANTA SEMBIRING NIM : 040706003
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, 1988-1998
Yang Diajukan Oleh : Nama : Odoranta Sembiring
NIM : 040706003
Telah disetujui untuk selanjutnya diajukan dalam ujian skripsi sarjana sastra.
Pembimbing,
Dra. Fitriaty Harahap, S.U.
NIP : 195406031983032001 Tanggal : ………
Ketua Departemen Sejarah,
Dra. Fitriaty Harahap, S.U.
NIP : 195406031983032001 Tanggal : ………
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, 1988-1998
Skripsi Sarjana
Dikerjakan Oleh :
Nama : Odoranta Sembiring NIM : 040706003
Pembimbing,
Dra. Fitriaty Harahap, S.U.
NIP : 195406031983032001 Tanggal : ………..
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
dalam bidang Ilmu Sejarah.
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Pengesahan Ketua
Disetujui oleh,
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Medan
Departemen Sejarah
Ketua,
Dra. Fitriaty Harahap, S.U.
NIP : 195406031983032001
Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana oleh Dekan dan Panitia Ujian
Pengesahan
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Fastra USU
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra
Dalam Bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara di Medan
Pada
Hari/Tanggal : ……….
Waktu : ……….
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP : 195110131976031001
Panitia Ujian,
No. Nama Ttg.
1. ………. ( ……….. )
2. ………. ( ……….. )
3. ………. ( ……….. )
4. ………. ( ……….. )
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmatNyalah penulis pada akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Koperasi
Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, 1988 – 1998.” Penulis
menganggap hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga
penulis sangat mengharapkan pendapat dan masukan yang positif melalui kritik
dan saran dari berbagai pihak dalam menyempurnakannya lagi. Selain itu,
penulis juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah suatu kejadian yang
sangat umum terjadi di daerah-daerah pedesaan, tidak hanya di pedesaan saja
melainkan juga meliputi daerah-daerah perkotaan, dimana kekurangan modal
adalah suatu hal yang sangat menonjol dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Terkadang untuk menutupi kekurangan modal tadi masyarakat harus lebih bisa
mengatur manajemen keuangan rumah tangganya dengan lebih efisien untuk
memenuhi kekurangan modal dan memenuhi kebutuhan ekonominya.
Keadaan seperti inilah yang sering dimanfaatkan para rentenir untuk
menjalankan pekerjaannya. Penduduk desa yang kekurangan modal tadi dengan
terpaksa harus meminjam kepada rentenir tersebut, dengan suku bunga yang
Namo Rambe yaitu untuk menolong masyarakat desa dari jeratan para
rentenir.
Selain untuk memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan dalam bidang ilmu sejarah, sekripsi ini juga menjadi sebuah
referensi yang baik dalam memahami fenomena sosial yang ditransformasikan
dalam pendekatan ilmu sejarah. Dengan demikian, uraian dalam skripsi dapat
membantu kepada semua pihak, terutama kepada generasi sejarawan muda,
dalam memahami masalah-masalah sosial di sekitar kita yang dideskripsikan
secara lebih khusus dalam ruang lingkup mikro.
Medan, September 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang mendukung dan membantu bukan hanya dalam
penyelesaian tugas akhir ini tetapi juga sejak awal mengikuti kegiatan
perkuliahan pada program Strata I Ilmu Sejarah, Departemen Sejarah, Fakultas
Sastra USU.
Sebagai ucapan terima kasih yang paling utama penulis persembahkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan anugerah
berupa kesehatan, rezeki, kemampuan berpikir dan lainnya, sehingga penulis
merasa mampu dan dapat menyelesaikan pendidikan Strata I dengan lancar dan
sukses.
Penulis juga mempersembahkan skripsi ini khusus untuk keluarga
penulis sebagai ucapan terima kasih dan do’a yang sedalam-dalamnya, terutama
kepada kedua orang tua penulis, masing-masing Bapakku yang tersayang
Nurdin Sembiring dan Ibuku yang terkasih Rosmailim Br Saragih Sigaringging. Selain itu penulis juga memberikan semangat kepada adik-adik
kandung penulis, masing-masing Imelda Mawarni Br Sembiring yang sedang
menimba ilmu pada program Strata I Jurusan Tata Busana Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan dan Fransiska Br Sembiring yang sedang
mendalami pekerjaannya, semoga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik lagi
Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada segenap pejabat, staf
pengajar, dan staf administrasi Fakultas Sastra, dan Departemen Sejarah USU,
yang telah memberikan sumbangan dan bantuan berharga, baik dalam
penyelesaian masalah-masalah administrasi maupun kegiatan perkuliahan,
diantaranya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultras Sastra USU.
2. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U., selaku Ketua Departemen Sejarah USU
dan Dosen Pembimbing Skripsi bagi penulis.
3. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Sejarah USU.
4. Segenap Staf Pengajar pada Departemen Sejarah USU, seperti Bapak Drs.
J. Fachruddin Daulay, Ibu Dra. Farida Hanum, M.SP., Ibu Dra. Ratna, M.S., Bapak Drs. Samsul Tarigan, Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum., Bapak Drs. Bebas Surbakti, Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum., Bapak Drs. Budi Agustono, M.S., Ibu Dra. Penina, M.S., Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., Bapak Drs. Timbun Ritonga, Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP., Ibu Dra. Haswita, M.SP., Ibu Dra. Junita S. Ginting M.Si., Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si., Ibu Dra. S.P. Dewi Murni, M.A., Bapak Drs. Sofyan Effendi, Dplm.H., dan seluruh staf pengajar yang tidak mungkin
disebutkan secara keseluruhan.
5. Para Staf Pengajar Departemen Sejarah yang telah tiada, seperti Ibu Dra.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dewan penasehat dan
para pengurus Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe yang
memberikan waktunya sehingga penulis dapat mengumpulkan data-data yang
sangat berharga untuk penyelesaian tugas akhir. Adapun diantaranya kepada
Ketua Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe Ibu Ras Kita
Br Tarigan, Yayasan Ate Keleng Sibolangit, juga kepada Ibu Kelara Br Singarimbun, Kakak Rutnawati Br Sinuhaji, Kakak Cinta Ria Br Barus
dan ibu-ibu lainnya.
Terima kasih juga kepada Kepala dan Staf Kecamatan Namo Rambe,
serta Kepala dan Perangkat Desa Namo Rambe atas bantuan-bantuan yang
diberikan selama penulis mengadakan studi kearsipan mengenai Desa Namo
Rambe, termasuk juga kepada Kepala dan Staf BPS Kabupaten Deli Serdang.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
akademis yang telah mendukung dan membantu secara moril dan materil sejak
awal kegiatan perkuliahan hingga penyelesaian skripsi, masing-masing kepada:
1. Para senioran Program Studi Ilmu Sejarah, seperti Nasrul Hamdani, S.S.,
Bohal Prayudi, S.S., Dedi Supriadi, S.S., dan lain-lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
2. Rekan-rekan seangkatan 2004, seperti Deni, Ain, Oriza, Debi, Piolina,
3. Rekan-rekan junioran, seperti Firman, Halason (Wa’ Genk), Jomenda,
Edu, Putra, Jackson, A’an, Budi, Aka, Derni, Mohan dan
semua-semuanya.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan,
kenalan, teman dan orang-orang yang telah dianggap sebagai keluarga, seperti:
1. Kawan-kawan satu gang pembangunan, terutama Danny Simanjuntak
(Dayak), Iwan Simorangkir (Kedan Iwox), Jhon Purba dan satu
gerombolan STM Satahi Saholoan.
2. Keluarga T. Simorangkir, terutama kepada kekasihku Nengli Sartika
Simorangkir yang telah banyak memberikan bantuan do’a kepada penulis.
3. Kepada keluarga besar GBKP Runggun Teladan Medan.
4. Kepada seluruh keluarga Wardika Aryandi yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir penulis.
5. Orang-orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
DAFTAR ISI
2.2. Struktur Pemerintahan………... 15
2.3. Keadaan Penduduk………. 17
BAB III. BERDIRINYA KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 – 1998 3.1. Sejarah dan Perkembangan Koperasi Credit Union di Indonesia……… …. 23
3.2. Latar Belakang Berdirinya Koperasi Credit Union Desa Namo Rambe Pada Tahun 1988……… 29
BAB IV. DAMPAK BERDIRINYA KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 – 1998
4.1. Dalam Bidang Ekonomi……… … 52 4.2. Dalam Bidang Sosial……….. … 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………... … 57 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
menurut Mata Pencaharian………. 20 Tabel 5. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998,
menurut Agama………. 21 Tabel 6. Penduduk Desa namo Rambe tahun 1998,
menurut Tingkat Pendidikan……….. 22 Tabel 7. Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi
Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe,
pada tahun 1988 – 1998……… 40 Tabel 8. Jumlah Anggota Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa namo Rambe pada tahun
1988 – 1998, menurut Sistem Keanggotaannya……… 42 Tabel 9. Anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras Tabel 11. Jumlah Kekayaan Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa Namo Rambe
Tabel 12. Penyesuaian Besar dan Jangka Waktu Pinjaman pada Koperasi Credit Union Gunanta Ras
Desa Namo Rambe hingga tahun 1998…... … 48
II. BAGAN
Bagan 1. Struktur Pemerintahan Desa Namo Rambe………....…. 16
Bagan 2. Struktur Kepengurusan Koperasi Credit Union
ABSTRAK
Ketersediaan modal yang terbatas menjadi ciri umum ekonomi pedesaan di
Indonesia. Masyarakat pedesaan biasanya mengalami kesulitan permodalan
akibat mengadopsi sistem manajemen keuangan yang salah dan kurang adaptif
dalam menghadapi proses globalisasi ekonomi yang semakin meluas. Perilaku
ekonomi yang cenderung statis seperti ini menyebabkan kehidupan ekonomi
masyarakat pedesaan selalu tergantung pada sistem ekonomi yang telah ada.
Ketergantungan terhadap sistem ekonomi yang statis inilah yang kemudian
semakin menekan kemampuan permodalan tiap individu, sehingga aktifitas
ekonomi menjadi terhambat sepenuhnya. Kemampuan permodalan yang rendah
sebaiknya diselesaikan dengan metode ekonomi yang lebih teratur dan efektif.
Solusi ekonomi yang paling baik ialah memberikan pemahaman kepada
masyarakat pedesaan tentang manajemen keuangan yang tepat sesuai dengan
kondisi ekonomi yang sedang berjalan. Salah satu orientasinya ialah
mengarahkan masayarakat pedesaan untuk memahami prinsip-prinsip ekonomi
komunal melalui media koperasi dengan mementingkan azas kekeluargaan dan
kepercayaan di masing-masing individu dalam mengatasi masalah-masalah
ekonomi yang dihadapinya, terutama akibat keterbatasan modal ekonomi dan
ABSTRAK
Ketersediaan modal yang terbatas menjadi ciri umum ekonomi pedesaan di
Indonesia. Masyarakat pedesaan biasanya mengalami kesulitan permodalan
akibat mengadopsi sistem manajemen keuangan yang salah dan kurang adaptif
dalam menghadapi proses globalisasi ekonomi yang semakin meluas. Perilaku
ekonomi yang cenderung statis seperti ini menyebabkan kehidupan ekonomi
masyarakat pedesaan selalu tergantung pada sistem ekonomi yang telah ada.
Ketergantungan terhadap sistem ekonomi yang statis inilah yang kemudian
semakin menekan kemampuan permodalan tiap individu, sehingga aktifitas
ekonomi menjadi terhambat sepenuhnya. Kemampuan permodalan yang rendah
sebaiknya diselesaikan dengan metode ekonomi yang lebih teratur dan efektif.
Solusi ekonomi yang paling baik ialah memberikan pemahaman kepada
masyarakat pedesaan tentang manajemen keuangan yang tepat sesuai dengan
kondisi ekonomi yang sedang berjalan. Salah satu orientasinya ialah
mengarahkan masayarakat pedesaan untuk memahami prinsip-prinsip ekonomi
komunal melalui media koperasi dengan mementingkan azas kekeluargaan dan
kepercayaan di masing-masing individu dalam mengatasi masalah-masalah
ekonomi yang dihadapinya, terutama akibat keterbatasan modal ekonomi dan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri umum yang melekat dalam masyarakat pedesaan
Indonesia adalah permodalan yang lemah.1 Hal ini disebabkan oleh aktifitas
ekonomi yang cenderung statis karena gambaran pedesaan di Indonesia pada
umumnya ditentukan oleh pola agraris yang ada. Padahal, permodalan
merupakan unsur yang utama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf
hidup masyarakat pedesaan itu sendiri.2
Walaupun demikian, di daerah pedesaan banyak pihak yang telah
beroperasi menawarkan permodalan atau dana melalui sistem kredit.
Kekurangan modal ini sangat
membatasi ruang gerak aktifitas usaha masyarakat pedesan, yang ditujukan
untuk meningkatkan pendapatan dengan kepemilikan dana yang terbatas,
sementara sumber dana dari luar yang biasa membantu mengatasi kekurangan
modal ini tidak mudah diperoleh, telah membuat semakin sulitnya usaha-usaha
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan itu dengan cepat.
3
1
Modal lemah merupakan suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan produksi untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal.
2
Dalam dunia ekonomi, modal dapat dikatakan sebagai seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh orang-perorang atau perusahaan, sehingga keberadaannya menjadi faktor produksi yang paling penting. Lihat dalam: Anwas Adiwilaga, Ilmu Usaha Tani, Bandung: Alumni, 1975, hal. 82-112
3
Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi kepada suatu masa tertentu yang akan disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. Lihat: Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar Kredit dan Teknik Managemen Kredit, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal. 3
kredit menjadi metode pengembangan ekonomi yang paling efektif di wilayah
pedesaan, karena proses pengembalian pinjaman dilakukan secara bertahap,
sehingga paling cocok diterapkan di daerah pedesaan dengan kemampuan
ekonomi yang rendah. Rentenir atau pelepas uang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses permodalan dalam pedesaan.4
Di saat inilah lembaga kredit formal, baik yang berasal dari perusahaan
keuangan (BANK) maupun lembaga pedesaan dapat menunjukkan kinerjanya.
Solusi permodalan seperti ini di Indonesia umumnya disebut sebagai kredit
umum pedesaan (KUPEDES), yaitu kredit modal yang diberikan untuk
mengembangkan atau meningkatkan usaha-usaha kecil yang sudah ada di
pedesaan, baik usaha-usaha yang sebelumnya pernah dibantu dengan fasilitas
kredit mini (kredit) midi dan jenis kredit yang lain maupun usaha-usaha dari
calon nasabah baru. Adapun tujuannya ialah untuk membiayai keperluan
investasi maupun modal kerja dalam rangka peningkatan usaha di semua sektor Penduduk
pedesaan biasanya memberikan jaminan berupa harta benda yang dimilikinya
atau memberikan bunga pinjaman yang cukup besar kepada kreditor perorangan
tersebut, sehingga terkadang menyulitkan dikemudian hari apabila efektifitas
modal tidak berjalan dengan baik, yang menyebabkan akumulasi pinjaman dan
bunga semakin besar dan sulit untuk ditanggulangi.
4
ekonomi di pedesaan, selain juga diharapkan dapat mengurangi ruang gerak
para kreditor perorangan atau rentenir di pedesaan.5
Walaupun lembaga kredit formal telah cukup membantu dalam
pengadaan modal di pedesaan, namun demikian, banyak juga lembaga kredit
nonformal yang berdiri sendiri untuk mempermudah pengadaan modal dengan
persyaratan administrasi yang lebih mudah.
Semenjak ditetapkannya Undang-Undang No.11 Tahun 1953 tentang
Pokok Bank Indonesia dan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1955 tentang
Pengawasan Terhadap Urusan Kredit, sistem kredit di Indonesia telah berada
pada posisi yang legal dan dapat menjamin investasi positif di seluruh wilayah
Indonesia. Sejak saat itu lembaga-lembaga kredit formal mulai memperlihatkan
fungsinya dalam meningkatkan roda perekonomian nasional, termasuk di
wilayah pedesaan yang memiliki banyak masalah dalam hal permodalan.
6
5
Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 47-50.
6
Lembaga kredit nonformal adalah lembaga kredit yang bukan berada dalam naungan pemerintah dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat yang bersangkutan.
Biasanya lembaga kredit nonformal
ini hanya melayani proses kredit di wilayah-wilayah tertentu dan diawasi serta
diselenggarakan oleh masyarakatnya sendiri sebagai anggota demi kemajuan
ekonomi wilayah mereka sendiri. Selain itu, aparatur desa dapat berperan
dalam menjaga dan mengawasi kinerja lembaga-lembaga kredit nonformal ini,
demi kenyamanan masyarakat dalam menjalankan aktifitas ekonominya dan
Salah satu lembaga kredit nonformal yang sangat berperan dalam
membangun perekonomian dalam wilayah pedesaan, terutama di Indonesia
adalah Koperasi Credit Union. Lembaga ini pada dasarnya merupakan lembaga
kredit yang mengusahakan pengadaan modal bagi para anggotanya secara
swadaya, sehingga tidak memerlukan proses administrasi yang rumit. Selain itu,
proses kredit yang berjalan dapat terjamin keamanan dan kenyamanannya
karena anggota-anggotanya memiliki latar belakang yang cenderung sama, baik
dalam lingkungan tempat tinggal, profesi maupun kegiatan kelembagaan,
sehingga mereka sudah saling mengenal sifat satu sama lainnya.
Koperasi Credit Union pertama kali terbentuk di Eropa, tepatnya di
Jerman pada tahun 1849. Gagasan ini dipelopori oleh Walikota Flammersfield
yang bernama Frederich Wilhelm Raiffeisen. Model pengusahaan modalnya
sangat sederhana dan dikenal dengan 3 (tiga) prinsip utama Credit Union,
yaitu;
1. Tabungan (modal), yang diperoleh hanya dari anggotanya sendiri.
2. Pinjaman, yang hanya diberikan kepada anggotanya sendiri.
3. Watak, sebagai jaminan terbaik bagi peminjam.
Sementara itu, Kredit Credit Union di Indonesia pertama kali
diperkenalkan oleh seorang Pastor katolik asal Jerman bernama Karl Albrecht
Karim Arbie S.J. pada tahun 1967, yang selanjutnya di tahun 1970 membentuk
CUCO (Credit Union Concelling Office) di Jakarta. Pada tahun 1981, diadakan
Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dengan Robby Tulus sebagai ketuanya.
Adapun fungsi dari Credit Union Conceling Office (BK3I), yaitu:
1. Memberikan konsultasi.
2. Menyediakan bahan dan program pelatihan.
3. Menyelanggarakan kursus-kursus dan pelatihan.
4. Menyebarkan informasi tentang Credit Union.
5. Merintis pembentukan badan koordinasi koperasi kredit di daerah.7
Di Propinsi Sumatera Utara, sistem Koperasi Credit Union sebenarnya
telah berkembang dengan cukup baik. Salah satu contoh model Koperasi Credit
Union yang cukup dikenal di wilayah pedesaan ialah Koperasi Credit Union
Gunanta Ras di Desa Namo Rambe. Sejak berdiri pada tahun 1988, pengaruh
yang positif tampak jelas dengan meningkatnya ketersediaan modal dalam
menjamin berkembangnya proses investasi jangka panjang. Selain disebabkan
oleh proses kredit yang lebih mudah, manajemen dalam kelembagaan ini juga
berjalan dengan baik. Dengan kata lain, Koperasi Credit Union Gunanta Ras
menjadi salah satu lembaga kredit nonformal yang menonjol dalam membangun
ekonomi pedesaan di Indonesia.
Sebelum hadirnya Koperasi Credit Union Gunanta Ras, kehidupan
penduduk Desa Namo Rambe tidak lepas dari lilitan hutang. Kekurangan
modal adalah faktor utama yang menyebabkan mereka jatuh ketangan para
“ijon” atau para “rentenir.” Tidak jarang untuk membayar hutang yang mereka
7
pinjam dari para rentenir tesebut, mereka terpaksa menjual tanah mereka. Ini
sangatlah membahayakan, karena pada umumnya para penduduk Desa Namo
Rambe hidup dari sektor pertanian, dan apabila tanah yang digunakan sebagai
tempat mereka mencari nafkah terjual maka sangatlah membahayakan bagi
mereka, karena para petani akan mengalami kehilangan mata pencaharian
mereka.
Melihat keadaan yang memprihatinkan ini, maka dibentuklah progam
Koperasi CU (Credit Union) Gunanta Ras di Desa Namo Rambe pada tahun
1988 yang di bentuk dari Lembaga Gereja (Partisipasi Pembangunan GBKP).
Anggota Partisipasi Pembangunan (Parpem) yang pertama membawa dan
memperkenalkan program Koperasi Credit Union ini adalah Ibu Sarintan Br
Barus. Sebelum berdirinya koperasi ini, beliau sudah aktif memperkenalkan apa
itu sistem Koperasi Credit Union dan apa-apa yang menjadi kelebihan kalau
kita membentuk dan masuk menjadi anggota.
1.2. Rumusan Masalah.
Menonjolnya peranan Koperasi Credit Union Gunanta Ras dalam
meningkatkan pengadaan modal ekonomi di wilayah pedesaan, khususnya dalam
memperbaharui kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Namo Rambe
menyebabkan peneliti berkeinginan untuk membahas salah satu lembaga kredit
Berpedoman dari permasalahan tersebut maka pokok permasalahan yang
akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang dan proses berdirinya Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988?
2. Bagaimana mekanisme kerja dan perkembangan Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa Namo Rambe sejak tahun 1988-1998?
3. Dampak berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras bagi kehidupan
ekonomi anggotanya?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penulis untuk mengadakan penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan latar belakang dan proses berdirinya Koperasi Credit
Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988.
2. Untuk menjelaskan mekanisme kerja dan perkembangan Koperasi Credit
Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe sejak tahun 1988-1998.
3. Untuk menjelaskan dampak berdirinya Credit Union Gunanta Ras bagi
kehidupan ekonomi anggotanya.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya ialah:
1. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai sarana meningkatkan kreatifitas dan
motivasi bagi peneliti untuk menghasilkan karya-karya historiografi yang
lebih baik, sekaligus melengkapi persyaratan tugas akhir (skripsi) pada
2. Memberikan tambahan referensi bagi dunia akademis mengenai dinamika
permasalahan sosial yang penting untuk dilakukan penelitian yang lebih
mendalam.
3. Memberikan solusi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat untuk
mengatasi masalah-masalah pembangunan ekonomi, khususnya dalam hal
permodalan di wilayah pedesaan.
1.4. Tinjauan Pustaka
Untuk memudahkan penelitian, digunakan beberapa literatur penunjang
yang dapat membatu dan memahami masalah penelitian. Dalam buku yang
disunting oleh Thomas Suyatno, dkk berjudul Dasar-Dasar Perkreditan,
menjelaskan bahwa kebutuhan manusia yang beraneka ragam akan selalu
meningkat, sementara kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan
cenderung terbatas, sehingga terjadilah kesenjangan antara kemampuan dan
cita-cita. Dalam proses ekonomi, untuk meningkatkan usaha atau daya guna suatu
barang, diperlukan bantuan dalam bentuk tambahan modal. Di saat inilah kredit
menjadi solusi ekonomi yang paling tepat dan efisien. Kredit yang diberikan
oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas dasar kepercayaan. Ini berarti bahwa
suatu lembaga kredit baru akan memberikan modal pinjaman kalau ia
betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang
diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui
Mubyarto dan Edy Suandi Hamid dalam bukunya yang berjudul Kredit
Pedesaan di Indonesia, menyatakan bahwa permodalan merupakan unsur yang
sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup
masyarakat pedesaan. Berbagai penjelasan mengenai sistem perkreditan di
pedesaan beserta masalah-masalah yang kemudian dihadapi oleh penduduk
pedesaan menjadi fokus utamanya. Akan tetapi, masalah yang paling disoroti
adalah terhadap peran negatif dari para rentenir yang turut memperburuk
kemampuan ekonomi penduduk pedesaan. Dengan demikian, penjelasan dalam
buku tersebut sangat berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini.
Lembaga penelitian pertanian dan pedesaan bernama Prosiding Patanas,
meluncurkan sebuah buku yang berjudul Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju
Struktur Ekonomi Berimbang juga memberikan pemahaman bahwa dinamika
pedesaan merupakan salah satu kunci utama dalam perumusan kebijaksanaan
pembangunan pertanian yang tangguh. Pentingnya pemahaman tersebut lebih
menonjol lagi karena sektor pertanian masih tetap menjadi sektor penting
dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian tetap diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, mendorong menyediakan
kesempatan kerja, dan penghasil devisa. Sejalan dengan proses pembangunan
nasional yang terus berlanjut, ekonomi pedesaan mengalami perubahan
sturktural secara dinamis. Peningkatan rata-rata tingkat pendidikan dan
pendapatan rill serta makin terbukanya daerah pedesaan merupakan faktor
Anne Booth dan Peter McCawley dalam buku yang berjudul Ekonomi
Orde Baru, menyatakan kebijaksanaan pangan pada masa awal Orde Baru,
seperti diungkapkan dalam Repelita I, memberi tekanan dalam bidang produksi
dan konsumsi beras. Pada waktu itu kebijaksanaan beras adalah identik dengan
kebijakan pangan. Alat-alat kebijaksanaan yang digunakan tidak banyak berbeda
dengan alat-alat kebijaksanaan sebelumnya. Perbedaannya terletak pada
perencanaan yang lebih baik, keahlian yang lebih mantap dan konsistensi yang
makin besar dalam pelaksaaan alat-alat kebijaksanaan tersebut. Menjelang akhir
tahun 70-an, setelah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia
dihadapkan pada pilihan sulit di bidang kebijaksanaan pangan, yang merupakan
konsekuensi dari keberhasilan kebijaksanaan beras pembangunan ekonomi.
1.5. Metode Penelitian
Untuk menghasilkan suatu karya historiografi yang baik, maka metode
sejarah merupakan langkah yang paling tepat. Metode sejarah adalah suatu
proses yang benar berupa aturan-aturan yang dirancang untuk membantu
dengan efektif dalam mendapatkan suatu sejarah.8
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik
atau mengumpulkan bahan-bahan sebanyak-banyaknya yang memberi penjelasan
tentang masalah penelitian ini. Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan
tertulis yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, notulen, hasil laporan
penelitian, dan data-data yang diperoleh dari jaringan internet.
Setelah itu, dilakukan kritik sumber, untuk memeriksa keabsahan sumber
melalui kritik intern yang ditujukan untuk memperoleh fakta yang kredibel
dengan cara menganalisis isi atau penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik
ekstern, untuk memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti keaslian
sumber.
Interpretasi menjadi metode yang dilakukan selanjutnya, yang ditujukan
untuk menafsirkan fakta-fakta terpilih dan menghasilkan data yang valid.
Terakhir, dilakukan metode penulisan sejarah atau hisoriografi, dengan
menyusun data-data secara kronologis dan sistematis, sehingga hasil penelitian
berbentuk deskriptif naratif.
1.6. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini dibuat dalam bentuk karya historiografi, yaitu terdiri
dari 5 (lima) bab utama. Bab I merupakan uraian tentang latar belakang
masalah penelitian, yang berfungsi sebagai pengantar dalam memahami masalah
penelitian. Uraian ini pula yang pada awalnya merupakan bagian dari rencana
penelitian formal. Adapun uraiannya berhubungan dengan uraian yang mendasar
tentang masalah permodalan secara umum, yang terdiri atas latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
Bab II menguraikan tentang gambaran umum wilayah penelitian, yaitu
tentang gambaran umum Desa Namo Rambe hingga tahun 1998. Sub-sub
Babnya menguraikan tentang kondisi geografis, struktur pemerintahan dan
keadaan penduduk Desa Namo Rambe.
Bab III akan dipaparkan penjelasan mengenai berdirinya Koperasi Credit
Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988.
Kemudian bab IV menguraikan tentang dampak berdirinya Koperasi
Credit Union Gunata Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988-1998 terhadap
kehidupan ekonomi anggota-anggotanya.
Selanjutnya pada bab V berisi tentang kesimpulan hasil penelitian ini,
BAB II.
DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988
2.1. Kondisi Geografis
Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389
Ha atau sekitar 6,25 % dari seluruh wilayah Kecamatan Namo Rambe.9
ibukota sebagai pusat pemerintahan kecamatan.
10
Tanah-tanah di Desa Namo Rambe terdiri atas lapisan tanah aluvial
sehingga sangat cocok untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. Sebagian
besar penggarapan lahan diusahakan sebagai lahan tanaman pangan dan lahan
perkebunan. Adapun hasil-hasil pertanian di Desa Namo Rambe sebagian besar Di desa ini juga terdapat
3 aliran sungai utama yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka, yaitu
Sungai Petani, Sungai Bahorok dan Sungai Deli.
9
Kantor Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Deli Serdang Dalam Tahun 1995, Lubuk Pakam, 1996, hal.2
10
dipasarkan ke Kota Medan, seperti buah-buahan, beras, palawija dan
sayur-sayuran.
Adapun batas-batas wilayah administratif Desa Namo Rambe adalah
sebagai berikut;
- Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Kuta Tengah
- Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Tangkahan
- Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Namo Landur dan Desa Gunung
Berita
- Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu11
Letak Desa Namo Rambe dengan Kota Medan sangatlah dekat, hanya
berkisar 30 Km saja. Dengan jaraknya yang begitu dekat, maka dapat
dipastikan kalau masyarakat Desa Namorambe sudah sangat mudah untuk
melakukan interaksi dan beraktivitas secara tidak terbatas ke Kota Medan,
seperti melakukan aktifitas perdagangan, pendidikan, pekerjaan dan lain
2.2 Struktur Pemerintahan
Berdasarkan cerita yang dituturkan secara turun-temurun, Namo Rambe berasal dari kata “Namo” dan “Rambe” yang artinya tanaman rambe yang tumbuh di hulu. Pada awalnya Namo Rambe merupakan sebuah “Kuta” (kampung) dibuka oleh Raja Samuara. Secara turun-temurun, kepemimpinannya kemudian dilanjutkan kepada keturunan-keturunannya sebagai penghulu atau kepala kampung.
13
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Profil Kabupaten Deli Serdang, Lubuk Pakam, 2005, hal.2
yang terbagi dalam 4
wilayah dusun.
Kepala pemerintahan di Desa Namo Rambe dipegang oleh seorang
kepala desa. Dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, ia dibantu oleh
seorang sekretaris desa, beberapa staf/perangkat desa dan para kepala dusun.
Sementara itu, untuk menampung aspirasi masyarakat Desa Namo Rambe
terdapat pula Lembaga Musyawarah Desa (LMD) yang merupakan sarana
pertemuan aparatur desa, para pemuka masyarakat dan kepala dusun. Dalam
meningkatkan pembangunan pedesaan, maka kepala desa memerlukan
masukan-masukan pembangunan yang berasal dari masyarakat dalam bentuk organisasi
pedesaan, seperti LKMD, PKK dan lain-lain, termasuk pula Koperasi Credit
Bagan 1. Struktur Pemerintahan Desa Namo Rambe
Sumber : Kantor Desa Namo Rambe
Berikut ini adalah nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di
Desa Namo Rambe sejak tahun 1988 – 1998.
1. Satar Tarigan (1986 – 1991)
2. Mesin Pandia (1991 – 1996)
3. Poungik Barus (1996 – 2004)
Kepala Desa Organisasi Pedesaan
Lembaga Musyawarah Desa
Kepala Dusun
2.3. Keadaan Penduduk
Mayoritas penduduk Desa Namo Rambe merupakan masyarakat Karo.
Mereka merupakan suku asli di desa ini dan menggunakan Bahasa Karo
sebagai bahasa kesehariannya. Selain orang-orang Karo, banyak juga
masyarakat pendatang yang bermukim di desa ini, seperti masyarakat yang
berasal dari wilayah Tapanuli, Simalungun, Jawa dan Nias.
Tabel 1. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Suku Bangsa
No. Suku Bangsa Jumlah %
1. Karo 1.378 86,4
2. Jawa 78 4,9
3. Simalungun 49 3,1
4. Batak Toba 38 2,4
5. Lainnya 52 3,2
Jumlah 1.595 100,0
Sumber: Kantor Desa Namo Rambe, tahun 1998
Berdasarkan data penduduk pada tahun 1998, jumlah penduduk Desa
Namo Rambe sebanyak 1595 jiwa yang terdiri dari 415 kepala keluarga (kk),
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 658 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 937 jiwa. Jumlah penduduk produktif terhitung rendah,
usia 0 - 14 tahun. Ini menunjukan bahwa Desa Namo Rambe memiliki angka
kelahiran penduduk yang tinggi. Walaupun demikian, laju pertumbuhan
penduduk Desa Namo Rambe tergolong sangat rendah. Ini disebabkan karena
sebagian besar penduduk usia produktif meninggalkan desanya untuk bekerja,
sekolah ataupun menetap secara permanen di desa atau wilayah lain karena
pernikahan.
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pertumbuhan Penduduk Desa Namo Rambe, 1988 – 1998
Tabel 3. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah %
1. 0 - 4 tahun 289 jiwa 18,1
2. 5 - 9 tahun 406 jiwa 25,5
3. 10 - 14 tahun 192 jiwa 12,0
4. 15 - 24 tahun 351 jiwa 22,0
5. 25 - 49 tahun 187 jiwa 11,7
6. Di atas 50 tahun 170 jiwa 10,7
Jumlah 1.595 jiwa 100,0
Sumber : Kantor Desa Namorambe
Dengan kondisi wilayah yang sangat mendukung untuk usaha pertanian,
maka sebagian besar penduduk Desa Namo Rambe bermatapencaharian sebagai
petani/peladang. Mereka pada umumnya menanam jenis tanaman pangan,
seperti padi, jagung dan kacang-kacangan, serta sayur-sayuran seperti cabai,
jagung, kacang panjang, timun, buncis, dan tomat. Selain itu, penduduk juga
menanam tanaman keras seperti kelapa, cokelat, rambutan, durian, langsat dan
lain sebagainya. Selain bercocok tanam penduduk Desa Namo Rambe juga
banyak memelihara hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, unggas, babi,
dan ikan-ikan air tawar. Namun demikian, penduduk Desa Namo Rambe juga
mempunyai mata pencaharian lain selain sebagai petani, seperti pegawai negeri,
Tabel 4. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah %
1. Pegawai Negeri Sipil 25 orang 6,0
2. Pegawai Swasta 35 orang 8,4
3. Wiraswasta 38 orang 9,1
4. Pedagang 15 orang 3,3
5. Petani 303 orang 73,2
Jumlah 413 orang 100,0
Sumber : Kantor Desa Namo Rambe
Dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir sebagian penduduk Desa
Namo Rambe mempunyai mata pencaharian sebagai petani, namun tidak semua
petani memiliki lahan pertanian sendiri. Dari 303 penduduk yang
bermatapencaharian sebagai petani, sebanyak 71 orang diantaranya adalah petani
penyewa lahan dari penduduk setempat. Selain dari itu, terdapat juga di antara
mereka yang bekerja sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 15 penduduk.14 Dalam
tradisi masyarakat Karo para buruh tani ini juga disebut sebagai aron,15
14
Laporan Tahunan Desa Namo Rambe, tahun 1998, hal.3
dimana aron-aron ini dibagi dalam dua kelompok yaitu aron yang bekerja
Dilihat dari sistem kepercayaannya, sebagian besar penduduk Desa
Namo Rambe menganut agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik.
Sebelum mengenal agama, masyarakat Desa Namo Rambe mengenal sistem
kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang, dan benda-benda yang mereka
anggap keramat. Kepercayaan ini memang merupakan kepercayaan awal
masyarakat Karo sejak jaman dahulu. Aliran kepercayaan ini disebut dengan
istilah Pemena atau Parbegu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Agama
No. Agama Jumlah %
1. Kristen Protestan 987 orang 61,5
2. Kriten Katolik 389 orang 24,1
3. Islam 201 orang 12,3
4. Lainnya 18 orang 0,1
Jumlah 1.595 orang 100,0
Sumber: Kantor Desa Namo Rambe
Untuk ukuran pedesaan, dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Namo
Rambe memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Lebih dari 50 % jumlah
penduduknya mampu menamatkan pendidikannya hingga tingkat menengah atas.
akan pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan sumber daya manusia
masyarakatnya.
Tabel 6. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Tingkat Pendidikan.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah %
1. Tidak Tamat SD 30 orang 1,9
2. Tamat SD 52 orang 3,3
3. Tamat SLTP 688 orang 43,1
4. Tamat SMU 772 orang 48,4
5. Tamat Universitas 53 orang 3,3
BAB III.
BERDIRINYA KOPERASI CREDIT UNION DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 - 1998
3.1 Sejarah Dan Perkembangan Koperasi Credit Union Di Indonesia
“Kredit” (credit) berasal dari bahasa latin Credere atau Credo yang artinya
percaya, sedangkan kata “Union” berarti perkumpulan. Jadi, Credit Union
berarti perkumpulan orang-orang yang saling percaya. Koperasi Credit Union
muncul pertama kalinya di Eropa tepatnya di Jerman. Gagasan ini dipelopori
pertama kali oleh Walikota Flammersfield yang bernama Frederich Wilhelm
Raiffeisen. Hal ini dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis ekonomi
berkepanjangan di Eropa dan pengurangan fungsi sumber daya manusia akibat
revolusi industri, sehingga tingkat pengangguran yang tinggi memaksa
penduduk miskin untuk berhutang dan menjadi korban lintah darat.
Langkah-langkah awal yang ditempuh oleh Frederich Wilhelm Raiffeisen
untuk menanggulangi masalah ini, antara lain ialah menghimpun dana (uang)
dari para dermawan dan mengumpulkan bahan makanan untuk selanjutnya
dibagikan kepada penduduk miskin. Namun upaya ini tidak berhasil karena
penduduk miskin menjadi terlalu bergantung dan bencana kelaparan tetap saja
terjadi. Ketidakberhasilan itu mengantarkan sang walikota pada suatu
kesimpulan, bahwa kesulitan kaum miskin hanya dapat diatasi dengan cara
Sumbangan tidak menolong diri sendiri tetapi sebaliknya merendahkan martabat
manusia yang menerimanya..
Prinsip ini pula yang kemudian dikenal dengan tiga prinsip utama
Koperasi Credit Union, yaitu :
1. Tabungan (modal) diperoleh hanya dari anggota.
2. Pinjaman diberikan hanya kepada anggota.
3. Jaminan terbaik bagi peminjam adalah “watak.“16
Pada tahun 1898 Alphonso Desyading, seorang jurnalis Kanada merasa
tertarik dan menaruh perhatiannya terhadap Koperasi Credit Union. Ia juga
mengadakan korespondensi dengan Hennry A. Walff, seorang yang ahli di
bidang koperasi di Eropa. Pada tanggal 1 Desember 1900 ia berhasil
mendirikan Koperasi Credit Union pertama, dengan anggota lebih dari 80
orang. Koperasi Credit Union itu diberi nama Caisse Populaire de Levis.
Koperasi Credit Union ini berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat di
Kanada dan menjadi badan koperasi yang paling berkembang di seluruh dunia.
Kerberhasilan dan pengaruh yang sangat positif dari pembentukan
Koperasi Credit Union di Kanada memicu kemunculan organisasi yang sama di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Koperasi Credit Union didirikan oleh
seorang saudagar kaya yang bernama Edward A. Fillene pada tahun 1907.
Sementara itu, di Filipina Koperasi Credit Union didirikan oleh 2 orang
Misionaris Protestan dari Amerika Serikat yaitu Rew Allan dan R. Huller sejak
kebanyakan dikelola lewat pelayanan gereja, dan tidak terbatas hanya di
kota-kota tetapi juga hingga di pedesaan.17
17
Ibid.
Di Indonesia pembentukan koperasi telah dimulai sebelum adanya
peraturan-peraturan tentang perkoperasian. Pada tahun 1895 di Purwokerto
misalnya, Raden Wiriatmadja mendirikan semacam koperasi simpan-pinjam
(koperasi kredit) yang sama seperti dibentuk oleh Raiffesien dan dinamakan
”bank pertolongan dan simpanan.” Pada awalnya pembentukan koperasi kredit
ini adalah untuk menolong kaum pegawai (priyayi) agar mereka terlepas dari
ikatan hutang oleh para pelepas uang atau “rentenir.” Dengan bantuan E.
Seibrugh dan de Wolf van Westerode, maka pada tahun 1898 usaha Patih
Wiriatmadja dikembangkan menjadi “Bank Penolong Tabungan dan Kredit
Pertanian” untuk selanjutnya memperluas jangkauan keanggotaannya di kalangan
kaum petani.
Selain itu, terdapat pula rintisan usaha yang sama diberbagai daerah
pada saat itu. Di Mojowarno muncul semacam bank simpan-pinjam yang
dikhususkan bagi kaum bumiputera pada tahun 1895. Berikutnya mulai
bermunculan pula usaha-usaha serupa di Garut, Probolinggo dan Lamongan.
Namun demikian, bentuk usaha yang dijalankan itu masih belum menetapkan
Di awal kebangkitan nasional pada tahun 1908, para perintis
kemerdekaan mulai mengembangkan koperasi yang memiliki nilai-nilai
demokrasi. Pada saat itu Boedi Oetomo mulai mengembangkan pendirian
koperasi kredit. Koperasi juga dimaksudkan sebagai upaya penyebarluasan
semangat kebangsaan dan alat perjuangan rakyat di masa pergerakan nasional.
Walaupun demikian, pada akhirnya hal ini dipandang sebagai ancaman yang
dapat membahayakan kedudukan pemerintah kolonial.
Dalam mengantisipasi berdirinya badan koperasi yang dapat
membahayakan kedudukan pemerintah kolonial, maka dikeluarkanlah peraturan
koperasi yang pertama di Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1915.
Keputusan tersebut selajutnya sangat membatasi pertumbuhan dan
perkembangan koperasi di kalangan masyarakat bumiputera, bahkan banyak
koperasi yang ditutup karena tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Berbagai peraturan juga dikeluarkan pada tahun-tahun
berikutnya hingga tahun 1933, akan tetapi tetap saja tidak membawa perubahan
yang berarti.
Pada masa pemerintahan Jepang, cara kerja dan ruang gerak koperasi
semakin jauh bertentangan dengan prinsip-prinsip koperasi yang sebenarnya.
Koperasi-koperasi yang ada kemudian dirubah bentuknya menjadi “kumiai,“
yang berfungsi sebagai alat ekonomi perang atau sebagai sarana pengumpulan
dan pendistribusian bahan makanan untuk keperluan perang. Akibatnya
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mendirikan semacam “jawatan
koperasi” pada tahun 1946. Sejak saat itu mulai timbul gagasan-gagasan untuk
membentuk koperasi desa yang melaksanakan berbagai kegiatan produksi serta
pemasaran hasil-hasil pertanian. Akhirnya pada tanggal 11-14 Juli 1947
diselenggarkanlah “Kongres Gerakan Koperasi Indonesia” yang pertama di
Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut dianjurkan agar diadakan pendidikan di
kalangan pengurus, pegawai, dan anggota-anggotanya. Namun belum sempat
hasil keputusan itu dilaksanakan, berkobar pula Agresi Militer Belanda dan
pemberontakan PKI di Madiun, yang menyebabkan terjadinya krisis dan banyak
koperasi yang mengalami kerugian dan gulung tikar.
Memasuki Tahun 1950 hingga pertengahan 1960, diawali dengan
pembubaran Negara Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, pada tanggal 17 agustus 1950 keadaan koperasi jauh lebih baik jika
dibandingkan pada masa sebelumnya. Lahirnya Orde Baru kemudian menandai
penataan dan penertiban kembali struktur perekonomian di Indonesia secara
umum, termasuk mengaktifkan peran dan fungsi koperasi secara lebih
maksimal. Pada masa ini pula, Koperasi Credit Union di Indonesia mengawali
perjalanannya.
Pengaruh gereja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mengawali
perkembangan Koperasi Credit Union di Indonesia. Pada tahun 1967, World
Council of Credit Union (WOCCU) atau Dewan Koperasi Kredit Dunia
diundang ke Indonesia yang diwakili oleh Mr. A.A. Baily untuk
Credit Union Concelling Office (CUCO) di Jakarta yang dipelopori oleh
seorang misionaris bernama Pastor Karl Albrecth Karim Arbie S.J.. Namun
demikian, ia kemudian meninggal dunia pada tanggal 11 September 1999 akibat
terbunuh dalam peristiwa Dili (Timor-Timur).
Peran pemerintah juga menjadi sarana yang penting bagi perkembangan
Koperasi Credit Union di Indonesia. Pada tahun 1975, BK3I (Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia) menyelenggarakan kursus dasar Koperasi
Credit Union pertama di Nyarumkop dan Sangau (Kalimantan). Dan pada
tahun 1976, diadakan pula Konferensi Nasional Credit Union di Ambarawa
(Jawa Tengah), yang dihadiri oleh Ir. Ibnu Soejono selaku Dirjen Koperasi
saat itu. Tahun 1981 kembali diadakan Konferensi Nasional Kopdit yang
melahirkan Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dengan Robby
Tulus sebagai ketuanya. Adapun fungsi dari BK3I diantaranya, yaitu:
1. Memberikan konsultasi
2. Menyediakan bahan dan program pelatihan
3. Menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan
4. Menyebarkan informasi tentang gerakan Koperasi Credit Union
3.2. Latar Belakang Berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe Pada Tahun 1988
Menghindarkan diri dari jeratan “rentenir” atau “ijon” adalah tujuan
utama berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras di Desa Namo Rambe.
Ini diawali sejak tahun 1988, ketika banyak penduduk Desa Namo Rambe
yang terlilit hutang pada rentenir. Mereka yang pada umumnya berprofesi
sebagai petani sering mengalami kekurangan modal dan terpaksa meminjam
uang kepada para ”ijon” atau “rentenir” untuk menutupi kebutuhan akan modal
tersebut. Peminjaman uang kepada ”rentenir” dilakukan karena karena prosesnya
yang cepat dan tidak melalui prosedur administrasi yang terlalu rumit, dimana
para petani peminjam uang hanya melakukan perjanjian penjualan hasil panen
mereka kepada “rentenir” dengan harga yang murah atau pengembalian
pinjaman uang disertai bunga yang tinggi.
Masalah yang kemudian muncul ialah apabila sang peminjam uang tidak
mampu mengembalikan pinjamannya pada waktu yang telah ditentukan, bahkan
dengan hasil panen yang mereka dapatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut
terkadang banyak diantara mereka yang menjual tanah persawahannya untuk
melunasi hutang. Hal yang tentunya sangatlah membahayakan bagi kehidupan
para petani karena pada umumnya mereka hidup dengan mengandalkan
Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, maka kemudian
dibentuklah suatu badan koperasi kredit yang bernama Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988. Badan kopersi ini awalnya
dibentuk dari sebuah Lembaga Gereja, yaitu Partisipasi Pembangunan (Parpem)
GBKP Pusat di Sibolangit, yang pada saat itu pun badan koperasi ini masih
berkantor di lingkungan GBKP Desa Namo Rambe karena masih mengawali
kinerjanya dan belum memiliki kantor sendiri. Koperasi Credit Union ini pada
awalnya dikelola oleh seorang anggota Partisipasi Pembangunan GBKP
Sibolangit bernama Ibu Sarintan Br Barus.
Sebelum berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras, Ibu Sarintan
Br Barus sebenarnya sudah aktif dalam memotivasi penduduk Desa Namo
Rambe untuk masuk menjadi anggotanya. Namun untuk mengajak masyarakat
desa menjadi anggotanya bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini dikarenakan
masih kentalnya budaya Karo yang dikenal sangat selektif dalam mengadaptasi
pengaruh asing. Masyarakat Desa Namo Rambe yang sebagian besar adalah
orang-orang Karo mengartikan kata “koperasi” dengan makna “disunat,”
sehingga hal inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat desa masih
takut untuk masuk menjadi anggotanya.
Dengan pendekatan yang dilakukan secara bertahap dengan penuh
kesabaran, Ibu Sarintan br Barus mulai menjelaskan dengan berhati-hati bahwa
sistem ini juga merupakan perwujudan ajaran Gereja yang sangat penting.
Setelah melalui proses yang bertahap, pembetukan Koperasi Credit
Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tanggal 28 Oktober 1988
akhirnya mendapatkan sebanyak 9 orang anggota awal.19
Perspektif masyarakat yang seperti ini kemudian semakin menekan dan
membuat perempuan kehilangan fungsi sosialnya untuk dapat dianggap mampu
menjalankan suatu organisasi. Padahal, pada dasarnya semua manusia itu sama,
sederajat dan mempunyai kemampuan masing-masing. Hal inilah yang
menyebabkan para perempuan susah diajak untuk masuk menjadi anggota
Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Akan tetapi dengan Pada saat itu semua
anggotanya adalah para perempuan atau ibu-ibu rumah tangga. Mengapa semua
anggotanya perempuan? Karena perempuan dinilai lebih tekun dalam mengatur
anggaran rumah tangga, terutama apabila berhadapan langsung dengan
kebutuhan rumah tangga. Sebagai contoh, seorang anak akan meminta uang
terlebih dahulu pada seorang ibu daripada kepada ayahnya.
Ide untuk menjadikan Koperasi Credit Union sebagai sarana pemecahan
masalah keuangan anggota juga menimbulkan masalah lain. Ini disebabkan
karena pengelola dan para anggotanya yang seluruhnya adalah ibu-ibu rumah
tangga harus berhadapan dengan tanggungjawab dan ketentuan-ketentuan
khususnya sebagai seorang istri. Ini dikarenakan dalam adat-istiadat Karo,
seorang perempuan telah “ditukur” (dibeli secara adat) oleh suaminya sehingga
melahirkan suatu struktur soaial dan ketentuan adat yang kuat di dalam sebuah
keluarga.
19
sangat kuatnya dukungan terhadap Parpem dan fasilitas maksimal yang
diberikan oleh pihak GBKP, maka semua kecurigaan dan pandangan negatif
masyarakat terhadap badan koperasi ini akhirnya secara perlahan mulai
menghilang dan masyarakat desa mulai menerima beroperasinya koperasi ini.
3.3. Mekanisme Kerja Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe
A. Struktur Organisasi
Kepengurusan di dalam Koperasi Credit Union lebih lengkap dan teratur
jika dibandingkan dengan sistem kepengurusan pada organisasi kredit lainnya.
Dalam badan koperasi terdapat empat bagian struktur yang masing-masing
mempunyai fungsi, hak, dan kewajiban sendiri-sendiri. Akan tetapi
bagian-bagian struktur yang satu dengan yang lainnya yang saling mendukung serta
mempunyai hubungan timbal-balik yang khas, sehingga di antara mereka akan
selalu saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Berikut adalah bagian-bagian dari struktur kepengurusan inti dalam
1. Ketua
Ketua koperasi merupakan pimpinan dalam Koperasi Credit Union Gunanta
Ras Desa Namo Rambe. Dalam menjalankan tugasnya seorang ketua
koperasi dibantu oleh 2 orang wakil ketua. Tugas-tugas ketua koperasi
antara lain ialah :
- Wajib mengetahui segala hal dan kegiatan yang ada dalam Koperasi
Credit Union tersebut.
- Mengawasi tugas-tugas dan kewajiban setiap anggota kepengurusan.
2. Wakil Ketua
Wakil ketua koperasi memilki tanggungjawab langsung pada ketua koperasi
dalam memperlancar dan mengawasi segala hal yang berhubungan dengan
kegiatan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Adapun
tugas-tugasnya ialah :
- Mengontrol dan mengawasi seluruh catatan iuran dan pinjaman setiap
anggota.
- Mengetahui dan mencatat keberadaan, penambahan dan keluarnya setiap
3. Bendahara
Bendahara memiliki fungsi yang sangat penting di dalam Koperasi Credit
Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Sebagai pemegang keuangan yang
utama, seorang bendahara koperasi bertugas untuk :
- Melakukan transaksi keuangan yang dibutuhkan oleh koperasi maupun
anggotanya kepada Bank.
- Mencatat mengetahui segala transaksi keuangan koperasi secara
keseluruhan.
4. Sekretaris
Sekretaris merupakan orang yang harus menguasai masalah administrasi
dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe.
Tugas-tugasnya antara lain :
- Mengerjakan semua keperluan administrasi keuangan setiap anggota.
- Melakukan rekapitulasi terhadap data-data pembukuan koperasi dan
transasksi keuangan.
- Melakukan koordinasi dengan bendahara koperasi apabila akan
5. Panitia Pendidikan
Panitia pendidikan adalah orang-orang yang memliki wawasan yang luas
tentang masalah perkoperasian dan masalah-masalah sosial-ekonomi,
terutama untuk menjawab dan memberikan solusi-solusi penting dalam
mengatasi keluhan-keluhan ekonomi anggota maupun calon anggotanya.
Tugas utamanya ialah memberikan pengarahan kepada setiap anggota baru
tentang hak dan kewajiban mereka.
6. Badan Pemeriksa
Dalam memberikan pinjaman kredit dan kegiatan transaksi keuangan
lainnya, maka diperlukan suatu perhitungan terhadap kelayakan keuangan
koperasi untuk pinjaman dan kemampuan ekonomi anggotanya. Untuk itu,
diperlukanlah suatu badan pemeriksa keuangan koperasi, yang bertugas
untuk :
- Memeriksa kelayakan saham Koperasi Credit Union apabila terdapat
anggota yang hendak melakukan transaksi peminjaman.
- Memperhitungkan dan menentukan pemberian dan pembatalan pinjaman
kepada anggota.
7. Panitia Kredit
Panitia kredit merupakan bagian dari staf administrasi Koperasi Credit
Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, dengan tugas utamanya ialah
Adapun para pejabat koperasi yang menjadi bagian dari struktur
kepengurusan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe dapat
dilihat dari penjelasan di bawah ini.
Bagan 2. Struktur Kepengurusan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe
Sumber ; Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras
Dewan
Penasehat
Dewan
Pimpinan
Panitia
Pendidikan
Badan
Pengawas
Panitia
Kredit
Dengan perincian,
I. Dewan Penasehat, terdiri dari :
- Kepala GBKP Namo Rambe
- Kepala Desa Namo Rambe
II. Dewan Pimpinan, terdiri dari :
- Ketua
- Wakil ketua
- Sekretaris
- Bendahara
- Anggota
III. Panitia Kredit
- Ketua
- Sekretaris
IV. Panitia Pendidikan
- Ketua
- Sekretaris
V. Badan Pengawas
- Ketua
- Sekretaris
- Anggota20
20
B. Sistem Keanggotaan
Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe bersifat terbuka
untuk masyarakat umum, khususnya yang bertempat tinggal di Desa Namo
Rambe. Setiap calon anggota harus mengikuti bimbingan dan pendidikan
tentang sistem Koperasi Credit Union yang diberikan oleh panitia pendidikan.
Kegiatan tersebut hanya berlangsung dalam kurun waktu satu bulan dan akan
langsung mendapatkan kartu anggota. Calon anggota baru akan diajarkan
tentang hak-hal dasar tentang Koperasi Credit Union, seperti maksud dan
tujuan koperasi, hal-hal yang menjadi hak dan kewajiban anggota, prosedur
penabungan dan peminjaman uang, serta hal-hal lain yang dianggap perlu
untuk menambah pengetahuan dan solusi keuangan yang berguna bagi setiap
anggotanya. Selain itu, para anggotanya juga dibina dan diajarkan mengenai
sistem manajemen keuangan yang efektif dan terbiasa untuk menabung.
Peranan seorang anggota sangatlah berpengaruh penting dalam
mendukung berkembangnya Koperasi Credit Union. Namun dalam peraturan
Koperasi Credit Union Gunanta Ras seseorang yang telah menjadi anggota
harus rajin mengikuti pendidikan. Apabila calon anggota dan anggota tidak
memperdulikan pentingnya kegiatan pendidikan koperasi dan kebiasaan untuk
menabung, maka pengurus koperasi akan langsung mendatangi mereka ke
rumahnya masing-masing untuk selanjutnya diberikan pengarahan dan
masukan-masukan, serta ditanyakan kembali mengenai kesediaan mereka sebagai anggota
pendidikan koperasi maka mereka tidak diperkenankan untuk melakukan
peminjaman uang.
Adapun beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi oleh calon anggota
baru Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, antara lain :
1. Membayar uang pangkal.
2. Membayar uang simpanan pokok.
3. Membayar uang simpanan wajib.
4. Membayar uang simpanan sukarela minimal.
5. Membayar uang peralatan pesta.
6. Maksimal berusia 50 tahun.
7. Bertempat tinggal di Desa Namo Rambe.
8. Disetujui oleh suami atau kepala keluarga sebagai penanggungjawab.21
Walaupun prosedur untuk menjadi anggota Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa Namo Rambe cukup ketat, namun hal ini tidaklah menjadi
penghalang untuk meningkatkan jumlah anggotanya. Pertambahan jumlah
anggota koperasi ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan
Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe sangat efektif dalam
memberikan solusi ekonomi yang bermanfaat bagi setiap anggotanya. Tabel
21
dibawah ini memperlihatkan perkembangan anggota Koperasi Credit Union
cukup drastis sekitar 25% jika dibandingkan dengan periode-periode
Dalam sistem keanggotaan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa
Namo Rambe, anggota koperasi terdiri atas 2 jenis :
1. Anggota biasa, yaitu anggota yang sudah berkeluarga termasuk di
dalamnya anggota yang sudah dewasa tetapi belum berkeluarga atau
anggota yang sudah mandiri atau tidak tergantung lagi kepada orang tua
karena sudah mempunyai pekerjaan atau usaha sendiri.
2. Anggota luar biasa, yaitu anggota yang masih sekolah atau yang masih
bergantung pada orang tua namun belum mempunyai kemampuan penuh
untuk melakukan tindakan hukum, dimana setiap anggota luar biasa ini
hanya bisa menabung dan menarik sahamnya tetapi tidak diperkenankan
untuk meminjam.
Tabel berikut ini dapat dilihat pertambahan jumlah anggota biasa dan
anggota luar biasa Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe.
Tabel 8. Jumlah Anggota Koperasi Credit Union Desa Namo Rambe pada tahun 1988 – 1998, menurut Sistem Keanggotaannya
No. Tahun Anggota biasa Anggota luar biasa
berada dibawah naungan Gereja GBKP yang mengkhususkan anggotanya
berasal dari masyarat Karo Desa Namo Rambe yang beragama Kristen
Protestan, namun tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat lain yang
berbeda suku maupun agama untuk dapat masuk menjadi anggota koperasi ini.
Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah anggota yang berasal dari suku-suku
Tabel 9. Anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras pada tahun 1988 – 1998, di Luar Suku Karo
No. Tahun Batak Toba Simalungun
1. 1988 - -
2. 1989 - -
3. 1990 - -
4. 1991 - -
5. 1992 - -
6. 1993 - -
7. 1994 - -
8. 1995 1 orang -
9. 1996 1 orang -
10. 1997 1 orang 1 orang
11. 1998 - 1 orang
Sumber : Diolah dari Data Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras, tahun 1988 - 1998
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1995 - 1997,
terdapat 3 orang anggota yang berasal dari suku Batak Toba dan pada tahun
1997 - 1998 terdapat pula 2 orang anggota dari suku Simalungun. Keadaan ini
cukup membuktikan bahwa Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo