EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
PERENCANAAN PARTISIPATIF
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (P3MD)
PADA LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT
DESA
(LKMD)
D1
KABUPATEN
BOGOR
Oleh :
AGZJS
MANJAR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
ABSTRAK
AGUS MANJAR, "Eiektivitas Komunikasi Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa (P3MD) pada Letnbaga Ketahanan Masyarakat Desa (IXMD) di Kabupaten Bogor", Komisi Pembimbing S JAFRI
MANGKUPRAWIRA, A D A VITAYALA. S. MUBEIS, dan SUTISNA
RIYANTO.
Penelitian ini bertujum
untuk
mengetahui: (1) kondisi dan aktivitas potensial pengurus LKMDuntuk
menjadi komunikator P3MD yang efektif, (2) efektivitas pelatihan P3MD yang dilakukan oleh Kantor PMD Kabupaten Bogor terhadap pa~gunls LKMD, dm (3) falrtor-f5ktor yang berhubungan deirganefektivitas komunikasi P3MD.
Penelitian
ini
merupakan survey yang bersifat deskriptif dan analisis korelasional. Sampel diambil. secara acak berstrata dari pengurus LKMD yang belurn m e n m t i pelatihan P3MD dan pengums LKMD yang sudah mengkuti pelatihan P3MD dari tiga tipologi wilayah pengembangan (pertanian, industri danpariwisata, masing-masing diambil dari dua komuaitas masyarht (perkotaan dm
perdesaan). Data dianalisis dengan analisis deskriptif
dan
analisis korelasional menggunakan uji Khai Kuadrat( x 2
).Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) secara
umum
kondisi karakterist& pengurus LKMD culcup potensialuntuk
dapat mengkomunikasikanP3MD secara efektif, sedangkan aktifitas potensial perilaku kamunikasinya cenderuttg mash rendah, (2) pelatihrn P3MD y a q dilaksanakm ole11 Kantar
PMD Kabupaten Bogor terhadap pengunrs LKMD cukup efektif menambah pengetahuan dan memotivasi untuk dapat melakukan tindakan mengenai P3MD
seeam lebih bnik, dm (3) faktor kdteristik individu yang bahubungnn secnra nyata dengin efehvitas komumkasi P3MD, antara lain: jenis kelamin dengan tindakan, pendidkan formal dengan tindakan, pekerjaan dengan pengetahuan dan sikap, pendapatan keluarga dengm pengetahuan, dan pengalaman mmgikuti kursus/penataraa/pelatihan dengan pengetahuan d m sikap, falaox perilaku komunikasi yang berhubungan secara nyata dengan efektivitas komunikasi P3MD, antara lain: akses terhadap jaringan komulukasi dengan seluruh aspek (pengetahuan, sikap dan tindakan), tingkat kekasmopolitan dan keterdedahan terhadap media massa hmya dengm pengetahurn, faktor wilayah berhubtlngnn secara nyata Ctengan efebvitas kom1.1nikasi P3MD dalam aspek pengetahuan dan
EFEKTIVITAS KOMUNIKAST PERENCANAAN PARTISIPATTF
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (P3MD)
PADA LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA (LKMD)
DI KABUPATEN
BOGOR
Oleh
:
AGUS
MANJAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar
Magister Sain (Msi) Pada Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian
drmn
Pedesaan
Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Judd Tesis : Efektivitas Komumkasi Perencanam Partisipatif Peinbangunan Masyarakat Desa (P3MD) pada Lembaga Ketal~a~an Masyarakat Desa (LKMD) di Kabupaten Bogor
N a m a : A g ~ s Manjar
Nomor Pokok : 9847708
Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)
Dr.
h.
Siafii Maagkrrprawira K e t u aL
Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis Anggota
0
Lr. Sutis~ia R~yanto, MS Anggota
2. Ketua Program Studi Koinmikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaai~
CLQ-4.
Dr.
Ir. Puda ~itwGa S. HubeisPmdis chlahirkan pa& tanggal Z Apstus 1965 di Garut. M e n W dengan
Rosmawaty pada tahun 1993
dan
d i k a i a i satu orang anak Any Muhammad Nugraha.Pendidikan ditanpuh di Gamt sejak SD hingga SMA. Lulr~s SMA
Cikajang Gamt tahun 1986. Melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam
Negeri Bandung Jurusan Ilmu Pernerintahm pada tahun 1986 dm lulus tahun
1989. Kemudian melanjutkan ke Sekolali Tinggi Illnu Sosial dan Ilmu Polirik
(STISIP) Yaperti Jun~sm Administrasi Negara pada tah~in 1990 dan lulus tahun
1992.
Sejak 9 Januari 1999 pendis bekerja pada Pernerintah &&paten Bogor
dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Seksi Pemerintahan Kecarnatan Cileungsi
Kabupaten Bogor.
Penulis tematilt sebagai mahasiswa Program Pascasajana Instinit
PRAKATA
Segala puji d m syukwc penulis panjatkan kehadirat
Allah
SubhanahuWataala, karena berkat rahmat dan k d a - N y a penuiis telab dapat
mnerampungkan tesis ini, ymg menjadi salah satu s y m t ddam menyelesatkan
studi pada Prograin Pwasarjana Institut Pertmian Bogor.
Studi mengenai Efektivitas Komunikasi Perencanaan Partisipatif
Pembangunan Masywakgt Desa ( P 3 W ) pada Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa (LKMD) di Kabupaten Bogor, dilatar klakangi ole11 perltmya upaya yang sunggnh-swgguh dalam rangka rnengembangkan pembmgunan desa swam
berdaya guna dan berhasil @ma, sesuai dengan kondisi, potensi dan permasalahan
yang sebmarnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan tenina kasih dm memberikan
penghargmn yang setinggi-tingginya kepada Bnpak Dr. Ir. S j a f Mangkuprawira,
Ibu Dr. Ir. Aida Vitayala. S. Hubeis, Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS, dan Ibti Ir. Melani Abdulkadir Slmito, MS sebagai komisi pembimbing yang telah
memberikan perhatian, petmjuk
dan
sarannya pada penelitian dan penulisan tesisini.
Diucapkrtn terima kasih pula kepada Bapak IT. AmIntdin Saleh dan Para
Dosen Program Studi Komunikasi Pembangunan Patmian dan Pedesaan Progratn
Pascasarjana fnstitut Pertanian Bogor.
Peniilis menyam bnhwa tesis ini masih mengruldung kelmahm d m
kekurangan, maka secara t d u k a menanam arm-saran berbagai pihak untuk
penyempurnaannya.
Harapan, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat yang berarti, baik
sebagai bahan pertimbangai bagi kepentingan pembmgunan desa, maupun
DAFTAR
IS1
Halaman
...
MSTRAK i
...
RIWAYAT HIDUP ii
DAFTARISI ... v DAFTAR TABEL ... vii
...
DAFTAR GAMBAR viii
...
DAFTAR LAMPIRAN viii
1 . PENDAHULUAN
...
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Penlmusan Masalah ... 4
. .
...
1.3. Tujuan Penellban 5
...
1.4. Kegunaan Penelitian 5
11 . TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perei~canaan Partisipasi Pemnbansu~an Masyarakat Desa (P3MD) ... 6
2.2. Efektivitas Kotnunikasi ... 7
...
2.3. Kmakteristik Individu 11
...
2.4. Perilaku Komunikasi 12
2: 5 . Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) ... 12
111 . KERPLNGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
...
3.1. Keralgka Pemikiran 14
3.2. Hipotesis ... 17
IV . METODE PENELITIAN
. .
...
4.1. Desain Penebban 18
...
4.2. Populasi dan Sampel 18
...
4.3. Metode Pengumpulan Data 19
...
4.4. Insrumentasi 20
...
4.5. Definisi Operasional 20
...
4.6. Validitas dan Realibilitas Instrumen 23
...
4.7. Analisis Data 25
V . HASIL DAN PEMBAHASAN
...
5.3. Efektivitas Kornunikasi P3MD . . . 39
5.4. Hubungan Karakteristik Individu Responden dengan Efektivitas
Komtu~ikasi P3MD ... . . .
.
. . .. . . 435.5. Hubungan Perilaku Kotnunikasi Responden det~gat~ Efektivitas
Komtrnikasi P3MD ...
...
... . .. ... . .....
... ...
... ... . .. .. . . . . . 53 5.6. Hubungan Faktor Wilayah dan Faktor Masyarakat denganEfektivitas Kom~milcasi P3MD ... 58
VI. ESIMPULAN D.4N SARAN
6.1 . Kesitnpnlan . . . ... ... 63
6.2. Saran . ... . . . .. ... .. . ... ... . . .. . .. ... . .. .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 64
DAFTAR TABEL
I
.
Distribusi Sampel yang Diamati . . .. . . 202. Deskripsi kakteristik Iadividu Respondell . . . 3 1
3, Frekuensi dan Persentase Perilakil Komtlnikasi Responden .. .
.
. . ..
. 364. Frekuensi dan Persentase Efektivitas Komunikasi P3MD Responden dan Hubungan Pelatihan P3MD Dengan Efektivitas
Komunikasi P3MD . . . 39
5. Hubwigan Karakteristik Individu Responden Dengan Efektivitas
Komunikasi P3MD . . . . . . . . . . .
.
. . ..
. . ..
.
. . . = . , , . .. 446. Ihibungan Perilaku Komunikasi Responden Dengan Efektivitas
Kom~mikasi P3MD . . .
.
. . ..
. . . 537 . Hubungan Faktor Wilayah dan Faktor Masyarakat
Dengan Efektivitas Komunikasi P3MD . . . .. 58
8, Hubungan Ti pologi Wit ayah Dengan Efektivitas
D,4FTL4R GAMBAR
Garribat- Teks Halaman
...
1. Kerangkn Pemikiran Efektivitas Komt~nikasi P3MD 16
DAFTAR
LAMPIRAN
No. Teks Halanan
...
Peta Kabupaten Bogor 69
I-Iasil Uji Coba Kuesioner ... 70
Frekuensi d m Persentase Efektivitas Kom~mikasi P3MD Menurut 7 1
...
Karakteristik Responden
Frekuensi dan Persentase Efektivitas Komunikasi P3MD Menwut
...
Perilaku Koin~ukasi Responden 73
Frekuensi dan Persentase Efektivitas Kornilnikasi P3MD
. . .
Responden Menurut Faktor Wilayah 7 4
Frekuensi dan Persentase Efektivitas Komunikasi P3MD
...
Responden Meiiwut Faktor Masyarakat 7 5
... ...
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakaug
Upaya pembangunan desa yang dilaksanakan selama ini seringkali belum
dapat mencapai has2 yang optimal, karma kegiatan tersebut menghadapi berbagai
kendala, antara lain seperti masymkat tidak rnenyambutnya secara proaktlf. Hasil
evnl~lasi dan riset ymg itilakukan Direktomt Jenderd Panbangman Masymkat
Desa Departemen Dalam Negeri (Dirjen PMD Depdagri), mengungkapkan bahwa
m d n y a berbagiii pernasalahan dalam pembangunan desa itu, penyebab
utamanya Iebih berhubungan dengan program pembangunan. Dijefaskannya
program pentbangunan yang dikerjakm sering k m g seinras dengm kebutuhan
nyata rnasyarakat, dan kurang terakomodasinya sumbadaya yang tersedia dan keadaan desa yang sebenarnya.
Supaya pennasdahan serupa tidak terjadi dalam kepiatan pembangunan
desa berikutnya. Untrak mengatasinyn Wjen P M b Depdagi sejak tahun 1996
tdah mmperkenalkan suatu mdode dan tehnik penyusunan program
pembangunan desa yang lebh lengkap dan jelas. Metode dm tehnik itu disebut
metode "Perencanam Partisipatif Pmbmgunan Masyarakat Desa" atau Isingkat
dengan istilah "P3MD". Metade ini sebenarnya diangkat dan dikembangkan dari
tradisi luhur masyarakat kita, yaitu bermusyawarah dan bagotong royong, yang
kemudian dipadukan dengan berbagai pendekatan keiimuan.
Metode P3MD primipnya dimitksudkan untuk mmgarahkm seluruh
komponen desa (pemerintahan desa, lembaga kemasyarakatan desa, dan
desanya secwa menyelunnh, {b) menemukenali
dan
mengmalisis blerbagaiperrnasalahan, (c) menentukm alternatif pemecahml masalah, dan (d) menyusun pragmm pembangunm secnra tepat &n realistis. M&a seluruh komponen desa
dalm kapasitasnya sebagai pel& (subyek) &aIigus menjadi sasaran (obyek)
pembangman,
akm
mampu mewujudkan dan memanfaatkan pembangunan desasecara berdayaguna dm berhasilguna.
Arah dm sasaran strategis ymg tersirat dalm metade P3MD ini, antma
lain untuk : (1) meningkatkan pemberchyaaa masyarakat agar semua warga desa
dapat berpartisipasi Mf dalam se1urd-i proses pengelolaan pembangunan, dengan kesempatan d m kemarnpuan yang proporsronal; (2) meningkatkan kualitas perancanam pembangunan desa yang ditetapkan berdasarkm kajian terhadap
masalah, kebutuhan,
dan
sumberdaya yang tersecha; (3) mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat menuju terciptanya pelaksmaan pernbangunan yangbertumpu pada kekuatan sendiri; dan (4) mengembangkan pelaksinaan
pembangunm dasa secwa terpadu.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
P e m e r i n w Daerah, maka kabupaten dan kota t m a s u k didalamnya desa merniliki kewenangan ymg cukup luas mtuk melak&an otonomi daaahnya secara nyata dan bertanggung jawab. Salah satu konsekuensi dari kewenangan
otonomi daerah ini, menyangkut p e m u h a n kebutuhan pabangunan di
daerahnya, kabupaten, kota dm desa dituntut mtuk mampu mewujudkan
pembangunan secara mandiri, melalui pem&tm segala potensi
dan
Bagi desa yang dalam penyelenggaraan pembangwlm lebih mengandalkan
pada kekuatan kegotong royongan dan keswadayaan masyarakat, dalam
menghadnpi tantnngan tersebut, maka untuk menjaw~bnya penerapan pola P3MD
akan sangat tepat.
Kantor Pabangunan Masyarakat Desa Kabupaten Bagor dalam upaya
memasyarakatkan P3MD di wilayah Kabupaten Bogor, antara laiu mengadakan
pembekalan dm pelatihan kepada pma Kasi PMD kecturratm, pengurtrs LKMD
dan.
Perangkat Desa. Selain melalui cara itu, upaya lainnya addah dengan memberikan 1 (satu) paketbuku
modul pelatihasl mengetlai P3MD kepada setiap desa.tJntnk pemasyarakatan dan penmapan metode P3MD secartsa lebih luns di desa, yakni mulai
dari
lingkup kelompok dasa wisma,ru.kun
tetangga, rukunwarga, dusun, sampai dengan tingkat desa. Pemerintah memposisikan dan memfuugsikan pengunls LWEI menjadi mediator dan fasilitatornya. Alasanuya
selnin dalsfn m g k a pemberdayaan, j u g karma p m fungsinya sangat
berhubunp erat dengan kapasitas lembaga ini, antara lain sebagai: penyustm
program pembangunan desa, penggaak prakarsa dan partisipasi masyarakat,
pendorong ttunbulmya kondisi dinamis masyarakat melalzli swadaya dan gotong
royong.
Dengan kdudukan dan perannya sebagai mediator dart fasilitator
1.2. Perurnusan Masalah
Pemasyarakatm P3MD terhadap pengurus LKMD di Kabupaten Bogor antara lain dilakukm melalui pelatihan dan pembman buku paket modd
pelatihan P3MD. Bagi pengums
LKMD
smdiri untuk bisa memahami d mmenerapkan pola tersebut sec#a utub perlu beradaptasi. Karena metode dan
tehnik P3MD ini merupak~i pola baru, yang tentunya sedikit banyak aka1
terdapat perbedam dengan polla y ~ m g penrnh diterapkan sebelumnya.
Adaptasi ini akatl. blangsung dengan baik apabila potmsi individu
pengurus LKMD dapat diarahkan pada pemahaman mengenai metode P3MD
secara benar dan lengkap. SelGngga
akan
merangsaixg minat d m ~notivasi merekauntuk terbiasa dengan metode itu.
Hasil observasi menunjukkm bahwa proses tersebut belum berlangsung
baik, karena rnasih dihadapkan pada kendala-kendala, terutama yang berkaitan
dengan sun'berdaya mnaiiusia, yermserta, dan tindakal-tindakan proaktiJ dari
pengurus LKMD. Indikatornya, setelah h p i r 2 tahun diperkm&a.n kepada pengurus LKMD melalui pelatihan dan pemberian buku paket oleh Iiantor PMD
Kabupaten Bogor, ddam proses pe:mt,anguaan di desa-desa pada umumnya belum terlihat lnenerapkan metode P3MD.
Untule rnengetahui dan mengungkapkan knndisi yang sebena~nya, maka
efektivitas komunikasi mengenai P3MD pada p e n w s LKMD penting untuk diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini berusaba
untuk
menjawab1. Bagaimma kondisi dm aktivitas potensial pengum
LKMD
untuk
menjadikoinunikator P3MQ yang efektif ?
2. Sejauhmam efektivitas pelntrhm P3Ma yang di\&ukan oleh Kantor
P M D
Kabupaten Bogor terhadap pengurus LKMD ?
3. Faktor-faktor apa ymg berhubungan dengau efektsvitas komunikasi P3MD 7
1.3. Tujuan PeneIitian
Penelitian ini bextujuan mtuk :
1. Mengetahti kondisi dan aktivitas potensial pengurus LKMD untuk menjadi
komunikator P3MD yang efektjf.
2. Meagetnhui efektivitas pela- mengenai P3MD ymg dilakukm aleh Kmtor PMD Kabupaten Bogor terhadap pengums LKMD.
3. Mengetahui &or-Wtor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi
P3MD.
1.4. Kegunaaa Penelitian
Secara
umum
penelitian ini diharapkan dapat membenkan masukan yangberarti bagi penyernpmaan pelaksmw sosidisasi P3MD ymg efektif. Secara
khusus penelitian ini diharapkan dapat bergma untuk :
1. Bahan pertimbangan bagi Kantor PMD dalam pensosialisasian P3MD.
2. lnformasi bagi pengembangan penelitian berrkutnya.
3. Memberikan kontdbusi
dalam
mendeskripsikan thgkat pemahaman mengenai11.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan Partisipasi Pembangunan Masyarakat Desa (P3MD)
Perencanaan Partisipasi Pembangunan Masyarakat Desa atau disingkat P3MD adalah suatu metode perencanaan pembangunan yang dikembangkan dari kebiasaan masyarakat, yaitu bemusyawarah
dan
bergotong royong yang dikemas dengan teknologi baru dan nuansabaru.
Maksud dan tujuan dari inetode P3MD ini untuk lebih memberdayakan masyarakat agar ciapat berperanserta aktif dalam proses pembangunan desanya. Sehingga program pembangunan desa yangakan
dikerjakan, merupakan hasil prencanaan murni masyarakat (bottom up planning) yang dilakukan secara musyawarah dan gotong royong.Metode P3MD memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) terbuka, artinya dapat menerima berbagai kemungkinan dan tidak membatasi bidang pembangunan yang direncanakan, (b) selektif, artinya untuk mencapai hasil optimal semua masalah terseleksi dengan baik dan untuk menyeleksi masalah digunakan alat kajian, (c) kecermatan memadai, artinya data yang diperoleh cukup obyekti f, tel i ti, dapat dipercaya, dan menampung aspirasi masyarakat, (d) proses berulang, artinya proses pengkajian terhadap suatu masalah dilakukan secara berulang sehingga mendapat hasil yang terbaik, (e) penggalian infomasi, artinya dalam menemukan masalah dilakukan penggal ian informasi melalui alat kaj ian keadaan desa, dengan sumber informasi utama dari peserta musyawarah perencanaan, dan
(0
Unsur-unsur P3MD terdiri da3-i : (1) metode atau cara, yaitu serangkaian alat yang digunakan secara berumtan oleh kelompok perencana yang memberikan peluang dan bersifat partisipatif,
(2)
kelornpok perencana yaitu orang-orang yang aktif secara bersama-sama menyusun rencana melaiui musyawarah, kelompok perencana dimaksud dapat terdiri dari wakil masyarakat atau anggota masyarakat sendiri; (3) alat peraga atau alat bantu, yaitu untuk menggarnbarkan dan merekam informasisecara
jelas; dan (4) pernandu, yaitu orang atau kelompok yang bertugas membantu kelompok perencana (masyarakat) dalam memperlancar dan menggiatkan partisipasi peserta mencapai mufakat dan menjamin penerapan metode secara baik, dalam ha1 ini yang diberikan peran dan tanggung jawab untuk sebagai pemandu adalah pengurusLKMD.
2.2. EfeWivitas Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada koinunikan (Effendy, 1993). Koinunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikannya. Dengan demikian diantara orang yang berkomunikasi haruslah tercapai kesamaan pengertian. Apabila persarnaan itu tidak tercapai, maka dapat dikatakan tidak terjad kornunikasi (Effendy , t 993).
jlka respons yang diinginkan sumbez dan respons yang diberikan pcnerima indentik, dan dirumuskan berikut ini.
R makna yang ditangkap penerima
-
=
IS malma yang dimaksud pengiritn dimana :
R-
penerima pesanS
= pengrim pesan1 = nila~ kesempurnaan penyampaian dan penerirnaan pesan
Sementara itu Devito (1997) komunikasi efektif sangat erat hubungannya dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Kemampuan tersebut inencakup pengetahuan tentang peranan lingkungan (contex) &lam mempengaruhi kandungan (content) pesan komunikasi. Sedangkan Berlo (1 960)
menyatakan komunikasi akan berjalan efektif, jika ketepatan fidelity) dapat ditingkatkan, dan gangguan (noise) dapat diperkecil, Keadaan ini dapat te jadi pada unsw-unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media/saluran, dan komunikan.
Untuk mencapai komunikasi efektif seringkali
akan
mengalami berbagai hambatan yang disebabkan oleh faktor personal maupun faktor situasional. Comton dan Galaway fdalam Swastomo, 2000) mengemukakan beberapaha1
yang merupakan penghambat komunikasi diantaranya adalah : ( 1 ) ketidak mampuan dalam mengkonseptualisasikan dan menggunakan simbol-simbol, (2) kegagalan untuk memakai konsep-konsep yang diterima,dan
(3) pengaruh lingkungan. Tubbs dan Moss (Mulyana, 1996) berpendapat bahwauntuk
lima yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi komunikasi efektif, yaitu ; pemahaman, kesenangan, pengaruh
pada
sikap, hubungan yang membaik, dan tindakan.Pertama, pemahaman, yaitu penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dikatakan efektif apabila penerima (komunikan) memperoleh m a h a m a n yang cermat atas pesan yang &sainpaikan,
Kedua,
kesenangan, yaitu berkomunikasi untuk sekedar bertegur sapa dan menimbulkan kebahagiaan bersama. Ketiga, mempengaruhi sikap atau pandangan seseorang merupakan tingkat pengaruh komunikasiweedback)
yang lebih baik dari pemahaman, artinya dengan memahami belum berarti seseorang a k a menyetujui, sebaliknya jika seseorang (penerirna) setuju itu berarti dia telah memahaminya. Keempat, memperbaiki hubungan, yaitu dimana komunikasi yang dilakukan da1a.m suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efelctif. Terakhir, tindakan, yaitu merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Tindakan merupakan Jeedhack komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan, dibandingkan dengan hanya pemahaman clan persetujuan dari penerima.2.3.
Karakteristik Individu
Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah-peubah yang penting da1a.m mengkaji masyarakat lokal diantarmya adalah peubah karakteristik i ndividu. Karakteri sti k anggota kelompk pa& dasarnya adalah karakteristi k
individu. Menurut Lionberger (1960) bahwa karakteristik individu meliputi; umur, tingkat pendidikan, dan ciri psikologis. Sementara itu Anwar (1982) menyatakan bahwa karakteristik individu yang patut Qperhatikan antara lain ialah
urnur,
pendidikan formal, luas tanah garapn, sikap terhadap inovasi, dan tingkat pengetahuan.
Di
sisi lain Kotler (1980) menyebutkan karakteristik dernografi meliputi ;umur,
jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan agama, ras, tingkat sosial,dan
kebangsaan. Penelitian Ichwanudin (1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi, seperti umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, dan tingkat pendapatan berhubungan erat dengan perilaku komunikasi peserta kelompok penggerak.Dari
beberapa
pendapat sebagaimana telahduraikan dl
atas, menyangkut karakteristik
individu pengurusLKMD
yang diduga memiliki hubungan yangsrgnrJik(m dengan perilaku komunikasi adalah umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengalaman berorganisasi, dan pengalaman mengikuti pelatihan.
2.4.
Perilaku Kamunikasi
mengem~lkakan bahwa perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan, dalam arti perilaku seseorang pada umwnnya dimotivasi oleh keingifian memperoleh tujuan.
Sastropoetro (1988) mengmgkapkan bahwa perilaku komunikasi masyarakat berhubungan erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program. Rogers dan Kincaid (1981) berpendapat bahwa proses difusi dan adopsi banyak dpenganrhi oleh luasnya jaringan komunikasi, sementara tinggi rendahnya keterdedahan terhadap media massa ditentukan oleh keinginan dan kebutuhan khalayak itu sendiri untuk mengetahui isi media yang bersangkutan.
Rogers (1983) menjelaskan bahwa peubah perilaku komunikasi antara lain adalah keterdedahan terhadap media massa
dan
patisipasi sosial, keterhubungan dengan sistein sosial, tingkat kekosmopolitan, kontak dengan agen pembaharu mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan dan kepemimpinan.Perilaku komunikasi yang diaxnati dalam penelitian ini, meliputi: tingkat kekosmopolitan, keterdedahan terhadap media massa, dan akses terhadap jaringan komunikasi.
2.5. Lembaga
Ketahanan
MasyarakatDesa
meliputi aspek: ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, d m pertahanan keamanan (Dijen
PMD
Depdagri, 1996).Tujuan dibentuknya LKMD adalah untuk meinbantu pemerintah desa atau kelurahan dalam meningkatkan pelayanan pemerintah dan pemerataan hasil pembangunan, dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakan swadaya gotong roycrng masyarakat dalam pembangunan. Diharapkan melalui
LKMD
ini masyarakatakan
memifiki keuletandan
ketangguhan yang mengandung kemampuan, untuk mengembangkan ketahanandalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam rangka pembinaan wilayah.111.
KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS3.1. Kerangka
PemiMran
Pemasyarakatan metode P3MD terhadap pengurus LKMD pada dasarnya merupakan proses komunibsi pembangunan, karena komunikasi tersebut dirancang dan diarahkan secara khusus pada kepentingan
pembangunan.
Komunikasi mengenai metode P3MD ini dinilai efektif apabila keadaan proses dan hasilnya sesuai dengan prinsip dan knnsepsi metode tersebut.
Untuk pemasyarakatan dan penerapan
P3MD
lebih lanjut di wilayah desa pengurusLKMD
d i p e r d a n menjadi mediator dan fasilitatornya.Agar
fimgsinya itu dapat diperankan dengan baik mereka diharapkan marnpu menjadi komunikator P3MD yang efektifEfektivitas komunikasi mengenai
P3MD
dikalangan pengurus LKMD, pada dasarnya akan berhubungan dengan faktor internal, antara lain: (1) faktor karakteristik individu, meliputi: urnur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengalaman berorganisasi, dan pengalaman mengikuti kwsus/pelatihan, dan (2) faktor perilaku komunikasi, meliputi; tingkat kekosmopolitan, keterdedahan terhadap media massa, d makses
terhadap jaringan komunikasi.Selain itu efektivitas komunikasi mengenai P3MD pada pengurus LKMD akan dipengaruhi pula antara lain oleh faktor lingkungan, antara lain: (1) faktor wilayah, yaitu keadaan wilayah berdasarkan potensi clan konsentrasi pengembangannya, faktor wilayah ini meliputi wilayah: pertanian, industri dan prdagangan, dan pariwisata, dan (2) faktor masyarakat, yaitu kondisi dinamika sosial masyarakat, meliputi; rnasyarakat perkotaan, dan masyarakat perdesaan.
Tingkat efektlvitas komunikasi mengenai P3MD
pa&
pengurusLKMD
sebagaimana &inaksud, dilihat atau diukur dari tiga aspek, yaitu pengetahuan
(kognisi), sikap (ajehi), dan tindakan [konasi),
U m u r Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Keluarga Pengataman Bemganisasi Pengalaman Mengikuti KursuslPelati hanlpenataran I
PERlLAKU KOMUNlKASl
8 Tingkat Kekosmopalitan
8 Keterdedahan Terhadap
I
Media Massa8 Akses Terhadap Jaringan
Komunikasi
PARTtSIPASI PELATIHAN
4 Non Alumnus
(I
FAKTOR WllAYAHI
EFEKTIWTAS KOMUNlKASl
P Pengetahuan (Kognisf)
.
b
FAKTORMASYARAKATei Perkotaan (Urban Community)
i7d Perdesaan (Rural Community)
O
Penyusunan RencanaO Pelaksanaan
O Evaluasi
[image:138.797.185.759.101.443.2]O Tindaklanjut
3.2. Hipotesis
Berdasarkat~ kerangka pe~nSkirm yang teI& dike~nukalran terdahulu, lnaka
ditetnpkm hipotesisnya sehngzi berikut :
I . Ada perbedarn pengatahuan, sikap dan tindakan mengenai P3MD antara
pengurus L Wyang sudah mengtk'uti pelatihan P3MD (alumnus)
dan
yangbelwn mengikuti peiatihan P3MD (no11 almmus).
2. Ada hubungnn umur, jenis kelmin, pendidikan f a d , peker-jam, pendqatan
keluarga,
masa
kerja menjadi pengurus LKMZ),dm
pengalaman mengikutikursuslpelatihanipenataran individu pengurus LKMD dengan pengetahurn,
sikap dau t i n d a b metlgenai P3MD.
3. Ada hubungan tingkat kekosmopolitm, keterddaban terhadap media m s a ,
dan akses terhadap jaringan komumkasi individu pengunts LE=h/fD dengan
pengetahuan, sikap dan tuzdakan mengenai P3MD.
4. Ada 11ubunga11 faktor wilayah dan fhldor masyarakat dalgan peilgetahuan,
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Desain Peneiitian
Penelitian ini merupakan swvey yang bersifat deslcriptif dan analisis
korelasional, dengan penekanmya pada upaya untuk mengidentifikasi dm
mmgarlalisa efektivibs komunikasi P3MD pada pengurus LKMD. Karakterisdk
individu, peril&u komunikasi, faktor wily&,
dan
faktar mnsyarakat sebagaipeubah
Was.
Efebvitas komunikasi sebagai peubah tak bebas. Pdsipasipelatihan sebagai peubah
antara.
Peubah-peubah utarna yang aka1 diteliti adalah tingkat keefektivan
kom~inikasi P3MD pada pengurus LICMD, knrakteristik individu dm pexilaku
komunikasi pengurus LKMD, Edktor d a y a h dan faktor masyarakat, serta
partisipasi pelatihan.
4.2. Populasi daa Sampei
4.2.1. Populasi
Populasi dalarn penelitian ini adalah seluruh pmgurus LKMD se-Kabupaten
Bogor berdasarkan data Kantor PMD Kabupaten Bogor sampai dengan akhir tahun 2000 tercatat berjumlah 6.435, yang tersebar pads 427 desa di 35
kecamatan.
4.2.2. Sampei
Sampel untuk penelitiaa ini diambil dari pengurus LKMD yang sudah mengikuti pelatihan P3MD (alumnus) dan yang betum mengikuti pelatihan P3 MD
kondisi dinamika sosialnya dm dianggap paling mewakili: desa dmgan
inasyardcat perdesaan (rural community) dm desa de~~gan lnasyarakat perkotaan
(urhcm cvmrnunity).
D w
tipe dem tersebut &an mewtkili masing-masinglcecamatan, sebagai wilayah: (I) pusat pengembangan patanian (Kecamatan
Jasinga),
(2)
wilayah pusat pengembangan industri (Kecamatan Cileungsi),dan
(3) wilayal~ pusat penganbiil~gan pariwisata
(Kecmatau
Cisanla), deilganmengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bogor nomor 17 t&un 2000 tentmg Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor.
Pengambilan
sampel dilakukan dengan tehnik pengarnbilan acak berstrata(strut!fied random sampling). Ukura11 dan j~unlah sampel atm dasar k k r i a yang
telah ditetapkm tersebut, secara rinci dapat dilihat pada table 1 berikut ini.
Ta be1 1. Distribud Sampel Y ang DiamttCi
4,3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam peneiitian ini dilakukm dengan cam :
1. Wawancara tertutup dengan menggunakan kuesiona yang dilaksanakan
2. Wawancara terbuka
clan
menddam me1alu.i tanya jawab secara langsungkepada responden, u11tulc memperoleh data yang belum terungkap dengan kuesioner
.
3. Observasi, mengadakan pengamatan langsung kepada responden untuk
mengclji kebenaxan jawaban pada kuesioner.
4. M e ~ ~ g b p u ~ data sekunder dari instansi/diuasneinbaga t e r k ~ t
4.4. lnstrumentasi
Untuk pengumpulan data yang diperlukan digunakan alat bantu kuesioner,
yaw ben~pa daftar pertanyaan yang berh~~btuigan dengal peubah-peubah yang
dimati. Kuesioner tersebut terdiri dari tiga bagian, bagan pertama menpnai
karakteristik individu, bagian kedua mengenai perilah komumkasi, dan bagian
ketiga mengenai efektivitas komunikasi P3MD.
4.5. Definisi Operasionai
4.5.1. Ksrakteristik Individu
Karakteristik Individu, yaitu
k w e r i s t i k
individu pengurus LKMD antara lain meliputi :a. Un~ur, adalah usia responden samgai dengan dilakukan penelitian ini, yang
diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan keulang tahw terdekat.
c. Pendidikan Formal, adalah tingkat pendidikan formal ttertinggi yang pernah dicapai r~spondeii ymg dikategorikan, yaitu; SD, SLTP, SLTA,
niploma/Smud, Sqm, dan Pasca~rjm8.
d. Pekerjaan, adalah jenis pekerjm responden selain sebagai pengurus LKMD
yang dikategorikan, yaitu; petani,
buruh,
pertu.kangan, peternak, pedagang, PNS, karyawan, wiraswasta, d m peusiunan.e. Pendapatan Keluarga, adalah banyahya nilni rupiah yang dikeluarkm oleh
keluarga responden se;lama satu bdan terakhir yang diukur dengan skala internal.
f. Masa Kerja Metijadi Pengurus LKMD, addah. lnasa kerja respolide~, mulai
menjadi pengurus
LKMD
sampai dengnn dilakukrm penelititin ini yangdinyatakan ddam satuan tahun diukur dengan skala ordinal.
g. Pengalaman Mengrkuti
Kursus/Pelatihan/Penataran,
adalah pengalamanresponden menglkuti kursdpelatihadpenataran yang dihitwig dalam l~ari,
diukur dari &umulasi frekuensi.
4.5.2. Perilaku Komunikasi
Perilaku Komurukasi, adalah aktivitas pengurus LKMD dalam mencari infomasi tentang P3MD, pengukurannya menggunakan indeks skordari tiga
aspek perilah kamunikasi, antataa lain meliputi :
a. Tingkat Rekosmopolitan. adalah aktivitas penglnls LKMD dalam mencari
infonnasi ke luar sistem sosialnyg misalnya ke desa lain dalam satu
kecamatan atau luar kecmnatan, diukur dari frekuensi intensitasnya dalam tiga
b. Keterdedahan Terhrmdap Media Massa, adalah fiekuensi dan intensitas
pengurus LKMD dalam mencari infonnasi melalui
media
elektronik, media cetnk, dm Iainnyaddam
tiga bulan terdsh.c. Akses Terhadap Jaringan Komu&si, adalah fiekuensi dan intensitas
pengurus LKMD melakukan komunikasi dengan agm-agen pembaharu yang
ada di wilayah desanya dalam tiga bulan terakhir.
4.5.3. Efektifitas Komunikasi
Efektivitas Komunikasi, yaitu &&at kemampuan potensial pengurus
LKMD dalam mengkomunikaskan P3MD. Efektivitas ini diukur dengan tiga
indikator, antara lain sebagai berikut :
a.
Pengetahuan, yaitu tirrgkat pmgetahm pengums LKMa tentang metode P3MD sebagai pesan, dan masyarakat sebagai penmima. Pengetahuanpengurus LKMD tentang metode P3MD, diukur dengan indikator aspek-aspek
P3MD yang meliputi; makna istilah, ciri-ciri, ~naksud dan tujuan, unsur-unsur, dan Iangkah-langkah metode P3MD. Sedmgkan pengetahurn pengurus
LKMa tentang masyarakat, diukur dengan indikator kmktefistik umum
msyarakat meliputi; derajat sosial dan adat istiadat.
b. Sikap, yaitu persepsi responden yang berhubungan dengan proses komunikasi
P3MD, melipwti persepsi responden tentang metode P3MD sebagai pesan,
peran pengwus LEWD sebagai sumber d m masyarakat sebagai p e r i m a .
b.1. Persepsi tentang P3MD sebagai inovasi baru, d i t k dengan
inenggunakan lima indikator menurut Rogers, meliputi; keunggulan
b.2. Persepsi tentang pengms LKMD sebagai komunikator, diukur deagm
tiga indikatox umna sesuai dengan tugas fungsi LKMD meliputi; penmpung aspimsi, penggerak partisipasi, dnn pengelola pembangunan.
b.3. Persepsi tentang masyarakat sebagai penerima, di~kur dengan unsttr
sistem sosiaf masyarakat sebagaimam dikemukakan oleh toomis
meliputi; percaya, perasam, tujuan, nonna, perm status, tingkatan,
kekimtan, sanksi, dm fasilitas.
c.
Tindakan, yaituketrampilan
pengurus LKMD tahadap aktivitas yang diperlukandalam
proses komunikasidm
penguasaannya terhadap berbagaiteluologi komunikasi, agar dapat melakukan akfivitas komunikasi tentang P3MD secara efektif, seperti; penguasaan bnhasa, pemmfaatan media cetak,
dan pemanfaatan media elektronik. Ketrampilan tersebut diukw bwdasarkan
tingkat kesuLitm yang dihadqi pengurus LKMD dalam rnelakukan aktivitas
komtulikasi, yaig dilibat dari dua iudikator umna yalu~i; ketrmnpilrul
komunikasi pasonal d m ketrarnpilan komunikasi penmpan metode P3MD.
Indikator ketrampilan komunikasi pasonal meliputi; berbicara dan menulis.
Sedangkan indikator Mrampilan komumkasi penerapan metode P3MD
meliputi; identifikasi kebutuhan, identlfikasi mad&, identifikasi potensi
sumberdaya, menentukan atternatif pmecahan masalah, dan menyusun P r o m .
4.6. Validitas dan Reliabiiitas Tnstrumen
4.6.1. Validitas
cara:
1. Menyesuaikan isi pertanyaan dengar1 keadml responden.
2. Menyesuaikan sebagaimm ymg dilakukau peneliti tadahlilt1 unttik
mendapatkan data yang sama.
3. Mempertimbangkan teiori d m kenyataan yang telh diungkapkan para ahli dari
berbagai pustaka ernpiris.
4. Manperhntikan nasihat-nasihat para ahli, terutama dosen pembimbing. 4.6.2. Relfabfiitas
Untnk menenRrkan reliabilitas instnunen, maka terlebih dahulu dilakukan uji
coba @re-test) instnunen pada respondell yang melniliki k d e r i s t i k relatif sama
dengnn karakteristik obyek penelitinn. LJji Coba dilakukan pada 20 orang
responden (Pengurus LKMD) ymg berasal dari wilayah Kecamatan Gunungputri,
Kecamatan Ciawi, dm
Kccamatan
Cigudeg, karma ketigakecamatan
tersebutlnelniliki karakteristik lxlatif sama dengall wilayah (lokasi) peilelitia~.
Dalam uji coba hstrumen tersebut rmtt1.k pengukuran reilliabilitas dilakuknn
dengan menggunakan metode split-haw Untuk perhitungan reliabilitas
digunakan dengan
rumusan
sebagai berikut :x skor item bemomor ganjil
n = jumlah item bernomor ganjil
I
y = skor item bemoinor genap
n
-
jumlah item bernomor genap IBerdasarkan hasii perhitungan terhadap uji coba dimaksud, diperoleh nilai
koefisien reliabilitas 0,8565 (lampiran 2), artinya bahwa kuesioner yang digunakan dalam penetitian ini reliabel.
4.7. Analisis Data
Analtisis data h a d penelitian
ini d i W a n
melalui prosedur mtistik, danmctode yang digunakan t~ntuk keperluan menganalisis hubungan antara peubah-
peubah yang diamati addah metode Khi Xicadrat ( X 2 } . Hasil pengolahan data
tersebut disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel.
dimana:
X 2 = nilai khi kuadrat
0 = nilai pengarnatan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Dwkripsi Umum Witayah Penelitian
5.1 ,I. Kosdisi Geografls
Wilayah Kabupaten b g o r seeara geografis bexada pada posisi antara 6'29'
-
6'47' Lintang Selatavi dan 10691'
-
107'13' Bujur Tiraw. Dengan kethggian wilayah bervariasi berkisar antara 90-
2500 di atas perm- iaut (dpl).Berdasarkan klasifikasi ktim Schmidt dm Ferguson wilayah Kabupaten Bogor,
bekdxm selatmnya termas& beriklim trogik tipe A (sangat basah), dm belahan
utaranya dalam btegori tipe
B
(basah). Suhu rata-rata pertahwx berkisar antara20°C
-
30°C atau ma-mta sekitas 25°C. Curah hujan ymg berlmgsung berkisarantara 2.500
-
5.000mm/t&~m.
Dalam konstelasi regional Jabotabek, Kabupaten Bogor memiliki posisi geografis yang sangat strategis, untuk tiga fungsi pokok: Pertama, sebagai daerah
penyangga DKI Jakarta bagi pengembangan pernbmgunan: pemukiman, industri,
perdagangan, jasa, dan pariwisata, karena pertumbuhan pembangunan di daerah
itu berlangsung cepat dan pesat yang tidak seimbang lagi dengan ketersediaan
ruang. Kedua, berfimgsi menjads daerah pensuplai bahan pangan (baas, buah-
buahan dan sayur-mayur), karena sebagian besar wilayah kabupaten ini memiliki komoditas pertanian hortikultura yang eukup potensial. Terakhir, menjadi daerah
konsmasi air bagi seluruh wilayah Jabotabek
5.1.2. Administrasi Wilayah dan Penduduk
Kabupaten Bogor tertnasuk dalatn lingkup Propinsi Jawa Barat, dengan luas
berbatasan dengin Prapinsi DKI Jakarata dan
Kota
Depok, sebdah Selatanberbataw~ dengan Kabupaten Sukabutni dan Cianjur, sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupatm Lebak (Prapinsi Banten), dim sehelah Timur berbntasan
dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, serta di tengahnya
berbatasan dengm Kota Bogor. Secara administratif wilayah kabupaten ini terdiri dari 6 Wilayah Pelnbmtu Bupati, 30 kecamatan, 15 kelurdian, dan 427 desa.
Penduduk Kabupaten Bogar, menurut catatan terakhir pllda s a t penelitian
berjumlah 3.508.826 jiwa, terdiri dari lalu-laki btqumlah 1.830.432 jiwa dm
perempuan berjumlah 1.678.394 jiwa, dengan jwnlah mahtangga 668.820
ICX.
Dari sejurnlah pe~idud~tk tersebut sekitar 55,04 persen tis1gga.I di daerah perkotaan, d m 44,96 persen thggd tersebllr di daerah perdesaan. Tingkat kepadatan
penduduk berkisar antara 1.500
-
2.500 jiwa/lun2. Laju pertumbuhan pendudukKabupaten Bogor terutama dalam tahun 1990 ke tahun 2000 termasuk cukup
tinggi yaitu mei~capai 3,37 persen. Pertambatran penduduk tersebut diantaratiya
dipengwuhi oleh peningkatan migrasi penduduk yang datang, penyebabnya fbktur
daya
tarik
Kabupaten Bogor yang potensial, baik potensi sumber daya alamnyamaupun ketersedian lapangan kerja yaag eukup luas, s e h g g a menank minat
penduduk dari luar kabupaten untuk mencari penghidupan d m bennukim.
Penduduk Kabupaten Bogor mayoritas (97,65 persen) beragama Islam, dan
tinglcat pendidikan formal penduduk sebagian \reair (34,52 persea) SD/sederajat. Pada umunya (60,% person) penduduk kabupaten
ini
termasuk. dalam kelompokusia angkatm kerja (produktiE) benunur antara 15 - 64
tahun.
J W 1 kaum laki- laki di Kabupaten Bogor lebih besar dibandingkan dengan jumlah kaum5.1 3. Pertumbuhan Pembmguaaa
Untuk mneilata pertmnbuhan dan pengendalial pembas~gman Kabupaten
Bogor, maka dirumuskan kebijnksanam panbangunan daerah hi, ymg terbagi menjadi tiga wilayah pembangunan fwilbang), yakni: (a) wilbang tengah, meliputi 15 kecamatan, yakni kecamatan: Cibinong, Sukaraja, Citeureup, Babakanmadang,
Cio~nas, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Caringin, Cijeruk, Dramaga, Kemang,
Gunwgsindur,
dm
P m g , @) wilbang tjmur, meliputi 6 kecmatan, yakni;Gmungputri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol,
Sukmakmw,
dan Cztriu,dm
(c) wilbang barat, meliputi 10 kecamatan, yakni kecamatan: Jasinga, Tenjo,
Parungjnnjang, Rumpin, Cigudeg, Nangplg, Leuwilimg, Cibungbdang,
Pmijahan, dan Cimpea,
Laju perhunbuhan p e m b a n v dari ketiga wilayah pembangunan
(wilbang) tersebut terdapat perbedaan yang signififran. Laju pertumbuhan
pembaugunan di wilbang tengall berlangsmlg lebih
p a t ,
dan di wilbmg timurtergoloag cukup pesat, tetapj di wilbang barat pertumbuhmya berlangsung
lambat. Terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ini, disebabkan oleh bebaapa
faktor, yaitu: (1) &or kondisi geografis dm potensi wilayah, (2) faktor kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, (3) faktor aksesibfitas internal dm eksternal wilayah, dan (4) faktor ketmsediaan sarana dan prasarana.
5.1.4. Sarana
dsn
PrasaraoaSecara m u m sarana d m
pmsarana
pembmgunan di Kabupaten Bogordapat drkdoinpokan menjadi einpat kategori: (1) sarana dm prasarana sosial, (2) sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi, (3) sarana dan prasarana
Smana
dan
prasarana sosial bidang pendidkindm
kesehatan menunjukanmasih sangat h a n g . Terbukti, sebagiw besar penduduk ~ne~niliki tingkat
peadidikan formal mnsih rend& (40,11 persen belum t m a t SD dm 34,52 persen tamat SDisedaajat), begitu pula hbidang kesehat~n menunjukan derajat
kesehatan masyarakat mssih rendah, dengan mgka harapan hidup
( M M )
IPM- llya 63,O dan frekueisi kesakitan cendem~g masih cukup tingg.Sarana dan prasarana transportasi dm kommikasi masih menjadi kendala yang serius, karma infi.a sbrukhu yang ada belum mampu meqakses ke wilayah
pelosok. Mengingat wilayah Kabupaten Bogor relatif sangat luas dan tantangan
kondisi geografis wilayhya relatif berat, sehingga untuk meinbmpmya
diperlukm modal yang sangat besar, dan ha1 ini masih mengalami keterbatasan. Sarana dan prasarana perekonomian relatif c u b tersedia, d m
memberikan kontribusi pada peningkatan Laju Perhunbuhm Ekonomi (LPE)
Kabilpaten Bogor, dari 2,3 persen pada tahun 1999 meiljadi 2,8 persen pada tahun
2000. Prnduk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
daerah ini pada t&un 2000 sebesar Rp. 4.33 1167,75 juta (atas dasar h a r p komtan). Pendapatan perkapitamasyarakat
dalam tahun
itu sebesarRp.
1.355.420,- dan pendwdiik miskinsebanyak 1 6,49 persen.
Sarana dan prasarana petnerintahan di Kabupaten T3ogor, mulai dari
tingkat kabupaten sarnpai dengan tingkat desa dapat dikatakan relatif c u h ~ p
5.2. Deskripsi Kondisi dan Aktlvitas Patensial Responden
Dalam peilelitian ivli kondisi dan aktivitas potensid respondell, rneliputi
dua faktor, yaitu: (1) kondisi potensial tentang kaakterisik individu responden,
dan (2) alitifitas potensial tentang perilaku komunikasi responden.
5.2.1. Karakteristik Individu Responden
Karakteristik individ1.r dalam penelitian
ini
meliputi, (a) umur, (b) jeniskelamin, (c) pendidikao formal, (d) pekerjm, (e) pendapatm keluarga, (f) masa
kerja menjadi pen&urus LICMD, dm (g) pengalaman mengikuti kursus/penataranl pelatihan. Deskxipsi mengenai karakteristik individu responden dari hasil
pe~lelitian ini, seleilgkapnya disajikau pula Tabel 2.
a. Umur
Unruk mempermitdah menggambarkm keadaan umur responden
dilakukan pengkategorian
umur
rnenjadi tiga kategori, terdiri dai: (1) berumur dibaw& 35 tallu~,
(2)
bemnur
antara 35 sampai dengar1 54 tahtm, dan (3) bemnurdi
atas 54 tnhun.Responden (pengurus L-) rata-rata b e m u r 43,96 tahun. sebagian
besar responden (66,7 persen) berumur antara 35 tahun b g g a 54 tahun. Dengan
keadaan mur seperti itu, dapat dikatakan W w a responden pada umumnya relatif masih muda dan termasuk golongan usia produktif Responden alumnus pelatihan
P3MD sebagian besar (91,'7 persen) berumur 54 tahun ke bawah, dan respanden non alumnus pelatihm P3MD sebagian besar (91,7 persen) benunur antara 35
tahua hingga di atas 54 tahun. Sdxhgga bisa hterpretasikaa bafrwa responden
alumnus pelatihan P3MD berumur relatif lebih muda dibandingkan dengan
yang berusia lebih muda lam belakangnya bukan merupakan tokcih masyarskat, lnereka direkrut dalam
L W D
untuk dipekerjakan sebagai tenaga teknis(fnsilitator) tidak banyak diperankan menjadi mediator dm motivator. Sehmgga
untuk menunjang ketrampilannya itu, maka alternatifnya
mereka
Iebih banyakdiikutsertakan
dalam
kegiatan kursudpelatihdpenataran. Sedangkan pengurusLKMD ymg berusia lebil~ tna pada mnuimya inerupakan tokoh atau pexnuka
mnsynsnkat, dm kebemdamya ddam LT(MD semata-mnta lebih banyak
berperan menjadi mediator dan motivator.
[image:153.572.76.501.301.668.2]b. Jenis Kelamin
Respondeit mayoritas (93,B pasen) addah k a m laki-1ak1, baik untuk
responden alumnus pelatihm P3MD maupun responden
non
dumnus pelatihmP3MD. Perbandingan antaa responden laki-l& dengan responden perempuan
sangat mencolok, harnpir seluruhnya laki-I&. Sehingga bisa dlkatakm bahwa
pengurus LKMD di Kabupateu Bogor lebih didominasi oleh kaum laki-laki, kaum
perernpuan kurang diberikan kesempatm. Ha1 hi disebnbkan secaa
organisasional proporsi kaum perempuan dalam
LKMD
masih sangat terbatas,dari sepuluh seksi
yang
ada dalam lembaga itu, fasilitas untuk kaum perempw hanya satu seksi, yaitu seksi PKK. Selaiu itu masib kuatnya belenggu faktor kultursosial masyaakat tertma m e n y w u t jender, yang menempatkan kaum laki-Iaki
memiliki kelebihan dalam berkreasi dan beraktivitas dibandingkan dengan
hum
perempuan. Sehingga dalam LKMD
adanya
beberapa wksi yang memungkmkkanbisa diduduki kaum perempuan sekaligus dalam rangka memberdayakannya,
temynta kesempatan itu masih menjadi domimsi
k m
I&-lnki.c. Pendidikan Formal
Pendidikan formal responden bervariasi, terdiri dari: SD/sederajat, SLTP,
SLTA, d m Sarjana Muda/D.3. Secara keselurul~an tingkat pendidikan formal
responden memperlihatkan reelatif sudah cukup baik, karena sebagian besar
responden (41,7 persen) berpendidikan SLTA, babkan ada dua orang responden
(4,2 persen) yang mencapai jenjang pendidkan formal Sarjana Muda/Diploma,
meskipun lebih dari setengahnya (54,2 persen) tingkat pendidikannya masih
Pendidikan formal responden dmus pelatihan P3MD
dan
responden non alum~us pelatil~an P3ND secara muin menwjukkai relatif hampir sama Namufdilihnt dnrj tingkatmya responden non alumnus pelntihan P3MD memiliki
tinglcat pendidikan formal
yang
relatif lebih baik dibandingkan d e n p respondenalumnus pelatihan P3MD. Sebab responden non alumnus pelatihan P3MD ada yang bepndidikan llingga mencapai SarmudD3, seballknya responden alumnus
pe1atlha.n P3MD jenjang pendidkan tertingghyo hmya SLTA.
Tingkat pendidikan formal responden secara
umum
relatif lebih baikdibandingkan dengan tingkat pendidikan formal masyarakat rnaupun perangkat
desa di Kabupaten Bogor ymg umumnya hanya berpendidikan fonnal SD. Hal ini
berarti berdasarkm ukuran tingkat pendidikan fonnal yang cSimiliki, mnka kecendenmgnya pengurus LKMD akan lebih berpotensi d m mempunyai pengaruh untuk bisa mengembangkan misi lembaga tersebut secara nyata pada mnasyamkat.
d. Pekerjasla
Pekerjaan responden menunjukkan beragam, terdiri dari: petani, buruh,
pedagang, pegawai negeri sipil, karyawan, wiraswasta, pensiunan, dan ibu rumah tangga. Keseluruhan responden sebagian besar pekajaannya, antara lain:
karyawan (31,3 persen) dm wiraswasta (27,l persen), PNS (14,6 persen) dan
buruh (10,4 persen). Pekerjaan responden non alumnus pelatihn P3MD yang dominan, adalah: wiraswasta (29,2 pasen), karyawan (25,O persen) dan PNS
(25,O persen). Pekerjaan responderl alumnus pelatihan P3MD k e b a n y h , adalah:
karyawan (373 persen), wirzlswasta (25,O persen) dan buruh (16,7 persen). Pada
tangga. Secara keseluruhan pekerjam responden menunjukkan lebih banyak berhubw~gan dengal kegiatm jasa d m perdagangan.
e. Pendapatoln Keluarga
Pendapatan keluarga responden dalam penelitim ini untzlk besarannya
dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu: (1) h a n g dari Rp. 500.000,-, (2)
antara Rp. 500.000,- hitlgga kurang dari Rp. 1.000.000,-, (3) antara Rp.
1.000.000,- hingga ktlrmg dari Rp. 1.500.000,- , d m (4) di atas Rp. 1.500.000,- E-fasil penelitian mmunjukan bahwa setengah dari jumlah responden (50
persen) berpendapatan antara Rp.500.000,- hingga kurang dari Rp.1.000.000,-
dan sebagiannya lagi (39,6 persen) berpendapatm Rp.500.000 ke bawah.
Responden yang rnemililu pendapatm keluwga di atas Rp.1.000.000,- masih
sangat kecil. B e s m pendapatan keluarga responden tersebut, ternyata masih
lebih
baik
dibandhgkan dmgan pendapatan perkapita masyarakat KabupatenBogor yang l~anya sebesar
Rp. 1.355.420,-.
Hal illi berarti pada lingkungmrnasyarakatnya, responden (pengurus LKIWD) tergolong ormg yang cukup mapan sosial ekonominya.
Pendapatan keiuarga responden non alumnus pelatihan P3MD relatif lebih
baa, dibandingkan dengan responden alumus pelatihan P3MD, meskipun
dalam kelompok responden ini terdapat satu orang yang berpenghasilan di atas
Rp. 1.500.000,-. Ditunjukkan oleh lebib dari setmgah (66,7 persen) responden non alumnus pelatihan P3MD berpendapatan antam Rp, 500.000,- hingga b a n g
dari Rp. 1.509.000,-, sedangkan padn responden alwnnus pelatihan P3MD ymg metnpunyai pendapatan sebesar itu kurang dari setengahnya (47 perm)
f. Masa Kerja Menjadi Pengurus LKMD
Masa kerja lnenjadi pengurus
L W ,
ddan peuelitian ini dikategorikanmenjadi tiga kategori, antare lain: (8) kurang dari 2 tahun, (b) a n t m 2 hingga kurang dari 4 tahun, dm (c) di atas 4 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk keseluruhan responden sebagian besas (81,3 persen) merniliki masa
kerja ~nenjadi pengurus LKMD 2 tahun keatas, bahkan kebanyakan (41,7 persen) responden telah memiliki mas& kerjn di atas 4 t&un. Keadm
ini
dapat dikntakanbahwa sebagian besar responden relatif telah c&1p lama berkecimpung menjadi
pengurus L M D . Sebab berdasarkan peraturan ymg berlaku satu periode masa
bakti kepengurusan LKMD hmya selarna h a tallm.
Responden non alumnus
pelatihm
P3MD hampir selutuhnya (91,7 persen)telah memihki masa kerja 2 tahun ke atas. Sebaliknya responden alumnus pelatihan P3MD masih cukup banyak (29,2
persen)
yang masa kerjanya kurangdari
2
tahut~. Hal ini menuljukkan bahwa responden non alumnus peIatihmP3MD memiliki ma= k@a yang relatif lebrh l m a sebagni pengurus LKMD dm
cendmmg lebih banyak pengalammya menjadi pengurus LKMD, dibandingkan
dstngan responden alumnus pelatthan P3NB).
g. Pengalaman Mengikuti Kumus, Peiatihan, atoru Penataran
Pengalaman responden mengikuti kursus, pelatihan atau penataran dalam
ha1 ini tidak temasuk pelatihan PSMD, untuk memudahkan dalam pendeskxipsian tentang pengalaman tersebut, maka ditetapkan pwategorian yang terdiri dari
empat kategori, yaitu: (1) belum pemah, (2) b a n g dari 3 hari, (3) antara 3 hingga
kurang dari 5 hari, dan (4) di atas 5 hari. Wasil penelitian terungkap bahwa
kursus, pelatihan, atau penataran dengan fiekuensi 3 hari ke atas, dm hmpir
sebagiamya lagi (45,8 persen) ternyata belurn pernah mengikuti kegiatan tersebut.
Responden dumnus pelatihm P3MD mayoritas (83,3 persen) memiliki
pengalaman mengikuti kursus, pelatihan, atau penataran dengan fiekuensi 3 hari
ke atas. Sebaliknya responden non alumnus pelatihan P3MD ternyata mumnya
(79,2 persen) belum pemah mengh~ti kursus, pelatihan, atau penataran. Hal ini
beratti responden llliunnus pelntihan P3MD fiekuensi