TUGAS KOMUNITAS I TUGAS KOMUNITAS I MAKALAH MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GOUT ARHTRITIS
KELUARGA DENGAN GOUT ARHTRITIS (ASAM URAT)(ASAM URAT)
DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :
YESSI ELITA OKINAWATI YESSI ELITA OKINAWATI
(10215016) (10215016)
PRODI S1 KEPERAWATAN PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Judul Daftar
Daftar isi isi ... ... II I.
I. LAPORAN PENDAHULUANLAPORAN PENDAHULUAN A.
A. Konsep Konsep Dasar Dasar Keluarga...Keluarga... ... 11 B.
B. Konsep Konsep Dasar Dasar Gout Gout Arthritis Arthritis ... ... 66 II.
II. ASUHAN KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATAN A.
A. Gambaran Gambaran kasus kasus ... ... 2323 B.
B. Pengkajian Pengkajian ... ... 2525 C.
C. Analisa Analisa data ...data ... D.
D. Diagnosa Diagnosa keperawatan...keperawatan... E.
E. Scoring/Scoring/ pembobotan dan penentu pembobotan dan penentuan prioritas masalah an prioritas masalah ... F.
F. Prioritas Prioritas diagnosa diagnosa keperawatan ...keperawatan ... G.
G. Rencana Rencana tindakan tindakan keperawatan ...keperawatan ... III.
III. PENUTUPPENUTUP A. A. Kesimpulan...Kesimpulan... B. B. Saran Saran ... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA...
BAB I BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN
A.
A. Konsep Dasar KeluargaKonsep Dasar Keluarga 1.
1. Pengertian KeluargaPengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004).
sebagai bagian dari keluarga. (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Depkes RI1998 dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Depkes RI1998 dalam Effendy, 1998).
dalam Effendy, 1998).
(Sayekti 1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga (Sayekti 1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. 2.
2. Fungsi KeluargaFungsi Keluarga
Menurut (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 Menurut (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:
fungsi keluarga yaitu: a.
a. Fungsi AfektifFungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, pelindung dan Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. b.
b. Fungsi SosialisasiFungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya
budaya prilaku prilaku melalui melalui interaksi interaksi dalam dalam keluarga keluarga selanjutnya selanjutnya individuindividu mampu berperan dalam masyarakat.
mampu berperan dalam masyarakat. c.
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah sumber daya manusia.
sumber daya manusia. d.
d. Fungsi EkonomiFungsi Ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian, Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian, perumahan dan lain-lain.
perumahan dan lain-lain. e.
e. Fungsi Perawatan KeluargaFungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.
keluarga dan individu.
3.
3. Tipe KeluargaTipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah tentang Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut (Suprajitno, 2004) pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut (Suprajitno, 2004)
antara lain: antara lain:
a.
a. Keluarga inti (Keluarga inti (konjungal konjungal ))
Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian nafkah, Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak kandung, anak keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
adopsi atau keduanya. b.
b. Keluarga orentasi (keluarga asal)Keluarga orentasi (keluarga asal)
Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.Keluarga Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.Keluarga besaryaitu
besaryaitu keluarga keluarga inti inti dan dan orang-orang orang-orang yang yang berhubungan berhubungan (oleh(oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek, satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan sepupu.
nenek, tante, paman dan sepupu.
4.
c.
c. Keluarga berantai (Keluarga berantai (Serial family)Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d.
d. Keluarga duda/janda (Keluarga duda/janda ( single family single family))
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e.
e. Keluarga berkomposisi (Keluarga berkomposisi (compositecomposite))
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
bersama. f.
f. Keluarga kabitas (Keluarga kabitas (cababitationcababitation))
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
keluarga.
5.
5. Tingkat Perkembangan KeluargaTingkat Perkembangan Keluarga
Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.
tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut (Friedman, Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut (Friedman, 1998) antara lain:
1998) antara lain:
a.
a. Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahapTahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)
pernikahan)
Tugasnya adalah : Tugasnya adalah :
1.
1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.Membangun perkawinan yang saling memuaskan. 2.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. 3.
3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). b.
b. Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayiTahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 tahun).
sampai umur 30 tahun). Tugasnya adalah : Tugasnya adalah :
1.
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap. 2.
2. Rekonsiliasi Rekonsiliasi tugas tugas untuk untuk perkembangan perkembangan yang yang bertentanganbertentangan dankebutuhan anggota keluarga.
dankebutuhan anggota keluarga. 3.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar denganmenambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek. c. Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2
hingga 6 bulan). Tugasnya adalah :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13 tahun).
Tugasnya adalah :
1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun).
Tugasnya :
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan) Tugasnya :
1. Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan danpenuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia Tugasnya :
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. 2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun. 3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. 5. Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi. 6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
6. Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan
Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut (Suprajitno, 2004) yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua perlu mengenal kesehatan.
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
B. Konsep Dasar Gout Arthritis 1. DefinisiGouth Arthritis
Gout arthitis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi, menyebabkan serangan akut. (Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit darah ( penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol,dan penyebab lainnya adalah faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigiserin yang tinggi.
3. Etiologi Gout Arthritis
Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu : a. Faktor dari luar
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau factor dari luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
b. Faktor dari dalam
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh konsumsi obat-obatan (aspirin, antipiretik, anti inflamasi, antikoagulan, beta bloker), alkohol,diabetes mellitus juga bisa menyebabkan asam urat.
4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistemekskresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebih didalam plasma darah ( Hiperurecemia ), sehingga mengakibatkan kristal asam urat
menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.(Smeltzer, 2002).
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk dijaringan konektif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi. (Smeltzer, 2002).
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeriyang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besardari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodiumurat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout.
Adanya Kristal mononatrium urat akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara :
Kristalisasi bersit mengaktifkan system komplemen.
Komplemen-komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrophil ke jaringan. Fasogitosis terhadap Kristal memicu pengeluaran radikal bebas
Penimbunan Kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang di sebut tofi/topus(tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang dengan masa urat amorf (Kristal ) dikelilingi oleh mgrogfag, limfosit, limfosit, dan sel raksasa benda asing.
5. Manifestasi Klinis Gout Arthritis
Tahapan perjalan klinis dari penyakit gout : (Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015).
a. Tahap I gout Asimptomatik
Pada tahap ini, meskipun kadar asam urat dalam darah meningkat, tetapi tidak menimbulkan gejala.
b. Tahap II gout akut
Serangan pertama mendadak dan memuncak, menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena. Biasanya, disertai tanda peradangan, sepertipembengkakan sendi, panas, dan tampak kemerahan.
Serangan dapat cepat berlalu dan kembali lagi dalam waktu tertentu. c. Tahap III gout interitis
Merupakan tahap interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai tahun. Serangan yang tertunda tersebut dapat terjadi karena tidak diobati secara terus – menerus. d. Tahap IV gout kronis
Pada kondisi ini, rasa nyeri di sendi berlangsung secara terus-menerus serta terdapat timbunan kristal asam urat yang banyak didalam jaringan lunak, tulang rawan, selaput diantara tulang dan rendo, timbunan asam
urat tersebut membentuk tofus.adapun radang kronik dan endapan asam urat, membuat persendian susah digerakan.
Gejala klinis :(Tehupeiory, 2006 dalam Widyanto, 2014 ) 1. Nyeri tulang sendi
2. Kemerahan dan bengkak pada bagian tulang sendi 3. Tofi pada ibu jari, mata kaki pan pinna telinga 4. Peningkatan suhu tubuh
Gejala akut : (Dianati, 2015). 1. Nyeri hebat
2. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi hebat 3. Sakit kepala
4. Demam
Gejala gangguan krinis : (Widyanto, 2014) 1. Serangan akut
2. Hiperurisemia yang tidak diobati 3. Terdapat nyeri dan pegal
4. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang di sebut tofi (penumpukan nosodium urat dalam jarinagan.
6. Komplikasi Gout Arthritis
Menurut (Rotschild, 2013), komplikasi dari artritis gout meliputi :
1. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan beraktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
2. Hirpetensi dan albuminuria.
3. Kerusakan tubler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik. 7. Pemeriksaan Diagnostik
Menunjukan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaotu 5000-10.000mm3. (Sholikah, 2014)
c. Esinofil Sedimen
Rate (ESR) Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat dipersendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat didalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasi gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Intruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan feses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan Radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas area terpukul pada tulang yang berada dibawah sinavial sendi.
8. Penatalaksanaan Gout Arthritis a. Diet rendah purin
Pola diet yang harus diperhatikan adalah : 1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng.
2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :
Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan. 4. Bahan makanan yang diperbolehkan :
Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout
(dalam jumlah terbatas).
Semua jenis buah-buahan.
Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol. Semua macam bumbu.
5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
6. Batasi konsumsi lemak. 7. Banyak minum air putih.
b. Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak
Obat
–
obat penurun kadar asam urat terdiri dari :a. Kelompok urikosurik yaitu probenesid, sulfinpirazon, bensbromaron, azapropazon.
9. PATHWAY ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)
Alkohol Makanan tinggi purin (seafood, tempe, tahu)
Penyakit dan obat-obatan
Kadar purin Menghambat ekskresi asam urat di tubulus ginjal Kadar laktat
dalam darah
Sekresi asam urat
Produksi asam urat berlebih
Gangguan metabolisme urine
ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)
Pelepasan kristal monosodium urat (crystall sheding)
Penimbunan kristal urat
Pengendapan kristal urat
Leukosit memakan kristal urat
Mekanisme peradangan
Didalam dan sekitar sendi
Penimbunan pada membran sinovial dan tulang rawan
artikular
Erosi tulang rawan, proliferasi sinovial dan pembentukan panus
Pelepasan mediator kimia oleh sel mast : bradikidin, histamin,
prostaglandin Merangsang hipothalamus Sirkulasi darah daerah radang Vasodilatasi dari kapiler Akumulasi cairan eksudat pada jaringan intertisial Odema jaringan Degenerasi tulang rawan sendi Terbentuk tofus, fibrosis, akilosis ada tulan
Menstimulasi nosiseptor Mekanisme nyeri MK : Nyeri Akut Suhu tubuh, eritema MK : Hipertermi Penekanan pada jaringan sendi MK : Gg. perfusi jaringan Pembentukan tukak pada sendi Tofus-tofus mengering Kekakuan pada sendi MK : Intoleransi aktivitas Perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi MK : Gg. Citra tubuh
10. Asuhan Keperawatan Asam urat (Gout Arthritis) 1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur (sekitar 50 th), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95% penderita gout adalah pria), dll.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi lain).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri.
2) Q (Quality) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien. 3) R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari).
4) S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
5) T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya terjadi pada malam hari).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
- Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress. - Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan.
- Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah menurut agamanya.
g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari 1) Kebutuhan nutrisi
- Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya protein).
- Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol). 2) Kebutuhan eliminasi
- BAK : Kaji frekuensi, jumlah, warna, bau. - BAB : Kaji frekuensi, jumlah, warna, bau. 3) Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.
h. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum : - Tingkat kesadaran - GCS - TTV 2) Peningkatan penginderaan a) Sistem integumen
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat.
b) Sistem penginderaan
- Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola mata.
- Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak.
- Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga.
- Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada abdomen.
- Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen. - Perkusi : Apakah kembung / tidak.
- Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus. e) Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi).
f) Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal. i. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil ( punch out ).
2. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS:
- Klien mengeluh sakit pada bagian kaki kiri
DO:
- Eskpresi wajah klien meringis kesakitan - Skala nyeri 8
Pelepasan kristal monosodium urat (crystall sheding)
Penimbunan kristal urat
Pengendapan kristal urat
Leukosit memakan kristal urat
Mekanisme peradangan
Pelepasan mediator kimia oleh sel mast : bradikidin, histamin,
prostaglandin
Nyeri akut
ASAM URAT (GOUT
Merangsang hipothalamus Menstimulasi nosiseptor Mekanisme nyeri 2. DS : - Klien mengeluhkan suhu tubuhnya panas. DO :
- Tanda tanda vital : S= 39oC N= 100X/ menit R= 28X menit - Keadaan umum lemah. - Keluar keringat berlebih. Pelepasan kristal monosodium urat (crystall sheding)
Penimbunan kristal urat
Pengendapan kristal urat
Leukosit memakan kristal urat
Mekanisme peradangan
Sirkulasi darah pada daerah radang Vasodilatasi dari kapiler
Suhu tubuh, eritema 3. DS :
- Pasien mengeluhkan lemah
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian ekstermitas Pelepasan kristal monosodium urat (crystall sheding) Gangguan perfusi jaringan ASAM URAT (GOUT ASAM URAT (GOUT
inspeksi dan palpasi. Akumulasi cairan eksudat pada jaringan
intertisial Odema jaringan Penekanan pada jaringan
sendi 4. DS:
Klien mengeluh kaki kirinya susah untuk dibuat berjalan.
DO:
- kaki klien terlihat bengkak. - Klien harus merambat atau berpegangan ketika ingin berjalan. Pelepasan kristal monosodium urat (crystall sheding)
Penimbunan kristal urat
Didalam dan sekitar sendi
Penimbunan pada membran sinovial dan tulang rawan artikular
Erosi tulang rawan, proliferasi sinovial dan
pembentukan panus
Degenerasi tulang rawan sendi
Terbentuk tofus, fibrosis, akilosis pada tulang
Pembentukan tukak pada sendi
Tofus-tofus mengering
Kekakuan pada sendi
Intoleransi aktivitas. 5. DS: - Klien mengeluhkan pembengkakan yang terjadi di kakinya. Pelepasan kristal Gangguan citra tubuh. ASAM URAT (GOUT ASAM URAT (GOUT
DO:
- Kaki klien terlihat bengkak dan
memerah.
monosodium urat (crystall sheding) Penimbunan kristal urat
Didalam dan sekitar sendi
Penimbunan pada membran sinovial dan tulang rawan artikular
Erosi tulang rawan, proliferasi sinovial dan
pembentukan panus Degenerasi tulang rawan
sendi
Terbentuk tofus, fibrosis, akilosis pada tulang Perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d adanya agen penyebab cidera biologis. 2. Hipertermi b.d terjadinya proses inflamasi.
3. Gangguan perfusi jaringan b.d adanya odeme di jaringan sendi. 4. Intoleransi aktivitas b.d kekakuan pada sendi.
4. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut b.d adanya agen penyebab cidera biologis. Tujuan & kriteria
hasil Intervensi Rasional Tujuan : 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang. 2. Pasien rileks. 3. Pasien dapat beristirahat. Kriteria hasil : 1. Klien mengungkapkan nyeri berkurang. 2. Ekspresi wajah tenang. 3. Skala nyeri 0-3. 1. Lakukan pengkajian nyeri (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas) 2. Observasi TTV, perhatikan petunjuk nonverbal. 3. Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat 4. Ajarkan teknik non
farmakologi : Distraksi, seperti : mendengarkan musik, menonton TV. Relaksasi, seperti : ambil nafas, kompres air dingin dan hangat. 5. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk dokter (misal:asetil salisilat). 1. Membantu menentukan tindakan intervensi yang akan dilakukan selanjutnya. 2. Dapat membantu
mengevaluasi
pernyataan verbal dan keefektifan intervensi. 3. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan 4. Membantu pasien agar melakukan tindakan secara mandiri. 5. Memaksimalkan tindakan yang diberikan.
Dx 2 :Hipertermi b.d terjadinya proses inflamasi. Tujuan & kriteria
hasil Intervensi Rasional Tujuan : 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : 1. S = 36-370C. 2. Akral teraba hangat. 1. Monitoring suhu sesering mungkin. 2. Lakukan kompres dingin. 3. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis. 4. Laksanakan advis pemberian terapi cairan. 5. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk dokter (misal:antiperetik). 1. Untuk mengetahui perkembangan suhu pasien. 2. Kompres dingin mampu menurunkan suhu tubuh pasien agar kembali normal 3. Untuk memper&epat
proses penguapan panas.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang akibat hipertermi. 5. Memaksimalkan
tindakan yag diberikan.
Dx 3 :Gangguan perfusi jaringan b.d adanya odeme di jaringan sendi. Tujuan & kriteria
hasil Intervensi Rasional Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tidak terjadi disfungsi neurovaskulerperifer. Kriteria hasil :
Mempertahankan perfusi jaringan
dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat, sensasi normal, dan sensasi biasa.
1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung. 2. Observasi warna,
suhu dan kulit.
3. Evaluasi ekstremitas ada tidaknya kualitas nadi, nyeri tekan, dan edema.
4. Berikan kompres dingan dan hangat. 5. Kolaborasi: Berikan
obat-obatan sesuai petunjuk dokter.
1. Mengetahui adanya bunyi dan irama
tambahan. 2. Mengetahui derajat gangguan perfusi jaringan. 3. Mengetahui keoptimalan fungsi jantung. 4. Untuk menghilangan bengkak/odeme dan memperlancar aliran darah. 5. Memaksimalkan tindakan yang diberikan.
Dx 4 :Intoleransi aktivitas b.d kekakuan pada sendi. Tujuan & kriteria
hasil Intervensi Rasional Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkanklien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Kriteria hasil : 1. Klien dapat meningkatkan aktivitas fisik. 1. Bantu dengan rentang gerak aktif / inflamasi.
2. Bantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan. 3. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. 1. Meningkatkan kekuatan otot. 2. Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh. 3. Istirahat yang cukup untuk mencegah terjadinya kelelahan dan mempertahankan kekuatan otot.
Dx 5 :Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh. Tujuan & kriteria
hasil Intervensi Rasional Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan citra tubuh. Kriteria hasil : 1. Body image positif. 2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal. 3. Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh. 1. Kaji psikososial perkembangan klien. 2. Lakukan pendekatan
dan bina hubungan saling percaya.
3. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan tentang perubahan citra tubuh.
4. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri.
1. Terdapat hubungan antara psikososial perkembangan,
citra diri, reaksi, serta pemahaman klien terhadap kondisi saat ini. 2. Menumbuhkan rasa
saling percaya antara perawat dan pasien. 3. Klien memerlukan pengalaman untuk didengarkan dan dipahami. 4. Meningkatkan penerimaan klien terhadap dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. (2011). Cara Mencegah Dan Mengobati Asam Urat. Jakarta : Rineka Cipta.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V . Jakarta: Interna Publishing.
Azari RA. 2014. Journal Reading: Artritis Gout. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung : Semarang.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS . Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Darmawan. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Dianati, Nur Amalia. 2015. GOUT AND HYPERURICEMIA.JMAJORITY Vol.4 No. 3 Januari 2015 : 82-89.
Effendy (1998). Rumah Sakit dan Puskemas. Dibuka di Website; http://semangateli.blogspot.com/2008/06/rumah-sakit-dan-puskesmas.html. Dibuka Tanggal: 17 Juni 2012
Festy, P, dkk. 2010, Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Drarah pada wanita Postmenopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya.Surabaya, universitas Muhammadiyah
Surabaya. Jurnal
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat . Yogyakarta: Notebook.
Rotschild, BM 2013, Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape. Liebman et al. 2007, Urid Acid Nephrolithiasis, Current Rheumatology Reports, Vol. 9, No. 3, pp. 251-257.
Sakhaee K, Maalouf NM 2008, Metabolic Syndrome and Uric Acid Nephrolithiasis, Seminars in Nephrology, Vol.28, No. 2, pp. 174-180.
Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik , Jakarta : EGC
Widyanto, Fandi Wahyu. 2014. ARTRITIS GOUT DAN PERKEMBANGANNYA.
Jurnal bidang kedokteran dan kesehatan Saintika Medika Vol. 10 No. 2 Desember 2014 : 145-152.
PRE PLANNING KUNJUNGAN PERTAMA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)
A. LATAR BELAKANG
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis
merupakansuatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat (Krisnatuti, 2007).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sitematis untuk bekerjasama dengan keluargadan individu sebagai anggota keluaraga. Dalam memeberikan asuhan keperawatan keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari, pengkajiaan, perencanaan, observasi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian
dan observasi merupakan langkah awal yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang status kesehatan dan permasalahan yang di hadapi klien.Data yang telah terkumpul kemudian di analisa dapat di rumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga Bpk.Sugimin.Jadi berdasarkan hal tersebutsebelum membuat perencanaan untuk mengatasi masalah yang di hadapai klien harus di lakukan observasi, pengkajiaan baik dari anemnase, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lainya.Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Bpk.
Sugimin terdapat masalah yang dialami oleh Tn. Syaitu masalah pengontrolan nutrisi yang dikonsumsi. Menanggapi hal ini perlu dilakukan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Tn.S.
3. Mengetahui struktur keluarga. 4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga. 6. Mengetahui status kesehatan keluarga. 7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.
C. METODE PELAKSANAAN
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
D. SASARAN DAN TARGET Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah asam urat.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Minggu, 26 November 2017 Waktu : Pukul 09.00-Selesai
No . Tahap Kegiatan 1. Prainteraks i (5 menit) a. Menyampaikansalam. b. Memperkenalkandiri. c. Menyampaikanmaksuddantujuan. 2. Interaksi (30 menit)
a. Wawancaradengankeluargatentang data yang diperlukan.
b. Melakukanpemeriksaanfisikpadaseluruhanggotakeluarg a.
3. Terminasi (5 menit)
a. Mengakhirikontrakdanmengucapkanterimakasih.
b. Kontrakwaktukembaliuntukmelengkapi data yang kurang.
c. Salam penutup.
A. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.
B. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien C. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik. 2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi. e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil C
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEDUA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)
A. LATAR BELAKANG
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis
merupakansuatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat (Krisnatuti, 2007).
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses keperawatan. Implementasi inilah yang menentukan masalah dalam keluarga akan dapat terselesaikan atau tidak. Dalam menentukan implementasi disesuaikan dengan masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Tn.S terdapat masalah yang dialami oleh Tn.S yaitu masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri. Menanggapi halini, perlu kiranya dilakukan penyuluhan kesehatan pada keluarga Tn.S tentang masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri tersebut, sebagai bentuk implementasi.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.S mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.S mampu :
1. Menjelaskan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat.
2. Melaporkan penggunaan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat. 3. Melaporkan penggunaan strategi untuk memaksimalkan kesehatan. 4. Melakukan pemeriksaan diri dan pemantauan diri.
5. Menggunakan layanan kesehatan yang sesuai kebutuhan.
C. METODE PELAKSANAAN
Berdiskusi.
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah asam urat.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Jum’at, 1Desember 2017 Waktu : Pukul 09.00-Selesai
No . Tahap Kegiatan 1. Prainteraks i (5 menit) d. Menyampaikansalam. e. Memperkenalkandiri. f. Menyampaikanmaksuddantujuan. 2. Interaksi (30 menit)
d. Wawancaradengankeluargatentang data yang diperlukan. e. Melakukanpemeriksaanfisikpadaseluruhanggotakeluarg a. f. Melakukanobservasilingkungan. 3. Terminasi (5 menit) d. Mengakhirikontrakdanmengucapkanterimakasih.
e. Kontrakwaktukembaliuntukmelengkapi data yang kurang.
G. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien H. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik. 2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik. d. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan 80% dari 100% data tentang kesiapan meningkatkan manajemen ksehatan diri pada keluarga Tn.S khususnya Tn.S sendiri.
C
PRE PLANNING KUNJUNGAN KETIGA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)
A. LATAR BELAKANG
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis
merupakansuatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat (Krisnatuti, 2007).
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan bagian dari setiap tahap proses keperawatan. Evaluasi atau penilaian
merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Hasil asuhan keperawatan atau evaluasi ini dapat diukur dari 3 dimensi yaitu keadaan fisik, psikologis dan sikap, pengetahuan dan perubahan perilaku. Sedangkan tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi meliputi kriteria keberhasilan, standar keperawatan dan perubahan perilaku. Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2017 pada keluarga Tn.S untuk mengatasi masalah peningkatan manajemen diri
khususnya Tn.S sendiri yang menderita asam urat. Setelah diberikan implementasi pendidikan kesehatan pada Tn.S maka diperlukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dari tujuan.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
c. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk mengatasi asam urat.
d. Menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah asam urat.
C. METODE PELAKSANAAN Berdiskusi.
D. SASARAN DAN TARGET Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah asam urat.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Minggu, 3 Desember 2017 Waktu : Pukul 09.00-Selesai
No . Tahap Kegiatan 1. Prainteraks i (5 menit) g. Menyampaikansalam. h. Memperkenalkandiri. i. Menyampaikanmaksuddantujuan. 2. Interaksi (30 menit)
g. Wawancaradengankeluargatentang data yang diperlukan. h. Melakukanpemeriksaanfisikpadaseluruhanggotakeluarg a. i. Melakukanobservasilingkungan. 3. Terminasi (5 menit) g. Mengakhirikontrakdanmengucapkanterimakasih.
h. Kontrakwaktukembaliuntukmelengkapi data yang kurang.
i. Salam penutup. F. MEDIA DAN ALAT
G. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien H. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik. 2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati. b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diberikan.
c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang masih lupa atau belum diketahui.
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tujuan yang akan dicapai 3. Evaluasi hasil
a. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian asam urat , penyebab asam urat, tanda dan gejala asam urat akibat asam urat yang tidak teratasi, pencegahan asam urat, pengobatan asam urat.
b. Keluarga mengatakan setuju untuk mengatasi masalah asam urat.
c. Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam meengatasi asam urat.
d. Hasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga C
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GENOGRAM KETERANGAN : : Perempuan : Laki-laki : Klien : Garis keturunan : Pernikahan
: Tinggal satu rumah
Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana dalam satu rumah Tn. S terdiri dari Tn. S (55 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. T (54 tahun) sebagai istri, An. I (16 tahun) sebagai anak. An. R sudah bekerja sebagai perawat di RS.I di kota T.A dan tidak tinggal dalam satu rumah lagi. Tn.S adalah
klien yang dikaji karena memiliki penyakit asam urat.
Tn. T Ny. P Tn. M Ny. R Tn. S An. I An. R Ny. T
A. Pengkajian
Fasilitas Yankes Puskesmas (Dokter
Umum : Dr. Melisa Sugianto)
No. Registrasi
Nama perawat yang mengkaji
Ns. Yessi Elita Tanggal Pengkajian 26 November 2017
1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn. S Bahasa Sehari-hari Indonesia dan Jawa
Alamat Rumah & Telp 085-785-462-744 Jarak Yankes terdekat 500 m
Agama dan Suku Islam Alat transportasi Motor
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub
dgn KK
Umur JK Suku Pendidikan
terakhir Pekerjaan Saat ini Status Gizi (TB, BB, BMI) TTV (TD, N, S, RR) Status Imunisasi Dasar Alat Bantu / Protesa
1. Tn. S Ayah 55th L Jawa S1 Guru 165cm/7
8kg TD : 170/80 N : 80x /menit RR: 20x/ menit S : 37 Terpenuhi Tidak Ada
2. Ny. T Ibu 54th P Jawa SLTA PNS 163/80 TD :
90/60
Terpenuhi Tidak Ada
3. An. R Anak 24th L Jawa S1 Perawat 170/60 TD : 120/60 N : 60x /menit RR: 20x/ menit S : 36,5 Terpenuhi Tidak Ada
4. An. I Anak 16th L Jawa SMA Pelajar 160/55 TD : 110/60 N : 60x /menit RR: 20x/ menit S : 36,5 Terpenuhi Tidak Ada LANJUTAN
No Nama Penampilan Umum Status Kesehatan Saat ini Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU 1. Tn. S Sempurna Sedang sakit Asam urat/Hipertensi Memakan makanan
tinggi lemak dan tinggi purin.
2. Ny. T Sempurna Sehat Tidak ada Normal
3. An. JR Sempurna Sehat Campak Normal
4. An. I Sempurna Sehat Maag Normal
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT DALAM KELUARGA Nama Individu yang sakit : Tn. Sugimin Diagnosa medik : Asam Urat
-a. Keadaan Umum
Lemah, lesu, layu, suhu tubuh normal. b. Sirkulasi / Cairan
Baik, intake dan output cairan terpenuhi. Klien banyak minum air putih kurang lebih 8 gelas per hari.
c. Sistem Perkemihan
Normal, tidak ada gangguan eliminasi urine. d. Sistem Pernapasan
Normal, tidak ada pernapasan cuping hidung klien. e. Sistem Pencernaan
Normal, BAB 1x sehari. f. Sistem Muskuloskeletal
Terdapat masalah yang dikeluhkan klien yaitu kaki terasa nyeri, bengkak, saat bengkak mengalami gangguan dalam berjalan.
g. Sistem Neurosensori
Kesadaran normal, GCS 15. h. Kulit
Normal, tidak ada kekeringan pada kulit ataupun lesi. i. Tidur dan Istirahat
Tn. S beristirahat cukup jika pulang kerja bisa tidur siang asalkan tidak dalam keadaan gaduh dirumah.
j. Mental
Kondisi mental klien baik, tidak ada kecemasan, diajak berbicara menangapi dengan sangat baik dan jelas.
k. Komunikasi dan Budaya
Untuk kemandirian aktivitas sehari-hari Tn. S bisa melakukan sendiri, namun saat kakinya bengkak Tn. S harus dibantu saat berjalan atau merambat di tembok.
3. DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan
Kondisi Rumah :
Luas halaman = 8x25m2. Merupakan rumah sendiri
keluarga Tn. S. Bangunan permanen memiliki 9 ruangan, yaitu tiga kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang
keluarga, satu ruang makan, mushola kecil, satu kamar mandi dengan model toilet jongkok, satu dapur. Memiliki teras. Lantai rumah terbuat dari keramik.
Ventilasi :
Cukup / Kurang* Ventilasi baik, berasal dari
kayu(jendela) yang terdapat disetiap kamar yang dapat dibuka dan dari pintu sehingga sirkulasi udara masuk silih berganti.
Pencahayaan rumah :
Baik / Tidak* Sumber cahaya masuk melalui pintu dan jendela depan maupun belakang.
Saluran Buang Limbah :
Baik /Cukup/Kurang* Dialirkan ke tempat penampungan yang bersebelahan dengan septictank.
Sumber Air Bersih :
Sehat / Tidak Sehat * Sumber air berasal dari PDAM untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari. Air tidak terasa dan tidak berbau.
Jamban Memenuhi Syarat :
Ya / Tidak * Jamban menggunakan toilet jongkok ada septictank, ventilasi dan resapan, sehingga tidak
mencemari tanah.
PHBS Di Rumah Tangga
Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Ya/ Tidak*
Karena rumah Tn. S dekat dengan puskesmas. Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif :
Ya/Tidak *
Karena Ny. T sibuk bekerja.
Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan :
Ya / Tidak*
Untuk mengetahui perkembangan balita.
Menggunakan air bersih untuk makan & minum :
Ya / Tidak*
Semua keluarga memperhatikan kesehatan Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :
Ya / Tidak*
Biasanya dilakukan sebelum dan sesudah makan Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Ya / Tidak*
Keluarga membuang sampah pada tempat sampah. Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
Ya / Tidak*
Lingkungan rumah bersih, selalu dibersihkan semua anggota keluarga(gotong royong).
Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari : Ya / Tidak *
Tempat Sampah :
Ya / Tidak * Ada bak pembuangan sampah di depan rumah yang setiap hari diambil oleh petugas kebersihan. Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota Keluarga 8m2/orang :
Ya / Tidak * Rasio luas bangunan rumah 50m2/orang
ikan/ayam/daging, tahu/tempe. Menggunakan jamban sehat :
Ya / Tidak*
Keluarga memiliki kamar mandi dan WC sendiri, keadaannya bersih.
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Ya / Tidak*
Tn. S dan Ny. T secara bergantian membersihkan bak penampungan air seminggu sekali.
Makan buah dan sayur setiap hari :
Ya / Tidak*
Selalu tersedia buah dan sayur apapun itu. Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Ya / Tidak*
Keluarga Tn. S melakukan aktivitas fisik sehari-hari diluar rumah atau didalam rumah.
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak* Tidak ada yang merokok dirumah Tn. S.
4. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak 3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya /
Tidak (Setelah melakukan pemeriksaan)
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat k fasilitas yankes / Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif :Ya / Tidak, jelaskan dengan menjaga asupan nutrisi yang dikonsumsi.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialaminya yang dialami anggota keluarganya :Ya / Tidak, jelaskan apabila merasa sakit segera diperiksakan.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya :Ya/ Tidak, jelaskan dengan memberi semangat pada Tn. S agar menyirik atau mwngurangi bahkan menghindari makanan yang tinggi lemak dan tinggi purin.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :Ya / Tidak, jelaskan dengan keluarga mengontrol asupan makanan agar tidak memperparah penyakit.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak , jelaskan apabila Tn. S mengalami bengkak dan susah berjalan hanya merembet ditembok dan dibantu istri, anaknya bila dirumah.
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :Ya / Tidak, jelaskan sudah diperiksakan di yankes.
5. HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA
Kunjungan Pertama (K-1) :Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. S dan keluarga Tn. S sudah masuk
kemandirian 1.
Perawat : Ns. Yessi Elita
Kunjungan Keempat (K-4) : Perawat : Kunjungan Kedua (K-2) : Perawat : Kunjungan Kelima (K-5) : Perawat : Kunjungan Ketiga (K-3) : Perawat : Kunjungan Keenam (K-6) : Perawat :
Keterangan Tambahan terkait Individu
Anak pertama Tn. S yaitu An. R tidak tinggal serumah dengan Tn. S karena bekerja diluar kota, hanya hari libur atau hari minggu saja pulang jika tidak ada
sift bekerja.
Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat.
2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.
45
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS :
-Tn.S mengatakan tidak kontrol dalam konsumsi makanan, Tn. S bebas memakan makanan apa saja meskipun itu dilarang tanpa ukuran.
DO :
-Kadar asam urat Tn. S 9mg/dl.
Defisit perawatan diri : makan
2. DS:
-Tn. S mengatakan akibat dari nyeri pergelangan kaki dan bengkak yang dialaminya menjadi sulit untuk berdiri apabila dari posisi duduk.
-Tn. S mengatakan jika terjadi bengkak saat berjalan harus dengan bantuan, merambat di
dinding atau berpegangan pada kursi.
DO:
-Kaki kiri Tn. S terlihat sedikit bengkak.
-Kaki kiri Ny R terlihat dapat berjalan tetapi agak lemah.
46 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat. 2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.
C. Scoring/Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
1. Diagnosa : Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat.
Kriteria Skor Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH (Bobot = 1)
- Tidak sehat
- Ancaman kesehatan - Krisis atau keadaan
sejahtera
3 2 1
2/2 x 1 = 1
Masalah Tn. S dalam menjaga asupan nutrisi yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab sering kambuhnya asam urat pada Tn. S.
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH (Bobot = 2) - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat 2 1 0 2/2 x 2 = 2
Keluarga Tn. S dan Tn. S sendiri merasa apa yang dikonsumsinya selama ini salah dan ingin memperbaiki pola makan itu ada serta keluarga pun selalu memberikan dukungan agar Tn. S menganti pola makan yang lebih sehat.
47 DAPAT DICEGAH (Bobot =
1) - Tinggi - Cukup - Rendah 3 2 1 2/3 x 1 = 2/3
diterapkan agar mengurangi resiko kambuh asam urat yang berulang dan penting juga peran keluarga dalam memberikan dukungan pada Tn. S.
MENONJOLKAN MASALAH (bobot = 1)
- Masalah berat, harus segera ditangani
- Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani - Masalah tidak dirasakan
2
1
0
2/2 x 1 = 1
Tn. S merasa dengan pola makan yang keliru atau sembarangan mempercepat kambuhnya atau naiknya
kadar purin.
Total 4 1/3
2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.
Kriteria Skor Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH (Bobot = 1) - Tidak sehat - Ancaman kesehatan 3 2 1 3/3 x 1 = 3
Masalah gangguan berjalan yang dialami Tn. S, asam urat menyebabkan Tn. S sulit berjalan dan terasa berat ketika berdiri apabila dari posisi duduk, dan menghambat akivitas Tn. S, sulit berkendara apabila ingin pergi
48 - Krisis atau keadaan
sejahtera
bekerja, dan bila tidak segera di tangani akan menimbulkan resiko cedera.
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH (Bobot = 2) - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat 2 1 0 2/2 x 2 = 2
Keluhan Tn. S yang sulit berjalan menyebabkan sulit untuk bergerak dan beraktivitas. Tn. Smemiliki keinginan besar untuk mencegah masalah dapat segera diatasi.
POTENSIAL MASALAH DAPAT DICEGAH (Bobot = 1) - Tinggi - Cukup - Rendah 3 2 1 3/3 x 1 = 1
Beberapa metode dan pengobatan dapat di terapkan, untuk mengatasi keterbatasan gerak Tn. S namun perlu waktu yang cukup lama untuk memulihkan keadaan Tn. S.
MENONJOLKAN MASALAH (Bobot = 1)
- Masalah berat, harus segera ditangani
- Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
2
1
1/2 x 1 = 1/2
Tn. S dan keluarga merasakan keluhan tersebut sangat mengganggu akitivitas dan pekerjaan menjadi terbengkalai, sehingga bagi mereka sangat diperlukan tindakan serius untuk mengatasi masalah gangguan berjalan Tn. S.
49 - Masalah tidak dirasakan 0
Total 32/3
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat. 2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.
50 E. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Krieteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat. Setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali kunjungan, Tn. S mengerti dan memahami tentang cara diet yang benar.
1. Setelah dilakukan kunjungan selama 3x60menit diharapkan Tn. S dan keluarga mampu mengatasi masalah ditandai dengan :
1.1 Mengenal masalah untuk mengetahui tanda gejala asam urat memburuk.
Respon Verbal Keluargadan Tn. S mengetahui tanda gejala asam urat jika kambuh.
1.1.1 Bantu keluarga dalam mengenal masalah Tn. S dengan memberikan informasi yang dibutuhkan. 1.1.2 Bantu Tn. S mengidentifikasi
kemungkinan yang dapat terjadi.
1.1.3 Jelaskan tujuan danmanfaat keputusan yang akan dilakukan. 1.2 Mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukan diet makanan.
Respon Afektif Keluarga dan Tn. S mau mengambil tindakan untuk memperbaiki
1.2.1 Mampu menyediakan menu diet untuk asam urat.
51
konsumsi makanan dengan diet asam urat :
Makanan yang sebaiknya dihindari. Makanan yang sebaiknya dibatasi.
mengikuti diet asam urat dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.3 Anjurkan pasien untuk menghindari
menghindari makanan yang dilarang dan mengkonsumsi makanan yang dianjurkan untuk penderita asam urat. 2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan. Setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali kunjungan, Tn. S mengerti dan memahami masalah gangguan berjalan. 1. Setelah dilakukan kunjungan selama 3x60menit diharapkan Tn. S dan keluarga mampu mengatasi masalah ditandai dengan : 1.1 Mengenal masalah untuk mengetahui penyebab gangguan berjalan.
Respon Verbal Menyebutkan dari penyebab dan tanda
gangguan berjalan : a. Nyeri b. Kekakuan otot c. Bengkak d. Keterbatasan rentang pergerakan sendi e. Perubahan cara 1.2.1 Diskusikan dengan keluarga penyebab gangguan berjalan. 1.2.2 Tanyakan kembali tentang penyebab gangguan berjalan. 1.2.3 Berikan reinforcement
positif terhadap usaha keluarga dalam menjawab.
52 berjalan f. Ketidakstabilan posisi g. Pergerakan lambat 1.2 Melakukan latihan pergerakan sendi (ROM).
Respon Afektif Keluarga dapat mendemonstrasikan cara melakukan latihan pergerakan sendi
1.2.1 Berikan contoh vidio dan demonstrasikan kepada keluarga khusunya Tn. S cara melakukan ROM. 1.2.2 Berikan kesempatan kepada keluarga khususnya Tn. S untuk mencoba latihan pergerakan sendi (ROM). 1.2.3 Berikan reinforcement
53
positif terhadap usaha keluarga khususnya Tn.S dalam melakukan latihan pergerakan sendi (ROM). 1.2.4 Pastikan Tn. S akan melakukan tindakan yang di ajarkan jika diperlukan. 1.3 Melaksanakan perawatan non farmakologi kepada Tn. S. Respon Psikomotor Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Tn. S untuk mengatasi bengkak agar tidak terjadi gangguan berjalan.
1.2.1 Diskusikan kegiatan harian Tn. S
1.2.2 Anjurkan Tn. S beristirahat cukup dan
teratur.
1.2.3 Keluarga khusunya Tn. S melakukan kompres hangat dingin saat bengkak terjadi. 1.4 Memodifikasi lingkungan Respon Psikomotor Menyebutkan cara memodifikasi 1.2.1 Observasi lingkungan rumah pada kunjungan
54
lingkungan untuk gangguan berjalan dan melakukan tindakan modifikasi lingkungan. dengan terencana. 1.2.2 Diskusikan dengan keluarga tentang pemberian pegangan kayu atau kursi kayu yang kuat untuk pegangan Tn. S ketika
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Gout arthitis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi, menyebabkan serangan akut. (Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulka risiko penyakit asam urat. (Noviyanti, 2015).
Masalah asam uratyang terjadi pada keluarga Tn. S dikarenakan faktorketidakefektifan Tn. S sendiri dalam pengontrolan konsumsi makanan. Keluarga mengatakan Tn. S sering memakan makanan yang dilarang untuk dikonsumsi karena bisa membuat kadar purin meningkat
Mengatasi masalah asam urat Tn. S maka diperlukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi asam uratini adalah dengan mengenali pentingnya menjaga asupan makanan yang di konsumsi dan mengajarkan latihan gerak sendi (ROM) aktivitas harian dalam mengisi waktu luang Tn. S.
4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna
dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.