ABSTRAK
UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA
DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN
HARA DAN PRODUKSI TANAMAN UBIKAYU
(Manihot esculenta
Crantz ) DI MUSIM TANAM
KE DUA PADA TANAH ULTISOL
GEDUNG MENENG
O l e h
D E B B Y A G S A R I
Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk berbahan baku kotoran sapi segar, batuan
fosfat, mikroorganisme pelarut fosfat (MPF) dan N-fikser yang baru
dikembangkan di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
keefektifan pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia secara
agronomis maupun ekonomis, serta menetapkan dosis terbaik dari kombinasi pupuk
Organonitrofos dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan
produksi tanaman ubikayu (
Manihot esculenta
Crantz) pada musim tanam kedua.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu
Tanah Universitas Lampung pada bulan Maret 2012 hingga Februari 2013.
Debby Agsari
KCl 400 kg ha
-1), T3 (urea 150 kg ha
-1, SP36 100 kg ha
-1, KCl 300 kg ha
-1,
Organonitrofos 500 kg ha
-1), T4 (urea 100 kg ha
-1, SP36 100 kg ha
-1, KCl 200 kg
ha
-1, Organonitrofos 1.000 kg ha
-1), T5 (urea 50 kg ha
-1, SP36 50 kg ha
-1, KCl 200
kg ha
-1, Organonitrofos 2.000 kg ha
-1), dan T6 (Organonitrofos 5.000 kg ha
-1)
dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan urea 100 kg ha
-1,
SP36 100 kg ha
-1, KCl 200 kg ha
-1, Organonitrofos 1.000 kg ha
-1menghasilkan
produksi (bobot umbi), dan serapan hara N dan K tanaman ubikayu lebih tinggi
dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya. Sedangkan pupuk anorganik dengan
dosis urea 200 kg ha
-1, SP36 300 kg ha
-1, KCl 400 kg ha
-1, menghasilkan tinggi
tanaman, dan serapan hara P tertinggi. Berdasarkan perhitungan RAE (
Relative
Agronomic Effectiviness)
dan uji ekonomis perlakuan urea 100 kg ha
-1, SP36 100
kg ha
-1, KCl 200 kg ha
-1, Organonitrofos 1.000 kg ha
-1memiliki hasil tertinggi dan
paling efektif serta efisien dibandingkan perlakuan lainnya.
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Agustus 1992
merupakan anak sulung dari pasangan Bapak Syahroni Yusuf dan Ibu Sahara.
Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Sekolah Dasar Al-Azhar 2
Bandar Lampung (1999-2004). Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Bandarlampung (2004-2007). Sekolah Menengah Atas Negeri
9 Bandarlampung pada tahun (2007-2010). Tahun 2010 penulis diterima sebagai
mahasiswi di Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Ilmu Tanah sebagai
konsentrasi dari perkuliahan.
Pada Juli 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kebun Percobaan Natar Lampung Selatan. Kemudian
Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bojong, Kecamatan
Karya Sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayah ku tercinta Syahroni Yusuf, Ibu ku tersayang Sahara, Umi ku terkasih Marlinda Azwar
serta Kakek dan Nenek ku tercinta
yang telah mendukung, mendidik, menjaga, memberikan cinta, kasih, dan segalanya
Adik-adikku Aldiyan Dwi Ramadhan, Destrisya, Cintania Syanda Islami
yang selalu mendukung dan memberikan semangat
Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho, M.Sc. (alm.) yang telah banyak berperan dalam
BERUSAHA, SABAR dan IKHLAS (Debby Agsari)
Kunci hidup adalah rasa syukur, tidak ada kebahagiaan yang hadir dari keluhan tanpa usaha serta iri dengki yang tak berkesudahan.
(Debby agsari)
Tidak ada manusia yang diciptakan gagal, yang ada hanyalah mereka gagal memahami potensi diri dan gagal merancang kesuksesannya.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
vii
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSubhanahuwata’ala
atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan
Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan
Produksi Tanaman Ubikayu (Manihot esculentaCrantz ) di Musim Tanam Kedua
Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu,
dukungan moril, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu, pengetahuan,
pelajaran, kritik dan saran serta dukungan kepada penulis.
4. Bapak Prof. Ir. Jamalam Lumbanraja., Ph.D., selaku dosen pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi,
viii
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan.Sukri Banuwa, M.Si., selaku penguji yang telah
banyak memberikan bimbingan, diskusi, motivasi, ilmu dan kritiknya dalam
penyelesaian skripsi penulis.
6. Ibu Ir. Sri Ramadiana,M.Si., selaku pembimbing akademik, atas segala
bimbingan dan motivasi selama penulis mengikuti kuliah, hingga penulisan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,
dan bimbingan yang penulis peroleh selama perkuliahan.
8. Orang tuaku, Bapak Syahroni Yusuf, Ibu Sahara, Ibu Marlinda serta
adik-adikku tercinta yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, perhatian,
pengorbanan, doa dan motivasi di sepanjang hidup penulis.
9. Sahabatku, Harris Oktaviansyah, Restu Yasin Adiputra, Retta Ramadhina,
yang telah bersedia menemani, membantu, memotivasi, menasehati dengan
kasih dan sabar.
10. Sahabat-sahabatku Maya, Eka, Intan Andya, Mesa, Bella Dina, Tiara Dea,
Jesika, Agustia, Afina, Immas, Aulia, Viani, Dian Saputra, Noviaz, Wanda,
Heisa, Florencia, Aji, Novri, Agung, Putu, Jimy, Tabroni, Roki, dan Firstio
atas kesabaran, kesetiaan, keceriaan, semangat, kekeluargaan, nasehat,
motivasi, bantuan dan doa yang tulus pada penulis.
11. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis
berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.
Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kerangka Pemikiran ... 4
1.4 Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Tanah Ultisol ... 8
2.2 Tanaman Ubikayu (Manihot esculentaCrantz) ... 9
2.3 Organonitrofos (Organomineral NP) ... 12
2.4 Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk Kimia terhadap Ubikayu ... 14
2.5 Efektivitas Pemupukan ... 16
2.6 Efisiensi Pupuk ... 17
III. BAHAN DAN METODE ... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
3.2 Bahan dan Alat ... 19
3.3 Metode Penelitian ... 20
3.4 Pelaksanaan penelitian ... 20
3.4.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan 20 3.4.2 Pembuatan Guludan ... 21
3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos ... 21
3.4.4 Penanaman Stek ... 21
3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia ... 22
3.4.6 Pemeliharaan ... 22
3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman ... 23
3.4.8 Pengambilan Sampel Tanah ... 23
3.4.9 Panen ... 23
3.5 Variabel Pengamatan ... 24
3.5.1 Tinggi Tanaman ... 24
3.5.2 Bobot Berangkasan dan Umbi (Basah dan Kering) ... 24
3.5.3 Analisis Jaringan Tanaman ... 24
3.5.4 Analisis Tanah ... 24
3.5.5 Analisis Pupuk Organonitrofos ... ... 25
3.5.6 Uji Korelasi ... 25
3.5.7 Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos ... 25
3.5.8 Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos ... 26
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Sifat Kimia Tanah Awal dan Pupuk Organonitrofos ... 27
4.2 Pengaruh Aplikasi Perlakuan Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah ... 29
4.3 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Ubikayu ... 32
4.4 Produksi Tanaman Ubikayu ... 34
4.5 Serapan Hara Tanaman Ubikayu ... 41
4.5.1 Nitrogen (N) ... 41
4.5.2 Fosfor (P) ... 45
4.5.3 Kalium (K) ... 48
4.6 Uji Korelasi ... 51
4.7 Analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness) ... 52
4.8 Analisis Uji Ekonomis ... 53
V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 56
PUSTAKA ACUAN ... 58
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan. ... 20
2. Hasil analisis sifat kimia pupuk organonitrofos. ... 27
3. Hasil analisis kimia tanah awal pada akhir musim tanam pertama dan hasil analisis kimia tanah akhir setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk
anorganik pada akhir musim tanam kedua. ... 28
4. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman ubi kayu pada
32 MST. ... 34
5. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos Dan pupuk kimia terhadap bobot daun kering tanaman
ubikayu. ... 38
6. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot total brangkasan tanaman
ubikayu. ... 40
7. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara N pada brangkasan
tanaman ubikayu. ... 41
8. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara N pada umbi
tanaman ubikayu. ... 42
9. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara P pada brangkasan
tanaman ubikayu. ... 46
10. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara P pada umbi
11. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara K pada brangkasan
tanaman ubikayu. ... 49
12. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara K pada umbi
tanaman ubikayu. ... 50
13. Uji korelasi antara serapan NPK dengan pertumbuhan dan
Produksi tanaman ubikayu. ... 52
14. Relative Agronomic Effectiviness(RAE) pada produksi umbi
dan biomass total ubikayu. ... 53
15. Indeks uji ekonomis penggunaan pupuk Organonitrofos dengan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap
tanaman ubikayu. ... 55
16. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 4 MST. ... 64
17. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 8 MST. ... 64
18. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 12 MST. ... 65
19. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 16 MST. ... 65
20. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 20 MST. ... 66
21. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 24 MST. ... 66
22. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 28 MST. ... 67
23. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap tinggi tanaman pada 32 MST. ... 67
24. Uji homogenitas tinggi tanaman ubikayu pada 32 MST. ... 68
26. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot daging umbi basah tanaman ubikayu. ... 69
27. Uji homogenitas bobot daging umbi basah. ... 69
28. Analisis ragam bobot daging umbi basah. ... 70
29. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot daging umbi kering tanaman ubikayu. ... 70
30. Uji homogenitas bobot daging umbi kering. ... 71
31. Analisis ragam bobot daging umbi kering. ... 71
32. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot kulit umbi basah tanaman ubikayu. ... 72
33. Uji homogenitas bobot kulit umbi basah. ... 72
34. Analisis ragam bobot kulit umbi basah. ... 73
35. Uji BNT 5% terhadap bobot kulit umbi basah tanaman
ubikayu. ... 73
36. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot kulit umbi kering tanaman ubikayu. ... 74
37. Uji homogenitas bobot kulit umbi kering. ... 74
38. Analisis ragam bobot kulit umbi kering. ... 75
39. Uji BNT 5% terhadap bobot kulit umbi kering tanaman
ubikayu. ... 75
40. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot total umbi basah tanaman ubikayu. ... 76
41. Uji homogenitas bobot total umbi basah. ... 76
42. Analisis ragam bobot total umbi basah. ... 77
43. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot total umbi kering tanaman ubikayu. ... 77
44. Uji homogenitas bobot total umbi kering. ... 78
46. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot daun basah tanaman ubikayu. ... 79
47. Uji homogenitas bobot daun basah. ... 79
48. Analisis ragam bobot daun basah. ... 80
49. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot daun kering tanaman ubikayu. ... 80
50. Uji homogenitas bobot daun kering. ... 81
51. Analisis ragam bobot daun kering. ... 81
52. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot batang basah tanaman ubikayu. ... 82
53. Uji homogenitas bobot batang basah. ... 82
54. Analisis ragam bobot batang basah . ... 83
55. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot batang kering tanaman ubikayu. ... 83
56. Uji homogenitas bobot batang kering . ... 84
57. Analisis ragam bobot batang kering . ... 84
58. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot brangkasan basah tanaman ubikayu. ... 85
59. Uji homogenitas bobot brangkasan basah. ... 85
60. Analisis ragam bobot brangkasan basah . ... 86
61. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot brangkasan kering tanaman ubikayu. ... 86
62. Uji homogenitas bobot brangkasan kering . ... 87
63. Analisis ragam bobot brangkasan kering . ... 87
64. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan N pada daging umbi. ... 88
65. Uji homogenitas serapan N pada daging umbi. ... 88
67. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan P pada daging umbi. ... 89
68. Uji homogenitas serapan P pada daging umbi. ... 90
69. Analisis ragam serapan P pada daging umbi. ... 90
70. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan K pada daging umbi. ... 91
71. Uji homogenitas serapan K pada daging umbi. ... 91
72. Analisis ragam serapan K pada daging umbi. ... 92
73. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan N pada kulit umbi tanaman. ... 92
74. Uji homogenitas serapan N pada kulit umbi. ... 93
75. Analisis ragam serapan N pada kulit umbi. ... 93
76. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan P pada kulit umbi. ... 94
77. Uji homogenitas serapan P pada kulit umbi. ... 94
78. Analisis ragam serapan P pada kulit umbi. ... 95
79. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan K pada kulit umbi. ... 95
80. Uji homogenitas serapan K pada kulit umbi. ... 96
81. Analisis ragam serapan K pada kulit umbi. ... 96
82. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan N pada umbi total ... 97
83. Uji homogenitas serapan N pada umbi total. ... 97
84. Analisis ragam serapan N pada umbi total. ... 98
85. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan P pada umbi total. ... 98
86. Uji homogenitas serapan P pada umbi total. ... 99
88. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan K pada umbi total. ... 100
89. Uji homogenitas serapan K pada umbi total. ... 100
90. Analisis ragam serapan K pada umbi total. ... 101
91. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan N pada daun tanaman. ... 101
92. Uji homogenitas serapan N pada daun. ... 102
93. Analisis ragam serapan N pada daun. ... 102
94. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan P pada daun tanaman. ... 103
95. Uji homogenitas serapan P pada daun. ... 103
96. Analisis ragam serapan P pada daun. ... 104
97. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan K pada daun tanaman. ... 104
98. Uji homogenitas serapan K pada daun. ... 105
99. Analisis ragam serapan K pada daun. ... 105
100. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan N pada batang tanaman. ... 106
101. Uji homogenitas serapan N pada batang. ... 106
102. Analisis ragam serapan N pada batang. ... 107
103. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan P pada batang tanaman ... 107
104. Uji homogenitas serapan P pada batang. ... 108
105. Analisis ragam serapan P pada batang. ... 108
106. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan K pada batang tanaman. ... 109
107. Uji homogenitas serapan K pada batang. ... 109
109. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap serapan N pada brangkasan ubikayu. ... 110
110. Uji homogenitas serapan N pada brangkasan ubikayu. ... 111
111. Analisis ragam serapan N pada brangkasan ubikayu. ... 111
112. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan P pada brangkasan ubikayu ... 112
113. Uji homogenitas serapan P pada brangkasan ubikayu. ... 112
114. Analisis ragam serapan P pada brangkasan ubikayu. ... 113
115. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan K pada brangkasan ubikayu. ... 113
116. Uji homogenitas serapan K pada brangkasan ubikayu. ... 114
117. Analisis ragam serapan K pada brangkasan ubikayu. ... 114
118. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada tanaman ubikayu. ... 115
119. Uji homogenitas serapan N pada tanaman ubikayu. ... 115
120. Analisis ragam serapan N pada tanaman ubikayu. ... 116
121. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan P pada tanaman ubikayu... 116
122. Uji homogenitas serapan P pada tanaman ubikayu. ... 117
123. Analisis ragam serapan P pada tanaman ubikayu. ... 117
124. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan K pada tanaman ubikayu. ... 118
125. Uji homogenitas serapan K pada tanaman ubikayu. ... 118
126. Analisis ragam serapan K pada tanaman ubikayu. ... 119
127. Analisis biaya pengeluaran akibat pupuk (subsidi). ... 119
129. Analisis biaya pengeluaran akibat pupuk (nonsubsidi eceran). 120
130. Uji ekonomis penggunaan pupuk Organonitrofos dengan kombinasinya dengan pupuk kimia harga nonsubsidi eceran
terhadap tanaman ubikayu. ... 121
131. Analisis biaya pengeluaran akibat pupuk (nonsubsidi grosir). 121
132. Uji ekonomis penggunaan pupuk Organonitrofos dengan kombinasinya dengan pupuk kimia harga nonsubsidi grosir
terhadap tanaman ubikayu. ... 122
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan. ... 21
2. Penurunan kandungan C-organik pada lahan tanaman
Ubikayu. ... 30
3. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk
kimia terhadap tinggi tanaman ubikayu. ... 33
4. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot umbi basah tanaman ubikayu. ... 35
5. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot umbi kering tanaman ubikayu. ... 36
6. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot brangkasan basah tanaman ubikayu. ... 38
7. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
terhadap bobot brangkasan kering tanaman ubikayu. ... 40
8. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ubikayu yang merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung.
Ubikayu memiliki banyak manfaat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis bahan
makanan. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini ubikayu
mulai dikenalkan sebagai salah satu sumber energi alternatif dalam bentuk
bioetanol.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2013), total produksi ubikayu di
Indonesia pada tahun 2012 mencapai 24.177.372 ton dengan luas lahan 1.129.688
ha setara dengan 21 ton ha-1tahun-1, sedangkan total produksi ubikayu di Provinsi Lampung pada tahun 2012 mencapai 8.387.351 ton dengan luas panen sebesar
324.749 ha, itu artinya produksi ubikayu di Provinsi Lampung sebesar 26 ton ha-1 tahun-1. Menurut data Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslittan, 2013) rataan hasil dari ubikayu varietas UJ-5 dapat mencapai 25-38 ton
ha-1. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat produksi di Indonesia belum optimal bahkan tergolong rendah, mengingat banyaknya kebutuhan akan ubikayu di
Indonesia baik dalam hal olahan pangan maupun industri maka produksi ubikayu
2
Salah satu kendala yang dihadapi dalam usaha meningkatkan produksi ubikayu di
provinsi Lampung adalah jenis tanahnya yaitu Tanah Ultisol. Tanah Ultisol
mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan
Indonesia (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Beberapa kendala yang umum pada
Tanah Ultisol adalah tanah asam, pH rata-rata < 4,50; kejenuhan Al tinggi, miskin
kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik
rendah; selanjutnya kandungan hara pada Tanah Ultisol umumnya rendah karena
pencucian basa berlangsung intensif, dan kandungan bahan organik rendah karena
proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi (Prasetyo dan
Suriadikarta, 2006).
Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi kendala dari Tanah Ultisol adalah
dengan cara intensifikasi atau mengoptimalkan lahan yang sudah ada agar hasil
pertanian dapat terus meningkat. Salah satu cara intensifikasi yaitu melalui
pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan baik dengan menggunakan pupuk
kimia, pupuk organik maupun kombinasi antara keduanya. Pemupukan dapat
menjadi solusi untuk penambahan unsur hara terhadap Tanah Ultisol yang miskin
kandungan hara.
Pupuk kimia banyak digunakan oleh petani bahkan petani beranggapan bahwa
pemakaian pupuk organik tidak diperlukan. Padahal pemakaian pupuk kimia
secara terus menerus dapat merusak sifat fisik dan kimia tanah, dan tanah sangat
memerlukan bahan organik. MenurutAtmojo (2003), bahan organik penting
dalam menunjang produksi tanaman dan sekaligus mempertahankan kondisi lahan
3
Oleh karena itu kekurangan tersebut dapat diatasi dengan mengkombinasikan
pupuk kimia dengan pupuk organik. Pupuk Organonitrofos merupakan salah satu
bentuk pupuk organik. Pupuk Organonitrofos terbentuk dari proses pengomposan
kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang ditambahkan mikroba penambat N dan
pelarut P (Nugroho dkk., 2012; 2013). Pupuk Organonitrofos dengan kombinasi
campuran 80 % kotoran sapi dan 20 % batuan fosfat lebih baik dibandingkan
kombinasi lainnya (Nugroho dkk., 2012). Dengan demikian pemberian pupuk
Organonitrofos ini diharapkan mampu meningkatkan produksi ubikayu dan
mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
Telah dilakukan percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian pupuk
organonitrofos terhadap tanaman jagungyang dilakukan oleh Deviana (2013),
bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1adalah kombinasi pupuk terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.
Penelitian pengaruh pemberian Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk
kimia terhadap tanaman ubikayu juga telah dilakukan oleh Maulidia di lahan yang
sama pada musim tanam pertama tahun 2013(Maulidia, 2013). Berdasarkan hasil
percobaan lapang di musim tanam pertama bahwapemberian kombinasi pupuk
Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1mampu meningkatkan
produksi umbi dan serapan hara NPK pada tanaman ubikayu (Maulidia, 2013).
4
produksi umbi dan serapan hara NPK dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya
pada tanaman ubikayu pada musim tanam kedua.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk menguji perlakuanurea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkan pertumbuhan, serapan hara NPK dan produksi umbi tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya
pada tanaman ubikayu di musim tanam kedua.
2. Menetapkan kombinasi dosis pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia
yang paling efisien dan efektif terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK dan
produksi tanaman ubikayu (Manihot esculentaCrantz) pada musim tanam
kedua.
1.3 Kerangka Pemikiran
Pemberian pupuk sangat berpengaruh baik bagi tanaman maupun tanah, hal ini
merupakan salah satu solusi untuk menangani masalah tanah Ultisol. Penggunaan
pupuk dimaksudkan untuk mengganti unsur hara bagi media atau tanah serta
merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman (Roesmarkam dkk., 2002). Murbandono (1990) menyatakan
bahwa terdapat 2 jenis pupuk yang sudah dikenal yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri
ataupabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam
5
Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus telah memberikan efek
buruk bagi tanah. Kerusakan tanah yang terjadi berupa rusaknya sifat fisik, kimia
dan biologi tanah yang akan berdampak pada menurunnya kesuburan tanah.
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan oleh penggunaan pupuk nitrogen
buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Lestari, 2009).
Perbaikan kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia dapat diatasi dengan
penggunaan pupuk organik. Salah satu pupuk organik yang sedang
dikembangkan yaitu pupuk Organonitrofos. Nugroho dkk., (2012;2013)
merancang sebuah pupuk organik baru yaitu pupuk organomineral NP
(Organonitrofos) yang merupakan pupuk alternatif berbasis bahan organik. Pupuk
tersebut terbentuk dari kotoran sapi segar (fresh manure) yang dikombinasikan
dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (rock phosphate) (Nugroho, dkk.,
2012) serta melibatkan mikroba penambat N (N-fixer) dan pelarut fosfat
(P-solubilizer) untuk dapat mensuplai kebutuhan unsur hara N dan P (Nugroho
dkk., 2013). Prototypepupuk Organonitrofos ini mengandung C-organik 14,93%;
N-organik 2,64%; P-total 4,91%; dan P-terlarut 1,66% (Nugroho dkk., 2012).
Ubikayu mengangkut hara yang tinggi dari dalam tanah. Menurut Roy dkk.
(2006), apabila ubikayu menghasilkan 37 ton ha-1umbi basah, maka akan
mengangkut unsur hara sebanyak 198 kg N, 70 kg P2O5, 220 kg K2O, 47 kg MgO,
143 kg CaO, dan 19 kg S ha-1. Oleh karena itu menurut Wargiono dan Tuherkih, (1988) pemupukan terhadap ubikayu perlu dilakukan setiap musim tanam dengan
6
Hasil pengamatan terhadap penerapan paket teknologi budidaya ubikayu di
Lampung Utara menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dengan dosis
200 kg urea ha-1; 150 kg SP36 ha-1; 100 kg KCl ha-1dan 5.000 kg pupuk kandang ha-1menghasilkan pertumbuhan (tinggi tanaman dan diameter batang) yang lebih baik dibandingkan dengan petani non kooperator yang tidak menerapkan
teknologi pemupukan (tanpa pupuk organik, pupuk anorganik minimum) (BPTP
Lampung, 2004). Adapun menurut Departemen Pertanian (2006), dosis pupuk
yang berimbang untuk budidaya ubikayu adalah 5-10 ton ha-1pupuk organik, 150-200 kg ha-1urea, 100 kg ha-1SP36, dan 100-150 kg ha-1KCl.
Telah dilakukan percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian pupuk
organonitrofos terhadap tanaman jagungyang dilakukan oleh Deviana (2013),
menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1meningkatkan tinggi tanaman dan bobot pipilan (7,65 ton ha-1).
Dalam penelitian Anjani (2013), pemberian pupuk Organoniotrofos dengan dosis
5000 kg ha-1menunjukkan pertumbuhan serta produksi tanaman tomat tertinggi. Selanjutnya diikuti kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia dengan
dosis urea 100 kg ha-1, SP36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 2000 kg ha-1mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Anjani (2013)
menambahkan pada dosis yang sama (urea 100 kg ha-1, SP 36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 2000 kg ha-1) bobot buah segar dan bobot kering tanaman juga meningkat bila dibandingkan dengan kontrol maupun pemupukan
7
Hasil penelitian pada musim tanam pertama dengan tanaman ubikayu dilakukan
oleh Maulidia (2013), menunjukan bahwa dari berbagai kombinasi dosis pupuk
kimia dengan pupuk Organonitrofos, dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkan produksi umbi dan serapan hara NPK tertinggi pada tanaman ubikayu dibandingkan kombinasi pupuk
lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
melihat perbandingan pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman ubikayu
pada musim tanam pertama dan musim tanam kedua, serta untuk mengetahui
apakahperlakuan urea100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1,
Organonitrofos 1.000 kg ha-1mampu meningkatkan produksi umbi dan serapan hara NPK dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya pada tanaman ubikayu
musim tanam kedua.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Perlakuan urea100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1,
Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkanpertumbuhan, produksi umbi dan serapan hara NPK tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya pada
tanaman ubikayu di musim tanam kedua.
2. Terdapat kombinasi dosis pupuk organonitrofos dengan pupuk kimia yang
paling efisien serta efektif terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK dan
produksi tanaman ubikayu (Manihot esculentaCrantz) pada musim tanam
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Ultisol
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh
penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman
tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini
mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah
ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti
Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka
terhadap erosi (Sri Adiningsih dan Mulyadi, 1993).
Reaksi Tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10),
kecuali dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH
6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada dari granit,sedimen, dan tufa tergolong
rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50cmol kg-1, 6,11−13,68 cmolkg-1, dan 6,10−6,80cmol kg-1, sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi >17 cmol kg-1(Prasetyo dkk., 2000; 2005).
Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), kandungan hara pada Tanah Ultisol
umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan
9
sebagian terbawa erosi. Pada yang mempunyai horizon kandik, kesuburan
alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit
pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah,
sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik
dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas dapat dilakukan
melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik.
2.2 Tanaman ubikayu (Manihot esculentaCrantz)
Ketela pohon (ubi kayu) berasal dari Benua Amerika, Brasil (Darjanto dan
Murjati, 1980; Purwono dan Purnamawati, 2008). Ubi kayu diantaranya dikenal
dengan nama cassava (Inggris), ketila, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih
(Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistungkel
(Ambon), kasapen, sampeu, huwi dangdeur, huwi jendral, ubikayu (Sunda), bolet,
kasawe, tela pohung, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral (Jawa), blandong,
manggala menyok, puhung, pohong, sawe, sawi (Madura), kesawi, ketela kayu,
sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorongtalo, Baree, Padu), lame kayu (Makasar),
lame aju (Bugis, Majene), kasibi (Ternate, Tidore) (Purwono dan
Purnamawati,2008).
Menurut Prihandana dkk., (2007) tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai
berikut KingdomPlantae(Tumbuhan), DivisiSpermatophyta(Tumbuhan
berbiji), SubdivisiAngiospermae(Berbiji tertutup), KelasDycotiledoneae
(berkeping dua), OrdoEuphorbiales, FamiliEuphorbiaceae, GenusManihot, dan
10
Ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau
getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi pada
bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan
yang tinggi. Batang ubikayu panjang (tingginya sekitar 1-5 m, tergantung
varietas), bulat (diameter bervariasi bedasarkan umur, sekitar 3-6 cm) dan lurus,
serta berbuku, warna batang biasanya bervariasi dari merah kecoklatan sampai
hijau, daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai
telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-11 lembar
(Balagopalan dkk., 1988).
Umbi ubikayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif, daunnya menjari,
batangnya berbuku-buku, setiap buku batang terdapat tunas (Purwono dan
Purnamawati, 2008). Ubi kayu dapat menghasilkan 5-20 umbi akar (Suwarto,
2005). Umbi ubikayu terdiri dari kulit luar 0,5-2 % dan kulit dalam antara
8-15% dari bobot seluruh umbi, dengan sebagian besar umbi ubikayu terdiri dari
karbohidrat sebanyak 30-36% tergantung dari varietas dan umur panen (Gafar,
1991).
Ubikayu umumnya ditanam di lahan kering yang sebagian besar kurang subur
(Balitkabi, 2005). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ini antara 1500-2500
mm tahun-1, kelembaban udara optimal antara 60-65%, suhu udara minimal 10oC (jika kurang, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kerdil karena
pertumbuhan bunga kurang sempurna), dan membutuhkan sinar matahari sekitar
11
Ubikayu membutuhkan banyak Kalium untuk pertumbuhannya (Darjanto dan
Murjati, 1980). Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya
ubikayu berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8 (Purwono dan Purnamawati,
2008). Ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan ubikayu antara 10-700
m dpl dengan toleransi antara 10-1500m dpl (Purwono dan Purnamawati, 2008).
Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu
dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah
maupun beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman
tiap fase pertumbuhan. Pada umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki
tipe iklim C, D, dan E (Wargiono dkk., 1996).
Menurut Yuniwati (2007), pemupukan dan jarak tanam mempengaruhi hasil
biomassa dan hasil ubikayu. Jarak tanam dan pemupukan yang memberikan
perlakuan terbaik adalah jarak tanam 1,0 x 0,8 m dan dosis pemupukan 400-500
kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1dan 100 kg KCl ha-1.
Pada tanaman ubikayu hara P dan K sangat diperlukan dalam pembentukan umbi.
Pemupukan P dengan dosis SP36 75 kg ha-1meningkatkan jumlah umbi per tanaman, besar umbi, panjang umbi dan hasil umbi, namun hasil umbi yang
diperoleh masih sangat rendah (sekitar 20 t ha-1) jauh di bawah potensinya sekitar 40 t ha-1. Selain itu, pemupukan KCl 100 kg ha-1dapat meningkatkan serapan hara K hingga mencapai 74% bila diberikan bersama pupuk P dengan dosis SP36
75 kg ha-1, tetapi tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan komponen hasil umbi. Kadar N, S, dan Fe dalam tanaman yang hanya berharkat rendah diduga
12
Menurut Balitkabi (2000), peningkatan takaran pupuk KCl dari 0 sampai 500 kg
ha-1diikuti oleh peningkatan hasil, jumlah dan ukuran umbi. Pola peningkatan ketiga peubah tersebut membentuk pola kuadratik dan mencapai maksimum pada
takaran 100 kg KCl ha-1. Lebih lanjut menurut Kamal (2009), aplikasi K dengan dosis yang tinggi (300-400 kg KCl ha-1) tidak cukup efektif untuk menstimulasi pertumbuhan umbi dan kandungan pati dalam ubikayu tanpa peningkatan sumber
pertumbuhan.
2.3 Organonitrofos (Organomineral NP)
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara
lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. Bentuk dari pupuk organik ini
dapat berupa padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi (Balittanah,
2004).
Nugroho dkk., (2012) telah mengembangkan pupuk organomineral NP
(Organonitrofos) dengan bahan baku kotoran sapi (fresh manure) yang
dikombinasikan dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (BF) yang
dimaksudkan selain menyediakan unsur N juga unsur P yang memadai. Selain itu
juga dilibatkan aktivitas mikroba yang dapat meningkatkan peningkatan N2
(N2-fixer) dan pelarut fosfat (P-solubilizer) melalui inokulasi ke dalam bahan
campuran FM+BF. Kedua bahan baku (FM dan BF) bersumber dari sumberdaya
lokal yang cukup melimpah di Provinsi Lampung, sehingga harga pupuk alternatif
13
Bahan baku pupuk Organonitrofos ialah kotoran sapi yang merupakan sumber
daya potensial di Provinsi Lampung. Menurut Triolanda (2011), di Provinsi
Lampung industri penggemukan sapi dapat menyediakan kotoran sapi segar
mencapai 576.700 t tahun-1yang dapat menjadi bahan baku potensial untuk pembuatan pupuk organik. Batuan fosfat juga tersedia melimpah di Provinsi
Lampung, antara lain Kecamatan Silagai Lingga Lampung Tengah yang dapat
ditambang dan dimanfaatkan sebagai pupuk P alam.
Adapun pupuk kandang sapi mengandung: 39,1% C; 1,87% N; 0,56% P;
1,09% K; 0,57% Ca; 0,23% Mg (Howeler dan Phien, 2008). Pengaruh bahan
organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran
kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap
keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif
sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KTK). Bahan organik
memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah.Sekitar 20–70%
kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh:
Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah
(Stevenson, 1982).
Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melaui
proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P
yang terfiksasi. Menurut Stevenson (1982), ketersediaan P di dalam tanah dapat
ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi yaitu melalui
14
organik atau khelat yang dihasilkan dari proses dekomposisi membantu pelarutan
fosfat yang terikat oleh Al dan Fe,
Al (Fe)(H2O)3(OH)2H2PO4+ Khelat PO42-(larut) + AL-Fe Khelat Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan dekomposisi bahan organik asli
tanah. Terbentuknya kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar
dan lebih tersedia bagi tanaman, karena jerapan bahan organik yang lebih lemah
terhadap fosfat.
2.4 KombinasiPupukOrganik dan Kimia terhadap Tanaman Ubikayu
Pupuk organik-anorganik adalah campuran pupuk organik dan pupuk anorganik
(kimia). Kita harus mulai mempopulerkan penggunaan pupuk campuran
organik-anorganik karena kenaikan harga pupuk dan pencemaran yang diakibatkan oleh
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Petani dapat menyiapkan sendiri
pupuk organik-anorganik dengan tujuan mengurangi biaya produksi.
Pemupukan dengan cara kombinasi ini akan memberikan keuntungan, antara lain:
(1) menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap; (2) menyediakan
semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang; (3) mencegah kehilangan hara
karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi; (4)
membantu dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada aras
tertentu; (5) residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman
berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah; (6) lebih
ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang jauh karena setiap unit volume
15
lebih banyak; (7) membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah
(Sutanto, 2002).
Telah dilakukan percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian pupuk
Organonitrofos terhadap tanaman jagungyang dilakukan oleh Deviana (2013),
menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman dan bobot pipilan terbaik (7,65 ton ha-1).
Penelitian Christine (2013) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Organonitrofos
5000 kg ha-1menghasilkan tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot buah basah, dan jumlah buah tanaman cabai tertinggi; selanjutnya perlakuan kombinasi dosis 400
kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2000 kg Organonitrofos ha-1 menunjukkan bobot berangkasan tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan pupuk Organonitrofos tunggal maupun pupuk kimia tunggal.
Hasil penelitian Maulidia (2013) pada tanaman ubikayu di musim tanam pertama
menunjukkan bahwa perlakuan urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1mampu menghasilkan produksi umbi dan serapan hara NPK tertinggi tanaman ubikayu. Kombinasi pupuk organik dan
anorganik tersebut mampu menghasilkan bobot brangkasan yang tinggi diikuti
16
2.5 Efektivitas Pemupukan
Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI No.70/PERMENTAN/SR.140/10/2011,
uji efektivitas pupuk organik adalah kegiatan uji lapang atau rumah kaca untuk
mengetahui pengaruh dari pupuk organik terhadap pertumbuhan dan atau
produktivitas tanaman, efisiensi pemupukan, atau peningkatan kesuburan tanah.
Sedangkan tolak ukur efektivitas yang digunakan ialah pertumbuhan tanaman,
hasil tanaman, mutu tanaman, peningkatan serapan hara tanaman, perbaikan
kesuburan tanah, efisiensi pupuk anorganik.
Adapun kriteria uji efektivitas pupuk organik secara teknis atau agronomis
dilakukan dengan perhitunganRelative Agronomic Effectiveness(RAE). Menurut
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/ SR.140/10/2011
meliputi, (1) perlakuan pupuk yang diuji secara statistik sama dengan perlakuan
standar atau mempunyai RAE≥ 100%, atau (2) perlakuan pupuk yang diuji lebih
baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa pemupukan) pada taraf nyata
5% atau mempunyai RAE > 100%, (3) perlakuan pupuk yang diuji lebih efisien
dibandingkan perlakuan standar.
Hasil penelitian Maulidia (2013) pada perlakuan keempat dengan dosis urea 100
kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1telah memenuhi kriteria lulus uji efektivitas pupuk organik secara agronomis, meliputi
(1) produksi umbi yang dihasilkan secara statistik mempunyai RAE≥ 100%, yaitu
sebesar 301%, (2) produksi umbinya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
kontrol (tanpa pemupukan) pada taraf 5%, (3) lebih efisien dibandingkan dengan
17
Deviana (2013) menyatakan bahwa nilai RAE tertinggi pada bobot pipilan kering
jagung dan biomass total terdapat pada perlakuan 150 kg urea ha-1+ 50 kg SP-36 ha-1+ 100 kg KCl ha-1+ 1000 kg Organonitrofos ha-1, sesuai dengan uji statistik bobot pipilan kering dan bobot berangkasan tanaman tertinggi juga pada
perlakuan 150 kg urea ha-1+ 50 kg SP36 ha-1+ 100 kg KCl ha-1+ 1000 kg Organonitrofos ha-1. Hasil ini menunjukkan aplikasi pupuk Organonitrofos yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik mampu menunjang pertumbuhan serta
produksi tanaman jagung sehingga dalam pengaplikasian, pupuk anorganik dapat
dikombinasikan dengan pupuk Organonitrofos.
2.6 Efisiensi Pupuk
Efisiensi pupuk dapat diketahui dengan melakukan uji ekonomis. Uji ekonomis
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui penerimaan dan pengeluaran
karena penggunaan input pada produksi tanaman. Perhitungan yang dilakukan
terhadap hasil ubikayu ialah dengan membandingkan hasil panen ubikayu secara
ekonomi dengan pengeluaran akibat penggunaan input (Ismono, 2013). Uji
ekonomis ini perlu dilakukan untuk mengetahui perlakuan mana yang paling
menguntungkan secara ekonomis atau perlakuan mana yang mengeluarkan biaya
paling sedikit tetapi memiliki produksi tertinggi.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI No.69/PERMENTAN/SR.130/11/2012,
18
Menurut Maulidia (2013) dari hasil penelitian tanaman ubikayu yang telah
dilakukan pada musim tanam pertama, perlakuan dengan dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1memiliki nilai rasio > 1 yang artinya input yang diuji memiliki nilai ekonomis yang baik
terhadap budidaya ubikayu. Pada tanaman jagung berdasarkan hasil penelitian
19
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pada musim tanam pertama penelitian dilakukan oleh Maulidia (2013) di
Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada 5o22'10"LS dan 105o14'38"BT dengan ketinggian 146 m dpl dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung dari bulan Maret 2012 sampai dengan Februari 2013.
Penelitian pada musim tanam kedua ini juga dilaksanakan di lahan yang sama
dengan musim tanam pertama, analisis tanah dan tanaman dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini
telah dilaksanakan dari bulan Maret 2013 hingga Februari 2014.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman singkong
varietas UJ-5, pupuk Organonitrofos, pupuk urea, KCl, dan SP36, serta
bahan-bahan lain untuk analisis laboratorium tanah dan tanaman.
Alat-alat yang digunakan cangkul, meteran, alat tulis, neraca digital, oven, cutter,
20
3.3 Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap. Percobaan tersebut
terdiri dari 6 perlakuan (Tabel 1). Petak percobaan yang digunakan sebanyak 18
petak yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 ulangan dan luas masing-masing
[image:42.595.115.511.278.391.2]petak yaitu 3 x 3 m.
Tabel 1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan.
Perlakuan Dosis (kg ha
-1 )
Urea SP36 KCl Organonitrofos
T1 (Kontrol) - - -
-T2 200 300 400
T3 150 100 300 500
T4 100 100 200 1.000
T5 50 50 200 2.000
T6 - - - 5.000
Terhadap data yang didapat kemudian dilakukan homogenitas data dengan uji
Bartlett, sifat aditifitas data dengan uji Tukey, analisis ragam, dan uji lanjut
dengan BNT 5%. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara serapan
N, P dan K dengan pertumbuhan dan produksi tanaman ubikayu.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa langkah yaitu sebagai berikut :
3.4.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan
Lahan percobaan ini sebelumnya telah digunakan untuk percobaan
lapang tanaman ubikayu di musim tanam pertama. Pengolahan tanah
21
dicangkul dan digaru untuk memperbaiki struktur tanahnya. Satu plot
lahan berukuran 3 x 3 m.
T
U S
B
v
[image:43.595.148.519.139.351.2]Keterangan: T (perlakuan), U (ulangan) Gambar 1. Tata letak percobaan di lapangan
3.4.2 Pembuatan Guludan
Setelah dilakukan olah tanah, selanjutnya dibuat guludan. Dalam satu
plot lahan dengan ukuran 3 x 3 m terdapat 4 guludan. Jarak antar
guludan yang digunakan ialah 1 m.
3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos
Setelah dibentuk guludan, kemudian di dalam guludan tersebut
dimasukkan pupuk Organonitrofos sesuai dengan dosis perlakuan.
Kemudian guludan ditutup tanah kembali. Pupuk Organonitrofos
diaplikasikan hanya sekali, yaitu sebelum penanaman tanaman ubikayu.
T6U1
T3U1 T4U1 T3U2 T4U3 T2U2 T6U2
T1U1 T5U2 T3U3 T2U1 T5U3
22
3.4.4 Penanaman Stek
Stek ditanam di atas guludan dengan sedikit kemiringan. Hal ini
bertujuan agar akar lebih banyak dan lebih mudah tumbuh. Adapun
jarak tanam stek adalah 50cm di dalam guludan.
3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia
Aplikasi pupuk kimia dilakukan dua kali, yang pertama setelah
penanaman stek ubikayu dan kedua setelah tanaman berusia 4 bulan.
Aplikasi pertama yaitu pupuk SP36, KCl, dan setengah dosis pupuk
urea. Aplikasi kedua yaitu setengah dosis pupuk urea.
3.4.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak turun hujan.
Apabila turun hujan penyiraman selanjutnya dilakukan hingga
tanah cukup kering. Penyiraman menggunakan selang yang
terhubung dengan pompa air.
2. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilaksanakan apabila keberadaan gulma telah
mencapai ambang kerusakan tanaman.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan saat tanaman mencapai usia 3 Bulan
Setelah Tanam (3 BST). Pembumbunan bertujuan untuk menutupi
23
3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman
Pengambilan sampel tanaman dilakukan saat umur tanaman 4 bulan
dan 7 bulan setelah tanam pada masing-masing perlakuan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mencabut secara hati-hati akar
tanaman sehingga didapatkan umbi dan akar yang hampir utuh.
Pengambilan sampel akar tanaman bertujuan untuk melihat
perkembangan umbi.
3.4.8 Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil pada tiap perlakuan dan dari 3 ulangan, sehingga
terdapat 18 sampel tanah, sampel tanah dimbil setelah pemanenan
ubikayu (3 hari setelah panen).
3.4.9 Panen
Panen dilakukan dengan mencabut tanaman ubikayu secara hati-hati.
Panen dilakukan pada saat usia tanaman mencapai 10 bulan setelah
tanam.
3.4.10 Analisis di Laboratorium
Analisis di laboratorium dilakukan pada tanah dan tanaman. Pada
analisis tanaman dilakukan analisis serapan hara NPK terhadap batang
24
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan utama yang diamati pada penelitian ini adalah:
3.5.1 Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap satu bulan sekali dengan
cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai titik
tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm)
dengan jumlah sampel tanaman 8 sampel pada tiap plot.
3.5.2 Bobot Berangkasan dan Umbi (Basah dan Kering)
Bobot berangkasan dan bobot umbi basah diamati setelah panen, yaitu
pada usia 8 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan brangkasan dan
bobot umbi kering dilakukan setelah proses pengovenan selama 3x24
jam pada suhu 70oC. Bobot kering umbi dan brangkasan selanjutnya digunakan untuk perhitungan serapan hara NPK.
3.5.3 Analisis Jaringan Tanaman
Analisis tanaman dilakukan setelah pemanenan, sampel tanaman
dioven dan digiling untuk menetapkan unsur N, P, K yang terangkut
melalui panen.
3.5.4 Analisis Tanah
Pada penelitian ini dilakukan analisis tanah sebanyak dua kali, yaitu
pada saat sebelum penanaman dan setelah panen. Analisis tanah awal
merupakan hasil analisis tanah akhir pada musim tanam pertama.
Sampel tanah dikering anginkan dan disaring hingga lolos ayakan
2 mm lalu dilakukan analisis di laboratorium yaitu N-total (metode
25
(Electrode hidrogen), dan C-organik (metodeWalkey and Black).
3.5.5 Analisis Pupuk Organonitrofos
Analisis pupuk dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur hara
pada pupuk organik yang dilakukan pada percobaan ini. Analisis yang
dilakukan terhadap pupuk tersebut meliputi analisis pH, % C-organik,
N total, P tersedia, K total.
3.5.6 Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara serapan N, P
dan K dengan pertumbuhan dan produksi tanaman ubikayu. Uji
korelasi yang dilakukan ialah serapan hara NPK terhadap tinggi
tanaman 20 MST, bobot basah umbi dan bobot kering brangkasan
tanaman.
3.5.7 Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos
RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan
pupuk yang sedang diuji dengan kenaikan hasil pada pupuk standar
dikalikan 100% (Mackay dkk., 1984). Uji efektivitas dihitung dengan
menggunakanRelative Agronomic Effectiveness(RAE) dengan
rumus:
RAE =
D
–KS–K× 100%
Keterangan :
D : Produksi ubikayu yang di pupuk (kg ha-1) K : Produksi pada kontrol (kg ha-1)
26
Nilai RAE≥100% maka pupuk yang diuji efektif dibandingkan
perlakuan standar.
3.5.8 Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos
Uji ekonomis dilakukan dengan perhitungan index rasio penerimaan
dan pengeluaran pupuk. Soekartawati (1995) menyatakan bahwa R/C
adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya usaha tani
(benih/bibit, pupuk, pestisida/herbisida, tenaga kerja, pengolahan tanah,
pemeliharaan dan panen).
R =P x Q C
Keterangan : R = Nisbah penerimaan terhadap pengeluaran pupuk P = Harga produksi ubikayu (Rp kg-1)
Q = Jumlah produksi ubikayu (Kg ha-1) C = Usaha tani (Rp ha-1)
Namun, pada penelitian ini C (cost) biaya pupuk yang dihitung,
sedangkan biaya lainnya diasumsikan sama untuk seluruh perlakuan.
Apabila nilai R berdasarkan perhitungan tersebut > 1 maka pupuk yang
diuji memiliki nilai ekonomis yang baik atau nilai R yang lebih tinggi
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :
1. Pemberian pupuk organonitrofos serta kombinasinya dengan pupuk kimia
dengan dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1,
Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkan produksi dan serapan hara N dan K tertinggi pada tanaman ubikayu dibandingkan kombinasi pupuk lainnya di
musim tanam kedua.
2. Rekomendasi dosis pupuk urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1bersifat efektif dibandingkan perlakuan lainnya berdasarkan agronomis tanaman dengan nilai RAE sebesar 143,05%.
3. Serapan hara N dan K berkorelasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
ubikayu, sedangkan serapan P hanya berkolerasi terhadap pertumbuhan tetapi
tidak berkolerasi dengan produksi tanaman ubikayu.
5.2 Saran
Perlu dosis yang lebih tinggi untuk perlakuan urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1, karena hasil analisis tanah
menunjukkan penurunan kandungan unsur hara dari awal pembukaan lahan
57
tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut pada jenis tanah dan lokasi yang berbeda untuk melihat efektivitas
pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap
58
PUSTAKA ACUAN
Anjani, D. J. 2013.Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculantum nill.) di Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 80 hlm.
Atmojo, S. W. 2003.Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan upaya pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 36 hlm.
Balagopalan, C., G. Padmaja, S. K. Nanda and S. N. Moorthy. 1988. Cassava in Food, Feed and Industry.Florida. CRC Press, Inc. 205p.
Balitkabi. 2000.Perbaikan teknologi budidaya ubikayu. Laporan Tahunan Balitkabi 1999/2000.Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi umbian. Malang. 169 hlm.
Balitkabi. 2005.Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang. 36 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2005.Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 136 hlm.
BPS. 2013. Data Produktivitas Ubikayu Indonesia pada tahun
2012 (http://www. bps. go. id). Diakses pada 23 November 2013.
BPTP Lampung. 2004.Kajian Agribisnis Ubikayu di Provinsi Lampung.
Laporan Tahunan BPTP Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Lampung. 6 hlm.
Christine, B. 2013.Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit Kathur (Capsicum frutescens) pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 75 hlm.
Cook G.W. 1985. Potassium in the Agricultural System of the Humid Tropics.
59
Dahlan, M., Mulyati, dan N. W. D. Dulur. 2008. Studi aplikasi pupuk organik dan anorganik terhadap perubahan beberapa tanah Entisol.Jurnal Agroteksos. 18: 20-26
Darjanto dan Murjati. 1980.Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 84 hlm.
Departemen Pertanian. 2006. Ubikayu (http://pphp.deptan.go.id). Diakses pada 15 September 2012.
Dermiyati, J. Antari, S. Yusnaini, dan S. G. Nugroho. 2009. Perubahan Populasi Mikroorganisme Pelarut Fosfat pada Lahan Sawah dengan Sistem Pertanian Intensif menjadi Pertanian Organik Berkelanjutan.J. Tanah Trop.14 (2): 143-148.
Deviana, M. 2014.Pengaruh Pemberian Pupuk Organonitrofos Dan
Kombinasinya Dengan Pupuk Kimia Terhadap Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) di Musim Tanam Ke Dua Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. 75 hlm.
Gafar, P. A. 1991. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kesegaran Ubi Kayu (Manihot esculentaCrantz.) terhadap Kualitas Tepung Yang Dihasilkan.Dinamika Penelitian BIPA2(2): 1-20.
Havlin, J.L. , S.M. Tisdale., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1999.Soil Fertility and Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Inc. 499 pp.
Howeler R.H. 1981.Mineral Nutrition and Fertilization of Cassava. CIAT. Columbia. 50 hlm.
Howeler, R. H and T. Phien. 2008.Integrated nutrient management for more sustainable cassava production in Vietnam. CIAT. Thailand. 38 pp.
Ismono, H. 2013.Uji Ekonomis Pupuk dengan Ratio Pemasukan dan
Pengeluaran Pupuk.Komunikasi Pribadi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 3 Mei 2013.
Ispandi, A. 2003. Pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubikayu di lahan kering vertisol.Ilmu Pertanian10(2): 35-50.
Januwati. M dan J. Pitono. 1998. Pengaruh Pupuk P dan K terhadap Pertumbuhan Tanaman Adas. Balittro Bogor.Warta Tumbuhan Obat Indonesia4(1): 27-28.
60
Kaya, E. 2012. Pengaruh Pupuk Kalium dan Fosfat Terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfat Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) Pada Tanah Brunizem. Universitas Pattimura Ambon.Jurnal Agrologia1(2): 113-118.
Lestari, A. P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan melalui Substitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik.Jurnal Agronomi13(1): 38-44.
Lingga, P. dan Marsono. 2008.Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.
Mackay, A. D., J. K. Syers, P. E. H. Gregg. 1984. Ability of Chemical Extraction Procedures to Assess the Agronomic Effectiveness of Phosphate Rock Materials. New Zealand Journal of Agricultural Research27: 219-230.
Maulidia, O. 2013.Uji Efektivitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman Ubikayu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 84 hlm.
Mengel K. and E.A.Kirkby. 1978.Principles of Plant Nutrition. International Potash Institute. Worblaufen-Beru, Switzerland. 593 hlm.
Murbandono, HS. L. 1990.Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 61 hlm.
Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y.T. Sari, and E. Ayuandari. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP Fertilizer.J. Tanah Trop. 17(2): 121-128.
Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, M.K. Ningsih, and F.Y. Saputri. 2013. Inoculation Effect of N2-Fixer and P-Solubilizer into a Mixture of Fresh Manure and Phosphate Rock Formulated as Organonitrofos Fertilizer on bacterial and Fungal Populations. J. Tanah Trop. 17(2): 75-80.
Nurahmi, E. 2010. Kandungan Unsur Hara Tanah dan Tanaman Selada Pada Tanah Bekas Tsunami Akibat Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.Jurnal Floratek5: 74-85.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah. Jakarta. No. 70/PERMENTAN/SR. 140/10/2011.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2013. Jakarta. No. 69/PERMENTAN/SR. 130/11/2013.
61
Prasetiaswati, N., R. Santoso dan Saleh. 2011. Kelayakan usaha ubikayu sambung randan I pada berbagai dosis pupuk. Hlm 596-603.DalamPrasetyo, B.H., H. Sosiawan, and S. Ritung.Soil of Pametikarata, East Sumba: Its
suitability and constraints for food crop development. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Balitkabi. Malang.. 2000.Indon. J. Agric. Sci. 1(1): 1-9.
Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisol dari bahan volkan andesitic di lereng bawah G. Ungaran.Jurnal Tanah dan Iklim23 : 1−12.
Prasetyo, B. H dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan Tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian25(2): 39-47.
Prihandana, R., K. Noerwijati, P.G. Adinurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi, dan R. Hendroko. 2007.Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 194 hlm.
Purwono dan H. Purnamawati. 2008.Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.
Puslittan. 2013.Deskripsi Ubikayu Varietas UJ-5.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 48 hlm.
Roy, R.N., A. Finck, G.J. Blair and H.I.S. Tandon. 2006.Plant Nutrition for Food Security. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome. 349 hlm.
Roesmarkam A., A. Suryadi, S. Z. Sa’adah, dan Suwono. 2002. Pengaruh Pupuk P, K dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Tadah Hujan. http://www.Bptp-jatim-deptan.go.id. Diakses pada 30 Juli 2012.
Sastro, Y., D. Widianto, dan J. Shiediq. 2006. Sekresi Asam-Asam Organik Oleh aspergillus niger YD 17 yang Ditumbuhkan Dengan Batuan Fosfat.Jurnal BiotaXI (3): 167-175 hlm.
Sevindrajuta. 2012.Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi Terhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor, L.).Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah. Padang. 81 hlm.
Soekartawi. 1995.Teori Ekonomi Produksi.Rajawali Pers. Jakarta. 257 hlm.
62
Stevenson, F. J. 1982.Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reactions. John Wiley and Sons, New York. 443 hlm.
Subandi. 2002.Peranan dan Pengelolaan Hara Kalium untuk Produksi Pangan di Indonesia. Pengukuhan Ahli peneliti Utama di Bandar Lampung, Oktober 2002. 13 hlm.
Subandi. 2011. Pengelolaan hara kalium untuk ubikayu pada lahan kering masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Jurnal tinjauan ilmiah penelitian tanaman palawija. 22: 86-95.
Sutanto, R. 2002.Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan Dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Jakarta 219 hlm.
Sutedjo, M. N. dan A.G. Kartasapuetra. 1988.Pupuk dan Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. 177 hlm.
Suwarto. 2005.Model Pertumbuhan dan Produksi Jagung Dalam Tumpang Sari dengan Ubi Kayu. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 68 hlm.
Triolanda, Y. 2011.Pengaruh ukuran butir batuan fosfat yang dicampurkan dengan kotoran sapi segar terhadap ketersediaan unsur hara N dan P. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 100 hlm.
Wargiono, J., E. Turhekih dan N. Heryani. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Buku 4. Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad (Eds.).Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/ Bogor, 23-25 Agustus 1993. Hal 18-23.
Wargiono, J. dan E. Tukerkih. 1988. Pengaruh nitrogen, kalium, dan mulsa terhadap hasil ubikayu dan tanaman sela.Penelitian Pertanian8(2): 60-63 hlm.