IMDQ"Il.1A 1dlHAT
lI"
r
Ke
pada
\
\. :::: ャセセ|@[Z セ Z ZZ[Z@ セセ@ セヲエセ@
|セセ [@
f
nderal Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa セ@ セ N@ Departemen Kesehatan R.I
Direktora
セ@
セ@ セ@ Tahun 2008
f
I
Catatan
SAMBUTAN
DIRJEN
BINA PELAYANAN MEDIK
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Keadaan geografis menyebabkan Indonesia menjadi kawasan yang rawan dan berpotensi mengalami bencana. Bencana yangterjadi dapat disebabkan karena alam seperti bencana gempa bumi, tsunami, kegagalan エ・セョッャッァゥ@ serta ulah manusia seperti konflik dengan kekerasan yang menyebabkan kerusuhan sosial dan krisis multi dimensa yang berkepanjangan.
I
I
I
Catalan Saya rnen gucapkan te rima kasih kepada WHO dan menyambut baik penerbitan buku kesehatan jiwa dalam kedaruratan bencana yang merupakan terjemahan dari buku U Mental Health in Emergencies" tentang" Mentaland Social Aspects of Health of Population Exposed to
r;
Extreme Stressors" dari WHO , dengan harapan buku ini dapat bermanfaat sebagai salah satu bahan pegangan petugas kesehatan dalam menangani bencana. Harapan kami dengan SDM kesehatan yang berkualitas dapat mendukung tercapainya Misi Departemen Kesehatan yaitu .. Membuat Rakyat Sehat"
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta Desember 2009
.
Direktur Jendetal Pelayanan Medikセd・ー。イエ・ュ・ョ
K4!Sehatan R.t.
セ@
kesehatan ment al di sebagian besar Negara di dunia,
termasuk Negara yang banyak penduduknya terpapar
stressor ekstrim
Penasehat Regional WHO
Aktifitas kesehatan mental kedaruratan WHO
diimplementasikan dalam kerja sama dengan
penasehat kesehatan mental regional WHO, yaitu ;
1. Dr. Vijay Chandra
2. Dr. Custodia Mandlhate
3. Dr. Claudio Miranda
4. Dr. Ahmad Mohit
5. Dr. Wolfgang Rutz
Diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, oleh
Dr. Albert Maramis, WHO Indonesia, Jakarta
..
セ@
ngantセr@
Peristiwa bencana gempa bumi yang terjadi saat ini
baik itu berupa tsunami dan gempa memberikan kita
kesempatan untuk meninjau ulang halhal yangtelah
kita pelajari dan bagaimana kita bisa lebih baik dalam
mempersiapkan dan menghadapi bencana yangtidak
tahu kapan akan terjadi.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
berbagai bencana alam jajaran kesehatan telah
memberikan pelayanan kesehatan dengan baik,
cepat dan tepat, namun upaya pelayanan kesehatan
fisik ini tidak dilakukan secara bersamasama dengan
dukungan aspek kejiwaan dan sosial kesehatan
masyarakat .
Sebelum terjadi bencana, perencanaan
kesiapsiagaan menghadapi bencana dan respon
nasional, provinsi dan kabupaten/kota perlu
dipersiapkan untuk menghadapi situasi bencana yang
tidak tahu kapan akan terjadi.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dirasa perlu
meningkatkan kemampuan petugas dan masyarakat
dalam penanganan bencana masalah kesehatanjiwa
dan sosial pada masyarakat daerah bencana. Upaya
yang dilakukan dengan memberikan pengetahuan
kepada petugas kesehatan dalam penanganan
masalah kesehatan jiwa dan sosial di masyarakat.
Untuk itu dirasakan perlu adanya buku pegangan bagi
petugas kesehatan tentang kesehatan mental dalam
kedaruratan bencana yang diambil dari terjemahan
buku " Mental Health in Emergencies" tentang"
Mental and Social Aspects of Health of Population
Exposed to Extreme Stressors" dari WHO . untuk di
sebar luaskan pada petugas kesehatan agar dapat
、Aァオョ。ォ。セ N@sebagai セ」オ。ョ@ dalam mengatasi masaJc;lh
strespr di masyarakat. セNャゥ@ ."
WHO (2002) Working with countries: mental health
policy and service development projects. WHO:
Geneva
Catatan : Dokumen ini menggambarkan berbagai
aktifitas bantuan teknis dalam pembuatan kebijakan
dan pengembangan pelayanan kesehatan mental di
tingkat Negara
WHO (2002) Nations for Mental Health: Final Report.
WHO: Geneva
Catatan : Dokumen ini merangkum strategi terkini
WHO untuk meningkatkan pengetahuan akan efek
masalah kesehatan mental dan ketergantungan zat,
untuk mempromosikan kesehatan mental dan
mencegah gangguan untuk menghasilkan modal bag;
promosi kesehatan mental dan penyediaan pelayanan
dan untuk meningkatkan pengembangan pelayanan
WHO (2002) Atlas: Country profiles of mental health
resources. WHO: Geneva
Catatan : data dasar online dan terbaru ini
menyediakan informasi tentang sumber daya
r
WHO (2000) Women's mental health: An evidence based review, WHO: GenevaCatatan: Laporan ini menyajikan bukti riset mutakhir
mengenai hubungan gender dan kesehatan mental
dengan focus pada depresi, kemiskinan, posisi social
dan kekerasan terhadap wanita
WHO (2001) World Health Report 2001. Mental
Health: New Understanding, new hope. WHO: Geneva
Catatan : Ini adalah telaah yang autoritatif dan
komprehensif tentang epidemiiologi, beban, factor
resiko, prevensi dan pengobatan gangguan mental
di seluruh dunia. Laporan ini menyediakan kerangka
kerja untuk mengorganisasi program kesehatan
mental suatu Negara
WHO (2001) The effectiveness of mental health
services in primary care: The View from the developing
world. WHO: Geneva
Catatan : ini adalah telaah dan evaluasi tentang
efektifitas program kesehatan mental di Yankes
..
Primer di Negara berkembang
Padakesempatan ini kami mengucapkan terirna
kasih pada penerjemah atas jerih payahnya sehingga
buku ini dapat dipergunakan untuk kepentingan
pet ugas kesehatan dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa dalam kedaruratan bencana.
Jakarta Desember 2009
Dirjen Bina Pelayanan Medik
Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
Dr. H. M. Aminullah, SpKJ MM
WHO (1999) Decla ration of cooperation : Mental
Health of Refugees, displaced and other population
affected by conflict and postconflict situations. WHO
: Geneva
Catatan : Deklarasi ini merangkum prinsip panduan
untuk proyek bagi populasi yang terekspos stressor
ekstrim
WHO (1999, revised 2001) Rapid assessment of
mental health needs of refugees, displaced and other
population affected by conflict and post conflict
situations: A communityoriented assessment.WHO :
Geneva
Catatan : Dokumen ini menggambarkan asesmen
kualitatif konteks keadaan pengungsiJokusnya pada
persiapan, lingkup asessmen dan pelaporan.
[tersedia dalam bahasa Indonesia]
WHO (2000). Preventing Suicide: A resource for
primary health care workers. WHO: Geneva.
,
Catatan : Buklet ini merangkum pengetahuan dasar pencegahan bunuh diri untuk pekerja yankes primerCatata n : Kedua dokumen ini mencaku p j aminan
mutu, monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan
mental di berbagai situasi
WHO (1997) Promoting independence of people with
r;
disabilities due to mental disorder; A guide for
rehabilitation in primary health care. WHO:Geneva.
Catatan : Ini adalah manual dengan panduan untuk
pengobatan disabilitas mental oleh pekerja yankes
primer
WHO (1998) Mental Disorder in Primary Care. WHO:
Geneva
Catatan : Dokumen ini berisi program pendidikan
untuk membantu penyedia yankes primer dalam
diagnosis dan pengobatan gangguan mental [tersedia
dalam bahasa Indonesia]
WHO (1998) Diagnostic and management guidelines
for mental disorder in primary care: ICD10 Chapter
V Primary Care Version.WHO : Geneva.
•
DAFTAR 151
KATA SAMBUTAN ... i
KATA PENGANTAR ...v
DAFTAR 151 ... ix
KESEHATAN MENTAL DALAM KEDARURATAN
BENCANA ... 1
STRATEGIINTERVENSI UNTUK PETUGAS KESEHATAN
DI LAPANGAN ... '" ... 11
DAFTAR PUSTAKA
WHO (1990) The Introduction of a mental health
component into primary care:Geneva
Catatan: dokumen klasik ini mengenai integrasi
kesehatan mental kedalam yankes primer
WHO (1994) Quality assurance in mental health care.
Checklist, glossaries. Volume 1.WHO : Geneva
WHO (1996) Mental health of refugees, Geneva:WHO
in collaboration with office of the United Nations High
Commisioiner for Refugees
Catatan: Dokumen ini ditulis untuk pekerja yankes
primer dan komunitas untuk mengobati sejumlah
gangguan dan masalah kesehatan mental dalam
kamp pengungsi
セ@
WHO (1997) Quality assurance in mental health care.
Checklist, glossaries. Volume 2.WHO : Geneva
l
.ESEHATAN
MENli
KEDARURATAN BENCANA
1.
latar Belakang
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health
Organization/WHO) merupakan badan
persatuan bangsabangsa (PBB) yang
bertanggung jawab tentang tindakan untuk
mencapai derajat kesehatan tertinggi bagi
semua orang. Dalam WHO, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan di Sarana Kesehatan menyediakan
kepemimpinan dan bimbingan untuk
menjembatani kesenjangan antara apa yang
dibutuhkan dan apa yang tersedia untuk
mengurangi beban gangguan mental dan untuk .
mempromosikan kesehatan mental.
Dokumen ini merangkum posisi Direktorat Bina
Pel ayanan Kesehatan Jiwa saat ini dalam
membantu masyarakat yang terpapar akan
stressor yang ekstrem, seperti pengungsi,
pengungsi internal (internally displaced
persons), survivor bencana dan populasi yang
terkena terorisme, perang atau genosida. WHO
menyadari bahwa jumlah orang yang terpapar
stressor yang ekstrim sangat banyak dan bahwa
paparan terhadap stressor yang ekstrim
merupakan factor resiko masalah kesehatan
mental dan social. Prinsip dan strategi yang
dibahas disini terutama untuk diterapkan pada
Negaranegara degnan sumber daya yang
miskin, tempat bermukimnya sebagian besar
populasi yang terekspos pada kehidupan
bencana dan peperangan. Kesehatan Mental
dan kesejahteraan pekerja kemanusiaan juga
perlu diperhatikan tetapi kebutuhan mereka
tidak dibahas dalam dokumen ini
MセM セセ N@
•
Bekerja kearah pembangunan atau
penguatan rencana strategic yang
mungkin dilakukan bagi program
kesehatan mental nasional. Tujuan
jangka panjang adalah mengurangi
institusi psikiatri yang ada (asylum),
memperkuat pelayanan psikiatrik di
puskesmas dan rumah sakit umum
dan memperkuat perawatan
komunitas dan keluarga bagi orang
dengan gangguan mental yang kronik
dan parah.
Bekerja kea rah legislasi dan
kebijakan kesehatan mental nasional
yang relevan dan patut. Tujuanjangka
panjang adalah terbentuknya system
kesehatan masyarakat yang
fungsional dengan kesehatan mental
sebagai elemen inti
27,_" :
Bekerja sama dengan penyembu h
•
tradisional (traditional healers) jika
mungkin. Dalam beberapa keadaan
dimungkinkan kerja sama antara
praktisi tradisional dan kedokteran
Menfasilitasi terbentuknya kelompok
•
dukungan tolong diri yang berbasis
komunitas. Focus dari kelompok
tolong diri ini biasanya berbagi
pengalaman dan masalah, curah
pendapat untuk solusi atau cara yang
lebih efektif untuk koping (termasuk
caracara tradisional), menimbulkan
dukungan emosional timbal balik dan
kadang kala menimbulkan inisiatif di
tingkat masyarakat
Intervensi diatas dianjurkan untuk diterapkan bersamaan dengan prioritas pembangunan mental yang berjalan
Dalam dokumen ini istilah intervensi social
digunakan untuk intervensi yang terutama
ditujukan untuk mempunyai efek social dan
istilah intervensi psikologik digunakan untuk
intervensi yang terutama ditujukan untuk
mempunyai efek psikologik. Didasari bahwa
intervensi social mempunyai efek psikologik
sekunder dan bahwa intervensi psikologik
mempunyai efek social sekunder. Sebagaimana
yang tersirat dalam istilah psikososial. WHO
dalam konstitusinya mendefinisikan kesehatan
sebagai kondisi kesejahteraan fisik, mental dan
social dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kecacatan. Dengan menggunakan definisi
kesehatan ini sebagai titik tolak, dokumen ini
meliputi posisi saat ini dari Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Jiwa, Sub.Dit Bina
Yan.Kes.Jiwa di Sarana Kesehatan tentang
aspek mental dan social dari kesehatan
masyarakat yang terekspos terhadap stressor
2. _Tujuan
Tujuan kami terkait dengan aspek mental dan
social dari kesehatan masyarakat yang
terekspos terhadap stressor ekstrim, adalah ;
1. Menjadi sumber dalam hal nasehat teknis
untuk kegiatan lapangan oleh organisasi
pemerintah, non pemerintah dan antar
pemerintah dalam koordinasi dengan
DirektoratJenderal Bina Pelayanan Medik,
Depkes RI
2. Menyediakan kepemimpinan dan
bimbingan untuk memajukan kualitas
intervensi di lapangan
3. Menfasilitasi pengadaan bukti sebagai
dasar aktifitaslapangan dan kebijakan
pada tingkat komunitas dan system
kesehatan
dari relawan, para professiona l ata u
professional , tergantung keadaan.
Pekerja komunitas perlu dilatih dan
disupervisi dengan baik dalam
berbagai ketrampilan inti:
Asesmen persepsi individual,
keluarga dan kelompok tentang
masalah yang dihadapi,
perto!ongan pertama psikologik,
menyediakan dukungan
emosional, konseling
perkabungan (grief counseling)
Manajemen stress "konseling
pemecahan masalah"
Memobilisasi sumber daya
· keluarga dan masyarakat serta
rujukan
; .. ..: セNG@
bekerja bersama keluarga
3.
Prinsip Umum
mencegah bunuh diri Dengan adanya informasi dari berbagai
penatalaksanaan keluhan dokumen yang dibuat oelh para ahli mengenai
somatic yang tak da pa t pedoman, prinsip dan proyek Direktorat Bina
dijelaskan Pelayanan Kesehatan Jiwa meminta perhatian
masalah penggunaan zat diarahkan kepada prinsip umum berikut :
rujukan
Kurikulum inti yang dianjurkan adalah 1. Persiapan sebelum kedaruratan
kesehatan mental pengungi dari Rencana Persiapan Nasional harus dibuat
WHOjU N HCR's( 1996) [tersedia sebelum terjadinya kedaruratan dan harus
dalam bahasa Indonesia] termasuk;
(a) Pembangunan system koordinasi
•
Menjamin kesinambungan medikasi dengan penunjukan orang yangpasien psikiatrik yang mungkin tidak bertanggungjawab dari setiap badan
mempunyai akses terhadap medikasi
selama fase kedaruratan akut (b) Desain rencana detil untuk persiapan
respon social dan kesehatan mental
•
Melatih dan mensupervisi pekerja yang adekuatkomunitas (misalnya pekerja
bantuan, konselor) untuk membantu (c) Pelatihan personil yang relevan dalam
Yankes Primer yang beban kerjanya .. intervensi social dan psikologik yang
2.
AsessmentIntervensi harus didahului dengan
pereneanaan yang teliti dan assessment
terhadap konteks setempat (keadaan,
budaya, sejarah dan sifat permasalahan,
persespsi setempat terhadap distress dan
penyakit, eara menghadapi leoping,
sumber daya masyarakat, dsb). Direktorat
Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
mendorong diadakannya dalam keadaan
darurat asesmen kuantitatif tentang
disabilitas atau fungsi seharihari. Jika
asesmen menggu ngkapkan kebutuhan
yang luas yang tidak mungkin dipenuhi,
laporan asesmen harus menyebutkan
seeara spesifik mendesaknya kebutuhan,
sumber daya setempat dan potensi sumber
daya eksternal
3. Kolaborasi
Intervensi harus melibatkan konsultasi dan
kolaborasi dengan organisasi pemerintah
kepa la desa, guru , dl l ) dala m
ketrampilan inti perawatan psikologik, seperti: pertolongan pertama psikologik dukungan emosional menyediakaninformasi penentraman yang simpatik 4 pengenalan masalah kesehatan mental utama
untuk meningkatkan pemahaman
dan dukungan masyarakat dan untuk
merujuk orang ke Puskesmas jika
diperlukan
Melatih dan mensupervisi pekerja
•
Yankes Primer dalam pengetahuan
dan ketrampilan dasar kesehatan
I
•
Mendorong dilakukannya cara coping yang positif ya ng sudah adasebelumnya. Informasi itu harus
menekankan harapan terjadinya
pemulihan alamiah
•
Dengan berlalunya waktu, jika kemiskinan adalah masalah yangberlanjut, dorong upaya pemulihan
ekonomi. Contoh inisiatif semacan ini
adalah
(a) skema kredit mikro
(b) aktifitas yang mendatangkan
penghasilan jika pasar lebih
menjanjikan sumber
penghasilan yang berkelanjutan
2.2 Dalam hal intervensi psikologik selama
fase rekonsolidasi, dianjurkan melakukan
aktifitas berikut ;
•
Mendidik pekerja kemanusiaan laindan non pemerintah (LSM/NGO) lainnya
yang bekerja dibidang ini. Keterlibatan yang
berkelanjutan dari Pemerintah (sebaiknya)
atau LSM local sangat penting untuk
menjamin kesinambungan. Banyak
organisasi yang bekerja sendirisendiri
tanpa koordinasi akan menyebabkan
terbuangnya sumber daya yang berharga.
Jika mungkin, staf, termasuk staf
manajemen sebaiknya diambil dari
komunitas setempat
4. Integrasi kedapal pelayanan kesehatan
primer
Dipimpin oleh sector kesehatan, intervensi
kesehatan mental harus dilaksanakan
didalam pelayanan kesehatan
umumprimer (yankes primer) dan harus
memaksimalkan perawatan oleh keluarga
dan penggunaan aktif sumber daya di
masyarakat. Pelatihan klinis di pekerjaan
d ukungan ya ng menyeluruh terh ada p
pekerja Yankes Primer oleh spesialis
kesehatan mental merupakan komponen
penting bagi kesuksesan integrasi
pelayanan I(esehatan mental dalam
Yankes Primer
5. Akses ke pelayanan bagi semua
Tidak dianjurkan untuk membuat
pelayanan kesehatan mental bagi populasi
khusus yangterpisah dan bersifat vertical.
Sejauh dimungkinkan, akses terhadap
pelayanan harus diperuntukkan bagi
seluruh komunitas dan lebih baik tidak
terbatas pada subpopulasi yang
teridentifikasi berdasarkan keterpaparan
akan stressor tertentu. Bagaimana pun
juga, penting untuk mengadakan program
kampanye jangkauan (out reach
awareness programmes) untuk menjamin
pengobatan kelompok rentan atau
minoritas di Yankes Primer
2. Fi
2. 1
•
Rekonslllasl
Berikut ini sara n te ntang aktivitas
intervensi social
•
Melanjutkan intervensi social yang relevan seperti digambarkan pad aseksi 1.1
•
Mengorganisasi kegiatan psikoedukasi yang menjangkau kemasyarakat untuk memberi edukasi
tentang ketersediaan pilihan
pelayanan kesehatan mental.
Dilakukan tidak lebih awal dari empat
minggu setelah fase akut, beri
penjelasan dengan hatihati tentang
perbedaan psikopatologi dan distress
psikologik normal, dengan
menghindari sugesti adanya
psi kopatologi yang luas dan
menghindari istilah atau idiom yang
membawa stigma
1
..
Dengan mengasumsikan adanyaセ@
j" 6. Pelatihan dan SupervisiKegiatan pelatihan dan supervise harus pekerja masyarakat relawan/non
relawan, mengorganisasikan dilakukan oleh spesialis kesehatan mental
d uku ngan emos ional yang tidak atau dibawah bimbingan mereka untuk
bersifat intrusive dan menjangkau waktu yang cukup agar menjamin efek
masyarakat dengan menyediakan , yang berkelanjutan dari pelatihan dan
jika perlu "pertolongan pertama pelayanan yang bertanggungjawab. Tidak
psikologik" karena kemungkinan efek dianjurkan melakukan pelatihan pendek
negative tidak dianjurkan untuk ketrampilan untuk satu atau dua minggu
mengadakan debriefing psikologik tanpa supervise lanjutan
sesi tu nggal (single session
psychological debriefing) yang 7. Perspektif Jangka Panjang
memaksa orang untuk berbagi Setelah terpaparnya populasi terhadap
pengalaman pribadi melebihi yang stressor yang hebat, lebih baik
akan dilakukan secara alami memfokuskan pada pembangunan
pelayanan kesehatan mental primer dan
•
Jika fase akut berkepanjangan, mulai intervensi social yang berbasi komunitaspelatihan dan supervise pekerja untukjangka menengah dan panjang, dari
Yankes · Primer dan pekerja pada memfokuskan pada peredaan
kemasyarakatan (untuk deskripsi distress psikologik segera dan jangka
aktifitasini, lIhatseksi 2.2 )
..
pendek selama fase akut dari suatupenda naan untuk program kesehatan
mental paling banyak selama atau segera
setelah kedaruratan akut, tetapi program
semacam ini akan jauh lebih efektif jika
diimplementasikan dalam waktu yang
panjang selama beberapa tahun
berikutnya. Penting untuk meningkatkan
pemahaman donatur akan masalah ini.
8. Indikator Monitoring
Aktifitas harus dimonitor dan dievaluasi
dengan indicatoryangtelah ditetapkan,jika
mungkin sebelum aktivitas dimulai bukan
ditambahkan belakangan
psikiatrik yang mendesak mempunyai
gangguan psikiatrik yang sudah ada
sebelumnya dan terputusnya
medikasi harus dihindari. Sebagai
tambahan, sebagian orang mungkin
..,
mencari pengobatan karena masalah
kesehatan mental akibat terpapar •
stressor yang ekstrim. Kebanyakan
masalah kesehatan mental akut
selama fase kedaruratan akut paling
baik ditangani tanpa medikasi
dengan mengikuti prinsip
"pertolongan pertama psikologik "
(yaitu, mendengarkan, menyatakan
keprihatinan, menilai kebutuhan,
menjaga terpenuhinya kebutuhan
fisik dasar dan tidak memaksa
berbicara, menyediakan atau
mengerahkan pendamping dari
'T
keluarga atau orang yang dekat,
mendorong tetapi tidak memaksakan
dukungan social, melindungi dari
cedera lebih ianjut.
pertama setelah bencana) berpotensi
merugikan meskipun tidak
dimaksudkan demikian. Informasi itu
harus menekankan diharapkannya
pemulihan alamiah.
1.2 Berikut ini anjuran tentang intervensi
psikologik dalam fase akut :
•
Membuat kontak dengan puskesmas atau pelayanan darurat di areasetempat.
Menangani keluhan psikiatrik yang
mendesak (misalnya keberbahayaan
terhadap diri sendiri atau orang lain,
pSikosis, depresi berat, mania dan
epilepsy) di Puskesmas tanpa melihat
apakah puskesmas tersebut
dijalankan oleh pemerintah atau
LSM. Menjaga ketersediaan obat
pSikotropik esensial di Puskesmas.
Banyak orang dengan keluhan
SJRATEGI INTERVENSI
unt u k セ petug as@
KESEHATAN· DILAPANGAN
..
..1
Dengan Informasi dari literature dan pengalaman paraahli dan dengan tujuan untuk memberi masukan
kepada permintaan yang dating dari lapangan,
Direktorat Kesehatan Jiwa memberi anjuran untuk
strategi intervensi bagi masyarakat yang terekspor
akan stressor ekstrim. Ada beragam pili han intervensi
sejalan dengan fase kedaruratan.
Fase Kedaruratan Akut disini didefinisikan sebagai
periode saat angka kematian kasar (crude mortality
rate) sangat meningkat karena deprivasi kebutuhan
dasar (makanan, tempat berlindung, keamanan , air
dan sanitasi, akses ke puskesmas, manajemen
penyakit menular) akibat kedaruratan. Periode ini
kembali pada tingkat yang kurang lebih sama dengan sebelum kedaruratan atau dalam kasus pengungsian, pada tingkat yang sama dengan populasi sekitarnya. Dalam kedaruratan kompleks (a) daerah yang berbeda dapat berada dalam fase yang berbeda atau
(b) suatu daerah dapat bergantiganti antara
dua fase dalam waktu tertentu
1. Fase Kedaruratan Akut
Selama Fase kedaruratan akut, dianjurkan untuk
melakukan intervensi social yang tidak
mengganggu kebutuhan akut, seperti
pengadaan makanan, tempat berlindung,
pakaian, pelayanan puskesmas dan jika
mungkin penanggulangan penyakit menular
1. 1 Intervensi social dini yang berharga,
mencakup;
•
Menjamin dan menyebarkan arus informasi yang kredibel tentang
===.
..
..
•
Melibatkan orang dewasa dan remajadalam kegiatan yang konkret,
bertujua n dan diminati bersama
(misalnya membangun tempat
penampungan, mengorganisasi
pelacakan keluarga, pembagian
makanan, mengorganisasi vaksinasi,
mengajar anakanak)
Menyebarkan secara luas informasi
yang sederhana, menenteramkan
dan empatik tentang reaksi stress
normal kepada masyarakat luas,
pertemuan dengan pers, siaran radio,
poster dan selebaran yang singkat
dan tidak bersifat sensasional akan
berguna untuk menenteramkan
masyarakat. Focus pendidikan
masyarkat sebaiknya tentang reaksi
normal karena penyebaran sugesti
tentang psikopatologi selama fase ini
(dan kurang lebih empat minggu
•
Mendorong kebali dilakukannya aktifitas budaya dan keagamaan yangnormal (termasuk upacara berkabung
da lam kerja sama dengan praktisi
spiritual dan agama)
•
Mendorong aktifitas yang,.
menfasilitasi masuknya yatimpiatu,
jandaduda atau orangyangsebatang
kara kedalam jejaring social
•
Mendorong pengorganisasian aktivitas rekreasional normal untukanakanak. Penyedia bantuan harus
berhatihati untuk tidak memberikan
keperluan rekreasi (misalnya
seragam sepak bola, mainan modern)
yangdianggap mewah dalam konteks
local sebelum kedaruratan
•
Mendorongdimulainya sekolah untuk anakanak, meskipun tidak penuh(a) kedaruratan
(b) Upaya menjamin keselamatan
fisik masyarakat
(c) Informasi upaya bantuan
Termasuk apa yang dilakukan
oleh masingmasing organisasi
kemanusiaan dan dimana
lokasinya
(d) Keberadaan kerabat untuk
mendorong penyatuan keluarga
Danjika mungkin menyediakan
akses komunikasi dengan
kerabat di tempatjauh
Informasi harus disebarkan
menurut prinsip komunikasi
resiko : yaitu informasi harus
sesederhana (dapat dimengerti
oelh penduduk local diatas 12
tahun) dan empatik (menunjuk-kan pemahaman atahun) dan empatik (menunjuk-kan situasi
survivor bencana)
•
Mengorganisasi pelacakan keluarga untukanakyangsendirian, lansia dankolompok rentan lain
•
Memberikan pengarahan kepada petugas lapangan dari sectorkesehatan, distribusi pangan,
kesejahteraan social dan pendataan
tentang halhal yang menyangkut
berkabung, disorientasi dan
kebutuhan untuk partisipasi aktif
•
Mengorganisasi penampungan dengan tujuan agar anggota keluargadan masyarakat tetap berkumpul
bersama
•
Berkonsultasi kepada masyarakat mengenai keputusan dimana akanditempatkan sarana ibadah, sekolah
dan suplai air di penampungan.
Menyediakan ruang untuk kegiatan
agama, rekreasi dan kebudayaan
dalam desain kamp.
セ@
• Jika dimungkinkan, tidak dianjurkan
· 4
untuk penguburan jenazah tanpa
upacara demi pengendalian penyakit
menular. Berlawanan dengan mitor,
jenasah tidak atau sedikit berisiko
untuk penyakit menular. Mereka yang
berkabung perlu untuk mengadakan
upacara pemakaman dan apabila
jenazah tidak termutilasi atau
membusuk juga untuk melihat
jenazah untuk mengucapkan selamat
jalan. Setefikat kematian perlu
diadakan untuk mencegah adanya
akibat keuangan dan hukum yang
tidak perlu dipihak kerabat
..
kan pemahaman akan situasi
survivor bencana)
•
Mengorganisasi pelacakan keluarga untuk anak yang sendirian, lansia dankolompok rentan lain
•
Memberikan pengarahan kepada petugas lapangan dari sectorkesehatan, distribusi pangan,
kesejahteraan social dan pendataan
tentang halhal yang menyangkut
berkabung, disorientasi dan
kebutuhan untuk partisipasi aktif
•
Mengorganisasi penampungan dengan tujuan agar anggota keluargadan masyarakat tetap berkumpul
bersama
•
Berkonsultasi kepada masyarakat mengenai keputusan dimana akanditempatkan sarana ibadah, sekoJah
dan suplai air di penampungan.
Menyediakan ruang untuk kegiatan
agama, rekreasi dan kebudayaan
dalam desain kamp.
• Jika dimungkinkan, tidak dianjurkan
.Q
untuk penguburan jenazah tanpa
upacara demi pengendaJian penyakit
menular. Berlawanan dengan mitor,
jenasah tidak atau sedikit berisiko
untuk penyakit menular. Mereka yang
berkabung perlu untuk mengadakan
upacara pemakaman dan apabila
jenazah tidak termutilasi atau
membusuk juga untuk melihat
jenazah untuk mengucapkan selamat
jalan. Setefikat kematian perlu
diadakan untuk mencegah adanya
11 akibat keuangan dan hukum yang
tidak perlu dipihak kerabat
•
Mendorong kebali dilakukannya aktifitas budaya dan keagamaan yangnormal (termasuk upacara berkabung
dalam kerja sama dengan praktisi
spiritual dan agama)
•
•
Mendorong a ktifitas yang menfasilitasi masuknya yatimpiatu,jandaduda atau orang yang sebatang
kara kedalam jejaring social
•
Mendorong pengorganisasian aktivitas rekreasional normal untukanakanak. Penyedia bantuan harus
berhatihati untuk tidak memberikan
keperluan rekreasi (misalnya
seragam sepak bola, mainan modern)
yang dianggap mewah dalam konteks
local sebelum kedaruratan
•
•
Mendorongdimulainya sekolah untuk,.
anakanak, meskipun tidak penuh
(a) kedaruratan
(b) Upaya menjamin keselamatan
fisik masyarakat
(c) Informasi upaya bantuan
Termasuk apa yang dilakukan
oleh masingmasing organisasi
kemanusiaan dan dimana
lokasinya
(d) Keberadaan kerabat untuk
mendorong penyatuan keluarga
Dan jika mungkin menyediakan
akses komunikasi dengan
kerabat di tempat jauh
Informasi harus disebarkan
menurut prinsip komunikasi
resiko : yaitu informasi harus
sesederhana (dapat dimengerti
oelh penduduk local diatas 12
iセ・ュ「。ャゥ@ pada tingkat yang kurang lebih sama dengan
sebelum kedaruratan atau dalam kasus pengungsian,
pada tingkat yang sama dengan populasi sekitarnya.
Dalam kedaruratan kompleks
(a) daerah yang berbeda dapat berada dalam
fase yang berbeda atau
(b) suatu daerah dapat bergantiganti antara
dua fase dalam waktu tertentu
1. Fase Kedaruratan Akut
Selama Fase kedaruratan akut, dianjurkan untuk
melakukan intervensi social yang tidak
mengganggu kebutuhan akut, seperti
pengadaan makanan, tempat berlindung,
pakaian, pelayanan puskesmas dan jika
mungkin penanggulangan penyakit menular
1. 1 Intervensi social dini yang berharga.
mencakup;
•
Menjamin dan menyebarkan arus informasi yang kredibel tentang•
Melibatkan orang dewasa dan remaja dalam kegiatan yang konkret,bertuju an dan diminati bersama
(mi salnya membangun tempat
penampungan, mengorganisasi
pelacakan keluarga, pembagian
..
makanan, mengorganisasi vaksinasi,mengajar anakanak)
•
Menyebarkan secara luas informasi yang sederhana, menenteramkandan empatik tentang reaksi stress
normal kepada masyarakat luas,
pertemuan dengan pers, siaran radio,
poster dan selebaran yang singkat
dan tidak bersifat sensasional akan
berguna untuk menenteramkan
masyarakat. Focus pendidikan
masyarkat sebaiknya tentang reaksi
"
normal karena penyebaran sugestitentang psikopatologi selama fase ini
•
pertama setelah bencana) berpotensi
STRATEGI INTERVENSI
merugikan meskipun tidak
セ
.. UNTUK PETUGAS
.
セ@
dimaksudkan demikian. Informasi itu
KESEHATAN DILAPANGAN
harus menekankan diharapkannya
pemulihan alamiah.
1.2 Berikut ini anjuran tentang intervensi
Dengan Informasi dari literature dan pengalaman para
psikologik dalam fase akut :
ahli dan dengan tujuan untuk memberi masukan
kepada permintaan yang dating dari lapangan, Membuat kontak dengan puskesmas
•
Direktorat Kesehatan Jiwa memberi anjuran untukatau pelayanan darurat di area
strategi intervensi bagi masyarakat yang terekspor setempat.
akan stressor ekstrim. Ada beragam pilihan intervensi Menangani keluhan psikiatrik yang
sejalan dengan fase kedaruratan. mendesak (misalnya keberbahayaan
terhadap diri sendiri atau orang lain,
Fase Kedaruratan Akut disini didefinisikan sebagai psikosis, depresi berat, mania dan
peri ode saat angka kematian kasar (crude mortality epilepsy) di Puskesmas tanpa melihat
rate) sangat meningkat karena deprivasi kebutuhan apakah puskesmas tersebut
dasar (makanan, tempat berlindung, keamanan, air dijalankan oleh pemerintah atau
dan sanitasi , akses ke puskesmas, manajemen LSM. Menjaga ketersediaan obat
/;"
penyakit menular) akibat kedaruratan. Periode ini pSikotropik esensial di Puskesmas.
.'
diikuti oleh fase rekonsolidasi saat kebutuhan dasar Banyak orang dengan keluhan
pendanaan untu k program keseh atan
mental paling banyak selama atau segera
setelah kedaruratan akut, tetapi program
semacam ini akan jauh lebih efektif jika
diimplementasikan dalam waktu yang
panjang selama beberapa tahun
berikutnya. Penting untuk meningkatkan
pemahaman donatur akan masalah ini.
8. Indikator Monitoring
Aktifitas harus dimonitor dan dievaluasi
dengan indicator yang telah ditetapkan, jika
mungkin sebelum aktivitas dimulai bukan
ditambahkan belakangan
psi kiatri k yang mendesak mempunyai
gangguan psikiatrik yang sudah ada
sebel um nya dan terputusn ya
medi kasi harus dihindari. Sebagai
tambahan, sebagian orang mungkin
,
mencari pengobatan karena masalah
kesehatan mental akibat terpapar
stressor yang ekstrim. Kebanyakan
masalah kesehatan mental akut
selama fase kedaruratan akut paling
baik ditangani tanpa medikasi
dengan mengikuti prinsip
"pertolongan pertama psikologik "
(yaitu, mendengarkan, menyatakan
keprihatinan, menilai kebutuhan,
menjaga terpenuhinya kebutuhan
fisik dasar dan tidak memaksa
berbicara, menyediakan atau
mengerahkan pendamping dari
keluarga atau orang yang dekat,
mendorongtetapi tidak memaksakan
"
•
Denga n mengasumsikan adanya pekerja masyarakat relawanjnonrelawan, mengorganisasikan
dukungan emosional yang tidak
bersifat intrusive dan menjangkau
masyarakat dengan menyediakan,
jika perlu " pertolongan pertama
psikologik" karena kemungkinan efek
negative tidak dianjurkan untuk
mengadakan debriefing psikologik
sesi· tunggal (single session
psychological debriefing) yang
memaksa orang untuk berbagi
pengalaman pribadi melebihi yang
akan dilakukan secara alami
Jika fase akut berkepanjangan, mulai
•
pelatihan dan supervise pekerja
Yankes · Primer dan pekerja
kemasyarakatan (untuk deskripsi
aktifitasjni,lihatseksi 2.2 )
: .
6. Pelatihan dan Supervisi
Kegiatan pelatihan dan supervise harus
dilakukan oleh spesialis kesehatan mental
atau dibawah bimbingan mereka untuk
waktu yang cukup agar menjaiTlin efek
yang berkelanjutan dari pelatihan dan
pelayanan yang bertanggungjawab. Tidak
dianjurkan melakukan pelatihan pendek
ketrampilan untuk satu atau dua minggu
tanpa supervise lanjutan
7. Perspektif Jangka Panjang
Setelah terpaparnya populasi terhadap
stressor yang hebat, lebih baik
memfokuskan pad a pembangunan
pelayanan kesehatan mental primer dan
intervensi social yang berbasi komunitas
untukjangka menengah dan panjang, dari
pad a memfokuskan pada peredaan
,.
distress psikologik segera dan jangka
..
pendek selama fase akut dari suatu kedaruratan. Sayangnya, gerakan dan9
dukungan yang menyeluruh terhadap
pekerja Yankes Prim er oleh spesialis
kesehatan mental merupakan komponen
penting bagi kesuksesan integrasi
pelayanan セセ・ウ・ィ。エ。ョ@ mental dalam
Yankes Primer
5. Akses ke pelayanan bagi semua
Tidak dianjurkan untuk membuat
pelayanan kesehatan mental bagi populasi
khusus yangterpisah dan bersifat vertical.
Sejauh dimungkinkan, akses terhadap
pelayanan harus diperuntukkan bagi
seluruh komunitas dan lebih baik tidak
terbatas pada subpopulasi yang
teridentifikasi berdasarkan keterpaparan
akan stressor tertentu. Bagaimana pun
juga, penting untuk mengadakan program
kampanye jangkauan (out reach
awareness programmes) untuk menjamin
pengobatan keJompok rentan atau
minoritas di Yankes Primer
2.
Ft Rekonsillasl2.1 Berikut i n i s aran tentang a kti v itas
intervensi social
.,
•
Melanjutkan intervensi social yang relevan seperti digambarkan padaseksi 1.1
•
Mengorganisasi kegiatan psikoedukasi yang menjangkau kemasyarakat untuk memberi edukasi
tentang ketersediaan pilihan
pelayanan kesehatan mental.
Dilakukan tidak lebih awal dari empat
minggu setelah fase akut, beri
penjelasan dengan hatihati tentang
perbedaan psikopatologi dan distress
psikologik normal, dengan
menghindari sugesti adanya
psi kopatologi yang luas dan
•
Mendorong dilakukannya cara coping yang positif yang sudah adasebelumnya. Informasi itu harus
menekankan harapan terjadinya
pemulihan alamiah
.-•
Dengan berlalunya waktu, jika kemiskinan adalah masalah yangberlanjut, dorong upaya pemulihan
ekonomi. Contoh inisiatifsemacan ini
adalah
(a) skema kredit mikro
(b) aktifitas yang mendatangkan
penghasilan jika pasar lebih
menjanjikan sumber
penghasilan yang berkelanjutan
2.2 Dalam hal intervensi psikologik selama
fase rekonsolidasi, dianjurkan melakukan
a ktifitas beri kut ;
•
Mendidik pekerja kemanusiaan lain dan pemukamasyarakat (misalnyadan non pemerintah (LSM/NGO) lainnya
yang bekerja dibidang ini. Keterlibatan yang
berkelanjutan dari Pemerintah (sebaiknya)
atau LSM local sangat penting untuk
menjamin kesinambungan. 8anyak
organisasi yang bekerja sendirisendiri
tanpa koordinasi akan menyebabkan
terbuangnya sumber daya yang berharga.
Jika mungkin, staf, termasuk staf
manajemen sebaiknya diambil dari
komunitas setempat
4. Integrasi kedapal pelayanan kesehatan
primer
Dipimpin oleh sector kesehatan, intervensi
kesehatan mental harus dilaksanakan
didalam pelayanan kesehatan
umumprimer (yankes primer) dan harus
memaksimalkan perawatan oleh keluarga
dan penggunaan aktif sumber daya di
masyarakat. Pelatihan klinis di pekerjaan
(on the job training) dan supervisi dan
I
2. AsessmentIntervensi ha ru s didahulu i denga n
pereneanaan yang teliti dan assessment
terhadap konteks setempat (keadaan,
budaya, sejarah dan sifat permasalahan,
persespsi setempat terhadap distress dan
penyakit, eara menghadapi leoping,
sumber daya masyarakat, dsb). Direktorat
Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
mendorong diadakannya dalam keadaan
darurat asesmen kuantitatif tentang
disabilitas atau fungsi seharihari. Jika
asesmen menggu ngkapkan kebutuhan
yang luas yang tidak mungkin dipenuhi,
laporan asesmen harus menyebutkan
seeara spesifik mendesaknya kebutuhan,
sumber daya setempat dan potensi sumber
daya eksternal
3. Kolaborasi
Intervensi harus melibatkan konsultasi dan "
kolaborasi dengan organisasi pemerintah
kepala desa, gur u, dll) d a lam
ketrampilan inti perawatan psikologik,
seperti:
pertolongan pertama psikologik
dukungan emosional
menyediakani nformasi
penentraman yang simpatik
pengenalan masalah kesehatan
mental utama
untuk meningkatkan pemahaman
dan dukungan masyarakat dan untuk
merujuk orang ke Puskesmas jika
diperlukan
•
Melatih dan mensupervisi pekerja Yankes Primer dalam pengetahuandan ketrampilan dasar kesehatan
mental, misalnya ;
Pemberian medikasi psikotropik
yang tepat
Pertolongan pertama psikologi
be:kerja bersama keluarga
3.
Prinsip Umum
mencegah bunuh diri Dengan adanya informasi dari berbagai
penatalaksanaan keluhan dokumen yang dibuat oelh para ahli mengenai
somatic yang tak dapat pedoman, prinsip dan proyek Direktorat Bina
dijelaskan Pelayanan Kesehatan Jiwa meminta perhatian
masalah penggunaan zat diarahkan kepada prinsip umum berikut :
rujukan
Kurikulum inti yang dianjurkan adalah 1. Persiapan sebelum kedaruratan
kesehatan mental pengungi dari Rencana Persiapan Nasional harus dibuat
WHOjUNHCR's(1996) [tersedia sebelum terjadinya kedaruratan dan harus
dalam bahasa Indonesia] termasuk;
(a) Pembangunan system koordinasi
•
Menjamin kesinambungan medikasi dengan penunjukan orang yangpasien psikiatrik yang mungkin tidak bertanggungjawab dari setiap badan
mempunyai akses terhadap medikasi
selama fase kedaruratan akut (b) Desain rencana detil untuk persiapan
respon social dan kesehatan mental
•
Melatih dan mensupervisi pekerja yang adekuatkomunitas (misalnya pekerja
bantuan, konselor) untuk membantu (c) Pelatihan personil yang relevan dalam
Yankes Primer yang beban kerjanya .; intervensi social dan psikologik yang
berat. Pekerja komunitas dapat terdiri diperlukan
2. Tujuan
Tujuan kami terkait dengan aspek mental dan
social dari kesehatan masyarakat yang
terekspos terhadap stressor ekstrim, adalah ;
.-1. Menjadi sumber dalam hal nasehat teknis
untuk kegiatan lapangan oleh organisasi
pemerintah, non pemerintah dan antar
pemerintah dalam koordinasi dengan
DirektoratJenderal Bina Pelayanan Medik,
Depkes RI
2. Menyediakan kepemimpinan dan
bimbingan untuk memajukan kualitas
intervensi di lapangan
3. Menfasilitasi pengadaan bukti sebagai
dasar aktifitas lapangan dan kebijakan
pada tingkat komunitas dan system
kesehatan
dari relawan, para professional atau
professional , tergantung keadaan.
Pekerja komunitas perlu dilatih dan
disupervisi dengan baik dalam
berbagai ketrampilan inti:
Asesmen persepsi individual,
keluarga dan kelompok tentang
masalah yang dihadapi,
perto!ongan pertama psikologik,
menyediakan d ukunga n
emosional, konseling
perkabungan (grief counseling)
Manajemen stress "konseling
pemecahan masalah"
Memobilisasi sumber daya
. keluarga dan masyarakat serta
rujukan
..
,Bekerja sama dengan penyembuh
•
tradisional (traditional healers) jika
mungkin. Dalam beberapa keadaan
dimungkinkan kerja sama antara
praktisi tradisional dan kedokteran
Menfasilitasi terbentuknya kelompok
•
dukungan tolong diri yang berbasis
komunitas. Focus dari kelompok
tolong diri ini biasanya berbagi
pengalaman dan masalah, curah
pendapat untuk solusi atau cara yang
lebih efektif untuk koping (termasuk
caracara tradisional), menimbulkan
dukungan emosional timbal balik dan
kadang kala menimbulkan inisiatif di
tingkat masyarakat
Intervensi diatas dianjurkan untuk diterapkan bersamaan dengan prioritas pembangunan mental yang berjalan
Dalam dokumen ini istilah intervensi social
digunakan untuk intervensi yang terutama
ditujukan untuk mempunyai efek social dan
istilah intervensi psikologik digunakan untuk
intervensi yang terutama ditujukan untuk
mempunyai efek psikologik. Didasari bahwa
intervensi social mempunyai efek psikologik
sekunder dan bahwa intervensi psikologik
mempunyai efek social sekunder. Sebagaimana
yang tersirat dalam istilah psikososial. WHO
dalam konstitusinya mendefinisikan kesehatan
sebagai kondisi kesejahteraan fisik, mental dan
social dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kecacatan. Dengan menggunakan definisi
kesehatan ini sebagai titik tolak, dokumen ini
meliputi posisi saat ini dari Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Jiwa, Sub.Dit Bina
Yan.Kes.Jiwa di Sarana Kesehatan tentang
aspek mental dan social dari kesehatan
masyarakat yang terekspos terhadap stressor
yang ekstrim.
3
Dokumen ini merangkum posisi Direktorat Bina
Pelaya nan Kesehata n Jiwa saa t ini dala m
membantu masyarakat yang terpapar akan
stressor yang ekstrem, seperti pengun gsi,
pengungsi internal (internally displaced
persons), survivor bencana dan populasi yang
terkena terorisme, perang atau genosida. WHO
menyadari bahwa jumlah orang yang terpapar
stressor yang ekstrim sangat banyak dan bahwa
paparan terhadap stressor yang ekstrim
merupakan factor resiko masalah kesehatan
mental dan social. Prinsip dan strategi yang
dibahas disini terutama untuk diterapkan pada
Negaranegara degnan sumber daya yang
miskin, tempat bermukimnya sebagian besar
populasi yang terekspos pada kehidupan
bencana dan peperangan. Kesehatan Mental
dan kesejahteraan pekerja kemanusiaan juga
perlu diperhatikan tetapi kebutuhan mereka
tidak dibahas dalam dokumen ini
Bekerja kearah pembangunan atau
•
penguatan rencan a strategic ya ng
mun gkin di lakukan bagi program
kesehatan mental nasional. Tujuan
jangka panjang adalah mengurangi
institusi psikiatri yang ada (asylum),
memperkuat pelayanan psikiatrik di
puskesmas dan rumah sakit umum
dan memperkuat perawatan
komunitas dan keluarga bagi orang
dengan gangguan mental yang kronik
dan parah.
Bekerja kea rah legislasi dan
•
kebijakan kesehatan mental nasional
yang relevan dan patut. Tuj uan jangka
panjangadalah terbentuknya system
kesehatan masyarakat yang
fungsional dengan kesehatan mental
セ]
KESEHATAN MENTAL
DALAM_ __
KEDARURATAN BENCANA
1.
LatarBelakang
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health
Organization/WHO) merupakan badan
persatuan bangsabangsa (PBB) yang
bertanggung jawab tentang tindakan untuk
mencapai derajat kesehatan tertinggi bagi
semua orang. Dalam WHO, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan di Sarana Kesehatan menyediakan
kepemimpinan dan bimbingan untuk
menjembatani kesenjangan antara apa yang
dibutuhkan dan apa yang tersediauntuk
..
mengurangi beban gangguan mental dan untuk ,
..
mempromosikan kesehatan mental.DAFTAR"
PUSTAKA
WHO (1990) The Introduction of a mental health
•
component into primary care:GenevaCatatan: dokumen klasik ini mengenai integrasi
kesehatan mental kedalam yankes primer
WHO (1994) Quality assurance in mental health care.
Checklist, glossaries. Volume 1.WHO : Geneva
WHO (1996) Mental health of refugees, Geneva:WHO
in collaboration with office of the United Nations High
Commisioiner for Refugees
Catatan: Dokumen ini ditulis untuk pekerja yankes
primer dan komunitas untuk mengobati sejumlah
gangguan dan masalah kesehatan mental dalam
kamp pengungsi
セ@
Catatan セ@ Kedua dokumen ini mencakup jaminan
mutu, monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan
mental di berbagai situasi
WHO (1997) Promoting independence of people with
•
disabilities due to mental disorder; A guide for
rehabilitation in primary health care. WHO:Geneva.
Catatan : Ini adalah manual dengan panduan untuk
pengobatan disabilitas mental oleh pekerja yankes
primer
WHO (1998) Mental Disorder in Primary Care. WHO:
Geneva
Catatan : Dokumen ini berisi program pendidikan
untuk membantu penyedia yankes primer dalam
diagnosis dan pengobatan gangguan mental [tersedia
dalam bahasa Indonesia]
WHO (1998) Diagnostic and management guidelines
for mental disorder in primary care: ICD10 Chapter
V Primary Care Version.WHO : Geneva.
DARARISI
セ]]]MMMM]]]@KATA SAMBUTAN ...i
KATA PENGANTAR .... ...v
DAFTAR 151 ... ix
KESEHATAN MENTAL DALAM KEDARURATAN
BENCANA ... 1
STRATEGIINTERVENSI UNTUK PETUGAS KESEHATAN
DI LAPANGAN ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 29
ix
•
WHO (1999) Declaration of cooperation: Mental
Health of Refugees, displaced and other population
affected by conflict and postconflict situations. WHO
: Geneva
Catatan : Deklarasi ini merangkum prinsip panduan
untuk proyek bagi populasi yang terekspos stressor
ekstrim
WHO (1999, revised 2001) Rapid assessment of
mental health needs of refugees, displaced and other
population affected by conflict and post conflict
situations: A communityoriented assessment.WHO :
Geneva
Catatan : Dokumen ini menggambarkan asesmen
kualitatif konteks keadaan pengungsi.fokusnya pada
persiapan, lingkup asessmen dan pelaporan.
[tersedia dalam bahasa Indonesia]
"
WHO (2000). Preventing Suicide: A resource for
primary health care workers. WHO: Geneva.
Catatan : Buklet ini merangkum pengetahuan dasar
WHO (2000) Women's mental health : An evidence
based review, WHO: Geneva
Catatan: Laporan ini menyajikan bukti riset mutakhir
mengenai hubungan gender dan kesehatan mental
dengan focus pada depresi, kemiskinan, posisi social
dan kekerasan terhadap wanita
•
WHO (2001) World Health Report 2001. Mental
Health: New Understanding, new hope. WHO: Geneva
Catatan : Ini adalah telaah yang autoritatif dan
komprehensif tentang epidemiiologi, beban, factor
resiko, prevensi dan pengobatan gangguan mental
di seluruh dunia. Laporan ini menyediakan kerangka
kerja untuk mengorganisasi program kesehatan
mental suatu Negara
WHO (2001) The effectiveness of mental health
services in primary care: The View from the developing
world. WHO: Geneva
Catatan : ini adalah telaah dan evaluasi tentang
efektifitas program kesehatan mental di Yankes
Primer di Negara berkembang
..;
32
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih pada penerjemah atas jerih payahnya sehingga
buku ini dapat dipergunakan untuk 'kepentingan
petugas kesehatan dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa dalam kedaruratan bencana .
Jakarta Desember 2009
Dirjen Bina Pelayanan Medik
Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
Dr. H. M. Aminullah, SpKJ MM
NIP. 140 088 512
I
nasional. provinsi dan kabupaten/kota perlu dipersiapkan untuk menghadapi situasi bencana yangtidak tahu kapan akan terjadi.
8erdasarkan pertimbangan diatas maka dirasa perlu
meningkatkan kemampuan petugas dan masyarakat
dalam penanganan bencana masalah kesehatanjiwa
dan sosial pada masyarakat daerah bencana. Upaya
yang dilakukan dengan memberikan pengetahuan
kepada petugas kesehatan dalam penanganan
masalah kesehatan jiwa dan sosial di masyarakat.
Untuk itu dirasakan perlu adanya buku pegangan bagi
petugas kesehatan tentang kesehatan mental dalam
kedaruratan bencana yang diambil dari terjemahan
buku " Mental Health in Emergencies" tentang u
Mental and Social Aspects of Health of Populqtion
Exposed to Extreme Stressors" dari WHO . untuk di
sebar luaskan pada petugas kesehatan agar dapat
q!gunakan. sebagai セ」オ。ョ@ dalam mengatasi masaJah
strespr di masyarakat.
WHO (2002) Working with countries : mental health
policy and service development projects. WHO:
Geneva
Catatan : Doku men ini menggambarkan berbagai
aktifitas bantuan teknis dalam pembuatan kebijakan
,
dan pengembangan pelayanan kesehatan mental di
tingkat Negara
WHO (2002) Nations for Mental Health: Final Heport.
WHO: Geneva
Catatan : Dokumen ini merangkum strategi terkini
WHO untuk meningkatkan pengetahuan akan efek
masalah kesehatan mental dan ketergantungan zat,
untuk mempromosikan kesehatan mental dan
mencegah gangguan untuk menghasilkan modal bagi
promosi kesehatan mental dan penyediaan pelayanan
dan untuk meningkatkan pengembangan pelayanan
WHO (2002) Atlas: Country profiles of mental health
resources. WHO: Geneva
Catatan : data dasar online dan terbaru ini
セ@...
セ M]セMM_.
MセセセMMM]MM] kata ッ\ セengantar セMMkesehatan mental di sebagian besar Negara di dunia,
termasuk Negara yang banyak penduduknya terpapar
stressor ekstrim
Penasehat Regional WHO
,
Peristiwa bencana gempa bumi yang terjadi saat iniAktifitas kesehatan mental kedaruratan WHO baik itu berupa tsunami dan gempa memberikan kita
diimplementasikan dalam kerja sama dengan kesempatan untuk meninjau ulang halhal yang telah
penasehat kesehatan mental regional WHO, yaitu ; kita pelajari dan bagaimana kita bisa lebih baik dalam
1. Dr. Vijay Chandra mempersiapkan dan menghadapi bencana yang tidak
2. Dr. Custodia Mandlhate tahu kapan akan terjadi.
3. Dr. Claudio Miranda
4. Dr. Ahmad Mohit Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
5. Dr. Wolfgang Rutz berbagai bencana alam jajaran kesehatan telah
Diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, oleh memberikan pelayanan kesehatan dengan baik,
Dr. Albert Maramis, WHO Indonesia, Jakarta cepat dan tepat, namun upaya pelayanan kesehatan
fisik ini tidak dilakukan secara bersamasama dengan
dukungan aspek kejiwaan dan sosial kesehatan
masyarakat.
Sebelum terjadi bencana, perencanaan
kesiapsiagaan menghadapi bencana dan respon
terhadap masalah kesehatan jiwa yang bersifat