• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di yasasn wakaf paramadina pondok indah plaza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di yasasn wakaf paramadina pondok indah plaza"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 4 PENGANTAR

Salam kenal, saya Tarmizi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi, saat ini sedang merancang alat ukur untuk tujuan penulisan skripsi. Saya membutuhkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian dengan mengisi persyaratan yang terlampir. Bagi Bapak/Ibu yang bersedia, maka isilah lembar pernyataan tersedia.

Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang Bpak/Ibu erikan sesuai dengan apa yang diminta. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar, dan saya menjaga kerahasian Ibu/Bapak.

Terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu atas bantuannya untuk menjadi responden peneliti.

Jakarta, April 2010 Peneliti

Tarmizi

(2)

LEMBAR KESEDIAAN

Dengan ini secara sukarela saya menyatakan bersedia untuk mengisi angket ini. Pada saat pelaksanaan, saya akan mengisi identitas pribadi dan mengisi angket dengan lengkap. Saya mungkin dapat merasa tidak nyaman ketika menjawab kuisioner, dan saya berhak untuk mengundurkan diri.

Terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan Bapak/Ibu , saya ucapkan terima kasih.

Identitas Responden:

Usia :

Pendididikan : a. SMA/Sederajat b. Diploma

c. S1 d. S2

Agama : a. Islam b. Lainnya…………

Status Pernikahan : a. Menikah b. Janda/duda

Jakarta,……….. 2010

( Tanda Tangan dan Nama)

Menyatakan bersedia menjadi responden

(3)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu Anda

menggambarkan diri Anda sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan berilah tanda (X) atau checklist (√) salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan. Ada empat pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut :

SS = Sangat Sesuai S = Sesuai

TS = Tidak Sesuai

STS = Sangat Tidak Sesuai

Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban Anda dengan menyilang tanda (X) atau checklist (√) dengan (≠) yang keliru tadi dan checklist (√) jawaban yang Anda anggap lebih tepat.

Sekali lagi mohon diperhatikan, bahwa Anda diminta menggambarkan diri sendiri, bukan bagaimana seharusnya, atau bagaimana sebaliknya. Bila ada pernyataan yang kurang sesuai dengan Anda, pilihlah jawaban yang terbaik menurut anda, walaupun Anda kurang begitu yakin. Pernyataan-pernyataan ini tidak ada jawaban yang salah atau benar, oleh sebab itu jawablah secara terbuka dan jujur. Perhatikan jangan ada pernyataan yang tidak dijawab dan selamat mengerjakan:

(4)

1. Skala kepuasan Hidup

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Saya pikir harus ada kesesuaian antara apa yang dicita-citakan dengan apa yang terjadi saat ini

2 Saya memiliki hasrat untuk berprestasi 3 Apa yang dilakukan sekarang bukan

tujuan yang saya inginkan

4 Saya melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga

5 Saya yakin akan menjadi orang sukses 6 Saya kecewa dengan apa yang saya

capai sekarang ini

7 Saya bangga dengan diri sendiri 8 Saya pikir orang lain lebih berguna 9 Saya kecewa dengan kekurangan yang

ada pada diri sendiri

10 Saya memiliki gagasan baru yang belum pernah disampaikan orang lain

11 Saya memodifikasi pendapat orang lain agar lebih bagus

12 Saya memiliki gagasan orang lain untuk disampaikan kepada orang yang sama 13 Saya puas dengan apa yang sudah saya

dapat sekarang ini

14 Saya kecewa dengan perjalanan hidup yang saya jalani sekarang ini

(5)

NO Pernyataan SS S TS STS 15 Saya merasa resah dengan kehidupan

yang segalanya serba kekurangan 16 Saya merasa beruntung dengan apa yang

saya didapat sekarang

17 Saya senang ketika mendapat nilai bagus saat ujian

18 Saya merasa tidak nyaman dengan diri sendiri

19 Saya senang jika mendapatkan penghargaan dari orang lain

20 Saya bangga jika gagasan saya dapat diterima dengan baik

21 Saya kecewa apabila pekerjaan yang saya lakukan ini tidak dihargai orang lain

22 Saya bangga dengan diri sendiri 23 Saya percaya apa yang saya lakukan

sekarang ini merupakan yang terbaik 24 Saya tidak percaya diri kalau bicara di

depan umum dibandingkan orang lain 25 Saya merasa senang bisa melakukan

sesuatu yang berguna untuk orang lain 26 Saya senang apabila ilmu yang saya

dapat bisa saya amalkan untuk kepentingan masyarakat luas

27 Saya mau memberi pelajaran apabila sesuai dengan harga yang saya inginkan

(6)

NO Pernyataan SS S TS STS 28 Saya menikamati kehidupan yang saya

jalani sekarang

29 Banyak sekali pengalaman yang saya nikmati setiap hari

30 Hidup saya monoton dibandingkan orang lain

31 Saya kecewa dengan kehidupan yang sekarang

32 Saya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang saya inginkan 33 Apa yang saya lakukan adalah untuk

keperluan keluarga dan diri sendiri 34 Saya kecewa dengan kegagalan yang

sudah saya alami

35 Saya bangga ketika dipercaya dalam mengemban tugas

36 Saya senang bisa diterima dalam masyarakat

37 Saya resah apabila yang saya lakukan dengan susah payah tidak mendapat dukungan lingkungan

38 Ada kesesuaian antara cita-cita saya dengan kenyataan saat ini

39 Dengan mendapatkan semua hal yang saya inginkan maka hidup ini berjalan baik

(7)

NO Pernyataan SS S TS STS 40 Dengan keadaan yang serba kekurangan

saya merasa hidup saya akan berjalan dengan baik

41 Saya kecewa apabila keinginan saya ini tidak sesuai dengan kenyataan

42 Walaupun tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, tetapi banyak teman yang mendukung saya

43 Saya kecewa dengan apa yang sudah saya raih sekarang sekarang ini 44 Saya tidak bangga dengan apa yang

telah saya capai

45 Dengan tersenyum menandakan ekspresi rasa puas saya

46 Dengan berdoa menandakan rasa syukur saya

47 Saya akan marah apabila tujuan yang saya inginkan belum tercapai

(8)

2. Skala Religiusitas

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasakan kenyamanan dengan beragama

2 Seluruh sifat dan akhlak saya sesuai dengan tuntutan agama yang saya anut 3 Bagi saya, ikut kajian keagamaan dapat

memperlemah posisi kerja

4 Pengalaman beragama saya kurang menyentuh

5 Seluruh hidup saya curahkan untuk urusan agama

6 Saya berdoa sambil berusaha dalam menyelesaikan masalah

7 Saya tidak merasakan kehadiran Allah 8 Seluruh hidup saya curahkan untuk

kehidupan pribadi

9 Saya yakin Allah mengamati seluruh perbuatan yang manusia lakukan 10 Saya yakin dengan ibadah yang saya

lakukan sekarang bermanfaat untuk masa yang akan datang

11 Saya ragu bahwa Allah mengamati seluruh perbuatan saya

12 Saya tidak menemukan kekuatan pada agama

13 Saya bertanggung jawab untuk mengurangi segala penderitaan dan kerusakan dimuka bumi ini

(9)

NO Pernyataan SS S TS STS 14 Saya yakin semua agama mangajarkan

nilai yang baik

15 Nilai agama yang sudah saya dapat tidak pantas diajarkan kepada orang lain 16 Saya yakin Allah memaafkan dosa-dosa

saya

17 Saya memaafkan orang- orang yang menyakiti hati saya

18 Saya ragu bahwa suatu saat Allah akan memberikan balasan atas apa yang telah saya lakukan

19 Saya yakin dengan agama yang saya anut 20 Saya tidak pernah sholat berjamaah 21 Saya sering membaca Al-Qur’an

22 Saya tidak yakin Allah akan memaafkan dosa-dosa saya

23 Saya sering mengikuti kajian keagamaan 24 Saya berdoa sambil berusaha dalam

menyelesaikan masalah

25 Menurut saya hidup adalah bagian dari agama

26 Menurut saya kehidupan itu bukanlah bagian dari agama

27 Saya selalu mendengarkan atau

menyaksikan program keagamaan yang ada di media elektronik

(10)

NO Pernyataan SS S TS STS 28 Teman saya mendukung kegiatan

keagamaan yang sudah saya lakukan 29 Saya akan membantu taman yang

menghadapi masalah

30 Saya tumbuh di lingkungan yang kurang baik dalam hal beragama

31 Saya tidak pernah peduli dengan masalah yang sedang dihadapi keluarga saya 32 Saya mengalami pengalaman beragama

yang merubah hidup saya

33 Saya tumbuh di lingkungan yang beragama cukup kuat

34 Jika saya sakit, banyak teman atau kerabat yang menjenguk

35 Perubahan yang lebih baik dalam diri saya bukanlah karena faktor agama

36 Saya senang mengikuti kegiatan keagamaan

37 Dalam setahun saya tidak pernah bersedekah

38 Saya melaksanakan sholat tepat waktu 39 Saya senang mengikuti organisasi

keagamaan

40 Saya malas melaksanakan sholat tepat waktu

(11)

11 41 Saya malas mengikuti kegiatan

keagamaan

NO Pernyataan SS S TS STS

42 Saya yakin dengan pilihan yang saya jalani sekarang

43 lebih baik megikuti pengajian dari pada berdiam dirumah

44 Saya pikir agama lain lebih baik dari agama saya

(12)

LAMPIRAN 1 PENGANTAR

Salam kenal, saya Tarmizi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi, saat ini sedang merancang alat ukur untuk tujuan penulisan skripsi. Saya membutuhkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian dengan mengisi persyaratan yang terlampir. Bagi Bapak/Ibu yang bersedia, maka isilah lembar pernyataan tersedia.

Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang Bpak/Ibu erikan sesuai dengan apa yang diminta. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar, dan saya menjaga kerahasian Ibu/Bapak.

Terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu yang telah menjadi responden peneliti.

Jakarta, April 2010 Peneliti

(13)

LEMBAR KESEDIAAN

Dengan ini secara sukarela saya menyatakan bersedia untuk mengisi angket ini. Pada saat pelaksanaan, saya akan mengisi identitas pribadi dan mengisi angket dengan lengkap. Saya mungkin dapat merasa tidak nyaman ketika menjawab kuisioner, dan saya berhak untuk mengundurkan diri.

Terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan Bapak/Ibu , saya ucapkan terima kasih.

Identitas Responden:

Usia :

Pendididikan : a. SMA/Sederajat b. Diploma

c. S1 d. S2

Agama : a. Islam b. Lainnya…………

Status Pernikahan : a. Menikah b. Janda/duda

Jakarta,……….. 2010

( Tanda Tangan dan Nama)

(14)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu Anda

menggambarkan diri Anda sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan berilah tanda (X) atau checklist (√) salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan. Ada empat pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut :

SS = Sangat Sesuai S = Sesuai

TS = Tidak Sesuai

STS = Sangat Tidak Sesuai

Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban Anda dengan menyilang tanda (X) atau checklist (√) dengan (≠) yang keliru tadi dan checklist (√) jawaban yang Anda anggap lebih tepat.

(15)

1. Skala kepuasan Hidup

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Saya pikir harus ada kesesuaian antara apa yang dicita-citakan dengan apa yang terjadi saat ini

2 Saya memiliki hasrat untuk berprestasi 3 Apa yang dilakukan sekarang bukan

tujuan yang saya inginkan

4 Saya melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga

5 Saya yakin akan menjadi orang sukses 6 Saya kecewa dengan apa yang saya

capai sekarang ini

7 Saya bangga dengan diri sendiri 8 Saya pikir orang lain lebih berguna 9 Saya kecewa dengan kekurangan yang

ada pada diri sendiri

10 Saya memiliki gagasan baru yang belum pernah disampaikan orang lain

11 Saya memodifikasi pendapat orang lain agar lebih bagus

12 Saya memiliki gagasan orang lain untuk disampaikan kepada orang yang sama 13 Saya puas dengan apa yang sudah saya

dapat sekarang ini

(16)

NO Pernyataan SS S TS STS 15 Saya merasa resah dengan kehidupan

yang segalanya serba kekurangan 16 Saya merasa beruntung dengan apa yang

saya didapat sekarang

17 Saya senang ketika mendapat nilai bagus saat ujian

18 Saya merasa tidak nyaman dengan diri sendiri

19 Saya senang jika mendapatkan penghargaan dari orang lain

20 Saya bangga jika gagasan saya dapat diterima dengan baik

21 Saya kecewa apabila pekerjaan yang saya lakukan ini tidak dihargai orang lain

22 Saya bangga dengan diri sendiri 23 Saya percaya apa yang saya lakukan

sekarang ini merupakan yang terbaik 24 Saya tidak percaya diri kalau bicara di

depan umum dibandingkan orang lain 25 Saya merasa senang bisa melakukan

sesuatu yang berguna untuk orang lain 26 Saya senang apabila ilmu yang saya

dapat bisa saya amalkan untuk kepentingan masyarakat luas

(17)

NO Pernyataan SS S TS STS 28 Saya menikamati kehidupan yang saya

jalani sekarang

29 Banyak sekali pengalaman yang saya nikmati setiap hari

30 Hidup saya monoton dibandingkan orang lain

31 Saya kecewa dengan kehidupan yang sekarang

32 Saya melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang saya inginkan 33 Apa yang saya lakukan adalah untuk

keperluan keluarga dan diri sendiri 34 Saya kecewa dengan kegagalan yang

sudah saya alami

35 Saya bangga ketika dipercaya dalam mengemban tugas

36 Saya senang bisa diterima dalam masyarakat

37 Saya resah apabila yang saya lakukan dengan susah payah tidak mendapat dukungan lingkungan

38 Ada kesesuaian antara cita-cita saya dengan kenyataan saat ini

(18)

NO Pernyataan SS S TS STS 40 Dengan keadaan yang serba kekurangan

saya merasa hidup saya akan berjalan dengan baik

41 Saya kecewa apabila keinginan saya ini tidak sesuai dengan kenyataan

42 Walaupun tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, tetapi banyak teman yang mendukung saya

43 Saya kecewa dengan apa yang sudah saya raih sekarang sekarang ini 44 Saya tidak bangga dengan apa yang

telah saya capai

45 Dengan tersenyum menandakan ekspresi rasa puas saya

46 Dengan berdoa menandakan rasa syukur saya

(19)

2. Skala Religiusitas

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasakan kenyamanan dengan beragama

2 Seluruh sifat dan akhlak saya sesuai dengan tuntutan agama yang saya anut 3 Bagi saya, ikut kajian keagamaan dapat

memperlemah posisi kerja

4 Pengalaman beragama saya kurang menyentuh

5 Seluruh hidup saya curahkan untuk urusan agama

6 Saya berdoa sambil berusaha dalam menyelesaikan masalah

7 Saya tidak merasakan kehadiran Allah 8 Seluruh hidup saya curahkan untuk

kehidupan pribadi

9 Saya yakin Allah mengamati seluruh perbuatan yang manusia lakukan 10 Saya yakin dengan ibadah yang saya

lakukan sekarang bermanfaat untuk masa yang akan datang

11 Saya ragu bahwa Allah mengamati seluruh perbuatan saya

12 Saya tidak menemukan kekuatan pada agama

(20)

NO Pernyataan SS S TS STS 14 Saya yakin semua agama mangajarkan

nilai yang baik

15 Banyak sekali nilai yang bermanfaat yang terkandung dalam agama

16 Nilai agama yang sudah saya dapat tidak pantas diajarkan kepada orang lain 17 Saya yakin Allah memaafkan dosa-dosa

saya

18 Saya memaafkan orang- orang yang menyakiti hati saya

19 Saya ragu bahwa suatu saat Allah akan memberikan balasan atas apa yang telah saya lakukan

20 Saya yakin dengan agama yang saya anut 21 Saya tidak pernah sholat berjamaah

22 Saya sering membaca Al-Qur’an

23 Saya tidak yakin Allah akan memaafkan dosa-dosa saya

24 Saya sering mengikuti kajian keagamaan 25 Saya berdoa sambil berusaha dalam

menyelesaikan masalah

26 Menurut saya hidup adalah bagian dari agama

27 Menurut saya kehidupan itu bukanlah bagian dari agama

28 Saya selalu mendengarkan atau

(21)

NO Pernyataan SS S TS STS 29 Teman saya mendukung kegiatan

keagamaan yang sudah saya lakukan 30 Saya akan membantu taman yang

menghadapi masalah

31 Saya tumbuh di lingkungan yang kurang baik dalam hal beragama

32 Saya tidak pernah peduli dengan masalah yang sedang dihadapi keluarga saya 33 Saya mengalami pengalaman beragama

yang merubah hidup saya

34 Saya tumbuh di lingkungan yang beragama cukup kuat

35 Jika saya sakit, banyak teman atau kerabat yang menjenguk

36 Perubahan yang lebih baik dalam diri saya bukanlah karena faktor agama 37 Saya berusaha keras dalam hidup saya

untuk membawa keyakinan agama saya kepada orang lain

38 Saya senang mengikuti kegiatan keagamaan

39 Dalam setahun saya tidak pernah bersedekah

(22)

NO Pernyataan SS S TS STS 42 Saya senang mengikuti organisasi

keagamaan

43 Saya malas melaksanakan sholat tepat waktu

44 Saya malas mengikuti kegiatan keagamaan

45 Saya yakin dengan pilihan yang saya jalani sekarang

46 lebih baik megikuti pengajian dari pada berdiam dirumah

47 Saya pikir agama lain lebih baik dari agama saya

(23)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN

HIDUP PADA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI

KAJIAN KEAGAMAAN DI YAYASAN WAKAF

PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh

TARMIZI

NIM: 105070002355

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(24)

SURAT KETERANGAN

Nomor : 027/Ket/YWP/V/2010

Yang bertanda tangan di bawah ini Koordinator kajian Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1, dengan ini menerangkan bahwa:

Nama : TARMIZI

Nim : 105070002355

Jurusan : PSIKOLOGI

Universitas : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Yang bersangkutan adalah benar telah melaksanakan penelitian di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1 pada tanggal 28 April s/d 12 Mei 2010 yang berjudul “ Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Hidup pada Lanjut Usia yang Mengikuti Kajian Keagamaan Di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1”.

Demikian surat keterangan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,19 Mei 2010 Koordinator

(25)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP

PADA LANSIA YANG MENGIKUTI KAJIAN DI YAYASAN

WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1

Oleh :

Tarmizi

105070002355

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag

Gazi, M.Si

NIP. 196806141997041001

NIP.197112142007011014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

(26)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI KAJIAN KEAGAAN DI YAYASAN WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1 telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strtata I pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 10 Juni 2010 Sidang Munaqasyah

Dekan / Pembantu Dekan /

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.d Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885522 NIP. 19561223198303 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Bambang Suryadi, Ph. D Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag

NIP. 197005292003121002 NIP. 196806141997041001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag Gazi, M.Si

NIP. 196806141997041001 NIP. 197112142007011014

(27)

MOTTO

Jangan pernah memandang sesuatu yang pernah

terjadi tapi pandanglah ke depan yang akan

membuat kita lebih baik

Persembahan :

Karya ilmiah sederhana ini, dipersembahkan

untuk Kedua Orang Tua, Kakak dan Adikku Tercinta

(28)

ABSTRAK

(A). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B). Juni 2010

(C). Tarmizi

(D). HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA YANG MENGIKUTI KAJIAN KEAGAMAAN DI YAYASAN WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA 1

(E). 69 Halaman + Lampiran

(F). Fenomena yang terjadi adalah para lanjut usia yang merasakan kesepian dalam kehidupan yang dijalani sehingga para lanjut usia mencari kepuasan hidup dengan mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina

Pondok Indah Plaza 1. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1,sampel berjumlah 120 lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan, terdiri atas 60 orang lansia yang mengikuti kajian Ibn Al-Arabi, 30 lanjut usia yang mengukuti kajian Fushul Al-Hikam, dan 30 lanjut usia yang mengikuti kajian Jalaludin Rumi yang diambil dengan teknik Purposive Sampling. Instrument pengumpul data yang digunakan adalah skala model likert.

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis statistik yang meliputi korelasi product moment pearson untuk menguji validitas item dan penghitungannya menggunakan SPSS 17.0 Alpha Cronbach kepuasan hidup (0.910) dan religiusitas (0.866) dan diperoleh rhitung > rtabel, karena nilai rhitung

yang didapat (0.751) > rtabel (Sig. 5%; N 120 = 0.195) dan nilai R Square

pada aspek religiusitas memberikan sumbangan sebesar 56.4% bagi

perubahan variabel kepuasan hidup. Dengan demikian terdapat 43.6% aspek lain yang memberikan kontribusi terhadap kepuasan hidup yang tidak terukur

(29)

dalam penelitian ini yang dapat memberikan perubahan terhadap variabel religiusitas.

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan pada materi yang sama dengan peneliti ini, dapat ditambah dengan menggunakan wawancara. Hal ini dengan tujuan agar dapat didapatkan hasil yang lebih mendalam.

(G). Daftar Bacaan: 19 buku (1989 – 2009 ), 5 Jurnal (1985 – 2009) dan 2 lnternet (2009-2010).

(30)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanallahu Wata’ala atas rahmat yang diberikan kepada umatnya dengan tiada henti. Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadiratNya serta tak lupa shalawat dan salam peneliti haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam beserta sahabat dan keluarganya.

Penulis haturkan rasa syukur yang tiada henti atas terwujudnya skripsi yang berjudul ”Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Hidup pada Lanjut Usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah Plaza 1” sebagai wujud dari kesediaan segala pihak untuk

membimbing, membantu dan mendoakan lancarnya penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar Ph.D dan para pembantu dekan.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib M. Ag sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Gazi, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang memiliki andil sangat besar yang dengan sabar serta berbesar hati dalam

membimbing hingga terwujudnya skripsi ini.

3. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesabaran dan kerjasamanya.

5. Bapak Mu’min dan Aliyati tercinta yang selalu menghaturkan do’a dan dukungan yang tak terhingga, mulai dari pikiran, tenaga, biaya, dan

(31)

waktu yang merupakan surga duniawi yang takkan pernah cukup terbalaskan.

6. Kakak dan adik tersayang Elawati, adik Deka Kurniaawan dan adik bungsu Nur Faizah Sabrina Mulya serta Ponakan Zahra Nur Awaliya tercinta yang selalu menghibur dan memberikan dukungannya kepada peneliti.

7. Kakek H. Selih dan Hj. Nafsiah yang selama ini selalu mendoakan peneliti.

8. Paman tercinta Drs. Munafis, Nafsin, Nasor, Nahipul Kodir dan

keluaga besar Rahmat Hidayat S.Ag dan Istri Sariyah Erni Widiyawati serta anak Sarah Salsabila Hidayat, Naima Fitrianah Hidayat yang selama ini sudah mendukung baik materi, serta pasilitas buat peneliti selama ini yang selama ini sudah memotivasi peneliti.

9. Teman-teman angkatan 2005 kelas C dan sahabat-sahabat terbaik yaitu Muhammad Najibullah, S. Psi, Wahyudi Iman, S. Psi, Yudi Putra dan teman-teman Pecinta Alam Psikologi (MAHACHALA) yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian penelitian ini.

10. Keluarga besar Bapak Dedhy Setiawan dan Istri Vara Lila Sari serta anak Randhys Akbar Setiawan dan Sameera Vadilaputri Setiawan dan keluarga besar Keluarga besar Bapak Prayogo dan istri serta Mba Arum, Mas Dian, Anis, Alisya yang selama ini mendukung dan memotivasi peneliti selama ini.

11. Mang Yedi, Mas Rifki, Mas Zulman Haris, Mang Atam, Sabihis dan Sukron dan Keluarga Besar Yayasan Wakaf Paramadina yang selalu memotivasi penulis.

(32)

12. Juga kepada semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penulisan penelitian ini

Dengan ini peneliti mempersembahkan sebuah karya tulis yang Insya Allah bermanfaat yang berjudul hubungan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan wakaf

Paramadina Pondok Indah Plaza 1.

Penulis menyadari keterbatasan dari skripsi ini, maka penulis mohon

kesediaan para pembaca dapat memahami segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.

Ciputat, Juni 2010

Penulis

(33)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii MOTTO ... iii ABSTRAK ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Identifikasi Masalah ... 9 1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 12 1.4.2 Manfaat Penelitian ... 12 1.4.2.1 Manfaat Teoritis ... 12 1.4.2.2 Manfaat Praktis ... 12 1.5. Sistematika Penulisan... 13

(34)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kepuasan Hidup ... 14 2.1.1 Pengertian Kepuasan Hidup ... 14 2.1.2 Indikator Kepuasan Hidup Lansia ... 16 2.1.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup ... 18 2.2 Religiusitas... 20 2.2.1 Pengertian Religiusitas………..20 2.2.2 Dimensi Religiusitas………..22 2.2.3 Religiusitas Dalam Perspektif Islam dan Psikologi………...28 2.2.4 Faktor yang mempengaruhi Religiusitas... ………...31 2.2.4 Fungsi Religiusitas ... 32 2.3 Kerangka Berfikir ... 34 2.4 Hipotesis ... 36

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian... 37 3.1.1. Pendekatan penelitian ... 37 3.1.2. Metode Penelitian ... 37 3.1.3. Definisi Variabel Dan Operasional ... 38 3.2. Pengambilan Sampel ... 40 3.2.1. Populasi Dan Sampel ... 40 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 41 3.3. Pengumpulan Data ... 42 3.3.1. Metode Pengumpulan Data ... 42 3.3.2. Hasil Uji coba alat ukur Kepuasan Hidup ... 44

(35)

xi

3.3.3. Hasil Uji coba alat ukur Religiusitas ... 48 3.4 Teknik Analisis Data ... 50 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data... 50 3.4.2. Instrumen Penelitian ... 51 3.4.3. Uji Validitas ... 52 3.4.4. Uji Reliabilitas ... 52 3.5. Prosedur Penelitian... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden ... 55 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 56 4.2.1. Katagorisasi Skor Skala Religiusitas ... 57 4.2.2. Katagorisasi Skor Skala Kepuasan Hidup... 58 4.2.3. Uji Hipotesis ... 59 4.2.4. Uji Regresi ... 61

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 63 5.2. Diskusi ... 64 5.3. Saran ... 66 5.3.1. Saran Teoritis ... 66 5.3.2. Saran Praktis... 67

DAFTAR PUSTAKA

(36)

DAFTAR

TABEL

Tabel 1 : Blue Prient Kepuasan Hidup

43

Tabel 2

: Blue Print Religiusitas

45

Tabel 3

: Hasil Uji Validitas

52

Tabel 4: : Gambarab Responden Usia, Jenis kelamin,

Pendidikan

dan

Agama

54

Tabel 5 : Deskripsi Hasil Penelitian

55

Tabel 6

: Katagori Skor Skala Religiusitas

56

Tabel 7

: Katagori Skor Skala Kepuasan Hidup

57

Tabel 8

: Nilai Korelasi Religiusitas

Dengan

Kepuasan

Hidup

59

Tabel

9

:

Anova

60

(37)

FORMAT UJI REFERENSI

DAFTAR REFERENSI

Halaman No Nama Rujukan / Sumber

Skripsi Referensi

Paraf Pembimbing

1 Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, sutu

pendekatan sepanjang rentang kehidupan(terj)

380, 401

2 Rahayu. Haditono.

PsikologiPerkembangan:

Pengantar dalam berbagai bagiannya

332

3 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir.

Nuansa-nuansa Psikologi Islam

102

4 Hamid Nasuri, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi 35

5 Hidayati dan Yudiantoro. Psikologi Agama 134, 135, 236

6 Mazmur. Kepuasan dalam Hidup

http://www.facebook.com/note.p hp?note_id=100929530967

13

7 M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya 23, 50, 58, 76

8 C.P.Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi 443, 427

(38)

9 John W. Santrock. Life-Span Development

Perkembangan Masa

Hidup 239, 252

10 Jalaluddin. sikologi Agama(perkembangan jiwa keagamaan pada orang dewasa dan lanjut usia) cet: 1 Thn 1996

79

11 A S Hornby. 2000. Oxford advanced

learner’s dictionary New

York: Oxford University Press

1180

12 Jalaluddin. Psikologi Agama (Agama dan penagruhnya dalam Kehidupan)

ed.Revisi-10 Thn 2007 277, 285 13 Ibnu Djarir. Suara Merdeka edisi

18/06/2004 (Erosi Moral dan

Pemahaman Kembali Agama) 2

14 Munandar. Psikologi Industri dan Organisasi

350

15 Jalaluddin Rahmat. Psikologi Agama dalam Sebuah sebuah pengantar

43

16 Fitriyana Fauziah. Kepuasan hidup orang lanjut usia dalam

hubungannya dengan jenis aktivitas, jenis kelamin, religiositas, status perkawinan, tingkat kemandirian, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal

3-4

(39)

17 Ancok dan Nashori. Psikologi Islami (Solusi Islam atas problem-problem psikologi)

76, 78

18 Fetze Institute and National Institute on Aging Working Group. 1999.

Multidimensional Measurement of

Religiousness, Spirituality for Use in Health Research.

Fetzer Institute in Collaboration with the Nasional Institute on Aging. Kalamazoo

11-85

19 Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian suatu pendekatan

praktek 109

20 Azwar, Saifudin. 2006. Penyusunan Skala

Psikologi.Pustaka Pelajar;

Yogyakarta

103

21 Dister , Syukur. 1989. Psikkologi Agama. Gunung Mulia, Jakarta

98-99

22 Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung.

8, 84, 93, 102, 142

23 Sevill, dkk. 1993. 160

(40)

4

24 Rismawati. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kepuasan

Hidup pada Lanjut Usia Penghuni

Panti Sosial Tresna Werdha. Skripsi

Psikologi UIN Jakarta

10

Ja ka rta , … … … .. 2010

( TA RM IZI)

(41)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah dan pokok pembahasan,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1. Latar

Belakang

Berbicara tentang kepuasan hidup biasanya kita langsung berfikir tentang

hal-hal yang bersifat materi atau kelihatan. Misalnya, orang tua merasa puas

apabila anak-anaknya berhasil dalam studi, memperoleh pekerjaan, dan

menikah, petani akan merasa puas apabila panen melimpah dangan harga

jual tinggi, pelajar akan merasa puas apabila memperoleh nilai yang tinggi,

pemilik perusahaan akan merasa puas apabila penjualan meningkat, supir

akan merasa puas apabila sewanya banyak. ( Mazmur, 2009).

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas, yang sangat membutuhkan

kepuasan itu sendiri dan akan terus mengejar kepuasan itu sampai dia

merasa bebar-benar puas.. Bahkan ketika manusia tersebut sudah mendapat

(42)

2

Neugarten dalam (Fauziah, 2000) mendefinisikan kepuasan hidup dalam

beberapa aspek, yaitu:

(1) Menikmati aktivitas sehari-hari, (2) Dapat melihat kehidupan sebagai

sesuatu yang berharga. Anggapan bahwa hidup seseorang bermakna, dapat

berarti dan merasa berguna, memiliki tujuan, memiliki sikap positif terhadap

situasi hidup masa kini, (3)Suasana hati yang positif dan optimis, suasana

hati adalah aspek dari kepuasan hidup yang banyak memegang peranan

penting, dihubungkan dengan aktivitas atau aspek kehidupan, lingkungan

keadaan seseorang berkaitan dengan kehidupan. (4) Kepuasan dengan

kualitas dan kuantitas dari hubungan sosial. (5) Konsep diri yang positif,

konsep diri adalah anggapan, penghayatan, dan penilaian tentang diri,

ditandai dengan tingginya derajat penghargaan diri seseorang dari penilaian

diri yang positif menentukan kepuasan hidup manusia.

Tidak seorangpun yang tidak mendambakan kepuasan dan kenikmatan

hidup. Setiap orang tentulah menginginkan agar hidupnya selalu dalam

keadaan tenang dan tenteram serta selalu dapat merasakan adanya

kepuasan hidup. Untuk mendapatkan ketenangan dan ketenteraman hidup

itu, berbagai cara dan jalan dilalui. Sedangkan orang beranggapan bahwa,

kepuasan hidup itu terletak pada adanya harta kekayaan yang menumpuk.

Maka untuk memperoleh kepuasan hidup itu, ia berusaha mengumpulkan

(43)

3

mendapatkan harta kekayaan itu, ditempuhlah berbagai cara dan jalan, tidak

peduli apakah itu dibenarkan oleh agama atau tidak, yang penting asal harta

kekayaan dapat dikumpulkan. Sementara orang lain beranggapan bahwa,

kepuasan hidup itu terletak pada adanya pangkat dan kedudukan yang tinggi.

(Rosyad, 2009)

Sedangkan orang yang beragama memandang bahwa hidup ini memiliki

tujuan dan memiliki kepuasan tersendiri bagi orang yang menjalaninya.

Tujuan itulah yang memberikan makna dan kepuasan yang selalu

menginginkan hidupnya menjadi berarti dan berguna bagi sekelilingnya.

Banyak orang yang tidak paham arti dari hidup ini, sehingga kehidupannya

bebas tanpa batas dan bisa melakukan hal-hal yang bertentangan dengan

norma hukum dan agama.

Dalam sebuah kehidupan seseorang pasti membutuhkan agama. Agama

dipandang sebagai pembimbing atau penuntun untuk menuju sebuah

kebaikan. Karena pada dasarnya semua agama itu pasti mengajarkan

tentang kebaikan, baik itu agama Islam, Kristen, Hindu maupun Budha dan

lain sebagainya. Namun kebutuhan setiap orang akan agama pasti

berbeda-beda. Tergantung bagaimana orang itu menghayati setiap nilai yang

(44)

4

Menurut Erich Fromm, “ tak ada manusia yang tidak membutuhkan agama

dan tidak menghendaki batas bagi orientasinya dan subjek bagi masa

lalunya.” Manusia sendiri boleh jadi tidak membedakan antara keyakinan

religius dan keyakinan non-religiusnya. Dan boleh jadi percaya bahwa dirinya

tidak beragama. Boleh jadi dia memandang fokusnya kepada tujuan yang

kelihatannya bukan non-religius, seperti harta, tahta atau kesuksesan,

sebagai semata-mata isyarat perhatiannya kepada urusan praktis dan upaya

untuk mewujudkan kesejahteraannya sendiri. Yang menjadi masalah

bukanlah apakah manusia beragama atau tidak beragama, melainkan apa

agama yang dianutnya. (http://www.al-shia.org.)

Yang dimaksud oleh psikolog di atas ini adalah, bahwa manusia atau

seseorang tidak dapat hidup tanpa mensucikan dan mencintai sesuatu. Kalau

yang diakui dan disembahnya bukan Allah, dia pasti mengakui sesuatu

sebagai realitas yang absolut (mutlak), dan pasti menjadikannya sebagai

objek keyakinan dan pemujaannya. Mengingat manusia membutuhkan ideal

dan keyakinan, dan berdasarkan naluri dia berupaya mendapatkan sesuatu

yang boleh jadi disucikan dan dipujanya, maka satu-satunya jalan adalah

meningkatkan religiusitas, yang merupakan satu-satunya keyakinan yang

(45)

5

Manusia adalah makhluk sosial yang potensial dan ekploratif. Dikatakan

makhluk ekploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk

mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia dipandang

sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah

kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata. Selanjutnya

manusia juga disebut sebagai mahluk yang memiliki prinsip tanpa daya,

karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan

bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk

bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan

yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut hakekatnya

diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah

tersimpan sebagai potensi bawaan. Karena itu bimbingan yang tidak searah

dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan

manusia. Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa

keduniaan, kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat

kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan

manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan

rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan

(46)

6

Didalam sebuah firman Allah SWT yaitu Q.S Al-Hajj ayat 5, menjelaskan

bahwa perkembangan pada manusia itu terbagi atas tiga fase, yaitu: (1) fase

kanak-kanak (al-thifl) atau dimana kondisi seseorang masih lemah (karena

bayi atau kanak-kanak); (2) fase baligh atau dimana kondisi seseorang

menjadi kuat dan dewasa; dan (3) fase usia lanjut, yang secara psikologis

ditandai dengan kepikunan dan secara biologis rambut berubah dan kodisi

tubuh yang melemah. Ayat ini lebih melihat perkembangan manusia dari

sudut bagaimana seharusnya, menentukan perkembangan manusia menurut

ukuran mampu tidaknya menerima taqlif (beban kewajiban religius). (Mujib

dan Mudzakir, 2002).

Manusia akan terus tumbuh dan berkembang dan akan melewati setiap masa

periode perkembangan dalam kehidupannya, sehigga pada akhirnya manusia

akan mengalami periode terakhir dalam kehidupannya, yaitu masa usia

lanjut. Masa lanjut usia sering juga disebut sebagai usia tua tertera pada fase

yang ketiga diatas. Dimana usia tua adalah suatu periode penutup dalam

rentang hidup seseorang, yaitu dimana seseorang telah beranjak jauh dari

pada periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu

yang lebih bermanfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode

hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan

penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang,

(47)

7

Manusia semakin lama semakin tua. Karenanya, dimasa tua biasanya

seseorang akan semakin sering mengingat kematian dan sering kali hal ini

menjadi sesuatu yang menakutkan. Disamping itu individu lanjut usia merasa

kesepian dan sendirian. Pada masa tua, individu mulai meningkatkan

kegiatan keagamaan, bersosialisasi dengan teman yang seusia, berbagi

pengalaman dan meningkatkan kegiatan sosial (Hurlock, 1980).

Penghayatan keagamaan ternyata besar pengaruhnya terhadap taraf

kesehatan fisik dan mental lanjut usia. lanjut usia yang religius: dapat

menunjukkan penyembuhan penyakitnya lebih cepat, lebih kebal dan tenang

dalam operasi, lebih kuat dan tabah menghadapi stress, lebih tabah dan

tenang dalam menghadapi kematian dibanding yang tidak religius. Dan lanjut

usia yang tidak religius angka kematiannya dua kali lipat lebih besar dari

pada yang religius. Hawari (dalam Hidayati dan Yudiantoro, 2007). William

James mengemukakan bahwa “umur keagamaan yang sangat luar biasa

tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak kemampuan seksual

sudah berakhir”. Pendapat yang menyatakan bahwa usia tua merupakan

kurun waktu maksimum bagi perkembangan sikap keagamaan dibenarkan

oleh hasil kajian empirik mengenai hubungan antara umur dan sikap positif

terhadap agama. Argyle mengutip sebuah penelitian kuantitatif mengenai

masalah ini, termasuk penelitian yang dilakukan oleh Cavan yang

(48)

8

Penelitian ini menunjukan adanya kecenderungan untuk menerima pendapat

keagamaan yang semakin meningkat pada 60 sampai 100 tahun, sedangkan

pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai

100% setelah umur 90 tahun. (Rahayu Haditono, 2007).

Penelitian tentang kepuasan hidup masih jarang dilakukan, namun ada salah

satu penelitian tentang hubungan antara dukungan sosial dan kepuasan

hidup pada lansia yang dilakukan oleh Rismawati (2006), ia mengatakan

bahwa dukungan sosial akan memberikan beberapa pengaruh kondisi pribadi

lansia yang menerimanya, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan

dukungan sosial dan kepuasan hidup pada lansia.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa begitu permasalahan yang dihadapi lanjut

usia dewasa ini. Maka wajarnyalah untuk lebih memberikan perhatian pada

orang lanjut usia dengan lebih mengupayakan kebahagiaan, terutama dalam

upaya membentu menemukan kepuasan hidup bagi para lanjut usia, karena

pada dasarnya kepuasan hidup inilah yang paling dicari dan diinginkan oleh

manusia dalam setiap kehidupannya.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

(49)

9

pada lansia, karena pada lanjut usia, banyak perubahan peran dan minat

yang dialami oleh para lansia, begitu juga dengan kehidupan yang beragama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN HIDUP

PADA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI KAJIAN KEAGAMAAN DI

YAYASAN WAKAF PARAMADINA PONDOK INDAH PLAZA I ”

1.2. Identifikasi

Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis

mendefinisikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran religiusitas pada lanjut usia (lansia) ?

2. Bagaimana gambaran kepuasan hidup pada lansia?

3. Adakah hubungan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lansia?

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar masalah yang diteliti tetap selalu dalam jalurnya dan terarah maka

penulis membuat permasalahan sebagai berikut:

1. Religiusitas adalah manifestasi seberapa jauh individu menganut

agama, merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual

experience), ekspresi keagamaan sebagai sebuah nilai (Value),

(50)

10

practice), penggunaan agama sebagai coping (religious/spiritual

coping), dukungan penganut sesama agama (religious support),

mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai pentingnya

makna atau tujuan hidup (Meaning), sejarah keberagamaan

(religious/spiritual history), yaitu suatu tindakan memaafkan

(Forgiveness), komitmen beragama (commitment), mengikuti

organisasi/kegiatan keagamaan (organizational religiousness), pilihan

agama (religious preference), Religious preference memandang

sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan agamanya

(John E. Fetzer Institute, 1999). Dalam hal ini tidak dibatasi pada satu

agama saja, namun semua agama baik itu Islam, Kristen, Budha

maupun Hindu.

2. Kepuasan hudup adalah gambaran perasan seseorang yang

mempunyai semangat hidup, merasa tenteram dan bahagia serta

mampu untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan kondisi

dirinya maupun lingkungannya, sehingga dapat berarti bagi dirinya

maupun orang lain. Aspek yang menjadi denifisi kepuasan hidup yang

berasal dari berbagai ahli seperti Neugarten (dalam Fauziah, 2000)

yaitu:

1. Menikmati aktivitas hari, mencakup aktivitas

(51)

11

2. Dapat melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga

seperti memiliki arti hidup dan keberhasilan dalam hidup.

3. Suasana hati yang positif dan optimis, yaitu bahwa efek

positif kebahagiaan adalah optimisme tanpa perlu

dihubungkan dengan aktivitas atau aspek kehidupan,

lingkungan keadaan seseorang berkaitan dengan

kehidupan.

4. Kepuasan dengan kualitas dan kuantitas dari hubungan

sosial seperti memiliki hubungan yang hangat dengan orang

lain dan sangat berhubungan dengan lingkungan sekitar.

5. Konsep diri yang positif seperti menerima berbagai aspek

diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.

3. Lanjut usia adalah laki-laki maupun perempuan yang sudah mencapai

usia 60 tahun ke atas.

4. Penelitian dilakukan di Yayasan Wakaf Paramadina Pondok Indah

Plaza I

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

“Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kepuasan hidup pada

lanjut usia yang mengikuti kajian keagamaan di Yayasan Wakaf

(52)

12

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menemukan:

1. Apakah religiusitas berhubungan dengan kepuasan hidup pada

lansia?

2. Bagaimana gambaran religiusitas pada lanjut usia (lansia) ?

3. Bagaimana gambaran kepuasan hidup pada lanjut usia (lansia) ?

1.4.2. Manfaat Penelitian

1.4.2.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang

psikologi agama dan psikologi perkembangan tentang penelitian religiusitas

dan kepuasan hidup.

1.4.2.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat membantu memberikan informasi

dan referensi bagi mereka yang ingin meneliti, masyarakat luas dan segala

(53)

13

1.5.

SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan kerangka berfikir, penulisan ini dibagi menjadi 5 bab

yang disusun dalam sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Menguraikan tentang teori religiusitas, teori kepuasan hidup dan tentang

masa lanjut usia.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan pendekatan dan metode penelitian, definisi

konseptual dan operasional, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,

teknik uji instrument penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian, gambaran umum responden, deskripsi hasil Penelitian

Kategorisasi Skor Skala Religiusitas, Kategorisasi Skor

Skala,KepuasanHidup,Uji Hipotesis dan Hasil Utama Penelitian

(54)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kepuasan Hidup

2.1.1 Pengertian Kepuasan Hidup

Menurut kamus Psikologi J.P Chaplin (1989) Satisfaction atau kepuasan

adalah satu keadaan kesenangan dan kesejahteraan, disebabkan karena

orang telah mencapai satu tujuan atau sasaran.

Menurut kamus Oxford University Press (2000) Satisfaction adalah the

good feeling that you have when you have achieved something or when something you wanted to happen does happen; something that gives you this feeling.

Menurut Santrock (2002) kepuasan hidup (life satisfaction) adalah

kesejahteraan psikologi secara umum atau kepuasan terhadap kehidupan

secara keseluruhan. Kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks

kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut. Pendapatan,

kesehatan, suatu gaya hidup yang aktif, serta jaringan pertemanan dan

keluarga berkaitan dengan kepuasan hidup orang-orang dewasa lanjut

(55)

15

Santrock, (2002). Menurut teori Aktivitas (Aktivity Theory), semakin orang

dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan menjadi renta

dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan

kehidupannya.

Menurut Locke (dalam Munandar, 2001) perasaan-perasaan yang

berhubungan dengan kepuasan atau ketidakpuasan cenderung

mencerminkan pengalaman-pengalaman pada waktu sekarang dan lampau

dari pada harapan-harapan untuk masa yang akan datang.

Neugarten (dalam Fauziah, 2000) menyatakan terjadinya penurunan pada

orang lanjut usia ditandai dengan penurunan aktivitas, dan menurunnya

berbagai keterikatan sosial maupun psikologis

Alston dan Doodley (dalam Hurlock, 1996) megatakan bahwa kepuasan

hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati

pengalaman-pengalamannya, yang disertai tingkat kegembiraan.

Sesuai dengan uraian tersebut di atas penulis berasumsi bahwa kepuasan

hidupb orang lanjut usia asalah suatau gambaran perasaan seseorang yang

mempunyai semangat hidup, merasa tenteram dan bahagia serta mampu

untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan kondosi dirinya meupun

(56)

16

2.1.2. Indikator Kepuasan Hidup Lansia

Menurut konsep teori Neugarten (dalam Setianingsih, 1995) ada beberapa

indikator kepuasan hidup orang lanjut usia sebagai berikut:

1) Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi

kehidupannya.

2) Merasa telah berhasil dalam mencapai cita-citanya atau sebagian besar

tujuan hidupnya.

3) Berpegang teguh pada gambaran diri yang positif.

4) Mampu memelihara sikap yang optimis dan suasana hati yang bahagia.

5) Dapat merasakan senangan karena kegiatan yang dilakukan sehari-hari di

lingkungannya.

6) Mendapat dukungan sosial dari masyarakat.

Aspek yang menjadi definisi kepuasan hidup yang berasal dariNeugarten

(dalam Fauziah, 2000) yaitu:

1. Menikmati aktivitas keseharian, mencakup aktivitas sehari-hari. Lansia

menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan keluarga, lingkungan tempat tinggal, serta aktivitas yang

(57)

17

2. Dapat melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berharga.

Anggapan bahwa hidup seseorang bermakna dapat berarti merasa

berguna, memiliki tujuan, memiliki sikap positif terhadap situasi hidup

masa kini.

3. Suasana hati yang positif dan optimis.

Suasana hati adalah aspek dari kepuasan hidup yang banyak

memegang peranan penting menyatakan bahwa efek positif

kebahagiaan adalah optimisme tanpa perlu dihubungkan dengan

aktivitas atau aspek kehidupan, lingkungan keadaan seseorang

berkaitan dengan kehidupan.

4. Kepuasan dengan kualitas dan kuantitas dari hubungan sosial.

Sebagai manusia yang hidup ditengah manusia lain pengaruh

hubungan sosial pada masa tua tidak bisa diabaikan dalam membahas

kepuasan hidup, ikatan sosial yang lebih banyak menunjukkan

fungsional yang lebih sedikit.

5. Konsep diri yang positif

Konsep diri adalah anggapan, penghayatan, dan penilaian tentang diri,

ditandai dengan tingginya derajat penghargaan diri seseorang dari

(58)

18

2. 1. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup

Dalam penelitian yang dilakukan (Fauziah, 2000) kepuasan hidup orang

lanjut usia ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

1. Jenis aktivitas, Lanjut usia merasa senang dengan aktivitas yang

mereka lakukan, menganggap hidupnya penuh dengan arti dan

menerima dengan tulus kondisi hidupnya.

2. Jenis kelamin, Stewart dan Shapiro (dalam Fauziah, 2000),

mengatakan bahwa apabila mengalami kegagalan, pria tidak terlalu

negatif dalam mengevaluasi dirinya dan mempunyai kemampuan

memimpin yang lebih baik daripada wanita. Wanita yang berkewajiban

menjalankan tugas-tugas di rumah tidak mengenal pensiun, sehingga

kurang mendapatkan kesempatan untuk mencari hiburan. Shaffer dkk

mengatakan, bahwa pria lebih mandiri dan kompetitif. Dengan adanya

perbedaan tersebut maka menjadikan kepuasan hidup orang lanjut

usia pria lebih tinggi dari pada wanita.

3. Religiusitas, Moberg (dalam Fauziah, 2000) mengatakan bahwa

keyakinan terhadap Tuhan akan meringankan penderitaan saat orang

merasa sedih, kesepian dan putus asa serta mereka dapat

memperoleh kekuatan darinya. Orang lanjut usia yang kurang religius,

mempunyai tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah, sedangkan

yang religiusitasnya terbina dengan baik menunjukkan tingkat

(59)

19

4. Tingkat kemandirian dan lingkungan sosial (dalam Fauziah, 2000)

Kehilangan kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada

orang lanjut usia tidak selalu karena menurunnya kemampuan fisik

maupun mental, tetapi juga karena lingkungan sosial yang

menerimanya sebagai hal yang wajar dan membangun ketidak

mampuan dengan selalu menawarkan bantuan meski tidak diinginkan

dan dibutuhkan (Baltes, 1995). Keinginan untuk mandiri merupakan

faktor utama dari kemandirian, yaitu keinginan untuk melakukan

segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.

5. Tingkat pendidikan, Pendidikan sebagai suatu proses mencakup

semua bentuk aktivitas yang menstimulasi individu untuk berfikir,

berpartisipasi, dan berbuat sesuatu. Dan Pendidikan yang tinggi

memungkinkan seseorang untuk mencapai kedudukan yang lebih baik

(60)

20

2.2. Religiusitas

2.2.1. Pengertian

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang

melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas

lain yang didorong oleh kekuatan supernatural. Bukan hanya yang berkaitan

dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang

tak nampak dan terjadi dalam hati seseorang (Ancok dan Nashori, 2004)

Menurut kamus Psikologi J.P Chaplin (1989) Religion adalah satu sistem

yang kompleks dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan

upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau

makhluk yang bersifat ketuhanan.

Sedangkan religiusitas versi Glock & Stark (dalam Anchok dan Nashori,

2004), adalah rumusan brilian. Konsep tersebut mencoba melihat

keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tapi

mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan dalam Islam bukan

hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam

aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem menyeluruh, Islam mendorong

(61)

21

konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang

mampu memahami keberagamaan umat Islam.

Menurut gambaran Elizabeth K. Nottingham ( dalam Jalaluddin, 2007) agama

adalah gejala yang begitu sering “terdapat di mana-mana”, dan agama

berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna

dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama

dapat membangkitkan kebahagian batin yang paling sempurna, dan juga

perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu

dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam

masalah-masalah kehidupan sehari-hari.

Menurut Djarir dalam Suara Merdeka (2004). Religiusitas adalah suatu

kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang

disebut sebagai orang beragama (being religious), dan bukan sekedar

mengaku mempunyai agama (having religion). Religiusitas meliputi

pengetahuan agama, keyakinan agama, pengalaman ritual agama,

pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial

keagamaan.

Sedangkan menurut Diester (1989) menjelaskan lebih dalam mengenai

(62)

22

Fungsi agama tersebut merupakan wujud religiusitas individu yang berkaitan

dengan moral dan sosial individu. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai-nilai

moral manusia berupa keadilan, kejujuran, kesadaran, keteguhan hati dimiliki

tiap-tiap individu dan interaksi dengan Tuhan akan menuntut manusia untuk

menerapkan nilai-nilai yang benar. Hal ini berlaku pada saat individu

melakukan interaksi dengan sesama manusia.

2.2.2. Dimensi Religiusitas

Religiusitas menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitik

beratkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari

setiap agama atau golongan karena doktrin yang dimiliki oleh setiap agama

wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.

Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh John E. Fetzer

Institute (1999) yang berjudul Multidimensional Measurement of

Religiousness, Spirituality for Use in Health Research menjelaskan dua belas

dimensi religiusitas antara lain, Daily Spiritual Experiences, Meaning, Values,

Beliefs, Forgiveness, Private Religious Practices, Religious/Spiritual Coping,

Religious Support, Religious/Spiritual History, Commitment, organizational

(63)

23

Daily Spiritual Experiences merupakan dimensi yang memandang dampak

agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Daily

Experience merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan

dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap

interaksinya dalam kehidupan tersebut, sehingga Daily Experience lebih

kepada pengalaman dibanding kognitif.

Meaning adalah mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai

pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari rasa koherensi

fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis.

Pencarian makna juga telah didefinisikan sebagai salah satu fungsi kritis

agama. Frankl sendiri melihat makna dalam ketentuan agama.

Values adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti

mengerjakan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi, dan

sebagainya.

Konsep Belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa Indonesia

belief disebut keimanan. Yakni kebenaran yang diyakini dengan nilai dan

(64)

24

Forgiveness adalah memaafkan, yaitu suatu tindakan memaafkan dan

bertujuan untuk memaafkan bagi orang yang melakukan kesalahan dan

berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan

cinta.

Private religious practice merupakan prilaku beragama dalam mempelajari

agama meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk

meningkatkan religiusitasnya.

Religious/Spiritual coping merupakan coping stress dengan menggunakan

pola dan metode religius. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk

menghilangkan stress, dan sebagainya.

Religious support adalah aspek hubungan sosial antara individu dengan

pemeluk agama sesamanya. Dalam Islam hal semacam ini sering disebut

dengan al-Ukhuwah al-Islamiyah.

Religious/Spiritual history seberapa jauh individu berpartisispai untuk agama

dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan

(65)

25

Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya.

Organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa

jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat

dan beraktifitas di dalamnya.

Religious preference yaitu memandang sejauh mana individu membuat

pilihan dan memastikan agamanya.

Glock (dalam Jalaluddin, 2003) menjelaskan lima dimensi religiusitas antara

lain: ideologis, ritualistis, eksperensial, intelektual, dan konsekuensi.

Adapun menurut Jalaluddin (2003) menjelaskan dimensi ideologis merupakan

bagian dari keagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai.

Menurut Jalaluddin (2003) kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi

yang paling dasar. Inilah yang membedakan satu agama dengan agama

yang lainnya, bahkan satu mazhab dalam satu agama dari mazhab lainnya.

Menurut Jalaluddin (2003) ada tiga katagori kepercayaan:

Pertama, kepercayaan yang menjadi dasar esensial suatu agama, contohnya

kepercayaan kepada Nabi Muhammad SAW di dalam Islam, ketuhanan

(66)

26

Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan tujuan nilai illahi dalam

penciptaan manusia, sebagaimana Allah berfirman:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara

kamu yang lebih baik amalnya, dan dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun,” (Q.S Al-Mulk: 2)

Ketiga, kepercayaan yang berkaitan dengan cara terbaik untuk

melaksanakan tujuan illahi yang di atas. Orang Islam percaya bahwa untuk

beramal saleh, ia harus melakukan pengabdian kepada Allah dan berkhidmat

kepada sesama manusia. Orang Buddha percaya bahwa berbuat baik ialah

menjalankan delapan yang benar, misalnya bernafas yang benar, berbicara

yang benar, dan seterusnya.

Dimensi yang kedua adalah dimensi ritualistik. Dimensi ritualistik merupakan

dimensi keagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilaku. Yang

dimaksud dengan perilaku di sini bukanlah perilaku umum yang dipengaruhi

oleh keimanan seseorang, melainkan mengacu kapada perilaku-perilaku

khusus yang ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan,

pengakuan dosa, atau menjalakan ritus-ritus pada hari suci ( Jalaluddin,

(67)

27

Dimensi yang ketiga adalah dimensi eksperensial. Dimensi eksperensial

berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama.

Psikologi menamainya religious experience. Pengalaman keagamaan ini bisa

saja terjadi sangat moderat, seperti kekhusukan di dalam sholat atau sangat

intens seperti yang dialami oleh para Sufi, kebanyakan agama timur, seperti

Hindu dan Buddha.

Dimensi keempat adalah dimensi intelektual. Setiap agama memiliki sejumlah

informasi khusus yang harus diketahui oleh para pengikutnya. Ilmu fiqih di

dalam Islam menghimpun informasi tentang fatwa ulama berkenaan dengan

ritus-ritus keagamaan, perjanjian baru di dalam agama Kristen memuat

pengetahuan tentang Kristus dan para rasulnya. Sikap orang menerima atau

melihat ajaran agamanya berkaitan erat dengan pengetahuan agamanya itu.

Orang yang sangat dogmatis tidak mau mendengarkan pengetahuan dari

kelompok manapun yang bertentangan dengan keyakinan agamanya.

(Jalaluddin, 2003).

Dimensi yang kelima adalah dimensi konsekuensial. Dimensi konsekuensial

menunjukan akibat ajaran agama dalam perilaku umum, yang tidak secara

langsung dan secara khusus ditetapkan dalam agama seperti dalam dimensi

ritualistik. Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam kehidupan

(68)

28

Dari penjelasan para ahli yang memaparkan tentang pengertian religiusitas,

penulis menyimpulkan bahwa religiusitas adalah sistem nilai dan perilaku

yang mengatur kehidupan manusia agar selau berada pada jalan yang sesuai

dan dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup.

2.2.3. Religiusitas dalam Perspektif Islam dan Psikologi

Islam menyuruh umatnya untuk beragama (atau berislam) secara menyeluruh

(QS 2; 208). Setiap muslim berpikir, bersikap maupun bertindak,

diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial,

politik atau aktivitas apapun, si muslim diperintahkan untuk melakukannya

dalam rangka beribadah kepada Allah. Di mana pun dan dalam keadaan

apapun. (Ancok dan Nashori, 2004).

Sedangkan menurut Glock dan stark (dalam Ancok dan Nashori, 2004)

menilai bahwa kepercayaan keagamaan (teologi) adalah jantungnya dimensi

keyakinan. Teologi terdapat dalam dalam seperangkat kepercayaan

mengenai kenyataan terakhir, mengenai alam dan kehendak-kehendak

(69)

29

Disamping itu pula Glock dan Stark (Ancok dan Nashori, 2004) merumuskan

keberagamaan membagi menjadi beberapa dimensi dalam tingkat tertentu

yang mempunyai kesesuaian dengan Islam, yaitu:

a. Dimensi keyakinan dan aqidah Islam menunjukkan kepada seberapa

tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran

agamanya, terutama ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan

dogmatik. Dalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut

keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab

Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

b. Dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariat menunjukkan

pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan

kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh

agamanya. Dalam keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut

pelaksanaan ibadah sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an

dan sebagainya.

c. Dimensi pengamalan dan akhlak menunjukkan pada seberapa tingkat

Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu

sebagaimana individu beralas dengan dunianya, terutama dengan

manusia lainnya. Dalam dimensi meliputi perilaku suka menolong,

(70)

30

Religiusitas dalam pandangan psikologi khususnya yang dikemukakan oleh

tokoh psikologi yakni William James (dalam Jalaluddin, 2003) menyatakan

bahwa agama adalah perasaan, tindakan, pengalaman, individu dalam

kesunyian sejauh mereka melihat dirinya berdiri dihadapan apa yang mereka

anggap sebagai illahi. Menurut James, agama memberikan energi spiritual,

dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan

kepribadian, memperbantui daya hidup, dan memberikan makna dan

kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang beragama

akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan

bahwa agama adalah sumber kebahagiaan.

Kebahagiaan agama menurut James (dalam Jalaluddin, 2003) ditandai

dengan hilangnya upaya untuk melarikan diri. Anjuran positif untuk berserah

diri dan berkorban tampak terjadi pada kehidupan beragama sehingga

mempermudah dan meringankan apa saja yang niscaya terjadi. Agama

mendatangkan kebahagiaan dan bukan mendatangkan kesedihan dan

(71)

31

2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas

Thoules (1995) mengemukakan empat faktor keberagamaan yang

dimasukkan dalam kelopok utama, yaitu:

1. pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial

(faktor social) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam sikap

perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang

tua, tradisi-tradisi sosial untuk menyesuaiakan dari dengan berbagai

pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.

2. berbagai pengalaman yan

Gambar

Tabel 3.1 Blue print kepuasan hidup (Try Out)
Tabel 3.2 Blue print Religiusitas ( Try Out )
Tabel 3.2 Blue print kepuasan hidup (Field Test)
Tabel 3.3 Blue print Religiusitas (Field Test)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jendela Interrupt merupakan jendela yang didisain sebagai tampilan yang digunakan untuk mengatur nilai-nilai dari variabel yang terdapat pada jendela utama.. Pada jendela

Pada penelitian ini akan dirancang suatu implementasi jaringan smarthome berbentuk prototype miniatur rumah modelsmarthome yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan modul

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, cetakan pertama, (Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Dan Pusat Studi Hukum Tata Negara

kemiskinan absolut menggunakan garis kemiskinan kabupaten kampar 2014 termasuk ke dalam kategori tidak miskindan tingkat kesejahteraan dengan menggunakan 14 indikator

Kadar protein hasil ekstraksi dari batang nanas berdasarkan variasi ammonium sulfat yeng semakin tinggi konsentrasi ammonium sulfat semakin banyak kadar protein enzim

diindikasikan bahwa dengan penerapan gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin organisasi maka akan mempengaruhi motivasi kerja para karyawan yang lebih lanjut akan

Penelitian dilakukan untuk merancang dan membuat sebuah model alat pembersih lantai menggunakan sensor inframerah sebagai penghitung jarak yang di tempuh, driver motor

Untuk uji transferabilitas ini peneliti akan mengecek laporan apakah telah sesuai dengan struktur yang benar sesuai pedoman STAIN Kudus dan mendiskusikan dengan