• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pelaksanaan Kebijakan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pelaksanaan Kebijakan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

MEDAN TAHUN 2015

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan Terakhir : 5. Status di rumah sakit : II. Daftar Pertanyaan

1. Menurut saudara apakah Rumah Sakit membentuk struktur organisasi PKRS?

Probing : - Jika ada, siapa saja SDM yang terlibat? -Apa latar belakang pendidikannya?

2. Apakah rumah sakit memiliki tenaga pengelola/ SDM dalam pelaksanaanPKRS?

Probing : - jika ada, siapa yang menentukannya? 3. Apakah rumah sakit membentuk unit kerja PKRS?

Probing : - jika ada, apa tupoksi dari unit kerja PKRS tersebut? 4. Apakah rumah sakit memiliki sarana/ prasarana untuk pelaksanaan

PKRS?

Probing : - jika ya, peralatan seperti apa?

(2)

-Apabila tidak ada, bagaimana cara pelaksanaanya? 6. Dalam pelaksanaan PKRS, kendala apa saja yang dialami oleh

pelaksana?

Probing : - bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?

7. Apakah Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS? Probing : - jika ada, foto kebijakan tersebut.

-Kebijakan seperti apa?

-Sejak kapan mulai berlakunya?

8. Menurut saudara apakah Rumah Sakit memiliki alokasi anggaran untuk pelaksanaan PKRS?

Probing : - jika ada, dari mana sumbernya? -Mencukupi atau tidak?

9. Bagaimana kinerja setiap pelaksana PKRS tersebut?

Probing : - apakah ada upaya evaluasi yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja tersebut?

10. Menurut saudara adakah pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS berjalan?

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI 2010 Sistem Kesehatan Nasional.

Diakses pada tanggal 26 agustus 2015

Depkes, RI. 2012. Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

.Diakses Pada Tanggal 17 Oktober

2011

Fizran. 2013. Tinjauan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMS) Di Rumah Sakit Dr. Achmad Muchtar Bukit Tinggi Tahun 1998. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan Di Puskesmas & Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta.

Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Kemenkes. 2012. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

____________________. 2011. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Bakti Husada. Jakarta.

No 004 Tahun 2012. Tentang Peluang Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku. PT Rineka Cipta: Jakarta.

2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. PT Rineka Cipta: Jakarta.

2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Andi offset. Yogyakarta,

2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

(18)

Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. UGM Press. Yogyakarta.

Suryana, Sri. 2010. Pelaksanaan Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Di RSUD Liwa Kabupaten Lampung Barat. Tesis Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Suryabrata, S. 2010. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.

World Health Organization, 1998. Health Promotion Glossary. Geneva

WHO. 2004. Standars for health promotion in hospitals : Development of Indicators for Self Assesment Tool Report on 4rd WHO Workshop.

Ria,S.,2010. Analisis pelaksanaan program promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Dr. pringadi kota medan tahun 2014. Skrip Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

www.scribd.com/doc/122514804/Promosi-Kesehatan-Rumah-Sakit. Hakim. Tanggal akses 7 Agustus 2015.

(19)

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif untuk mengetahui

gambaran pelaksanaan Kebijakan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD

Dr.Pirngadi Medan Tahun 2015. Data yang dikumpulkan adalah data Primer. Data

Primer diperoleh dari wawancara mendalam dari beberapa informan yang terkait

dengan pelaksanaan PKRS serta observasi langsung terhadap pelaksanaan program

promosi kesehatan yang ada dirumah sakit tersebut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.

Peneliti tertarik melakukan penelitian di rumah sakit ini karena merupakan rumah

sakit besar yang terdapat di kota Medan dan juga merupakan salah satu rumah sakit

dengan jumlah rujukan terbesar.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015.

3.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian dan asas kecukupan.

Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian adalah informan yang memiliki

pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian. Pemilihan informan berdasarkan

(20)

teerkait dengan topik penelitian. Para informan penelitian ini adalah : Kasubag

Hukum dan Humas, Kepala Urusan Informasi, Kepala ruangan/ Kepala Perawat, dan

Petugas Rawat Inap.

3.4 Defenisi Istilah

10.Memiliki kebijakan tertulis tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

11.Membentuk unit kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

12.Memiliki tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

13.Memiliki alokasi anggaran unutk pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

14.Memiliki perencanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit secara berkala.

15.Memiliki sarana/peralatan untuk pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

16.Mensosialisasikan Promosi Kesehatan Rumah Sakit di seluruh jajaran Rumah

Sakit.

17.Meningkatkan kapasitas tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

18.Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah

Sakit.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (sugiyono, 2010). Peneliti mengukan instrumen wawancara

mendalam (indepth interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan

topik yang akan dibicarakan, dan pengamatan secara langsung (observasi). Untuk

memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat bantu

(21)

3.6 Analisis dan Validasi Data

Analisis data dilakukan secara manual dengan menulis hasil wawancara

kemudian meringkas hasil tersebut dalam bentuk matriks. Kemudian matriks tersebut

disusun dalam bahasa yang baku disesuaikan dengan pernyataan informan.

Untuk menjaga kualitas data dan keakuratan data dilakukan triangulasi.

Triangulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari

sumber lainnya.

2. Triangulasi Metode

(22)

4.1.1 Lokasi dan Sejarah RSUD Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan terletak di jalan Prof.

HM Yamin SH No. 47 Medan. Rumah sakit ini didirikan oleh Pemerintah

Kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS. Peletakan batu

pertamanya dilakukan oleh Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan

diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan pertama adalah Dr. W. Bays, pada

tahun 1939 pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini diambil

alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu BYUSONO INCE

dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu dr. Raden

Pirngadi Gonggo Putro. Sejak berdirinya RSUD Dr. Pirngadi Medan sampai

sekarang telah mengalami pergantian pimpinan sebanyak 15 kali.

4.1.2 Visi dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan

Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan “Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Kota Medan merupakan pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Bagian

Utara 2015”. Visi tersebut berusaha diwujudkan melalui misi rumah sakit sebagai

berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan

(23)

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

serta kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang professional

4.1.3 Struktur Organisasi

4.1.3.1 Tugas Pokok dan Fungsinya

Berdasarkan peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009

tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Kota Medan dan Peraturan Daerah Medan No. 47 Tahun 2010 tanggal 24

November 2010 tentang rincian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Kota Medan adalah melaksanakan Upaya Kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta mencegah dan

melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

(24)

4.1.3.2 Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang

struktur organisasi RSUD Dr. Pirngadi Medan terdiri dari :

Berdasarkan bagan diatas dapat dilihat bahwa Promosi Kesehatan Rumah

Sakit (PKRS) tidak termasuk ke dalam Struktur Organisasi Rumah Sakit Dr.

Pirngadi Medan. Pihak rumah sakit tidak memiliki instalasi khusus untu PRKS

(25)

4.1.3.3 Susunan Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Medan Tabel 4.1 Susunan Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Medan

No Jenis Ketenagaan PNS Honor Magang jlh

4.2 Karakteristik Informan

Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan yaitu

informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian dan

juga informan yang dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan

dengan topik penelitian. Secara garis besar, penelitian ini dapat terwujud oleh

karena kesediaan informan dalam member keterangan melalui wawancara

mendalam, adapun informan dalam penelitian ini sebanyak empat orang, yaitu

kepala sub bagian hukum dan humas, Kepala urusan informasi, Kepala perawat/

ruangan, dan Petugas rawat inap. Adapun karateristik informan tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Identitas Informan Penelitian

No Status di rumah sakit Umur Pendidikan

Informan (Tahun) terakhir

1. Kasubag Hukum dan Humas 50 S2

2. Kepala Urusan Informasi 45 S1

3. Kepala Perawat/ ruangan 46 S1

(26)

4.3 Perencanaan (planing)

4.3.1 Pernyataan Informan tentang ketersediaan Struktur Organisasi

Tabel 4.3 Matriks pernyataan informan tentang ketersediaan Struktur Organisasi Promosi Kesehatan

Informan Pernyataan

1 Promosi kesehatan termasuk bagian dari rencana kerja rumah sakit. Untuk PKRS sendiri masih baru dibentuk dan struktur organisasinya belum dibuat surat keputusannya oleh Direktur. Meskipun demikian, promkes itu sendiri tetap dijalankan karena sudah terdapat dalam Tugas pokok dan fungsi yang telah disusun sebelum-sebelumnya. Yang terlibat di dalamnya orang-orang pentinglah seperti, Direktur, staf-staf RS, management RS. Latar belakangnya berbeda-beda ada Skm, Hukum, Keperawatan, Bidan, Mars.

2 Kalau struktur organisasi khusus promosi kesehatan, saya kurang tahu. Yang saya tahu, saat ini masih menggunakan struktur organisasi yang secara keseluruhan itu. Selama ini kami melakukan kegiatan promkes sesuai dengan tupoksi yang secara umum yang telah disusun dan di dalamnya juga sudah terdapat bahasan yang mengaharuskan melakukan pelayanan kesehatan berupa promkes. Kalau soal SDM nya saya kurang tau pasti siapa-siapa saja, yang lebih tau itu bagian SDM.

3 Struktur orgnisasi khusus promosi kesehatan saya kurang tahu ya. Itu kan pastinya urusan Instalasi PKRS. Tapi saat ini kami melakukan promkes ini juga kok. Rencana kerjanya kan sudah ada yaitu uraian kerja yang di dalamnya terdapat upaya pelayanan promosi kesehatan. Saya kurang tau soal SDM yang terlibat di dalamnya.

4 Ya pastinya ada struktur organisasi rumah sakit itu,kalo tidak ada bagaimana promkes itu bisa berjalan, kalo soal siapa-siapa SDM ya orang-orang pentinglah sperti direktur, managemen,perawat, bidan, Skm.

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat, dari 4 informan, terdapat 2

informan yang menyatakan ketidak tahuan mereka tentang ketersediaan struktur

organisasi khusus promosi kesehatan. Mereka melakukan kegiatan promosi

(27)

di dalamnya sudah terdapat kewajiban untuk melakukan pelayanan kesehatan di

bidang promosi kesehatan.

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan SDM dalam PKRS

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketersediaan SDM dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Informan Penyataan

1 Untuk SDMnya itu tergantung bidang masing- masing ya, oleh karena itu sebelum pelaksanaan kita lihat dulu keadaannya untuk mengetahui siapa yang cocok SDM nya. Kadang saya yang menentukan SDM nya, Kadang juga wakil direktur bidang SDM. Mereka bekerja sesuai dengan uraian tugas yang telah ada.

2 Di rumah sakit ini kan ada juga Wakil direktur bidang SDM, jadi kadang beliau yang menentukan SDM pelaksananya. Kadang juga dilakukan oleh Kasubag Humas juga. Tapi kebanyakan masing- masing tergantung instalasi. Misalnya di bidang pelayanan medis, mereka sendiri yang menentukan yang jadi SDM nya.

3 Untuk SDMnya sendiri langsung atasan yang menentukan ya, tapi yang saya lihat semua berperan aktif kok tidak ada yang tidak ambil bagian. Semuanya bekerja sesuai dengan peran masing- masing sebagai petugas kesehatan.

4 Di rumah sakit ini kan ada juga Wakil direktur bidang SDM, jadi kadang beliau yang menentukan SDM pelaksananya. Kadang juga dilakukan oleh Kasubag Humas juga. Tapi kebanyakan masing- masing tergantung instalasi. Misalnya di bidang pelayanan medis, mereka sendiri yang menentukan yang jadi SDM nya.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam ketersediaan SDM dalam

(28)

dilakukan oleh Wakil Direktur bagian SDM, kadang juga dilakukan oleh Kasubag

Humas, dan di Instalasi ditentukan oleh kepala instalasi tersebut.

4.3.3 Pernyataan Informan tentang ketersediaan unit kerja PKRS

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang ketersediaan Unit Kerja Promosi Kesehatan

Informan Pernyataan

1 Ya, biasanya tugas pokok dan fungsinya tergantuk bagian masing-masing dari para petugas yang di tunjuk untuk melaksanakan promosi/diklat itu.

2 ada, kalo soal tugas pokok dan fungsinya kami tidak terlalu tau yang lebih tau bagian SDM rumah sakit, karena kami lebih tau tentang pelayanan terhadap masyarakat.

3 iya sudah ada sesuai dengan standart playanan, tugas pokok dan fungsinya biasanya sesuai dengan standart mentri kesehatan.

4 Pastilah, agar pelayanan promkes itu dapat dilaksanakan sesuai kebijakan-kebijakan yang ada. Tugas pokok dan fungsinya tergantung bagian dan tugas masing-masing yang di berikan di rekturlah.

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dirumah sakit tersebut sudah membentuk unit kerja promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) tetapi tugas pokok dan fungsinya tidak dapat diketahui secara spesifik, karena biasanya sesuai kegiatan yang dilaksanakan maka kita dapat tau tupoksinya.

4.3.3 Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana/peralatan dalam PKRS

Tabel 4.6 Matriks pernyataan informan tentang Ketersediaan Sarana/Pralatan dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Informan Pernyataan

(29)

sebagainya. Kondisinya saat ini masih bisa di bilang baik, masi bisa di gunakan.

2 Untuk fasilitas, sejauh ini sudah lengkap ya di masing-masing ruangan. Selain di masing-masing ruangan, taman juga kita manfaatkan dengan pembuatan banner yang berisi pesan-pesan singkat di dalamnya. Selain itu juga, rumah sakit sudah mempunyai ruangan khusus untuk kegiatan promkes yaitu ruang 1 dan ruang 2. Kondisi peralatan sejauh ini masi cukup bagus/baik.

3 Untuk ketersediaan fasilitas saya rasa sudah bisa dikatakan lengkap. Misalnya televisi sudah disediakan di ruang tunggu, selain itu juga microfone, laptop, LCD juga sudah disediakan pihak rumah sakit, dan juga dapat dilihat poster-poster, spanduk, banner kan sudah banyak terdapat di setiap ruang di rumah sakit ini. Kondisi peralatan dan prasarananya masik baik.

4 Ya sudah ada, peralatannya sperti laptop, LCD, dan juga sperti poster-poster dan spanduk yang sudah terlihat di setiap ruangan juga sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Kondisinya saat ini masi cukup baik.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap informan menyatakan bahwa

saat ini rumah sakit telah mempunyai fasilitas dalam mendukung pelaksanaan

(30)

4.4 Pelaksanaan (DO)

4.4.1 Pernyataan Informan tentang kesesuaian uraian kerja dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Tabel 4.7 Matriks pernyataan informan tentang kesesuaian uraian kerja dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Informan Pernyataan

1 Dulunya rumah sakit telah mempunyai instalasi khusus untuk promosi kesehatan yaitu PKMRS pada tahun 2003. Namun saat ini instalasi tersebut sudah tidak aktif lagi. Meskipun demikian promosi kesehatan tetap dilaksanakan dan diserahkan kemasing-masing instalasi dan itu juga ada uraian tugas dari masing-masing tiap instalasi. Untuk kegiatan konseling dilakukan oleh mahasiswa yang sedang praktek dirumah sakit ini. Mereka akan berkeliling dengan menggunakan mikrofon. Rumah sakit juga kadang melakukan kegiataan penyuluhan ke sekolah-sekolah sekitar rumah sakit, ke perusahaan-perusahaan juga.

2 Seperti kita tahu kalau promosi kesehatan itu sangat penting tidak hanya untuk pasien namun juga untuk masyarakat dan staf. Oleh karena itu promosi kesehatan termasuk dalam uraian kerja yang wajib dilaksanakan. Pihak rumah sakit juga mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan rumah sakit. Tapi sebelumnya kami menentukan terlebih dahulu promosi yang seperti apa dan waktunya pelaksanaannya kapan dan dimana. 3 Promosi kesehatan sudah dilakukan ya sesuai uraian kerja yang

telah ada, seperti halnya pemberian informasi tentang keadaan pasien kan sudah termasuk dalam promosi kesehatan. Sudah banyak juga kan poster-poster dan lain sebagainya yang terdapat di rumah sakit yang berisi pesan-pesan singkat kesehatan.

(31)

penyuluhan ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan rumah sakit. Tapi sebelumnya kami menentukan terlebih dahulu promosi yang seperti apa dan waktunya pelaksanaannya kapan dan dimana.

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa informan menyatakan

bahwa promosi kesehatan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan uraian kerja

yang telah ada. Meskipun belum terdapat uraian kerja khususnya promosi

kesehatan namun dalam uraian kerja umum di dalamnya sudah terdapat ketetapan

bahwa upaya promosi kesehatan harus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab

rumah sakit dalam melakukan tugasnya sebagai penyedia pelayanan.

4.4.2 Pernyataan informan tentang Kinerja SDM dalam Pelaksanaan PKRS

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Kinerja SDM dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Informan Pernyataan

1 Sebelum melakukan promosi kesehatan kita melihat situasi terlebih dahulu supaya bisa disesuaikan dengan kebutuhan, dilihat waktu pelaksanaannya. Setiap SDM nya akan berkoordinasi dengan masing-masing instalasi yang sesuai dengan kebutuhan promosi kesehatan saat itu juga. Kalau soal kendala yang mereka hadapi mungkin sifat pasien yang kurang peduli dengan promkes ini ya. 2 SDM yang sudah ditunjuk akan berkoordinasi dengan instalasi yang

sesuai dengan bahasan promosi kesehatan yang akan dilaksanakan. Kendalanya mungkin sasaran promkes yang kurang memperhatikan setiap upaya promosi kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit. 3 Biasanya kami disesuaikan terlebih dahulu dengan kebutuhan

(32)

akan digunakan. Yang biasa kami lakukan masih hanya sebatas penyuluhan dan juga pemberitahuan informasi tentang status kesehatan pasien. Dari informasi itu mereka akan mengetahui bagaimana mereka akan menjaga kesehatannya. Yang mengadakan konseling dilakukan oleh mahasiswa yang sedang praktek di rumah sakit ini. Kalau soal kendala atau hambatan yang dialami pasti ada ya, misalnya pasien kadang susah untuk diajak berinteraksi, mungkin dalam pikiran mereka, mereka datang ke rumah sakit hanya sekedar berobat saja dan yang penting sembuh.

4 Sebelum melakukan promosi kesehatan kita melihat situasi terlebih dahulu supaya bisa disesuaikan dengan kebutuhan, dilihat waktu pelaksanaannya. SDM yang sudah ditunjuk akan berkoordinasi dengan instalasi yang sesuai dengan bahasan promosi kesehatan yang akan dilaksanakan. Kendalanya mungkin sasaran promkes yang kurang memperhatikan setiap upaya promosi kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dalam melakukan kegiatan

promosi kesehatan sebelumnya di sesuaikan terlebih dahulu dengan kebutuhan

rumah sakit. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah penentuan topik

sehingga mempermudah dalam penyampaian informasi. Setiap SDM juga akan

melakukan koordinasi dengan masing-masing SDM instalasi yang akan

melakukan promosi kesehatan. Dari pernyataan diatas juga diperoleh bahwa

dalam melaksanakan promosi kesehatan terdapat kendala yaitu kurangnya

minat/perhatian dari masing-masing sasaran promkes dalam setiap upaya promkes

(33)

4.5 Penilaian (Check)

4.5.1 Pernyataan Informan tentang ketersediaan kebijakan tertulis tentang PKRS

Tabel 4.9 Matriks pernyataan informan ketersediaan kebijakan tertulis tentang Promosi Kesehatan Ruma Sakit

Informan Pernyataan

1. Menurut informan saat ini rumah sakit sudah memiliki kebijakan tertulis tentang Promosi kesehatan rumah sakit, tergantung jenis promosinya tentang apa dan siapa yang mengadakannya, masa berlakukanya kebijakannya sudah lama kira-kira 10 tahun yang lalu. 2. Menurut informan kebijakan itu sudah ada, biasanya kebijakanya itu

cenderung seperti pelayanan terhadap masyarakatnya, dan mulai berlakunya sudah sekitar 5 tahun yang lalu sampai skarang ini masi berjalan kebijakan tersebut.

3. Menurut informan kebijakan itu sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu namun pelaksanaanya masi kurang, biasanya kebijakan seperti pelayanan para petugas kepada masyarakat bagaimana sebaikany supaya masyarakat merasa puas dengan pelayanan kami. Mulai berlakunya kira-kira 5 tahun yang lalu.

4. Ada, kebijakan tentang promosi kesehatan itulah, bagaimana cara pengerjaannya dilapangan, apa’’ aja yang ingin di kerjakan di lapangan nanti. Sejak di mulainya program promosi kesehatan rumah sakit itu ( PKRS).

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebijakan tertulis tentang promosi

kesehatan rumah sakit itu ada, dan mulai berlakunya sekitar 5-10 tahun yang lalu,

kebijakan yang di keluarkan sesuai dengan kegiatan yang ingin dilaksanakan.

(34)

4.5.2 Pernyataan Informan tentang Penilaian terhadap Dana dalam Pelaksanaan PKRS

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Penilaian terhadap Dana dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Informan Pernyataan

1 Untuk dana yang ada untuk saat ini sudah cukup ya, kalaupun dananya kurang mencukupi kami mengadakan proposal kembali. Dan proposal itu juga selalu dijawab. Sebagai pertanggung jawaban penggunaan dana secara keseluruhan ka nada dalam bentuk laporan. 2 Kalau soal dana sudah cukup ya, karena setiap bahan yang akan

dicetak bisa selesai, itu artinya kan dananya sudah mencukupi. 3 Kalau dana, saya pikir sudah mencukupi ya, kalau tidak ada dana

kan, pasti setiap kegiatan ini tidak terlaksana.

4 Biasanya dananya slalu mencukupi, Karen sebelum kegiatan di laksanakan para petugas sudah mencari dana dengan mengajukan proposal ke direktur, perusahaan-perusaan,dan lainnya. Sejauh ini kami selalu tercukupi dananya.

(35)

4.6 Perbaikan (Act)

4.6.1 Pernyataan Informan tentang meningkatkan kapasitas tenaga pengelola PKRS

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan informan tentang meningkatkan kapasitas tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Informan Pernyataan

1 Dalam hal SDM, saya rasa perlu adanya tenaga khusus, supaya lebih kena dengan tujuan promosi kesehatan itu sendiri dan juga dengan adanya tenaga khusus diharapkan dapat membantu tenaga paramedis saat ini yang merangkap juga dalam pelaksanaan promkes.

2 Untuk tenaga pelaksana, saya pikir kami masih kekurangan tenaga. Karena kebanyakan masih langsung ditangani oleh dokter ataupun perawat di masing-masing instalasi. Memang seharusnya setiap SDM di rumah sakit ini diwajibkan untuk melakukan promkes, tapi kan waktu juga terbatas karena banyaknya pasien yang harus dilayani. Saya berharap adanya tenaga khusus untuk pelaksanaan promosi kesehatan ini sehingga lebih terarah pelaksanaan promkesnya.

3 Saya pikir untuk SDM, saya berharap adanya tenaga pelaksana khusus promosi kesehatan. Kalaupun tidak ada tenaga khusus, ya pelatihan khusus pun jadi.

4 Saya rasa perlu adanya tenaga khusus, supaya lebih kena dengan tujuan promosi kesehatan itu sendiri dan juga dengan adanya tenaga khusus diharapkan dapat membantu tenaga paramedis saat ini yang merangkap juga dalam pelaksanaan promkes.

(36)

supaya tidak merangkap sebagai pelaksana promkes sehingga tujan promkes itu sendiri bisa tepat sasaran dan tujuannya.

4.6.2 Pernyataan informan tentang Perbaikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS

Tabel 4.12 Matriks perntayaan informan tentang perbaikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Informasi Pernyataan

1 Saya pikir untuk saat ini setiap pelaksanaan promosi kesehatan sudah sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun. Untuk melihat bagaimana pelaksanaannya, sudah terdapat kotak saran di masing-masing instalasi. Pasien juga diarahkan untuk melakukan penilaian terhadap pelayanan yang mereka terima. Biasanya dilakukan tiga atau empat kali dalam 1 tahun.

2 Sampai saat ini tahap perbaikan sudah terlaksana. Untuk kesesuaian antara kinerja dengan uraian kerja yang kami lakukan dengan membuat kotak saran di masing-masing instalasi. Ada juga dalam bentuk contack person yang langsung terhubung ke operator dan ada juga dalam bentuk fax mail. Nantinya setiap saran yang sudah terkumpul akan dievaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Biasanya tiga sampai 4 kali dalam satu tahun.

3 Kita lihat dari saran-saran yang masuk, kita lihat penilaian setiap penilai untuk lebih mengetahui apa-apa saja yang perlu diperbaiki. Pelaksanaannya biasanya tidak menentu, Karena tergantung ada apa tidak sponsor yang datang.

(37)
(38)

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini

akan dibahas mengenai hasil penelitian bab tersebut. Penelitan ini akan

menggambarkan pelaksanaan kebijakan PKRS di RSUD Dr. Pirngadi Medan

dengan beracuan pada Permenkes No. 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis

Promosi Kesehatan. Dengan menggunakan kerangka pikir PDCA (Plan- Do-

Check- Act) atau Perencanaan- Pelaksanaan- Evaluasi- Perbaikan, Penelitian ini

menganalisis sejauh mana pelaksanaan program promosi kesehatan telah

dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Saat ini untuk penanggung jawab promosi kesehatan rumah sakit Dr.

Pirngadi Medan adalah Sub bagian Hukum/Humas. Sub bagian ini akan

berkoordinasi dengan instalasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Dulunya

rumah sakit Dr. Pirngadi telah mempunyai instalasi khusus dalam pelaksanann

PKRS yaitu Instalasi PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit),

namun saat ini instalasi tersebut tidak aktif lagi sehingga kegiatan tersebut

diberikan kepada Sub bagian Hukum/ Humas.

5.1 Perencanaan (Plan) PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan

5.1.1 Ketersediaan Struktur Organisasi PKRS

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian

(39)

kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di inginkan.

Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan

antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi

dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan

wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa

yang akan di kerjakan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saat ini RSUD Dr. Pirngadi

masih baru membentuk instalasi PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah

Sakit) dan struktur organisasinya belum dibuat surat keputusannya oleh Direktur

rumah sakit. Saat ini RSUD Dr. Pirngadi masih menggunakan struktur organisasi

fungsional. Ketidak tersediaan struktur organisasi khhusus promkes, saat ini

pelaksanaan promkes belum terlaksana secara maksimal karena tidak adanya

koordinasi khusus PKRS. Untuk kinerja saat ini, masih menggunakan tupoksi

masing-masing instalasi yang di dalamnya mengharuskan untuk melakukan

promkes di rumah sakit.

Pelaksanaan PKM- RS di jawa timur (dr. Soehardjo MPH), dengan

diterbitkannya SK Direktur rumah sakit tentang struktur organisasi dari PKMRS,

maka landasan kerja dari PKMRS sudah mantap dan di harapkan fungsi dari

penyuluhan di masing- masing unit/ ruangan berjalan dengan lancar sesuai dengan

(40)

5.1.2 Ketersediaan SDM PKRS

Perencanaan SDM adalah suatu proses sistematis yang digunakan untuk

memprediksi permintaan dan penyediaan SDM di masa datang. Melalui program

perencanaan SDM yang sistematis dapat diperkirakan jumlah dan jenis tenaga

kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga dapat membantu

bagian SDM dalam perencanaan rekrutmen, seleksi, serta pendidikan dan

pelatihan (Rachmawati, 2008).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa, meskipun struktur organisasi belum

terdapat SK oleh Direktur, namun promkes itu sendiri tetap dilaksanakan. Terkait

ketersediaan SDM, dalam pelaksanan promkes belum terdapat SDM khusus,

pelaksanaanya masih menggunakan SDM masing- masing instalasi. Dalam

menentukan SDM dilakukan oleh kepala instalasi, kadang juga dilakukan oleh

Wakil Direktur bagian SDM dan juga oleh kasubag Humas.

5.1.3 Ketersediaan Fasilitas

Dalam pelaksanaan upaya promosi kesehatan rumah sakit tentunya tidak

akan bisa terlaksana dengan baik jika tidak disertai sarana dan prasaran yang bisa

mendukung keberhasilan dari upaya tersebut. Willan (1998) menyatakan bahwa

dibutuhkan peralatan yang digunakan untuk tujuan efesiensi melalui pengurangan

kesulitan kerja dan waktu. Sarana dan Prasarana tersebut yang disediakan

sebaiknya nyaman untuk digunakan serta memiliki jangka waktu penggunaan,

(41)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa saat ini

pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan telah mempunyai fasilitas yang memadai untuk

pelaksanaan PKRS. Fasilitas tersebut berupa media cetak maupun media

elektronik yang masing-masing penempatannya dapat dijangkau oleh seluruh

warga rumah sakit. RSUD Dr. Pirngadi Medan juga telah mempunyai ruangan

khusus dalam pelaksanaan PKRS. Di ruang khusus ini nantinya pelaksanan

prommkes secara berkelompok dilakukan. Namun dari segi kuantitas, jumlah

fasilitas tersebut kurang memadai, hal ini terlihat dari seperti terdapatnya televisi

di ruang tunggu di beberapa poliklinik, pemanfaatan seluruh bagian taman rumah

sakit belum sepenuhnya.

5.2 Pelaksanaan (Do) PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan

5.2.1 Kesesuaian Uraian Kerja dengan Pelaksanann PKRS

Uraian pekerjaan (job description) adalah pernyataan tertulis yang

menjelaskan tanggung jawab dan kualifikasi untuk pekerjaan tertentu,

berdasarkan analisis pekerjaan. Uraian pekerjaan biasanya meliputi tugas-tugas,

gambaran posisi dan kepada siapa karyawan melapor.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saat ini uraian kerja yang

dipergunakan adalah uraian kerja yang secara umum dan di dalamnya terdapat

keharusan untuk melakukan kegiatan promkes oleh masing- masing petugas.

Meskipun saat ini struktur organisasi belum dibuat SKnya oleh Direktur, namun

pihak rumah sakit telah menyadari kewajibannya untuk melakukan kegiatan

(42)

5.2.2 Kinerja SDM PKRS

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dalam

melakukan kegiatan promosi kesehatan sebelumnya disesuaikan terlebih dahulu

dengan kebutuhan rumah sakit. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah

penentuan topik sehingga mempermudah dalam penyampaian informasi. Dalam

melaksanakan promosi kesehatan terdapat kendala yaitu kurangnya minat/

perhatian dari masing- masing sasaran promkes dalam setiap upaya promkes yang

dilakukan oleh pihak rumah sakit.

Konsultasi seyogianya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak

tertutup kemungkinan dilakukannya konsultasi secara berkelompok (5-6 pasien

sekaligus), jika keadaan mengijinkan. Jika demikian, maka ruang konsultasi ini

sebaiknya cukup luas untuk menampung 6-7 orang. Konsultasi yang dilakukan di

RSUD Dr. Pirngadi masih secara individual. Hal ini diperoleh dari pernyataan

keluarga pasien poliklinik jantung, pada saat menjalani pengobatan, petugas

menanyakan kondisi pasien dan pada saat itu juga petugas memberikan konseling

kepada pasien tersebut, jika pasien kurang paham dengan informasi yang dia

terima, petugas bersedia untuk mengulang kembali informasi tersebut.

Dalam upaya konseling, rumah sakit Pirngadi memperdayakan mahasiswa

yang sedang magang di rumah sakit tersebut. Konseling itu dilakukan sebulan

sekali dengan cara mereka berkeliling menggunakan microfone. PKRS dalam

pelayanan penunjang medic bagi pasien, seperti di pelayanan obat/ apotik

(43)

sedang mengambil obat dengan menjelaskan cara konsumsi obat dan efek

sampingnya. Pada saat pasien akan pulang, petugas akan menyarankan untuk tetap

menjaga kesehatannya dan rutin untuk minum obat supaya mempercepat proses

penyembuhan penyakitnya.

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa kawasan luar rumah sakit sudah

di manfaatkan. Hal ini terlihat dari pemanfaatan taman yang ada di sekitar rumah

sakit. Taman rumah sakit sudah tampak ditata rapi dengan menanam tanaman-

tanaman hias yang memperindah halaman rumah sakit. Di taman juga sudah

terdapat media seperti banner yang berisi pesan-pesan singkat tentang kesehatan.

Pada waktu- waktu tertentu seperti Hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1

Desember, juga dilakukan pembuatan spanduk sebagai wujud partisipasi rumah

sakit dalam pencegahan HIV AIDS. Untuk kegiatan PKRS di luar, rumah sakit

juga mengadakan promosi kesehatan seperti ke sekolah- sekolah yang berada

dekat dengan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan

kesadaran anak-anak sekolah tentang pentingnya kesehatan. Dengan adanya

kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan

kualitas pelayanan kesehatan.

5.3 Penilaian (chek ) dalam PKRS

5.3.1 Penilaian terhadap Dana Pelaksanann PKRS

Untuk dana yang ada untuk saat ini sudah mencukupi, jika terjadi

(44)

Penggunaan dana tersebut juga akan dibuat laporan pertanggung jawabannya

sehingga jelas bagaimana penganggaran dana tersebut.

5.4 Perbaikan (Act) dalam PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan

5.4.1 Perbaikan kenerja SDM PKRS

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa saat ini belum terdapat SDM

khusus pelaksanaan PKRS. Hal ini terlihat dari pernyataan semua informan

mengharapkan adanya tenaga khusus dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Hal

ini diharapkan supaya kegiatan promosi kesehatan lebih terorganisir dan juga

dapat membantu tenaga paramedic supaya tidak merangkap sebagai pelaksana

promkes sehingga tujuan promkes itu sendiri bisa tepat sasaran dan tujuannya.

5.4.2 Perbaikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa rumah sakit

Pirngadi Medan sudah melakukan promosi kesehatan. Hal ini terlihat dari

pernyataan- pernyataan informan yaitu pelaksanaan promosi kesehatan sudah

sesuai dengan uraian tugas yang telah disusun. Sampai saat ini tahap perbaikan

sudah terlaksana, dengan membuat kotak saran di masing- masing instalasi, juga

dalam bentuk contack person yang langsung terhubung ke operator dan ada juga

dalam bentuk fax mail. Nantinya setiap saran yang sudah terkumpul akan

dievaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Pihak rumah sakit telah melaksanakan

(45)

dilakukan setiap bulannya sehingga dapat mengetahui setiap hambatan- hambatan

yang dijumpai atau dialami selama pelaksanaan promosi kesehatan.

Saat ini, RSUD juga telah mempunyai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.

Namun hal ini ditemui beberepa hambatan/ permasalahan dalam penerapan KTR.

Hal ini terlihat dari masih banyaknya perokok yang tidak mematuhi kebijakan

tersebut, tidak hanya pengunjung rumah sakit bahkan beberapa petugas tampak

merokok di area rumah sakit. Puntung rokok juga masih di buang sembarangan.

Pada dasarnya kawasan parker masih merupakan area rumah sakit dan termasuk

Kawasan Tanpa Rokok, namun banyak yang memanfaatkan area ini untuk tempat

merokok. Hal ini juga di pengaruhi dengan mudahnya memperoleh rokok di

(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, perencanaan PKRS RSUD Dr. Pirngadi masih

belum baik. Hal tersebut dapat terlihat dari :

a. Belum terdapatnya struktur organisasi khusus PKRS.

b. Kegiatan PKRS dalam ruangan seringkali diabaikan karena belum

adanya uraian kerja khusus yang mengharuskan setiap petugas untuk

melakukan tindakan PKRS.

c. Tidak terdapat tenaga khusus promosi kesehatan yaitu tenaga

Kesehatan yang terlatih dan terampil.

d. Jumlah sarana dan prasarana PKRS RSUD Dr. Pirngadi Medan

telah memenuhi dalam variasi namun dari segi kuantitas jumlahnya

masih kurang.

2. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan PKRS RSUD Dr. Pirngadi

masih belum baik. Hal tersebut dapat terlihat dari :

a. Konsultasi yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi masih secara

individual.

b. Pemanfaatan Ruang tunggu belum bisa terlaksana karena tidak

(47)

c. Keseluruhan kegiatan pendokumentasian tidak langsung dilakukan

pada saat selesai pelaksanaan PKRS.

3. Berdasarkan hasil penelitian, penilaian PKRS RSUD Dr. Pirngadi masih

Belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari :

a. Kegiatan penilaian yang dilakukan masih kurang terlaksana karena

Tidak melibatkan keseluruhan warga masyarakat seperti pasien

b. Kinerja petugas dalam pelaksanaan PKRS sudah sesuai dengan

Rencana kerja meskipun belum secara maksimal.

c. Banyaknya fasilitas PKRS yang kurang terjaga disebabkan

kurangnya perhatian dalam menjaga dan memelihara fasilitas

tersebut.

4. Berdasarkan hasil penelitian, perbaikan PKRS RSUD Dr. Pirngadi masih

belum baik. Hal tersebut dapat terlihat dari:

a. Sampai saat ini, pelaksana PKRS masih para petugas, tidak ada

Tenaga khusus promosi kesehatan sehingga menghambat tidak

dilaksanakannya PKRS tersebut.

(48)

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada Direktur agar mengadakan struktur organisasi

khusus promosi kesehatan sehingga dalam pelaksanaannya dapat

berjalan secara maksimal.

2. Diharapkan adanya tenaga khusus promosi kesehatan dan juga

pelatihan khusus bagi SDM yang ada saat ini, hal ini diharapkan

supaya PKRS bisa di tangani oleh orang-orang yang mempunyai

keahlian/ keterampilan dalam bidang promkes yang di imbangi dengan

penambahan jumlah sarana dan prasarana terkait PKRS.

3. Terkait PKRS yang bersifat umum seperti Kawasan Tanpa Rokok

(KTR) dibutuhkan penambahanbrosur atau poster-poster supaya lebih

menarik perhatian setiap warga rumah sakit supaya secara perlahan

kebijakan tersebut dapat terealisasi dengan baik.

4. Diharapkan untuk meningkatkan pemanfaatan ruang tunggu bagi

setiap petugas untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan.

5. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk lebih memperhatikan

setiap fasilitas penyampaian pesan yang ada saat ini dan juga lebih

(49)

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang

individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon

ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif

(melakukan tindakan) (Sarwono, 2004).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbiacara,

bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas

organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

(Notoatmodjo, 2007).

Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor

keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku

makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan

(50)

2.1.2. Bentuk-Bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas. Bloom (1908) dalam Notoatmadjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan

membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif

(cognitive domain), ranah efektif (affective domain) dan ranah psikomotor

(psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai

batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan

tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku

tersebut yang terdiri dari :

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledg).

2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan ynag diberikan

(attitude).

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior) :

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat

(51)

bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus

yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan,

atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri

seseorang dan di pengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang.

Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,

maupun nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.

Faktor internal yang membentuk sesorang merespon stimulus dari luar dapat

berupa perhatian, pengamatan,persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang

memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena

dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada

(Notoatmodjo, 2007).

Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang

melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku

yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.Becker (1979),

(52)

2.1.3. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatau respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.

(Notoatmodjo 2007).

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang

perilaku kesehatan yang terdiri dari :

1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yanng mencakup

antara lain:

a. Makanan dan menu seimbang (appropriate diet)

b. Olahraga teratur

c. Tidak merokok

d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

e. Istirahat yang cukup

f. Mengendalikan stres

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak

berganti-ganti pasangan seks.

(53)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit,

dan sebagainya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sabagai orang sakit, yang

harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (the sick role) yang

meliputi:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit

yang layak.

c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan

kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan

penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak

menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pen

getahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan contoh

(acuan) dari pada tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terutama petugas

kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku

(54)

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), membedakannya dalam

determinan masalah kesehatan yakni behavioral cause (faktor perilaku) dan non

behavioral causes (faktor non perilaku) dan bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan

oleh 3 faktor utama yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan kemampuan,

hal ini menyakut motivasi seseorang individu atau kelompok untuk bertindak

dalam domain psikologi, ini termasuk dalam domain kognitif dan efektif yaitu

mengetahui, merasakan, mempercayai, menilai dan memiliki kepercayaan diri

atau rasa mujarab, dapat dikatakan bahwa faktor predisposisi sebagai motivasi,

hasrat atau pilihan pada individu atau kelompok yang dapat membawa kepada

tindakan yang spesifik.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang dimaksud

oleh faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor).

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

(55)

tokoh masyrakat (toma) sikap dan perilaku para petugas termasuk para petugas

termasuk para petugas kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2003) termasuk juga disini adalah undang-undang,

peraturan-peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh

(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terutama petugas

kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku

tersebut.

2.1.5. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentukanya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima

(56)

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadinya perubahan aspek fisik dan

psikologi (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir seseorang semakin

matang dan dewasa.

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari

dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin

saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat

menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahun yang baru.

2.1.6. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

(57)

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (Thougts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan

pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk

bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta sumberdaya yang

tersedia.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personnal references) merupakan faktor

penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada

pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap

positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan

kebutuhan dari pada individu tersebut.

2.1.7. Tindakan (Practice)

Sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terbentukanya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain

(58)

Tingkatan-tingkatan praktik/tindakan adalah :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan

sesuatu sesuai urutan yang benar.

3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktis yang sudah berkembang

dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

2.2Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Promosi kesehatan menurut Glosari WHO (2014) merupakan tindakan yang

dilakukan bukan hanya untuk mencegah terjadinya penyakit seperti pengurangan

factor resiko, tetapi juga mencegah perkembangan dan mengurangi konsekuensi

ketika terkena penyakit. Mengacuh pada surat keterangan Menteri Kesehatan

No.1114/Menkes/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan Promkes di daerah,

pengertian promkes itu sendiri dapat di simpulkan sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai social budaya setempat dan

(59)

2.3.Defenisi Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung

penyelengaraan upaya kesehatan. Penyelengagaraanpelayanan kesehaan dirumah

sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang snagat kompleks.

2.3.1. Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatiahan sumber daya menusia dalam rangka

(60)

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapsiran teknologi bidang

ksehatan dalam rangka peningkatan palayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3.2. Perumahsakitan Di Indonesia

Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari

kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna

menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah

suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (Charitable), untuk merawat pengungsi

atau memberikan pendidikakn bagi orang-orang yang beruntung atau miskin, berusia

lanjut, cacat, atau para pemuda.

Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan munculnya rumah sakit-

rumah sakit milik misi keagamaan yang pelayanannya bersifat kedermawanan.

Selanjutnya, muncul rumah sakit-rumah sakit milik perusahaan yang dibangun

khusus untuk melayani karyawan perusahaan (misalnya perkebunan, pertambangan,

dan lain-lain). Setelah itu, muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari praktek

pribadi dokter, atau kadang-kadang juga praktek pribadi bidan, yang mula-mula

berkembang menjadi klinik. Beberapa dasawarsa terakhir, muncul la rumah

sakit-rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.

Setelah kemerdekaan, perumah skaitan di Indonesia berkembang pesat

sehingga muncul berbagai rumah sakit, baik milik swasta maupum milik pemrintah.

Berdasarkan undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang kesehatan, jenis rumah skait

(61)

Berdasarkan jenis pelayanan ynag diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam

rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

1. Rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

2. Rumah sakit khusus merupakan rumah sakit yang memberikan pelayaan utama

pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainya.

Berdasarkan pengelolaan rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik

dan rumah sakit privat.

1. Rumah sakit publik merupakan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah,

pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

2. Rumah sakit privat merupakan rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan provit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Rumah sakit tidak bolah dipandang sebagai suatu identitas yang terpisah dan

berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Rumah sakit adalah bagian dari system

kesehatan dan perannya yang mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui

penyediaaan fasilitas rujukkan dan mekanisme bantuan.

2.4. Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Promosi kesehatan rumah sakit merupakan upaya rumah sakit dengan tujuan

untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyrakat

agar dapat mandiri dalam rangka mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya,

(62)

mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyrakat melalui pembelajaran

diri, oleh, untuk dan bersama yang sesuai dengan sosial-budaya serta didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Pengetahuan merupakan modal utama

bagi tenaga dirumah sakit dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang salah

satunya yaitu melakukan promosi kesehatan di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan

tujuan program promosi kesehatan di rumah sakit adalah untuk melakukan proses

reorientasi pelayanan kesehatan yang fokus kepada pelayanan pengobatan menuju

pelayanan yang menyeluruh.

2.5. Peluang Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Menurut peraturan Mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 tahun

2012 Tentang Petunjuk Teknisi Promosi Kesehatan Rumah Sakit, banyak sekali

tersedia peluang untuk melaksakan promosi kesehatan dirumah sakit. Secara umum

peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Di dalam gedung

Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan

yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam

gedung, terdapat peluang-peluang:

1. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu diruang di mana pasien/klien harus

melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit.

2. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-polikllinik

seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata,

(63)

3. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat

darurat, rawat intensif, dan rawat inap.

4. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yaitu terutama di

pelayanan obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.

5. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,

konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan (chek up), konseling kesehatan

jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.

6. PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap

harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah

sakit.

b. Di luar gedung

Kawasana luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal

untuk PKRS, yaitu:

1. PKRS ditempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/ gedung

parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung

parkir.

2. PKRS di taman rumah sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/

sekitar maupun di dalam/ halaman dalam rumah sakit.

3. PKRS di dinding luar rumah sakit.

4. PKRS di tempat-tempat umum di lingkungan rumah sakit misalnya tempat ibadah

yang tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan dikantin/

(64)

5. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.

2.6. Pendukung Dalam Pelaksanaan PKRS

Dalam terwujudnya sebuah promosi kesehatan oleh rumah sakit yang berhasil,

menurut buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan PKRS dibutuhkan aspek

pendukung yang berupa :

1. Metode dan Media

Pada prinsipnya metode yang digunakan adalah komunikasi. Diperlukan

pemilihan metode yang cermat dengan mempertimbangkan kemasan informasinya,

keadaan penerima informasinya (termasuk kemampuan baca tulis dan social

budayanya) dan kondisi ruang serta waktu. Kesemua faktor harus mendapat

pertimbangan yang matang sebelum upaya promosi kesehatan dilaksanakan.

2. Sumber Daya yang memadai

Sumber daya yang paling utama dalam penyelenggaraan PKRS adalah tenaga

(Sumber Daya Manusia atau SDM), baru kemudian sarana dan prasarana termasuk

media komunikasi dan dana/ anggaran.

Sumber daya manusia utama yang dibutuhkan dalam PKRS ini meliputi

semua petugas rumah sakit yang melayani pasien/klien (dokter,perawat, bidan dan

lain-lain), dan tenaga khusus promosi kesehatan (pejabat fungsional penyuluh

kesehatan masyarakat).

Sebelum melaksanakan PKRS sebaikanya semua sumber daya manusia yang

ada diberikan keterampilan dasar secara khusus seperti pengetahuan dan keterampilan

(65)

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa tenaga khusus

promosi kesehatan untuk Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

1. S1 kesehatan/ Kesehatan Masyarakat sebanyak 1 orang untuk membantu petugas

Rumah Sakit lain merancang pemberdayaan.

2. D3 kesehatan ditambah minat dan bakat di bidang promosi kesehatan sebanyak 2

orang untuk membantu/ memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana

dan advokasi.

Sedangkan untuk standar sarana/ peralatan PKRS dibutuhkan :

1. Over Head Projector (OHP)

2. Amplifer & wireless microphone

3. Layar yang dapat dugulung

4. Kamera foto

5. Cassette rocorder / player

6. TV disetiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan

7. VCD / DVD playerdi tiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan

8. Computer dan printer

9. Laptop & LCD projector untuk prensentasi

2.7. Strategi

Strategi yang dipakai saat ini adalah :

1. Memanfaatkan forum koordinasi baik lintas sektor maupun lintas program.

2. Menetapkan wadah koordinasi PKRS dalam struktur Organisasi Rumah Sakit.

(66)

4. Mengupayakan dana untuk pembangunan program.

5. Menyusun tugas, wewenang dan tanggung jawab pengelola Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKRS)

6. Menyusun pedoman / petunjuk pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Rumah Sakit (PKRS)

2.8. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes, 2010 yang menjadi standar Rumah Sakit Promotor

Kesehatan (Health Promoting Hospital) adalah sebagai berikut :

1. Standar 1 kebijakan manajement

Organisasi Rumah Sakit harus memiliki kebijakan tertulis mengenai promosi

kesehatan. Kebijakan ini diimplementasikan sebagai bagian dari peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan masyarakat Rumah sakit secara keseluruhan.

Tujuan :

Adanya dukungan kebijakan untuk pelaksanaan PKRS sebagai bagian

integral peningkatan kualitas manajemen organisasi.

Variable PKRS :

1. Rumah sakit memiliki kebijakan tertulis tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

2. Rumah sakit membentuk unit kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

3. Rumah sakit memiliki tenaga pengelola Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

4. Rumah sakit memiliki alokasi anggaran unutk pelaksanaan Promosi Kesehatan

(67)

5. Rumah sakit memiliki perencanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit secara

berkala.

6. Rumah sakit memiliki sarana/peralatan untuk pelaksanaan Promosi Kesehatan

Rumah Sakit.

7. Rumah sakit mensosialisasikan Promosi Kesehatan Rumah Sakit di seluruh

jajaran Rumah Sakit.

8. Rumah sakit meningkatkan kapasitas tenaga pengelola Promosi Kesehatan

Rumah Sakit.

9. Rumah sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit.

2. Standar 2 Kajian Kebutuhan Masyarakat Rumah Sakit

Rumah sakit melakukan kajian tentang kebutuhan Promosi Kesehatan untuk

pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah sakit.

Tujuan :

Diperolehnya gambaran tentang informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga

pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar rumah sakit sebagai dasar pelaksanaan

Promosi Kesehatan.

3. Standar 3 Pemberdayaan Masyarakat Rumah Sakit

Rumah sakit menjamin adanya pemberdayaan masyarakat Rumah sakit

melalui kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah sakit.

(68)

Meningkatnya daya dan peran serta masyarakat rumah sakit dalam mencegah

dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.

4. Standar 4 Tempat Kerja yang Aman, Bersih dan Sehat.

Rumah sakit menjamin tempat kerja yang aman, bersih dan sehat. Oleh karena

itu Rumah sakit memastikan upaya-upaya yang menyangkut kebersihan dan

kelengkapan sarana prasarana yang ada untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS).

Tujuan :

Terwujudnya tempat kerja yang aman, bersih dan sehat bagi masyarakat rumah sakit.

5. Standart 5 Kemitraan

Rumah sakit menggalang kemitraan dengan sektor lain, dunia usaha dan

swasta lainnya dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS baik di dalam maupun

diluar gedung.

Tujuan :

Terjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk optimalisasi pelaksaan kegiatan

PKRS.

2.9. Landasan Teori Teori W. Edwards Deming

Model ini menggambarkan kerangka kerja bagi perbaikan sebuah proses atau

sistem. Model ini dapat digunakan pula sebagai pedoman dalam perbaikan suatu

kegiatan atau untuk mengembangkan sebuah proyek khusus dalam rangka perbaikan

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang ketersediaan Unit Kerja Promosi Kesehatan
Tabel 4.10
Tabel 4.11
+3

Referensi

Dokumen terkait

SITTI UMAYA, D1613094, HUMAS, AKTIVITAS MARKETING PUBLIC RELATIONS TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA, 2016. Latar

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir berjudul “ Peran Public Relation dalam Tim PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) Rumah Sakit PK U Muhammadiyah

Salah satu upaya yang dilakukan untuk pemberian pelayanan kepada pasien adalah melalui Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) agar pasien dan keluarga

Probing : - apakah ada upaya evaluasi yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja

Seluruh petugas Rumah Sakit yang melayani pasien dan tenaga khusus promosi kesehatan.. Kapan menurut saudara saat yang tepat dalam melaksanakan

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

pelayanan promosi kesehatan rumah sakit di kota Medan adalah Rumah Sakit Umum. Pusat H Adam

Berdasarkan hasil wawancara mengenai cakupan PKRS diketahui bahwa seluruh bagian rumah sakit sudah dilibatkan dalam kegiatan PKRS.. Jumlah Pasien / Klien Terlayani