LAMPIRAN
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas (X1) 48 .00100 .30900 .1247708 .08249390
Leverage (X2) 48 .0270 4.0110 1.060792 .8230294
Ukuran Perusahaan (X3) 48 6.23 13.37 12.1146 1.31680
Komite Audit (X4) 48 .00 1.00 .8750 .33422
Extraordinary Item (X5) 48 .00 1.00 .5625 .50133
Audit Delay (Y) 48 39.00 96.00 71.9167 12.64210
Reputasi KAP (Z) 48 .00 1.00 .6250 .48925
Valid N (listwise) 48
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 11.04717843
Most Extreme Differences Absolute .110
Positive .072
Negative -.110
Kolmogorov-Smirnov Z .761
Asymp. Sig. (2-tailed) .609
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), Extraordinary Item (X5), Profitabilitas (X1), Komite Audit (X4), Ukuran Perusahaan (X3), Leverage (X2)
b. Dependent Variable: Audit Delay (Y)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1775.780 5 355.156 2.601 .039a
Residual 5735.887 42 136.569
Total 7511.667 47
a. Predictors: (Constant), Extraordinary Item (X5), Profitabilitas (X1), Komite Audit (X4), Ukuran Perusahaan (X3), Leverage (X2)
b. Dependent Variable: Audit Delay (Y)
Komite Audit (X4) 15.322 5.701 .405 2.688 .010 .800 1.250 Extraordinary Item
(X5)
-11.545 3.900 -.458 -2.960 .005 .760 1.315 a. Dependent Variable: Audit Delay (Y)
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea 1.25026
Cases < Test Value 24
Cases >= Test Value 24
Total Cases 48
Number of Runs 28
Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .466 a. Median
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 90.332 17.030 5.304 .000
Ukuran Perusahaan (X3) -1.520 1.398 -.158 -1.088 .282
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Audit Delay (Y)
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Audit Delay (Y)
Coefficientsa
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Raja Adzrin Raja, dan Khairul anuar Bin Kamarudin, 2003. “Audit Delay and The Timeliness of Corporate Reporting: Malaysian Evidence”, MARA University of technology, Malaysia.
Angruningrum, Silvia dan Made Gede Wirakusuma, 2013. “PengaruhProfitabilitas, Leverage, KompleksitasOperasi, Reputasi KAP dan Komite Audit PadaAudit Delay”, E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana,251-270.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, 2008. Auditing dan Jasa
Assurance (Judul Asli: Auditing and Assurance Services) Edisi Kedua Belas.
Penerjemah Hermawan Wibowo, Erlangga, Jakarta
Erlina, 2011.Metodologi Penelitian, Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Gedung F Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU, Medan
Estrini, Dwi Hayu dan Herry Laksito, 2013. “Analisis Faktor-Faktor yangmempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011) ”,Diponegoro Journal
OfAccounting, Volume 2 Nomor 2.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
21, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri, 2013. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hendrich, Mahdi, 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”, Jurnal Ilmiah, Volume IV No.2.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.
Kartika, Andi, 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE).
Kasmir, 2008. Analisa Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma, 2010. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Report Lag”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 12 No.2, hlm 97-106.
Munawir, 2002.Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Yogyakarta:Liberty, Yogyakarta.
Puspitasari, Elen dan Anggraeni Nurmala Sari, 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”;
Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol.9 Nomor 1
Rustiarini, Ni Wayan dan Ni Wayan Mita Sugiarti, 2013. “Pengaruh Karakteristik Auditor, Opini Audit, Audit Tenure, Pergantian Auditor terhadap Audit
Delay”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, volume 2 Nomor 2.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini tergolong penelitian kausatif (causative). Kausatif merupakan penelitian dengan menggunakan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Menurut Erlina (2011:20), “penelitian sebab akibat (causal research) bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel”.
Menurut Sugiyono (2008:56), “hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi).”
Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan,komite audit,extraordinary item atau item-item luar biasa dan reputasi KAP sebagai variabel pemoderasi.
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2008:115), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Menurut Sugiyono (2008:116),“sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. ”Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2008:122). Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Perusahaan manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan lengkap dan telah diaudit oleh auditor independen priode 2011 - 2014 di BEI. b. Perusahaan manufaktur mempunyai aset lebih dari 500 M.
c. Perusahaan yang tidak di delisting di BEI pada tahun 2011-2014.
Tabel 3.2Daftar Sampel Perusahaan No Kode Nama Perusahaan
1 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
4 IMAS Indomobil sukses International Tbk 5 KAEF Kimia Farma Tbk
6 KBLI KMI Wire and Cable Tbk 7 KDSI Kedawung Setia Industri Tbk 8 KLBF Kalbe Farma Tbk
9 MYOR Mayora Indah Tbk 10 SMSM Selamat Sempurna Tbk 11 STTP Siantar Top Tbk
12 TCID Mandom Indonesia Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia
3.4.Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis regresi linier berganda, yaitu suatu metode statistik yang umum digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Adapun model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = β1PROFIT + β2LEV + β3 UK+ β4 KOM+ β5EXTRA+ ε
Keterangan :
Y = Audit delay
β0 = Konstanta PROFIT = Profitabilitas LEV = Leverage
UK = Ukuran Perusahaan KOM = Komite Audit
EXTRA = Extraordinary item atau item-item luar biasa
ε = Standar Eror
3.5.Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1. Variabel Dependen
tanggal penutupan tahun buku hingga laporan auditor independen atas laporan keuangan auditor.
3.5.2.Variabel Independen
“Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya, atau timbulnya variabel dependen (terikat)” (Sugiyono, 2008:59). Variabel independen dalam penelitian ini adalah atau item-item luar biasa.
a. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return onasset (ROA), yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.
ROA =
Total Aset Laba bersih
b. Leverage
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan
untuk memenuhi segala kewajiban tersebut. DER dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DER =
Total Ekuitas Total Hutang
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan atau total aktiva perusahaan klien yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan akhir periode yang telah diaudit. Semakin besar jumlah aset perusahaan, maka semakin besar ukuran perusahaan (Tiono dan JogiC, 2013). Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap Ukuran perusahaan diproyeksikan dengan nilai logaritma natural dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan ukuran saat regresi.
Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan rumus:
Ukuran perusahaan (Firm Size ) = Logaritma Natural Total Asset
d. Komite audit
eksternal. Semakin banyakanggota dalam komite audit suatu perusahaan maka semakin singkat audit delay.
Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan variabel dummy dimana 1 jika perusahaanmempunyai komite audit yangberanggotakan paling sedikit tiga orang, 0 jika tidak mempunyai komite audit.
e. Extraordinary item atau item-item luar biasa
Item – item luar biasa adalah kejadian material yang jarang terjadi dan tidak berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan. Item – item luar biasa ini di ukur menggunakan variabel dummy dimana 1 jika perusahaan melaporkan adanya extraordinary item, 0 jika tidak ada extraordinary item.
3.5.2.Variabel moderasi
tinggi antar variabel independen dan hal ini menyalahi asumsi klasik. Variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reputasi KAP. Kantor Akuntan Publik yang bereputasi baik, diperkirakan dapat melakukan audit lebih efisien dan memliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyelesaikan audit sesuai jadwal. Sehingga informasi dapat lebih cepat diterima pengguna laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakam suatu organisasi yang salahsatunya memberikan jasa atestasi. Saat ini, KAP digolongkan menjadi KAP non BigFour dan Big Four. Menurut Turel (2010) KAP yang menjadi bagian dari Big Fourmampu mengaudit lebih efisien dan memiliki fleksibilitas lebih besar dalampenjadwalan audit sehingga audit dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam penelitianini, kode 0 diberikan bagi KAP non Big Four dan kode 1 untuk KAP Big Four.
3.6.Teknik Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. 3.6.1.Analisis Statistik Deskriptif
3.6.2.Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak atau tidak untuk digunakan sehingga perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinearitas, uji Autokorelasi.
3.6.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal.
Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui : a. Analisis Grafik
dengan garis diagonal. Jika disribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal. Model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal serta tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik
Untuk mendeteksi normalitas data, dapat pula dilakukan melalui analisis statistik Kolmogorov-Smirnov Test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 = Data residual terdistribusi normal. H1 =Data residual tidak terdistribusi normal.
1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka H0 diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
3.6.2.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari Tolerance Value atau Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
tolerance mengukur variabilitas variable independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cut-off yang umum adalah:
b. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapa disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.6.2.3.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. “Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas” (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ghozali(2013:139) menyatakan bahwa
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dimana sumbu Y menjadi sumbu yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3.6.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila adanya data autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W) dengan criteria sebagai berikut:
c. Nilai D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif d. Nilai D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi
e. Nilai D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3.6.3.Pengujian Hipotesis
dirancang untuk meneliti variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
3.6.3.1. Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t)
“Uji regresi parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen” (Ghozali, 2013:98). Cara pengujian parsial terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh dari pengujian lebih kecil dari nilai signifikansi yang dipergunakan yaitu sebesar 5 persen maka secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh dari pengujian lebih besar dari nilai signifikansi yang dipergunakan yaitu sebesar 5 % maka secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.6.3.2. Uji Hipotesis Analisis Simultan (Uji F)
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat” (Ghozali, 2013:98). Cara pengujian simultan terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan nilainya lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.6.3.3. Koefisien Determinasi
Ghozali(2013:97) menyatakan bahwa
3.6.3.4. Uji Hipotesis dengan menggunakan variabel pemoderasi “Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan menguatkan atau melemahkan hubungan antara variabel independen lain terhadap variabel dependen” (Ghozali 2008:223). Pada penelitian ini menggunakan bentuk persamaan moderating uji residual, karena baik uji interaksi maupun uji selisih mutlak mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini menyalahi asumsi klasik. Adapun persamaan moderating adalah sebagai berikut:
Z= a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + e |�| =�+��
extraordinary item memiliki nilai yang tinggi dan reputasi
KAP memiliki nilai tinggi, maka audit delay juga tinggi. Sebaliknya jika terjadi ketidakcocokan antara profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit dan extraordinary
item dan reputasi KAP (nilai residual besar) yaitu
profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit dan
extraordinary item memiliki nilai residual y=tinggi dan
reputasi KAP nilai residualnya rendah, maka nilai audit delay rendah.
Persamaan regresi (2) menggambarkan apakah reputasi KAP merupakan variabel moderating atau tidak. Dapat dilihat dari nilai koefisien (b1) nilai perusahaan signifikan dan bernilai negatif hasilnya (artinya adanya ketidakcocokan antara profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit dan
extraordinary item dan reputasi KAP mengakibatkan nilai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit, extraordinary item, audit delay dan reputasi KAP. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif dari Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Komite Audit, Extraordinary Item, Audit Delay, dan Reputasi KAP
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas (X1) 48 .00100 .30900 .1247708 .08249390
Leverage (X2) 48 .0270 4.0110 1.060792 .8230294
Ukuran Perusahaan (X3) 48 6.23 13.37 12.1146 1.31680
Komite Audit (X4) 48 .00 1.00 .8750 .33422
Extraordinary Item (X5) 48 .00 1.00 .5625 .50133
Audit Delay (Y) 48 39.00 96.00 71.9167 12.64210
Reputasi KAP (Z) 48 .00 1.00 .6250 .48925
Valid N (listwise) 48
minimum adalah 0,0270, dan maksimum 4,0110. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari leverage adalah 1,060792 dan 0,8230294. Nilai ukuran perusahaan minimum adalah 6,23, dan maksimum 13,37. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari ukuran perusahaan adalah 12,1146 dan 1,31680. Diketahui nilai komite audit minimum adalah 0,00, dan maksimum 1,00. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari komite audit adalah 0,8750 dan 0,33422. Diketahui nilai extraordinary item minimum adalah 0,00, dan maksimum 1,00. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari extraordinary
item adalah 0,5625 dan 0,50133. Diketahui nilai reputasi KAP minimum
adalah 0,00, dan maksimum 1,00. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari reputasi KAP adalah 0,6250 dan 0,48925.
4.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.1. Uji Asumsi Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan � = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 4.2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 11.04717843
Most Extreme Differences Absolute .110
Positive .072
Negative -.110
Kolmogorov-Smirnov Z .761
Asymp. Sig. (2-tailed) .609
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,609. Karena nilai probabilitas p, yakni 0,609, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas dipenuhi.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.3. Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas (X1) .471 2.122
Leverage (X2) .461 2.170
Ukuran Perusahaan (X3) .802 1.246
Komite Audit (X4) .800 1.250
Extraordinary Item (X5) .760 1.315
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari profitabilitasadalah 2,122, nilai VIF dari leverage adalah 2,170, nilai VIF dari ukuran perusahaanadalah 1,246, nilai VIF dari komite auditadalah 1,250, dan nilai VIF dari extraordinary item adalah 1,315. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.1.Uji Heteroskedastisitas
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.4.Uji Autokorelasi
Durbin-Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.
Tabel 4.4. Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2.361
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,361. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi autokorelasi. Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji dengan uji Run.
Tabel 4.5. Uji Autokorelasi dengan Uji Run Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea 1.25026
Cases < Test Value 24
Cases >= Test Value 24
Total Cases 48
Number of Runs 28
Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .466
a. Median
4.3.Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas.
Tabel 4.6. Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .486a .236 .145 11.68626
Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar �2 = 0,236. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit, dan extraordinary item, secara simultan mempengaruhi variabel audit delay sebesar 23,6%, sisanya sebesar 76,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.4. Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji �)
Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas.
Tabel 4.7.Uji Pengaruh Simultan dengan Uji � ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1775.780 5 355.156 2.601 .039a
Residual 5735.887 42 136.569
Total 7511.667 47
a. Predictors: (Constant), Extraordinary Item (X5), Profitabilitas (X1), Komite Audit (X4), Ukuran Perusahaan (X3), Leverage (X2)
Diketahui nilai Sig. adalah 0,039. Karena Sig. 0,039 < 0,05, maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap audit delay. Diketahui nilai F hitung 2,601 > F tabel 2,39, maka pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap audit delay.
4.5. Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Tabel 4.8 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.
Tabel 4.8. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji �)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 91.429 20.513 4.457 .000
Profitabilitas (X1) -.850 30.103 -.006 -.028 .978
Leverage (X2) 3.635 3.051 .237 1.191 .240
Ukuran Perusahaan (X3) -2.491 1.445 -.259 -1.724 .092
Komite Audit (X4) 15.322 5.701 .405 2.688 .010
Extraordinary Item (X5) -11.545 3.900 -.458 -2.960 .005
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
� = 91,429−0,850�1+ 3,635�2− 2,491�3+ 15,322�4−11,545�5+�
1. Hasil pengujian profitabilitas (X1) terhadap audit delay (Y) pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel profitabilitas pada persamaan 1 sebesar -0,028 dengan tingkat signifikansi 0,978 sedangkan t tabel sebesar 1,986 dan tingkat signifikansi 0,05. Hasilnya diperoleh bahwa t hitung < t tabel (-0,028 <1,986) dengan signifikansi penelitian lebih besar dari 0,05 (0,978 > 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit delay.
2. Hasil pengujian (X2) terhadap audit delay (Y) pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel leverage pada persamaan 1 sebesar 1,191 dengan tingkat signifikansi 0,240 sedangkan t tabel sebesar 1,986 dan tingkat signifikansi 0,05. Hasilnya diperoleh bahwa t hitung < t tabel (1,191<1,986) dengan signifikansi penelitian lebih besar dari 0,05 (0,240> 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit delay.
0,05). Hal ini berarti bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit delay.
4. Hasil pengujian komite audit (X4) terhadap audit delay (Y) pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel komite audit pada persamaan 1 sebesar 2,688 dengan tingkat signifikansi 0,010 sedangkan t tabel sebesar 1,986 dan tingkat signifikansi 0,05. Hasilnya diperoleh bahwa t hitung < t tabel (2,688>1,986) dengan signifikansi penelitian lebih besar dari 0,05 (0,010< 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap Audit delay.
5. Hasil pengujianExtraordinary item (X5) terhadap audit delay (Y) pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel Extraordinary
item pada persamaan 1 sebesar -2,960 dengan tingkat signifikansi 0,05
sedangkan t tabel sebesar 1,986 dan tingkat signifikansi 0,005. Hasilnya diperoleh bahwa t hitung < t tabel (-2,960<1,986) dengan signifikansi penelitian lebih besar dari 0,05 (0,005< 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel extraordinary item berpengaruh signifikan terhadap Audit delay.
4.6. Uji Signifikansi Pengaruh Reputasi KAP dalam Memoderasi Hubungan antara Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Komite Audit, Extraordinary Item, terhadap Audit Delay.
uji residual. Dalam penelitian ini digunakan uji residual. Digunakannya uji residual karena pada uji interaksi dan uji nilai selisish mutlak mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary
least square (OLS) (Ghozali, 2006:164). Untuk mengatasi multikolinearitas
ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut uji residual.
Tabel 4.9.
Uji Signifikansi Pengaruh Reputasi KAP dalam Memoderasi Hubungan antara Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Komite Audit,
Extraordinary Item, terhadap Audit Delay
Coefficientsa
a. Dependent Variable: abs_residual_moderasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .026a .001 -.021 .24119
a. Predictors: (Constant), Audit Delay (Y)
Suatu variabel dikatakan memoderasi variabel bebas jika koefisien regresi variabel tak bebas bernilai negatif dan signifikan (Ghozali, 2006:172). Perhatikan bahwa karena koefisien regresi dari audit delaybernilai negatif, namun tidak signifikan (Sig. 0,858 > 0,05, tidak signifikan), maka reputasi KAP tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara profitabilitas,
delay. Diketahui persentase pengaruh reputasi KAP dalam memoderasi
hubungan antara profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit,
extraordinary item, terhadap audit delay sebesar 0,1%, yakni lebih kecil dari
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian pengaruh parsial, variabel leverage dan komite audit berpengaruh positif terhadap audit delay, sementara variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, dan extraordinary item berpengaruh negatif terhadap audit delay. Diketahui komite audit dan extraordinary
item berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sementara variabel
profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar �2 = 0,236. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit, dan extraordinary item, secara simultan mempengaruhi variabel audit delay sebesar 23,6%, sisanya sebesar 76,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan uji pengaruh simultan dengan uji F, pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap audit delay.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas, beberapa saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Bagi peneliti berikutnya sebaiknya menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap audit delay, serta memperluas ruang lingkup penelitian, agar hasil penelitian dapat diperluas. Dikarenakan variabel bebas komite audit dan extraordinary item berpengaruh signifikan terhadap audit delay, maka perusahaan harus memprioritaskan dalam memperhatikan aspek tersebut, dikarenakan pengaruh variabel tersebut yang signifikan.
2. Peneliti berikutnya sebaiknya memperbesar sampel penelitian, tidak hanya terbatas pada sektor industri barang konsumsi saja tetapi juga menggunakan sampel sektor lain seperti sektor farmasi, pertambangan, dan sektor-sektor lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus disusun dan dibuat sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku agar laporan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan pihak investor luar yaitu investor publik di luar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Selain itu banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti pemerintah, kreditor, investor, dan supplier. Djarwanto (2004:5) menyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan atau laporan modal sendiri, laporan sumber dan penggunaan modal kerja, dan laporan arus kas.
Tujuan umum laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menafsir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mana informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Selain sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untu menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bisnis. Laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi pihak yang berkepentingan, pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan adalah sebagai berikut:
a. Investor atau pemilik
Pemilik membutuhkan informasi laporan kauangan untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar deviden. Selain itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.
Kreditur membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman serta kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo.
c. Pelanggan
Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
d. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebgai tempat menggantungkan hidup.
e. Pemerintah
Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan unutk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan serta bantuan.
f. Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk pengajaran, analisis informasi dan kemakmuran.
2.2. Teori Kepatuhan
Tahun 1995 tentang Pasar Modal; dalam Peraturan Bapepam Nomor X.E.1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-06/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala oleh Perusahaan Efek; dan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.
Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Ketepatan waktu ini berhubungan dengan audit
delay. Jika audit delay yang dibutuhkan lama, penyampaian laporan keuangan
akan tidak tepat waktu.
Kepatuhan terhadap masa perikatan audit (audit tenure) telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 yang menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.
auditor yang berusaha untuk memberikan kinerja terbaiknya berupa kualitas audit. Auditor juga harus patuh dalam memenuhi tugas sesuai dengan jangka waktu audit tenure-nya.
Menurut Hendrich (2012), terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan – tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan prilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu – ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma – norma internal mereka.
2.3. Auditing
Standar auditing digunakan sebagai pedoman audit atas laporan keuangan historis. Menurut mulyadi (2009:9) menyatakan bahwa
Standar auditing terdiri dari 10 standar dari rinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing -masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuandan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap Pernyataan Standar Auditing yang dikeluarkan oleh Komite bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk didalam Penyataan Standar Auditing adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Komite terhadap ketentuan yang diterbitkan oleh Komite dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penfsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai ankuntan publik, sehingga pelaksaannya bersifat wajib (mandatory).
Standar auditing digunakan sebagai pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah di tetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerja Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Standar tersebut saling berhubungan dan saling bergantung satu dengan yang lainnya. Keaadaan yang berhubungan erat denganpenentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga standar yang lain. Materialitas dan resiko audit melandasi penerapan semua standar auditing terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
2.4.Audit Delay
mengusut indikasi penyimpangan yang terjadi. Proses ini memungkinkan publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat.Fenomena lamanya proses dalam terminology penelitian pengauditan dikenal denganaudit delay.
“Audit delayatau audit report lag adalah lamanya / rentangwaktu
penyelesaian audit yang diukur daritanggal penutupan tahun buku sampai dengantanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan” (Parwati dan Suhardjo, 2009).Audit delayinilah yang dapat mempengaruhi ketepataninformasi yang dipublikasikan, sehingga akanberpengaruh terhadap tingkat ketidakpastiankeputusan yang berdasarkan informasi yangdipublikasikan.Keterlambatan waktu laporan keuanganauditan yang disampaikan oleh auditor kepada perusahaan dapat mempengaruhi kualitas informasi dari laporan tersebut karena panjangnya waktu tunda audit menunjukkan bahwa informasi yang diberikan tidak out of date dan informasi yang lama menunjukkan bahwa kualitas dari laporan keuangan auditan tersebut buruk.
2.5.Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan good news bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan beberapa komonen yang ada di dalam laporan laba rugi dan atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode. Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat perkembangna rasio profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan melakukan analisis rasio keuangan secara berkala memungkinkan bagi manajemen untuk secara efektif menetapkan langkah-langkah perbaikan dan efisiensi.
“Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan” (Kasmir 2008:196). Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
6. Untuk mengukur produktvitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri
Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah untuk
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya degan tahun sekarang
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit
delayakan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat
profitabilitasnya lebih rendah.Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return
onasset (ROA). “Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang
mengukurseberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset
ROA =
Total Aset
Laba bersih
Jika hasil Return On Asset (ROA) semakin besar maka jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam total aset juga akan semakin besar.
Sebaliknya, jika hasil Return On Asset (ROA) semakin kecil maka jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam total aset juga akan
semakin kecil.
2.6.Rasio Leverage
Menurut Kasmir (2008:165) “Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang”. Misalnya, rasio total hutang dengan total aktiva (total debt to
total assets ratio), kelipatan keuntungan terhadap beban bunga (time
interest earned), kemampuan keuntungan dalam menutup beban tetap
(fixed charge converage). Tujuan daripenggunaanhutang(Leverage)adalah untukmeningkatkanreturnbagi pemegang saham. Dengan memperbesar unsur Leverage, maka unsur ketidakpastianreturn makintinggi,tapijugamemperbesarkemungkinan pertambahan jumlah
return yang diperoleh.
Tujuan dan manfaat rasio leverage adalah sebagai berikut:
b. untuk menilai dan mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap
c. untuk menilai dan mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dan modal
d. untuk menilai dan mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang
e. untuk menilai dan mengetahui seberapa besarhutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva
f. untuk menilai dan mengetahui atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang
g. untuk menilai dan mengetahui seberapa besar dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri. Pada praktiknya dikenal 3(tiga) macam bentukLeverage dalam perusahaan,yaituoperatingLeverage, financial Leverage, dan totalLeverage.
a.Operating Leverage
Operating Leveragejugadapatdiartikansebagaipenggunaandana
denganbiayatetapdenganharapanpendapatan
yangdihasilkandaripenggunaan dana tersebut. Dengan menggunakan
operating Leverage perusahaan mengharapkan bahwaperubahan
b.Financial Leverage
FinancialLeverageadalahtingkat
sampaisejauhmanasekuritasdenganlaba
ataupengembaliantetap(saham preferendanutang)digunakandalam strukturmodalperusahaan.
Penggunaan financialLeverageyang semakinbesarmembawa
dampak positifbilapendapatan
yangditerimadaripenggunaandanatersebutlebihbesar
daripadabebankeuanganyang dikeluarkan.Sedangkandampak negatifnya penggunaan financialLeverageyangsemakinbesarakan menyebabkanhutang semakinbesaryangditanggung perusahaan, yaitu bebantetapataubeban bunganya. Apabila perusahaan tidakmemenuhikewajibannya yang berupa beban bunganya, maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan kegiatan usahanya.
c. Total Leverage/ Combined Leverage
TotalLeveragemerupakan kombinasidariOperating Leverage
dengan FinancialLevearge.Leveragekombinasiterjadi
apabilaperusahaanmemilikibaik operating
LeveragemaupunfinancialLeveragedalamusahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang sahambiasa.
memperoleh keyakinan akan laporan keuangan perusahaan maka auditor akan meningkatkan kehati-hatiannya sehingga rentang audit delay akan lebih panjang.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat leverage suatu perusahaan dalam penelitian ini adalahDebt to Equity Ratio (DER). Menurut Kasmir (2008:157) “Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas”. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan uang.
Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Ekuitas Total Hutang
2.7.Ukuran Perusahaan (Total Asset)
Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya sebuah perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset,total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan asset (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total asset tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total assetnya diatas seratus milyar.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah dan lain-lain. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Keterbatasan karyawan dan keahlian yang dimiliki oleh perusahaan kecil dapat menimbulkan keraguan terhadap laporan keuangan yang dihasilkan. Auditor harus lebih teliti dalam melakukan pengauditan. Hal ini merupakan faktor yang dapat memperpanjang audit delay.
Besar kecilnya perusahaan biasanya mempengaruhi penilaian seorang investor untuk investasi di suatu perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma dari total aset (natural logarihm of assets). Semakin besar perusahaan semakin besar pula dana yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran perusahaan (Firm Size ) = Logaritma (Natural Total Asset)
2.8.Komite Audit
a. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang b. Seorang komisaris independen menjadi ketua
c. Anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen
d. Sekurang-kurangnya satu orang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan/atau keuangan akuntansi dan/atau keuangan
Komite audit bertugas memberikan pendapat professional yang independen kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris, yang meliputi:
a. Menelaah informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan seperti laporan keuangan serta proyeksi dan informasi keuangan lainnya. b. Menelaah independensi dan objektivitas akuntan publik.
c. Menelaah kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik untuk memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan. d. Menelaah efektivitas pengendalian internal perusahaan.
e. Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan tercatat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
Komite audit wajib melaporkan hasil penelaahannya kepada seluruh anggota dewan komisaris selambat-lambatnya 2 hari kerja setelah laporan itu selesai dibuat. Komite audit wajib menyampaikan laporan aktivitasnya kepada dewan komisaris secara berkala, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan. Masa tugas anggota komite audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan dewan komisaris sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM-LK dalam surat edaran No. SE-03/PM/2000 dinyatakan bahwa emiten publik harus mempunyai komite audit yangberanggotakan paling sedikit tiga orang dengan dipimpin oleh komisaris independendan sisanya merupakan anggota eksternal. Semakin banyakanggota dalam komite audit suatu perusahaan maka semakin singkat audit delay.
2.9.Extraordinary Item (item-item luar biasa)
Menurut Rachmad Saleh (dalam Almilia dan Setiady,2006) perusahaan yang melaporkan item – item luar biasa cenderung terlambat menyajikan laporan keuangannya.Item – item luar biasa adalah kejadian material yang jarang terjadi dan tidak berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan. Terdapat beberapa pengecualian mengenai item – item luar biasa, dimana item – item ini tidak dianggap sebagai item luar biasa yaitu:
b. Keuntungan atau kerugian dari transaksi valuta asing, termasuk devaluasi dan revaluasi.
c. Keuntungan atau kerugian pelepasan segmen bisnis.
d. Keuntungan atau kerugian dari penjualan bangunan, pabrik dan peralatanoperasi.
e. Pengaruh dari pemogokan.
f. Penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang.
Menurut Almilia dan Setiady (2006) beberapa jenis keuntungan item-item luar biasa adalah :
a. Kemungkinan penerimaan atas hadiah, sumbangan, bonus, dan lain – lain. b. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak. c. Penundanaan kasus pengadilan yang kemungkinan hasilnya
menguntungkan.
d. Kerugian pajak yang dapat dikompensasikan untuk tahun di masa depan. Sedangkan kerugian kontinjensi, biasanya berkaitan dengan :
a. Perkara pengadilan, klaim dan pengenaan. b. Biaya jaminan dan garansi.
c. Premi dan kupon. d. Kewajiban lingkungan. e. Resiko asuransi sendiri.
– item luar biasa dapat dikatakan memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
2.10. Reputasi KAP
Kantor Akuntan Publik (KAP) salah satu faktor yang mempengaruhi audit delay. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa dalam praktek akuntan publik.
Seorang auditor bukanlah pihak yang mengungkapkan informasi keuangan secara signifikan mengenai perusahaan. Namun, auditor berperan dalam mengungkapakan informasi tentang pengaruh material dari metode akuntansi dan menyatakan opini atas laporan keuangan yang telah diaudit. Setiap laporan keuangan tahunan perusahaan akan diaudit oleh seorang auditor yang berkerja di Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, berstandar pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) bekerja sama dengan big four atau tidak. Penelitian yang dilakukan sebelumnya banyak yang menyatakan ada kecenderungan bahwa KAP Big Four lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima.
untuk menyelesaikan audit sesuai jadwal. Sehingga informasi dapat lebih cepat diterima pengguna laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Arens dan Loebbeck mengkategorikan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi empat kategori:
a. Kantor Akuntan Publik Internasional “The Big Four”
Ada empat kantor akuntan publik terbesar di amerika serikat, yang disebut sebagai kantor akuntan publik international dan mempunyai julakan “the Big Four”. Masing- masing memiliki kantor di setiap kota besar di amerika serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Berikut nama Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang bermitra dengan big four, yaitu:
1. KAP Price WaterHouse Cooper (PWC), berkerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutarto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta& Widjaja
3. KAP Ernest & Young (E&Y), yang bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko & Sarjadja.
b. Kantor Akuntan Publik Nasional
KAP ini memberikan pelayanan yang sama dengan “The Big Six” dan melancarkan persaingan langsung dengan mereka dalamhalmenarik klien. Selain itu mereka memiliki hubungan dengan KAP di luar negeri sehingga memiliki juga potensi International. Pada masa belakangan ini makin banyak kantor akuntan publik jenis ini yang juga di wakili di Indonesia.
c. Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional
Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia merupakan kantor akuntan publik lokal dan regional, dan terutama sekali terpusat di pulau jawa. Beberapa diantaranya cuma melayani klien di dalam jangkauan areanya dan membuka cabang di daerah lain. Kantor akuntan publik ini pun, bersaing dengan kantor akuntan publik lain dalam menarik klien termasuk dengan kantor akuntan publik international dan national.
d. KantorAkuntan Publik Lokal Kecil
meskipun ada juga diantaranya melayani perusahaan yang telah go
publik.
2.11. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit delay yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul
Penelitian
KAP dan Komite Audit berpengaruh negatif Item / Pos tambahan Ukuran Perusahaan.
1.Jenis auditor (big4), perusahaan keuangan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit
report lag.
2.Leverage berpengaruh
terhadap audit report lag.
Raja Adzrin
1. Ukuran Perusahaan dan pos luar biasa tidak berpengaruh terhadap audit
report lag.
2. Jenis Industri, Laba/rugi Perusahaan, opini
audit,kualitas auditor, Proporsi hutang
berpengaruh terhadap audit
Novice
Lianto dan Budi Hartono Kesuma
2010 Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terhadap audit report lag. 2. Ukuran perusahaan, dan
jenis industri tidak
2013 Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi
Gender auditor, dan reputasi KAP berpengaruh terhadap
audit delay.
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit
2013 Pengaruh karakteristik
auditor,spesialisasi
pergantian auditor
- Dependen: Audit
delay
Regresi Linear Berganda
1. Karakteristik auditor dan pergantian auditor berpengaruh terhadap audit
report lag.
2. Opini audit, spesialisasi auditor, dan audit tenure tidak berpengaruh terhadap
2009 Faktor-faktor yang
Yang Mempengaruhi
Andi Kartika 2011 Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Audit
1. Ukuran perusahaan , operasi kerugian dan keuntungan, solvabilitas, opini audit, reputasi auditor berpengaruh positif terhadap audit delay 2. Profitabilitas berpengaruh
Nova Vitria Adriani
2014 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit
Debt to equity ratio Audit tenure
1. Ukuran perusahaan, opini auditor, laba rugi
perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan,
extraordinary item
berpengaruh positif terhadap audit report lag 2. Pergantian auditor,
profitabilitas, debt
proportion, debt to equity ratio, audit tenure, umur
perusahaan, likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit report lag
Sumber: Olahan Peneliti 2.12. Kerangka Konseptual
H3
Gambar 2.1. Kerangka Koseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konseptual ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan dari suatu topik yang akan dibahas. Pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Hubungan profitabilitas terhadap audit delay.
Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Profitabilitas merupakan good news bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalampengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah.
b. Hubunganleverage terhadap audit delay
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan adalah berita buruk bagi citra perusahaan dimata publik. Hal ini menyebabkan manajemen akan menunda pelaporan keuangannya.
c. Hubungan ukuran perusahaan terhadap audit delay
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit
delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih
cepat dibandingkan perusahaan kecilkarena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.
d. Hubungan komite audit terhadap audit delay
komisaris independendan sisanya merupakan anggota eksternal. Semakin banyakanggota dalam komite audit suatu perusahaan maka semakin singkat audit delay.
e. Hubunganextraordinary item terhadap audit delay
Item – item luar biasa adalah kejadian material yang jarang terjadi dan tidak berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan. Perusahaan yang melaporkan item – item luar biasa cenderung terlambat menyajikan laporan keuangannya. Item – item luar biasa akan menambah informasi yang harus disajikan oleh perusahaan pada pihak yang berkepentingan, yang akan menambah waktu yang diperlukan untuk mengolah informasi tersebut sehingga menyebabkan audit report lag semakin panjang.
menggunakan jasa KAP big 4 untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. Hal ini menandakan bahwa reputasi KAP dapat memoderasiprofitabilitasterhadap audit delay.
g. Hubungan Reputasi KAP denganLeverage terhadap Audit Delay.
Tujuan daripenggunaanhutang(Leverage)adalah untukmeningkatkanreturnbagi pemegang saham. Dengan memperbesar unsur Leverage, maka unsur ketidakpastianreturn makintinggi,tapijugamemperbesarkemungkinan pertambahan jumlah
return yang diperoleh. Hal ini berpengaruh pada jasa KAP yang
digunakan perusahaan. Semakin tinggi return yang dapat dihasilkan perusahaan, maka semakin baik pula jasa KAP yang digunakan.Hal ini menandakan bahwa reputasi KAP dapat memoderasi leverage terhadap
audit delay.
h. Hubungan Reputasi KAP dengan Ukuran Peruasahan (Size) terhadap
Audit Delay.
KAP big fouradalah empat kantor akuntan berskala internasional yang terbesar saat ini, yang menangani sebagian besar audit bagi perusahaan,
audit oleh KAP big four karena menurut Ahmad dan Kamarudin (2003) perusahaan yang memiliki aset lebih besar ingin melaporkan lebih cepat laporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset lebih kecil karena perusahaan besar pada umumnya dimonitor secara ketatoleh investor dan pihak-pihak yang berkepentingan dan perusahaan berskala besar juga memiliki sumber daya untuk membayar audit fees yang relatif tinggi sehingga perusahaan besar dapat menggunakan jasa KAP big four untuk mengaudit laporan keuangan.Hal ini menandakan bahwa reputasi KAP dapat memoderasi ukuran perusahaan terhadap
audit delay.
menandakan bahwa reputasi KAP dapat memoderasi komite audit terhadap audit delay.
j. Hubungan Reputasi KAP dengan Extraordinary Item terhadap Audit
Delay.
Item – item luar biasa adalah kejadian material yang jarang terjadi dan tidak berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan.Menurut Rachmad Saleh (dalam Almilia dan Setiady,2006) perusahaan yang melaporkan item – item luar biasa cenderung terlambat menyajikan laporan keuangannya.Item – item luar biasa akan menambah informasi yang harus disajikan oleh perusahaan pada pihak yang berkepentingan, yang akan menambah waktu yang diperlukan untuk mengolah informasi tersebut. Sehingga pelaporan item – item luar biasa dapat dikatakan memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Jika perusahaan memilih menggunakan jasa KAP big four dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan, maka
audit delay semakin kecil. Hal ini menandakan bahwa reputasi KAP
dapat memoderasi Extraordinary item terhadap audit delay.
2.13. Hipotesis Penelitian
kerangka konsep yang telah diuraikan sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, komite audit dan
extraordinary item secara parsial dan simultan terhadap audit delay.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan para investor sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan. Para investor melakukan penanaman modal dalam perusahaan dengan tujuan untuk mendapat hasil yang sesuai dengan harapannya. Oleh karena itu, sebelum melakukan penanaman modal, investor mengevaluasi pendapatan yang diperkirakan akan dapat diperoleh dari investasinya. Ini berarti bahwa investor harus melakukan analisis laporan keuangan perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya.