• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A.

Pengertian

Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia dan trombositopenia. Leukimia limfois atau limfositik akut ini merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga jumlahnya menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel sehingga timbul pendarahan (Hidayat, 2006).

Leukimia merupakan suatu penyakit klonal, yang berarti suatu sel kanker abnormal berproliferasi tanpa kontrol, menghasilkan sekelompok sel-sel anak yang abnormal sehingga menghambat semua sel-sel lain di sumsum tulang untuk berkembang normal (Price, 1999).

Leukimia adalah proliferasi yang tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dan sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal, neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Mastriyani, 2007).

(2)

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, 2002).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief, 2002)

Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan : Leukimia merupakan penyakit akibat proliferasi sel leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga dapat mengganti umur sel yang normal, menyebabkan anemia, trombositopenia, bahkan kematian dengan etiologi yang belum diketahui, diduga sebagai penyakit virus atau genetik.

B.

Klasifikasi

Leukimia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Leukimia Meilogenus Akut

(3)

2. Leukimia Mielogenus Kronis

CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel mieloid. Namun banyak sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan AML, tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar. 3. Leukimia Limfositik Akut.

ALL dianggap sebaagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah 15 tahun ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

4. Leukimia Limfosit Kronis.

(4)

C.

Anatomi dan Fisiologi

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

(5)

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah (Syaifuddin, 2006).

Darah terdiri dari 4 bagian utama yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah.

1. Plasma Darah

Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan membentuk medium cairan darah disebut plasma darah. 90% bagian plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi mengangkut sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit.

Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu organ atau jaringan.

(6)

darah (albumin, globulin) yang dapat meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh, zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin), hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh, dan antibodi/antitoksin (Syaifuddin, 2006)

Gambar 1.1 Plasma darah

2. Sel Darah Merah

(7)

Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel darah merah berbentuk pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak dapat menembus dinding kapiler darah dan berwarna kekuning-kuningan. Pada orang dewasa sel darah merah berjumlah sekitar 5 juta sel/mm³ darah pada laki-laki dan 4 juta sel/mm³ darah pada perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah merah dibentuk dalam hati dan limfa. Setelah berumur 120 hari, sel darah merah akan mati dan diubah menjadi bilirubin atau zat warna empedu.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah dihasilkan dari limpa, hati, kura dan sumsum merah pada tulang pipih, sel darah merah yang sudah rusak akan dibuang ke dalam hati.

(8)

Gambar 1.2 Sel Darah Merah

3. Sel Darah Putih

Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amuboid (bentuk tidak tetap), dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Normalnya kita memiliki 4x109 hingga 11x109 sel darah putih dalam satu liter darah manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.

(9)

retikulo endotel) tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan lebih banyak dari biasanya.

Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis dan kurang dari 6000/mm3 disebut leukopenia. (Syaifuddin, 2006)

Gambar 1.3 Sel Darah Putih

(10)

Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu: basofil, eosinofil, sel batang, sel segmen, limfosit, dan monosit.

Tipe Gambar Diagram

%

dalam

tubuh

manusia

Keterangan

Neutrofil 65%

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil 4%

(11)

Basofil <1%

Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan

mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

Limfosit 25%

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:

1. Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu

(12)

'memori'.)

2. Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri

intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.

3. Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat

(13)

Monosit 6%

Monosit membagi fungsi

"pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.

Makrofag

(lihat di atas)

Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan.

4. Keping Darah

(14)

eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Jumlah trombosit adalah 200000-300000 keping/mm³ darah.

Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah berfungsi dalam pembekuan darah, jika ada orang yang terkena demam berdarah, maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit sehingga darah semakin mengental dan menyebabkan kematian, oleh karena itu penderita demam berdarah harus ditransfusi darah agar mendapat pasokan trombosit yang banyak (Syaifuddin, 2006).

Gambar 1.5 Keping darah

Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran Oksigen pada tubuh :

a. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah.

b. Darah yang dipompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.

(15)

d. Dari bilik kiri O2 dibawa ke seluruh tubuh oleh sel darah merah

untuk pembakaran (oksidasi)

e. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida.

f. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen dibawa ke jantung.

Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, karbondioksida dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal, mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah, membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih, menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah, dan menjaga kestabilan suhu tubuh (Guyton, 1995).

D.

Etiologi dan Predisposisi

(16)

virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia–Lhymphoma Virus/ HLTV), radiasi, obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol, faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot, serta kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom (Suriadi, 2001).

Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

Faktor yang ikut berperan yaitu : virus onkogenik yang memiliki struktur antigen tertentu, predisposisi genetik yang digabungkan dengan inisiator (mutasi) baik yang diketahui maupun tidak, abnormalitas kromosom dan hereditas, faktor eksogen, seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia dan infeksi, faktor endogen, seperti ras (orang Yahudi), serta riwayat penyakit yang berkaitan dengan hematopoisis (pembentukan sel darah), seperti penyakit Hodgkin, meiloma multiple, polisitemia vera, dan anemia siderobastik (Ngastiyah, 1997).

(17)

E.

Patofisiologi

Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoietik yang total dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya.

Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegali, hepatomegali). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi. (Long, 1996).

(18)

Menurut Suriadi, 2001, prosesnya meliputi: normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.

(19)

Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan turunnya jumlah eritrosit, neutrofil dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus, limfa, hati, tulang, dan SPP (Betz, 2002).

Di semua tipe leukimia, sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari leukimia merupakan hasil dari infiltrasi sumsum tulang, dengan 3 manifestasi yaitu anemia dan penurunan RBCs, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukimia yang berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan kelemahan pada tulang dan cenderung terjadi fraktur, sehingga menimbullkan nyeri.

Ginjal, hati, dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukimia juga berpengaruh pada SSP dimana terjadi peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada kepala, letargi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku duduk (Wong, 2000).

F.

Manifestasi Klinis

(20)

sel, limpadenopati, splenomegali,dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke organ-organ limfosit tersebut, adanya penurunan BB akibat berkurangnya nafsu makan dan peningkatan kalori oleh sel-sel neoplastik (Price, 1999).

Tanda-tandanya meliputi : kelelahan, malaise, kelemahan otot, palpitasi, takikardi, diare, nyeri tekan, feses hitam, penurunan haluaran urin, perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, ansietas, anoreksia, muntah, disfagia, disorientasi, parestesia, nyeri abnormal, nafas pendek, gangguan penglihatan, pendarahan spontan, demam, infeksi, kemerahan, purpura dan pembesaran pada nodus limfe (Mastriyani, 2007).

G.

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

(21)

penyakit leukimia mudah terjadi infeksi. Di samping itu penting untuk menjelaskan bahwa ALL merupakan penyakit kanker darah yang disebabkan oleh virus dan membutuhkan kemoterapi untuk menekan sel-sel kanker dalam tubuh, mengajarkan untuk menggunakan sikat gigi dengan bulu halus untuk mencegah trauma

2. Penatalaksanaan Medis

(22)

Pengobatan yang dilakukan antara lain : 1. Pelaksanaan Kemoterapi, ada 3 fase yaitu :

a. Fase Induksi

Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L – asparginase, dinyatakan berhasil jika tanda – tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilasis SSP

Diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocotison melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukimia ke otak, diberi apabila pasien mengalami gangguan SSP.

c. Konsolidasi

Kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan limesis dan mengurangi sel-sel leukimia yang beredar dalam tubuh. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan atau dosis dikurangi (Arief, 2005).

2. Transfusi untuk mengatasi anemia

3. Pencangkokan sumsum tulang (Price, 1999) 4. Beberapa obatnya antara lain :

a. Prednison :untuk efek antiflamsi

(23)

c. Metotreksat (amethopterin) :menghalangi metabolisme asam folat (untuk pembelahan sel)

d. Merkaptopurin (purinetol) :menghalangi sintesis asam nukleat e. Sitarabin :supresan sumsum tulang, harus

diawasi

f. Alopurinol (zyloprim) :menghambat produksi asam yrat g. Siklofosfamit (cytoxan)

h. Daunorubisin :menghambat pembelahan sel (Betz, 2002)

H.

Pengkajian Fokus

1. Demografi

a. Usia : terjadi pada anak berusia dibawah 15 tahun dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun

b. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan c. Ras : pada kasus tertentu lebih banyak pada anak kulit

putih

d. Lingkungan : banyak terpapar pada zat radioaktif dan bahan kimia

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat kelainan kromosom (sindrom down)

(24)

b. Riwayat Penyakit Keluarga

- Faktor ras, keluarga dan genetika 3. Data fokus

a. Aktivitas

Kelelahan, malaise, kelemahan otot dan somnolen b. Sirkulasi

Palpitasi, takhikardi, membran mukosa pucat c. Eliminasi

Diare, nyeri tekan perianal, darah pada urin, penurunan haluan urin dan feses hitam

d. Integritas Ego

Perasaan tidak berdaya, depresi, menarik diri, ansietas dan takut e. Makanan / cairan

Anoreksia, muntah, BB turun, distensi abnormal, disfagia dan perubahan rasa

f. Neurosensori

Disorientasi, pusing, parestesi dan kesemutan g. Nyeri

Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri sendi dan kram otot h. Pernafasan

(25)

i. Keamanan

Pendarahan tak terkontrol, demam, purpura, pendarahan gusi, pembesaran nodus limfe, limfa atau hati

j. Seksualitas

Perubahan libido, aliran menstruasi 4. Pemeriksaan fisik

a. Palpitasi, mukosa pucat b. Penurunan BB

c. Penurunan bunyi usus d. Splenomegali, hepatomegali e. Penurunan kesadaran

f. Nyeri abdomen, nyeri sendi g. Pendarahan spontan

h. Purpura, kemerahan 5. Pemeriksaan penunjang a. Hitung darah lengkap

Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik, jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.

- Hemoglobin : kurang dari 10 gr/100ml

- Retikulosit : jumlah biasanya rendah

(26)

- SDP : >50.000/cm dengan peningkatan SDP immatur

b. PTT : memanjang

c. Asam urat serum : mungkin meningkat d. Copper serum : meningkat

e. Zink serum : menurun (Doengoes, 1999)

(27)

I.

Pathways Keperawatan

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Sel-sel leukemik Perawatan di rumah

Kurang informasi

Kurang pengetahuan ttg penyakit prognosis

dan perawatan Faktor etiologi:

virus, abnormalitas kromosom, sinar radioaktif & sinar-X, bahan kimia, infeksi

Leukosit immatur yg berlebihan

Menekan produksi elemen darah yg normal

(28)
(29)

J.

Fokus Intervensi dan Rasional

Menurut Wong, 2000, diagnosa pada anak dengan leukemia adalah : 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan

tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh

Intervensi:

a. Pantau suhu dengan teliti

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi b. Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi

c. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif d. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur

invasif

Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

(30)

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

f. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme

g. Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

h. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh i. Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Kriteria Hasil : Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dengan bertahap

Intervensi:

a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan b. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

(31)

c. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi

d. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

Tujuan : Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan Kriteria Hasil : Hb normal, tidak ada penurunan energi Intervensi :

a. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis

Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia

b. Cegah ulserasi oral dan rektal

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah c. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional : untuk mencegah perdarahan d. Gunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

(32)

e. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)

Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan

f. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin Rasional : aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

g. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung

Rasional : untuk mencegah perdarahan

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan :

- Tidak terjadi kekurangan volume cairan

- Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Kriteria Hasil : Muntah dapat teratasi, masukan cairan cukup Intervensi :

a. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

b. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi

(33)

Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil

d. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah

e. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik f. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi

Tujuan : Pasien tidak mengalami mukositis oral

Kriteria Hasil : Tidak ada stomatitis, membran mukosa lembab Intervensi :

a. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera b. Hindari mengukur suhu oral

Rasional : untuk mencegah trauma

c. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa

(34)

d. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat

Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan e. Gunakan pelembab bibir

Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

f. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang

g. Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak h. Inspeksi mulut setiap hari

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi i. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

j. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

(35)

l. Berikan analgetik

Rasional : untuk mengendalikan nyeri

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil : Tidak ada penurunan BB, nafsu makan baik, tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

a. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi

b. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat

Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

c. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas

Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

d. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

(36)

e. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

f. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat

g. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

7. Gangguan rasa nyaman : nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia, penekanan pada sumsum tulang

Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak

Kriteria Hasil : Skala nyeri berkurang, ekspresi rileks Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

(37)

b. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena)

Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

c. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

d. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat Rasional : sebagai analgetik tambahan

e. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

Tujuan : Pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif Kriteri Hasil : Rasa percaya diri klien meningkat

Intervensi :

a. Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut

(38)

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

c. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

d. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda

Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru

e. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik

Rasional : untuk meningkatkan penampilan

9. Hipertermi berhubungan dengan efek dari pengobatan kemoterapi. Tujuan : Suhu tubuh klien dapat normal

Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal (36-37oC), klien tidak gelisah Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda vital

Rasional : mangobservasi kondisi klien, menentukan intervensi uang sesuai

(39)

Rasional : pada lipatan ketiak dan paha terdapat banyak pembuluh darah sehingga dapat dengan cepat menurunkan suhu tubuh

c. Anjurkan keluarga untuk menggunakan klien pakaian yang dapat menyerap keringat

Rasional : mengeluarkan panas dari dalam tubuh d. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

Rasional : menurunkan suhu tubuh dengan bantuan obat

10. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan perawatan berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : Keluarga dapat memahami tentang penyakit, prognosis, dan perawatan anak dengan leukemia

Kriteria Hasil : Keluarga dapat menjelaskan ulang Intervensi :

a. Jelaskan secara singkat akan pentingnya nutrisi untuk membantu proses penyembuhan penyakit

Rasional : nutrisi yang baik dapat menjaga daya tahan tubuh b. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan nutrisi tinggi

protein dan kalori

Rasional : protein baik untuk menjaga kesehatan

(40)

Rasional : mengurangi risiko terjadi cedera dan trauma

d. Jelaskan pada orang tua pentingnya menjaga kesehatan anak, karena pada penyakit leukimia mudah terjadi infeksi

Rasional : anak dengan leukimia mudah terserang penyakit e. Jelaskan bahwa ALL merupakan penyakit kanker darah yang

disebabkan oleh virus dan membutukkan kemoterapi

Gambar

Gambar 1.1 Plasma darah
Gambar 1.2 Sel Darah Merah
Gambar 1.3 Sel Darah Putih
Gambar Diagram
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esofagus.. Kemudian, otot dari

didinginkan dalam desikator serta timbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal. Kadar abu yang tidak larut dalkam asam. Abu yang

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Setelah belajar mengenai program dan berbagai proses seperti input output, deklarasi dan operasi variabel, logika bercabang / if  , dan looping, bagian terakhir dari dasar

Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 34 Tahun 2012 Tanggal : 01 Juni 2012 KANTOR KESYAHBANDARAN UTAMA 8UB11AGL\II PBRBRCAlIAAJII DAN KBUARGAR BIDABG STATUS HUKUM

Tugas sehari-hari seorang Public Relations officer (PRO) adalah mengadakan kontak social dengan kelompok masyarakat tertentu, serta menjaga hubungan baik (community

Metode yang digunakan dalam pengaturan kecepatan motor BLDC dalam Tugas Akhir ini menggunakan metode kontrol Sliding Mode Controller berbasis PID yang merupakan kombinasi

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH