• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz ) DI MUSIM TANAM KE DUA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz ) DI MUSIM TANAM KE DUA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA

DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN

HARA DAN PRODUKSI TANAMAN UBIKAYU

(Manihot esculenta

Crantz ) DI MUSIM TANAM

KE DUA PADA TANAH ULTISOL

GEDUNG MENENG

O l e h

D E B B Y A G S A R I

Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk berbahan baku kotoran sapi segar, batuan

fosfat, mikroorganisme pelarut fosfat (MPF) dan N-fikser yang baru

dikembangkan di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

keefektifan pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia secara

agronomis maupun ekonomis, serta menetapkan dosis terbaik dari kombinasi pupuk

Organonitrofos dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan

produksi tanaman ubikayu (

Manihot esculenta

Crantz) pada musim tanam kedua.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

Tanah Universitas Lampung pada bulan Maret 2012 hingga Februari 2013.

(2)

Debby Agsari

KCl 400 kg ha

-1

), T3 (urea 150 kg ha

-1

, SP36 100 kg ha

-1

, KCl 300 kg ha

-1

,

Organonitrofos 500 kg ha

-1

), T4 (urea 100 kg ha

-1

, SP36 100 kg ha

-1

, KCl 200 kg

ha

-1

, Organonitrofos 1.000 kg ha

-1

), T5 (urea 50 kg ha

-1

, SP36 50 kg ha

-1

, KCl 200

kg ha

-1

, Organonitrofos 2.000 kg ha

-1

), dan T6 (Organonitrofos 5.000 kg ha

-1

)

dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan urea 100 kg ha

-1

,

SP36 100 kg ha

-1

, KCl 200 kg ha

-1

, Organonitrofos 1.000 kg ha

-1

menghasilkan

produksi (bobot umbi), dan serapan hara N dan K tanaman ubikayu lebih tinggi

dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya. Sedangkan pupuk anorganik dengan

dosis urea 200 kg ha

-1

, SP36 300 kg ha

-1

, KCl 400 kg ha

-1

, menghasilkan tinggi

tanaman, dan serapan hara P tertinggi. Berdasarkan perhitungan RAE (

Relative

Agronomic Effectiviness)

dan uji ekonomis perlakuan urea 100 kg ha

-1

, SP36 100

kg ha

-1

, KCl 200 kg ha

-1

, Organonitrofos 1.000 kg ha

-1

memiliki hasil tertinggi dan

paling efektif serta efisien dibandingkan perlakuan lainnya.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Agustus 1992

merupakan anak sulung dari pasangan Bapak Syahroni Yusuf dan Ibu Sahara.

Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Sekolah Dasar Al-Azhar 2

Bandar Lampung (1999-2004). Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Bandarlampung (2004-2007). Sekolah Menengah Atas Negeri

9 Bandarlampung pada tahun (2007-2010). Tahun 2010 penulis diterima sebagai

mahasiswi di Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Ilmu Tanah sebagai

konsentrasi dari perkuliahan.

Pada Juli 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Kebun Percobaan Natar Lampung Selatan. Kemudian

Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bojong, Kecamatan

(8)

Karya Sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayah ku tercinta Syahroni Yusuf, Ibu ku tersayang Sahara, Umi ku terkasih Marlinda Azwar

serta Kakek dan Nenek ku tercinta

yang telah mendukung, mendidik, menjaga, memberikan cinta, kasih, dan segalanya

Adik-adikku Aldiyan Dwi Ramadhan, Destrisya, Cintania Syanda Islami

yang selalu mendukung dan memberikan semangat

Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho, M.Sc. (alm.) yang telah banyak berperan dalam

(9)

BERUSAHA, SABAR dan IKHLAS (Debby Agsari)

Kunci hidup adalah rasa syukur, tidak ada kebahagiaan yang hadir dari keluhan tanpa usaha serta iri dengki yang tak berkesudahan.

(Debby agsari)

Tidak ada manusia yang diciptakan gagal, yang ada hanyalah mereka gagal memahami potensi diri dan gagal merancang kesuksesannya.

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

(10)

vii

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSubhanahuwata’ala

atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan

Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan

Produksi Tanaman Ubikayu (Manihot esculentaCrantz ) di Musim Tanam Kedua

Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu,

dukungan moril, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu

pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu, pengetahuan,

pelajaran, kritik dan saran serta dukungan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Ir. Jamalam Lumbanraja., Ph.D., selaku dosen pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi,

(11)

viii

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan.Sukri Banuwa, M.Si., selaku penguji yang telah

banyak memberikan bimbingan, diskusi, motivasi, ilmu dan kritiknya dalam

penyelesaian skripsi penulis.

6. Ibu Ir. Sri Ramadiana,M.Si., selaku pembimbing akademik, atas segala

bimbingan dan motivasi selama penulis mengikuti kuliah, hingga penulisan

skripsi ini.

7. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,

dan bimbingan yang penulis peroleh selama perkuliahan.

8. Orang tuaku, Bapak Syahroni Yusuf, Ibu Sahara, Ibu Marlinda serta

adik-adikku tercinta yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, perhatian,

pengorbanan, doa dan motivasi di sepanjang hidup penulis.

9. Sahabatku, Harris Oktaviansyah, Restu Yasin Adiputra, Retta Ramadhina,

yang telah bersedia menemani, membantu, memotivasi, menasehati dengan

kasih dan sabar.

10. Sahabat-sahabatku Maya, Eka, Intan Andya, Mesa, Bella Dina, Tiara Dea,

Jesika, Agustia, Afina, Immas, Aulia, Viani, Dian Saputra, Noviaz, Wanda,

Heisa, Florencia, Aji, Novri, Agung, Putu, Jimy, Tabroni, Roki, dan Firstio

atas kesabaran, kesetiaan, keceriaan, semangat, kekeluargaan, nasehat,

motivasi, bantuan dan doa yang tulus pada penulis.

11. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis

berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tanah Ultisol ... 8

2.2 Tanaman Ubikayu (Manihot esculentaCrantz) ... 9

2.3 Organonitrofos (Organomineral NP) ... 12

2.4 Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk Kimia terhadap Ubikayu ... 14

2.5 Efektivitas Pemupukan ... 16

2.6 Efisiensi Pupuk ... 17

III. BAHAN DAN METODE ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Bahan dan Alat ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 20

3.4 Pelaksanaan penelitian ... 20

3.4.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan 20 3.4.2 Pembuatan Guludan ... 21

3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos ... 21

3.4.4 Penanaman Stek ... 21

3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia ... 22

3.4.6 Pemeliharaan ... 22

3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman ... 23

3.4.8 Pengambilan Sampel Tanah ... 23

3.4.9 Panen ... 23

(13)

3.5 Variabel Pengamatan ... 24

3.5.1 Tinggi Tanaman ... 24

3.5.2 Bobot Berangkasan dan Umbi (Basah dan Kering) ... 24

3.5.3 Analisis Jaringan Tanaman ... 24

3.5.4 Analisis Tanah ... 24

3.5.5 Analisis Pupuk Organonitrofos ... ... 25

3.5.6 Uji Korelasi ... 25

3.5.7 Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos ... 25

3.5.8 Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos ... 26

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Sifat Kimia Tanah Awal dan Pupuk Organonitrofos ... 27

4.2 Pengaruh Aplikasi Perlakuan Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah ... 29

4.3 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Ubikayu ... 32

4.4 Produksi Tanaman Ubikayu ... 34

4.5 Serapan Hara Tanaman Ubikayu ... 41

4.5.1 Nitrogen (N) ... 41

4.5.2 Fosfor (P) ... 45

4.5.3 Kalium (K) ... 48

4.6 Uji Korelasi ... 51

4.7 Analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness) ... 52

4.8 Analisis Uji Ekonomis ... 53

V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

PUSTAKA ACUAN ... 58

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan. ... 20

2. Hasil analisis sifat kimia pupuk organonitrofos. ... 27

3. Hasil analisis kimia tanah awal pada akhir musim tanam pertama dan hasil analisis kimia tanah akhir setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

anorganik pada akhir musim tanam kedua. ... 28

4. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman ubi kayu pada

32 MST. ... 34

5. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos Dan pupuk kimia terhadap bobot daun kering tanaman

ubikayu. ... 38

6. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot total brangkasan tanaman

ubikayu. ... 40

7. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara N pada brangkasan

tanaman ubikayu. ... 41

8. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara N pada umbi

tanaman ubikayu. ... 42

9. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara P pada brangkasan

tanaman ubikayu. ... 46

10. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara P pada umbi

(15)

11. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara K pada brangkasan

tanaman ubikayu. ... 49

12. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara K pada umbi

tanaman ubikayu. ... 50

13. Uji korelasi antara serapan NPK dengan pertumbuhan dan

Produksi tanaman ubikayu. ... 52

14. Relative Agronomic Effectiviness(RAE) pada produksi umbi

dan biomass total ubikayu. ... 53

15. Indeks uji ekonomis penggunaan pupuk Organonitrofos dengan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap

tanaman ubikayu. ... 55

16. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 4 MST. ... 64

17. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 8 MST. ... 64

18. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 12 MST. ... 65

19. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 16 MST. ... 65

20. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 20 MST. ... 66

21. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 24 MST. ... 66

22. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 28 MST. ... 67

23. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap tinggi tanaman pada 32 MST. ... 67

24. Uji homogenitas tinggi tanaman ubikayu pada 32 MST. ... 68

(16)

26. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot daging umbi basah tanaman ubikayu. ... 69

27. Uji homogenitas bobot daging umbi basah. ... 69

28. Analisis ragam bobot daging umbi basah. ... 70

29. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot daging umbi kering tanaman ubikayu. ... 70

30. Uji homogenitas bobot daging umbi kering. ... 71

31. Analisis ragam bobot daging umbi kering. ... 71

32. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot kulit umbi basah tanaman ubikayu. ... 72

33. Uji homogenitas bobot kulit umbi basah. ... 72

34. Analisis ragam bobot kulit umbi basah. ... 73

35. Uji BNT 5% terhadap bobot kulit umbi basah tanaman

ubikayu. ... 73

36. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot kulit umbi kering tanaman ubikayu. ... 74

37. Uji homogenitas bobot kulit umbi kering. ... 74

38. Analisis ragam bobot kulit umbi kering. ... 75

39. Uji BNT 5% terhadap bobot kulit umbi kering tanaman

ubikayu. ... 75

40. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot total umbi basah tanaman ubikayu. ... 76

41. Uji homogenitas bobot total umbi basah. ... 76

42. Analisis ragam bobot total umbi basah. ... 77

43. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot total umbi kering tanaman ubikayu. ... 77

44. Uji homogenitas bobot total umbi kering. ... 78

(17)

46. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot daun basah tanaman ubikayu. ... 79

47. Uji homogenitas bobot daun basah. ... 79

48. Analisis ragam bobot daun basah. ... 80

49. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot daun kering tanaman ubikayu. ... 80

50. Uji homogenitas bobot daun kering. ... 81

51. Analisis ragam bobot daun kering. ... 81

52. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot batang basah tanaman ubikayu. ... 82

53. Uji homogenitas bobot batang basah. ... 82

54. Analisis ragam bobot batang basah . ... 83

55. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot batang kering tanaman ubikayu. ... 83

56. Uji homogenitas bobot batang kering . ... 84

57. Analisis ragam bobot batang kering . ... 84

58. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot brangkasan basah tanaman ubikayu. ... 85

59. Uji homogenitas bobot brangkasan basah. ... 85

60. Analisis ragam bobot brangkasan basah . ... 86

61. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot brangkasan kering tanaman ubikayu. ... 86

62. Uji homogenitas bobot brangkasan kering . ... 87

63. Analisis ragam bobot brangkasan kering . ... 87

64. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan N pada daging umbi. ... 88

65. Uji homogenitas serapan N pada daging umbi. ... 88

(18)

67. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan P pada daging umbi. ... 89

68. Uji homogenitas serapan P pada daging umbi. ... 90

69. Analisis ragam serapan P pada daging umbi. ... 90

70. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan K pada daging umbi. ... 91

71. Uji homogenitas serapan K pada daging umbi. ... 91

72. Analisis ragam serapan K pada daging umbi. ... 92

73. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan N pada kulit umbi tanaman. ... 92

74. Uji homogenitas serapan N pada kulit umbi. ... 93

75. Analisis ragam serapan N pada kulit umbi. ... 93

76. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan P pada kulit umbi. ... 94

77. Uji homogenitas serapan P pada kulit umbi. ... 94

78. Analisis ragam serapan P pada kulit umbi. ... 95

79. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan K pada kulit umbi. ... 95

80. Uji homogenitas serapan K pada kulit umbi. ... 96

81. Analisis ragam serapan K pada kulit umbi. ... 96

82. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan N pada umbi total ... 97

83. Uji homogenitas serapan N pada umbi total. ... 97

84. Analisis ragam serapan N pada umbi total. ... 98

85. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan P pada umbi total. ... 98

86. Uji homogenitas serapan P pada umbi total. ... 99

(19)

88. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan K pada umbi total. ... 100

89. Uji homogenitas serapan K pada umbi total. ... 100

90. Analisis ragam serapan K pada umbi total. ... 101

91. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan N pada daun tanaman. ... 101

92. Uji homogenitas serapan N pada daun. ... 102

93. Analisis ragam serapan N pada daun. ... 102

94. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan P pada daun tanaman. ... 103

95. Uji homogenitas serapan P pada daun. ... 103

96. Analisis ragam serapan P pada daun. ... 104

97. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan K pada daun tanaman. ... 104

98. Uji homogenitas serapan K pada daun. ... 105

99. Analisis ragam serapan K pada daun. ... 105

100. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan N pada batang tanaman. ... 106

101. Uji homogenitas serapan N pada batang. ... 106

102. Analisis ragam serapan N pada batang. ... 107

103. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan P pada batang tanaman ... 107

104. Uji homogenitas serapan P pada batang. ... 108

105. Analisis ragam serapan P pada batang. ... 108

106. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan K pada batang tanaman. ... 109

107. Uji homogenitas serapan K pada batang. ... 109

(20)

109. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap serapan N pada brangkasan ubikayu. ... 110

110. Uji homogenitas serapan N pada brangkasan ubikayu. ... 111

111. Analisis ragam serapan N pada brangkasan ubikayu. ... 111

112. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan P pada brangkasan ubikayu ... 112

113. Uji homogenitas serapan P pada brangkasan ubikayu. ... 112

114. Analisis ragam serapan P pada brangkasan ubikayu. ... 113

115. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan K pada brangkasan ubikayu. ... 113

116. Uji homogenitas serapan K pada brangkasan ubikayu. ... 114

117. Analisis ragam serapan K pada brangkasan ubikayu. ... 114

118. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada tanaman ubikayu. ... 115

119. Uji homogenitas serapan N pada tanaman ubikayu. ... 115

120. Analisis ragam serapan N pada tanaman ubikayu. ... 116

121. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan P pada tanaman ubikayu... 116

122. Uji homogenitas serapan P pada tanaman ubikayu. ... 117

123. Analisis ragam serapan P pada tanaman ubikayu. ... 117

124. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan K pada tanaman ubikayu. ... 118

125. Uji homogenitas serapan K pada tanaman ubikayu. ... 118

126. Analisis ragam serapan K pada tanaman ubikayu. ... 119

127. Analisis biaya pengeluaran akibat pupuk (subsidi). ... 119

(21)

129. Analisis biaya pengeluaran akibat pupuk (nonsubsidi eceran). 120

130. Uji ekonomis penggunaan pupuk Organonitrofos dengan kombinasinya dengan pupuk kimia harga nonsubsidi eceran

terhadap tanaman ubikayu. ... 121

131. Analisis biaya pengeluaran akibat pupuk (nonsubsidi grosir). 121

132. Uji ekonomis penggunaan pupuk Organonitrofos dengan kombinasinya dengan pupuk kimia harga nonsubsidi grosir

terhadap tanaman ubikayu. ... 122

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan. ... 21

2. Penurunan kandungan C-organik pada lahan tanaman

Ubikayu. ... 30

3. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman ubikayu. ... 33

4. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot umbi basah tanaman ubikayu. ... 35

5. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot umbi kering tanaman ubikayu. ... 36

6. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot brangkasan basah tanaman ubikayu. ... 38

7. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

terhadap bobot brangkasan kering tanaman ubikayu. ... 40

8. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia

(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Ubikayu yang merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung.

Ubikayu memiliki banyak manfaat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis bahan

makanan. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini ubikayu

mulai dikenalkan sebagai salah satu sumber energi alternatif dalam bentuk

bioetanol.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2013), total produksi ubikayu di

Indonesia pada tahun 2012 mencapai 24.177.372 ton dengan luas lahan 1.129.688

ha setara dengan 21 ton ha-1tahun-1, sedangkan total produksi ubikayu di Provinsi Lampung pada tahun 2012 mencapai 8.387.351 ton dengan luas panen sebesar

324.749 ha, itu artinya produksi ubikayu di Provinsi Lampung sebesar 26 ton ha-1 tahun-1. Menurut data Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslittan, 2013) rataan hasil dari ubikayu varietas UJ-5 dapat mencapai 25-38 ton

ha-1. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat produksi di Indonesia belum optimal bahkan tergolong rendah, mengingat banyaknya kebutuhan akan ubikayu di

Indonesia baik dalam hal olahan pangan maupun industri maka produksi ubikayu

(24)

2

Salah satu kendala yang dihadapi dalam usaha meningkatkan produksi ubikayu di

provinsi Lampung adalah jenis tanahnya yaitu Tanah Ultisol. Tanah Ultisol

mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan

Indonesia (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Beberapa kendala yang umum pada

Tanah Ultisol adalah tanah asam, pH rata-rata < 4,50; kejenuhan Al tinggi, miskin

kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik

rendah; selanjutnya kandungan hara pada Tanah Ultisol umumnya rendah karena

pencucian basa berlangsung intensif, dan kandungan bahan organik rendah karena

proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi (Prasetyo dan

Suriadikarta, 2006).

Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi kendala dari Tanah Ultisol adalah

dengan cara intensifikasi atau mengoptimalkan lahan yang sudah ada agar hasil

pertanian dapat terus meningkat. Salah satu cara intensifikasi yaitu melalui

pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan baik dengan menggunakan pupuk

kimia, pupuk organik maupun kombinasi antara keduanya. Pemupukan dapat

menjadi solusi untuk penambahan unsur hara terhadap Tanah Ultisol yang miskin

kandungan hara.

Pupuk kimia banyak digunakan oleh petani bahkan petani beranggapan bahwa

pemakaian pupuk organik tidak diperlukan. Padahal pemakaian pupuk kimia

secara terus menerus dapat merusak sifat fisik dan kimia tanah, dan tanah sangat

memerlukan bahan organik. MenurutAtmojo (2003), bahan organik penting

dalam menunjang produksi tanaman dan sekaligus mempertahankan kondisi lahan

(25)

3

Oleh karena itu kekurangan tersebut dapat diatasi dengan mengkombinasikan

pupuk kimia dengan pupuk organik. Pupuk Organonitrofos merupakan salah satu

bentuk pupuk organik. Pupuk Organonitrofos terbentuk dari proses pengomposan

kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang ditambahkan mikroba penambat N dan

pelarut P (Nugroho dkk., 2012; 2013). Pupuk Organonitrofos dengan kombinasi

campuran 80 % kotoran sapi dan 20 % batuan fosfat lebih baik dibandingkan

kombinasi lainnya (Nugroho dkk., 2012). Dengan demikian pemberian pupuk

Organonitrofos ini diharapkan mampu meningkatkan produksi ubikayu dan

mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

Telah dilakukan percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian pupuk

organonitrofos terhadap tanaman jagungyang dilakukan oleh Deviana (2013),

bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1adalah kombinasi pupuk terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

Penelitian pengaruh pemberian Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tanaman ubikayu juga telah dilakukan oleh Maulidia di lahan yang

sama pada musim tanam pertama tahun 2013(Maulidia, 2013). Berdasarkan hasil

percobaan lapang di musim tanam pertama bahwapemberian kombinasi pupuk

Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1mampu meningkatkan

produksi umbi dan serapan hara NPK pada tanaman ubikayu (Maulidia, 2013).

(26)

4

produksi umbi dan serapan hara NPK dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya

pada tanaman ubikayu pada musim tanam kedua.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk menguji perlakuanurea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkan pertumbuhan, serapan hara NPK dan produksi umbi tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya

pada tanaman ubikayu di musim tanam kedua.

2. Menetapkan kombinasi dosis pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia

yang paling efisien dan efektif terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK dan

produksi tanaman ubikayu (Manihot esculentaCrantz) pada musim tanam

kedua.

1.3 Kerangka Pemikiran

Pemberian pupuk sangat berpengaruh baik bagi tanaman maupun tanah, hal ini

merupakan salah satu solusi untuk menangani masalah tanah Ultisol. Penggunaan

pupuk dimaksudkan untuk mengganti unsur hara bagi media atau tanah serta

merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman (Roesmarkam dkk., 2002). Murbandono (1990) menyatakan

bahwa terdapat 2 jenis pupuk yang sudah dikenal yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri

ataupabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam

(27)

5

Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus telah memberikan efek

buruk bagi tanah. Kerusakan tanah yang terjadi berupa rusaknya sifat fisik, kimia

dan biologi tanah yang akan berdampak pada menurunnya kesuburan tanah.

Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan oleh penggunaan pupuk nitrogen

buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Lestari, 2009).

Perbaikan kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia dapat diatasi dengan

penggunaan pupuk organik. Salah satu pupuk organik yang sedang

dikembangkan yaitu pupuk Organonitrofos. Nugroho dkk., (2012;2013)

merancang sebuah pupuk organik baru yaitu pupuk organomineral NP

(Organonitrofos) yang merupakan pupuk alternatif berbasis bahan organik. Pupuk

tersebut terbentuk dari kotoran sapi segar (fresh manure) yang dikombinasikan

dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (rock phosphate) (Nugroho, dkk.,

2012) serta melibatkan mikroba penambat N (N-fixer) dan pelarut fosfat

(P-solubilizer) untuk dapat mensuplai kebutuhan unsur hara N dan P (Nugroho

dkk., 2013). Prototypepupuk Organonitrofos ini mengandung C-organik 14,93%;

N-organik 2,64%; P-total 4,91%; dan P-terlarut 1,66% (Nugroho dkk., 2012).

Ubikayu mengangkut hara yang tinggi dari dalam tanah. Menurut Roy dkk.

(2006), apabila ubikayu menghasilkan 37 ton ha-1umbi basah, maka akan

mengangkut unsur hara sebanyak 198 kg N, 70 kg P2O5, 220 kg K2O, 47 kg MgO,

143 kg CaO, dan 19 kg S ha-1. Oleh karena itu menurut Wargiono dan Tuherkih, (1988) pemupukan terhadap ubikayu perlu dilakukan setiap musim tanam dengan

(28)

6

Hasil pengamatan terhadap penerapan paket teknologi budidaya ubikayu di

Lampung Utara menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dengan dosis

200 kg urea ha-1; 150 kg SP36 ha-1; 100 kg KCl ha-1dan 5.000 kg pupuk kandang ha-1menghasilkan pertumbuhan (tinggi tanaman dan diameter batang) yang lebih baik dibandingkan dengan petani non kooperator yang tidak menerapkan

teknologi pemupukan (tanpa pupuk organik, pupuk anorganik minimum) (BPTP

Lampung, 2004). Adapun menurut Departemen Pertanian (2006), dosis pupuk

yang berimbang untuk budidaya ubikayu adalah 5-10 ton ha-1pupuk organik, 150-200 kg ha-1urea, 100 kg ha-1SP36, dan 100-150 kg ha-1KCl.

Telah dilakukan percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian pupuk

organonitrofos terhadap tanaman jagungyang dilakukan oleh Deviana (2013),

menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1meningkatkan tinggi tanaman dan bobot pipilan (7,65 ton ha-1).

Dalam penelitian Anjani (2013), pemberian pupuk Organoniotrofos dengan dosis

5000 kg ha-1menunjukkan pertumbuhan serta produksi tanaman tomat tertinggi. Selanjutnya diikuti kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia dengan

dosis urea 100 kg ha-1, SP36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 2000 kg ha-1mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Anjani (2013)

menambahkan pada dosis yang sama (urea 100 kg ha-1, SP 36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 2000 kg ha-1) bobot buah segar dan bobot kering tanaman juga meningkat bila dibandingkan dengan kontrol maupun pemupukan

(29)

7

Hasil penelitian pada musim tanam pertama dengan tanaman ubikayu dilakukan

oleh Maulidia (2013), menunjukan bahwa dari berbagai kombinasi dosis pupuk

kimia dengan pupuk Organonitrofos, dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkan produksi umbi dan serapan hara NPK tertinggi pada tanaman ubikayu dibandingkan kombinasi pupuk

lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

melihat perbandingan pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman ubikayu

pada musim tanam pertama dan musim tanam kedua, serta untuk mengetahui

apakahperlakuan urea100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1,

Organonitrofos 1.000 kg ha-1mampu meningkatkan produksi umbi dan serapan hara NPK dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya pada tanaman ubikayu

musim tanam kedua.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Perlakuan urea100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1,

Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkanpertumbuhan, produksi umbi dan serapan hara NPK tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya pada

tanaman ubikayu di musim tanam kedua.

2. Terdapat kombinasi dosis pupuk organonitrofos dengan pupuk kimia yang

paling efisien serta efektif terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK dan

produksi tanaman ubikayu (Manihot esculentaCrantz) pada musim tanam

(30)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Ultisol

Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh

penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman

tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini

mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah

ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti

Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka

terhadap erosi (Sri Adiningsih dan Mulyadi, 1993).

Reaksi Tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10),

kecuali dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH

6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada dari granit,sedimen, dan tufa tergolong

rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50cmol kg-1, 6,11−13,68 cmolkg-1, dan 6,10−6,80cmol kg-1, sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi >17 cmol kg-1(Prasetyo dkk., 2000; 2005).

Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), kandungan hara pada Tanah Ultisol

umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan

(31)

9

sebagian terbawa erosi. Pada yang mempunyai horizon kandik, kesuburan

alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit

pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah,

sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik

dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas dapat dilakukan

melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik.

2.2 Tanaman ubikayu (Manihot esculentaCrantz)

Ketela pohon (ubi kayu) berasal dari Benua Amerika, Brasil (Darjanto dan

Murjati, 1980; Purwono dan Purnamawati, 2008). Ubi kayu diantaranya dikenal

dengan nama cassava (Inggris), ketila, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih

(Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistungkel

(Ambon), kasapen, sampeu, huwi dangdeur, huwi jendral, ubikayu (Sunda), bolet,

kasawe, tela pohung, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral (Jawa), blandong,

manggala menyok, puhung, pohong, sawe, sawi (Madura), kesawi, ketela kayu,

sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorongtalo, Baree, Padu), lame kayu (Makasar),

lame aju (Bugis, Majene), kasibi (Ternate, Tidore) (Purwono dan

Purnamawati,2008).

Menurut Prihandana dkk., (2007) tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai

berikut KingdomPlantae(Tumbuhan), DivisiSpermatophyta(Tumbuhan

berbiji), SubdivisiAngiospermae(Berbiji tertutup), KelasDycotiledoneae

(berkeping dua), OrdoEuphorbiales, FamiliEuphorbiaceae, GenusManihot, dan

(32)

10

Ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau

getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi pada

bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan

yang tinggi. Batang ubikayu panjang (tingginya sekitar 1-5 m, tergantung

varietas), bulat (diameter bervariasi bedasarkan umur, sekitar 3-6 cm) dan lurus,

serta berbuku, warna batang biasanya bervariasi dari merah kecoklatan sampai

hijau, daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai

telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-11 lembar

(Balagopalan dkk., 1988).

Umbi ubikayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif, daunnya menjari,

batangnya berbuku-buku, setiap buku batang terdapat tunas (Purwono dan

Purnamawati, 2008). Ubi kayu dapat menghasilkan 5-20 umbi akar (Suwarto,

2005). Umbi ubikayu terdiri dari kulit luar 0,5-2 % dan kulit dalam antara

8-15% dari bobot seluruh umbi, dengan sebagian besar umbi ubikayu terdiri dari

karbohidrat sebanyak 30-36% tergantung dari varietas dan umur panen (Gafar,

1991).

Ubikayu umumnya ditanam di lahan kering yang sebagian besar kurang subur

(Balitkabi, 2005). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ini antara 1500-2500

mm tahun-1, kelembaban udara optimal antara 60-65%, suhu udara minimal 10oC (jika kurang, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kerdil karena

pertumbuhan bunga kurang sempurna), dan membutuhkan sinar matahari sekitar

(33)

11

Ubikayu membutuhkan banyak Kalium untuk pertumbuhannya (Darjanto dan

Murjati, 1980). Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya

ubikayu berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8 (Purwono dan Purnamawati,

2008). Ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan ubikayu antara 10-700

m dpl dengan toleransi antara 10-1500m dpl (Purwono dan Purnamawati, 2008).

Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu

dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah

maupun beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman

tiap fase pertumbuhan. Pada umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki

tipe iklim C, D, dan E (Wargiono dkk., 1996).

Menurut Yuniwati (2007), pemupukan dan jarak tanam mempengaruhi hasil

biomassa dan hasil ubikayu. Jarak tanam dan pemupukan yang memberikan

perlakuan terbaik adalah jarak tanam 1,0 x 0,8 m dan dosis pemupukan 400-500

kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1dan 100 kg KCl ha-1.

Pada tanaman ubikayu hara P dan K sangat diperlukan dalam pembentukan umbi.

Pemupukan P dengan dosis SP36 75 kg ha-1meningkatkan jumlah umbi per tanaman, besar umbi, panjang umbi dan hasil umbi, namun hasil umbi yang

diperoleh masih sangat rendah (sekitar 20 t ha-1) jauh di bawah potensinya sekitar 40 t ha-1. Selain itu, pemupukan KCl 100 kg ha-1dapat meningkatkan serapan hara K hingga mencapai 74% bila diberikan bersama pupuk P dengan dosis SP36

75 kg ha-1, tetapi tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan komponen hasil umbi. Kadar N, S, dan Fe dalam tanaman yang hanya berharkat rendah diduga

(34)

12

Menurut Balitkabi (2000), peningkatan takaran pupuk KCl dari 0 sampai 500 kg

ha-1diikuti oleh peningkatan hasil, jumlah dan ukuran umbi. Pola peningkatan ketiga peubah tersebut membentuk pola kuadratik dan mencapai maksimum pada

takaran 100 kg KCl ha-1. Lebih lanjut menurut Kamal (2009), aplikasi K dengan dosis yang tinggi (300-400 kg KCl ha-1) tidak cukup efektif untuk menstimulasi pertumbuhan umbi dan kandungan pati dalam ubikayu tanpa peningkatan sumber

pertumbuhan.

2.3 Organonitrofos (Organomineral NP)

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas

bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara

lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. Bentuk dari pupuk organik ini

dapat berupa padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi (Balittanah,

2004).

Nugroho dkk., (2012) telah mengembangkan pupuk organomineral NP

(Organonitrofos) dengan bahan baku kotoran sapi (fresh manure) yang

dikombinasikan dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (BF) yang

dimaksudkan selain menyediakan unsur N juga unsur P yang memadai. Selain itu

juga dilibatkan aktivitas mikroba yang dapat meningkatkan peningkatan N2

(N2-fixer) dan pelarut fosfat (P-solubilizer) melalui inokulasi ke dalam bahan

campuran FM+BF. Kedua bahan baku (FM dan BF) bersumber dari sumberdaya

lokal yang cukup melimpah di Provinsi Lampung, sehingga harga pupuk alternatif

(35)

13

Bahan baku pupuk Organonitrofos ialah kotoran sapi yang merupakan sumber

daya potensial di Provinsi Lampung. Menurut Triolanda (2011), di Provinsi

Lampung industri penggemukan sapi dapat menyediakan kotoran sapi segar

mencapai 576.700 t tahun-1yang dapat menjadi bahan baku potensial untuk pembuatan pupuk organik. Batuan fosfat juga tersedia melimpah di Provinsi

Lampung, antara lain Kecamatan Silagai Lingga Lampung Tengah yang dapat

ditambang dan dimanfaatkan sebagai pupuk P alam.

Adapun pupuk kandang sapi mengandung: 39,1% C; 1,87% N; 0,56% P;

1,09% K; 0,57% Ca; 0,23% Mg (Howeler dan Phien, 2008). Pengaruh bahan

organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran

kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap

keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif

sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KTK). Bahan organik

memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah.Sekitar 20–70%

kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh:

Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah

(Stevenson, 1982).

Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melaui

proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P

yang terfiksasi. Menurut Stevenson (1982), ketersediaan P di dalam tanah dapat

ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi yaitu melalui

(36)

14

organik atau khelat yang dihasilkan dari proses dekomposisi membantu pelarutan

fosfat yang terikat oleh Al dan Fe,

Al (Fe)(H2O)3(OH)2H2PO4+ Khelat PO42-(larut) + AL-Fe Khelat Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan dekomposisi bahan organik asli

tanah. Terbentuknya kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar

dan lebih tersedia bagi tanaman, karena jerapan bahan organik yang lebih lemah

terhadap fosfat.

2.4 KombinasiPupukOrganik dan Kimia terhadap Tanaman Ubikayu

Pupuk organik-anorganik adalah campuran pupuk organik dan pupuk anorganik

(kimia). Kita harus mulai mempopulerkan penggunaan pupuk campuran

organik-anorganik karena kenaikan harga pupuk dan pencemaran yang diakibatkan oleh

penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Petani dapat menyiapkan sendiri

pupuk organik-anorganik dengan tujuan mengurangi biaya produksi.

Pemupukan dengan cara kombinasi ini akan memberikan keuntungan, antara lain:

(1) menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap; (2) menyediakan

semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang; (3) mencegah kehilangan hara

karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi; (4)

membantu dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada aras

tertentu; (5) residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman

berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah; (6) lebih

ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang jauh karena setiap unit volume

(37)

15

lebih banyak; (7) membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah

(Sutanto, 2002).

Telah dilakukan percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian pupuk

Organonitrofos terhadap tanaman jagungyang dilakukan oleh Deviana (2013),

menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman dan bobot pipilan terbaik (7,65 ton ha-1).

Penelitian Christine (2013) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Organonitrofos

5000 kg ha-1menghasilkan tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot buah basah, dan jumlah buah tanaman cabai tertinggi; selanjutnya perlakuan kombinasi dosis 400

kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2000 kg Organonitrofos ha-1 menunjukkan bobot berangkasan tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan pupuk Organonitrofos tunggal maupun pupuk kimia tunggal.

Hasil penelitian Maulidia (2013) pada tanaman ubikayu di musim tanam pertama

menunjukkan bahwa perlakuan urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1mampu menghasilkan produksi umbi dan serapan hara NPK tertinggi tanaman ubikayu. Kombinasi pupuk organik dan

anorganik tersebut mampu menghasilkan bobot brangkasan yang tinggi diikuti

(38)

16

2.5 Efektivitas Pemupukan

Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI No.70/PERMENTAN/SR.140/10/2011,

uji efektivitas pupuk organik adalah kegiatan uji lapang atau rumah kaca untuk

mengetahui pengaruh dari pupuk organik terhadap pertumbuhan dan atau

produktivitas tanaman, efisiensi pemupukan, atau peningkatan kesuburan tanah.

Sedangkan tolak ukur efektivitas yang digunakan ialah pertumbuhan tanaman,

hasil tanaman, mutu tanaman, peningkatan serapan hara tanaman, perbaikan

kesuburan tanah, efisiensi pupuk anorganik.

Adapun kriteria uji efektivitas pupuk organik secara teknis atau agronomis

dilakukan dengan perhitunganRelative Agronomic Effectiveness(RAE). Menurut

Lampiran Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/ SR.140/10/2011

meliputi, (1) perlakuan pupuk yang diuji secara statistik sama dengan perlakuan

standar atau mempunyai RAE≥ 100%, atau (2) perlakuan pupuk yang diuji lebih

baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa pemupukan) pada taraf nyata

5% atau mempunyai RAE > 100%, (3) perlakuan pupuk yang diuji lebih efisien

dibandingkan perlakuan standar.

Hasil penelitian Maulidia (2013) pada perlakuan keempat dengan dosis urea 100

kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1telah memenuhi kriteria lulus uji efektivitas pupuk organik secara agronomis, meliputi

(1) produksi umbi yang dihasilkan secara statistik mempunyai RAE≥ 100%, yaitu

sebesar 301%, (2) produksi umbinya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

kontrol (tanpa pemupukan) pada taraf 5%, (3) lebih efisien dibandingkan dengan

(39)

17

Deviana (2013) menyatakan bahwa nilai RAE tertinggi pada bobot pipilan kering

jagung dan biomass total terdapat pada perlakuan 150 kg urea ha-1+ 50 kg SP-36 ha-1+ 100 kg KCl ha-1+ 1000 kg Organonitrofos ha-1, sesuai dengan uji statistik bobot pipilan kering dan bobot berangkasan tanaman tertinggi juga pada

perlakuan 150 kg urea ha-1+ 50 kg SP36 ha-1+ 100 kg KCl ha-1+ 1000 kg Organonitrofos ha-1. Hasil ini menunjukkan aplikasi pupuk Organonitrofos yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik mampu menunjang pertumbuhan serta

produksi tanaman jagung sehingga dalam pengaplikasian, pupuk anorganik dapat

dikombinasikan dengan pupuk Organonitrofos.

2.6 Efisiensi Pupuk

Efisiensi pupuk dapat diketahui dengan melakukan uji ekonomis. Uji ekonomis

merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui penerimaan dan pengeluaran

karena penggunaan input pada produksi tanaman. Perhitungan yang dilakukan

terhadap hasil ubikayu ialah dengan membandingkan hasil panen ubikayu secara

ekonomi dengan pengeluaran akibat penggunaan input (Ismono, 2013). Uji

ekonomis ini perlu dilakukan untuk mengetahui perlakuan mana yang paling

menguntungkan secara ekonomis atau perlakuan mana yang mengeluarkan biaya

paling sedikit tetapi memiliki produksi tertinggi.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI No.69/PERMENTAN/SR.130/11/2012,

(40)

18

Menurut Maulidia (2013) dari hasil penelitian tanaman ubikayu yang telah

dilakukan pada musim tanam pertama, perlakuan dengan dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1memiliki nilai rasio > 1 yang artinya input yang diuji memiliki nilai ekonomis yang baik

terhadap budidaya ubikayu. Pada tanaman jagung berdasarkan hasil penelitian

(41)

19

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pada musim tanam pertama penelitian dilakukan oleh Maulidia (2013) di

Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada 5o22'10"LS dan 105o14'38"BT dengan ketinggian 146 m dpl dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung dari bulan Maret 2012 sampai dengan Februari 2013.

Penelitian pada musim tanam kedua ini juga dilaksanakan di lahan yang sama

dengan musim tanam pertama, analisis tanah dan tanaman dilaksanakan di

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

telah dilaksanakan dari bulan Maret 2013 hingga Februari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman singkong

varietas UJ-5, pupuk Organonitrofos, pupuk urea, KCl, dan SP36, serta

bahan-bahan lain untuk analisis laboratorium tanah dan tanaman.

Alat-alat yang digunakan cangkul, meteran, alat tulis, neraca digital, oven, cutter,

(42)

20

3.3 Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap. Percobaan tersebut

terdiri dari 6 perlakuan (Tabel 1). Petak percobaan yang digunakan sebanyak 18

petak yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 ulangan dan luas masing-masing

[image:42.595.115.511.278.391.2]

petak yaitu 3 x 3 m.

Tabel 1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan.

Perlakuan Dosis (kg ha

-1 )

Urea SP36 KCl Organonitrofos

T1 (Kontrol) - - -

-T2 200 300 400

T3 150 100 300 500

T4 100 100 200 1.000

T5 50 50 200 2.000

T6 - - - 5.000

Terhadap data yang didapat kemudian dilakukan homogenitas data dengan uji

Bartlett, sifat aditifitas data dengan uji Tukey, analisis ragam, dan uji lanjut

dengan BNT 5%. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara serapan

N, P dan K dengan pertumbuhan dan produksi tanaman ubikayu.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa langkah yaitu sebagai berikut :

3.4.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan

Lahan percobaan ini sebelumnya telah digunakan untuk percobaan

lapang tanaman ubikayu di musim tanam pertama. Pengolahan tanah

(43)

21

dicangkul dan digaru untuk memperbaiki struktur tanahnya. Satu plot

lahan berukuran 3 x 3 m.

T

U S

B

v

[image:43.595.148.519.139.351.2]

Keterangan: T (perlakuan), U (ulangan) Gambar 1. Tata letak percobaan di lapangan

3.4.2 Pembuatan Guludan

Setelah dilakukan olah tanah, selanjutnya dibuat guludan. Dalam satu

plot lahan dengan ukuran 3 x 3 m terdapat 4 guludan. Jarak antar

guludan yang digunakan ialah 1 m.

3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos

Setelah dibentuk guludan, kemudian di dalam guludan tersebut

dimasukkan pupuk Organonitrofos sesuai dengan dosis perlakuan.

Kemudian guludan ditutup tanah kembali. Pupuk Organonitrofos

diaplikasikan hanya sekali, yaitu sebelum penanaman tanaman ubikayu.

T6U1

T3U1 T4U1 T3U2 T4U3 T2U2 T6U2

T1U1 T5U2 T3U3 T2U1 T5U3

(44)

22

3.4.4 Penanaman Stek

Stek ditanam di atas guludan dengan sedikit kemiringan. Hal ini

bertujuan agar akar lebih banyak dan lebih mudah tumbuh. Adapun

jarak tanam stek adalah 50cm di dalam guludan.

3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia

Aplikasi pupuk kimia dilakukan dua kali, yang pertama setelah

penanaman stek ubikayu dan kedua setelah tanaman berusia 4 bulan.

Aplikasi pertama yaitu pupuk SP36, KCl, dan setengah dosis pupuk

urea. Aplikasi kedua yaitu setengah dosis pupuk urea.

3.4.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak turun hujan.

Apabila turun hujan penyiraman selanjutnya dilakukan hingga

tanah cukup kering. Penyiraman menggunakan selang yang

terhubung dengan pompa air.

2. Penyiangan gulma

Penyiangan gulma dilaksanakan apabila keberadaan gulma telah

mencapai ambang kerusakan tanaman.

3. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan saat tanaman mencapai usia 3 Bulan

Setelah Tanam (3 BST). Pembumbunan bertujuan untuk menutupi

(45)

23

3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman

Pengambilan sampel tanaman dilakukan saat umur tanaman 4 bulan

dan 7 bulan setelah tanam pada masing-masing perlakuan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mencabut secara hati-hati akar

tanaman sehingga didapatkan umbi dan akar yang hampir utuh.

Pengambilan sampel akar tanaman bertujuan untuk melihat

perkembangan umbi.

3.4.8 Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil pada tiap perlakuan dan dari 3 ulangan, sehingga

terdapat 18 sampel tanah, sampel tanah dimbil setelah pemanenan

ubikayu (3 hari setelah panen).

3.4.9 Panen

Panen dilakukan dengan mencabut tanaman ubikayu secara hati-hati.

Panen dilakukan pada saat usia tanaman mencapai 10 bulan setelah

tanam.

3.4.10 Analisis di Laboratorium

Analisis di laboratorium dilakukan pada tanah dan tanaman. Pada

analisis tanaman dilakukan analisis serapan hara NPK terhadap batang

(46)

24

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan utama yang diamati pada penelitian ini adalah:

3.5.1 Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap satu bulan sekali dengan

cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai titik

tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm)

dengan jumlah sampel tanaman 8 sampel pada tiap plot.

3.5.2 Bobot Berangkasan dan Umbi (Basah dan Kering)

Bobot berangkasan dan bobot umbi basah diamati setelah panen, yaitu

pada usia 8 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan brangkasan dan

bobot umbi kering dilakukan setelah proses pengovenan selama 3x24

jam pada suhu 70oC. Bobot kering umbi dan brangkasan selanjutnya digunakan untuk perhitungan serapan hara NPK.

3.5.3 Analisis Jaringan Tanaman

Analisis tanaman dilakukan setelah pemanenan, sampel tanaman

dioven dan digiling untuk menetapkan unsur N, P, K yang terangkut

melalui panen.

3.5.4 Analisis Tanah

Pada penelitian ini dilakukan analisis tanah sebanyak dua kali, yaitu

pada saat sebelum penanaman dan setelah panen. Analisis tanah awal

merupakan hasil analisis tanah akhir pada musim tanam pertama.

Sampel tanah dikering anginkan dan disaring hingga lolos ayakan

2 mm lalu dilakukan analisis di laboratorium yaitu N-total (metode

(47)

25

(Electrode hidrogen), dan C-organik (metodeWalkey and Black).

3.5.5 Analisis Pupuk Organonitrofos

Analisis pupuk dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur hara

pada pupuk organik yang dilakukan pada percobaan ini. Analisis yang

dilakukan terhadap pupuk tersebut meliputi analisis pH, % C-organik,

N total, P tersedia, K total.

3.5.6 Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara serapan N, P

dan K dengan pertumbuhan dan produksi tanaman ubikayu. Uji

korelasi yang dilakukan ialah serapan hara NPK terhadap tinggi

tanaman 20 MST, bobot basah umbi dan bobot kering brangkasan

tanaman.

3.5.7 Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos

RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan

pupuk yang sedang diuji dengan kenaikan hasil pada pupuk standar

dikalikan 100% (Mackay dkk., 1984). Uji efektivitas dihitung dengan

menggunakanRelative Agronomic Effectiveness(RAE) dengan

rumus:

RAE =

D

–K

SK× 100%

Keterangan :

D : Produksi ubikayu yang di pupuk (kg ha-1) K : Produksi pada kontrol (kg ha-1)

(48)

26

Nilai RAE≥100% maka pupuk yang diuji efektif dibandingkan

perlakuan standar.

3.5.8 Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos

Uji ekonomis dilakukan dengan perhitungan index rasio penerimaan

dan pengeluaran pupuk. Soekartawati (1995) menyatakan bahwa R/C

adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya usaha tani

(benih/bibit, pupuk, pestisida/herbisida, tenaga kerja, pengolahan tanah,

pemeliharaan dan panen).

R =P x Q C

Keterangan : R = Nisbah penerimaan terhadap pengeluaran pupuk P = Harga produksi ubikayu (Rp kg-1)

Q = Jumlah produksi ubikayu (Kg ha-1) C = Usaha tani (Rp ha-1)

Namun, pada penelitian ini C (cost) biaya pupuk yang dihitung,

sedangkan biaya lainnya diasumsikan sama untuk seluruh perlakuan.

Apabila nilai R berdasarkan perhitungan tersebut > 1 maka pupuk yang

diuji memiliki nilai ekonomis yang baik atau nilai R yang lebih tinggi

(49)

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :

1. Pemberian pupuk organonitrofos serta kombinasinya dengan pupuk kimia

dengan dosis urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1,

Organonitrofos 1.000 kg ha-1menghasilkan produksi dan serapan hara N dan K tertinggi pada tanaman ubikayu dibandingkan kombinasi pupuk lainnya di

musim tanam kedua.

2. Rekomendasi dosis pupuk urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1bersifat efektif dibandingkan perlakuan lainnya berdasarkan agronomis tanaman dengan nilai RAE sebesar 143,05%.

3. Serapan hara N dan K berkorelasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

ubikayu, sedangkan serapan P hanya berkolerasi terhadap pertumbuhan tetapi

tidak berkolerasi dengan produksi tanaman ubikayu.

5.2 Saran

Perlu dosis yang lebih tinggi untuk perlakuan urea 100 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1, karena hasil analisis tanah

menunjukkan penurunan kandungan unsur hara dari awal pembukaan lahan

(50)

57

tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut pada jenis tanah dan lokasi yang berbeda untuk melihat efektivitas

pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap

(51)

58

PUSTAKA ACUAN

Anjani, D. J. 2013.Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculantum nill.) di Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 80 hlm.

Atmojo, S. W. 2003.Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan upaya pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 36 hlm.

Balagopalan, C., G. Padmaja, S. K. Nanda and S. N. Moorthy. 1988. Cassava in Food, Feed and Industry.Florida. CRC Press, Inc. 205p.

Balitkabi. 2000.Perbaikan teknologi budidaya ubikayu. Laporan Tahunan Balitkabi 1999/2000.Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi umbian. Malang. 169 hlm.

Balitkabi. 2005.Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang. 36 hlm.

Balai Penelitian Tanah. 2005.Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 136 hlm.

BPS. 2013. Data Produktivitas Ubikayu Indonesia pada tahun

2012 (http://www. bps. go. id). Diakses pada 23 November 2013.

BPTP Lampung. 2004.Kajian Agribisnis Ubikayu di Provinsi Lampung.

Laporan Tahunan BPTP Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Lampung. 6 hlm.

Christine, B. 2013.Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit Kathur (Capsicum frutescens) pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 75 hlm.

Cook G.W. 1985. Potassium in the Agricultural System of the Humid Tropics.

(52)

59

Dahlan, M., Mulyati, dan N. W. D. Dulur. 2008. Studi aplikasi pupuk organik dan anorganik terhadap perubahan beberapa tanah Entisol.Jurnal Agroteksos. 18: 20-26

Darjanto dan Murjati. 1980.Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 84 hlm.

Departemen Pertanian. 2006. Ubikayu (http://pphp.deptan.go.id). Diakses pada 15 September 2012.

Dermiyati, J. Antari, S. Yusnaini, dan S. G. Nugroho. 2009. Perubahan Populasi Mikroorganisme Pelarut Fosfat pada Lahan Sawah dengan Sistem Pertanian Intensif menjadi Pertanian Organik Berkelanjutan.J. Tanah Trop.14 (2): 143-148.

Deviana, M. 2014.Pengaruh Pemberian Pupuk Organonitrofos Dan

Kombinasinya Dengan Pupuk Kimia Terhadap Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) di Musim Tanam Ke Dua Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. 75 hlm.

Gafar, P. A. 1991. Pengaruh Jenis dan Tingkat Kesegaran Ubi Kayu (Manihot esculentaCrantz.) terhadap Kualitas Tepung Yang Dihasilkan.Dinamika Penelitian BIPA2(2): 1-20.

Havlin, J.L. , S.M. Tisdale., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1999.Soil Fertility and Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Inc. 499 pp.

Howeler R.H. 1981.Mineral Nutrition and Fertilization of Cassava. CIAT. Columbia. 50 hlm.

Howeler, R. H and T. Phien. 2008.Integrated nutrient management for more sustainable cassava production in Vietnam. CIAT. Thailand. 38 pp.

Ismono, H. 2013.Uji Ekonomis Pupuk dengan Ratio Pemasukan dan

Pengeluaran Pupuk.Komunikasi Pribadi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 3 Mei 2013.

Ispandi, A. 2003. Pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubikayu di lahan kering vertisol.Ilmu Pertanian10(2): 35-50.

Januwati. M dan J. Pitono. 1998. Pengaruh Pupuk P dan K terhadap Pertumbuhan Tanaman Adas. Balittro Bogor.Warta Tumbuhan Obat Indonesia4(1): 27-28.

(53)

60

Kaya, E. 2012. Pengaruh Pupuk Kalium dan Fosfat Terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfat Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) Pada Tanah Brunizem. Universitas Pattimura Ambon.Jurnal Agrologia1(2): 113-118.

Lestari, A. P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan melalui Substitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik.Jurnal Agronomi13(1): 38-44.

Lingga, P. dan Marsono. 2008.Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.

Mackay, A. D., J. K. Syers, P. E. H. Gregg. 1984. Ability of Chemical Extraction Procedures to Assess the Agronomic Effectiveness of Phosphate Rock Materials. New Zealand Journal of Agricultural Research27: 219-230.

Maulidia, O. 2013.Uji Efektivitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman Ubikayu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 84 hlm.

Mengel K. and E.A.Kirkby. 1978.Principles of Plant Nutrition. International Potash Institute. Worblaufen-Beru, Switzerland. 593 hlm.

Murbandono, HS. L. 1990.Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 61 hlm.

Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y.T. Sari, and E. Ayuandari. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP Fertilizer.J. Tanah Trop. 17(2): 121-128.

Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, M.K. Ningsih, and F.Y. Saputri. 2013. Inoculation Effect of N2-Fixer and P-Solubilizer into a Mixture of Fresh Manure and Phosphate Rock Formulated as Organonitrofos Fertilizer on bacterial and Fungal Populations. J. Tanah Trop. 17(2): 75-80.

Nurahmi, E. 2010. Kandungan Unsur Hara Tanah dan Tanaman Selada Pada Tanah Bekas Tsunami Akibat Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.Jurnal Floratek5: 74-85.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah. Jakarta. No. 70/PERMENTAN/SR. 140/10/2011.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2013. Jakarta. No. 69/PERMENTAN/SR. 130/11/2013.

(54)

61

Prasetiaswati, N., R. Santoso dan Saleh. 2011. Kelayakan usaha ubikayu sambung randan I pada berbagai dosis pupuk. Hlm 596-603.DalamPrasetyo, B.H., H. Sosiawan, and S. Ritung.Soil of Pametikarata, East Sumba: Its

suitability and constraints for food crop development. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Balitkabi. Malang.. 2000.Indon. J. Agric. Sci. 1(1): 1-9.

Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisol dari bahan volkan andesitic di lereng bawah G. Ungaran.Jurnal Tanah dan Iklim23 : 1−12.

Prasetyo, B. H dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan Tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian25(2): 39-47.

Prihandana, R., K. Noerwijati, P.G. Adinurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi, dan R. Hendroko. 2007.Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan.

AgroMedia Pustaka. Jakarta. 194 hlm.

Purwono dan H. Purnamawati. 2008.Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.

Puslittan. 2013.Deskripsi Ubikayu Varietas UJ-5.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 48 hlm.

Roy, R.N., A. Finck, G.J. Blair and H.I.S. Tandon. 2006.Plant Nutrition for Food Security. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome. 349 hlm.

Roesmarkam A., A. Suryadi, S. Z. Sa’adah, dan Suwono. 2002. Pengaruh Pupuk P, K dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Tadah Hujan. http://www.Bptp-jatim-deptan.go.id. Diakses pada 30 Juli 2012.

Sastro, Y., D. Widianto, dan J. Shiediq. 2006. Sekresi Asam-Asam Organik Oleh aspergillus niger YD 17 yang Ditumbuhkan Dengan Batuan Fosfat.Jurnal BiotaXI (3): 167-175 hlm.

Sevindrajuta. 2012.Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi Terhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor, L.).Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah. Padang. 81 hlm.

Soekartawi. 1995.Teori Ekonomi Produksi.Rajawali Pers. Jakarta. 257 hlm.

(55)

62

Stevenson, F. J. 1982.Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reactions. John Wiley and Sons, New York. 443 hlm.

Subandi. 2002.Peranan dan Pengelolaan Hara Kalium untuk Produksi Pangan di Indonesia. Pengukuhan Ahli peneliti Utama di Bandar Lampung, Oktober 2002. 13 hlm.

Subandi. 2011. Pengelolaan hara kalium untuk ubikayu pada lahan kering masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Jurnal tinjauan ilmiah penelitian tanaman palawija. 22: 86-95.

Sutanto, R. 2002.Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan Dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Jakarta 219 hlm.

Sutedjo, M. N. dan A.G. Kartasapuetra. 1988.Pupuk dan Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. 177 hlm.

Suwarto. 2005.Model Pertumbuhan dan Produksi Jagung Dalam Tumpang Sari dengan Ubi Kayu. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 68 hlm.

Triolanda, Y. 2011.Pengaruh ukuran butir batuan fosfat yang dicampurkan dengan kotoran sapi segar terhadap ketersediaan unsur hara N dan P. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 100 hlm.

Wargiono, J., E. Turhekih dan N. Heryani. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Buku 4. Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad (Eds.).Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/ Bogor, 23-25 Agustus 1993. Hal 18-23.

Wargiono, J. dan E. Tukerkih. 1988. Pengaruh nitrogen, kalium, dan mulsa terhadap hasil ubikayu dan tanaman sela.Penelitian Pertanian8(2): 60-63 hlm.

Gambar

Tabel 1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan.
Gambar 1. Tata letak percobaan di lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

The aim of this research is to identify the most common speech acts used in disharmonic condition in “The Young Victoria” movie based on Searle’s Speech Acts

Selain itu, etil akrilat merupakan bahan baku pembuatan emulsion polymer.. Polimer emulsi dari etil akrilat banyak dimanfaatkan sebagai bahan perekat (adhesive),

Bagaimana pemahaman rumah tangga di lokasi Program Desa Mandiri Pangan mengenai kandungan gizi pangan yang dikonsumsi. Sangat

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Rataan daya tetas telur puyuh setelah pemberian vitamin E dan lama penyimpanan yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) namun secara statistik penambahan

pada tahap ini, pemilihan raja tidak dipilih langsung oleh rakyat seperti konsep demokrasi yang bersama kita pahami namun dalam syarat-syarat di atas, menunjukkan