LAMPIRAN 4 PENGANTAR
Salam kenal, saya Tarmizi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi, saat ini sedang merancang alat ukur untuk tujuan penulisan skripsi. Saya membutuhkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian dengan mengisi persyaratan yang terlampir. Bagi Bapak/Ibu yang bersedia, maka isilah lembar pernyataan tersedia.
Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang Bpak/Ibu erikan sesuai dengan apa yang diminta. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar, dan saya menjaga kerahasian Ibu/Bapak.
Terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu atas bantuannya untuk menjadi responden peneliti.
Jakarta, April 2010 Peneliti
Tarmizi
LEMBAR KESEDIAAN
Dengan ini secara sukarela saya menyatakan bersedia untuk mengisi angket ini. Pada saat pelaksanaan, saya akan mengisi identitas pribadi dan mengisi angket dengan lengkap. Saya mungkin dapat merasa tidak nyaman ketika menjawab kuisioner, dan saya berhak untuk mengundurkan diri.
Terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan Bapak/Ibu , saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden:
Usia :
Pendididikan : a. SMA/Sederajat b. Diploma
c. S1 d. S2
Agama : a. Islam b. Lainnya…………
Status Pernikahan : a. Menikah b. Janda/duda
Jakarta,……….. 2010
( Tanda Tangan dan Nama)
Menyatakan bersedia menjadi responden
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu Anda
menggambarkan diri Anda sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan berilah tanda (X) atau checklist (√) salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan. Ada empat pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut :
SS = Sangat Sesuai S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai
Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban Anda dengan menyilang tanda (X) atau checklist (√) dengan (≠) yang keliru tadi dan checklist (√) jawaban yang Anda anggap lebih tepat.
Sekali lagi mohon diperhatikan, bahwa Anda diminta menggambarkan diri sendiri, bukan bagaimana seharusnya, atau bagaimana sebaliknya. Bila ada pernyataan yang kurang sesuai dengan Anda, pilihlah jawaban yang terbaik menurut anda, walaupun Anda kurang begitu yakin. Pernyataan-pernyataan ini tidak ada jawaban yang salah atau benar, oleh sebab itu jawablah secara terbuka dan jujur. Perhatikan jangan ada pernyataan yang tidak dijawab dan selamat mengerjakan:
1. Skala kepuasan Hidup
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya pikir harus ada kesesuaian antara apa yang dicita-citakan dengan apa yang terjadi saat ini
2 Saya memiliki hasrat untuk berprestasi 3 Apa yang dilakukan sekarang bukan
tujuan yang saya inginkan
4 Saya melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga
5 Saya yakin akan menjadi orang sukses 6 Saya kecewa dengan apa yang saya
capai sekarang ini
7 Saya bangga dengan diri sendiri 8 Saya pikir orang lain lebih berguna 9 Saya kecewa dengan kekurangan yang
ada pada diri sendiri
10 Saya memiliki gagasan baru yang belum pernah disampaikan orang lain
11 Saya memodifikasi pendapat orang lain agar lebih bagus
12 Saya memiliki gagasan orang lain untuk disampaikan kepada orang yang sama 13 Saya puas dengan apa yang sudah saya
dapat sekarang ini
14 Saya kecewa dengan perjalanan hidup yang saya jalani sekarang ini
NO Pernyataan SS S TS STS 15 Saya merasa resah dengan kehidupan
yang segalanya serba kekurangan 16 Saya merasa beruntung dengan apa yang
saya didapat sekarang
17 Saya senang ketika mendapat nilai bagus saat ujian
18 Saya merasa tidak nyaman dengan diri sendiri
19 Saya senang jika mendapatkan penghargaan dari orang lain
20 Saya bangga jika gagasan saya dapat diterima dengan baik
21 Saya kecewa apabila pekerjaan yang saya lakukan ini tidak dihargai orang lain
22 Saya bangga dengan diri sendiri 23 Saya percaya apa yang saya lakukan
sekarang ini merupakan yang terbaik 24 Saya tidak percaya diri kalau bicara di
depan umum dibandingkan orang lain 25 Saya merasa senang bisa melakukan
sesuatu yang berguna untuk orang lain 26 Saya senang apabila ilmu yang saya
dapat bisa saya amalkan untuk kepentingan masyarakat luas
27 Saya mau memberi pelajaran apabila sesuai dengan harga yang saya inginkan
NO Pernyataan SS S TS STS 28 Saya menikamati kehidupan yang saya
jalani sekarang
29 Banyak sekali pengalaman yang saya nikmati setiap hari
30 Hidup saya monoton dibandingkan orang lain
31 Saya kecewa dengan kehidupan yang sekarang
32 Saya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang saya inginkan 33 Apa yang saya lakukan adalah untuk
keperluan keluarga dan diri sendiri 34 Saya kecewa dengan kegagalan yang
sudah saya alami
35 Saya bangga ketika dipercaya dalam mengemban tugas
36 Saya senang bisa diterima dalam masyarakat
37 Saya resah apabila yang saya lakukan dengan susah payah tidak mendapat dukungan lingkungan
38 Ada kesesuaian antara cita-cita saya dengan kenyataan saat ini
39 Dengan mendapatkan semua hal yang saya inginkan maka hidup ini berjalan baik
NO Pernyataan SS S TS STS 40 Dengan keadaan yang serba kekurangan
saya merasa hidup saya akan berjalan dengan baik
41 Saya kecewa apabila keinginan saya ini tidak sesuai dengan kenyataan
42 Walaupun tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, tetapi banyak teman yang mendukung saya
43 Saya kecewa dengan apa yang sudah saya raih sekarang sekarang ini 44 Saya tidak bangga dengan apa yang
telah saya capai
45 Dengan tersenyum menandakan ekspresi rasa puas saya
46 Dengan berdoa menandakan rasa syukur saya
47 Saya akan marah apabila tujuan yang saya inginkan belum tercapai
2. Skala Religiusitas
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasakan kenyamanan dengan beragama
2 Seluruh sifat dan akhlak saya sesuai dengan tuntutan agama yang saya anut 3 Bagi saya, ikut kajian keagamaan dapat
memperlemah posisi kerja
4 Pengalaman beragama saya kurang menyentuh
5 Seluruh hidup saya curahkan untuk urusan agama
6 Saya berdoa sambil berusaha dalam menyelesaikan masalah
7 Saya tidak merasakan kehadiran Allah 8 Seluruh hidup saya curahkan untuk
kehidupan pribadi
9 Saya yakin Allah mengamati seluruh perbuatan yang manusia lakukan 10 Saya yakin dengan ibadah yang saya
lakukan sekarang bermanfaat untuk masa yang akan datang
11 Saya ragu bahwa Allah mengamati seluruh perbuatan saya
12 Saya tidak menemukan kekuatan pada agama
13 Saya bertanggung jawab untuk mengurangi segala penderitaan dan kerusakan dimuka bumi ini
NO Pernyataan SS S TS STS 14 Saya yakin semua agama mangajarkan
nilai yang baik
15 Nilai agama yang sudah saya dapat tidak pantas diajarkan kepada orang lain 16 Saya yakin Allah memaafkan dosa-dosa
saya
17 Saya memaafkan orang- orang yang menyakiti hati saya
18 Saya ragu bahwa suatu saat Allah akan memberikan balasan atas apa yang telah saya lakukan
19 Saya yakin dengan agama yang saya anut 20 Saya tidak pernah sholat berjamaah 21 Saya sering membaca Al-Qur’an
22 Saya tidak yakin Allah akan memaafkan dosa-dosa saya
23 Saya sering mengikuti kajian keagamaan 24 Saya berdoa sambil berusaha dalam
menyelesaikan masalah
25 Menurut saya hidup adalah bagian dari agama
26 Menurut saya kehidupan itu bukanlah bagian dari agama
27 Saya selalu mendengarkan atau
menyaksikan program keagamaan yang ada di media elektronik
NO Pernyataan SS S TS STS 28 Teman saya mendukung kegiatan
keagamaan yang sudah saya lakukan 29 Saya akan membantu taman yang
menghadapi masalah
30 Saya tumbuh di lingkungan yang kurang baik dalam hal beragama
31 Saya tidak pernah peduli dengan masalah yang sedang dihadapi keluarga saya 32 Saya mengalami pengalaman beragama
yang merubah hidup saya
33 Saya tumbuh di lingkungan yang beragama cukup kuat
34 Jika saya sakit, banyak teman atau kerabat yang menjenguk
35 Perubahan yang lebih baik dalam diri saya bukanlah karena faktor agama
36 Saya senang mengikuti kegiatan keagamaan
37 Dalam setahun saya tidak pernah bersedekah
38 Saya melaksanakan sholat tepat waktu 39 Saya senang mengikuti organisasi
keagamaan
40 Saya malas melaksanakan sholat tepat waktu
11 41 Saya malas mengikuti kegiatan
keagamaan
NO Pernyataan SS S TS STS
42 Saya yakin dengan pilihan yang saya jalani sekarang
43 lebih baik megikuti pengajian dari pada berdiam dirumah
44 Saya pikir agama lain lebih baik dari agama saya
LAMPIRAN 1 PENGANTAR
Salam kenal, saya Tarmizi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi, saat ini sedang merancang alat ukur untuk tujuan penulisan skripsi. Saya membutuhkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian dengan mengisi persyaratan yang terlampir. Bagi Bapak/Ibu yang bersedia, maka isilah lembar pernyataan tersedia.
Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang Bpak/Ibu erikan sesuai dengan apa yang diminta. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar, dan saya menjaga kerahasian Ibu/Bapak.
Terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu yang telah menjadi responden peneliti.
Jakarta, April 2010 Peneliti
LEMBAR KESEDIAAN
Dengan ini secara sukarela saya menyatakan bersedia untuk mengisi angket ini. Pada saat pelaksanaan, saya akan mengisi identitas pribadi dan mengisi angket dengan lengkap. Saya mungkin dapat merasa tidak nyaman ketika menjawab kuisioner, dan saya berhak untuk mengundurkan diri.
Terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan Bapak/Ibu , saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden:
Usia :
Pendididikan : a. SMA/Sederajat b. Diploma
c. S1 d. S2
Agama : a. Islam b. Lainnya…………
Status Pernikahan : a. Menikah b. Janda/duda
Jakarta,……….. 2010
( Tanda Tangan dan Nama)
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu Anda
menggambarkan diri Anda sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan berilah tanda (X) atau checklist (√) salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan. Ada empat pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut :
SS = Sangat Sesuai S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai
Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban Anda dengan menyilang tanda (X) atau checklist (√) dengan (≠) yang keliru tadi dan checklist (√) jawaban yang Anda anggap lebih tepat.
1. Skala kepuasan Hidup
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya pikir harus ada kesesuaian antara apa yang dicita-citakan dengan apa yang terjadi saat ini
2 Saya memiliki hasrat untuk berprestasi 3 Apa yang dilakukan sekarang bukan
tujuan yang saya inginkan
4 Saya melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga
5 Saya yakin akan menjadi orang sukses 6 Saya kecewa dengan apa yang saya
capai sekarang ini
7 Saya bangga dengan diri sendiri 8 Saya pikir orang lain lebih berguna 9 Saya kecewa dengan kekurangan yang
ada pada diri sendiri
10 Saya memiliki gagasan baru yang belum pernah disampaikan orang lain
11 Saya memodifikasi pendapat orang lain agar lebih bagus
12 Saya memiliki gagasan orang lain untuk disampaikan kepada orang yang sama 13 Saya puas dengan apa yang sudah saya
dapat sekarang ini
NO Pernyataan SS S TS STS 15 Saya merasa resah dengan kehidupan
yang segalanya serba kekurangan 16 Saya merasa beruntung dengan apa yang
saya didapat sekarang
17 Saya senang ketika mendapat nilai bagus saat ujian
18 Saya merasa tidak nyaman dengan diri sendiri
19 Saya senang jika mendapatkan penghargaan dari orang lain
20 Saya bangga jika gagasan saya dapat diterima dengan baik
21 Saya kecewa apabila pekerjaan yang saya lakukan ini tidak dihargai orang lain
22 Saya bangga dengan diri sendiri 23 Saya percaya apa yang saya lakukan
sekarang ini merupakan yang terbaik 24 Saya tidak percaya diri kalau bicara di
depan umum dibandingkan orang lain 25 Saya merasa senang bisa melakukan
sesuatu yang berguna untuk orang lain 26 Saya senang apabila ilmu yang saya
dapat bisa saya amalkan untuk kepentingan masyarakat luas
NO Pernyataan SS S TS STS 28 Saya menikamati kehidupan yang saya
jalani sekarang
29 Banyak sekali pengalaman yang saya nikmati setiap hari
30 Hidup saya monoton dibandingkan orang lain
31 Saya kecewa dengan kehidupan yang sekarang
32 Saya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang saya inginkan 33 Apa yang saya lakukan adalah untuk
keperluan keluarga dan diri sendiri 34 Saya kecewa dengan kegagalan yang
sudah saya alami
35 Saya bangga ketika dipercaya dalam mengemban tugas
36 Saya senang bisa diterima dalam masyarakat
37 Saya resah apabila yang saya lakukan dengan susah payah tidak mendapat dukungan lingkungan
38 Ada kesesuaian antara cita-cita saya dengan kenyataan saat ini
NO Pernyataan SS S TS STS 40 Dengan keadaan yang serba kekurangan
saya merasa hidup saya akan berjalan dengan baik
41 Saya kecewa apabila keinginan saya ini tidak sesuai dengan kenyataan
42 Walaupun tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, tetapi banyak teman yang mendukung saya
43 Saya kecewa dengan apa yang sudah saya raih sekarang sekarang ini 44 Saya tidak bangga dengan apa yang
telah saya capai
45 Dengan tersenyum menandakan ekspresi rasa puas saya
46 Dengan berdoa menandakan rasa syukur saya
2. Skala Religiusitas
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasakan kenyamanan dengan beragama
2 Seluruh sifat dan akhlak saya sesuai dengan tuntutan agama yang saya anut 3 Bagi saya, ikut kajian keagamaan dapat
memperlemah posisi kerja
4 Pengalaman beragama saya kurang menyentuh
5 Seluruh hidup saya curahkan untuk urusan agama
6 Saya berdoa sambil berusaha dalam menyelesaikan masalah
7 Saya tidak merasakan kehadiran Allah 8 Seluruh hidup saya curahkan untuk
kehidupan pribadi
9 Saya yakin Allah mengamati seluruh perbuatan yang manusia lakukan 10 Saya yakin dengan ibadah yang saya
lakukan sekarang bermanfaat untuk masa yang akan datang
11 Saya ragu bahwa Allah mengamati seluruh perbuatan saya
12 Saya tidak menemukan kekuatan pada agama
NO Pernyataan SS S TS STS 14 Saya yakin semua agama mangajarkan
nilai yang baik
15 Banyak sekali nilai yang bermanfaat yang terkandung dalam agama
16 Nilai agama yang sudah saya dapat tidak pantas diajarkan kepada orang lain 17 Saya yakin Allah memaafkan dosa-dosa
saya
18 Saya memaafkan orang- orang yang menyakiti hati saya
19 Saya ragu bahwa suatu saat Allah akan memberikan balasan atas apa yang telah saya lakukan
20 Saya yakin dengan agama yang saya anut 21 Saya tidak pernah sholat berjamaah
22 Saya sering membaca Al-Qur’an
23 Saya tidak yakin Allah akan memaafkan dosa-dosa saya
24 Saya sering mengikuti kajian keagamaan 25 Saya berdoa sambil berusaha dalam
menyelesaikan masalah
26 Menurut saya hidup adalah bagian dari agama
27 Menurut saya kehidupan itu bukanlah bagian dari agama
28 Saya selalu mendengarkan atau
NO Pernyataan SS S TS STS 29 Teman saya mendukung kegiatan
keagamaan yang sudah saya lakukan 30 Saya akan membantu taman yang
menghadapi masalah
31 Saya tumbuh di lingkungan yang kurang baik dalam hal beragama
32 Saya tidak pernah peduli dengan masalah yang sedang dihadapi keluarga saya 33 Saya mengalami pengalaman beragama
yang merubah hidup saya
34 Saya tumbuh di lingkungan yang beragama cukup kuat
35 Jika saya sakit, banyak teman atau kerabat yang menjenguk
36 Perubahan yang lebih baik dalam diri saya bukanlah karena faktor agama 37 Saya berusaha keras dalam hidup saya
untuk membawa keyakinan agama saya kepada orang lain
38 Saya senang mengikuti kegiatan keagamaan
39 Dalam setahun saya tidak pernah bersedekah
NO Pernyataan SS S TS STS 42 Saya senang mengikuti organisasi
keagamaan
43 Saya malas melaksanakan sholat tepat waktu
44 Saya malas mengikuti kegiatan keagamaan
45 Saya yakin dengan pilihan yang saya jalani sekarang
46 lebih baik megikuti pengajian dari pada berdiam dirumah
47 Saya pikir agama lain lebih baik dari agama saya
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN
HIDUP PADA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI
KAJIAN KEAGAMAAN DI YAYASAN WAKAF
PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh
TARMIZI
NIM: 105070002355
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SURAT KETERANGAN
Nomor : 027/Ket/YWP/V/2010
Yang bertanda tangan di bawah ini Koordinator kajian Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1, dengan ini menerangkan bahwa:
Nama : TARMIZI
Nim : 105070002355
Jurusan : PSIKOLOGI
Universitas : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Yang bersangkutan adalah benar telah melaksanakan penelitian di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1 pada tanggal 28 April s/d 12 Mei 2010 yang berjudul “ Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Hidup pada Lanjut Usia yang Mengikuti Kajian Keagamaan Di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1”.
Demikian surat keterangan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta,19 Mei 2010 Koordinator
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP
PADA LANSIA YANG MENGIKUTI KAJIAN DI YAYASAN
WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1
Oleh :
Tarmizi
105070002355
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag
Gazi, M.Si
NIP. 196806141997041001
NIP.197112142007011014
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI KAJIAN KEAGAAN DI YAYASAN WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1 telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strtata I pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 10 Juni 2010 Sidang Munaqasyah
Dekan / Pembantu Dekan /
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.d Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885522 NIP. 19561223198303 2 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Bambang Suryadi, Ph. D Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag
NIP. 197005292003121002 NIP. 196806141997041001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag Gazi, M.Si
NIP. 196806141997041001 NIP. 197112142007011014
MOTTO
Jangan pernah memandang sesuatu yang pernah
terjadi tapi pandanglah ke depan yang akan
membuat kita lebih baik
Persembahan :
Karya ilmiah sederhana ini, dipersembahkan
untuk Kedua Orang Tua, Kakak dan Adikku Tercinta
ABSTRAK
(A). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B). Juni 2010
(C). Tarmizi
(D). HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA YANG MENGIKUTI KAJIAN KEAGAMAAN DI YAYASAN WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1
(E). 69 Halaman + Lampiran
(F). Fenomena yang terjadi adalah para lanjut usia yang merasakan kesepian dalam kehidupan yang dijalani sehingga para lanjut usia mencari kepuasan hidup dengan mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina
Pondok Indah Plaza 1. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1,sampel berjumlah 120 lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan, terdiri atas 60 orang lansia yang mengikuti kajian Ibn Al-Arabi, 30 lanjut usia yang mengukuti kajian Fushul Al-Hikam, dan 30 lanjut usia yang mengikuti kajian Jalaludin Rumi yang diambil dengan teknik Purposive Sampling. Instrument pengumpul data yang digunakan adalah skala model likert.
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis statistik yang meliputi korelasi product moment pearson untuk menguji validitas item dan penghitungannya menggunakan SPSS 17.0 Alpha Cronbach kepuasan hidup (0.910) dan religiusitas (0.866) dan diperoleh rhitung > rtabel, karena nilai rhitung
yang didapat (0.751) > rtabel (Sig. 5%; N 120 = 0.195) dan nilai R Square
pada aspek religiusitas memberikan sumbangan sebesar 56.4% bagi
perubahan variabel kepuasan hidup. Dengan demikian terdapat 43.6% aspek lain yang memberikan kontribusi terhadap kepuasan hidup yang tidak terukur
dalam penelitian ini yang dapat memberikan perubahan terhadap variabel religiusitas.
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan pada materi yang sama dengan peneliti ini, dapat ditambah dengan menggunakan wawancara. Hal ini dengan tujuan agar dapat didapatkan hasil yang lebih mendalam.
(G). Daftar Bacaan: 19 buku (1989 – 2009 ), 5 Jurnal (1985 – 2009) dan 2 lnternet (2009-2010).
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanallahu Wata’ala atas rahmat yang diberikan kepada umatnya dengan tiada henti. Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadiratNya serta tak lupa shalawat dan salam peneliti haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam beserta sahabat dan keluarganya.
Penulis haturkan rasa syukur yang tiada henti atas terwujudnya skripsi yang berjudul ”Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Hidup pada Lanjut Usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1” sebagai wujud dari kesediaan segala pihak untuk
membimbing, membantu dan mendoakan lancarnya penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar Ph.D dan para pembantu dekan.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Gazi, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang memiliki andil sangat besar yang dengan sabar serta berbesar hati dalam
membimbing hingga terwujudnya skripsi ini.
3. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesabaran dan kerjasamanya.
5. Bapak Mu’min dan Aliyati tercinta yang selalu menghaturkan do’a dan dukungan yang tak terhingga, mulai dari pikiran, tenaga, biaya, dan
waktu yang merupakan surga duniawi yang takkan pernah cukup terbalaskan.
6. Kakak dan adik tersayang Elawati, adik Deka Kurniaawan dan adik bungsu Nur Faizah Sabrina Mulya serta Ponakan Zahra Nur Awaliya tercinta yang selalu menghibur dan memberikan dukungannya kepada peneliti.
7. Kakek H. Selih dan Hj. Nafsiah yang selama ini selalu mendoakan peneliti.
8. Paman tercinta Drs. Munafis, Nafsin, Nasor, Nahipul Kodir dan
keluaga besar Rahmat Hidayat S.Ag dan Istri Sariyah Erni Widiyawati serta anak Sarah Salsabila Hidayat, Naima Fitrianah Hidayat yang selama ini sudah mendukung baik materi, serta pasilitas buat peneliti selama ini yang selama ini sudah memotivasi peneliti.
9. Teman-teman angkatan 2005 kelas C dan sahabat-sahabat terbaik yaitu Muhammad Najibullah, S. Psi, Wahyudi Iman, S. Psi, Yudi Putra dan teman-teman Pecinta Alam Psikologi (MAHACHALA) yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian penelitian ini.
10. Keluarga besar Bapak Dedhy Setiawan dan Istri Vara Lila Sari serta anak Randhys Akbar Setiawan dan Sameera Vadilaputri Setiawan dan keluarga besar Keluarga besar Bapak Prayogo dan istri serta Mba Arum, Mas Dian, Anis, Alisya yang selama ini mendukung dan memotivasi peneliti selama ini.
11. Mang Yedi, Mas Rifki, Mas Zulman Haris, Mang Atam, Sabihis dan Sukron dan Keluarga Besar Yayasan Wakaf Paramadina yang selalu memotivasi penulis.
12. Juga kepada semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penulisan penelitian ini
Dengan ini peneliti mempersembahkan sebuah karya tulis yang Insya Allah bermanfaat yang berjudul hubungan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan wakaf
Paramadina Pondok Indah Plaza 1.
Penulis menyadari keterbatasan dari skripsi ini, maka penulis mohon
kesediaan para pembaca dapat memahami segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
Ciputat, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii MOTTO ... iii ABSTRAK ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Identifikasi Masalah ... 9 1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 12 1.4.2 Manfaat Penelitian ... 12 1.4.2.1 Manfaat Teoritis ... 12 1.4.2.2 Manfaat Praktis ... 12 1.5. Sistematika Penulisan... 13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan Hidup ... 14 2.1.1 Pengertian Kepuasan Hidup ... 14 2.1.2 Indikator Kepuasan Hidup Lansia ... 16 2.1.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup ... 18 2.2 Religiusitas... 20 2.2.1 Pengertian Religiusitas………..20 2.2.2 Dimensi Religiusitas………..22 2.2.3 Religiusitas Dalam Perspektif Islam dan Psikologi………...28 2.2.4 Faktor yang mempengaruhi Religiusitas... ………...31 2.2.4 Fungsi Religiusitas ... 32 2.3 Kerangka Berfikir ... 34 2.4 Hipotesis ... 36
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian... 37 3.1.1. Pendekatan penelitian ... 37 3.1.2. Metode Penelitian ... 37 3.1.3. Definisi Variabel Dan Operasional ... 38 3.2. Pengambilan Sampel ... 40 3.2.1. Populasi Dan Sampel ... 40 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 41 3.3. Pengumpulan Data ... 42 3.3.1. Metode Pengumpulan Data ... 42 3.3.2. Hasil Uji coba alat ukur Kepuasan Hidup ... 44
xi
3.3.3. Hasil Uji coba alat ukur Religiusitas ... 48 3.4 Teknik Analisis Data ... 50 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data... 50 3.4.2. Instrumen Penelitian ... 51 3.4.3. Uji Validitas ... 52 3.4.4. Uji Reliabilitas ... 52 3.5. Prosedur Penelitian... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Responden ... 55 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 56 4.2.1. Katagorisasi Skor Skala Religiusitas ... 57 4.2.2. Katagorisasi Skor Skala Kepuasan Hidup... 58 4.2.3. Uji Hipotesis ... 59 4.2.4. Uji Regresi ... 61
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 63 5.2. Diskusi ... 64 5.3. Saran ... 66 5.3.1. Saran Teoritis ... 66 5.3.2. Saran Praktis... 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
TABEL
Tabel 1 : Blue Prient Kepuasan Hidup
43
Tabel 2
: Blue Print Religiusitas
45
Tabel 3
: Hasil Uji Validitas
52
Tabel 4: : Gambarab Responden Usia, Jenis kelamin,
Pendidikan
dan
Agama
54
Tabel 5 : Deskripsi Hasil Penelitian
55
Tabel 6
: Katagori Skor Skala Religiusitas
56
Tabel 7
: Katagori Skor Skala Kepuasan Hidup
57
Tabel 8
: Nilai Korelasi Religiusitas
Dengan
Kepuasan
Hidup
59
Tabel
9
:
Anova
60
FORMAT UJI REFERENSI
DAFTAR REFERENSI
Halaman No Nama Rujukan / Sumber
Skripsi Referensi
Paraf Pembimbing
1 Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, sutu
pendekatan sepanjang rentang kehidupan(terj)
380, 401
2 Rahayu. Haditono.
PsikologiPerkembangan:
Pengantar dalam berbagai bagiannya
332
3 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir.
Nuansa-nuansa Psikologi Islam
102
4 Hamid Nasuri, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi 35
5 Hidayati dan Yudiantoro. Psikologi Agama 134, 135, 236
6 Mazmur. Kepuasan dalam Hidup
http://www.facebook.com/note.p hp?note_id=100929530967
13
7 M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya 23, 50, 58, 76
8 C.P.Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi 443, 427
9 John W. Santrock. Life-Span Development
Perkembangan Masa
Hidup 239, 252
10 Jalaluddin. sikologi Agama(perkembangan jiwa keagamaan pada orang dewasa dan lanjut usia) cet: 1 Thn 1996
79
11 A S Hornby. 2000. Oxford advanced
learner’s dictionary New
York: Oxford University Press
1180
12 Jalaluddin. Psikologi Agama (Agama dan penagruhnya dalam Kehidupan)
ed.Revisi-10 Thn 2007 277, 285 13 Ibnu Djarir. Suara Merdeka edisi
18/06/2004 (Erosi Moral dan
Pemahaman Kembali Agama) 2
14 Munandar. Psikologi Industri dan Organisasi
350
15 Jalaluddin Rahmat. Psikologi Agama dalam Sebuah sebuah pengantar
43
16 Fitriyana Fauziah. Kepuasan hidup orang lanjut usia dalam
hubungannya dengan jenis aktivitas, jenis kelamin, religiositas, status perkawinan, tingkat kemandirian, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal
3-4
17 Ancok dan Nashori. Psikologi Islami (Solusi Islam atas problem-problem psikologi)
76, 78
18 Fetze Institute and National Institute on Aging Working Group. 1999.
Multidimensional Measurement of
Religiousness, Spirituality for Use in Health Research.
Fetzer Institute in Collaboration with the Nasional Institute on Aging. Kalamazoo
11-85
19 Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek 109
20 Azwar, Saifudin. 2006. Penyusunan Skala
Psikologi.Pustaka Pelajar;
Yogyakarta
103
21 Dister , Syukur. 1989. Psikkologi Agama. Gunung Mulia, Jakarta
98-99
22 Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung.
8, 84, 93, 102, 142
23 Sevill, dkk. 1993. 160
4
24 Rismawati. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kepuasan
Hidup pada Lanjut Usia Penghuni
Panti Sosial Tresna Werdha. Skripsi
Psikologi UIN Jakarta
10
Ja ka rta , … … … .. 2010
( TA RM IZI)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah dan pokok pembahasan,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1. Latar
Belakang
Berbicara tentang kepuasan hidup biasanya kita langsung berfikir tentang
hal-hal yang bersifat materi atau kelihatan. Misalnya, orang tua merasa puas
apabila anak-anaknya berhasil dalam studi, memperoleh pekerjaan, dan
menikah, petani akan merasa puas apabila panen melimpah dangan harga
jual tinggi, pelajar akan merasa puas apabila memperoleh nilai yang tinggi,
pemilik perusahaan akan merasa puas apabila penjualan meningkat, supir
akan merasa puas apabila sewanya banyak. ( Mazmur, 2009).
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas, yang sangat membutuhkan
kepuasan itu sendiri dan akan terus mengejar kepuasan itu sampai dia
merasa bebar-benar puas.. Bahkan ketika manusia tersebut sudah mendapat
2
Neugarten dalam (Fauziah, 2000) mendefinisikan kepuasan hidup dalam
beberapa aspek, yaitu:
(1) Menikmati aktivitas sehari-hari, (2) Dapat melihat kehidupan sebagai
sesuatu yang berharga. Anggapan bahwa hidup seseorang bermakna, dapat
berarti dan merasa berguna, memiliki tujuan, memiliki sikap positif terhadap
situasi hidup masa kini, (3)Suasana hati yang positif dan optimis, suasana
hati adalah aspek dari kepuasan hidup yang banyak memegang peranan
penting, dihubungkan dengan aktivitas atau aspek kehidupan, lingkungan
keadaan seseorang berkaitan dengan kehidupan. (4) Kepuasan dengan
kualitas dan kuantitas dari hubungan sosial. (5) Konsep diri yang positif,
konsep diri adalah anggapan, penghayatan, dan penilaian tentang diri,
ditandai dengan tingginya derajat penghargaan diri seseorang dari penilaian
diri yang positif menentukan kepuasan hidup manusia.
Tidak seorangpun yang tidak mendambakan kepuasan dan kenikmatan
hidup. Setiap orang tentulah menginginkan agar hidupnya selalu dalam
keadaan tenang dan tenteram serta selalu dapat merasakan adanya
kepuasan hidup. Untuk mendapatkan ketenangan dan ketenteraman hidup
itu, berbagai cara dan jalan dilalui. Sedangkan orang beranggapan bahwa,
kepuasan hidup itu terletak pada adanya harta kekayaan yang menumpuk.
Maka untuk memperoleh kepuasan hidup itu, ia berusaha mengumpulkan
3
mendapatkan harta kekayaan itu, ditempuhlah berbagai cara dan jalan, tidak
peduli apakah itu dibenarkan oleh agama atau tidak, yang penting asal harta
kekayaan dapat dikumpulkan. Sementara orang lain beranggapan bahwa,
kepuasan hidup itu terletak pada adanya pangkat dan kedudukan yang tinggi.
(Rosyad, 2009)
Sedangkan orang yang beragama memandang bahwa hidup ini memiliki
tujuan dan memiliki kepuasan tersendiri bagi orang yang menjalaninya.
Tujuan itulah yang memberikan makna dan kepuasan yang selalu
menginginkan hidupnya menjadi berarti dan berguna bagi sekelilingnya.
Banyak orang yang tidak paham arti dari hidup ini, sehingga kehidupannya
bebas tanpa batas dan bisa melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma hukum dan agama.
Dalam sebuah kehidupan seseorang pasti membutuhkan agama. Agama
dipandang sebagai pembimbing atau penuntun untuk menuju sebuah
kebaikan. Karena pada dasarnya semua agama itu pasti mengajarkan
tentang kebaikan, baik itu agama Islam, Kristen, Hindu maupun Budha dan
lain sebagainya. Namun kebutuhan setiap orang akan agama pasti
berbeda-beda. Tergantung bagaimana orang itu menghayati setiap nilai yang
4
Menurut Erich Fromm, “ tak ada manusia yang tidak membutuhkan agama
dan tidak menghendaki batas bagi orientasinya dan subjek bagi masa
lalunya.” Manusia sendiri boleh jadi tidak membedakan antara keyakinan
religius dan keyakinan non-religiusnya. Dan boleh jadi percaya bahwa dirinya
tidak beragama. Boleh jadi dia memandang fokusnya kepada tujuan yang
kelihatannya bukan non-religius, seperti harta, tahta atau kesuksesan,
sebagai semata-mata isyarat perhatiannya kepada urusan praktis dan upaya
untuk mewujudkan kesejahteraannya sendiri. Yang menjadi masalah
bukanlah apakah manusia beragama atau tidak beragama, melainkan apa
agama yang dianutnya. (http://www.al-shia.org.)
Yang dimaksud oleh psikolog di atas ini adalah, bahwa manusia atau
seseorang tidak dapat hidup tanpa mensucikan dan mencintai sesuatu. Kalau
yang diakui dan disembahnya bukan Allah, dia pasti mengakui sesuatu
sebagai realitas yang absolut (mutlak), dan pasti menjadikannya sebagai
objek keyakinan dan pemujaannya. Mengingat manusia membutuhkan ideal
dan keyakinan, dan berdasarkan naluri dia berupaya mendapatkan sesuatu
yang boleh jadi disucikan dan dipujanya, maka satu-satunya jalan adalah
meningkatkan religiusitas, yang merupakan satu-satunya keyakinan yang
5
Manusia adalah makhluk sosial yang potensial dan ekploratif. Dikatakan
makhluk ekploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia dipandang
sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah
kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata. Selanjutnya
manusia juga disebut sebagai mahluk yang memiliki prinsip tanpa daya,
karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan
bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk
bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan
yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut hakekatnya
diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah
tersimpan sebagai potensi bawaan. Karena itu bimbingan yang tidak searah
dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan
manusia. Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa
keduniaan, kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat
kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan
manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan
6
Didalam sebuah firman Allah SWT yaitu Q.S Al-Hajj ayat 5, menjelaskan
bahwa perkembangan pada manusia itu terbagi atas tiga fase, yaitu: (1) fase
kanak-kanak (al-thifl) atau dimana kondisi seseorang masih lemah (karena
bayi atau kanak-kanak); (2) fase baligh atau dimana kondisi seseorang
menjadi kuat dan dewasa; dan (3) fase usia lanjut, yang secara psikologis
ditandai dengan kepikunan dan secara biologis rambut berubah dan kodisi
tubuh yang melemah. Ayat ini lebih melihat perkembangan manusia dari
sudut bagaimana seharusnya, menentukan perkembangan manusia menurut
ukuran mampu tidaknya menerima taqlif (beban kewajiban religius). (Mujib
dan Mudzakir, 2002).
Manusia akan terus tumbuh dan berkembang dan akan melewati setiap masa
periode perkembangan dalam kehidupannya, sehigga pada akhirnya manusia
akan mengalami periode terakhir dalam kehidupannya, yaitu masa usia
lanjut. Masa lanjut usia sering juga disebut sebagai usia tua tertera pada fase
yang ketiga diatas. Dimana usia tua adalah suatu periode penutup dalam
rentang hidup seseorang, yaitu dimana seseorang telah beranjak jauh dari
pada periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu
yang lebih bermanfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode
hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan
penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang,
7
Manusia semakin lama semakin tua. Karenanya, dimasa tua biasanya
seseorang akan semakin sering mengingat kematian dan sering kali hal ini
menjadi sesuatu yang menakutkan. Disamping itu individu lanjut usia merasa
kesepian dan sendirian. Pada masa tua, individu mulai meningkatkan
kegiatan keagamaan, bersosialisasi dengan teman yang seusia, berbagi
pengalaman dan meningkatkan kegiatan sosial (Hurlock, 1980).
Penghayatan keagamaan ternyata besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik dan mental lanjut usia. lanjut usia yang religius: dapat
menunjukkan penyembuhan penyakitnya lebih cepat, lebih kebal dan tenang
dalam operasi, lebih kuat dan tabah menghadapi stress, lebih tabah dan
tenang dalam menghadapi kematian dibanding yang tidak religius. Dan lanjut
usia yang tidak religius angka kematiannya dua kali lipat lebih besar dari
pada yang religius. Hawari (dalam Hidayati dan Yudiantoro, 2007). William
James mengemukakan bahwa “umur keagamaan yang sangat luar biasa
tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak kemampuan seksual
sudah berakhir”. Pendapat yang menyatakan bahwa usia tua merupakan
kurun waktu maksimum bagi perkembangan sikap keagamaan dibenarkan
oleh hasil kajian empirik mengenai hubungan antara umur dan sikap positif
terhadap agama. Argyle mengutip sebuah penelitian kuantitatif mengenai
masalah ini, termasuk penelitian yang dilakukan oleh Cavan yang
8
Penelitian ini menunjukan adanya kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan yang semakin meningkat pada 60 sampai 100 tahun, sedangkan
pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai
100% setelah umur 90 tahun. (Rahayu Haditono, 2007).
Penelitian tentang kepuasan hidup masih jarang dilakukan, namun ada salah
satu penelitian tentang hubungan antara dukungan sosial dan kepuasan
hidup pada lansia yang dilakukan oleh Rismawati (2006), ia mengatakan
bahwa dukungan sosial akan memberikan beberapa pengaruh kondisi pribadi
lansia yang menerimanya, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan
dukungan sosial dan kepuasan hidup pada lansia.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa begitu permasalahan yang dihadapi lanjut
usia dewasa ini. Maka wajarnyalah untuk lebih memberikan perhatian pada
orang lanjut usia dengan lebih mengupayakan kebahagiaan, terutama dalam
upaya membentu menemukan kepuasan hidup bagi para lanjut usia, karena
pada dasarnya kepuasan hidup inilah yang paling dicari dan diinginkan oleh
manusia dalam setiap kehidupannya.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
9
pada lansia, karena pada lanjut usia, banyak perubahan peran dan minat
yang dialami oleh para lansia, begitu juga dengan kehidupan yang beragama.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP
PADA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI KAJIAN KEAGAMAAN DI
YAYASAN WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA I ”
1.2. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis
mendefinisikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran religiusitas pada lanjut usia (lansia) ?
2. Bagaimana gambaran kepuasan hidup pada lansia?
3. Adakah hubungan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lansia?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar masalah yang diteliti tetap selalu dalam jalurnya dan terarah maka
penulis membuat permasalahan sebagai berikut:
1. Religiusitas adalah manifestasi seberapa jauh individu menganut
agama, merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual
experience), ekspresi keagamaan sebagai sebuah nilai (Value),
10
practice), penggunaan agama sebagai coping (religious/spiritual
coping), dukungan penganut sesama agama (religious support),
mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai pentingnya
makna atau tujuan hidup (Meaning), sejarah keberagamaan
(religious/spiritual history), yaitu suatu tindakan memaafkan
(Forgiveness), komitmen beragama (commitment), mengikuti
organisasi/kegiatan keagamaan (organizational religiousness), pilihan
agama (religious preference), Religious preference memandang
sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan agamanya
(John E. Fetzer Institute, 1999). Dalam hal ini tidak dibatasi pada satu
agama saja, namun semua agama baik itu Islam, Kristen, Budha
maupun Hindu.
2. Kepuasan hudup adalah gambaran perasan seseorang yang
mempunyai semangat hidup, merasa tenteram dan bahagia serta
mampu untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan kondisi
dirinya maupun lingkungannya, sehingga dapat berarti bagi dirinya
maupun orang lain. Aspek yang menjadi denifisi kepuasan hidup yang
berasal dari berbagai ahli seperti Neugarten (dalam Fauziah, 2000)
yaitu:
1. Menikmati aktivitas hari, mencakup aktivitas
11
2. Dapat melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga
seperti memiliki arti hidup dan keberhasilan dalam hidup.
3. Suasana hati yang positif dan optimis, yaitu bahwa efek
positif kebahagiaan adalah optimisme tanpa perlu
dihubungkan dengan aktivitas atau aspek kehidupan,
lingkungan keadaan seseorang berkaitan dengan
kehidupan.
4. Kepuasan dengan kualitas dan kuantitas dari hubungan
sosial seperti memiliki hubungan yang hangat dengan orang
lain dan sangat berhubungan dengan lingkungan sekitar.
5. Konsep diri yang positif seperti menerima berbagai aspek
diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
3. Lanjut usia adalah laki-laki maupun perempuan yang sudah mencapai
usia 60 tahun ke atas.
4. Penelitian dilakukan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah
Plaza I
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
“Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kepuasan hidup pada
lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf
12
1.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1.
Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menemukan:
1. Apakah religiusitas berhubungan dengan kepuasan hidup pada
lansia?
2. Bagaimana gambaran religiusitas pada lanjut usia (lansia) ?
3. Bagaimana gambaran kepuasan hidup pada lanjut usia (lansia) ?
1.4.2. Manfaat Penelitian
1.4.2.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang
psikologi agama dan psikologi perkembangan tentang penelitian religiusitas
dan kepuasan hidup.
1.4.2.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat membantu memberikan informasi
dan referensi bagi mereka yang ingin meneliti, masyarakat luas dan segala
13
1.5.
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan kerangka berfikir, penulisan ini dibagi menjadi 5 bab
yang disusun dalam sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Menguraikan tentang teori religiusitas, teori kepuasan hidup dan tentang
masa lanjut usia.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan pendekatan dan metode penelitian, definisi
konseptual dan operasional, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,
teknik uji instrument penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian, gambaran umum responden, deskripsi hasil Penelitian
Kategorisasi Skor Skala Religiusitas, Kategorisasi Skor
Skala,KepuasanHidup,Uji Hipotesis dan Hasil Utama Penelitian
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kepuasan Hidup
2.1.1 Pengertian Kepuasan Hidup
Menurut kamus Psikologi J.P Chaplin (1989) Satisfaction atau kepuasan
adalah satu keadaan kesenangan dan kesejahteraan, disebabkan karena
orang telah mencapai satu tujuan atau sasaran.
Menurut kamus Oxford University Press (2000) Satisfaction adalah the
good feeling that you have when you have achieved something or when something you wanted to happen does happen; something that gives you this feeling.
Menurut Santrock (2002) kepuasan hidup (life satisfaction) adalah
kesejahteraan psikologi secara umum atau kepuasan terhadap kehidupan
secara keseluruhan. Kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks
kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut. Pendapatan,
kesehatan, suatu gaya hidup yang aktif, serta jaringan pertemanan dan
keluarga berkaitan dengan kepuasan hidup orang-orang dewasa lanjut
15
Santrock, (2002). Menurut teori Aktivitas (Aktivity Theory), semakin orang
dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan menjadi renta
dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan
kehidupannya.
Menurut Locke (dalam Munandar, 2001) perasaan-perasaan yang
berhubungan dengan kepuasan atau ketidakpuasan cenderung
mencerminkan pengalaman-pengalaman pada waktu sekarang dan lampau
dari pada harapan-harapan untuk masa yang akan datang.
Neugarten (dalam Fauziah, 2000) menyatakan terjadinya penurunan pada
orang lanjut usia ditandai dengan penurunan aktivitas, dan menurunnya
berbagai keterikatan sosial maupun psikologis
Alston dan Doodley (dalam Hurlock, 1996) megatakan bahwa kepuasan
hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati
pengalaman-pengalamannya, yang disertai tingkat kegembiraan.
Sesuai dengan uraian tersebut di atas penulis berasumsi bahwa kepuasan
hidupb orang lanjut usia asalah suatau gambaran perasaan seseorang yang
mempunyai semangat hidup, merasa tenteram dan bahagia serta mampu
untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan kondosi dirinya meupun
16
2.1.2. Indikator Kepuasan Hidup Lansia
Menurut konsep teori Neugarten (dalam Setianingsih, 1995) ada beberapa
indikator kepuasan hidup orang lanjut usia sebagai berikut:
1) Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi
kehidupannya.
2) Merasa telah berhasil dalam mencapai cita-citanya atau sebagian besar
tujuan hidupnya.
3) Berpegang teguh pada gambaran diri yang positif.
4) Mampu memelihara sikap yang optimis dan suasana hati yang bahagia.
5) Dapat merasakan senangan karena kegiatan yang dilakukan sehari-hari di
lingkungannya.
6) Mendapat dukungan sosial dari masyarakat.
Aspek yang menjadi definisi kepuasan hidup yang berasal dariNeugarten
(dalam Fauziah, 2000) yaitu:
1. Menikmati aktivitas keseharian, mencakup aktivitas sehari-hari. Lansia
menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan keluarga, lingkungan tempat tinggal, serta aktivitas yang
17
2. Dapat melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga.
Anggapan bahwa hidup seseorang bermakna dapat berarti merasa
berguna, memiliki tujuan, memiliki sikap positif terhadap situasi hidup
masa kini.
3. Suasana hati yang positif dan optimis.
Suasana hati adalah aspek dari kepuasan hidup yang banyak
memegang peranan penting menyatakan bahwa efek positif
kebahagiaan adalah optimisme tanpa perlu dihubungkan dengan
aktivitas atau aspek kehidupan, lingkungan keadaan seseorang
berkaitan dengan kehidupan.
4. Kepuasan dengan kualitas dan kuantitas dari hubungan sosial.
Sebagai manusia yang hidup ditengah manusia lain pengaruh
hubungan sosial pada masa tua tidak bisa diabaikan dalam membahas
kepuasan hidup, ikatan sosial yang lebih banyak menunjukkan
fungsional yang lebih sedikit.
5. Konsep diri yang positif
Konsep diri adalah anggapan, penghayatan, dan penilaian tentang diri,
ditandai dengan tingginya derajat penghargaan diri seseorang dari
18
2. 1. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup
Dalam penelitian yang dilakukan (Fauziah, 2000) kepuasan hidup orang
lanjut usia ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
1. Jenis aktivitas, Lanjut usia merasa senang dengan aktivitas yang
mereka lakukan, menganggap hidupnya penuh dengan arti dan
menerima dengan tulus kondisi hidupnya.
2. Jenis kelamin, Stewart dan Shapiro (dalam Fauziah, 2000),
mengatakan bahwa apabila mengalami kegagalan, pria tidak terlalu
negatif dalam mengevaluasi dirinya dan mempunyai kemampuan
memimpin yang lebih baik daripada wanita. Wanita yang berkewajiban
menjalankan tugas-tugas di rumah tidak mengenal pensiun, sehingga
kurang mendapatkan kesempatan untuk mencari hiburan. Shaffer dkk
mengatakan, bahwa pria lebih mandiri dan kompetitif. Dengan adanya
perbedaan tersebut maka menjadikan kepuasan hidup orang lanjut
usia pria lebih tinggi dari pada wanita.
3. Religiusitas, Moberg (dalam Fauziah, 2000) mengatakan bahwa
keyakinan terhadap Tuhan akan meringankan penderitaan saat orang
merasa sedih, kesepian dan putus asa serta mereka dapat
memperoleh kekuatan darinya. Orang lanjut usia yang kurang religius,
mempunyai tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah, sedangkan
yang religiusitasnya terbina dengan baik menunjukkan tingkat
19
4. Tingkat kemandirian dan lingkungan sosial (dalam Fauziah, 2000)
Kehilangan kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada
orang lanjut usia tidak selalu karena menurunnya kemampuan fisik
maupun mental, tetapi juga karena lingkungan sosial yang
menerimanya sebagai hal yang wajar dan membangun ketidak
mampuan dengan selalu menawarkan bantuan meski tidak diinginkan
dan dibutuhkan (Baltes, 1995). Keinginan untuk mandiri merupakan
faktor utama dari kemandirian, yaitu keinginan untuk melakukan
segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
5. Tingkat pendidikan, Pendidikan sebagai suatu proses mencakup
semua bentuk aktivitas yang menstimulasi individu untuk berfikir,
berpartisipasi, dan berbuat sesuatu. Dan Pendidikan yang tinggi
memungkinkan seseorang untuk mencapai kedudukan yang lebih baik
20
2.2. Religiusitas
2.2.1. Pengertian
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan
manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas
lain yang didorong oleh kekuatan supernatural. Bukan hanya yang berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang
tak nampak dan terjadi dalam hati seseorang (Ancok dan Nashori, 2004)
Menurut kamus Psikologi J.P Chaplin (1989) Religion adalah satu sistem
yang kompleks dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan
upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau
makhluk yang bersifat ketuhanan.
Sedangkan religiusitas versi Glock & Stark (dalam Anchok dan Nashori,
2004), adalah rumusan brilian. Konsep tersebut mencoba melihat
keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tapi
mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan dalam Islam bukan
hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam
aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem menyeluruh, Islam mendorong
21
konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang
mampu memahami keberagamaan umat Islam.
Menurut gambaran Elizabeth K. Nottingham ( dalam Jalaluddin, 2007) agama
adalah gejala yang begitu sering “terdapat di mana-mana”, dan agama
berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna
dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama
dapat membangkitkan kebahagian batin yang paling sempurna, dan juga
perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu
dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam
masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut Djarir dalam Suara Merdeka (2004). Religiusitas adalah suatu
kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang
disebut sebagai orang beragama (being religious), dan bukan sekedar
mengaku mempunyai agama (having religion). Religiusitas meliputi
pengetahuan agama, keyakinan agama, pengalaman ritual agama,
pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial
keagamaan.
Sedangkan menurut Diester (1989) menjelaskan lebih dalam mengenai
22
Fungsi agama tersebut merupakan wujud religiusitas individu yang berkaitan
dengan moral dan sosial individu. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai-nilai
moral manusia berupa keadilan, kejujuran, kesadaran, keteguhan hati dimiliki
tiap-tiap individu dan interaksi dengan Tuhan akan menuntut manusia untuk
menerapkan nilai-nilai yang benar. Hal ini berlaku pada saat individu
melakukan interaksi dengan sesama manusia.
2.2.2. Dimensi Religiusitas
Religiusitas menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitik
beratkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari
setiap agama atau golongan karena doktrin yang dimiliki oleh setiap agama
wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh John E. Fetzer
Institute (1999) yang berjudul Multidimensional Measurement of
Religiousness, Spirituality for Use in Health Research menjelaskan dua belas
dimensi religiusitas antara lain, Daily Spiritual Experiences, Meaning, Values,
Beliefs, Forgiveness, Private Religious Practices, Religious/Spiritual Coping,
Religious Support, Religious/Spiritual History, Commitment, organizational
23
Daily Spiritual Experiences merupakan dimensi yang memandang dampak
agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Daily
Experience merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan
dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap
interaksinya dalam kehidupan tersebut, sehingga Daily Experience lebih
kepada pengalaman dibanding kognitif.
Meaning adalah mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai
pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari rasa koherensi
fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis.
Pencarian makna juga telah didefinisikan sebagai salah satu fungsi kritis
agama. Frankl sendiri melihat makna dalam ketentuan agama.
Values adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti
mengerjakan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi, dan
sebagainya.
Konsep Belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa Indonesia
belief disebut keimanan. Yakni kebenaran yang diyakini dengan nilai dan
24
Forgiveness adalah memaafkan, yaitu suatu tindakan memaafkan dan
bertujuan untuk memaafkan bagi orang yang melakukan kesalahan dan
berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan
cinta.
Private religious practice merupakan prilaku beragama dalam mempelajari
agama meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk
meningkatkan religiusitasnya.
Religious/Spiritual coping merupakan coping stress dengan menggunakan
pola dan metode religius. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk
menghilangkan stress, dan sebagainya.
Religious support adalah aspek hubungan sosial antara individu dengan
pemeluk agama sesamanya. Dalam Islam hal semacam ini sering disebut
dengan al-Ukhuwah al-Islamiyah.
Religious/Spiritual history seberapa jauh individu berpartisispai untuk agama
dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan
25
Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya,
komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya.
Organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa
jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat
dan beraktifitas di dalamnya.
Religious preference yaitu memandang sejauh mana individu membuat
pilihan dan memastikan agamanya.
Glock (dalam Jalaluddin, 2003) menjelaskan lima dimensi religiusitas antara
lain: ideologis, ritualistis, eksperensial, intelektual, dan konsekuensi.
Adapun menurut Jalaluddin (2003) menjelaskan dimensi ideologis merupakan
bagian dari keagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai.
Menurut Jalaluddin (2003) kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi
yang paling dasar. Inilah yang membedakan satu agama dengan agama
yang lainnya, bahkan satu mazhab dalam satu agama dari mazhab lainnya.
Menurut Jalaluddin (2003) ada tiga katagori kepercayaan:
Pertama, kepercayaan yang menjadi dasar esensial suatu agama, contohnya
kepercayaan kepada Nabi Muhammad SAW di dalam Islam, ketuhanan
26
Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan tujuan nilai illahi dalam
penciptaan manusia, sebagaimana Allah berfirman:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya, dan dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun,” (Q.S Al-Mulk: 2)
Ketiga, kepercayaan yang berkaitan dengan cara terbaik untuk
melaksanakan tujuan illahi yang di atas. Orang Islam percaya bahwa untuk
beramal saleh, ia harus melakukan pengabdian kepada Allah dan berkhidmat
kepada sesama manusia. Orang Buddha percaya bahwa berbuat baik ialah
menjalankan delapan yang benar, misalnya bernafas yang benar, berbicara
yang benar, dan seterusnya.
Dimensi yang kedua adalah dimensi ritualistik. Dimensi ritualistik merupakan
dimensi keagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilaku. Yang
dimaksud dengan perilaku di sini bukanlah perilaku umum yang dipengaruhi
oleh keimanan seseorang, melainkan mengacu kapada perilaku-perilaku
khusus yang ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan,
pengakuan dosa, atau menjalakan ritus-ritus pada hari suci ( Jalaluddin,
27
Dimensi yang ketiga adalah dimensi eksperensial. Dimensi eksperensial
berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama.
Psikologi menamainya religious experience. Pengalaman keagamaan ini bisa
saja terjadi sangat moderat, seperti kekhusukan di dalam sholat atau sangat
intens seperti yang dialami oleh para Sufi, kebanyakan agama timur, seperti
Hindu dan Buddha.
Dimensi keempat adalah dimensi intelektual. Setiap agama memiliki sejumlah
informasi khusus yang harus diketahui oleh para pengikutnya. Ilmu fiqih di
dalam Islam menghimpun informasi tentang fatwa ulama berkenaan dengan
ritus-ritus keagamaan, perjanjian baru di dalam agama Kristen memuat
pengetahuan tentang Kristus dan para rasulnya. Sikap orang menerima atau
melihat ajaran agamanya berkaitan erat dengan pengetahuan agamanya itu.
Orang yang sangat dogmatis tidak mau mendengarkan pengetahuan dari
kelompok manapun yang bertentangan dengan keyakinan agamanya.
(Jalaluddin, 2003).
Dimensi yang kelima adalah dimensi konsekuensial. Dimensi konsekuensial
menunjukan akibat ajaran agama dalam perilaku umum, yang tidak secara
langsung dan secara khusus ditetapkan dalam agama seperti dalam dimensi
ritualistik. Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam kehidupan
28
Dari penjelasan para ahli yang memaparkan tentang pengertian religiusitas,
penulis menyimpulkan bahwa religiusitas adalah sistem nilai dan perilaku
yang mengatur kehidupan manusia agar selau berada pada jalan yang sesuai
dan dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup.
2.2.3. Religiusitas dalam Perspektif Islam dan Psikologi
Islam menyuruh umatnya untuk beragama (atau berislam) secara menyeluruh
(QS 2; 208). Setiap muslim berpikir, bersikap maupun bertindak,
diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial,
politik atau aktivitas apapun, si muslim diperintahkan untuk melakukannya
dalam rangka beribadah kepada Allah. Di mana pun dan dalam keadaan
apapun. (Ancok dan Nashori, 2004).
Sedangkan menurut Glock dan stark (dalam Ancok dan Nashori, 2004)
menilai bahwa kepercayaan keagamaan (teologi) adalah jantungnya dimensi
keyakinan. Teologi terdapat dalam dalam seperangkat kepercayaan
mengenai kenyataan terakhir, mengenai alam dan kehendak-kehendak
29
Disamping itu pula Glock dan Stark (Ancok dan Nashori, 2004) merumuskan
keberagamaan membagi menjadi beberapa dimensi dalam tingkat tertentu
yang mempunyai kesesuaian dengan Islam, yaitu:
a. Dimensi keyakinan dan aqidah Islam menunjukkan kepada seberapa
tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran
agamanya, terutama ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan
dogmatik. Dalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut
keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab
Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.
b. Dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariat menunjukkan
pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan
kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh
agamanya. Dalam keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut
pelaksanaan ibadah sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an
dan sebagainya.
c. Dimensi pengamalan dan akhlak menunjukkan pada seberapa tingkat
Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu
sebagaimana individu beralas dengan dunianya, terutama dengan
manusia lainnya. Dalam dimensi meliputi perilaku suka menolong,
30
Religiusitas dalam pandangan psikologi khususnya yang dikemukakan oleh
tokoh psikologi yakni William James (dalam Jalaluddin, 2003) menyatakan
bahwa agama adalah perasaan, tindakan, pengalaman, individu dalam
kesunyian sejauh mereka melihat dirinya berdiri dihadapan apa yang mereka
anggap sebagai illahi. Menurut James, agama memberikan energi spiritual,
dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan
kepribadian, memperbantui daya hidup, dan memberikan makna dan
kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang beragama
akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan
bahwa agama adalah sumber kebahagiaan.
Kebahagiaan agama menurut James (dalam Jalaluddin, 2003) ditandai
dengan hilangnya upaya untuk melarikan diri. Anjuran positif untuk berserah
diri dan berkorban tampak terjadi pada kehidupan beragama sehingga
mempermudah dan meringankan apa saja yang niscaya terjadi. Agama
mendatangkan kebahagiaan dan bukan mendatangkan kesedihan dan
31
2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas
Thoules (1995) mengemukakan empat faktor keberagamaan yang
dimasukkan dalam kelopok utama, yaitu:
1. pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial
(faktor social) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam sikap
perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang
tua, tradisi-tradisi sosial untuk menyesuaiakan dari dengan berbagai
pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
2. berbagai pengalaman yan