• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Volume Penjualan Saham Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Pada BEI Periode 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Volume Penjualan Saham Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Pada BEI Periode 2011-2015"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VOLUME PENJUALAN SAHAM DAN TINGKAT

SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2011-2015

Effect Stock Sales Volume And Interest Rate On Share Price On SBI Manufacturing Company Sub Sector Food And Beverage

Listed in indonesia Stock Exchange Period 2011-2015

Di susun oleh: Dance Steven Poela

21212700

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1.1 Kajian Pustaka

1.1.1 Volume Penjualan Saham

1.1.1.1Pengertian Volume Penjualan Saham

Aktivitas perdagangan saham (Trading Volume Activity/TVA) dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat reaksi investor atas volume penjualan saham dan dapat digunakan untuk melihat apakah

pengumumuman ISRA (Indonesia Sustainability Reporting Award) 2007 sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan yang normal.

Trading Volume Activity merupakan perbandingan antara jumlah saham yang di jual dengan jumlah saham yang beredar pada periode waktu tertentu. Volume penjualan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang

diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu

Brigham dan Michael (2011:34) menjelaskan volume penjualan saham atau likuiditas saham merupakan kemampuan saham untuk dijual dengan cepat pada harga wajar yang dilihat pada close price pada harga pasar sekuritas

terkini dimana likuiditas saham tergantung pada jumlah dan kualitas saham Pada umumnya perusahaan mempunyai 3 (tiga) tujuan umum dalam penjualan

(4)

15

1. Berusaha mencapai laba / profit akhir melebihi biaya yang dikeluarkan.

2. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

3. Berusaha mencapai volume penjualan tertentu

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan promosi, suatu perusahaan berusaha meningkatkan penjualan sesuai dengan target yang ditentukan

2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Volume Penjualan saham

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan antara lain

adalah :

Harga jual

Faktor harga jual merupakan hal-hal yang sangat penting dan

mempengaruhi penjualan atas barang atau jasa yang dihasilkan. Apakah barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dapat dijangkau oleh konsumen sasaran.

Produk

Produk salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat volume penjualan sebagai barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan apakah sesuai dengan

tingkat kebutuhan para konsumen.

Menurut Taylor (2005:84), penjualan juga dipengaruhi oleh 2 faktor lingkungan

yaitu:

(5)

16

Adalah faktor yang mempengaruhi pemasaran termasuk penjualan perusahaan yang berbeda di luar perusahaan. Faktor-faktor lingkungan

antara lain

a. Sumber daya dan tujuan perusahaan

b. Lingkungan persaingan

c. Lingkungan ekonomi dan teknologi d. Lingkungan politik dan hukum

e. Lingkungan sosial dan budaya 2. Faktor lingkungan terkendali

Adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran termasuk penjualan yang berada di dalam perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran termasuk penjualan yang berada di dalam

perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah Marketing Mix terdiri dari : a. Produk

b. Harga jual c. Distribusi

d. Biaya promosi

Sedangkan faktor faktor-faktor ysng perlu diperhatikan dalam meningkatkan volume penjualan adalah

(6)

17

Dengan demikian faktor-faktor tersebut diatas harus diperhatikan dipertimbangkan oleh perusahaan dalam kegiatan pemasaran produk.

1.1.2 Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)

2.1.2.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)

Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank

karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai

menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun.

Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di

Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank

secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi (Prasetiantono, 2000 :99-101).

(7)

18

2. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank

Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

3. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan

oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk

pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

4. SBI adalah produk yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Produk ini mirip

dengan”T-Bills” yang diterbitkan di Amerika. Karena SBI diterbitkan oleh

Bank Sentral, maka dapat dikatakan bahwa SBI adalah Instrumen investasi

bebas risiko (Non Risk Instrument) atau sering disebut sebagai risk free. 5. Produk ini masih kurang dikenal orang secara luas. Karena pada awalnya

instrument ini hanya dilakukan oleh Bank-Bank untuk keperluan investasi bank-bank itu sendiri. SBI awalnya digunakan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia untuk mengatur likuiditas Rupiah di

negeri ini. Tapi saat ini, perorangan/perusahaan/institusi keuangan non bank termasuk orang asing (non resident) juga boleh membeli instrument

ini.

6. Empati (Empathy)

Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada

(8)

19

2.1.2.2 Siklus transaksi Suku Bunga SBI

1. SBI diperdagangkan setiap hari Kamis dan berjangka waktu 28 hari saja dengan jatuh tempo hari Kamis ke-4 berikutnya.

Contoh: Transaksi tanggal 3 April 2008 maka jatuh temponya adalah tanggal 24 April 2008

2. Proses pembelian SBI itu melalui lelang yang dilakukan setiap hari Rabu (sehari sebelum transaksi/hari Kamis) oleh Bank-Bank di Indonesia atau broker-broker yang ditunjuk.

3. Bila anda sebagai perorangan atau perusahaan ingin membeli SBI harus menghubungi Bank yang menawarkan produk ini. Tidak bisa pergi ke broker yang ditunjuk atau langsung, karena broker-broker itu memberikan jasanya ke

Bank-Bank sebagai alternative bila Bank-bank itu tidak mau repot harus ikut. Lelang ke Bank Indonesia.

4. Setiap hari Rabu sore akan ada pengumuman dari Bank Indonesia: Siapa yang mendapatkan lelang itu dan berapa besar nilainya yang diperoleh.

2.1.3 Harga Saham

2.1.3.1 Pengertian Harga Saham

Untuk dapat memahami pengertian tentang saham ada berapa arti keterangan

(9)

20

Saham adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan Sartono, (2001 : 21 ) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

menerbitkan saham Tandelilin, ( 2001 : 18 ).

Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu

maupun institusi atas suatu perusahaan Sulistyastuti ( 2002 : 1 ).

Saham adalah bagian dari kepemilikan modal sendiri di dalam perseroan dan bukti kepemilikan disebut saham. Jumlah saham yang dimiliki seseorang dalam

perusahaan secara resmi tercantum dalam anggran dasar perusahaan. (Kamus ekonomi www.google.com)

Hak-hak yang di peroleh investor pemegang saham adalah

a. Mendapatkan bagian dari distribusi laba perusahaan

b. Memberikan suara dalam pemilihan para direktur dan dalam penentuan

kebijaksanaan perusahaan tertentu.

c. Mendapatkakn keutungan dari kenaikan harga saham di a ( capital gain ).

d. Mendapatkan bagian dalam dalam distribusi uang (kas) dan harta lain nya jika perusahaan di likuidasi.

Secara sederhana dapat di definisikan saham sebagai tanda bukti penyertaan

atau kepemilikan seseorang atau institusi dalam suatu perusahaan.

2.1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Saham

(10)

21

oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham dan kemungkinan naik turun nyaharga saham tersebut.

Tinggi rendah nya harga saham merkupakan penilaian sesaat yang di pengaruhi oleh berbagai factor. Namun jika dikaji secara teliti, faktor penyebab kontroversi

dapat dibedakan atas faktor internal yaitu a. Faktor Internal

1. Pendapatan perusahaan

2. Dividen yang dibagikan 3. Arus kas perusahaan

4. Perubahaan mendasar dalam industri perusahaan 5. Perubahaan dalam perilaku investasi

Faktor Eksternal

1. Kondisi Fundamental perusahaan

Faktor fundamental yang berkaitan langsung dengan kinerja

perusahaan sendiri. Semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu pula sebalik nya. Keadaan perusahaan akan menjadi tolak ukur investor untuk mengetahui seberapa besar resiko

yang lebih besar disbanding dengan harga saham biasa lainya.untuk melihat apakah kedaan emiten termasuk di dalam perusahaan tersebut.

2. Tingkat suku bunga

Faktor suku bunga ini sangat penting karena rata-rata semua orang selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar termasuk

(11)

22

pengambilan hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahaan.yang dimaksud suku bunga di sini adalah suku bunga

yang di berlakukan oeh bank Indonesia. Selaku bank sentral yang mengeluarkan sertifikat bank Indonesia (SBI) . langkah Bank

Indonesia untuk manaikan atau menurunkan suku bunga merupakan sebagian dari kebijak kan moneter untuk mengontrol perekonomian nasional. Dimana menaikan suku bunga tersebut

akan mengakibatkan suku bunga di pasar akan naik, dan investor dari pasar modal cenderung memindahkan daana nya ke pasar

uang atau sebalik nya. Hal ini menyebabkan harga suatu saham bisa naik atau bahkan bias

turun, yang pada akhir nya akan menyebabkan harga saham secara

keseluruhan bepengaruh.

3. Valuta Asing

Dengan ada nya kenaikan suku bunga dalam valuta asing, khusus nya dollar AS yang merupakan mata uang yang sangat berpengaruh,

ini akan mengakibatkan banyak investor cenderung menjual saham yang mereka miliki dan investor.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut diatas, menurut investor

( para pemegang saham ) membuat keputusan untuk mendpatkan laba dalam

(12)

23

Namun demikian bukan hal yang mudah dalam memprediksi kapan suatu saham akan naik dan kapan akan turun. Sutrisno (2001 : 114 )

Menurut Tandelilin ( 2001 : 18 ) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. sedang kan obligasi disebut

adalah sekuritas berpendapatan tetap ( fixed income securities) yang di terbitkan berhubung dengan perjanjian hutang Sulistyatuti ( 2002 : 51 ) disini pihak pembeli adalah masyarakat umum baik domestic amupun asing disebut investorpe

Dalam Bab X Undang-undang No. 8 tahun 1995, pemerintahan mengatur cara melakukan penawaran umum kepada masyarakat, di mana hanya emiten yang di

perkenankan untuk melakukan penawaran umum setelah terlebih dahulu

mendaftar kepada Bapepam, dimana pernyataan pendaftaran menjadi efektif pada hari ke-45 sejak pernyataan pendaftaran secara lengkap.

Surat pernyataan pendaftaran harus mencakupi semua insformasi danatau fakta materialmengenai perusahaan public, yang dapat mempengaruhi keputusan

pemodal, yang diketahui layak di ketahui, yakni :

a. Ketarangan bahwa pendaftaran telah diajukan kepada Bapepam dengan menunjukan pada Undang-undang tentang pasar modal yang

bersangkutan dan pelaksanaanya.

b. Pernyataan bahwa perusahaan public bertangung jawab sepenuh nya

(13)

24

c. Peryataan bahwa semua lembaga dan profesi penunjang pasar modal yang disebut dalam pernyataan pendaftaran bertangung jawab sepenuh

nya atas data yang disajikan relevan denga fungsi mereka, sesuai dengan peraturan yang berlaku, kode etik, norma, dan standar profesi

masing-masing

d. Nama lengkap, alamat perusahaan, logo perusahaan, nomor telepon/telex/faksimili, nomor kotak pos dan kegiatan usaha dari

perusahaan publik

e. Struktur modal saham pada saat pernyataan pendaftaran diajukan,

termasuk modal di tempatkn dan di setor penuh , yang mencakup: 1. Jumlah dari total dari nilai dan

2. Informasi tentang maksud perusahaan publik atau pemegang

saham yang ada untuk mengeluarkan atau mencatat saham dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal penyerahan pernyataan

pendaftaran

f. Keterangan tentang rincian dari struktur modal saham pada tanggal pernyertaan pendaftaran

Jenis – Jenis Saham

Di tinjau dari cara peralihan maka saham di bedakan menjadi dua yaitu:

1. Saham atas Ujunk (Braerar stock )

Diatas sertifikat ini tidak tercantumnama pemilik nya, sehingga untuk mmengahlikkan atau memindahkan saham ini

(14)

25

dengan uang. Bagi siapa yang memegang seritifkat saham ini sebagai pemilik dan berhak untuk mengahllihkan, dan berhak atas

pembagian dividend an berhak untuk hadir serta untuk mengeluarrkan suara dalam rapat umum pemegang saham

(RUPS)

2. Saham atas Nama ( Registred stock )

Diatas sertifikat saham ini di tulis nama pemilik nya sehingga cara

peralihan nya harus melalui suatu prosedur tertentu dengan akta atau dokumen peralihan dan kemudian nama pemilik nya

dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memutar daftar anama pemeagang saham. Biala saham ini hilang, pemilik nya dapat memeintakan penganti nya karenanama nya telah

tercantum dalam buku perusahaan.

Menurut Tandelilin (200:18) saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Saham Biasa

Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukan bahwa pemegang saham tersebut mempunyai hak kepemilikan atas

asset-aset perusahaan. Investor yang membeli saham biasa belum tentu akan mendapatkan pendapatan secara tetap dari perusahaan, karena

(15)

26

investor dapat memanfaatakan fluktuasi harga saham untuk memperoleh keutungan selisih harga (capita gain)

Menurut sulistyatuti (2002:6) klasifikasi saham biasa berdasarkan nilai kapitalisasi ada 3 kelompok yaitu:

a.Bid-cap yaitu kelompok uyang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitaslisasi

diatas satu triliun. Saham-saham yang termsuk bid-cap disebut juga saham blue-chip atatu papan saham atau lapis pertama. Saham-saham yang

berkapitaslisasi besar memberikan kontribusi 75-80% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri dari 40 saham.

b.Mid-cap yaitu kelompok saham yang ber kapitaslisasi besar dengan nilai kapitaslisasi nya Rp.100 miliyar- 1 triliun.

c. Small-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai

kapitalisasi dibawah Rp 100 miliar. Berdasarkan fundmental perusahaan dan kondisi perekonomian.

1. Income stock, saham yang mampu memberikan dividen semakin besar rata-rata dividen yang dibayar tahun seebelum nya.

2. Growth stock, emiten nya sebagai perusahaan pemimpin dalam industry

nya dan cukup prospektif

3. Speculative stock, sham yang di terbitkan oleh perusahaan yang

pendapatan nya belum pasti.

(16)

27

5. Defensife stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh makro maupun turbulensi social politik.

b. Saham preferen

Saham preferen adalah yang mempunyai kombinasi

karakteristik Gabungan dari obligasi maupun saham biasa. Investor yang memiliki saham preferen akan mendapatkanpendapatam dividen tetap, hak kepemilikan seperti pada saham biasa dan hak

pembayaran seperti biasa dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Tetapi saham preferen tidak memberikan hak

suara kepda pemegang untuk memilih direksi ataupun menajemen perusahaan sperti layak nya sham biasa. Saham preferen menjadi

1. Kumulatif Saham Peferen Kumulatif dan Non

Saham preferen kumulatif menetapkan jika perusahaan tidak mengumumkan dividen pada tahun sekarang, maka dividen itu

ajkan diakumulasikan dan perlu dibayar dikemudian hari sebelum dividen tersebut dibayar pada tahun tertentu berarti tidak dibayarkan untuk selamanya

2. Saham preferen terkonversi

Saham dapat di konversi apabila syarat-syarat penerbitan

menetapkan bahwa saham preferen itu dapat ditukar oleh pemilik nya dengan surat berharga lain nya dari perusahaan yang menetapkan penukaran saham preferen dengan saham

(17)

28

3. Saham Preferen Yang dapat di Tarik

Adalah saham preferen yang dapat ditebus sesuai dengan

keinginan pemegangsa saham preferen yang dapat ditebus sesuai dengan harga tetap atau dapat di tentukan suatu tanggal

tertentu atau kondisi lain yang tidak dalam pengendalian penerbit, para pememgang saham tersebut, baik itu saham biasa atau saham preferen.

Karakteristik atau sifat-sifat yang yang melekat pada saham biasa adalah

a. Behak atas pendapatan sepenuh nya berupa dividen b. Berhak atas harta perusahaan ketika perusahaan

penerbitnya dilikuidasi

c. Berhak menegeluarkan suatra untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang

berkaitan dengan pengurusan perseroan.

d. Tanggung jawab terbatas, maksud nya tanggung jawab pemegang saham atas perusahaan hanya sebatas nilai

saham yang dimiliki nya dan tidak memiliki tanggung jawab secara pribadi yang menjadikan harta pribadi

sebagi jaminan

e. Hak memesan efek terlebih dahulu berkaitan dengan

(18)

29

Hak-hak yang melekat pada pemegang saham biasa (www.google.com)

1. Hak untuk memilih pengurus (dereksi dan dewan komisaris)

2. Hak untuk memperoleh dividen yang sudah di tetapkan dalam RUPS

3. Hak mengalihkan kepemilikan

4. Hak untuk menggeluarkan pendapat atau hak suara apabila terjadi voting

(19)

30

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan

konsep atau referensi dari penelitian-penelitian terdahulu, hal demikian untuk membedakan keorisinilan dan keakuratan penelitian ini.

(20)
(21)
(22)

33

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki

tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam rangka memakmurkan pemegang saham. Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan volume penjualan saham. Volume penjulan saham yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan atau

pemegang saham, sebab dengan nilai penjulan saham yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi dan juga tingkat suku bunga juga

merupakan konsep penting bagi investor karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan tingkat bunga yang tinggi akan

(23)

34

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor. Bagi sebuah perusahaan, menjaga volume penjulan saham adalah

suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor.

Investor akan mengamati dan mengukur bagaimana kinerja keuangan

perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif dari aktivitas operasi dan laba sebelum mengambil keputusan untuk investasi saham.

2.2.4 Hubungan Antara Volume Panjualan Saham dan Harga Saham

Volume penjualan merupakan sebuah acuan investor untuk menanamkan modal nya disebuah perusahaan. Kegitan penjualna saham dapat di lihat

melalui indikator aktifitas penjualan, kegitan volume penjualan yang sangat tinggi di bursa akan di tafsirkan sebagai tanda pasar yang akakn membaik. Peningkatan volume penjualan di ikuti dengan peningkatan harga saham

merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish (Husnan, 1998:45)

2.2.5 Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga SBI Dengan Harga Saham

Tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor akan

tertarik memindahkan dana nya ke deposito, pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham

(24)

35

Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keutungan perusahaan, yang pada akhir nya akan

berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah,2011:83)

2.2.6 Hubungan Antara Volume Penjualan Saham, Tingkat Suku Bunga SBI Dengan Harga Saham

perkembangan perusahaan dapat di pantau dari volume penjualan, suku

bunga SBI dan harga saham, jika semakin tinggi volume penjulan maka semakin tinggi juga harga saham nya dan jika semakin tinggi suku bunga SBI maka semakin rendah harga saham perusahan tersebut.

(25)

36

Berdasarkan penjelasan di atas dapat digambarkan dalam bagan

kerangka pemikiran sebagai beriku

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Laporan keuangan

Perusahaan

Investor

Volume penjualan saham

Harga saham

(26)

37

Husnan, 1998; 45

Abdul & Nasuhi, 2000 ;

Sunariyah, 2011; 83

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Volume penjualan saham (X1)

Perdagangan saham Kotler (2000:5)

Suku bunga SBI

(Sertifikat Bank Indonesia) (X2) SBI rate

(prasetiono,2000:99-101)

Harga saham (Y)

(27)

38

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini merupakan sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008: 64)

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual

penenlitian di rumuskan sebagi berikut:

H1. Terdapat pengaruh antara volume penjualan saham dan harga saham pada

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011 - 2014

H2. Terdapat pengaruh antara suku bunga SBI dan harga saham pada

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011 - 2014

H3. Terdapat pengaruh antara volume penjualan saham dan suku Bunga SBI

(28)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Perusahaan adalah salah satu bentuk badan usaha dan merupakan tempat untuk

melakukan kegiatan perekonomian yang dapat menambah keuntungan perusahaan, Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan

yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan dunia usaha semakin

kompetitif sehingga mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saing secara terus menerus. Persaingan yang semakin meningkat menuntut perusahaan harus selalu berusaha untuk dapat bertahan bahkan bisa tumbuh dan

berkembang Salah satu upaya yang di lakukan adalah memperhatikan jumlah volume penjualan, tingkat suku bunga dan harga saham dari perusahaan tersebut

sehingga para investor akan tertarik.

Volume penjualan dan jumlah lembar saham yang diperdagangan pada periode tertentu adalah cara perusahaan Untuk mengukur kinerja perekonomian

perusahaannya, variable yang di gunakan salah satunya adalah indeks harga saham perusahaan tersebut. Hal ini dimungkinkan karena ketika perusahaan

(29)

2

yang akan mendorong pergerakan indeks saham, Demikian pula sebalik nya, ketika

dirasakan suasana perekonomian suram, akan tercemin pula dalam indeks saham yang akan turun.

Volume penjualan juga salah satu indikator penting dalam analisa suatu perdagangan di pasar. Volume Penjualan ini menunjukkan jumlah transaksi yang diperdagangkan dalam pasar saham pada satu periode tertentu. Volume penjualan

juga dapat menggambarkan suatu kekuatan antara minat jual dan beli pada transaksi pasar saham. Volume penjualan ini juga berperan untuk mengkonfirmasi pergerakan suatu harga di pasar saham

Dalam hal ini SBI (Sertifikat Bank Indonesia) juga mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu perusahaan, di mana SBI adalah salah

satu mekanisme yang di gunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah, Pada saat tertentu artinya setiap waktu harga saham dapat berubah-ubah,

misal dalam satu hari di jam pembukaan bursa saham 9.30 WIB harga saham dapat berubah di jam penutupan bursa saham 16.00 WIB, dan berbeda-beda tiap hari, tiap minggu, tiap bulan dan seterusnya. Perubahan harga saham tidak selalu positif

namun dapat juga negatif tergantung banyaknya permintaan dan banyaknya penawaran harga saham. Sehingga terbentuk pergerakan harga saham yang naik turun tidak beraturan. Pelaku pasar dalam hal ini trader atau investor meraih

(30)

3

saham indonesia tidak memperbolehkan short selling (jual dulu baru beli) sehingga para pelaku pasar membeli dengan harga saham yang lebih rendah lalu menjual

dengan harga saham lebih tinggi. Sebelum melakukan pembelian pelaku pasar seharusnya memiliki bekal pengetahuan yang cukup baik secara fundamental dan

atau secara teknikal harga saham. Jangan sampai melakukan transaksi tanpa pengetahuan sehingga modal yang siapkan berkurang atau rugi karena harga saham yang dibeli bukannya mengalami kenaikan malah mengalami penurunan.

Naik dan turun nya harga saham berpengaruh juga pada kondisi internal maupun external di mana pengaruh tersebut bisa dengan cepat berpengaruh

terhadap volume penjualan dan harga saham di mana para investor akan mengalihkan nya kepada yang lain sehingga perusahaan akan mengalami penurunan keutungan. Analisis fundamental dalam keuangan yang memberikan

pedoman kepada investor sebelum melakukan keputusan investasi. Investor biasanya menghitung lebih dulu nilai intrinsik saham dengan menggunakan data

keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya) untuk kemudian berusaha menemukan misspriced assed yaitu selisih harga saham yang aktual dengan nilai intrinsiknya. Dari sini

diperoleh keputusan membeli atau menjual saham. Secara analisis fundamental, investor akan membeli saham bila nilai intrinsiknya lebih besar dari harga

(31)

4

pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tertentu dan sekaligus alat ini dianggap mampu meramalkan perubahan harga saham

dan masa mendatang yang didasarkan atas kegiatan perusahaan.

Suku bunga akan mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi dan karena itu

dapat mempengaruhi laba perusahaan. Apabila suku bunga naik, investor akan mendapat hasil besar dari obligasi sehingga mereka akan menjual sahamnya. Akibatnya saham akan turun.

Faktor-faktor dari luar antara lain kondisi perekonomian saat ini. Kondisi yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi saat ini. Apabila saat ini

lebih menunjukkan kondisi ekonomi yang stabil dan mantap, maka investor optimis terhadap masa yang akan datang. Sehingga harga-harga saham cenderung stabil dan naik, sebaliknya apabila kondisi saat ini telah menunjukkan kelesuan,

maka investor akan pesimis terhadap masa yang akan datang, akhirnya harga saham cenderung akan turun. Investasi dalam bentuk saham tentu mengandung

(32)

5

Tabel 1. 1

Data Volume Penjualan Saham, Suku Bunga SBI dan Harga Saham

Nama

Corporindo Tbk ROTI

(33)

6

Pada tabel 1.1 tersebut, dapat di lihat bahwa volume saham, tingkat suku bunga SBI dan harga saham yang berubah setiap tahun nya. Fenomena yang terjadi

pada tahun 2011 - 2014 adalah mulai volume perdagangan menurun, tetapi harga saham mengalami peningkatan, sedangkan ketika nilai volume perdagangan

meningkat, harga saham mengalami penurunan, selain itu, ketika tingkat suku bunga SBI naik, harga, harga saham juga naik. Sedangkan ketika suku bunga SBI menurun, harga saham juga menurun hal ini tidak sesuai dengan teori di mana naik

nya volume perdangangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa, semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatau saham,

semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukan semakin di minat nya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik

nya harga saham (Iin Indrawati dan Desti mulyani BR Purba, 2011: 58) kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat meningkatkan beban perusahaan untuk memenuhi

(34)

7

1.1.1 Identifikasi Masalah

Berdarsarkan urauian di atas latar belakang penelitian diidentifikasi permasalahan yang terlihat pada table 1.1 di atas bahwa volume penjualan

saham, suku bunga SBI dan harga saham mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, bila di peratikan pada perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

pada tahun 2013, volume penjualan nya mengalami penurunan tetapi pada harga saham mengalami peningkatan dan juga pada suku bunga SBI juga mengalami penurunan, berikut nya pada perusahaan PT Indofood Sukses

Makmur Tbk pada tahun 2012, volume penjualan dan tingakat suku bunga SBI mengalami penurunan dan harga saham nya naik, selanjut nya pada

perusahaan PT Akasha Wira Internasional Tbk pada tahun 2014, volume penjualan nya mengalami penurunan dan harga saham nya naik dilihat dari

tahun sebelum nya volume penjualan nya naik serta harga saham pun juga naik, berikut nya pada perusahaan PT Mayora Indah pada tahun 2013, volume penjualan nya mengalami penurunan dan harga saham nya

menagalami peningkatan tetapi pada tingkat suku bunga SBI mengalami peningkatan, apa bila di lihat pada periode sebelum nya volume penjualan

dan harga saham nya naik tetapi suku Bunga nya mengalami penurunan, selanjutnya pada perusahaan PT Ultra Jaya Milk Industry And Trading Company Tbk pada tahun 2012, volume Penjualan nya menagalami

(35)

8

penurunan tetapi pada harga saham dan suku bunga SBI nya mengalami peningkatan, berikut nya pada perusahaan PT Nippon Indosari Corporindo

Tbk pada tahun 2012, di mana volume penjualan dan suku bunga SBI mengalami penurunan tetapi pada harga saham mengalami peningkatan,

selanjut nya pada perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur pada tahun 2013, volume penjualan saham nya mengalami peningkatan dan harga saham mengalami peningkatan tetapi suku bunga SBI mengalami

penurunan

Dari seluruh perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman ada bebrapa perusahaan yang bermasalah yaitu pada perusahaan Akasha Wira Internasional, Mayora Indah, prasida aneka niaga, dimana pada volume penjualan nya mngalami peningkatan tapi pada harga saham

nya mengalami penurunan sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dalam hal pendapatan untuk prusahaan tersebut.

1.1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan batasan masalah di atas maka dapat dirumus kan pokok-pokok permasalahan pada penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perkembangan volume penjualan saham pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011-2014

(36)

9

3. Bagaimana perkembangan harga saham pada perusahaan Manufaktur Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011-2014

4. Seberapa besar pengaruh volume penjualan dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan

dan minuman di BEI periode 2011-2014.

1.2Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3Maksud

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dan berbagai informasi agar

memperoleh pemahaman mengenai pengaruh volume penjualan saham dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham

1.3.2 Tujuan Penelitian

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan volume penjulan saham pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011-2014

2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat suku bunga SBI pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI

(37)

10

3. Untuk mengetahui perkembangan harga saham pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode

2011-2014

4. Untuk mengetahui besar nya pengaruh volume penjualan dan tingkat

suku bunga SBI terhadap harga saham secara parsial dan simultan pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011-2014

1.4.1 Kegunaan Praktis

Diharapkan dengan penelitian ini, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam melihat pergerakan volume penjulan saham terhadap

harga saham dan juga suku bunga SBI terhadap harga saham.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menambah ilmu

pengetahuan manajemen keuangan yang berkaitan dengan Volume Penjualan Saham, Suku Bunga SBI dan Harga Saham

2. Bagi Peneliti Lain

(38)

11

1.5Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian nya adalah pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI, Adapun data diperoleh dari Bursa Efek

Indonesia yang beralamat di Jl. Veteran No. 10 Bandung, telp (022) 421-4349 faks (022) 421-4359

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu dimulai sejak Oktober 2015 sampai dengan Febuari 2016.Berikut merupakan

jadwal penelitian yang disajikan dalam tabel :

Tabel 1. 2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Oktober November Desember Januari Febuari

Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Survei

2 Usulan

Penelitian

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

(39)

37

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

1.1Objek Penelitian

Definisi objek penelitian menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati, Sri Dewi

Anggadini, dan Linna Ismawati (2010: 29) yaitu:

“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa

juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Volume Penjualan Saham dan Suku Bunga SBI sebagai variabel bebas (variabel independen).

2. Harga Saham sebagai variabel terikat (variabel dependen).

3.2 Metode Penelitian

Definisi objek penelitian menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati, Sri Dewi

Anggadini, dan Linna Ismawati (2010: 29) yaitu:

“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan.

Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

(40)

38

1. Volume Penjualan Saham dan SBI sebagai variabel bebas (variabel independen).

2. Harga Saham sebagai variabel terikat (variabel dependen)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna Ismawati (2010: 30) yaitu:

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mencari dan menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena

penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

pada penelitian ini menyatakan bahwa semakin meninggkat nya volume penjualan maka akan meningkat kan harga saham tapi pada kenyataan nya

tidak sperti itu, dan juga jika suku bunga SBI naik akan menurunkan harga saham tapi pada kenyataan nya tidak sperti itu maka dalam penelitian ini

(41)

39

Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sub

Sektor Makanan dan Minuman

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.

Dalam penelitian ini yang di identifikasi masalah nya adalah volume penjualan

saham, tingkat suku bunga SBI dan juga harga saham selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun apa bila di peratikan pada perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahu 2013, volume penjualan saham nya

menggalami penurunan tetapi pada suku bunga SBI nya mengalami penurunan dan harga saham mengalami peningkatan dan selanjutnya pada perusahaan, PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2012, pada volume penjualan saham

dan suku bunga SBI nya mengalami penurunan tetapi pada harga saham nya mengalami penigkatan, selanjut nya pada PT Akasha Wira Internasional Tbk

pada tahun 2014, pada volume penjualan saham dan tingkat suku bunga SBI nya mengalami penurunan tetapi harga saham nya mengalami peningkatan, berikut nya pada PT Mayora Indah pada tahun 2013, volume penjualan saham

nya mengalami penurunan tetapi harga saham dan suku bunga SBI nya mnegalami peningkatan, selanjut nya pada perusahaan PT Ultra Jaya Milk

Industry And Trading Company Tbk pada tahun 2012, pada volume penjualan saham nya mengalami peningkatan tetapi pada suku bunga SBI dan harga

saham mengalami penurunan, berikut nya PT Prashida Aneka Niaga Tbk 2013, pada volume penjualan nya mengalami penurunan akan tetapi pada suku bunga SBI dan harga saham mengalami penigkatan, selanjut nya pada perusahaan PT

(42)

40

tingkat suku bunga SBI mengalami penuruna tetapi pada harga saham mengalami peningkatan, selanjut nya pada perusahaan PT Indofood CBP

Sukses Makmur pada tahun 2013, pada volume penjualan dan harga saham mengalami penigkatan tetapi pada suku bunga SBI mengalami penurunan,

3. Menetapkan rumusan masalah.

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan di cari jawaban nya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana perkembangan volume penjualan saham harga saham, tingkat suku bunga SBI, harga saham dan sejauh mana peran perusahaan manufaktur sub

sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011-2014 4. Menetapkan tujuan penelitian.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengatahui perkembangan volume

penjualan saham, suku bunga SBI, harga saham dan kontribusi pada perusahan manufaktur sub sector makanan dan minuman di BEI periode 2011 sampai

2014

5. Menetapkan hipotesis penelitian berdasarkan fenomena dan dukunga teori. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh volume penjualan

saham, tingkat suku bunga SBI dan harga saham baik itu secara parsial dan simultan pada perusahaan manufaktuf sektor makanan dan minuman di BEI

periode 2011-2014

(43)

41

Variable bebas/ independen dalam penelitian ini adalah volume penjualan saham dan suku bunga SBI, sedang kan variable dependen nya adalah harga

saham

7. Menetap kan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan

data.

Penelititian ini mengunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode

2011-2014 metode penarikan samapel nya dengan nonprobability sampling, sedang kan teknik pngumpulan data nya adalah dokumentasi

8. Melakukan analisis data

Analisis data di lakukan dengan mengunakan analisis kualitatif (metode deskriptif) dan analisis kuantitatif (metode verifikatif)

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian

10.Adapun desain penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 3.1 Desain penelitian

X

2

(44)

42

Keterangan :

X1 = Volume Penjualan Saham

X2 = Tingkat Suku Bunga SBI

Y = Harga Saham

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisisasi variabel menurut Nur Indriantoro dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna Ismawati (2010: 31) yaitu:

Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.

Berdasarkan judul yang diambil penulis yaitu Pengaruh Volume Penjualan Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode 2011-2014 .”,

(45)

43

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel

Sumber: Data penelitian (2015)

3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna

(46)

44

1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Berdasarkan penjelasan tersebut, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sector makanan dan minuman

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian ini, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam 2 Bentuk, yaitu:

3.2.3.2.1 Populasi

Populasi menurut Umi Narimawati (2008: 161) adalah:

“Objek atau subjek yang memiliki karakteristik sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian.”

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman

3.2.3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010:218) :

(47)

45

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan nonprobablility sampling. Pengertian nonprobablility sampling menurut Sugiyono

(2010: 218) adalah sebagai berikut:

“Nonprobablility sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.”

Jenis nonprobablility sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2010: 218) adalah:

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”

Adapun dalam penelitian ini digunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

2. Tersedia data close price volume penjualan saham dan suku bunga SBI.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dengan periode laporan keuangan tahun 2011 s/d 2014 selama selama 4 tahun, total

keseluruhan data yang digunakan untuk sampel yaitu 32 buah data panel.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

(48)

46

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang berfungsi sebagai landasan teori guna mendukung penelitian yang

dilakukan. Data sekunder ini diperoleh dari membaca buku-buku sumber yang dapat dijadikan acuan, catatan kuliah serta bahan tertulis

lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Penelitian Internet (Internet Research)

Dalam hal ini, penulis juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang

dilakukan.

c. Penelitian ini di lakuakan secara langsung di bursa efek Indonesia yang

beralamat di jalan veteran no 10 Bandung untuk memperoleh data nya dengan cara dokumentasi.

Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengkoorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

(49)

47

3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menjawab

rumusan masalah nomor 1, 2, dan 3 yaitu mengetahui perkembangan

1. Perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman di BEI periode

2011-2014

2. Tersedia data volume penjualan saham, data suku bunga SBI dan harga saham

Ukuran umum yang dapat di gunakan untuk menghitung keberhasilan sebuah investasi adalah keberhasilan tingkat suku bunga bebas resiko, maka dalam

penelitian ini menggunakan SBI sebagai tingkat pengembalian minimum.

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Analisis verifikatif dengan pendekatan kuantitatif digunakan

untuk menjawab rumusan masalah nomor 4 yaitu mengetahui Seberapa besar pengaruh perkembangan volume penjualan dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur sub sektor makanan

dan minuman di BEI periode 2011-2014

3.2.5.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk

(50)

48

mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan

untuk membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh volume saham dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham. Persamaan analisis regresi linear berganda

sebagai berikut:

= � + � + � + ε

Keterangan:

Y = Harga saham

� = Konstanta persamaan regresi

β 1 = Koefisien regresi volume penjualan saham

β 2 = Koefisien regresi SBI terhadap harga saham

= � + � + � + ε

Keterangan:

Y = Harga saham

� = Konstanta persamaan regresi

β 1 = Koefisien regresi variabel volume penjualan saham

β 2 = Koefisien regresi variabel suku bunga SBI

X1 = Volume Penjualan saham

(51)

49

ε = Pengaruh faktor lain

3.2.5.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang penting pada pengujian signifikansi koefisien

regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal sehingga layak dilakukan pengujian secara

statistik. Untuk mengetahui populasi tersebut dikatakan berdistribusi normal atau

tidak, dilakukan dengan cara membandingkan nilai probability dengan tingkat signifikansi α = 5%.

Jika nilai probabilitylebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% maka disebut populasi tersebut berdistribusi normal, namun sebaliknya jika nilai probability lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% maka populasi tersebut tidak

berdistribusi normal.

3.2.5.2.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi

yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu dan

konsekuensinya adalah:

1) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

(52)

50

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel bebas, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar dan

mengakibatkan standar error yang semakin besar pula. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan melihat

nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) . Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.2.5.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (2005:406), situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi

kurang atau melebihi dari yang semestinya. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai

koefisien korelasi dari masing- masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat

heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).

3.2.5.2.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

terdapat kesalahan pengganggu pada periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu pada periode lainnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat

(53)

51

satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Kriteria uji: bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel

Durbin-Watson:

1) Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi.

2) Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.

Tidak ada kesimpulan jika dL ≤ D-W ≤dU atau 4 – dU ≤ D-W ≤ 4-dL.

3.2.5.1.4 Analisis Koefisien Korelasi

Analisis korelasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui kuat

atau lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y yang dibuktikan dengan menggunakan Analisis Korelasi Pearson. Analisis ini digunakan untuk mengukur

kuat atau lemahnya hubungan pengaruh volume penjualan saham dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham. Koefisien korelasi untuk 2 buah variabel X

dan Y dengan jumlah data sebesar n, dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Karl Pearson yaitu:

= n ∑ xy − ∑ x ∑ y

√{n ∑ x − ∑ x }{n ∑ y − ∑ y }

Sumber : Sugiyono (2008: 228)

Untuk mencari koefisien korelasi antara X1 dan Y serta X2 dan Y, adalah sebagai

berikut:

a. Menghitung koefisien korelasi antara volume penjualan saham(X1) terhadapHarga

saham (Y), menggunakan rumus:

(54)

52

, = n ∑ y − ∑ ∑ y

√{n ∑ − ∑ }{n ∑ y − ∑ y }

c. Menghitung koefisien korelasi antara SBI (X2) terhadap harga saham (Y),

menggunakan rumus:

, = n ∑ y − ∑ ∑ y

√{n ∑ − ∑ }{n ∑ y − ∑ y }

Setelah koefisien korelasi antar variabel diketahui, maka selanjutnya dapat

dihitung nilai korelasi parsial dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

d. Korelasi secara parsial antara volume penjualan saham(X1)dan harga saham (Y)

y = y − y .

√ − r x y . − r

e. Korelasi secara parsial antara tingkat SBI (X2)dan harga saham(Y)

y = y − y .

√ − r x y . − r

f. Korelasi secara simultan antara volume penjualan saham(X1)danSBI (X2)harga

saham(Y)

y = √ y + y −− r y . y.

Keterangan :

X1 =Volume Penjualan Saham

X2 = Suku Bunga SBI

Y = Harga saham

n = Banyaknya sampel

(55)

53

Tabel 3. 2 Pedoman untuk memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2008: 250)

Nilai koefisien korelasi r terletak antara -1 dan +1 sebagai indikator ada tidaknya hubungan, dapat dinyatakan sebagai berikut : -1 < r < +1 . Artinya:

 Jika nilai r = +1, artinya terdapat hubungan linier positif sempurna antara

variabel X dengan variabel Y.

 Jika nilai variabel r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara

variabel X dengan variabel Y.

 Jika nilai r = -1, artinya terdapat hubungan linier negatif sempurna antara

variabel X dengan variabel Y.

3.2.5.1.5 Analisis Koefisien Determinasi

Analisis Koefisien Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam persentase.

Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variabel terikat.

Sumber: Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna Ismawati (2010: 50)

(56)

54

Dimana :

d = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

1. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh volume penjualan saham dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham

A. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan

secara parsial dari variabel independen yaitu Volume penjualan saham (X1) dan Suku Bunga SBI (X2) terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham (Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan hipotesis parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu:

Ho : β1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Volume Penjualan

Saham terhadap harga saham

Ha : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan Volume Penjualan Saham terhadap Harga Saham

Ho : β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Suku Bunga SBI (sertifikat bank indonesia) terhadap Harga Saham.

(57)

55

b) Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan tingkat signifikansi yaitu 5%, derajat kebebasan pembilang = k, dan derajat kebebasan penyebut = n – k – 1, untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.

c) Menghitung nilai thitung dengan rumus:

= √ − � �−�− dan = √ �−�−

− �

Dimana :

r = Korelasi parsial yang ditentukan

n = Jumlah sampel t = thitung

d) Membuat kesimpulan mengenai diterima tidaknya hipotesis setelah dibandingkan antara thitung dan ttabel dengan kriteria:

thitung > ttabel maka Ho ditolak, artinya signifikan.

thitung < ttabel maka Ho diterima, artinya tidak signifikan.

Berikut ini gambar yang memperlihatkan daerah penerimaan

dan penolakan H0.

Gambar 3. 1

(58)

56

B. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menguji secara simultan ada tidaknya hubungan

penjualan saham (X1) dan SBI (sertifikat bank indonesia) (X2) harga saham (Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan hipotesis secara keseluruhan antara variabel independen yaitu volume penjulan saham terhadap variabel dependen yaitu harga saham. Ho : β1, β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan volume penjualan dan tingkat suku bunga SBI terhadap terhadap harga saham.

Ha : β1, β2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan volume penjualan dan

tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham

b) Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan tingkat signifikansi yaitu 5%, derajat kebebasan pembilang = k,

dan derajat kebebasan penyebut = n – k – 1, untuk menentukan Ftabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.

c) Menghitung nilai Fhitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

F = ��⁄

� − � − ⁄

Dimana :

�� = b ∑x + b ∑x

(59)

57

Nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel berdasarkan tingkat signifikansi 5%, derajat kebebasan pembilang = k, dan derajat kebebasan penyebut = n –k– 1. Kriteria pengujian hipotesis secara simultan adalah sebagai berikut:

Fhitung > Ftabel dengan α = 5%, maka Ho ditolak, artinya signifikan.

Fhitung < Ftabel dengan α = 5%, maka Ho diterima, artinya tidak signifikan.

1. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Penggambaran daerah penerimaan atau penolakan hipotesis beserta kriteria

adalah sebagai berikut:

a. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria:

1) Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% untuk koefisien positif. 2) Tolak H0 jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% untuk koefisien negatif. 3) Tolak H0 jika nilai Fhitung < 0,05

b. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel sebagai berikut :

1) Jika thitung > t tabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha

diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya. 2) Jika -thitung ≤ t tabel ≤ thitung maka H0 ada di daerah penerimaan,

berarti Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada

pengaruhnya.

(60)

58

Pengambaran daerah penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut :

(61)
(62)

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya

pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

(63)

60

4.2 Sejarah Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman

4.2.1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS Food) 0(AISA) didirikan pada

tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Kantor pusat AISA berada di Gedung Alun Graha, Jl. Prof. Dr. Soepomo No. 233 Jakarta. Lokasi pabrik

mie kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Usaha perkebunan kelapa sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan

Kalimantan. Usaha pengolahan dan distribusi beras terletak di Cikarang, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, antara lain: PT Tiga Pilar

Corpora (pengendali) (15,92%), JP Morgan Chase Bank NA Non-Treaty Clients (9,33%), PT Permata Handrawina Sakti (pengendali) (9,20%),

Trophy 2014 Investor Ltd (9,09%), Primanex Pte, Ltd (pengendali) (6,59%), Primanex Limited (pengendali) (6,59%) dan Morgan Stanley & Co. LLC-Client Account (6,52%).

TPS Food memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu Golden Plantation Tbk (GOLL). Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TPS Food meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha entitas anak meliputi usaha industri

(64)

61

snack, industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga listrik, pengolahan dan distribusi beras. Merek-merek yang dimiliki TPS Food,

antara lain: Ayam 2 Telor, Mie Instan Superior, Mie Kremezz, Bihunku, Beras

Cap Ayam Jago, Beras Istana Bangkok, Gulas Candy, Pio, Growie, Taro,

Fetuccini, Shorr, Yumi, HAHAMIE, Mikita, Hayomi, Din Din dan Juzz and Juzz.

Pada tanggal 14 Mei 1997, AISA memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham AISA 45.000.000

saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Parga Penawaran Rp950,-

kepada masyarakat. Pada tanggal 11 Juni 1997, saham tersebut telah efektif

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.2.2 Indofood Sukses Makmur Tbk dan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Perusahaan ini didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan Akta Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990 yang diubah

dengan Akta No.249 tanggal 15 November 1990 dan yang diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20 Juni 1991, semuanya dibuat dihadapan Benny Kristanto, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan

dari Menteri kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.C2-2915.HT.01.01Th.91 tanggal 12 Juli 1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579, 580 dan 581 tanggal

5 Agustus 1991, dan diumumkan dalam. Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 11 Februari 1992, Tambahan No.611. Perseroan mengubah

(65)

62

Pemegang Saham yang dituangkan dakam Akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5 Februari 1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH., Notaris di

Jakarta. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan olahan terkemuka di Indonesia yang

menjadi salah satu cabang perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Bandung didirikan pada bulan Mei 1992 dengan nama PT Karya Pangan Inti Sejati yang

merupakan salah satu cabang dari PT Sanmaru Food Manufcturing Company Ltd. yang berpusat di Jakarta dan mulai beroperasi

pada bulan Oktober 1992. Pada saat itu jumlah karyawan yang ada sebanyak 200 orang.

Pada tahun 1994, terjadi penggabungan beberapa anak perusahaan yang

berada di lingkup Indofood Group, sehingga mengubah namanya menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. yang khusus bergerak dalam

bidang pengolahan mie instan. Divisi mie instan merupakan divisi terbesar di Indofood dan pabriknya tersebar di 15 kota, diantaranya Medan, Pekanbaru, Palembang, Tangerang, Lampung, Pontianak,Manado,

Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Makasar, Cibitung, Jakarta, Bandung dan Jambi, sedangkan cabang tanpa pabrik yaitu Solo, Bali dan Kendari.

Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan cukup didistribusikan ke wilayah sekitar kota dimana pabrik berada, sehingga produk dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan segar serta membantu program pemerintah

(66)

63

4.2.3 Akasha Wira Internasional

Akasha Wira International Tbk (dahulu Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan

mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta 12520 – Indonesia.

Pemegang saham mayoritas Akasha Wira International Tbk adalah Water Partners Bottling S.A. (91,94%), merupakan perusahaan joint

venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water Partners Bottling S.A. diakuisisi oleh Sofos Pte.

Ltd., perusahaan berbadan hukum Singapura.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue,

kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Kegiatan utama Akasha International adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan

distribusi air minum dalam kemasan (merek Nestle Pure Life dan Vica) serta perdagangan besar produk-produk kosmetika.

Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada

tahun 1986, sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2010 dan produksi produk kosmetika dimulai pada tahun 2012. Pabrik

(67)

64

Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)

ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp3.850,-

per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994..

4.2.4 Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk

Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan

tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Kantor pusat dan pabrik Ultrajaya berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang – 40552, Kab. Bandung Barat.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Ultrajaya Milk

Industry & Trading Company Tbk, antara lain: PT Prawirawidjaja Prakarsa (21,40%), Tuan Sabana Prawirawidjaja (14,66%), PT Indolife Pensiontana (8,02%), PT AJ Central Asia Raya (7,68%) dan UBS AG Singapore

Non-Treaty Omnibus Acco (Kustodian) (7,42%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Ultrajaya bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman, dan bidang perdagangan. Di bidang minuman Ultrajaya memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional

Gambar

Tabel 1. 1
Tabel 1. 2 Jadwal Penelitian
Gambar 3.1 Desain penelitian
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa variasi sumber karbon dapat mempengaruhi aktivitas enzim selulase yang diproduksi dimana pada

logic model maupun logical framework. BPOM sudah menerapkan keduanya, sehingga dalam pelaksanaan pengembangan kerangka pikir tidak mengalami kesulitan. Kerangka pikir

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B3. Muatan Peminatan

Saran dari orang lain sebatas pembanding saja dalam pertimbangan saya, tetapi keputusan mutlak ada di tangan saya.. SS S

Lestari melakukan analisis jumlah pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perbankan syariah melalui website dengan hasil skor IFR bank syariah paling banyak jumlahnya pada

Dengan demikian dapat direkomendasikan hasl penelitian ini yaitu kepada guru bidang studi bahasa Indonesia banwa untuk meningkatkan kemampuan siswa, guru perlu

Manfaat riset ini mengusulkan optimalisasi tata cahaya studio gambar agar mahasiswa dapat bekerja dalam waktu panjang dengan mengurangi beban kerja mata sehingga luaran

Hasil dari pengujian ANOVA terhadap interaksi antara intensitas cahaya, tingkat kebisingan, dan waktu setelah dianalisis adalah : ada interaksi antara faktor