• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Temulawak Terhadap Dismenore pada Remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pemberian Temulawak Terhadap Dismenore pada Remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama: Dinda Alia Yessa

NIM: 121101111

Fakultas: Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Saya bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas

Pemberian Temulawak terhadap Dismenore pada Remaja di SMP Negeri 4

Tanjung Pura”. Untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian ini, saya

mengharapkan kesediaan saudari untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner mengenai masalah dismenore (nyeri menstruasi). Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudari sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman serta apabila saudari merasakan ketidaknyamanan saudari dapat mengundurkan diri dan tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila saudari menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya telah buat. Atas perhatian dan kesediaan saudari menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Tanjung Pura, 2016 Peneliti,

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

No Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasan penelitian berjudul “Efektivitas Pemberian

Temulawak terhadap Dismenore pada Remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura” dengan ini saya bersedia menjadi responden. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tanjung Pura, 2016 Responden

(3)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

[Manajemen Dismenore Menggunakan Temulawak, Info POM (2005)] Pengobatan dismenore dengan pemberian temulawak 2 hari sebelum menstruasi dan hari pertama sampai hari kedua menstruasi.

1. Bahan:

a. 1 rimpang temulawak berukuran 8, 5 cm x 5 cm (± 5 gram) b. Air putih 3 gelas (750 ml)

2. Cara pembuatan:

a. Temulawak dicuci bersih, lalu dikupas kemudian dipotong tipis-tipis 7-8mm

b. Rebus potongan temulawak bersama 3 gelas air putih (750 ml) c. Direbus selama 15 menit sampai air rebusan tersisa 2 gelas (500 ml) 3. Cara pemberian

(4)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Pengantar: Instrumen ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama berhubungan dengan data demografi remaja yang mengalami dismenore, bagian kedua berhubungan dengan intensitas nyeri yang dirasakan.

Bagian 1: Karakteristik Demografi

1. Nama (inisial): …………

2. Usia: ………… tahun

3. Usia pertama kali menstruasi: ……….. tahun

4. Suku

( ) Jawa ( ) Melayu

( ) Batak ( ) dll ……….

5.Makanan apa yang biasanya anda konsumsi:

( ) gorengan ( ) mie instan ( ) buah-buahan ( ) sayur-sayuran 6. Minuman apa yang biasanya anda konsumsi:

( ) minuman bersoda ( ) minuman dingin ( ) kopi ( ) teh 7. Apakah saat ini anda memiliki masalah:

( ) ya ( ) tidak

8. Masalah yang sedang dihadapi

(5)

9. Faktor yang memperberat nyeri menstruasi:

( ) Melakukan aktivitas ( ) Tidak melakukan aktivitas apapun 10. Faktor yang meringankan nyeri menstruasi:

( ) Minum obat feminax ( ) Tidur ( ) Minum jamu

Bagian 2: Intensitas Nyeri yang dirasakan

Keterangan skala nyeri : 0 = tidak nyeri

1-3 = nyeri ringan 4-6 = nyeri sedang

7-9 = nyeri berat terkontrol

(6)
(7)
(8)
(9)

Lampiran 5

Data Kelompok Intervensi

no nama usia usia

menarche suku makanan minuman

memiliki masalah masalah yang dihadapi faktor memperberat nyeri faktor meringankan nyeri skala nyeri pre test skala nyeri post test

1 valentine br saragih 14 12 batak gorengan minuman dingin tidak tidak beraktivitas tidur 6 3

2 sri purwaningsih 16 13 jawa sayur tea tidak tidak beraktivitas minum jamu 2 0

3 sri murni 15 14 jawa buah tea ya ujian beraktivitas tidur 3 1

4 sutriani 15 14 jawa sayur minuman dingin ya masalah dg teman beraktivitas tidur 4 2

5 aya soraya 15 13 padang gorengan minuman dingin ya masalah dg teman beraktivitas tidur 6 3

6 nur hafni 15 12 melayu gorengan minuman dingin ya ujian tidak beraktivitas tidur 1 0

7 nurwulan ramadana 15 12 jawa sayur minuman dingin tidak tidak beraktivitas minum obat 5 2

8 nur aini 15 13 melayu gorengan minuman dingin tidak tidak beraktivitas minum obat 5 2

9 sri kasih br sipahutar 16 12 batak gorengan minuman dingin ya masalah dg teman tidak beraktivitas minum obat 10 8

10 nurmalasari 13 11 jawa sayur minuman dingin ya masalah dg teman tidak beraktivitas tidur 5 1

11 riza anggita safitri 14 11 jawa mie instan minuman dingin tidak tidak beraktivitas minum obat 6 3

12 icha kurniati 15 12 jawa mie instan minuman dingin ya masalah dg teman beraktivitas tidur 8 5

13 nur yanti 15 13 jawa sayur minuman dingin ya ujian tidak beraktivitas tidur 9 6

14 ika wahyu lestari 14 12 jawa sayur tea tidak tidak beraktivitas minum jamu 7 4

15 sustianda 13 12 jawa sayur minuman dingin tidak tidak beraktivitas tidur 6 3

(10)

Data Kelompok Kontrol

no nama usia usia

menarche suku makanan minuman

memiliki masalah masalah yang dihadapi faktor memperberat nyeri faktor meringankan nyeri skala nyeri pre test skala nyeri post test

1 mia ananda 15 11 melayu sayur minuman dingin tidak beraktivitas minum jamu 6 5

2 sri mentari 14 12 jawa mie instan minuman bersoda ya ujian tidak beraktivitas tidur 4 4

3 widari 14 13 melayu sayur minuman dingin ya masalah dg teman beraktivitas tidur 6 5

4 misna 13 12 melayu gorengan minuman bersoda ya maslah dg teman beraktivitas tidur 4 4

5 rini 15 11 jawa gorengan minuman dingin ya tugas beraktivitas minum jamu 4 4

6 indri yani 15 11 jawa sayur minuman dingin ya masalah dg teman beraktivitas tidur 3 3

7 nurmayani 14 13 jawa sayur minuman dingin ya ujian beraktivitas tidur 3 3

8 jumiati 15 15 jawa mie instan minuman dingin ya ujian beraktivitas tidur 5 5

9 rina 14 12 jawa sayur minuman dingin tidak tidak beraktivitas tidur 4 4

10 rospah 13 11 jawa buah kopi ya ujian beraktivitas minum jamu 7 7

11 agus setiani 14 11 jawa sayur minuman dingin tidak beraktivitas tidur 3 3

12 rika ayuni 14 10 melayu buah tea ya masalah dg teman beraktivitas minum obat 5 5

13 julaiha 14 12 melayu gorengan tea ya masalah dg teman beraktivitas minum obat 5 5

14 sri bunga 12 12 melayu buah minuman dingin tidak beraktivitas minum obat 4 4

15 mesy 13 12 melayu mie instan tea ya tugas beraktivitas tidur 5 4

(11)

Lampiran 6

DAFTAR TABEL UJI STATISTIK Uji Normalitas

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilai intervensi .157 16 .200* .977 16 .939

kontrol .201 16 .083 .908 16 .109

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Homogenitas Kelompok Intervensi

Test of Homogeneity of Variances

skala

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.136 1 30 .715

Uji Homogenitas Kelompok Kontrol

Test of Homogeneity of Variances

skala

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(12)

Uji Paired T-test Kelompok Intervensi

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre 5.44 16 2.394 .598

post 2.75 16 2.176 .544

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pre & post 16 .957 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 pre - post 2.688 .704 .176 2.312 3.063 15.267 15 .000

Paired T-test Kelompok Kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre 4.69 16 1.302 .326

pos 4.50 16 1.211 .303

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

(13)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 pre - pos .188 .403 .101 -.027 .402 1.861 15 .083

Uji Independent T-test

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

skala intervensi 16 2.7500 2.17562 .54391

kontrol 16 4.5000 1.21106 .30277

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

skala Equal variances

assumed 3.092 .089 -2.811 30 .009 -1.75000 .62249 -3.02130 -.47870

Equal variances

(14)
(15)
(16)
(17)

Lampiran 8 TAKSASI DANA

PROPOSAL

1. Biaya rental dan print proposal Rp. 100.000

2. Biaya internet Rp. 100.000

3. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000 4. Pembelian buku sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000

5. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

6. Survey awal Rp. 30.000

PENGUMPULAN DATA

1. Izin penelitian Rp. 30.000

2. Transportasi Rp. 100.000

3. Fotocopy kuesioner dan persetujuan responden Rp. 50.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

1. Biaya rental dan print Rp. 50.000

2. Penjilidan Rp. 150.000

3. Fotocopy laporan penelitian Rp. 100.000

BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000

(18)

Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinda Alia Yessa

Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Pura, 7 November 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : dinda.alia0794@gmail.com

Alamat : Jl. Pembangunan Desa Pekubuan Keluharan Pekan

Tanjung Pura

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 050724 Tanjung Pura Tahun 2000 - 2006 2. SMP Negeri 2 Tanjung Pura Tahun 2006 - 2009 3. SMA Negeri 1 Tanjung Pura Tahun 2009 - 2012

(19)

49

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2011. Tanaman Obat Indonesia Buku 1. Jakarta: Salemba Medika

Al-Tahan, F. J. 2012. Exploration of antinociceptive, antipyretic and anti-inflammatory activities of Curcumin in male rat. Iraqi Journal of Science.Pp786-79

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: EGC

Atalik, N., Okudan., Belviranli., & Oz. 2014. The comparison of Preemptive Analgesic Effects of Curcumin and Diclofenac. Faculty Department of Pharmacology Konya Turkey 757-760

Calis, K. A. 2014. Dysmenorrhea. http://emedicine.medscape.com/article/253812 _overview#a6 diakses pada 9 Oktober 2015

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: trubus Agriwidya

Devaraj, S., Esfahani, A. S., Ismail, S., Ramanathan, S., & Yam, M. F. 2010. Evaluation of The Antinoceptive Activity and Acute Oral Toxicity of Standardized Ethanolic Extract of The Rhizome of Curcuma xanthorrhiza Roxb. Journal of Molecules. 15, 2925-2934

Dewi, N. S. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Dorland. 2005. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC

Galen, E. V., & Kroes, B. 2014. Assesment report on Curcuma xanthorrhiza Roxb. (C.xanthorrhiza D. Dietrich), rhizome. European Medicines Agency: United Kingdom

Gendrowati, F. 2014. Toga Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Padi

(20)

50

Hasrinta & Pajeriaty. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada Siswi di SMA Negeri 21 Makassar. http://www.library.stikesnh.ac.id diakses pada Oktober 2015

Hayani, E. 2008. Analisis Kandungan Kimia Temulawak. http://balitnak.litbang.pertanian.go.id diakses pada desember 2015

Hidayat, A. A. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Hillard, P. J. 2006. Consultation with the Specialist Dysmenorrhea.

http://pedsinreview.aappublications.org/content/27/2/64.full diakses pada 27 Oktober 2015

Info POM. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Badan POM RI

Ju, H., Jones, M., & Mishra, G. 2013. The Prevalence and Risk Factors of Dysmenorrhea. http://epirev.oxfordjournals.org/ diakses pada 27 Oktober 2015

Kuntorini. E. M. 2005. Botani Ekonomi Suku Zingiberaceae sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat di Kotamadya Banjarbaru. Journal of Bioscientiae, 2(1): 25-36.

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. 2014. Medical-Surgical Nursing 9th Edition Assesment and Management of Clinical Problems. St. Louis: Elsavier Mosby

Manuaba, I. B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC

Mahmood, M. H., Bachar, S. C., Islam , M. S., & Ali, M. S. 2004. Analgesic and Diuretic Activity of Curcuma xanthorrhiza. Dhaka University Journal of Pharmaceutical Sciences. Vol.3(1-2)

Morgan, G. & Hamilton, C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Novia, I. & Puspitasari, N. 2006. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer. htpp://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Naskah% 204%20(h96-103).pdf diakses pada Oktober 2015

(21)

51

Polit, D. F., & Beck, C. T. 2012. Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice 9th Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika

Proverawati, A. & Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Numed

Rakhma, A. 2014. Gambaran Derajat Dismenore dan Penangannya pada Siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat. http://repository.uinjkt.ac.id/ dspace/handle/123456789/24158 diakses pada 20 Oktober 2015

Rukmana, R. 2004. Temu-temuan Apotik Hidup di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius

Rustam, E. 2014. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri terhadap Nyeri Haid (Dismenore) dan Cara Penanggulangannya. http://jurnal.fk.unand.ac.id/ index.php/jka/article/view/236 diakses pada 9 November 2015

Sidik, Mulyono, M. W., & Muhtadi, A. 1985. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Bandung: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. 2010. Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Subagja, H. S. 2014. Temulawak Itu Ajaib! Rimpang Ajaib Pembasmi Beragam Penyakit. Yogyakarta: FlashBooks

Suciani, S. R., Utami, S., & Dewi, A. P. 2014. Efektivitas Pemberian Rebusan Kunyit Asam Terhadap Penurunan Dismenorea. http://jom.unri.ac.id/ index.php/JOMSIK/article/view/3527 diakses pada 5 Oktober 2015

(22)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2013). Berdasarkan teori-teori pada tinjauan pustaka maka peneliti membuat kerangka konsep agar memudahkan mengidentifikasi konsep-konsep sesuai penelitian. Variabel dependen penelitian ini adalah dismenore, variabel independen adalah temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas temulawak dalam mengatasi dismenore.

Bagan 1. Kerangka konsep

Dismenore pada remaja Kelompok intervensi Kelompok kontrol Diberikan intervensi temulawak Tidak diberikan intervensi temulawak

a. Tidak Nyeri b. Nyeri Ringan c. Nyeri Sedang d. Nyeri Berat e. Nyeri Paling Hebat

(23)

23

Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah temulawak, pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi tetapi hanya dilakukan pengamatan saja.

B. Hipotesis

Hipotesa penilaian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh temulawak terhadap dismenore pada Remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura. C. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional

(24)

24 pemberian temulawak b.Variabel Dependen: Dismenore

Nyeri saat

1-2 hari

sebelum menstruasi atau hari pertama sampai hari kedua menstruasi yang mengganggu aktivitas remaja sehari-hari Observasi skala nyeri dengan skala nyeri NRS

sebelum dan sesudah pemberian temulawak

Nilai nyeri yang dirasakan di

gambarkan dengan angka 0 = tidak nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10 = nyeri tidak tertahankan

(25)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain quasy experiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group yang melibatkan

dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Bagan 2. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Keterangan:

01 : kelompok eksperimen 02 : kelompok kontrol

I : intervensi dengan temulawak O : tidak dilakukan intervensi B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh kumpulan atau gabungan kasus dimana peneliti tertarik untuk menelitinya sesuai kriteria yang ditetapkan dan dapat diakses untuk penelitian (Polit & Beck, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi SMP Negeri 4 Tanjung Pura yang mengalami dismenore sebanyak 32 orang.

(26)

26

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen populasi, yang merupakan unit paling dasar tentang data yang dikumpulkan (Polit & Beck, 2012). Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang diambil. Kriteria inklusi yang menjadi responden yaitu:

1. Bersedia menjadi responden

2. Memiliki riwayat dismenore setiap haid

3. Sedang berada dalam masa hari pertama-kedua menstruasi. 4. Tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri saat penelitian

Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah total sampling yaitu 32 responden (16 kelompok eksperimen dan 16 kelompok kontrol).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

(27)

27

2. Waktu

Penelitian ini dimulai dari bulan September 2015-Juli 2016 yang meliputi pengajuan judul, penelusuran pustaka, bimbingan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, analisis data hingga sidang hasil penelitian.

D. Pertimbangan Etik

Peneliti memperhatikan syarat-syarat kelayakan penelitian dengan mempertimbangkan kaedah etik penelitian dan kelengkapan izin institusi pendidikan Fakultas Keperawatan. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti mengirimkan surat permohonan melakukan penelitian kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Tanjung Pura. Etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

(28)

28

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian dan diajukannya pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian seperti terlampir.

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Tanjung Pura dengan menyerahkan surat permohonan melakukan penelitian yaitu pengambilan data dari Sekolah SMP Negeri 4 Tanjung Pura. Kemudian peneliti mendatangi calon responden di masing-masing kelas dan memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang diperoleh. Untuk lebih menjelaskan responden maka pada pertanyaan di kuesioner, peneliti merubah dismenore menjadi nyeri menstruasi agar responden mengerti dan lebih

(29)

29

Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi subjek peneliti. Siswi akan diberikan lembar persetujuan dan diminta menandatanganinya. Jika responden tidak bersedia menjadi subjek penelitian maka responden berhak mengundurkan diri dari penelitian. Selanjutnya, pada kelompok kontrol akan diberikan teknik relaksasi setelah post-test, hal ini dilakukan agar kelompok kontrol tidak merasa dibedakan dengan kelompok intervensi.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner dalam bentuk pertanyaan mengenai data demografi yaitu umur, suku, riwayat dismenore ketika haid, faktor yang mempengaruhi bertambah dan berkurangnya

nyeri, skala nyeri, upaya penanganan nyeri yang dilakukan. Responden hanya menandai jawaban yang menurutnya tepat dengan tanda check list. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi instrumen kurang lebih 15 menit. Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi yaitu skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS).

F. Validitas dan Reabilitas

(30)

30

G. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap. Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan yang dilakukan di SMP Negeri 4 Tanjung Pura. Lalu peneliti mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian dan memohon kerja sama untuk kelancaran penelitian. Peneliti terlebih dahulu mencari dan menentukan responden yang menjadi sampel penelitian. Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden sebagai bukti bahwa responden bersedia berpartisipasi menjadi sampel penelitian. Setiap responden memberikan kontak nomor yang bisa dihubungi agar responden dapat langsung memberitahu saat responden mulai merasakan dismenore.

Pada awal pertemuan, peneliti menjelaskan proses selama penelitian berlangsung. Peneliti memberikan lembar pengukuran NRS (Numeric Rating Scale) untuk memilih salah satu angka dari skala tersebut sesuai dengan tingkat

(31)

31

H. Analisa Data

Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 6 tahap yaitu:

1. Editing

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau formulir

kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Sortir

Sortir merupakan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

4. Entry data

(32)

32

5. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat

meng-entry data ke komputer. 6. Mengeluarkan informasi

Hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan memperoleh kesimpulan.

Analisa data dilakukan secara 2 tahap yaitu: 1. Analisa Univariat

Analisa univariat untuk mendeskripsikan karakteristik dismenore masing-masing responden yang diteliti dan melihat tingkat dismenore sebelum dan sesudah diberikan temulawak pada kelompok intervensi dan kontrol. Data penelitian adalah numerik, maka dicari mean, standard deviasi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk menguji efektivitas temulawak dalam menurunkan dismenore. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan

(33)

33

Uji statistik t-independent komparatif digunakan untuk membandingkan kelompok intervensi dan kontrol. Data bersifat numerik dicari beda 2 mean standard deviasi. Taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima

hipotesis: apabila nilai probabilitas (p) ‹ 0,05 maka Ha ditolak, apabila nilai

(34)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang efektivitas pemberian temulawak terhadap dismenore pada remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura. Melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada Maret sampai Mei 2016 di SMP Negeri 4 Tanjung Pura.

1. Karakteristik Responden

(35)
[image:35.595.136.500.156.714.2]

35

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Karakteristik Responden di SMP Negeri 4 Tanjung Pura (n=32)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

a. Usia Responden

Remaja Awal (11-14 tahun) 16 50

Remaja Menengah (15-17 tahun)

16 50

b. Usia Menarche

Remaja Awal (11-14 tahun) 31 97

Remaja Menengah (15-17 tahun)

1 3

c. Suku

Batak 2 7

Jawa 18 56

Minang 1 3

Melayu 11 34

d. Makanan

Gorengan 9 28

Mie Instan 6 19

Buah 4 12

Sayur 13 41

e. Minuman

Bersoda 2 6

Dingin 23 72

Kopi 1 3

Tea 6 9

f. Masalah

Ya 21 66

(36)

36

Tabel 1. (Lanjutan)

Karakteristik Frekuensi Persentase

g. Jenis Masalah

Ujian 7 22

Tugas 2 6

Masalah dengan Teman 11 34

h. Faktor Memperberat Nyeri

Beraktifitas 18 56

Tidak Beraktifitas 14 44

i.Faktor Meringankan Nyeri

Minum obat 8 25

Tidur 19 59

Minum jamu 5 16

2. Deskripsi Tingkat Nyeri Pretest Responden

[image:36.595.138.512.131.387.2]
(37)
[image:37.595.147.507.139.555.2]

37

Tabel 2. Deskriptif Tingkat Nyeri Pretest (n=32)

Kelompok Frekuensi Persentase (%)

Intervensi 16 100

Tidak Nyeri 0 0

Nyeri Ringan 3 19

Nyeri Sedang 9 56

Nyeri Berat Terkontrol 3 19

Nyeri Berat Tidak Terkontrol

1 6

Kontrol 16 100

Tidak Nyeri 0 0

Nyeri Ringan 3 19

Nyeri Sedang 11 69

Nyeri Berat Terkontrol 2 12

Nyeri Berat Tidak Terkontrol

0 0

3. Deskripsi Tingkat Nyeri Posttest Responden

(38)
[image:38.595.147.507.139.558.2]

38

Tabel 3. Deskriptif Tingkat Nyeri Posttest (n=32)

Kelompok Frekuensi Persentase (%)

Intervensi 16 100

Tidak Nyeri 2 13

Nyeri Ringan 10 62

Nyeri Sedang 3 19

Nyeri Berat Terkontrol 1 6

Nyeri Berat Tidak Terkontrol

0 0

Kontrol 16 100

Tidak Nyeri 0 0

Nyeri Ringan 3 19

Nyeri Sedang 11 69

Nyeri Berat Terkontrol 2 12

Nyeri Berat Tidak Terkontrol

0 0

4. Perbedaan Nyeri Sebelum dan Susudah pada Kelompok Intervensi

(39)

39

Hasil analisa diperoleh p (0,000) < α (0,05), maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan antara mean intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan temulawak pada kelompok intervensi.

5. Perbedaan Nyeri Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol

Melalui hasil uji statistik didapatkan nilai rata-rata intensitas nyeri dismenore sebelum diberikan temulawak pada kelompok kontrol adalah 4,69

dengan standar deviasi 1,3022 dan 4,50 sesudah tanpa pemberian temulawak dengan standar deviasi 1,2111. Perbedaan nilai mean pretest dan posttest pada kelompok kontrol adalah sebesar 0,19. Hasil analisa diperoleh p (0,08) > α (0,05),

maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mean intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan temulawak pada kelompok kontrol.

6. Perbedaan Tingkat Nyeri Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Rata-rata intensitas nyeri dismenore sesudah pemberian temulawak pada kelompok intervensi adalah 2,7500 dengan standar deviasi 2,1756 dan 4,5000 pada kelompok kontrol dengan standar deviasi 1,2110 tanpa pemberian temulawak. Hasil analisa diperoleh p (0,009) < α (0,05), maka dapat disimpulkan

(40)

40

Tabel 4. Perbedaan Intensitas Nyeri Dismenore pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sesudah Pemberian Temulawak

Perbedaan

Intensitas Nyeri Mean SD P N

Intervensi 2,7500 2,1756 0,009 16

Kontrol 4,5000 1,2110 16

B. Pembahasan

1. Gambaran Intensitas Nyeri Dismenore pada Kelompok Intervensi

[image:40.595.150.512.200.290.2]
(41)

41

Rasa nyeri itu disebabkan karena anatomi reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri. Penurunan tingkat nyeri pada kelompok intervensi ini juga didukung oleh jenis makan yang biasa di konsumsi oleh responden kelompok intervensi yaitu sebagian besar lebih suka memakan sayur. Menurut teori Purwitasari & Maryani (2009) diet yang adekuat pada remaja adalah diet yang bervariasi dan seimbang, meliputi cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

Dengan diet yang adekuat maka status gizi remaja putri akan baik, maka akan tercapai derajat kesehatan maksimal, fungsi hormon estrogen dan progesterone maksimal, akan terhindar dari premenstruasi syndrome dan keluhan nyeri haid. Pada kelompok intervensi, sebagian besar responden sangat senang diberikan temulawak karena tingkat nyeri yang dirasakan menurun. Sebelum diberikan intervensi, biasanya responden memilih untuk tidak beraktivitas karena jika mereka beraktivitas hal itu menyebabkan nyeri bertambah parah.

2. Gambaran Intensitas Nyeri Dismenore pada Kelompok Kontrol

(42)

42

Usia menarche responden pada kelompok kontrol cenderung lebih banyak 11 tahun dan 12 tahun. Hal ini tidak mendukung intervensi pemberian temulawak karena usia menarche dibawah 12 tahun lebih besar kemungkinana menderita dismenore. Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian Hasrinta dan Pajeriaty

(2014) yang menyimpulkan bahwa terjadinya dismenore disebabkan oleh remaja yang mengalami menarche < 12 tahun. Diperkuat oleh teori Proverawati (2009) yang mengatakan menarche dini (< 12 tahun) adalah terjadinya menstruasi sebelum umur 12 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadtropin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun. Hormon gonadtropin ini mempercepat terjadinya menstruasi dini sehingga dapatmenimbulkan nyeri atau kram otot dibagian abdomen ketika menstruasi.

(43)

43

Pengetahuan dan praktek gizi remaja yang rendah tercermin dari perilaku menyimpang dalam kebiasaan memilih makanan. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhanya. Kebiasaan makan remaja ini akan berpengaruh saat mereka menstruasi. Karena ada makanan-makanan tertentu yang dapat memperberat rasa nyeri saat haid.

Hal lain yang menyebabkan skala nyeri pada kelompok kontrol tetap di skala yang sama didukung oleh faktor kejiwaan. Pada penelitian ini, responden kelompok kontrol yang memeliki masalah sebanyak 75%. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasrinta dan Pajeriaty (2014) bahwa 40% responden penelitiannya yang mengalami stress merasakan nyeri dismenore karena terdapat hubungan antara stres dengan kejadian dismenore. Ju, Jones & Mishra (2013) melaporkan bahwa positif adanya hubungan antara stres dan risiko dismenore.

3. Efektivitas Pemberian Temulawak terhadap Penurunan Dismenore

(44)

44

Dari sebaran data kontrol dan intervensi juga dapat dilihat bahwa rata-rata nyeri yang dirasakan responden tanpa pemberian temulawak adalah nyeri sedang. Sedangkan responden yang diberikan temulawak pada juga pada rentang nyeri sedang. Melalui keterangan tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rata-rata intensitas nyeri dismenore sesudah pemberian temulawak (posttest) pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan rata-rata intensitas nyeri dismenore (posttest) secara signifikan tanpa pemberian temulawak. Rata-rata intensitas nyeri dismenore pada kelompok intervensi mengalami penurunan sebanyak 2,69 poin. Sedangkan rata-rata intensitas nyeri dismenore pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebanyak 0,19 poin.

Rata-rata intensitas nyeri dismenore kelompok intervensi pada pretest dan posttest menurun dikarenakan pemberian temulawak, dimana menurut Info

(45)

45

Penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh oleh Hayani (2008) yang menyatakan bahwa didalam temulawak terdapat kandungan minyak atsiri dan pati masing-masing 3,81% dan 41,45% yang telah diketahui dapat mengurangi rasa nyeri. Berdasarkan penelitian tersebut pemberian temulawak akan lebih efektif jika disajikan dalam bentuk jamu. Kemudian diperkuat dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Rakhma (2014) menemukan bahwa upaya penanganan dismenore dengan cara nonfarmakologi yang dilakukan oleh siswi Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Arjuna Depok sebagian besar meminum obat herbal sebanyak 51 responden (39,5). Oleh karena itu disimpulkan bahwa pemberian temulawak pada saat menstruasi dapat mengurangi rasa nyeri. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ekstrak temulawak mengandung kurkumin (Hayani, 2006).

Data menurut Info Pengawas Obat dan Makanan (2006) terdapat tujuh kegunaan temulawakmpada masyrakat yaitu memperbaiki nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, mengurangi nyeri dan radang sendi, menurunkan lemak darah, antioksidan untuk menjaga kesehatan, dan membantu menghambat penggumpalan darah. Penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuntorini (2005) dengan judul

“Botani Ekonomi Suku Zingiberaceae sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat

di Kotamadya Banjarbaru”, didapatkan hasil bahwa temulawak dimanfaatkan

(46)

46

Mengkonsumsi temulawak dapat menurunkan intensitas nyeri dismenore. Temulawak diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid mempunyai aroma yang khas, tidak toksik. Selain itu temulawak juga memiliki beragam kandungan fitokimia yaitu alkaloid dimana contoh senyawa alkaloid adalah morfin yang berfungsi sebagai analgesik sehingga nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi dapat berkurang dengan mengkonsumsi temulawak. Kesimpulan menerima Ha yaitu ada pengaruh pemberian temulawak terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja. Nilai t negatif memberi makna bahwa rata-rata nilai kelompok intervensi lebih rendah dibanding nilai rata-rata kelompok kontrol. Dengan jumlah

data sebanyak 16 responden dengan nilai ketelitian α = 0,05. Dengan demikian

(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nyeri haid pada kelompok intervensi sebelum diberi temulawak paling dominan adalah nyeri sedang, setelah diberi temulawak nyeri haid yang paling dominan adalah nyeri ringan.

2. Nyeri haid pada kelompok kontrol sebelum diberi temulawak paling dominan adalah nyeri sedang, setelah tanpa pemberian temulawak nyeri haid yang paling dominan adalah nyeri sedang.

3. Terdapat perbedaan intensitas nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

A. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

(48)

48

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan intervensi dalam melakukan asuhan keperawatan dismenore dengan memberikan temulawak sebagai pengobatan alternatif nonfarmakologis.

3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat diteliti kembali dengan benar-benar mengontrol kelompok intervensi agar patuh terhadap intervensi yang diberikan. Kelemahan penelitian adalah kurang efektif dalam pengukuran skala nyeri posttest karena menggunakan ekstrak temulawak murni bagi remaja bukan

(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (adolescence) menurut WHO (World Health Organization) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahapan yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Kusmiran, 2011).

2. Perubahan Remaja Secara Umum 2.1. Perubahan Fisik

2.1.1.Perubahan Ukuran Tubuh

(50)

7

2.1.2. Perubahan Proporsi Tubuh

Badan kelihatan kurus dan panjang, bagian daerah pinggul dan bahu akan melebar. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh kematangan organ seksual. Bagi pubertas pria cepat matang akan mempunyai pinggul yang lebih besar. Sementara ukuran pinggang tampak tinggi dikarenakan kaki menjadi lebih panjang dari badan (Pieter & Lubis, 2011).

2.1.3. Perkembangan Seks

(51)

8

2.2.Perubahan Psikologis

Akibat dari perubahan fisik yang menyebabkan perubahan psikologis pada masa remaja adalah perubahan sikap dan perilaku yaitu ingin menyendiri, kebosanan, inkoordinasi, perubahan emosi, antagonis social, hilangnya kepercayaan diri dan pola sikap sederhana (Pieter & Lubis, 2011).

3. Perubahan Remaja Perempuan

(52)

9

Estrogen ini menekan FSH sehingga hipofise mengeluarkan hormon berikutnya yaitu LH. Pengeluaran FSH dan LH dipengaruhi oleh RH (Realising Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini

dipengaruhi oleh umpan balik negatif estrogen terhadap hipotalamus. Bila penyaluran RH berjalan dengan baik sehingga folikel de Graff makin lama makin matang dan makin banyak berisi liquor Folikuli yang mengandung estrogen yang akan mempengaruhi endometrium untuk tumbuh dan berproliferasi. Waktu proses proliferasi ini dinamakan fase proliferasi (Dewi, 2012).

Karena pengaruh LH folikel de Graff menjadi matang, mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadi ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Setelah ovulasi terbentuklah korpus rubrum (berwarna merah) dan akan berubah menjadi korpus luteum karena pengaruh LH dan LTH (Luteotrophic Hormone). Korpus

luteum menghasilkan hormon progesteron yang akan mempengaruhi endometrium

(53)

10

B. Dismenore

1. Pengertian Dismenore

Istilah dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa Greek yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/abnormalitas), meno (bulan) dan rrhea yang artinya flow atau aliran (Proverawati & Misaroh, 2009). Dismenore adalah nyeri kram

perut atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan menstruasi (Lewis, Dirksen, Heitkemper & Bucher, 2014). Dismenore didefinisikan sebagai keadaan nyeri yang hebat dan dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Dismenore merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung (Kusmiran, 2011). Dismenore adalah nyeri sewaktu haid , terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum (Dewi, 2012).

2. Klasifikasi Dismenore

2.1. Dismenore Primer (idiopatik)

Dismenore primer adalah dismenore yang mulai terasa sejak menarche (haid

(54)

11

2.2. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder biasanya muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau

kelainan yang menetap (Kusmiran, 2011). 3. Pembagian Klinis

3.1. Ringan yaitu berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari

3.2. Sedang yaitu diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya

3.3. Berat yaitu perlu beristirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, pinggang, diare, dan rasa tertekan (Manuaba, 2001)

4. Etiologi Dismenore

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab dismenore primer yaitu hiperaktivitas uterus, prostaglandin, dan vasopresin. Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan aliran darah uterus. Uterus yang berkontraksi menyebabkan konstriksi sehingga terjadilah nyeri. Pada beberapa wanita, prostaglandin dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem gastrointestinal berkontraksi sehingga menyebabkan mual, muntah dan diare. Vasopresin merupakan vasokonstriktor yang menstimulasi miometrium (dinding otot uterus yang tebal) berkontraksi.

(55)

12

Dismenore sekunder disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang menetap

seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya (Kusmiran, 2011). Menurut Morgan dan Hamilton (2009) dismenore sekunder mungkin disebabkan karena endometriosis, polip atau fibroid uterus, penyakit radang panggul (PRP), perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik, atau melahirkan, dan kanker ovarium atau uterus.

5. Gejala Klinis

Dismenore primer mulai 12 sampai 24 jam sebelum menstruasi. Rasa sakit

yang paling parah hari pertama menstruasi dan jarang berlangsung lebih dari 2 hari. Karakteristik gejala meliputi nyeri perut bagian bawah, sering menjalar ke punggung bawah dan paha atas. Nyeri perut sering disertai dengan mual, diare, kelelahan, dan sakit kepala. Dismenore sekunder biasanya terjadi setelah wanita itu telah mengalami masalah bebas periode menstruasi untuk beberapa waktu. Rasa sakit, yang mungkin unilateral, umumnya lebih konstan dan terus lebih lama dari dismenore primer.

(56)

13

6. Karakteristik Dismenore

Dismenore primer terjadi pada 90% wanita setalah mereka menarche (haid

pertama) dan berlanjut hingga usia pertengahan 20-an atau hingga memiliki anak. Dismenore sekunder dapat terjadi pada wanita usia tua maupun muda (Dewi,

2012). Dismenore umumnya diamati pada wanita muda, dengan perkiraan mulai dari 67% sampai 90% bagi mereka yang berusia 17-24 tahun (Ju, Jones & Mishra, 2013). Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi (Morgan & Hamilton, 2009).

7. Faktor Yang Mempengaruhi Dismenore 7.1.Umur

Salah satu faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah umur. Umur yang berbeda akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005)

7.2.Usia Menarche

Salah satu faktor resiko dismenore primer adalah menstruasi pertama (menarche) pada usia amat dini (Harlow, 1996)

7.3.Suku

(57)

14

7.4.Faktor Konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga menurunkan ketahan terhadap nyeri yaitu anemia, penyakit menahun dan sebagainya (Kusmiran, 2011). Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan. Makanan sampah (junk food) kini semakin digemari oleh remaja. Disebut makan sampah karena sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali mengandung kalsium, besi, asam folat, vitamin A dan C sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natriumnya tinggi (Arisman, 2009). Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak 20-karbon tak jenuh (Dorland, 2005).

7.5.Faktor Kejiwaan

Remaja perempuan secara emosional tidak stabil, ditambah jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, maka mudah untuk merasakan dismenore (Kusmiran, 2011).

8. Penatalaksanaan Dismenore 8.1.Penatalaksanaan Farmakologis

Terapi obat utama adalah obat antiinflamasi nonsteroid yaitu Non Steroidal Anti-Inflamation Drug (NSAID) seperti naproxen yang memiliki aktivitas anti

(58)

15

Obat-obat yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi, diantaranya: pereda nyeri (analgesik) golongan NSAID misalnya parasetamol atau asetamonofen (Sumagesic, Panadol, dll), asam mefenamat (Ponstelax, Nichostan, dll), ibuprofen (Ribunal, Ostarin, dll), metamizol atau metampiron (Pyronal, Novalgin, dll), dan obat-obat pereda nyeri lainnya (Proverawati & Misaroh, 2009).

8.2.Penatalaksanaan Nonfarmakologis Dismenore

Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif (Tamsuri, 2007). Kompres panas dapat mengurangi nyeri (Dewi, 2012). Penggunaan panas selain memberi efek mengilangkan nyeri juga memberikan reaksi fisiologis yaitu meningkatkan aliran darah dalam jaringan (Tamsuri, 2007). Selanjutnya, relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan fisik dari tekanan dan stress. Relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap fungsi tubuh yaitu penurunan ketegangan otot (Tamsuri, 2007). Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah, ini bisa membantu relaksasi (Proverawati & Misaroh, 2009)

(59)

16

Penelitian Suciani, Utami dan Dewi (2014) dengan judul “Efektivitas Pemberian Rebusan Kunyit Asam terhadap Penurunan Dismenore” yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Pekan Baru, didapatkan hasil dari responden yang mengkonsumsi rebusan kunyit asam intensitas nyerinya berkurang. Hal ini menunjukkan terdapat efektivitas pemberian rebusan kunyit asam terhadap penurunan dismenore di SMA Negeri 9 Pekan Baru. Menurut Gendrowati (2014) beberapa kegunaan temulawak adalah untuk meredakan nyeri, sakit perut, nyeri sewaktu haid, dan menghilangkan bau amis ketika haid.

9. Temulawak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) juga dikenal dengan nama koneng gede (Sunda), dan temu lobak (Madura). Tanaman ini berasal dari Jawa kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan Indo-Malaya (Rukmana, 2004). Temulawak merupakan tumbuhan tahunan yang hidup berumpun dan berbatang semu dan berupa gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu (Agoes, 2011). Sebagai ramuan obat tradisional, temulawak dapat digunakan sebagai bahan obat utama (remedium cardinale), bahan obat penunjang (remedium adjuvans), pemberi warna (corrigentia coloris) maupun sebagai penambah aroma (corrigentia odoris).

9.1.Taksonomi Temulawak

(60)

17

9.2.Kandungan Kimia Temulawak

Temulawak telah lama diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkumin dan turunannya (Subagja, 2014). Kukuminoid mempunyai aroma yang khas, tidak toksik (Dalimartha, 2000). Kandungan minyak atsiri pada temulawak tergolong tinggi yaitu 3,81 %. Minyak atsiri tersebut terdiri dari d-kamfer, xanthorrizol, zingiberen, zingeberol, germakron dan lain sebagainya. Selain itu temulawak juga memiliki beragam kandungan fitokimia (segala jenis zat kimia yang diturunkan dari sumber tumbuhan). Kandungan fitokimia temulawak adalah alkaloid, flovanoid, fenolik, saponin dan triterpennoid. Contoh senyawa alkaloid adalah morfin yang berfungsi sebagai analgesik (Subagja, 2014).

Penelitian Atalik, Okudan, Belviranli dan Oz (2014) dengan judul “The

comparison of Preemptive Analgesic Effects of Curcumin and Diclofenac

(61)

18

9.3.Efek Farmakologi Temulawak 9.3.1. Efek Analgesik

Efek analgesik adalah efek yang bisa menghilangkan rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran orang yang menggunakannya. Dalam hal ini temulawak diketahui memiliki kandungan metanol. Dalam sebuah percobaan, ditemukan bahwa ekstrak metanol temulawak yang diberikan secara oral pada tikus percobaan dinyatakan dapat menekan rasa sakit yang diakibatkan oleh pemberian asam asetat. Selain itu germakron pada temulawak juga diketahui sebagai zat aktif yang berfungsi untuk menekan rasa sakit tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa temulawak bisa dimanfaatkan sebagai penghilang nyeri (Subagja, 2014).

9.3.2. Efek Antiinflamasi

(62)

19

9.4.Efek Samping, Kontra-indikasi, dan Interaksi Temulawak 9.4.1. Efek Samping

Tidak ada efek samping yang dilaporkan selama studi di mana 12 sukarelawan sehat mendapat 80 mg kurkumin (Rasyid et al, 2002 dalam Galen & Kroes, 2014). Dalam fase I percobaan dengan 25 subjek, yang memiliki berbagai risiko tinggi kondisi kanker, tidak ada reaksi toksik yang diamati. Subyek menerima hingga 8 gr kurkumin sehari selama 3 bulan (Cheng et al, 2001 dalam Galen & Kroes, 2014). Dalam sebuah studi klinis, 2 dari 19 pasien yang diobati dengan 2.500 mg kurkumin per hari, mengeluhkan iritasi lambung. Tidak ada efek samping lainnya dilaporkan (James, 1994 dalam calen & Kroes, 2014). Belum pernah dilaporkan resiko terhadap kesehatan dan efek samping setelah penggunaan dalam dosis yang tepat dari rimpang temulawak. Bila digunakan secara berkepanjangan atau melebihi dosis, dapat menimbulkan gangguan lambung. Bila timbul gangguan, segera hentikan penggunaan (BPOM, 2005). 9.4.2. Kontra-indikasi

Belum diketahui secara pasti adanya larangan penggunaan temulawak (BPOM, 2005)

9.4.3. Interaksi

(63)

20

10.Konsep Nyeri

Menurut Mc. Caffery (1979, dalam Tamsuri, 2007) nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang, dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut Kozier dan Erb (1983, dalam Tamsuri, 2007) nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka.

10.1. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukur nyeri seperti Skala Visual Analog, Skala Nyeri Numerik, Skala Nyeri Deskriptif (Tamsuri, 2004). Menurut Perry & Potter (2005) skala penilaian Skala Nyeri Numerik atau Numeric Rating Scale (NRS) digunakan mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

[image:63.595.142.505.641.710.2]

terapeutik.

(64)

21

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 (Nyeri ringan) : Hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

4-6 (Nyeri sedang) : Nyeri yang menyabar ke perut bagian bawah, mengganggu aktivitas sehari-hari, membutuhkan obat untuk mengurangi nyerinya

7-9 (Nyeri berat) : Nyeri disertai pusing, sakit kepala berat, muntah, diare, sangat mengganggu aktivitas sehari-hari

10 (Nyeri tidak tertahankan) : Menangis, meringis, gelisah, menghindari percakapan dan kontak social, sesak nafas, imobilisasi, menggigit bibir, penurunan rentan kesadaran.

(65)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pubertas merupakan masa perkembangan remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Seorang gadis memasuki masa pubertas biasanya mulai usia 10-14 tahun. Ketika mereka memasuki masa tersebut maka tubuh dan pikiran mereka juga berubah dan berkembang. Saat pubertas hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan terus meningkat.

Peningkatan kadar hormon dapat merangsang pembentukan hormon seksual dan menyebabkan dimulainya menarche (menstruasi yang pertama).

(66)

2

Sebenarnya dismenore juga dapat dikurangi dengan olahraga teratur sebelum masa menstruasi, kompres air hangat pada area yang nyeri serta menggunakan tumbuhan herbal seperti kunyit, temu putih, temulawak, dan lain sebagainya.

Penelitian Kuntorini (2005) dengan judul “Botani Ekonomi Suku Zingiberaceae

sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat di Kotamadya Banjarbaru”, didapatkan

hasil bahwa temulawak dimanfaatkan setelah persalinan oleh 30% masyarakat Jawa dan 31,3% masyarakat Banjar (Kalimantan Selatan) meskipun tujuannya adalah membersihkan darah nifas, melancarkan peredaran darah dan melancarkan haid. Dalam sebuah penelitian telah dilaporkan bahwa pada 8 sukarelawan sehat tidak ada efek samping setelah dosis oral 2 gram kurkumin (Shoba et al, 1998 dalam Galen & Kroes, 2014). Penelitian oleh Devaraj, Esfahani, Ismail,

Ramanthan, dan Yam (2010) dengan judul “Evaluation of the Antinoceptive

Activity and Acute Oral Toxicity of Standardized Ethanolic Extract of The

Rhizome of Curcuma xanthorrhiza Roxb”, menemukan bawa ekstrak temulawak pada dosis 100mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB dengan metode formalin induced pain test mampu menunjukkan efek analgetik. Selanjutnya penelitian

yang dilakukan Al-Tahan (2012) dengan judul “Exploration of Antinociceptive, Antipyretic and Anti-inflammatory Activities of Curcumin in Male Rat”,

(67)

3

Kemudian diperkuat oleh penelitian oleh Mahmood, Bachar, Islam, dan Ali

(2004) dengan judul “Analgesic and Diuretic Activity of Curcuma xanthorrhiza”,

mengatakan bahwa ekstrak methanol yang terdapat pada temulawak menunjukkan adanya efek analgesik pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus. Prevalensi dismenore seluruh dunia mirip dengan yang di Amerika Serikat. Prevalensi

dilaporkan berkisar dari 15,8% menjadi 89,5%, dengan tingkat yang lebih tinggi dilaporkan pada populasi remaja. Prevalensi kondisi ini diperkirakan 25% di antara wanita dewasa dan setinggi 90% di kalangan remaja (Calis, 2014). Sebuah penelitian di Australia pada gadis-gadis di SMA menemukan bahwa proporsi yang lebih tinggi, 93% remaja melaporkan nyeri haid (Ju, Jones & Mishra, 2013). Hasil penelitian Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Indonesia tahun 2009 angka kejadian dismenore terdiri dari 72,89% dismenore primer dan 27,11% dismenore sekunder dan angka kejadian dismenore

berkisar 45-95% dikalangan perempuan usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan mencari data di UKS SMP Negeri 4 Tanjung Pura, didapatkan data sebanyak 28 siswi mengalami dismenore sepanjang Januari sampai Juni 2015. Siswi-siswi yang mengalami dismenore akan beristirahat di UKS atau izin pulang kerumah jika nyeri yang dirasakan tidak tertahankan. Akibatnya, remaja yang menderita dismenore tidak belajar 100%, mereka sering ketinggalan pelajaran, dan prestasi

(68)

4

Dari beberapa penelitian diatas dapat diperhitungkan bahwa penggunaan temulawak memiliki efek analgesik yang dapat menurunkan rasa sakit. Walaupun masyarakat telah banyak menggunakan temulawak sebagai obat, namun uji klinik pada manusia tentang efektivitas temulawak pada dismenore masih sangat terbatas. Oleh sebab itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Efektivitas Pemberian Temulawak terhadap Dismenore pada Remaja di SMP

(Sekolah Menengah Pertama) Negeri 4 Tanjung Pura” sebagai salah satu alternatif

pengobatan non farmakologis pada saat mengalami dismenore. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah bagaimanakah efektivitas pemberian temulawak dalam menurunkan dismenore pada remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas temulawak terhadap dismenore pada remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura

2. Tujuan Khusus

2.1. Mengetahui tingkat nyeri haid siswi yang mengalami dismenore sebelum dan sesudah pemberian temulawak pada kelompok eksperimen;

2.2. Mengetahui tingkat nyeri haid siswi yang mengalami dismenore sebelum dan sesudah tanpa pemberian temulawak pada kelompok kontrol;

(69)

5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk informasi dan perkembangan ilmu keperawatan khususnya blok seksualitas akan manfaat temulawak terhadap dismenore.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan pengetahuan dalam meningkatkan derajat kesehatan, upaya penanganan dismenore yaitu intervensi dalam asuhan keperawatan untuk menangani dismenore dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan sesuai tugas perawat sebagai edukator.

3. Penelitian Keperawatan

(70)

The Title of the Research

Name of Student Student ill Number Study Program Academic Year

The Effectiveness of White Turmeric on Dysmenorrhea in Teenagers at SMP Negeri 4, Tanjung Pura

Dinda Alia Yessa 121101111

Nursing Science (SKep) 2016

ABSTRACT

Dysmenorrhea can cause activity disturbance in female teenagers so that they limit their daily activities. il can also cause them not /0 be concentrated in studying, reluctant 10 participate in any extracurricular activity. and absent from school so that they cannot follow the lessons. There are about J 5% /0 89.5% of

teenagers all over the world In indonesia, the rale of the incidence of dysmenorrhea is around 45-95% in productive-aged women in 2009. In solve dysmenorrhea, pharmacolOgical and non-pharmacological trealment is needed.. Non-pharmacological Irealment is by giving white turmeric. Based on several researches, it is found that white turmeric contains a substance which can relieve pain. The objective of Ihis research was 10 find oul t~ effectiveness of gilling

while turmeric for reducing dysmenorrhea in teenagers at SMP Negeri 4, Tanjung Pura. The research used quasi experiment method with non-equivalent control group design by seeing the influence of treatment, had intervention and control groups, and measuring in the pretest and posttest. It was conducted at SMP Negeri 4, Tanjung Pura, from October until June, 2-016, and the data were gathered from March until May. 2016. The result of the calculation showed that the decrease in pain caused of dysmenorrheal in the intervention group was 2. 7500 at p-vafue=0.009 (p<0.05). There was the effectiveness in giving while turmeric for dysmenorrheal in teenagers.

(71)

Efektivitas Pemberian Temulawak Terhadap Dismenore pada Remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura

SKRIPSI

oleh Dinda Alia Yessa

121101111

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(72)
(73)
(74)

The Title of the Research

Name of Student Student ill Number Study Program Academic Year

The Effectiveness of White Turmeric on Dysmenorrhea in Teenagers at SMP Negeri 4, Tanjung Pura

Dinda Alia Yessa 121101111

Nursing Science (SKep) 2016

ABSTRACT

Dysmenorrhea can cause activity disturbance in female teenagers so that they limit their daily activities. il can also cause them not /0 be concentrated in studying, reluctant 10 participate in any extracurricular activity. and absent from school so that they cannot follow the lessons. There are about J 5% /0 89.5% of

teenagers all over the world In indonesia, the rale of the incidence of dysmenorrhea is around 45-95% in productive-aged women in 2009. In solve dysmenorrhea, pharmacolOgical and non-pharmacological trealment is needed.. Non-pharmacological Irealment is by giving white turmeric. Based on several researches, it is found that white turmeric contains a substance which can relieve pain. The objective of Ihis research was 10 find oul t~ effectiveness of gilling

while turmeric for reducing dysmenorrhea in teenagers at SMP Negeri 4, Tanjung Pura. The research used quasi experiment method with non-equivalent control group design by seeing the influence of treatment, had intervention and control groups, and measuring in the pretest and posttest. It was conducted at SMP Negeri 4, Tanjung Pura, from October until June, 2-016, and the data were gathered from March until May. 2016. The result of the calculation showed that the decrease in pain caused of dysmenorrheal in the intervention group was 2. 7500 at p-vafue=0.009 (p<0.05). There was the effectiveness in giving while turmeric for dysmenorrheal in teenagers.

(75)

Prakata

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan meyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Efektivitas Pemberian Temulawak terhadap Dismenore pada

Remaja di SMP Negeri 4 Tanjung Pura” ini sebagai tugas akhir untuk

menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sholawat berangkaikan salam dihanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga apa yang disajikan di skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk penulis sendiri dan juga pembaca sekalian.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan yang berharga tersebut dibalas oleh Allah SWT. Rasa syukur dan ucapan terima kasih disampaikan kepada:

(76)

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan USU, dan Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan dan arahan dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ns.Roymond H Simamora., M.Kep selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

4. Ibu Nur Asiah, S.Kep., Ns., M.Biomed selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis

5. Kepada Babah Tersayang Yusrizal Yessa dan Encek Tersayang Tengku Sri Wahyuni, S.Pd atas segala cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang telah diberikan

6. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Karakteristik
Tabel 1. (Lanjutan)
Tabel 2. Deskriptif Tingkat Nyeri Pretest (n=32)
Tabel 3. Deskriptif Tingkat Nyeri Posttest (n=32)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka

Untuk lebih aman dalam mengakses data pada jaringan WLAN, biasanya user harus menggunakan kata kunci untuk dapat masuk. Sehingga yang dapat mengakses data hanya kalangan

Saat observasi di SMA Widya Wacana, kelas XI IPS memiliki kelas spesial dalam arti dari empat kelas ada satu kelas yang terdapat siswa- siswi yang dalam pengawasan

pada aksi kontrol proposional nilai error yang kecil akan memberikan perubahan yang berbanding lurus dengan keluaran sesuai dengan faktor pengali K p pada

Tabel 4.6 Keterangan mengenai Proficiency Level untuk Competency 121 Tabel 4.7 Analisa Perbandingan Behavior Competencies antara Salesman dengan. Business Consultant

The Project Development Objectives (PDO) is to assist Indonesia in closing its large public infrastructure gap by supporting the flow of private capital into

[r]

Mencermati indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran pada bab ini, yaitu peserta didik dapat menyimpulkan, menjelaskan, menunjukkan, memaknai khotbah Buddha