• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Bermain Peran (Role PLaying) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA Dalam Konsep Substansi Genetika : Eksperimen di SMA Dua Mei Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Bermain Peran (Role PLaying) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA Dalam Konsep Substansi Genetika : Eksperimen di SMA Dua Mei Ciputat"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

SUBSTANSI GENETIKA

(Eksperimen di SMA Dua Mei Ciputat)

Oleh:

MAFTUHAH

102016023905

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Iarnlvah

Untuk Memenuhi Mel1callai

Gelar Sarjana Pendidikan

OIelt : MAFTUHAH

102016023905

Dibawah Bimbingan

aセェ

Ir. Maltmnd1Vi. Siregar,M.Si

NIP. 150 222 933

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

SMA Dua Mei Ciputat)" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

DIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

9

September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SI) pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahllan Alam (IPA) Program Studi Biologi.

Jakarta, 9 September 2008

Sidang Munaqasyah

Tanggal

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) II'. H. Mahmlld m. Siregar, M.Si

NIP: 150 222 933

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana SlIsanti, M.Sc

NIP: 150299475

Penguji I

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP: 150231 502

PengujiII

Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP: 150299475

Tanda Tangan

Mengatahui,

Dekan Fakultas Ihnut。イセ。ョ Keguruan

\ .

Prof. Dr. D e Ro ada MA
(4)

(Eksperimen di SMA Dua Mei Ciputat)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran bermain peran (role playing) terhadap hasH belajar siswa dalam konsep substansi genetika. Penelitian ini dHakukan di Sekolah Menengah Atas, Ciputat, Banten. Metode yang dignnakan adalah ekspe'rimen semu (quasi experiment)dengan rancangan berbentuk two group randomized subject post test only yang sampelnya secarapurposive sampling masing-masing 30 siswa, baik untuk kelas eksperimen yang menggunakan model ー・ュ「・ャセオ。イ。ョ bermain peran (role playing)maupun kelas kontrol yang menggunakan metode kovensional.

HasH analisis data menunjukkan bahwa: (l) terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran belmain peran(role playing) terhadap hasH belajar siswa, (2) hasH belajar siswa yang menggunakan pembelajaran bermain peran (role playing) lebih besar dari pada hasH bel1ijar siswa yang menggunakan metode konvensional, (3) model pembelajaran bermain peran (role playing)dapat meningkatkan pengnasaan siswa terhadap suatu konsep.

Kata kunci: pembelajaran bermain peran, hasH belajar

ABSTRACT

ROLE PLAYING TEACHING MODEL INFLUENCE BASED ON LEARNING RESULT OF SMA STUDENT XII

IN GENETICS SUBSTANCE CONCEPT (Experiment Research at SMA Dua MeioCiputat)

The aimed ofthis research to finding out influence ofrole playing teaching model based on learning result of SMA student in genetics substance concept. This research was done at Senior High School Ciputat, Banten. The method is resort to quasi experiment with have the form of design two group randomized subject post test only at sample according to purposive sampling respective 30 students, both for experiment class is use role playing teaching model although control class is use conventional method.

The result ofthe research appointed: (l) there are significant role playing teaching model influence based on learning result student, (2) the student learning result that using role playing teaching model is higher than student learning result that using conventional method, (3) role plCJi;Jing teaching model can help the student in mastering a concept.

(5)
(6)

atas segala nikmat, rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi. Shalawat dan salam penulis curahkan ke haribaan al-Mustofa Nabi Muhammad saw yang telah mencurahkan segala cinta untuk umat manusia.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari orang-orang yang berhati budiman, yang terus mendukung penulis selama penyusunan, tentunya penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

I. Bapak Prof. Dr. Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatuUah Jakarta.

2. Bapak Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahun Alam (IPA) sekaligus pembimbing yang bersedia menyisihkan waktu untuk mengarahkan, mengoreksi, memperhatiki.ln dengan seksama penyusunan skripsi ini. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Drs. Ahmad SofYan, M.Pd, Dosen Penasihat Akaelemik yang memberi segala perhatian, bimbingan dan motivasi dalam menulis.

4. Terima kasih khusus kepada Dr. Zulfiani, M.PeI, yang (elah meminjamkan buku koleksi pribaelinya kepada penulis, memberikan dorongan untuk secepatnya menyelesaikan skripsi dan menyediakan Viaktu, sampai pada akhirnya penulis mendapatkan buku primer yang memberi energi pada penulis.

(7)

penulis gantikan, bapak Mudin, bu Murni yang membantu penulis selama penelitian. Dan seluruh siswa-siswi SMA Dua Mei, khususnya kelas XII yang telah bersedia memberikan waklunya unluk menjadi sampel.

7. Unluk kakekku KH. Hadrawi Nahrawi (aim), KH. Kholil Ghozali, nenekku Hj. Siti Asia/Nyai Indana(aim), Hj. Siti Faridah(aim) dan Hj. Siti Muslimah. Khusus unluk Ahmad Nyarwi, M.Si dan Khalilah, M.Pd, adik-adikku Zainal Alim di Surabaya, Khairul Abror, Mufarrohah dan Abdul Mujib di Yogyakmta, Badruttamam di Ponpes Assafiiyah Jakarta, adik bungsu penulis Ahmad Fuad (Rafuad) di Singkawang, semangat selalu.

8. Terakhir, terima kasih tiada terkira unluk Ramah Kholil Ghozali dan Nyi' Nurlaila Hadrawi, yang mengasuh, mencintai, dan menyayangi penulis dengan sepenuh hati. Dengan cinta, rindu dan bakti, penulis persembahkan tugas akhir kuliah ini.

Jakarta, 8 Agustus 2008

(8)

Lembar Persetujuan Pembimbing iii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian iv

Abstrak v

Motto vi

Kata Pengantar viii

Daftar lsi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran ,... xv

BABI PENDAHULUAN

A. LataI' Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Pembatasan Masalah 6

D. Perumusan Masalah 6

E. Manfaat Penelitian 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 8

1 Model Pembelajaran Bermain Peran(Role Playing) 8 1.1 Pengertian Model Bermain Peran (Role Playing) 8 1.2 Tujuan Model Bermain Peran(Role Playing) 9 1.3 Kapan Pelaksanaan Model Bermain Peran

(Role-Playing) 11

1.4 Langkah-Iangkah Penerapan Model Behnain Peran

(RolePlaying) II

(9)

2.1 Pengertian HasH Belajar 21 2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 27

a. Faktor 1ntemaI 27

b. Faktor EkstemaI 28

2.3 Prosedur Pelaksanaan HasH Belajar 32

2.4 Evaluasi Pelaksanaan Hasil Belajar 32

3 Sintesis Protein 32

3.1 Tahap-tahap Sintesis Protein 32

3.2 Kode Genetik 33

3.3 Mekanisme Penyampaian Kode Genetik 33

3.4 Macam-macam Asam Amino 33

B. Kerangka Berpikir 34

C. Pengajuan Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan Penelitian 39

Tempat dan Waktu Penelitian 39

Metode Penelitian 39

Populasi dan Teknik PengambHan Sampel ,. 40

Teknik Pengumpulan Data

<...

41

F< Instrumen Penelitian 41

<G. Teknik Analisis Data 46

H. Hipotesis Statistik 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Biologi Dengan Model Pembelajaran Bermain

Peran (Role Playing) di SMA Dua Mei Ciputat 50

(10)

I. Uji Normalitas 54

2. Uji Homogenitas 55

3. Pengujian Hipotesis 55

4. Pembahasan HasH Penelitian 57

BABV PENUTUP

A. Kesimpulan 60

B. Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

(11)

2. Raneangan Penelitian 40

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

4. Distribusi Frekllensi NHai Biologi Siswa Kelas Eksperimen 51

5. Distribusi Frekuensi NHai Biologi Siswa Kelas Kontrol 53

6. Uji Normalitas HasH Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kon-trol... 54 7. HasH Uji Homogenitas... 55 8. HasH Uji t HasH Belajar Biologi Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelom

pok Kontrol 55

9. Kode Genetik Asam Amino 92

10. Jenis-jenis Asam Amino dan Kodonnya 93

I J. Kunei Jawaban Instrumen Tes Sintesis Protein 106

12. Uji Validitas Instrumen 107

13. Uji Reliabilitas 109

14. Kunei Jawaban Tes Sintetis Protein 115

15. NHai HasH Belajar Biologi Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 116 16. Persiapan Uji NOlmalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen. 119 17. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol... 120

18. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 121

19. Perhitungan Normalitas Kelas Kontrol 123

20. Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Pekerjaan 128

(12)

2. Bagan Langkah Model Bermain Peran 16

3. Bagan Struktur Model Bermain Peran 17

4. Bagan Bermain Peran Menurut Oemar Hamalik 17

5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 30

6. Bagan Kerangka Berpikir... 37 7. Histogram dan Poligon Nilai Biologi Siswa Kelas Eksperimen 52

8. Histogram dan Poligon Nilai Biologi Siswa Kelas Kontrol 53

9. Kurva Penerimaan dan Penolakan Ho 56

10. Sintesis Protein 85

11. Translasi Konsep Dasar 85

12. Sintetase tRNA-aminoasil Menggabungkan Asam Amino Spesifik

ke-tRNA... 86

13. Anatomi Suatu Ribosom 87

14. Inisiasi Translasi 88

15. Sintesis Protein Sederhana 88

16. Siklus Elogansi 89

17. Terminasi Translasi 89

18. Poliribosom 90

19. Transkripsi dan Tranlasi Yang Dipasangkan Pada Bakteri 90

20. Ringkasan Transkripsi dan Translasi Dalam Sel Eukariotik 91

21. Bagan Fungsi RNA 92

22. Kartu yang Memiliki Triplet DNA, Diletakkan Berurutan dari Kiri

ke-Kanan 94

23. Kartu yang Memiliki Kodon pada mRNA, Diletakkan Berurutan dari

Kiri ke Kanan . 95

24. Gantungan Pakaian(hanger) dengan Kartu yang Bertuliskan Antikodon,

(13)
(14)

2. Skenario Pembelajaran 80

3. Gambar-gambar Proses Sintesis Protein 85

4. Bahan-bahan Model Pembelajaran Bermain Peran(Role Playing) 94 5. Prosedur Model Pembelajaran Bennain Peran(Role Playing) 97 6. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Bennain Peran(Role Playing) 99

7. Instrumen Penelitian Sintesis Protein 101

8. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Sintesis Protein 106

9. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Penelitian (tabel) 107

10. Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian 108

II. Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Penelitian (tabel) 109

12. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian 110

13. Hasil Instrumen Penelitian yang Valid dan Reliabel III

14. Kunci JawabanlnstlUmen Penelitian yang Valid dan Reliabel... liS 15. Nilai Hasil Belajar Biologi Kelompok Eksperimen dan Kontrol 116 16. Perhitungan Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok

Eksperi-men 117

17. Perhitungan Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol... 118 18. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen 119 19. Persiapan Uji Nonnalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol 120

20. Uji Nonnalitas Kelompok Eksperimen 121

21. Uji Nonnalitas Kelompok Kontrol 123

22. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan

Kon-trol 125

23. Perhitungan Pengujian Hipotesis 126

24. Profil SMA Dua Mei Ciputat 127

25. Tabel Nilai r Product Momen 131

(15)

30. Uji Referensi ]39

31. Surat Bimbingan Skripsi ]45

32. Surat Riset ,. ]46

33. SuratKeterangan Dari Sekolah ]47

(16)

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan j!ainnya, maim secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Temyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh Hanushek (1979,1981) teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan

hanya terjadi dalam situasi ekonomi dan industrL1

Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented. Diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Diskusi tersebut memberikan pemahaman ballwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not slifficient condition to improve student achievement).

I Hhtp://www.isee.co.id/indekx.php?go=viewnews&id=2. akses: Selasa, 29 November

(17)

Di samping itu, mengingat sekolah sebagai unit pelaksanaan pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi peselia didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan.

Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepereayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.

Walaupun demikian, agar mutu tetap teljaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati seeara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanyabenchmarking).

Pemikiran di atas telah menderong muneulnya pendekatan bam, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang hams berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality Improvement.

Dalam konteks sejarah, persoalan pendidikan bailc yang fonnal maupun informal, seperti sekolah atau belajar sendiri (otodidak), memang bangsa Indonesia mewarisi nilai-nilai nuansa pendidikankolonial (Belanda, Jepang & Inggris). Tiada mampu terlepas dari belenggu yang menghilangkan pengalaman lokal itu.

(18)

8eperti kesaksian Prof. Dr. 8lamet Iman 8antoso: "Kita semua belajar dari buku-buku cetakan terakhir secm'a lengkap. Catatan atau diktat sepanjang mengikuti jam pelajaran merupakan pelengkap dari pengalaman guru, yang tidak tertulis dalam buku-buku?

Dengan demikian dalam proses belajar mengajar pada suatu kelas guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, sesuatu informasi yang disampaikan dengan metode yang baru dengan kemasan yang bagus, didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang baru pula sehingga menarik perhatian siswa dalam belajar.

8enada dengan argumen yang lebih dahulu, dapat diambil satu pernyataan bahwa guru harus tahu peserta didik memerlukan aturan mengatur kelas dan meningkatkan kemampuan mengajar yang sesuai.3

Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan bermakna salah satunya adalah dengan pemilihan metode pelajaran yang tepat dan menarik dalam arti disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang akan 、ゥセ。イォ。ョL melibatkan keaktifan siswa baik secara fisik, intelektual dan emosional sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Paradigma menghafal fakta dalam mempelajari pelajaran, sebaiknya dikembangkan menjadi memahami sehingga siswa dapat mengembangkan daya pikirnya. Guru sebagai pendidik, memberikan motivasi belajar agar siswa dapat memecahkan masalah dan siswa sebagai anak didik mempergunakan kesempatan untuk belajar dengan sebaik-baiknya.

Darling-Hammond et al. (I995) menekankan bahwa guru sebagai pemimpin membuka cara baru dalam melakukan sesuatu dan pandangan model pembelajaran meningkatkan pengalaman pendidikan siswa.4

Oleh karenanya, selain sebagai pengajar guru juga merupakan seorang

2 Sindhunata (Editor), Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman (Citra Guru; J.

Sudarmima),(Yogayakarta: Kanisius, 200l), h.257

3 Unni Vere Midthassel, Creating a Shared Understanding of Classroom Management,

(London: SAGE Publications, Vol. 34 No 3 July 2006), BELMAS (Journal of the British Educational Leadership, Management &Administration Society),h. 365.

4 James S. Pounder, Trans/omo/lonal Classroom Leadership, (London: SAGE

(19)

pembimbing. Sehingga fungsi-fungsi guru menurut Dewa Ke:tut Sukardi adalah :5 a. Guru sebagai perancang pengajaran (Designer of instruction). Guru dituntut

memiliki kemampuan untuk merencanakan atau meraneang kegiatan belajar mengajar seeara efektif dan efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan yang eukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar sebagai suatu landasan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.

b. Guru sebagai pengelola pengajaran (Manager of instruction). Guru dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan meneiptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien.

c. Guru sebagai penilai belajar siswa (Evaluator of student learning). Guru dituntut untuk seeara terus-menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah dieapai siswa-siswanya dari waktu ke waktu.

d. Guru sebagai motivator dan pembimbing, dituntut untuk mngadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.

IPA merupakan suatu i1mu pengetahuan yang sifatnya pasti dan empiris, hal ini dibuktikan dalam mempelajari IPA, siswa harus mernpelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah teltenm. Proses itu rnisalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat sedang mengumpulkan dan menganalisis data.

Dengan menggunakan proses dan si!eap ilmiah itu siswa akan memperoleh penemuan yang dapat berupa fakta atau teori, dan penemuan-penemuan itu yang disebut produk IPA. Dengan demikian seeal'a garis besar IPA dapat didefinisikan terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) sikap i1miah, (2) proses ilmiah, (3) produk ilmiah.

Selama ini proses transfer pengetahuan biologi dari guru ke siswa masih banyak mengandalkan buku, sedangkan kegiatanpraktikumierbatasbahkan tidak ada. Pembelajaran semacam itu bukan saja membuat bosan para siswanya, namun membuat pemikiran mereka kurang berkembang, siswa kurang dilatih untuk peka terhadap permasalahan disekitar dan belajar bagaimana rnemeeahkan masalah menurut kemampuannya.6

5 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2002), h.2t

(20)

Cara yang paling penting adalah bagaimana siswa tersebut memiliki perasaan yang sama dengan guru mata pelajaran untuk selalu berkreatifitas mengembangkan dan belltiar tetang konsep-konsep pelajaran biologi yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Caranya adalah menumbuhkan rasa motivasi dari siswa itu sendiri. Apabila siswa telah memiliki keinginan untuk mengetahui, mengamati, mempelajari dengan serius, maIm hubungan antara guru dan murid akan mengalami sinergitas yang pada akhimya akan membuat hasil akhir(out put)menjadi lebih baik.

Dalam pelaksanaan pengajaran biologi perlu adanya penerapan metode atau model pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat difahami oleh siswa. Salah satu metode tel'sebut adalah bermain peran (role playing). Dengan metode ini diharapkan siswa akan semakin senang dan mudah menangkap esensi dari materi yang disampaikan.

Bermain peran (role playing) sebagai model pembelajaran bukan saja mengakal' (roots) secal'a pribadi tetapi juga pendidikan yang berdimensi sosiae Model bermain peran sangat cakap dalam berbagai bidang dan dapat dipakai untuk beberapa pendidikan objektif yang penting.8 Pelajar dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengetahui kekuatan mereka, mendapatkan pengalaman baru, menangani masalah dan memperbaiki masalahnya dengan mendapatkan solusi.

Oleh sebab itu, sistem pembelajaran dengan learning by doing dan alur komunikasi dialogis antara guru dengan siswa dalam mempelajari biologi harus ditingkatkan.Disamping itu perlu dilakukan sebuah tel'obosan agar siswa mampu memproses informasi atau pengetahuan sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut menjadi bennakna dan mudah ditel'ima.

Dengan demikian model pembelajaran bennain peran (role playing) diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai konsep-konsep dan prinsip-pl'insip biologi yang masih abstl'ak, seperti Substansi Genetika.

7Bruce Joyce, dkk, Models of Teaching, (USA: Allyn and Bacon, 2000),Sixth Edition,

h.59.

(21)

protein.

(22)

I. Model Pem belajaran Bermain Peran (Role Playillg)

1.1 Pengertian Model Bermain Peran(Role Playillg)

Bermain peran atau role-play sudah sangat populer dalam dunia pembelajaranlpelatihan. Secara harfiah bermain peran berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara dan bertindak) seperti peran yang dimainkannya. t

Situasi suatu masalah diperagakan secara singkat, dtmgan tekanan utama pada karakterlsifat orang-orang, kemudian diikuti oleh diskusi tentang masalah yang bam diperagakan tersebut? Dalam betmain peranpeserta meniru dan bertingkah laku sesuai dengan aturan karakter, atau bagian-bagian, yang dimiliki oleh pribadi, motivasi dan latar belakang yang berbeda dari diri mereka sendiri.3

Dari pengertian di atas dapat disimak bahwa bermain peran juga terjadi dalam situasi timan atau buatan seperti simulasi. Memang, bermain peran sangat mirip dengan simulasi, bahkan Robert Gilstrap memasukkan sebagai bagian dari simulasi juga ada bermain peran:

Simulasi merupakan reproduksi sederhana, atau model suatu fenomena, proses atau situasi dalam kehidupan sebenamya. Simulasi dan bennain peran hanya berbeda dalam hal apa yang ditekankan. Pada permainan simulasi, proses dan pola interaksi sosiallebih ditekankan. Pada simulasi, proses dan pola interaksi sosial lebih ditekankan, sementara pada bennain peran lebih ditekankan perkembangan karakter, pembangkitan perasaan pemain dan kreativitas kemampuan individu untuk mengkomunikasikan buah pikirarmya.

I Atwi Suparman, Model-model Pembelajaran lnlerakt![, (Jakarta: STIA-LAN Press,

1997), h. 91; Iihat juga Rocstiyah N. K., Slralegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rincka Cipta, Oktober, 2001), cct. Ke-6, h. 90-93.

(23)

Perasaan atau emosi dari mereka yang terlibat dalam suatu perl11asalahan dalam Iingkungan dapat diekspresikan oleh siswa yang bennain peran.5 Bennain peran(role playing)juga adalah penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman.6 Dalam model pembelajaran ini, siswa mendapat peran untuk dimainkan, sehingga dengan demikian l11ereka benar-benar terlibat dalal11 pennasalahan.

Esensi dari bennain peran (role playing) adalah ket,erlibatan pemain dan pengal11at dalam situasi masalah yang nyata dan l11enginginkan solusi yang diterima apa adanya ditimbulkan keterlibatannya.7Dengan d,el11ikian pelajm' dapat l11enemukan, mel11ahami inti dari pokok bahasan dalam proses bermain peran, khususnya dalam diskusi.

1.2 Tujuan Model Bel'main Peran (Role Playing)

Bennain peran digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan l11el11berikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih l11enumbuhkan kesadaran dan kepekaan sosial serta sikap positif, di sal11ping menemukan altematif pemecahan masalah. Dengan perkataan lain,. melalui bermain peran, siswa diharapkan l11ampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.8

Bermain peran adalah teknik yang berguna untuk berpikir tentang situasi yang sulit sebelum situasi itu terjadi. Oleh karena itu pelajar mempunyai persiapan respon yang bagus lIntlik setiap peristiwa berbeda yang dapat muncul.9

Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan keljasama, komunikatif dan menginterpretasikan suatu kejadian.1O Latihan bermain peran memotivasi pelqiar, mengembangkan kurikulum tradisional dan

5Susilo, Herawati, dkk,Kopilo Se/eklo Pendidikon Bioiogi,(Jakarta: UT Press, 2002), h. 239

6 Oemar Hamalik, Pendekatan Barll Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA,

(Jakarta: Sinar Baru Aigesindo, 2001), eel. Ke-2, h. 48 7Bruce Joyce,dkk,Op.Cil.,h.60.

8Atwi Suparman,op.cit.,h. 92

9 Role Playing Preparing For Difficult Situations,

http://www.mindtools.com/CommmSkl1?RolePlaying.htm. h.l, (5-12-2007)

10 Ahmad Sudrajat, Model Pembelajaran,

(24)

mengajarkan kemampuan kecakapan (rea/-wor/d)ll. Untuk memecahkan suatu masalah agar memperoleh kesempatan untuk merasakan perasaan orang lain.12

Sangat jarang pelajar mengambil hikmah dari beberapa kejadian sebagai bagian dari kesatuan yang diajarkan dengan pelajaran yang menarik dan langsung.13 Simulasi masalah sehari-hari (rea/ life) membantu pelajar mengembangkan pemikiran kritis dan kemampuan mengatasi masalah.l4

Dalam permainan bermain peran, konsep "menang" dan "kalah" tidak adal5• Hal inilah yang menjadikan perbedaan mendasar bermain peran dari permainan pentas (board games), main kartu (card games), olahraga dan tipe permainan lainnya.l6 Yang paling penting adalah bagaimana pesel1a didik bermain peran dalam permainan.

Tujuan pelajar sebagai pemain membantu membuat cerita dan menjadikannya menyenangkan.17 Simulasi bermain peran ュャセイオー。ォ。ョ eksperimen yang sangat kuat sebagai tantangan bagi pelajar, tidak hanya secara logika tapi juga emosional.18

Tujuan bermain peran adalah membuat menyenangkan, kreatif dan bersama-sama.l9 Belmain peran juga membantu pelajar mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi.20 Jnilah yang merupakan tekanan utama dalam bermain peran yang membedakannya dari simulasi. Simulasi lebih menekankan pada pembentukan keterampilan, sedangkan pembentukan sikap dan nilai

Learning, and

II Rebecca Teed, Role-Playing Exercises, http://serc.carleton.edulintrogeo/roleplaying!,

h.l, (5-12-2007)

12A. Surjadi,op.cit.,h. 73

13Rebecca Teed,Ioc.cit.

14 Patricia K. Tompkins, Role Playing/Simulation, Journal,

httn://iteslj.org/Techniguesffompkins-RolePlaying.htm!' h.3, (5-12-2007)

I Role-Playing?,http://www.hoboes.com/puh/Role-Playing/RPG.html. h.l, (5-12-2007)

" Role-playing game,http://en.wikipedia.org/wiki/Role-playinggame, (5-12-2007)

17 What Is Role-Playing?, http://www.hoboes.com/publRole-PlayingIRPG.html. h.l,

(5-12-2007)

18

Role Play Simulation for Teaching

ィエエーZOOキキキNイッャ・ーャ。ケウゥュNッイァAー。ー・イウO、・ヲ。オャエN。ウー_tッーゥ」セエッ」XN h.l, (5-12-2007)

19Role Playing,http://www.hoboes.com/publRole-Playing/RPG.html. h.2, (5-12-2007) 20 Teaching/ Learning Models, http://hagar.up.ac.za/catts/learher/cooplrn/b3.html, h.6,

(25)

merupakan tujuan tambahan.21

1.3 Kapan Pelaksanaan Model Bermain Peran(Role Playing)

Waktu untuk bennain peran sangat fleksibel sesuai dengan situasi yang diperankan. Pembagian waktu dalam pembelajaran haruslah dilakukan secelmat mungkin sehingga semua langkah dapat diikuti. Untuk "bermain peran" sl\ia waktu yang baik berkisar antara 15-30 menit. Kalau terlalu singkat pemeran mungkin tidak sampai pada pemecahan masalah, tetapi kalau terlalu lama akan membosankan. Yang memerlukan waktu lama adalah persiapan dan lindak lanjutnya.22

Agar bennain peran dapat berlangsung efektif, dorongan atau motivasi berupa penguatan harus selalu diperhatikan oleh peng!Uar. Disamping itu, pengajar hendaknya juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengarahkan diri sendiri.23 Sebelum pennainan dimulai, para pemain mengembangkan konsep peran yang akan mereka perankan.24

Bermain peran atau role playing digunakan saat pembelajaran yang memerlukan pemahaman yang lebih mendalam pada pokok bahasan yang abstrak sehingga dapat divisualisasikan agar mudah dimengerti dan dipahami oleh pelajar.

1.4 Langlrnh-Iangkah Penerapan Model Bermain Pemn(Role Playing) Menurut Atwi Supannan latihan bennain peran dapat menjadi pekerjaan yang berat bagi guru, bukan saja dalam persiapan tetapi juga dalam pelaksanaan. Walaupun begitu, cenderung terbayar dengan syarat minat/motivasi dan hasil prestasi pelajar.25

1.4.1 Persiapan

Untuk mempersiapkan sajian melalui model bennain peran, pengajar/ instruktur perlu melakukan hal-hal berikut: Memilih situasi/topik serta

games),

http://en.wikipedia.org/wikilrole-Role-Playing,

21Atwi Suparman,op,cit.,h. 92 22Atwi Suparman,ibid,hal. 97 23Atwi Suparman,ibid,h.93

24 Character Creation, (role-paying

playing game. h.6.

2S

How to Teach Using

(26)

mengembangkannya seperti yang sudah dicontohkan di atas. Mempersiapkan latar/peralatan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang akan diperankan.26

Kegiatan ini biasanya didahului oleh kegiatan memaparkan keadaan yang hendak dimainkan sampai jelas. Umumnya dipilih situasi yang menimbulkan konflik untuk dimainkan. Guru juga dapat menyiapkan sencliri kegiatan bermain inL Mereka dapat memilih isu-isu yang secara langsung atau ticlak langsung mempengaruhi siswa.27

1. Perasaan

A. Eksplorasi setiap perasaan/pandangan peserta B. Eksplorasi perasaan peselia yang lain

C. Memerankan atau mengulang kembali perasaannya II. Sikap, Nilai dan Persepsi

A. Identifikasi nilai kebudayaan atau cabang kebudayaan B. Klarifikasi dan evaluasi nilai dari sendiri dan nilai konflik III. Sikap dan Kemampuan Mengatasi Masalah

A. Membuka kemungkinan solusi B. Kemampuan indentifikasi masalah

C. Kemampuanmengambil solusi altematifyang umum

D. Kemampuan mengevaluasi pada diri sendiri dan yang lain dalam mencari solusi altematif masalah.

E. Pengalaman yang berharga dan membuat keputusan akhir dalam menyoroti pengalaman yang telah berlangsung.

F. Analisis kriteria dan perkiraan altematif (anlyzing criteria and assumptions behind alterantives)

IV. Pokok Bahasan

A. Perasaan peselia(frelings ofparticipants)

[image:26.595.74.483.178.545.2]

B. Realitas sejarah: tentang krisis (historical crises),、ゥャセZュ。L dan keputusan

Tabell Fokus Pembahasan yang Mungkin dalam B,)rmain Peran (Sumber Bruce Joyce, Marsha Weil with Emily Calhoun, Models ofTeaching,

USA, Allyn and Bacon, 2000, hal. 72)

Pertama yang diperlukan adalah menata kelas dan kondisi peserta didik, dimana semua siswa dapat melihat permainan. Kedua, bennain peran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terpisah, sehingga tidak mengganggu satu

26Atwi Suparman,ibid,hal. 98

(27)

dengan yang lain. Namun perlu dijaga agar ruangan-ruangan keeil tersebut tidak terlampau keeil, sehingga masih dapat dipantau oleh instruktur. Jika perlu eukup satu kali peragaan dan sisanya menjadi pengamat aktif.

Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam penerapan bermain peran adalah:

a. Setiap siswa sebaiknya dapat memerankan peran yang berbeda sehingga penghayatannya terhadap nilai dan sikap menjadi lebih mantap.

b. Untuk peserta dewasa, instruktur dapat mereviewhakikat (apa, mengapa, dan bagaimana) bermain peran, sehingga peserta lebih paham akan manfaat bermain peran.

e. Jika pemahaman terhadap peran berlangsung lambat, pengajar dapat meminta siswa membuat skenario, sehingga pemlainan menjadi lebih lanear.

d. Jika diperlukan, pengajar dapat memodelkan perma,inan peran, terutama peran-peran yang dianggap sukar untuk dihayati.

e. Peran yang akan dimainkan haruslah sesuai dengan tingkat kedewasaan dan pengalaman siswa.

f. Perlu diperhatikan bahwa penghayatan yang berbeda. terhadap peran yang dimainkan akan menghasilkan pemeeahan masalah yang berbeda pula.

Dengan demikian peragaan yang berlangsung dapat terkontrol dengan baik. Sehingga hasil yang diharapkan dapat tereapai. Disini diperlukan ketelitian dari instmktur untuk memberikan pemahaman rambu-rambu dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran bem1ain peran (role playing).

(28)

MATERI PEMBELAJARAN(INSTRUCTIONAL)

Menghonna -ti&empati

Analisis

ョゥャ。ゥFエゥョァセ kahlaku seseorang

Model Bermain Peran

Strategi menga tasi masalah

sendiri

Integritas

Senang

mengekspre

sikan

pendapat Kemampuanbemegosiasi

[image:28.595.82.478.96.683.2]

PENGASUHAN(NURTURANT)

Gambar 1 Efek Materi Pembelajaran dan Pengasuhan

1.4. 2 Pelaksanaan a. Pendahllillan

I) Instruktur menyajikan situasi/cerita dan mengundang respons siswa melalui tanya jawab.

2) Setelah siswa memahami situasi/masalah yang disajikan, kegiatan dilanjutkan dengan pemilihan pemeran. Kegiatan ini dimulai dengan menganalisis peran: peran apa saja yang harus dimttinkan dan siapa saja yang akan memainkan peran tersebut.

(29)

4) Menyiapkan pengamat, yaitu menetapkal1 siapa yang akan bertindak sebagai pengamat untuk setiap kelompok. Pengamat dilengkapi dengan lembar observasi/lembar pengamatal1 yang sudah disiapkan.

b. Kegiatan Inti

Bermain peran, dalam tahap ini kegiatan dapat diawali dengan mencoba/latihan terlebih dahulu, kemudian didiskusikan/dievaluasi. Setelah itu diadakan permainan ulang di depan kelas dengan perbaikan seperlunya. Jika permainan peran akan dilakukan dalam kelompok kecil, setiap kelompok dapat langsung bermain. Setelah itu diadakan diskusi dalall1 kelompok untuk memperbaiki permainan.

Salah satu kelol11pok kemudian diminta mengulang permainannya di depan kelas. Dalam tahap bermain ini, instruktur perlu sangat tanggap dan gesit dalam mengorganisasikan kelol11pok danjalannya kegiatan?8

c. Penutup

Penutup kegiatan bermain peran dapat diisi dengan evaluasi dan diskusi proses permainan yang telah dilakukan del1gan bertitik tolak dari hasil observasi pengamat, disal11ping bertanya langsung kepada pel11eran.

Setelah evaluasi/diskusi tentang proses permainan, siswa diminta merefleksikan pengalaman/penghayatan terhadap peran yang dimainkan. Refleksi ini l11erupakan takaran/ukuran pencapaian tujuan bermain peran. Apa yang dirasakan siswa ketika memainkan peran tersebut dan apa yang dapat dipelajari siswa dari perl11ainan ini merupakan kunci yang akan l11engungkap tingkat keberhasilan bermain peran.

1.4.3 ReviewlBalikan

Menjelang berakhirnya sesi, diadakanreviewdan balikan, yang dapat diisi dengan hal-hal berikut:

a. KOl11entar dari siswa tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada perl11ainan yang akan datang, berdasarkan pengalall1an berl11ain, serta b. Tindak lal1iut dari penghayatan siswa terhadap peran yang

dill1ainkannya untuk diterapkan dalall1 sikap hidupJ]ya sehari-hari.

(30)

Review dan balikan mempunyai peran yang sangat penting karena menentukan tingkat penghayatan dan "peranan atau pengamalan" peran yang dimainkan. Selain itu juga sebagai petunjuk untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Guru harus menjelaskan bagaimana kegiatan ini dapat diintegrasikan ke dalam silabus. Topik yang dapat diajarkan melalui bermain peran misalnya kebakaran hutan, hujan asam, pelclstarian sumber daya alam atau sintesis protein yang penulis teliti.

Secara rinci, bermain peran dapat terdiri dari 9 tahap seperti yang terlihat pada diagram. Namun, 9 tahap tersebut dapat pula dibuat menjadi 4 tahap besar seperti yang terlihat pada diagram berikut. Setiap tahap masih dapat dirinci menjadi langkah-langkah yang lebih kecil, yang akan diulas lebih lanjut dalam bagian penerapan bermain peran:

I. Pemanasan (penyampaian dan Menylliikan dan

pembahasan situasi) Membahas Situasi

.

.J,

2.

Pemilihan Peran

!

Menyiapkan

3.

Mengatur Tempat Main Pennainan

!

4.

Menyiapkar Pengamat

,j,

5.

Mencobakan Permainan

!

6.

Diskusi dan Evaluasi

Benuain

I

!

7. Mengulang Penuainan I

!

I

8.

Diskusi、。セ Evaluasi Pengungkapan

+

Pengalaman

I

(31)

Gambar 2 Bagan Langkah Model Bermain Peran

(Sumber Atwi Supannan,Model-Model Pembelajaran lnteraktij,Jakarta, STIA-LAN Press, 1997, hal. 95)

Tahap Petama: Tahap Kedua:

Pemanasau Kelomook Memilih Peserta

Identifikasi atau pengenalan masalah. Analisis pennainan.

Membuat masalah jelaslkongkrit. Memilih para pemaill.

Menginterpretasikan cerita masalah, memaparkan iSll.

Menielaskan bennain Deran.

Tahap Ketiga: Tahap Keempat:

Melll!3tur Pan!!!!Ull!! Menv!aokan Pen!!amat

Mengatur aturan Peran Menentukan apa yang dicari

Menyatakan kembali aturan-aturan Menetapkan tugas pengamat

Masuk ke situasi masalah

Tahap KeIima: Tahap Keenam:

MemeranIUllllMemainlmn Diskusi dan Evaluasi

Memulai bennain peran Balikan peragaan belmain peran

MenjagaimemeIihara bennain peran (kejadian, posisi, kenyataan).

Berhenti bennain peran Diskusi fokus utama.

Mengembangkan pelmainan selaniutnva

Tahap Ketujuh: Tahap K<edelapau:

Meugulang Berma!n Peran Diskus! dan Evaluasi

Memerankan pennainan yang direvisi; Sama dengan tahap keenam. Menunjukkan tahap selanjutnya atau

alternatif Derubahan tingkah laku.

Tahap Sembilan:

Berba!!! Pengalaman dan Men!!umnmkannva

[image:31.595.68.478.136.622.2]

Situasi masalah dihubungkan dengan kenyataan, pengalaman dan masalah terbaru. Mengeksplorasi prinsip-prinsip umum dalam tingkah laku

Gambar 3 Bagan Struktur Model Bermain lPeran

(Sumber Bruce Joyce, Marsha Weil with Emily Calhoun, Models a/Teaching,

USA, Allyn and Bacon, 2000, hal. 63)

I

Persiapan dan Instruksi

I

I

I

Aksi Drama dan Diskusi I

I

yang lengkap dan utuhProsedur Intrusksional

I

Penilaian I [image:31.595.69.448.559.676.2]

I

(32)

(Diadaptasikan dari Buku Oemar Hamalik,Pendekatan Barn Strategi Be/ajar Mengajar berdasarkan CBSA. h. 49)

Dalam setiap tahap atau tingkat memiliki tujuan khusus yang berkontribusi mengembangkan (richness) dan fokus pada aktivitas pembelajaran.29Diharapkan dengan tahap-tahap ini siswa lebih mendalami dan memahami dengan seksama.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengelola model bennain peran, pengajar/instruktur mempunyai peran sebagai berikut:30

a. Memilih dan menyiapkan situasi yang akan dimainkan. Situasi yang dipilih haruslah sesuai dengan karakteristik siswa dan mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.

b. Menyajikan situasi yang telah disiapkan dan mengadakan tanya jawab dengan siswa. Tanya jawab bermaksud untuk memancing respon siswa terhadap masalah yang disajikan.

c. Mendorong siswa untuk memilih peran yang akan dimainkan dan menghayati peran tersebut. Dorongan ini sangat diperlukan karena sering terjadi ada yang enggan untuk memegang peran tertentu.

d. Memberikan respon yang positif terhadap siswa, baik ketika mengungkapkan pendapatnya pada waktu tanya-jawab, maupun ketika bennain. Respon positif sangat perlu untuk menumbuhkan keberanian siswa berekspresi dan memecahkan masalah.

e. Menyiapkan lembar pengamatan yang akan memandu pengamat dalam mengamati pennainan. Lembar pengamatan berisi aspek-aspek yang akan diamati, seperti pemeranan, pengungkapan perasaan, sikap dan pemecahan masalah. Di samping itu, kriteria pengamatan seperti baik, sedang, kurang, atau sesuai dan tidak sesuai harus dicantumkan.

f. Mengelola permainan peran secara menye1uruh. Sajian dengan permainan peran merupakan sajian yang cukup kompleks penangal1annya. Oleh karena

29Bruce Joyce,dkk,op.cit., Sixth Edition,h.62.

30 Atwi Suparman, Model-model Pembelajaran Interaklif, hal. 96: lihat juga Oemar

(33)

itu, pengajaran/instruktur harus selalu berada di tempat permainan dan tanggap terhadap setiap perubahan yang terjadi.

g. Jika diperlukan, pengajar/instruktur dapat berperan sebagai model. Dengan memberikan model, siswa akan lebih termotivasi memainkan peran yang dipegangnya.

Seperti halnya simulasi, dalam menerapkan model bermain peran, ada 4 keterampilan dasar mengajar yang dominan, yaitu: beltanya, menjelaskan, memberi penguatan, dan mengajar kelompok kecil. Dna di antaranya, yaitu menjelaskan dan mengajar kelompok kecil, sangat menentukan keberhasilan pembelajaran dengan model beullain peran.31

1) Keterampilan menjelaskan dan keteralllpilan bertanya

Keteralllpilan menjelaskan yang juga mempersyaratkan penguasaan keterampilan bertanya, Illemberikan penguatan, dan Illengadakan variasi sangat diperlukan Illengajar ketika menyajikan topik/situasi yang akan dilllainkan. Kemampuan pengajar Illemvariasikan suara, berbicara secara jelas, memodelkan, serta memancing respon siswa dengan pengajuan pertanyaan secm'a efektif dan menentukan pemaharnan siswa terhadap sitllasi yang disaj ikan, sehingga siswa akan Illampu Illemahami perannya secara lebih baik.

2) Keterampilan menjelaskan dan keterampilan bertanya

Keterampilan mengelola kelompok kecil terutama diperlukan jika jumlah siswa cukup banyak sehingga bermain peran akan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan cara ini setiap siswa akan Illendapat kesempatan lIntuk memainkan minimal satu peran. Untuk mengelola kegiatan kelompok kecil ini, pengajar/instruktur dituntut malllpu untllk mengorganisasikan kegiatan, mellludahkan dan membimbing siswa dalalll belajar, mengadakan pendekatan secm'a pribadi (antara lain tanggap terhadap kejadian dalam setiap kelompok), selta merencanakall dan melaksanakan kegiatan sehingga kegiatan kelompok dapat berlangsulIg secara efektif.

31 Atwi Suparman, ibid, ha1.97; Iihat juga E. Mulyana, lmplementasi Kurikulum 2004

(34)

1.5 Evalnasi Model Bermain Peran(Role Playing)

Para siswa harus membuat tulisan atau melaksanakan diskusi lisan mengenai keberhasilan atau hasil-hasil bermain peran. Komentar evaluatif diberikan terhadap kebermaknaan bermain peran serta cara-cara agar menjadi lebih efektif.J2

Guru menilai keefektivan dan keberhasilan bermain peran sesuai dengan pengamatannya. Gunakan catatan-catatan (lembar pengamatan) selama bermain peran dan terhadap komentar penilaian dari siswa, dan guru menetapkan peIlumbuhan interpersonal, sosial akademis pada diri siswa.

Guru hendaknya memuat bermain peran itu baik pelaksanaannya maupun penilaiannya dalam berkala atau buku catatan yang digunakan untuk perbaikan bermain peran. Setelah diskusi dan perbaikan, j ika diperlukan diadakan bermain peran ulang biar lebih mantap. Pemberian penghargaan (reward) atau hukuman (punishment) dapat diberikan untuk menunjang kesuksesan suatu pemlainan yang Anda bawakan.

1.6 Kelebihan dan Kelmrangan Model Bermain Peran(Role Playing) Kelebihan model pembelajaran bennain peran adalah membentuk kesadaran, kepekaan sosial dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi terntama bahasa lisan. Dengan teknik ini siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran. Karena mereka bermain peranan sendiri, maka mudah memahami, menghayati masalah-masalah yang diangkat. Penonton juga tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.33

Keuntungan bermain peran tergantung pada kualitas permainan khususnya analisis yang mengikutinya. Bermain peran bergantung juga pada pandangan pelajar pada pennainan seperti situasi pada kenyataannya.34

Di samping kekuatan, kelemahan bermain peran adalah memerlukan waktu yang cukup banyak, lebih-Iebih jika jumlah siswa dalam satu kelas cukup

32Demar Ham.lik,ibid,cet. Ke-2, h. 51.

J3 Roestiyah N. K., Sirategi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Ciptll, Oktober, 2001),

cet. Ke-6, h. 92-93.

(35)

besar; Bennain peran tidak efektif untuk menyampaikan infonnasi umum; kecenderungan tidak bersungguh-sungguh atau bennain-main akan selalu muncul, lebih-Iebih jika para pemegang peran tidak mampu menghayati perannya dengan sempurna.

Agar bennain peran dapat berlangsung efektif, dorongan atau motivasi berupa penguatan harus selalu diperhatikan oleh pengajar. Disamping itu, pengajar hendaknya juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengarahkan diri sendiri (sesuai garis besar materi).

Selain itu, bila guru tidak memahami langkah-Iangkah pelaksanaan model pembelajaran bermain peran, akan mengacaukan maksud pesan dari pembelajaran. Oleh karena itu, kesiapan guru sebelum proses pembelajaran mutlak diperlukan.

2. Hakikat Hasil Belajar 2.1 Pengertian Hasil Belajar

Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal budi, akan selalu memikirkan dan mengupayakan segala sesuatu, untuk memenuhi berbagai pekerjaan yang dilakukan di dalam kehidupannya. Setiap manusia berusaha mengetahui apa yang menjadi pennasalahan hidupnya, dan rnelalui pemikirannya manusia berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru atau menyempurnakan sesuatu yang telah ada, mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut. Hal ini dapat juga disebabkan oleh sifat manusia yang senantiasa ingin tahu dan hasrat untuk lebih mengembangkan kemampuannya.

Belajar merupakan kegiatan yang dialami oleh manusia dalam hidupnya. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan silmp. Sebagaimana ungkapan Thorndike (1931), "Kekuatan orang untuk mengubah dirinya sendiri, artinya, untuk belajar, barangkali merupakan suatu hal yang paling mengesankan mengenai dirinya."

(36)

yang sulit diamati secara langsung. Yang dapat terlihat pada siswa yang belajar adalah perubahan tingkah laku. Dimana belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktek atau pengalaman te:rtentu.35

Dari definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.J6

Sedangkan menurut Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.37

Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Antara proses belajar dan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang menyangkut nilai sikap.38

Seperti diungkapkan oleh Benjamin S. Bloom membagi tujuan pengajaran yang menjadi acuan pada hasil belajar menjadi tiga bagian, diantaranya; ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (keinginan), ranah psikomotorik (tindakan psikis).39

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektualitas yang terdiri dari enam aspek; pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi. Pada penelitian ini ditekankan pada !'anah kognitif diupayakan siswa dapat memahami konsep-konsep biologi yang diajarkan.

35 Lihat Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakalia: PT. Mizan

Republika, 2004) h. 122.

36 Ibid,h.122

37 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan PendekatGn Baru, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-7, h. 92

38 Tengku Zahara Djaafar, Konlribusi Slrategi Pembelajaron Tel'hadap HasH Be/ajar,

(Padang:FIPUniversitas Negeri Padang, 2004), h. 82

39Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Eva/uasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).

(37)

Menurut Krathwohl, Bloom, domain afektif berdasarkan lima kategori yaitu: penerimaan (receiving), pemberian respons (responding), penghargaan/ penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), karakterisasi (characteriza-tion). Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran etika dan moral yang meningkatkan kedisiplinannya mengikuti pelajaran lainnya di kelas.

Elizabeth Simpson membagi domain psikomotor atas tujuh kategori yaitu: persepsi (perception), kesiapan (set), respon terbimbing (guided response), mekanisme (mechanical. response), respon yang komplek (complex response), penyesuaian pola gerakan atau adaptasi(acjjustment), dan organisasi.40

Jadi, yang dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang timbul melalui latihan dengan penguatan. Karena dengan latihan yang berulang-ulang atau pemberian tugas dapat mejadikan informasi ataupun pengetahuan meqjadi lebih bermakna dan berasosiasi dengan pengetahuan yang lain. Makin sering latihan atau tugas diberikan maka makin kuat ingatan yang dimiliki siswa.

Setiap proses belajar mengajar menghasilkan hasil pembelajaran, namun sejauh mana tingkat hasil belajar yang telah dicapai siswa. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya.

Tes hasil belajar merupakan cara yang dipergunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi siswa.41

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dengan alat ukur berupa alat evaluasi yang

40 Sayiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandllng: Alfabeta, 2005),

h.J56-161

(38)

dinyatakan dalam bentuk huruf, kata alau simbol atau dengan istilah lain yakni prestasi.42

Hasil belajar adalah indikasi yang menunjukkan upaya penguasaan pengetahuan (kognitif) siswa terhadap mated pelajaran yang diberikan guru melalui kegiatan pekerjaan rumah dan tes ulangan. Sedangkan Hasil belajar menurut Sudijarto, adalah tingkat penguasaan yang dicapaj oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.43

Adapun menurut Gagne hasil belajar merupakan kapabilitas dan kemampuan yang diperoleh dad proses belajar. Hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, alau kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap. Hasil belajar dapat dikategorikan dalam lima macam yaitu:44

I. Informasi verbal (Verbal Information), yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk bahasa.

2. Keterampilan intelektual (Intellectual skills), yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek, menghubung-hubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian, memecahkan suatu persoalan.

3. Strategi kognitif (Cognitve strategies), yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

4. Sikap (Attitude), yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kecenderungan dengan menerima dan menolak suatu objek berdasarkan penilaian atas objek tersebut.

42 Nana Sudjana, Penilaian HasH Prestasi Be/ajar m・ョァ。ェgQセ (Bandung: PT. Remaja

Rosdakar"a, 200 I), h. 3

3 Hermana Soemanlri, Hasil Be/ajar dan Beberapa Faklol' Psik%gis Yang

Mempengal'llhinya, Majalah I1miah Skelsa Pendidikan. Vol.!, no.l, Nopember 2000, hA

(39)

5. Keterampilan motorik (Motor skills), yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian gerakan jasmani dari anggota badan secara terpadu dan terkoordinasi.

Gagne membagi pola「・ャセ。イ menjadi 8 tipe belajar yakni:45 I. Signal learning(belajar isyarat)

Belajar setelah mendapat pengalaman tertentu, misalnya melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang.

2. Stimulus respon learning(belajar stimulus respon)

Belajar dengan memberikan stimulus yang akan menimbulkan respon. Kemampuan terhadap sesuatu tidak dapat diperoleh secara tiba-tiba tetapi dengan melalui latihan-latihan. Misalnya pada anak bayi yang belajar mengatakan "mama".

3. Chaining(rantai atau rangkaian)

Hubungan antara beberapa stimulus atau respon. Misalnya dalam kegiatan sehari-hari dari pulang kantor, ganti baju, makan.

4. Verbal association(asosiasi verbal)

Hubungan belajar terbentuk bila unsur-unsur terdapat dalam urutan teltentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi. Misalnya bila anak diperlihatkan bentuk geometris, anak dapat mengatakan bujur sangkar atau mengatakan itu bola bila yang dilihatnya itu bola.

5. Discrimination learning(belajar diskriminasi)

Misalnya anak dapat membedakan manusia yang satu dari yang lain, juga tanaman, binatang dan lain-lain.

6. Concept learning(belajar konsep)

Belajar konsep karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal dengan dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Dengan menguasai konsep itu, misalnya menurut wama, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya.

7. Rule learning(belajar aturan)

(40)

Tipe belajar ini banyak diterapkan dalam pelajaran di sekolah. Misalnya benda yang dipanaskan akan memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum.

8. Problem solving(memecahkan masalah)

Tipe bellljar ini adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh manusia yaitu bagaimana manusia dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Gagne juga mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilaL Akan tetapi siswa mampu beradaptasi dengan Iingkungan dan mengembangkan pemikirannya dengan proses kognitif.46

Menumt Widia Pekerti hasil belajar adalah suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau menunjukkan kinerja tertentu.47

Sudirman mengemukakan beberapa pendapat para pakar tentang belajar sebagai berikut: (I) Menurut Croan Bach; Learning is shown by a change in behavior is a result of experience, (2) Harold Spears memberikan batasan; Learning is to observe, to read, to imitae, to try some thing them seves, to listen, to follow direction, dan (3) Geoch mengatakan; Learning is a change in peiformance as a result ofpractice.48

Dari pandangan para pakar diatas belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: (I) Belajar mempakan pembahan perilaku atau penampilan, (2) Belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan antara lain; membaca, mengamati, mendengarkan, menim, dsb, dan (3) Belajar akan lebih baik, bila subyek belajar itu mengalami atau melakukannya dan tidak bersifat verbalistik.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukurarl untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk

46Martinis Yamin,Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,(Jakarta: Gaung Persada

Press, 2004), h. 107

47 Widia Pekerti, Pengaruh Pembelajaran Tel'padu Matematika dan Musik Terhadap

Hasil Be/ajar MatemallkaMuridKelasI3D.JurnaIPendidikan&Kebtldayaan.No. 022, Maret 2000, h.141; Iihal juga Sardiman, lnleraksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: RajawaH Pers, 1988), Cet. Ke-2, h. 20

(41)

mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.49

2.2 FaktOl'-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya suatu proses belajar tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal disebut juga faktor individual yaitu faktor yang terdapat pada organisme (siswa) itu sendiri. Muhibbin Syah menyebutkan bahwa yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psikologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan (intelegensi), sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.50

Hilgard mendefinisikan minat sebagai "interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content". Minat besar pengaruhnya dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya. Minat dapat memusatkan perhatian yang intensif pada belajar yang dilakukan sehingga itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat.51

Motivasi adalah keadaan intemal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.52 Menurut Hutabarat motivasi belajar adalah jantung kegiatan belajar, suatu yang membuat seseorang belajar, suatu pendorong yang membuat

49Rini Susanti,Hasil Be/ajar, Madel Evaluasi dan Ben/uk Tes.Jurnal Teknodik, No. 17,

Desember 2005, b.l78

50Muhibbin Syah,op.cit.,h.132

51 Slameto, Be/ajar dan jaktor-jaktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2003), h.5S

(42)

seseorang 「・ャセ。イN Keras atau tidaknya 「・ャセ。イ yang dilakukan oleh siswa tergantung pada besar kecilnya motivasi belajar.53

Selanjutnya motivasi dapat dibedakan meluadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dalam perspektif kegiatan kognitif motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena tidak tergantung pada orang lain.54 Motivasi berhubungan erat dengan emosi, minat dan kebutuhan anak didik.55 Motivasi belajar yang tinggi terutama motivasi internal mendlorong untuk mencari di dalam materi yang sedang dipelajari dan membantu untuk menemukan makna seluruh usaha belajar bagi pengembangan diri.

Kemampuan siswa dan siswi dalam menghadapi zaman yang semakin maju, menjanjikan masa depan yang cerah bagi mereka. Daya kritis, kreatifitas dan pantang menyerah yang teltanam dalam diri siswa dan siswi akan membantu mereka untuk menghadapi segala tantangan zaman yang pernuh dengan !ika-liku dan perjuangan.

Fakta bahwa sekolah sudah hadir di tengah masyarakat sebagai suatu lembaga sosial dan menjadi suatu subsistem sendiri tidak Iagi dapat disangkal oleh siapa pun juga.56 Meningkatkan dan menyukseskan tujuan didirikannya sekolah menjadi tujuan bersama seluruh komponen masyarakat.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Pada bagian ini hanya akan dibahas faktor sekolah saja antara lain metode mengajar dan media pembelajaran.

Agar bahan ー・ャセ。イ。ョ dapat dipahami oleh siswa maka dibutuhkan cara-cara mengajar serta cara-cara belajar yang tepat, efisien dan efektif. Metode ュ・ョァセ。イ

guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang baik

53E.P. HUlabaral,Cara Be/ajar,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h.25 54Muhibbin Syah,op.cit.,h.137

55 Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak Didik Da/am lnteraksi Edukatif,(Jakarta: PT Rineka Cifla, 2000), cet.!, h.185

(43)

pula. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode baru yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan motivasi siswa dalam belajar.57

Pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran.58Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1979) sebagai berikut59:

a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.

b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya. c. Situasi dengan berbagai keadaannya.

d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.

e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

Media pembelajaran erat kaitannya dengan cara belajar siswa karena media yang digunakan oleh guru saat mengajar digunakan juga oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan.60 Media yang lengkap dan tepat dapat memperlancar penerimaan materi pelajaran sehingga lebih giat.

Terdapat berbagai macam media pembelajaran salah satunya media pembelajaran asli. Menurut Purwaningtias siswa yang dihadapkan langsung pada objek sebenarnya besar kemungkinan memahami materi yang diajarkan. Hal ini

turut dijelaskan oleh Rumampuk yang mengungkapkan bahwa media

pembelajaran asli memiliki beberapa kelebihan antara lain :61 I. Benda asli memberi pengalaman realisme.

2. Ruang lingkup dapat dipersempit.

3. Memungkinkan siswa menganalisis secara mendalam. 4. Informasi yang diperoleh akanlebih mantap dan tahan lama.

57Siameto, op.cit..h.65

58Rustaman et ai, Diktat Strategi Be/ajar Mengajar, (Bandung; Jurdik Biologi FPMIPA

UPI, 2000/, h. I 00

5 Syaiful Bahri Djamarah,op.cit,h.I84

60Siameto,op.cit.,h.68

(44)

Sikap yang terbentuk pada diri siswa terhadap mata pelajaran tentunya tergantnng pada sikap gurunya terhadap mata pelajaran , dan bagaimana eara guru menyampaikan mata pelajaran. Apabila setiap mengajar gum bersikap positif dan baik, maka lambat laun siswa berada dalam kondisi bel1\ial' yang berkesan baik dan mendalam, sehingga terbentuk sikap positif terhadap mata pelajaran itu. Jika mata pelajaran tersebut adalah IPA maka akan terbentuklah sikap yang positif terhadap IPA.

Karena belajar bukan sekedar untuk memahami tentang sesuatu fakta tertentu melainkan bagaimana menginterpretasikan fakta-fakta tersebut ke dalam konteks kehidupan pribadi. Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikllnto, bahwa sebenarnya sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memanear keluar.

Dari pembahasan para pakar di atas dapat dilihat seeara lebih sederhana pada bagan di bawah ini:

Alam Lingkllngan

<

Sosial

Faktor

Dalam

ャiイゥォオャオュO「。ィ。ョ pel1\iaran GlIru/pengajar

Sarana dan Fasilitas Instrumental Administrasi/manajemen

/Kondisi fisik

Fisiologi<---Kondisi panea indra

Bakat

mゥョ。エ

Keeerdasan

Psikolog' Motivasi

[image:44.595.72.474.184.643.2]

Kemampuan kognitif

Gambar 5 Bagan Faktor yang Mempengaruhi HasH Belajar (M. Ngalim Purwanto, MP,"Psikologi Pendidikon",Bandung: PT Remaja

(45)

Menurut Wynne Harlen dalam Hendro Dmmodjo dan Yenny Kaligis, ada 9 aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu: (l) sikap ingin tahu (curiousity); (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality) (3) sikap kerja sarna (cooperation), (4) sikap tidak putus asa (perseverense), (5) sikap tidak berprasangka (open mendidness), (6) sikap mawas diri (self criticism), (7) sikap bertanggung jawab (responsibility), (8) 'Sikap berpikir bebas (independence in thinking), dan (9) sikap kedisiplinan diri (self discipline).

Sembilan aspek ilmiah di atas yang dimulai dari tingkat pelajar paling bawah akan berdampak positif saat mereka melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian akan terbentuk watakdan perilaku ilmiah, yang pada akhimya dapat melahirkan generasi-generasi eerdas, baik seeara intelektual, emosional dan spiritual.

Proses pembelajaran yang berkelanjutan dan dilakukan seeara profesional akan memajukan negara, karena seluruh masyarakat dapat memenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Apabila pembelajaran dapat berlangsung dengan watak dan perilaku ilmiah, perkembangan ilmu pengetahuan bukan tidak mungkin akan muneul dari siswa dan siswi Indonesia.

Perhatian yang mendalam akan faktor-faktor yang mempengamhi hasil belajar seperti telah dijelaskan oleh pak M. Ngalim Purwanto, akan menunjang cita-eita yang diinginkan selama ini, mewujudkan eita-eitapara pendiri bangsa, yang diperjuangkan dengan keringat, darah dan air mata.

(46)

2.3 Prosedur Pelaksauaau Hasil Belajar

Berhasil tidaknya suatu proses belajar tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal seperti penulis ungkap di atas.

Melalui proses pelaksanaan model pembelajaran 「ャセイュ。ゥョ peran diatas, hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes tertulis hasil belajar berupa laporan hasil pengamatan, tanya jawab, diskusi dan soal-soal pilihan ganda yang telah di uji normalitas dan homogenitasnya.

2.4 Evaluasi Pelaksauaau HasH Belajar

Setelah materi selesai diajarkan dengan menggunakan pembelajaran bermain peran (role playing) pada kelas eksperimen dan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka diuji hasil belajar dari kedua kelas tersebut dengan menggunakan tes hasil belajar berupa soal-soal pilihan ganda.

Dari hasil analisis kedlla komponen di atas, maka dapat disimplllkan apakah ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran bermain peran (role playing) dengan model pembelajaran konvensional? Apakah pelaksanaan proses pembelajaran berjalan dengan lancar sesllai dengan tujuan yang telah termaktub dalam silabus dan perencanaan pembelajaran?

3. Siutesis Proteiu

Sintesis protein diatur oleh gen (DNA). Sintesis protein terjadi di ribosom. Seem'a garis besar, langkah pencetakan protein terjadi melalui 2 tahap yaitu transkripsi dan translasi. Trans!G'ipsi adalah pencetakan RNA messenger (mRNA) oleh DNA. Sedang Translasi adalah penerjemahan kode-kode oleh RNA transfer (tRNA), berupa urutan asam-asam amino yang dikehendaki.

3.1 Tahap-tahap Sintesis Protein

(47)

2. mRNA melepaskan diri dari DNA dan membawa kode-kode genetik (kodon) keluar dari nukleus menuju ke ribosom di dalam sitoplasma. mRNA ini bertindak sebagai cetakan (matriks). Di Ribosom ini mRNA melekat pada RNA ribosom (rRNA).

3. tRNA yang ada di dalam sitoplasma datang dengan membawa asam amino yang sesuai dengan kode-kode yang dibawa oleh mRNA. tRNA ini melekat (berpasangan) dengan mRNA sesuai dengan pasangan-pasangan basa nitrogennya (dengan tripel dari basa nitrogen tRNA).

4. Asam-asam amino yang dibawa oleh tRNA akan saling bergandengan dan membentnk rangkaian rantai polipeptida sampai tel'bentuk protein yang diharapkan di dalam ribosom. Protein yang terbentnk ini merupakan suatu enzim yang mengatur metabolisme sel.62

3.2 Kode Genetik

Kode genetik adaiah kode yang dibawa oleh RNA messanger (mRNA) untuk disampaikan kepada RNA transfer (tRNA). Kode genetika merupakan urutan 3 basa nitrogen yang membentuk suatu tripet dan disebutkodon (kodogen).

3.3 Melmnisme Penyampaian Kode Genetilm

Setiap kode (satu kodon) terdiri atas 3 basa nitrogen yang letaknya berurutan pada mRNA. Kodon-kodon pada mRNA tersebutharus diterjemahkan oleh tRNA, agar dapat diketahui asam amino yang harus diangkut.

Contoh: Bila kodon pada mRNA berbunyi Urasil-Urasil-Urasil (UUU) maka tRNA harus mengangkut asam aminofenilanin. ApabBa DNAmembentuk kode genetik AUU< CCU< GAC< dan AGA maka polipeptida yang dapat dibentnk tersusun dari asam-asam aminoisoleusin-prolin-aspartik-arginin.

Kode genetik untuk seIuruh organisme bersifat universal, artinya kode genetik suatn organisme dapat diterjemahkan oleh organisme lain dan membentuk asam amino yang sarna. Contoh: kodon AAA pada sel tubuh manusia dan pada sel bakteri akan menghasilkan lisin.63

3.4 Maeam-maeam Asam Amino

62Lebihjelasnya Iihat gambar dan penjelasan sintesis protein pada lampiran 3, h. 85.

(48)

Di dalam tubuh manusia terdapat 20 macam asam amino dengan kode genetik yang berbeda-beda. Di dalam RNA tidak dijumpai timin, tetapi berdasarkan pola DNA; asam amino tersebut disusun dan dirangkaikan menjadi protein. Ketika diterjemahkan oleh dalam RNA basa nitrogen timin (T) pada DNA diganti oleh Urasil (U).64

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Dengan demikian individu perIn diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti: konsep, prinsip, kreatifitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Tentunya hal ini harus ditanamkan dari Iingkungan yang paling kecil yaitu keluarga kemudian sekolah sebagai sarana untuk membentuk individu yang mandiri dan dewasa.

Dalam proses pendidikan masyarakat ikut mempengaruhi karakter dan keluaran (output) yang dihasilkan. Dalam hubungan ini, faham sistem terhadap proses pendidikan itu nyata dalam menjelaskan tentang adanya model umum dalam sebuah sistem.

Model umum suatu organisasi sebagai suatu sistem adalah menuntut adanya masukan (input), transformasi (proses), dan keluaran (output). Semakin bagus komponen masukan (input) dan transfonnasi maka semakin baik pula keluaran (output). Dengan demikian kreatifitas seorang guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran biologi dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran (biologi) mempengaruhi hasil akhir yang akan dicapai.

Secara umum, ada dua jenis pendidikan: pendidikan fonnal dan pendidikan informal. Pemilahan tersebut didasarkan pada keikutsertaan sistem

pemerintahan dalam mengawasi, mengontrol, rnengurusi, hingga

menyelenggarakan pendidikan. Terlihat perbedaan yang sangat jelas antara kata "pendidikan" yang bermakna mulia, dengan makna kata "sekolah" yang hanya merupakan bahagian kecil dari mata rantai pendidikan. Kata "sekolah" hanya

(49)

siswa. Sehingga ada tantangan untuk menjadi yang terbaik, mencoba melatih mandiri, dan memperkuat daya ingat siswa.

Dengan model pembelajaran bermain peran ini, membantu guru untuk membuat pelajar menemukan, memahami dan menghayati pemecahan masalah. Mengambil hikmah dari kejadian-kejadian sebagai pelajaran yang menarik dan langsung, tidak hanya secara logika tapi juga emosional. Bermain peran akan membuat pelajar berpikir kritis, kreatif dan bersama-sama mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, yang pada akhimya membentuk keterampilan, sikap dan nilai.

Bermain peran menarik dan berguna unt

Gambar

Tabell Fokus Pembahasan yang Mungkin dalam B,)rmain Peran
Gambar 1 Efek Materi Pembelajaran dan Pengasuhan
Gambar 4 Bagan Bermain Peran Mennrut Oemar Hamalik
Gambar 5 Bagan Faktor yang Mempengaruhi HasH Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka memberikan penghargaan dan standardisasi imbalan kepada pemulia tanaman yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak royalti hak perlindungan

The Directorate of High Schools Development of the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia is honoured to be hosting the World Schools Debating

“ Permainan Dadu Narasi”, diharapkan 8 8% siswa mencapai semua KKM. Kriteria aspek penilaian dalam menulis cerita narasi berdasarkan gambar seri yakni skor dua untuk

Hal ini menimbulkan suatu bentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda tersebut menjadi suatu hal yang menarik perhatian peneliti guna mengetahui faktor-faktor yang

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa melalui metode sosiodrama dapat meningkatkan perilaku

[r]

Dalam kajian ini, kesedaran amalan keselamatan ini adalah kesedaran pelajar terhadap amalan keselamatan yang perlu dipatuhi atau penegasan peraturan yang perlu diikuti

Menurut penulis pendistribusian hasil pendapatan sewa tanah wakaf Masjid Baitur Rahman sudah sangat baik, terlebih distribusi yang dilakukan oleh nazhir tidak bertentangan