• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (Pkrs) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (Pkrs) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini, pembangunan kesehatan semakin ditingkatkan untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sektor kesehatan

dituntut untuk melakukan perbaikan dan peningkatan profesionalitas pelayanan

kesehatan dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut,

pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis

sesuai pentahapannya (Depkes RI,2009).

Rumah sakit sebagai Unit Kesehatan Perorangan (UKP) strata kedua

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan. Keberhasilan rumah sakit dalam

menyediakan pelayanan yang holistik yang terdiri dari pelayanan peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitatif) merupakan salah satu faktor pendukung penting dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat yang menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Namun, pada prakteknya rumah sakit lebih menekankan

pelayanan penyembuhan dan pemulihan dan seringkali mengesampingkan upaya

(2)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprakarsai Jaringan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit dengan tujuan untuk reorientasi institusi perawatan kesehatan

untuk mengintegrasikan promosi kesehatan dan pendidikan, pencegahan penyakit dan

pelayanan rehabilitasi dalam perawatan kuratif. Banyak kegiatan telah dilakukan dan

lebih dari 700 rumah sakit di 25 negara Eropa dan di seluruh dunia telah bergabung

dengan jaringan WHO sejak pembentukan jaringan (WHO, 2004).

Promosi Kesehatan Rumah sakit sebenarnya telah diselenggarakan sejak tahun

1983 dengan nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah sakit (PKMRS).

Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 2003, istilah PKMRS diubah dengan

istilah PKRS. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk pengembangan PKRS seperti

penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur rumah

sakit pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan distribusi media serta

pengembangan model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan

Rumah Sakit Syamsuddin SH di Sukabumi. Namun demikian, pelaksanaan PKRS

dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan

kesinambungannya di rumah sakit tidak terjaga dengan baik, tergantung pada kuat

tidaknya komitmen pihak rumah sakit (Hakim, 2012).

Pada tahun 1990 konsep rumah sakit promotor kesehatan yang cukup

berkembang telah ditetapkan dalam kerangka kerja jaringan internasional lembaga

kesehatan dunia WHO. Pada tahun 1995 jaringan kerja tersebut diorganisir secara

nasional dan regional sebagai sub jaringan kerja di seluruh Eropa. Dalam kerangka

(3)

promosi kesehatan dikembangkan berdasarkan piagam Ottawa WHO mengenai

promosi kesehatan. Dalam piagam Ottawa, promosi kesehatan dalam rumah sakit

promotor kesehatan diartikan sebagai sebuah proses yang berkontribusi untuk

memampukan orang untuk meningkatkan kontrolnya terhadap kesehatan dan untuk

memperbaiki kesehatan. Perkembangan ini selanjutnya menghasilkan ratusan proyek

inovatif yang telah dilakukan di seluruh rumah sakit di Eropa, Australia, Kanada,

Mongolia, Thailand dan negara- negara lain di dunia (Sarma, 2008).

Menyadari pentingnya standar untuk promosi kesehatan di rumah sakit, WHO

sebagai sebuah lembaga kesehatan dunia menginisiasi terbentuknya kelompok kerja

yang terbentuk pada konfrensi promosi kesehatan rumah sakit ke 9 di Copenhagen

pada bulan Mei Tahun 2001. Sejak saat itu beberapa kelompok kerja dan jaringan

kerja beberapa negara bekerja mengembangkan sebuah standar rumah sakit promotor

kesehatan. Sebagai hasilnya lima standar inti yang dapat diaplikasikan pada semua

rumah sakit telah dikembangkan berdasarkan persyaratan internasional. Standar

pertama rumah sakit harus memiliki kebijakan tertulis untuk promosi kesehatan.

Standar kedua yaitu kewajiban untuk penilaian organisasi promosi kesehatan. Standar

ketiga menyatakan bahwa organisasi harus menyediakan informasi yang signifikan

tentang penyakit mereka atau kondisi kesehatan dan intervensi promosi kesehatan

harus dilakukan pada semua pasien. Standar keempat membangun kondisi untuk

pengembangan rumah sakit sebagai tempat kerja yang sehat. Standar kelima

penawaran dengan kontinuitas dan kerjasama, menuntut pendekatan direncanakan

(4)

tersebut telah di uji cobakan di 36 rumah sakit negara di Eropa dan telah dinilai

relevan dan mampu terlaksana (WHO, 2004).

Dalam perkembangan selanjutnya, Menteri Kesehatan Republik Indonesia

mengeluarkan keputusan Nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah yang mencakup pedoman umum tentang

pelaksanaan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit). Hal ini merupakan keputusan

penting yang dikeluarkan untuk memayungi kegiatan promosi kesehatan rumah sakit

sehingga wajib dilaksanakan di rumah sakit yang ada di Indonesia. Pada tahun 2012

disusun “Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit” sebagai penjabaran dari

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.

Sehubungan dengan telah dikembangkannya pendekatan rumah sakit proaktif

sejak 1997 dimana salah satu esensinya adalah Rumah Sakit Proaktif harus dapat

berfungsi sebagai Rumah Sakit Promotor Kesehatan (Health Promoting Hospital)

yang juga melaksanakan kegiatan promotif maupun preventif bagi kesehatan pasien,

staf rumah sakit dan masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan

organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang sehat. Gerakan menjadi Rumah Sakit

Promotor Kesehatan akan menghasilkan reorientasi pelayanan rumah sakit dimana

klien rumah sakit adalah pasien dan orang sehat (Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan

Rumah Sakit, 2012).

Promosi kesehatan di rumah sakit adalah sama dengan promosi kesehatan

(5)

masyarakat..

Salah satu rumah sakit yang telah mampu melaksanakan promosi kesehatan

rumah sakit adalah rumah sakit RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pelaksanaan program

PKMRS di rumah sakit ini dimulai pada tahun 1982. Dalam rangka pelaksanaan

Program PKMRS, RSUD Dr. Soetomo sebagai rumah sakit tipe A telah ditunjuk

sebagai rumah sakit pemanduan. Pengembangan program dilaksanakan berdasarkan

struktur organisasi dan tata laksana yang telah dilakukan. Pentahapan pengembangan

PKMRS pada UPF- UPF dilaksanakan berdasarkan pola yang sama pula untuk

mencakup semua provider di seluruh unit kerja.

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

Daerah. PKRS adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,

klien, dan kelompok- kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam

mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, dan mandiri dalam meningkatkan

kesehatan, mencegah masalah kesehatan, mengembangkan upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama

mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2005).

Dalam penelitian Sarma (2008), Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto

Mangunkusumo (RSCM) merupakan salah satu rumah sakit yang telah mampu

melaksanakan kegiatan PKRS. Tipologi aktivitas PKRS yang dilaksanakan di RSCM

adalah dengan mendelegasikan kegiatan promosi kesehatan kepada masing- masing

(6)

Dalam penelitian Hakim (2012), salah satu rumah sakit yang memiliki

pelayanan promosi kesehatan rumah sakit di kota Medan adalah Rumah Sakit Umum

Pusat H Adam Malik Medan. RSUP H Adam Malik tidak hanya berfokus pada

pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif saja, namun juga sudah

mengembangkan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif, dalam memberikan

upaya tersebut RSUP H Adam Malik memiliki satu unit kerja yang bertanggungjawab

dalam pelayanan promosi rumah sakit yaitu instalasi Penyuluh Kesehatan Masyarakat

Rumah Sakit (PKMRS). Tipologi aktivitas promosi kesehatan yang dilakukan adalah

dengan mendelegasikan kegiatan promosi kesehatan kepada masing- masing

Departemen/Instalasi/Unit Kerja.

Dalam penelitian Alhamda (2012), kegiatan promosi kesehatan di RSUD

Solok sudah mulai berjalan karena pada awal tahun 2008 RSUD Solok melakukan

proses persiapan penilaian akreditasi dua belas pelayanan dan dilanjutkan proses

peningkatan status rumah sakit tipe B pada awal tahun 2011. Saat penilaian

akreditasi, PKRS masih di bawah pengelolaan Kepala Seksi Perawatan, dengan nama

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) dikelola oleh Kasubsi

PKMRS. Selanjutnya untuk memenuhi penilaian akreditasi maka dibentuklah PKRS

dengan Kepala Subseksi PKMRS merangkap sebagai tenaga PKRS dengan disiplin

ilmunya Sarjana Kesehatan Masyarakat jurusan Promosi Kesehatan. Rumah sakit ini

juga telah menerapkan pelayanan dengan menempatkan tenaga customer service

untuk menyapa, menyambut, mengantarkan dan membantu para pengunjung baik

(7)

Solok, pihak manajemen rumah sakit memperbantukan dua tenaga konselor agama

dari provinsi yang dikontrak untuk membantu pelayanan.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang beralamat di Jl. Prof. HM

Yamin SH No. 47 Medan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota

Medan yang berstatus milik pemerintah Kota Medan. Rumah Sakit Umum Dr

Pirngadi Medan, lembaga ini berjalan dibidang pelayanan kesehatan dimana fungsi

lembaga pelayanan kesehatan, salah satunya rumah sakit, tidak hanya menyangkut

pelayanan medis dokter dan pelayanan kesehatan lainnya, tetapi juga yang

menyangkut pelayanan non medis guna memberikan pelayanan rumah sakit yang

memuaskan bagi masyarakat dibutuhkan pengelolaan organisasi yang baik dari pihak

rumah sakit.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan

promosi kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi sudah dilaksanakan terlihat

dari adanya media promosi kesehatan baik melalui media cetak seperti pemasangan

poster, spanduk, banner dan juga melalui media elektronik seperti televisi. Untuk

kegiatan konseling dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melakukan praktek di

rumah sakit tersebut. Kegiatan ini dilakukan dalam 1 bulan sekali. Namun promosi

pelaksanaan promosi kesehatan belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satunya

terlihat dari masih banyak yang merokok di area rumah sakit meskipun sudah ada

tulisan dilarang merokok. Petugas rumah sakit juga melakukan hal yang sama. Di

(8)

melakukan promosi kesehatan juga belum terlaksana karena televisi yang ada di

ruang tersebut belum digunakan untuk penyampaian pesan atau informasi kesehatan.

Promosi kesehatan di rumah sakit ini masih ditangani oleh Sub Bidang

Hukum/ Hubungan Masyarakat. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh bahwa

dulunya instalasi PKMRS sudah ada dan instalasi ini diadakan setelah Sub Bidang

Humas juga sudah ada yaitu pada tahun 2003. Namun karena adanya pembagian kerja

pada setiap instalasi mengakibatkan instalasi ini seolah- olah tidak digunakan lagi.

Promosi kesehatan pada prinsipnya masih dilakukan oleh Sub Bidang Hukum/

Hubungan Masyarakat dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga tentang

pasien yaitu ke perusahaan- perusahaan seperti pembuatan leaflet, baliho dan lain

sebagainya. Hal ini dilakukan dalam upaya advokasi dengan memberdayakan pasien

dan klien, rumah sakit yang membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain. Dalam

pelaksanaan promosi kesehatan, petugas atau SDM yang digunakan disesuaikan

dengan kebutuhan atau kegiatan yang akan dilakukan.

Dari uraian latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

bagaiman pelaksanaan program PKRS di RSUD Dr. Pirngadi dengan sesuai dengan

standar WHO terkait ketersediaan kebijakan, sumber daya, dokumentasi intervensi,

sarana prasaran, program evaluasi, dan penilaian pasien dengan menggunakan siklus

PDCA (Plan- Do- Check- Act).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Rumah

(9)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Program

PKRS di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan, dalam melaksanakan

promosi kesehatan.

2. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Ilmu Administrasi Kebijakan

Kesehatan.

3. Sebagai bahan referensi untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Promosi

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi siklus I yaitu melakukan pengamatan kepada peserta

Prakiraan energi listrik dan beban puncak per kabupaten

4.12.1 Relationship Marketing Berpengaruh Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Giant Hypermarket Maspion Square Ahmad Yani Surabaya .....

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan

Dengan diberikan teks lagu anak berkaitan dengan hidup rukun, siswa dapat membedakan panjang pendek bunyi pada lagu dengan benar.... Dengan diberikan teks lagu anak berkaitan

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN.. JL Sulaw

Dengan diberikan teks percakapan berkaitan dengan hidup rukun yang mengandung ungkapan, siswa dapat menirukan ungkapan dalam teks percakapan tersebut dengan

[r]