petuMjuk TekMis Promosi Kesebaum
RU111ahウ。ォゥエ セ@
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 004/MENKES/SKlII/2012
PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
613 Ind k
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 004/MENKES/SKJII/2012 Petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit (PKRS), Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013
ISBN 9786022350507
petHHjHk Tckni Promo i
l\esebaum
Ru",ah
ウ 。ォZゥエ セ@
KATA PENGANTAR
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426jMenkesjSKjXIIj2006 menjadi acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan Promosi kesehatan di Rumah Sakit. Petunjuk Teknis ini melengkapi kebijakan yang dipayungi oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Kesehatan tentang pentingnya men gedepankan upaya promotif dan preventif dan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pelaya nan kesehatan prima di rumah s a kit , maka buku ini dicetak ulang kembali untuk yang ke lima kalinya. Selanjutnya aka n didistribusikan ke seluruh Rumah Sakit Pemerintah Pusat (vertikal), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan ke Rumah Sakit Swasta.
Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita, sehingga buku ini memilik i manfaat yang besar bagi berkembangnya Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta , April 2011
Kepala Pusat Promosi Kesehatan ,
pet""i"k
TekMis Promosi
Kesehatan R"mob
ウ。ォゥエ セ@
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, sebagai penyesuaian dari SKN 2004, dinyatakan bahwa salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Upaya Kesehatan. Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur dalam subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan meliputi peni n gkatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Hal ini diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dimana disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan s e cara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya d ikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preven tif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut di atas , kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit telah berlangsung sejak 1990 walaupun dengan nama yang berbeda-beda antara lain Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Ru mah Sakit, Komunikasi Informasi dan Edukasi, Huma s Rumah Sakit, dan Pemasaran Rumah Sakit.
A
L_+_'__
petunjuk
Te{Zl1isPromosi KeSeVClttll1 RumClb SClkit
Rumah Sak it (PKRS). Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kemen terian Kesehatan dalam pengembangan PKRS yaitu pe n yusunan buku Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit, pelatihan tenaga PKRS sejak tahun 2007, penyusunan Kurikulum dan Modul pelatihan PKRS dan pengembangan Stan dar PKRS yang diadaptasi dari WHO.
Sebagai salah satu pelayanan di Rumah Sakit, kegiatan PKRS diharapkan memiliki salah satu wadah tersendiri sehingga dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif di Rumah Sakit.
Selanjutnya saya menyambut gembira terbitnya "Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" ini. Upaya ini sungguh sangat sinergis dengan upaya-upaya yang sedang terus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal B ina Upaya Kesehatan guna meningkatkan kinerja rum ah sakit.
Semoga kehadiran "Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" benar-benar akan mendorong rumah sakit untuk lebih berorientasi bukan hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga pasien, petugas, dan masyarakat disekitar Rumah Sakit.
Jakarta, September 20 11
I
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR ... . SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN ... iii
DAFTAR lSI... .. ... .... ... ... v
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI ... Vll BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II PENGERTIAN RUMAH SAKIT ... 5
A. PERUMAHSAKITAN 01 INDONESIA... 5
B. REFORMASI PERUMAHSAKITAN 01 INDONESIA... ... ... 7
C. PASIEN RUMAH SAKIT ... 9
BAB III PROMOSI KESEHATAN OLEH RUMAH SAKIT ... ... ... ... .. ... 11
A. PROMOSI KESEHATAN ... .... ... 11
B. PELUANG PROMOSI KESEHATAN ... 13
C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN... .. ... 15
D. PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN PKRS ... ... ... 26
BAB IV PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RUMAH SAKIT ... 29
A. Promosi Kesehatan Di Ruang Pendaftaran ... 29
B. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Jalan ... .. ... ... .. ... .. 30
C. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap ... .. ... ... 33
AL-__ _petul1juk
+---'-
t・セゥ
ウ@
Prol11osi Kesebatal1 Rf,1l11ab Saki t
BABV PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
BAGI KLIEN SEHAT .. .... ... 45
A. Pemberdayaan .... ... 45
B. Bina Suasana ... 48
C. Advokasi ... ... ... ... .... ... 50
BABVI PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT ... 52
A. PKRS Di Tempat Parkir ... 52
B. PKRS Di Taman Rumah Sakit.. ... 53
C. PKRS Di Dinding Luar Rumah Sakit ... .... 54
D. PKRS Di Pagar Pembatas Kawasan Rumah Sakit ... 55
E. PKRS Di Kantin/Kios Di Kawasan Rumah Sakit ... 55
F. PKRS Di Tempat Ibadah ... ... ... .. 56
BAB VII LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN PKRS ... . .. .. . ... ... ... . . 58
A. Menyamakan persepsi pemahaman dan sikap mental yang positif bagi para direksi, pemilik dan petugas rumah sakit. ... ... . 58
B. Menyiapkan bentuk dan tugas kelembagaan PKRS ... .. ... .. ... ... 59
C. Menyiapkan petugas yang memahami philosophi, tujuan, strategi, metode dan teknik PKRS ... . .. . . .. . .. 59
D. Pengem bangan sarana PKRS . . . . .. . . .. . . 60
E . Pelaksanaan PKRS ... ... ... ... 61
F . Pembinaan dan evaluasi ... ... .... ... ... 66
BAB VIII INDIKATOR KEBERHASILAN .. . ... ... ... 68
A. Indikator Masukan ... ... .. ... ... 68
B. Indikator Proses ... ... 69
C . Indikator Keluaran ... ... ... 69
D. lndikator Dampak ... ... ... 69
pet""jwk Tekuis Promo iKe
ehau..
R"ma[,
ウ。ォゥエ セ@
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 004/MENKES/SK/II/2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a . bahwa rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 ten tang Rumah Sakit;
A'-
__'-
+ _ _
ー・エセエyャェセエォ@
Tek11i.\ PrmHosi KeiiebcrtcrMRvmud;
scr{Zi tkesehatan khususnya UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
Mengingat 1. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
petWJ1juk Teknis
Promo,i K,esebaum
Rumah
ウ。ォゥエセ@
3 . UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 ten tang Tenaga Kesehatan UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114j Menkesj SKj Xj 2004 ten tang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT.
Pasal 1
Pengaturan Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan bertujuan untuk m e mberikan panduan yang rinci mengenai pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit.
Pasa12
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal3
Menteri Kesehatan, kepala dinas kesehatan provinsi, dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat.
Pasal4
petu"juk Teiznis Promosi
Kesebatal1 Rumahs。ォゥエ セ@
Pasa15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setup orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia .
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2012
HAYU SEDYANINGSIH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012
PeW
"jwk
Teknis Promosi
Kesehatan Rumah
ウ。ォゥエ セ@
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SKlII/2012
TAN GGAL 9 FEBRUARI2012
PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHAT AN
petunjrdz
t・セョゥウ@
Promo,i
KesebalLl" Ramob
sッォゥエ セ@
BABI
_ _ _ _ _ __ _.... PENDAHULUAN
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal28H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sejahtera, dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis . Selanjutnya dalam Pasal 46 dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggitingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kurat if, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinam-bungan.
W
L
+L__
petul1ju!z
t・ォャQゥ Nセ@
Promoi
Kesebatal1
RHma&Sakit
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan meliputi peningkatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang memp unyai daya ungkit tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan, an tara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan keluarga miskin.
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah S akit dalam Pasal 1 menyebutkan pengertian Rumah S akit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang enyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan , dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan y ang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabili tatif.
Mengacu kepada peraturan perundangundangan tersebut di a tas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan
petj,111juk
Tekl1is
Promosi
Kesehatal1 Rumah sakit_ _W+I
..I....
Petunjuk teknis ini terdiri dari sembilan (9) bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Menjelaskan ten tang landasan hukum dan pentingnya disusun Petunjuk Teknis serta sistematika dari Petunjuk Teknis.
Bab II : Pengertian Rumah Sakit
Menguraikan secara umum tentang hakikat Rumah Sakit, perkembangan Rumah Sakit di Indonesia, jenisjenis Rumah Saki t , dan fungsifungsi yang harus diselenggarakan Rumah Sakit. Dalam bab ini juga sedikit diuraikan tenta ng reformasi perumahsakitan , untuk sampai kepada tuntutan ten tang perlunya dikembangkan Rumah Sakit yang mempromosikan Kesehatan (health promoting hospita0.
Bab III: Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit
Membahas secara garis besar pengertian Promosi Kesehatan, persamaan dan perbedaannya dengan Pemasaran Ru m ah Sakit dan Kehumasan Rumah Sakit , serta uraian ten tang peluang dan strategi dasar Promosi Kesehatan di Rumah Sakit. Dalam bab ini diuraikan secara umum kegiatan pemberdayaan, baik bagi pasien (orang sakit) rawat jala n dan rawat inap maupun klien (orang sehat) .. Dukungan bagi pemberdayaan , yaitu bina suasana dan advokasijuga disinggung di sini, demikianjuga halhal yang memperku at pelaksanaan strategi, yaitu kemitraan,
metode dan media serta sumber daya.
Bab IV : Pelaks anaan Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rumah Sakit
rawat inap . Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai cara pemberdayaan yang efektif seperti konseling, biblioterapi, dan lainlain, berbagai cara bina suasana yang efektif melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta siapa yang harus diadvokasi dan bagaimana melaksanakannya.
Bab V: Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat Menjelaska n secara terinci ten tang bagaimana cara menerapkan strategi pemberdayaan, bina suasana dan advokasi dalam rangka PKRS bagi klien yang berupa orang orang sehat .
Bab VI: Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung RS
Membahas tentang bagaimana memanfaatkan peluang promosi kesehatan di luar gedung, seperti di tempat parkir, di taman RS, dan lainlain.
Bab VII : Langkahlangkah Pengembangan PKRS
Menguraikan tentang langkahlangkah yang sebaiknya ditempuh oleh sebuah RS dalam rangka mengembangkan PKRSnya .
Bab VIII: Indikator Keberhasilan
Menjelaskan tentang halhal apa yang sebaiknya digunakan sebagai penunjuk dalam menilai keberhasilan pelaksanaan PKRS, baik PKRS untuk pasien (orang sakit) maupun PKRS untuk klien (orang sehat).
Bab IX: Pe n utup
pet""juk
Teknib
Promoi Kesehattln RUJ11a&
ウ。ォゥエセ@
BAB II
---e. PENGERTIAN RUMAH SAKIT
A. PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut
hospital. Kata hospital berasal dari kata dalam bahasa
Latin hospitalis yang berarti tamu. Secara lebih luas
kata itu bermakna menjamu para tamu . Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan
(charitable ) , untuk merawat pengungsi atau
memberikan pendidikan bagi orangorang yang kurang beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para pemuda.
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan munculnya rumah sakitrumah sakit milik misi keagama a n yang pelayanannya bersifat kedermawanan . Selanjutnya muncul rumah sakit-rumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus untuk mela yani karyawan perusahaan (misalnya perkebunan, pertambangan , dan lain-lain). Setelah itu lalu muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang juga praktik pribadi bidan, yang mula-mula berkembang menjadi klinik . Beberapa dasawarsa terakhir, muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.
A<_+
'_ _
petltll1juk TekJ1is Prm'l1osi Kesebatal'l
RUWlah akit
maupun milik pemerintah . Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan, jenis rumah s akit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
1. Rumah Sakit Umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang danjenis penyakit.
2. Ruma h Sakit Khusus merupakan rumah sakit yang memb erikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disip tin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau k ekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan RumahSakit privat.
1. Rumah Sakit publik merupakan rumah sakit yang dike lola oleh Pemerintah , Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba .
2. Rumah Sakit privat merupakan rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan,"
Adapun fungsifungsi yang harus diselengga-rakan oleh Rumah Sakit adaIah:
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. pemeliharaan dan peningka tan keseha tan perorangan meIaIui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3 . penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya m a nusia dalam rangka peningkata kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan ; dan
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
B. REFORMASI PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA
Reformasi kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari konteks Reformasi Nasional yang masih berlangsung dewasa ini. Reformasi kesehatan adalah perubahan pola dan landasan pikir (paradigm a) yang berkaitan dengan persepsi kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Perubahan paradigma bahwa kesehatan termasuk pelayanannya adalah "public
goods' yang berarti wajib dilaksanakan oleh semua
bersama. Keterlibatan pemerintah dalam perjanjian GAIT maupun APEC pada era tahun 1990an, memaksa pemerintah untuk membuka pintu penana man modal baik dari dalam negeri (PMDN) maupun asing (PMA) di bidang perumahsakitan di Indonesia. Maka pada saat itu mulailah perkembangan iklim persaingan yang sangat ketat di bidang perumahsakitan, yang berarti munculnya elemen penekanan yang baru bagi orgniasasi rumah sakit, yang pada era sebelumnya boleh d ikatakan tidak ada.
pet"ni>'k Teknis Promo,i Keseb.um RI!m.b
sNォゥエ セ@
Sehubungan dengan telah dikembangkannya Pendekatan RS Proaktif sejak 1997 dimana salah satu esensinya adalah RS Proaktif harus dapat berfungsi sebagai RS Promotor Kesehatan (Health Promoting HospitaQ yang juga melaksanakan kegiatan Promotif
maupun preventif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit dan masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang sehat. Gerakan menjadi RS Promotor Kesehatan a kan menghasilkan reorientasi pelayanan rumah sakit dim ana klien RS adalah pasien dan orang sehat.
C. PASIEN RUMAH SAKIT
Rumah sakit dan tenaga yang bekerja di rumah sakit dal a m melaksanakan fungsi manajemen, pelayanan, pendidkan, pelatihan dan pengembangan harus menghormati hakhak pasien. Informasi mengenai h akhak pasien harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dilihat oleh pengguna pelayanan rumah sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378jMenkes jPerj V j 1993 tentang Pelaksanaan Fungsi
セ
ー・エオBェオォ@
Tekni Promosi Kesel"itiln R"m.b Sakit
POLu"jl1iz
Teknis Pyomosi KesebataH Ru>"ab
ウ。ォゥエセ@
BAB III
PROMOSI KESEHATAN OLEH
- - - e .
RUMAH SAKIT
A. PROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalahmasalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan mengatasi masalahmasalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif serta efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalahmasalah kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik masalahmasalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam ), secara mandiri (dalam batasbatas tertentu).
Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompokkelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabi li tasinya, klien dan kelompokkelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalahmasalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Mencermati rumusan tersebut diatas, tampak bahwa PKRS memang memiliki persamaan dan sekaligus perbedaan dengan kegiatan pemasaran (marketing) rumah sakit dan kegiatan kehumasan
(public relation) rumah sakit. Persamaannya terutama terletak pad a sasaran (target group), sedang perbedaannya adalah sebagai berikut:
PKRS Pemasaran RS Humas RS
• Pasien dan klien RS serta masyarakat tahu, mau dan marnpu ber PHBS untuk menangani masalah masalah kesehatan.
• Lingkungan RS arnan, nyarnan, bersih dan sehat, kondusif untuk PHBS. • Tersedianya pelayanan kesehatan yang layak "jual", dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat. • Tumbuhnya permintaan
(demand) akan
pelayanan yang "dijual".
• Tersebarnya informasi seluk-beluk RS. • Dapat
diketahuinya isu/umpan balik dari masyarakat. • Dapat
Oleh karena itu, tidak jarang rumah sakit yang menggabung ketiga kegiatan tersebut dalam satu wadah organ isasi , walaupun banyak pula yang memilih untuk memisahkannya.
B. PELUANGPROMOSIKESEHATAN
8anyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di rumah sakit. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Oi dalam gedung
Oi dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan semng dengan pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung, terdapat peluang-peluang :
1. PKRS di ruang Pendaftaran/ Administrasi, yaitu di ruang di mana pasien/klien harus melapor / mendaftar sebelum mendapatkan pela yanan rumah sakit.
2. PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi Pasien, yaitu di poliklinikpoliklinik seperti' poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah, poliklinik penyakit dalam, poliklinik THT , dan lainlain.
AL
_
+I_ _
pctul1juk Tekl1 is Promosi Kesebatal1 RUI1'Iab sakit
4. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi Pasien , yai tu teru tama di Pelayanan
ObatjApotik, Pelayanan Laboratorium, dan Pelayanan Rehabilitasi Medik, bahkan juga Kamar Mayat.
5. PKRS dalam pelayanan bagi Klien (Orang Sehat), yaitu seperti di Pelayanan KB, Konseling Gizi, Bimbingan Senam , Pemeriksaan Kesehatan (check up) , Konseling Kesehatan Jiwa, Konseling Kesehatan Remaja, dan lainlain .
6 . PKRS di ruang Pembayaran Rawat Inap , yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah sakit.
b . Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS , yaitu:
1. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapanganj gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudutsudut lapangan gedung parkir .
2 . PKRS di Taman rumah sakit , yaitu baik taman-taman yang ada di depan, sampingj sekitar maupun di dalamjhalaman dalam rumah s akit.
petl1l1jwk Tei(lIis Promosi KesehalilM Ru,"ai)
ウ。ォゥャセ@
4. PKRS di tempattempat umum di lingkungan rumah sakit misalnya tempat ibadah yang tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan di kantinjtokotokojkioskios.
5. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.
c.
STRATEGIPROMOSIKESEHATANSebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193jMenkesjSKjXj2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesj SKjVIIIj2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah:
(1) Pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) Bina Suasana
(3) Advokasi serta dijiwai semangat
(4) Kemitraan
1. Pemberdayaan
AL_
+,_ _
petlA.l1jlA.k Tekl'lls
Promo.i l\e. ebatal1
RlA.mab Sakit
Dalam pelaksanaannya, upaya ini umumnya berbentuk pelayanan konseling terhadap:
a. Bagi klien rawat jalan dapat dilakukan konseling, baik untuk mereka yang menderita suatu penyakit (misalnya konseling penyakit dalam) maupun untuk mereka yang sehat (misalnya konseling gizi, konseling KB). Bagi klien yang sehat dapat pula dibuka kelompok-kelompok diskusi, kelompokkelompok senam, kelompokkelompok paduan suara, dan lain-lain .
b. Bagi pasien rawat inap dapat dilakukan beberapa kegiatan, seperti:
konseling di tempat tidur (disebut juga
bedside health promotion)
• konseling kelompok (untuk penderita yang dapat meninggalkan tempat tidur)
• biblioterapi (menyediakan atau
membacakan bahanbahan bacaan bagi pasien).
Dengan pemberdayaan diharapkan pasien berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk m e laksanakan perilakuperilaku yang dikehendaki gu n a mengatasi masalah kesehatannya.
kesehatan (yang sudah dihadapi atau yang potensial) adalah masalah bagi yang bersangkutan. Sebelum orang tersebut yakin bahwa m asalah kesehatan itu memang benar-benar m asalah bagi dirinya, maka ia tidak akan peduli dengan upaya apa pun untuk menolongnya.
Tantangan berikutnya datang pada saat proses sudah sampai kepada mengubah pasien dari mau menjadi mampu. Ada orangorang yang walaupun sudah mau tetapi tidak mampu melakukan karen a terkendala oleh sumber daya (umum n ya orangorang miskin). Tetapi ada juga orangorang yang sudah mau tetapi tidak mampu melaksanakan karen a malas. Orang yang terkendala oleh sumber daya tentu harus difasilita si dengan diberi bantuan sumber daya yang dibutuhkan. Sedangkan orang yang malas dapat d icoba rangsang dengan "hadiah" (reward)
atau harus "dipaksa" menggunakan peraturan dan sanksi (punishment).
Beberapa prinsip konseling yang perlu diperhati kan dan dipraktikkan oleh petugas rumah sakit selama pelaksanaan konseling adalah :
a . Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidu p.
menggem-W
L
+'_ _
petuJ1juk Tekni
Pyomosi Kesebatan Rumab Sakit
birakan, karena situasi yang demikianlah yang akan membuat pasien menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan . Pada saat perbicangan telah menjadi hangat, maka pancinglah pasien untuk mengungkapkan sendiri masalah, kelemahan atau kekeliruannya.
b. Menghargai pasien tanpa syarat .
Menghargai pasien adalah syarat utama untuk terjadinya hubungan konseling yang gembira dan terbuka. Cara menghargai ini dilakukan dengan memberikan ucapanucapan dan bahasa tubuh yang menghargai, tidak mencemooh atau meremehkan.
c. Melihat pasien sebagai subyek dan sesama hamba Tuhan.
petul1juk TekJ1is ProwlOsi Ke ehlltClI1
Ruma{?sakit _ _
W+
..I...'
untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut.
d. Mengembangkan dialog yang menyentuh pera saan.
Dalam hubungan konseling yang baik, konselor selalu berusaha untuk me n gemukakan katakata dan butirbutir dialog yang menyentuh perasaan pasien, sehingga memunculkan rasa syukur telah dipertemukan Tuhan dengan seorang peno long. Banyak konselor menggunakan pend ekatan agama untuk membuat pasien tersentuh hatinya.
e. Me m berikan keteladanan.
Keteladanan sikap dan perilaku konselor dapat me n yentuh perasaan pasien, sehingga pada gilirannya ia ingin menyontoh pribadi konselornya. Keteladanan memang merupakan sugesti yang cukup kuat bagi pas ien untuk berubah ke arah positif. Motivasi untuk berubah itu disebabkan oleh kepri badian, wa wasan, keterampilan, kesa lehan, dan kebajikan konselor terhadap pas ien. Seolaholah kepribadian teladan ini merupakan pesan keilahian yang memancar dari dalam diri sang konselor.
2. Bina Suasana
suasana atau lingkungan yang kondusif. Tentu saj a lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap pasien yang sedang diberdayakan . Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusifini disebut bin a suasana.
a. Bagi pasien rawatjalan (orang yang sakit)
Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga atau orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Sedangkan bagi klien rawat jalan (orang yang sehat), lingkungan yang berpengaruh terutama adalah para petugas rumah sakityang melayaninya. Mereka ini diharapkan untuk membantu memberikan penyuluhan kepada pasien dan juga menjadi teladan dalam sikap dan tingkah laku. Misalnya teladan tidak merokok, tidak meludah atau. membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
b. Pengantar pasien (orang sakit)
Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan dari pasien untuk misalnya dikumpulkan dalam satu ruangan dan diceramahi. Oleh karen a itu, metode yang tepat di sini adalah penggunaan media, seperti misalnya pembagian selebaran (leaflet) ,
pembaangan poster, atau penayangan video berkaitan dengan penyakit dari pasien.
c. Klien yang sehat
p・エセャQェ セャォ@
Tekf'lis Prol'l1osi Ke.sebatal1
rセャGiQ。「@
sakit_ _
W.J.--
+
---'
rumah sakit yang melayani mereka sangat kuat penga ruhnya sebagai panutan. Maka, di tempa ttempat ini pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas rumah sakit yang melayani harus benarbenar konsisten dengan pelayanan yang diberikannya. Misalnya: tidak merokok, tidak meludah atau membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.d. Bagi p asien rawat inap
A
L_
+,_ _
petuHjuk Tekl1isPromosi
k・ウ・ィエャエエャセQ@
RUl'l1tlhSakit
e. Ruang di luar gedung rumah sakit juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana kepada para pengantar pasien, para penjenguk pasien, teman/pengantar klien, dan pengunjung rumah sakit lainnya.
3 . Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien , rumah sakit membutuhkan dukungan dari pihakpihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan RS yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada wakilwakil rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yan g mencakup di rumah sakit. Advokasi merupakan proses yang tidak sederhana. Sasaran advokasi hendaknya diarahkan/ dipandu untuk menempuh tahapantahapan sebagai berikut:
(1) memahami/menyadari persoalan yang diajukan
(2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
(3) mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
(4) menyepakati satu pili han kemungkinan dalam berperan
(5) menyampaikan langkah tindak lanjut
peL""juk Telm is ProMiosi
Resellatan
RHmabs。ォゥ エセ@
advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di ujung perbincangan (misalnya dengan membuat disposisi pada usulanj proposal yang diajukan) menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan dUkungan .
Katakata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah "Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik". Artinya bahan advokasi harus dibuat:
a . Sesuai dengan sasaran (latar belakang pen d idikannya, jabatannya, budayanya, kesukaannya, dan lainlain).
b. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.
c. Mencakup unsurunsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Dimana, Bilamana, Siapa Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W +
IH).
d. Memuat masalah dan pilihanpilihan kemungkinan untuk memecahkan masalah.
e. Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.
f. Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lainlain.
W
L
+1._ _
petvll1jwk Tekl1is Prol11osi Kesebatal1
RVimah Sakit
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi, prinsipprinsip kemi traan harus di tegakkan. Kemi traan dik embangkan antara petugas rumah sakit dengan sasarannya (para pasienjkliennya atau pihak lain) d a lam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, d a n advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dik embangkan karena kesadaran bahwa untuk m e ningkatkan efektivitas PKRS, petugas rumah sakit harus bekerjasama dengan berbagai pihak te r kait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, lembaga swadaya masyarakat, media m a ssa, dan lainlain .
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus dip erhatikan adalah:
(1 ) kesetaraan
(2 ) keterbukaan
(3) saling menguntungkan.
a. Kesetaraan
penmjuk
Tekl1i
Prol'l1o jKe5ebatal1 RUl'I1ab
sakit_ _
W..I....-+1b. Kete rbukaan
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap usuljsaranjkomentar harus disertai dengan itikad yangjujur, sesuai fakta , tidak menutuptutupi sesuatu .
c. Salin g mengun tungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu me n gandung keuntungan di semua pihak
(win -win solution) . Misalnya dalam hubungan antara petugas rumah sakit dengan pasien, maka setiap solusi yang ditawarkan hend aknya juga berisi penjelasan tentang keu n tungannya bagi si pasien . Demikian juga dala m hubungan antara rumah sakit dengan piha k donatur.
Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan sebutan: tujuh saling) yang harus diperhatikan dan d i praktikkan dalam mengembangkan kemitraa n , yaitu:
(1) Salin g memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masingmasing
(2) Salin g mengakui kapasitas dan kemampuan masingmasing
(3) Sali n g berupaya untuk membangun hubungan
(4) Salin g berupaya untuk mendekati
AL_
+L_ _
pecul1jl1.k Tekl1is
Prol'l1osiKescbatal1
Rumab
sakit
(6) Saling mendukung upaya masingmasing
(7) Saling menghargai upaya masingmasing
D. PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN PKRS
Dalam pelaksanaannya, strategi dasar tersebut diatas harus diperkuat dengan (1) Metode dan Media Yang tepat, serta tersedianya (2) Sumber Daya yang memadai .
1. Me tode dan Media
Metode yang dimaksud di sml adalah m e tode komunikasi. Memang, baik pemberdayaan, bi n a suasana, maupun advokasi pada prinsipnya a d alah proses komunikasi. Oleh sebab itu perlu dit entukan metode yang tepat dalam proses te r sebut. Pemilihan metode harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budayanya), dan halhal lain seperti ruang dan waktu.
2. Sumber Daya
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan PKRS adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), sarana/ peralatan termasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran .
SDM uta ma untuk PKRS meliputi:
(1) Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien (dokter, perawat, bidan, dan lainlain)
(2) Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat) .
S e mua petugas rumah sakit yang melayani pasien hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam konseling. Jika keterampilan ini ternyata belum dimiliki oleh para petugas rumah sakit, maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus.
Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk Rumah Sakit adalah sebagai berikut.
Kualifikasi Kompetensi Umum
• SI Kesehatan/ Kesehatan Masyarakat • D3 Kesehatan
ditambah minat & bakat di bidang promosi kesehatan
Mem ban tu petugas RS lain merancang pemberdayaan Membantu/fasilitasi
pelaksanaan
pemberdayaan, bina suasana dan
A
...
_ __
+I.
petHl1juk,
Tekl'r1s Prol'llosi
Ke
evaum
RItIJ'I'wV "akit
Beberapa Sarana/Peralatan yang dipakai dalam kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit diantaranya:
• TV, LCD
• VCD IDVD player
• Amplifire dan Wireless Microphone
• Computer dan laptop
• Pointer
• Public Address System (PSA)
I
Megaphone• Plypchart Besar
I
Keeil• Cassette recorder/player
• Kamerafoto
Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar , namun demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan
dan al anggaran yang eukup untuk melaksanakan
petlmjuk Teknis
ProwloiKe ebatal1
RUl11ahsakit_ _
W.J...-+JBABIV
PELAKSANAAN PROMOSI
KESEHATAN BAGI PASIEN
- - - _ e
RUMAH SAKIT
A. PROMOSI KESEHATAN DI RUANG PENDAFTARAN
Begitu pasien masuk ke gedung rumah sakit, maka yang p ertama kali harus dikunjunginya adalah RuangjTemp at Pendaftaran, di mana terdapat loket untuk mend aftar. Mereka akan tinggal beberapa saat di Ruang Pendaftaran itu sampai petugas selesai mendaftar. Setelah pendaftaran selesai barulah mereka satu demi satu diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.
Kontak awal dengan rumah sakit ini perlu disambut d e ngan promosi kesehatan. Sambutan itu berupa sala m hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram berada di rumah sakit. Di ruang ini pula, disediakan informasi tentang Rumah Sakit tersebut yang dapat meliputi manajemen rumah sakit, dokter jperawat jaga, pelayanan yang tersedia di rumah sakit, serta informasi tentang penyakit baik pencegahan maupun tentang cara mendapatkan penanganan penyakit tersebut.
A
,+,__
ー・エhセャェhォ@ t・ォャQゥセ@
ProltlOsi KcsebclttH1Rumab Sakit
Menolong Anda" atau yang sejenis. Media yang lain yang dapat disiapkan di ruang ini misalnya leaflet, factsheet, dan TV.
B. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT JALAN
Promosi Kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan advokasi.
1. Pemberdayaan
ldealnya pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana setiap petugas rumah sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya. Tetapijika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat disediakan satu ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi.
ー・lセャャQ ェmォ@ t・サzヲQェ Nセ@
Pr0l110i
Kesebatcll1 RMi1'lab SClkit_ _...JA _
+I
tidak b e rtugas di poliklinik, diberi tugas di ruang konsultasi.
Konsultasi seyogianya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan dilakukannya konsultasi secara berkelompok (56 pasien sekaligus), jika keadaan mengijinkan. Jika demikian, maka ruang konsultasi ini sebaiknya cukup luas untuk menam pung 6 7 orang.
Ruang konsultasi sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi atau alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif digunakan di sini misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambargambar
atau m odelmodel anatomi, dan tayangan menggunakan OHP atau laptop dan LCD. Seorang pasien yang hendak dioperasi katarak, mungkin mengin ginkan penjelasan tentang proses operasi katarak tersebut. Jika demikian, maka selain penjelasan lisan, tentu akan lebih memuaskanjika dapat disajikan gambargambar tentang proses operasi tersebut. Bahkan lebih bagus lagi jika dapat d itayangkan rekaman tentang proses operasi katarak melalui laptop dan LCD yang diproye ksikan ke layar.
2. Bina Suasana
A
L_
+'_ _
PCCUl1jJ.ik Tckl1i· Prol11osi Keebatal1
Ruwrab sakit
komunikasi yang tersedia di poliklinik . Oleh karena itu di setiap poliklinik, khususnya di lLlang tunggu, perlu dipasang posterposter, disediakan selebaran (leaflet), atau dipasang televisi dan
VCDjDVD player yang dirancang untuk secara
telLls menelLlS menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan poliklinik yang bersangku tan.
Denganmendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien yang di a ntarnya, S1 pengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit memberikan juga penyuluhan kepada pasien . Bahkan jika pasien yang bersangkutan juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang disajikan, maka seolaholah ia berada dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau m a salah kesehatan yang dideritanya dapat segera dia tasi.
3. Advokasi
petul1juk Tekl1is Prol1'lOsi Kesebatal1 RUl11a(7 sakit _ _
W+
''
membangun jamban di rumahnya. Atau tidak memiliki dana untuk menyemen lantai dan memas a ng genting kaca rumahnya agar rumahnya tidak le mbab. Oleh karena itu akan sangat membantu jika RS dapat menyediakan uang pengganti ongkos bagi penderita miskin, Mereka bisa menggunakan uang belanja terlebih dulu atau mungkin meminjam kepada orang lain , dan setelah itu rumah sakit akan menggantinya. Untuk itu tentu d iperlukan suatu pengaturan khusus guna mencegah penyalahgunaan.
Agar mampu melakukan upaya membantu penderita miskin tersebut , rumah sakit dapat melakukan advokasi ke berbagai pihak, misalnya kepada para pengusaha sukses, untuk menyumbangkan dana. Dana ini selanjutnya dikelola secara khusus dengan manajemen yang transpa ran dan akuntabel sehingga siapa pun dapat turut mengawasi penggunaannya. Pengel o laannya bisa melalui pembentukan yayasan atau lembaga fungsional lain dibawah kendali dari Direktur yang membawahi keuangan rumah sakit.
C. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT INAP
AL_
+_<__
petul'Ijllkt・ォセャゥウ@
ProWlosi KescbCltClYl RHwwb Sakityang acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya masalah.
Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbedabeda, seperti misal n ya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial kepada penderitanya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas rumah sakit sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan pemberdayaan.
1. Pemberdayaan
Sebagaimana disebutkan di atas, pe m berdayaan dilakukan terhadap pasien rawat inap pada saat mereka sudah dalam fase pen yembuhan dan terhadap pasien rawat inap pen yakit kronis (kanker, tuberkulosis, dan lain-lai n ). Terdapat beberapa cara pemberdayaan atau kon selingyang dapat dilakukan dalam hal ini.
a. Konseling di Tempat Tidur
petul1juk Tekl1is Prol'J'lOsi Kesehatal1 RUWlab sakit _ _GJ...L+.J
Oleh karena hanls berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat peraga atau media komunikasi yang digunakan hanlslah yang mudah dibawabawa seperti lembar baik
(flashcards), gambargambar atau fotofoto. Alat peraga terse but sebaiknya sedikit mungkin mencantumkan kata kata atau kalimat Jika di nlang perawatan pasien terd apat televisi, mungkin ia dapat membawa VCDjDVD player dan beberapa VCDjDVD yang berisi informasi ten tang penyakit pasiennya.
b. Biblioterapi
perawat mahir akan membantu pasien membacakan sambil melakukan konseling.
Buku atau bahan bacaan memiliki sejumlah kelebihan dibanding media komunikasi lain. Umur keberadaan buku atau bahan bacaan di tengahtengah manusia adalah paling panjang. Bahan bacaan juga lebih praktis penggunaannya, karena dapat digunakan di mana saja, kapan saja, tanpa tergantung kepada listrik, batere, cuaca, dan perala tanperala tan pendukung. Untuk mengulangulang isi yang belum dipahami, seseorang tidak perlu berepotrepot, cukup sekedar membalikbalik kertas. Bahan bacaan Juga dapat menampung Iebih banyak informasi. Memang, bahan bacaan juga memiliki kelemahan, khususnya karena ia menuntut kemampuan dan minat membaca dari pemakainya. Tapi kelemahan ini dapat ditutup jika para petugas RS memang benar-benar bersedia sebagai penolong pasien. Banyak contoh di mana mereka yang semula tidak gemar membaca, akhirnya menjadi kutu buku sekeluar dari RS, akibat ketekunan pustakawan atau perawat membimbingnya membaca.
c. Konseling Berkelompok
disediakan suatu tempat atau ruangan untuk berkumpul. Konseling berkelompok ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan perilaku pasien, juga sebagai sarana bersosialisasi para pasien. OIeh karena itu, kegiatan ini dapat pula diselingi dengan rekreasi . Misalnya dengan sekali waktu menyelenggarakan konseling berkelompok ini di taman rumah sakit. Atau sekali waktu diselingi acara menyanyi dengan iringan gitar, organ , atau karaoke. Atau dengan makan siang bersama.
Untuk konseling berkelompok tentu sebaiknya digunakan alat peraga atau media komunikasi untuk kelompok. Lembar balik
(flashcards) mungkin terlalu kecil jika
digunakan di sini. Lebih baik digunakan media yang lebih besar seperti jZipchart, poster, atau standing banner. Jika konseling kelompok
dila k ukan di ruangan, dapat digunakan lapto p , LCD projector dan layarnya untuk
men ayangkan gambargambar atau bahkan film.
2. Bina Suasana
A
L_
+L_ _
pet14.l1jlAk Tekl1js Promo ·j Ke ebtlttll'l RUl11tlbsakit
a. Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam bezuk, sebaiknya rumah sakit menyediakan ruang tunggu bagi mereka. Jika demikian , maka ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina suasana. Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster cetakan atau poster dalam neon box. Juga dapat disediakan boks
berisi selebaran atau leaflet yang boleh diambil
secara gratis. Akan lebih baik lagi jika di ruang tunggu itu juga disediakan televisi yang menayangkan berbagai pesan kesehatan dari VCD / DVD player.
Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para pem besuk mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan dibesuknya.
b . Pembekalan Pembesuk Secara Berkelompok
memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaanpertanyaan para pembesuk.
Sebelum menutup diskusi, yaitu beberapa menit sebelum jam bezuk dimulai, dokter spesialis atau perawat mahir menyampaikan pesan agar para pembesuk kiranya dapat membantu memberi penjelasan kepada pasien yang mereka bezuk agar proses penyembuhan menjadi Iebih cepat.
c. Pendekatan Keagamaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan. Dalam hal ini para petugas rumah sakit, baik dengan upaya sendiri atau pun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk melakukan pembacaan doadoa. Pembacaan doadoa ini kemudian disambung dengan pemberian nas ihat (tausiyah) oleh petugas rumah sakit atau oleh pemuka agama tentang pentingnya melaksanakan perilaku tertentu. Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat nas ihat biasanya dilakukan , sehingga pasien pun merasa Iebih yakin akan kebenaran perilaku yang harus dilaksanakannya dalam rangka mempercepat penyembuhan penyakitnya.
AL_
+L__
petHYljuk, TekYlis Promosi KesebtlttlYl RHmab Stlkit
melibatkan keluarga dan ternanternan pasien. Frekuensinya bisa seminggu sekali , sebulan dua kali, atau sebulan sekali, sesuai dengan kemampuan rumah sakit.
3. Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap pun advokasi diperlukan, khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan pe r undangundangan sebagai ram buram bu per ilaku dan menghimpun dukungan sumber day a , khususnya untuk membantu pasien miskin.
8agi pasien miskin , biaya untuk rawat inap juga sudah tercakup dalam program Jaminan Pe m eliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Namun demikian, sebenarnya tidak hanya itu yang dibutuhkan oleh pasien miskin. Apa lagi jika yang h aru s dirawat inap di rumah sakit adalah kepala keluarga yang bertugas menghidupi keluarganya . Dengan dirawat inapnya kepala keluarga , maka praktis pendapatan keluarga hilang atau setidak-tidaknya sangat berkurang. Rumah sakit akan dap at mempercepat kesembuhan pasien, jika rumah sakit juga dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga dengan memberikan b antuan biaya hidup keluarga selama pasien dirawat inap .
rumah sakit dapat juga membantu pasie n miskin rawat in ap untuk memugar rumahnya menjadi rumah sehat, membuat jamban keluarga, membua t sumber air, membuat saluran air limbah, dan lainlain , maka berarti rumah sakit tidak hanya telah menolong individu pasien, melainkan juga telah membantu mengatasi masalah kese hatan masyarakat.
4. Promosi Kese hatan di Tempat Pe mbayaran
S e belum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya harus singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang p e rpisahan ini pasienj kerabatnya itu memang tidak berada terlalu lama . Namun hendaknya promosi kesehatan juga masih hadir, yaitu untuk menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga semakin berta mbah sehat. Pe rlu juga disampaikan bahwa kapan pun kelak pasien membutuhkan lagi pertolongan , jangan ragu ragu untuk d a tang lagi k e rumah sakit .
Datang diterima dengan salam hangat , dan pulang pun diantar dengan salam hangat. Biarlah kenangan yang baik selalu tertanam dalam ingatan pasienj k erabatnya, sehingga mereka benarbena r menganggap rumah sakit sebagai p e nolong yang baik.
D. PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
AL_
_+L
_
petuJ1juk TekJ1is Pl'owrosi Kesebatal1 RUl11ab
Saki!.
Laboratorium, Pelayanan Rontgen, Pelayanan Obatj Apotik, dan Pelayanan Pemulasaraan Jenasah .
1. PKRS di Pelayanan Laboratorium
Di Pelayanan Laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga klien (orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
a . Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.
b. Bagi klien atau mereka yang sehat Iainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Pada umumnya pasien, klien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di Pelayanan Laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan 1m sebaiknya dilakukan promosi
kesehatan dengan media swalayan (self service)
seperti posterposter yang ditempel di din ding atau penyediaan leaflet yang dapat diambil gratis.
2. PKRS di Pelayanan Rontgen
perMJ1jMk Tekl1is Prarl1asi KescbatC!l1 RHrI1ab sakit _ _ W'
+
'
a. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.
b. Bagi kEen atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Oengan demikian, promosi kesehatan yang dilaksanakan di sini sebaiknya juga dengan memanfaatkan media swalayan seperti poster dan leaflet.
3 . PKRS di Pelayanan Obat/ Apotik
Oi Pelayanan Obat/ Apotik juga dapat dijumpai baik pasien, klien, maupun pengantarnya. Sedangkan kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah terutama tentang:
a. Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.
b . Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter.
c . Pentingnya memeEhara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka memenuhi kebutuhan akan obatobatan sederhana.
4. PKRS di Pelayanan Pemulasaraan Jenasah
BABV
PELAKSANAAN PROMOSI
-
... KESEHATAN BAGI KLIEN SEHAT
Strategi PKRS bagi pasien yang sehat termasuk pasien dalam masa rehabilitasi, serupa dengan strategi PKRS bagi orang sakit, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasan a dan advokasi.
A. PEMBERDAYAAN
Dalam rangka pemberdayaan terhadap pasien sehat, rumah sakit dapat membentuk kelompok-kelompok diskusi, kelompok-kelompok paduan suara, kelompok-kelompok senam, selain membuka konseling berbagai aspek kesehatan.
1. Pengelolaan Kelompok Diskusi
A
L_+l.._ _
petul1j}dZ Tekl1i Promosi Ke ebatal1 RUl11ab akit
sumber daya manusia yang dapat digunakan sebagai nara sumber dalam forumforum tadi. Kalaupun harus menggunakan nara sumber dari luar rumah sakit, pihak rumah sakit masih akan dapat mengupayakannya dengan mudah melalui jaringan kerjasama antar rumah sakit atau antara ru m ah sakit dan perguruan tinggi.
Jika forumforum seperti Simposium, Se m inar, dan lokakarya belum dapat diselenggarakan , rumah sakit dapat me n yelenggarakan forumforum diskusi kecil (10-20 orang), dengan mendayagunakan sum ber daya manusia yang dimiliki rumah sakit. Jika perlu bahkan dapat dibentuk kelompok-kelompok disk usi dengan substansi tertentu (misalnya Kel ompok Diskusi Penyakit Degeneratif, Kelompok Diskusi Kesehatan Ibu dan Anak, Kelompok Diskusi Kesehatan Usia lanjut, dan lain-lain. Diskusi kelompok dapat diselenggarakan secara reguler ataupun sewaktu-waktu.
2. Pen gelolaan Kelompok Paduan Suara
Selain bermanfaat bagi individuindividu yang te rgabung dalam kelompok , pada gilirannya kegiatan paduan suara juga akan bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya, paduan suara ini dapat dimanfaatkan pada saat perayaan Peringatan Hari Kesehatan Nasional, Peringatan Hari Osteoporosis, Hari AIDS Sedunia, bahkan Hari Kemerdekaan Indonesia. rumah sakit sendiri dapat memanfaatkannya pada saat merayakan Ulang Tahun rumah sakit misalnya.
3 . Penyelenggaraan Acara Rekreasi
Rekreasi juga dipercaya sebagai salah satu jalan keluar untuk mencegah stres . Oleh karena itu, rumah sakit tentu saja reIevan jika mengorganisasikan pula pelayanan rekreasi bagi masyar akat umum . Syukursyukur jika rekreasi ini dapat dikaitkan dengan upaya kesehatan, seperti misalnya mengunjungi tamantaman gizi, tamantaman obat keluarga, balai penelitian tanaman obat, posyandu, proses pengolahan makanan yang sehat, instalasi pengolahan limbah cair rumah sakit, instalasi pemrosesan sampah rumah sakit, instalasi penjernihan air, sekolah sehat, p esantren sehat, dan lainlain. Kalaupun rekreasi itu dilakukan ke tempattempat wisata, kiranya dapat dipadukan dengan kegiatan diskusi kesehatan di alam terbuka .
4. Pengelolaan Kelompok Senam
セ
ー・Qmョェオォ@
Tekni
Promo,i
KesebataM
Rumab sakit
menangkap peluang ini dengan menawarkan pelayanan kelompokkelompok senam.
Sebagaimana pada kelompok diskusi atau kelompok paduan suara, rumah sakit dapat mendaftar mereka yang berminat , untuk kemudian menyediakan fasilitas dan instruktur. Ber bagai kelompok senam dapat dibentuk seperti mi s alnya Senam Hamil, Senam Kecantikan, Senam Ke bugaran Usia Lanjut , bahkanjuga Senam Balita.
5 . Pelayanan Konseling
Banyak pelayanan konseling dapat diselenggarakan rumah sakit bagi klien sehat. Untuk para remaja dapat dibuka Konseling Kesehatan Remaja atau Konseling Pendidikan Seks. Kepada caloncalon pengantin dapat dibuka Ko n seling Pranikah. Kepada para orang tua muda dapat ditawarkan Konseling AyahBunda. Kepada para wanita usia subur dapat diberikan pelayanan Ko n seling Keluarga Berencana. Kepada kelompok berusia lanjut dapat ditawarkan Konseling Kesehatan Usia. Khusus bagi pekerja keras dan mereka yang rawan stres , dapat ditawarkan Ko n seling Mencegah/Mengatasi Stres. Untuk perokok yang ingin mengakhiri kebiasaan merokoknya, dapat diselenggarakan Konseling Ber henti Merokok.
B. BINA SUASANA
Pet14l1j14k Tef{nis prol11osi Kese&atan
RJ1\'J'Jah
sakit_
_
'W_
+I
mereka yang direkrut oleh rumah sakit untuk mengelola pelayananpelayanan dalam rangka pemberdayaan. Mereka ini diharapkan menjadi teladan yang baik bagi para kliennya dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku.
Oleh k arena itu pembinaan terhadap petugas rumah sakit yang bertugas di sini menjadi sangat penting, Demikian juga rekrutmen dan pembinaan terhadap mereka yang membantu mengelola pelayananpelayanan pemberdayaan seperti misalnya moderator diskusi, instruktur paduan suara, instruktur senam, pemandu rekreasi, dan para petugas konseling, Selain kompeten dalam urusanjtu gas yang diembannya, mereka.ini juga harus konsisten melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Penampilan mereka juga harus mencerminkan kompetensinya, seperti misalnya: instruktur senam harus tampak langsing, bugar, sehat dan ceria.
Namun demikian, bukan berarti bahwa kegiatan-kegiatan bina suasana lainnya tidak perlu dilakukan di
SIn!. Kegiatan-kegiatan bina suasana lainnya
AL_
+L_ _