• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Beberapa Varietas Pak Choi (Brassicarapa L. ssp. chinensis (L.)) pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda dengan Metode Hidroponik Terapung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keragaan Beberapa Varietas Pak Choi (Brassicarapa L. ssp. chinensis (L.)) pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda dengan Metode Hidroponik Terapung"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN BEBERAPA VARIETASPAK CHOI

(Brassica rapa L.

ssp.

chinensis(L.))PADA DUA JENIS LARUTAN

HARA YANGBERBEDA DENGAN METODE

HIDROPONIK TERAPUNG

SKRIPSI

Oleh :

WENDY YODITYA UTOMO 090301155/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PAK CHOI

(Brassica rapa L.

ssp.

chinensis (L.)) PADA DUA JENIS LARUTAN

HARA YANG BERBEDA DENGAN METODE

HIDROPONIK TERAPUNG

SKRIPSI

Oleh :

WENDY YODITYA UTOMO 090301155/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Proposal : KeragaanBeberapa Varietas Pak Choi (Brassicarapa

L.ssp.Chinensis (L.)) pada Konsentrasi Larutan Hara Yang Berbeda dengan Metode Hidroponik Terapung

Nama : Wendy Yoditya Utomo

NIM : 090301155

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Eva Sartini Bayu, MP Ir. Isman Nuriadi

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

WENDY YODITYA UTOMO: Keragaan beberapa varietas pak choi (Brassicarapa

L.ssp.chinensis (L.)) pada konsentrasi larutan hara yang berbeda dengan metode hidroponik terapung, dibimbing oleh Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP dan Bapak Ir. Isman Nuriadi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaan beberapa varietas pak choi padakonsentrasi larutan hara yang berbeda dengan teknologi hidroponik terapung. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan(+ 25 m dpl) dariJuni – September 2013dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi. Faktor pertama adalah larutan hara dengan 4 taraf yaitu Peckenpaugh (N1) dan Resh (N2) dan faktor kedua adalahvarietasterdiri dari 3 taraf yaitu White Tropical (V1) ,Green (V2), dan Green Tropica Corrina (V3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan larutan hara berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada 4 MST (13,35 cm) dan 6 MST (17,62 cm), jumlah daun 3 MST (6,40 helai) dan 5 MST (6,83 helai), diameter batang (0,147 cm), panjang akar pak choi (45,11 cm), bobot segar per sampel (11,97 g), bobot tajuk per sampel (11,41 g), bobot akar per sampel (0,56 g), dan bobot segar per plot (71,83 g), dengan larutan hara terbaikadalah N1 (Peckenpaugh). Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang akar (46,99 cm) dan kandungan klorofil daun (19,88). Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter. Nilai duga heritabilitas sedang berkisar antara 0,33 - 0,96. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap optimasi konsentrasi pada larutan hara Peckenpaugh dan rancangan kolam penanaman untuk mendapatkan hasil produksi pak choi yang lebih baik.

(5)

ABSTRACT

WENDY YODITYA UTOMO:Performance of Some Varieties of Pak Choi (Brassica rapaL. ssp. chinensis (L.)) in Different Concentrations of NutrientSolution with Floating Hydroponic Method, supervised by Ms. Ir. Eva Sartini Bayu, MP and Mr. Ir. Isman Nuriadi.

This study aimed to look at some the varieties of pak choi performance in different concentrations of nutrient solution with floating hydroponic technology. Research was conducted at Faculty of Agriculture University of North Sumatera, Medan(+ 25 m asl) from JuneuntilSeptember 2013by usingsplit plot design with two factors. The first factor wasnutrient solution with 2 levels i.e.Peckenpaugh (N1) and Resh (N2) and the second factor was variety with 3 levels i.e.White Tropical (V1), Green (V2), and Green Tropica Corrina (V3).

The results showed that radiation significantly effected onplant length at 4 WAP (13,35 cm) and 6 WAP (17,62 cm), number of leaves at 3 WAP (6,40 strands) and 5 WAP (6,83 strands), stem diameter (0,147 cm), root length (45,11 cm), fresh weight per sample (11,97 g), canopy weight per sample (11,41 g), root weight per sample( 0,56 g), and fresh weight per plot (71,83 g). Varieties significantly effected onroot length (46,99 cm) and chlorophyll content (19,88). Whereasthe interaction between two factors didn’t significantly effected on the entire parameters.Research recommend be continued on the optimization of Peckenpaugh nutrient solution and design of the planting pool to get betterproduction.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Wendy Yoditya Utomo, dilahirkan di Medan pada tanggal 14 Agustus 1991 dari ayahanda Teguh Budi Utomo dan ibunda Alvi Syahrina. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SD Swasta Ikal Medan, tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 7 Medan, dan tahun 2009 lulus dari SMA Harapan 1 Medan.

Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2009 melalui jalur SNMPTN, pada Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi intra kampus Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keragaan Beberapa Varietas Pak Choi (Brassicarapa L. ssp. chinensis (L.)) pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda dengan Metode Hidroponik Terapung”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Teguh Budi Utomo dan ibunda Alvi Syahrina yang telah membesarkan dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi.

Terimakasih kepada adik-adik saya Andaru Yudo Utomo dan Rizki Yadisha Utomo yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada saya. Terima kasih kepada teman-teman AET 2009 dan para anggota UKM Himadita Nursery yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.

Medan, April 2014

(8)

DAFTAR ISI

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Persiapan alat dan bahan... 15

penyemaian benih ... 15

persiapan kolam penanaman ... 16

pembuatan dan pemberian larutan hara ... 16

penanaman ... 16

pemeliharaan ... 17

pemanenan ... 17

Pengamatan Parameter ... 17

(9)

Heritabilitas ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil ... 20

Suhu (oC) dan RH (%) ... 20

pH dan EC larutan lara (mS.cm-1) ... 23

Panjang tanaman (cm) ... 24

Jumlah daun (helai) ... 26

Diameter batang (cm) ... 28

Panjang akar (cm) ... 29

Bobot segar per sampel (g) ... 29

Bobot tajuk per sampel (g) ... 30

Bobot akar per sampel (g) ... 30

Bobot segar per plot (g) ... 31

Kandungan klorofil daun ... 31

Heritabilitas ... 33

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan gizi per 100 gram pak choi segar ... 6

2. Konsentrasi hara hidroponik pak choi ... 12

3. Kisaran suhu dan RH kolam penanaman N1 selama 6 MST ... 20

4. Kisaran suhu dan RH kolam penanaman N2 selama 6 MST ... 22

5. Kisaran pH dan EC larutan hara selama 6 MST ... 23

6. Rataan panjang tanaman pak choi selama 6 MST (cm) ... 25

7. Rataan jumlah daun pak choi selama 6 MST (helai) ... 27

8. Rataan diameter batang pak choi pada 6 MST (cm) ... 28

9. Rataan panjang akar pak choi per sampel (cm) ... 29

10. Rataan bobot segar pak choi per sampel (g) ... 29

11. Rataan bobot tajuk pak choi per sampel (g) ... 30

12. Rataan bobot akar pak choi per sampel (g) ... 30

13. Rataan bobot segar pak choi per plot (g) ... 31

14. Rataan kandungan klorofil daun pak choi ... 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik kisaran suhu kolam penanaman N1 selama 6 MST ... 21

2. Grafikkisaran RH kolam penanaman N1 selama 6 MST ... 21

3. Grafik kisaran suhu kolam penanaman N2 selama 6 MST ... 22

4. Grafik kisaran RH kolam penanaman N2 selama 6 MST ... 22

5. Grafik kisaran EC kolam penanaman N1 dan N2 selama 6 MST ... 23

6. Grafik kisaran pH kolam penanaman N1 dan N2 selama 6 MST ... 24

7. Grafik pertumbuhan panjang tanaman selama 6 MST pada perlakuan larutan hara ... 25

8. Grafik pertumbuhan panjang tanaman selama 6 MST pada perlakuan varietas ... 26

9. Grafik pertumbuhan jumlah daun selama 6 MST pada perlakuan larutan hara ... 27

10. Grafik pertumbuhan jumlah daun selama 6 MST pada perlakuan varietas ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Deskripsi Pak Choi Varietas White Tropical ... 43

2. Deskripsi Pak Choi Varietas Green ... 44

3. Deskripsi Pak Choi Varietas Green Tropica Corrina ... 45

4. Bagan Penelitian ... 46

5. Bagan Plot Penenelitian ... 47

6. Sketsa Kolam Penanaman ... 48

7. Data Pengamatan Panjang Tanaman 1 MST (cm) ... 49

8. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 1 MST ... 49

9. Data Pengamatan Panjang Tanaman 2 MST (cm) ... 49

10. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 2 MST ... 50

11. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm) ... 50

12. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 3 MST ... 50

13. Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm) ... 51

14. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 4 MST ... 51

15. Data Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm) ... 51

16. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 5 MST ... 52

17. Data Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm) ... 52

18. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 6 MST ... 52

19. Data Pengamatan Jumlah Daun 1 MST (helai) ... 53

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 1 MST ... 53

21. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) ... 53

(13)

23. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) ... 54

24. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ... 54

25. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) ... 55

26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 55

27. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) ... 55

28. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST ... 56

29. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai) ... 56

30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ... 56

31. Data Pengamatan Diameter Batang (cm) ... 57

32. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang ... 57

33. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) ... 57

34. Daftar Sidik Ragam Panjang Akar ... 58

35. Data Pengamatan Bobot Segar per Sampel (gram) ... 58

36. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar per Sampel ... 58

37. Data Pengamatan Bobot Tajuk per Sampel (gram) ... 59

38. Daftar Sidik Ragam Bobot Tajuk per Sampel ... 59

39. Data Pengamatan Bobot Akar per Sampel (gram) ... 59

40. Daftar Sidik Ragam Bobot Akar per Sampel ... 60

41. Data Pengamatan Bobot Segar per Plot (gram) ... 60

42. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar per Plot ... 60

43. Data Pengamatan Kandungan Klorofil ... 61

44. Daftar Sidik Ragam Kandungan Klorofil ... 61

45. Data Transformasi Pengamatan Panjang Tanaman 1 MST (cm) ... 61

(14)

47. Data Transformasi Pengamatan Panjang Tanaman 2 MST (cm) ... 62

48. Sidik Ragam Transformasi Panjang Tanaman 2 MST ... 62

49. Data Transformasi Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm) ... 63

50. Sidik Ragam Transformasi Panjang Tanaman 3 MST ... 63

51. Data Transformasi Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm) ... 63

52. Sidik Ragam Transformasi Panjang Tanaman 4 MST ... 64

53. Data Transformasi Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm) ... 64

54. Sidik Ragam Transformasi Panjang Tanaman 5 MST ... 64

55. Data Transformasi Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm) ... 65

56. Sidik Ragam Transformasi Panjang Tanaman 6 MST ... 65

57. Data Transformasi Pengamatan Diameter Batang (cm) ... 65

58. Sidik Ragam Transformasi Diameter Batang ... 66

59. Data Transformasi Pengamatan Panjang Akar (cm) ... 66

60. Sidik Ragam Transformasi Panjang Akar ... 66

61. Data Transformasi Pengamatan Bobot Segar per Sampel (g) ... 67

62. Sidik Ragam Transformasi Bobot Segar per Sampel ... 67

63. Data Transformasi Pengamatan Bobot Tajuk per Sampel (g) ... 67

64. Sidik Ragam Transformasi Bobot Tajuk per Sampel (g) ... 68

65. Data Transformasi Pengamatan Bobot Akar per Sampel (g) ... 68

66. Sidik Ragam Transformasi Bobot Akar per Sampel (g) ... 68

67. Data Transformasi Pengamatan Bobot Segar per Plot (g) ... 69

68. Sidik Ragam Transformasi Bobot Segar per Plot (g) ... 69

69. Foto Kolam Penelitian ... 70

(15)

ABSTRAK

WENDY YODITYA UTOMO: Keragaan beberapa varietas pak choi (Brassicarapa

L.ssp.chinensis (L.)) pada konsentrasi larutan hara yang berbeda dengan metode hidroponik terapung, dibimbing oleh Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP dan Bapak Ir. Isman Nuriadi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaan beberapa varietas pak choi padakonsentrasi larutan hara yang berbeda dengan teknologi hidroponik terapung. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan(+ 25 m dpl) dariJuni – September 2013dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi. Faktor pertama adalah larutan hara dengan 4 taraf yaitu Peckenpaugh (N1) dan Resh (N2) dan faktor kedua adalahvarietasterdiri dari 3 taraf yaitu White Tropical (V1) ,Green (V2), dan Green Tropica Corrina (V3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan larutan hara berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada 4 MST (13,35 cm) dan 6 MST (17,62 cm), jumlah daun 3 MST (6,40 helai) dan 5 MST (6,83 helai), diameter batang (0,147 cm), panjang akar pak choi (45,11 cm), bobot segar per sampel (11,97 g), bobot tajuk per sampel (11,41 g), bobot akar per sampel (0,56 g), dan bobot segar per plot (71,83 g), dengan larutan hara terbaikadalah N1 (Peckenpaugh). Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang akar (46,99 cm) dan kandungan klorofil daun (19,88). Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter. Nilai duga heritabilitas sedang berkisar antara 0,33 - 0,96. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap optimasi konsentrasi pada larutan hara Peckenpaugh dan rancangan kolam penanaman untuk mendapatkan hasil produksi pak choi yang lebih baik.

(16)

ABSTRACT

WENDY YODITYA UTOMO:Performance of Some Varieties of Pak Choi (Brassica rapaL. ssp. chinensis (L.)) in Different Concentrations of NutrientSolution with Floating Hydroponic Method, supervised by Ms. Ir. Eva Sartini Bayu, MP and Mr. Ir. Isman Nuriadi.

This study aimed to look at some the varieties of pak choi performance in different concentrations of nutrient solution with floating hydroponic technology. Research was conducted at Faculty of Agriculture University of North Sumatera, Medan(+ 25 m asl) from JuneuntilSeptember 2013by usingsplit plot design with two factors. The first factor wasnutrient solution with 2 levels i.e.Peckenpaugh (N1) and Resh (N2) and the second factor was variety with 3 levels i.e.White Tropical (V1), Green (V2), and Green Tropica Corrina (V3).

The results showed that radiation significantly effected onplant length at 4 WAP (13,35 cm) and 6 WAP (17,62 cm), number of leaves at 3 WAP (6,40 strands) and 5 WAP (6,83 strands), stem diameter (0,147 cm), root length (45,11 cm), fresh weight per sample (11,97 g), canopy weight per sample (11,41 g), root weight per sample( 0,56 g), and fresh weight per plot (71,83 g). Varieties significantly effected onroot length (46,99 cm) and chlorophyll content (19,88). Whereasthe interaction between two factors didn’t significantly effected on the entire parameters.Research recommend be continued on the optimization of Peckenpaugh nutrient solution and design of the planting pool to get betterproduction.

(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pak choi merupakan tanaman sayuran daun yang termasuk ke dalam famili

Brassicaceae dan berasal dari Cina. Pak choi memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman ini berkembang pesat di daerah subtropis maupun tropis (Rukmana,

1994). Menurut Rubatzky and Yamaguchi (1998) sayuran ini memiliki banyak

kelebihan dibandingkan famili sawi-sawian yang lain diantaranya, waktu panen

singkat, daya adaptasi luas (tidak peka terhadap perubahan suhu), dan kualitas

produknya tahan lama karena dapat disimpan hingga 10 hari setelah panen pada suhu

0-5oC dengan kelembaban 95 %.

Di Asia pak choi dipanen pada berbagai umur, mulai umur pembibitan (2

minggu setelah pindah tanam), masa vegetatif awal, hingga saat baru muncul bunga.

Tanaman ini mengandung 93 % air, 3 % karbohidrat, 1,7 % protein, 0,7 % serat, dan

0,8 % abu. Dan merupakan sumber dari vitamin dan mineral seperti ß-karoten,

vitamin C, Ca, P, dan Fe (Elzebroek and Wind, 2008).

Siemonsma and Piluek (1994) mengatakan di Asia Tenggara pak choi dapat

tumbuh sepanjang tahun di dataran rendah, suhu optimum untuk pertumbuhan pak

choi adalah 20–25oC. Suhu rata-rata di kota Medan saat ini cukup tinggi, pada

kondisi berawan suhu udara dapat mencapai 34oC dengan kelembaban 60-80 %

(BMKG, 2013). Suhu yang cukup tinggi ini dikhawatirkan dapat mengurangi

produksi pak choi, sementara permintaan akan sayuran ini terus meningkat.

Selain itu, keterbatasan lahan juga menjadi salah satu kendala dalam kegiatan

pengembangan pertanian. Alih fungsi lahan-lahan pertanian yang produktif terus

(18)

dilakukan untuk mengimbangi permintaan pasar akan pak choi ini adalah dengan

pengujian varietas pak choi yang toleran terhadap suhu tinggi serta penerapan

teknologi budidaya yang dapat dilakukan pada kondisi lahan yang terbatas.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut

adalah melalui metode budidaya hidroponik. Ada beberapa alasan untuk bertanam

secara hidroponik, yaitu kebersihan tanaman terjamin, dapat memelihara tanaman

lebih banyak dalam ruangan yang lebih sempit daripada bercocok tanam tradisional,

tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, tidak ada resiko

kebanjiran, erosi, kekeringan, ataupun ketergantungan lainnya terhadap kondisi alam

setempat, tanaman akan memberikan hasil yang kontinu, metode kerja yang sudah

distandarisasi, lebih memudahkan pekerjaan, dan tidak memerlukan tenaga kasar,

bahan-bahan yang dibutuhkan pun tersedia atau mudah diperoleh (Lingga, 1999).

Hasil penelitian Halim (2002) terhadap pembelian sayuran hidroponik di PT Hero

Supermarket menunjukkan bahwa 53,12 % konsumen lebih memilih sayuran

hidroponik karena lebih bersih, segar, dan terjamin kualitasnya.

Seperti halnya tanaman yang ditanam secara konvensional, tanaman yang

dibudidayakan secara hidroponik pun dapat tumbuh dengan baik apabila kebutuhan

air, sirkulasi udara dan hara tanaman terjamin. Dalam budidaya tanaman secara

hidroponik media tanam yang digunakan bersifat inert, yaitu tidak menyediakan unsur hara bagi tanaman sehingga kebutuhan hara ini diberikan dalam bentuk pupuk

dengan kandungan hara lengkap makro dan mikro yang dilarutkan dalam air.

Berdasarkan hasil penelitian Agustina (2009) mengenai efisiensi penggunaan

(19)

produksi bayam yang tertinggi dibandingkan dengan dua teknik lainnya dengan data

tinggi tanaman sebesar 15,42 cm, luas daun 351,49 cm2, diameter batang 6,11 mm,

panjang akar 25,09 cm, bobot segar 1105,72 g, bobot kering 67,49 g, dan total

klorofil 3,83 mg/g. Selain itu efisiensi penggunaan air pada DFT lebih tinggi

dibandingkan teknik aeroponik, yaitu sebesar 12,31%.

Volume air yang digunakan pada DFT hampir sama dengan metode terapung,

pada kedua metode ini akar tanaman terendam dalam air serta larutan hara sepanjang

waktu sehingga cukup untuk menjaga tanaman dari kelayuan. Namun kelebihan dari

metode terapung adalah pengerjaannya lebih sederhana dan lebih mudah

dibandingkan DFT. Metode terapung tidak memerlukan listrik secara terus menerus

untuk mengalirkan larutan hara seperti DFT. Sehingga jika listrik mati pun, larutan

hara tetap tersedia bagi tanaman.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pertumbuhan dan produksi beberapa varietas pak choi (Brassica rapa L. ssp. chinensis (L.)) pada larutan hara yang berbeda dengan metode hidroponik terapung.

Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaan beberapa varietas pak

choi pada konsentrasi larutan hara yang berbeda dengan teknologi hidroponik

terapung.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh beberapa varietas dan perbedaan konsentrasi larutan hara, serta

(20)

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna untuk memperoleh data sebagai bahan penyusun skripsi

untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

(21)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pak Choi

Menurut USDA (2013), klasifikasi tanaman pak choi, sebagai berikut:

Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Subdivisi: Spermatophyta; Divisi:

Magnoliophyta; Kelas: Dicotyledonae; Subkelas: Dilleniidae; Ordo: Capparales;

Famili: Brassicaceae; Genus: Brassica; Spesies: Brassica rapa L. ssp. chinensis (L.) Daun tanaman pak choi bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau tua

dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar,

tersusun dalam spiral yang rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai

daunnya, berwarna putih atau hijau tua, gemuk dan berdaging, tanaman ini tingginya

15-30 cm. Bunganya berwarna kuning pucat. Tanaman ini ditanam dengan benih

langsung atau dipindah-tanam dengan kerapatan tinggi, umumnya sekitar 20-25

tanaman/m2, dan kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat (Rubatzky and

Yamaguchi, 1998).

Menurut Thompson and Kelly (1957), ciri-ciri tanaman pak choi adalah

daunnya lebih pendek daripada daun petsai dengan permukaan daun halus dan

tangkai berdaging tebal pada pangkalnya. Helai daun membulat seperti sendok

sehingga sering disebut sawi sendok, bentuk daun oval, berwarna hijau cerah atau

(22)

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram pak choi segar

Sumber: Nutrition Data (2013)

Dari mulai pembibitan, pak choi membutuhkan waktu 40-80 hari hingga

matang panen. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik menggunakan tangan atau

memotong bagian tajuk tepat di atas permukaan tanah. Daun-daun dan akar yang

rusak dibuang, dan hasil panen dikemas (Dimson, 2001).

Syarat Tumbuh

Kebanyakan dari varietas pak choi menghendaki suhu yang dingin untuk

pertumbuhannya, dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 15-20oC. Tetapi ada

beberapa varietas yang dapat beradaptasi pada suhu yang lebih tinggi

(Elzebroek and Wind, 2008). Tanaman pak choi umumnya dibudidayakan di dataran

tinggi dengan ketinggian 1000 m dpl, beriklim sejuk dan lembab. Kisaran pH yang

baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 6 - 7 (Rukmana 1994).

Varietas

Menurut Rubatzky and Yamaguchi (1998) keragaman morfologis dan periode

(23)

warna daun mulai dari hijau pudar hingga hijau tua. Perbedaan ini juga terlihat pada

umur panen dan daya adaptasi dari tiap varietas.

Hasil penelitian Dimson (2001) menyebutkan di Arizona varietas pak choi

yang banyak ditanam adalah ‘Joi Choy’. Varietas ini dipilih karena memiliki

karakteristik warna daun hijau tua dan batang putih bersih yang digemari oleh

masyarakat dan memiliki daya adaptasi yang luas.

Di Indonesia, pak choi yang tersedia di pasaran umumnya memiliki daya

adaptasi yang luas (dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi) dan memiliki

umur panen yang cukup singkat, yaitu ± 30 hari setelah tanam.

Hidroponik

Hidroponik (hydroponic) berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus

yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik memiliki arti memberdayakan air.

Hidroponik juga didefinisikan sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa media tanah. Metode bercocok tanam secara hidroponik ini berbeda dengan metode

bercocok tanam didalam rumah kaca (greenhouse), meskipun banyak budidaya hidroponik dilakukan didalam rumah kaca. Penggunaan rumah kaca dalam sistem

hidroponik lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor tertentu seperti ekosistem

yang lebih mudah dikendalikan dan keterbatasan lahan. Adapun teknik hidroponik

terdiri dari: NFT (Nutrient Film Technic), Ebb and Flow, Floating hydroponic,

Aeroponic, DFT (Deep Flow Technic), dan DFT plus Aerator (Buyung and Silalahi, 2012).

Hidroponik awalnya ditujukan untuk pertumbuhan tanaman dalam sistem air,

tetapi sekarang mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan atau

(24)

mekanis. Terdapat empat sistem yang berbeda dalam hidroponik, yaitu kultur pasir,

sistem terbuka agregat, teknik selaput hara dan sistem hidroponik mengapung. Pada

sistem terbuka agregat, bibit dipindah tanamkan ke bak-bak atau kantung-kantung

plastik yang diisi dengan substrat yang relatif inert dan diairi secara individu dengan larutan hara, menggunakan sistem tetes. Media dapat disterilkan kembali dengan uap

(Harjadi, 1989).

Menurut Nelson (1978), pemilihan media tanam yang baik didasarkan pada

empat kriteria sebagai berikut : (1) dapat menjadi tempat penyimpanan hara untuk

tanaman, (2) mempunyai kemampuan menyimpan air untuk tanaman, (3)

tidak menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas

media dan (4) mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman.

Sayuran daun hidroponik biasanya dipanen bersama dengan akarnya. Untuk

pengemasan akar yang terlalu panjang dirapikan atau dililit pada akar yang lebih

pendek. Pemanenan tanaman dengan akar yang masih melekat dapat menjaga daya

simpan lebih lama, tanaman tetap segar hingga 2 sampai 4 minggu jika disimpan

pada suhu yang sangat rendah dan kelembaban yang tinggi. Dengan teknologi

budidaya tanpa tanah ini, tanaman lebih bersih dan tidak perlu dicuci lagi (KCES,

2012).

Metode Terapung

Sistem hidroponik terapung merupakan yang paling populer, sistem

hidroponik lainnya bahkan belum dilaporkan hingga tahun 1991. Sistem terapung ini

(25)

selada dan sawi, dimana tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik pada

kondisi kelembaban yang tinggi pada zona perakarannya

(Tyson, et al. 2010).

Pada hidroponik terapung akar tanaman direndam dalam air yang telah

mengandung larutan hara yang dibutuhkan tanaman. Pergantian larutah hara untuk

sayuran daun dilakukan hanya pada tiap pergantian tanaman, umumnya 30-35 hari

(Resh, 2004).

Kendala utama dalam metode hidroponik terapung ini adalah terendamnya

akar tanaman dalam larutan hara sehingga ketersediaan oksigen di sekitar rhizosfer

berkurang. Untuk mengatasi ketersediaan oksigen ini dapat dilakukan dengan cara

penggunaan aerator.

Menurut Hanum (2008) keuntungan dari metode hidroponik terapung ini

adalah:

1. Jika aliran listrik mati selama seharipun, pertumbuhan tanaman tidak

terpengaruh

2. Pemakaian listrik sangat sedikit hanya untuk menjalankan pompa pada saat

mengisi air ke kolam dan menjalankan aerator

3. Perawatan instalasinya relatif mudah dan murah karena tidak memerlukan

pompa air khusus, timer, selang polyethylene, dan lain-lain.

Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi untuk

membuat kolam penanaman, dan kemungkinan kebocoran yang juga besar.

Larutan Hara

Tanaman membutuhkan elemen-elemen penting untuk menyokong

(26)

nitrogen (N), fosfor (P), potasium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfur (S),

dan hara mikro besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu), seng (Zn),

molibdenum (Mo), dan klorin (Cl). Sebagai tambahan, hidrogen (H), oksigen (O2),

dan karbon (C) yang merupakan hara esensial yang terdapat di udara dan air. Hara

makro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan

dengan hara mikro (Resh, 2004). Dalam sistem hidroponik, unsur-unsur hara tersebut

ditambahkan dalam bentuk pupuk bersamaan dengan air.

Menurut Sutiyoso (2003), bahan kimia untuk pupuk tanaman hidroponik

harus memenuhi kualitas tertentu, antara lain:

1. Kemurnian dan daya larut tinggi dan tidak ada endapan yang akan menyumbat

sistem irigasi

2. Memiliki proporsi tertentu sesuai kebutuhan jenis tanaman, fase pertumbuhan

dan sasaran produksi.

Larutan hara memiliki tiga hal utama yang harus diperhatikan yaitu

komposisi, pH dan EC. Kualitas larutan hara sangat ditentukan oleh suhu larutan, pH

larutan dan konduktivitas listrik (EC). Pada saat suhu larutan tinggi, jumlah oksigen

yang terkandung dalam larutan akan menurun cepat (Morgan, 2000). Soepardi

(1983) menambahkan pH merupakan hal yang harus diperhatikan karena

berhubungan dengan mudah tidaknya Ca dan Mg dipertukarkan, kelarutan

alumunium dan unsur-unsur mikro, ketersediaan fosfor dan kegiatan jasad mikro.

Selain pH, faktor lain yang mempengaruhi kualitas larutan hara, yaitu

kepekatan larutan yang dapat diketahui dengan mengukur kemampuan larutan untuk

menghantarkan listrik yang terkandung di dalam larutan ke akar tanaman.

(27)

dalam larutan hara. Konduktivitas listrik memberi indikasi mengenai larutan hara

yang terkandung pada larutan dan yang diserap oleh suatu tanaman. EC meter hanya

dapat mengukur jumlah total garam terlarut, tetapi tidak dapat membedakan antara

garam-garam yang berada di dalam larutan. Perubahan nilai konduktivitas listrik

dipengaruhi oleh evaporasi dari larutan hara, transpirasi tanaman dan laju absorbsi

(28)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan pada ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, dimulai pada

bulan Juni 2013 sampai dengan September 2013.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pak

choi varietas White Tropical, varietas Green, dan varietas Green Tropica Corrina, air, larutan hara Resh dan larutan hara Peckenpaugh, styrofoam putih (tebal 1 cm), dan rockwool.

Tabel 2. Konsentrasi Hara Hidroponik Pak Choi

Ion

Sumber: Peckenpaugh dimodifikasi (2004); Resh dimodifikasi (2004)

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolam penanaman

(29)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang terdiri dari

2 faktor, yaitu :

Faktor I : Jenis larutan hara yang terdiri dari 2 taraf, yaitu :

N1 : Larutan hara Peckenpaugh

N2 : Larutan hara Resh

Faktor II : Varietas pak choi yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :

V1 : Varietas White Tropical

V2 : Varietas Green

V3 : Varietas Green Tropica Corrina

Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan, yaitu :

N1V1 N2V1

N1V2 N2V2

N1V3 N2V3

Jumlah ulangan : 4

Jumlah plot : 24

Jumlah tanaman/plot : 6

Jumlah sample/plot : 6

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 144

Jumlah tanaman seluruhnya : 144

Jarak tanam : 15 cm x 15 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model

(30)

Yij= µ + βk+αi + €ik+ ρj+ (αρ)ij+ εijk k = 1,2,3,4 i = 1,2 j = 1,2,3

dimana:

Yijk = Nilai pengamatan karena pengaruh larutan hara taraf ke-i dan varietas taraf

ke-j pada blok ke-k

µ = Rataan umum

βk = Pengaruh blok ke-k

αi = Pengaruh larutan hara pada taraf ke-i

€ik = Pengaruh galat untuk petak utama karena larutan hara taraf ke-i pada blok

ke-k

ρj = Pengaruh varietas pada taraf ke-j

(αρ)ij = Pengaruh interaksi antara jenis larutan hara pada taraf ke-i dan varietas

pada taraf ke-j

εijk = Pengaruh galat untuk anak petak karena lerutan hara taraf ke-i dan varietas

taraf ke-j pada blok ke-k

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis

sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5%.

Heritabilitas

Menurut Stansfield (1991) untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan

yang merupakan fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan

heritabilitas, berdasarkan rumus:

σ2g σ2g h2 = =

(31)

dimana :

h2 = heritabilitas σ2g = varians genotip

σ2

p = varians fenotip σ2e = varians lingkungan

Dengan kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut:

h2 < 0,2 : rendah

h2 0,2- 0,5 : sedang

h2 > 0,5 : tinggi

Pelaksanaan Penelitian Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang dipersiapkan meliputi kayu/papan sebagai kerangka

kolam penanaman, dengan atap plastik UV dan paranet (pengurangan cahaya 55%)

berukuran p = 4,2 m, l = 1 m, t = 12 cm , dan ketinggian kolam 1 m dari permukaan

tanah untuk menghindari penyebaran patogen dari tanah, perakitan desain percobaan,

pemasangan saklar sebagai penyambung listrik untuk aerator.

Penyemaian benih

Benih pak choi disemai satu per satu pada rockwool yang telah

dipotong-potong dengan ukuran 3 cm x 3 cm untuk memudahkan pemindahan bibit ke kolam

penanaman masing-masing tiap varietas, lalu diletakkan pada wadah plastik.

Penyemaian ditempatkan pada tempat ternaungi. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali.

Bibit pak choi yang telah memiliki 3-5 helai daun dipindahkan ke kolam penanaman

beserta dengan media semai rockwool yang juga berfungsi sebagai penjepit tanaman

(32)

Persiapan kolam penanaman

Selama penyemaian dilakukan persiapan penanaman yang meliputi, persiapan

penyangga tanaman dengan melubang-lubangi panel styrofoam berukuran 100 cm (panjang) x 35 cm (lebar) x 1 cm (tebal), dengan diameter lubang tanam 2,5 cm dan

jarak 15 cm x 15 cm.

Pemasangan plastik pelapis atau terpal pada kolam penanaman agar larutan

hara dan air tidak bocor, pembersihan kolam penanaman dengan cara disiram dengan

air bersih, dan pemasangan aerator pada dasar kolam.

Pembuatan dan pemberian larutan hara

Pembuatan larutan Peckenpaugh dengan mencampurkan 110 g (KH2PO4),

172 g (KNO3), 1.400 g (Ca(NO3)2.4H2O), 256 g (MgSO4.7H2O), 24,3 g

(FeSO4.7H2O), 6 g (MnSO4.H2O), 4 g (H3BO3), 0,3 g (CuSO4.5H2O), 0,13 g

(Na2MoO4.7H2O), dan 1,1 gr (ZnSO4.7H2O) kemudian diencerkan dalam 1000 L

air.

Pembuatan larutan Resh dilakukan dengan mencampurkan 197 g (KH2PO4),

372 g (KNO3), 910 g (Ca(NO3)2.4H2O), 513 g (MgSO4.7H2O), 25 g (FeSO4.7H2O),

2,5 g (MnSO4.H2O), 1,7 g (H3BO3), 0,3 g (CuSO4.5H2O), 0,08 g (Na2MoO4.7H2O),

dan 0,44 gr (ZnSO4.7H2O) kemudian diencerkan dalam 1000 L air.

Larutan hara diberikan sesuai dengan masing-masing perlakuan hingga

ketinggian air mencapai 10 cm dari dasar kolam.

Penanaman

Bibit pak choi yang telah memiliki daun 3-5 helai beserta media semai

(33)

satu bibit. Kemudian bibit-bibit tanaman tersebut ditempatkan pada kolam

penanaman sesuai dengan perlakuan hara dan varietas yang ditentukan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian hama dan penyakit secara

manual dan pembersihan lumut yang terdapat pada permukaan styrofoam

menggunakan sikat. Memasang plastik UV hingga menutupi seluruh atap kolam

penanaman mulai pukul 17.00-09.00 WIB atau jika terjadi hujan, membuka plastik

UV pada bagian samping kanan dan kiri atap kolam penanaman mulai pukul 09.00 –

17.00 WIB siang hari.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen, yaitu batang

masih renyah dan jumlah daun 7-8 helai per tanaman. Cara panen dilakukan dengan

mencabut seluruh bagian tanaman beserta akarnya. Perhitungan meliputi jumlah

tanaman yang berproduksi, bobot segar tanaman per plot, bobot tajuk tanaman per

sampel, bobot akar tanaman per sampel, panjang akar tanaman per sampel, dan

kandungan klorofil daun per sampel.

Pengamatan Parameter Suhu (oC) dan RH (%)

Pengukuran suhu dan kelembaban udara relatif (RH) dalam rumah plastik

dilakukan setiap hari pada pagi hari (07.00-08.00 WIB), siang hari (12.00-13.00

WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB) menggunakan thermohygrometer.

(34)

pH dan EC larutan hara (mS.cm-1)

Pengukuran nilai pH dan EC larutan dilakukan di Laboratorium Central

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan seminggu dua kali, yaitu pada

hari Rabu dan Sabtu.

Panjang tanaman (cm)

Pengukuran dimulai dari leher akar sampai daun terpanjang. Pengamatan

dilakukan dengan interval seminggu sekali dengan menggunakan penggaris.

Jumlah daun (helai)

Dihitung pada daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan

dengan interval seminggu sekali .

Diameter batang (cm)

Pengukuran diameter batang tanaman dilakukan pada bagian batang dekat

permukaan media. Pengamatan dilakukan satu hari sebelum panen dengan

menggunakan jangka sorong.

Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar tanaman sampel dilakukan mulai dari leher akar

sampai ujung akar terpanjang menggunakan penggaris.

Bobot segar per sampel (g)

Ditimbang tajuk beserta akar tanaman sampel yang telah dipanen

menggunakan timbangan skala 500 gram.

Bobot tajuk per sampel (g)

Tajuk tanaman sampel ditimbang tanpa mengikutsertakan bagian akar

(35)

Bobot akar per sampel (g)

Akar tanaman sampel ditimbang setelah dipisahkan dari tajuk tanaman

menggunakan timbangan analitik.

Bobot segar per plot (g)

Ditimbang seluruh tanaman dalam setiap plot dengan mengikutsertakan

bagian tajuk dan akar.

Kandungan klorofil daun

Diukur dengan menggunakan klorofil meter. Pengukuran dilakukan dengan

cara menyisipkan sehelai daun dari tiap sampel dan dijepit pada bagian sensor dari

alat tersebut. Daun yang diukur adalah daun dewasa keempat atau kelima dari pucuk,

pengukuran dilakukan pada bagian tengah dan ujung daun secara acak dengan

menghindari bagian tulang daun. Pengukuran indeks klorofil daun ini dilakukan satu

hari sebelum panen.

Heritabilitas

Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir penelitian

(36)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pak Choi

Menurut USDA (2013), klasifikasi tanaman pak choi, sebagai berikut:

Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Subdivisi: Spermatophyta; Divisi:

Magnoliophyta; Kelas: Dicotyledonae; Subkelas: Dilleniidae; Ordo: Capparales;

Famili: Brassicaceae; Genus: Brassica; Spesies: Brassica rapa L. ssp. chinensis (L.) Daun tanaman pak choi bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau tua

dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar,

tersusun dalam spiral yang rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai

daunnya, berwarna putih atau hijau tua, gemuk dan berdaging, tanaman ini tingginya

15-30 cm. Bunganya berwarna kuning pucat. Tanaman ini ditanam dengan benih

langsung atau dipindah-tanam dengan kerapatan tinggi, umumnya sekitar 20-25

tanaman/m2, dan kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat (Rubatzky and

Yamaguchi, 1998).

Menurut Thompson and Kelly (1957), ciri-ciri tanaman pak choi adalah

daunnya lebih pendek daripada daun petsai dengan permukaan daun halus dan

tangkai berdaging tebal pada pangkalnya. Helai daun membulat seperti sendok

sehingga sering disebut sawi sendok, bentuk daun oval, berwarna hijau cerah atau

(37)

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram pak choi segar

Sumber: Nutrition Data (2013)

Dari mulai pembibitan, pak choi membutuhkan waktu 40-80 hari hingga

matang panen. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik menggunakan tangan atau

memotong bagian tajuk tepat di atas permukaan tanah. Daun-daun dan akar yang

rusak dibuang, dan hasil panen dikemas (Dimson, 2001).

Syarat Tumbuh

Kebanyakan dari varietas pak choi menghendaki suhu yang dingin untuk

pertumbuhannya, dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 15-20oC. Tetapi ada

beberapa varietas yang dapat beradaptasi pada suhu yang lebih tinggi

(Elzebroek and Wind, 2008). Tanaman pak choi umumnya dibudidayakan di dataran

tinggi dengan ketinggian 1000 m dpl, beriklim sejuk dan lembab. Kisaran pH yang

baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 6 - 7 (Rukmana 1994).

Varietas

Menurut Rubatzky and Yamaguchi (1998) keragaman morfologis dan periode

(38)

warna daun mulai dari hijau pudar hingga hijau tua. Perbedaan ini juga terlihat pada

umur panen dan daya adaptasi dari tiap varietas.

Hasil penelitian Dimson (2001) menyebutkan di Arizona varietas pak choi

yang banyak ditanam adalah ‘Joi Choy’. Varietas ini dipilih karena memiliki

karakteristik warna daun hijau tua dan batang putih bersih yang digemari oleh

masyarakat dan memiliki daya adaptasi yang luas.

Di Indonesia, pak choi yang tersedia di pasaran umumnya memiliki daya

adaptasi yang luas (dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi) dan memiliki

umur panen yang cukup singkat, yaitu ± 30 hari setelah tanam.

Hidroponik

Hidroponik (hydroponic) berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus

yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik memiliki arti memberdayakan air.

Hidroponik juga didefinisikan sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa media tanah. Metode bercocok tanam secara hidroponik ini berbeda dengan metode

bercocok tanam didalam rumah kaca (greenhouse), meskipun banyak budidaya hidroponik dilakukan didalam rumah kaca. Penggunaan rumah kaca dalam sistem

hidroponik lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor tertentu seperti ekosistem

yang lebih mudah dikendalikan dan keterbatasan lahan. Adapun teknik hidroponik

terdiri dari: NFT (Nutrient Film Technic), Ebb and Flow, Floating hydroponic,

Aeroponic, DFT (Deep Flow Technic), dan DFT plus Aerator (Buyung and Silalahi, 2012).

Hidroponik awalnya ditujukan untuk pertumbuhan tanaman dalam sistem air,

tetapi sekarang mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan atau

(39)

mekanis. Terdapat empat sistem yang berbeda dalam hidroponik, yaitu kultur pasir,

sistem terbuka agregat, teknik selaput hara dan sistem hidroponik mengapung. Pada

sistem terbuka agregat, bibit dipindah tanamkan ke bak-bak atau kantung-kantung

plastik yang diisi dengan substrat yang relatif inert dan diairi secara individu dengan larutan hara, menggunakan sistem tetes. Media dapat disterilkan kembali dengan uap

(Harjadi, 1989).

Menurut Nelson (1978), pemilihan media tanam yang baik didasarkan pada

empat kriteria sebagai berikut : (1) dapat menjadi tempat penyimpanan hara untuk

tanaman, (2) mempunyai kemampuan menyimpan air untuk tanaman, (3)

tidak menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas

media dan (4) mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman.

Sayuran daun hidroponik biasanya dipanen bersama dengan akarnya. Untuk

pengemasan akar yang terlalu panjang dirapikan atau dililit pada akar yang lebih

pendek. Pemanenan tanaman dengan akar yang masih melekat dapat menjaga daya

simpan lebih lama, tanaman tetap segar hingga 2 sampai 4 minggu jika disimpan

pada suhu yang sangat rendah dan kelembaban yang tinggi. Dengan teknologi

budidaya tanpa tanah ini, tanaman lebih bersih dan tidak perlu dicuci lagi (KCES,

2012).

Metode Terapung

Sistem hidroponik terapung merupakan yang paling populer, sistem

hidroponik lainnya bahkan belum dilaporkan hingga tahun 1991. Sistem terapung ini

(40)

selada dan sawi, dimana tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik pada

kondisi kelembaban yang tinggi pada zona perakarannya

(Tyson, et al. 2010).

Pada hidroponik terapung akar tanaman direndam dalam air yang telah

mengandung larutan hara yang dibutuhkan tanaman. Pergantian larutah hara untuk

sayuran daun dilakukan hanya pada tiap pergantian tanaman, umumnya 30-35 hari

(Resh, 2004).

Kendala utama dalam metode hidroponik terapung ini adalah terendamnya

akar tanaman dalam larutan hara sehingga ketersediaan oksigen di sekitar rhizosfer

berkurang. Untuk mengatasi ketersediaan oksigen ini dapat dilakukan dengan cara

penggunaan aerator.

Menurut Hanum (2008) keuntungan dari metode hidroponik terapung ini

adalah:

1. Jika aliran listrik mati selama seharipun, pertumbuhan tanaman tidak

terpengaruh

2. Pemakaian listrik sangat sedikit hanya untuk menjalankan pompa pada saat

mengisi air ke kolam dan menjalankan aerator

3. Perawatan instalasinya relatif mudah dan murah karena tidak memerlukan

pompa air khusus, timer, selang polyethylene, dan lain-lain.

Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi untuk

membuat kolam penanaman, dan kemungkinan kebocoran yang juga besar.

Larutan Hara

Tanaman membutuhkan elemen-elemen penting untuk menyokong

(41)

nitrogen (N), fosfor (P), potasium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfur (S),

dan hara mikro besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu), seng (Zn),

molibdenum (Mo), dan klorin (Cl). Sebagai tambahan, hidrogen (H), oksigen (O2),

dan karbon (C) yang merupakan hara esensial yang terdapat di udara dan air. Hara

makro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan

dengan hara mikro (Resh, 2004). Dalam sistem hidroponik, unsur-unsur hara tersebut

ditambahkan dalam bentuk pupuk bersamaan dengan air.

Menurut Sutiyoso (2003), bahan kimia untuk pupuk tanaman hidroponik

harus memenuhi kualitas tertentu, antara lain:

1. Kemurnian dan daya larut tinggi dan tidak ada endapan yang akan menyumbat

sistem irigasi

2. Memiliki proporsi tertentu sesuai kebutuhan jenis tanaman, fase pertumbuhan

dan sasaran produksi.

Larutan hara memiliki tiga hal utama yang harus diperhatikan yaitu

komposisi, pH dan EC. Kualitas larutan hara sangat ditentukan oleh suhu larutan, pH

larutan dan konduktivitas listrik (EC). Pada saat suhu larutan tinggi, jumlah oksigen

yang terkandung dalam larutan akan menurun cepat (Morgan, 2000). Soepardi

(1983) menambahkan pH merupakan hal yang harus diperhatikan karena

berhubungan dengan mudah tidaknya Ca dan Mg dipertukarkan, kelarutan

alumunium dan unsur-unsur mikro, ketersediaan fosfor dan kegiatan jasad mikro.

Selain pH, faktor lain yang mempengaruhi kualitas larutan hara, yaitu

kepekatan larutan yang dapat diketahui dengan mengukur kemampuan larutan untuk

menghantarkan listrik yang terkandung di dalam larutan ke akar tanaman.

(42)

dalam larutan hara. Konduktivitas listrik memberi indikasi mengenai larutan hara

yang terkandung pada larutan dan yang diserap oleh suatu tanaman. EC meter hanya

dapat mengukur jumlah total garam terlarut, tetapi tidak dapat membedakan antara

garam-garam yang berada di dalam larutan. Perubahan nilai konduktivitas listrik

dipengaruhi oleh evaporasi dari larutan hara, transpirasi tanaman dan laju absorbsi

(43)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan pada ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, dimulai pada

bulan Juni 2013 sampai dengan September 2013.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pak

choi varietas White Tropical, varietas Green, dan varietas Green Tropica Corrina, air, larutan hara Resh dan larutan hara Peckenpaugh, styrofoam putih (tebal 1 cm), dan rockwool.

Tabel 2. Konsentrasi Hara Hidroponik Pak Choi

Ion

Sumber: Peckenpaugh dimodifikasi (2004); Resh dimodifikasi (2004)

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolam penanaman

(44)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang terdiri dari

2 faktor, yaitu :

Faktor I : Jenis larutan hara yang terdiri dari 2 taraf, yaitu :

N1 : Larutan hara Peckenpaugh

N2 : Larutan hara Resh

Faktor II : Varietas pak choi yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :

V1 : Varietas White Tropical

V2 : Varietas Green

V3 : Varietas Green Tropica Corrina

Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan, yaitu :

N1V1 N2V1

N1V2 N2V2

N1V3 N2V3

Jumlah ulangan : 4

Jumlah plot : 24

Jumlah tanaman/plot : 6

Jumlah sample/plot : 6

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 144

Jumlah tanaman seluruhnya : 144

Jarak tanam : 15 cm x 15 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model

(45)

Yij= µ + βk+αi + €ik+ ρj+ (αρ)ij+ εijk k = 1,2,3,4 i = 1,2 j = 1,2,3

dimana:

Yijk = Nilai pengamatan karena pengaruh larutan hara taraf ke-i dan varietas taraf

ke-j pada blok ke-k

µ = Rataan umum

βk = Pengaruh blok ke-k

αi = Pengaruh larutan hara pada taraf ke-i

€ik = Pengaruh galat untuk petak utama karena larutan hara taraf ke-i pada blok

ke-k

ρj = Pengaruh varietas pada taraf ke-j

(αρ)ij = Pengaruh interaksi antara jenis larutan hara pada taraf ke-i dan varietas

pada taraf ke-j

εijk = Pengaruh galat untuk anak petak karena lerutan hara taraf ke-i dan varietas

taraf ke-j pada blok ke-k

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis

sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5%.

Heritabilitas

Menurut Stansfield (1991) untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan

yang merupakan fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan

heritabilitas, berdasarkan rumus:

σ2g σ2g h2 = =

(46)

dimana :

h2 = heritabilitas σ2g = varians genotip

σ2

p = varians fenotip σ2e = varians lingkungan

Dengan kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut:

h2 < 0,2 : rendah

h2 0,2- 0,5 : sedang

h2 > 0,5 : tinggi

Pelaksanaan Penelitian Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang dipersiapkan meliputi kayu/papan sebagai kerangka

kolam penanaman, dengan atap plastik UV dan paranet (pengurangan cahaya 55%)

berukuran p = 4,2 m, l = 1 m, t = 12 cm , dan ketinggian kolam 1 m dari permukaan

tanah untuk menghindari penyebaran patogen dari tanah, perakitan desain percobaan,

pemasangan saklar sebagai penyambung listrik untuk aerator.

Penyemaian benih

Benih pak choi disemai satu per satu pada rockwool yang telah

dipotong-potong dengan ukuran 3 cm x 3 cm untuk memudahkan pemindahan bibit ke kolam

penanaman masing-masing tiap varietas, lalu diletakkan pada wadah plastik.

Penyemaian ditempatkan pada tempat ternaungi. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali.

Bibit pak choi yang telah memiliki 3-5 helai daun dipindahkan ke kolam penanaman

beserta dengan media semai rockwool yang juga berfungsi sebagai penjepit tanaman

(47)

Persiapan kolam penanaman

Selama penyemaian dilakukan persiapan penanaman yang meliputi, persiapan

penyangga tanaman dengan melubang-lubangi panel styrofoam berukuran 100 cm (panjang) x 35 cm (lebar) x 1 cm (tebal), dengan diameter lubang tanam 2,5 cm dan

jarak 15 cm x 15 cm.

Pemasangan plastik pelapis atau terpal pada kolam penanaman agar larutan

hara dan air tidak bocor, pembersihan kolam penanaman dengan cara disiram dengan

air bersih, dan pemasangan aerator pada dasar kolam.

Pembuatan dan pemberian larutan hara

Pembuatan larutan Peckenpaugh dengan mencampurkan 110 g (KH2PO4),

172 g (KNO3), 1.400 g (Ca(NO3)2.4H2O), 256 g (MgSO4.7H2O), 24,3 g

(FeSO4.7H2O), 6 g (MnSO4.H2O), 4 g (H3BO3), 0,3 g (CuSO4.5H2O), 0,13 g

(Na2MoO4.7H2O), dan 1,1 gr (ZnSO4.7H2O) kemudian diencerkan dalam 1000 L

air.

Pembuatan larutan Resh dilakukan dengan mencampurkan 197 g (KH2PO4),

372 g (KNO3), 910 g (Ca(NO3)2.4H2O), 513 g (MgSO4.7H2O), 25 g (FeSO4.7H2O),

2,5 g (MnSO4.H2O), 1,7 g (H3BO3), 0,3 g (CuSO4.5H2O), 0,08 g (Na2MoO4.7H2O),

dan 0,44 gr (ZnSO4.7H2O) kemudian diencerkan dalam 1000 L air.

Larutan hara diberikan sesuai dengan masing-masing perlakuan hingga

ketinggian air mencapai 10 cm dari dasar kolam.

Penanaman

Bibit pak choi yang telah memiliki daun 3-5 helai beserta media semai

(48)

satu bibit. Kemudian bibit-bibit tanaman tersebut ditempatkan pada kolam

penanaman sesuai dengan perlakuan hara dan varietas yang ditentukan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian hama dan penyakit secara

manual dan pembersihan lumut yang terdapat pada permukaan styrofoam

menggunakan sikat. Memasang plastik UV hingga menutupi seluruh atap kolam

penanaman mulai pukul 17.00-09.00 WIB atau jika terjadi hujan, membuka plastik

UV pada bagian samping kanan dan kiri atap kolam penanaman mulai pukul 09.00 –

17.00 WIB siang hari.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen, yaitu batang

masih renyah dan jumlah daun 7-8 helai per tanaman. Cara panen dilakukan dengan

mencabut seluruh bagian tanaman beserta akarnya. Perhitungan meliputi jumlah

tanaman yang berproduksi, bobot segar tanaman per plot, bobot tajuk tanaman per

sampel, bobot akar tanaman per sampel, panjang akar tanaman per sampel, dan

kandungan klorofil daun per sampel.

Pengamatan Parameter Suhu (oC) dan RH (%)

Pengukuran suhu dan kelembaban udara relatif (RH) dalam rumah plastik

dilakukan setiap hari pada pagi hari (07.00-08.00 WIB), siang hari (12.00-13.00

WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB) menggunakan thermohygrometer.

(49)

pH dan EC larutan hara (mS.cm-1)

Pengukuran nilai pH dan EC larutan dilakukan di Laboratorium Central

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan seminggu dua kali, yaitu pada

hari Rabu dan Sabtu.

Panjang tanaman (cm)

Pengukuran dimulai dari leher akar sampai daun terpanjang. Pengamatan

dilakukan dengan interval seminggu sekali dengan menggunakan penggaris.

Jumlah daun (helai)

Dihitung pada daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan

dengan interval seminggu sekali .

Diameter batang (cm)

Pengukuran diameter batang tanaman dilakukan pada bagian batang dekat

permukaan media. Pengamatan dilakukan satu hari sebelum panen dengan

menggunakan jangka sorong.

Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar tanaman sampel dilakukan mulai dari leher akar

sampai ujung akar terpanjang menggunakan penggaris.

Bobot segar per sampel (g)

Ditimbang tajuk beserta akar tanaman sampel yang telah dipanen

menggunakan timbangan skala 500 gram.

Bobot tajuk per sampel (g)

Tajuk tanaman sampel ditimbang tanpa mengikutsertakan bagian akar

(50)

Bobot akar per sampel (g)

Akar tanaman sampel ditimbang setelah dipisahkan dari tajuk tanaman

menggunakan timbangan analitik.

Bobot segar per plot (g)

Ditimbang seluruh tanaman dalam setiap plot dengan mengikutsertakan

bagian tajuk dan akar.

Kandungan klorofil daun

Diukur dengan menggunakan klorofil meter. Pengukuran dilakukan dengan

cara menyisipkan sehelai daun dari tiap sampel dan dijepit pada bagian sensor dari

alat tersebut. Daun yang diukur adalah daun dewasa keempat atau kelima dari pucuk,

pengukuran dilakukan pada bagian tengah dan ujung daun secara acak dengan

menghindari bagian tulang daun. Pengukuran indeks klorofil daun ini dilakukan satu

hari sebelum panen.

Heritabilitas

Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir penelitian

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pertumbuhan pak choi pada kolam penanaman kurang baik, tanaman terlihat

mengalami etiolasi mulai 4 HSPT. Intensitas cahaya pada kolam penanaman berkisar

8000-20.000 lux. Pada 2 MST dan 4 MST terjadi serangan hama Spodoptera litura, namun tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman pak choi.

Kondisi helaian daun tanaman yang diberi larutan hara Peckenpaugh

memiliki ketegaran yang lebih baik. Helaian daun lebih lebar dan ukuran tanaman

lebih besar. Sedangkan ukuran tanaman pada larutan hara Resh lebih kecil dan

tanaman mulai mati pada umur 4 MST.

Suhu (oC) dan RH (%)

Suhu dan RH pada kolam penanaman mengalami fluktuasi selama penelitian

(Gambar 1 dan 2). Suhu terendah pada kolam penanaman N1 terjadi pada pagi hari

yaitu mencapai 24,5oC dan tertinggi pada siang hari yaitu mencapai 41,9oC. RH

terendah pada kolam penanaman N1 terjadi pada siang hari yaitu mencapai 43% dan

tertinggi pada pagi hari yaitu mencapai 99% (Tabel 3).

Tabel 3. Kisaran suhu dan RH kolam penanaman N1 selama 6 MST

Waktu Pengamatan Suhu (oC) RH (%)

Min Max Min Max

Pagi (07.00–08.00 WIB) 24,5 27,3 71 99

Siang (12.00-13.00 WIB) 29,4 41,9 43 77

(52)

Gambar 1. Grafik kisaran suhu kolam penanaman N1 selama 6 MST

Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat bahwa suhu kolam penanaman N1

pada siang hari mengalami fluktuasi paling tinggi, sedangkan suhu kolam penanaman

pada pagi hari cenderung lebih stabil.

Gambar 2. Grafik kisaran RH kolam penanaman N1 selama 6 MST

Suhu dan RH pada kolam penanaman mengalami fluktuasi selama penelitian

(Gambar 3 dan 4). Suhu terendah pada kolam penanaman N2 terjadi pada pagi hari

yaitu mencapai 25oC dan tertinggi terjadi pada siang hari yaitu mencapai 39,4oC. RH

terendah pada kolam penanaman N2 terjadi pada pada siang hari yaitu mencapai

43% dan tertinggi pada pagi hari yaitu mencapai 99% (Tabel 4). 0

HSPT (Hari Setelah Pindah Tanam)

PAGI

HSPT (Hari Setelah Pindah Tanam)

PAGI

SIANG

(53)

Tabel 4. Kisaran suhu dan RH kolam penanaman N2 selama 6 MST

Gambar 3. Grafik kisaran suhu kolam penanaman N2 selama 6 MST

Berdasarkan Gambar 3 di atas terlihat bahwa suhu kolam penanaman N2

pada siang hari mengalami fluktuasi paling tinggi, sedangkan suhu kolam penanaman

pada pagi hari cenderung lebih stabil.

Gambar 4. Grafik kisaran kelembaban kolam penanaman N2 selama 6 MST 0

HSPT (Hari Setelah Pindah Tanam)

PAGI

HSPT (Hari Setelah Pindah Tanam)

PAGI

SIANG

(54)

pH dan EC Larutan Hara (mS.cm-1)

Pada kolam penanaman N1 terjadi penurunan EC dari 1,5 mS.cm-1 menjadi

0,1 mS.cm-1 dan pada N2 dari 2,0 mS.cm-1 menjadi 0,7 mS.cm-1. Penurunan nilai EC

pada larutan hara ini terjadi lebih besar saat tanaman hampir mencapai masa panen.

Kisaran pH pada kolam penanaman N1 antara 5,5 – 6,5 dan kisaran pH pada N2

antara 5,7 – 6,5 (Tabel 5).

Tabel 5. Kisaran pH dan EC larutan hara selama 6 MST

Tanggal Pengamatan

N1 (Peckenpaugh) N2 (Resh) EC (mS.cm-1) pH EC (mS.cm-1) pH

Ket: Pengamatan pertama merupakan pH dan EC yang ditetapkan.

(55)

Pada Gambar 5 di atas terlihat bahwa nilai EC larutan hara pada kolam

penanaman N1 dan N2 terus mengalami penurunan hingga akhir pengamatan.

Gambar 6. Grafik kisaran pH kolam penanaman N1 dan N2 selama 6 MST

Pada Gambar 6 di atas terlihat bahwa nilai pH larutan hara pada kolam

penanaman N1 dan N2 mengalami fluktuasi, namun pH pada akhir pengamatan lebih

rendah dari pH awalnya.

Panjang Tanaman (cm)

Panjang tanaman pada perlakuan N1 (17,62 cm) lebih tinggi daripada

perlakuan N2 (14,67 cm) (Gambar 7). Pada perlakuan ketiga varietas pak choi

panjang tanaman pada 6 MST mencapai 3 kali lipat dari panjang tanaman pada 1

MST (Gambar 8).

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa larutan hara berbeda nyata

terhadap panjang tanaman pada 4 dan 6 MST, sedangkan varietas dan interaksi kedua

perlakuan berbeda tidak nyata terhadap panjang tanaman dari 1 hingga 6 MST. Pada

(56)

perlakuan V1 dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Tabel 6), namun dari hasil

sidik ragam panjang tanaman berbeda tidak nyata pada ketiga verietas tersebut.

Tabel 6. Rataan panjang tanaman pak choi selama 6 MST (cm)

Larutan hara Panjang Tanaman Rataan

V1

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(57)

Gambar 8. Grafik pertumbuhan panjang tanaman selama 6 MST pada perlakuan varietas

Jumlah Daun (helai)

Rataan jumlah daun pada perlakuan N1 lebih tinggi daripada perlakuan N2

(Gambar 9). Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa larutan hara berbeda

nyata terhadap jumlah daun pada 3 dan 5 MST, sedangkan varietas dan interaksi

kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun pada 1 hingga 6 MST

(Tabel 7). Pada perlakuan varietas rataan jumlah daun tertinggi pada umur 6 MST

terdapat pada perlakuan V2 dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Gambar 10),

namun dari hasil sidik ragam jumlah daun berbeda tidak nyata pada ketiga verietas

(58)

Tabel 7. Rataan jumlah daun pak choi selama 6 MST (helai)

Larutan hara Jumlah Daun Rataan

V1

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(59)

Gambar 10. Grafik pertumbuhan jumlah daun selama 6 MST pada perlakuan varietas

Diameter Batang (cm)

Rataan diameter batang tanaman pada perlakuan N1 (0,147 cm) lebih tinggi

dibandingkan perlakuan N2 (0,097 cm). Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui

bahwa larutan hara berbeda nyata terhadap diameter batang tanaman pak choi.

Sedangkan varietas dan interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap

diameter batang tanaman. Pada perlakuan varietas rataan diameter batang tertinggi

terdapat pada perlakuan V2 dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Tabel 8).

Tabel 8. Rataan diamater batang pak choi pada 6 MST (cm)

Larutan hara

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(60)

Panjang Akar (cm)

Rataan panjang akar pada perlakuan N1 (45,11 cm) lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan N2 (24,48 cm). Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa

larutan hara dan varietas berbeda nyata terhadap panjang akar tanaman pak choi.

Sedangkan interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap panjang akar

tanaman. Pada perlakuan varietas rataan panjang akar tertinggi terdapat pada

perlakuan V1 (46,99 cm) dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (23,80 cm) (Tabel

9).

Tabel 9. Rataan panjang akar pak choi per sampel (cm)

Larutan hara

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Bobot Segar per Sampel (g)

Bobot segar per sampel pada perlakuan N1 (11,97 g) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan N2 (6,65 g). Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui

bahwa larutan hara berbeda nyata terhadap bobot segar pak choi per sampel.

Sedangkan varietas dan interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap

bobot segar tanaman per sampel (Tabel 10).

Tabel 10. Rataan bobot segar pak choi per sampel (g)

Larutan hara

(61)

Bobot Tajuk per Sampel (g)

Rataan bobot tajuk per sampel pada perlakuan N1 (11,41 g) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan N2 (6,40 g). Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui

bahwa larutan hara berbeda nyata terhadap bobot tajuk pak choi per sampel.

Sedangkan varietas dan interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap

bobot tajuk tanaman per sampel (Tabel 11).

Tabel 11. Rataan bobot tajuk pak choi per sampel (g)

Larutan hara

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Bobot Akar per Sampel (g)

Rataan bobot akar per sampel pada perlakuan N1 (0,56 g) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan N2 (0,25 g). Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui

bahwa larutan hara berbeda nyata terhadap bobot akar pak choi per sampel.

Sedangkan varietas dan interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap

bobot akar tanaman per sampel (Tabel 12).

Tabel 12. Rataan bobot akar pak choi per sampel (g)

Larutan hara

(62)

Bobot Segar per Plot (g)

Rataan bobot segar per plot pada perlakuan N1 (71,83 g) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan N2 (39,87 g). Berdasarkan hasil sidik ragam

diketahui bahwa larutan hara berbeda nyata terhadap bobot segar pak choi per plot.

Sedangkan varietas dan interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap

bobot segar tanaman per plot (Tabel 13).

Tabel 13. Rataan bobot segar Pak Choi per plot (g)

Larutan hara

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Kandungan Klorofil Daun

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata

terhadap kandungan klorofil daun, sedangkan larutan hara dan interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan klorofil daun pak choi. Pada

perlakuan varietas rataan kandungan klorofil daun tertinggi terdapat pada perlakuan

V1 (19,88) yang berbeda nyata dengan varietas V2 dan V3, sedangkan terendah

terdapat pada perlakuan V3 (18,04) (Tabel 14).

Tabel 14. Rataan kandungan klorofil daun pak choi

Larutan hara

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram pak choi segar
Tabel 2. Konsentrasi Hara Hidroponik Pak Choi
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram pak choi segar
Tabel 2. Konsentrasi Hara Hidroponik Pak Choi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kerawanan adalah ukuran yang mengatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya suatu kawasan atau zona dapat mengalami bencana tanah longsor, serta besarnya jumlah

Dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencabulan terhadap anak ini ternyata juga terjadi dualisme di dalam penjatuhan pidana untuk mengadili pelaku, yakni kendati sudah

Petunjuk Pelaksanaan &amp; Petunjuk Teknis Ujian Dinas On-Line Mahkamah Agung RI 19 Bagian bawah halaman soal. Di satu halaman, akan tampil sebanyak 20 (dua

Strategi etnoekologi menekankan bahwa manusia (masyarakat) dan alam (TNGL) adalah sebuah siklus mata rantai kehidupan yang tidak terpisahkan.. budaya) diartikulasikan

Given one file with user data and one with click data for a website, the Pig Latin script in Example 1-4 will find the five pages most visited by users between the ages of 18 and

lebih tua menggunakan tutur kata yang sopan. Kesiapan dan kesanggupan guru mata pelajaran Al- Qur’an Hadits dalam penerapan metode pembelajaran di MAN 1 Tulungagung

The load moment limiter equipped with the comprehensive intelligent protection system is used with accuracy within 3% to provide a comprehensive logic and interlock control, thus

mengikutsertakan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan perang guru sebagai motivator, fasilitator, evaluator, pembimbing,