ANALISIS KEBIJAKAN
DAN
PROGRAM SUBSEKTOR
PETERNAKAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT
E O m U D A
S
ATA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Analisis Kebijaltan dan Program Subsektor Peternakan Kabupaten Lampung Barat adalah asli karya Saya dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, M.S dan Diah Krisnatuti, M.S dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber informasi dan data yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir, tugas akhir ini.
Bogor, Februari 2009
ABSTRACT
HOTMUDA SIMARMATA. Analysis of Program and Policy in the Animal Husbandry Subsector in West Lampung Regency. Under the direction of HARDINSYAH and DIAH KRISNATUTI.
According to Regulation no. 6. 1991, the animal husbandry subsector is under the authority of West Lampung Regency, and therefore there is a policy, activity and budgetting to carry out the development in the subsector. This study aims to analyze the policy, program, activity and budgetting, to identify strategy environment, and to formulate policy and strategy of husbandry subsector in West Lampung Regency in the future. The study was conducted retrospectively, studying documents of policy 2003-2007 in Husbandry and Animal Health Agency of West Lampung and interviewing respondents of the officials involved in the drafting of the program, decision makers, and groups of farmers from November to December 2008. The secondary data included policy document, budgetting allocation, and strategy environment 2008. The primary data at farmer level were among others the benefits, problems, efforts and the development of group activity in following a government program in cattle breeding. The primary data collected from the program and policy officials were among others formulation procedure, constraints in formulating policy and program, and supporting factors in the amount of budget allocation. The results of this research showed that the formulation of policy and program had been in Iine with the regulation, but there were some constraints in implementing the policy and program in form of activities due to the limited budget. Budget allocation portion for the development food resources from animal husbandry for
4
years was higer than supporting activities, except in the fifth year. Implementation of husbandry sub-sector, especially cattle breeding was enthusiastically welcomed by the community indicated by their high motivation and initiatives. The environment has changed from the previous period so that the future concept will focus on the breeder empowerment and capital access and strategy by intensifying animal breeding culture, building husbandry centers and partnership with private sectors.RINGKASAN
HOTMUDA SIMARMATA. Analisis Kebijakan dan Program Subsektor Peternakan Kabupaten Lampung Barat dibimbing oleh HARDINSYAH dan DIAH KRISNATUTI.
Penelitian ini bertujuan; (1) menganalisis kebijakan program subsektor petemakan selama periode 2003-2007. (2) menganalisis alolcasi (porsi) anggaran untuk pengembangan sumberdaya pangan (SDP) peternakan. (3) mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan strategis subsektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat. (4) Merumuslcan strategi dan kebijalcan subsektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat masa mendatang. Metode digunakan retrospektif; berupa review terhadap dokumen perencanaan 2003-2007 (data sekunder) dan wawancara (data primer). Responden ditentukan secara sengaja (purposive) yakni (1) Pejabat pada tataran program dan kebijakan di Dinas Petemakan dan Keswan, Bappeda, Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah dan ko~nisi B DPRD Kab~~paten Lampung Barat. (2) Kelompok tani ternalc sebanyak 50 orang pada tataran implementasi kegiatan. Data yang diperoleh diolah secara tabulasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif dan analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Oportunities, Threaths).
Perurnusan kebijakan dan program, subsektor peternakan sudah sesuai prosedur dan mekanisme serta peraturan perundangan berlaku, tetapi masih dijumpai kendala-kendala data kurang tersedia (64,28% responden) dan sumber daya manusia perencanaan berkualitas kurang (35,72% responden).
Kebijakan dan program, subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat 2003-2007 belum sepenuhnya dapat dibiayai dan diimplementasikan ke dalam kegiatan operasional. Jumlah kegiatan yang dominan, setiap tahun adalah bidang produksi, bidang lcesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, sedangkan bidang bina usaha dan perencanaan relatif sedikit.
Porsi alokasi anggaran untuk kegiatan pengembangan sumberdaya pangan peternakan 2003-2007 lebih besar dari porsi kegiatan pendukung kecuali pada tahun 2007 kegiatan pendukung lebih besar (54,66%) dari kegiatan utama (45,34%). Total anggaran pembangunan subsektor peternakan selama 2003-2007, setiap tahun mengalami kenaikan kecuali tahun 2005 menurun sebesar (8,25%) dari tahun 2004.
Keuntungan implementasi kegiatan adalah; (1) Memotivasi petemak memelihara ternak atas inisiatif sendiri (kelompok kambing 68%, sapi 56%). (2) Bernlanfaat sebagai : penghasilan tambahan, modal, memperoleh pupuk kandang dan sebagai tabungan, mendapat pembinaan dari pemerintah dirasakan (kelompok sapi dan kambing 88%). wadah belajar organisasi (kelompok kambing dan sapi 80%) dan sebagai peluang usaha ( kelompok sapi 88% dan kelompok kambing hanya 76%). (3) Berupaya mengatasi masalah yang dialami, contohnya adalal~ melalcukan pengobatan dibantu petugas peternakan adalah (kelompok kambing 68% dan sapi 80%) dan sisanya dilakukan sendiri.
subsektor peternakan masa mendatang mengalami penyempurnaan dengan fokus pada aspek-aspek sebagai berikut: (1) Intensifikasi budidaya ternak.
(2)
Peningkatan pelayanan kesehatan hewan. (3) Optimalisasi penggunaan teknologi di bidang peternakan.
(4)
Peningkatan sumber daya manusia petemakan. (5) Pemberdayaan kelompok temak. (6) Pengalokasian anggaran untulc diklat-diklat dan penelitian. (7) Penetapan kawasan dan sentra-sentra usaha petemakan. (8) Penyuluhan dan pembinaan bidang petemakan. (9) Regulasi budidaya, perdagangan dan investasi bidang peternakan. (10) Pengembangan agribisnis peternakan. (1 1) Membangun kerjasama dibidang peternakan dengall lembaga terkait dan perusahaan petemakan. (12) Mendorong tumbuhnya usaha sarana produksi petemakan (Sapronak). (13) Mempermudah perizinan usaha peternakan.O Hak cipta mililr IPB, Tahun 2009 Hak Cipta diiindungi
ANALISIS KEBIJAKAN DAN PROGRAM SUBSEKTOR
PETERNAKAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT
HOTMUDA SIMtiRMATA
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional
pads
Program StudiMagister Manajemen Ketahanan Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tugas Akhir : Analisis Kebijakan dan Program Subsektor Peternakan Kabupaten Lampung Barat
Nama Mahasiswa : HOTMUDA SIMARMATA
N W : 1153070145
Disetujui,
Komisi Pembimbing
\
Prof. Dr. Ir. bardinsyah, MS ~ k t u a
Dr. Ir. Diah disnatuti, MS Anggota
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul : "Analisis Kebijakan dan Program Subseltor Peternakan Kabupaten Lampung
Barat".
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1.
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah melnberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.2.
Dr. Ir. Budi setiawan, MS. selaku ketua program studi Magister Profesional Manajemen Icetahanan Pangan.3. Seluruh dosen program studi Magister Profesional Manajemen Ketahanan Pangan yang telah banyak memberikan pengetahuan dan Reisi, SP yang telah membantu kelancaran kami selama mengikuti perkuliahan.
4.
Ir. MD. Djamaludin, M.Sc selaku penguji luar komisi.5.
Pemerintah Kabupaten Lampung Baral: besei-ta jajarannya, yang telah memberikan bantuan dana beasiswa dalam menempuh pendidikan pasca sarjana.6. Drs. Syamsi Mursalin selaku Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat, yang turut meniberikan dorongan kepada penulis.
7.
Ayahanda dan Ibunda yang saya kagumi dan sayangi, yang memberikan dorongan kepada penulis selama menempuh pendidilan ini.8. Istri tercinta dan anak-anak tersayang, yang telah memberikan dorongan dan dukungan moral, spiritual dan material kepada penulis.
9. Semua teman mahasiswa MKP dan pihak yang telah membantu dan memberiltan kontribusi dalam penyusunan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2009
RIWAYAT
HlDUP
Penulis dilahirkan di Gaol Kabupaten Sirnalungun, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 20 Agustus 1967 anak dari pasangan Ayah Nokoh Simarmata dan Ibu Sarmainim Lingga, sebagai anak leempat dari delapan bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Nagori Purba tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri I Saribudolok tahun 1982, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Saribudolok tahun 1985 dan Sarjana Peternakan dari Fakultas Peternakan Universitas Jarnbi tahun 1991.
Sejak tahun 1993 sarnpai dengan sekarang penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat. Pada Bulan Juni 2007 Penulis mengikuti seleksi Pasca Sarjana (S2) dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Magister Profesional Manajemen Ketahanan Pangan yang diselenggarakan oleh lnstitut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
K~iye~'se~nbnhknr~ rrstrrk:
Isfrikrr ynrtg terkasilr rlar~
DAFTAR
IS1
Halaman
DAFTAR TABEL
...
vi. .
DAFTAR GAMBAR...
V I I...
DAFTAR LAMPIRAN...
V I I I...
PENDAHULUAN 1...
Latar Belakang 1 Perumusan Masalah...
4Tujuan
...
4...
Kegunaan 5...
TINJAUAN PUSTAKA 6 Kebijakan. Program Kegiatan dan Anggaran. .
...
6Analisis Kebljakan
. .
...
10A n a l ~ s ~ s SWOT
...
12Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran
...
13Sumber Daya Pangan Peternakan dan Ma~lfaatnya
...
15Pembangunan Peternakan Berkelanjutan
...
17KERANGKA PEMIKIRAN
...
20...
METODE PENELITITIAN 22...
Desain. Tempat dan Waktu Penelitian 22...
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22...
Pengolahan dan Analisis Data 23 Tahapan-Tahapan Analisis SWOT...
....
...
24...
Definisi Operasional 24...
HASIL DAN PEMBAHASAN 26...
Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat 26. .
Kondls~ Geografis...
26Mata Pencaharian Penduduk
...
26Kondisi Subsektor Peternakan
...
27Kebijakan dan Program Subsektor Peternakan
...
2003-2007 I<abupaten Lampung Barat 28 Kegiatan dan Anggaran Subsektor Peternakan...
29Alokasi Anggaran untuk Pengembangan Sumber Daya
Pangan Peternakan
...
30Implementasi Kegiatan Bagi Kelompok Tani Ternak
...
32. .
M o t ~ v a s ~
...
32...
Manfaat kegiatan 33
Permasalahan dan Upaya-upaya menanganinya
...
34...
Analisis SWOT Pembangunan Peternakan 35
Identifikasi Lingkungan Internal dan Elcsternal
...
35Evaluasi dan Pembobotan Faktor-faltor Internal dan Eksternal
...
37Strategi dan Kebijakan Pembangunan Subsektor Peternakan
Masa Mendatang
...
47Strategi Pembangunan Subsektor Peternakan
Kabupaten Lampung Barat Mendatang
...
47 Kebijalcan Pembangunan Subsektor PeternakanKabupaten Lampung Barat Masa Mendatang
...
48Penjabaran Konsep Kebijakan dan Strategi Subsektor
Peternakan Kabupaten Lampung Barat Masa Mendatang
...
50ICESIMPULAN DAN SARAN
...
53 Kesimpulan...
53...
Saran 54
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Gambaran jumlah populasi berbagai jenis temak di Kabupaten
Lampung Barat
...
27 2 Jumlah kebijakan dan program subsektoi: peternakan KabupatenLampung Barat 2003-2007
...
283 Implementasi kebijakan dan program subsektor peternakan Kabupaten
Lampung Barat ke dalam kegiatan operasional 2003-2007
...
29 4 Jumlah kegiatan menurut lcelompok bidang tugas pada subsektorPeternakan 2003-2007
...
305 Porsi aloltasi anggaran untuk pengembangan sumber daya pangan
petemakan 2003-2007
...
316 Motivasi petemak mengikuti program pe:ngembangan temak pemerintah
...
Kabupaten Lampung Barat 32
7 Manfaat yang diperoleh anggota kelompolt mengikuti kegiatan
pengembangan ternak Pemerintah di Kabupaten Lampung Barat
...
33 8 Permasalahan yang dialami dan upaya-~rpaya yang dilaksanakananggota kelompok tani ternak
...
34...
9 Matrik evaluasi faktor-faktor internal 38
10 Matrik evaluasi faktor-faktor eltsternal
...
39 11 Matrik analisis SWOT Dinas Petemaltail dan Kesehatan Hewan...
Kabupaten Lampung Barat 41
12 Pengelompokan strategi-strategi a1ternat.Z menjadi strategi utama
...
45 13 Penentuan rangking strategi utama me~ljadi strategi prioritas...
46
14 Strategi subsektor peternakan berdasarltsrn urutan prioritas
...
,...
4715 Implementasi konsep strategi dan kebijaltan subsektor petemakan
...
DAFTAR GAiLIBAR
Halaman
. .
1 Kerangka pemlluran
...
20 2 Grafik pemetaan posisi Dinas Peternaka11 dan Kesehatan HewanDAFTAR LAMI'IRAN
Halaman
1 Daftar Nama Responden Pengurus dan Pmggota I<elompok ternak
...
Kambing 57
2 Daftar Nama Responden Pengurus dan Pmggota Kelompok ternak
...
Sapi 58
3 Daftar Nama Responden Pejabat terkait :Penyusun Program
...
594 Daftar Nama Responden Pejabat Terkait dengan Pengambilan Kebijakan
...
595
Jumlah Anggaran Pembangunan Subselaor Peternakan Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2003...
606 Jumlah Anggaran Pembangunan Subselc~or Peternakan Kabupaten
...
Lampung Barat Tahun Anggaran 2004 61 7 Jumlah Anggaran Pembangunan Subse1cl:or Petemakan Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2005...
628
Jumlah Anggaran Pembangunan Subse1ct:or Peternakan Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2005...
639 Jumlah Anggaran Pembangunan Subse11:or Peternakan Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2006
...
6410 Kebijakan Pembangunan Subsektor Peternakan Kabupaten Lampung Barat 2003-2007
...
651 1 Hasil Wawancara dengan Peternak KanG~ing
...
6612 Hasil Wawancara dengan Peternak Sapi
...
6813 Matrik Kebijakan dan Program Subsektor Petemakan 2003-2007
...
7014 Implementasi Kebijakan dan Program St~bsektor Peternakan 2003-2007
...
7315 Daftar Pertanyaan Penelitian
...
79...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Republik Indonesia dikenal bercorak agraris, yang sebagian besar penduduknya tinggal di wilayah pedesaan, dengan sumber pendapatan penduduk mengandalkan sektor pertanian (tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, perikanan dan lcelautan serta kehutanan). Sampai saat ini peranan sektor pertanian termasuk subsektor peternakan cukup signifikan dari segi penyerapan tenaga kerja, nilai ekspor dan produk domestik bruto serta pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Kenyataan ini semakin meyakinkan pemerintah untuk tetap konsisten, fokus dan berkomitlnen pada pengembangan pertanian termasuk subsektor peternakan dalam penyusunan strategi dan kebijakan pembangunan nasional.
Pada sisi lain, harus diakui bah~va sejak awal kemerdekaan, masa pemerintahan orde baru, hingga masa reformasi sampai saat ini, tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk peternak, masih sangat rendah dan memprihatinkan. Cukup banyak kebijakan pembangunan pertanian dalam ha1 ini termasuk wbsektor peternakan yang telah dirumuskan, ditetapkan dan diimplelnentasikan namun belum mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Kenyataan tersebut mencerlninltan bahwa program pelribangunan selama ini memiliki kelemahan paling tidak dalam dua ha1 yaitu : belum terarah dengan baik dari segi proses perencanaan program rian belum konsisten dari segi implementasi program di lapangan.
Di Kabupaten Lampung Barat, posisi sub sektor peternakan sangat strategis, karena berdasarkan Undang-Undang nomor 6 tahun 1991, tentang pembentukan Kabupaten Lampung Barat> telah ditetapkan dan diserahkan
,
urusan-urusan pemerintah di bidang peternakan sebagai salah satu kewenangan pangkal untuk pemerintah Kabupaten Lampung Barat. Dengan demikian gerak langkah pembangunan di Kabupaten Lampung Barat turut serta ~nenggerakkan pembangunan subsektor peternakan, yakni dapat dilihatAnggaran Pendapatan dan Belanja Daorah (APBD) Kabupaten Lampung Barat setiap tahunnya.
Pembangunan pada subsektor peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat pznting, karena mempunyai tujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara berkelanjutan melalui perbaikan gizi, mewujudltan keluarga rnandiri sadar gizi, lneningkatkan pendapatan dan lcesejahteraan petani ternak, kesempatan kerja, pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan devisa Negara (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003).
Pembangunan subsektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat semakin terarah dan terukur setelah adanya kewajiban setiap kabupaten dan satuan perangkat daerah untuk membuat perencanaan strategis (Renstra) pembangunan daerah yang selanjutnya dijabarkan dalam perencanaan strategis (Renstra) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat. Visi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Icabupaten
Lampung Barat Tahun 2003-2007, adalah terwujudnya peternakan
tangguh, ramah linglcungan, berbasis suinberdaya lokal dan berkelanjutan,
diperlukan adanya dukungan oleh segenap stake holder antara lain:
pemerintah, swasta dan masyaralcat peternakan sebagai pelaku
pembangunan.
ternak sebagai pupuk kandang (organik.) untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah melalui penambahan ulisur hara tanah, yang sangat berguna dalam rangka menyuburkan tanaman dan tnikro organisme tanah.
Ditinjau dari segi pemenuhan gizi, sosial budaya dan eltonomi, pembangunan subsektor petemakan di Indonesia mempunyai kedudukan sangat penting di masyarakat, karena setiap orang memerlukan atau memanfaatkan produksi ternak baili secara langsung maupun tidak langsung. Pada intinya arti penting dan inanfaat pengembangan subsektor peternakan itu adalah sebagai berilcut : merupakan sumber gizi, sumber tenaga, sumber pupuk, sebagai peningkatan penghasilan dan kesemapatn kerja, sebagai bahan industri, sebagai sumber penyelidikan ilmu, berfungsi sebagai rekreasi dan untuk kepentingan upacara-upacara tekentu.
tercapainya tujuan pembangunan sumberdaya pangan peternakan secara berkelanjutan di Kabupaten Lampung Barat.
Perurnusan Fvlasalah
Masalah pada subsektor Peternakan di Kabupaten Lampung Barat saat ini adalah sebagai berikut : pola pemeliharaan (95%) masih bersifat ekstensif tradisional dan (5%) semi i111:ensif. Pertambahan berbagai jenis temalc masih sangat rendah yaitu rata-rata ternak sapi (0,46%), kerbau (0,41%), kambing (0,75%) dan domba (0,55%) sedangkan penurunan terjadi pada populasi ternak ayam buras sebesar (39,24%). Ketersediaan pangan hewani asal ternak yakni daging (73,28%) berasal dari luar, (26,72%) produksi sendiri; telur (70%) berasal dari luar dan (30%) produksi sendiri. Permasalahan tersebut diduga ada llubungannya dengan kebijakan dan program yang telah dirumuskan, ditetapkan dan diimplementasikan dalam pembangunan subsektor peternakan di [cabupaten Lampung Barat, dalam
kurun waktu 2003-2007. Sesuai dengan fungsi Pelnerintah sebagai
pembina, fasilitator dan pengawasan terhadap pengembangan sumberdaya pangan (SDP) peternakan, se~nestinya mempunyai peranan strategis dala~n penentuan kebijakan, program dan kegia1:an serta alokasi anggaran.
Bertitik tolak terhadap hal-ha1 tersebut di atas, penulis mernandang perlu dilaksanakan penelitian untuk mengananalisis kebijakan, program, kegiatan dan alokasi anggaran pada subsektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat, khususnya dipandang dari keeratan dan relevansinya dengan potensi dan sumber daya yang ada dan mencerrminkan lcomitlnen Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam ha1 ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terhadap pengembangan sumberdaya pangan (SDP) subsektor peternakan secara berkelanjutan.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
perumusan kebijakan subsektor peternaltan untuk masa yang akan datang di Kabupaten Lampung Barat.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis kebijakan dan program subsektor peternakan selama lima
tahun anggaran (2003-2007).
2. Menganalisis alokasi anggaran (porsi anggaran) subsektor peternakan terhadap pengembangan sumberdaya pangan (SDP) peternakan secara berkelanjutan.
3. Mengidentifjkasi dan menganalisis lingkungan strategis (internal dan
eksternal) pada subsektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat
.
4. Merumuskan strategi, kebijakan, program, kegiatan untuk rekomendasi pembangunan subsektor peternakan di KabupatenLampung Barat untuk masa mendatang.
Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh informasi mengenai
gambaran kebijakan, program kegiatan dan lingkungan strategis
pengambilan kebijakan serta jumlah alokasi anggaran subsektor peternaltan dalam kurun waktu 2003-2007 yang lalu terhadap pengeinbangan sulnber
daya pangan (SDP) peternakan dan dapat dijadiltan sebagai
rekomendasi/masukan tentang konsep strategi dan kebijakan pembangunan subsektor peternakan untuk masa inendatang kepada berbagai pihak
(stakeholdeu), khususnya Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan, Program, Kegiatan d a n Anggaran
Kebijakan adalah suatu ha1 yang ditetapkan dan diberlakukan sebagai suatu arahan atau dasar yang mengikat masyarakat luas melalui serangkaian pengambilan keputusan, yang melibatkan berbagai pihak yang mempunyai hubungan kerja dan kepentingan yang luas serta lebih komplek ( Tanziha, 2008). Selanjutnya Menurut Anderson dalam Budi (2007) kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan.
IConsep kebijakan ini memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Kebijakan juga merupakan arah tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Permendagri no.13 tahun 2006). Pendekatan proses merupakan pendekatan paling umuln digunakan dalam studi kebijakan publik ; pendekatan ini biasanya digunaltan untuk mengidentifiltasi tahap- tahap dalam proses kebijakan dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang menentukan dari masing-masing tahap kebijakan (Lester dan Stewart dalam Budi, 2007).
Program adalah serangkaian kegia1:an sistematik yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang dirumuslian berdasarkan kebijakan untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Program terdiri dari beberapa proyek dan proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu.
Sesuai definisi tersebut proyek niempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(I) Proyek mempunyai tujuan, yaitu menghasilkan barang dan jasa.
(2) Proyek membutuhkan masukan (input) berupa sumber-sumberdaya seperti modal, tenaga buruh, tanah dan kepemimpinan. (3) Proyek mempunyai titik awal dan titik akhir. (4) Dalam kurun waktu tertentu setelah proyek selesai baru menghasilkan barang atau jasa (Bappenas, 1999). Lebih lanjut Permendagri no. 13 tahun (2006) menjelaskan bahwa, program adalah merupakan instrumen Icebijakan yang herisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau leinbaga atau masyarakat yang dikoordinasiltan oleh instansi pemerintah untuk tnencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dilnana program tersebut terdiri dari program satuan kerja prangltat daerah (SKPD) yaitu sekumpulan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah, program lintas satuan kerja perangkat daerah adalah seltumpulan rencana kerja beberapa satuan kerja perangkat daerah dan progriun ke wilayahan dan lintas wilayah adalah sekuinpulan rencana kerja terpadu antar satuan kerja perangkat daerah mengenai suatu atau beberapa wilayah, daerah atau kawasan.
meringkas informasi masukan dasar y m g diperlukan untuk merumuskan strategi ; tahapan pencocokan menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal ; tahap keputusan adalah tahap memilih dan memutuskan alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap pencocokan.
Menurut Sutojo (2000) Investasi proyek seringkali disebut investasi barang modal (capital good), karena berbagai macam sebab sulit untuk dihindarkan tanpa investasi. Adapun ciri investasi tersebut adalah sebagai berikut :
(a) Investasi proyek menyerap dan mengikat dana yang secara absolut atau dalam persentase cultup besar jumlahnya dalam janglta waltu cukup lama yaitu di atas satu tahun, oleh ltarena itu apabila terjadi kesalahan dalani perencanaan atau evaluasi kelayakan rencana investasi dampak negatif yang diderita perusahaan akan berlangsung lama;
(b) Manfaat yang akan diperoleh perusahaan, rnisalnya keuntungan baru dapat dinikmati beberapa bulan atau tahun kemudian setelah investasi dilaksanakan, oleh karena itu untuk menghitung nilai nyata manfaat yang akan diterima perusahaan pada masa yang akan datang diperlultan metode khusus, misalnya discounted cashflow method;
(c) Dibandingkan dengan investasi harta lancar tingkat resiko yang dihadapi pengusaha dalam investasi proyek lebih besar, resiko besar tadi disebabkan oleh jumlah dana yang teriltat dan juga karena panjangnya jangka waktu yang diperlukan untuk memetik keuntungan yang dapat dipergunakan untuk mengembalikan dana yang telah ditanamkan;
pemerataan pendapatan antar warga negara agar kesenjangan dalam penerimaan pendapatan dapat dikurangi; (c) Fungsi stabilisasi adalah anggaran yang menyangkut terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi, kestabilan harga yang tinggi dan partum buhan ekonomi yang memadai.
Anggaran berbasis kinerja adalah system anggaran yang
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat ter~nasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran yang dihasilkan (Pennendagri nomor: 13 tahun 2006). Anggaran diatur dan ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang, ha1 ini di pusat disebut dengan undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan di daerah dikenal dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi, KabupatenIKota (Undang-Undang Dasar Republilt Indonesia, 1945).
Analisis Kebijakari dan Program
Analisis kebijakan telah mengembangkan inti dasar teori yang kurang lebih mempunyai kaitan logis, beragam metode yang banyak diterima oleh para praktisi tradisi kupasan antara isu-isu politis, Ideologis dan etis yang dimunculkan melalui penerapan analisis kebijakan dan fakta-fakta yang baik yang sifatnya sistematis ataupun anelcdor yang telah meningkatkan kemampuan klien dalam memecahkan masalah. Sekalipun terdapat kemajuan yang berarti dalam pengembangan ilmu-ilmu kebijakan, aplikasi metode analisis kebijakan dalatn konteks dunia nyata tetap terbuka terhadap piliban-pilihan yang bebas, dimana metode analisis kebijakan hanya memberikan tuntunan umum saja. Belu~n tersedia kumpulan pengetahuan yang benar-benar terpercaya dan benar-benar tersusun yang dapat membimbing para analis lcapan mengjzunakan model-model formal dan
kapan lnenyandarkan diri pada perlimbangan-pertimbangan intuitif,
bagaimana mendekati pengambil keputi~san dan bagaimana membuj~lknya agar memahami masalah yang sebenarnya, rnetode lnana yang harus digunakan dan kapan harus mempercayai hasilnya, parameter apa yang harus tunduk pada analisis sensitifitas clan nilai alternatif apa yang harus dipakai, bagaimana meyakinkan bahwa asumsi-asumsi dan kesimpulan- kesimpulan analis dapat dimengerti clan diperhatikan atau kapan suatu lnetode dapat memperbailci pernahaliian tentang masalah keputusan dan kapan justru lebih banyak membuahkan kesulitan-kesulitan lcetimbang manfaat. (Rangkuti, 2006).
Selain kebutuhan untuk membua~: pertimbangan-pertimbangan yang
bebas dalam konteks praktis, konsensus rnengenai prinsip metodologis inti mulai tampak dalam praktek penelitian dan analisis kebijalcan. Inti metodologi ini dipinjam dari berbagai disiplin ilmu dan dapat diterapkan pada berbagai masalah yang dihadapi oleh Pemerintah, dan ada suatu kumpulan pengetahuan yang penting tentang keunggulan dan keterbatasan dari metode-metode analisis kebijakan jilca diterapkan dalam dunia praktis.
untuk memecahkan masalah yang rumit, tujuan yang secara langsung berlawanan dengan pandangan bahwa pembuatan kebijakan menyangkut kalkulasi yang sepenuhnya rasional, melibatkan aktor-aktor yang rasional secara ekonomis, politis dan organisasional yang berupaya memaksimalkan utilitis ekonomi, kekuasaan politik dan efektifitas organisasi (Dunn, 2003).
Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006) Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk: merumuskan suatu strategi yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportztnities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan Misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaantinstansi.
Perencanaan strategis (strategic planning) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaadinstansi (Kekuatan, Kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi, model yang paling populer dengan analisis situasi dikenal dengan analisis strengths, weaknesses, opportunities dan threats (SWOT). Selanjutnya analisis perencanaan strategis merupakan salah satu bidang studi yang banyak dipelajari secara serius di bidang akademis, ha1 ini disebabkan karena setiap saat terjadi perubahan, seperti persaingan yang semakin ketat, peningkatan inflasi, penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi yang setnitkin canggih dan perubahan kondisi demografis, yang mengakibatkan berubahnya selera konsumen secara cepat.
Untuk memenuhi semua tantangan tersebut, perusahaadinstansi
ditinjau kembali positioningnya; 5) Begaimana caranya mencapai posisi memimpin; 6) Bagaimana semua sumber daya dapat dialokasikan untulc menciptakan keunggulan bersaing. Jawaban semua pertanyaan di atas memerlukan semua pengamatan, berbagai konsep atau literatur, teknik analisis, temuan-temuan empiris serta paradigma yang dapat dipakai sebagai landasan untuk menyusun perencanaan strategis. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis.
Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaanlinstansi dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaanlinstansi dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam ha1 ini dapat dibedalcrin dengan jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor dan pesaing. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan ~neiniliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Selanjutnya Hamel dan Prahald (1995) dalaln Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-mencrus dilalcukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa yang akan datang. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari lcompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan adalah suatu prose:: kegiatan yang menyeluruh dari penyusunan rencana sampai dengan tahapan evaluasi pelaksanaannya (Cokroamidjojo, 1977 dalam Nova, 2004). Lebih lanjut Jhingan (1990) menyatakan bahwa perencanaan adalah teknik, cara untuk mencapai tujuan :
didesentralisasikan dan yang disentralisasikan. Dalaln perencanaan yang disentralisasikan, keseluruhan proses perencanaan suatu negara berada di bawah Badan Perencanaan pusat. Pada sisi lain perencanaan yang didesentralisasikan mengacu kepada pelaksanaan rencana dari bawah. Rencana dirumuskan oleh Badan Perencanaan Pusat setelah berkonsultasi dengan berbagai unitlsatuan administrasi Negara.
Perencanaan pembangunan disusun untulc menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta
pengawasan. Sistem perencanaan pembangunan nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana- rencana pembangunan dalam jangka pan.jang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah, pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalaln rangka mencapai tujuan bernegara, sedangkan pembangunan daerah adalah merupakan bagian dari kesatuan sistem pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan pemerintah menurut prakarsa daerah dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia (Undang-Undang no. 25 tahun 2004).
Mekanisme perencanaan pembangunan diselenggarakan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) secara berjenjang yang dimulai dari tingkat desalltelurahan (musrenbangdes), di tingkat Kecamatan (musrenbangcam), di tingkal. Icabupaten dan Kota (musrenbang kablkot), di tingkat Propinsi (musrenbangprop) dan di tingkat Nasional dikenal dengan (musrenbangnas), dengall memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan (Undang-undang no. 25 tahun 2004).
(Pemda) dan masyarakat pemerhati. Tnhapan kedua penentuan arah dan kebijakan utnum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), melibatkan eksekutif, masyarakat pemerhati dan DPRD. Tahapan ketiga penentuan strategi dan prioritas APBT), melibatkan Pemerintah Daerah,
masyarakat pemerhati dan panitia ~rdhoc DPRD. Tahapan keempat
penyusunan rencana anggaran satuan kerja, melibatkan unit kerja, t i ~ n anggaran eksekutif dan forum masyarakat. Tahapan kelima evaluasi dan seleksi rencana anggaran satuan Kerja, melibatkan tim anggaran eksekutif dan unit kerja. Tahapan lceenam pembahasan pra rancangan Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (RAPBD), melibatkan tim anggaran elcsekutif dan panitia anggaran legislatif. Tahapan lcetujuh sidang paripurna pembahasan RAPBD dan penetapan APBD melibatkan Pemerintah Daerah dan DPRD (Kepmendagri, 2002).
Rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) adalah
dokumen perencanaan nasional untuk periode 20 (dua puluh ) tahun,
Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) adalah dokumen perencanaan untuk masa 5 (Lima) tahun dan untuk di daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota dikenal dengan Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yaitu dokumen perencanaan daerah untuk masa periode 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka A4enengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan untuk masa periode 5 tahun (Undang-
Undang no. 15 tahun 2004 ; Undang-Undang no. 25 tahun 2004).
Surnberdaya Pangan Peternakan dan Manfaatnya
Fauzi (2006) mengatakan, bahwa su~nberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai elconomi atau merupakan komponen
ekosistem yang menyediakan barang clan jasa yang bermanfaat bagi
ketrampilan (skill) untuk memanfaatkar~nya. Kedua harus ada permintaan
(demand) terhadap sumberdaya tersebut.
Sumberdaya alam merupakan asset di dalam pembangunan, yang diperlukan untuk kesejahteraan manusia yang pemanfaatannya perlu lestari dan tidak menimbulkan degradasi lingkungan (Soerianegara, 1997). Lebih lanjut Zonneveld (1979) dalam Baliwati (2004) mengatakan, bahwa sumber daya alam adalah bentang alam yang lnernililti komponen biotic dan abiotik tersedia untuk memenuhi kebutuhan lnanusia secara lestari.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidalc diolah ataupun produk turunannya yang diperuntukkan sebagai makana11 atau minuman, bagi manusia terrnasuk bahan tarnbahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalarn proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan
rnakanan atau rninuman (Undang-Undang nomor: 7 tahun 1996).
Selanjutnya Dewan Ketahanan Pangan (2006) mendefinisikan, hahwa
pangan adalah kebutuhan dasar a~anusia paling utama, karena itu
pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak azasi individu, sebagai komponen dasar untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas.
Sumberdaya ternak memiliki tiga persyaratan sebagai berikut:
I ) hidupnya dibawah pengawasan manusia; 2) berkembang biak dibawah
pengawasan manusia; 3) memberikan manfaat serta keuntungan kepada
manusia, seperti daging, telur, susu, wool, tenaga lcerja rekreasi, pupuk kandang dan lain-lain (AAK,1978). Lebih lanjut Yusdja dan Ilham (2006) menyatakan, bahwa posisi ternak sesuai fungsi pemanfaatannya dan pengembangannya dalam budidaya meliputi: ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas dan ternak sebagai penghasil produk. Ternak adalah hewan piara, yang kehidupannya yakni mengenai tempat dan perkembangbiakannya serta pemanfaatannya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa- jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia (Undang-Undang
Secara konseptual pembangunan subsektor peternakan diarahkan kepada tiga sasaran, yakni; 1) Sasaran pemerataan yang akan dicapai melaiui usaha meningkatkan pendapatan petani peternak dan menciptakan
lapangan kerja serta meningkatkan gizi masyarakat; 2) Sasaran
pertumbuhan yang akan dicapai malalui usaha-usaha meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri, ekspor maupun mengurangi impor; 3) Sasaran kelestarian dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, khususnya dalarn kaitannya dengan sumber daya peternakan (Hutasoit dalam Huitema, 1986).
Ditinjau dari segi pemenuhan gizi, sosial budaya dan ekonomi, pembangunan subsektor peternakan di Indonesia lnempunyai kedudukan sangat penting di masyarakat, karena setiap orang memerlukan atau lnemanfaatkan produksi ternak baik secara langsung maupun tidak Iangsung.
Pembangunan Peternalran Berlielanjutan.
Menurut Heal (1998) dalam Fauzi (2006). Konsep berkelanjutan (sustainble) ini paling tidak mengand~sng dua dimensi: Pertama adalah dimensi waktu, ltarena keberlanjutan it1.1 tidak lain menyangltut apa yang terjadi dimasa yang akan datang. Ked~sa adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya alam dan lingkungan. Lebih lanjut Daly (1990) menambahkan beberapa ar:pek mengenai definisi operasional pembangunan berkelanjutan, antara lain; a) Untuk sumber daya alam terbarukan : laju pemantauan harus sama dengan laju generasi produk lestari); b) Untuk masalah lingkungan : laju pembuangan limbah (by
prodzict) harus setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan. Sumber energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara quasi szlstninable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara rnenciptakan energi subsitusi.
Misi, Tujuan dan Strategi Pembangunan Pertanian, maka dirumuskan dala~n dua program utama yaitu : program pengembangan agribisnis dan program peningkatan ketahanan pangan.
Program pengernbangan sistem agribisnis dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan sisteln dan usaha-usaba agribisnis yang mengarahkan agar selurub subsistem agribisnis (peternakan, perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura, periltanan dan kelautan) dapat secara produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin &an mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi kesehatan.
Operasionalisasi program pengenibangan agribisnis diurai dalam sub program pengembangan agribisnis berbasis tanaman pangan, agribisnis berbasis hortikultura, agribisnis berbasis perlcebunan, agribisnis berbasis peternakan, pengernbangan kelembagaan usaha agribisnis dan SDM, pengembangan kelembagaan pelayanan agribisnis, pendayagunaan dan
perlindungan sumber hayati, pengembangan teknologi strategis dan
wilayab, pengembangan usaba agribisnis bemawasan lingkungan (eco
tersebut didasarkan pada evaluasi Icinerja, peluang dan tantangan pernbangunan pertanian dan disusun dalam bentuk kegiatan-kegiatan operasional (Departemen Pertanian, 2001).
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian, dengan kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan populasi ternak, produksi ternak, memperluas kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan rnasyarakat petani ternak dan
meningkatkan konsumsi protein hewani asal ternak melalui peningkatan ketersediaan produk asal ternak (Arlina
.
1997). Sejalan dengan ha1 tersebut Direktorat Bina Program Ditjennak (1989) dalam Arlina (1997) menetapkan sasaran pokok pembangunan subsektor peternaltan selain beberapa ha1 yang telah disebutkan di atas juga adalah ur~tuk menambah devisa negara dan pemanfaatan potensi wilayah secara optimum.Tujuan pembangunan subsektor peternakan secara umum adalah; peningkatan pendapatan petani ternak, ketersediaan bahan pangan hewani yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dan harga terjangkau serta mengentaskan kemiskinan. Secara khus~.is tujuan pembangunan peternakan adalah: peningkatan dan pengembangan sistem perbibitan ternak (pemerintah, swasta dan masyarakat), pambinaan budidaya peternakan dan pakan kearah good farming practices, pengembangan sistem kesehatan hewan nasional dan pemberantasan penyakit hewan rnenular strategis secara bertahap, pengembangan sistem kesehatan masyaralcat veteriner (kesmavet), pengembangan sentra-sentra usaha peternakan, dengan strategi yang digunakan adalah: 1) Pendekatan t e r p a d ~ ~ (hulu-on farm ; hilir- offfarm); 2) pedekatan sistem. (Ditjennak, 2003). Seji.imlah kebijakan diperlukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondcwif pada sektor pertanian termasuk subsektor peternakan adalah seperti; a) pengembangan insentifinvestasi; b)
pengembangan kelembagaan keuangan dan permodalan pertanian; c)
KERANGKA PIEMIKIRAN
Pembangunan subsektor peternaltan dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah diduga sangat erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan dan program-program subsektor peternakan yang dirumuskan dan diimplementasikan dalam bentuk dan kegiatan-kegiatan setiap tahun anggaran. Anggaran yang tersedia dikenal dalam bentuk alokasi anggaran oleh pelnerintah ataupun skim kredit oleh lembaga lteuangan (perbanltan) maupun oleh lembaga permodalan swasta merupakan salah satu unsur penting untuk menunjang lce~najuan pembangunan subsektor peternakan.
Pembangunan subsektor peternakan yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Lampung Barat dituangkan dalam perencanaan strategis (renstra) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan yang memuat kebijakan, program dan kegiatan selama 5 tahun. Dengan adanya kebijaltan, program dan kegiatan pembangunan tersebut akan lnembutuhkan anggaran dalaln bentuk aIokasi anggaran pembangunan, yang diltenal dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten 1,ampung Barat dalam ha1 ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat.
Kesejahteraan Petani Peternak
I
I
Keterangan : ' - - -
,...
! Tidak termasuk Variabel Penelitian [image:37.595.88.490.131.759.2]0
Variabel PenelitianMETODE
Desain, Tempat dan Waktu Peneiitian
Penelitian dilakukan di Kabupater~ Lampung Barat. Pemilihan lokasi dan responden dilakukan secara sengaja @urposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut relevan untuk dijadikan objek penelitian tentang analisis kebijakan dan program subsektor petemakan di Kabupaten Lampung Barat.
Disain cross sectional melalui re!view terhadap dokumen kebijakan subsektor petemakan Tahun 2003-2007, di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan wawancara kepada para Pejabat pada tataran perencanaan program dan tataran kebijakan di Dinas Petemakan dan Kesehatan Hewan
,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Komisi B DPRD Kabupaten Lampung Barat (lampiran 3 dan 4 ), sedangkan pada tataran implementasi kegiatan dilakukan wawancara kepada kelompok temak sapi dan kelompok ternak kambing yang ditcntukan secara sengaja @urposive). Penelitian dilakukan bulan November sampai dengan bulan Desember 2008, diawali dengan kegiatan pengumpulan dokumen-dokumen perencanaan dan uji coba kuesioner.Jenis dan Cara Peugumpulan Data
Barat. Sedangkan wawancara pada tataran kebijakan dan tataran program dilakukan kepada para pejabat yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Asisten pembangunan (Asisten 11) dan Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Lampung Barat. Dara primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Pada tataran Pengambil Kebijakan dan Program adalah berupa:
1. Prosedur Perumusan kebijakan dan program.
2. Kendala-kendala dalam perumusan kebijakan dan program.
3. Faktor
-
faktor untuk mendukung jumlah alokasi anggaran. 4. Data Lingkungan Strategis (Faktor-faktor Internal dan eksternal). b. Pada tingkat petani peternak berupa:1.Manfaat yang diperoleh selama mernelihara paket ternak pemerintah. 2.Permasalahan yang dialami s e l a ~ r ~ a memelihara paket ternak
pemerintah.
3.Upaya-upaya yang dilakukan unttrk ~nengatasi permasalahan tersebut.
4.Perkembangan aktifitas kelompok dan ternak yang dipelihara. Cara pengumpulan data sekundar yaitu melalui review terhadap
dokumen kebijakan subsektor Peternakan 2003-2007, data sekunder
tersebut berupa :
1. Data alokasi anggaran (budgeting) subsektor peternakan 2003
-
20072. Data Dokumen Kebijakan Peternakan lcurun waktu 2003
-
20073. Data Kegiatan pengembangan sumberdaya pangan peternakan tahun 2003-2007.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara tabulasi silang. Data yang
Tahapan-tahapan Analisis S W O T
Dalam melakukan analisis data dengan menggunakan analisis SWOT, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
(1) identifikasi faktor-faktor internal d a ~ i eksternal; (2) evaluasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal; (3) menentukan urgensi antar faktor- faktor internal dan eksternal; (4) melakultan pembobotan dan rating untuk masing-masing faktor-faktor internal dnn eltsternal; (5) penentuan posisi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan ICabupaten Lampung Barat;
(6) pembuatan matrik analisis SWOT; (7) perurnusan strategi alternatif hasil analisis SWOT; (8) pemilihan dan pengelompokan strategi alternatif menjadi strategi utama; (9) penentuan urutan prioritas strategi utama berdasarkan ranking, yaitu dengan m~:nilai keterkaitan strategi utama dengan faktor kunci keberhasilan (FI<X<) seperti; sumber daya manusia, dana, organisasi, metode dan sarana prasarana.
Kategori nilai yang diberikan adalah; sangat rendah diberi nilai 1; rendah diberi nilai 2; cukup tinggi diberi nilai 3; tinggi diberi nilai 4; sangat tinggi diberi nilai 5.
Hasil keterkaitan dan pemberian nilai tersebut akan diperoleh skor, nilai skor yang paling tinggi adalah rnerupakan urutan prioritas yang pertama sampai dengan urutan teralthir. Selanjutnya strategi tersebut disusun ke dalam tabel rnenjadi strategi prioritas berdasarkan ranking.
Definisi Operasional
Kebijakan adalah peraturan-peraturao perundang-undangan, dokumen-
dokumen ditetapkan dan diberlakukan sebagai suatu arahan atau dasar tindak yang berlaku minimal satu tahun anggaran.
Program adalah kumpulan dari kegiatan-kegiatan secara sisternatik diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Anggaran berbasis kinerja adalah system anggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan.
Aiokasi Anggaran adalah ketersediaan anggaraniporsi anggaran untuk kegiatan-kegiatan.
Kegiatan adalah pekerjaan pelaksanaan pembangunan dan kegiatan rutin. Lingknngan Strategis adalah faktor-faktor Internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perumusan suatu kebijakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat Kondisi Geografis
Kabupaten Lampung Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1991 Tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat I1 La~npung Barat,
yang diundangkan pada tanggal 16 Juli 1991. Kabupaten Lampung Barat secara geografis, terletak antara koordinat 40" 47' 16"-50" 56' 42" LS dan 103" 35' 08"
-
104" 33' 51" BT. Luas wilayah Kabupaten Lampung Barat adalah 495.040 ha atau 4.950,40 km2 meliputi 17 (tujuh belas) kecamatan.Batas-batas wilayah Kabupaten Lamptrng Barat adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan (Propinsi Bengkulu) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan (Propinsi Sumatera Selatan); Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Lampung Tengah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda dan Kabupaten Tanggamus; Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Bentuk wilayah Kabupaten Lampung Barat bervariasi, mulai dari daerah datar di sebelah Barat hingga daerah bergunung di sebelah Timur dengan kemiringan lahan mulai dari relatif landai (0-15%) hingga curam (> 40%). Formasi batuan yang umum dijumpai di Kabupaten Lampung Barat adalah endapan gunung api (Kecamatan Sumber Jaya, Way Tenong, Belalau, Sekincau, Sukau, Batu Brak, dan Balik Bukit), batu pasir Neogen (Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, dan Bengkunat), batu granit, kapur, batuan nietamorJ; tufa Lampung dan aluviunz (Lembah Way Semangka).
Mata Pencaharian
sektor lainya. Hal ini menunjukkan bahwa ltondisi wilayah Kabupaten Lampung Barat dari segi agroklimat dan kesuburan tanahnya sangat cocok untuk usaha pertanian.
Kondisi Subsektor Peternakan
Sektor Pertanian (subsektor) pada tahun 2007 memberikan kontribusi 60,64% terhadap total pendapatan domestik bruto (PDRB) Kabupaten Lampung Barat. Populasi berbagai jenis ternak pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: (1) populasi temak unggas paling tinggi adalah ayam kampung yaitu 367.483 ekor; (2) populasi ternak ruminansia besar paling lbanyak adalah ternak sapi 15.284 ekor; (3) populasi ternak ruminansia kecil paling banyak adalah ternak kambing 71.698 ekor. Kondisi tersebut menggambarkan lcetiga jenis ternalc tersebut sangat
cocok dan mendapat dukungan serta diminati ~nasyarakat di Kabupaten Lampung
barat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 1. berikut.
Tabel 1
.
Gambaran jumlah populasi teriialc di Kabupaten Lainpung Barat Kondisi tahun 2007No Jenis Ternak Jumlah ekor (%)
1 Ayam kampung 367.483 85,80
2 Ayam broiler 6.700 1,56
3 Itik 54.1 15 12,64
Jumlah unggas 428.298 100,OO
4 Kerbau 2.238 12,77
5 Sapi 15.284 87,23
Jumlah ruminansia besar 17.522 100,OO
6 Kambing 71.698 90,25
7 Domba 7.742 9,75
Jumlah ruminansia kecil 79.440 100,OO
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
[image:43.595.86.467.152.793.2]Kebijakan dan Program S u b s e k t ~ r Peternakan 2003-2007
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Lampung Barat
nomor : B/223/KPTS/II1.01/2004 tentang Rencana Stratejik DinasILetnbaga
TeknisIInstansi Pemerintah Kabupaten Larnpung Barat Tahun 2003-2007, kebijakan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat sebagai berikut :
Jumlah kebijakan sebanyak 14 kebijakan, yang paling banyak adalah lcebijakan bidang produksi produksi 5 kebijakan, ha1 ini menunjukkan pada tahun 2003-2007 kebijakan pada pembangunan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat masih fokus dengan peningkatan produksi (subsistem ketersediaan). Jumlah program sebanyak 45 program, yang paling dominan adalah program bidang
kesehatan dan kesehatan masyarakat veteriner 14 program, ha1 ini
menggambarkan adanya kekurang sinkronan antara kebijakan dengan program, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah kebijakan dan program subsektor peternakan 2003-2007
Bidang Kebijakan % Program %
Perencanaan 1 7,14 6 13,33
Produksi 5 35,72 12 26,67
Keswan dan Kesmavet 4 28,57 14 31,11
Bina usaha 4 28,57 13 28,89
Sumber : Renstra Disnak dan Keswan 2003-2007 Kabupaten Lampung Barat.
Tabel 3. Implementasi kebijakan dan program subsektor peternakan kedalam kegiatan operasional 2003-2007.
Bidang Program Kegiatan
ops t.ops j n ~ l ops t.ops jml jml
Perencanaan 1 0 I 1 5 6 5
Produksi 3 2 5 8 4 12 34
keswan dan kesmavet 3 1 4 7 7 14 25
bina usaha 2 2 4 5 8 13 6
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Peternakan (Ian Kesehatan Hewan
Kabupaten Lampung Barat 2003-2007.
Keterangan: ops = dapat dioperasionalkan ke dalam kegiatan t.ops = tidak dapat dioperasionalkan lte dalam kegiatan
jinl = jumlah
Dari Tabel 3 tersebut terlihat bahwa sebanyak (35,72%) kebijakan dan sebanyak (58,89%) program tidak dapat diimplementasikan kedalain kegiatan operasional selama 2003-2007 dan yang paling banyak dijumpai pada bidang bina usaha, ha1 ini disebabkan kekurangan dukungan, perhatian, anggaran dan pola pikir yang mengedepankan kegiatan-kegiatan bersifat fisik.
Kegiatan d a n Anggaran Subsektor Peternakan 2003-2007
Realisasi Pelaksanaa kegiatan 2003-2007
Tabel 4. Jumlah kegiatan rnenurut kelompok bidang tugas pada subsektor peternakan 2003-2007
Jumlah kegiatan menurut Tahun Anggaran Bidang tugas
2003 2004 2005 2006 2007 total
Perencanaan 0 0 2 2 1 5
Produksi 11 6 5 6 6 34
Keswan & Kesmavet 4 3 3 7 8 25
Bina Usaha 1 1 0 2 2 6
Jumlah 16 10 10 17 17 70
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung
Barat 2008
Dari Tabel 4. terlihat bahwa jumlah kegiatan yang dominan jumlahnya setiap tahun selama 2003-2007 adalah bidang produksi dan bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner kernudian diikuti oleh jumlah kegiatan pada bidang bina usaha dan bidang perencanaan.
Aloltasi Anggaran pengembangan Sumber Ilaya pangan Peternakan
Tabel 5. Porsi alokasi anggaran untuk pengembangan sumber daya pangan peternakan Tahun Anggaran 2003-2007
x 1.000 PengembanganSumber Daya Pangan Peternakan
Tahun . . . Kegiatan Utama Kegiatari Pendukung Total
Anggaran Jumlah (Rp) % Jumlah(Rp) % Anggaran
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten Lampung Barat, 2008
Dari Tabel 5. terlihat porsi alokasi anggaran untuk kegiatan pengembangan sumberdaya pangan peternaltan 2003-2007 lebih besar bila dibandingkan dengan porsi kegiatan penduk~.ing, kecuali tahun anggaran 2007 jumlah alokasi anggaran untuk kegiatan pendukung lebih besar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran kegiatan utama. Hal ini merupakan salah satu indikator, bahwa peinerintah Kabupaten Lampung Barat dalam ha1 ini dinas peternakan dan kesehatan hewan telah mempunyai komitrnen terhadap pengembangan sumber daya pangan peternakan.
Implementasi Kegiatan Bagi Kelompok Tani Ternak. Motivasi
Implementasi kegiatan berdampak positif terhadap motivasi masyarakat yang tergabung dalam kelompok ternak kambing dan ternak sapi untuk mengiltuti program pengembangan ternak pemerintah di Kabupaten Lampung Barat dapat ltita lihat seperti tercantum pada Tabel 6 . berikut.
Tabel 6 . Motivasi para peternak mengikuti program pengembangan ternak Pemerintah di Kabupaten Lampung Barat.
Klpk Kambing klpk Sapi
Uraian
orang ( ) orang
P/.)
Lamanya beternak : 15 60 17 86
a. (1-3) tahun 7 211 4 16
b. (4-5)tahun 3 I :! 4 16
c. (>5)tahun
Dorongan memelihara ternak 17 611 14 56
a. inisiatif sendiri 8 3:! 4 16
b. mengikuti tetangga 0 0 7 28
c. anjuran Petugas Dinas
Jumlah temak yang diterima: 20 80 25 100
a. (1-3) ekor 5 20 0 0
b. (4-5) ekor
Sistem Program yang disukai 6 24 2 8
a. gaduhan 19 76 23 92
b. BPLM
Kelebihan sistem gaduhan 2 8 0 0
a. cepat lunas 4 I ti 2 8
b. mendapat modal ternak
Kelemahan sistem gaduhan: 12 4f1 2 8
a. administrasi rumit 7 2f1 0 0
b. Pelaporan rumit
Usaha lain Anggota Kelompok: 3 12 0 0
a. tukang 6 24 3 12
b. buruh harian 16 64 22 88
c. berkebunltani
[image:48.595.62.437.74.802.2]sangat penting diperhatikan oleh pemerintah, bahwa program-program sti~nulus mampu memberikan dorongan kepada masyarakat dalam ha1 ini petani peternak. Manfaat kegiatan
Manfaat yang diperoleh anggota kelompok dari kegiatan pengembangan ternak pemerintah di Kabupaten Lampung Barat adalah seperti yang tercantum pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Manfaat yang diperoleh Anggola kelompok mengikuti kegiatan pengembangan ternak Pelnerintah di Kabupaten Lampung Barat.
Klpk. K.ambing Klpk. Sapi
Uraian orang (%) orang
(%I
Manfaat bagi anggota kelompok dari pengembangan ternak Pemerintah :
25 25 100
a. Penghasilan Tambahan
19 100 22 88
b. Peluang Usaha
25 76 25 100
c. Pupuk Kandang
25 100 25 100
d. Tabungan 100
22 25 100
e. Binaan Pemerintah 88
20 20 80
f. Belajar organisasi
25 80 25 100
g. Mendapat Modal 100
Besarnya Tambahan Penghasilan oer bulan adalah:
a. Rp. 100.000
-
200.000,-4
.
,b. > Rp. 200.000,-
Manfaat Bagi Kelompok: 100
5 5 100
a. Penambahan Kas
4 80 5 100
b. Penambahan anggota
Dari Tabel 7 terlihat bahwa lnanfaat tlari kegiatan pendistribusian ternak pemerintah kepada masyarakat adalah sebagai penghasilan tambahan, tabungan, modal dan pupuk kandang. Rata-rata penghasilan tambahan per bulannya > Rp.
200.000,-(tertinggi) dominan (76%) dijun~pai pada petemak sapi. Aktifitas
Permasalahan d a n Upaya-upaya Menanganinya.
Permasalahan yang dialami anggota Kelompok ternak dalam mengikuti program pengembangan temak oleh Pemerintah di Kabupaten Lampung Barat da- pat dilihat seperti yang tercantum dala~n Tabel 8. berikut ini :
Tabel 8. Permasalahan yang dialami dan upaya-upaya yang dilaksanakan anggota kelompok untuk mengatasinya
Uraian-uraian peternak Peternak
kambing (%) sapi (%)
Masalah yang Dialami bfengikuti program Ternak Pemerintah :
a. Pemeliharaan b. Penyakit c. Pengembalian
Jenis Penyakit yang dialami ternak : a. Perut kembung
b. Scabies c. Sakit mata d. Cacingan e. Cacing hati f. Lain-lain g. Distokia
h. Defisiensi Vitamin
Cara inenangani penyakit ternak tersebut: a. Petugas Peteinakan
b. Diobati sendiri
Pelaksanaan Perkawinan ternak adalah : a. Inseminasi Buatan (lB) b. Alami
Cara pemberian Pakan ternakhijauan rumput-rumputan :
a. Digembalakan b. Diarit
c. Diarit dan digembalakan
[image:50.599.84.468.103.795.2]misalnya terlalu pagi, dimana kandungan air rumput masih tinggi. Penyakit cacing hati pada sapi disebabkan rendahnya higienitas kandang dan peralatan yang digunakan serta pakan hijauan yang diberikan. Cara untuk mengatasi masalah penyakit tersebut pada ternak kambing (80%) sebagian besar menggunakan jasa petugas peternakan dan hanya (20%) diobati sendiri, pada ternak sapi (88%) menggunakan jasa petugas peternakan dan hanya (12%) diobati sendiri, ha1 ini disebabkan rendahnya pengetahuan dan ketrampilan petani ternak.
Pelaksanaan perkawinan ternak mayoritas (88%) secara alami pada ternak kambing, sedangkan pada ternak sapi (60%) sudah kawin suntik (IB). Dengan demikian untuk temak kambing masih perlu dilaksanakan peningkatan introduksi inseminasi buatan (kawin suntik) dan untuk ternak sapi pelaksanan inseminasi buatan masih perlu ditingkatkan lagi sampai meiicapai (100%).
Pemberian pakan rumput kepada ternak kambing dan sapi (100%) dilakukan oleh responden dengan cara mengarit, digembalakan pada ternak kambing sebanyak (48%) dan ternak sapi sehanyak (60%), sedangkan responden yang melakukan penggembalaan dan diarit pada ternak kambing (10%) dan ternak sapi sebanyak (44%), ha1 ini tidak menjadi masalah karena di Kabupaten Lampung Barat jumlah rumput masih melimpah dan merata untuk hampir seluruh wilayah.
Analisis SWOT Pembangunan Subsektor Peternakan
Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threaths (SWOT),
digunakan untuk inenganalisis lingkungan strategis (Internal dan External) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat. Dari hasil analisis tersebut akan diperoleh strategi yang akan menentukan faktor-faktor ltunci keberhasilan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan sub sektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat.
Identifikasi Iingkungan internal dan eksterraal
Lingkungan internal. merupakan faktor-faktor yang dimiliki oleh Dinas
Kekuatan (Strengths)
Kekuatan yang dimiliki Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat yaitu berupa potensi yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Peternaltan dan Kesehatan Hewan adalah sebagai berikut:
1. Adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan
2. Tersedianya tenaga aparatur di bidang peternakan
3. Tersedianya teknologi yang mendukung pengembangan peternakan
4. Agroklimat dan pakan ternak yang mendukung
5. Adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi peternakan
6. Adanya kebijakan pemerintah untuk penanggulangan penyakit hewan menular
7. Adanya dukungan dana dari pemerintah
8. Adanya Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
9. Adanya kelompok tani ternak sudah terbina.
Keiemahan (Weaktzesses)
1. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia lnasih kurang 2. Check point dan RPH kurang memadai
3. Kurangnya data dan informasi peternakan
4. Budidaya ternak masih bersifat extensiftradisional
5. Produktivitas ternak masih rendah belum dapat memenuhi kehutuhan lokal
6. Angka kematian dan kesakitan ternak masih tinggi
7. Pengetahuan petani masih rendah.
8. Prasarana dan sarana peternakan masih rninirn
9. Pengawasan rnutu produk peternakan masih lturang
Lingkungan eksternal, terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman
meliputi lingkungan sosial (Social Environment) di luar Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Biirat dan lingkungan tugas (Task
Environnzenr) diluar tugas dan kewenangan Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kabupaten Lampung Barat yang meliputi :
Peluang (Oppoutuizities)
Peluang yang dimiliki dalam upaya tnencapai tujuan pelaksanaan tupoltsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Adanya lembaga-lembaga : pendidikan litbangnak, diklat, balai dan UPTD IB 2. Meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk Peternakan
3. Tingginya minat masyarakat untuk memelihara ternak
4. Tumbuhnya jual beli ternak dimasyarakat
5. Kesempatan untuk mengembangkan usaha sapronak.
Dalam mencapai tujuan pembangunan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat akan menghadapi ancamanltii~itangan, yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Upaya masuknya produk peternakan dari luar ke Kabupaten Lampung Barat. 2. Jarak tempuh lokasi pelayanan kesehatan hewan sangat jauh
3. Adanya wabah penyaltit menular
4. Investasi pada usaha peternakan masih rendah 5. Pemotongan ternak betina produktif masih tinggi.
Evaluasi dan Pembobotan Faktor-faktor Internal d a n Elsternal
Tahapan kedua dalam analisis SWOT adalah membuat matrik evaluasi
faktor-faktor internal dan eksternal, dengan cara memberikan bobot dan nilai terhadap kekuatan (Strengths), kelemahan (Feaknesses), peluang (Opportunities)
dan ancaman (Threats), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
faktor eksternal.
2. Pemberian bobot masing-masing faktor dengan skala 0 tidak penting dan 1 skala sangat penting.
3. Perhitungan rating terhadap faktor-faltor tersebut berdasarkan tingkat pengaruh rill faktor tersebut terhadap pencapaian tujuan.
4. Perhitungan nilai skor diperoleh dengan mengalikan antara bobot dengan rating, unruk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 dan 10.
Tabel 9:Matrik evaluasi faktor-faktor Internal
Uraian faktor-faltor internal Eiobot Rating Skor
iFi) iR> iBxR>
I. Peraturan perundang-undangan 0,17 4 0,68
2. Tenaga aparatur bidang peternakan 0,13 4 0,