• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS PADA SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS PADA SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

(ARENGA PINNATA MERR) Oleh

Imam Munandar

Serat ijuk merupakan serat alami yang ketersediaannya berlimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Serat ijuk dapat digunakan sebagai penguat alternatif untuk bahan komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik dan morphologi serat ijuk melalui hasil pengamatan photo Scanning Electron Microscope (SEM).

Pengekstrakan serat ijuk dilakukan dengan menggunakan sisir kawat yang berfungsi untuk memisahkan serat ijuk dengan pelepahnya. Dalam penelitian ini, serat ijuk yang dipilih yaitu berdiameter 0.25- 0.35mm, 0.36-0.45mm, dan 0.46-0.55 mm. Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan larutan alkali yaitu NaOH 5% selama 2 jam., kemudian di oven dengan suhu 800 C selama 15 menit. Setelah itu dila kukan pengujiantarik dengan standar ASTM D 3379-75.

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa semakin kecil diameter serat, maka kekuatan tariknya semakin tinggi. Kekuatan tarik terbesar pada kelompok serat ijuk berdiameter kecil (0.25-0.35 mm) adalah sebesar 208.22 MPa, regangan 0.192%, modulus elastisitas 5.37GPa dibandingkan kelompok serat ijuk dengan diameter besar (0.46-0.55 mm) sebesar 173.43 MPa, regangan 0.37%, modulus elastisitas 2.84 GPa. Hal ini dikarenakan rongga pada serat berdiameter 0.46-0.55 mm lebih besar dibandingkan serat berdiameter 0.25-0.35 mm

Keywords: Serat Ijuk, Oven, NaOH, Kekuatan Tarik, Scanning Electron Microscope

(2)

SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS

PADA SERAT IJUK

(ARENGA PINNATA MERR)

(Skripsi)

Oleh

IMAM MUNANDAR

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS

PADA SERAT IJUK

(ARENGA PINNATA MERR)

Oleh

Imam Munandar

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Tugas Akhir : SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS PADA SERAT IJUK(ARENGA PINNATA MERR)

Nama Mahasiswa : Imam Munandar

Nomor Pokok Mahasiswa : 0715021056

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Eng.Shirley Savetlana,S.T.,M.Met Drs. Sugiyanto, M.T.

NIP. 197402021999102001 NIP. 195704111986101001

2. Ketua Jurusan Teknik Mesin

Harmen Burhanuddin,S.T.,M.T

(5)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr.Eng.Shirley Savetlana,S.T.,M.Met ______________

Penguji Utama : Ir. Nafrizal,.M.T. ______________

Anggota Penguji : Harnowo Supriadi, M.T ______________

2. Dekan Fakutas Teknik Universitas Lampung

Dr.Ir.Lusmeilia Afriani, D.E.A.

NIP. 196505101993032008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, tanggal 19 Agustus 1989, sebagai anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. Rum Hatta (Alm) dan Ibunda Junainah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Perumnas Way Halim pada tahun 2001, SLTP Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2007.

(7)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari

suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain dan

hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap”

(QS. Al insyirah : 6-8)

”Segala sesuatunya sudah ditentukan, jalannya

manusia hanyalah doa dan usaha, rejeki maut dan

jodoh hanyalah penantian”

(Pepatah)

”Ikutilah air mengalir sampai ke titik terendah,

disanalah ia akan bermuara”

(Pepatah)

”Janganlah pernah menangisi keadaan, tetaplah

berdiri dan tunjukkan jati dirimu”

(8)

Skripsi ini saya persembahkan sebagai

tanda hormat dan terima kasih saya kepada:

Keluargaku

dan

(9)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam, karena atas ridho dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Sifat Mekanik dan Sifat Fisis Pada Serat Ijuk“ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu, sehingga pelaksanaan dan penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Ucapan terima kasih tersebut layak penulis hanturkan kepada:

1. Ibu Dr. Lusmeilia, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung. 2. Bapak Harmen Burhanudin, S.T., M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Shirley Savetlana S.T., M.Eng., selaku Pembimbing Utama Tugas Akhir yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan selama penulis melaksanakan ujian dan penyelesaian Tugas Akhir ini.

(10)

iii

5. Bapak Ir. Nafrizal, M.T., selaku Pembahas Tugas Akhir yang telah berkenan memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan selama melaksanakan penelitian

6. Bapak Harnowo, S.T., M.T, dan Ir. Herry Wardono, M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan, masukan dan saran yang telah diberikan.

7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Jurusan Teknik Mesin yang telah banyak memberikan ilmu selama penulis melaksanakan studi, baik berupa materi perkuliahan maupun tauladan dan motivasi.

8. Ayahanda Drs. Rum Hatta S.ag (Alm) dan Ibunda Junainah, atas nasehat, doa restu, cinta, kesabaran dan kasih sayangnya.

9. Ayuk fithri, Kakak Ita, Ayuk Neli, Ayuk Feni, adikku Arif Budiman, dan Kak Raswin, Kak Ecin, Kak Tanto serta Segenap keluarga besar penulis atas dukungan, motivasi,bantuan dan doanya.

10.Efri Mahmuda sebagai teman satu team Tugas Akhir dan Ragil Kurniawan, Bakung Kunto W, Joni Yanto, Rahmad Ramadhan, Meylia Rodiawaty, Asep Rulloh S.T., A.Isnain P, Reza Adhan, Agus kempol, Jeffry, Lamsihar, Kakak Chan, Porda, Yohanes, Indra, Desi yanto Utomo, Kristoper, Ridho Q, Jasiron, Riyan, Agung Juntax, Dwi wahyudi dan rekan–rekan Teknik Mesin 2007 serta Kakak dan Adik tingkat Teknik Mesin tercinta yang telah membantu dan memberikan dukungannya semoga kebersamaan ini tetap terjaga hingga akhir hayat.

(11)

12.Bapak Riyan Rudi atas bantuannya selama pengujian Tugas Akhir di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung.

13. Imam Munandar, Ryan, Yogi, Ikbal, Obby, Agil, Bayu, Hendra, Sandi, Bang Boy dan Rekan-rekan Teknik Mesin Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi atas bantuannya selama pengujian Tugas Akhir Bandung

14.Sahabat-sahabatku SMA Negeri 5 Bandar Lampung Khususnya Fery febriansyah, Ilham Alvin, Dicky azis N, M.Satya D, Galank, Adonia Manik, Yoki, dan atas motivasi, saran, dan dukungannya selama ini dan semoga kebersamaan ini tetap terjaga hingga akhir hayat

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amien.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...i

SANWACANA ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah... 4

E. Hipotesa... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

II. KAJIAN PUSTAKA A. Serat Ijuk ... 6

B. Serat Alam dan Sintesis ... 10

C. Perlakuan Serat... 16

D. Metode Pengekstrakan Serat Ijuk... 19

E. Pengaruh Kimia Terhadap Karakteristik Serat ... 22

(13)

G. Hasil-hasil Penelitian Serat Ijuk ... 29

H. Aplikasi Komposit Serat Alam ... 32

I. Sifat-Sifat Material Serat... 33

J. Sifat-Sifat Mekanik Material... 33

K. Perlakuan Alkali ... 34

L. Kekuatan Tarik ... 36

M. Mikrometer Sekrup ... 40

N. Photo Scanning Electrone Microscope (SEM) ... 41

III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 42

B. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 42

1. Bahan Penelitian ... 42

2. Peralatan Penelitian ... 44

C. Prosedur Penelitian ... 46

1. Survey Lapangan dan Study Literature ... 46

2. Persiapan Serat Ijuk ... 47

3. Pembuatan Spesimen Uji ... 48

4. Sifat Mekanik dan Sifat Fisis... 49

(14)

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Komposisi Kimia Pada Serat Ijuk ... 58 B. Kekuatan Tarik Pada Serat Ijuk ... 65

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 81 B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Sifat Mekanik Dari Beberapa Jenis Serat ... 8

2. Klasifikasi Serat/Serat Tekstil ... 10

3. Sifat Mekanik Serat Gelas ... 13

4. Peningkatan Tegangan Dan Regangan Pada Serat Rami Yang Mendapat Perlakuan Dan Tidak Mendapat Perlakuan Kimia ... 22

5. Kandungan Selulosa Dalam Berbagai Bahan Tumbuhan. ... 24

6. Komposisi Kimia Serat Kapas ... 27

7. Kandungan Kimia Eceng Gondok Segar ... 28

8. Kandungan Dari Tangkai Eceng Gondok Kering ... 28

9. Sifat-Sifat Fisik Dan Kimia Beberapa Serat Alam ... 29

10. Koefisien serapan papan komposit serat ijuk terhadap sinar dan sinar ... 30

11. Kuat Tarik Belah Campuran Semen-Pasir-Ijuk ... 31

12. Kuat Desak Campuran Semen-Pasir-Ijuk ... 32

13. Aplikasi Komposit Serat Alam ... 32

14. Pengujian Tarik Serat Nilon ... 36

15. Pengamatan Diameter Serat ... 45

(16)

ix

17. Komposisi Kimia Serat Ijuk Dengan Perlakuan Perendaman NaOH 5%

Selama 2 Jam Tanpa di Oven 800 C ... 59

18. Komposisi Kimia Serat Ijuk Dengan Pemanasan Selama 15 Menit ... 60

19. Komposisi Kimia Serat Ijuk Dengan Pemanasan Selama 30 Menit ... 60

20. Komposisi Kimia Serat Ijuk Dengan Pemanasan Selama 60 Menit ... 61

21. Komposisi Kimia Serat Ijuk Dengan Pemanasan Selama 90 Menit ... 61

22. Komposisi Kimia Serat Ijuk ... 62

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Serat Ijuk ... 10

2. Klasifikasi Jenis Serat Alam ... 11

3. Rumus Kimia Selulosa ... 24

4. Kurva Tegangan-Regangan ... 37

5. Fungsi Mikrometer Sekrup ... 40

6. Skala Mikrometer Sekrup ... 41

7. Contoh Photo Scanning Electrone Microscope (SEM) ... 41

8. Serat Ijuk ... 43

9. Air dan aquades ... 43

10. Karton ... 43

11. Lem Perekat ... 44

12. Alkali NaOH ... 44

13. Mesin Uji Tarik Statis ... 45

14. Mikrometer Sekrup ... 45

15. Alat Uji Scanning Electrone Microscope (SEM) ... 45

16. Sisir Kawat ... 46

17. Spidol, Penggaris, cutter ... 46

18. Ukuran Uji Tarik Serat Standar ASTM D 3379-75 ... 47

(18)

xii

20. Diagram Alir Penelitian ... 57

21. Grafik Komposisi Kimia Serat Ijuk ... 62

22. Grafik Force vs Terhadap elongation 0.3 mm ... 65

23. Grafik Force vs Terhadap elongation 0.4 mm ... 65

24. Grafik Force vs Terhadap elongation 0.5 mm ... 66

25. Diameter 0.3 mm Pada Serat Ijuk Yang Didapat SEM ... 67

26. Morphologi Pada serat Ijuk Berdiameter 0.3 mm Yang Didapat SEM .... 67

27. Diameter 0.4 mm Pada Serat Ijuk Yang Didapat SEM ... 68

28. Morphologi Pada serat Ijuk Berdiameter 0.4 mm Yang Didapat SEM ... 68

29. Diameter 0.5 mm Pada Serat Ijuk Yang Didapat SEM ... 69

30. Morphologi Pada serat Ijuk Berdiameter 0.5 mm Yang Didapat SEM ... 69

31. Grafik Tegangan Tarik Terhadap Serat Ijuk ... 71

32. Grafik deviasi Stress Terhadap Serat Ijuk ... 72

33. Grafik Strain Terhadap Serat Ijuk ... 73

34. Grafik Deviasi Strain Terhadap Serat Ijuk ... 73

35. Grafik Modulus Young Terhadap Serat Ijuk ... 74

36. Grafik Deviasi Modulus Young Terhadap Serat Ijuk ... 75

37. Photo SEM Morfologi Serat Ijuk yang Berdiameter 0.3 mm a. Photo SEM Morphologi Serat Ijuk Sebelum dilakukan uji tarik……..76

b.Photo SEM Morphologi Serat Ijuk Setelah dilakukan uji tari k ………76

38. Photo SEM Morfologi Serat Ijuk Yang Berdiameter 0.4 mm a. Photo SEM Morphologi Serat Ijuk Sebelum Dilakukan Uji Tarik ... 77

(19)

39. Photo SEM Morfologi Serat Ijuk Yang Berdiameter 0.5 mm

(20)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Serat merupakan material yang umumnya jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat bahan untuk memperkuat komposit sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila dibandingkan dengan tanpa serat penguat. [Hesti, 2009]

Pada dewasa ini teknologi komposit serat mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada dasarnya serat dibagi menjadi dua yaitu serat alami (natural fibers) dan serat buatan (synthetic fibers). Serat banyak dimanfaatkan di dunia perindustrian, seperti pabrik pembuat tali, industri tekstil, industri kertas, karena mempunyai kekuatan yang tinggi, serat sangat baik untuk material komposit. Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintesis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang atau terbarukan, sehingga mengurangi konsumsi petrokimia maupun gangguan lingkungan hidup. [Evi, 2008]

(21)

serat alami yang lain yang biasa dimanfaatkan sebagai material temuan yang bersifat inovatif, bahkan gagasan yang menajupkan terutama untuk bahan baku industri material komposit, yakni serat ijuk. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil serat ijuk di dunia dengan kapasitas 164389 ton/ tahunnya dan provinsi Lampung menghasilkan serat ijuk sebesar 2004 ton/tahun.

Serat ijuk adalah serat alam yang berasal dari pohon aren. Dilihat dari bentuk, pada umumnya bentuk serat alam tidaklah homogen. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pembentukan serat tersebut bergantung pada lingkungan alam dan musim tempat serat tersebut tumbuh. Aplikasi serat ijuk masih dilakukan secara tradisional, diantaranya digunakan sebagai bahan tali menali, pembungkus pangkal-pangkal kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan rayap, penahan getaran pada rumah adat Karo, saringan air dan lain-lain. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air, dan sulit dicerna oleh orgasme perusak.[ evi, 2008]

(22)

3

menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya bagi kesehatan jika serat gelas didaur ulang .

Oleh sebab itu penelitian tentang sifat fisis dan mekanisnya serat ijuk ini dilakukan, karena serat ijuk memiliki persediaan yang melimpah dan sifat mekanik yang baik dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam pemilihan untuk dasar bahan alternatif pengganti serat gelas sehingga tercipta bahan dasar (filler) komposit baru yang dapat digunakan dalam industri.

B.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui kandungan komposisi kimia dalam serat ijuk

2. Mengetahui sifat-sifat mekanik dari serat ijuk yaitu uji tarik statis.

3. Mengetahui struktur serat dengan analisa hasil Photo Electron (Scannning Elektron Mikroscope) dan diameter serat ijuk dengan Mikrometer Sekrup.

C.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang penelitian bahan dasar (filler) material komposit. 2. Bagi akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan

dalam hal bahan dasar (filler) komposit serat alam.

(23)

sehingga akan meningkatkan nilai jual serat ijuk serta meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya petani.

D.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu

1. Serat yang dijadikan sebagai bahan penelitian pada tugas akhir ini adalah serat ijuk.

2. Penguukuran serat ijuk menggunakan mikrometer sekrup dengan mengelompokkan diameter serat ijuk yaitu 0.25-0.35 mm, 0.36-0.45 mm dan 0.46-0.55 mm.

3. Pengujian sifat mekanik serat berupa uji kekuatan tarik statis

4. Pengujian sifat fisis yaitu komposisi kimia dan uji SEM. Uji komposisi kimia serat ijuk, yaitu selulosa, kadar air, kadar abu, dan lignin. Uji SEM (Scanning Electrone Microscope) dengan megambil salah satu sampel serat ijuk secara acak.

5. Serat dengan tanpa perlakuan dan perlakuan alkali NaOH 5% selama 2 jam kemudian di oven dengan suhu 80 0C selama 15, 30, 60, dan 90 menit .

E.Hipotesa

Serat ijuk adalah serat yang belum digunakan secara optimal. Dengan melakukan pengujian komposisi kimia serat ijuk, uji tarik statis, dan mikrometer sekrup sehingga diketahui modulus elastisitas, regangan, tegangan, dan pengaruh diameter pada serat ijuk sehingga layak menjadi bahan

(24)

5

F.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah

I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, hipotesa, serta sistematika penulisan laporan.

II : KAJIAN PUSTAKA

Berisikan landasan teori dari beberapa literatur yang mendukung pembahasan tentang studi kasus yang diambil, yaitu sifat-sifat mekanik serat ijuk dengan perlakuan alkali. Dasar teori ini dijadikan sebagai penuntun untuk memecahkan masalah yang berbentuk uraian kualitatif atau model matematis.

III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metode yang digunakan penulis dalam pelaksanaan penelitian yaitu tentang diagram alur penelitian, penyiapan spesimen uji, pembuatan spesimen uji, serta pengujian mekanis serat. IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

(25)

V : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari data yang diperoleh dan pembahasan dari penulis tentang studi kasus yang diambil.

DAFTAR PUSTAKA

Berisikan literatur-literatur atau referensi-referensi yang diperoleh penulis untuk menunjang penyusunan laporan penelitian

LAMPIRAN

(26)

II. KAJIAN PUSTAKA

A.Serat Ijuk

Serat merupakan salah satu material rancang bangun paling tua. Jute, flax, dan hemp telah digunakan untuk menghasilkan produk seperti tali tambang, jaring,

cordage, water hose dan container sejak dahulu kala. Serat tumbuhan dan binatang masih banyak digunakan untuk felts, kertas, sikat tau kain tebal.

Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bahan utama yang menahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan atau diameter serat yang mendekati kistal maka semakin kuat bahan tersebut, karena minimnya cacat pada material (Triyono & Diharjo K, 2000).

(27)
(28)

9

Serat sebagai penguat dalam stuktur komposit harus memenuhi persyaratan fungsional yaitu (a) modulus elastisitas yang tinggi, (b) Kekuatan patah yang tinggi, (c) Kekuatan yang seragam di antara serat, (d) Stabil selama proses produksi, (e) Diameter serat yang seragam.[ Schwartz,1984].

(29)

Gambar 1. Serat Ijuk

B.Serat Alam dan Sintesis

Serat alam dan sintesis banyak jenis klasifikasinya. Serat alam yang sering digunakan adalah serat pisang, kapas, wol, serat nanas, serat rami, dan serat sabut kelapa , sedangkan serat sintesis diantaranya nilon, akril, dan rayon. Tabel 2. Klasifikasi serat/ serat Tekstil [Surdia,dkk 1999]

NO Serat Jenis

1. Serat kimia atau serat buatan

Serat regenerasi Serat sintesis Serat anorganik

2. Serat alam

Serat tumbuhan Serat binatang Serat galian atau asbes

(30)

11

ijuk, dan lain-lain. Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian serius dari para ahli material komposit karena, (a) Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat alam memiliki masa jenis yang rendah. (b) Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat diolah kembali, harganya relatif murah, dan tidak beracun. Serat alam seperti ijuk, sabut kelapa, sisal, jerami, nanas dan lain-lain merupakan hasil alam yang banyak tumbuh di Indonesia. Skema klasifikasi jenis serat alam.

(31)

Macam- macam jenis serat diantaranya

1. Serat asbestos, serat ini dibagi menjadi 2, yaitu :(a). Crhysotile asbestos

(serat asbestos putih) mempunyai rumus kimia 3MgO.2SiO2.H2O dan

merupakan mineral yang tersedia cukup banyak di alam. Serat ini mempunyai diameter minimum 0,001 m. Ditinjau dari segi kekuatannya cukup baik, tetapi serat ini jarang tersedia di pasaran umum sehingga menjadikan kurang banyak digunakan sebagai bahan tambahnya.

Crhysotile asbestos mempunyai rumus kimia Na2O,

Fe2O3,3FeO.8SiO2.H2O. Serat ini mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi

sekitar 3500 Mpa dan cukup banyak di Kanada, Afrika Selatan dan Rusia. (b) Hambatan jarang dipakainya serat ini adalah sulit didapatkan di setiap Negara sehingga harganya relatif mahal, disamping itu beberapa tahun belakangan ini banyak pendapat tentang bahaya serat ini terhadap kesehatan manusia, serat ini dianggap sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsirorganik).

2. Serat Kaca

(32)

13

rendahnya kekuatan komposit sangat bergantung dari serat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada kompsit mulanya diterima oleh matriks yng diteruskan serat, sehingga serat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu, serat haruslah mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang tinggi daripada matriks penyusun komposit.

Aplikasi dari serat gelas yang terkenal misalnya otomotif dan bodi kapal, pipa plastik, kotak penyimpanan, dan industry dasar. Tabel 3. Sifat mekanik Serat Gelas.

Serat baja mempunyai banyak kelebihan diantaranya : mempunyai kuat tarik dan modulus elastisitas yang cukup tinggi, tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh sifat alkali semen. Penambahan serat baja pada beton akan menaikkan kuat tarik, kuat lentur, dan kuat impak. Sedangkan kelemahan serat baja adalah apabila serat baja tidak terlindung dalam beton akan mudah terjadi karat (korosi), adanya kecenderungan serat baja tidak menyebar secara merata dalam adukan dan serat baja hasil produki pabrik harganya cukup mahal.

(33)

Serat karbon mempunyai beberapa kelebihan yaitu tahan terhadap lingkungan agresif, stail pada suhu yang tinggi, tahan terhadap abrasi, relatif kaku dan lebih tahan lama. Tetapi penyebaran serat karbon dalam adukan beton lebih sulit dibandingkan dengan serat jenis lain.

5.Serat polypropylene

Serat polypropylene dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai tali rafia. Serat polypropylene mempunyai sifat tahan terhadap serangan kimia, permukannya tidak basah sehingga mencegah terjadinya penggumpalan serat selama pengadukan. Serat polypropylene mempunyai titik leleh 1650 C dan mampu digunakan pada suhu lebih dari 1000C untuk jangka waktu yang pendek.

6. Serat polyethylene

Serat polyethylene dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai tali tambang plastic. Serat polyethylene ini hampir sama dengan serat polyethylene hanya bentuknya berupa serat tunggal.

7. Serat Alami

(34)

15

Adapun beberapa perbedaan antara serat alam dan serat sintesis, yaitu (a).Kehomogenan dimana serat sintesis memiliki sifat yang lebih homogen dibandingkan dengan serat alam, hal ini dikarenakan serat sintesis dibuat dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan serat alam memang sudah tersedia di alam yang mudah diperoleh di alam. (b). Pengaruh terhadap lingkungan, dimana serat alam lebih bersifat ramah terhadap lingkungan dibandingkan serat sintesis. Hal ini dikarenakan serat alam berasal dari alam sehingga mudah terurai. Pada umumnya serat sintesis sering digunakan masyarakat karena serat sintesis memiliki ukuran kekuatan tertentu dan lebih homogen sehingga mudah untuk diaplikasikan untuk suatu material.

(35)

C.Perlakuan Serat

Perlakuan serat merupakan perlakuan yang diberikan terhadap serat untuk meningkatkan ikatan antara fiber dan matriks sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik komposit seperti kekuatan tarik, kekuatan bending, dan modulus elastik. Adapun perlakuan serat, diantaranya

1. Perlakuan serat sintesis

a. Glass fiber (serat kaca) yaitu dengan tujuan meningkatkan kekuatan fiber dan matriks melalui ikatan fisik dan kimia untuk melindungi permukaan serat dari kelembapan dan fluida reaktif. Salah satu contoh perlakuan serat gelas adalah perlakuan permukaan serat dengan menggunakan silane dalam larutan, dimana silane dilarutkan ke dalam air, dan terjadi hidrolisis :

R’ – Si (OR)3+ γ HβO R’- Si (OH)3 + 3HOR

Sebelum dimasukkan ke dalam lautan silane, permukaan serat harus dibersihkan dan dipanaskan sampai temperature 3400 C selama 15-20 jam.

b. Carbon fiber, yaitu bertujuan untuk meningkatkan ikatan dengan matriks serta meningkatkan surface area dengan menciptakan

(36)

17

2500C, (b). Non Oksidatif dimana serat dilapisi dengan polimer organic yang memiliki kemampuan bereaksi dengan matriks resin. Contoh polimer coating adalah stryrene-maleicanhydride copolymer dan

polyamides, dan lain-lain.

c. Kevlar Fiber yaitu serat polimer yang sangat kuat dan dapat meningktkan toughness dari material komposit. Kevlar dapat digunakan sebagai serat dari produk komposit untuk struktur ringan yang handal, misalnya bagian kritis dari struktur pesawat terbang. Sebenarnya, material komposit bukanlah pengguaan asli dari Kevlar. Kevlar dikembangkan untuk pengganti baja pada ban radial dan untuk membuat rompi, helm antipeluru. Perlakuan ini bertujuan meningkatkan ikatan fiber-matriks. Terdapat 2 metode untuk meningkatkan ikatan Kevlar 49 dengan epoxy : (a). filament surface oxidation atau plasma etching dengan mengurangi kekuatan serat tetapi cenderung meningkatkan kekuatan aksial komposit yang tergantung pada kekuatan

interfacial fiber-matriks. (b) Formation of reactive groups seperti amina (NH2) pada permukaan serat dimana membentuk ikatan kovalen dengan epoxide group pada bidang permukaan.

(37)

a. Serat kelapa sawit, dimana diberikan perlakuan alkali yang direndam dengan NaOH selama 2 jam memiliki kekuatan tarik paling tinggi dibandingkan perendaman NaOH 0, 4, 6, dan 8 jam. b. Serat rami, yaitu (a) Perlakuan perendaman serat. Serat rami yang

masih mengandung lignin dan kotoran tersebut dibersihkan dengan menggunakan air. Serat yang sudah bersih direndam di dalam larutan alkali 5% NaOH dengan variasi waktu perendaman 0,2,4, dan 6 jam. Selanjutnya serat dinetralkan dari efek NaOH dengan perendaman menggunakan air bersih. Setelah pH rendaman netral pH= 7, serat ditiriskan hingga kering tanpa sinar matahari.

Bahan matrik yang digunakan adalah unsurated polyester (UPRS) 157 BQTN. Hardener yang dipakai adalah MEKPO (metal etil keton peroksida) dengan kadar 1%. Komposit dibuat dengan metode cetak tekan untuk fraksi volume serat sekitar 35%. (b). Pengaruh variasi volume serat. Jumlah masing-masing sampel uji sebanyak 6 buah dengan fraksi volume serat (10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%). Serat rami yang digunakan berupa serat kontinyu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin banyak volume serat maka kekuatan tarik dan modulus elastic komposit semakin tinggi. Perbandingan antara komposit yang ditarik secara longitudional memiliki kekuatan tarik dan modulus elastic yang lebih tinggi dibandingkan secara transversal.

(38)

19

10%, 20%, dan 30% berat selama 30 menit. Lalu dibiarkan kering dalam udara terbuka, setelah kering dimasukkan ke dalam hot press

pada temperature 1700C. Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa kekuatan tarik komposit serat pandan lebih tinggi dibanding komposit serat batang pisang. [anonym .2011]

D.Metode Pengekstrakan Serat Ijuk

Pada umunya metode pengekstrakan serat ijuk dari pohon aren hanya dilakukan secara manual yaitu ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 4-5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.

Tahap awal pengekstrakannya yaitu dengan memotong pangkal pelepah-pelepah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel. Lempengan- lempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat.

(39)

digunakan adalah peralatan yang seadanya (konvesional). Dalam proses ini semua dilakukan dengan manual tanpa tersentuh oleh automasi sedikit pun, semua rangkaian proses mulai dari proses pertama sampai proses finishing

semuanya dilakukan dengan tenaga manusia. (b) Proses secara automatic yaitu satu rangkaian proses produksi yang di dalam prosesnya sudah menggunakan peralatan yang canggih (automatic) bahkan ada yang sudah menggunakan robot dalam rangkaian prosesnya, dan tenaga manusia hanya digunakan saat proses setting machine saja. (c) Proses secara semiautomatis yaitu proses yang paling banyak digunakan di dunia industri, cara ini adalah gabungan antara cara manual dan automatis.[anonym, 2012].

Sedangkan pada pengekstrakan serat nanas dari daunnya (fiber sxtraction)

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) Proses secara manual (water retting and scrapping). Water retting adalah proses yang dilakukan oleh mico-organisme (bacterial action) untuk memisahkan zat-zat perekat (gunny substance) yang berada di sekitar serat daun nanas, sehingga serat akan mudah terpisah dan terurai stu dengan lainnya. Proses water retting dilakukan dengan cara memasukkan daun-daun nanas ke dalam air dengan waktu tertentu.. karena

(40)

21

yang tidak tajam untuk menghilangkan zat-zat yang masih menempel atau tersisa pada serat, sehingga serat-serat daun nanas akan lebih terurai satu dengan lainnya. Serat-serat tersebut dicuci dan dikeringkan. Karena dilakukan secara manual dengan tangan, proses water retting dan terutama pada proses scrapping diperlukan keahlian dan kesabaran seseorang dalam mengerjakannya. Dalam penelitian menunjukkan proses water retting ini akan menghasilkan warna serat daun nanas yang berwarna kecoklat-coklatan akibat adanya proses micro-organisme yang tumbuh padas serat tersebut, yang pada umumnya dikenal dengan istilah rust atau karat. [ Kirby, 1963]. (b) Proses dengan peralatan mesin decorticator. Mesin decorticator terdiri dari suatu silinder atau drum yang dapat berputar pada prosesnya. Pada permukaan silinder terpasang beberapa plat atau jarum-jarum halus (blades) yang akan menimbulkan proses permukulan (beating action) serat daun nanas pada saat silinder berputar. [ Doraiswarny dkk, 1993]. Gerakan perputaran silinder dapat dilakukan dengan secara manual (tenaga manusia) atau menggunakan motor listrik. Saat silinder berputar, daun-daun nanas sambil dipegang dengan tangan, disuapkan diantara silinder dan pasangan rol dan plat penyuap. Karena daun-daun nanas yang disuapkan mengalami proses pengelupasan, pemukulan, dan penarikan (crushing, beating, and pulling action) yang dilakukan oleh plat-plat atau jarum- jarum halus (blades) yang terpasang pada permukaan silinder selama berputar, maka kulit daun ataupun zat- zat perekat (gunny substance)

(41)

E.Pengaruh Kimia Terhadap Karakteristik Serat

Dampak bahan kimia terhadap serat sangatlah besar, diantaranya adalah sifat-sifat tarik dari serat rami yang telah dieksplorasi. Perlakuan kimia menunjukkan peningkatan kekuatan tarik pada serat mono filamen serat rami yang telah diberikan perlakuan alkali NaOH 15% menunjukkan gaya 0,049 N dan 0,098 N. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan tarik serat rami meningkat 4-18% dari pada serat rami yang tidak mendapat perlakuan sedangkan modulus elastisitas serat yang diberi perlakuan kimia menurun. Hal ini disebabkan karena regangan patah meningkat secara drastis dari 0,045-0,072 , dimana peningkatan dua atau tiga kali lebih tinggi dari pada serat yang tidak diberi perlakuan kimia. [Goda, dkk.2005]

Tabel 4. Peningkatan tegangan dan regangan pada serat rami yang mendapat perlakuan dan tidak mendapat perlakuan kimia. [Goda, dkk.2005].

Gaya terbaca Kondisi I (Tanpa Perlakuan NaOH)

0 0,049 0,252 151 0,45 0,049 0,046 0,434 306 0,061 0,098 0,044 0,562 441 0,065

Kondisi II (Dengan Perlakuan NaOH )

0 0,031 550 550 0,068

(42)

23

F.Komposisi Kimia Serat Ijuk

Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat fisik diantaranya : berupa helaian benang (serat) berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0,5 mm, bersifat kaku dan ulet (tidak mudah putus). Selama ini pemanfaatan ijuk belum terlalu banyak yaitu diantaranya sebagai bahan pembuat sapu dan tali tambang. Komposisi bahan penyusun dalam serat pada tanaman diantaranya

a. Selulosa

Selulosa merupakan suatu senyawa karbohidrat yang dapat ditemukan secara melimpah di alam ini. Selulosa terdapat di dalam dinding sel tumbuhan. Selulosa tersusun atas unit-unit glukosa yang berasal dari proses fotosintesis tumbuhan. Kemudian dalam suatu proses yang kompleks, glukosa mengalami modifikasi secara kimia dengan dipindahkannya satu molekul air dari setiap unit sehingga terbentuklah anhidrid glukosa.

C6H12O12 + H2O C6H10O6

Glukosa air anhidid glukosa

(43)

Tabel 5. Kandungan selulosa dalam berbagai bahan tumbuhan. Bahan Tanaman Selulosa (%)

Kapas 95-99

Rami 80-90

Bambu 40-50

Kayu 40-50

Lumut 25-30

Ekor Kuda 25-30

Bakteria 20-30

Tinjauan bidang glukosa pada selulosa terlihat dibawah gambar berikut ini

Gambar 3. Rumus Kimia Selulosa

(44)

25

Mikrofibril ini membentuk fibril-fibril dan akhirnya terbentuklah serat-serat selulosa. Karena strukturnya yang berserat dan ikatan-ikatan hydrogen yang kuat menyebabkan selulosa mempunyai kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut. Meskipun selulosa merupakan karbohidrat tetapi selulosa bukanlah sumber makanan bagi manusia atau hewan.

b. Hemiselulosa

Disamping selulosa dalam jaringan tanaman terdapat sejumlah polisakarida yang disebut poliosa atau hemilulosa. Hemilulosa semula diduga merupakan senyawa antara dalam biosintesis selulosa. Namun saat ini telah diketahui bahwa hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen yang dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Hemiselulosa berbeda dari selulosa karena komposisinya terdiri dari berbagai unit gula, rantai molekul yang lebih pendek, dan percabangan rantai molekul.

Seperti halnya selulosa, hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding-dinding sel. Hemiselulosa mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-komponen monomernya seperti D-glukosa, D-monosa, D-xilosa, L-arabinosa dan lainnya. Kebanyakan hemilulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200, yang artinya derajat polimerisasi umumnya kurang dari 200.

(45)

Lignin adalah salah satu komponen penyusun tanaman. Pada batang tanaman, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnnya sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak.

Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi, tersusun atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hydrogen dan oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa tersebut. Sebaliknya, lignin pada dasarnya adalah suatu fenol. Lignin sangatlah stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam karenanya susunan lignin di dalam tumbuhan tidak menentu.

Lignin tedapat diantara sel-sel dan di dalam dinding sel. Di antara sel-sel, lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama-sama. Dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberi ketegangan pada sel. Lignin juga berpengaruh terhadap dalam memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kandungan air kayu dan juga dikatakan bahwa lignin mempertinggi sifat racun kayu tahan terhadap serangan cendawan dan serangga. Keterangan yang diberikan oleh lignin merupakan faktor penentu sifat-sifat kayu.

(46)

27

yang besar dan kekuatannya rendah karena serat-serat lignin kaku memiliki ikatan antar serat yang lemah.

Lignin bersifat termoplastik yang artinya lignin akan menjadi lunak dan dapat dibentuk pada suhu yang lebih tinggi dan keras kembali apabila menjadi lignin. Sifat termoplastik inilah yang menjadi pedoman pembuatan papan keras (hardboard) dan lain-lain pada produk kayu yang dimampatkan.

d. Kadar Abu

Senyawa anorganik dalam tumbuh-tumbuhan dianalisis sebagai abu dengan cara bahan yang akan diuji dibakar pada suhu tertentu. Komponen utama abu tumbuhan adalah kalium, kalsium, dan magnesium. Kesalahan dalam menentukan kandungan abu kemungkinan disebabkan hilangnya sejumlah garam ammonia dan logam klorida dan juga disebabkan kurang efisiennya oksida terhadap karbonat-karbonat dari logam-logam alkali tanah.

Tabel 6. Komposisi kimia Serat Kapas [anonym,2006]

No Komposisi kimia Serat kapas

(47)

Tabel 7. Kandungan kimia Eceng gondok Segar [Hesty, 2009] Senyawa Kimia Persentase (%)

Air 92,6

Abu 0,44

Serat kasar 2,09

Karbohidrat 0,17

Lemak 0,35

Protein 0,16

Fosfor sebagai P2O5 0,52

Kalium sebagai K2O 0,42

Klorida 0,26

Alkanoid 2,22

Tabel 8.Kandungan dari tangkai eceng gondok kering,

Senyawa kimia Persentase %

Selulosa 64,51

Pentose 15,61

Lignin 7,69

Silica 5,56

(48)

29

Tabel 9. Sifat-sifat fisik dan kimia beberapa serat alam

Sifat-sifat Jute Pisang Sisal nanas Sabut

440-553 529-754 568-640 413-1627 131-175

Elongasi % 1-1,2 1-3,5 3-7 0,8-1,6 15-40

G.Hasil- hasil Penelitian Serat Ijuk

(49)

Serat ijuk yang telah dibersihkan lalu dibagi empat bagian, satu bagian sebagai pembanding dan tiga bagian lagi diradiasi dengan sinar dari sumber radioaktif Co-60 dengan aktivitas 74 kBq, masing-masing selama satu minggu, dua minggu, dan tiga minggu. Kemudian kempat bagian masing-masing dianalisa pola difraksinya dengan XRD dicetak menjadi papan komposit dengan arah acak 0/900 dengan fraksi berat 20%, 40%, dan 60%. Pencetakan dilakukan dengan ukuran 20 20 cm dan untuk mendapatkan ketebalan sampel 2,5 mm ditekan dengan tekanan 50 kN/cm2 selama 2 jam dengan suhu 600C.

Pengukuran koefisien serapan masing-masing papan komposit dilakukan dengan radiasi dari unsur radioaktif Sr-90 dengan aktiitas 74 kbq, dan radiasi Co-60 dengan aktivitas 74 kBq. Dari hasil peneliian ini diperoleh orientasi serat yang berbeda dan modifikasi serat ijuk pada papan komposit tidak mempengruhi daya serapnya terhadap radiasi nuklir sinar dan sinar. Fraksi berat serat mempengaruhi koefisien serapan papan ijuk terhadap sinar dan

Koefisien Serapan (cm2/gr) Penyerap Al( cm2/gr) Fraksi Berat

20 % 40% 60%

(50)

31

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mulyadi (tesis,1990) bahwa serat ijuk dapat dipakai sebagai periasi radiasi neutron, mengingat banyaknya kandungan atom karbon yang terdapat dalam bahan serat alam ini, yaitu lebih dari 50% sehingga dapat menyerap radiasi neutron.

Penelitian Wiryawan Sarjono P tentang pengaruh penambahan serat ijuk pada kuat tarik campuran semen-pasir dan kemungkinan aplikaisnya. Pada penelitian ini, digunakan benda uji yaitu msing-masing jenis adukan berupa 5 silinder uji tekan, 5 silinder uji tarik belah dan 3 benda uji impak. Perbandingan volume adukan adalah 1:11 (semen+pasir) sedang serat ijuk yang digunakan adalah dengan panjang 2,5 cm. Penambahan serat ijuk msing-masing jenis adukan sebanyak (1-5%) dari berat semen. Kode yang digunakan pada benda uji adalah BI-0 untuk adukan tanpa ijuk, BI-1 untuk adukan ijuk 1%, BI-2 untuk adukan ijuk 2%, BI-3 untuk adukan dengan ijuk 3%, BI-4% untuk adukan dengan 4% dan BI-5 untuk adukan ijuk 5%.

Tabel 11. Kuat tarik Belah campuran semen-pasir-Ijuk

No Kode Campuran Kuat Tarik MPa Peningkatan %

1 BI-0 0,807 -

2 BI-1 0,865 7,18

3 BI-2 0,932 15,49

4 BI-3 1,048 29,80

5 BI-4 1,088 34,81

(51)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan serat ijuk sebanyak (1-5%) pada campuran semen-pasir mampu meningkatkan (a) Kuat tarik belah dengan peningkatan kuat tarik tertinggi dicapai oleh penambahan ijuk sebanyak 4% yaitu sebesar 34,81% (b) kuat desak dengan peningkatan kuat desak tertinggi dicapai oleh penambahan ijuk sebanyak 4% sebesar 9,8 % .

Tabel 12. Kuat Desak Campuran Semen-Pasir-Ijuk

No Kode Campuran Kuat Desak Mpa Peningkatan %

1 BI-0 7,440 -

2 BI-1 8,073 8,51

3 BI-2 8,094 8,79

4 BI-3 8,104 8,93

5 BI-4 8,174 9,86

6 BI-5 7,584 1,93

H.Aplikasi Komposit Serat Alam

Aplikasi komposit serat alam pada bidang automotive ditunjukkan pada tabel 13. Aplikasi Komposit serat alam

(52)

33

I. Sifat-Sifat Material Serat

Material serat memiliki sifat-sifat yang tidak jauh berbeda dari material teknik lainnya. Sifat- sifat tersebut diantaranya (a). Sifat mekanik, yaitu sifat dari bahan yang dikaitkan dengan kemampuan bahan tersebut menahan beban. Dalam praktek suatu bahan yang dibebani harus mampu menahan beban tersebut tanpa timbul kerusakan. (b). Sifat Fisik, yaitu kemampuan material untuk mengalami peristiwa fisika seperti titik lebur, daya hantar listrik dan panas. (c) Sifat Pengerjaan, merupakan kemampuan material untuk membentuk sifat-sifat baru akibat perlakuan khusus padanya. (d) Sifat teknologi, yaitu kemampuan material untuk diproses secara teknologi seperti dipress. (e) Sifat Kimia merupakan kemampuan material untuk mengalami peristiwa kimia.

J. Sifat-Sifat Mekanik Material

(53)

unsur-unsurnya. (f) Ketahanan lelah (Fatigue Life) merupakan fenomena terjadinya kerusakan material karena pembebanan yang berulang-ulang. Apabila suatu logam dikenakan tegangan berulang, maka akan patah pada tegangan yang jauh lebih rendah dibandingkan tegangan yang dibutuhkan untuk menimbulkan perpatahan pada beban statik. (g) Meningkatkan konduktivitas panas yaitu menambah laju perambatan panas pada padatan dengan aliran panas yang mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. (h) Kekerasan atau

hardness merupakan ketahanan suatu material untuk menahan kerusakan (damage) eksternal seperti goresan atau tekanan.(i) Keuletan dan kegetasan. Keuletan yaitu suatu sifat yang menggambarkan kemampuan material untuk menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan sedangkan kegetasan adalah sebagai terjadinya perpatahan akibat pembebanan tanpa didahului oleh perubahan bentuk. (j) Elastisitas dan plastisitas. Elastisitas merupakan kemampuan matrial untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima beban yang menyebabkan perubahan bentuk. Jika material dibebani melebihi batas elastiitasnya maka akan terjadi perubahan bentuk (deformasi) permanen. Plastisitas merupakan kemampuan suatu material untuk mengalami perubahan bentuk tanpa mengalami kerusakan [Yunus, 2008]

K.Perlakuan Alkali

(54)

35

sehingga sifat alami hydropholic serat dapat memberikan ikatan interfacial dengan matrik secara optimal.

Perlakuan alkali (KOH, LiOH, NaOH) terhadap serat dilakukan untuk memisahkan lignin dan kontaminan yang terkandung di dalam serat, sehingga didapat serat yang lebih bersih. Reaksi dari perlakuan alkali terhadap serat adalah:

Fiber – OH + NaOH Fiber – O-NA+ + H2O

NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Menurut teori

Arrhenius basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH negative dan ion postif. Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin (seperti sabun). Sifat licin terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa. Salah satu indikator yang dgunakan untuk menunjukkan kebasaan adalah lakmus merah. Bila lakmus merah dimasukan ke dalam larutan basa maka berubah menjadi biru.

Penelitian mengenal efek modifikasi kimia terhadap serat menyebutkan bahwa perlakuan alkali meningkatkan kekuatan rekat antara serat dengan matrik. Kekuatan tarik disebutkan mengalami peningkatan sbesar 5%. Dibandingkan alkali lain seperti KOH dn LiOh, perlakuan alkali NaOH adalah yang paling baik. Penelitian menyatakan bahwa Na+ memiliki diameter partikel yang sangat kecil dimana dapat masuk ke pori terkecil serat dan masuk ke dalamnya sehingga dapat melepaskan minyak dan kontaminan lebih baik.

(55)

dapat dinilai tegangan tarik yang optimum adalah 190,270 Mpa dan perpanjangan 0,44% untuk perlakuan alkali selama 2 jam dibandingkan dengan nilai tegangan tarik pada perlakuan 0 jam, 4 jam, dan 6 jam.

L.Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik merupakan kemampuan suatu bahan mendapat beban terhadap kekuatan tarik. Hal ini diukur dari beban atau gaya maksimum berbanding terbalik dengan luas penampang bahan uji yang memiliki satuan Mpa, N/mm2, Kg/mm2 atau pound/inch2 [yunus, 2008]. Kekuatan tarik (ultimate tensile strength) adalah salah satu sifat penting suatu material. Tujuan uji tarik dilakukan yaitu untuk mengetahui bahan tersebut liat atau tidaknya dengan cara mengukur perpanjangannya [Supardi, 1994]. Salah satu contoh yaitu uji tarik serat nilon yang mempunyai diameter 0,5 mm.

Tabel 14. Pengujian Tarik Serat Nilon

Serat Beban yang diberikan (Kg) Elongation (%)

1 9,35 6,4

2 9,10 7,3

3 9,29 6,8

4 9,41 6,7

5 9,02 7,1

Rata- rata 9,23 6,8

(56)

37

penampang bahan uji, dan memiliki satuan Mpa, N/mm2, Kg/mm2, atau psi [djafrie,2000]. Uji tarik dilakukan dengan jalan memberikan beban pada kedua ujung spesimen secara perlahan-lahan ditingkatkan hingga spesimen uji tersebut putus. Dengan pengujian ini dapat diketahui kekuatan tarik, beban luluh atau mulur, modulus elastisitas (modulus young), tegangan, pengurangan luas penampang, dan pertambahan panjang. Setelah pengujian tarik selesai dan spesimen uji putus maka kita akan mendapatkan diagram atau grafik uji tarik yang menunjukkan hubungan beban atau gaya terhadap perpanjangan.

Gambar 4. Kurva tegangan-regangan. Keterangan gambar :

1. Titik O – A

(57)

digunakan metode offset (garis lurus) untuk menentukan kekuatan luluh material. Untuk menghitung modulus elastisitas digunakan rumus :

E =

……….. (1)

Dimana: σ = tegangan (N/mm2),ε = regangan (%), E = Modulus elastisitas

(GPa). 2. Titik A

(a). Batas proporsional atau batas regangan.(b) tegangan tarik proporsional atau tegangan minimum. Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja pada tiap satuan luas penampang suatu spesimen uji.

……… (2)

Dimana: σp 0= tegangan tarik proporsional (N/mm2), F p 0= beban yang diberikan (N), A0 = luas penampang mula-mula (mm2)

3. Titik A-B

(a). Daerah mulur atau pertambahan panjang (yield point) atau batas aman. = ……… (γ)

Dimana : = tegangan tarik pada yield point (N/mm2), beban tarik pada yield point (N), Ao=Luas penampang awal

(b). Pengurangan luas penampang atau kontraksi yang terjadi pada spesimen uji dapat dicari dengan menggunakan rumus :

(58)

39

Dimana : =Pengurangan luas penampang atau kontraksi (%), A0 = luas

penampang mula-mula (mm2), A1= luas penampang terkecil pada patahan

(mm2).

4. Titik B, dimana batas elastisitas dan setelah titik B dimulainya plastisitas. 5. Titik C, dimana tegangan tarik maksimum (Peak Point)

……….. (5)

Dimana : Tegangan tarik maksimum (N/mm2), Fmaks = beban tarik

maksimum (N), A0 =luas penampang mula-mula (mm2).

6. Titik D

a. Tegangan tarik patah atau putus

= ……….. (6)

Dimana : Tegangan tarik saat patah (N/mm2), Fpth = beban tarik,

A0 =luas penampang mula-mula (mm2).

b. Persentase perpanjangan setelah patah

= 100 % atau

= ……….. (7)

Dimana : = regangan (%), L1 = panjang setelah patah (mm), L0 =

panjang mula-mula (mm), L= pertambahan panjang (mm).

(59)

Pada penelitian pengujian tarik pada serat ijuk ini menggunakan standar ASTM D 3379-75.

M. Mikrometer Sekrup

Micrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm. Micrometer terdiri dari: (a)Poros tetap, (b) poros geser atau putar, (c) skala utama, (d)skala nonius,(e) pemutar, dan (f) pengunci. Micrometer sekrup biasanya digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda misalnya tebal kertas yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Fungsi micrometer sekrup

(60)

41

Gambar 6. Skala micrometer Sekrup.

N.Photo Scanning Electron Microscope (SEM)

Pengamatan photo scanning electron microscope (SEM) merupakan pengamatan struktur mikro dengan menggunakan mikroskop electron. Permukaaan spesimen diambil gambarnya dan dari gambar ini diamati keadaan struktur spesimen.

Gambar 7. Contoh photo SEM

(61)
(62)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah:

1. Pengujian Komposisi Kimia Serat Ijuk di Laboratium Tekno logi Hasil Pertanian PoliTeknik Negeri Lampung (Polinela) dan Laboratium Biomassa, Universitas Lampung.

2. Pengujian Diameter Serat ijuk menggunakan mikrometer sekrup di Laboratium Material, Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung dan Uji SEM (Scanning Elektron Microscope) Serat Ijuk di Laboratium Science FMIPA Institut Teknologi Bandung, Bandung

3. Pengujian Tarik Serat Ijuk di Pengujian Sifat Mekanik (Kekuatan Tarik Statis) di Laboratium Kimia Fisik Institut Teknologi Bandung dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT), Bandung.

B.Bahan dan Peralatan Penelitian

1. Bahan Penelitian

(63)

Gambar 8. Serat Ijuk

b. Air dan aquades digunakan untuk menghilangkan kotoran atau debu yang menempel pada ijuk.

Gambar 9. Aquades c. Kertas atau karton

(64)

44

d. Lem perekat serat ke kertas atau karton.

Gambar 11. Lem Perekat

e. Larutan alkali 5% NaOH, untuk menghilangkan lapisan yang menyerupai lilin dipermukaan serat seperti lignin, hemiselulosa, dan kotoran lainnya.

Gambar `12. NaOH 5%

2. Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(65)

Gambar 13. Mesin uji tarik statis b. Mikrometer sekrup untuk mengukur diameter serat ijuk

Gambar 14. Mikrometer Sekrup

c. Scanning microscope electron (SEM) untuk menganalisa struktur serat ijuk.

(66)

46

d. Sisir kawat untuk membersihkan kotoran dari serat ijuk

Gambar 16. Sisir Kawat

e. Alat bantu lain yang digunakan adalah jangka sorong untuk mengukur serat ijuk, cutter, gunting, spidol, penggaris .

Gambar 17. Spidol, Penggaris, dan cutter

C.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan proses, yaitu: 1. Survey Lapangan dan Study Literature

(67)

lapangan yang berhubungan dengan penelitian yang ingin dilakukan serta mengambil data-data penelitian yang sudah ada sebagai pembanding terhadap hasil pengujian yang akan dianalisa.

2. Persiapan Serat Ijuk

Serat yang digunakan pada penelitian ini adalah serat Ijuk. Langkah-langkah dalam persiapan serat ijuk ini adalah

a. Pilih serat ijuk yang akan dipergunakan.

b. Serat ijuk dibersihkan dengan sisir kawat kemudian serat dibersihkan dengan cara direndam dengan air bersih, dipukul-pukul dan disisir. Kemudian serat direndam lagi dalam larutan alkali 5%NaOH selama 2 jam.

c. Serat dibersihkan dari larutan alkali dengan air aquades.

d. Serat ijuk dengan cara dipanaskan di oven atau tungku pemanas dengan temperature 800 Celsius selama 15 menit sebelum diuji.

e. Setelah itu buat kertas dibentuk seperti gambar dibawah ini, namun pada bagian tengahnya belum putus.

Serat

2,5 mm 30 mm

75 mm

(68)

48

f. Spesimen uji tarik diletakkan diantara kertas kemudian ujung serat direkatkan pada kertas dengan lem perekat. Tujuan ditempelkan serat di kertas agar beban tarik hanya ditahan oleh serat, sehingga lembaran penahan serat hanya berfungsi menahan serat agar tidak slip dengan penjepitnya.

3. Pembuatan spesimen Uji

Pembuatan spesimen uji dilakukan dalam tiga proses tahapan yaitu,

a. Analisis Komposisi Kimia adalah hasil dari proses pengekstrakan serat ijuk. Perlakuan yang dilakukan terhadap serat ijuk adalah sebelum perendaman NaOH 5% dengan pengeringan serat dijemur dibawah sinar matahari dan sesudah perendaman NaOH 5% selama 2 jam dengan temperatur 800 C dengan di oven selama 0, 15, 30, 60 dan 90 menit . b. Uji tarik yaitu ukuran spesimen uji tarik serat dengan standar ASTM D

3379-75. Spesimen uji tarik serat yang digunakan adalah serat yang telah diekstrak dimana diambil 19 sampel masing-masing diameter Ukuran untuk spesimen uji kekuatan tarik serat yang akan digunakan dalam penlitian ini adalah

Panjang daerah uji : 30 mm Panjang keseluruhan : 75 mm Lebar : 2,5 mm

(69)

No. Kelompok Diameter

(mm)

Struktur Serat Jumlah Pengujian

1 0.25-0.35 mm 1 19 2 0.36-0.45 mm 1 19 3 0.46-0.55 mm 1 19 57

4. Sifat mekanik dan Fisis

Pengujian serat ijuk dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu a. Kadar selulosa

Penentuan kadar selulosa sebagai berikut :

1. Kondisikan agar suhu air, asam asetat dan natrium hidroksida tetap 20 0,20 C

2. Timbang Cawan nasir dan botol kemudian dipanaskan pada oven suhu 105 ± 30 C sampai berat tetap. Dinginkan dalam desikator

sampai suhu kamar lalu ditimbang dengan ketelitian 0,5 mg. 3. Timbang 2, 0 gram sampel

4. Masukkan sampel ke dalam gelas piala 250 ml thermostat diatur pada suhu 20 ±0,2 0 C hingga suhu reaksi tetap 200 C.

(70)

50

% dan aduk selama 45 detik. Penambahan 10 ml Natrium hidroksida

berikut selama 15 detik.

6. Biarkan campuran dalam thermostat selama 3 menit. Tanpa mengeluarkan gelas piala dalam thermostat, tambahkan 10 ml

natrium hidroksida 17,5 % dan aduk selama 10 menit.

7. Lakukan penambahan hingga 3x10 ml natrium hidroksida 17,5 % setelah 2,5: 5 : 7 menit. Biarkan dalam thermostat selama 30 menit dalam keadaan tertutup.

8. Tambahkan 100 ml air suhu 20 0C dan biarkan selama 30 menit. 9. Tuangkan campuran sampel ke dalam cawan nasir yang dilengkapi

dengan labu isap, kemudian isap dengan pompa vaccum, kemudian bersihkan gelas piala dengan menggunakan 25 ml natrium hidoksida

8,3 % pada 20 0C.

10.Cuci endapan dengan 5 x50 ml air suhu 20 0C. fitrat yang didapat dipergunakan untuk menentukan selulosa.

11.Pindahkan cawan masir ke labu isap yang lain dan endapan dicuci dengan 400 ml air suling.

12.Tambahkan asam asetat 2N pada suhu 200C dan diaduk selama 5 menit. Cuci endapan dengan air suhu kamar sampai bebas asam, diuji dengan kertas lakmus.

13.Dikeringkan endapan dengan cara memasukkan cawan masir ke oven kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

14.Dihuitung kadar selulosa dengan menggunakan rumus : Selulosa

(71)

b. Kadar air ( Metoda Oven/ AOAC 1970, Ranggana 1979)

1. Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 2-5 gr. Dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya.

2. Keringkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 3- 5 jam.

3. Kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang, panaskan lagi dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator dan timbang perlakuan ini dilakukan hingga berat konstan ( selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg).

4. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan. % Air = ………… ( 9) Dimana,:

A = Berat sampel/ contoh B = Cawan + Sampel Basah C = Cawan + Contoh Kering

c. Kadar lignin

1. Timbang 1,0 ± 0,1 gr sampel

2. Ekstraksi sampel dengan alcohol benzene 1:2

(72)

52

4. Setelah terdispersi sempurna, ditutup gelas piala dengan kaca arloji dan dibiarkan di dalam bak perendam selama 2 jam dan dilakukan pengadukan sekali-kali selama proses berlangsung.

5. Tambahkan air suling sebanyak 300 ml ke dalam abu erlemeyer 1000 ml dan sampel dipindahkan dari gelas piala secara kuantitaf. Air suling ditambahkan lagi sampai volumenya 575 ml, sehingga konsentrasi asam sulfat menjadi 3%.

6. Larutan dipanaskan dalam Erlenmeyer sampai mendidih dan dibiarkan diatas penangas air selama 4 jam dengan api kecil. djaga agar volume larutan tetap.

7. Dinginkan dan diamkan sampai endapan lignin yang berbentuk mengendap sempurna.

8. Larutan didekantasikan dan endapan dipindahkan secara kuantitaf ke cawan masir dengan dilapisi kertas yang telah ditimbang sebelumnya.

9. Endapan lignin dicuci sampai terbebas dari asam dengan air panas. Cawan masih berisi endapan lignin dikeringkan dalam oven 105 ± 3

0

C, lalu dinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan.

10.Pengerjaan dilakukan dua kali penetapan.

11.Hitung kadar lignin yang terkandung di dalam sampel dengan menggunakan persamaan:

(73)

X = Kadar Lignin (%)

A = Berat endapan lignin (gr) B = Berat sampel kering oven (gr)

d. Kadar Abu

1. Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 2-5 gr. Dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya.

2. Bakar cawan berisi contoh di atas kompor hingga tidak berasap. 3. Kemudian pijarkan dalam atanur pada suhu 500-600 0C selama 3-4

jam hingga diperoleh abu berwarna keputih-putihan.

4. Dinginkn cawan dan abu dalam eksikator kemudian ditimbang. % Abu = …….. (11)

Dimana,:

A = Berat sampel/ contoh B = Cawan + Abu

C = Cawan kosong

e. Pengamatan dengan Mikrometer sekrup.

Proses mengetahui struktur dan diameter serat ijuk dengan menggunakan Mikrometer sekrup. Langkah- langkah dalam proses ini adalah

1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.

(74)

54

3. Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat.

4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi klik.

Gambar 19. Pembacaan skala micrometer sekrup. Adapun pembacaan skala micrometer, yaitu

1. Perhatikan skala putar berada pada angka berapa pada skala utama. Benda yang dipilih memiliki panjang skala utama 4,5 mm.

2. Perhatikan penunjukkan pada skala putar. Angka pada skala putar berimpit dengan garis mendatar pada skala utama.

f. Pengamatan dengan SEM

(75)

gambar/photo SEM menggunakan perangkat JEOl JSM-6510 LV

Analytical Scanning Electron Microscope. Tahapan dalam pengambilan scan foto tersebut sebagai berikut:

1. Bentuk spesimen harus berukuran kecil

2. Rekatkan spesimen pada cawan khusus dengan karbontip

3. Masukkan spesimen ke dalam alat auto fine coater JEOL JFC untuk proses coating (mengkonduktifkan spesimen)

4. Tekan tombol start untuk memulai proses coating dan amati monitor hingga menunjukkan angka ≤ 3 lalu tekan tombol stop.

5. Proses coating dilanjutkan kembali dengan menekan tombol start, proses coating yang kedua ini untuk member lapisan platina pada permukaan spesimen dengan berkas sinar.

6. Masukkan spesimen yang telah melalui proses coating tersebut ke dalam alat JEOL JSM- 6510 LV untuk pengambilan foto Scanning Elektron Microscope

g. Uji tarik statis

Langkah-langkah pengujian tarik statis yaitu: 1. Hidupkan mesin uji (Autograph AGS-G)

2. Pastikan tekanan udara (pnemutic) untuk beban makimum yang diperlukan terpenuhi.

(76)

56

4. Masukkan data spesimen uji yang telah diukur pada komputer dan menetapkan kecepatan pengujian.

5. Lembaran kertas dijepit pada cekam mesin uji tarik serat dengan kuat, penahan serat dipotong agar beban tarik hanya ditahan oleh serat saja.

6. Pastikan pemasangan spesimen uji dan siap dilakukan pengujian. 7. Mulai pengujian kekuatan tarik hi ngga spesimen patah atau putus,

catat beban sehingga tensile strength dapat dihitung dan mendapatkan hasil yang maksimal.

8. Lepas spesimen uji dari pencekam.

(77)

D.Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

Gambar 20. Diagram Alir Penelitian Mulai

Pembersihan Serat Ijuk Tahap Persiapan

Pengekstrakan Serat Ijuk

Perlakuan Alkali NaOH 5 % Pada Serat.

Uji Tarik ASTM D 3379-75

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

Study Literatur dan Survey Lapangan

Pembuatan Spesimen Sesuai Standart

Pengujian

Uji Komposisi Serat

Sifat Fisis Sifat Mekanik Pengamatan

SEM

(78)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai sifat mekanik dan sifat fisis pada serat ijuk

(arenga pinnata merr) dapat diambil beberapa simpulan antara lain:

1. Lamanya pengovenan mempengaruhi kadar komposisi kimia serat ijuk. Kandungan selulosa tertinggi pada pemanasan selama 15 menit sebesar 85.27%, kadar lignin 35.61%, dan kadar air 12.44%.

2. Semakin kecil diameter serat maka kekuatan tariknya besar, karena rongga pada serat kecil dan ikatan antar molekulnya banyak sehingga kekuatannya kuat. Semakin besar diameter maka kekuatan tariknya kecil, karena rongga pada serat besar dan ikatan molekulnya sedikit sehingga kekuatan tariknya rendah.

3. Pada kelompok diameter 0.25-0.35 mm mempunyai kekuatan tarik yang paling tinggi yaitu sebesar 208.22 MPa, regangan sebesar 0.192% dan modulus elastisitas yang tinggi sebesar 5.37 GPa . Kekuatan tarik terendah didapatkan dari kelompok serat berdiameter 0.46-0.55 mm yaitu kekuatan tarik sebesar 173.43 MPa, regangan sebesar 0.37%, dan modulus elastisitas yang rendah sebesar 2.842GPa.

(79)

B.Saran

Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan untuk hasil penelitian yang lebih baik adalah:

1. Untuk meningkatkan sifat mekanik serat, lakukan perlakuan serat dengan menggunakan jenis alkali lain, yaitu KMnO4 dan variasi temperature dalam pemanasan serat.

2. Untuk pembuatan komposit, pilih serat yang mempunyai sifat mekanik yang baik yaitu kelompok serat berdiameter 0.25-0.35 mm.

3. Penampang serat yang tidak bulat, maka lakukan pengukuran diameter serat dengan variasi sudut.

(80)

DAFTAR PUSTAKA

Anang,S.2009. “Perbedaan Serat Alami dan Buatan” Dari :

http://137maestro.blogspot.com/2009/05/perbedaan-serat-alami-dan-buatan.html

Ansori. 2006. Pemanfaatan Serat Nanas (AnanasCosmosus). Dari : http://bbt.kemenperin.go.id.html .(Diakses Tanggal 18 februari 2012 Pukul 14. 40 Wib)

ASTM. D 3379-75 Standar Test Method for Tensile Strength and Young a Modulus or High Modulus Single-Filament Materials. American Society for Testing and Materials.

Christiani s,.Evi. 2008. Karakterisasi Ijuk Pada Papan Komposit Ijuk Serat Pendek Sebagai Perisai Radiasi Neutron. Universitas Sumatera Utara

Diharjo, K, dan Triyono, T. 2003. Buku Pegangan Kuliah Material Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dinas Perkebunan Jawa Barat.2012. “Budidaya Tanaman Aren Indonesia”. Dari:

http ://Budidaya Aren « Aren Indonesia.htm.( Diakses Tanggal 18 Februari 2012 Pukul 14.28 wib)

Eichhorn S J, Young R .2004. Composite Micromechanics Of Hemp Fibres And Epoxy Resin Microdroplets.Comp Sci Technol 5: 767-772.

Goda, Koichi.M.S.Sreekala,Alesander Gomes. Kaji Takeshi. Junji Ohgi. 2005.

Improvement of Plant Based Natural Fibers for Toughening Green Composite-effect of Load Application During Mercerization of Rami

Gambar

Tabel 1. Sifat mekanik dari bebarapa jenis serat (Dieter H. Mueller)
Gambar 1. Serat Ijuk
Gambar 2. Klasifikasi Jenis Serat Alam
Tabel 4. Peningkatan tegangan dan regangan pada serat rami yang mendapat
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Namun sampel juga tidak mempunyai masalah dalam penggunaan bahan bantu mengajar Hasil daripada temu bual yang telah dijalankan, didapati bahawa sampel menghadapi masalah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang sebesar 17% terdapat jentik nyamuk Aedes spp dari jumlah 35 sampel sumur gali

Penelitian ini menggunakan data deret waktu selama 9 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2014 dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan Kualifikasi Kecil (Gred 2 atau 3 atau 4) Bidang Arsitektural sub bidang Bangunan

INFLUENCE OF JAMU MADURA “EMPOT SUPER” ON THE VAGINAL EPITHELIUM THICKNESS OF WHITE MICE ( Rattus norvegicus ) – AN IN

Masalah utama bagi perusahaan migas nasional baik swasta maupun BUMN untuk mengusahakan lapangan migas yang baru adalah dana untuk investasi pembuatan sumur baru