• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH FATHONAH

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 melalui diskusi kelompok.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung sebanyak 35 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru, serta soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 43,33% dan pada siklus II 89,50%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 64 dan pada siklus II meningkat menjadi 85 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 57% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 89%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat,

bangsa dan negara (Remenmaos 2011:1). Berbagai usaha pembaharuan

kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru,

dan lain sebagainya, merupakan upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran.

Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya

adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui

kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang

sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mampu

memilih metode yang tepat yakni metode yang dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar matematika di sekolah dasar.

Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar

matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa lebih rendah lagi pada pokok

bahasan bangun ruang. Berdasarkan hasil pengamatan faktor kesulitan belajar

matematika pada materi bangun ruang yang dialami oleh siswa SDN 2 Kedamaian

Bandar Lampung disebabkan oleh : a) Kurangnya minat siswa pada mata

(3)

sehingga siswa malas dan bosan untuk belajar; c) Bangun ruang hanya berupa

gambar tidak berupa bentuk benda yang mereka jumpai sehari-hari; d)Siswa sukar

membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada bangun ruang; e)

Pemaparan konsep tentang bangun ruang tidak dijelaskan secara rinci; f) Siswa

tidak melihat objek bangun ruang secara nyata sehingga pengalaman belajar tidak

menimbulkan kesan mendalam; g) Suasana monoton di dalam kelas membuat

siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berbagai metode pengajaran yang digunakan oleh guru dengan tujuan agar materi

bangun ruang lebih mudah diterima oleh siswa. Namun kendala di atas membuat

pembelajaran khususnya materi bangun ruang menjadi materi yang tidak disukai

oleh siswa. Sehingga proses pembelajaran pada materi bangun ruang menjadi

kurang optimal. Hal ini terlihat pada jumlah siswa yang memiliki nilai setara atau

melampaui KKM hanya 16 orang (47%) dari 35 siswa. Berarti masih banyak

siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.

Oleh sebab itu diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang dianggap dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi

bangun ruang adalah metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah salah

satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan. Kegiatan diskusi

kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu

individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam membantu

(4)

untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh mencapai atau melebihi target

yang diinginkan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika.

b) Motivasi siswa ketika belajar matematika masih rendah sehingga siswa

malas dan bosan untuk belajar.

c) Bangun ruang hanya berupa gambar tidak berupa bentuk benda yang

mereka jumpai sehari-hari.

d) Siswa sukar membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada

bangun ruang.

e) Pemaparan konsep tentang bangun ruang tidak dijelaskan secara rinci.

f) Siswa tidak melihat objek bangun ruang secara nyata sehingga

pengalaman belajar tidak menimbulkan kesan mendalam.

g) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat

dalam mengikuti proses pembelajaran.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka

(5)

1) Apakah penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan

aktifitas belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung

pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi bangun ruang?

2) Apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar

Lampung pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi bangun

ruang?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini

adalah :

1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar Matematika pada materi bangun

ruang melalui metode Diskusi Kelompok terhadap siswa kelas VI A SDN

2 Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

2) Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi bangun ruang

melalui metode Diskusi Kelompok terhadap siswa kelas VI A SDN 2

Kedamaian Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

(6)

1) Bagi siswa

a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar

Matematika kepada siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar

Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak

mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman

konsep-konsep.

c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa

dalam memahami materi.

2) Bagi guru

a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas,

menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru

dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.

b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar

matematika.

3) Bagi SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung

a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk

perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran

matematika kelas VI.

c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode

pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu agar

dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain maupun atas

usaha sendiri. Menurut Sumiati (2009:38) dalam bukunya Metode Pembelajaran “belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu dengan

lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya adalah hasil belajar. Artinya

seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang

sebelumnya tidak dapat dilakukan. Menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya

Strategi Belajar Mengajar (2010:5) mengemukakan bahwa, “ belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang

baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang

terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi,

perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja)

dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sejalan

dengan hal di atas Ketut Sukardi (2003:15 ) mengemukakan bahwa belajar adalah

(8)

yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan

bersifat temporer.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan

memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Menurut Rudi dan Cepi (2007:1)

pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pembelajar dan

guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah

proses belajar (learning process). Menurut Sumiati (2009:1) mengemukakan

bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa,

dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan

keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang

yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah

dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa

yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan

sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang

dihadapi.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan

pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri

seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting

adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan

usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau

penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan

(9)

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan

yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi

yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai

proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas

sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa

aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus

dihubungkan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Sudirman, Faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah : 1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. faktor ini meliputi :

a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)

2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan

klasifikasi.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :

1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

(10)

4) Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5) Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain dan berternak.

7) Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada

siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan

berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

2.1.3 Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar

merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.

Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru

sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan

guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu terdapat suatu interaksi.

Kemampuan siswa didapat dari proses belajar mengajar. Namun para siswa juga

harus mendapatkan hasil belajar melalui kreativitas mereka tanpa adanya

intervensi dari orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu, hasil belajar yang

dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa

setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004:22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

(11)

Selanjutnya Sudjana mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar,

yaitu:

1. Keterampilan dan kebiasaan

2. Pengetahuan dan pengarahan

3. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penilaian

terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat

di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil

penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar

adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan

aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah

menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu :

a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.

d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

(12)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan

pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.

2.2Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Belajar matematika merupakan belajar konsep-konsep dan struktur abstrak yang

terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari

konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep

matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam

bentuk konkrit. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara

pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.

Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep

menjadi pra syarat untuk konsep lain. Oleh sebab itu, siswa harus diberi

kesempatan untuk memahami setiap konsep yang diberikan.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention

(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara

penyelesaian dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut

sederhana dan bukan hal yang baru bagi orang yang telah mengetahuinya, tetapi

(13)

2.2.1 Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar

Ruang lingkup matematika di Sekolah Dasar meliputi mata pelajaran matematika

pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) bilangan

2) geomteri

3) pengolahan data (Depdiknas, 2006).

Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.

Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan

simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran

berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran

dan pengukuran.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan

(14)

matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan

dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan

melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika

sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat,

kreatif dan disiplin.

2.3Metode Pembelajaran

Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah

teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Menurut Wina

Senjaya (2008) metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

melaksanakan rencana yang sudah disusun. Berdasarkan definisi di atas, penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang

ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun metodde

yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah antara lain :

1) Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada

umumnya mengikuti secara pasif (Muhibin Syah, 2002:203; Ramayulis,

2010:193).

2) Metode Tanya Jawab

(15)

mencapai tujuan (E, Mulyasa, 2010:115: Djamarah dan Zain, 2010:95). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berasal dari guru ke siswa, ataupun sebaliknya. Demikian pula dengan jawabannya, bisa berasal dari guru atau siswa.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyampaian atau penyajian bahan

pembelajaran dimana guru memberikan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk membicarakan atau menganalisis secara ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai

alternatif pemecahan atas suatu masalah (Ramayulis, 2010:194).

4) Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2002:208). Metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikan (Ramayulis, 2010:195)

5) Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek, keadaan, atau proses sesusatu (Djamarah dan Zain, 2010:84).

6) Metode Inquiri

(16)

7) Metode Diskusi Kelompok

Roestiyah N.K (2008:15) berpendapat bahwa “Kerja kelompok adalah salah satu strategi pembelajaran. Suatu cara pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru.

8) Metode Karya Wisata

Metode kaarya wisata adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran

dengan membawa siswa ke objek yang akan dipelajari, dan objek tersebut

berada di luar kelas. Alasannya bahwa objek tersebut hanya berada di luar

kelas dan pengamatan langsung terhadap objek tersebut adalah lebih baik

(Subandijah, 1996:135)

9) Metode Discovery

Menurut Rohani (2004:39) discovery adalah metode yang berangkat dari

suatu pandangan bahwa siswa di samping sebagai objek pembelajaran,

mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal

sesuai kemampuan yag mereka miliki.

10)Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan di mana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, tugas

yang harus dikerjakan siswa bisa secara individual atau secara kelompok

(17)

2.3.1 Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok

Dalam kegiatan pembelajaran ada dua unsur pokok kegiatan yaitu unsur kegiatan

guru dan unsur kegiatan siswa. Guru melakukan kegiatan terpilih dalam upaya

menyampaikan materi dan siswa melakukan serangkaian kegiatan yang

disediakan oleh guru sehingga terjadi proses belajar. Seperti pendapat yang

dikemukakan oleh Syaiful Bahri, Djamarah (2010:45) bahwa “Pembelajaran

merupakan proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada

disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik untuk melakukan proses belajar”.

Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok mempunyai arti

bahwa dalam menyelesaikan tugasnya siswa diwajibkan untuk berdiskusi dan

bekerja sama dengan anggotanya, karena diskusi kelompok memungkinkan siswa

belajar secara efektif dan saling membantu. Roestiyah N.K (2008:15) berpendapat

bahwa “Kerja kelompok adalah salah satu strategi pembelajaran. Suatu cara

pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok

atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7

siswa. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan

tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah

anggota dalam setiap kelompok biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, karena

tidak ada patokan yang pasti tentang jumlah anggota kelompok.

(18)

1) Kerja kelompok akan meningkatkan hasil belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif

2) Keputusan kelompok mudah diterima oleh setiap anggota, karena setiap anggota ikut memikirkan dan memutuskan

3) Melalui kerja kelompok dapat dikembangkan perasaan sosial dan pergaulan yang baik

4) Dalam kerja kelompok, individu saling membantu dan saing mengkoreksi kesalahan, ada toleransi satu sama lain.

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Diskusi Kelompok

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam teknik belajar diskusi kelompok

menurut Roestiyah N.K (2008:16). Beberapa kelebihan metode belajar kelompok

yaitu:

1) Tercapai lebih efektif tujuan pembelajaran

2) Keterampilan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah sehingga mempercepat penyelesaian suatu masalah.

3) Meningkatkan kemampuan komunikasi, baik komunikasi lisan atau komunikasi non lisan

4) Menimbulkan keterampilan antarpersonal siswa seperti keterampilan pendelegasian

5) Menimbulkan ciri-ciri sikap yang diharapkan, seperti timbulnya kepercayaan terhadap diri sendiri dan anggota kelompok.

Beberapa kekurangan metode belajar kelompok yaitu :

1) Kesulitan dalam organisasinya, hingga pengukurannya sering dilakukan

dengan ukuran yang subjektif.

2) Timbulnya masalah sikap para anggota kelompok, sehingga siswa sering

merasa percuma berpendapat karena hal ini akan membuang waktu saja

atau takut dalam ambil bagian.

2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Diskusi Kelompok yaitu :

(19)

1) Pendahuluan

a) Menyebutkan tujuan pembelajaran

b) Menyebutkan manfaat apa yang akan diperoleh siswa dari pembelajaran.

c) Membagi siswa dalam kelompok.

d) Menentukan tugas masing-masing kelompok.

2) Pengembangan

a) Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas yang telah diberikan, yaitu setiap kelompok mengidentifikasi benda-benda yang termasuk bangun ruang dan mencatatnya di buku tulis.

b) Guru memantau kegiatan siswa dalam setiap kelompok. Jika ada kelompok yang kurang aktif guru memotivasinya.

c) Secara berkelompok siswa mengerjakan tugas lanjutan yang diberikan guru.

d) Guru mencatat kelompok mana yang hasilnya kurang.

e) Setelah waktunya selesai, guru memberikan penguatan kepada kelompok secara klasikal dan diharapkan siswa belajar dari kesalahannya.

3) Penerapan

a) Secara indivudu dalam kelompok siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan.

b) Guru berkeliling, jika ada masalah individual segera dipecahkan dalam kelompok, jika adalah masalah umum direvisi secara klasikal.

4) Penutup

a) Secara klasikal guru membuat kesimpulan tentang materi-materi penting yang baru dipelajari.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) adalah satu penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan

untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar

siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu

model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (dalam

Sekolah Dasar.net) PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah

pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas

yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk

memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih

baik.

A. Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI A SDN 2

Kedamaian Bandar Lampung dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri

dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.

2) Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung Jalan

(21)

3) Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action

research)

Siklus I

[image:21.595.149.470.220.535.2]

Siklus II

Gambar 1: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto : 2007)

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar

Perencanaan Pelaksanaan

Observasi Refleksi

Perencanaan

Observasi Refleksi

Pelaksanaan

(22)

c) Menentukan skenario pembelajaran

d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan

e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)

f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa

terhadap materi yang disajikan

g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan

pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dengan metode

Diskusi Kelompok. Adapun urutan kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

diharapkan.

b) Guru mengajak siswa mengidentifikasi macam-macam bangun ruang,

hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran tentang bangun ruang.

c) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap

kelompok.

Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengetahui pengetahuan

awal siswa tentang materi yang akan dipelajari

b) Guru memberikan penjelasan tentang cara membedakan bangun datar

(23)

c) Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang.

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) berupa cara mencari volume

bangun ruang yang telah dijelaskan sebelumnya kepada seluruh

kelompok.

e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang

diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan

kelas.

g) Guru dan siswa mengoreksi jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini.

b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk melakukan pos tes

(evaluasi) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang

telah disampaikan.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti

dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah

(24)

4) Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi

yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan

muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti

melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta

refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus,

rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

C. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes

dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari

respon siswa.

1) Alat pengumpulan data

a) Instrumen observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa

dan kinerja guru dengan menggunakan instrumen lembar observasi.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar

siswa dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang.

2) Jenis data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

(25)

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan

instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh

dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada

siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :

̅ ∑

Keterangan :

̅ : nilai rerata kelas

∑ : jumlah semua nilai siswa

: banyak siswa

(Arikunto, 2010:264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut:

Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk

melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga

dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan

mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang

tepat, Agip(2006:41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %

(26)
[image:26.595.184.440.106.283.2]

Tabel 3.2. Kriteria TingkatKeberhasilan Siswa Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah

(Sumber: Agip, 2006:41)

b) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi aktivitas. Data

observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran.

Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru dalam

pembelajaran siklus I dan II. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

NP : nilai yang dicari atau diharapkan

R : ∑

Sm : ∑ 100 : bilangan tetap

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat

(27)

setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian

juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan

pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek

pembelajaran yang terlibat didalamnya sudah sesuai dengan kapasitas.

(Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif

maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus:

b) Menganalisis data hasil belajar matematika dengan membuat tabulasi

persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil

pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, siklus II.

E. Prosedur Penelitian

Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas

berjalan melalui siklus-siklus dalam sebuah spiral, di mana setiap siklus terdiri

dari 4 (empat) tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Sejalan

dengan itu maka prosedur pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk

tahapan-tahapan siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan, di mana untuk

setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah yang secara garis besar adalah:

1) membuat perencanaan tindakan /perbaikan, 2) implementasi atau pelaksanaan

tindakan yang telah direncanakan, 3) melakukan observasi atau pengamatan atas

(28)

dalamnya analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan,

sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai

rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus

berikutnya.

Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai

berikut:

Siklus 1:

1) Perencanaan Tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran

b) Mempersiapkan skenario pembelajaran

2) Implementasi atau pelaksanaan tindakan

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

diharapkan.

b) Guru mengajak siswa mengidentifikasi macam-macam bangun

ruang, hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran tentang bangun ruang.

c) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk

tiap kelompok.

Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengetahui

(29)

b) Guru memberikan penjelasan tentang cara membedakan bangun

datar dan bangun ruang.

c) Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang prisma tegak

segitiga.

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) berupa cara mencari volume

prisma tegak segitiga kepada seluruh kelompok.

e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal

yang diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke

depan kelas.

g) Guru dan siswa mengoreksi jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari

ini.

b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk melakukan pos tes

(evaluasi) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

yang telah disampaikan.

3) Observasi atau pengamatan terhadap tindakan

Observasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal

berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif

b) Ketepatan waktu dalam menampaikan materi

(30)

d) Kondisi yang mendukung

4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan,

sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil

sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut

pada siklus berikutnya.

Siklus II

1) Perencanaan tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran

b) Mempersiapkan skenario pembelajaran

2) Tindakan

Kegiatan Awal (5 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

diharapkan.

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 6 siswa untuk tiap

kelompok.

Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru mengulas secara singkat materi pada pertemuan sebelumnya.

b) Guru memberikan soal pre tes untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa tentang tabung.

(31)

d) Guru memberi beberapa soal (LKS) tabung kepada seluruh kelompok.

e) Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang

diberikan.

f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan

kelas.

g) Guru dan siswa mendiskusikan jawaban yang diberikan.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan pada hari ini.

b) Guru dan siswa merencanakan waktu untuk pertemuan berikutnya

untuk mengerjakan soal evaluasi.

3) Observasi

Obsevasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal

berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif

b) Ketepatan waktu

c) Kendala yang dihadapi

d) Kondisi yang mendukung

4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan,

(32)

sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut

pada siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang

dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika materi bangun ruang telah menunjukan peningkatan pada setiap siklus

nya. Apabila ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II >

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas

VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika

dalam materi bangun ruang dapat disimpulkan:

1. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada

materi bangun ruang ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung. Hal ini sesuai

dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai

dari siklus I sampai siklus II.

2. Penerapan diskusi kelompok dalam pembelajaran matematika pada

materi bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan

belajar siswa kelas VI A SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar

dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara

otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, sebaiknya menerapkan diskusi kelompok dalam proses

(34)

memahami berbagai materi pelajaran karena dapat saling bertukar ilmu

dengan sesama teman, siswa yang memiliki kepandaian lebih, dapat

membantu temannya yang belum memahami materi yang disampaikan

guru. Selain itu diskusi kelompok dapat menciptakan komunitas belajar

(learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan peningkatan pada

aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Kepada Kepala Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana

yang mendukung pembelajaran yang berkaitan dengan diskusi

kelompok, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya

lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala

aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan

kinerja guru.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono., 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hakim, Thursan,. 2002, Belajar Secara Efektif. Sindur pres, Semarang

Hamalik, Oemar., 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. NCTM Fourseasonnews.,2012. (online) http://www.fourseasonnews.com/2012

/06/pengertian-matematika.html)

Nurkencana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional. Sofyan., 2007. (online)

http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html

Sudarman Benu., 2000. (online) http://zahraabcde.blogspot.com/ 2010/04/ mengajar - matematika- dengan- pendekatan.html

Sudjana., 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdikarya, Bandung

Sumiati, Dra. & Asra, M.Ed.,2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima, Bandung.

Sutikno, Sobry M., 2012, Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama, Bandung Widiyarti dan Suranto., 2009, Konsep Mutu dalam Manajemen Pendidikan

Gambar

Gambar 1: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto : 2007)
Tabel 3.2. Kriteria TingkatKeberhasilan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data penelitian ini adalah cerpen-cerpen dalam Femina tahun 1975, yang terdiri 10 cerpen pilihan yang mengandung unsur kesetaraan jender yang kuat. Data dalam

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik anak balita dan keluarganya, pengetahuan gizi dan kesehatan dari ibu yang memiliki anak balita, perilaku hidup

Gambar VI.7 Konsep Desain Bangunan Sekolah Alam Anak Jalanan terhadap Hujan

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini Universitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),

Pada model penyebaran AIDS terdapat beberapa proses penyederhanaan pesamaan diferensial model aslinya untuk memudahkan dalam proses transformasi untuk mendapatkan

Perlakuan antara level dedak padi DP l% dan DP 5% tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap beberapa parameter kualitas silase yaitu bahan organik, abu, bahan

penggunaan bahasa yang menarik untuk diteliti khususnya dalam

TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-4 TAHUN I. NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL 1. Mengetahui perilaku yang berlawanan meskipun belum selalu dilakukan seperti pemahaman perilaku baik-buruk, benar-salah, sopan-tidak