ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
OLEH FATHONAH
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 melalui diskusi kelompok.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung sebanyak 35 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru, serta soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 43,33% dan pada siklus II 89,50%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 64 dan pada siklus II meningkat menjadi 85 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 57% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 89%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat,
bangsa dan negara (Remenmaos 2011:1). Berbagai usaha pembaharuan
kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru,
dan lain sebagainya, merupakan upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran.
Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya
adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui
kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang
sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mampu
memilih metode yang tepat yakni metode yang dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar matematika di sekolah dasar.
Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar
matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa lebih rendah lagi pada pokok
bahasan bangun ruang. Berdasarkan hasil pengamatan faktor kesulitan belajar
matematika pada materi bangun ruang yang dialami oleh siswa SDN 2 Kedamaian
Bandar Lampung disebabkan oleh : a) Kurangnya minat siswa pada mata
sehingga siswa malas dan bosan untuk belajar; c) Bangun ruang hanya berupa
gambar tidak berupa bentuk benda yang mereka jumpai sehari-hari; d)Siswa sukar
membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada bangun ruang; e)
Pemaparan konsep tentang bangun ruang tidak dijelaskan secara rinci; f) Siswa
tidak melihat objek bangun ruang secara nyata sehingga pengalaman belajar tidak
menimbulkan kesan mendalam; g) Suasana monoton di dalam kelas membuat
siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berbagai metode pengajaran yang digunakan oleh guru dengan tujuan agar materi
bangun ruang lebih mudah diterima oleh siswa. Namun kendala di atas membuat
pembelajaran khususnya materi bangun ruang menjadi materi yang tidak disukai
oleh siswa. Sehingga proses pembelajaran pada materi bangun ruang menjadi
kurang optimal. Hal ini terlihat pada jumlah siswa yang memiliki nilai setara atau
melampaui KKM hanya 16 orang (47%) dari 35 siswa. Berarti masih banyak
siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.
Oleh sebab itu diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang dianggap dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi
bangun ruang adalah metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah salah
satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan. Kegiatan diskusi
kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu
individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam membantu
untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh mencapai atau melebihi target
yang diinginkan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika.
b) Motivasi siswa ketika belajar matematika masih rendah sehingga siswa
malas dan bosan untuk belajar.
c) Bangun ruang hanya berupa gambar tidak berupa bentuk benda yang
mereka jumpai sehari-hari.
d) Siswa sukar membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada
bangun ruang.
e) Pemaparan konsep tentang bangun ruang tidak dijelaskan secara rinci.
f) Siswa tidak melihat objek bangun ruang secara nyata sehingga
pengalaman belajar tidak menimbulkan kesan mendalam.
g) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat
dalam mengikuti proses pembelajaran.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka
1) Apakah penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung
pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi bangun ruang?
2) Apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar
Lampung pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi bangun
ruang?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah :
1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar Matematika pada materi bangun
ruang melalui metode Diskusi Kelompok terhadap siswa kelas VI A SDN
2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
2) Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi bangun ruang
melalui metode Diskusi Kelompok terhadap siswa kelas VI A SDN 2
Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
1) Bagi siswa
a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar
Matematika kepada siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar
Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak
mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman
konsep-konsep.
c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa
dalam memahami materi.
2) Bagi guru
a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas,
menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru
dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.
b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar
matematika.
3) Bagi SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung
a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk
perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran
matematika kelas VI.
c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu agar
dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain maupun atas
usaha sendiri. Menurut Sumiati (2009:38) dalam bukunya Metode Pembelajaran “belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya adalah hasil belajar. Artinya
seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya tidak dapat dilakukan. Menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya
Strategi Belajar Mengajar (2010:5) mengemukakan bahwa, “ belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang
baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang
terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja)
dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sejalan
dengan hal di atas Ketut Sukardi (2003:15 ) mengemukakan bahwa belajar adalah
yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan
bersifat temporer.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Menurut Rudi dan Cepi (2007:1)
pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pembelajar dan
guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah
proses belajar (learning process). Menurut Sumiati (2009:1) mengemukakan
bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa,
dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan
keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang
yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah
dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa
yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan
sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan
pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting
adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan
usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau
penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan
2.1.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan
yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi
yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai
proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas
sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa
aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus
dihubungkan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Menurut Sudirman, Faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah : 1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. faktor ini meliputi :
a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)
2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :
a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.
Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan
klasifikasi.
Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :
1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)
2) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
4) Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.
5) Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain dan berternak.
7) Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan
berdampak terciptanya situasi belajar aktif.
2.1.3 Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru
sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu terdapat suatu interaksi.
Kemampuan siswa didapat dari proses belajar mengajar. Namun para siswa juga
harus mendapatkan hasil belajar melalui kreativitas mereka tanpa adanya
intervensi dari orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu, hasil belajar yang
dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa
setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004:22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
Selanjutnya Sudjana mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar,
yaitu:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengarahan
3. Sikap dan cita-cita.
Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penilaian
terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil
penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar
adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan
aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.
Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu :
a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.
d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.
e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan
pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
2.2Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Belajar matematika merupakan belajar konsep-konsep dan struktur abstrak yang
terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari
konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep
matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam
bentuk konkrit. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara
pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.
Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep
menjadi pra syarat untuk konsep lain. Oleh sebab itu, siswa harus diberi
kesempatan untuk memahami setiap konsep yang diberikan.
Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention
(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara
penyelesaian dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut
sederhana dan bukan hal yang baru bagi orang yang telah mengetahuinya, tetapi
2.2.1 Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar
Ruang lingkup matematika di Sekolah Dasar meliputi mata pelajaran matematika
pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) bilangan
2) geomteri
3) pengolahan data (Depdiknas, 2006).
Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.
Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan
simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran
berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran
dan pengukuran.
2.2.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan
matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan
dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan
sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan
melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika
sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat,
kreatif dan disiplin.
2.3Metode Pembelajaran
Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Menurut Wina
Senjaya (2008) metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
melaksanakan rencana yang sudah disusun. Berdasarkan definisi di atas, penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang
ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun metodde
yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah antara lain :
1) Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif (Muhibin Syah, 2002:203; Ramayulis,
2010:193).
2) Metode Tanya Jawab
mencapai tujuan (E, Mulyasa, 2010:115: Djamarah dan Zain, 2010:95). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berasal dari guru ke siswa, ataupun sebaliknya. Demikian pula dengan jawabannya, bisa berasal dari guru atau siswa.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyampaian atau penyajian bahan
pembelajaran dimana guru memberikan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membicarakan atau menganalisis secara ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah (Ramayulis, 2010:194).
4) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2002:208). Metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikan (Ramayulis, 2010:195)
5) Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek, keadaan, atau proses sesusatu (Djamarah dan Zain, 2010:84).
6) Metode Inquiri
7) Metode Diskusi Kelompok
Roestiyah N.K (2008:15) berpendapat bahwa “Kerja kelompok adalah salah satu strategi pembelajaran. Suatu cara pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru.
8) Metode Karya Wisata
Metode kaarya wisata adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran
dengan membawa siswa ke objek yang akan dipelajari, dan objek tersebut
berada di luar kelas. Alasannya bahwa objek tersebut hanya berada di luar
kelas dan pengamatan langsung terhadap objek tersebut adalah lebih baik
(Subandijah, 1996:135)
9) Metode Discovery
Menurut Rohani (2004:39) discovery adalah metode yang berangkat dari
suatu pandangan bahwa siswa di samping sebagai objek pembelajaran,
mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai kemampuan yag mereka miliki.
10)Metode Penugasan
Metode penugasan adalah metode penyajian bahan di mana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, tugas
yang harus dikerjakan siswa bisa secara individual atau secara kelompok
2.3.1 Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok
Dalam kegiatan pembelajaran ada dua unsur pokok kegiatan yaitu unsur kegiatan
guru dan unsur kegiatan siswa. Guru melakukan kegiatan terpilih dalam upaya
menyampaikan materi dan siswa melakukan serangkaian kegiatan yang
disediakan oleh guru sehingga terjadi proses belajar. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Syaiful Bahri, Djamarah (2010:45) bahwa “Pembelajaran
merupakan proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada
disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik untuk melakukan proses belajar”.
Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok mempunyai arti
bahwa dalam menyelesaikan tugasnya siswa diwajibkan untuk berdiskusi dan
bekerja sama dengan anggotanya, karena diskusi kelompok memungkinkan siswa
belajar secara efektif dan saling membantu. Roestiyah N.K (2008:15) berpendapat
bahwa “Kerja kelompok adalah salah satu strategi pembelajaran. Suatu cara
pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok
atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7
siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan
tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah
anggota dalam setiap kelompok biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, karena
tidak ada patokan yang pasti tentang jumlah anggota kelompok.
1) Kerja kelompok akan meningkatkan hasil belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif
2) Keputusan kelompok mudah diterima oleh setiap anggota, karena setiap anggota ikut memikirkan dan memutuskan
3) Melalui kerja kelompok dapat dikembangkan perasaan sosial dan pergaulan yang baik
4) Dalam kerja kelompok, individu saling membantu dan saing mengkoreksi kesalahan, ada toleransi satu sama lain.
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Diskusi Kelompok
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam teknik belajar diskusi kelompok
menurut Roestiyah N.K (2008:16). Beberapa kelebihan metode belajar kelompok
yaitu:
1) Tercapai lebih efektif tujuan pembelajaran
2) Keterampilan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah sehingga mempercepat penyelesaian suatu masalah.
3) Meningkatkan kemampuan komunikasi, baik komunikasi lisan atau komunikasi non lisan
4) Menimbulkan keterampilan antarpersonal siswa seperti keterampilan pendelegasian
5) Menimbulkan ciri-ciri sikap yang diharapkan, seperti timbulnya kepercayaan terhadap diri sendiri dan anggota kelompok.
Beberapa kekurangan metode belajar kelompok yaitu :
1) Kesulitan dalam organisasinya, hingga pengukurannya sering dilakukan
dengan ukuran yang subjektif.
2) Timbulnya masalah sikap para anggota kelompok, sehingga siswa sering
merasa percuma berpendapat karena hal ini akan membuang waktu saja
atau takut dalam ambil bagian.
2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Diskusi Kelompok yaitu :
1) Pendahuluan
a) Menyebutkan tujuan pembelajaran
b) Menyebutkan manfaat apa yang akan diperoleh siswa dari pembelajaran.
c) Membagi siswa dalam kelompok.
d) Menentukan tugas masing-masing kelompok.
2) Pengembangan
a) Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas yang telah diberikan, yaitu setiap kelompok mengidentifikasi benda-benda yang termasuk bangun ruang dan mencatatnya di buku tulis.
b) Guru memantau kegiatan siswa dalam setiap kelompok. Jika ada kelompok yang kurang aktif guru memotivasinya.
c) Secara berkelompok siswa mengerjakan tugas lanjutan yang diberikan guru.
d) Guru mencatat kelompok mana yang hasilnya kurang.
e) Setelah waktunya selesai, guru memberikan penguatan kepada kelompok secara klasikal dan diharapkan siswa belajar dari kesalahannya.
3) Penerapan
a) Secara indivudu dalam kelompok siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan.
b) Guru berkeliling, jika ada masalah individual segera dipecahkan dalam kelompok, jika adalah masalah umum direvisi secara klasikal.
4) Penutup
a) Secara klasikal guru membuat kesimpulan tentang materi-materi penting yang baru dipelajari.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) adalah satu penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar
siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu
model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (dalam
Sekolah Dasar.net) PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah
pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas
yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk
memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih
baik.
A. Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI A SDN 2
Kedamaian Bandar Lampung dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri
dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
2) Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung Jalan
3) Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action
research)
Siklus I
[image:21.595.149.470.220.535.2]Siklus II
Gambar 1: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto : 2007)
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar
Perencanaan Pelaksanaan
Observasi Refleksi
Perencanaan
Observasi Refleksi
Pelaksanaan
c) Menentukan skenario pembelajaran
d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan
e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang disajikan
g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.
2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan
pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dengan metode
Diskusi Kelompok. Adapun urutan kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal (5 menit)
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
diharapkan.
b) Guru mengajak siswa mengidentifikasi macam-macam bangun ruang,
hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran tentang bangun ruang.
c) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap
kelompok.
Kegiatan Inti (65 menit)
a) Guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa tentang materi yang akan dipelajari
b) Guru memberikan penjelasan tentang cara membedakan bangun datar
c) Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang.
d) Guru memberi beberapa soal (LKS) berupa cara mencari volume
bangun ruang yang telah dijelaskan sebelumnya kepada seluruh
kelompok.
e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang
diberikan.
f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan
kelas.
g) Guru dan siswa mengoreksi jawaban yang diberikan.
Kegiatan Penutup (5 menit)
a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini.
b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk melakukan pos tes
(evaluasi) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang
telah disampaikan.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti
dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah
4) Refleksi terhadap tindakan
Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi
yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan
muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti
melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta
refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus,
rencana, tindakan, observasi dan refleksi.
C. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes
dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari
respon siswa.
1) Alat pengumpulan data
a) Instrumen observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
dan kinerja guru dengan menggunakan instrumen lembar observasi.
b) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang.
2) Jenis data
Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan
instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh
dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada
siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :
̅ ∑
Keterangan :
̅ : nilai rerata kelas
∑ : jumlah semua nilai siswa
: banyak siswa
(Arikunto, 2010:264)
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
∑ ∑
Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk
melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga
dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan
mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang
tepat, Agip(2006:41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %
Tabel 3.2. Kriteria TingkatKeberhasilan Siswa Tingkat Keberhasilan Arti
>80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
>20 Sangat rendah
(Sumber: Agip, 2006:41)
b) Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi aktivitas. Data
observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran.
Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru dalam
pembelajaran siklus I dan II. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :
Keterangan :
NP : nilai yang dicari atau diharapkan
R : ∑
Sm : ∑ 100 : bilangan tetap
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat
setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian
juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan
pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek
pembelajaran yang terlibat didalamnya sudah sesuai dengan kapasitas.
(Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:
a) Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif
maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus:
∑
b) Menganalisis data hasil belajar matematika dengan membuat tabulasi
persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil
pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, siklus II.
E. Prosedur Penelitian
Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas
berjalan melalui siklus-siklus dalam sebuah spiral, di mana setiap siklus terdiri
dari 4 (empat) tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Sejalan
dengan itu maka prosedur pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk
tahapan-tahapan siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan, di mana untuk
setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah yang secara garis besar adalah:
1) membuat perencanaan tindakan /perbaikan, 2) implementasi atau pelaksanaan
tindakan yang telah direncanakan, 3) melakukan observasi atau pengamatan atas
dalamnya analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan,
sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai
rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus
berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai
berikut:
Siklus 1:
1) Perencanaan Tindakan
a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran
b) Mempersiapkan skenario pembelajaran
2) Implementasi atau pelaksanaan tindakan
Kegiatan Awal (5 menit)
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
diharapkan.
b) Guru mengajak siswa mengidentifikasi macam-macam bangun
ruang, hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran tentang bangun ruang.
c) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk
tiap kelompok.
Kegiatan Inti (65 menit)
a) Guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengetahui
b) Guru memberikan penjelasan tentang cara membedakan bangun
datar dan bangun ruang.
c) Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang prisma tegak
segitiga.
d) Guru memberi beberapa soal (LKS) berupa cara mencari volume
prisma tegak segitiga kepada seluruh kelompok.
e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal
yang diberikan.
f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke
depan kelas.
g) Guru dan siswa mengoreksi jawaban yang diberikan.
Kegiatan Penutup (5 menit)
a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari
ini.
b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk melakukan pos tes
(evaluasi) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan.
3) Observasi atau pengamatan terhadap tindakan
Observasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal
berikut ini:
a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif
b) Ketepatan waktu dalam menampaikan materi
d) Kondisi yang mendukung
4) Refleksi
Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan,
sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil
sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut
pada siklus berikutnya.
Siklus II
1) Perencanaan tindakan
a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran
b) Mempersiapkan skenario pembelajaran
2) Tindakan
Kegiatan Awal (5 menit)
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
diharapkan.
b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap
kelompok.
Kegiatan Inti (65 menit)
a) Guru mengulas secara singkat materi pada pertemuan sebelumnya.
b) Guru memberikan soal pre tes untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa tentang tabung.
d) Guru memberi beberapa soal (LKS) tabung kepada seluruh kelompok.
e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang
diberikan.
f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan
kelas.
g) Guru dan siswa mendiskusikan jawaban yang diberikan.
Kegiatan Penutup (5 menit)
a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini.
b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk pertemuan berikutnya
untuk mengerjakan soal evaluasi.
3) Observasi
Obsevasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal
berikut ini:
a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif
b) Ketepatan waktu
c) Kendala yang dihadapi
d) Kondisi yang mendukung
4) Refleksi
Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan,
sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut
pada siklus berikutnya.
F. Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang
dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika materi bangun ruang telah menunjukan peningkatan pada setiap siklus
nya. Apabila ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II >
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas
VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika
dalam materi bangun ruang dapat disimpulkan:
1. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada
materi bangun ruang ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung. Hal ini sesuai
dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai
dari siklus I sampai siklus II.
2. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada
materi bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung.
5.2 Saran
1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar
dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara
otomatis akan membentuk budaya senang belajar.
2. Kepada guru, sebaiknya menerapkan diskusi kelompok dalam proses
memahami berbagai materi pelajaran karena dapat saling bertukar ilmu
dengan sesama teman, siswa yang memiliki kepandaian lebih, dapat
membantu temannya yang belum memahami materi yang disampaikan
guru. Selain itu diskusi kelompok dapat menciptakan komunitas belajar
(learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan peningkatan pada
aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Kepada Kepala Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana
yang mendukung pembelajaran yang berkaitan dengan diskusi
kelompok, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya
lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala
aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan
kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono., 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hakim, Thursan,. 2002, Belajar Secara Efektif. Sindur pres, Semarang
Hamalik, Oemar., 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. NCTM Fourseasonnews.,2012. (online) http://www.fourseasonnews.com/2012
/06/pengertian-matematika.html)
Nurkencana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional. Sofyan., 2007. (online)
http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html
Sudarman Benu., 2000. (online) http://zahraabcde.blogspot.com/ 2010/04/ mengajar - matematika- dengan- pendekatan.html
Sudjana., 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdikarya, Bandung
Sumiati, Dra. & Asra, M.Ed.,2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima, Bandung.
Sutikno, Sobry M., 2012, Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama, Bandung Widiyarti dan Suranto., 2009, Konsep Mutu dalam Manajemen Pendidikan