SKRIPSI
PENOLAKAN PAKISTAN UNTUK MEMBANTU
SERANGAN UDARA ARAB SAUDI DI YAMAN
PAKISTAN’S REJECTION TO ASSIST SAUDI ARABIA’S AIR
STRIKES IN YEMEN
Disusun Oleh:
MUHAMMAD HASBI SAPUTRA 20110510083
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Daftar Isi
b. Kondisi Politik Dalam Negeri ... 10
c. Kapabilitas Ekonomi dan Militer ... 14
d. Konteks Internasional ... 15
e. Penerapan kerangka berpikir pada penelitian ... 16
D. Hipotesis ... 19
a. Kebijakan luar negeri Pakistan 2013-2014 ... 21
b. Hubungan Bilateral Pakistan ... 32
c. Diplomasi Regional Pakistan ... 45
BAB III ... 51
DINAMIKA KONFLIK HOUTI DI YAMAN SERTA IMPLIKASINYA ... 51
a. Kemunculan Houti ... 52
b. Konflik Houthi dengan Presiden Ali Abdullah Saleh ... 54
d. Pasca Saleh ... 67
e. Kebangkitan Houti ... 70
f. Respon Internasional ... 72
g. Intervensi Pihak Luar ... 74
BAB IV ... 76
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PAKISTAN MENOLAK MEMBANTU SERANGAN UDARA ARAB SAUDI DI YAMAN ... 76
a. Kompleksitas konflik Iran dan Saudi... 76
b. Kompleksitas konflik sektarian di domestik Pakistan ... 87
BAB V ... 94
KESIMPULAN ... 94
Daftar Pustaka ... 97
Buku ... 97
Dokumen PDF... 97
Laman Internet ... 97
Daftar Gambar
BAB I
A. Latar belakang Masalah
Yaman merupakan sebuah negara berkembang yang sedang dilanda krisis politik sejak pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh. Saleh sudah memegang kekuasaan di Yaman selama 33 tahun. Pada Januari 2011, mengikuti revolusi Tunisia yang berhasil menggugurkan jabatan presiden Tunisia yang berlangsung selama 23 tahun lebih, serangkaian mulai demonstrasi bertebaran di ibu kota Yaman (Sana’a) menentang kemiskinan, pengangguran, dan rencana presiden Saleh untuk mengabadikan masa jabatannya. Setelah kericuhan berlangsung sampai akhir tahun, Saleh bersedia turun dari Jabatannya dan Jabatan presiden ini kemudian digantikan oleh Abd Rabbuh Mansur Hadi melalui pemilu pada 21 Februari 2012.
Tetapi meskipun pemerintahan Saleh berakhir, Yaman masih memiliki konflik dengan Houti yang masih berlangsung sejak tahun 2004. Houti merupakan kelompok religius yang bermazhab Zaidiyah yang merupakan salah satu mazhab Syi’ah. Mereka menempati Yaman Utara dan dikenal dengan kekasarannya, kehebatan menembaknya, kehormatannya, dan keberaniannya dalam bertempur. Tetapi atas hal ini pula mereka dianggap bodoh atau terbelakang oleh penduduk kota Yaman seperti Sana’a atau Aden. Penduduk kota ini dikenal sebagai Syiah yang lebih moderat dan dekat dengan Islam Sunni.1
Ahmed Addaghasi, seorang profesor di Universitas Sanaa, mengatakan bahwa di awal 1990-an Houti pada mulanya merupakan gerakan moderat yang menjunjung tinggi
toleransi dan perdamaian. Kelompok ini bermula dari perkumpulan “believing youth forum” di awal tahun 90-an. Namun perkumpulan ini terbagi secara internal menjadi dua jalur. Yang satu lebih terbuka dan sisanya lebih masih berpegang teguh dengan pemahaman tradisional Zaidiyah.2
Ironisnya, kata Addagashi, Hussein Bader Addian al-Houthi, pendiri kelompok yang berada di jalur pertama, melancarkan serangan bersenjata pada tahun 2004 dengan alasan pertahanan diri ketika berkonflik dengan pemerintahan Yaman.3
Addaghashi mengatakan bahwa ketegangan di antara pasukan keamanan Yaman dan Houti bermula ketika pendukung kelompok ini melakukan aksi protes di mesjid-mesjid ibu kota. Hal ini kemudian dianggap oleh Presiden Ali Abdullah Saleh sebagai ancaman bagi pemerintahannya. Saleh memerintahkan penahanan terhadap beberapa anggota kelompok mereka, dan memaksa pemimpin mereka Hussein al-Houthi untuk menghentikan aksi pendemo yang mengganggu para jamaah beribadah. “konflik bersenjata bermula ketika Saleh mengirimkan pasukan ke provinsi Saada untuk menangkap Hussein karena menolak untuk menghentikan aksi pendukungnya,” kata Addaghashi.4 Hussein al-Houthi kemudian terbunuh pada tahun 2004 setelah Saleh mengirimkan pasukan pemerintah ke Saada.
Aksi Pemberontakan kemudian berlanjut secara kecil-kecilan dan sampai perjanjian gencatan senjata pada 30 Januari 2010. Perjanjian ini dilakukan dengan
2 Batati, S. A. (2015, Maret 29). Who are the Houthis in Yemen? Dipetik Agustus 2015, 2015, dari AL Jazeera:
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2014/08/yemen-houthis-hadi-protests-201482132719818986.html 3 Ibid.
harapan untuk menghentikan konflik bersenjata yang sudah berlangsung selama 6 tahun dan yang telah mulai merembes ke negara tetangga yakni Arab Saudi. Namun pada 31 Januari, pemerintahan Yaman menolak perjanjian tersebut dan melancarkan serangan baru dan 24 orang menjadi korban.5
Pada November 2011, Houti menyatakan bahwa mereka telah mengambil alih dua wilayah Yaman yakni Saada dan Al Jawf dan sudah hampir mengambil alih Hajjah.6 Dengan wilayah ini mereka akan dengan mudah meluncurkan serangan langsung ke Ibu Kota Yaman (Sana’a). Pada Mei 2012, dilaporkan bahwa Houti telah mengambil alih Saada, Al Jawf, dan Hajjah.7
Di sekitar tahun 2014 sampai 2015 Houti berhasil mengambil alih ibu kota Sana’a. Pada 20 Januari 2015, Houti mengambil alih istana presiden. Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi waktu itu sedang berada di dalam istana tetapi untungnya Hadi tidak terluka. Pada 6 Februari Houti secara resmi telah mengambil alih pemerinthan Yaman. Parlemen pun dibubarkan dan Komite Revolusioner Houti dinyatakan sebagai pihak yang berwenang di Yaman.
Setelah Presiden Hadi keluar dari Istananya, Hadi pergi ke Aden di daerah Yaman selatan dan menyatakan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman. Pada 25 Maret, Presiden Hadi meminta kepada dewan keamanan PBB untuk mengizinkan negara-negara
5 Ibid.
6 Islam TImes. (2011, November 9). Houthis Close to Control Hajjah Governorate, Amid Expectations of Expansion of Control over Large Parts of Northern Yemen. Dipetik Agustus 23, 2015, dari Islam Times: http://www.islamtimes.org/en/doc/news/112627/
yang bersedia untuk membatu Yaman secara langsung dengan cara apapun demi melindungi Yaman dan menahan agresi Houti.
Menanggapi situasi ini pada bulan Maret, Koalisi Arab Saudi memutuskan untuk melakukan intervensi dalam melawan Houti. Berdasarkan stasiun berita Saudi, Al Arabiya, Saudi mengirimkan 100 pesawat tempur dan 150.000 prajurit ke Yaman. Reuters juga menyebutkan bahwa pesawat dari Mesir, Maroko, Yordan, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain juga berpartisipasi dalam operasi ini. UEA berkontribusi 30 pesawat tempur, Kuwait mengirimkan 15, Bahrain mengirikan 15, Qatar 10, Yordan dan Morocco masing-masing 6 dan Sudan 4.8
Dalam membentuk koalisi tersebut Arab Saudi mengajak Pakistan. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Pakistan. Arab Saudi mengaku sangat kecewa dengan hal ini. Duta besar Saudi sampai mengatakan “Bagaimana perasaan Pakistan jika kami melakukan hal yang sama kepada anda di waktu krsis?”.9
Karena melihat Saudi yang sangat kecewa ini, sebagai gantinya Pakistan memutuskan untuk membantu dengan embargo senjata. Rencananya Pakistan akan mengirimkan kapal-kapal angkatan laut untuk menegakkan embargo yang akan melibatkan pemeriksaan kapal-kapal Yaman yang dicurigai membawa senjata untuk
8 Al Jazeera. (2015, Maret 26). Saudi and Arab allies bomb Houthi positions in Yemen. Dipetik Agustus 23, 2015, dari Al Jazeera: http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2015/03/saudi-ambassador-announces-military-operation-yemen-150325234138956.html
Houti dan pasukan yang setia kepada mantan pemimpin Yaman Ali Abdullah Saleh.1011 12
Saya pikir penolakan ini adalah hal yang menarik karena seharusnya Pakistan mau membantu serangan udara tersebut jika mengingat persahabatan di antara mereka. Mereka sebetulnya memiliki banyak catatan kerjasama yang utamanya di bidang militer. Bahkan mantan kepala intelijen Saudi, Pangeran Turki bin Sultan, mendeskripsikan tingkat kooperasi mereka sebagai salah satu hubungan antar dua negara yang paling dekat di dunia ini.13
Dalam bidang Angaktan Bersenjata, program kerjasama mereka di bidang ini dimulai pada tahun 1979. Pada Maret 1979, pemerintah Saudi meminta bantuan tenaga militer kepada Pakistan karena Saudi merasa terancam atas terjadinya Revolusi Iran 1979. Saudi takut akan munculnya semangat revolusi yang menentang monarki di negeri mereka. Jadi, sebuah Perjanjian Protokol ditandatangani pada 14 Desember 1982. Dengan begitu pada tahun 1970-1980an, sebanyak 15.000 tentara Pakistan ditempatkan di Arab Saudi Untuk mengamankan negara. Perjanjian Protokol 1982 tersebut kemudian diperluas lingkupnya agar meliputi kerjasama pelatihan militer, penyediaan teknologi dan sains pertahanan, dan produksi alat-alat pertahanan.14
10 http://www.dawn.com/news/1176700
11 http://tribune.com.pk/story/871791/yemen-conflict-pakistan-moves-to-implement-un-resolution/ 12 http://en.dailypakistan.com.pk/pakistan/pakistan-agrees-to-deploy-navy-ships-near-yemen-us-think-tank/
13 Riedel, B. (2008, Januari 28). Saudi Arabia: Nervously Watching Pakistan. Dipetik April 29, 2015, dari Brookings: http://www.brookings.edu/research/opinions/2008/01/28-saudi-arabia-riedel
Pada November 2009, tentara Pakistan yang meliputi tank, infantri dan altileri berangkat dari Bahawalpur (sebuah kota di provinsi Punjab) ke Arab Saudi untuk berpartisipasi dalam sebuah latihan militer bersama “Al-Samsaam-III” (Pedang Tajam) dengan Saudi Royal Land Forces (RSLF). Tujuan dari latihan ini adalah untuk meningkatkan koodinasi di antara pasukan kedua negara. Sehingga kerjasama mereka lebih efisien saat menghadapi berbagai masalah yang dianggap mengancam kedua negara.15
Latihan militer bersama selama tiga minggu (Al-Samsaam-IV-2011) antar Tentara Pakistan dan Royal Saudi Land Forces diadakan pada September-Oktober 2011. Tujuan dari Al-Samsaam-IV-2011 ini adalah untuk pembiasaan dan berbagi informasi melalui program latihan komprehensif di lapangan.16
Pakistan Aeronautical Complex, Heavy Industries Axial dan Institute of Industrial Control System berperan sangat besar dalam menyediakan alat-alat pertahanan untuk Arab Saudi. Pakistan Aeronautical Complex adalah sebuah perusahaan perakitan dan produksi alat-alat penerbangan Pakistan. Heavy Industries Axial adalah sebuah kontraktor pertahanan Pakistan. Institute of Industrial Control System adalah komplek penelitan dan industri alat-alat pertahanan Pakistan.17
Dalam bidang angkatan udara, pilot Angakatan Udara Pakistan pernah menerbangkan pesawat Arab Saudi di perang Al-Wadiah yang meletus pada 27 November 1969. Waktu itu sebuah kota kecil yang bernama Al-Wadiah direbut oleh
15 Ibid.
pasukan People of Republic South Yemen. Konflik tersebut kemudian berakhir pada 6 Desember.18
Saat Mantan Kepala Staff Angkatan Udara Pakistan, Rao Qamar Suleman, mengunjungi Arab Saudi secara pribadi pada 15 Desember 2010, Suleman menerbangkan pesawat tempur F-16 milik Pakistan saat Latihan Udara Gabungan Al-Saqoor-II. Latihan ini dadakan oleh kedua angkatan udara mereka dari Januari 2010. Kemudian Pakistan Aeronautical Complex menjual pesawat buatan mereka sendiri, yakni Karakorum-8 dan Super Mushak, kepada Arab Saudi.19
Di bidang Angkatan Laut, kedua negara berkerjasama menjamin keamanan Lautan Hindi. Duta Besar Pakistan untuk Arab Saudi yang bernama Muhammad Naeem Khan, dalam acara penyambutan kapal angkatan laut Pakistan PNS Zulfiqar, PNS SV Behr Paima dan PNS/Sub Marine Hamza yang datang ke Arab Saudi mengatakan bahwa hubungan antara Arab Saudi dan Pakistan memiliki akar yang sangat dalam dan pemimpin Saudi “menganggap hubungan ini melebihi batas apa pun”. Ditambah lagi Naeem mengatakan bahwa setiap Orang Pakistan menganggap “keamanan Arab Saudi sebagai urusan pribadi saya.” Tidak cukup sampai disitu duta besar itu mengatakan lagi bahwa pemimpin kedua negara menganggap Arab Saudi dan Pakistan sebagai satu negara.20
18 https://www.revolvy.com/main/index.php?s=Al-Wadiah%20War&item_type=topic 19 Kamran, S. Op.Cit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis putuskan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan:
Mengapa Pakistan memutuskan untuk menolak membantu Arab Saudi melakukan serangan udara terhadap pemberontak Houthi?
C. Kerangka Berpikir
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penulis memutuskan untuk menggunakan kerangka analisa politik luar negeri oleh William D. Coplin.
Coplin menyatakan tindakan politik luar negeri tertentu bisa dipandang sebagai akibat dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil keputusan politik luar negeri. Tiga konsideraasi itu yakni: kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer, dan konteks internasional.21 Faktor-faktor tersebut berinteraksi seperti Gambar 1.
Gambar 1
Cara Empat Faktor Mempengaruhi Tindakan Politik Luar Negeri
21 Coplin, W. D. (2003). Pengantar Politik Internasional. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung. Hal. 165
Ti daka Politik
Luar Negeri Konteks Internasional
Pe ga il Keputusa Ko disi Politik Dala Negeri
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tindakan politik luar negeri di putuskan oleh pengambil keputusan yang dipengaruhi oleh kemampuan politik dalam negeri dan kemampuan ekonomi dan militer yang juga dipengaruhi oleh konteks internasional.22
Pengambil keputusan
Coplin mendeskripsikan para pengambil keputusan sebagai orang-orang yang dihadapkan kepada situasi-situasi tertentu, bertanggung jawab kepada orang lain, ditekan oleh beragam kondisi, dan dipaksa untuk mengambil keputusan.
Coplin berpendapat bahwa para pengambil keputusan politik luar negeri cenderung menyisihkan interpretasi-interpretasi baru tentang lingkungan, memilih dan bertindak menurut tujuan-tujuan tradisional, membatasi upaya pencarian alternatif dari sejumlah kecil alternatif yang moderat, dan akhirnya mengambil risiko yang kecil andaikata tidak berhasil. Meskipun Coplin menekankan bahwa ciri-ciri kepribadian dan gaya kepemimpinan tertentu dalam organisasi mungkin muncul dalam diri seorang pengambil keputusan yang membuat interpretasi-interpretasi yang sangat berbeda tentang lingkungan, yang menyeleksi tujuan-tujuan yang bersifat revolusioner, yang mengeksplorasi alternatif-alternatif yang belum pernah didengar sampai sekarang, dan yang mengambil risiko, pengambilan keputusan seperti itu adalah kekecualian, bukan hal yang umum.23
22 Ibid. Hal. 30
Kondisi Politik Dalam Negeri
Peran politik dalam negeri dalam proses perumusan politik luar negeri ada pada hubungan antara para pengambil keputusan politik luar negeri dengan aktor-aktor politik dalam negeri, yang berupaya untuk mempengaruhi perilaku politik luar negeri mereka. Coplin menyebut aktor-aktor tersebut dengan policy influencers. Hubungan antara aktor-aktor politik dalam negeri tadi dengan para pengambil keputusan disebut dengan “Policy influence system”. Hubungan di antara para pengambil keputusan dengan policy influencers tadi sangat dipengaruhi oleh sifat policy influence system (atau sistem politik) yang berlaku di negara bersangkutan.
Policy influencers yang dimaksud oleh Coplin ada 4 jenis yaitu bureaucratic influencers, partisan influencers, Intertest influencers, dan Mass influencers. Untuk sifat policy influence system ada dua jenis yaitu terbuka dan tertutup.
Berdasarkan sifat sistem politik pengaruh policy influencers terhadap para pengambil keputusan dapat dipahami sebagai berikut:
a. Bureaucratic Influencers
b. Partisan influencers
Dalam sistem tertutup, partisan influencers, apa bila mereka ada dan tidak revolusioner, kadang-kadang memiliki kemampuan untuk menentukan kesinambungan jabatan pengambil keputusan, apabila disepakati oleh bureaucratic influencers. Demikian pula sebaliknya, mereka tidak memiliki kemampuan itu apabila tidak disepakati oleh bureaucratic influencers. Partisan influencers yang revolusioner di negara yang menganut sistem politik tertutup tidak memiliki banyak pengaruh atas para pengambil keputusan.
Dalam sistem terbuka, partisan influencers memberikan porsi dukungan utama kepada rezim pemerintahan karena pentingnya pemilihan umum. Dalam sistem terbuka kemampuan partisan influencers untuk menekan para pengambil keputusan politik luar negeri dibatasi oleh kenyataan bahwa, lembaga eksekutif, biasanya merupakan pengambil inisiatif, dan tuntutan terhadap keamanan dan kerahasiaan sering membatasi oposisi.
c. Interest Influencers
Dalam sistem tertutup intertest influencers beroperasi melalui partisan influencers dan bureaucratic influencers secara rahasia yang membuat peran mereka dalam menekan para pengambil keputusan politik luar negeri bersifat sekunder.
d. Mass Influencers
Dalam sistem tertutup, iklim opini membawa beberapa dampak meskipun secara substansial iklim itu dibentuk oleh pengambil keputusan serta partisan influencers. Dalam sistem terbuka, Mass influencers mampu memperoleh informasi yang sering menjadi dasar ketidaksepakatan terhadap para pengambil keputusan politik luar negeri meskipun yang belakangan ini pada masa-masa sebelumnya biasanya berhasil membentuk opini publik.
Citra juga sangat berperan dalam perilaku policy influencers
- Baik bureaucratic influencers maupun interest influencers, cenderung memiliki pandangan khusus tentang lingkungan internasional yang cukup rinci pada setiap bidang kepentingan mereka dan berpandangan sempit terhadap bidang-bidang lain.
- Partisan influencers cenderung memiliki citra yang lebih luas namun lebih beragam pada sistem terbuka ketimbang sistem tertutup.
- Mass influencers memiliki citra yang lebih luas tentang lingkungan internasional, namun pengetahuannya kurang mendalam.
Tekanan policy influencers terhadap para pengambil keputusan politik luar negeri bisa dianalisis menurut empat macam bidang isu.
- Keamanan nasional sebagai suatu bidang isu, menarik minat keempat macam policy influencers, namun sedikit sekali tekanan yang diberikan (ke suatu arah tertentu) dengan tegas.
- Policy influencers menekan kebijakan ekonomi luar negeri dengan cara yang berbeda-beda.
o Orientasi ekonomi partikularis pada semua sistem politik dicapai oleh interest influencers dengan intensitas yang tinggi.
o Orientasi ekonomi nasionalis pada semua sistem politik dicapai oleh bureaucratic influencers, mass influencers, dan pada taraf yang lebih rendah oleh partisan influencers, tetapi dengan intensitas yang moderat. - Berbagai isu yang tidak secara langsung menyangkut keamanan nasional dan
ekonomi, tetapi yang didasarkan atas kondisi-kondisi historis atau ideologis, sangat berperan dalam aktivitas policy influencers, baik pada tingkat nasionalis maupun pada tingkat partikularis.
- Berbagai isu mengenai sarana politik luar negeri, dan bukan tujuannya, sering menjadi fokus perhatian mass dan partisan influencers.
Sedangkan pada sistem tertutup individu itu bisa mencapai konsensus bagi kebijakan-kebijakannya dibalik pintu tertutup.
Kapabilitas Ekonomi dan Militer
Kapabilitas ekonomi dan militer berkaitan dengan tingkat kemampuan militer dan kapabilitas ekonomi negara. Dimensi ekonomi yang relevan dengan penyusunan politik luar negeri adalah kapasitas produksi ekonomi dan kebergantungan ekonomi pada perdagangan dan finansial internasional. Kekuatan militer yang relevan bisa dilihat dari jumlah personal, tingkat pelatihan, perlengkapan angkatan bersenjata, tingkat dukungan luar negeri, dan peran angkatan bersenjatanya dalam memelihara stabilitas dalam negeri.
Namun saat membahas kondisi ekonomi dan militer, Coplin menemukan bahwa kita tidak bisa membahas kemampuan ekonomi dan militer hanya dengan memandang pada kuantitas. Negara-negara yang kurang unggul dalam bidang ekonomi dan militer, sering memiliki kemampuan imbangan dalam bidang lain.
menciptakan kontrol militernya terhadap kawasan lain yang memiliki kemampuan untuk melancarkan perlawanan gerilya. Jadi bahasan tadi seharusnya menunjukkan bahwa kondisi-kondisi ekonomi dan militer membawa dampak yang kompleks terhadap perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri, dan bahwa keunggulan dalam kemampuan militer untuk menghancurkan dan keunggulan kemampuan ekonomi dalam menghasilkan kemakmuran, tidak dengan sendirinya menjadi alat yang bisa digunakan oleh para pengambil keputusan untuk mencapai tujuan mereka.
Konteks Internasional
Konteks Internasional menyangkut tiga hal: geografis, ekonomis, dan politis.24 Elemen Geografis yang dimaksud adalah seperti proksimitas atau kedekatan geografis karena mempengaruhi bidang-bidang yang berkaitan dengan logistik militer, pola perdagangan, pola aliansi, keanggotaan dalam organisasi antar pemerintah, dan pola pemberian suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Elemen ekonomis yang dimaksud adalah seperti interdependensi ekonomi. Hal tersebut berperan dalam konteks internasional di latar belakangi oleh adanya arus barang dan jasa maupun modal membuat negara-negara tertentu bergantung pada negara lain. Interdependensi ekonomi seperti itu menimbulkan dukungan serta tuntutan kepada pengambil keputusan politik luar negeri.
Elemen politis yang dimaksud adalah hubungan politik dengan negara-negara lain dalam lingkungan. Hal ini penting karena dapat mempengaruhi keputusan-keputusan politik luar negeri negara.
- Seperti halnya aliansi-aliansi yang bisa berdampak besar terhadap anggota-anggotanya dan bukan anggota-anggotanya, terutama apabila aliansi itu menyangkut pasukan-pasukan yang berada di wilayah asing.
- Kemampuan untuk mendapat dukungan dari negara-negara lain dalam keadaan tertentu bisa mempengaruhi keputusan negara. Hal ini berlaku bila suatu negara sedang berusaha untuk memperoleh dukungan terhadap posisinya dalam resolusi perserikatan bangsa-bangsa, atau sedang berusaha untuk membuat negara lain mengakui suatu boikot ekonomi.
Penerapan kerangka berpikir pada penelitian
Dengan mengacu kepada kerangka Coplin ini, kebijakan politik luar negeri Pakistan disebabkan oleh tiga faktor yakni politik dalam negeri, kondisi ekonomi dan militer, dan konteks internasional.
- Konteks Internasional
Dalam konteks internasional, hal yang memiliki keterkaitan langsung dengan konflik Houti di Yaman adalah perang proxy Saudi-Iran dalam bidang Sunni-Syiah. Hal ini berdasarkan pertimbangan penulis jika Pakistan ikut melakukan serangan udara terhadap Houti yang merupakan orang Syiah, maka hal ini akan mengakibatkan pihak-pihak tertentu menganggap bahwa Pakistan telah menegaskan posisinya di antara konflik Sunni-Syiah. Penegasan posisi Pakistan ini mungkin akan memberikan akibat yang tidak diinginkan oleh Pakistan.
- Kondisi Politik dalam Negeri
para pengambil keputusan dalam sebuah sistem yang disebut dengan policy influence system. Maka dari itu dari penjelasan Coplin pertama-tama bisa ditetapkan adalah Pakistan merupakan negara yang menganut sistem politik terbuka. Dalam sistem terbuka Coplin berpendapat bahwa pengambil keputusan politik luar negeri dipaksa untuk berargumentasi di depan umum tentang kebijakan-kebijakannya.
- Kapabilitas ekonomi dan militer.
Pakistan merupakan negara yang memiliki GNP perkapita yang tergolong rendah yakni $1.400,00.25 Perekonomian Pakistan bergantung dengan berbagai macam impor untuk memenuhi keperluan produksi dan konsumsinya.26 Neraca pembayaran Pakistan pada berdasarkan data tahun 2014 sebesar $-3.544.000.000,00.27 Meskipun demikian di bidang militer Pakistan cukup unggul yakni menempati urutan ke 17 berdasarkan ranking dari website globalfirepower.com dan berada pada peringkat ke 11 berdasarkan ranking Business Insider.2829
Berdasarkan beberapa ukuran ekonomi dan militer Pakistan di atas, bisa dikatakan bahwa Pakistan memiliki ‘kesiapan’ untuk membantu Arab Saudi melakukan serangan udara terhadap pemberontak Houti di Yaman.
- Tinjauan ulang penerapan
Berdasarkan hal-hal di atas, hal yang penulis nilai menyebabkan Pakistan menolak membantu serangan udara Arab Saudi adalah karena adanya komplikasi konflik Sunni-Syiah di domestik Pakistan dan Komplikasi konflik Saudi-Iran di konteks internasional.
25 http://data.worldbank.org/country/pakistan
26 http://www.gdn.int/admin/uploads/editor/files/Parallel%20Session%2022-%20Day%20III-Nasir_Pakistan's%20Imports%20Dependency.pdf
27
http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=2&country=&series=BN.CAB.XOKA.CD&peri od=#
28 http://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp
D. Hipotesis
Dari kerangka pemikiran di atas, penulis mengambil hipotesis:
Penyebab kebijakan Pakistan yang menolak untuk membantu serangan udara Arab Saudi terhadap Houti adalah karena ada:
1. Komplikasi konflik Saudi-Iran di konteks internasional. 2. Komplikasi konflik Sunni-syiah di domestik Pakistan.
E. Metode Pengumpulan Data
Penulisan ini menggunakan teknik studi pustaka. Sumber data bersifat literatur, yang diperoleh melalui kepustakaan yaitu seperti buku-buku, jurnal, majalah, dan artikel serta menggunakan sumber-sumber artikel lain dan internet yang mempunyai relevansi dengan penulisan ini.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis memberikan batasan-batasan. Penelitian akan dibatasi kepada data-data yang berkaitan dengan hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan kebijakan Pakistan untuk menghadapi pemberontakan Houti.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis membagi dalam beberapa bab yang mana di antara bab-bab tersebut saling berkaitan sehingga menjadi satu kesatuan utuh.
BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
BAB III
Bab ini akan menguraikan dinamika konflik Yaman serta implikasinya BAB IV
Bab ini akan menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan Pakistan menolak membantu serangan udara Arab Saudi di Yaman
BAB V
21
BAB II
KEBIJAKAN LUAR NEGERI PAKISTAN
Pada bab berikut penulis akan menggambarkan kebijakan luar negeri Pakistan
berdasarkan data yang penulis dapat yang kemudian dibentuk dalam empat subjudul.
Subjudul pertama berisi tentang kebijakan luar negeri Pakistan pada tahun
2013-2014 yang penulis dapat dari dokumen “Strategic Vision Pakistan's Foreign Policy”.
Dokumen tersebut telah memuat visi strategis Pakistan, pencapaian Pakistan di tahun
2013-2014, serta tantangan ke depan bagi Pakistan.
Subjudul kedua berisi tentang hubungan bilateral Pakistan. Subjudul ini akan
menjelaskan hubungan Pakistan dengan India, Afghanistan, RRC, Iran, dan Amerika
Serikat.
Subjudul ketiga berisi tentang diplomasi regional Pakistan. Subjudul ini akan
menggambarkan keanggotaan Pakistan di Seato, Cento, ECO, SAARC, OIC, dan PBB.
a. Kebijakan luar negeri Pakistan 2013-2014
Visi Strategis Pakistan
Dalam membahas Visi Strategis, Pakistan menekankan bahwa negara Pakistan
saat ini sedang mengalami perang dari dalam negeri, sementara terisolasi dari luar.
Kemerdekaan dan kedaulatan sedang dalam bahaya; kondisi ekonomi memaksa mereka
22
izin dan aktor non-negara memanfaatkan hal tersebut sebagai kesempatan untuk mengejar
agenda-agenda mereka, dengan mengabaikan kepentingan nasional Pakistan.30
Berdasarkan perspektif ini, Pakistan menetapkan tujuan kebijakan luar negeri
Pakistan. Pertama adalah menjaga keamanan Pakistan dan memusnahkan budaya
ekstrimisme, intoleransi dan kekerasan di masyarakat melalui upaya politik dan strategi
militer dan kebijakan non intervensi dalam urusan negara lain. Dengan kata lain, prioritas
utama adalah keamanan negara sendiri ketimbang agenda dan prioritas negara lain.31
Kedua adalah membangkitkan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan
yang akan menjadi inti utama dari kebijakan luar negeri Pakistan. Angka pertumbuhan
yang telah terjadi terus menerus, rata-rata sekitar kurang dari 3 persen dalam enam tahun
terakhir, tidak hanya memaksa Pakistan untuk bergantung pada negara lain tetapi juga
menciptakan jurang diantara harapan dan kenyataan. Atas hal inilah mengapa Perdana
Menteri Nawaz berulang kali menekankan bahwa ‘pengaruh eksternal mengalir dari
kekuatan internal’. Oleh karena itu Pemerintah bersikeras untuk mengejar tiga prioritas
utama: memperbanyak jumlah investasi dan perdagangan (bukan bantuan), mengatasi
krisis energi, dan mengatasi ekstrimisme dan terorisme.32
30 Aziz, S. (2014, Juni). Strategic Vision Pakistan's Foreign Policy. Dipetik Februari 8, 2016, dari National University of Science and Technology:
http://www.nust.edu.pk/INSTITUTIONS/Schools/NIPCONS/nipcons-institutions/CIPS/Download%20Section/Strategic%20Vision%20Pakistan's%20 Foreign%20Policy.pdf
23
Ketika adalah pentingnya sebuah lingkungan yang damai yang secara otomatis
muncul dari dua tujuan tadi. Slogan Perdana Menteri tentang ‘kedamaian demi
pembangunan’ yang berarti membangun lingkungan eksternal yang damai sehingga inti
dari tujuan nasional yakni pembangunan ekonomi dapat dengan mudah terlaksana.33
Keempat adalah menjadikan posisi geografis Pakistan dari kelemahan menjadi
sebuah aset melalui perdagangan, transportasi dan konektivitas energi dengan China, Asia
Tengah dan Asia Barat. Hal ini nantinya juga dapat membantu menyeimbangkan prioritas
geo-strategis dan geo-ekonomi Pakistan.34
Pemerintah Pakistan sangat sadar dengan lingkungan eksternal yang sulit dan
rumit yang akan menghambat tujuan dan prioritas politik yang harus dikejar, tetapi jika
ada visi yang jelas, dan dibantu oleh keinginan politik yang kuat, Pakistan yakin bahwa
mereka dapat meraih “kedamaian di dalam dan kedamaian di luar” dalam waktu yang
relatif singkat.35
Pencapaian Pakistan di tahun 2013-2014
Untuk pencapaian dalam satu tahun, terhitung sejak Juni 2013-2014, Pakistan
menganggap prestasi mereka sudah cukup gemilang.
Pertama mereka telah meningkatkan hubungan kerja sama strategis dengan China.
Hubungan mereka yang penuh cobaan telah berubah menjadi kerja sama strategis yang
kuat, yang berfokus kepada perdagangan, investasi, infrastruktur dan konektivitas energi.
Kerja sama counter terorism terus menguat, sementara dukungan Pakistan terhadap
33 Ibid.
24
kepentingan inti China terhadap Tibet da Taiwan tetap kukuh. Kolaborasi bersama di
forum regional seperti SCO, CICA dan Heart of Asia terus meningkat.36
Prestasi yang gemilang ini merupakan inisiasi dari China-Pakistan Economic
Corridor (CPEC), yang dianggap sebagai ‘game-changer’ di bidang perdagangan,
investasi, konektivitas dan integrasi ekonomi regional. China sudah siap menawarkan
investasi dan pinjaman sebesar $35 miliar untuk energi dan proyek infrastruktur untuk
8-10 tahun ke depan.37
Kedua, berhubungan baik dengan Afghanistan. Kebijakan Pakistan untuk
Afghanistan di pusatkan kepada membangun hubungan bertetangga yang baik dan
bersahabat, di mana konsep cacat seperti “strategic depth” tidak ada lagi. Prinsip kunci
yang diucapkan oleh Perdana Menteri yakni saling menghargai kedaulatan dan integritas
teritorial, non-intervensi dan pilih kasih. Perdana Menteri sudah melakukan empat
pertemuan dalam tahun 2013-2014. Upaya tersebut difokuskan untuk mengintensifkan
dialog politik, mencegah terjadinya konflik teritorial, mendukung proses perdamaian dan
rekonsiliasi Afghanistan, meluruskan isu perdagangan transit, memperbesar bantuan
bilateral, meningkatkan manajemen perbatasan, pengembalian pengungsi,
counter-narcotics, intensifikasi dialog pada tingkat regional dan internasional. Pendekatan
konstruktif Pakistan telah membantu mengurangi defisit kepercayaan. Kontribusi
Pakistan dalam proses stabilisasi kondisi Afghanistan telah diakui secara regional dan
internasional.38
36 Ibid.
25
Pakistan telah memainkan peran positif dalam pemilihan umum Afghanistan,
dengan membantu keamanan perbatasan dan menjaga netralitas. Pakistan sekarang
berharap dapat berkeja lebih dekat lagi dengan pilihan demokratis masyarakat
Afghanistan, yang terbentuk melalui proses pemilu yang kredibel, untuk membangun
hubungan yang kuat, damai, dan bermanfaat di antara kedua negara.39
Ketiga, memperbaiki hubungan dengan India. Sudah sangat jelas bahwa Asia
Selatan tidak akan bisa memiliki kedamaian dan stabilitas yang tahan lama jika Pakistan
dan India tidak berdamai. Hal ini memerlukan pembangunan lingkungan baru secara
kuantitatif di mana masalah bersama diselesaikan dengan cara dan upaya yang kredibel
demi mendukung agenda perdamaian dan pembangunan. Atas hal ini lah mengapa
Perdana Menteri menekankan bahwa dinamika di Asia Selatan seharusnya kooperasi,
bukan konfrontasi.40
Narenda Modi merupakan pemenang pemilu India, dan Pakistan sudah memulai
interaksi dengan pemerintah baru tersebut. Perdana Menteri sesegera mungkin
menjumpai Modi untuk mengucapkan selamat atas kemenangan pemilunya dan
kemudian berpartisipasi dalam acara pengucapan sumpah di New Delhi yang
menggambarkan komitmennya untuk membuka lembaran baru dalam hubungan mereka.
Inisiatif Perdana Menteri ini telah dipuji di tingkat internasional.41
Pemerintah Pakistan akan terus berupaya untuk mewujudkan dialog yang
berkelanjutan dan bermanfaat demi membahas isu-isu seperti Kashmir dan perbaikan
39 Ibid.
26
kerja sama di bidang ekonomi. Masing-masing menteri luar negeri kedua negara akan
bertemu dalam mewujudkan dialog tersebut.42
Keempat, memperkuat ikatan dengan Amerika Serikat. Hubungan strategis
dengan Amerika Serikat sedang di reorientasikan kepada basis kepentingan bersama dan
saling percaya. Upaya ini demi memperbaiki hubungan dan pemahaman di antara kedua
negara. Amerika Serikat merupakan partner kunci dalam perdagangan dan investasi,
counter-terrorism, dan stabilitas regional. Pakistan telah berupaya untuk membangun
hal-hal positif sambil bekerja keras untuk menyelesaikan masalah masing-masing. Transisi
demokrasi Pakistan memainkan peran penting dalam konteks ini.43
Kunjungan Perdana Menteri ke Washington di tahun 2013 dan interaksinya
dengan Presiden Obama serta Pejabat senior pemerintah dan anggota legislatif merupakan
hal yang penting. Perdana menteri menempatkan tujuannya pada peningkatan akses pasar,
investasi AS di proyek energi dan proyek lainnya, kerja sama pertahanan dan keamanan,
counter-terrorism, dan people-to-people exchange.44
Kunjungan Perdana Menteri tersebut diikuti dengan dimulainya kembali dialog
strategis di tingkat kementrian, dengan dibantu oleh Penasehat dan Sekretaris Kerry.
Kerja dari beberapa kelompok kerja sama di tinjau ulang dan kelompok baru dibuat
berdasarkan bidangnya. Pakistan juga setuju untuk memperkuat dialog dan kejasama
dengan AS dalam isu regional, khususnya dalam mewujudkan tujuan bersama tentang
kedamaian dan stabilitas di Afghanistan pasca 2014 dan progres kedamaian di Asia
42 Ibid.
27
Selatan. Meskipun tantangan masih ada, Pakistan berkomitmen untuk memperdalam
kolaborasi bersama dan menjadikan hubungan yang penting ini bermanfaat bagi
masyarakat Pakistan.45
Kelima, meningkatkan hubungan dengan Uni Eropa. Pendekatan intensif Pakistan
dengan negara Eropa, baik secara bilateral maupun di lingkup Uni Eropa, telah
memberikan hasil yang signifikan. Perdagangan, investasi dan kerja sama di sektor sosial
sedang mengalami kemajuan, serta kerja sama di bidang counter-terrorism dan ikatan
keamanan terus menguat. Dialog strategis di tingkat kementrian diadakan pada Maret
2014 dan pertemuan UE-Pakistan direncanakan pada akhir tahun 2014.46
Pencapaian besar bagi Pemerintah Pakistan adalah pemberian status GSP+ untuk
Pakistan pada Desember 2013. Hal ini akan meningkatkan ekspor tekstil Pakistan,
membuka lapangan pekerjaan, dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi. Hal ini
juga akan membantu mengatasi isu ekstremisme dan terorisme dengan membangun
kesempatan ekonomi dan mengurangi daya tarik radikalisme.47
Keenam, menyegarkan kembali hubungan dengan Arab Saudi, Iran, Turki, dan
negara Islam lainnya. Solidaritas dengan Dunia Islam sejak dulu telah menjadi jalan
utama bagi kebijakan luar negeri Pakistan. Pakistan dan Kerajaan Arab Saudi memiliki
hubungan baik yang berlangsung sejak lama. Hubungan ini terus menguat dengan
interaksi di tahun 2013.48
45 Ibid.
28
Hubungan bersejarah Pakistan dengan Turki juga sedang diupayakan untuk
menjadi kerja sama ekonomi dan politik yang nyata. Sebagai hasilnya kerja sama
ekonomi dengan Turki telah mencapai batasan-batasan baru dalam satu tahun. Banyak
perusahaan Turki berinvestasi di beberapa sub sektor utama.49
Iran merupakan tetangga yang penting bagi Pakistan. Kunjungan Perdana Menteri
ke Iran pada bulan Mei 2014 tidak hanya meningkatkan hubungan bilateral, tetapi juga
membantu Pakistan menghilangkan resepsi dan mengembangkan sebuah jalan untuk
meningkatkan perdagangan bilateral dan kerja sama ekonomi. Wilayah kunci yang
difokuskan masih tentang keamanan perbatasan, meneruskan proyek pembangunan pipa
gas Iran-Pakistan, mencari langkah praktis untuk meningkatkan perdagangan dalam
menghadapi sangsi-sangsi atas proyek nuklir, dan mengupayakan hubungan yang
seimbang di wilayah Teluk.50
Hubungan tradisional Pakistan dengan negara-negara saudara seperti Uni Emirat
Arab, Qatar, dan Bahrain terus berkembang dengan dialog politik yang lebih dalam, kerja
sama energi yang semakin tumbuh, investasi dan proyek infra struktur, ekspor tenaga ahli
dan peningkatan perdagangan. Pakistan telah berupaya keras untuk mengadakan
perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara GCC.51
Ketujuh, mempromosikan kerja sama regional. Pendekatan Pakistan dengan ECO,
SAARC dan OIC masih merupakan hal penting. Dalam menghadapi perubahan konteks
49 Ibid.
29
global dan regional, pendekatan seimbang Pakistan menghindari intervensi di urusan
internal atau intra-regional yang bukan masalah utama, telah dihargai secara luas.52
Pembangunan ekonomi Pakistan di tahun 2013, yang jelas ditandai dengan
indikator ekonomi yang positif dan langkah tegas untuk menarik investasi asing di sektor
energi dan lainnya, telah secara signifikan mengembangkan prospek kerja sama ekonomi
dengan negara lain.53
Kedelapan, menjaga keamanan nasional, program nuklir dan kepentingan
geo-strategis. Nuklir deterence Pakistan ditujukan untuk menjaga kedamaian wilayah.
Diplomat Pakistan dengan efektif telah menjaga posisi Pakistan dalam isu strategis di
lingkup multilateral. Pakistan juga telah memobilisasi dukungan internasional untuk
upaya counter-terorism Pakistan.54
Operasi militer yang dilancarkan pada Juni 2014, yang didahului oleh operasi di
Karachi, tidak akan hanya menegakkan perintah negara di seluruh bagian Pakistan tetapi
juga melawan tumbuhnya budaya kekerasan dan ketidaktoleranan.55
Sembilan, menjaga diaspora orang-orang Pakistan dan mempromosikan image
lembut. Seperti yang diharapkan dari pemerintahan yang demokratis, ada penekanan kuat
pada komunitas Pakistan di luar negeri. Di Arab Saudi, upaya besar-besaran telah
dilakukan untuk melindungi kepentingan-kepentingan orang-orang Pakistan saat
kampanye Saudisasi dan fasilitas konsulat sedang di kembangkan di banyak negara.56
52 Ibid.
30 Tantangan ke depan bagi Pakistan
Di bidang keamanan dan stabilitas, Asia Selatan sedang berdiri di sebuah
persimpangan, dengan pemilu yang terjadi di Bangladesh, India dan Afghanistan,
pengumuman AS pasca penarikan tentaranya di Afghanistan, berlangsungnya proses
pendekatan Iran-AS, dan lingkup keamanan dan politik yang terus berubah di daerah
Teluk dan Timur Tengah.57
Tahun-tahun berikutnya Pakistan bisa saja menghadapi guncangan dan instabilitas
serta kesempatan kerja sama baru yang muncul dari perubahan politik dan penyelarasan
strategis. Sementara mengkonsolidasikan pencapaian yang terjadi dalam satu tahun dalam
hubungan luar negeri Pakistan, fokus Pakistan di tahun ke depan adalah:
- Mengembangkan kerja sama dengan Pemerintah Afghanistan untuk mengendalikan
ekstremisme dan terorisme sehingga wilayah Pakistan tidak diserang atau digunakan
sebagai wilayah peperangan dan mengembangkan kerja sama ekonomi di antara
Pakistan dan Afghanistan.
- Meneruskan proses perdamaian dengan pemerintah baru India dengan berfokus pada
pembangkitan ekonomi dan memperluas hubungan antar masyarakat, sambil
mengintensifkan dialog tentang isu seperti Kashmir, Siachin, Sir Creek dan Water.
- Melaksanakan beberapa inisiatif baru untuk mengembangkan hubungan energi dan
perdagangan dengan Asia Selatan dan Asia Barat. Koridor ekonomi yang telah
diajukan dari Gwadar ke Kashgar akan terus dikembangkan ke negara Asia Tengah
31
lainnya, dan selain mengembangkan proyek impor listrik CASA-1000, proyek
tambahan akan dilakukan untuk mengimpor gas dari Iran, Turkmenistan dan Qatar.
- Memperdalam pendekatan dengan Federasi Rusia, sebagaimana kerja sama Rusia
dan China, di SCO dan lingkup lainnya, untuk mengintegrasikan Eurrosia ke
perekonomian dunia tanpa perdebatan ideologis seperti perang dingin.
- Membangun hubungan ekonomi dan perdagangan yang lebih dalam dengan negara
Asia Tenggara/ASEAN.
- Menghidupkan kembali hubungan yang lebih erat dan mencari langkah baru dalam
berkerjasama dengan Africa dan Amerika Latin.
- Melayani diaspora orang-orang Pakistan dan memobilisasi potensi mereka untuk
memajukan kepentingan nasional Pakistan.58
Elemen kunci dari pendekatan Pakistan masih berupa: (1) pendekatan yang
konstruktif, (2) non-interfensi, (3) memajukan kerja sama perdagangan, investasi, dan
ekonomi. Pakistan akan terus memaksimalkan ruang diplomatik dan pilihan kebijakan
luar negeri:
- Barometernya adalah tentang bagaimana cara Pakistan menjaga keamanan dan
mempromosikan agenda keamanan dan pembangunan.
- Pakistan akan tes mengupayakan hubungan yang seimbang, dan menghindari
keterlibatan dalam isu-isu yang tidak berdampak kepada kepentingan langsung.
- Di konteks internasional, deradikalisasi dan membangun pemahaman nasional, akan
menjadi fokus tambahan dari upaya ini.
32
- Terus mengimprovisasi image Pakistan di luar negeri, yang akan bergantung pada
kontrol efektif terhadap terorisme, pergerakan hak asasi manusia, dan image positif
dari masyarakat yang toleran.59
b. Hubungan Bilateral Pakistan
Hubungan Pakistan dengan negara-negara dekatnya sudah lama berdinamika.
Sejak kemerdekaan di tahun 1947, Pakistan dan India telah berperang beberapa kali
mengenai perebutan wilayah Jammu dan Kashmir. Hubungan dengan Afghanistan telah
bercoreng-coreng dalam sejarah Pakistan, terutama disebabkan oleh klaim Afghanistan
terhadap provisi Kyber Pakhtunkhwa. Hubungan mereka memburuk pada tahun 1980-an
ketika rezim yang di dukung oleh Uni Soviet berkuasa di Afghanistan, dan membaik
sebentar saat Taliban berkuasa, dan kemudian memburuk lagi di bawah pemerintahan
Karzai. Hubungan dengan Iran sangat kuat di masa monarki Iran, namun setelah revolusi,
meskipun hubungan mereka pada umumnya baik, tanda-tanda ketegangan terlihat dalam
beberapa kesempatan. China dan Pakistan telah memperkuat hubungan strategis mereka
dalam tahun-tahun terakhir, dan berupaya untuk membangun saling kepercayaan.60
India
Hubungan India dan Pakistan ditandai dengan persaingan dan rasa saling curiga.
Di antara sekian isu yang terjadi di antara mereka, salah satu isu yang sangat sensitif sejak
59 Ibid.
60 CIDOB. (2012, Juli). Foreign Relations of Pakistan. Dipetik Februari 8, 2016, dari Anuario Internacional CIDOB 2012. Pakistán, perfil de país:
33
zaman kemerdekaan Pakistan adalah status Kashmir, yang mana telah menyebabkan tiga
dari empat perang mereka (di tahun 1948, 1965 dan konflik Kargil di tahun 1999).61
Setelah perang pertama di tahun 1948, PBB mengadakan gencatan senjata di
Januari 1949 dan kedua negara setuju dengan pemungutan suara PBB dalam menentukan
masa depan negara dengan prakondisi menarik mundur tentara kedua negara. Tetapi
Pakistan dan India tidak menarik tentara mereka sehingga pemungutan suara tidak
diadakan. Pada tahun 1965, ketegangan sekali lagi menyala antara Pakistan dan India,
dengan pertempuran di perbatasan Rann of Kutch di Pakistan selatan serta di sepanjang
perbatasan Kashmir. Mengikuti serangan Pakistan di Kashmir, India melancarkan
serangan terhadap kota Lahore dan Sialkot pada 6 September 1965. Setelah dua minggu
berperang, perjanjian gencatan senjata dengan bantuan PBB dan USSR dilaksanakan,
dengan deklarasi Tashkent yang ditandatangani setahun kemudian, dimana kedua pihak
setuju untuk mengembalikan tentara mereka keposisi yang dulu sebelum bulan Agustus
1964, sebuah keputusan yang dianggap sebagai submission terhadap India.62
Dengan intervensi India pada perang sipil di Pakistan Timur di tahun 1971, awal
mula perang India dan Pakistan yang berikutnya mulai terlihat. Peperangan tersebut
mengakibatkan pemisahan resmi antara barat dan timur Pakistan, dengan Pakistan Timur
dideklarasikan sebagai negara merdeka Bangladesh. Pada tahun berikutnya presiden
Bhutto dan Perdana Menteri India, Gandhi, bertemu dan menandatangani perjanjian
Simla, dimana wilayah dan tentara yang telah diambil dikembalikan, dan kedua
pemimpin menyokong prinsip penyelesaian masalah bilateral dengan upaya damai.
61 Ibid.
34
Hubungan dangang dan diplomatis pulih pada tahun 1976 setelah masa kekosongan
selama 5 tahun.63
Tes nuklir India pada tahun 1974 dianggap sebagai pergerakan yang mengancam
bagi Pakistan, dan kemudian mendasari pembangunan program senjata nuklir Pakistan.
Pada April 1984, ketegangan muncul setelah tentara dikirimkan ke Siachen Glacier di
dekat perbatasan China, sebuah wilayah yang tidak di demakrasikan oleh perjanjian
gencatan senjata tahun 1949. Pada Desember 1985, Presiden Zia dan Perdana Menteri
Gandhi berjanji untuk tidak menyerang fasilitas nuklir masing-masing negara, dengan
perjanjian formal yang berlaku pada Januari 1991. Pada awal 1986, pemerintahan India
dan Pakistan memulai perbincangan level tinggi untuk mengatasi persengketaan
perbatasan Siachen Glacier dan mendorong tingkat perdagangan.64
Pada Mei 1998, pemerintah Pakistan mendeklarasikan situasi darurat dan
mengadakan serangkaian ujicoba nuklir, sebagai tanggapan terhadap ujicoba nuklir India.
Ditengah-tengah kegaduhan interasional, Amerika Serikat dan negara lain membebankan
sangsi ekonomi terhadap kedua negara. Meskipun ketegangan muncul, hubungan
bilateral nampak meningkat pada Februari 1999 ketika Perdana Menteri India Vajpayee
berangkat ke Lahore untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi dengan rekan
Pakistannya, Nawaz Sharif. Bagaimanapun, ketika penyusup Pakistan sampai pada posisi
di dekat kota Kargil yang berada di wilayah Kashmir pemerintahan India, proses politik
yang telah diakukan dibatalkan. Penyerangan di Kargil nyaris tumbuh menjadi perang
skala besar dengan tentara liar dari Pakistan dan tentara India. Alhasil, dengan komunitas
63 Ibid.
35
internasional memberikan pengaruhnya terhadap serbuan Pakistan, Nawaz Sharif
menarik semua militan dari Kashmir dibawah perjanjian yang diperantai oleh Amerika
Serikat. Kemudian hubungan mereka semakin memburuk ketika militan-militan
menyerang parlemen India pada Desember 2001. Walaupun ketegangan meningkat tajam
atas serangan tersebut, kedua negara mencoba menahan diri dan melanjutkan
perbincangan bilateral di tahun 2004. Setelah sebuah gempa bumi dahsyat menghantam
wilayah Kashmir pada Oktober 2005, kedua negara berkerjasama dalam menangani krisis
humanitarian. Pengeboman kereta Samjhauta tahun 2007, pengeboman kedutaan besar
India di Kabul Juli 2008, dan serangan terroris di Mumbai November 2008 menjadikan
dialog mereka tertunda lagi. Namun kedua Menteri Luar negeri kedua negara bertemu
pada tahun 2010, dan berharap dialog diantara mereka bisa berlanjut.65
Afghanistan
Dengan berbagi ikatan budaya, etnis dan religius, hubungan Pakistan dan
Afghanistan sudah dekat sejak dulu, namun konflik garis Durand, perang Soviet Afghan,
dukungan Pakistan terhadap rezim taliban, peran Pakistan dalam War on Terror dan
pertumbuhan militansi lintas perbatasan menodai hubungan mereka.66
Pada masa kemerdekaan Pakistan, Kabul mendukung kemerdekaan provinsi
perbatasan Barat Laut, yang dikenal dengan Pashtunisan, membawa ide bahwa negara ini
pada akhirnya akan tergabung dengan Afghanistan. Pada September 1947, Afghanistan
adalah negara satu-satunya yang menentang keanggotaan Pakistan di PBB, dengan
mengutip perdebatan Pashtunistan. Perjanjian Garis Durand pada perbatasan diantara
65 Ibid.
36
kedua negara, yang diwariskan oleh penjajahan Inggris, tidak pernah diterima secara
formal oleh Afghanistan sebagai batas Internasional, yang kemudian mengakibatkan
ketidak percayaan dan ketegangan bagi kedua negara, meskipun tidak ada konflik
bersenjata yang pernah terjadi diantara mereka.67
Mengikuti invasi Soviet ke Afghanistan pada tahun 1979, Pemerintahan Pakistan
dibawah Jendral Zia-ul-Haq memainkan peran penting dalam mendukung gerakan
resisten Afghanistan yang dikenal dengan ‘Mujahideen’ diantara berbagai pihak di
Afghanistan dimediasi oleh Pakistan, sampai pada penandatanganan persetujuan Geneva
pada April 1988, yang mengakibatkan Soviet pergi meninggalkan negara Afghanistan
dalam dua tahapan. Perang Afghanistan mengakibatkan kepergian masal sekitar tiga juta
pengungsi melintasi perbatasan ke Pakistan, dengan kekacauan yang selalu terjadi di
negara mereka mencegah mereka untuk kembali ke Afghanistan untuk puluhan tahun
yang akan datang. Dengan biaya yang mahal, bantuan ekstensif disediakan untuk para
pengungsi, dan pada tahun 1999, lebih dari 1.2 juta pengungsi terdaftar Afghanistan yang
masih berada di Pakistan, dengan perkiraan jutaan lagi yang belum terdaftar.68
Setelah kekalahan Uni Soviet, pemerintahan Mujahideen kemudian berkuasa
selama tujuh tahun, namun Afghanistan jatuh kedalam perang sipil. Tidak ada
pembangunan pasca perang yang berarti terjadi – sebaliknya, negara tersebut terpecah
belah dengan berbagai kelompok dan panglima perang mengawasi dan mengatur wilayah
masing-masing. Pakistan, yang telah diduga mendukung gerakan tersebut, merupakan
satu dari tiga negara yang mengakui rezim Taliban ketika gerakan tersebut meraih
67 Ibid.
37
kekuasaan di Kabul pada tahun 1996. Hubungan antara Pakistan dan rezim Taliban masih
dekat, namun taliban tidak pernah mengakui secara formal legitimasi Garis Durand.69
Setelah terjadinya serangan terhadap Amerika serikat pada September 2001,
pemerintahan Jendral Musharraf menaksir kembali hubungan Pakistan dengan Taliban,
dan memutuskan bahwa Pakistan akan mendukung Amerika Serikat dalam Perang
melawan Teror. Administrasi Afghanistan sekarang memiliki hubungan yang tegang
dengan Pakistan, berulangkali mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai
pihak-pihak Pakistan yang mendukung pemberontakan Taliban, dengan pembantahan tuduhan
tersebut oleh Pakistan. Pergerakan terakhir dari pemerintah India untuk meningkatkan
hubungan ekonomi dan politik dengan Afghanistan membuat Pakistan merasa tidak
nyaman, menambah kerumitan hubungan pemerintah Afghanistan.70
Karena terkurung oleh daratan, Afghanistan bergantung kepada tetangganya
dalam hal hubungan perkapalan dengan pasar internasional. Pakistan pertamakali
menandatangani Perjanjian Perdagangan Transit dengan Afghanistan pada tahun 1965.
Hal ini kemudian diperbaharui pada tahun 2010, dengan memperkenalkan peraturan baru
seperti keharusan menggunakan kontainer yang diikat untuk semua perdagangan transit,
alat pelacak yang harus dipasang di truk, dsb. Berdasarkan perjanjian baru, supir truk
Afghanistan boleh melintasi Pakistan dan mengambi kargo dari pelabuhan Pakistan di
kota Karachi dan Lahore.71
69 Ibid.
38 Republik Rakyat China
China dan Pakistan merupakan aliansi strategis dekat, sebuah hubungan yang
dimulai pada tahun 1951 ketika Pakistan mengakui Republik Rakyat China dan memutus
hubungan dengan Taiwan. Berhubungan baik dengan China merupakan pilar kunci dari
kebijakan luar negeri Pakistan. Hubungan saling menolong telah tumbuh dalam beberapa
tahun terakhir, menguntungkan kedua negara dalam bidang diplomatik, ekonomi, dan
militer. Sejak perang Sino-India tahun 1962, China sudah membantu Pakistan dalam
hampir semua permasalahannya dengan India, dan sebagai balasannya Pakistan masih
setia dalam mendukung kedaulatan teritorial China. Di tahun 1964 Pakistan dan China
menandatangani perjanjian perbatasan untuk mengukuhkan perbatasan Sino-Pakistan,
menghilangkan kemungkinan-kemungkinan konflik, dan perjanjian yang sama juga
ditandatangani pada Maret 1963 untuk Xinjiang serta wilayah didekatnya.72
Kunjungan Perdana Menteri Zhou Enlai ke Pakistan pada Februari 1964 dan
kunjungan Presiden Ayub Khan ke China di bulan Desember pada tahun yang sama telah
menciptakan langkah untuk era baru dalam persahabatan dan persekutuan kedua negara.
Pakistan dulunya merupakan pintu bagi dunia Barat agar dapat berhubungan dengan
China, memfasilitasi kunjungan bersejarah Presiden Nixon ke China pada tahun 1971.
Pada awalnya, militer Pakistan bergatung terutama kepada bantuan Amerika Serikat,
yang sangat diperlukan saat perang Soviet-Afghanistan. Kemundran tentara Soviet
kemudian mengakibatkan pergeseran dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat
terhadap Pakistan, dan bantuan militer pada akhirnya dihentikan di tahun 1990 dibawah
39
Amandemen Pressler. Hal ini dirasakan sebagai pengkhianatan dan memaksa Pakistan
untuk mencari aliansi yang dapat diandalkan, dan hasilnya adalah memperkuat ikatan
pertahanan dengan China.73
Perjanjian perdagangan pertama diantara China dan Pakistan ditandatangani pada
tahun 1963, dan pada Oktober 1982, China-Pakistan Joint Committee of Economy, Trade
and Technology didirikan. Sejak tahun 1990-an, perdagangan bilateral mereka
menunjukkan pertumbuhan yang relatif cepat, dengan China memaikan peran utama
dalam menyediakan perlengkapan dan teknologi untuk pembangunan sektor energi
Pakistan. China juga merupakan suplier utama dalam hal pelengkapan pertahanan untuk
tentara Pakistan. Pada tahun-tahun terakhir kerjasama dengan China tumbuh semakin
cepat, dan meskipun transaksi militer dan tekonologi masih mendominasi hubungan
mereka, kecenderungan perkembangan mereka mencangkup bantuan ekonomi dan
investasi dalam jumlah besar di bidang proyek infrastruktur.74
Iran
Dalam sejarahnya, Pakistan selalu memiliki ikatan yang dekat dengan Iran di
bidang geopolitik dan kultural/religius. Iran merupakan negara pertama yang mengakui
kemerdekaan Pakistan. Di tahun 1960-an dan 1970-an, kebanyakan ikatan ekonomi dan
politik diantara mereka sangat kuat, dengan penandatanganan Central Treaty
Organization (CENTO), sebuah inisiatif yang disponsori oleh Amerika Serkat yang mana
73 Ibid.
40
Pakistan, Iran, dan Turki berjanji untuk menerapkan perjanjian kerjasama pertahanan
yang konon terhadap kemungkinan agresi dari Uni Soviet.75
Berharap untuk memperkuat hubungan ekonomi, Pakistan, Iran dan Turki
menandatangani pakta Regional Cooperation for Development (RCD) di tahun 1965.
Setelah revolusi Iran, RCD tidak berfungsi lagi, dan sebuah kelompok baru, Economic
Cooperation Organization (ECO) didirikan di tahun 1985. Dengan penggulingan Shah
Iran, Ayatollah Khomeini menjalankan kebijakan luar negeri yang lebih kaku,
menjauhkan diri dari Amerika Serikat beserta negara-negara yang memiliki hubungan
dekat dengannya seperti Pakistan. Meskipun demikian, Pakistan merupakan salah satu
negara pertama yang mengakui pemerintahan baru pasca revolusi. Saat invasi soviet di
Afghanistan, hubungan antara kedua negara membaik, dengan operasi dukungan rahasia
terkoordinir mereka untuk Mujahidin Afghanistan. Bagaimanapun, hubungan bilateral
tegang lagi pada tahun 1990-an, dengan kesemakin waspadaan Iran dengan dukungan
Pakistan terhadap Taliban. Iran dan Pakistan biasanya mendukung fraksi yang saling
beroposisi di Afghanistan, dengan Pakistan secara umum mendukung Pashtun dan Sunni
Taliban, dan Iran mendukung Shia dan Aliansi Utara yang berbahasa Persia. Sentimen
Anti-Syiah oleh Taliban dan kekerasan antar aliran di Afghanistan di awal mula
kemenangan Taliban mendinginkan hubungan mereka.76
Walaupun terjadi kemunduran, Iran dan Pakistan secara umum mendukung satu
sama lain dalam komunitas internasional. Sejak revolusi, Iran tidak memiliki hubungan
diplomatik dengan Amerika Serikat, dan kepentingan Iran di Amerika Serikat diwakilkan
75 Ibid.
41
oleh kedutaan Pakistan. Perdagangan di antara kedua negara telah meningkat secara
konsisten sejak jatuhnya Taliban, dengan beberapa proyek infrastruktur besar di bidang
aliran pipa, termasuk kemungkinan jaringan rel kereta api, jalan tol, dan jalur pipa gas
kontroversial yang pada awalnya melibatkan India, sekarang menjadi bilateral. Pada
Februari 2012, presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengunjungi Islamabad untuk
berpartisipasi dalam perbincangan trilateral dengan Pakistan, Afghanistan, dan Iran.
Pertemuan tersebut sangat penting karena menjadikan pemerintah Pakistan mendukung
penuh proyek jalur pipagas Iran-Pakistan, dan berjanji untuk berdiri bersama Iran dalam
menghadapi kepungan sanksi internasional atas dugaan pengembangan senjata nuklir.77
Amerika Serikat
Amerika Serikat dan Pakistan memiliki hubungan diplomatik sejak kemerdekaan
Pakistan, dan memiliki sejarah ikatan militer dan ekonomi yang kuat. Meskipun kedua
negara merupakan aliansi strategis selama berpuluh-puluh tahun, ketakutan dan
ketidakpercayaan mencemari hubungan mereka dalam beberapa kesempatan. Bantuan
ekonomi dan militer sangatlah penting bagi Pakistan saat menandatangani pakta CENTO,
yang berarti menahan ekspansi Soviet di Timur Tengah, dan tuntutan yang serupa juga
ada di pakta South East Asia Treaty Organization (SEATO), yaitu membatasi pengaruh
Komunis China. Kedua perjanjian tersebut ditanda tangani pada tahun 1955, dan
mengikuti model NATO. Pada tahun 1965, saat perang India-Pakistan, bantuan militer
Amerika Serikat untuk kedua negara dihentikan, dan Pakistan tidak menunjukkan upaya
untuk memperbaiki situasi tersebut meskipun negara tersebut merupakan anggota
42
mekanisme kerjasama pertahanan yang disokong oleh Amerika Serikat. Setelah tahun
1965, Pakistan menaksir kembali orientasi kebaratannya dan memutuskan untuk keluar
dari SEATO, dan kemudian membuka dialog dengan China.78
Meskipun hubungan mereka membaik di tahun 1975 dengan penjualan senjata
dari Amerika Serikat ke Pakistan, bantuan ekonomi terhadap Pakistan dihentikan pada
tahun 1979 dibawah Symington Amandment untuk Foreign Assistance Act tahun 1961,
karena khawatir dengan pengembangan program nuklir Pakistan. Larangan tersebut
kemudian dicabut ketika Pakistan beralih untuk menyediakan bantuan untuk Mujahidin
Afghanistan saat Soviet menginvasi Afghanistan. Bagaimanapun, meskipun sedang
dalam periode kerjasama, hubungan Pakistan-Amerika Serikat cenderung bergejolak, jika
tidak ditingkat antar pemerintah, maka ditingkat antar masyarakat. Contohnya, pada
tahun 1979, para pendemo menyerang kedutaan Amerika Serikat di Islamabad, dan
menyebabkan empat orang meninggal. Kekerasan tersebut dipicu oleh berita palsu
tentang keterlibatan Amerika Serikat dalam mengepung Masjidil Haram di Mekah pada
November 1979.79
Hubungan Pakistan-AS menguat dengan adanya Perang Dingin, memuncak saat
invasi Soviet pada Desember 1979. Melalui bantuan rahasia Amerika Serikat, Pakistan
membantu Mujahidin Afghanistan. Pada periode tersebut pakistan memberikan tambahan
untuk bantuan sipil dan militer, dengan Jendral Zia-ul-Haq menolak bantuan $400 juta
dari administrasi Carter, sampai program bantuan militer dan ekonomi sebesar $3.2 miliar
disetujui pada tahun 1981. Berlangsungnya perang Afghanistan mengakibatkan
78 Ibid.
43
berkurangnya batasan-batasan legislatif untuk Pakistan, dalam memberikan bantuan
kepada negara yang memiliki program nuklir.80
Pada Maret 1986, kedua negara sepakat dengan program bantuan pembangunan
ekonomi dan keamanan sebesar $4 miliar untuk tahun 1988-93. Bagaimanapun bantuan
tersebut dihentikan untuk satu dekade dengan Amandemen Pressler pada tahun 1990an.
Bantuan tersebut sudah dihentikan sejak tahun 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba
nuklir. Namun uji coba tersebut mendapatkan kutukan keras dari Amerika Serikat,
dengan tambahan sangsi dalam bantuan humaniter.81
Serangan pada 11 September dan War on Terror pimpinan Amerika Serikat
mengubah hubungan Pakistan-AS secara signifikan. Keputusan Jendral Musharraf untuk
mendukung peperangan Amerika Serikat di Afghanistan secara dramatis menambah
bantuan ekonomi dan militer untuk negaranya, denga paket sebesar $3 miliar akan
diberikan pada tahun 2005, dan pengangkatan Pakistan sebagai aliansi utama non-NATO.
Sebagai tambahan, sekitar $510 juta diberikan kepada Pakistan sebagai bantuan untuk
rekonstruksi pasca terjadinya gempabumi pada Oktober 2005. Dengan lulusnya RUU
Kerry-Lugar-Berman pada tahun 2009, memberikan Pakistan bantuan sebesar $1.5 miliar
per tahun selama 5 tahun. Meskipun ada janji yang demikian, bantuan dana aktual kepada
Pakistan relatifnya rendah.82
War on Terror sangat tidak disenangi di Pakistan, dan telah disalahkan sebagai
penyebab ketidaknyamanan di Pakistan, meningkatnya militansi dan ekstrimisme, dan
80 Ibid.
44
bahkan permasalahan ekonomi yang telah dihadapi Pakistan selama lima tahun. Amerika
Serikat, sejak tahun 2007, menjalankan kebijakan menluncurkan serangan drone di
perbatasan wilayah Pakistan yang ditargetkan kepada para pemimpin pemberontak
Afghanistan. Meskipun Amerika Serikat mengklaim bahwa strategi tersebut berhasil, hal
ini justru membuat Amerika Serikat semakin tidak disukai di Pakistan, karena serangan
udara tersebut dianggap telah melanggar batas kedaulatan Pakistan. Kegiatan agen
rahasia AS yang diklaim ada di Pakistan juga semakin dipertanyakan. Salah seorang agen,
Raymond Davis, terlibat dengan insiden penembakan di kota Lahore, dan kemudian
dibebaskan dengan membayar uang tebusan kepada keluarga korban penembakan
tersebut.83
Ketidak percayaan antar Pakistan dan AS pun semakin parah dengan adanya
pembunuhan Osama Bin Laden di Abbotabad pada Mei 2011. Para pejabat AS berulang
kali menyatakan bahwa otoritas Pakistan bisa jadi terlibat dalam penyembunyian Osama
atau tidak kompeten karena tidak ada pihak keamanan Pakistan yang menyadari bahwa
manusia yang paling dicari di dunia ada di Pakistan. Sekarang, otoritas Pakistan sedang
menahan dokter yang dituduh mengadakan penyuluhan vaksinasi palsu di Abbotabad,
dan diduga telah membantu AS mengkonfirmasi keberadaan Osama Bin Laden. Doktor
tersebut dintuntut telah melakukan pengkhianatan karena telah membantu intelijen negara
luar. Amerika Serikat telah meminta kebebasan orang tersebut dan kepulangannya ke
Amerika Serikat. Hal ini bisa memunculkan ketegangan baru lagi di antara kedua
negara.84
83 Ibid.
45
c. Diplomasi Regional Pakistan
SEATO
South East Asia Treaty Organization (SEATO) adalah organisasi internasional di
bidang pertahanan defensif di Asia Tenggara. Pada September 1954, Southeast Asian
Collective Defence Treaty, yang juga dikenal dengan Pakta Manila ditandatangani di
Filipina, yang merupakan bagian dari doktrin Truman untuk membendung kekuatan
komunisme di wilayah tersebut. SEATO resmi didirikan pada Februari 1955, dan
anggotanya termasuk Australia, Prancis, Selandia Baru, Pakistan, Thailand, Filipina,
Inggris dan AS, dan merefleksikan sentimen anti-komunisme. Pada awalnya SEATO
dimaksudkan untuk menjadi NATO-nya Asia Tenggara, tanpa memegang pasukan militer
sendiri. Organisasi ini mengadakan latihan militer bersama setiap tahunnya untuk negara
anggota, dan memfasilitasi pertemuan dan pameran dengan topik kebudayaan, sejarah,
dan religius. Meskipun ada dua negara Asia tenggara yang diwakilkan di SEATO,
organisasi ini dulunya diperuntukkan bagi negara-negara yang memiliki kepentingan di
wilayah tersebut. Kepentingan strategis Pakistan dalam pakta tersebut adalah berdasarkan
keyakinan bahwa akan mendapatkan bantuan untuk pergulatannya dengan India,
meskipun pada faktanya kedua wilayah tersebut di luar wilayah yurisdiksi organisasi
terbut.85
Dengan nampaknya kelemahan fundamental SEATO, banyak negara memilih
untuk keluar pada tahun 1970-an. Prancis dan Pakistan tidak mendukung perang Amerika
Serikat di Vietnam, dan pada tahun 1972, Pakistan mundur dari keanggotaannya setelah
46
berpisahnya Timur dan Barat Pakistan, karena organisasi tersebut gagal untuk membantu
Pakistan di perang sebelumnya.86
CENTO
Tahun 1955, Central Treaty Organization (CENTO), yang juga dikenal dengan
Pakta Bangladesh, dibentuk oleh Turki, Inggris, Iran, Iraq dan Pakistan. CENTO dulunya
merupakan organisasi kerja sama pertahanan yang ditujukan untuk mempromosikan
tujuan militer dan ekonomi bersama. Sama dengan NATO dan SEATO, tujuan utama
CENTO pada awalnya adalah kutuk membendung pengaruh komunisme di Timur Tengah
dan Asia Barat. Inggris memilih untuk mematuhi pakta tersebut dan AS berpartisipasi
sebagai observer dan mengikuti pertemuan komite. Organisasi ini dinamai CENTO ketika
Irak keluar di tahun 1959, karena tidak menyetujui intervensi AS di Lebanon. Perjanjian
bantuan militer bilateral ditandatangani oleh AS dan semua anggota CENTO, untuk
menjamin keaktifan dukungan para anggota di organisasi tersebut.87
CENTO tidak pernah membuat struktur komando militer yang permanen, atau
upaya untuk menjamin ‘pertahanan kolektif’, tetapi hanya untuk meyakinkan bantuan AS
kepada para negara anggota. Revolusi Iran di tahun 1979 menyebabkan Iran keluar dari
CENTO, dan setahun kemudian Pakistan juga keluar. CENTO kemudian dibubarkan.88
ECO
Economic Cooperation Organisation (ECO) didirikan oleh Pakistan, Turki dan
Iran di tahun 1985. Organisasi tersebut didirikan untuk mempromosikan kerja sama
86 Ibid.