• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI

SISWA SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Oleh

Desi Ilva Maryani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan rata-rata nilai pretes geografi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, (2) Perbedaan yang signifikan rata-rata nilai postes geografi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, (3) Perbedaan yang signifikan gain prestasi belajar geografi pada kelas kelas kontrol dan kelas eksperimen, (4) Efektivitas metode pembelajaran teknik jigsaw. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 111 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dipilih kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol dan XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah tes prestasi belajar berupa pretes dan postes pada materi sumber daya alam. Analisis data yang digunakan adalah uji t independent samples test.

Hasil dalam penelitian ini: (1) Tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretes geografi antara kelas eksperimen (metode pembelajaran jigsaw) dan kelas kontrol. Hal tersebut dibuktikan dari pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan uji t, didapat thitung 1.125 dan ttabel 1.99 dengan nilai probabilitas = 0,264 > 0,05; (2) Rata-rata postes geografi pada kelas eksperimen (metode pembelajaran jigsaw) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, ditunjukkan dari hasil perhitungan thitung 3.609 > ttabel 1.99,dengan nilai probabilitas = 0.001 < 0.05; (3) Gain (peningkatan) prestasi belajar geografi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, ditunjukkan dari hasil perhitungan thitung 2.918 > ttabel 1.99 dengan nilai probabilitas 0.005 < 0.05. (4) Metode pembelajaran teknik jigsaw lebih efektif dibandingkan metode ceramah, ditunjukkan dengan hasil perhitungan ketuntasan belajar kelas eksperimen = 86% lebih besar dari ketuntasan belajar kelas kontrol = 53% (86% > 53%).

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 1 Maret 1990. Penulis merupakan puteri pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Makmun dan Ibu Rosnawati.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Sukajaya Punduh Padang Cermin Lampung Selatan pada tahun 2002, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Punduh Pedada Lampung Selatan pada tahun 2005, Pendidikan Menengah Atas di MAN 1 (Model) Bandar Lampung pada tahun 2008 dan Diploma 1 di LPP Master Komputer pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur UML (Ujian Masuk Langsung).

(7)

MOTO

Kebahagianmu bukan ditangan orang lain, tapi ditanganmu sendiri. (La-Tahzan)

Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras. (Kang Tae-joon)

Keegoisan itu terkadang perlu dikedepankan karena tidak selamanya dirimu bergantung pada orang lain dan belum tentu semua orang itu peduli terhadap

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih, sayang, dan baktiku kepada:

Ibu ku tercinta (Rosnawati) yang telah melahirkan dan membesarkan aku dengan penuh cinta dan kasih sayangnya, dan selalu mengajari ku untuk selalu

bersyukur.

Bapak ku tercinta (Makmun) yang selalu berjuang tanpa mengenal lelah untuk menafkahi keluarga, mendukung setiap cita-citaku, memberikan petuah kepadaku, berdoa di setiap malam untuk keberhasilanku dalam menjalani

hidup ini, dan yang telah menjadi idolaku.

Adik-adik ku tercinta (Nova Kurnia dan Muhammad Syahril) yang menjadi motivasi ku untuk menggapai cita-citaku, karena telah berkorban untukku , dan

(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Pargito, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Irma Lusi Nugraheni, S.Pd., M.S.i. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Hariyanto, M.S selaku Rektor Unila beserta staf yang telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Lampung.

(10)

kemudahan kepada penulis dalam pelayanan administrasi selama menempuh perkuliahan.

3. Bapak Dr. M. Toha B.S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung yang mengurusi bidang akademik di fakultas. 4. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II FKIP

Universitas Lampung yang mengurusi bidang sarana dan prasarana di fakultas.

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III FKIP Universitas Lampung yang mengurusi bidang kemahasiswaan di fakultas. 6. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan dalam semua hal menyangkut perkuliahan di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

7. Bapak Drs. Zulkarnain M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah mendidik dan membimbing selama kegiatan perkuliahan.

8. Bapak Dr. Sumadi, M.S. selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi.

9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

(11)

banyak membantu penulis untuk melaksanakan penelitian di kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

11.Kedua orang tuaku, adik-adikku tercinta yang selalu menghibur dan memberikan dukungan melalui semangat dan doa disetiap sholatnya. 12.Sahabat-sahabatku seperjuangan di geografi angkatan 2009 yang selalu

memberikan doa dan semangat untukku.

13.Sahabat-sahabatku yang sudah kuanggap seperti keluarga yaitu Iren, Oci,

Rara, Eka, Susi, Ma’in, Lia, Mia, Siti, Ivana.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu demi satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

BandarLampung, Juli 2014 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

II. KAJIAN TEORI KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Belajar ... 13

2. Pembelajaran ... 14

3. Pembelajaran Geografi ... 16

4. Efektivitas Belajar ... 17

5. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

(13)

C. Prosedur Penelitian ... 35

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

E. Populasi dan Sampel ... 36

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 40

H. Uji Persyaratan Instrumen ... 41

I. Teknik Analisis Data ... 44

J. Hipotesis Statistik ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 51

B. Uji Persyaratan Instrumen ... 58

C. Analisis Data ... 61

D. Uji Hipotesis ... 75

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 95

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 ... 4

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung/Tahun/Pelajaran/2013/2014... 36

Tabel 3.3 Rata-Rata Prestasi Belajar Geografi Kelas XI ... 37

Tabel 3.4 Sampel Penelitian ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal ... 42

Tabel 3.6 Tingkat Besarnya Reabilitas ... 42

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 43

Tabel 3.8 Kriteria Taraf Kesukaran Soal ... 43

Tabel 3.9 Klasifikasi Gain ... 46

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 58

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 59

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Soal ... 60

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Taraf Kesukaran Soal ... 61

Tabel 4.5 Klasifikasi Gain ... 62

Tabel 4.6 Nilai Pretes Geografi Kelas Kontrol... . 62

Tabel 4.7 Nilai Postes Geografi Kelas Kontrol... . 63

(15)

Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Geografi Kelas Kontrol ... 65

Tabel 4.10 Nilai Pretes Geografi Kelas Eksperimen ... 66

Tabel 4.11 Nilai Postes Geografi Kelas Eksperimen ... 67

Tabel 4.12 Prestasi Belajar Geografi Kelas Eksperimen ... 68

Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Geografi Kelas Eksperimen ... 69

Tabel 4.14 Uji Normalitas Pretest ... 70

Tabel 4.15 Uji Normalitas Posttest... 71

Tabel 4.16 Uji Normalitas Gain ... 72

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ... 73

Tabel 4.18 Uji Homogenitas Pretest ... 73

Tabel 4.19 Uji Homogenitas Posttest ... 74

Tabel 4.20 Uji Homogenitas Gain ... 75

Tabel 4.21 Hasil Uji Beda Mean (Uji t) Data Rata-rata Pretest Geografi ... 76

Tabel 4.22 Hasil Uji t Rata- Rata Postes Geografi ... 78

Tabel 4.23 Hasil Uji Beda Rata-Rata Gain ... 79

Tabel 4.24 Data Statistik Rata-Rata Gain ... 80

Tabel 4.25 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 81

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 32

Gambar 4.1 Peta Lokasi SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung ... 55

Gambar 4.2. Denah Ruang Kelas SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung ... 56

Gambar 4.3 Garfik Q-Q Plot Pretes ... 71

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 96

Lampiran 2 RPP ... 100

Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal ... 129

Lampiran 4 Soal ... 130

Lampiran 5 Rekapitulasi Skor Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar ... 142

Lampiran 6 Uji Coba Anates ... 133

Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Belajar ... 147

Lampiran 8 Uji Normalitas Dan Homogenitas ... 155

Lampiran 9 Tabel t ... 161

Lampiran 10 Peta ... 163

Lampiran 11 Denah Kelas... 164

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(19)

2

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, tanpa melihat kondisi pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik, pendidik harus berusaha mengurangi metode yang monoton yang biasa dipakai saat ini, sehingga diperlukan ide baru guna tercapainya metode pembelajaran yang lebih efektif guna meningkatkan prestasi belajar anak didiknya. Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa bisa dilakukan guru dengan cara harus lebih kreatif dan membuat pembelajaran dengan lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Tanpa metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, kegiatan belajar mengajar terasa membosankan .

(20)

3

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya terfokus pada guru diubah dengan melibatkan siswa dalam prosesnya. Guru dalam pembelajaran kooperatif lebih berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh.

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam jenis. Hal ini lebih memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki oleh sekolah. Model pembelajaran kooperatif yang ingin diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

(21)

4

Model pembelajaran Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam belajar dan mengajarkan orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. (Lie, 2010:70). Melalui teknik tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh sekolah.

Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi masih rendah karena sebagian besar nilainya berada di bawah standar KKM yaitu 75.

Distribusi nilai mata pelajaran Geografi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3

No Nilai KKM Siswa

F %

1 >75 39 35,14

2 <75 72 64,86

Jumlah 111 100%

(22)

5

Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mata pelajaran geografi secara umum tergolong rendah yaitu dari 111 siswa hanya 39 siswa saja yang mendapatkan nilai >75 sedangkan siswa yang mendapat nilai <75 sebanyak 72 orang.

Pelaksanan penelitian pendahuluan yang dilakukan juga mendapatkan

informasi bahwasanya pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya berpusat

pada guru. Informasi yang diperoleh siswa sebatas mendengarkan penjelasan

dari guru atau membaca buku rujukan tertentu. Pembelajaran lebih difokuskan

kepada guru bukan kepada murid. Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA

Al-Azhar 3 Bandar Lampung guru lebih sering menggunakan metode konvensional untuk menyampaikan pelajaran, sehingga belum mampu menarik minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung kurang aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, karena mereka tidak dilibatkan langsung kedalam proses tersebut.

(23)

6

Dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar tersebut selain pendidiknya harus kreatif, dituntut pula adanya partisipasi aktif dari siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Suasana kelas perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa berkesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, siswa akan membentuk kelompok yang memungkinkan mereka untuk menjalani proses belajar dengan menyenangkan dan mencintai satu sama lain.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran geografi adalah model pembelajaran jigsaw. Pembelajaran dengan menggunakan jigsaw, pengajaran materi biasanya berupa sebuah bab, narasi atau diskripsi yang sesuai. Para siswa bekerja dalam sebuah tim yang heterogen, diberikan tugas membaca, memahami, mendiskusikan dan menyampaikan materi kepada rekan yang lain. Menurut keterangan dari guru mata pelajaran geografi kelas XI IPS, pembelajaran geografi untu kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung juga belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

(24)

7

kelompoknya. Dengan demikian para siswa akan merasa saling tergantung satu dengan yang lainnya dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Metode jigsaw ini dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal karena siswa mempunyai tanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan oleh guru, dan juga setiap siswa akan lebih termotivasi untuk mampu mendalami dan menguasai materi yang diajarkan . Berdasarkan ha-hal tersebutlah peneliti mencoba menerapkan metode jigsaw dalam pembelajaran geografi di kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

Penerapan model pembelajaran jigsaw di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung khususnya kelas XI IPS diharapakan bisa meningkatkan hasil belajar Geografi para siswa-siswa tersebut. Dengan demikian, maka peneliti juga ingin mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini tergolong dalam model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan, atau dengan kata lain peneliti ingin mengetahui efektivitas pembelajaran jigsaw terhadap prestasi belajar geografi kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 bandar Lampung.

(25)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1.Prestasi belajar geografi kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 masih rendah. 2.Pembelajaran yang selama ini diterapkan berpusat pada guru.

3.Penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi belum dapat menarik minat dan perhatian siswa. 4.Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran

5.Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum diterapkan untuk mata pelajaran geografi di kelas XI IPS SMA AL-Azhar 3 Bandar lampung.

C. Batasan Masalah

Sesuai dengan aspek kajian penelitian, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada proses pembelajaran di kelas XI IPS SMA AL-Azhar 3 Bandar Lampung.

2. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas XI IPS SMA AL-Azhar 3 Bandar Lampung.

(26)

9

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran jigsaw dan kelas yang diberi metode konvensional?

2. Apakah rata-rata nilai postes pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional?

3. Apakah gain (peningkatan) hasil belajar geografi pada kelas yang diberi model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional?

4. Apakah model pembelajaran jigsaw lebih efektif dibandingkan metode konvensional pada mata pelajaran geografi kelas XI di SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran Jigsaw dan kelas yang diberi metode konvensional.

(27)

10

3. Untuk mengetahui gain (peningkatan) hasil belajar geografi pada kelas yang diberi model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional.

4. Untuk mengetahui model pembelajaran Jigsaw lebih efektif dibandingkan metode konvensional pada mata pelajaran geografi kelas XI di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

F. Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan oleh seseorang diharapkan memiliki manfaat tertentu. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran geografi , serta menambah khasanah keilmuan dan teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.

2. Secara praktis

a. Bagi siswa dapat menimbulkan gairah belajar, membangkitkan keinginan,aktif dan suasana berbeda serta menyenangkan sehingga memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

11

c. Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu pembelajaran.

d. Bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan dapat memberi rujukan guna memperbaiki kualitas pendidikan secara umum.

e. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu yang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di Universitas Lampung.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup: 1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah efektivitas model pembelajaran tipe Jigsaw (X), dan prestasi belajar geografi (Y). 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil.

3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

(29)

12

(30)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Setiap manusia perlu belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, sebab hanya dengan belajar maka ia akan dapat mengetahui, mengerti dan memahami sesuatu yang baik. Sesuai dengan pendapat menurut Sardiman (2011:20) bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Belajar akan membawa perubahan kepada individu yang belajar. Sunaryo dalam Komalasari (2011:2) menyatakan belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Belajar merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja, sadar atau tidak sadar

yang dilakukan oleh manusia dalam rangka mencari suatu kemampuan. Belajar

adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu

pengetahuan (Djamarah, 2006:15).

(31)

14

Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan kearah yang lebih baik dari semua segi, tergantung pada apa yang mereka pelajari.

Menurut Hamalik (2008:29) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses. Belajar bukan satu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai prilaku belajar tentang suatu hal.

Berdasarkan pengertian-pengertian belajar yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang dialami oleh seorang individu secara menyeluruh untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang berlangsung secara terus menerus.

2. Pembelajaran

(32)

15

selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa.

Menurut Komalasari (2011:3) menyebutkan bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya menurut Lefrancois yang dikutip dalam Yamin (2012:65) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi belajar dalam rangka memudahkan belajar, menyimpan atau mentransfer pengetahuan dan keterampilan.

Dalam bukunya Sugandi (2004:9) memaparkan beberapa ciri-ciri dari pembelajaran yaitu:

1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis;

2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;

4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik;

5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

(33)

16

disusun, dan dimuat dalam buku pelajaran dan berbagai referensi lainnya (Hamalik,2008:58). Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahn yang menetap pada diri orang lain atau dapat dikatan bahwa pembelajran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membuat individu yang belajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal (Yusuf Hadi dalam Yamin, 2012:66).

Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai pembelajaran yang telah diuraikan tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran adalah proses yang dilakukan secara sadar dan sudah direncanakan untuk menyampaikan pengetahuan dan membantu siswa mencapai tujuan belajar secara efektif.

3. Pembelajaran Geografi

(34)

17

Pembelajaran geografi adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada. Proses penyesuaiannya itu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimal. (http://momonsudarma.blogdetik. com/index.php /2010/11/ hakikat-pembelajaran-geografi).

Bintarto dalam Sumarmi (2012:7) mengatakan geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional.

Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran geografi adalah suatu usaha yang dilakukan pendidik untuk memberikan informasi tentang suatu ilmu mengenai perbedaan dan persamaan serta gejala dan proses interaksi manusia terhadap lingkungan.

4. Efektivitas Belajar

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat. Sumanth (dalam Darsono & Siswandoko, Tjatjuk.2011:196)

(35)

18

merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang di capai.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Hani Handoko dikatakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (http://Adinleaf.blogspot.in/2012/06/eb.html). Sejalan dengan konsep tersebut Abdurahmat (2003:92) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”.

Berdasarkan berbagai teori dan pendapat yang telah disebutkan diatas dapat diketahui

bahwa efektivitas selalu merujuk pada efek atau hasil guna yang dipandang dari sudut

pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.. Efektivitas juga diartikan

sebagai ukuran yang menggambarkan seberapa jauh tujuan telah tercapai dengan

memberikan hasil yang memuaskan tanpa mengabaikan mutu. Dalam penelitian ini,

efektivitas yang difokuskan adalah mengenai efektivitas belajar. Dengan mengacu

pada berbagai macam definisi mengenai efektifitas dan belajar yang telah

dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui bahwa efektivitas belajar adalah ukuran

yang menggambarkan seberapa jauh tujuan dari proses perubahan dalam diri siswa itu

(36)

19

5. Model Pembelajaran Kooperatif

Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai

pembelajaran kooperatif (Lie, 2010:12). Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative Learning, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan unutuk membelajarkan siswa yang lain. Di samping itu, kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan. (Solihatin, Etin dan Raharjo, 2008: 3).

(37)

20

Artz & Newman dalam Trianto (2011:56) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa ditempatkan sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Stahl dalam Etin dan Raharjo, 2008:5).

(38)

21

Adapun prinsip-prinsip dasar cooperative learning menurut Stahl dalam Solihatin, Etin dan Raharjo (2008:7) meliputi sebagai berikut.

a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas.

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. c. Ketergantungan yang bersifat positif.

d. Interaksi yang bersifat terbuka. e. Tanggung jawab individu. f. Kelompok bersifat heterogen.

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif. h. Tindak lanjut.

i. Kepuasan dalam belajar.

Dalam bukunya Lie (2010:28) yang mendasari model pembelajaran gotong royong atau kerja sama yaitu adanya falsafah homo homini socius . falsafah ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan sesama. Berdasarkan hal tersebut, maka proses belajar mengajar pun hendaknya dilakukan dengan menerapkan konsep gotong royong yang dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Jika guru dan siswa mampu melaksanakan dengan prosedur yang tepat tentu memungkinkan siswa untuk

lebih mengerti bagaimana baiknya bekerja sama dalam kelompok. Seperti

halnya Sumarmi (2012:45) mengemukakan bahwa model pembelajaran

kooperatif memberikan keuntungan, tidak hanya bagi aspek kognitif siswa.

Bahkan, jiwa dan semangat dan semangat gotong royong ramah, saling

(39)

22

bangsa Indoesia dan aspek efektif positif, serta aspek “emotional intellengce

lainnya juga turut dikembangkan melalui model pembelajaran “cooperative

learning”. Sedangkan kesulitan dalam pembelajaran geografi adalah

menentukan scope geografi dalam kurikulum di sekolah karena merupakan

penentuan keseimbangan keluasan dan kedalaman materi, serta keseimbangan

antara materi dengan nilai-nilai pendidikan yang akan ditanamkan, waktu yang

tersedia, dan model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan yang ada

dalam kurikulum (Tylbury dalam Sumarmi, 2012:46).

Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Ada berbagai macam jenis dari model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan didalam kelas.

Komalasari (2011:62) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif meliputi NHT, Cooperative Script, STAD, TPS, Jigsaw, Snowball Throwing, TGT, CIRC, dan TSTS.

(40)

23

STAD ((Student Teams Achievement Divisions) merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Selanjutnya, TPS (Think Pair and Share) juga merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

Jigsaw merupakan sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dan pembelajaran orang lain karena siswa tidak hanya mempelajari materi yang telah ia dapat, tetapi juga harus memberikan materi kepada orang lain. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

(41)

24

dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.

CIRC (Cooperative Integrative Reading and Composition) adalah adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Dan yang terakhir adalah TSTS (Two Stay Two Stray), adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi / bertemu antar kelompok untuk berbagi informasi.

Dari berbagai jenis model pembelajaran yang dicantumkan diatas, pembelajaran kooperatif yang dirasa cukup mudah dalam menerapkanya serta dapat benar-benar menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap materi yang dipelajari dan tanggung jawab terhadap kelompok dimana dia termasuk didalamnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam penerapannya metode jigsaw mengelompokkan siswa secara heterogen dengan tujuan agar semua siswa tidak merasa dibedakan. Tehnik jigsaw melibatkan partisipasi siswa sebagai tutor sebaya atau tutor untuk temannya. Setiap anggota harus bertanggung jawab untuk mempelajari materi tertentu dan

(42)

25

6. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran dikelas. Model

pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Texas University dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan rekannya pada tahun 1996 di John Hopkins University.

Selanjutnya Arend dalam Putri, Dewi Indah (2008:17) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”.

Slavin mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas pengusaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya”. Pendapat lain mengatakan bahwa model pembelajaran

(43)

26

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran temen-teman dalam kelompoknya. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan sistem yang demikian maka, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, 2010:56).

Model pembelajaran jigsaw menggunakan teknik “pertukaran dari kelompok ke

kelompok“ (group-to-group exchange) dimana setiap siswa (kelompok ahli)

mengajarkan sesuatu kepada siswa yang lainnya dalam satu kelompok asal.

Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong

royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie, 2010:69).

Pada model pembelajaran jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk dijelaskan kepada anggota kelompok asal. (http://elfalasy88.wordpress.com/2009/12/28/teknik-pembelajaran-jigsaw/).

(44)

27

merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan murid belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Aronson dalam Efi (2007:19) memaparkan langkah langkah pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:

a. Membagi siswa ke dalam kelompok Jigsaw dengan jumlah 4-5 orang.

b. Menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu.

c. Membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 4-5 segmen. d. Menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk

menguasai segmen mereka sendiri.

e. Memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal.

f. Bentuklah kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang memiliki segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama dari segmen mereka dan berlatih presentasi kepada kelompok Jigsaw mereka.

g. Setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok Jigsaw mereka.

h. Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang dipelajarinya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan kepada siswa- siswa yang lain untuk bertanya.

i. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya, mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera dibuat intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang di tugaskan.

j. Pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu bahwa pada bagian ini bukan hanya game

(45)

28

kecil, yang terbagi atas kelompok asal dan kelompok ahli (Counterpart Group), dengan tujuan setiap siswa mengetahui dengan benar materi yang dipelajari bersama, dengan langkah-langkah tertentu. Dalam model pembelajaran jigsaw, guru berperan sebagai fasilitator baik itu fasilitator kelompok asal maupun fasilitator kelompok ahli. Sedangkan siswa menjalani dua peran yaitu sebagai peneliti dan pengajar.

1. Siswa sebagai peneliti

Ketika seorang siswa berperan sebagai peneliti atau pencari jawaban atas materi yang telah dibagi, siswa tersebut akan tergabung dengan kelompok ahli. Dalam kelompok ahli ini, siswa yang mempunyai materi yang sama saling bertukar pendapat terhadap materi yang dipelajari. Kelompok ahli yang diisi oleh siswa dari kelompok asal ini akan mempelajari lebih dalam terhadap materi yang telah ditentukan. Semua anggota kelompok ahli diharuskan untuk menyampaikan pemahamannya terhadap materi sehingga anggota kelompok ahli yang lain dapat memiliki tambahan pemahaman. Dan pemahaman inilah yang dijadikan sebagai bekal oleh setiap siswa untuk menjalankan perannya yang kedua yakni peran sebagai pengajar.

2. Siswa sebagai pengajar

(46)

29

kelompok ahli kepada anggota lain dalam kelompok jigsaw. Hal tersebut dilakukan secara bergantian sampai materi yang dipelajari semuanya telah dijelaskan.

(elfalasy88.wordpress.com/2009/12/28/teknik-pembelajaran-jigsaw/)

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga tidak terlepas dari adanya kelemahan dan kelebihan dalam penerapannya. Adapun kebaikan atau kelebihannya menurut Apriyani (2007:11) adalah sebagai beikut:

a. Dapat mengembangkan hubungan antara pribadi positif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

b. Menerangkan bimbingan sesama teman c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi d. Memperbaikai kehadiran

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar f. Sikap apatis berkurang

g. Pemahaman materi lebih mendalam h. Meningkatkan motivasi belajar

Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu sebagai berikut:

a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing, maka dikhawatirkan kelompok akan macet

b. Jika jumlah anggota kurangakan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas yang pasif dalam diskusi.

(47)

30

7. Prestasi Belajar

Prestasi adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada murid setelah dilakukan proses belajar mengajar (Hamalik, 2008:84). Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu dan mengikuti evaluasi.

Menurut Ahmadi (2002:33), prestasi belajar adalah hal yang menyangkut hasil kegiatan belajar atau hasil yang dicapai anak didik yang diukur melalui aktivitas belajar. Sedangkan menurut Syah, Muhibin (2007:19-23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Untuk mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa guru dapat menggunakan latihan atau evaluasi dari proses pembelajaran dalam bentuk tes.

(48)

31

B. Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan tergantung pada

proses pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pemilihan

model belajar yang sesuai menjadi salah satu penentu keberhasilan suatu proses

belajar mengajar. Salah satu model yang dapat diterapkan dan berpusat tidak

hanya pada guru melainkan lebih kepada siswa adalah model jigsaw. Model

jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan

kerja sama kelompok dan tanggung jawab terhadap keberhasilan teman di

dalam kelompok tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran disini, peneliti secermat mungkin merencanakan proses pembelajaran. Selanjutnya, dari kedua kelas yang telah dijadikan sampel dari penelitian ini mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe jigsaw pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konvensional dengan metode ceramah pada kelas kontrol. Pada akhir pertemuan, setiap siswa diberi posttest untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka tentang materi-materi geografi yang telah mereka pelajari.

(49)

32

Geografi juga baik, namun sebaliknya jika penggunaan model tersebut tidak tepat kemungkinan prestasi belajar siswa juga tidak maksimal. Berdasarkan uraian tesebut, maka kerangka fikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pre-Test

Prestasi Belajar Geografi (Y1/ )

Kelas XI2 Kelas XI3

Pembelajaran Model Kooperatif/

Tipe Jigsaw (X1)

Pembelajaran Model Konvensiona (X2)

Post-Test

(50)

33

C. HIPOTESIS

Menurut Sugiyono (2012: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah.

1. Tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan meodel pembelajaran jigsaw dan kelas yang diberi metode konvensional.

2. Rata-rata nilai postes pada kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional.

3. Gain (peningkatan) hasil belajar geografi pada kelas yang diberi model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional.

(51)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi eksperimen) adalah jenis komparasi yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (Treatment) pada suatu objek (Kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya (Arikunto, 2007: 47).

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest - Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok, kemudian kedua kelompok diberi pretes. Selanjutnya, kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa model kooperatif tipe jigsaw dan kelas yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol (Sugiyono, 2012: 76). Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep geografi siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen Y1 X Y2

(52)

35

Keterangan:

Y1 : Tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

X : Perlakuan (treatment) pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw untuk kelas eksperimen.

Y 2 : Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Melakukan survey pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas

yang akan digunakan sebagai populasi dan pengambilan sampel dalam penelitian.

2. Menentukan dua kelompok belajar yang akan dijadikan subjek penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. Kenakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek diajar menggunakan metode jigsaw. 4. Gunakan model pembelajaran dengan tipe jigsaw dalam jangka waktu

tertentu.

5. Berikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek dikenakan perlakuan.

(53)

36

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Azhar 3, Bandar Lampung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran penelitian (Sudjarwo, 2009:255). Menurut Sugiyono (2012:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA Al-Azhar 3 Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 111 siswa dan terdiri dari 3 kelas. Data populasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Populasi

1 XI IPS 1 35

2 XI IPS 2 38

3 XI IPS 3 38

Jumlah 111

(54)

37

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 111 siswa yang tersebar ke dalam 3 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012: 118). Sampel penelitian ini ada 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. MenurutSudjana dan Ibrahim(2010:96) teknik Purposive Sampling digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya. Penentuan sampel penelitian memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu rata-rata prestasi belajar dan ketuntasan belajar siswarelatif sama. Rata-rata prestasi belajar geografi kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.3. di bawah ini.

Tabel 3.3. Rata-rata Prestasi Belajar Geografi Kelas XI IPSTP. 2013-2014

No Kelas Rata-rata Prestasi Belajar Geografi

1 XI IPS 1 75

2 XI IPS 2 71

3 XI IPS 3 69

Sumber: Data Sekunder Nilai Mid Semester Ganjil

(55)

38

Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilihlah kelas XI IPS 2 dan XI IPS 3 sebagai sampel penelitian karena mempunyai nilai rata-rata yang relatif sama. Dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen. Jumlah sampel penelitian ini adalah 76 siswa. Rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4 Sampel Penelitian No Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS 2 38

2 XI IPS 3 38

Total 76

Sumber: Hasil Penarikan Sampel.

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini ada dua macam variabel, yaitu:

a. Variabel bebas (independent variable)

(56)

39

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dengan lambang Y adalah variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya bergantung pada variabel yang lain. Pada penelitian ini, variabel terikatnya adalah prestasi belajar Geografi .

2. Definisi Operasional Variabel a. Efektivitas Pembelajaran Jigsaw

Metode Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya, di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus di pelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan belajar (ketuntasan klasikal), yaitu jika dalam suatu kelas terdapat ≥ 85% siswa yang

telah tuntas belajarnya. Berarti jika dalam suatu kelas terdapat ≥ 85% siswa

yang telah tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan efektif. Sebaliknya, jika terdapat < 85% siswa yang telah tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan tidak efektif.

(57)

40

Prestasi belajar merupakan indikator dari ketuntasan belajar siswa. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung adalah 75. Prestasi belajar merupakan perubahan yang measurable (dapat diukur). Pengukuran perubahan tersebut dilakukan dengan tes prestasi belajar berupa posttest. Posttest dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran. Soal yang akan diberikan berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 25 butir. Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah nilai akhir pembelajaran yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran geografi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.

1. Tes Hasil Belajar

(58)

41

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersifat sekunder mengenai jumlah siswa dan keadaan umum SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

H. Uji Persyaratan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal sebelum eksperimen (pretes) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan tes sesudah eksperimen dilakukan (postes) yang bertujuan untuk mengukur prestasi belajar geografi siswa. Sebelum pretes dan postes diberikan kepada siswa, maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda soal.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Sudjarwo, 2009: 224). Validitas dalam penelitian ini digunakan sebagai alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrument. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi, yaitu ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur.

(59)

42

Tabel 3.4. Kriteria Validitas Butir Soal No Korelasi Keterangan

Suatu tes dapat dikatakan memiliki reliabel yang tinggi jika tes tersebut dapat memberi hasil yang tetap dalam jangka waktu tertentu. Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda.. Proses input dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.

Untuk mengklasifikasikan tingkat reliabilitas maka digunakan kriteria seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.

Table 3.5 Tingkat Besarnya Reliabilitas

(60)

43

program ANATES 4.0.9.Untuk mengklasifikasikan tingkat daya pembeda digunakan kriteria sebagai pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Soal

No Indeks Daya Pembeda Keterangan

1 < 0 Soal jelek sekali

2 0 – 20% Soal jelek

3 21 – 40% Soal cukup

4 41 – 70% Soal baik

5 71% - 100% Soal baik sekali

Sumber: Arikunto (2007: 218)

4. Taraf Kesukaran

Suatu soal yang baik adalah jika soal itu tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Taraf kesukaran soal yang baik jika memiliki taraf kesukaran sedang. Teknik yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah membagi banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar dengan jumlah seluruh siswa. Proses input data menggunakan program ANATES 4.0.9.Untuk mengklasifikasikan tingkat taraf kesukaran soal, digunakan kriteria pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7 Kriteria Taraf Kesukaran Soal No Tingkat Kesukaran Keterangan

1 0,00 – 0,30 Sukar

2 0,30 – 0,70 Sedang

3 0,70 – 1,0 Mudah

(61)

44

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan sampel yang akan di uji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusian normal atau tidak. Kelompok yang akan diuji normalitasnya berjumlah dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari:

1. Kelompok siswa yang diberi perlakuan model jigsaw 2. Kelompok siswa yang tidak diberi perlakuan.

Perhitungan mengenai normalitas yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan program Seri Program Statistik (SPSS -20).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan Uji F.

(62)

45

3. Uji Hipotesis a. Uji t

Teknik yang digunakan untuk melihat perbedaan pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah independen t tes dengan bantuan program statistik komputer SPSS 20.

Untuk dapat menguji dengan uji beda mean (uji t) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data siswa masing-masing kelompok.

b. Menskor setiap data siswa sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat lebih dulu. Merangkum data siswa dalam bentuk tabel.

c. Menentukan skor rata-rata dan standar deviasi dari data yang diperoleh dari masing-masing kelompok dalam bentuk tabel.

d. Uji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda mean ( uji t) dalam perhitungan digunakan program SPSS 20.

b. Uji Gain (Peningkatan) Hasil Belajar

Uji gain adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan belajar mengajar, adapun rumus gain adalah :

Keterangan : g = gain

(63)

46

= pretes

= Nilai maksimum

Klasifikasi peningkatan (gain) hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

` Sumber : Meltzer dalam Nurdin (2012:54)

c. Uji efektivitas pembelajaran

Untuk efektifitas pembelajaran dapat dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan belajar ( ketuntasan klasikal) yaitu jika dalam suatu kelas terdapat

≥85% yang telah tuntas belajarnya (Trianto, 2011:241) Nilai KKM mata

pelajaran geografi kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung adalah 75.

Keterangan % : Persentase

n : Jumlah siswa yang tuntas belajar N : Jumlah seluruh siswa dalam satu kelas

Dengan kriteria jika dalam suatu kelas terdapat ≥85% siswa yang telah

(64)

47

J. Hipotesis Statistik

Hipotesis Pertama

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran jigsaw dan kelas yang diberi metode konvensional.

Ha : Ada perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran jigsaw dan kelas yang diberi metode konvensional.

Hipotesis statistiknya adalah Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Kriteria pengujian

Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig) <0,05 maka Ho ditolak atau

Jika t Hitung > t Tabel maka Ho ditolak, sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman 2011:94)

Hipotesis Kedua

(65)

48

Ha : Rata-rata nilai postes pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional

Hipotesis statistiknya adalah Ho : µ1 < µ2

Ha : µ1 > µ2 Kriteria pengujian

Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig) <0,05 maka Ho ditolak atau

Jika t Hitung > t Tabel maka Ho ditolak, sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman 2011:94)

Hipotesis Ketiga

Ho : Gain (peningkatan) hasil belajar geografi pada kelas yang diberi model pembelajaran Jigsaw lebih rendah dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional

Ha : Gain (peningkatan) hasil belajar geografi pada kelas yang diberi model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dibandingkan pada kelas yang diberi metode konvensional

Hipotesis statistiknya adalah Ho : µ1 < µ2

(66)

49

Kriteria pengujian

Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig) <0,05 maka Ho ditolak atau

Jika t Hitung > t Tabel maka Ho ditolak, sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman 2011:94)

Hipotesis Keempat

Ho : Metode pembelajaran Jigsaw kurang efektif dibandingkan model konvensional pada mata pelajaran geografi kelas XI di SMA AL-Azhar 3 Bandar Lampung.

Ha : Metode pembelajaran Jigsaw lebih efektif dibandingkan model konvensional pada mata pelajaran geografi kelas XI di SMA AL-Azhar 3 Bandar Lampung.

Kriteria efektif

- Jika Ketuntasan belajar siswa lebih dari atau sama dengan 85% maka pembelajaran dikatakan efektif

- Jika Ketuntasan belajar siswa kurang dari 85% maka pembelajaran dikatakan tidak efektif

Untuk mengukur ketuntasan klasikal digunakan rumus presentase yaitu: Keterangan

% : Persentase

n : Jumlah siswa yang tuntas belajar N : Jumlah seluruh siswa dalam satu kelas

(67)

50

Dengan kriteria jika dalam suatu kelas terdapat ≥85% siswa yang telah

tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan efektif. Begitu pula jika terdapat ≤ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya maka

(68)

94

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan analisis data yang telah dilakukan serta pengujian hipotesis, maka peneliti dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata pretes antara kelas eksperimen ( kelas yang diberi perlakuan menggunakan model Jigsaw) dan kelas kontrol (metode konvensional) adalah sama atau tidak berbeda.

2. Nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen ( kelas yang diberi perlakuan menggunakan model Jigsaw) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (metode konvensional).

3. Rata-rata gain (peningkatan) prestasi belajar geografi pada kelas eksperimen (kelas yang diberi perlakuan menggunakan model Jigsaw ) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (metode konvensional).

(69)

95

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, saran yang dapat dikemukakan penulis yaitu:

1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru menerapkan metode-metode mengajar yang sesuai dan menyenangkan bagi peserta didik. Dengan pelaksanaan penelitian ini bisa dijadikan acuan bagi guru mengenai variasi metode mengajar yang dapat diterapkan guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Dengan diterapkan berbagai metode mengajar, hendaknya dapat menarik minat siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmat. 2003. Pengertian Tentang Efektivitas, (http://othenk.blogspot.com /2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html). Diakses Pada Tanggal 25

Maret 2014 pukul 10.12 WIB.

Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

A.M. Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Prafindo Persada.

Apriyani, Ikah. 2007. Studi Komparasi Antara Metode Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Metode Tanya Jawab dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Bantarkawung Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0173/706 52e3b.dir/doc.pdf). Diakses Pada Tanggal 09 Desember 2013 pukul 11.20 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Darsono & Siswandoko, Tjatjuk. 2011. Sumber Daya Manusia Abad 21. Jakarta: Nusantara Consulting.

Dimyati & Mudjiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pendekatan Kooperatif Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta. (http://idb4.wikispaces.com/fileviewss/4005.pdf). Diakses pada tanggal 23 September 2013 pukul 10.15 WIB.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Puspa swara.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3
gambar dibawah ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
+6

Referensi

Dokumen terkait

hari ini kamboja beraksi // kamboja slalu di hati // yang lihat semua pada iri // karna kamboja pemberani //

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah memperkenalkan kembali cerita rakyat Putri Mandalika kepada remaja sehingga anak dapat mengenal sosok Putri Mandalika

Aplikasi sistem informasi geografis ini dapat menampilkan data- data yang berkaitan dengan informasi tempat wisata di wilayah DKI Jakarta, memberikan kemudahan

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat

Seperti pada frekuensi kejadian kondisi kriteria kombinasi pembebanan, hasil dari semua perhitungan perkiraan frekuensi bernilai sama, maka tabel 3.4 dapat dianggap

Rosmeli (2010) yang berjudul “Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Ketimpangan Antar Wilayah di Indonesia. Hasil dari penelitiannya yaitu : 1) Semenjak diimplementasikannya

itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang.. semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang