MEDAN TAHUN 2015
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan Terakhir : 5. Status di rumah sakit : II. Daftar Pertanyaan
1. Menurut saudara apakah Rumah Sakit membentuk struktur organisasi PKRS?
Probing : - Jika ada, siapa saja SDM yang terlibat? -Apa latar belakang pendidikannya?
2. Apakah rumah sakit memiliki tenaga pengelola/ SDM dalam pelaksanaanPKRS?
Probing : - jika ada, siapa yang menentukannya? 3. Apakah rumah sakit membentuk unit kerja PKRS?
Probing : - jika ada, apa tupoksi dari unit kerja PKRS tersebut? 4. Apakah rumah sakit memiliki sarana/ prasarana untuk pelaksanaan
PKRS?
Probing : - jika ya, peralatan seperti apa?
-Apabila tidak ada, bagaimana cara pelaksanaanya? 6. Dalam pelaksanaan PKRS, kendala apa saja yang dialami oleh
pelaksana?
Probing : - bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
7. Apakah Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS? Probing : - jika ada, foto kebijakan tersebut.
-Kebijakan seperti apa?
-Sejak kapan mulai berlakunya?
8. Menurut saudara apakah Rumah Sakit memiliki alokasi anggaran untuk pelaksanaan PKRS?
Probing : - jika ada, dari mana sumbernya? -Mencukupi atau tidak?
9. Bagaimana kinerja setiap pelaksana PKRS tersebut?
Probing : - apakah ada upaya evaluasi yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja tersebut?
10. Menurut saudara adakah pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS berjalan?
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI 2010 Sistem Kesehatan Nasional.
Diakses pada tanggal 26 agustus 2015
Depkes, RI. 2012. Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
.Diakses Pada Tanggal 17 Oktober
2011
Fizran. 2013. Tinjauan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMS) Di Rumah Sakit Dr. Achmad Muchtar Bukit Tinggi Tahun 1998. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan Di Puskesmas & Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Kemenkes. 2012. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
____________________. 2011. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Bakti Husada. Jakarta.
No 004 Tahun 2012. Tentang Peluang Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku. PT Rineka Cipta: Jakarta.
2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. PT Rineka Cipta: Jakarta.
2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Andi offset. Yogyakarta,
2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. UGM Press. Yogyakarta.
Suryana, Sri. 2010. Pelaksanaan Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Di RSUD Liwa Kabupaten Lampung Barat. Tesis Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Suryabrata, S. 2010. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.
World Health Organization, 1998. Health Promotion Glossary. Geneva
WHO. 2004. Standars for health promotion in hospitals : Development of Indicators for Self Assesment Tool Report on 4rd WHO Workshop.
Ria,S.,2010. Analisis pelaksanaan program promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Dr. pringadi kota medan tahun 2014. Skrip Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
www.scribd.com/doc/122514804/Promosi-Kesehatan-Rumah-Sakit. Hakim. Tanggal akses 7 Agustus 2015.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif untuk mengetahui
gambaran pelaksanaan Kebijakan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2015. Data yang dikumpulkan adalah data Primer. Data
Primer diperoleh dari wawancara mendalam dari beberapa informan yang terkait
dengan pelaksanaan PKRS serta observasi langsung terhadap pelaksanaan program
promosi kesehatan yang ada dirumah sakit tersebut.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
Peneliti tertarik melakukan penelitian di rumah sakit ini karena merupakan rumah
sakit besar yang terdapat di kota Medan dan juga merupakan salah satu rumah sakit
dengan jumlah rujukan terbesar.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015.
3.3 Informan Penelitian
Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian dan asas kecukupan.
Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian adalah informan yang memiliki
pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian. Pemilihan informan berdasarkan
teerkait dengan topik penelitian. Para informan penelitian ini adalah : Kasubag
Hukum dan Humas, Kepala Urusan Informasi, Kepala ruangan/ Kepala Perawat, dan
Petugas Rawat Inap.
3.4 Defenisi Istilah
10.Memiliki kebijakan tertulis tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
11.Membentuk unit kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
12.Memiliki tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
13.Memiliki alokasi anggaran unutk pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
14.Memiliki perencanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit secara berkala.
15.Memiliki sarana/peralatan untuk pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
16.Mensosialisasikan Promosi Kesehatan Rumah Sakit di seluruh jajaran Rumah
Sakit.
17.Meningkatkan kapasitas tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
18.Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (sugiyono, 2010). Peneliti mengukan instrumen wawancara
mendalam (indepth interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan
topik yang akan dibicarakan, dan pengamatan secara langsung (observasi). Untuk
memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat bantu
3.6 Analisis dan Validasi Data
Analisis data dilakukan secara manual dengan menulis hasil wawancara
kemudian meringkas hasil tersebut dalam bentuk matriks. Kemudian matriks tersebut
disusun dalam bahasa yang baku disesuaikan dengan pernyataan informan.
Untuk menjaga kualitas data dan keakuratan data dilakukan triangulasi.
Triangulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari
sumber lainnya.
2. Triangulasi Metode
4.1.1 Lokasi dan Sejarah RSUD Dr. Pirngadi Medan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan terletak di jalan Prof.
HM Yamin SH No. 47 Medan. Rumah sakit ini didirikan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS. Peletakan batu
pertamanya dilakukan oleh Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan
diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan pertama adalah Dr. W. Bays, pada
tahun 1939 pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.
Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini diambil
alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu BYUSONO INCE
dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu dr. Raden
Pirngadi Gonggo Putro. Sejak berdirinya RSUD Dr. Pirngadi Medan sampai
sekarang telah mengalami pergantian pimpinan sebanyak 15 kali.
4.1.2 Visi dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan
Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan “Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Kota Medan merupakan pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Bagian
Utara 2015”. Visi tersebut berusaha diwujudkan melalui misi rumah sakit sebagai
berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan
2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran
serta kesehatan lain.
3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang professional
4.1.3 Struktur Organisasi
4.1.3.1 Tugas Pokok dan Fungsinya
Berdasarkan peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009
tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Kota Medan dan Peraturan Daerah Medan No. 47 Tahun 2010 tanggal 24
November 2010 tentang rincian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Kota Medan adalah melaksanakan Upaya Kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta mencegah dan
melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
4.1.3.2 Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Medan
Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang
struktur organisasi RSUD Dr. Pirngadi Medan terdiri dari :
Berdasarkan bagan diatas dapat dilihat bahwa Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) tidak termasuk ke dalam Struktur Organisasi Rumah Sakit Dr.
Pirngadi Medan. Pihak rumah sakit tidak memiliki instalasi khusus untu PRKS
4.1.3.3 Susunan Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Medan Tabel 4.1 Susunan Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Medan
No Jenis Ketenagaan PNS Honor Magang jlh
4.2 Karakteristik Informan
Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan yaitu
informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian dan
juga informan yang dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan
dengan topik penelitian. Secara garis besar, penelitian ini dapat terwujud oleh
karena kesediaan informan dalam member keterangan melalui wawancara
mendalam, adapun informan dalam penelitian ini sebanyak empat orang, yaitu
kepala sub bagian hukum dan humas, Kepala urusan informasi, Kepala perawat/
ruangan, dan Petugas rawat inap. Adapun karateristik informan tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Identitas Informan Penelitian
No Status di rumah sakit Umur Pendidikan
Informan (Tahun) terakhir
1. Kasubag Hukum dan Humas 50 S2
2. Kepala Urusan Informasi 45 S1
3. Kepala Perawat/ ruangan 46 S1
4.3 Perencanaan (planing)
4.3.1 Pernyataan Informan tentang ketersediaan Struktur Organisasi
Tabel 4.3 Matriks pernyataan informan tentang ketersediaan Struktur Organisasi Promosi Kesehatan
Informan Pernyataan
1 Promosi kesehatan termasuk bagian dari rencana kerja rumah sakit. Untuk PKRS sendiri masih baru dibentuk dan struktur organisasinya belum dibuat surat keputusannya oleh Direktur. Meskipun demikian, promkes itu sendiri tetap dijalankan karena sudah terdapat dalam Tugas pokok dan fungsi yang telah disusun sebelum-sebelumnya. Yang terlibat di dalamnya orang-orang pentinglah seperti, Direktur, staf-staf RS, management RS. Latar belakangnya berbeda-beda ada Skm, Hukum, Keperawatan, Bidan, Mars.
2 Kalau struktur organisasi khusus promosi kesehatan, saya kurang tahu. Yang saya tahu, saat ini masih menggunakan struktur organisasi yang secara keseluruhan itu. Selama ini kami melakukan kegiatan promkes sesuai dengan tupoksi yang secara umum yang telah disusun dan di dalamnya juga sudah terdapat bahasan yang mengaharuskan melakukan pelayanan kesehatan berupa promkes. Kalau soal SDM nya saya kurang tau pasti siapa-siapa saja, yang lebih tau itu bagian SDM.
3 Struktur orgnisasi khusus promosi kesehatan saya kurang tahu ya. Itu kan pastinya urusan Instalasi PKRS. Tapi saat ini kami melakukan promkes ini juga kok. Rencana kerjanya kan sudah ada yaitu uraian kerja yang di dalamnya terdapat upaya pelayanan promosi kesehatan. Saya kurang tau soal SDM yang terlibat di dalamnya.
4 Ya pastinya ada struktur organisasi rumah sakit itu,kalo tidak ada bagaimana promkes itu bisa berjalan, kalo soal siapa-siapa SDM ya orang-orang pentinglah sperti direktur, managemen,perawat, bidan, Skm.
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat, dari 4 informan, terdapat 2
informan yang menyatakan ketidak tahuan mereka tentang ketersediaan struktur
organisasi khusus promosi kesehatan. Mereka melakukan kegiatan promosi
di dalamnya sudah terdapat kewajiban untuk melakukan pelayanan kesehatan di
bidang promosi kesehatan.
4.3.2 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan SDM dalam PKRS
Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketersediaan SDM dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Informan Penyataan
1 Untuk SDMnya itu tergantung bidang masing- masing ya, oleh karena itu sebelum pelaksanaan kita lihat dulu keadaannya untuk mengetahui siapa yang cocok SDM nya. Kadang saya yang menentukan SDM nya, Kadang juga wakil direktur bidang SDM. Mereka bekerja sesuai dengan uraian tugas yang telah ada.
2 Di rumah sakit ini kan ada juga Wakil direktur bidang SDM, jadi kadang beliau yang menentukan SDM pelaksananya. Kadang juga dilakukan oleh Kasubag Humas juga. Tapi kebanyakan masing- masing tergantung instalasi. Misalnya di bidang pelayanan medis, mereka sendiri yang menentukan yang jadi SDM nya.
3 Untuk SDMnya sendiri langsung atasan yang menentukan ya, tapi yang saya lihat semua berperan aktif kok tidak ada yang tidak ambil bagian. Semuanya bekerja sesuai dengan peran masing- masing sebagai petugas kesehatan.
4 Di rumah sakit ini kan ada juga Wakil direktur bidang SDM, jadi kadang beliau yang menentukan SDM pelaksananya. Kadang juga dilakukan oleh Kasubag Humas juga. Tapi kebanyakan masing- masing tergantung instalasi. Misalnya di bidang pelayanan medis, mereka sendiri yang menentukan yang jadi SDM nya.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam ketersediaan SDM dalam
dilakukan oleh Wakil Direktur bagian SDM, kadang juga dilakukan oleh Kasubag
Humas, dan di Instalasi ditentukan oleh kepala instalasi tersebut.
4.3.3 Pernyataan Informan tentang ketersediaan unit kerja PKRS
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang ketersediaan Unit Kerja Promosi Kesehatan
Informan Pernyataan
1 Ya, biasanya tugas pokok dan fungsinya tergantuk bagian masing-masing dari para petugas yang di tunjuk untuk melaksanakan promosi/diklat itu.
2 ada, kalo soal tugas pokok dan fungsinya kami tidak terlalu tau yang lebih tau bagian SDM rumah sakit, karena kami lebih tau tentang pelayanan terhadap masyarakat.
3 iya sudah ada sesuai dengan standart playanan, tugas pokok dan fungsinya biasanya sesuai dengan standart mentri kesehatan.
4 Pastilah, agar pelayanan promkes itu dapat dilaksanakan sesuai kebijakan-kebijakan yang ada. Tugas pokok dan fungsinya tergantung bagian dan tugas masing-masing yang di berikan di rekturlah.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dirumah sakit tersebut sudah membentuk unit kerja promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) tetapi tugas pokok dan fungsinya tidak dapat diketahui secara spesifik, karena biasanya sesuai kegiatan yang dilaksanakan maka kita dapat tau tupoksinya.
4.3.3 Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana/peralatan dalam PKRS
Tabel 4.6 Matriks pernyataan informan tentang Ketersediaan Sarana/Pralatan dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Informan Pernyataan
sebagainya. Kondisinya saat ini masih bisa di bilang baik, masi bisa di gunakan.
2 Untuk fasilitas, sejauh ini sudah lengkap ya di masing-masing ruangan. Selain di masing-masing ruangan, taman juga kita manfaatkan dengan pembuatan banner yang berisi pesan-pesan singkat di dalamnya. Selain itu juga, rumah sakit sudah mempunyai ruangan khusus untuk kegiatan promkes yaitu ruang 1 dan ruang 2. Kondisi peralatan sejauh ini masi cukup bagus/baik.
3 Untuk ketersediaan fasilitas saya rasa sudah bisa dikatakan lengkap. Misalnya televisi sudah disediakan di ruang tunggu, selain itu juga microfone, laptop, LCD juga sudah disediakan pihak rumah sakit, dan juga dapat dilihat poster-poster, spanduk, banner kan sudah banyak terdapat di setiap ruang di rumah sakit ini. Kondisi peralatan dan prasarananya masik baik.
4 Ya sudah ada, peralatannya sperti laptop, LCD, dan juga sperti poster-poster dan spanduk yang sudah terlihat di setiap ruangan juga sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Kondisinya saat ini masi cukup baik.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap informan menyatakan bahwa
saat ini rumah sakit telah mempunyai fasilitas dalam mendukung pelaksanaan
4.4 Pelaksanaan (DO)
4.4.1 Pernyataan Informan tentang kesesuaian uraian kerja dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Tabel 4.7 Matriks pernyataan informan tentang kesesuaian uraian kerja dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Informan Pernyataan
1 Dulunya rumah sakit telah mempunyai instalasi khusus untuk promosi kesehatan yaitu PKMRS pada tahun 2003. Namun saat ini instalasi tersebut sudah tidak aktif lagi. Meskipun demikian promosi kesehatan tetap dilaksanakan dan diserahkan kemasing-masing instalasi dan itu juga ada uraian tugas dari masing-masing tiap instalasi. Untuk kegiatan konseling dilakukan oleh mahasiswa yang sedang praktek dirumah sakit ini. Mereka akan berkeliling dengan menggunakan mikrofon. Rumah sakit juga kadang melakukan kegiataan penyuluhan ke sekolah-sekolah sekitar rumah sakit, ke perusahaan-perusahaan juga.
2 Seperti kita tahu kalau promosi kesehatan itu sangat penting tidak hanya untuk pasien namun juga untuk masyarakat dan staf. Oleh karena itu promosi kesehatan termasuk dalam uraian kerja yang wajib dilaksanakan. Pihak rumah sakit juga mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan rumah sakit. Tapi sebelumnya kami menentukan terlebih dahulu promosi yang seperti apa dan waktunya pelaksanaannya kapan dan dimana. 3 Promosi kesehatan sudah dilakukan ya sesuai uraian kerja yang
telah ada, seperti halnya pemberian informasi tentang keadaan pasien kan sudah termasuk dalam promosi kesehatan. Sudah banyak juga kan poster-poster dan lain sebagainya yang terdapat di rumah sakit yang berisi pesan-pesan singkat kesehatan.
penyuluhan ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan rumah sakit. Tapi sebelumnya kami menentukan terlebih dahulu promosi yang seperti apa dan waktunya pelaksanaannya kapan dan dimana.
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa informan menyatakan
bahwa promosi kesehatan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan uraian kerja
yang telah ada. Meskipun belum terdapat uraian kerja khususnya promosi
kesehatan namun dalam uraian kerja umum di dalamnya sudah terdapat ketetapan
bahwa upaya promosi kesehatan harus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab
rumah sakit dalam melakukan tugasnya sebagai penyedia pelayanan.
4.4.2 Pernyataan informan tentang Kinerja SDM dalam Pelaksanaan PKRS
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Kinerja SDM dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Informan Pernyataan
1 Sebelum melakukan promosi kesehatan kita melihat situasi terlebih dahulu supaya bisa disesuaikan dengan kebutuhan, dilihat waktu pelaksanaannya. Setiap SDM nya akan berkoordinasi dengan masing-masing instalasi yang sesuai dengan kebutuhan promosi kesehatan saat itu juga. Kalau soal kendala yang mereka hadapi mungkin sifat pasien yang kurang peduli dengan promkes ini ya. 2 SDM yang sudah ditunjuk akan berkoordinasi dengan instalasi yang
sesuai dengan bahasan promosi kesehatan yang akan dilaksanakan. Kendalanya mungkin sasaran promkes yang kurang memperhatikan setiap upaya promosi kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit. 3 Biasanya kami disesuaikan terlebih dahulu dengan kebutuhan
akan digunakan. Yang biasa kami lakukan masih hanya sebatas penyuluhan dan juga pemberitahuan informasi tentang status kesehatan pasien. Dari informasi itu mereka akan mengetahui bagaimana mereka akan menjaga kesehatannya. Yang mengadakan konseling dilakukan oleh mahasiswa yang sedang praktek di rumah sakit ini. Kalau soal kendala atau hambatan yang dialami pasti ada ya, misalnya pasien kadang susah untuk diajak berinteraksi, mungkin dalam pikiran mereka, mereka datang ke rumah sakit hanya sekedar berobat saja dan yang penting sembuh.
4 Sebelum melakukan promosi kesehatan kita melihat situasi terlebih dahulu supaya bisa disesuaikan dengan kebutuhan, dilihat waktu pelaksanaannya. SDM yang sudah ditunjuk akan berkoordinasi dengan instalasi yang sesuai dengan bahasan promosi kesehatan yang akan dilaksanakan. Kendalanya mungkin sasaran promkes yang kurang memperhatikan setiap upaya promosi kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dalam melakukan kegiatan
promosi kesehatan sebelumnya di sesuaikan terlebih dahulu dengan kebutuhan
rumah sakit. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah penentuan topik
sehingga mempermudah dalam penyampaian informasi. Setiap SDM juga akan
melakukan koordinasi dengan masing-masing SDM instalasi yang akan
melakukan promosi kesehatan. Dari pernyataan diatas juga diperoleh bahwa
dalam melaksanakan promosi kesehatan terdapat kendala yaitu kurangnya
minat/perhatian dari masing-masing sasaran promkes dalam setiap upaya promkes
4.5 Penilaian (Check)
4.5.1 Pernyataan Informan tentang ketersediaan kebijakan tertulis tentang PKRS
Tabel 4.9 Matriks pernyataan informan ketersediaan kebijakan tertulis tentang Promosi Kesehatan Ruma Sakit
Informan Pernyataan
1. Menurut informan saat ini rumah sakit sudah memiliki kebijakan tertulis tentang Promosi kesehatan rumah sakit, tergantung jenis promosinya tentang apa dan siapa yang mengadakannya, masa berlakukanya kebijakannya sudah lama kira-kira 10 tahun yang lalu. 2. Menurut informan kebijakan itu sudah ada, biasanya kebijakanya itu
cenderung seperti pelayanan terhadap masyarakatnya, dan mulai berlakunya sudah sekitar 5 tahun yang lalu sampai skarang ini masi berjalan kebijakan tersebut.
3. Menurut informan kebijakan itu sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu namun pelaksanaanya masi kurang, biasanya kebijakan seperti pelayanan para petugas kepada masyarakat bagaimana sebaikany supaya masyarakat merasa puas dengan pelayanan kami. Mulai berlakunya kira-kira 5 tahun yang lalu.
4. Ada, kebijakan tentang promosi kesehatan itulah, bagaimana cara pengerjaannya dilapangan, apa’’ aja yang ingin di kerjakan di lapangan nanti. Sejak di mulainya program promosi kesehatan rumah sakit itu ( PKRS).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebijakan tertulis tentang promosi
kesehatan rumah sakit itu ada, dan mulai berlakunya sekitar 5-10 tahun yang lalu,
kebijakan yang di keluarkan sesuai dengan kegiatan yang ingin dilaksanakan.
4.5.2 Pernyataan Informan tentang Penilaian terhadap Dana dalam Pelaksanaan PKRS
Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Penilaian terhadap Dana dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Informan Pernyataan
1 Untuk dana yang ada untuk saat ini sudah cukup ya, kalaupun dananya kurang mencukupi kami mengadakan proposal kembali. Dan proposal itu juga selalu dijawab. Sebagai pertanggung jawaban penggunaan dana secara keseluruhan ka nada dalam bentuk laporan. 2 Kalau soal dana sudah cukup ya, karena setiap bahan yang akan
dicetak bisa selesai, itu artinya kan dananya sudah mencukupi. 3 Kalau dana, saya pikir sudah mencukupi ya, kalau tidak ada dana
kan, pasti setiap kegiatan ini tidak terlaksana.
4 Biasanya dananya slalu mencukupi, Karen sebelum kegiatan di laksanakan para petugas sudah mencari dana dengan mengajukan proposal ke direktur, perusahaan-perusaan,dan lainnya. Sejauh ini kami selalu tercukupi dananya.
4.6 Perbaikan (Act)
4.6.1 Pernyataan Informan tentang meningkatkan kapasitas tenaga pengelola PKRS
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan informan tentang meningkatkan kapasitas tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Informan Pernyataan
1 Dalam hal SDM, saya rasa perlu adanya tenaga khusus, supaya lebih kena dengan tujuan promosi kesehatan itu sendiri dan juga dengan adanya tenaga khusus diharapkan dapat membantu tenaga paramedis saat ini yang merangkap juga dalam pelaksanaan promkes.
2 Untuk tenaga pelaksana, saya pikir kami masih kekurangan tenaga. Karena kebanyakan masih langsung ditangani oleh dokter ataupun perawat di masing-masing instalasi. Memang seharusnya setiap SDM di rumah sakit ini diwajibkan untuk melakukan promkes, tapi kan waktu juga terbatas karena banyaknya pasien yang harus dilayani. Saya berharap adanya tenaga khusus untuk pelaksanaan promosi kesehatan ini sehingga lebih terarah pelaksanaan promkesnya.
3 Saya pikir untuk SDM, saya berharap adanya tenaga pelaksana khusus promosi kesehatan. Kalaupun tidak ada tenaga khusus, ya pelatihan khusus pun jadi.
4 Saya rasa perlu adanya tenaga khusus, supaya lebih kena dengan tujuan promosi kesehatan itu sendiri dan juga dengan adanya tenaga khusus diharapkan dapat membantu tenaga paramedis saat ini yang merangkap juga dalam pelaksanaan promkes.
supaya tidak merangkap sebagai pelaksana promkes sehingga tujan promkes itu sendiri bisa tepat sasaran dan tujuannya.
4.6.2 Pernyataan informan tentang Perbaikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS
Tabel 4.12 Matriks perntayaan informan tentang perbaikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Informasi Pernyataan
1 Saya pikir untuk saat ini setiap pelaksanaan promosi kesehatan sudah sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun. Untuk melihat bagaimana pelaksanaannya, sudah terdapat kotak saran di masing-masing instalasi. Pasien juga diarahkan untuk melakukan penilaian terhadap pelayanan yang mereka terima. Biasanya dilakukan tiga atau empat kali dalam 1 tahun.
2 Sampai saat ini tahap perbaikan sudah terlaksana. Untuk kesesuaian antara kinerja dengan uraian kerja yang kami lakukan dengan membuat kotak saran di masing-masing instalasi. Ada juga dalam bentuk contack person yang langsung terhubung ke operator dan ada juga dalam bentuk fax mail. Nantinya setiap saran yang sudah terkumpul akan dievaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Biasanya tiga sampai 4 kali dalam satu tahun.
3 Kita lihat dari saran-saran yang masuk, kita lihat penilaian setiap penilai untuk lebih mengetahui apa-apa saja yang perlu diperbaiki. Pelaksanaannya biasanya tidak menentu, Karena tergantung ada apa tidak sponsor yang datang.
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini
akan dibahas mengenai hasil penelitian bab tersebut. Penelitan ini akan
menggambarkan pelaksanaan kebijakan PKRS di RSUD Dr. Pirngadi Medan
dengan beracuan pada Permenkes No. 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan. Dengan menggunakan kerangka pikir PDCA (Plan- Do-
Check- Act) atau Perencanaan- Pelaksanaan- Evaluasi- Perbaikan, Penelitian ini
menganalisis sejauh mana pelaksanaan program promosi kesehatan telah
dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Saat ini untuk penanggung jawab promosi kesehatan rumah sakit Dr.
Pirngadi Medan adalah Sub bagian Hukum/Humas. Sub bagian ini akan
berkoordinasi dengan instalasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Dulunya
rumah sakit Dr. Pirngadi telah mempunyai instalasi khusus dalam pelaksanann
PKRS yaitu Instalasi PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit),
namun saat ini instalasi tersebut tidak aktif lagi sehingga kegiatan tersebut
diberikan kepada Sub bagian Hukum/ Humas.
5.1 Perencanaan (Plan) PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan
5.1.1 Ketersediaan Struktur Organisasi PKRS
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di inginkan.
Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan
wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa
yang akan di kerjakan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saat ini RSUD Dr. Pirngadi
masih baru membentuk instalasi PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah
Sakit) dan struktur organisasinya belum dibuat surat keputusannya oleh Direktur
rumah sakit. Saat ini RSUD Dr. Pirngadi masih menggunakan struktur organisasi
fungsional. Ketidak tersediaan struktur organisasi khhusus promkes, saat ini
pelaksanaan promkes belum terlaksana secara maksimal karena tidak adanya
koordinasi khusus PKRS. Untuk kinerja saat ini, masih menggunakan tupoksi
masing-masing instalasi yang di dalamnya mengharuskan untuk melakukan
promkes di rumah sakit.
Pelaksanaan PKM- RS di jawa timur (dr. Soehardjo MPH), dengan
diterbitkannya SK Direktur rumah sakit tentang struktur organisasi dari PKMRS,
maka landasan kerja dari PKMRS sudah mantap dan di harapkan fungsi dari
penyuluhan di masing- masing unit/ ruangan berjalan dengan lancar sesuai dengan
5.1.2 Ketersediaan SDM PKRS
Perencanaan SDM adalah suatu proses sistematis yang digunakan untuk
memprediksi permintaan dan penyediaan SDM di masa datang. Melalui program
perencanaan SDM yang sistematis dapat diperkirakan jumlah dan jenis tenaga
kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga dapat membantu
bagian SDM dalam perencanaan rekrutmen, seleksi, serta pendidikan dan
pelatihan (Rachmawati, 2008).
Dalam penelitian ini diketahui bahwa, meskipun struktur organisasi belum
terdapat SK oleh Direktur, namun promkes itu sendiri tetap dilaksanakan. Terkait
ketersediaan SDM, dalam pelaksanan promkes belum terdapat SDM khusus,
pelaksanaanya masih menggunakan SDM masing- masing instalasi. Dalam
menentukan SDM dilakukan oleh kepala instalasi, kadang juga dilakukan oleh
Wakil Direktur bagian SDM dan juga oleh kasubag Humas.
5.1.3 Ketersediaan Fasilitas
Dalam pelaksanaan upaya promosi kesehatan rumah sakit tentunya tidak
akan bisa terlaksana dengan baik jika tidak disertai sarana dan prasaran yang bisa
mendukung keberhasilan dari upaya tersebut. Willan (1998) menyatakan bahwa
dibutuhkan peralatan yang digunakan untuk tujuan efesiensi melalui pengurangan
kesulitan kerja dan waktu. Sarana dan Prasarana tersebut yang disediakan
sebaiknya nyaman untuk digunakan serta memiliki jangka waktu penggunaan,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa saat ini
pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan telah mempunyai fasilitas yang memadai untuk
pelaksanaan PKRS. Fasilitas tersebut berupa media cetak maupun media
elektronik yang masing-masing penempatannya dapat dijangkau oleh seluruh
warga rumah sakit. RSUD Dr. Pirngadi Medan juga telah mempunyai ruangan
khusus dalam pelaksanaan PKRS. Di ruang khusus ini nantinya pelaksanan
prommkes secara berkelompok dilakukan. Namun dari segi kuantitas, jumlah
fasilitas tersebut kurang memadai, hal ini terlihat dari seperti terdapatnya televisi
di ruang tunggu di beberapa poliklinik, pemanfaatan seluruh bagian taman rumah
sakit belum sepenuhnya.
5.2 Pelaksanaan (Do) PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan
5.2.1 Kesesuaian Uraian Kerja dengan Pelaksanann PKRS
Uraian pekerjaan (job description) adalah pernyataan tertulis yang
menjelaskan tanggung jawab dan kualifikasi untuk pekerjaan tertentu,
berdasarkan analisis pekerjaan. Uraian pekerjaan biasanya meliputi tugas-tugas,
gambaran posisi dan kepada siapa karyawan melapor.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saat ini uraian kerja yang
dipergunakan adalah uraian kerja yang secara umum dan di dalamnya terdapat
keharusan untuk melakukan kegiatan promkes oleh masing- masing petugas.
Meskipun saat ini struktur organisasi belum dibuat SKnya oleh Direktur, namun
pihak rumah sakit telah menyadari kewajibannya untuk melakukan kegiatan
5.2.2 Kinerja SDM PKRS
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dalam
melakukan kegiatan promosi kesehatan sebelumnya disesuaikan terlebih dahulu
dengan kebutuhan rumah sakit. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah
penentuan topik sehingga mempermudah dalam penyampaian informasi. Dalam
melaksanakan promosi kesehatan terdapat kendala yaitu kurangnya minat/
perhatian dari masing- masing sasaran promkes dalam setiap upaya promkes yang
dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Konsultasi seyogianya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan dilakukannya konsultasi secara berkelompok (5-6 pasien
sekaligus), jika keadaan mengijinkan. Jika demikian, maka ruang konsultasi ini
sebaiknya cukup luas untuk menampung 6-7 orang. Konsultasi yang dilakukan di
RSUD Dr. Pirngadi masih secara individual. Hal ini diperoleh dari pernyataan
keluarga pasien poliklinik jantung, pada saat menjalani pengobatan, petugas
menanyakan kondisi pasien dan pada saat itu juga petugas memberikan konseling
kepada pasien tersebut, jika pasien kurang paham dengan informasi yang dia
terima, petugas bersedia untuk mengulang kembali informasi tersebut.
Dalam upaya konseling, rumah sakit Pirngadi memperdayakan mahasiswa
yang sedang magang di rumah sakit tersebut. Konseling itu dilakukan sebulan
sekali dengan cara mereka berkeliling menggunakan microfone. PKRS dalam
pelayanan penunjang medic bagi pasien, seperti di pelayanan obat/ apotik
sedang mengambil obat dengan menjelaskan cara konsumsi obat dan efek
sampingnya. Pada saat pasien akan pulang, petugas akan menyarankan untuk tetap
menjaga kesehatannya dan rutin untuk minum obat supaya mempercepat proses
penyembuhan penyakitnya.
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa kawasan luar rumah sakit sudah
di manfaatkan. Hal ini terlihat dari pemanfaatan taman yang ada di sekitar rumah
sakit. Taman rumah sakit sudah tampak ditata rapi dengan menanam tanaman-
tanaman hias yang memperindah halaman rumah sakit. Di taman juga sudah
terdapat media seperti banner yang berisi pesan-pesan singkat tentang kesehatan.
Pada waktu- waktu tertentu seperti Hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1
Desember, juga dilakukan pembuatan spanduk sebagai wujud partisipasi rumah
sakit dalam pencegahan HIV AIDS. Untuk kegiatan PKRS di luar, rumah sakit
juga mengadakan promosi kesehatan seperti ke sekolah- sekolah yang berada
dekat dengan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
kesadaran anak-anak sekolah tentang pentingnya kesehatan. Dengan adanya
kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan
kualitas pelayanan kesehatan.
5.3 Penilaian (chek ) dalam PKRS
5.3.1 Penilaian terhadap Dana Pelaksanann PKRS
Untuk dana yang ada untuk saat ini sudah mencukupi, jika terjadi
Penggunaan dana tersebut juga akan dibuat laporan pertanggung jawabannya
sehingga jelas bagaimana penganggaran dana tersebut.
5.4 Perbaikan (Act) dalam PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan
5.4.1 Perbaikan kenerja SDM PKRS
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa saat ini belum terdapat SDM
khusus pelaksanaan PKRS. Hal ini terlihat dari pernyataan semua informan
mengharapkan adanya tenaga khusus dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Hal
ini diharapkan supaya kegiatan promosi kesehatan lebih terorganisir dan juga
dapat membantu tenaga paramedic supaya tidak merangkap sebagai pelaksana
promkes sehingga tujuan promkes itu sendiri bisa tepat sasaran dan tujuannya.
5.4.2 Perbaikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa rumah sakit
Pirngadi Medan sudah melakukan promosi kesehatan. Hal ini terlihat dari
pernyataan- pernyataan informan yaitu pelaksanaan promosi kesehatan sudah
sesuai dengan uraian tugas yang telah disusun. Sampai saat ini tahap perbaikan
sudah terlaksana, dengan membuat kotak saran di masing- masing instalasi, juga
dalam bentuk contack person yang langsung terhubung ke operator dan ada juga
dalam bentuk fax mail. Nantinya setiap saran yang sudah terkumpul akan
dievaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Pihak rumah sakit telah melaksanakan
dilakukan setiap bulannya sehingga dapat mengetahui setiap hambatan- hambatan
yang dijumpai atau dialami selama pelaksanaan promosi kesehatan.
Saat ini, RSUD juga telah mempunyai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Namun hal ini ditemui beberepa hambatan/ permasalahan dalam penerapan KTR.
Hal ini terlihat dari masih banyaknya perokok yang tidak mematuhi kebijakan
tersebut, tidak hanya pengunjung rumah sakit bahkan beberapa petugas tampak
merokok di area rumah sakit. Puntung rokok juga masih di buang sembarangan.
Pada dasarnya kawasan parker masih merupakan area rumah sakit dan termasuk
Kawasan Tanpa Rokok, namun banyak yang memanfaatkan area ini untuk tempat
merokok. Hal ini juga di pengaruhi dengan mudahnya memperoleh rokok di
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, perencanaan PKRS RSUD Dr. Pirngadi masih
belum baik. Hal tersebut dapat terlihat dari :
a. Belum terdapatnya struktur organisasi khusus PKRS.
b. Kegiatan PKRS dalam ruangan seringkali diabaikan karena belum
adanya uraian kerja khusus yang mengharuskan setiap petugas untuk
melakukan tindakan PKRS.
c. Tidak terdapat tenaga khusus promosi kesehatan yaitu tenaga
Kesehatan yang terlatih dan terampil.
d. Jumlah sarana dan prasarana PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan
telah memenuhi dalam variasi namun dari segi kuantitas jumlahnya
masih kurang.
2. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan PKRS RSUD Dr. Pirngadi
masih belum baik. Hal tersebut dapat terlihat dari :
a. Konsultasi yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi masih secara
individual.
b. Pemanfaatan Ruang tunggu belum bisa terlaksana karena tidak
c. Keseluruhan kegiatan pendokumentasian tidak langsung dilakukan
pada saat selesai pelaksanaan PKRS.
3. Berdasarkan hasil penelitian, penilaian PKRS RSUD Dr. Pirngadi masih
Belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari :
a. Kegiatan penilaian yang dilakukan masih kurang terlaksana karena
Tidak melibatkan keseluruhan warga masyarakat seperti pasien
b. Kinerja petugas dalam pelaksanaan PKRS sudah sesuai dengan
Rencana kerja meskipun belum secara maksimal.
c. Banyaknya fasilitas PKRS yang kurang terjaga disebabkan
kurangnya perhatian dalam menjaga dan memelihara fasilitas
tersebut.
4. Berdasarkan hasil penelitian, perbaikan PKRS RSUD Dr. Pirngadi masih
belum baik. Hal tersebut dapat terlihat dari:
a. Sampai saat ini, pelaksana PKRS masih para petugas, tidak ada
Tenaga khusus promosi kesehatan sehingga menghambat tidak
dilaksanakannya PKRS tersebut.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada Direktur agar mengadakan struktur organisasi
khusus promosi kesehatan sehingga dalam pelaksanaannya dapat
berjalan secara maksimal.
2. Diharapkan adanya tenaga khusus promosi kesehatan dan juga
pelatihan khusus bagi SDM yang ada saat ini, hal ini diharapkan
supaya PKRS bisa di tangani oleh orang-orang yang mempunyai
keahlian/ keterampilan dalam bidang promkes yang di imbangi dengan
penambahan jumlah sarana dan prasarana terkait PKRS.
3. Terkait PKRS yang bersifat umum seperti Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) dibutuhkan penambahanbrosur atau poster-poster supaya lebih
menarik perhatian setiap warga rumah sakit supaya secara perlahan
kebijakan tersebut dapat terealisasi dengan baik.
4. Diharapkan untuk meningkatkan pemanfaatan ruang tunggu bagi
setiap petugas untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan.
5. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk lebih memperhatikan
setiap fasilitas penyampaian pesan yang ada saat ini dan juga lebih
2.1. Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan) (Sarwono, 2004).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbiacara,
bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas
organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor
keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan
2.1.2. Bentuk-Bentuk Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Bloom (1908) dalam Notoatmadjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif
(cognitive domain), ranah efektif (affective domain) dan ranah psikomotor
(psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai
batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut yang terdiri dari :
1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledg).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan ynag diberikan
(attitude).
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice).
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior) :
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
yang bersangkutan.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan,
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri
seseorang dan di pengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,
maupun nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.
2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.
Faktor internal yang membentuk sesorang merespon stimulus dari luar dapat
berupa perhatian, pengamatan,persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.
Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang
memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena
dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada
(Notoatmodjo, 2007).
Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang
melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku
yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.Becker (1979),
2.1.3. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatau respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.
(Notoatmodjo 2007).
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang
perilaku kesehatan yang terdiri dari :
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yanng mencakup
antara lain:
a. Makanan dan menu seimbang (appropriate diet)
b. Olahraga teratur
c. Tidak merokok
d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e. Istirahat yang cukup
f. Mengendalikan stres
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan seks.
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit,
dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sabagai orang sakit, yang
harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (the sick role) yang
meliputi:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit
yang layak.
c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pen
getahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan contoh
(acuan) dari pada tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terutama petugas
kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku
2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), membedakannya dalam
determinan masalah kesehatan yakni behavioral cause (faktor perilaku) dan non
behavioral causes (faktor non perilaku) dan bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan
oleh 3 faktor utama yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan kemampuan,
hal ini menyakut motivasi seseorang individu atau kelompok untuk bertindak
dalam domain psikologi, ini termasuk dalam domain kognitif dan efektif yaitu
mengetahui, merasakan, mempercayai, menilai dan memiliki kepercayaan diri
atau rasa mujarab, dapat dikatakan bahwa faktor predisposisi sebagai motivasi,
hasrat atau pilihan pada individu atau kelompok yang dapat membawa kepada
tindakan yang spesifik.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang dimaksud
oleh faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor).
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
tokoh masyrakat (toma) sikap dan perilaku para petugas termasuk para petugas
termasuk para petugas kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2003) termasuk juga disini adalah undang-undang,
peraturan-peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan
sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terutama petugas
kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku
tersebut.
2.1.5. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentukanya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan
hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadinya perubahan aspek fisik dan
psikologi (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir seseorang semakin
matang dan dewasa.
4. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari
dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin
saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat
menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
6. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahun yang baru.
2.1.6. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thougts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk
bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta sumberdaya yang
tersedia.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personnal references) merupakan faktor
penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan
kebutuhan dari pada individu tersebut.
2.1.7. Tindakan (Practice)
Sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk terbentukanya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain
Tingkatan-tingkatan praktik/tindakan adalah :
1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan
sesuatu sesuai urutan yang benar.
3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktis yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.2Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Promosi kesehatan menurut Glosari WHO (2014) merupakan tindakan yang
dilakukan bukan hanya untuk mencegah terjadinya penyakit seperti pengurangan
factor resiko, tetapi juga mencegah perkembangan dan mengurangi konsekuensi
ketika terkena penyakit. Mengacuh pada surat keterangan Menteri Kesehatan
No.1114/Menkes/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan Promkes di daerah,
pengertian promkes itu sendiri dapat di simpulkan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai social budaya setempat dan
2.3.Defenisi Rumah Sakit
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelengaraan upaya kesehatan. Penyelengagaraanpelayanan kesehaan dirumah
sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang snagat kompleks.
2.3.1. Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatiahan sumber daya menusia dalam rangka
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapsiran teknologi bidang
ksehatan dalam rangka peningkatan palayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3.2. Perumahsakitan Di Indonesia
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari
kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna
menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah
suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (Charitable), untuk merawat pengungsi
atau memberikan pendidikakn bagi orang-orang yang beruntung atau miskin, berusia
lanjut, cacat, atau para pemuda.
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan munculnya rumah sakit-
rumah sakit milik misi keagamaan yang pelayanannya bersifat kedermawanan.
Selanjutnya, muncul rumah sakit-rumah sakit milik perusahaan yang dibangun
khusus untuk melayani karyawan perusahaan (misalnya perkebunan, pertambangan,
dan lain-lain). Setelah itu, muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari praktek
pribadi dokter, atau kadang-kadang juga praktek pribadi bidan, yang mula-mula
berkembang menjadi klinik. Beberapa dasawarsa terakhir, muncul la rumah
sakit-rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.
Setelah kemerdekaan, perumah skaitan di Indonesia berkembang pesat
sehingga muncul berbagai rumah sakit, baik milik swasta maupum milik pemrintah.
Berdasarkan undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang kesehatan, jenis rumah skait
Berdasarkan jenis pelayanan ynag diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
1. Rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah sakit khusus merupakan rumah sakit yang memberikan pelayaan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainya.
Berdasarkan pengelolaan rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik
dan rumah sakit privat.
1. Rumah sakit publik merupakan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
2. Rumah sakit privat merupakan rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan provit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Rumah sakit tidak bolah dipandang sebagai suatu identitas yang terpisah dan
berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Rumah sakit adalah bagian dari system
kesehatan dan perannya yang mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui
penyediaaan fasilitas rujukkan dan mekanisme bantuan.
2.4. Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Promosi kesehatan rumah sakit merupakan upaya rumah sakit dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyrakat
agar dapat mandiri dalam rangka mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya,
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyrakat melalui pembelajaran
diri, oleh, untuk dan bersama yang sesuai dengan sosial-budaya serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Pengetahuan merupakan modal utama
bagi tenaga dirumah sakit dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang salah
satunya yaitu melakukan promosi kesehatan di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan
tujuan program promosi kesehatan di rumah sakit adalah untuk melakukan proses
reorientasi pelayanan kesehatan yang fokus kepada pelayanan pengobatan menuju
pelayanan yang menyeluruh.
2.5. Peluang Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Menurut peraturan Mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 tahun
2012 Tentang Petunjuk Teknisi Promosi Kesehatan Rumah Sakit, banyak sekali
tersedia peluang untuk melaksakan promosi kesehatan dirumah sakit. Secara umum
peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan
yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam
gedung, terdapat peluang-peluang:
1. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu diruang di mana pasien/klien harus
melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit.
2. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-polikllinik
seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata,
3. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat
darurat, rawat intensif, dan rawat inap.
4. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yaitu terutama di
pelayanan obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.
5. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan (chek up), konseling kesehatan
jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
6. PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap
harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah
sakit.
b. Di luar gedung
Kawasana luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk PKRS, yaitu:
1. PKRS ditempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/ gedung
parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung
parkir.
2. PKRS di taman rumah sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/
sekitar maupun di dalam/ halaman dalam rumah sakit.
3. PKRS di dinding luar rumah sakit.
4. PKRS di tempat-tempat umum di lingkungan rumah sakit misalnya tempat ibadah
yang tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan dikantin/
5. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.
2.6. Pendukung Dalam Pelaksanaan PKRS
Dalam terwujudnya sebuah promosi kesehatan oleh rumah sakit yang berhasil,
menurut buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan PKRS dibutuhkan aspek
pendukung yang berupa :
1. Metode dan Media
Pada prinsipnya metode yang digunakan adalah komunikasi. Diperlukan
pemilihan metode yang cermat dengan mempertimbangkan kemasan informasinya,
keadaan penerima informasinya (termasuk kemampuan baca tulis dan social
budayanya) dan kondisi ruang serta waktu. Kesemua faktor harus mendapat
pertimbangan yang matang sebelum upaya promosi kesehatan dilaksanakan.
2. Sumber Daya yang memadai
Sumber daya yang paling utama dalam penyelenggaraan PKRS adalah tenaga
(Sumber Daya Manusia atau SDM), baru kemudian sarana dan prasarana termasuk
media komunikasi dan dana/ anggaran.
Sumber daya manusia utama yang dibutuhkan dalam PKRS ini meliputi
semua petugas rumah sakit yang melayani pasien/klien (dokter,perawat, bidan dan
lain-lain), dan tenaga khusus promosi kesehatan (pejabat fungsional penyuluh
kesehatan masyarakat).
Sebelum melaksanakan PKRS sebaikanya semua sumber daya manusia yang
ada diberikan keterampilan dasar secara khusus seperti pengetahuan dan keterampilan
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa tenaga khusus
promosi kesehatan untuk Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. S1 kesehatan/ Kesehatan Masyarakat sebanyak 1 orang untuk membantu petugas
Rumah Sakit lain merancang pemberdayaan.
2. D3 kesehatan ditambah minat dan bakat di bidang promosi kesehatan sebanyak 2
orang untuk membantu/ memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana
dan advokasi.
Sedangkan untuk standar sarana/ peralatan PKRS dibutuhkan :
1. Over Head Projector (OHP)
2. Amplifer & wireless microphone
3. Layar yang dapat dugulung
4. Kamera foto
5. Cassette rocorder / player
6. TV disetiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan
7. VCD / DVD playerdi tiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan
8. Computer dan printer
9. Laptop & LCD projector untuk prensentasi
2.7. Strategi
Strategi yang dipakai saat ini adalah :
1. Memanfaatkan forum koordinasi baik lintas sektor maupun lintas program.
2. Menetapkan wadah koordinasi PKRS dalam struktur Organisasi Rumah Sakit.
4. Mengupayakan dana untuk pembangunan program.
5. Menyusun tugas, wewenang dan tanggung jawab pengelola Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKRS)
6. Menyusun pedoman / petunjuk pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit (PKRS)
2.8. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Menurut Kepmenkes, 2010 yang menjadi standar Rumah Sakit Promotor
Kesehatan (Health Promoting Hospital) adalah sebagai berikut :
1. Standar 1 kebijakan manajement
Organisasi Rumah Sakit harus memiliki kebijakan tertulis mengenai promosi
kesehatan. Kebijakan ini diimplementasikan sebagai bagian dari peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat Rumah sakit secara keseluruhan.
Tujuan :
Adanya dukungan kebijakan untuk pelaksanaan PKRS sebagai bagian
integral peningkatan kualitas manajemen organisasi.
Variable PKRS :
1. Rumah sakit memiliki kebijakan tertulis tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
2. Rumah sakit membentuk unit kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
3. Rumah sakit memiliki tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
4. Rumah sakit memiliki alokasi anggaran unutk pelaksanaan Promosi Kesehatan
5. Rumah sakit memiliki perencanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit secara
berkala.
6. Rumah sakit memiliki sarana/peralatan untuk pelaksanaan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit.
7. Rumah sakit mensosialisasikan Promosi Kesehatan Rumah Sakit di seluruh
jajaran Rumah Sakit.
8. Rumah sakit meningkatkan kapasitas tenaga pengelola Promosi Kesehatan
Rumah Sakit.
9. Rumah sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit.
2. Standar 2 Kajian Kebutuhan Masyarakat Rumah Sakit
Rumah sakit melakukan kajian tentang kebutuhan Promosi Kesehatan untuk
pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Tujuan :
Diperolehnya gambaran tentang informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga
pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar rumah sakit sebagai dasar pelaksanaan
Promosi Kesehatan.
3. Standar 3 Pemberdayaan Masyarakat Rumah Sakit
Rumah sakit menjamin adanya pemberdayaan masyarakat Rumah sakit
melalui kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah sakit.
Meningkatnya daya dan peran serta masyarakat rumah sakit dalam mencegah
dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.
4. Standar 4 Tempat Kerja yang Aman, Bersih dan Sehat.
Rumah sakit menjamin tempat kerja yang aman, bersih dan sehat. Oleh karena
itu Rumah sakit memastikan upaya-upaya yang menyangkut kebersihan dan
kelengkapan sarana prasarana yang ada untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Tujuan :
Terwujudnya tempat kerja yang aman, bersih dan sehat bagi masyarakat rumah sakit.
5. Standart 5 Kemitraan
Rumah sakit menggalang kemitraan dengan sektor lain, dunia usaha dan
swasta lainnya dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS baik di dalam maupun
diluar gedung.
Tujuan :
Terjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk optimalisasi pelaksaan kegiatan
PKRS.
2.9. Landasan Teori Teori W. Edwards Deming
Model ini menggambarkan kerangka kerja bagi perbaikan sebuah proses atau
sistem. Model ini dapat digunakan pula sebagai pedoman dalam perbaikan suatu
kegiatan atau untuk mengembangkan sebuah proyek khusus dalam rangka perbaikan