• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings Dan cash Flow Operation Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings Dan cash Flow Operation Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2006"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RESIDUAL INCOME,

EARNINGS DAN CASH FLOW OPERATION TERHADAP

STOCK RETURN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2001-2006

T E S I S

Oleh

AHMAD YUDHIRA

037017009/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RESIDUAL INCOME,

EARNINGS DAN CASH FLOW OPERATION TERHADAP

STOCK RETURN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2001-2006

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AHMAD YUDHIRA

037017009/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RESIDUAL INCOME, EARNINGS, DAN CASH FLOW OPERATION TERHADAP STOCK RETURN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2001-2006

Nama Mahasiswa : Ahmad Yudhira Nomor Pokok : 037017009 Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak.) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak.) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, M.Sc.)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 22 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak. Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak.

2. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec. Ac. 2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak.

(5)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam penelitian ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila dikemudian hari terbukti

bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi

apapun sesuai dengan peraturan yang berlaku”.

Medan, 22 Juli 2008

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh economic value added, residual income, earnings, dan cash flow operation terhadap stock return pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, serta untuk mengetahui indikator mana yang mempunyai pengaruh paling dominan.

Data penelitian diambil selama enam periode, yaitu antara tahun 2001-2006 dengan jumlah sampel 54 dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kelompok industri automotive and allied product. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis multiple regression untuk melihat besarnya kontribusi variabel-variabel bebas dalam mempengaruhi stock return, yang dibantu dengan alat uji SPSS versi 15.0. Selanjutnya, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t pada tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan uji F, dapat disimpulkan bahwa variabel economic value added, residual income, earnings dan cash flow operation secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap stock return. Selanjutnya, hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel earnings yang mempunyai pengaruh terhadap stock return. Dari model regresi yang dihasilkan, earnings mempunyai koefisien terbesar sehingga dapat dikatakan bahwa earnings adalah indikator yang paling dominan. Lebih lanjut, adjusted R2 hasil regresi menunjukkan angka 0,273. Ini berarti bahwa sekitar 27,30% perubahan pada stock return dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas secara bersama-sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa sekitar 72,70% perubahan pada stock return dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini.

(7)

ABSTRACT

This study intends to test the effect of economic value added, residual income, earnings, and cash flow operation on stock return of manufacturing companies listed in Jakarta Stock Exchange, and to know which indicator has the most dominant effect.

The data of the study were collected for six years, since 2001 to 2006 with totally 54 samples of the manufacturing companies belonging to automotive and allied product industry. The sampling method was purposive sampling. The study used multiple regression analysis to find how the effect of the independent variables on stock return assisted by using SPSS version 15.0. Furthermore, the hypothesis test was carried out by using F-test and t-test at confidence level of 95%.

Based on F-test, it can be concluded that the variables of economic value added, residual income, earnings, and cash flow operation simultaneously have effect on stock return. And then, the result of t-test showed that it was only the variable of earnings that has effect on stock return. From the resulting regression model, the earnings has largest coefficient that can be said that the earnings was the most dominant indicator. Furthermore, the adjusted R2 of the regression showed 0.273. It means that about 27.30% of the change in stock return can be described by the independent variables simultaneously. It also indicated that about 72.70% of the change in stock return can be described by other factors out of the study.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T., akhirnya

penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Economic Value Added,

Residual Income, Earnings dan Cash Flow Operation Terhadap Stock Return

Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2006”.

Tesis ini diajukan guna melengkapi sebagian syarat-syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.

Dr. Fachruddin, MSM, Ak. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Drs.

Syamsul Bahri TRB, MM, Ak. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga

hasil penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dan bagi masyarakat

pada umumnya. Amin.

Medan, 22 Juli 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Yudhira

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Maret 1976

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Nama Orang Tua : Djibril Zain (ayah kandung) Darnisah (ibu kandung)

Nama Keluarga : Holida Fatma Harahap (istri) Ahmad Fathin Zain (anak)

Alamat Rumah : Jl. Sidorukun No. 101 B Medan 20239

Kel. P.B. Darat II Kec. Medan Timur

Pekerjaan : Dosen Kopertis Wilayah I NAD-Sumut

Dpk Universitas Tjut Nyak Dhien Medan

(10)

DAFTAR ISI

2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

(11)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

1. Hasil Penelitian ... 48

2. Pembahasan ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

1. Kesimpulan ... 70

2. Keterbatasan Penelitian ... 71

3. Saran ... 72

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2. Klasifikasi, Definisi dan Pengukuran Variabel ... 38

3. Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 48

4. Uji Normalitas ... 51

5. Fungsi Linier Hasil Regresi Ranking Row Number Terhadap Nilai Aktual Variabel ... 53

6. Uji Normalitas Variabel Hasil Transformasi ... 56

7. Uji Multikolinearitas ... 57

8. Uji Autokorelasi ... 58

9. Uji Heteroskedastisitas ... 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Konseptual Pengaruh EVA, Residual Income,

Earnings dan CFO Terhadap Stock Return ... 31

2. Kurva Distribusi-t ... 46

3. Grafik Nilai Aktual dan Transformasi Variabel Stock Return ... 53

4. Grafik Nilai Aktual dan Transformasi Variabel EVA ... 54

5. Grafik Nilai Aktual dan Transformasi Variabel RI ... 54

6. Grafik Nilai Aktual dan Transformasi Variabel Earnings ... 55

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data EVA, Residual Income, Earnings, CFO dan Stock Return

Kelompok Industri Automotive and Allied Product di BEJ …...………….. 78

2. Nilai EVA, Residual Income, Earnings, CFO dan Stock Return Hasil Transformasi ….……….…………..………... 80

3. Descriptive Statistics ...…...………. 82

4. NPar Tests: One-Sample Kolmogorov Smirnov …………..……… 83

5. Regression: Dependent Variable-Stock Return ………... 84

(15)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Mengetahui kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu hal yang

penting dalam menentukan keputusan berinvestasi. Diperlukan cara pengukuran yang

tepat sehingga mampu memberikan penilaian yang cukup akurat agar investor dan

kreditor tidak tersesat. Analisis kinerja keuangan biasanya dilakukan dengan tujuan

untuk menganalisis pengaruhnya terhadap kapitalisasi pasar perusahaan dan return

saham.

Kinerja keuangan perusahaan seringkali diukur berdasarkan rasio-rasio

keuangan secara parsial selama satu periode tertentu. Pengukuran kinerja berdasarkan

rasio keuangan secara parsial sangat bergantung pada metode atau kebijakan

akuntansi yang diterapkan di dalam perusahaan. Sehingga tidak tertutup

kemungkinan kinerja keuangan akan terkesan baik dan meningkat, tetapi sebenarnya

tidak demikian bahkan terjadi penurunan jika dibandingkan dengan rata-rata industri

sejenis.

Para investor atau pemegang saham akan berpedoman pada salah satu dari

sekian banyak metode pengukuran kinerja keuangan dan menjadikannya sebagai

acuan guna mengukur return yang akan diterimanya. Poin-poin yang sering

digunakan dalam menentukan kinerja keuangan pada umumnya diambil dari laporan

(16)

Dalam melakukan investasi, investor dapat melakukan kegiatan tersebut di

pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk memperjualbelikan berbagai

instrumen keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi, rights dan warrant. Oleh

karena itu, pasar modal merupakan salah satu perantara untuk menyalurkan dana dari

pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak-pihak yang

membutuhkan dana (unit defisit). Bagi unit surplus (investor), kegiatan tersebut

merupakan investasi yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan dirinya. Salah

satu kegiatan investasi tersebut adalah dengan cara membeli sekuritas dari perusahaan

go public, sebagai tanda penyertaan modal yang disetor.

Ada dua hal yang kerap menjadi perhatian investor dalam memutuskan

pilihan investasinya, yaitu return dan risiko. Umumnya, risiko selalu terdapat pada

setiap alternatif investasi, akan tetapi besar kecilnya risiko tersebut tergantung pada

jenis investasinya. Investasi pada saham dinilai mempunyai tingkat risiko yang lebih

tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi yang lain seperti obligasi. Pasar modal

tidak dapat memberikan jaminan kepada investor untuk memperoleh return dengan

pasti. Hal ini dikarenakan harga saham yang terus berubah sepanjang waktu, sehingga

para pembeli saham tidak dapat mengharapkan segala sesuatu yang sama di masa

yang akan datang sebagaimana saat transaksi baru dilakukan. Investor adalah pihak

yang selalu dihadapkan pada faktor risiko dengan adanya kondisi yang tidak pasti

tersebut. Namun, keinginan untuk mendapatkan return yang tinggi menyebabkan para

(17)

Dari uraian di atas terbersit bahwa para investor membutuhkan suatu metode

pengukuran kinerja keuangan yang sesuai dengan kondisi nyata. Adapun tujuannya

adalah untuk mendorong aktivitas-aktivitas perusahaan yang cenderung mampu

menambah nilai (value added activities) dan menghapuskan aktivitas-aktivitas

perusahaan yang justru merusak nilai (non-value added activities). Nilai tambah

ekonomis (economic value added = EVA) sangat relevan dalam hal ini, karena EVA

dapat mengukur prestasi manajemen berdasarkan besar kecilnya nilai tambah yang

diciptakan selama suatu periode tertentu. EVA juga dapat digunakan sebagai

pedoman dalam hal goal setting, capital budgeting, performance assessment, dan

incentive compensation suatu perusahaan (Utomo, 1999).

EVA merupakan suatu pendekatan baru dalam pengukuran kinerja yang telah

dikembangkan di Amerika Serikat pada sekitar tahun 1990-an. EVA pertama kali

diperkenalkan oleh Stewart dan Stern, yaitu para Financial Analyst dari Stern-Stewart

Consulting Firm di New York. Dikatakan bahwa EVA adalah sebagai suatu alat bantu

untuk mengukur profitabilitas kinerja operasi perusahaan secara nyata yang selama

ini kebanyakan menggunakan analisis rasio keuangan. Sejak saat itu, lebih dari 300

perusahaan besar di dunia mengadopsi konsep EVA, antara lain: AT&T, Coca Cola,

Quaker Oats, Boise Cascade, Briggs & Stratton, Herman Miller, JC Penney, Lafarge,

Monsanto, Siemens, SPX, Telstra, Tate & Lyle, Telecom New Zealand, dan US

(18)

Pada dasarnya, EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan

biaya modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut (Tunggal, 2008).

Metode ini menciptakan suatu disiplin keuangan yang mendorong para manajer untuk

bertindak sebagai pemilik perusahaan, dan satu hal yang terpenting adalah untuk

meningkatkan profit bagi shareholders (Gadjah Mada International Journal of

Business, 1999).

Young dan O’Byrne (2001), menjelaskan bahwa EVA merupakan laba

ekonomis yang menegaskan hubungannya terhadap kekayaan pemegang saham, suatu

kondisi akhir yang dibutuhkan dari indikator berdasarkan nilai yaitu memaksimalkan

kelebihan return. Brigham dan Houston (2004) menguraikan bahwa EVA menyajikan

suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah memberikan

tambahan pada nilai pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer berfokus pada

EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa manajer telah menjalankan

operasi secara konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang

saham.

Apabila perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang

saham, maka indikator yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seharusnya

berhubungan langsung dengan kekayaan pemegang saham. Kekayaan pemegang

saham dapat dilihat dari stock return atas investasi saham di suatu perusahaan. Oleh

karena itu, sebagai indikator kinerja yang baik, EVA seharusnya mempunyai

(19)

Studi yang dilakukan Lehn dan Makhija (1997) menunjukkan bahwa dari lima

indikator yang digunakan dalam kaitannya dengan stock return, EVA mempunyai

korelasi yang paling tinggi. Garvey dan Milbourn (2000) mengungkapkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi konsep EVA, memang memiliki EVA

yang berkorelasi tinggi dengan stock return dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang tidak mengadopsi konsep EVA. Penelitian De Medeiros (2005) juga

menunjukkan bahwa EVA mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan stock

return. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Biddle et al. (1997), Ismail (2006), serta

Kyriazis dan Anastassis (2007), di mana dari hasil pengujiannya ternyata EVA tidak

mempunyai hubungan nyata dengan stockreturn.

Di Indonesia, penelitian mengenai EVA dalam kaitannya dengan stock return

di antaranya dilakukan oleh Pradhono dan Yulius (2004), Dewanto (2005), Waluyo

(2005) dan Mundaryatiningsih (2006). Hasil penelitian Pradhono dan Yulius (2004)

menunjukkan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return

yang diterima pemegang saham. Selanjutnya, Dewanto (2005) menemukan bahwa

EVA mempunyai hubungan positif dengan imbal hasil saham, tetapi secara statistik

pengaruhnya tidak signifikan. Waluyo (2005) juga tidak berhasil menunjukkan bahwa

EVA mempunyai hubungan yang nyata dengan tingkat pengembalian saham.

Sementara itu, Mundaryatiningsih (2006) menemukan bahwa EVA ternyata

(20)

Sebelum munculnya EVA, indikator yang digunakan untuk menilai kinerja

operasi suatu perusahaan antara lain adalah: residual income, earnings, dan cashflow

operation. Pada dasarnya, residual income merupakan laba residu yang menunjukkan

kelebihan net income di atas target laba perusahaan. Residual income yang positif

menunjukkan kelebihan laba dari yang dibutuhkan oleh kreditor dan investor, yang

berarti merupakan wealth bagi residualclaimants.

Studi Balachandran dan Mohanram (2006), menemukan bahwa informasi

yang dihasilkan residual income berguna dalam menjelaskan stock return. Hasil

penelitian Biddle et al. (1997) dan Ismail (2006) tidak menemukan hubungan yang

nyata antara residual income dengan stockreturn. Selanjutnya, Pradhono dan Yulius

(2004) menemukan hubungan negatif antara residual income dengan stock return,

sedangkan Dewanto (2005) menemukan hubungan yang positif di antara keduanya,

namun secara statistik pengaruhnya tidak signifikan.

Menurut Damodaran (1999), untuk mengukur return dari sebuah investasi,

dapat digunakan earnings dan cash flows. Earnings adalah pendapatan yang

diperoleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan usaha yang dijalankan. Earnings

merupakan faktor yang sering kali dipertimbangkan oleh investor dalam menentukan

saham perusahaan mana yang menjadi pilihan investasinya. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa earnings mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang

diterima pemegang saham atau stock return. Studi yang dilakukan Biddle et al.

(1997), Pradhono dan Yulius (2004), Ismail (2006), serta Kyriazis dan Anastassis

(21)

terhadap stock return. Hasil yang berbeda ditunjukkan Mundaryatiningsih (2006), di

mana ia menemukan bahwa earnings tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap

stockreturn.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan return dari sebuah

investasi adalah jumlah arus kas perusahaan. Jumlah arus kas perusahaan menghitung

selisih antara arus kas masuk (cash inflow) dengan arus kas keluar (cash outflow)

selama satu tahun. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan kas. Informasi arus kas juga meningkatkan daya banding

pelaporan kinerja operasi perusahaan, karena dapat meniadakan pengaruh

penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan kejadian yang

sama. Dalam hal ini, arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (cashflowoperation)

merupakan indikator penting untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat

melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan serta membayar

dividen. Studi yang dilakukan oleh Pradhono dan Yulius (2004) menunjukkan bahwa

dari empat indikator yang digunakan untuk mengukur return yang diterima pemegang

saham, arus kas operasi merupakan indikator yang paling dominan. Biddle et al.

(1997) tidak berhasil menemukan hubungan yang nyata antara cash flow operation

dengan stock return. Lebih lanjut, Dewanto (2005) menjelaskan bahwa cash flow

operation mempunyai hubungan positif dengan stock return, tetapi secara statistik

(22)

Dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten, hal

ini memberikan motivasi kepada penulis untuk meneliti kembali pengaruh economic

value added, residual income, earnings dan cash from operation terhadap stock

return. Pada dasarnya, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang

dilakukan oleh Pradhono dan Yulius (2004) yang berjudul ”Pengaruh economic value

added, residualincome, earnings, dan arus kas operasi terhadap return yang diterima

oleh pemegang saham”. Perbedaannya adalah bahwa (1) pada Pradhono dan Yulius,

objek penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang termasuk dalam

kelompok industri consumer goods, sedangkan pada penelitian ini obyek penelitian

adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kelompok industri

automotive and allied product, (2) pada Pradhono dan Yulius, periode pengamatan

antara tahun 2000-2002, sedangkan pada penelitian ini periode pengamatan lebih

panjang yaitu antara tahun 2001-2006, (3) pada Pradhono dan Yulius, uji statistik

hanya dilakukan secara parsial yaitu dengan menggunakan analisis regresi sederhana,

sedangkan pada penelitian ini uji statistik dilakukan secara simultan yaitu dengan

menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui kontribusi dari beberapa

faktor secara bersama-sama dalam menjelaskan stock return, (4) Pada Pradhono dan

Yulius, diasumsikan bahwa keempat variabel bebas tersebut saling berhubungan satu

sama lain atau mempunyai korelasi, sedangkan pada penelitian ini diasumsikan

(23)

Pada akhirnya, perlu diketahui bahwa penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk menguji kembali pengaruh economic value added, residual income, earnings

dan cash flow operation terhadap stock return, serta untuk mengetahui indikator

mana yang mempunyai pengaruh paling dominan. Dengan menggunakan data yang

diperoleh dari Bursa Efek Jakarta berupa kumpulan data saham dan keuangan

perusahaan manufaktur antara tahun 2001-2006, maka penulis berupaya melakukan

penelitian ini yang dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul: “Pengaruh

Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Cash Flow Operation

Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2006”.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah

penelitian yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1) Apakah variabel economic value added, residual income, earnings dan cash flow

operation mempunyai pengaruh terhadap stock return pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta?

2) Variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap stock

(24)

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh variabel economic value added, residual income,

earnings dan cash flow operation terhadap stock return pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

2) Untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap

stockreturn pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti

sendiri, emiten, investor, maupun bagi penelitian selanjutnya. Adapun manfaat yang

dapat diperoleh antara lain:

1) Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri sebagai

sarana untuk menambah wawasan intelektual akademis, mulai dari dasar teori

hingga penerapannya.

2) Melalui penelitian ini diharapkan emiten dapat memperoleh tambahan bukti

empiris mengenai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi kinerja saham.

3) Melalui penelitian ini diharapkan investor dapat memahami keterkaitan informasi

yang diperoleh sebagai dasar untuk penilaian kinerja emiten serta pengambilan

(25)

4) Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh kalangan akademisi

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori

1.1. Economic Value Added (EVA)

EVA telah dipopulerkan dan dipatenkan oleh Stern Stewart & Company, yaitu

sebuah perusahaan konsultan manajemen terkemuka. Dikatakan bahwa EVA

merupakan suatu tolok ukur kinerja keuangan yang berbasis nilai (value based). EVA

menghitung economic profit dan bukan accounting profit. Pada dasarnya, EVA

mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila

perusahaan memperoleh keuntungan di atas biaya modal (cost of capital) tahunan.

Secara matematis, EVA dihitung dari laba operasi setelah pajak (net operating

profit after tax = NOPAT) dikurangi dengan aliran kas yang dibutuhkan untuk

mengganti dana para investor dan kreditur atas risiko usaha dari modal yang

ditanamkannya (capital charges), yaitu sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Capital Charges

Sedangkan besarnya capital charges didasarkan pada biaya modal rata-rata

tertimbang (weighted average cost of capital = WACC) dikalikan dengan aktiva yang

diinvestasikan dalam aktivitas operasi yang berkelanjutan (invested capital), yaitu

sebagai berikut:

(27)

Di mana, WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal,

baik yang berasal dari pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of

debt), maupun yang berasal dari setoran modal saham (cost of equity), yang diberikan

bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan, yakni:

WACC = (Ke x We) + (Kd x Wd)

Di mana, Ke adalah biaya ekuitas (cost of equity) dan Kd adalah biaya hutang

(cost of debt). Sedangkan We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal, dan

Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal.

Biaya ekuitas (cost of equity) merupakan tingkat pengembalian yang

diharapkan oleh para investor atas risiko yang ditanggung untuk kepemilikan

perusahaan. Biaya ekuitas (Ke) dapat dihitung dengan menggunakan capital asset

pricing model (CAPM) sebagai berikut:

E (Ri) = Rf + Rp

Di mana, E (Ri) adalah tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pasar atas

sekuritas i (expected return), Rf adalah tingkat pendapatan bebas risiko (risk free of

return), dan Rp adalah premi risiko (risk premium).

Besarnya premi risiko itu sendiri ditentukan oleh koefisien beta ( ) dari

perusahaan masing-masing yang dihitung dari indeks harga sahamnya dan indeks

harga saham gabungan, dikalikan dengan selisih antara tingkat pendapatan yang

diharapkan diperoleh dari portofolio pasar secara keseluruhan (Rm) dengan tingkat

(28)

Rp = x (Rm – Rf)

Biaya hutang (cost of debt) merupakan tingkat bunga yang harus dibayarkan

oleh perusahaan bila mendapatkan dana dengan melakukan pinjaman kepada pihak

lain (kreditur) yang dikenakan bunga. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung biaya hutang sebelum pajak adalah:

Kd = Interest / Principal

Di mana, interest adalah jumlah bunga yang dibayarkan perusahaan,

sedangkan principal adalah jumlah pinjaman perusahaan. Oleh karena bunga bersifat

mengurangi pajak (tax deductable), maka pembiayaan hutang ini memberikan

perlindungan pajak (tax shield) bagi perusahaan. Sehingga biaya hutang (Kd)

dikonversikan sebagai biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax), dan

rumusnya menjadi:

Kdt = Kd x (1 – t)

Setelah menentukan nilai dari biaya ekuitas (Ke) dan biaya hutang (Kd), maka

rumus biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) menjadi:

WACC = (Ke x We) + ([Kd (1 – t)] x Wd)

Selanjutnya, invested capital dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh

komponen hutang dan modal perusahaan. Sehingga invested capital dapat

dirumuskan sebagai berikut:

(29)

Di mana, liabilities adalah jumlah seluruh hutang perusahaan, baik yang

berasal dari pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang. Sedangkan

shareholders’ equity adalah jumlah seluruh modal perusahaan, baik yang berasal dari

modal saham maupun laba ditahan.

Dari hasil perhitungan EVA, jika EVA bernilai positif (EVA > 0), maka hal

ini menunjukkan bahwa tingkat return yang dihasilkan perusahaan melebihi biaya

modal atau tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor. Dengan kata lain,

perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal. Sebaliknya, jika EVA

bernilai negatif (EVA < 0), maka hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan

berkurang akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada yang

dituntut investor. Dengan begitu harapan investor menjadi tidak terpenuhi. Dan jika

EVA sama dengan nol (EVA = 0), berarti secara ekonomis perusahaan dalam

keadaan impas, artinya seluruh laba yang diperoleh digunakan untuk membayar

kewajiban kepada para penyedia dana.

Menurut McDaniel, et al. (2000), ada tiga hal utama yang membedakan EVA

dengan pengukuran keuangan lainnya, yaitu: EVA tidak dibatasi oleh prinsip

akuntansi yang berlaku umum; EVA dapat mendukung setiap keputusan sebuah

perusahaan baik investasi modal, kompensasi karyawan, dan kinerja unit bisnis; EVA

dapat digunakan oleh bagian-bagian dan personil lain di dalam perusahaan sebagai

(30)

Higgins (1998) menjelaskan bahwa keunggulan EVA sebagai pengukur

kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi penting

manajemen, yaitu: capital budgeting, performance appraisal dan incentive

compensation. Keputusan capital budgeting didasarkan pada discounted EVA,

kinerja unit bisnis dapat diukur dengan EVA dan incentive compensation tergantung

pada unit EVA relatif terhadap target yang tepat.

Tetapi sebagai pengukuran kinerja, EVA juga mempunyai beberapa

keterbatasan, antara lain:

a. Mirza (1997) menyatakan bahwa EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa

investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan

mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal

faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.

b. De Villiers (1997) mengindikasikan bagaimana inflasi akan mengakibatkan

distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa EVA tidak dapat digunakan selama

periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas aktual.

c. Wood (2000) mengisyaratkan bahwa penggunaan EVA mungkin akan

meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential litigation costs.

d. Kaplan dan Norton (2001) menjelaskan bahwa tanpa balanced scorecard, strategi

value based dapat menurunkan biaya dan meningkatkan intensitas aktiva, tetapi

akan kehilangan kesempatan menciptakan tambahan nilai, yaitu strategi

pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui investasi pelanggan, inovasi,

(31)

Salah satu masalah utama perseroan terbatas adalah adanya konflik

kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yang dikenal sebagai agency

problem. Dalam hal ini, Irala (2005) mempelajari apakah EVA terlihat sebagai

alternatif yang lebih baik dari pada pengukuran kinerja tradisional seperti: EPS,

ROCE dan ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana kompensasi

berdasarkan EVA akan mendorong manajer menggunakan aset-aset perusahaan

secara lebih produktif, dan EVA seharusnya membantu mengurangi perbedaan

kepentingan antara manajer dan pemegang saham.

Selanjutnya, hasil penelitian tersebut memperkuat studi yang dihasilkan

Costigan dan Lovata (2002). Dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang

mempunyai agency conflicts yang tinggi seharusnya lebih dipengaruhi untuk

menggunakan sistem evaluasi kinerja EVA. Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan

yang mengadopsi EVA memperlihatkan persentase kepemilikan institusional yang

tinggi dan persentase kepemilikan ilegal yang rendah dari pada

perusahaan-perusahaan yang tidak mengadopsi EVA.

Studi yang dilakukan Ferguson et al. (2005) bertujuan untuk menyelidiki

apakah perusahaan-perusahaan yang mengadopsi EVA disebabkan kinerja saham

yang lemah serta apakah penggunaan EVA menuntun kinerja saham menjadi lebih

baik. Hasil studinya menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk

menyimpulkan bahwa kinerja saham yang buruk menyebabkan

(32)

1.2. Residual Income (RI)

Residual income merupakan variabel yang dikembangkan dari beberapa

penelitian sebelumnya. Pada prinsipnya, variabel ini digunakan untuk mengukur

sejauhmana pencapaian net income melebihi target laba perusahaan. Oleh karena itu,

residual income adalah laba residu yang menunjukkan kelebihan nilai net income di

atas nilai normalnya. Nilai normal ini dihitung melalui pendekatan statistik, yaitu

berdasarkan nilai model linier hasil regresi row number secara ascending. Adapun

persamaan untuk menentukan residual income adalah:

Residual income = Net incomeactual – Net Incomenormal

Residual income = Net incomeactual – { + (row number ascending net income)}

Lebih lanjut, residual income yang positif menunjukkan adanya kelebihan

laba yang berarti merupakan keuntungan juga bagi pemegang saham. Sebaliknya,

residual income yang negatif berarti merupakan kerugian bagi pemegang saham.

1.3. Earnings

Earnings dihasilkan melalui proses akuntansi dan disajikan dalam laporan

laba rugi. Pendapatan diakui pada saat perusahaan telah menerima pembayaran tunai

ataupun belum menerima pembayaran tunai (accrual basis). Biaya yang berkaitan

langsung dengan pendapatan diakui pada periode yang sama dengan pengakuan

pendapatan. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan pendapatan akan diakui

(33)

1.4. Cash Flow Operation (CFO)

Laporan arus kas (cash flows statement) melaporkan arus kas selama periode

tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi (operating activities), aktivitas

investasi (investing activities), dan aktivitas pendanaan (financing activities).

Informasi arus kas berguna untuk menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan

kas. Informasi arus kas juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi

berbagai perusahaan, karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan

akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan kejadian yang sama.

Dalam hal ini, jumlah arus kas dari aktivitas operasi (cash flow operation)

merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus

kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi

perusahaan, membayar dividen, serta melakukan investasi baru tanpa mengandalkan

pada sumber pendanaan dari luar.

1.5. Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Pada saat kreditur dan pemilik perusahaan menginvestasikan dananya ke

dalam perusahaan, mereka menciptakan sebuah opportunity cost yang sama dengan

return yang mungkin akan diperoleh dari investasi lain yang sejenis dan memiliki

risiko yang sama. Opportunity cost ini adalah cost of capital perusahaan. Prinsip cost

of capital adalah prinsip subsitusi, seorang investor tidak akan mau membiayai

(34)

Cost of capital perusahaan adalah biaya dari setiap sumber modal, yang

ditimbang sesuai dengan struktur modal perusahaan. Setiap komponen dalam struktur

pembiayaan memiliki biaya tertentu dan komponen biaya-biaya tersebut membentuk

biaya modal rata-rata tertimbang atau weighted average cost of capital (WACC).

Komponen cost of capital berdasarkan struktur modal dapat dibedakan atas biaya

hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity).

1.6. Penyesuaian Akuntansi (Accounting Adjustment)

Untuk menghitung EVA yang lebih akurat, perlu dilakukan penyesuaian

akuntansi (accounting adjustment) terhadap nilai buku akuntansi (accounting book

value) menjadi nilai buku ekonomis (economic book value). Penyesuaian tersebut

dilakukan karena konservatisme dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, di mana

laba akuntansi telah memperhitungkan biaya di masa depan pada periode sekarang

seperti: beban pajak tangguhan, beban piutang tak tertagih, beban garansi dan juga

telah memperhitungkan biaya yang tidak ada unsur kas seperti: amortisasi goodwill.

Di samping itu, prinsip akuntansi memungkinkan dilakukannya off-balance sheet

debt, padahal kewajiban tersebut secara substansi sebenarnya ada.

Penyesuaian untuk net operating profit after tax (NOPAT) dan invested

capital terutama dilakukan untuk (Pradhono dan Yulius, 2004):

a. Operating lease expenses, di mana semua transaksi sewa guna usaha, baik

operating lease maupun capital lease diperlakukan dengan cara yang sama, yaitu

(35)

b. Biaya penelitian dan pengembangan (research and development expenses), di

mana semua pengeluaran yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan

diperlakukan sebagai “successful efforts”, sehingga akan dikapitalisasi atau

ditangguhkan selama periode tertentu.

c. Biaya iklan dan promosi (advertising and promotion expense), di mana

pengeluaran ini juga diperlakukan sama dengan biaya penelitian dan

pengembangan, karena juga dianggap bermanfaat pada periode yang akan datang.

d. Penyesuaian nilai persediaan LIFO (LIFO reserve), di mana penerapan

perhitungan biaya persediaan berdasarkan LIFO akan menyebabkan nilai

perusahaan terlalu rendah, yang kemudian pada gilirannya akan mengakibatkan

modal yang diinvestasikan juga terlalu rendah.

e. Pajak penghasilan ditangguhkan (deferred tax income), di mana perkiraan ini

seharusnya diabaikan karena bukan merupakan biaya tunai.

f. Amortisasi goodwill (goodwill amortization), di mana perkiraan ini pada periode

berjalan dikeluarkan dari laporan laba rugi dan ditambahkan kembali ke modal

yang diinvestasikan, untuk menghilangkan asumsi yang salah tentang masa

manfaat aktiva.

g. Provisi untuk piutang ragu-ragu (bad debt reserve), di mana perkiraan ini bersifat

non tunai dan terlalu konservatif sehingga akan menyebabkan laba dan aktiva

(36)

Namun demikian, perhitungan EVA dalam berbagai kondisi tidak harus

persis sama, karena beberapa perusahaan mempunyai versi yang berbeda-beda dalam

menetapkan penyesuaian untuk menghitung EVA. Menurut Stewart (1991), terdapat

lebih dari 150 macam penyesuaian akuntansi yang dilakukan. Akan tetapi, banyak

perusahaan hanya menggunakan tidak lebih dari 5 (lima) penyesuaian akuntansi yang

applicable dan praktis (Tunggal, 2008).

Dalam banyak kasus, pengaruh dari penyesuaian-penyesuaian tersebut akan

menghasilkan NOPAT dan invested capital yang lebih besar, akan tetapi tidak

berdampak besar terhadap perhitungan EVA. Penyesuaian EVA perlu dibuat hanya

jika nilainya cukup signifikan atau memiliki dampak material terhadap EVA, para

profesional non keuangan dapat memahami mengapa dilakukan penyesuaian, dan jika

informasi yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian lebih mudah diperoleh

(Stewart, 1991).

1.7. Stock Return

Tujuan dari corporate finance adalah memaksimumkan nilai perusahaan.

Memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan kekayaan pemegang

saham. Kekayaan pemegang saham dapat dinilai dari return yang diterima pemegang

saham atas investasi yang telah dilakukan di dalam perusahaan. Return yang diterima

pemegang saham dapat berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya perubahan

(37)

Pada dasarnya, return terdiri dari return realisasi (realizedreturn) dan return

ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.

Return realisasi penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja

perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. Sedangkan return ekspektasi

adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai

kaitan antara beberapa indikator pengukuran kinerja dengan stock return adalah

sebagai berikut:

Penelitian Biddle, et al. (1997) bertujuan untuk menguji pernyataan bahwa

economic value added mempunyai hubungan yang lebih nyata dengan stock return

dan firm values dibandingkan dengan residual income, earnings dan cash flow

operation. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi komponen unik

economic value added mana yang mempunyai hubungan nyata dengan return.

Penelitian mengambil obyek perusahaan-perusahaan yang tercantum dalam daftar

Stern Stewart & Company. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata earnings

memiliki hubungan yang lebih nyata dengan stock return dibandingkan dengan

economic value added, residual income dan cash flow operation. Di samping itu,

tidak ada komponen unik economic value added yang mempunyai hubungan nyata

(38)

Penelitian Lehn dan Makhija (1997) bertujuan untuk mempelajari hubungan

antara lima indikator pengukuran kinerja keuangan dengan stock return. Kelima

indikator tersebut adalah economic valueadded (EVA), marketvalue added (MVA),

returnonasset (ROA), returnonequity (ROE) dan returnonsales (ROS). Penelitian

mengambil obyek perusahaan-perusahaan publik di Amerika. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa indikator EVA memiliki korelasi yang lebih tinggi terhadap

stockreturn dibandingkan dengan MVA, ROA, ROE dan ROS.

Penelitian Garvey dan Milbourn (2000) lebih menekankan pada situasi yang

seperti apa EVA dapat mengalahkan earnings dan mengapa demikian. Penelitian ini

hanya menggunakan indikator EVA dan earnings dalam kaitannya dengan stock

return. Penelitian ini juga membedakan apakah perusahaan telah mengadopsi EVA

atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah

mengadopsi EVA memang memiliki EVA yang berkorelasi lebih tinggi dengan stock

return dibandingkan dengan earnings.

Penelitian Pradhono dan Yulius (2004) bertujuan untuk menganalisis

pengaruh EVA, residual income, earnings dan arus kas operasi terhadap return yang

diterima pemegang saham, serta untuk mengetahui indikator mana yang mempunyai

pengaruh dominan. Penelitian mengambil obyek perusahaan-perusahaan manufaktur

yang tergolong dalam industri consumers goods di Bursa Efek Jakarta. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel arus kas operasi mempunyai pengaruh

dominan terhadap return yang diterima pemegang saham. Selain itu, variabel

(39)

Penelitian De Medeiros (2005) bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

economicvalueadded (EVA) dengan stockreturn. Penelitian ini hanya menggunakan

indikator EVA sebagai variabel bebas. Penelitian mengambil obyek

perusahaan-perusahaan publik di Brazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA mempunyai

hubungan yang positif dan signifikan dengan stock return, yang menghasilkan model

alternatif.

Penelitian Dewanto (2005) bertujuan untuk menganalisis secara parsial dan

simultan pengaruh economic value added (EVA), market value added (MVA),

residual income, dan cash flow operation (CFO) terhadap imbal hasil saham.

Penelitian mengambil obyek perusahaan-perusahaan pada sektor pertambangan di

Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EVA, MVA,

residual income, dan CFO mempunyai hubungan positif dengan imbal hasil saham,

namun secara statistik pengaruhnya tidak signifikan.

Penelitian Waluyo (2005) bertujuan untuk mengetahui pengaruh return on

assets (ROA) dan economic value added (EVA) terhadap tingkat pengembalian

saham, baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian mengambil obyek

perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata ROA dan EVA baik secara parsial

maupun secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat

(40)

Penelitian Balachandran dan Mohanram (2006) bertujuan untuk menguji

pengaruh antara perubahan dalam residual income dan perubahan dalam net income

dalam menjelaskan current stock return dan future stock return. Penelitian

mengambil obyek perusahaan-perusahaan publik di India. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perubahan dalam residual income dan net income mempunyai

pengaruh nyata terhadap currentstockreturn.

Penelitian Ismail (2006) bertujuan untuk menguji pernyataan bahwa economic

valueadded (EVA) merupakan indikator yang lebih unggul dalam menjelaskan stock

return bila dibandingkan dengan residual income, net income dan net operating profit

after tax (NOPAT). Penelitian mengambil obyek perusahaan-perusahaan publik di

Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator NOPAT dan net income

mempunyai hubungan yang lebih nyata dibandingkan dengan EVA dan residual

income dalam menjelaskan stock return.

Penelitian Mundaryatiningsih (2006) bertujuan untuk menganalisis pengaruh

kinerja keuangan dengan menggunakan indikator accounting earnings, return on

investment (ROI), economic value added (EVA) dan market value added (MVA)

terhadap kapitalisasi pasar perusahaan dan return saham. Penelitian mengambil

obyek perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek

Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA mempunyai pengaruh negatif dan

signifikan terhadap return saham. Sedangkan MVA mempunyai pengaruh positif dan

(41)

Penelitian Kyriazis dan Anastassis (2007) bertujuan untuk menyelidiki

kekuatan penjelasan dari model EVA berkenaan dengan stock return dan firm market

value, dibandingkan dengan indikator variabel akuntansi seperti net income dan

operating income. Penelitian mengambil obyek perusahaan-perusahaan publik di

Yunani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi yang dihasilkan net income

dan operating income lebih mempunyai nilai relevan dibandingkan dengan EVA.

Selain itu, EVA tidak menunjukkan hubungan yang lebih kuat dengan MVA

(42)

Tabel 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Variabel

Peneliti (Tahun) Judul

Bebas Tak Bebas Hasil

Biddle, Bowen dan Wallace (1997)

Does EVA Beat Earnings? Evidence on Associations with Stock Returns and Firm Values.

EVA

Residual income Earnings CFO

Stock return Earnings mempunyai hubungan yang lebih nyata dengan stock return bila dibandingkan dengan EVA, residual income dan CFO.

Lehn dan Makhija (1997)

EVA, Accounting Profits, and CEO Turnover: An Empirical

Stock return EVA mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan stock return bila dibandingkan dengan MVA, ROA, ROE dan ROS.

Garvey dan Milbourn (2000)

EVA versus Earnings: Does It Matter Which Is More Highly Correlated with Stock Returns?

EVA Earnings

Stock return Perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi EVA memang memiliki EVA yang berkorelasi lebih tinggi dengan stock return dibandingkan dengan earnings.

Pradhono dan Yulius (2004)

Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima Pemegang Saham.

EVA

Residual income Earnings Arus kas operasi

Return yang diterima pemegang saham

Variabel arus kas operasi dan earnings mempunyai pengaruh yang signifikan, sedangkan EVA dan residual income tidak signifikan.

De Medeiros (2005)

Empirical Evidence on the Relationship Between EVA and Stock Returns in Brazilian Firms.

(43)

Tabel 1 (lanjutan)

Variabel

Peneliti (Tahun) Judul

Bebas Tak Bebas Hasil

Dewanto (2005)

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, dan Cash Flow Operation Terhadap Imbal Hasil Saham Sektor Pertambangan di BEJ Periode 1995-2004. dan CFO mempunyai hubungan positif dengan imbal hasil saham, namun secara statistik pengaruhnya tidak signifikan.

Waluyo (2005)

Pengaruh Return on Assets (ROA) dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Tingkat Pengembalian

ROA dan EVA baik secara parsial maupun simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Balachandran dan Mohanram (2006)

Is Residual Income Really Uninformative About Stock Returns?

Residual income Net income

Stock return Perubahan dalam residual income dan net income mempunyai pengaruh signifikan terhadap stock return.

Ismail (2006)

Is Economic Value Added More Associated with Stock Return than Accounting Earnings? The UK Evidence.

EVA

Residual income NOPAT Net income

Stock return NOPAT dan net income mempunyai hubungan yang lebih nyata dengan stock return bila dibandingkan dengan EVA dan residual income.

Mundaryatiningsih (2006)

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kapitalisasi Pasar dan Return Saham Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta.

Accounting earnings ROI

EVA MVA

(44)

Tabel 1 (lanjutan)

Variabel

Peneliti (Tahun) Judul

Bebas Tak Bebas Hasil

Kyriazis dan Anastassis (2007)

The Validity of the Economic Value Added Approach: An Empirical Application.

EVA Net income Operating income

(45)

3. Kerangka Konseptual

Dari beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa jika economic

valueadded, residual income, earnings dan cashflow operation positif, maka hal ini

menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Kinerja perusahaan yang

semakin baik akan meningkatkan harga saham perusahaan. Selanjutnya, kenaikan

harga saham perusahaan akan meningkatkan return saham. Oleh karena itu, sebagai

indikator kinerja yang baik seharusnya economic value added, residual income,

earnings dan cashflowoperation mempunyai pengaruh terhadap stockreturn.

Untuk menggambarkan pengaruh antara variabel economic value added,

residual income, earnings dan cash flow operation terhadap stock return, maka

penulis menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) sebagai berikut:

Economic Value Added (X1)

Residual Income (X2)

Earnings (X3)

Cash Flow Operation (X4)

Stock Return (Y)

(46)

4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, diduga bahwa ada pengaruh

variabel economic value added, residual income, earnings dan cash flow operation

terhadap stockreturn perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Jika dinyatakan secara statistik, maka hipotesis penelitian dapat dituliskan

sebagai berikut:

Ho : β= 0 variabel economic value added, residual income, earnings dan cash

flow operation tidak mempunyai pengaruh terhadap stock return

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Ha : β≠ 0 variabel economic value added, residual income, earnings dan cash

flow operation mempunyai pengaruh terhadap stockreturn perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

(47)

III. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan, mencapai tujuan penelitian sekaligus menguji hipotesis. Penelitian ini

merupakan penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel

economic value added, residual income, earnings dan cash flow operation dengan

teknik multiple regression terhadap stockreturn.

Terdapat beberapa alasan terkait dengan dipilihnya stockreturn sebagai faktor

yang perlu dianalisis, antara lain karena return merupakan salah satu proyeksi

penilaian atau ukuran hasil investasi saham di suatu perusahaan. Berdasarkan

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, dari beberapa literatur diketahui

bahwa variabel earnings seringkali mempunyai pengaruh terhadap stock return,

sedangkan variabel economic value added, residual income dan cash flow operation

pada beberapa pengujian mempunyai pengaruh terhadap stock return, namun pada

beberapa penelitian lainnya tidak berpengaruh.

Mengacu pada beberapa penelitian tersebut, maka pada penelitian ini

dilakukan pengujian kembali pengaruh variabel economic value added, residual

income, earnings dan cash flow operation terhadap stock return yang diperoleh

berdasarkan capital gain dan return investasi dengan teknik analisis multiple

(48)

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang

termasuk dalam kelompok industri automotive and allied products dan terdaftar di

Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 dengan jumlah

populasi sebanyak 19 (sembilan belas) perusahaan.

Adapun alasan pemilihan populasi hanya pada industri yang tergolong dalam

kelompok automotive and allied products adalah karena:

1) Kelompok perusahaan tersebut umumnya mempunyai rasio hutang terhadap

modal yang tinggi, hal ini menunjukan bahwa nilai dana yang dikucurkan untuk

kelompok industri ini sangat besar. Oleh karena itu, pihak-pihak pemberi hutang

(debtholders) berhak memperoleh informasi penting, terutama yang menyangkut

dengan kinerja keuangan perusahaan terkait dengan pengelolaan dananya.

2) Kelompok perusahaan tersebut umumnya membutuhkan modal kerja yang besar,

hal ini menunjukkan bahwa nilai modal yang diinvestasikan pada

perusahaan-perusahaan tersebut cukup besar. Oleh karena itu, penyedia dana (shareholders)

pelu mengetahui kinerja perusahaan, salah satunya adalah dengan mengukur nilai

tambah ekonomis (EVA) yang dihasilkan perusahaan.

3) Nilai total aset perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya di atas Rp 100

(49)

2.2. Sampel

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu. Penggunaan metode ini bertujuan untuk

mendapatkan sampel yang konsisten dan representatif, sesuai dengan kriteria-kriteria

yang digunakan.

Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2001 atau sebelumnya.

2) Perusahaan konsisten menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama

periode 2001-2006.

3) Tersedia variabel data penelitian selama periode pengamatan.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, sebagaimana diketahui bahwa

jumlah populasi adalah 19 (sembilan belas) perusahaan. Selanjutnya yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2001 atau sebelumnya ada 12 (dua belas) perusahaan.

Perusahaan-perusahaan tersebut pada dasarnya antara tahun 2001-2006 secara

konsisten menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit. Namun dari jumlah

tersebut, hanya 9 (sembilan) perusahaan yang mempunyai ketersediaan variabel data

yang diperlukan dalam penelitian ini. Pada akhirnya, jumlah data yang tersedia

sebagai sampel pada penelitian ini adalah data 9 (sembilan) perusahaan selama

periode 6 (enam) tahun. Dengan demikian, secara keseluruhan terdapat 54 data yang

(50)

Kesembilan perusahaan tersebut adalah: PT. Andhi Chandra Automotive

Products Tbk., PT. Astra International Tbk., PT. Astra Otoparts Tbk., PT. Branta

Mulia Tbk., PT. Goodyear Indonesia Tbk., PT. Indospring Tbk., PT. Nipress Tbk.,

PT. Prima Alloy Steel Tbk., dan PT. Selamat Sempurna Tbk.

3. Variabel Penelitian 3.1. Klasifikasi Variabel

Pada penelitian ini terdapat empat variabel bebas (independent variable) dan

satu variabel tak bebas (dependent variable). Adapun yang termasuk

variabel-variabel bebas adalah economic value added yang dinotasikan dengan X1, residual

income dinotasikan dengan X2, earnings dinotasikan dengan X3 dan cash flow

operation dinotasikan dengan X4. Sedangkan yang menjadi variabel tak bebas adalah

stockreturn yang dinotasikan dengan Y.

Adapun pengukuran untuk masing-masing variabel yang digunakan pada

penelitian ini adalah:

1) Stock return diukur dengan satuan persen. Penggunaan satuan persen dalam

pengukuran return bertujuan untuk menyetarakan semua saham yang diobservasi,

yang mana saham-saham tersebut memiliki harga yang berbeda-beda. Adapun

skala yang digunakan adalah rasio.

2) Economic value added diukur dengan satuan rupiah per lembar saham. Adapun

(51)

3) Residual income diukur dengan satuan rupiah per lembar saham. Adapun skala

yang digunakan adalah rasio.

4) Earnings diukur dengan satuan rupiah per lembar saham. Adapun skala yang

digunakan adalah rasio.

5) Cash flow operation diukur dengan satuan rupiah per lembar saham. Adapun

skala yang digunakan adalah rasio.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini, definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah

sebagai berikut:

1) Stockreturn adalah return atas investasi yang telah dilakukan ditambah/dikurangi

dengan return yang diperoleh atas selisih perubahan harga saham (capital

gain/loss) dalam periode satu tahun.

2) Economic value added adalah laba operasi bersih setelah pajak (net operating

profit after tax) selama satu tahun, dikurangi capital charges yang didasarkan atas

weighted average cost of capital dikalikan dengan invested capital.

3) Residual income adalah net income aktual selama satu tahun, dikurangi net

income normal yang dihitung berdasarkan distribusi secara statistik.

4) Earnings adalah laba bersih sebelum pos-pos luar biasa (earnings before

extraordinary item) selama satu tahun, sebagaimana tercantum dalam laporan

(52)

5) Cash flow operation adalah arus kas operasi yaitu selisih bersih antara

penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi

selama satu tahun, sebagaimana tercantum dalam laporan arus kas.

Tabel 2. Klasifikasi, Definisi dan Pengukuran Variabel Klasifikasi

Variabel Definisi Operasional Variabel Skala

Stockreturn (Y) Return atas investasi ditambah/dikurangi dengan return atas selisih perubahan harga

saham (capital gain/loss) selama satu

tahun.

Rasio

EVA (X1) Net operating profit after tax selama satu

tahun, dikurangi capital charges yang

didasarkan atas weighted average cost of

capital dikalikan dengan invested capital.

Rasio

RI (X2) Net income aktual selama satu tahun,

dikurangi net income normal yang dihitung berdasarkan distribusi secara statistik.

Rasio

Earnings (X3) Laba bersih sebelum pos-pos luar biasa

(earnings before extraordinary items) selama satu tahun.

Rasio

CFO (X4) Selisih antara penerimaan kas (cash

inflow) dan pengeluaran kas (cash outflow) dari aktivitas operasi selama satu tahun.

(53)

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Jakarta yang termasuk dalam kelompok industri automotive and allied products.

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Medan dimulai pada bulan Januari 2008. Waktu

penyelesaian penelitian pada bulan Juli 2008.

5. Prosedur Pengambilan Data

Data penelitian ini merupakan data sekunder berupa data keuangan dan saham

serta informasi lainnya, yang diperoleh melalui koresponden di Bursa Efek Jakarta

dan situs resmi Bursa Efek Jakarta.

Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dengan tipe panel data,

yaitu gabungan dari data time series dan cross section. Terdapat unsur time series

karena periode penelitian adalah antara tahun 2001-2006, dan terdapat unsur cross

section karena data diperoleh dari perusahaan-perusahaan manufaktur kelompok

automotive and allied products dalam periode waktu yang sama.

6. Model dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis multiple regression. Oleh

sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menghindari berbagai penyimpangan terkait

dengan kondisi data yang dianalisis. Penyimpangan yang harus dihindarkan adalah

(54)

6.1. Pengujian Data

Pengujian data dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) uji asumsi klasik

yang penting sebelum dilakukan pengujian hipotesis, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, baik

variabel bebas maupun variabel tak bebas berdistribusi secara normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau paling tidak mendekati

normal. Asumsi bahwa data yang digunakan adalah berdistribusi normal diperlukan

untuk mengarahkan uji signifikansi dari variabel-variabel bebas. Jika hal ini

diabaikan, maka model regresi tetap tidak bias.

Ada beberapa metode untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Pada penelitian ini digunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Apabila hasil

pengujian menunjukkan angka signifikansi di atas 0.05, maka data telah berdistribusi

normal. Sebaliknya, jika menunjukkan angka signifikansi di bawah 0.05, maka data

tidak berdistribusi normal.

Untuk data yang tidak berdistribusi normal, dilakukan transformasi untuk

menormalkannya atau setidaknya mendekati normal. Hal ini dapat memperbaiki

analisis dan dapat memberikan keuntungan lebih lanjut melalui pengurangan dampak

nilai-nilai ekstrim. Transformasi yang dilakukan untuk tiap variabel juga

(55)

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

ditemukan adanya korelasi atau hubungan linear yang sempurna di antara

variabel-variabel bebas (Gujarati, 2003). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel-variabel bebas.

Konsekuensi dari adanya kolinearitas sempurna di antara variabel-variabel

bebas adalah bahwa koefisien regresinya tidak tertentu dan kesalahan standarnya

tidak terhingga. Jika tingkat kolinearitasnya tinggi tetapi tidak sempurna, penaksiran

koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya akan cenderung besar.

Hal ini mengakibatkan nilai populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat.

Adanya multikolinearitas di antara variabel-variabel bebas membuat kita tidak dapat

mengetahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel tak bebas secara

akurat. Indikator bahwa suatu model terbebas dari multikolinearitas adalah:

1) Mempunyai VIF yang tidak melebihi angka 10. Apabila melebihi angka 10 berarti

terjadi persoalan multikolinearitas.

2) Mempunyai angka tolerance di atas 0,1. Apabila mendekati angka 0,1 berarti

terjadi persoalan multikolinearitas.

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien

korelasi antar variabel bebas haruslah lemah. Terdapat problem multikolinearitas

yang berat jika korelasi parsial antar variabel bebas lebih besar dari 0,8. (Gujarati,

(56)

Jika terjadi multikolinearitas, maka dapat diperbaiki dengan cara

mengeluarkan salah satu variabel bebas yang mempunyai korelasi yang kuat. Bila

variabel-variabel bebas berkorelasi secara sempurna, maka metode kuadrat terkecil

tidak dapat digunakan. Adanya multikolinearitas mengakibatkan penaksir-penaksir

kuadrat terkecil menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, masalah multikolinearitas

harus dianggap sebagai satu kelemahan (black mark) yang mengurangi keyakinan

dalam uji signifikansi konvensional terhadap penaksir-penaksir kuadrat terkecil.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu untuk data

time series atau menurut urutan tempat/ruang untuk data cross section. Model regresi

yang baik adalah bebas dari autokorelasi.

Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah

interval keyakinan menjadi lebar serta pengujian F-stat & t-stat tidak valid, di mana

jika dipaksakan akan menyesatkan dalam mengambil kesimpulan terutama tentang

signifikan atau tidaknya secara statistik bagi setiap koefisien regresi yang diuji.

Bila ada masalah autokorelasi dalam kasus persamaan regresi linear berganda,

Uji F dan Uji–t, maka dapat dideteksi dengan menggunakan metode yang paling

Gambar

Grafik Nilai Aktual dan Transformasi Variabel Stock Return .....................  53
Tabel 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 1 (lanjutan)
Tabel 1 (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEMAMPUAN EARNINGS, CASH FLOWS DAN BOOK VALUE OF EQUITY DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM (SURVEI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

“Pengaruh Economic Value Added,Residual Income,Earning per share, Arus Kas Operasi,Market Value Added dan Return on Assets Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang

This study aims to prove empirically the ability of earnings to predict future earnings and stock prices fluctuation patterns and to prove the ability of cash flow to predict

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang memiliki pengaruh signifikan terhadap stock return apakah residual income yang

Research on the effect of operating cash flow to stock return through stock price of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange can be proved and has significant

untuk dapat menanamkan modalnya pada perusaaah tersebut, sehingga Market Value Added, Residual Income, Earnings Per Share, dan Arus Kas Operasi memiliki pengaruh terhadap

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), PROFITABILITAS, EARNING PER SHARE (EPS) DAN OPERATING CASH FLOW (OCF) TERHADAP

Research Hypothesis H1: Accounting Profit, Operating Cash Flow and Dividend Yield adversely affect the return of shares of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock