• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepmenkes RI Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepmenkes RI Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

petuMjuk TekMis Promosi Kesebaum

RU111ah

ウ。ォゥエ セ@

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 004/MENKES/SKlII/2012

PETUNJUK TEKNIS

PROMOSI KESEHATAN

RUMAH SAKIT (PKRS)

(3)

Katalog Dalam Terbitan.  Kementerian  Kesehatan RI

613  Ind  k 

Indonesia.  Kementerian  Kesehatan  RI.  Sekretariat  Jenderal 

Keputusan Menteri Kesehatan Republik  Indonesia Nomor : 004/MENKES/SKJII/2012  Petunjuk teknis promosi kesehatan  rumah sakit  (PKRS),­­ Jakarta:  Kementerian  Kesehatan  RI.  2013 

ISBN 978­602­235­050­7 

(4)

petHHjHk Tckni Promo i

l\esebaum

Ru",ah

ウ 。ォZゥエ セ@

KATA PENGANTAR

Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1426jMenkesjSKjXIIj2006 menjadi acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan Promosi kesehatan di Rumah Sakit. Petunjuk Teknis ini melengkapi kebijakan yang dipayungi oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

1193jMenkesjSKjXj2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.

Sesuai dengan Kebijakan Menteri Kesehatan tentang pentingnya men gedepankan upaya promotif dan preventif dan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pelaya nan kesehatan prima di rumah s a kit , maka buku ini dicetak ulang kembali untuk yang ke lima kalinya. Selanjutnya aka n didistribusikan ke seluruh Rumah Sakit Pemerintah Pusat (vertikal), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan ke Rumah Sakit Swasta.

Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita, sehingga buku ini memilik i manfaat yang besar bagi berkembangnya Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia.

Jakarta , April 2011

Kepala Pusat Promosi Kesehatan ,

(5)
(6)

pet""i"k

TekMis Promosi

Kesehatan R"mob

ウ。ォゥエ セ@

SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA

KESEHATAN

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, sebagai penyesuaian dari SKN 2004, dinyatakan bahwa salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Upaya Kesehatan. Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur dalam subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan meliputi peni n gkatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Hal ini diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dimana disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan s e cara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya d ikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preven tif, kuratif, dan rehabilitatif.

Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut di atas , kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit telah berlangsung sejak 1990 walaupun dengan nama yang berbeda-beda antara lain Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Ru mah Sakit, Komunikasi Informasi dan Edukasi, Huma s Rumah Sakit, dan Pemasaran Rumah Sakit.

(7)

A

L­_+_'­­__

petunjuk

Te{Zl1is

Promosi KeSeVClttll1 RumClb SClkit

Rumah Sak it (PKRS). Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kemen terian Kesehatan dalam pengembangan PKRS yaitu pe n yusunan buku Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit, pelatihan tenaga PKRS sejak tahun 2007, penyusunan Kurikulum dan Modul pelatihan PKRS dan pengembangan Stan dar PKRS yang diadaptasi dari WHO.

Sebagai salah satu pelayanan di Rumah Sakit, kegiatan PKRS diharapkan memiliki salah satu wadah tersendiri sehingga dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif di Rumah Sakit.

Selanjutnya saya menyambut gembira terbitnya "Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" ini. Upaya ini sungguh sangat sinergis dengan upaya-upaya yang sedang terus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal B ina Upaya Kesehatan guna meningkatkan kinerja rum ah sakit.

Semoga kehadiran "Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" benar-benar akan mendorong rumah sakit untuk lebih berorientasi bukan hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga pasien, petugas, dan masyarakat disekitar Rumah Sakit.

Jakarta, September 20 11

I

(8)

DAFTAR lSI

KATA PENGANTAR ... . SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA

KESEHATAN ... iii

DAFTAR lSI... .. ... .... ... ... v

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI ... Vll BAB I PENDAHULUAN ... 1  

BAB II PENGERTIAN RUMAH SAKIT ... 5

A.   PERUMAHSAKITAN  01 INDONESIA...  5  

B.  REFORMASI PERUMAHSAKITAN 01 INDONESIA... ... ...  7  

C.   PASIEN  RUMAH  SAKIT ...  9  

BAB III PROMOSI KESEHATAN OLEH RUMAH SAKIT ... ... ... ... .. ... 11  

A.   PROMOSI  KESEHATAN ... .... ...  11  

B.  PELUANG PROMOSI  KESEHATAN ...  13  

C.   STRATEGI PROMOSI  KESEHATAN... .. ...  15  

D.  PENDUKUNG DALAM  PELAKSANAAN   PKRS ... ... ...  26  

BAB IV PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RUMAH SAKIT ... 29

A. Promosi Kesehatan Di Ruang Pendaftaran ... 29

B. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Jalan ... .. ... ... .. ... .. 30  

C. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap ... .. ... ... 33  

(9)

AL-__ _petul1juk

+---'-

t・セゥ

ウ@

Prol11osi Kesebatal1 Rf,1l11ab Saki t

BABV PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN

BAGI KLIEN SEHAT .. .... ... 45

A.   Pemberdayaan .... ... 45

B. Bina Suasana ... 48

C. Advokasi ... ... ... ... .... ... 50

BABVI PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT ... 52

A. PKRS Di Tempat Parkir ... 52

B. PKRS Di Taman Rumah Sakit.. ... 53

C. PKRS Di Dinding Luar Rumah Sakit ... .... 54

D. PKRS Di Pagar Pembatas Kawasan Rumah Sakit ... 55

E. PKRS Di Kantin/Kios Di Kawasan Rumah Sakit ... 55

F. PKRS Di Tempat Ibadah ... ... ... .. 56

BAB VII LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN PKRS ... . .. .. . ... ... ... . . 58

A. Menyamakan persepsi pemahaman dan sikap mental yang positif bagi para direksi, pemilik dan petugas rumah sakit. ... ... . 58

B. Menyiapkan bentuk dan tugas kelembagaan PKRS ... .. ... .. ... ... 59

C. Menyiapkan petugas yang memahami philosophi, tujuan, strategi, metode dan teknik PKRS ... . .. . . .. . .. 59

D. Pengem bangan sarana PKRS . . . . .. . . .. . . 60

E . Pelaksanaan PKRS ... ... ... ... 61

F . Pembinaan dan evaluasi ... ... .... ... ... 66

BAB VIII INDIKATOR KEBERHASILAN .. . ... ... ... 68

A.   Indikator Masukan ... ... .. ... ... 68

B. Indikator Proses ... ... 69

C . Indikator Keluaran ... ... ... 69

D. lndikator Dampak ... ... ... 69

(10)

pet""jwk Tekuis Promo iKe

ehau..

R"ma[,

ウ。ォゥエ セ@

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 004/MENKES/SK/II/2012

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a . bahwa rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 ten tang Rumah Sakit;

(11)

A'-

__'­-

+ _ _

ー・エセエyャェセエォ@

Tek11i.\ PrmHosi KeiiebcrtcrM

Rvmud;

scr{Zi t

kesehatan  khususnya  Undang­Undang  Nomor  36  Tahun  2009  tentang  Kesehatan  dan  Undang-Undang  Nomor  44 Tahun  2009  tentang  Rumah Sakit; 

c.   bahwa  berdasarkan  pertimbangan  sebagaimana  dimaksud  pada  huruf  a,  dan  huruf  b,  perlu  menetapkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  tentang  Petunjuk  Teknis  Promosi  Kesehatan  Rumah Sakit; 

Mengingat  1.   Undang­Undang Nomor 32 Tahun  2004  tentang  Pemerintahan  Daerah  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2004  Nomor  125,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor 4437)  sebagaimana telah  diubah  terakhir dengan Undang­Undang Nomor  12  Tahun  2008  tentang  Perubahan  Kedua  Atas  Undang­Undang  Nomor  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan  Daerah  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2008  Nomor  59,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Nomor 4844); 

(12)

petWJ1juk Teknis 

Promo,i K,esebaum

Rumah

ウ。ォゥエセ@

3 .   Undang­Undang Nomor  36 Tahun  2009  tentang  Kesehatan  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Tahun  2009  Nomor  144,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor 5063); 

4.   Undang­Undang Nomor  44 Tahun  2009  tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara  Republik  Indonesia Tahun  2009  Nomor  153,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor 5072); 

5.   Peraturan  Pemerintah  Nomor 32 Tahun  1996  ten tang  Tenaga  Kesehatan  Undang­Undang Nomor 44 Tahun  2009  tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara  Republik  Indonesia Tahun  1996  Nomor  49 ,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik Indonesia Nomor 3637); 

6.   Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor 

1193jMenkesjSKjXj2004 tentang 

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan; 

7.   Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor  1114j Menkesj SKj Xj 2004  ten tang  Pedoman  Pelaksanaan  Promosi  Kesehatan di Daerah; 

8.   Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor 

(13)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:  PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT.

Pasal  1 

Pengaturan  Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan bertujuan  untuk  m e mberikan  panduan  yang  rinci  mengenai  pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit. 

Pasa12 

Petunjuk  Teknis  Promosi  Kesehatan  Rumah  Sakit  sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan  bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 

Pasal3 

Menteri  Kesehatan,  kepala dinas  kesehatan  provinsi,  dan  kepala  dinas  kesehatan  kabupaten/kota  melakukan  pembinaan  dan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  peraturan  ini  dengan  melibatkan  organisasi  profesi  dan  masyarakat. 

Pasal4 

(14)

petu"juk Teiznis Promosi 

Kesebatal1 Rumah

s。ォゥエ セ@

Pasa15 

Peraturan  Menteri  ini  mulai  berlaku  pada  tanggal  diundangkan. 

Agar  setup  orang  mengetahuinya,  memerintahkan  pengundangan  Peraturan  Menteri  ini  dengan  penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia . 

Ditetapkan di Jakarta 

pada tanggal 9  Februari 2012 

HAYU  SEDYANINGSIH  

Diundangkan di Jakarta 

pada tanggal 27 Februari 2012 

MENTERI  HUKUM  DAN  HAK  ASASI  MANUSIA , 

AMIR  SYAMSUDIN 

BERITA  NEGARA  REPUBLIK  INDONESIA TAHUN 2012 

(15)
(16)

PeW 

"jwk

Teknis Promosi 

Kesehatan Rumah

ウ。ォゥエ セ@

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 004/MENKES/SKlII/2012

TAN GGAL 9 FEBRUARI2012

PETUNJUK TEKNIS

PROMOSI KESEHAT AN

(17)
(18)

petunjrdz 

t・セョゥウ@

Promo,i 

KesebalLl" Ramob

sッォゥエ セ@

BABI

_ _ _ _ _ __ _.... PENDAHULUAN

Undang­Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 1945 dalam Pasal28H ayat (1)  menyebutkan bahwa  setiap  orang  berhak  hidup  sejahtera  lahir  dan  batin,  bertempat  tinggal  dan  mendapatkan  lingkungan  hidup  yang baik,  sejahtera, dan sehat,  serta berhak memperoleh  pelayanan kesehatan. 

Undang­Undang  Nomor  36  Tahun  2009  tentang  Kesehatan  dalam  Pasal  3  menyatakan  bahwa  Pembangunan  kesehatan  bertujuan untuk meningkatkan  kesadaran,  kemauan,  dan  kemampuan  hidup  sehat  bagi  setiap orang agar terwujud  derajat kesehatan masyarakat  yang  setinggi­tingginya,  sebagai  investasi  bagi  pembangunan  sumber  daya  manusia  yang  produktif  secara  sosial  dan  ekonomis .  Selanjutnya  dalam  Pasal  46  dinyatakan  bahwa untuk mewujudkan  derajat  kesehatan  yang setinggi­tingginya bagi  masyarakat,  diselenggarakan  upaya  kesehatan  yang  terpadu  dan  menyeluruh  dalam  bentuk  upaya  kesehatan  perseorangan  dan  upaya  kesehatan masyarakat.  Upaya kesehatan diselenggarakan  dalam  bentuk  kegiatan  dengan  pendekatan  promotif,  preventif,  kurat if,  dan  rehabilitatif  yang  dilaksanakan  secara  terpadu,  menyeluruh,  dan  berkesinam-bungan.

(19)

W

+­­­­L__

petul1ju!z 

t・ォャQゥ Nセ@

Promo

Kesebatal1 

RHma&

Sakit

kesehatan  yang  dimaksud  adalah  Pelayanan  Kesehatan  meliputi  peningkatan  pencegahan,  pengobatan  dan  pemulihan,  baik  pelayanan  kesehatan  konvensional  maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan  tradisional  dan  komplementer  melalui  pendidikan  dan  pelatihan  dengan  selalu  mengutamakan  keamanan  dan  efektifitas yang tinggi. 

Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya  yang  memp unyai  daya  ungkit  tinggi  dalam  pencapaian  sasaran  pembangunan  kesehatan  utamanya  penduduk  rentan,  an tara  lain  ibu,  bayi,  anak,  manusia  usia  lanjut,  dan keluarga miskin. 

Undang­Undang  Nomor  44  Tahun  2009  tentang  Rumah  S akit  dalam  Pasal  1  menyebutkan  pengertian  Rumah  S akit  yaitu  institusi  pelayanan  kesehatan  yang  menyelenggarakan  pelayanan  kesehatan  perorangan  secara paripurna yang enyediakan  pelayanan rawat  inap,  rawat  jalan ,  dan  gawat  darurat.  Selanjutnya  dikatakan  bahwa Pelayanan  Kesehatan  Paripurna adalah  pelayanan  kesehatan  y ang  meliputi  promotif,  preventif,  kuratif,  dan  rehabili tatif. 

Mengacu  kepada  peraturan  perundang­undangan  tersebut di a tas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap  rumah  sakit  harus  dilaksanakan  upaya  peningkatan  kesehatan,  salah  satunya  melalui  kegiatan  promosi  kesehatan 

(20)

petj,111juk

Tekl1is 

Promosi

Kesehatal1 Rumah sakit_ _W+­­­I 

..I....­

Petunjuk  teknis  ini  terdiri  dari  sembilan  (9)  bab  dengan sistematika sebagai berikut: 

Bab 1: Pendahuluan 

Menjelaskan  ten tang  landasan  hukum  dan  pentingnya  disusun  Petunjuk Teknis  serta sistematika  dari  Petunjuk  Teknis. 

Bab II : Pengertian Rumah Sakit 

Menguraikan secara umum tentang hakikat Rumah Sakit,  perkembangan  Rumah  Sakit  di  Indonesia,  jenis­jenis  Rumah  Saki t ,  dan  fungsi­fungsi  yang  harus  diselenggarakan  Rumah  Sakit.  Dalam  bab ini juga sedikit  diuraikan  tenta ng  reformasi  perumahsakitan ,  untuk  sampai  kepada tuntutan ten tang perlunya dikembangkan  Rumah  Sakit  yang  mempromosikan  Kesehatan  (health promoting hospita0.

Bab III:  Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit 

Membahas  secara  garis  besar  pengertian  Promosi  Kesehatan,  persamaan  dan  perbedaannya  dengan  Pemasaran  Ru m ah  Sakit  dan  Kehumasan  Rumah  Sakit ,  serta  uraian  ten tang  peluang  dan  strategi  dasar  Promosi  Kesehatan di Rumah Sakit. Dalam bab ini diuraikan secara  umum  kegiatan  pemberdayaan,  baik  bagi  pasien  (orang  sakit)  rawat  jala n  dan  rawat  inap  maupun  klien  (orang  sehat) ..  Dukungan bagi pemberdayaan , yaitu bina suasana  dan advokasijuga disinggung di sini, demikianjuga hal­hal  yang  memperku at pelaksanaan  strategi,  yaitu  kemitraan, 

metode dan media serta sumber daya. 

Bab  IV :  Pelaks anaan  Promosi  Kesehatan  Bagi  Pasien  Rumah Sakit 

(21)

rawat inap . Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai cara  pemberdayaan yang efektif seperti  konseling,  biblioterapi,  dan  lain­lain,  berbagai  cara  bina  suasana  yang  efektif  melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta  siapa  yang  harus  diadvokasi  dan  bagaimana  melaksanakannya. 

Bab V:  Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat  Menjelaska n  secara  terinci  ten tang  bagaimana  cara  menerapkan  strategi  pemberdayaan,  bina  suasana  dan  advokasi dalam rangka PKRS bagi klien yang berupa orang  orang sehat . 

Bab VI:  Pelaksanaan  Promosi  Kesehatan  Di  Luar  Gedung  RS 

Membahas  tentang  bagaimana  memanfaatkan  peluang  promosi kesehatan di luar gedung, seperti di tempat parkir,  di taman RS, dan lain­lain. 

Bab VII : Langkah­langkah Pengembangan PKRS 

Menguraikan  tentang  langkah­langkah  yang  sebaiknya  ditempuh oleh sebuah RS  dalam  rangka mengembangkan  PKRSnya . 

Bab VIII:  Indikator Keberhasilan 

Menjelaskan  tentang  hal­hal  apa  yang  sebaiknya  digunakan  sebagai  penunjuk dalam  menilai  keberhasilan  pelaksanaan  PKRS,  baik PKRS  untuk pasien  (orang sakit)  maupun PKRS untuk klien (orang sehat). 

Bab IX: Pe n utup 

(22)

pet""juk

Teknib 

Promo

i Kesehattln RUJ11a& 

ウ。ォゥエセ@

BAB II

---e. PENGERTIAN RUMAH SAKIT

A. PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA

Rumah  sakit  dalam  bahasa  Inggris  disebut 

hospital. Kata  hospital berasal dari  kata dalam  bahasa 

Latin hospitalis yang  berarti  tamu.  Secara  lebih  luas 

kata  itu  bermakna  menjamu  para  tamu .  Memang  menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah  suatu  lembaga  yang  bersifat  kedermawanan 

(charitable ) , untuk  merawat  pengungsi  atau 

memberikan pendidikan bagi orang­orang yang kurang  beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para  pemuda. 

Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan  munculnya  rumah  sakit­rumah  sakit  milik  misi  keagama a n  yang  pelayanannya  bersifat  kedermawanan .  Selanjutnya  muncul  rumah  sakit-rumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus untuk mela yani karyawan perusahaan (misalnya perkebunan, pertambangan , dan lain-lain). Setelah itu lalu muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang juga praktik pribadi bidan, yang mula-mula berkembang menjadi klinik . Beberapa dasawarsa terakhir, muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.

(23)

A<­_+

­­­­'­_  _ 

petltll1juk TekJ1is  Prm'l1osi  Kesebatal'l 

RUWlah akit

maupun  milik  pemerintah .  Berdasarkan  Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan, jenis  rumah  s akit  dibagi  berdasarkan  jenis  pelayanan  dan  pengelolaannya.  Berdasarkan  jenis  pelayanan  yang  diberikan,  rumah  sakit  dikategorikan  dalam  Rumah  Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. 

1.   Rumah  Sakit  Umum  merupakan  rumah  sakit yang  memberikan  pelayanan  kesehatan  pada  semua  bidang danjenis penyakit. 

2.   Ruma h  Sakit Khusus merupakan rumah sakit yang  memb erikan  pelayanan  utama  pada  satu  bidang  atau  satu  jenis  penyakit  tertentu  berdasarkan  disip tin  ilmu,  golongan umur, organ, jenis penyakit,  atau k ekhususan lainnya. 

Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi  menjadi Rumah Sakit publik dan RumahSakit privat. 

1.   Rumah  Sakit  publik  merupakan  rumah  sakit yang  dike lola  oleh  Pemerintah ,  Pemerintah  Daerah,  dan  badan hukum yang bersifat nirlaba . 

2.   Rumah  Sakit  privat  merupakan  rumah  sakit  yang  dikelola  oleh  badan  hukum  dengan  tujuan  profit  yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. 

(24)

adalah  sebagai  pusat  sumber  daya  bagi  peningkatan  kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan," 

Adapun  fungsi­fungsi  yang  harus  diselengga-rakan oleh Rumah Sakit adaIah: 

1.  penyelenggaraan  pelayanan  pengobatan  dan  pemulihan  kesehatan  sesuai  dengan  standar  pelayanan  rumah sakit; 

2.   pemeliharaan  dan  peningka tan  keseha tan  perorangan  meIaIui  pelayanan  kesehatan  yang  paripurna  tingkat  kedua  dan  ketiga  sesuai  kebutuhan  medis; 

3 .  penyelenggaraan  pendidikan dan  pelatihan  sumber  daya  m a nusia  dalam  rangka  peningkata  kemampuan  dalam  pemberian  pelayanan  kesehatan ; dan 

4.  penyelenggaraan  penelitian  dan  pengembangan  serta  penapisan  teknologi  bidang  kesehatan  dalam  rangka  peningkatan  pelayanan  kesehatan  dengan  memperhatikan  etika  ilmu  pengetahuan  bidang  kesehatan. 

B. REFORMASI PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA

Reformasi  kesehatan  di  Indonesia  tidak  terlepas  dari  konteks  Reformasi  Nasional  yang  masih  berlangsung  dewasa  ini.  Reformasi  kesehatan  adalah  perubahan  pola  dan  landasan  pikir  (paradigm a)  yang  berkaitan  dengan  persepsi  kesehatan  dalam  konteks  pembangunan  nasional.  Perubahan  paradigma bahwa  kesehatan  termasuk  pelayanannya  adalah  "public

goods' yang  berarti  wajib  dilaksanakan  oleh  semua 

(25)

bersama.  Keterlibatan  pemerintah  dalam  perjanjian  GAIT maupun APEC pada era tahun 1990an, memaksa  pemerintah  untuk  membuka  pintu  penana man  modal  baik dari  dalam  negeri  (PMDN)  maupun asing  (PMA)  di  bidang  perumahsakitan  di  Indonesia.  Maka  pada  saat  itu  mulailah  perkembangan  iklim  persaingan  yang  sangat  ketat  di  bidang  perumahsakitan,  yang  berarti  munculnya  elemen  penekanan  yang  baru  bagi  orgniasasi  rumah  sakit,  yang  pada  era  sebelumnya  boleh d ikatakan tidak ada. 

(26)

pet"ni>'k Teknis Promo,i Keseb.um  RI!m.b 

sNォゥエ セ@

Sehubungan  dengan  telah  dikembangkannya  Pendekatan RS  Proaktif sejak  1997 dimana salah  satu  esensinya  adalah  RS  Proaktif  harus  dapat  berfungsi  sebagai  RS  Promotor  Kesehatan  (Health Promoting HospitaQ yang  juga  melaksanakan  kegiatan  Promotif 

maupun  preventif bagi  kesehatan  pasien,  staf rumah  sakit  dan  masyarakat  di  wilayah  cakupannya  serta  pengembangan  organisasi  rumah  sakit  menjadi  organisasi  yang  sehat.  Gerakan  menjadi  RS  Promotor  Kesehatan  a kan  menghasilkan  reorientasi  pelayanan  rumah sakit dim ana klien  RS  adalah pasien dan orang  sehat. 

C. PASIEN RUMAH SAKIT

Rumah  sakit dan  tenaga yang bekerja di  rumah  sakit  dal a m  melaksanakan  fungsi  manajemen,  pelayanan,  pendidkan,  pelatihan  dan  pengembangan  harus  menghormati  hak­hak  pasien.  Informasi  mengenai  h ak­hak  pasien  harus  ditempatkan  pada  lokasi  yang  mudah  dilihat  oleh  pengguna  pelayanan  rumah sakit. 

Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor  378jMenkes jPerj V j 1993 tentang Pelaksanaan Fungsi 

(27)

ー・エオBェオォ@

Tekni Promosi Kesel"itiln  R"m.b Sakit 

(28)

POLu"jl1iz 

Teknis Pyomosi KesebataH Ru>"ab

ウ。ォゥエセ@

BAB III

PROMOSI KESEHATAN OLEH

- - - e .

RUMAH SAKIT

A. PROMOSIKESEHATAN

Sebagaimana  tercantum  dalam  Keputusan  Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesjSKjVIIIj2005  tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Promosi  Kesehatan  di  Daerah,  promosi  kesehatan  adalah  upaya  untuk  meningkatkan  kemampuan  masyarakat  melalui  pembelajaran  dari,  oleh,  untuk,  dan  bersama  masyarakat,  agar  mereka dapat menolong  diri  sendiri,  serta  mengembangkan  kegiatan  yang  bersumber  daya  masyarakat,  sesuai  sosial  budaya  setempat  dan  didukung  kebijakan  publik  yang  berwawasan  kesehatan. 

Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu  menghadapi  masalah­masalah  kesehatan  potensial  (yang  mengancam)  dengan  cara  mencegahnya,  dan  mengatasi  masalah­masalah  kesehatan  yang  sudah  terjadi  dengan  cara menanganinya  secara efektif serta  efisien.  Dengan  kata  lain,  masyarakat  mampu  berperilaku  hidup  bersih  dan  sehat  dalam  rangka  memecahkan  masalah­masalah  kesehatan  yang  dihadapinya (problem solving), baik  masalah­masalah  kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial  (mengancam ),  secara  mandiri  (dalam  batas­batas  tertentu). 

(29)

Kesehatan  oleh  Rumah  Sakit  (PKRS)  adalah  upaya  rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,  klien, dan kelompok­kelompok masyarakat, agar pasien  dapat  mandiri  dalam  mempercepat  kesembuhan  dan  rehabi li tasinya,  klien  dan  kelompok­kelompok  masyarakat  dapat  mandiri  dalam  meningkatkan  kesehatan,  mencegah  masalah­masalah  kesehatan,  dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya  masyarakat,  melalui  pembelajaran  dari,  oleh,  untuk,  dan  bersama  mereka,  sesuai  sosial  budaya  mereka,  serta  didukung  kebijakan  publik  yang  berwawasan  kesehatan. 

Mencermati  rumusan  tersebut  diatas,  tampak  bahwa  PKRS  memang  memiliki  persamaan  dan  sekaligus  perbedaan  dengan  kegiatan  pemasaran  (marketing)  rumah  sakit  dan  kegiatan  kehumasan 

(public relation) rumah  sakit.  Persamaannya  terutama  terletak  pad a  sasaran  (target group), sedang  perbedaannya adalah sebagai berikut: 

PKRS  Pemasaran RS  Humas  RS 

•  Pasien dan klien  RS  serta  masyarakat tahu,  mau dan marnpu  ber­ PHBS untuk  menangani  masalah­ masalah  kesehatan. 

•  Lingkungan  RS  arnan,  nyarnan,  bersih dan sehat,  kondusif untuk  PHBS.  •  Tersedianya  pelayanan  kesehatan yang  layak "jual",  dengan harga  yang dapat  dijangkau  masyarakat.  •  Tumbuhnya  permintaan 

(demand) akan 

pelayanan yang  "dijual". 

•  Tersebarnya  informasi seluk-beluk RS. • Dapat

diketahuinya isu/umpan balik dari masyarakat. • Dapat

(30)

Oleh  karena  itu,  tidak jarang rumah  sakit yang  menggabung  ketiga  kegiatan  tersebut  dalam  satu  wadah organ isasi , walaupun banyak pula yang memilih  untuk memisahkannya. 

B. PELUANGPROMOSIKESEHATAN

8anyak  sekali  tersedia  peluang  untuk  melaksanakan  promosi  kesehatan  di  rumah  sakit.  Secara umum peluang itu  dapat dikategorikan  sebagai  berikut. 

a.   Oi dalam gedung 

Oi  dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan  semng  dengan  pelayanan  yang  diselenggarakan  rumah  sakit.  Oleh  karena  itu  dapat  dikatakan  bahwa  di  dalam  gedung,  terdapat  peluang-peluang : 

1.   PKRS  di  ruang  Pendaftaran/ Administrasi,  yaitu  di  ruang  di  mana  pasien/klien  harus  melapor /  mendaftar  sebelum  mendapatkan  pela yanan rumah sakit. 

2.   PKRS  dalam  pelayanan  Rawat  Jalan  bagi  Pasien,  yaitu  di  poliklinik­poliklinik  seperti'  poliklinik  kebidanan  dan  kandungan,  poliklinik  anak,  poliklinik  mata,  poliklinik  bedah,  poliklinik  penyakit  dalam,  poliklinik  THT , dan lain­lain. 

(31)

AL­

_

+­­I­_  _ 

pctul1juk Tekl1 is Promosi Kesebatal1 RUI1'Iab sakit 

4.   PKRS  dalam pelayanan Penunjang Medik bagi  Pasien ,  yai tu  teru tama  di  Pelayanan 

ObatjApotik,  Pelayanan  Laboratorium,  dan  Pelayanan  Rehabilitasi  Medik,  bahkan  juga  Kamar Mayat. 

5.   PKRS  dalam  pelayanan  bagi  Klien  (Orang  Sehat),  yaitu  seperti  di  Pelayanan  KB,  Konseling  Gizi,  Bimbingan  Senam ,  Pemeriksaan  Kesehatan (check up) , Konseling  Kesehatan Jiwa, Konseling Kesehatan Remaja,  dan lain­lain . 

6 .   PKRS  di  ruang Pembayaran Rawat  Inap , yaitu  di  ruang  di  mana  pasien  rawat  inap  harus  menyelesaikan  pembayaran  biaya  rawat inap,  sebelum meninggalkan rumah sakit. 

b .   Di luar gedung 

Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat  dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS , yaitu: 

1.   PKRS  di  Tempat  Parkir,  yaitu  pemanfaatan  ruang  yang  ada  di  lapanganj gedung  parkir  sejak  dari  bangunan  gardu  parkir  sampai  ke  sudut­sudut lapangan gedung parkir . 

2 .   PKRS di Taman rumah sakit , yaitu baik taman-taman  yang  ada  di  depan,  sampingj  sekitar  maupun  di  dalamjhalaman  dalam  rumah  s akit. 

(32)

petl1l1jwk Tei(lIis Promosi KesehalilM Ru,"ai) 

ウ。ォゥャセ@

4.   PKRS  di  tempat­tempat  umum  di  lingkungan  rumah  sakit  misalnya  tempat  ibadah  yang  tersedia  di  rumah  sakit  (misalnya  masjid  atau  musholla) dan di kantinjtoko­tokojkios­kios. 

5.   PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit. 

c.

STRATEGIPROMOSIKESEHATAN

Sebagaimana  disebutkan  dalam  Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor 1193jMenkesjSKjXj2004

tentang  Kebijakan  Nasional  Promosi  Kesehatan  dan  Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor  1114jMenkesj  SKjVIIIj2005  tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Promosi  Kesehatan  di  Daerah,  strategi  dasar  utama  Promosi  Kesehatan adalah: 

(1)  Pemberdayaan, yang didukung oleh 

(2)  Bina Suasana 

(3) Advokasi serta dijiwai semangat 

(4)  Kemitraan 

1.   Pemberdayaan 

(33)

AL­_

+­­­,­_ _

petlA.l1jlA.k Tekl'lls 

Promo.

i l\e. ebatal1 

RlA.mab Sakit 

Dalam  pelaksanaannya,  upaya  ini  umumnya  berbentuk  pelayanan  konseling  terhadap: 

a.   Bagi  klien  rawat  jalan  dapat  dilakukan  konseling,  baik untuk mereka yang menderita  suatu  penyakit  (misalnya  konseling  penyakit  dalam)  maupun  untuk  mereka  yang  sehat  (misalnya  konseling  gizi,  konseling  KB).  Bagi  klien yang sehat dapat pula dibuka kelompok-kelompok diskusi, kelompok­kelompok senam,  kelompok­kelompok  paduan  suara,  dan  lain-lain . 

b.   Bagi  pasien  rawat  inap  dapat  dilakukan  beberapa kegiatan, seperti: 

konseling  di  tempat  tidur  (disebut  juga 

bedside health promotion)

•   konseling  kelompok  (untuk  penderita yang  dapat meninggalkan tempat tidur) 

• biblioterapi (menyediakan  atau 

membacakan  bahan­bahan  bacaan  bagi  pasien). 

Dengan  pemberdayaan  diharapkan  pasien  berubah  dari  tidak  tahu  menjadi  tahu,  dari  tahu  menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk  m e laksanakan perilaku­perilaku yang dikehendaki  gu n a  mengatasi masalah kesehatannya. 

(34)

kesehatan  (yang  sudah  dihadapi  atau  yang  potensial)  adalah  masalah  bagi  yang  bersangkutan.  Sebelum  orang  tersebut  yakin  bahwa  m asalah  kesehatan  itu  memang  benar-benar  m asalah  bagi  dirinya,  maka  ia  tidak  akan  peduli dengan upaya apa pun untuk menolongnya. 

Tantangan  berikutnya  datang  pada  saat  proses  sudah  sampai  kepada  mengubah  pasien  dari  mau  menjadi  mampu.  Ada  orang­orang yang  walaupun  sudah  mau  tetapi  tidak  mampu  melakukan  karen a  terkendala  oleh  sumber  daya  (umum n ya  orang­orang  miskin).  Tetapi  ada  juga  orang­orang yang sudah mau  tetapi tidak  mampu  melaksanakan  karen a  malas.  Orang  yang  terkendala  oleh  sumber  daya  tentu  harus  difasilita si  dengan  diberi  bantuan  sumber  daya  yang  dibutuhkan.  Sedangkan  orang  yang  malas  dapat  d icoba  rangsang  dengan  "hadiah" (reward)

atau harus "dipaksa" menggunakan peraturan dan  sanksi (punishment).

Beberapa  prinsip  konseling  yang  perlu  diperhati kan  dan  dipraktikkan  oleh  petugas  rumah  sakit  selama  pelaksanaan  konseling  adalah : 

a .   Memberikan  kabar  gembira  dan  kegairahan  hidu p. 

(35)

menggem-W

L­­

+­­­­'­_ _

petuJ1juk Tekni 

Pyomosi Kesebatan Rumab Sakit 

birakan, karena situasi yang demikianlah yang  akan  membuat pasien menjadi  tertarik untuk  terlibat  dalam  perbincangan .  Pada  saat  perbicangan  telah  menjadi  hangat,  maka  pancinglah  pasien  untuk  mengungkapkan  sendiri  masalah,  kelemahan  atau  kekeliruannya. 

b.   Menghargai pasien tanpa syarat . 

Menghargai pasien adalah syarat utama untuk  terjadinya  hubungan  konseling yang  gembira  dan  terbuka.  Cara  menghargai  ini  dilakukan  dengan  memberikan  ucapan­ucapan  dan  bahasa  tubuh  yang  menghargai,  tidak  mencemooh atau meremehkan. 

c.   Melihat  pasien  sebagai  subyek  dan  sesama  hamba Tuhan. 

(36)

petul1juk TekJ1is  ProwlOsi  Ke  ehlltClI1 

Ruma{?

sakit _  _ 

W+

..I...­­­'

untuk  melaksanakan  pemecahan  masalah  tersebut. 

d.   Mengembangkan  dialog  yang  menyentuh  pera saan. 

Dalam  hubungan  konseling  yang  baik,  konselor  selalu  berusaha  untuk  me n gemukakan  kata­kata  dan  butir­butir  dialog  yang  menyentuh  perasaan  pasien,  sehingga  memunculkan  rasa  syukur  telah  dipertemukan  Tuhan  dengan  seorang  peno long.  Banyak  konselor  menggunakan  pend ekatan  agama  untuk  membuat  pasien  tersentuh hatinya. 

e.   Me m berikan keteladanan. 

Keteladanan sikap dan perilaku konselor dapat  me n yentuh  perasaan  pasien,  sehingga  pada  gilirannya  ia  ingin  menyontoh  pribadi  konselornya.  Keteladanan  memang  merupakan  sugesti  yang  cukup  kuat  bagi  pas ien untuk berubah ke arah positif.  Motivasi  untuk  berubah  itu  disebabkan  oleh  kepri badian,  wa wasan,  keterampilan,  kesa lehan,  dan  kebajikan  konselor  terhadap  pas ien.  Seolah­olah  kepribadian  teladan  ini  merupakan  pesan  keilahian  yang  memancar  dari dalam diri sang konselor. 

2.   Bina Suasana 

(37)

suasana  atau  lingkungan  yang  kondusif.  Tentu  saj a  lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan  yang diperhitungkan  memiliki  pengaruh  terhadap  pasien  yang  sedang  diberdayakan .  Kegiatan  menciptakan  suasana  atau  lingkungan  yang  kondusifini disebut bin a  suasana. 

a.  Bagi pasien rawatjalan (orang yang sakit) 

Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga  atau  orang  yang  mengantarkannya  ke  rumah  sakit.  Sedangkan  bagi  klien  rawat jalan  (orang  yang  sehat),  lingkungan  yang  berpengaruh  terutama adalah para petugas rumah sakityang  melayaninya.  Mereka  ini  diharapkan  untuk  membantu  memberikan  penyuluhan  kepada  pasien  dan juga  menjadi  teladan  dalam  sikap  dan  tingkah  laku.  Misalnya  teladan  tidak  merokok,  tidak  meludah  atau.  membuang  sampah sembarangan, dan lain sebagainya. 

b.  Pengantar pasien (orang sakit) 

Pengantar  pasien  tentu  tidak  mungkin  dipisahkan  dari  pasien  untuk  misalnya  dikumpulkan  dalam  satu  ruangan  dan  diceramahi.  Oleh karen a  itu,  metode yang tepat  di  sini  adalah  penggunaan  media,  seperti  misalnya  pembagian  selebaran  (leaflet) ,

pembaangan  poster,  atau  penayangan  video  berkaitan dengan penyakit dari pasien. 

c.  Klien yang sehat 

(38)

p・エセャQェ セャォ@

Tekf'lis  Prol'l1osi Ke.sebatal1 

rセャGiQ。「@

sakit_ _

W.J.--

+

---'

rumah sakit yang melayani mereka sangat kuat  penga ruhnya  sebagai  panutan.  Maka,  di  tempa t­tempat  ini  pengetahuan,  sikap,  dan  perilaku  petugas  rumah  sakit  yang  melayani  harus benar­benar konsisten dengan pelayanan  yang  diberikannya.  Misalnya:  tidak  merokok,  tidak  meludah  atau  membuang  sampah  sembarangan, dan lain sebagainya. 

d.  Bagi p asien rawat inap 

(39)

A

L­_

+­­­,­_ _

petuHjuk Tekl1is 

Promosi

k・ウ・ィエャエエャセQ@

RUl'l1tlh 

Sakit

e.   Ruang  di  luar  gedung  rumah  sakit juga  dapat  dimanfaatkan  untuk melakukan  bina  suasana  kepada para pengantar pasien, para penjenguk  pasien,  teman/pengantar  klien,  dan  pengunjung rumah sakit lainnya. 

3 .   Advokasi 

Advokasi  perlu  dilakukan,  bila dalam  upaya  memberdayakan  pasien  dan  klien ,  rumah  sakit  membutuhkan  dukungan  dari  pihak­pihak  lain.  Misalnya  dalam  rangka  mengupayakan  lingkungan RS yang tanpa asap rokok, rumah sakit  perlu  melakukan  advokasi  kepada  wakil­wakil  rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya  peraturan  tentang  Kawasan  Tanpa  Rokok  (KTR)  yan g  mencakup  di  rumah  sakit.  Advokasi  merupakan proses yang tidak sederhana.  Sasaran  advokasi  hendaknya  diarahkan/ dipandu  untuk  menempuh tahapan­tahapan sebagai berikut: 

(1)   memahami/menyadari  persoalan  yang  diajukan 

(2)   tertarik untuk ikut berperan  dalam  persoalan  yang diajukan 

(3)   mempertimbangkan  sejumlah  pilihan  kemungkinan dalam berperan 

(4)   menyepakati satu pili han kemungkinan dalam  berperan 

(5)   menyampaikan langkah tindak lanjut 

(40)

peL""juk Telm is ProMiosi 

Resellatan

RHmab

s。ォゥ エセ@

advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut  berhasil.  Langkah  tindak  lanjut  yang  tercetus  di  ujung  perbincangan  (misalnya  dengan  membuat  disposisi  pada  usulanj  proposal  yang  diajukan)  menunjukkan  adanya  komitmen  untuk  memberikan dUkungan . 

Kata­kata  kunci  dalam  penyiapan  bahan  advokasi  adalah  "Tepat,  Lengkap,  Akurat,  dan  Menarik". Artinya bahan advokasi harus dibuat: 

a .   Sesuai  dengan  sasaran  (latar  belakang  pen d idikannya,  jabatannya,  budayanya,  kesukaannya, dan lain­lain). 

b.   Sesuai  dengan  lama  waktu  yang  disediakan  untuk advokasi. 

c.   Mencakup  unsur­unsur  pokok,  yaitu  Apa,  Mengapa,  Dimana,  Bilamana,  Siapa  Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W + 

IH). 

d.   Memuat  masalah  dan  pilihan­pilihan  kemungkinan untuk memecahkan masalah. 

e.   Memuat  peran  yang diharapkan  dari  sasaran  advokasi. 

f.   Memuat  data  pendukung,  bila  mungkin  juga  bagan, gambar, dan lain­lain. 

(41)

W

+­­­­1._ _

petvll1jwk Tekl1is Prol11osi  Kesebatal1 

RVimah Sakit 

4.  Kemitraan 

Baik dalam  pemberdayaan,  maupun  dalam  bina  suasana  dan  advokasi,  prinsip­prinsip  kemi traan  harus  di tegakkan.  Kemi traan  dik embangkan antara petugas rumah sakit dengan  sasarannya (para pasienjkliennya atau pihak lain)  d a lam pelaksanaan pemberdayaan,  bina suasana,  d a n  advokasi.  Di  samping  itu,  kemitraan  juga  dik embangkan  karena  kesadaran  bahwa  untuk  m e ningkatkan  efektivitas  PKRS,  petugas  rumah  sakit  harus  bekerjasama  dengan  berbagai  pihak  te r kait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka  agama,  lembaga  swadaya  masyarakat,  media  m a ssa, dan lain­lain . 

Tiga  prinsip  dasar  kemitraan  yang  harus  dip erhatikan adalah: 

(1 ) kesetaraan 

(2 ) keterbukaan 

(3)  saling menguntungkan. 

a.  Kesetaraan 

(42)

penmjuk

Tekl1i 

Prol'l1o j 

Ke5ebatal1  RUl'I1ab 

sakit_ _  

W..I....-+­­­1

b.   Kete rbukaan 

Dalam  setiap  langkah  menjalin  kerjasama,  diperlukan  adanya  kejujuran  dari  masing-masing  pihak.  Setiap  usuljsaranjkomentar  harus disertai dengan itikad yangjujur, sesuai  fakta , tidak menutup­tutupi sesuatu . 

c.   Salin g mengun tungkan 

Solusi  yang  diajukan  hendaknya  selalu  me n gandung  keuntungan  di  semua  pihak 

(win -win solution) . Misalnya  dalam  hubungan  antara  petugas  rumah  sakit  dengan  pasien,  maka  setiap  solusi  yang  ditawarkan  hend aknya  juga  berisi  penjelasan  tentang  keu n tungannya bagi  si  pasien .  Demikian juga  dala m  hubungan  antara  rumah  sakit  dengan  piha k donatur. 

Terdapat  tujuh  landasan  (dikenal  dengan  sebutan:  tujuh  saling)  yang  harus  diperhatikan  dan  d i praktikkan  dalam  mengembangkan  kemitraa n , yaitu: 

(1)   Salin g  memahami  kedudukan,  tugas,  dan  fungsi masing­masing 

(2)   Salin g  mengakui  kapasitas  dan  kemampuan  masing­masing 

(3)   Sali n g berupaya untuk membangun hubungan 

(4)   Salin g berupaya untuk mendekati 

(43)

AL­_

+­­­­L_ _

pecul1jl1.k Tekl1is 

Prol'l1osi 

Kescbatal1 

Rumab

sakit 

(6)  Saling mendukung upaya masing­masing 

(7)  Saling menghargai upaya masing­masing 

D. PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN PKRS

Dalam  pelaksanaannya,  strategi  dasar  tersebut diatas harus diperkuat dengan (1)  Metode dan  Media  Yang  tepat,  serta  tersedianya  (2)  Sumber  Daya  yang memadai . 

1.  Me tode dan Media 

Metode  yang  dimaksud  di  sml  adalah  m e tode komunikasi. Memang, baik pemberdayaan,  bi n a  suasana,  maupun  advokasi  pada prinsipnya  a d alah  proses  komunikasi.  Oleh  sebab  itu  perlu  dit entukan  metode  yang  tepat  dalam  proses  te r sebut.  Pemilihan  metode  harus  dilakukan  secara  cermat  dengan  memperhatikan  kemasan  informasinya,  keadaan  penerima  informasi  (termasuk  sosial  budayanya),  dan  hal­hal  lain  seperti ruang dan waktu. 

(44)

2.  Sumber Daya 

Sumber daya utama yang diperlukan untuk  penyeleng­garaan  PKRS  adalah  tenaga  (Sumber  Daya  Manusia  atau  SDM),  sarana/  peralatan  termasuk  media  komunikasi,  dan  dana  atau  anggaran . 

SDM uta ma untuk PKRS meliputi: 

(1)   Semua  petugas  rumah  sakit  yang  melayani  pasien (dokter, perawat, bidan, dan lain­lain) 

(2)   Tenaga khusus promosi kesehatan  (yaitu  para  pejabat  fungsional  Penyuluh  Kesehatan  Masyarakat) . 

S e mua petugas  rumah  sakit yang melayani  pasien  hendaknya  memiliki  pengetahuan  dan  keterampilan  dalam  konseling.  Jika  keterampilan  ini  ternyata  belum  dimiliki  oleh  para  petugas  rumah  sakit,  maka  harus  diselenggarakan  program pelatihan/kursus. 

Standar tenaga  khusus  promosi  kesehatan  untuk Rumah Sakit adalah sebagai berikut. 

Kualifikasi  Kompetensi  Umum 

•  SI  Kesehatan/  Kesehatan  Masyarakat  •  D3  Kesehatan 

ditambah minat &  bakat di  bidang  promosi kesehatan 

­ Mem ban tu  petugas  RS  lain merancang  pemberdayaan  ­ Membantu/fasilitasi 

pelaksanaan 

pemberdayaan,  bina  suasana dan 

(45)

A

...

_ __

+­­I.

petHl1juk, 

Tekl'r1s  Prol'llosi 

Ke 

evaum

RItIJ'I'wV  "akit 

Beberapa  Sarana/Peralatan  yang  dipakai  dalam  kegiatan  Promosi  Kesehatan  Rumah  Sakit  diantaranya: 

•  TV, LCD 

•  VCD IDVD player

•  Amplifire dan Wireless Microphone

•  Computer dan laptop

•  Pointer

•  Public Address System (PSA) 

I

Megaphone

•  Plypchart Besar

I

Keeil 

•  Cassette recorder/player

•  Kamerafoto 

Untuk  dana  atau  anggaran  PKRS  memang  sulit  ditentukan  standar ,  namun  demikian  diharapkan  rumah  sakit  dapat  menyediakan 

dan al anggaran yang eukup untuk melaksanakan 

(46)

petlmjuk Teknis 

Prowloi

Ke  ebatal1

RUl11ah 

sakit_  _ 

W.J...-+­­­­J

BABIV

PELAKSANAAN PROMOSI

KESEHATAN BAGI PASIEN

- - - _ e

RUMAH SAKIT

A. PROMOSI KESEHATAN DI RUANG PENDAFTARAN

Begitu pasien masuk ke gedung rumah sakit, maka yang p ertama kali harus dikunjunginya adalah RuangjTemp at Pendaftaran, di mana terdapat loket untuk mend aftar. Mereka akan tinggal beberapa saat di Ruang Pendaftaran itu sampai petugas selesai mendaftar. Setelah pendaftaran selesai barulah mereka satu demi satu diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.

Kontak awal dengan rumah sakit ini perlu disambut d e ngan promosi kesehatan. Sambutan itu berupa sala m hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram berada di rumah sakit. Di ruang ini pula, disediakan informasi tentang Rumah Sakit tersebut yang dapat meliputi manajemen rumah sakit, dokter jperawat jaga, pelayanan yang tersedia di rumah sakit, serta informasi tentang penyakit baik pencegahan maupun tentang cara mendapatkan penanganan penyakit tersebut.

(47)

A

,­­+­­­,­__

ー・エhセャェhォ@ t・ォャQゥセ@

ProltlOsi  KcsebclttH1 

Rumab Sakit

Menolong  Anda"  atau  yang  sejenis.  Media  yang  lain  yang  dapat  disiapkan  di  ruang  ini  misalnya leaflet, factsheet, dan TV. 

B. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT JALAN

Promosi  Kesehatan  bagi  pasien  rawat  jalan  berpegang  kepada  strategi  dasar  promosi  kesehatan,  yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina  suasana  dan advokasi. 

1.  Pemberdayaan 

ldealnya pemberdayaan dilakukan terhadap  seluruh  pasien,  yaitu  di  mana  setiap  petugas  rumah  sakit  yang  melayani  pasien  meluangkan  waktunya  untuk  menjawab  pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya  atau obat yang harus ditelannya. Tetapijika hal ini  belum  mungkin  dilaksanakan,  maka  dapat  disediakan  satu  ruang  khusus  bagi  para  pasien  rawat  jalan  yang  memerlukan  konsultasi  atau  ingin mendapatkan informasi. 

(48)

ー・lセャャQ ェmォ@ t・サzヲQェ Nセ@

Pr0l110 

Kesebatcll1  RMi1'lab  SClkit_  _ 

...JA _

+­­­­­I 

tidak  b e rtugas  di  poliklinik,  diberi  tugas  di  ruang  konsultasi. 

Konsultasi  seyogianya  dilakukan  secara  individual.  Namun  demikian  tidak  tertutup  kemungkinan  dilakukannya  konsultasi  secara  berkelompok  (5­6  pasien  sekaligus),  jika keadaan  mengijinkan.  Jika  demikian,  maka  ruang  konsultasi  ini  sebaiknya  cukup  luas  untuk  menam pung 6­ 7 orang. 

Ruang  konsultasi  sebaiknya  dilengkapi  dengan  berbagai  media  komunikasi  atau  alat  peraga  yang  sesuai  dengan  kebutuhan.  Media  komunikasi yang efektif digunakan di sini misalnya  adalah lembar balik (flash cards), gambar­gambar 

atau  m odel­model  anatomi,  dan  tayangan  menggunakan OHP atau laptop dan LCD.  Seorang  pasien  yang  hendak  dioperasi  katarak,  mungkin  mengin ginkan  penjelasan  tentang  proses  operasi  katarak  tersebut.  Jika  demikian,  maka  selain  penjelasan lisan, tentu akan lebih memuaskanjika  dapat  disajikan  gambar­gambar  tentang  proses  operasi  tersebut.  Bahkan  lebih  bagus  lagi  jika  dapat d itayangkan rekaman tentang proses operasi  katarak  melalui  laptop  dan  LCD  yang  diproye ksikan ke layar. 

2.  Bina Suasana 

(49)

A

L­_

+­­­­'­_ _

PCCUl1jJ.ik  Tckl1i·  Prol11osi  Keebatal1 

Ruwrab sakit 

komunikasi  yang  tersedia  di  poliklinik .  Oleh  karena itu di setiap poliklinik, khususnya di lLlang  tunggu,  perlu  dipasang  poster­poster,  disediakan  selebaran  (leaflet), atau  dipasang  televisi  dan 

VCDjDVD  player yang  dirancang  untuk  secara 

telLls  menelLlS  menayangkan  informasi  tentang  penyakit  sesuai  dengan  poliklinik  yang  bersangku tan. 

Dengan­mendapatkan informasi yang benar  mengenai  penyakit  yang  diderita  pasien  yang  di a ntarnya,  S1  pengantar  diharapkan  dapat  membantu  rumah  sakit  memberikan  juga  penyuluhan  kepada  pasien .  Bahkan  jika  pasien  yang  bersangkutan  juga  dapat  ikut  memperhatikan leaflet,  poster atau tayangan yang  disajikan, maka seolah­olah ia berada dalam suatu  lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku  sesuai  yang  dikehendaki  agar  penyakit  atau  m a salah kesehatan yang dideritanya dapat segera  dia tasi. 

3.  Advokasi 

(50)

petul1juk Tekl1is Prol1'lOsi Kesebatal1  RUl11a(7  sakit _  _ 

W+

­'­­­­­­­­' 

membangun  jamban  di  rumahnya.  Atau  tidak  memiliki  dana  untuk  menyemen  lantai  dan  memas a ng genting kaca rumahnya agar rumahnya  tidak  le mbab.  Oleh  karena  itu  akan  sangat  membantu  jika  RS  dapat  menyediakan  uang  pengganti  ongkos  bagi  penderita  miskin,  Mereka  bisa menggunakan uang belanja terlebih dulu atau  mungkin meminjam kepada orang lain , dan setelah  itu  rumah  sakit  akan  menggantinya.  Untuk  itu  tentu  d iperlukan  suatu  pengaturan  khusus  guna  mencegah penyalahgunaan. 

Agar  mampu  melakukan  upaya  membantu  penderita  miskin  tersebut ,  rumah  sakit  dapat  melakukan  advokasi  ke  berbagai  pihak,  misalnya  kepada  para  pengusaha  sukses,  untuk  menyumbangkan  dana.  Dana  ini  selanjutnya  dikelola  secara  khusus  dengan  manajemen  yang  transpa ran  dan  akuntabel  sehingga  siapa  pun  dapat  turut  mengawasi  penggunaannya.  Pengel o laannya  bisa  melalui  pembentukan  yayasan  atau  lembaga  fungsional  lain  dibawah  kendali  dari  Direktur yang membawahi  keuangan  rumah sakit. 

C. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT INAP

(51)

AL_

+_<­­__ 

petul'Ijllk 

t・ォセャゥウ@

ProWlosi  KescbCltClYl  RHwwb  Sakit

yang  acuh  tak  acuh,  proses  pemberdayaan  harus  dimulai dari  awal,  yaitu  dari fase  meyakinkan adanya  masalah. 

Sementara  itu,  pasien  dengan  penyakit  kronis  dapat menunjukkan reaksi yang berbeda­beda, seperti  misal n ya  apatis,  agresif,  atau  menarik  diri.  Hal  ini  dikarenakan  penyakit  kronis  umumnya  memberikan  pengaruh  fisik  dan  kejiwaan  serta  dampak  sosial  kepada penderitanya.  Kepada  pasien yang seperti ini,  kesabaran  dari  petugas  rumah  sakit  sungguh  sangat  diharapkan,  khususnya  dalam  pelaksanaan  pemberdayaan. 

1.  Pemberdayaan 

Sebagaimana  disebutkan  di  atas,  pe m berdayaan  dilakukan  terhadap  pasien  rawat  inap  pada  saat  mereka  sudah  dalam  fase  pen yembuhan  dan  terhadap  pasien  rawat  inap  pen yakit  kronis  (kanker,  tuberkulosis,  dan  lain-lai n ).  Terdapat beberapa cara pemberdayaan  atau  kon selingyang dapat dilakukan dalam hal ini. 

a.  Konseling di Tempat Tidur 

(52)

petul1juk Tekl1is  Prol'J'lOsi  Kesehatal1 RUWlab sakit _ _GJ...L­+­­­­­.J 

Oleh  karena  hanls  berpindah  dari  satu  tempat ke  tempat lain,  maka alat peraga atau  media  komunikasi  yang  digunakan  hanlslah  yang mudah dibawa­bawa seperti  lembar baik 

(flashcards), gambar­gambar  atau  foto­foto.  Alat  peraga  terse but  sebaiknya  sedikit  mungkin  mencantumkan  kata ­kata  atau  kalimat  Jika  di  nlang  perawatan  pasien  terd apat  televisi,  mungkin  ia  dapat  membawa  VCDjDVD  player dan  beberapa  VCDjDVD  yang  berisi  informasi  ten tang  penyakit  pasiennya. 

b.  Biblioterapi 

(53)

perawat  mahir  akan  membantu  pasien  membacakan sambil melakukan konseling. 

Buku  atau  bahan  bacaan  memiliki  sejumlah  kelebihan  dibanding  media  komunikasi lain.  Umur keberadaan buku atau  bahan  bacaan  di  tengah­tengah  manusia  adalah  paling  panjang.  Bahan  bacaan  juga  lebih  praktis  penggunaannya,  karena  dapat  digunakan  di  mana  saja,  kapan  saja,  tanpa  tergantung  kepada  listrik,  batere,  cuaca,  dan  perala tan­perala tan  pendukung.  Untuk  mengulang­ulang  isi  yang  belum  dipahami,  seseorang  tidak  perlu  berepot­repot,  cukup  sekedar membalik­balik kertas.  Bahan bacaan  Juga  dapat  menampung  Iebih  banyak  informasi.  Memang,  bahan  bacaan  juga  memiliki  kelemahan,  khususnya  karena  ia  menuntut  kemampuan  dan  minat  membaca  dari  pemakainya.  Tapi  kelemahan  ini  dapat  ditutup jika para petugas  RS  memang  benar-benar bersedia sebagai penolong pasien. Banyak contoh di mana mereka yang semula tidak gemar membaca, akhirnya menjadi kutu buku sekeluar dari RS, akibat ketekunan pustakawan atau perawat membimbingnya membaca.

c. Konseling Berkelompok

(54)

disediakan  suatu tempat atau ruangan  untuk  berkumpul.  Konseling  berkelompok  ini  selain  untuk  meningkatkan  pengetahuan  serta  mengubah  sikap  dan  perilaku  pasien,  juga  sebagai sarana bersosialisasi para pasien. OIeh  karena  itu,  kegiatan  ini  dapat  pula  diselingi  dengan rekreasi . Misalnya dengan sekali waktu  menyelenggarakan  konseling  berkelompok  ini  di  taman  rumah  sakit.  Atau  sekali  waktu  diselingi acara menyanyi dengan iringan gitar,  organ , atau karaoke. Atau dengan makan siang  bersama. 

Untuk  konseling  berkelompok  tentu  sebaiknya  di­gunakan  alat peraga atau  media  komunikasi  untuk  kelompok.  Lembar  balik 

(flashcards) mungkin  terlalu  kecil  jika 

digunakan di sini. Lebih baik digunakan media  yang lebih  besar seperti jZipchart, poster,  atau  standing banner. Jika  konseling  kelompok 

dila k ukan  di  ruangan,  dapat  digunakan  lapto p ,  LCD  projector dan  layarnya  untuk 

men ayangkan  gambar­gambar  atau  bahkan  film. 

2.  Bina Suasana 

(55)

A

L­_

+­­­­L_ _

pet14.l1jlAk  Tekl1js  Promo ·j Ke ebtlttll'l RUl11tlb 

sakit

a.  Pemanfaatan Ruang Tunggu 

Agar  para  penjenguk  tertib  saat  menunggu jam bezuk,  sebaiknya rumah  sakit  menyediakan  ruang tunggu  bagi  mereka.  Jika  demikian ,  maka  ruang  tunggu  ini  dapat  digunakan  sebagai  sarana  untuk  bina  suasana.  Pada  dinding  ruang  tunggu  dapat  dipasang  berbagai  poster  cetakan  atau  poster  dalam neon box. Juga  dapat  disediakan  boks 

berisi selebaran atau leaflet yang boleh diambil 

secara gratis. Akan lebih baik lagi jika di ruang  tunggu  itu  juga  disediakan  televisi  yang  menayangkan  berbagai  pesan  kesehatan  dari  VCD / DVD player.

Dengan  berbagai  informasi  tersebut  diharapkan  para  pem besuk  mendapat  informasi  yang  nantinya  dapat  disampaikan  juga kepada pasien yang akan dibesuknya. 

b .  Pembekalan Pembesuk Secara Berkelompok 

(56)

memberikan  penjelasan  dan  menjawab  pertanyaan­pertanyaan para pembesuk. 

Sebelum  menutup  diskusi,  yaitu  beberapa  menit  sebelum  jam  bezuk  dimulai,  dokter  spesialis  atau  perawat  mahir  menyampaikan  pesan  agar  para  pembesuk  kiranya dapat membantu  memberi  penjelasan  kepada pasien yang mereka bezuk agar proses  penyembuhan menjadi Iebih cepat. 

c.  Pendekatan Keagamaan 

Suasana  yang  mendukung  terciptanya  perilaku  untuk  mempercepat  penyembuhan  penyakit  juga  dapat  dilakukan  dengan  pendekatan  keagamaan.  Dalam  hal  ini  para  petugas  rumah  sakit,  baik  dengan  upaya  sendiri  atau  pun  dengan  dibantu  pemuka  agama,  mengajak  pasien  untuk  melakukan  pembacaan  doa­doa.  Pembacaan  doa­doa  ini  kemudian  disambung  dengan  pemberian  nas ihat  (tausiyah)  oleh  petugas  rumah  sakit  atau  oleh  pemuka  agama  tentang  pentingnya  melaksanakan  perilaku  tertentu.  Rujukan  terhadap  kitab  suci  untuk  memperkuat  nas ihat  biasanya  dilakukan ,  sehingga  pasien  pun  merasa  Iebih  yakin  akan  kebenaran  perilaku  yang  harus  dilaksanakannya  dalam  rangka  mempercepat  penyembuhan  penyakitnya. 

(57)

AL­_

+­­­L__

petHYljuk, TekYlis Promosi KesebtlttlYl  RHmab Stlkit 

melibatkan keluarga dan ternan­ternan pasien.  Frekuensinya  bisa  seminggu  sekali ,  sebulan  dua  kali,  atau  sebulan  sekali,  sesuai  dengan  kemampuan rumah sakit. 

3.  Advokasi 

Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap  pun  advokasi  diperlukan,  khususnya  dalam  rangka  menciptakan  kebijakan  atau  peraturan  pe r undang­undangan  sebagai  ram bu­ram bu  per ilaku  dan  menghimpun  dukungan  sumber  day a , khususnya untuk membantu pasien miskin. 

8agi pasien miskin ,  biaya untuk rawat inap  juga  sudah  tercakup  dalam  program  Jaminan  Pe m eliharaan  Kesehatan  Masyarakat  Miskin.  Namun demikian, sebenarnya tidak hanya itu yang  dibutuhkan oleh  pasien miskin.  Apa  lagi jika yang  h aru s  dirawat  inap  di  rumah  sakit  adalah  kepala  keluarga yang  bertugas  menghidupi  keluarganya .  Dengan  dirawat  inapnya  kepala  keluarga ,  maka  praktis  pendapatan  keluarga  hilang  atau  setidak-tidaknya  sangat  berkurang.  Rumah  sakit  akan  dap at  mempercepat  kesembuhan  pasien,  jika  rumah  sakit juga  dapat  membantu  meringankan  beban  ekonomi  keluarga  dengan  memberikan  b antuan  biaya  hidup  keluarga  selama  pasien  dirawat inap . 

(58)

rumah  sakit dapat juga membantu  pasie n  miskin  rawat  in ap  untuk  memugar  rumahnya  menjadi  rumah  sehat,  membuat  jamban  keluarga,  membua t  sumber  air,  membuat  saluran  air  limbah,  dan  lain­lain ,  maka  berarti  rumah  sakit  tidak  hanya  telah  menolong  individu  pasien,  melainkan  juga  telah  membantu  mengatasi  masalah kese hatan masyarakat. 

4.   Promosi Kese hatan di Tempat Pe mbayaran 

S e belum  pulang,  pasien  rawat  inap  yang  sudah  sembuh  atau  kerabatnya  harus  singgah  dulu  di  tempat  pembayaran.  Di  ruang  p e rpisahan  ini  pasienj  kerabatnya  itu  memang  tidak  berada  terlalu  lama .  Namun  hendaknya  promosi  kesehatan  juga  masih  hadir,  yaitu  untuk  menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat  jalan,  semoga  semakin  berta mbah  sehat.  Pe rlu  juga disampaikan  bahwa kapan  pun  kelak  pasien  membutuhkan lagi  pertolongan , jangan ragu ­ragu  untuk d a tang lagi k e rumah sakit . 

Datang diterima dengan salam hangat ,  dan  pulang pun diantar dengan salam hangat.  Biarlah  kenangan yang baik selalu tertanam dalam ingatan  pasienj k erabatnya,  sehingga mereka benar­bena r  menganggap  rumah  sakit  sebagai  p e nolong  yang  baik. 

D. PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN PENUNJANG MEDIK

(59)

AL­_ 

_+­­­­­L 

petuJ1juk TekJ1is  Pl'owrosi Kesebatal1 RUl11ab 

Saki!.

Laboratorium,  Pelayanan  Rontgen,  Pelayanan  Obatj Apotik, dan Pelayanan Pemulasaraan Jenasah . 

1.  PKRS di Pelayanan Laboratorium 

Di  Pelayanan  Laboratorium,  selain  dapat  dijumpai  pasien  (orang  sakit),  juga  klien  (orang  sehat),  dan  para  pengantarnya.  Kesadaran  yang  ingin  diciptakan  dalam  diri  mereka  adalah  pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium,  yaitu: 

a .  Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis  yang dilakukan oleh dokter. 

b.  Bagi  klien  atau  mereka  yang  sehat  Iainnya  adalah  untuk  memantau  kondisi  kesehatan,  agar dapat diupayakan untuk tetap sehat. 

Pada  umumnya  pasien,  klien  atau  pengantarnya  tidak  tinggal  terlalu  lama  di  Pelayanan  Laboratorium.  Oleh  karena  itu,  di  kawasan  1m  sebaiknya  dilakukan  promosi 

kesehatan  dengan  media  swalayan  (self service)

seperti poster­poster yang ditempel di din ding atau  penyediaan leaflet yang dapat diambil gratis. 

2.  PKRS di Pelayanan Rontgen 

(60)

perMJ1jMk Tekl1is  Prarl1asi KescbatC!l1  RHrI1ab  sakit _  _  W­'­­­

+

­­­­­­'

a.  Bagi  pasien adalah untuk ketepatan diagnosis  yang dilakukan oleh dokter. 

b.  Bagi  kEen  atau  mereka  yang  sehat  lainnya  adalah  untuk  memantau  kondisi  kesehatan,  agar dapat diupayakan untuk tetap sehat. 

Oengan  demikian,  promosi  kesehatan yang  dilaksanakan  di  sini  sebaiknya  juga  dengan  memanfaatkan media swalayan seperti poster dan  leaflet. 

3 .   PKRS di Pelayanan Obat/ Apotik 

Oi  Pelayanan  Obat/ Apotik  juga  dapat  dijumpai  baik  pasien,  klien,  maupun  pengantarnya.  Sedangkan  kesadaran  yang  ingin  diciptakan  dalam  diri  mereka  adalah  terutama  tentang: 

a.   Manfaat  obat  generik  dan  keuntungan  jika  menggunakan obat generik. 

b .   Kedisiplinan  dan  kesabaran  dalam  menggunakan  obat,  sesuai  dengan  petunjuk  dokter. 

c .   Pentingnya memeEhara Taman Obat Keluarga  (TOGA)  dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan  akan obat­obatan sederhana. 

(61)

4.  PKRS di Pelayanan Pemulasaraan Jenasah 

(62)

BABV

PELAKSANAAN PROMOSI

-

... KESEHATAN BAGI KLIEN SEHAT

Strategi  PKRS  bagi  pasien  yang  sehat  termasuk  pasien  dalam  masa  rehabilitasi,  serupa  dengan  strategi  PKRS bagi orang sakit, yaitu pemberdayaan yang didukung  oleh bina  suasan a dan advokasi. 

A. PEMBERDAYAAN

Dalam  rangka  pemberdayaan  terhadap  pasien  sehat,  rumah  sakit  dapat  membentuk  kelompok-kelompok diskusi, kelompok-kelompok paduan suara, kelompok-kelompok senam, selain membuka konseling berbagai aspek kesehatan.

1. Pengelolaan Kelompok Diskusi

(63)

A

L­_+­­l.._  _ 

petul1j}dZ Tekl1i  Promosi Ke  ebatal1 RUl11ab  akit 

sumber  daya  manusia  yang  dapat  digunakan  sebagai  nara  sumber  dalam  forum­forum  tadi.  Kalaupun  harus  menggunakan  nara  sumber dari  luar  rumah  sakit,  pihak rumah  sakit  masih  akan  dapat  mengupayakannya  dengan  mudah  melalui  jaringan kerjasama antar rumah sakit atau antara  ru m ah sakit dan perguruan tinggi. 

Jika  forum­forum  seperti  Simposium,  Se m inar,  dan  lokakarya  belum  dapat  diselenggarakan ,  rumah  sakit  dapat  me n yelenggarakan forum­forum  diskusi  kecil  (10-20 orang), dengan mendayagunakan sum ber daya manusia yang dimiliki rumah sakit. Jika perlu bahkan dapat dibentuk kelompok-kelompok disk usi dengan substansi tertentu (misalnya Kel ompok Diskusi Penyakit Degeneratif, Kelompok Diskusi Kesehatan Ibu dan Anak, Kelompok Diskusi Kesehatan Usia lanjut, dan lain-lain. Diskusi kelompok dapat diselenggarakan secara reguler ataupun sewaktu-waktu.

2. Pen gelolaan Kelompok Paduan Suara

(64)

Selain  bermanfaat  bagi  individu­individu  yang  te rgabung dalam  kelompok ,  pada gilirannya  kegiatan paduan suara juga akan bermanfaat bagi  masyarakat.  Misalnya,  paduan  suara  ini  dapat  dimanfaatkan pada saat perayaan Peringatan Hari  Kesehatan Nasional, Peringatan Hari Osteoporosis,  Hari  AIDS  Sedunia,  bahkan  Hari  Kemerdekaan  Indonesia.  rumah  sakit  sendiri  dapat  memanfaatkannya  pada  saat  merayakan  Ulang  Tahun rumah sakit misalnya. 

3 .  Penyelenggaraan Acara Rekreasi 

Rekreasi juga dipercaya  sebagai  salah  satu  jalan  keluar  untuk  mencegah  stres .  Oleh  karena  itu,  rumah  sakit  tentu  saja  reIevan  jika  mengorganisasikan  pula  pelayanan  rekreasi  bagi  masyar akat  umum .  Syukur­syukur  jika  rekreasi  ini  dapat  dikaitkan  dengan  upaya  kesehatan,  seperti  misalnya  mengunjungi  taman­taman  gizi,  taman­taman  obat  keluarga,  balai  penelitian  tanaman  obat,  posyandu,  proses  pengolahan  makanan yang sehat, instalasi pengolahan limbah  cair  rumah  sakit,  instalasi  pemrosesan  sampah  rumah  sakit,  instalasi  penjernihan  air,  sekolah  sehat,  p esantren  sehat,  dan  lain­lain.  Kalaupun  rekreasi  itu  dilakukan  ke  tempat­tempat  wisata,  kiranya  dapat dipadukan dengan kegiatan  diskusi  kesehatan di alam terbuka . 

4.  Pengelolaan Kelompok Senam 

(65)

ー・Qmョェオォ@

Tekni 

Promo,i

KesebataM 

Rumab sakit 

menangkap  peluang  ini dengan  menawarkan  pelayanan kelompok­kelompok senam. 

Sebagaimana  pada  kelompok  diskusi  atau  kelompok  paduan  suara,  rumah  sakit  dapat  mendaftar  mereka  yang  berminat ,  untuk  kemudian  menyediakan  fasilitas  dan  instruktur.  Ber bagai  kelompok  senam dapat  dibentuk seperti  mi s alnya Senam Hamil, Senam Kecantikan, Senam  Ke bugaran Usia Lanjut , bahkanjuga Senam Balita. 

5 .  Pelayanan Konseling 

Banyak  pelayanan  konseling  dapat  diselenggara­kan  rumah  sakit  bagi  klien  sehat.  Untuk  para  remaja  dapat  dibuka  Konseling  Kesehatan  Remaja  atau  Konseling  Pendidikan  Seks.  Kepada calon­calon  pengantin dapat dibuka  Ko n seling Pranikah.  Kepada  para orang tua muda  dapat ditawarkan  Konseling Ayah­Bunda.  Kepada  para wanita usia subur dapat diberikan pelayanan  Ko n seling  Keluarga  Berencana.  Kepada  kelompok  berusia  lanjut  dapat  ditawarkan  Konseling  Kesehatan  Usia.  Khusus  bagi  pekerja  keras  dan  mereka  yang  rawan  stres ,  dapat  ditawarkan  Ko n seling  Mencegah/Mengatasi  Stres.  Untuk  perokok  yang  ingin  mengakhiri  kebiasaan  merokoknya,  dapat  diselenggarakan  Konseling  Ber henti Merokok. 

B. BINA SUASANA

(66)

Pet14l1j14k Tef{nis prol11osi  Kese&atan 

RJ­1\'J'Jah 

sakit_ 

­­­­'W_

+­­­I 

mereka  yang  direkrut  oleh  rumah  sakit  untuk  mengelola  pelayanan­pelayanan  dalam  rangka  pemberdayaan.  Mereka  ini  diharapkan  menjadi  teladan  yang  baik  bagi  para  kliennya  dalam  hal  pengetahuan, sikap dan perilaku. 

Oleh  k arena  itu  pembinaan  terhadap  petugas  rumah  sakit  yang  bertugas  di  sini  menjadi  sangat  penting,  Demikian  juga  rekrutmen  dan  pembinaan  terhadap  mereka  yang  membantu  mengelola  pelayanan­pelayanan  pemberdayaan  seperti  misalnya  moderator  diskusi,  instruktur  paduan  suara,  instruktur  senam,  pemandu  rekreasi,  dan  para  petugas  konseling,  Selain  kompeten  dalam  urusanjtu gas  yang  diembannya,  mereka.ini  juga  harus konsisten melaksanakan Perilaku Hidup Bersih  dan  Sehat  Penampilan  mereka  juga  harus  mencerminkan  kompetensinya,  seperti  misalnya:  instruktur senam harus tampak langsing, bugar, sehat  dan ceria. 

Namun demikian, bukan berarti bahwa kegiatan-kegiatan bina suasana lainnya tidak perlu dilakukan di

SIn!. Kegiatan-kegiatan bina suasana lainnya

(67)

AL­_

+­­­L_ _

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dirumah sakit tersebut sudah membentuk unit kerja promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) tetapi tugas pokok dan fungsinya tidak dapat

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir berjudul “ Peran Public Relation dalam Tim PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) Rumah Sakit PK U Muhammadiyah

Saran dalam penelitian ini adalah kepada Direktur Rumah Sakit Umum Kabanjahe untuk menambah jumlah petugas limbah berdasarkan fungsinya dalam pengolahan limbah dan

Berbagai alasan mengapa rumah sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatansebagai berikut : Karyawan rumah sakit berada pada posisi yang paling tepat

Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan ( Charitable ), untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikakn

Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah RSUD Kardinah harus menjadi rumah sakit yang telah menerapkan standar pelayanan mutu melalui akreditasi nasional (KARS) dan

di tempat lain atau dengan sistem magang pada rumah sakit yang telah melaksanakan. PKRS

KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA”, sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program