• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APLIKASI PACLOBUTRAZOL DENGAN KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TAJUK TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH APLIKASI PACLOBUTRAZOL DENGAN KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TAJUK TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASIPACLOBUTRAZOLDENGAN KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TAJUK

TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz.)

Oleh

ADE FITRI ANGGRAENI

Aplikasipaclobutrazolmerupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kompetisi antar tanaman terutama tanaman yang ditanam dengan sistem

tumpangsari. Pada penelitian ini digunakan tanaman ubikayu, tanaman ubikayu

dapat dibudidayakan secara tumpangsari namun memiliki tajuk yang tinggi dan

lebar. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui pengaruh aplikasi

paclobutrazolterhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu, (2) Mengetahui konsentrasi dan frekuensi aplikasipaclobutrazolyang dapat menghambat sementara pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu.

Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga

ulangan. Perlakuannya adalah 0 ppm (kontrol), 200 ppm dengan 2 kali aplikasi,

200 ppm dengan 3 kali aplikasi, 400 ppm dengan 2 kali aplikasi, 400 ppm dengan

3 kali aplikasi, 600 ppm dengan 2 kali aplikasi dan 600 ppm dengan 3 kali

(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasipaclobutrazolkonsentrasi 200 ppm dengan 2 kali aplikasi merupakan perlakuan yang dapat menghambat sementara

tajuk tanaman ubikayu dengan menekan pertumbuhan tinggi tanaman pada 4 mst

sampai 11 mst, sedangkan pada 12 mst sampai 19 mst tanaman ubikayu

mengalami peningkatan tinggi tanaman yang cukup signifikan. Namun aplikasi

paclobutrazolkonsentrasi 200 ppm dengan 2 kali aplikasi tidak menurunkan bobot ubi secara nyata.

(3)

PENGARUH APLIKASIPACLOBUTRAZOLDENGAN KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TAJUK

TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz.)

Oleh

ADE FITRI ANGGRAENI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH APLIKASIPACLOBUTRAZOLDENGAN KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TAJUK

TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz.)

(

Skripsi)

Oleh

ADE FITRI ANGGRAENI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus bangunpaclobutrazol. ... 14 2. Tata Letak Percobaan. ..………..………... 22

3. Keragaan tinggi tanaman ubikayu akibat aplikasipaclobutrazol dengan konsentrasi dan frekuensi berbeda pada umur tanaman

berbeda. ……… 28

4. Keragaan diameter batang tanaman ubikayu akibat aplikasi paclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda

umur tanaman. .………..….. 30

5. Tanaman yang tidak diberi perlakuanpaclobutrazol(P0). ………….. 108 6. Tanaman yang diberi perlakuanpaclobutrazol200 ppm 2 kali

aplikasi (P1). ……… 108

7. Tanaman yang diberi perlakuanpaclobutrazol200 ppm 3 kali

aplikasi (P2). ………. 108

8. Tanaman yang diberi perlakuanpaclobutrazol400 ppm 2 kali

aplikasi (P3). ………. 108

9. Tanaman yang diberi perlakuanpaclobutrazol400 ppm 3 kali

aplikasi (P4). ……… 109

10. Tanaman yang diberi perlakuanpaclobutrazol600 ppm 2 kali

aplikasi (P5). .………. 109

11. Tanaman yang diberi perlakuanpaclobutrazol600 ppm 3 kali

aplikasi (P6). ……….. 109

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh aplikasipaclobutrazol

terhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu. ………...……... 24

2. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap tinggi tanaman ubikayu umur 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 mst. ……….... 27

3. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap tinggi tanaman ubikayu umur 14, 15, 16, 17, 18, 19 mst. ……….. 27

4. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap diameter batang tanaman ubikayu umur 9, 10, 11, 12 mst. ………..…….. 29

5. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap tingkat kehijauan daun tanaman ubikayu umur 9, 11, 12, 13 mst. ……… 32

6. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap tingkat kehijauan daun tanaman ubikayu umur 14, 15, 16, 17 mst. ……….. 32

7. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap bobot kering daun tanaman ubikayu. ..….. 33

8. Pengaruh aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda terhadap bobot basah ubi tanaman ubikayu. ……… 34

9. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 4 mst. ……….. 48

10. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 4 mst. ………... 48

11. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 5 mst. ……….. 49

(7)

13. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 6 mst. ……….. 50

14. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 6 mst. ………. 50

15. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 7 mst. ……….. 51

16. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 7 mst. ………. 51

17. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 8 mst. ……….. 52

18. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 8 mst. ………. 52

19. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 9 mst. ……….. 53

20. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 9 mst. ………. 53

21. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 10 mst. ……….... 54

22. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 10 mst. ……… 54

23. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 11 mst. ……… 55

24. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 11 mst. ………..…. 55

25. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 12 mst. ………..……….. 56

26. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 12 mst. ………..……. 56

27. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 13 mst. ..……….. 57

28. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 13 mst. .………. 57

29. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 14 mst. ……… 58

30. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 14 mst. ………..…. 58

31. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 15 mst. ……… 59

32. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 15 mst. …………..…………. 59

33. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 16 mst. ………..……….. 60

34. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 16 mst. ..………. 60

35. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 17 mst. ……..………….. 61

(8)

37. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 18 mst. ……..………….. 62

38. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 18 mst. ……..………. 62

39. Data rata-rata pengamatan tinggi tanaman 19 mst. ……..………….. 63

40. Analisis ragam untuk tinggi tanaman 19 mst. ……..………. 63

41. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 4 mst. ……….. 64

42. Analisis ragam untuk jumlah daun 4 mst. ……….. 64

43. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 5 mst. ……….. 65

44. Analisis ragam untuk jumlah daun 5 mst. ……….. 65

45. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 6 mst. ……….. 66

46. Analisis ragam untuk jumlah daun 6 mst. ………. 66

47. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 7 mst. ……….. 67

48. Analisis ragam untuk jumlah daun 7 mst. ……….. 67

49. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 8 mst. ……….. 68

50. Analisis ragam untuk jumlah daun 8 mst. ………. 68

51. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 9 mst. ……….. 69

52. Analisis ragam untuk jumlah daun 9 mst. ………. 69

53. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 10 mst. ..……….. 70

54. Analisis ragam untuk jumlah daun 10 mst. ……….………….……. 70

55. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 11 mst. ……….…………... 71

56. Analisis ragam untuk jumlah daun 11 mst. ……….…….…. 71

57. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 12 mst. ………….….…….. 72

58. Analisis ragam untuk jumlah daun 12 mst. ………..……. 72

59. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 13 mst. ………..…….. 73

(9)

61. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 14 mst. ………..…….. 74

62. Analisis ragam untuk jumlah daun 14 mst. ……….….…. 74

63. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 15 mst. ………..…….. 75

64. Analisis ragam untuk jumlah daun 15 mst. ……….….……. 75

65. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 16 mst. ………..…….. 76

66. Analisis ragam untuk jumlah daun 16 mst. ………….……….……. 76

67. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 17 mst. ………..…….. 77

68. Analisis ragam untuk jumlah daun 17 mst. ………..………. 77

69. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 18 mst. …….…….……….. 78

70. Analisis ragam untuk jumlah daun 18 mst. ………..………... 78

71. Data rata-rata pengamatan jumlah daun 19 mst. …….…….……….. 79

72. Analisis ragam untuk jumlah daun 19 mst. ………..………. 79

73. Data rata-rata pengamatan diameter batang 9 mst. ………... 80

74. Analisis ragam untuk diameter batang 9 mst. ……….. 80

75. Data rata-rata pengamatan diameter batang 10 mst. ……….. 81

76. Analisis ragam untuk diameter batang 10 mst. ………. 81

77. Data rata-rata pengamatan diameter batang 11 mst. ...……….. 82

78. Analisis ragam untuk diameter batang 11 mst. …...………. 82

79. Data rata-rata pengamatan diameter batang 12 mst. ……...……….. 83

80. Analisis ragam untuk diameter batang 12 mst. …...………. 83

81. Data rata-rata pengamatan diameter batang 13 mst. …...………….. 84

82. Analisis ragam untuk diameter batang 13 mst. ………...…………. 84

83. Data rata-rata pengamatan diameter batang 14 mst. ……….. 85

(10)

85. Data rata-rata pengamatan diameter batang 15 mst. ……….. 86

86. Analisis ragam untuk diameter batang 15 mst. ……...………... 86

87. Data rata-rata pengamatan diameter batang 16 mst. ….….…….….. 87

88. Analisis ragam untuk diameter batang 16 mst. ..………….………… 87

89. Data rata-rata pengamatan diameter batang 17 mst. ..…….……….. 88

90. Analisis ragam untuk diameter batang 17 mst. …..……….………. 88

91. Data rata-rata pengamatan diameter batang 18 mst. ………...…….. 89

92. Analisis ragam untuk diameter batang 18 mst. ………. 89

93. Data rata-rata pengamatan diameter batang 19 mst. ………...…….. 90

94. Analisis ragam untuk diameter batang 19 mst. ………. 90

95. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 9 mst. ………….. 91

96. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 9 mst. ………. 91

97. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 10 mst. ….…….. 92

98. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 10 mst. ….…………. 92

99. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 11 mst. …….….. 93

100. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 11 mst. …….……… 93

101. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 12 mst. …….… 94

102. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 12 mst. ….……….... 94

103. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 13 mst. ….…….. 95

104. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 13 mst. ………... 95

105. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 14 mst. ………… 96

106. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 14 mst. ….………….. 96

107. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 15 mst. ………. 97

(11)

109. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 16 mst. ….……. 98

110. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 16 mst. .………….... 98

111. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 17 mst. ….…… 99

112. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 17 mst. ………... 99

113. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 18 mst. ….……. 100

114. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 18 mst. …….………. 100

115. Data rata-rata pengamatan tingkat kehijauan daun 19 mst. ….……. 101

116. Analisis ragam untuk tingkat kehijauan daun 19 mst. ………….... 101

117. Data rata-rata pengamatan bobot kering daun. ……….... 102

118. Analisis ragam untuk bobot kering daun. ………..…….. 102

119. Data rata-rata pengamatan bobot basah ubi. ………. 103

(12)
(13)
(14)
(15)

Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan. Peluh

keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah pewarnanya.

Doamu dan doa orang-orang di sekitarmu adalah bara api yang

mematangkannya. Kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka

dari itu, bersabarlah! Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran

dalam proses menuju keberhasilan. Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu

mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan.

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). dan berharaplah

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22 Mei 1993. Penulis

merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Muslim

Saat dan Ibu Darwita. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak

(TK) Padjajaran Bandar Lampung pada tahun 1998-1999, kemudian dilanjutkan ke

pendidikan dasar di SD Negeri 4 Kampung Sawah Lama pada tahun 1999-2005,

menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada

tahun 2008, dan lulus dari SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjabat

sebagai asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman pada tahun 2014

dan Produksi Tanaman Pangan pada tahun 2015. Pada tahun 2014 penulis

melaksanakan Praktik Uumum (PU) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lampung Kebun Percobaan Natar dengan judul “Teknik Pembibitan Tanaman Vanili

(Vanilla planifolia Andrews.) Di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Natar, Kabupaten Lampung Selatan”. Pada bulan Januari 2015

penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Lesung Bhakti Jaya,

(17)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh AplikasiPaclobutrazoldengan Konsentrasi dan Frekuensi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tajuk Tanaman Ubikayu (Manhihot esculenta

Crantz.).

Dalam skripsi ini penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku dosen Pembimbing

Pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran dalam

penelitian dan penulisan skripsi;

2. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Pembimbing Ke dua atas fasilitas, arahan,

saran, dan semangat bagi Penulis selama penelitian hingga penulisan skripsi

ini selesai;

3. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Penguji dan Ketua

Jurusan Agroteknologi atas bimbingan, saran, dukungan, dan nasihat yang

telah diberikan kepada penulis hingga skripsi ini selesai;

4. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang telah

(18)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung;

6. Balai Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Lampung Kebun Percobaan (KP)

Natar beserta segenap karyawannya khususnya Bapak Dr. Ir. Arifin Rivai, M.Si.

Bapak Sumarko, Bapak Jumari, dan Bapak Untung atas bantuan dan

bimbinganya selama penelitian;

7. Keluarga ku tercinta: Bapak (Bpk. Muslim Saat), Mama (Ibu Darwita), kedua

Kakakku Hendra Guesta dan Apriyandi, yang telah memberikan doa,

semangat, dorongan, kasih sayang, motivasi serta bantuan moril maupun

materil kepada penulis;

8. Agung Dwi Saputro yang telah memberikan semangat, dorongan, motivasi,

bantuan, perhatian, dan doa selama penelitian dan penyusunan skripsi,

9. Sahabat seperjuangan: Agung Dwi Saputro, Anggi Anggrestyas Siwi, Christy

Gomgom ES, dan Apri Ariyanto atas kerjasama, bantuan, dan kenangan selama

penelitian dan penyusunan skripsi;

10. Sahabat-sahabat Agroteknologi 2011: Ayu Mega Pravita, Amelia Ekaprasetio,

Sherly Isti Annisa, Susan Desiliana Sari, Faradilla Chairunisa, Sasha Arnanda,

Bayu Kesuma Wardhana, Alpenda Putri, Adawiah, Agatha Christia, Agnesi

Deria, Andika Putra atas persahabatan, motivasi, bantuan, dan perhatian selama

perkuliahan hingga penulisan skripsi ini;

11. Teman-teman Agroteknologi 2011 serta semua pihak yang telah dengan ikhlas

membantu Penulis dalam penelitian dan penyelesaian skripsi;

Bandar Lampung, 8 Agustus 2015

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 5

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Botani Tanaman Ubikayu ... 8

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Ubikayu ... 10

2.3 Manfat Ubikayu ...………... 11

2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Bahan dan Alat ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 17

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 17

(20)

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Tinggi tanaman ... 26

4.1.2 Jumlah daun ... 28

4.1.3 Diameter batang ... 29

4.1.4 Tingkat kehijauan daun ... 31

4.1.5 Bobot kering daun ... 33

4.1.6 Bobot basah ubi ... 34

4.2 Pembahasan. ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

PUSTAKA ACUAN ... 43

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas yang menjadi salah

satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Ubikayu menempati urutan

ketiga sebagai sumber karbohidrat penting setelah padi dan jagung. Ubikayu

dimanfaatkan untuk pangan baik secara langsung (pengolahan tradisional)

maupun melalui pengolahan (industri), serta untuk pakan dan industri

non-pangan. Ubikayu digunakan sebagai bahan baku industri tapioka, industri kertas,

plywood, alkohol atau etanol (Hafsah, 2003).

Sebagian besar hasil ubikayu dalam negeri dimanfaatkan untuk pangan yakni

sekitar 75%, selebihnya untuk pakan 2%, industri (non pangan) 14%, dan hilang

karena tercecer sebesar 9% (Hafsah, 2003). Menurut data Badan Pusat Statistik

(2013), pada tahun 2012 produksi ubikayu Indonesia sebesar 24,2 juta ton

ubikayu dengan produktivitas mencapai 21,4 ton/ha dengan lima wilayah terbesar

penghasil ubikayu yaitu Lampung, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa tengah, dan

Jawa Barat. Pencapaian produksi ubikayu di Indonesia masih dikatakan rendah

apabila dilihat dari potensinya yaitu sebesar 2540 ton/ha. Potensi yang rendah

tersebut menyebabkan defisit pada tahun 2010 sebesar 126 ribu ton (Saliem dan

(22)

2

Salah satu solusi untuk meningkatkan hasil produksi ubikayu di Indonesia adalah

dengan diversifikasi dan intensifikasi lahan. Diversifikasi merupakan suatu usaha

penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari

ketergantungan pada salah satu pertanian. Selain untuk memenuhi produksi

tanaman, diversifikasi juga dapat membantu dalam kelangsungan lahan pertanian

agar tetap produktif.

Tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan secara monokultur dan tumpangsari.

Budidaya tanaman secara tumpangsari dapat memaksimalkan efisiensi

penggunaan lahan (produktivitas) dan efisiensi pemanfaatan cahaya (Hamim dkk.,

2012). Kamal (2011) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan

tajuk ubikayu yang relatif lambat pada fase awal pertumbuhanya sehingga ruang

tumbuh antara tanaman ubi kayu dapat ditanami dengan tanaman palawija.

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), luas pertanaman ubikayu di Indonesia

mencapai 1.065.752 hektar, sementara di Lampung sekitar 318.107 hektar. Hal

ini menyebabkan potensi pengembangan tanaman palawija melalui sistem

tumpangsari dengan ubikayu cukup besar. Beberapa hasil penelitian menyatakan

bahwa ubikayu bisa ditumpangsarikan dengan jagung (Suseno, 2013) dan

sorghum (Rahmawati, 2013).

Permasalahan utama pada sistem tumpang sari ini adalah persaingan untuk

memperoleh unsur hara, air dan cahaya matahari antartanaman yang

dibudidayakan. Pada sistem tumpangsari dengan ubikayu persaingan yang sangat

(23)

3

ditimbulkan oleh tajuk tanaman ubikayu. Pengaturan jarak tanam dan waktu

tanam bisa mengurangi tingkat kompetisi yang terjadi antara tanaman ubikayu dan

palawija (Kamal dkk., 2014). Pada prinsipnya, kemampuan tanaman untuk

berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, air dan unsur hara dipengaruhi oleh

faktor lingkungan dan genetik.

Tinggi dan lebar tajuk antara tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh

terhadap penerimaan cahaya matahari dan lebih lanjut akan mempengaruhi hasil

sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara

keseluruhan (Supriyatman, 2011), sehingga dibutuhkan peningkatan berbagai

teknologi budidaya terhadap sistem tumpangsari ubikayu dan tanaman palawija.

Hal ini untuk menghindari terjadinya kompetisi atau meminimalkan kompetisi

terutama terhadap penerimaan cahaya matahari akibat tajuk atau kanopi tanaman

ubikayu yang ditumpangsarikan menutupi tanaman lainnya. Salah satu caranya

adalah dengan pemberianpaclobutrazolsehingga pertumbuhan tanaman ubikayu bisa terkendali.

Paclobutrazolmerupakan bahan penghambat pertumbuhan yang bekerja pada bagian meristem dengan cara menghambat biosintesa giberelin (GA), sehingga

terjadi penghambatan terhadap perpanjangan sel (Berova dkk., 2002). Menurut

Rukmana dan Mulyana (1997), pemberianpaclobutrazolpada bunga krisan diketahui mengurangi pertumbuhan akar dan menyebabkan perubahan morfologi.

(24)

4

Berdasarkan penelitian Lestina (2003), pemberian paclobutrazol pada tanaman

melati melalui daun dengan konsentrasi 200 ppm dapat meningkatkan persentase

tunas berbunga, meningkatkan jumlah kuncup bunga per tanaman, dan menekan

lebar tajuk tanaman. Namun demikian informasi tentang pemberian

paclobutrazoluntuk menekan pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu masih sangat sedikit, khususnya penghambatan tajuk yang sementara. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian pemberianpaclobutrazolterhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu yang bersifat sementara sehingga hasil akhir tanaman ubikayu

tidak terganggu.

Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah aplikasipaclobutrazolberpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu?

2. Berapakah konsentrasi dan frekuensi aplikasipaclobutrazolyang dapat menghambat sementara pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh aplikasipaclobutrazolterhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu

(25)

5

1.3 Kerangka Pemikiran

Ubikayu merupakan komoditas yang dapat mengatasi masalah ketahanan pangan

dan energi di Indonesia. Selain mengandung karbohidrat yang cukup tinggi

ubikayu juga menghasilkan zat nutrisi lain yang dapat digunakan sebagai bahan

baku produk olahan tapioka. Potensi ubi kayu sebagai bahan baku industri,

pangan, dan energi harus didukung oleh adanya peningkatan dan kontinuitas

produksi.

Dalam upaya peningkatan hasil produksi ubikayu untuk kebutuhan pangan

maupun industri maka perlu dilakukan diversifikasi pertanian. Salah satu upaya

diversifikasi pertanian yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan

penanaman ganda atau lebih dikenal dengan pola tanam tumpangsari, sehingga

dapat meningkatkan produktivitas lahan persatuan luas dan waktu.

Secara ekonomis, biaya budidaya ubikayu relatif tidak terlalu besar (low input)

sehingga banyak petani yang mampu membudidayakannya. Di samping itu lahan

pertanaman ubikayu di Indonesia juga cukup luas, sehingga berpotensi untuk

dilakukan sistem tumpangsari tanaman palawija dengan ubikayu.

Hasil penelitian (Hamim dkk., 2012) menyatakan bahwa tanaman sorgum bisa

ditumpangsarikan dengan ubikayu. Keberhasilan sistem tumpangsari sangat

tergantung pada tingkat kompetisi antar tanaman yang di tumpangsarikan. Hal ini

rentan terjadi apabila dalam suatu sistem tumpang sari, tajuk tanaman saling

menutupi sehingga terjadi persaingan atau kompetisi antar tanaman yang

(26)

6

langsung dari persaingan adalah penghambatan pertumbuhan dan penurunan hasil

pada tanaman yang dibudidayakan.

Persaingan yang terjadi antartanaman akan berpengaruh pada proses fotosintesis

dan metabolisme. Terutama persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari

yang akan mengganggu proses fotosintesis dan penyebaran hasil dari fotosintesis

pada bagian- bagian tanaman seperti daun, batang, akar, dan bahan generatif

lainnya.

Untuk menghindari terjadinya persaingan antartanaman yang dibudidayakan,

terutama persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari maka dilakukan suatu

upaya agar kanopi atau tajuk tanaman tidak saling menutupi. Upaya yang perlu

dilakukan yaitu dengan pemberianpaclobutrazol. Paclobutrazoladalah salah satu zat penghambat tumbuh yang mampu menghambat sintesis giberelin dengan

menghambat oksidasi ent-kaurene menjadi asam ent-kaurenoat, sehingga

menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman secara sementara.

Penelitian mengenai pemberianpaclobutrazolterhadap tanaman ubikayu telah banyak dilakukan. Teddy (2012) melaporkan hasil penelitiannya bahwa semua

tanaman ubikayu yang diberi perlakuanpaclobutrazolmemiliki tinggi tunas yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan

(27)

7

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut:

1. Aplikasipaclobutrazolberpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Ubikayu

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu sumber karbohidrat

yang berasal dari ubi. Ubikayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu.

Ubikayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir

ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubikayu

berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Alves,

2002).

Ubikayu termasuk tumbuhan berbatang lunak atau getas (mudah patah). Ubikayu

berbatang silindris atau bulat dan bergerigi atau berbuku. Gerigi pada batang

tanaman ubikayu merupakan tempat menempelnya pangkal tangkai daun.

Diameter batang ubikayu berkisar 2 sampai 6 cm dengan bagian tengahnya

bergabus (pith). Warna batang sangat bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai

coklat atau coklat tua. Tanaman ubikayu dewasa dapat mencapai ketinggian 1

sampai 2 meter (Ekanayake dkk., 1997).

Susunan daun ubikayu pada batang (phyllotaxis) berbentuk 2/5 spiral. Lima daun

(29)

9

Daun berikutnya atau daun ke enam terletak persis di atas titik awal spiral. Daun

ubikayu terdiri dari helai daun (lamina) dan tangkai daun (petiole). Panjang

tangkai daun berkisar 5-30 cm dan warnanya bervariasi dari hijau ke ungu. Helai

daun mempunyai permukaan yang halus dan berbentuk seperti jari. Jumlah jari

bervariasi antara 3 dan 9 (biasanya ganjil). Warna rangka helai daun hijau sampai

ungu. Bentuk helai daun, terutama lebarnya, juga bervariasi (Alves, 2002).

Ubikayu menghasilkan ubi setelah tanaman berumur 6 bulan. Setelah tanaman

berumur 12 bulan dapat menghasilkan ubi basah sampai 30 ton/ha. Kerusakan

yang biasa timbul pada ubikayu adalah warna hitam yang disebabkan oleh

aktivitas enzimpolyphenolase(Syarief dan Irawati, 1988).

Akar-akaran dan ubi-ubian kandungan patinya tinggi dan kenyataannya bahwa

ditanam secara melimpah, akar-akaran dan ubi-ubian merupakan salah satu

pangan pokok atau yang utama yang dimakan diberbagai bagian Asia Tenggara.

Di samping sayuran akar-akaran semacam itu seperti singkong, talas, kentang, ubi

jalar dan uwi, buah-buahan yang berpati seperti pisang untuk dimasak, sukun dan

nangka dimasukkkan dalam golongan pangan di atas. Pangan tersebut merupakan

sumber energi yang baik (Harper dkk., 1987).

Dalam sistematika tanaman, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae

dengan Famili Eupherbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies, beberapa

diantaranya yang mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis),

(30)

10

tanaman hias (Euphorbiaspp). Untuk Genus Manihot, semuanya berasal dari

Amerika Selatan, tepatnya Brazil.

Secara taksonomi ilmiah, ubikayu diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Spesies :Manihot esculentaCrantz. (Alves, 2002).

2.2 Syarat Tumbuh

Ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan ubikayu antara 10 -700 m dpl.

Pada umumnya tanaman ubikayu ditanam di daerah yang relatif kering. Tetapi

sebenarnya tanaman ubikayu ini dapat tumbuh di daerah antara 30olintang Selatan

dan 30olintang Utara. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubikayu

sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan ubinya.

Suhu udara rata-rata lebih dari 180C dengan curah hujan di atas 500mm/tahun.

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubikayu antara 1.5002.500 mm/tahun.

Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubikayu antara 60-65%, dengan suhu

udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC (Saliem dan Nuryanti, 2011).

Tanah yang paling sesuai untuk ubikayu adalah tanah yang berstruktur remah,

gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah

dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah

tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu

(31)

11

andosol. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubikayu

berkisar antara 4,58,0 dengan pH ideal 5,8. Pada tanah ber-pH rendah (asam),

yaitu berkisar 4,05,5 tanaman ubikayu ini pun dapat tumbuh dan cukup subur

bagi pertumbuhannya (Saliem dan Nuryanti, 2011).

2.3 Manfaat Ubikayu

Ubikayu merupakan salah satu jenis ubi-ubian yang menjadi sumber bahan baku

utama pembuatan bioetanol karena mempunyai kemampuan untuk tumbuh di

tanah yang tidak subur, tahan terhadap serangan hama penyakit dan dapat diatur

masa panennya. Beberapa alasan digunakannya ubikayu sebagai bahan baku

bioenergi, khususnya bioetanol, diantaranya adalah sudah lama dikenal oleh

petani di Indonesia, tersebar di 55 kabupaten dan 33 provinsi, merupakan sumber

karbohidrat karena kandungan patinya yang cukup tinggi, harga di saat panen raya

seringkali sangat rendah sehingga dengan mengolahnya menjadi etanol

diharapkan harga menjadi lebih stabil, dan menguatkansecurity of supplybahan bakar berbasis kemasyarakatan (Prihandana dkk., 2007).

Pemanfaatan ubikayu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai bahan

baku tapioka (tepung tapioka atau gaplek) dan sebagai pangan langsung. Ubikayu

sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung

racun HCN (< 50 mg per kg ubi basah). Sementara itu, ubi ubikayu untuk bahan

baku industri tidak disyaratkan adanya kandungan protein maupun ambang batas

HCN, tapi yang diutamakan adalah kandungan karbohidrat yang tinggi (Hafsah,

(32)

12

Ubikayu sebagai bahan baku energi alternatif hanya memiliki kadar karbohidrat

sekitar 32-37% dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi tepung.

Jenis polisakarida yang menyusun ubi ubikayu antara lain pati, selulosa dan

hemiselulosa (Hafsah, 2003).

2.4 Zat Penghambat TumbuhPaclobutrazol

Zat penghambat tumbuh (retardan) adalah suatu senyawa yang mampu

menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara

tidak langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan

yang abnormal. Senyawa retardan bila diberikan kepada tanaman responsif dapat

menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju

perpanjangan batang tanpa megurangi pertumbuhan dan perkembangan daun atau

tanpa mendorong pertumbuhan yang abnormal (Wattimena, 1988).

Paclobutrazolmerupakan zat pengatur pertumbuhan yang digunakan untuk memodifikasi struktur fisik dari tanaman pada tanaman. Paclobutrazol

merupakan retardan yang menghambat pemanjangan sel serta pemanjangan ruas

batang dengan cara menghambat biosintesis giberelin. Prinsip kerjapaclobutrazol di dalam tanaman menghambat biosintesis giberellin dengan cara menekan

kaurene sehingga tidak terjadi pembentukan kaurenoat. Hal ini mengakibatkan

penurunan laju pembelahan sel secara morfologis dimana terlihat adanya

pengurangan asimilat ke pertumbuhan reproduktif untuk pembungaan.

(33)

13

tanaman. Paclobutrazoljuga dikenal dapat melindungi tanaman dari cekaman stress dan dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman pada situasi tertentu

(Watson, 2006).

Paclobutrazolmerupakan zat penghambat tumbuh (growth retardant), bersifat menghambat biosintesis giberelin yang sudah banyak dibuktikan sangat efektif

menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga penggunaan zat tersebut

dapat merangsang terjadinya pembungaan. Paclobutrazoldengan rumus empiris C15H20CN3Odan rumus kimia

(2RS,3RS)-1-(4-chlorophenyl)-4,4-dimethyl-2-(1H-1,2.4 triazol-1-yl) pentana-3-ol menghambat biosintesis giberelin pada

oksidasi entkaurena untuk menjadi asam ent-kaurenoid (Mujiati, 1995).

PemberianPaclobutrazolakan menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk, yang pada umumnya pada tanaman buah,

kandungan giberelin yang tinggi akan menghambat pembungaan dimana giberelin

menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan suplai karbon pucuk, yang apabila

diberipaclobutrazolakan terjadinya penurunan drastis pada kandungan giberelin (GA3, GA5, dan GA2) sehingga tanaman akan menginduksi bunga (Rai dkk.,

(34)

14

Gambar 1. Rumus bangunpaclobutrazol

Paclobutrazoldapat diaplikasikan pada tanaman melalui penyemprotan bagian atas tanaman yang terletak di atas permukaan tanah (foliar spray), melalui media

tanah (soil drench), dan injeksi pada batang (injection). Menurut ICI (1984),

pemberianpaclobutrazolmelalui daun memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan melalui tanah. Hal ini didugapaclobutrazoldi dalam tanah akan dijerap oleh partikel tanah dengan adanya bahan organik sehingga pemberian

paclobutrazolmelalui daun pada dasarnya merupakan upaya untuk menghilangkan pengaruh jerapan oleh partikel tanah. Melalui cara ini

paclobutrazolakan langsung masuk ke jaringan tanaman melalui stomata dan langsung ditranslokasikan ke daerah meristem sub apikal sehingga pengaruhnya

lebih cepat terlihat.

Paclobutrazolmempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat

pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga

(35)

15

respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang, Stefefens dan Faust

dalam Purnomo dan Prahardini, 1991).

Pemberianpaclobutrazoldengan konsentrasi 100 ppm menurunkan jumlah daun pada tanaman kacang tanah Varietas Sima, sedangkan konsentrasi 200 ppm

menurunkan jumlah daun pada tanaman kacang tanah Varietas Kelinci. Hasil

kacang tanah yang mendapatperlakuanpaclobutrazol200 ppm memiliki jumlah polong, jumlah biji, dan indekspanen lebih tinggi dibandingkan tanaman kacang

(36)

16

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian BPTP Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan

Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung daribulan Juli sampai dengan Desember

2014.Lokasi penelitian berada pada ketinggian 135 mdpl dan mempunyai jenis

tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning (PMK), serta iklim di sekitar

Kebum Percobaan Natar terrmasuk tipe B, menurut Schmidt dan Ferguson (1951)

dengan curah hujan rata-rata 1.786 mm/tahun (Departemen Pertanian, 2009).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah stek ubikayu dengan ukuran 25 cm yang diambil

dari batang tanaman ubikayu varietas Kasetsart yang sudah berumur 10-12 bulan,

larutanpaclobutrazolkonsentrasi 200, 400, dan 600 ppm, pupuk kandang, pupuk Urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCL. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul,

meteran, koret, gembor, ember, polibag, selang air, gayung, plastik, timbangan

(37)

17

3.3 Metode Penelitian

Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga

ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu konsentrasi dan frekuensi aplikasi

paclobutrazol. Perlakuan terdiri atas 0 ppm (P0), 200 ppm dengan 2 kali aplikasi (P1), 200 ppm dengan 3 kali aplikasi (P2), 400 ppm dengan 2 kali aplikasi (P3),

400 ppm dengan 3 kali aplikasi (P4),600 ppm dengan 2 kali aplikasi (P5), dan 600

ppm dengan 3 kali aplikasi (P6).Setiap satu satuan percobaanterdiri atas 3

tanaman contoh. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan dengan uji

Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi,

maka data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media Tanam

Menyiapkan polibag berukuran 10 kg sebanyak 91 polibag. Setiap perlakuan

terdiri atas 3 polibag dan diulang sebanyak tiga kali. Setiap polibag diisi media

pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 4. Polibag disusun secara acak

berdasarkan perlakuan dengan jarak 0,5 m x 0,5 m.

3.4.2 Penanaman Stek Ubikayu

Bahan tanam stek ubi kayu yang digunakan berasal dari bagian tengah batang

(38)

18

dari batang tanaman ubikayu varietas Kasetsart yang sudah berumur 10-12 bulan.

Pangkal stek ubikayu dipotong rata. Penanaman stek ubikayu dilakukan dengan

menancapkan batang ubikayu sedalam 1/3 dari panjang stek pada media tanam

(polibag) yang telah disiapkan dalam posisi vertikal dengan memperhatikan posisi

mata tunas ubikayu berada di bagian atas.

3.4.3 Pembuangan Tunas

Pada setiap stek ubikayu jumlah tunas yang dibiarkan tumbuh hanya 1 tunas.

Sehingga tunas yang tumbuh lebih dari satudibuang dengan cara mematahkan

pangkal tunas secara manual. Pembuangan tunas dilakukan mulai 30 HST.

3.4.4 Pemeliharaan

a. Pengairan

Pengairan ubikayu dilakukan 4 kali seminggu pada sore hari ( pukul 16.00 hingga

pukul 17.00) dengan bantuan selang air yang tersambung pada sumber air ataupun

dengan menggunakan ember. Pengairan dikurangi atau diberhentikan sementara

pada saat aplikasipaclobutrazol.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada saat tanaman umur 1 minggu. Penyiangan dilakukan

secara manual dengan tangan maupun secara mekanik dengan menggunakan

(39)

19

menganggu perakan tanaman ubikayu sedangkan gulma yang tumbuh di sekitar

polibag dikendalikan dengan cara dikoret.

c.Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat 2 minggu setelah tanam apabila terdapat bibit

yang mati atau tumbuh abnormal. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut

bibit yang mati atau yang abnormal, kemudian diganti dengan stek yang baru dan

bila diperlukan dilakukan pengairan terlebih dahulu.

d. Perbaikan Media Tumbuh

Penambahan tanah ke dalam polibag dilakukan saat umur tanaman ubikayu 4

minggu setelah tanam. Karena tanah di dalam polibag berkurang. Hal ini

disebabkan karena tanah terbuang pada saat dilakukan pengairan ataupun pada

saat penyiangan. Dengan dilakukan penambahan tanah maka tanaman ubikayu

tidak akan mudah tumbang dan pertumbuhannnya optimal.

3.4.5 Pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pupuk tunggal, yaitu

pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Setiap polibag diberi pemupukan 10 g Urea, 10 g

SP-36, dan 20 g KCl setara dengan 100 kg/ha Urea 100 kg/ha SP-36 dan 200

kg/ha KCl. Pemupukan dilakukan secara bertahap sebanyak 2 kali yaitu

pemupukan tahap I pada saat 1 minggu setelah tanam dengan dosis Urea 5

g/tanaman, SP-36 10 g/tanaman dan KCl 10 g/tanaman. Sedangkan pemupukan

(40)

20

tanam dengan sisa dosis pemupukan tahap I yaitu Urea 5 g/tanaman dan KCl 10

g/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat lubang melingkar di

sekitar batang ubikayu berjarak 10 cm, kemudian pupuk yang sudah ditakar sesuai

dosis dimasukkan ke dalam lubang dan selanjutnya lubang ditutup.

3.4.6 Pembuatan LarutanPaclobutrazol

Pembuatan larutanpaclobutrazolkonsentrasi 200 ppm adalah sebagai berikut :

1. Menimbang serbukpaclobutrazolmenggunakan timbangan analitik (< 1,0 gram) sesuai dengan kebutuhan ( konsentrasi 200 ppm = 0,2 gram,

konsentrasi 400 ppm = 0,4 gram, dan konsentrasi 600 ppm = 0,6 gram)

2. Mengukur alkohol 350 ml dan air 650 ml menggunakan gelas ukur

3. Melarutkan serbukpaclobutrazolyang sudah ditimbang (0,2 gram) ke dalam alkohol pada botol kaca, kemudian digoyanggoyang hingga tercampur

merata dan larut

4. Merendam botol kaca tersebut ke dalam air yang telah dipanaskan hingga

suhu 6070oC

5. Menyiapkan botol kosong dan dimasukkan larutan alkohol danpaclobutrazol 6. Menambahkan air hangat dengan suhu 6070oC sebanyak 650 ml ke dalam

botol dan botol digoyang agar air dan larutanpaclobutrazolbercampur

3.4.7 AplikasiPaclobutrazol

(41)

21

interval waktu aplikasi dua minggu, sehingga aplikasipaclobutrazoldilakukan pada 4 mst, 6 mst dan 8 mst. Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan

kebagiantanaman (spray). Larutanpaclobutrazoldisemprotkanpada bagian atas dan bawah daun, bagian pucuk dan batang muda. Aplikasi dilakukan secara

berhati-hati dan menggunakan sekat sehingga tanaman lain tidak terkena larutan

paclobutrazolyang disemprotkan.

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk mengetahui pengaruh pemberianpaclobutrazolyang paling efektif

menghambat secarasementarapertumbuhan tajuk tanamanubikayu maka dilakukan

pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap minggu dimulai pada saat umur

tanaman 30 HST atau pada saat aplikasipaclobutrazolyang pertama hingga umur tanaman 5 BST. Variabel yang akan diamati pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tinggi tunas

Tunas yang dipertahankan hanya 1 tunas. Tinggi tunas diukur dari pangkal

tunas hingga titik tumbuh. Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter (cm)

dengan menggunakan alat pengukur panjang (meteran).

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dengan menghitung banyaknya daun yang sudah terbuka

dan masih segar, tidak kuning total secara satu persatu pada masing-masing

(42)

22

3. Diameter batang

Diameter

batangdiukurdenganmenggunakanalatjangkasorong.Pengukurandilakukanpadat

unas/batangbagiantengah, karena hanya 1 tunas yang dipertahankan maka

hanya 1 tunas saja yang diukur setiap tanaman.

4. Tingkat kehijauandaun

Tingkat kehijauan daun diukur untuk menilai tingkat kehijauan suatu daun

untuk mengetahui kandungan klorofil pada tanaman. Tingkat

kehijaundaundiukurdenganmenggunakanchlrophyll meter. Daun yang

dilakukan pengukuran yaitu 3 daun bagian tengah, daun ke 5,6,7 dihitung dari

pucuk tanaman.

5. Bobot kering daun

Daun setiap tanaman dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 70oC selama 3-4

hari. Kemudian daun dikeluarkan dari oven dan ditimbang untuk mengetahui

bobot keringnya dan dinyatakan dalam satuan g/tanaman.

6. Bobot basah ubi

Pengamatan bobot basah ubi dilakukan pada saat umur tanaman 5 bulan

dengan cara mencabut tanaman ubikayu dan dipisahkan ubinya. Ubi

ditimbangmenggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan

(43)

23

0,5 m

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Gambar 2. Tata Letak Percobaan

Keterangan : P0 = 0 ppm (Tidak diberi perlakuanpaclobutrazol) P1 = paclobutrazol200 ppm, 2 kali aplikasi P2 = paclobutrazol200 ppm, 3 kali aplikasi P3 = paclobutrazol400 ppm, 2 kali aplikasi P4 = paclobutrazol400 ppm, 3 kali aplikasi P5 = paclobutrazol500 ppm, 2 kali aplikasi P6 = paclobutrazol200 ppm, 3 kali aplikasi

P6 P2

P5 P1 P7 P4

P0 P3 P5 P4

P7 P1 P2 P3

P6 P0 P5 P0

P2 P7 P1 P3 P6 P4

S

T

U

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Aplikasipaclobutrazoldengan konsentrasi dan frekuensi berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu

2. Pemberianpaclobutrazolkonsentrasi 200 ppm dengan 2 kali aplikasi mampu menghambat sementara tajuk tanaman ubikayu dengan menekan tinggi

tanaman selama 7 minggu, tetapi tidak menurunkan bobot ubi secara nyata.

5.2 Saran

1. Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang aplikasi

paclobutrazolterhadap tanaman ubikayu yang ditanam di lahan.

2. Untuk mengetahui hasil ubikayu sebaiknya dilakukan penelitian sampai saat

(45)

PUSTAKA ACUAN

Alves, A.A.C. 2002.Cassava Botany and Phsyologi. In cassava: Biology,

production and utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti, A.C., CAB International, pp. 67-89.

Ani, Nurma. 2004.Pengaruh konsentrasi paclobutrazol dan urea pada stek kentang terhadap produksi tuberlet varietas Granola. Jurnal Penelitian bidang ilmu pertanian Vol. 2 (1): 29-35 hlm.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). 2013.Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubikayu Seluruh Provinsi. http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013.

Berova, M., Z. Zlatev, N. Stoeva. 2002.Effect of Paclobutrazol on Wheat Seedling Under Low Temperature Stress. Jurnal Plant Physical. Bulgaria. p. 76.

Catur, R. 2014.Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun berbagai volume terhadap pembungaan tanaman ubikayu.[Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung

Chaney, W. R. 2004.Paclobutrazol: More than just a growth retardant. Presented at Pro-Hort Conference, Peoria, Illinois.

Davies, P. J. 1995.The plant hormone concept: concentration, sensitivity and transport. In: Davies PJ (eds). Plant Hormones.Physiology,

biochemistry and moleculer biology.2ndedition. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. P. 13-38.

Davis, T. D; G. L. Steffens and Sankla.1988.Triazol Plant Growth Regulator. In J. Janick (Ed). Hort. Rev 10 : 105. Timber Press. Portland. Oregon.

Departemen Pertanian. 2009.Sekilas Kebun Percobaan Natar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lampung.

(46)

Ekanayake, I. J., D. S. O. Osiru, dan M. C. M. Porto. 1997.Morphology of Cassava. http://www.iita.org/cms/details/trn_mat/irg60/irg608. html. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2014.

Gianfagna, T. J. 1987.Natural and synthetic growth regulators and their use in horticultural agronomi crops. In Davies, P.J. (ed). Plant Hormones and Their Role in. Growth and Development. Martinus Nijhof Publishers. Dodrecht. Pp : 614-632.

Hafsah, M.J. 2003.Bisnis Ubikayu Indonesia.Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 263p.

Halsey, M. E., K. M. Olsen, N. J. Taylor, dan P. C. Aguirre. 2008.Reproductive biology of cassava (Manihot esculentaCrantz.) and isolation of experimental field trials. Crop Science 48: 49-58.

Hamim, H., R. Larasati dan M. Kamal. 2012.Analisis komponen hasil sorgum yang ditanam tumpangsari dengan ubikayu dan waktu tanam berbeda. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPIHIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan. p 91-94. Bogor, 1-2 Mei 2012.

Hammer, P. A. 1992.Other Flowering Pot Plant.In R. A. Larson, ed Introduction to floriculture. Second ed. Academic Press, Inc. New York. 505 p.

ICI. 1984.Paclobutrazol Plant Growth Regulator for Technical Data. England: Plant. Protect. Dir. Survey.

Kamal, M. 2011.Kajian Sinergi Pemanfaatan Cahaya dan Nitrogen Dalam Produksi Tanaman Pangan. Pidato ilmiah dalam rangka pengukuhan guru besar dalam bidang ilmu tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Bandar Lampung tanggal 23 Februari 2011. Penerbit Universitas Lampung, Bandar Lampung. 68 hlm.

Kamal, M., M. S Hadi, E. Hariyanto, Jumarko dan Ashadi. 2014.Grain yield and nutrient and starch content of Sorghum(Sorghum bicolor(L.)

Moench)genotypes as affected by date of intercropping with cassava in Lampung Indonesia. J. ISSAAS 20 (1) : 64-76

Khrisnamoorthy, H. N.1981.Plant Growth Substances Including Aplication in Agriculture. Tata Mc. Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 241 p. Lestina. 2003.Pemberian Paclobutrazol Terhadap Induksi Pembungaan Melati.

Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(47)

✁ ✂

More T. C. 1979.Biochemistry and Physiology of plant hormones. Springer-Verlag. New York. Inc.

Mujiati. 1995.Pengaruh dosis dan waktu pemberian paclobutrazol yang diikuti pemberian KNO3 terhadap pertumbuan dan pembungaan tanaman mangga (Mangifera indica).Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ridha, N. 2011.Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeaeL.) Varietas Sima dan Kelinci.Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prihandana, R., K. Noerwijan, P. G. A. Nurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi, dan R. Hendroko. 2008.Bioetanol Ubikayu: Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia.

Purnomo, S dan Prahardini.1991.Pengaruh saat aklimatisasi dan konsentrasi paclobutrazol selama dua musim panen apel (Malus syvestrisMill.). Jurnal Hortikultura 1 (2): 58-68.

Rahmawati, A. 2014.Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorgum bicolor[L.] Moench) Terhadap Sistem Tumpangsari Dengan Ubikayu(Manihot esculentaCrantz.). [ Skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Rai, I. N., R. Poerwanto, L. K. Darusman, dan B. S. Purwoko. 2004.Pengaturan Pembungaan Tanaman Manggis (Garcinia mangostanaL.) di Luar Musim dengan Strangulasi, serta AplikasiPaclobutrazol dan Etepon. Bul. Agron. (32) (2) 1220.

Ridha, N. 2011.Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeaL.) Varietas Sima dan Kelinci. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rukmana, R., dan A. E. Mulyana. 1997.Krisan. Kanisius.Yogyakarta.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid III.Terjemahan: Plant Phsyologi. ITB Bandung. Hal 9091.

(48)

✄6

Schmidt, F.H., and J. H. A., Ferguson. 1951. Rainfall type based on wet and dry period ratio for Indonesia with Western New Guinea. Kementrian Perhubungan. Jawatan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Sullivan, P. 2003.Intercropping Principles and Production Practices: Agronomy System Guide. http://attra.ncat.org/attra-pub/PDF/intercrop.pdf. tanggal 6 Januari 2005.

Supriyatman, B. 2011.Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah.Karya Ilmiah.

Suseno, S. 2013.Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea maysL.) terhadap Sistem Tumpangsari dengan Tanaman Ubikayu (Manihot esculentaCrantz.).[Skripsi].Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Syahid, S. F. 2007.Pengaruh retardant paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro. Jurnal Littri 13 (3): 93-97.

Syam’un, E., F. Haring danRahmawati. 2008.Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian

paclobutrazol.J. Arivigor. 7(2):170-179.

Syarief, R dan A. Irawati, 1988.Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Technical Data Sheet ICI. 1984.Technical data paclobutrazol plant growth regulator for fruit.Plant Protection Division. London. 41 p. Teddy, C. 2012. PengaruhAplikasi Paclobutrazol dan KNO3Terhadap

Kemampuan dan Pertumbuhan Tajuk Tanaman Ubikayu (Manihot esculenta).[Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung

Watson GW. 2006.The effect of paclobutrazol treatment on starch content, mychorrizal colonization, and fine root density of white oaks (QuercusalbaL.). Journal of Arboriculture 32 (3): 114-117.

Gambar

Gambar 1. Rumus bangun paclobutrazol
Gambar 2.  Tata Letak Percobaan

Referensi

Dokumen terkait

induksi pembungaan tanaman ubikayu dengan cara aplikasi paklobutrazol melalui tanah dapat tercapai, serta disarankan apabila melakukan penelitian dengan menggunakan polybag

[r]

Berat buah per tanaman (g) tomat yang diberi beberapa konsentrasi paclobutrazol dengan waktu aplikasi yang berbeda. Berat buah per tanaman ini lebih ringan

interaksi antara genotipe dan asal stek tidak berbeda nyata terhadap tinggi. tanaman, diameter batang, jumlah ubikayu, panjang ubikayu,

Peningkatan produksi ubikayu dapat dilakukan melalui peningkatan luas panen dan penerapan teknik budidaya yang tepat (Sundari, 2010). Penanaman dan pemeliharaan tanaman

Rataan tinggi tanaman ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat. pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perlakuan berbagai konsentrasi paclobutrazol dan KOH maupun interaksinya menghambat pertumbuhan

Pada parameter diameter ubikayu umur 6 bulan diketahui bahwa genotipe Valencia memiliki rataan tertinggi yaitu sebesar 37,08 mm, pada parameter panjang ubikayu umur 6