• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Problem Based Learning deng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Problem Based Learning deng"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kependidikan

Terbit empat kali setahun pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Berisi artikel konseptual hasil kajian analitis kritis dan atau artikel hasil penelitian di bidang kependidikan. (ISSN 1412-6087)

Pelindung dan Penasihat

Prof. Drs. H. Toho Cholik Mutohir. MA., Ph.D Rektor IKIP Mataram

Dr. Jamaluddin, M.Pd Wakil Rektor I IKIP Mataram Penanggung Jawab

Dr. Gunawan, M.Pd Ketua LPPM IKIP Mataram Ketua Penyunting

Any Fatmawati, M.Pd Sekretaris Penyunting

Ahmadi, S.Pd., M.Pkim Anggota

M. Arief Rizka, M.Pd

Ni Wayan Prami Wahyudiantari, M.Pd Rudi Hariawan, M.Pd

Mujriah, M.Pd

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

Prof. Dr. I Wayan Maba Univ. Mahasaraswati, Denpasar Prof. Dr. I Wayan Pastika Universitas Udayana, Denpasar Prof. Dr. Liliasari, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia Dr. H. A. Hari Witono, M.Pd Universitas Mataram

Pangesti Wiedarti, Ph.D Universitas Negeri Yogyakarta Dr. H.Wildan, M.Pd Universitas Mataram

Dr. Ahmad Hardjono, S.Si., M.Pd Universitas Mataram Dr. I Ketut Warta, MS IKIP Mataram

Dr. Jumailyah, MM IKIP Mataram

Pelaksana Ketatalaksanaan

M. Fuaddunnazmi, S.T., M.Pd L. Ashadi Cahyadi, SH Fathoroni, S.Pd

Zainul Anwar, S.Pd Bendahara

Supratman, S.E Alamat Redaksi

Redaksi Jurnal Kependidikan LPPM IKIP Mataram

Jl.Pemuda No59 A Mataram NTB 83125 Tlp/Fax (0370)632082 E-mail: lppmikip.mtr@gmail.com

Jurnal Kependidikan diterbitkan sejak tanggal 2 Mei 2002 oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IKIP Mataram. Sejak Mei 2009, Jurnal Kependidikan diterbitkan melalui kerjasama dengan Ikatan Sarjana Pendidikan IKIP Mataram.

Jurnal Kependidikan menerima naskah tulisan otentik (hasil karya penulis) dan original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dengan format sesuai dengan pedoman penulisan jurnal ini.

(2)
(3)

---

ISSN 1412-6087

Jurnal Kependidikan

Juni 2014, Volume 13 Nomor 2

Halaman 101-192

--- Daftar Isi

1. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Batulayar ... Almiatun Sulfiana, Any Fatmawati, Siti Rabiatul Adawiyah

101-107

2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran CTL Berbasis Entrepreneurship pada Materi Elektrokimia ... Citra Ayu Dewi, Ahmadi

109-114

3. Vocabulary Mastery Trouhg Match Mine: an Action Research at the Eight Grades of MTs Islahul Ikhwan NW Praya Academic Year 2013/2014 ... Dedi Sumarsono, Sofia Maurissa, Ramlik Kartinah

115-123

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SMA Negeri di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ... H. M. Raddana

125-136

5. Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Kepala

Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Mataram ... Herlina

137-142

6. Pengembangan Panduan Pelatihan Keterampilan Mengelola Emosi dengan Model

Experential Learning untuk Siswa SMA ... I Made Sonny Gunawan

143-151

7. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Dasar Ditinjau dari Gaya Kognitif Mahasiswa ... I Wayan Gunada

153-161

8. Implementasi Problem Based Learning dengan Conceptual, Strategic, dan Metacognitive Scaffolding untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa SMP Memecahkan Masalah Luas Permukaan Bangun Ruang ... Ita Chairun Nisa

163-172

9. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT Menggunakan Media Animasi Diukur

dengan Proses dan Hasil Belajar Elektrokimia ... Khaeruman, Siti Nurhidayati

173-182

10. Uji Daya Terima Tempe Gembus pada Masyarakat Kota Mataram ... Ni Ketut Yani Ulandari, AA Sukarso, Dewa Ayu Citra Rasmi

(4)
(5)

© 2014 LPPM IKIP Mataram

Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII

SMK Negeri 1 Batulayar

Almiatun Sulfiana(1), Any Fatmawati(2) dan Siti Rabiatul Adawiyah(3)

Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram Email: Almiatun.S@yahoo.com

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of Constructivist approach to learning models Contextual Teaching Learning (CTL) on motivation and learning outcomes of students of class XII SMKN 1 Batulayar. Type of study is a quasi-experiment. Based on the analysis of data obtained motivation questionnaire that was 11.50> = 2.021 at significant level of 5%, so that Ha (1) is received. The results obtained by studying the results of data analysis that amounted to 2.232> = 2.021 at significant level of 5% so as Ha (2) is received, it can be concluded that science learning through a constructivist approach to learning models Contextual Teaching Learning (CTL) effect on students' motivation and learning outcomes of the class XII SMKN 1 Batulayar.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan Konstruktivisme dengan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasy Experimental Design). Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 79 orang yang terbagi ke dalam 3 kelas yaitu kelas XII AP 27 orang, XII TB1 27 orang dan XII TB2 25 orang. Teknik pengambilan sampel dengan Uji Homogenitas pasangan kelas kemudian dengan cara Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kelas secara acak sehingga diperoleh sampel sebanyak 54 orang yaitu kelas XII AP 27 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas XII TB1 27 orang sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data angket motivasi diperoleh bahwa sebesar 11,50 > = 2,021 pada taraf signifikan 5%, sehingga Ha (1) diterima. Hasil analisis data hasil belajar diperoleh bahwa sebesar 2,232 > = 2,021 pada taraf signifikan 5% sehinggga Ha (2) diterima, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA melalui pendekatan konstruktivisme dengan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar.

Kata Kunci: Pendekatan Konstruktivisme, Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL), Motivasi dan Hasil Belajar.

Pendahuluan

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pendewasaan peserta didik menuju sikap yang bertanggung jawab baik dalam pola pikir maupun tingkah laku. Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dikatakan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa. Dengan demikian dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut, maka perlu dilakukan pembenahan secara terus menerus yakni diantarannya dengan proses pembelajaran yang efektif serta yang berkualitas (Depdiknas, 2004).

Proses pembelajaran yang efektif adalah proses yang melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang baik. Pencapaian hasil belajar yang diinginkan harus didukung oleh berbagai faktor, salah

satunya adalah kemampuan guru

merancang dan menggunakan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari siswa.

Berdasarkan survei hasil belajar siswa kelas XII pada SMKN 1 Batulayar, ketuntasan secara klasikal belum mencapai standar teknik penilaian kelas (> 85%) yaitu XII AP = 55,55 %, XII TB1 = 51,85%

(6)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 101-107

102

Siswa-siswa XII pada SMKN 1

BatulayarTahun Pelajaran 2013/2014). Secara umum hal tersebut dikarenakan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang memotivasi siswa sehingga hasil belajar tidak maksimal.

Untuk mencapai keberhasilan belajar kognitif dan meningkatkan motivasi siswa, maka penulis mencoba memberikan salah

satu solusi yaitu pendekatan

konstruktivisme dengan model

pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL).

Pendekatan konstruktivisme adalah Pendekatan dimana ide bahwa siswa harus menemukan dan metransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental

membangun struktur pengetahuannya

berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (Amri, Sumardi dan Zamadi.

2010). Melalui landasan filosofi

konstruktivisme, model pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL), dipromosikan menjadi alternatif belajar yang baru. Materi pelajaran akan lebih berarti jika siswa mempelajari materi yang

disajikan melalui konteks kehidupan

mereka dan menemukan arti dalam proses pembelajarannya dan pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan (Nurhadi, Nugroho dan Riani. 2004).

Oleh karena itu, berdasarkan latar

belakang diatas peneliti melakukan

penelitian judul Skripsi Pengaruh

Pendekatan Konstruktivisme dengan Model

Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Batulayar.

Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang dalam bentuk

penelitian eksperimen semu (Quasy

Experimental Design) (Sugiyono, 2008). Jenis Penelitian ini menciptakan suatu perlakuan (treatment) yaitu pendekatan

konstruktivisme dengan model

pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) yang berfungsi sebagai

variabel dan sengaja diadakan pada subyek untuk diketahui pengaruh atau akibatnya dalam variabel terikat. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas XII AP berjumlah 27 orang dan XII TB1 berjumlah 27 orang.

Tahapan pelaksanaan penelitian :

a. Pada awal pembelajaran baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol

diberikan tes hasil belajar obyektif (Pre test). Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan pendekatan

konstruktivisme dengan model

pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) dan untuk kelas kontrol

diberi pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

b. Setelah proses pembelajaran berakhir kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes hasil belajar dalam bentuk objektif (Post test) untuk mengetahui seberapa besar perbedaan hasil belajar yang telah dicapai setelah menerima materi. Kemudian kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan angket motivasi untuk mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa yang telah dipengaruhi oleh pendekatan, model

pembelajaran maupun metode

pembelajaran yang diberikan.

c. Tes hasil belajar dan angket motivasi yang telah terkumpul kemudian di skoring yaitu pemberian nilai untuk tiap butir soal. Angket motivasi belajar kemudian dianalisis secara kuantitatif baik secara individu maupun kelas

untuk memudahkan konversi

(7)

Almiatun Sulfiana, dkk, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme

103 belajar. Kemudian baik tes hasil belajar

maupun angket motivasi diuji F (Uji Homogenitas) untuk mengetahui apakah kemampuan siswa sama atau tidak jauh berbeda, kemudian Uji Normalitas untuk mengukur kenormalan data dan diuji t. Uji hipotesis menggunakan uji t pada angket dilakukan untuk mengetahui

perbedaan signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Uji t (Uji Hipotesis) Hasil Belajar Siswa

Uji t dilakukan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar secara signiFikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan kata lain Ha (2) diterima atau tidak. Setelah dianalisis melalui uji homogenitas dan uji normalitas, diperoleh asumsi data yaitu homogen dan normal, karena varians sampel homogen dan normal, tetapi n1 ≠ n2 maka rumus t-test yang digunakan adalah rumus Polled Varians (Sugiyono, 2010).

Data hasil uji hipotesis

menggunakan uji t yaitu dengan

membandingkan skor pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uji t hasil belajar pre test diperoleh thitung =

0,850 maka Ha (2) ditolak atau dengan kata lain H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran menggunakan

pendekatan konstruktivisme dengan

Contextual Teaching Learning (CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar. Hasil belajar post test diperoleh t hitung = 2,323 kemudian dikonsultasikan pada ttabel.

dengan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5% dengan dk post test 23 + 21 – 2 = 44 diperoleh ttabel = 2,021, karena thitung ≥ ttabel, maka Hipotesis Ha (2) diterima,

dengan demikian pembelajaran

menggunakan pendekatan konstruktivisme

dengan Contetual Teaching Learning

(CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar.

Data hasil uji hipotesis

menggunakan uji t yaitu dengan

membandingkan skor pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uji t motivasi belajar diperoleh thitung =

11,50. Hasil uji t di atas kemudian dikonsultasikan pada ttabel pada taraf

kepercayaan 95% dengan dk dari 25 + 21 – 2 = 44 diperoleh ttabel = 2,021, karena thitung ≥ ttabel, maka Hipotesis Ha (1) diterima,

dengan demikian ada pengaruh pendekatan

konstruktivisme dengan model

pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) terhadap motivasi siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar.

Parameter Dk thitung ttabel Keterangan

Hasil Belajar Pre test

37 0,850 2,021 Ha (2) Ditolak =

H0 Diterima Hasil Belajat

Post test

44 2,323 2,021 Ha (2) Diterima =

(8)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 101-107

104

Pembahasan

Penelitian eksperimen semu (Quasy

Experimental Design) ini dilaksanakan di kelas XII SMKN 1 Batulayar pada semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 dari tanggal 20 Januari sampai dengan 1 Februari 2014 dengan pokok bahasan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan). Tahap pertama yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah

membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Observasi Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (LOKRP), Instrumen

Penelitian berupa Tes Hasil Belajar beserta kunci jawaban, Angket Motivasi Belajar dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan uji Validitas, Reliabilitas, uji Daya Beda dan uji Tingkat Kesukaran Soal pada kelas yang tidak digunakan dalam penelitian yaitu kelas XII TB2. Uji

Validitas, Relaibilitas, uji Daya Beda dan uji Tingkat Kesukaran Soal dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar valid dalam mengukur hasil belajar siswa. Dari uji coba instrumen penelitian sebanyak 20 ítem (butir soal) disimpulkan bahwa 15

item digunakan sebagai instrumen

penelitian karena hasil análisis

menggambarkan bahwa 15 item tersebut memenuhi syarat instrumen penelitian yang efektif untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. siswa disesuaikan dengan jumlah siswa yang hadir. Pada penelitian ini data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil

belajar, sementara itu data tentang motivasi belajar diperoleh dari angket motivasi belajar siswa.

pendekatan konstruktivisme dengan model pembelajaran CTL membuat motivasi belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda secara nyata. Dengan demikian, maka Hipotesis alternatif (1) yang menyatakan: “Pendekatan

Konstruktivisme dengan Model

Pembelajaran Contextual Teaching

Learning berpengaruh terhadap Motivasi

siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar ”. Sementara itu, hasil analisis uji t tes hasil belajar Berdasarkan uji t hasil belajar pre test diperoleh thitung = 0,850 maka Ha (2)

ditolak atau H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme

dengan Contextual Teaching Learning

(9)

Almiatun Sulfiana, dkk, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme

105 dengan model pembelajaran CTL. Untuk

menjawab Hipotesis Ha (2) terdapat dalam analisis uji hasil belajar post test diperoleh thitung = 2,323. Hasil uji t di atas kemudian dikonsultasikan pada ttabel. dengan taraf kepercayaan 5% dengan dk = 44 diperoleh ttabel = 2,021, karena thitung ≥ ttabel, maka

Hipotesis Ha (2) diterima artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, dengan demikian pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme

dengan Contextual Teaching Learning

(CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMKN 1 Batulayar.

Perbedaan secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut

turut menjelaskan bahwa Pendekatan

Konstruktivisme dengan model

pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar kelas XII SMKN 1 Batulayar. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang relevan yaitu penelitian Subagio (2008). Pengaruh Penggunaan

Pendekatan CTL (Contextual Teaching

Learning) Terhadap Prestasi Belajar

Biologi pada Pokok Bahasan Sistem Reproduksi Pada Tumbuhan Siswa Kelas XI MA Assunnah Jurang Jaler Praya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

Pendekatan CTL (Contextual Teaching

Learning) dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar Biologi pada siswa kelas XI MA Assunnah Jurang Jaler Praya Tahun Pelajaran 2006/2007. Ketuntasan belajar yang diperoleh dalam penelitian menggunakan sampel 70 siswa yaitu 91,4 % dengan nilai rata-rata 7,77.

Meski dalam variabel terikat yang berbeda tetapi pendekatan kontruktivisme dan model pembelajaran CTL telah membuktikan mampu menjadi treatment

yang dapat mempengaruhi variabel bebas

dalam diri subyek. Senada dengan

ungkapan Fathurrohman dan Sulistyorini (2012) bahwa saat ini di Amerika berkembang apa yang disebut dengan Contextual Teaching Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik untuk

mengaitkan pengetahuan yang

dipelajarinya dengan kehidupan nyata mereka. Hal itu dikarenakan pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan teori psikologi modern yang berpijak pada

filsafat konstruktivisme. Aliran ini

mengatakan bahwa proses belajar terjadi karena pemahaman individu terhadap lingkungannya. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental seperti emosi, minat, motivasi, gaya berpikir, kemampuan dan pemahaman. Menurut paham konstruktivisme manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Oleh sebab itu, metode pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) yang berasaskan pendekatan konstruktivisme mendorong siswa secara alamiah mengkonstruksikan pengetahuannya melalui pengalaman siswa sendiri sehingga siswa dapat membuat

hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari. Dengan konsep itu

diharapkan hasil pembelajaran lebih

bermakna bagi siswa.

Pendekatan konstruktivisme

bersama dengan model pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL)

merupakan salah satu pendekatan

(10)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 101-107

106

proses belajar agar kelas lebih “hidup” dan lebih “bermakna” karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai (Amri, Sumardi dan Zamadi. 2010). Didalam penelitian ini, pada pertemuan pertama peneliti mengajak siswa secara

berkelompok (Learning Community)

menganalisa lingkungan sekolah. Pada pertemuan kedua peneliti menghadirkan sebuah video sebagai contoh alamiah yang

mewakili konsep AMDAL (Analisa

Mengenai Dampak Lingkungan). Video tersebut berisi berbagai jenis usaha dan pembangunan yang ada di Kabupaten Lombok Barat dan sekitarnya. Oleh karena contoh konkrit yang dihadirkan berupa

contoh alamiah yang ada disekitar

lingkungan siswa dan sering dijumpai oleh siswa maka pembelajaran tersebut menjadi lebih hidup dan lebih bermakna seperti yang diungkapkan oleh (Amri, Sumardi dan

Zamadi. 2010) sehingga siswa pun

termotivasi untuk mengkontstruksikan

pengetahuaannya untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Bila pembelajaran kontekstual

diterapkan dengan benar, diharapkan siswa terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya karena dalam standar proses pendidikan yag tertera pada kurikulum tingkat satuan pendidikan siswa tidak hanya dibawa masuk ke kawasan pengetahuan, tetapi juga sampai pada penerapan pengetahuan yang

didapatkanya melalui pembelajaran

tersebut (Sanjaya, 2006). Sementara itu, perlakuan pada kelas kontrol yang hanya

diberikan pembelajaran menggunakan

metode ceramah. Metode ceramah

(konvensional) merupakan metode yang mengandalkan bahasa verbal dan menuntut

siswa memahami pengetahuan pada

hafalan. Menurut Sanjaya (2006) konsep

seperti ini menyebabkan terjadinya

kesalahpahaman persepsi dan verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut, selain itu Sanjaya (2006) mengungkapkan bahwa

pembelajaran melalui bahasa verbal

membuat siswa kurang bergairah

(termotivasi) karena siswa kurang diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis, oleh sebab itu pada saat proses pembelajaran siswa kelas kontrol lebih banyak diam. Berbeda halnya dengan kelas eksperimen, proses pembelajaran berlangsung lebih aktif dan produktif.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:

1. Ada Pengaruh Pendekatan

Konstruktivisme dengan Model

Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) terhadap motivasi kelas XII SMKN 1 Batulayar karena dibuktikan dengan nilai thitung = 11,50

yang lebih besar dari ttabel = 2,021 yang

diperoleh pada taraf kepercayaan 5% dengan dk 25 + 21 – 2 = 44 sehingga Ha (1) di terima.

2. Ada Pengaruh Pendekatan

Konstruktivisme dengan Model

Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar kelas XII SMKN 1 Batulayar karena dibuktikan dengan nilai thitung = 2,323

yang lebih besar dari ttabel = 2,021 yang

(11)

Almiatun Sulfiana, dkk, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme

107 Daftar Pustaka

Amri, Sumardi dan Zamadi 2010.

Konstruksi Pengembangan

Pembelajaran, pengaruhnya

terhadap mekanisme dan praktik kurikulum. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan

Terintegrasi Mata Pelajaran Sains. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

.

Nurhadi, Nugroho dan Riani. 2004.

Pembelajaran Kontekstual

(Contectual Teaching

Learning/CTL). Malang : UM. PRESS.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Subagio, B. 2008. Pengaruh Penggunaan Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada

Pokok Bahasan Sisitem

Reproduksi Pada Tumbuhan Siswa Kelas XI MA Assunnah

Jurang Jaler Praya Tahun

Pelajaran 2006/2007. Mataram :

IKIP.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan

Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

(12)
(13)

© 2014 LPPM IKIP Mataram

Pengembangan Perangkat Pembelajaran CTL Berbasis Entrepreneurship Pada Materi Elektrokimia

Citra Ayu Dewi(1), Ahmadi(2)

Program Studi Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: Ayudewi_citra@yahoo.co.id (1)

E-mail: ahmadi_kim@yahoo.co.id(2)

Abstract: In this study has made the development of CTL-based learning software entrepreneurship in electrochemical materials. This research aims to generate a CTL-based learning tools entrepreneurship in electrochemical materials for students of chemistry teaching IKIP Mataram. This research is important to develop a learning device CTL syllabus, SAP and entrepreneurship-based teaching materials that can foster student interest in entrepreneurship in applying science particularly chemistry that has been studied. This research was conducted at the FPMIPA IKIP Mataram within one year. The process is performed sequentially in this study is to collect data and information on the location of the beginning of the study, to study literature, conduct field surveys, preparing a syllabus, preparing the SAP, and the last set of teaching materials. It can be concluded that the development of CTL-based learning tools in the study of entrepreneurship to product development.

Abstrak: Dalam penelitian ini telah dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran CTL berbasis entrepreneurship pada materi elektrokimia. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran CTL berbasis entrepreneurship pada materi elektrokimia untuk mahasiswa program studi pendidikan kimia semester genap IKIP Mataram. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran CTL berupa silabus, SAP dan bahan ajar berbasis entrepreneurship yang dapat menumbuhkan minat wirausaha mahasiswa khususnya dalam mengaplikasikan ilmu kimia yang sudah dipelajari. Penelitian ini dilakukan di FPMIPA IKIP Mataram dalam waktu satu tahun. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini secara berurutan adalah menggali data dan informasi awal di lokasi penelitian, melakukan studi pustaka, melakukan survey lapangan, menyusun silabus, menyusun SAP, dan terakhir menyusun bahan ajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran CTL berbasis entrepreneurship sampai pada studi pengembangan produk.

Kata Kunci: CTL, Entrepreneurship, Elektrokimia

Pendahuluan

Permasalahan bangsa Indonesia saat ini begitu kompleks, tidak terkecuali masalah pendidikan, meningkatnya pengangguran serta sempitnya lapangan kerja. Data BPS Februari 2008, pada tahun 2007 jumlah alumni diploma/akademi yang menganggur sebanyak 11,95%, dan alumni perguruan tinggi yang menganggur sebanyak 10,54%

(Taufiq, 2008). Mengingat tingginya

jumlah angkatan kerja yang masih belum bekerja (pengangguran), alumni perguruan

tinggi diharapkan tidak hanya

mengandalkan dapat bekerja di sektor pemerintahan atau bekerja untuk mengisi lowongan saja, mereka harus lebih mandiri dan mampu mengembangkan potensinya

untuk berwirausaha. Taufik (2008)

mengatakan bahwa ”pada tahun 2003 lulusan perguruan tinggi yang bekerja sebagai karyawan/buruh/pekerja sebanyak 87,46 %, sedangkan yang bekerja mandiri/ berwirausaha hanya 12,54 %”.

Kecilnya presentase jumlah

wirausaha per jumlah penduduk yang mempunyai korelasi dengan rendahnya pendapatan perkapita, lebih jauh akan berdampak pada produktifitas dan daya saing masyarakat dan bangsa Indonesia

yang sangat lemah. Hasil survei

International Institute for Management

Development tahun 2007 menyatakan

(14)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 109-114 dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu; pelatihan kewirausahaan,

dan mengubah kurikulum lembaga

pendidikan/perguruan tinggi dengan

memperbanyak aspek kewirausahaan. Gibb

(2007) menyatakan bahwa

“kegiatan/pelatihan kewirausahaan

hendaklah merupakan bagian yang

intrinsik dari kurikulum sekolah, dan bukan merupakan kegiatan tambahan atau ekstra kurikuler“.

Pembelajaran dan pengajaran

kontekstual mempunyai potensi yang lebih cocok dalam usaha menumbuhkan jiwa

wirausaha, karena pembelajaran dan

pengajaran kontekstual (CTL) adalah

sebuah sistem yang bersifat menyeluruh, menepis dualisme antara pikiran dan tindakan dengan menyatukan antara konsep dan praktek. Hakekat CTL dapat disajikan dalam tiga kata, yaitu; makna, bermakna,

dan dibermaknakan (Johnson 2007).

Kusumaningtyas dan Siadi (2008)

menyatakan bahwa ”kemampuan life-skill mahasiswa dapat dikembangkan dengan

model pembelajaran berbasis

entrepreneurship”. Rengga (2008)

menyatakan bahwa ”pembelajaran dengan

pendekatan entrepreneurship dapat

menumbuhkan sikap kewirausahaan

mahasiswa”. Purnomo (2005) juga menyatakan bahwa ”minat berwirausaha peserta didik dapat ditingkatkan melalui pendidikan”.

Dua komponen penting CTL yang harus mendapatkan pendalaman adalah

pembelajaran mandiri dan kerjasama.

Pembelajaran mandiri merupakan antitesis dari apa yang tengah berlangsung di

lembaga pendidikan era industri yang dibangun dengan mengadopsi kaidah-kaidah industri. Lembaga pendidikan harus bekerjasama dengan industri mitra, demikian pula para mahasiswa/peserta didik bekerjasama dengan kelompok-kelompok lain dalam mengerjakan tugas

dibidangnya. Kerjasama dapat

menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman/wawasan.

Proses pembelajaran materi

elektrokimia pada sub pokok bahasan elektrolisis tentang pelapisan logam dengan

electroplating menggunakan pendekatan

pembelajaran CTL dalam memenuhi amanah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Pasal 10, yang berbunyi ”Pendidikan tinggi diselenggarakan melalui

proses pembelajaran yang

mengembangkan kemampuan belajar

mandiri” dan Program Penguatan Kebijakan Depdiknas dengan Bappenas

yang memuat Program Peningkatan

Kreativitas, Enterpreneurship, dan

Kepemimpinan Mahasiswa. Pembelajaran dilaksanakan bekerjasama dengan industri mitra, yang diharapkan bisa memberikan bekal pengalaman bisnis di bidang pelapisan logam.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan pengembangan perangkat

pembelajaran CTL berbasis

entrepreneurship dengan harapan dapat

menumbuhkan minat wirausaha mahasiswa pada materi elektrokimia sub pokok bahasan elektrolisis tentang pelapisan logam dengan elektroplating. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan perangkat pembelajaran dalam bentuk bahan Ajar berbasis entrepreneurship.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

(15)

Citra Ayu Dewi & Ahmadi, Pengembangan Perangkat Pembelajaran CTL

111 produk dalam bidang pendidikan. Fokus

penelitian pengembangan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran CTL berbasis entrepreneurship pada materi elektrokimia.

Penelitian dilaksanakan pada

semester genap tahun akademik 2013-2014 dengan subyek penelitian mahasiswa IKIP Mataram Program Studi Pendidikan Kimia Semester Genap. Lokasi penelitian di IKIP Mataram Jl. Pemuda No. 59A Mataram Nusa Tenggara Barat.

Pengembangan perangkat

pembelajaran CTL berbasis

entrepreneurship menggunakan desain

pengembangan R&D (Research and

Development). Secara garis besar R&D terdiri dari tiga langkah: (1) studi pendahuluan meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka dan survei lapangan untuk mengamati produk dan kegiatan yang ada, (2) tahap pengembangan produk meliputi penyusunan draf produk, dan (3) tahap pengujian produk (Sugiyono, 2010).

Tahap Studi Pendahuluan

Penelitian awal dilaksanakan dengan

menggali data dan informasi awal di lokasi penelitian. Berdasarkan data dan informasi yang ada, dilakukan identifikasi serta perumusan masalah hingga pada akhirnya

ditetapkan kebutuhan pengembangan

perangkat pembelajaran.

Tahap Studi Pengembangan

Draf perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan di telaah atau divalidasi oleh pakar pendidikan, pengajar mitra, dan praktisi industri mitra/praktisi bisnis dengan menguatkan masukan informasi bisnis secara praktis dengan harapan perangkat

pembelajaran tersebut benar-benar

mengarah pada usaha peningkatan minat

wirausaha mahasiswa pada bisnis pelapisan logam dengan elektroplating. Produk akhir dari tahap pengembangan ini berupa

perangkat pembelajaran pada materi

elektrokimia yang sudah sesuai dengan kurikulum dan tujuan instruksional yang

ada serta sesuai dengan

keadaan/ketersediaan peralatan/bahan serta kebutuhan pasar.

Keterlibatan pakar pendidikan dalam memberikan pengarahan, perbaikan serta penyempurnaan adalah suatu keharusan agar produk pengembangan perangkat pembelajaran bernilai akademis tinggi. Keterlibatan pengajar mitra dilaksanakan

dengan memberi masukan pada

pengembangan perangkat pembelajaran.

Keterlibatan praktisi industri mitra

dilaksanakan dengan; a) ikut memberi masukan pada pengembangan perangkat pembelajaran, dan b) memberikan wawasan praktis berwirausaha.

Tahap Pengujian Produk

Keberhasilan penelitian terlihat dengan tersusunnya produk perangkat pembelajaran pada materi elektrokimia yang dapat menumbuhkan minat wirausaha mahasiswa. Tolak ukur peningkatan minat wirausaha mahasiswa dapat dilihat dari adanya

peningkatan yang signifikan minat

wirausaha mahasiswa berdasarkan uji efektivitasnya atau ujicoba produk.

Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian validasi produk. Aspek

penilaian validasi produk meliputi:

(16)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 109-114

112

Uji Validitas Produk

Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi produk. Untuk menganalisis validitas isi produk ini dinilai oleh para ahli. Validitas isi ditetapkan berdasarkan penilaian dan pertimbangan dari pakar pendidikan, pakar pengajar mitra dan pakar praktisi industri mitra. Hasil validasi dari validator kemudian dihitung persentasenya untuk mengetahui validitas isi produk yang

digunakan. Suatu instrumen secara

keseluruhan dikatakan valid jika harga persentase pemberian skor adalah ≥ 75%.

Kriteria validitas dapat ditentukan

berdasarkan Tabel berikut ini.

Tabel Kriteria Validitas Persentase (%) Validitas

20-36 Sangat rendah

37-52 Rendah

53-68 Sedang

69-84 Tinggi

85-100 Sangat tinggi

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Studi Pendahuluan

Penelitian ini diawali dengan

melakukan penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan informasi. Tahap ini terdiri dari pengukuran kebutuhan, studi literatur dan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di FPMIPA IKIP Mataram Program Studi Pendidikan Kimia. Kegiatan diawali dengan melakukan pengukuran kebutuhan. Pada tahap ini, peneliti mengacu kepada kurikulum 2013 yang menekankan pada proses pembelajaran yang bersifat kontekstual. Berdasarkan kajian tersebut maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa media pembelajaran yang membantu untuk lebih memahami konsep kimia yang dipelajari tersebut perlu dikembangkan.

Selanjutnya peneliti melakukan studi

literatur yang berkaitan dengan pentingnya

entrepreneurship dalam pembelajaran

kimia. Dari hasil studi literatur dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berbasis entrepreneurship sangat penting dalam pembelajaran kimia.

Selanjutnya melakukan identifikasi permasalahan yang terdapat di FPMIPA

IKIP Mataram pada Program Studi

Pendidikan Kimia yaitu peneliti melakukan analisis entrepreneurship dalam bahan ajar yang digunakan di Kampus. Dari hasil analisis diperoleh informasi bahwa bahan ajar yang digunakan di Kampus lebih

banyak memuat konsep-konsep yang

bersifat abstrak saja dan sangat sedikit

memuat konsep-konsep yang bersifat

konkrit. Ini berarti bahan ajar yang digunakan di Kampus tidak memuat konsep-konsep yang bersifat kontekstual secara proporsional. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan bahan ajar yang

memuat konsep-konsep kimia secara

kontekstual yang berbasis entrepreneurship yang lebih proporsional.

Studi Pengembangan Produk

Langkah selanjutnya ialah melakukan perencanaan yang meliputi penentuan tujuan penggunaan produk, penentuan pengguna produk, penentuan

komponen-komponen produk dan cara

pengembangannya. Tujuan penggunaan

produk pada penelitian ini adalah

menumbuhkembangkan minat wirausaha mahasiswa. Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan analisis SK-KD sampai dengan pengembangan indikator dan tujuan

pembelajaran. Selanjutnya menentukan

komponen-komponen produk dan cara

pengembangannya yaitu menentukan

format bahan ajar, menentukan subjek dan lokasi ujicoba, dan membuat instrumen evaluasi.

Langkah selanjutnya ialah mendesain produk awal. Tahap ini diawali dengan

(17)

Citra Ayu Dewi & Ahmadi, Pengembangan Perangkat Pembelajaran CTL

113 melakukan analisis konsep-konsep apa saja

yang harus ada dalam materi elektrokimia. Dari analisis konsep ini selanjutnya dianalisis entrepreneurship yang terdapat dalam bahan ajar yang digunakan di Kampus, kemudian hasil analisis tersebut

dijadikan sebagai acuan dalam

pengembangan bahan ajar yang

dikembangkan. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan mengacu pada tuntutan kurikulum 2013 bahwa di dalam proses

pembelajaran haruslah melibatkan

permasalahan yang kontekstual sehingga dapat menumbuhkan minat wirausaha mahasiswa. Karena pembelajaran dan

pengajaran kontekstual (CTL) adalah

sebuah sistem yang bersifat menyeluruh, menepis dualisme antara pikiran dan tindakan dengan menyatukan antara konsep dan praktek. Hakekat CTL dapat disajikan

dalam tiga kata, yaitu; makna, bermakna, dan dibermaknakan (Johnson 2007).

Dari hasil pengembangan ini

diperoleh desain awal produk berupa cover, lembar identitas mata kuliah, peta konsep,

standar kompetesi, kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan praktikum, tes pemahaman konsep, rangkuman, tes evaluasi, glosarium dan daftar pustaka.

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tahapan penelitian

hanya sampai pada tahapan studi

pendahuluan dan tahapan studi

pengembangan produk berupa perangkat pembelajaran ctl berbasis entrepreneurship pada materi elektrokimia.

Daftar Pustaka

Ahmadi, 2011. Studi Pelapisan Nikel-Krom Pada Baja St 37 Untuk Pembelajaran Kimia di SMA, Tesis Program Magister Pengajaran Kimia ITB, Bandung, 1.

Ahmadi & Dewi, Citra A. 2013. Pengaruh arus listrik pada elektroplating krom dekoratif dengan logam basis tembaga terhadap laju korosi., Jurnal PRISMA IKIP Mataram.,1-5.

Alian, H., 2010. Pengaruh Tegangan Pada Proses Elektroplating Baja Dengan Pelapisan Seng dan Krom Terhadap Kekerasan dan Laju Korosinya., Jurnal Teknik Mesin Universitas Sriwijaya., 245-247.

Bernardus, D. 2012. Implementasi

Pembelajaran Entrepreneurship

Mahasiswa Berbasis The 5E Leaning Cycle Model., Jurnal Entrepreneur

dan Entrepreneurship Universitas

Ciputra., 1-47.

Gibb, A. 2007. Mendidik Pengusaha Masa Depan. Jurnal Reformasi Ekonomi., 77-88.

Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching

and Learning. Bandung: Mizan

Learning Centre (MLC).

Kaban, H., Niar, S., Jorena., (2010):

Menguji Kekuatan Bahan

Elektroplating Pelapisan Nikel pada Substrat Besi dangan Uji Impak (Impact Test), Jurnal Penelitian

Sains, FMIPA Universitas Sriwijaya,

Vol. 13, 27.

(18)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 109-114

114

Kusumaningtyas, R.D. dan K. Siadi. 2008.

Model Pembelajaran

Chemo-Entrepreneurship untuk

Mengembangkan Life Skill

Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Unnes. Jurnal Penelitian Pendidikan, 25/ 2: 144-152.

Munawaroh, 2013. The Effect of Type Stad Cooperative Learning Model, the Way of Learning, And Learning Motivation toward Enterpreneurial Attitudes., Journal International of Research & Method in Education (IOSR-JRME)., 38-44.

Prayitno, Dwi, (2005), Perbedaan Berat

Hasil Pelapisan Nikel Akibat

Penggunaan Lapisan Dasar Cu dan Tanpa Lapisan Dasar Cu Dengan Variasi Waktu Pada Bahan Baja Karbon Rendah, Skripsi Pendidikan Teknik Mesin, Uneversitas Negeri Semarang, 7.

Purnomo,. 2005. Membangun Semangat

Kewirausahaan. Yogyakarta:

Laksbang Pressindo.

Rengga, W.D.P. 2008. Pengembangan Kecakapan Hidup (Life Skill) dan Penumbuhan Sikap Kewirausahaan

dengan Pendekatan CEP. Jurnal

Penelitian Pendidikan, 25/2:185-192.

Santosa, B., Syamsa, M., (2007): Pengaruh Parameter Proses Pelapisan Nikel Terhadap Ketebalan Lapisan, Jurnal Teknik Mesin Uneversitas Jenderal

Ahmad Yani, Bandung, 9, 26.

Suarsana, I., (2008): Pengaruh waktu pelapisan nikel pada tembaga dalam pelapisan khrom dekoratif terhadap tingkat kecerahan dan ketebalan lapisan, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Universitas Udayana, 2(1), 48.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian

Kualiatatif dan R & D, Alfabeta,

Bandung.

Taufiq M. 2008. Memacu Penumbuhan

Wirausaha Baru. Jakarta:

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah Republik Indonesia.

Zimmerer, T.W., and Norman, M.S. 2002. Essensials of Entrepreneurship and

Small Business Manajement. Second

(19)

© 2014 LPPM IKIP Mataram

Vocabulary Mastery Through Match Mine; an Action Research at the Eighth Graders of MTs. Ishlahul Ikhwan NW Praya Academic Year 2013/2014

Dedi Sumarsono, Sofia Maurisa, Ramlik Kartinah Pendidikan Bahasa Inggris, FPBS IKIP Mataram

Email: dedi_aqil@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Match Mine dalam meningkatkan penguasaan kosa kata dan perilaku siswa kelas VIII MTs Ishlahul Ikhwan NW Praya tahun akademik 2013/2014. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan dengan desain penelitian tindakan kolaboratif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi untuk memperoleh data mengenai penerapan Match Mine yang dapat meningkatkan penguasaan kosa kata dan data perilaku siswa, serta tes (50 butir) untuk memperoleh data sejauh mana peningkatan kosa kata siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon siswa dengan penggunaan Match Mine menjadi lebih aktif, kreatif, terlibat dengan seluruh kelas, mampu berkomunikasi satu sama lain baik verbal maupun non verbal, dan mampu dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa setelah penerapan Match Mine yakni 18 dari 20 siswa mencapai skor lebih tinggi dari kriteria penelitian keberhasilan (≥ 70) dengan rata-rata skor 73,83, hal tersebut bermakna 90% dari siswa dapat mencapai sebagian besar indikator pengetahuan kosa kata. Berdasarkan hasil penelitian ini, melalui penerapan Match Mine dapat meningkatkan kosakata dan perilaku siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk menerapkan Match Mine dalam upaya untuk meningkatkan perilaku dan prestasi belajar siswa pada setiap mata pelajaran termasuk Bahasa Inggris khususnya dalam materi penguasaan kosa kata Bahasa Inggris.

Abstract: This research is aimed at finding out how the application of Match Mine can enhance students’ vocabulary mastery and students’ behavior at the eighth graders of MTs. Ishlahul Ikhwan NW Praya academic year of 2013/2014. The method which was applied in this research was action research with collaborative action research design. Then, the techniques which were used to collect the data are anecdotal note observation for getting the data of how the application of Match Mine can enhance students’ vocabulary and the data of the students’ behaviors; and test (50 items) for getting the data of to what extent the students’ vocabulary achievements are enhanced. The finding of the anecdotal note observations show that the application of Match Mine in this research run into six steps: 1) students pair up and decide the role as the Sender and the Receiver, 2) the Sender arranges the game pieces, 3) the Sender describes his/her arrangements to the Receiver and the Receiver tries to make a correct match, 4) both Sender and Receiver check for accuracy, 5) both Sender and Receiver celebrate and congratulate each other, 6) switch the role and play again from the second step. Besides, students’ responses show the application of Match Mine made them become more active, creative, engaged with the whole class, able to communicate to each other whether it is in verbal or on-verbal message, and lower anxiety in expressing their ideas. Moreover, the finding of students’ achievements show that after the application of Match Mine there were 18 from 20 students who achieved the score higher than the research criteria of success (≥ 70) with the classical average score 73.83, it means 90% of them could achieve most of the indicators of vocabulary knowledge. Based on all those findings, the application of Match Mine can enhance the students’ vocabulary and behaviors and the research is considered successful. Thus, it is recommended to apply Match Mine in enhancing students’ behavior and the achievements of any subjects include English especially in English vocabulary.

Key Words: Vocabulary, Match Mine.

Introduction

Vocabulary which is represented in form of words is identified by Read as the basic building blocks of lang-uage, the units of

(20)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 115-123

116

language, vocabulary is the most important element especially in Eng-lish. Besides, it is clear enough that without vocabulary, there will never be any sentence formed or uttered by human. It means that vocabulary is the main thing in forming and uttering sentences. Supposed that language is a house, and

vocabulary can be indicated through the way people speak, how far the listener can understand of what he or she said; read any passage, how far they can understand what has been written; and also the way people write, how far they can write any single word in correct spelling and good organi-zation. People with good vocabulary will be able to pronounce each word correctly, not only in pronunciation but they also can write it. Besides, they are able to generate the words into struc-tured sentences based on their own grammatical structures. With good vo-cabulary mastery, people can commu-nicate easily with other people whether the native or the learner of English, they will not face any difficulties in using any words because they have already known which words will be appropriate to be uttered. Besides, they will easily understand what others are talking about that makes the conver-sation will run well.

However, the students in the school where the researcher conducted her teaching practice still find difficulties and problems in their learning process; she found many problems that students had during studying

English, those problems may be caused by their mastery in English vocabulary. There are some pheno-mena that the researcher found when she was conducting her teaching practice which indicates that the students still poor of English vocabulary. For example, in the class room one of the students asked

Permisi, Bu, apa bahasa inggrisnya

‘saya’?” As a student of junior high school, she or he ought to be able to say saya in meaning and pro-nunciation, the researcher also found students’ problem in the words’ forms and the spelling whether it is in form of written or spoken, it was proved when some students answered their middle tests, the researcher presumed that they no longer used English spelling but Chinese alike. The students were also still not able to distinguish appropriate meaning of word in certain context.

Therefore, the researcher intend-ed to solve those problems by offering and applying a new technique for students in teaching and learning Eng-lish especially English vocabulary in this case is by using Match Mine. It is a technique which is proposed by Spencer Kagan and Miguel Kagan to build vocabulary. It is stated by Kagan & Kagan as one of cooperative

learning structures which hones

(21)

Dedi Sumarsono, dkk, Vocabulary Mastery Through Match Mine

117 see each other’s game pieces or game boards.

One student is designated the “Sender” and the other is the “Receiver.” The Sender arranges her game pieces on her game board. The pair’s challenge is to have the Receiver match the Sender’s arrangement using only oral communi-cation skills. To succeed, students must speak with precision, use

academic vocabulary, check for

understanding, ask for clarification, and take the perspective of another (2009: 6.15).

By using this strategy, the students will no longer feel shy in express their feeling because it has the students to interact more to the other students than to the teacher.

mostly commu-nicate with the target

vocabularies. By using this teaching strategy, the re-searcher really hopes that the students will be more active in learning process and acquire new words without any forces. Besides, the students will no longer read and pronounce the words like what it is written, understand what others are talking about, and can take a role in any conversation inside or outside the classroom. Thus, by applying this strategy it is hoped

Methods of Research

This research was action research with collaborative action research de-sign which in education, this may in-clude school and university personnel or teachers and school administrators (Ary et al, 2006: 515). Then, the researcher collaborated with the school’s English teacher where the researcher became

teacher who applied the strategy and the teacher became the observer.

Action research is a form of collective

self-reflective enquiry undertaken by

participants in social situations in order to improve the rationality and justice of the own social or educational practices, as well as their understanding of these practices and the situations in which these practices are carried out (Kemmis & McTaggart in Cohen et al, 2007: 298).

Thus, action research is a process in which the participants examine themselves

through self-reflection by using the

(22)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 115-123

118

teaching practice. This class became Kelas Unggulan in their grades. In other subjects, this class’ achievements were better than the others’ but in English they have the same result especially in their vocabulary mastery, it was still low. Since the class is the best among the other, the researcher then will make it becomes the real Kelas Unggulan especially in English subject; at least as a better class they will have higher vocabulary mastery than the other class.

The instruments of this research were test and anecdotal note obser-vation. Test was used to find out the students’ achievement before and after the research implementation whether or not it can be enhanced. The test that was used in the instrument was objective test in form of multiple choices test, completion test, matching test, odd one out test and test consisted of 5 (five) items and the last 9 (nine) items were in form of translation test. The tests did not cover all elements of vocabulary knowledge, it was decided by considering that the students of junior high school is not required yet to know and master all of the elements of vocabulary knowledge. The researcher emphasized on the words’ form and words’ meaning without including words’ use in which the researcher decided there were five indicators of vocabulary knowledge that will be enhanced. For those five indicators can be seen at the following table.

Table Vocabulary Elements to be assessed

Vocabulary Elements Indicators

Form Written Being able to Association Being able to

know synonyms and antonyms of particular words Adapted from I.S.P Nation’s (2000) vocabulary elements.

(23)

Dedi Sumarsono, dkk, Vocabulary Mastery Through Match Mine

119 agreement, this research is successful when

there is 80% of the students (in this case 16 from 20 students) gain test score more than and equal (≥) 70 (seventy). This criterion is an improvement of the current Minimum Mastering Criterion (KKM) in that school where the KKM score of English subject at the eighth grade is 65 (sixty five).

In this research, the researcher used two kinds of techniques in collecting the data; they were obser-vation and test. In collecting the data by using test, the researcher used pre-test and post-test where pre-test was given before doing an action and post test was given after doing an action. Pre-test was aimed to know to what extent the student’s achievement to-ward English vocabulary that would be taught; conversely post-test was aimed to know to what extent the students’ achievement after teaching them English vocabulary by firstly com-paring both students’ achievement in pre-test and post-test.

In collecting the data by using anec-dotal note observation, it was filled by the collaborator in this case was English teacher of the eighth grade in that school (Supardi, S. Pd) on sheets of paper provided during teaching and learning process every meeting, where the observer sat at the corner in front of the class. The location was decided by considering that the observer would be easier in observing the research prog-ress by facing the class.

Since the techniques of data collection of the research are test and observation, there were two techniques in analyzing the data; they are quantitative and qualitative. Quanti-tative approach was used to analyze the data which was obtained from the test statistically.

In this way, the researcher would find out the students’ achieve-ment score of both pre- and post-test whether or not they have different achievement after doing the research. Research would be considered success if the result of the test is higher and equal to the qualification was decided after measuring the weights of each item categories (weights of all item categories are 2 for correct answer and 0 for the wrong one, except multiple choice item whose weight 1 for the correct answer and 0 for the wrong one).

Table Scoring Qualification 92) and Muhammad N.P. (2012: 76)

(24)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 115-123

120

analysis method. By this method, the researcher tried to describe each meeting of

anecdotal note observation sheet

descriptively whether it is in case of the process of Match Mine or the students’ behaviors during teaching and learning process.

Findings and Discussion

(25)

Dedi Sumarsono, dkk, Vocabulary Mastery Through Match Mine

121 correct match, 4) Both Sender and Receiver

check for accu-racy whether they have the same arrangements, 5) Both Sender and Receiver celebrate and congratulate to each other, 6) Switch the role and play again from the second step. This step is an option in Match Mine application of this research. It is possible to do role switching if there is a creativity, inde-pendence, and engagement. It is right then that through the steps of Match Mine application such as when the Senders arrange their arrangements they could make it on their own way without any contribution from teacher. It because of Match Mine is one of Kagan cooperative learning structure that is stated by Kagan (2009) as a learner-centered structure. Besides, through the second step where the Senders have to describe their arrangements to the Receiver they could use the emphasized target “…the general advantages of Match Mine are it develops target vocabulary based on the content of the game and develops ability to give and follow instructions accurately”. Furthermore, he also stated that every structure includes Match Mine engage the

students by encouraging them in interaction, it is proved when they celebrated and

communication skills” (2009: 6.15). Since the research was considered successful, the application of Match Mine played an important role in enhancing students’ vocabulary mastery and behaviors.

Conclusion and Suggestion

(26)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 115-123

122

meetings the students’ behaviors were slowly made up. As the time flew away they become more active and creative, able to give and follow the instruction by communi-cating to each other whether it is in verbal or non-verbal message and there is no longer any anxiety in expressing their ideas, and became engaged with the whole class. Thus, these responses are highly possible to make the achievements of the students are enhanced .

Suggestion

Based on the result of the Action Research above, the researcher would like to suggest all of the teachers whatever subjects that they master especially English subject teacher to: use Match Mine in conducting teaching and learning process because it is a technique with content free where it suits to teach and learn any subjects, always improve their teaching and learning techniques and experiences, get in touch with the students and not too serious in teaching them, remember that the students will become more enthusiastic in learning if once in a while they are provided a door price or presents. They do not need an expensive one but at least they get something that makes them special, remember that cooperative learning needs a direct instruction and direct instruction need a cooperative learning. Both of them cannot be separated; become the one that admired by students.

Besides, the researcher fully expects the students to be more creative in any subject of their lessons and not to feel anxiety when they are in teaching and learning process. Furthermore, she suggests the school to enhance its quality by firstly make their students’ achievements and

behaviors up. Once the students’ achievements and behavior are enhanced, the quality of the school will raise too. The last but not the least, for the future researcher who will find the same problems in the students’ achievements in their vocabulary mastery an use this result of the research or

Introduction to Research in

Education, 8th ed. Wadsworth:

Wadsworth Cengage Learning.

Cohen, L., Manion, L., Morison, K. 2007.

Research Method in Education 6th ed.

New York: Routledge.

Kagan, S., Kagan, M. 2009. Kagan

Cooperative Learning. San Clemente, CA: Kagan Publishing.

________. 2009. Kagan Structures: A

Miracle of Active Engagement

(online). San Clemente, CA: Kagan February 2014. 8.42 am.

Muhammad N.P. 2012. Prinsip-Prinsip dan

Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nation, I.S.P. 2000. Learning Vocabulary in

another Language. Cambridge:

(27)

Dedi Sumarsono, dkk, Vocabulary Mastery Through Match Mine

123 Nurkancana, W. & Sunartana (1990).

Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Read, J. 2000. Assessing Vocabulary.

Cambridge: Cambridge University Press

Tomal, D.R. 2003. Action Research for

Educators. Maryland: A

(28)
(29)

© 2014 LPPM IKIP Mataram

Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SMA Negeri di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

H. M. Raddana IPDN Kampus NTB Email: raddana_58@yahoo.com

Abstract: Teachers are professional educators with the primary task of educating, teaching, guiding, directing, training, assessing and evaluating students in early childhood education, formal education, primary education and secondary education. Population were all state high school teachers in NTB who have followed and passed the certification of teachers, a total of 2499 teachers, with respondents educator (Teachers who have received the realization allowance educator certification in the province). From the test results for the model in this study, the Generalized Least Square Estimation (GLS), the analysis of structural equation model (SEM), proportional random sampling method and software support Amos 20, at 200 State High School teacher respondents who had graduated and certified educator, able to explain the influence of teacher certification, teacher competence, teacher motivation and job satisfaction of teachers on state high school teacher performance in NTB. The results showed that: teacher certification significantly affect teachers' competence and motivation of teachers at state high schools in NTB, it indicates that the certification program, encouraging increased competence and motivation of teachers. Certification of teachers do not significantly affect job satisfaction, it indicates that the teacher certification program, there is currently satisfied teachers make state high schools in NTB. Competence of teachers work significantly affect job satisfaction and teacher performance. Teacher job satisfaction significantly affect the performance of teachers. Teacher certification significant indirect effect on teacher performance through motivation as an intervening variable. The results of this study indicate that the increase in performance of the teachers do not arise directly as a result of teacher certification, but the performance of teachers will increase preceded the increase in work motivation of teachers. Teacher certification is not significant indirect effect on the performance of teachers through teacher job satisfaction. The results of this study indicate that the increase in the performance of teachers is not related to the certification of teachers. Teacher performance will be preceded by rising up work motivation and competence of teachers

Abstract: Guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA di Provinsi NTB yang memperoleh sertifikasi dengan jumlah 2499 guru dengan pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling berjumlah 200 orang guru. Analisis data penelitian ini menggunakan uji GLS dan SEM dengan didukung software Amos 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sertifikasi guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi dan motivasi kerja guru tetapi berpengaruh negatif terhadap kepuasan dan kinerja guru. Motivasi dan kompetensi guru berpengaruh terhadap kepuasan kerja, dan kinerja guru. Masing-masing pengaruh variabel tersebut terhadap kepuasan kerja, dan kinerja guru adalah positif dan signifikan. Sertifikasi guru tidak signifikan pengaruhnya terhadap kepuasan dan kinerja guru. Tidak signifikannya pengaruh ini diduga disebabkan karena faktor belum baiknya proses, ketepatan pencairan Tunjangan Profesi Guru dan juga dengan adanya aturan yang mewajibkan pemenuhan dan pengisian beban kerja guru yang harus dilaksanakan. Diantara tiga variabel sertifikasi guru, motivasi kerja guru, dan kepuasan kerja guru dalam pembentuk kinerja guru, variabel sertifikasi guru kontribusinya yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sertifikasi menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian lebih baik untuk dapat menunjang kinerja guru.

Kata Kunci: Setifikasi Guru, Kompetensi Guru, Motivasi Guru, Kepuasaan, dan Kinerja Guru

Pendahuluan

Memburuknya kondisi pendidikan pada era globalisasi di Indonesia menuntut semakin tingginya persaingan peningkatan mutu

(30)

Jurnal Kependidikan 13 (2): 125-136

126

tenaga kependidikan menjadi kebutuhan sangat penting bagi keberlanjutan proses

peningkatan mutu, perluasan serta

manajerial pelaksanaan pendidikan di

Indonesia. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terhadap tiga syarat utama yang harus diperhatikan yaitu: (1) Sarana gedung, (2) Buku yang memadai dan berkualitas, serta (3) Guru dan tenaga kependidikan yang professional (Mulyasa, 2005: 3).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

mengamanatkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan 3 (tiga) rencana strategis, yaitu: (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan mutu,

relevansi dan daya saing serta (3)

peningkatan tata kelola pendidikan,

tranparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan.

Salah satu komponen pendidikan

yang sangat penting dalam rangka

pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam bentuk wajah pendidikan di Indonesia. Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan adalah guru. Gurulah yang akan

membentuk watak dan jiwa bangsa,

sehingga baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru. Karena peran guru yang besar, maka diperlukan guru yang professional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus belajar,

melek terhadap teknologi informasi,

sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Tuntutan professionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru. Sejalan dengan tuntutan

profesionalisme guru tersebut, maka

pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan sebagai suatu profesi sebagimana profesi dokter, hakim, akuntan dan profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan profesinya masing-masing. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU. No. 14 Tahun 2005 pasal 1).

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (Undang Undang

Gambar

Table Vocabulary Elements to be assessed
Students’ Vocabulary Table 3 decide the role as the Sender and the Achievements Receiver, this step was not in quantification
Tabel  Hasil Analisis Data Hasil Belajar Fisika
Tabel Uji Pengaruh Antar Subjek Untuk Menguji Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diadakan perhitungan dengan metode EOQ, maka dapat diketahui dengan jelas jumlah material yang harus dipesan, waktu untuk melakukan pemesanan dan total

Oleh karena itu, penulis ingin membantu memecahkan permasalahan ini dengan jalan membuat dan merancang sistem informasi manajemen pada hotel Mahkota yang

Grafik diatas menunjukan reaksi TCP Sack ketika terjadi burst paket yang menghasilkan paket drop yang bersebelahan, algoritma Sack Option TCP Sack tidak dapat menampung lebih dari

Kegiatan pendahuluan meliputi : Guru mengucapkan salam dan berdoa, guru mengkondisikan kelas, guru mengecek kehadiran siswa, guru melakukan apersepsi dan

Kitosan memiliki gugus amina (NH 2 )yang bersifat nukleofil kuat yang menyebabkan kitosan dapat digunakan sebagai polielektrolit yang bersifat multifungsi dan berperan

Adanya penolakan kebijakan pelarangan penambangan di kawasan karst berupa demonstrasi dari para penambang dan membangkangnya para penambang dengan tetap melakukan

Jakarta, 28 April 2016 - Today PT TIMAH releases Financial Statement of First Quarter 2016 and recorded revenue of Rp1.30 trillion after tin commodity market

79 Kota Sibolga, tepatnya dalam kamar tidur rumah korban dimana saat itu saksi korban bersama dengan saksi Gabriel Santika Pasaribu sedang menonton TV diruang tamu dan